Gangguan jiwa

26
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN MENTAL MAKALAH Oleh Kelompok 4B PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER 2014 i

Transcript of Gangguan jiwa

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

GANGGUAN MENTAL

MAKALAH

Oleh

Kelompok 4B

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

2014

i

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

GANGGUAN MENTAL

MAKALAH

diajukan guna memenuhi tugas Keperawatan Klien di Rumah dengan dosen

pengampu Hanny Rasni, S.Kp., M.Kep.

Oleh

Ary Januar Pranata Putra 122310101039

Wahyu Dini Candra Susila 122310101043

Dwi Nida Dzusturia 122310101045

Alfun Hidayatulloh 122310101047

Afiq Zulfikar Zulmi 122310101049

Armita Iriyana Hasanah 122310101051

Aprilita Restuningtyas 122310101053

Kezia Sinta Pratiwi 122310101057

Akhmad Miftahul Huda 122310101061

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

2014

ii

PRAKATA

Puji syukur ke hadirat Allah SWT. atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga

kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada

Pasien Dengan Gangguan Mental“ dengan baik dan tepat pada waktunya.

Adapun tujuan penyusunan tugas ini untuk memenuhi tugas mata kuliah

Keperawatan Klien di Rumah Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas

Jember tahun ajaran 2013/2014.

Penyusunan tugas ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena

itu, kami menyampaikan terima kasih kepada:

1. Hanny Rasni, S.Kp.,M.Kep. selaku penanggung jawab mata ajar

Keperawatan Klien di Rumah;

2. teman-teman kelompok yang telah membantu;

3. semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.

Dengan segala kerendahan hati kami selaku penyusun tugas ini menyadari

bahwa tugas ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami senantiasa

mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca demi

kesempurnaan tugas yang serupa di masa yang akan datang. Semoga segala yang

tertulis di dalam tugas ini bermanfaat bagi dunia pendidikan, khususnya dalam

lingkup Universitas Jember.

Penulis,

iii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ................................................................................... i HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ii PRAKATA ...................................................................................................... iii DAFTAR ISI................................................................................................... iv BAB 1. PENDAHULUAN ............................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................... 11.2 Tujuan.............................................................................................. 11.3 Manfaat............................................................................................ 1

BAB 2. PEMBAHASAN ................................................................................ 2

2.1 Pengertian........................................................................................ 22.2 Etiologi ............................................................................................ 22.3 Klasifikasi ........................................................................................ 62.4 Manifestasi klinis ............................................................................ 82.5 Penatalaksanaan ............................................................................. 92.6 Pencegahan ...................................................................................... 10

BAB 3.ASUHAN KEPERAWATAN............................................................ 123.1 Pengkajian ....................................................................................... 123.2 Analisa Data .................................................................................... 143.3 Diagnosa .......................................................................................... 163.4 Intervensi ......................................................................................... 16

BAB 4. PENUTUP.......................................................................................... 214.1 Kesimpulan ..................................................................................... 214.2 Saran ............................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA

iv

1

1.1 Latar Belakang

BAB 1. PENDAHULUAN

Asuhan keperawatan pada gangguan mental dapat menjemukan,

mengecewakan karena tidak tampak perubahan dengan segera. Akibatnya,

pelayanan yang diberikan monoton, rutin, bersifat umum dan jauh dari pendekatan

komprehensif yang memandang setiap klien unik berdasarkan aspek biopsiko-

sosial budaya-spiritual. Kesadaran perawat tentang gangguan mental, baik proses

terjadi, factor penyebab, keterbatasan, tingkat kemampuan klien dan asuhan

keperawatan yang spesifik akan memotivasi perawat melakukan praktek

keperawatan yang berkualitas.

Keadaan klinis yang bervariasi menuntut pengetahuan dan keterampilan

perawat dalam menangani berbagai masalah keperawatan yang berhubungan

dengan gangguan mental Aplikasi proses keperawatan disertakan pada bagian

akhir, sebagai bahan siap pakai dilapangan praktek keperawatan. Modifikasi perlu

dilakukan agar sesuai dengan kebutuhan dan situasi klien.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana definisi gangguan mental?

2. Apa saja etiologi gangguan mental?

3. Bagaimana klasifikasi gangguan mental?

4. Bagaimana manifestasi klinis gangguan mental?

5. Bagaimana penatalaksanaan gangguan mental?

6. Bagaimana pencegahan gangguan mental?

7. Bagaiamana asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan mental?

1.3 Tujuan

1. mahasiswa mampu menjelaskan pengertian gangguan mental;

2. mahasiswa mampu menjelaskan etiologi kelainan gangguan mental;

3. mahasiswa mampu menjelaskan klasifikasi gangguan mental?

4. mahasiswa mampu menjelaskan manifestasi klinis gangguan mental?

5. mahasiswa mampu menjelaskan penatalaksanaan gangguan mental?

6. mahasiswa mampu menjelaskan pencegahan gangguan mental?

7. mahasiswa mampu menjelaskan bagaiamana asuhan keperawatannya?

2.1 Pengertian

BAB 2. PEMBAHASAN

Gangguan mental (mental disorder) atau gangguan jiwa merupakan istilah

resmi yang digunakan dalam PPDGJ (Pedoman Penggolongan Diagnostik

Gangguan Jiwa). Konsep gangguan jiwa dari PPDGJ II yang merujuk ke

DSM-III adalah sindrom atau pola perilaku, atau psikologi seseorang, yang

secara klinik cukup bermakna, dan yang secara khas berkaitan dengan suatu

gejala penderitaan (distress) atau hendaya (impairment/disability) di dalam

satu atau lebih fungsi yang penting dari manusia (Maslim, 2002).

Menurut American Psychiatric Association (2006), gangguan jiwa

didefinisikan sebagai suatu sindrom atau pola psikologis atau perilaku yang

penting secara klinis yang terjadi pada seseorang dan dikaitkan dengan

adanya distres atau distabilitas atau disertai peningkatan ririko kematian yang

menyakitkan, nyeri, disabilitas atau kehilangan kebebasan. Sedangkan

menurut Kaplan dan Sadock (2007), gangguan jiwa merupakan gejala yang

dimanifestasikan melalui perubahan karakteristik utama dari kerusakan fungsi

perilaku atau psikologis yang secara umum diukur dari bebrapa konsep

norma, dihubungkan dengan distress atau penyakit, tidak hanya dari respon

yang diharapkan pada kejadian tertentu atau keterbbatasan hubungan antara

individu dan lingkungan sekitarnya. Menurut Depkes RI (2000) gangguan

jiwa adalah suatu perubahan pada fungsi jiwa yang menyebabkan adanya

gangguan pada fungsi jiwa, yang menimbulkan penderitaan pada individu dan

atau hambatan dalam melaksanakan peran sosial.

2.2 Etiologi

Penyebab gangguan jiwa itu bermacam-macam ada yang bersumber dari

berhubungan dengan orang lain yang tidak memuaskan seperti diperlakukan

tidak adil, diperlakukan semena-mena, cinta tidak terbatas, kehilangan

seseorang yang dicintai, kehilangan pekerjaan, dan lain-lain. Selain itu ada

juga gangguan jiwa yang disebabkan faktor organik, kelainan saraf dan

gangguan pada otak (Djamaludin, 2001). Para ahli psikologi berbeda

pendapat tentang sebab-sebab terjadinya gangguan jiwa. Menurut pendapat

Sigmund Freud dalam Maslim (2002), gangguan jiwa terjadi karena tidak

dapat dimainkan tuntutan id (dorongan instinctive yang sifatnya seksual)

dengan tuntutan super ego (tuntutan normal social). Orang ingin berbuat

sesuatu yang dapat memberikan kepuasan diri, tetapi perbuatan tersebut akan

mendapat celaan masyarakat. Konflik yang tidak terselesaikan antara

keinginan diri dan tuntutan masyarakat ini akhirnya akan mengantarkan orang

pada gangguan jiwa.

Dari berbagai pendapat mengenai penyebab terjadinya gangguan jiwa

seperti yang dikemukakan diatas disimpulkan bahwa gangguan jiwa

disebabkan oleh karena ketidak mampuan manusia untuk mengatasi konflik

dalam diri, tidak terpenuhinya kebutuhan hidup, perasaan kurang diperhatikan

(kurang dicintai) dan perasaan rendah diri (Djamaludin dan Kartini, 2001).

Disamping hal tersebut di atas banyak faktor yang mendukung timbulnya

gangguan jiwa yang merupakan perpaduan dari beberapa aspek yang saling

mendukung yang meliputi Biologis, psikologis, sosial, lingkungan. Tidak

seperti pada penyakit jasmaniah, sebab-sebab gangguan jiwa adalah

kompleks. Pada seseorang dapat terjadi penyebab satu atau beberapa faktor

dan biasanya jarang berdiri sendiri. Mengetahui sebabsebab gangguan jiwa

penting untuk mencegah dan mengobatinya. Menurut Santrock (1999)

gangguan mental disebabkan oleh :

1) Biologis

a. Keturunan

Peran yang pasti sebagai penyebab belum jelas, mungkin terbatas

dalam mengakibatkan kepekaan untuk mengalami gangguan jiwa tapi

hal tersebut sangat ditunjang dengan faktor lingkungan kejiwaan yang

tidak sehat.

b. Jasmani

Beberapa peneliti berpendapat bentuk tubuh seorang berhubungan

dengan gangguan jiwa tertentu, Misalnya yang bertubuh gemuk /

endoform cenderung menderita psikosa manik depresif, sedang yang

kurus/ ectoform cenderung menjadi skizofrenia.

c. Temperamen

Orang yang terlalu peka/ sensitif biasanya mempunyai masalah

kejiwaan dan ketegangan yang memiliki kecenderungan mengalami

gangguan jiwa.

d. Penyakit dan cedera tubuh

Penyakit-penyakit tertentu misalnya penyakit jantung, kanker dan

sebagainya, mungkin menyebabkan merasa murung dan sedih.

Demikian pula cedera/cacat tubuh tertentu dapat menyebabkan rasa

rendah diri.

2) Psikologis

Bermacam pengalaman frustasi, kegagalan dan keberhasilan yang dialami

akan mewarnai sikap, kebiasaan dan sifatnya dikemudian hari.

3) Sosio Kultural

Kebudayaan secara teknis adalah ide atau tingkah laku yang dapat dilihat

maupun yang tidak terlihat. Faktor budaya bukan merupakan penyebab

langsung menimbulkan gangguan jiwa, biasanya terbatas menentukan

“warna” gejala-gejala. Disamping mempengaruhi pertumbuhan dan

perkembangan kepribadian seseorang misalnya melalui aturan-aturan

kebiasaan yang berlaku dalam kebudayaan tersebut. Menurut Santrock

(1999) Beberapa faktor-faktor kebudayaan tersebut :

a. Cara membesarkan anak

Cara-cara membesarkan anak yang kaku dan otoriter , hubungan orang

tua anak menjadi kaku dan tidak hangat. Anak-anak setelah dewasa

mungkin bersifat sangat agresif atau pendiam dan tidak suka bergaul

atau justru menjadi penurut yang berlebihan.

b. Sistem nilai

Perbedaan sistem nilai moral dan etika antara kebudayaan yang satu

dengan yang lain, antara masa lalu dengan sekarang sering

menimbulkan masalah-masalah kejiwaan. Begitu pula perbedaan

moral yang diajarkan di rumah / sekolah dengan yang dipraktekkan di

masyarakat sehari-hari.

c. Kesenjangan antar keinginan dengan kenyataan yang ada

Iklan-iklan di radio, televisi. Surat kabar, film dan lain-lain

menimbulkan bayangan-bayangan yang menyilaukan tentang

kehidupan modern yang mungkin jauh dari kenyataan hidup

seharihari. Akibat rasa kecewa yang timbul, seseorang mencoba

mengatasinya dengan khayalan atau melakukan sesuatu yang

merugikan masyarakat.

d. Ketegangan akibat faktor ekonomi dan kemajuan teknologi

Dalam masyarakat modern kebutuhan dan persaingan makin

meningkat dan makin ketat untuk meningkatkan ekonomi hasil-hasil

teknologi modern. Memacu orang untuk bekerja lebih keras agar dapat

memilikinya. Jumlah orang yang ingin bekerja lebih besar dari

kebutuhan sehingga pengangguran meningkat, demikian pula

urbanisasi meningkat, mengakibatkan upah menjadi rendah. Faktor-

faktor gaji yang rendah, perumahan yang buruk, waktu istirahat dan

berkumpul dengan keluarga sangat terbatas dan sebagainya

merupakan sebagian mengakibatkan perkembangan kepribadian yang

abnormal.

e. Perpindahan kesatuan keluarga

Khusus untuk anak yang sedang berkembang kepribadiannya,

perubahan-perubahan lingkungan (kebudayaan dan pergaulan), sangat

cukup mengganggu.

f. Masalah golongan minoritas

Tekanan-tekanan perasaan yang dialami golongan ini dari lingkungan

dapat mengakibatkan rasa pemberontakan yang selanjutnya akan

tampil dalam bentuk sikap acuh atau melakukan tindakan-tindakan

yang merugikan orang banyak.

2.3 Klasifikasi

Menurut Maslim (1994) gangguan jiwa dibedakan sebagai berikut ;

a. Skizofrenia

Merupakan bentuk psikosa fungsional paling berat, dan menimbulkan

disorganisasi personalitas yang terbesar. Skizofrenia juga merupakan

suatu bentuk psikosa yang sering dijumpai dimana mana sejak dahulu

kala. Meskipun demikian pengetahuan kita tentang sebab dan

patogenisanya sangat kurang (Maramis, 1994). Dalam kasus berat,

klien tidak mempunyai kontak dengan realitas, sehingga pemikiran

dan perilakunya abnormal. Perjalanan penyakit ini

secara bertahap akan menuju kearah kronisitas, tetapi sekali-kali bisa

timbul serangan. Jarang bisa terjadi pemulihan sempurna dengan

spontan dan jika tidak diobati biasanya berakhir dengan personalitas

yang rusak “cacat”.

b. Depresi

Depresi adalah suatu perasaan sedih dan yang berhubungan dengan

penderitaan. Dapat berupa serangan yang ditujukan pada diri sendiri

atau perasaan marah yang mendalam (Nugroho, 2000). Depresi adalah

gangguan patologis terhadap mood mempunyai karakteristik berupa

bermacam-macam perasaan, sikap dan kepercayaan bahwa seseorang

hidup menyendiri, pesimis, putus asa, ketidakberdayaan, harga diri

rendah, bersalah, harapan yang negatif dan takut pada bahaya yang

akan datang. Depresi menyerupai kesedihan yang merupakan perasaan

normal yang muncul sebagai akibat dari situasi tertentu misalnya

kematian orang yang dicintai.

c. Kecemasan

Menurut Freud (dalam Alwisol, 2005:28) mengatakan bahwa

kecemasan adalah fungsi ego untuk memperingatkan individu tentang

kemungkinan datangnya suatu bahaya sehingga dapat disiapkan reaksi

adaptif yang sesuai.. Kecemasan berfungsi sebagai mekanisme yang

melindungi ego karena kecemasan memberi sinyal kepada kita bahwa

ada bahaya dan kalau tidak dilakukan tindakan yang tepat maka

bahaya itu akan meningkat sampai ego dikalahkan.

d. Gangguan kepribadian

Klinik menunjukkan bahwa gejala-gejala gangguan kepribadian

(psikopatia) dan gejala-gejala neurosa berbentuk hampir sama pada

orang-orang dengan inteligensi tinggi ataupun rendah. Jadi boleh

dikatakan bahwa gangguan kepribadian, neurosa dan gangguan

inteligensi sebagian besar tidak tergantung pada satu dan lain atau

tidak berkorelasi. Klasifikasi gangguan kepribadian: kepribadian

paranoid, kepribadian afektif atau siklotemik, kepribadian skizoid,

kepribadian axplosif, kepribadian anankastik atau obsesif-kompulsif,

kepribadian histerik, kepribadian astenik, kepribadian antisosial,

Kepribadian pasif agresif, kepribadian inadekuat.

e. Gangguan mental organik

Gangguan fungsi jaringan otak ini dapat disebabkan oleh penyakit

jasmani yang terutama mengenai otak atau yang terutama diluar otak.

Jika bagian otak yang terganggu itu luas , maka gangguan dasar

mengenai fungsi mental sama saja, tidak tergantung pada penyakit

yang menyebabkannya bila hanya bagian otak dengan fungsi tertentu

saja yang terganggu, maka lokasi inilah yang menentukan gejala dan

sindroma, bukan penyakit yang menyebabkannya. Pembagian menjadi

psikotik dan tidak psikotik lebih menunjukkan kepada berat gangguan

otak pada suatu penyakit tertentu daripada pembagian akut dan

menahun.

f. Gangguan Psikosomatik

Sering terjadi perkembangan neurotik yang memperlihatkan sebagian

besar atau semata-mata karena gangguan fungsi alat-alat tubuh yang

dikuasai oleh susunan saraf vegetatif. Gangguan psikosomatik dapat

disamakan dengan apa yang dinamakan dahulu neurosa organ. Karena

biasanya hanya fungsi faaliah yang terganggu, maka sering disebut

juga gangguan psikofisiologik.

g. Retardasi mental

Retardasi mental merupakan keadaan perkembangan jiwa yang

terhenti atau tidak lengkap, yang terutama ditandai oleh terjadinya

terhambatnya keterampilan selama masa perkembangan, sehingga

berpengaruh pada tingkat kecerdasan secara menyeluruh, misalnya

kemampuan kognitif, bahasa, motorik dan social.

Sedangkan menurut Yosep (2007) penggolongan gangguan jiwa

dan dibedakan menjadi :

a. Neurosa

Neurosa ialah kondisi psikis dalam ketakutan dan kecemasan yang

kronis dimana tidak ada rangsangan yang spesifik yang menyebabkan

kecemasan tersebut.

b. Psikosa

Psikosis merupakan gangguan penilaian yang menyebabkan

ketidakmampuan seseorang menilai realita dengan fantasi dirinya.

Sehingga, terdapat realita baru versi orang psikosis tersebut. Psikosis

dapat pula diartikan sebagai suatu kumpulan gejala atau sindrom yang

berhubungan gangguan psikiatri lainnya, tetapi gejala tersebut bukan

merupakan gejala spesifik penyakit tersebut.

3.4 Manifestasi Klinik

Tanda dan gejala gangguan jiwa menurut Yosep (2007) sebagai berikut :

a. Ketegangan (tension), rasa putus asa dan murung, gelisah, cemas,

perbuatan-perbuatan yang terpaksa (convulsive), hysteria, rasa lemah,

tidak mampu mencapai tujuan, takut, pikiran-pikiran buruk.

b. Gangguan kognisi pada persepsi: merasa mendengar

(mempersepsikan) sesuatu bisikan yang menyuruh membunuh,

melempar, naik genting, membakar rumah, padahal orang di

sekitarnya tidak mendengarnya dan suara tersebut sebenarnya tidak

ada hanya muncul dari dalam diri individu sebagai bentuk kecemasan

yang sangat berat dia rasakan. Hal ini sering disebut halusinasi, klien

bisa mendengar sesuatu, melihat sesuatu atau merasakan sesuatu yang

sebenarnya tidak ada menurut orang lain.

c. Gangguan kemauan: klien memiliki kemauan yang lemah (abulia)

susah membuat keputusan atau memulai tingkah laku, susah sekali

bangun pagi, mandi, merawat diri sendiri sehingga terlihat kotor, bau

dan acak-acakan.

d. Gangguan emosi: klien merasa senang, gembira yang berlebihan.

Klien merasa sebagai orang penting, sebagai raja, pengusaha, orang

kaya, titisan Bung karno tetapi di lain waktu ia bisa merasa sangat

sedih, menangis, tak berdaya (depresi) sampai ada ide ingin

mengakhiri hidupnya.

e. Gangguan psikomotor : Hiperaktivitas, klien melakukan pergerakan

yang berlebihan naik ke atas genting berlari, berjalan maju mundur

meloncat-loncat, melakukan apa-apa yang tidak disuruh atau

menentang apa yang disuruh, diam lama tidak bergerak atau

melakukan gerakan aneh.

3.5 Penanganan Gangguan Jiwa

a. Terapi psikofarmaka

Psikofarmaka atau obat psikotropik adalah obat yang bekerja secara

selektif pada Sistem Saraf Pusat (SSP) dan mempunyai efek utama

terhadap aktivitas mental dan perilaku, digunakan untuk terapi

gangguan psikiatrik yang berpengaruh terhadap taraf kualitas hidup

klien (Hawari, 2001). Obat psikotropik dibagi menjadi beberapa

golongan, diantaranya: antipsikosis, anti-depresi, anti-mania, anti-

ansietas, antiinsomnia, anti-panik, dan anti obsesif-kompulsif,.

Pembagian lainnya dari obat psikotropik antara lain: transquilizer,

neuroleptic, antidepressants dan psikomimetika (Hawari, 2001).

b. Terapi somatik

Terapi ini hanya dilakukan pada gejala yang ditimbulkan akibat

gangguan jiwa sehingga diharapkan tidak dapat mengganggu sistem

tubuh lain. Salah satu bentuk terapi ini adalah Electro Convulsive

Therapy. Terapi elektrokonvulsif (ECT) merupakan suatu jenis

pengobatan somatik dimana arus listrik digunakan pada otak melalui

elektroda yang ditempatkan pada pelipis. Arus tersebut cukup

menimbulkan kejang grand mal, yang darinya diharapkan efek yang

terapeutik tercapai. Mekanisme kerja ECT sebenarnya tidak diketahui,

tetapi diperkirakan bahwa ECT menghasilkan perubahan-perubahan

biokimia di dalam otak (Peningkatan kadar norepinefrin dan serotinin)

mirip dengan obat anti depresan. (Townsend alih bahasa Daulima,

2006).

c. Terapi Modalitas

Terapi modalitas adalah suatu pendekatan penanganan klien gangguan

yang bervariasi yang bertujuan mengubah perilaku klien gangguan

jiwa dengan perilaku maladaptifnya menjadi perilaku yang adaptif.

3.6 Pencegahan

Banyak para ahli yang memberikan metode upaya pencegahan mulai dari

faktor yang mempengaruhi sampai akibat yang ditimbulkan. Pada

dasarnya upaya pencegahan ialah didasarkan pada prinsip-prinsip

kesehatan mental. Prinsip-prinsip yang dimaksud adalah:

a. Gambaran dan sikap baik terhadap diri-sendiri

orang yang memiliki kemampuan menyesuaikan diri, baik dengan diri

sendiri maupun hubungan dengan orang lain, hubungan dengan alam

lingkungan, serta hubungan dengan Tuhan.

b. Keterpaduan atau integrasi diri

berarti adanya keseimbangan antara kekuatan-kekuatan jiwa dalam

diri, kesatuan pandangan (falsafah dalam hidup) dan kesanggupan

mengatasi ketegangan emosi (stres).

c. Pewujudan diri (aktualisasi) diri

Aktualisasi diri merupakan sebuah proses pematangan diri dapat

berarti sebagai kemampuan mempengaruhi potensi jiwa dan memiliki

gambaran dan sikap yang baik terhadap diri-sendiri serta

meningkatkan motivasi dan semangat hidup.

d. Kemampuan menerima orang lain, melakukan aktivitas sosial dan

menyesuaikan diri dengan lingkungan tempat tinggal

Bagi individu yang tidak mampu menyesuaikan diri dengan

lingkungannya, dapat menyebabkan timbulnya kecemasan dan

kesulitan dalam mengahadapi tuntutan dan persoalan yang dapat

terjadi setiap hari.

e. Agama dan falsafah hidup

Falsafah hidup merupakan wujud dari kumpulan prinsip atau nilai-

nilai. Sehingga setiap orang berusaha sesuai dengan ketentuannya.

Dengan demikian apabila seseorang memiliki falsafah hidup, maka

akan dapat menghadapi tantangannya dengan mudah.

f. Pengawasan diri

Sesorang yang dapat mengendalikan keinginannya dan mampu

menunda sebagian dari pemenuhan kebutuhannya. Hal ini

dimaksudkan untuk mewujudkan kesehatan mental yang didasarkan

pada kemauan dan kemampuan setiap pribadi untuk merubah dari

masalah yang buruk agar menjadi baik.

3.1 Pengkajian

1. Identitas

BAB 3. ASUHAN KEPERAWATAN

Nama, Umur, Jenis Kelamin, Agama, Status Perkawinan, Pendidikan,

Pekerjaan, dll.

2. Riwayat Kesehatan

a. Keluhan Utama

Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien sering mengigau dan melamun.

b. Riwayat Penyakit Sekarang

Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien sering terlihat ketakutan.

Keluarga pasien mengatakan pasien sering melakukan aktivitas yang

membahayakan.

c. Riwayat Penyakit Dahulu

Keluarga pasien mengatakan kesulitan berkomunikasi dengan pasien,

karena pasien mengatakan kata-kata yang tidak jelas.

d. Riwayat Penyakit Keluarga

Anggota keluarga tidak ada yang menderita gejala seperti ini.

3. Pola Pemenuhan Kesehatan

a. Aktivitas/kesehatan

Pasien terlihat sering berhalusinasi dan perilaku pasien tidak stabil. Pasien

tidak mampu diajak berkomunikasi secara baik dan perhatian pasien

menurun dalam melakukan aktivitas. Keluarga pasien mengatakan pasien

sering melakukan aktivitas yang membahayakan.

b. Persepsi

Gejala: riwayat kehilangan seseorang yang dicintai

Tanda: pasien sering melamun, mengigau, dan berhalusinasi.

c. Makanan/cairan

Keluarga pasien mengatakan pasien makan sehari 2x-3x sehari, dengan

bantuan keluarga pasien.

d. Nyeri/kenyamanan

Pada pasien gangguan mental tidak ditemukan nyeri/ketidaknyamanan

pada badan pasien.

e. Pernafasan

Pada pasien gangguan mental tidak ditemukan ketidaknormalan pada

pernafasan

f. Psikologi

Pasien terhilat cemas dan ketakutan, pasien tampak mondar-mandir dan

terkadang berteriak-teriak tidak jelas, pasien mengalami diorientasi ruang

dan waktu, dan pasien tampak gelisah, dan labil.

g. Sosial

Pasien tidak dapat berkomunikasi dengan jelas dan perilaku pasien tidak

stabil, sehingga menyebabkan pasien sedikit mempunyai teman dan hanya

berinteraksi dengan anggota keluarganya.

4. Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : Baik

Tingkat kesadaran : Baik

GCS : 15 ( E4 M6 V5)

Tanda-tanda vital :

Tekanan Darah : 120/80 mmHg

Nadi : 88 x/menit

Respirasi Rate : 19 x/menit

Suhu : 36, 8 oC

a. Kepala : Warna kulit sawo matang, tidak ada jejas, tidak ada nyeri tekan.

b. Mata-Telinga-Hidung:

a) Penglihatan : Baik

b) Pendengaran : Baik

c) Hidung, pembau : Baik

c. Leher: Simetris, Normal, tidak Ada jejas, tidak ada benjolan

d. Dada dan punggung: Normal

a) Paru-paru: Normal

b) Jantung, abdomen, pinggang: Normal

e. Sistem pencernaan : Normal

f. Sistem Genitourinaria : Normal

g. Ekstremitas atas dan bawah : Normal

3.2 Analisa Data

No. Data Penyebab Masalah

1. DO:

- Prilaku pasien tidak

stabil.

- Pasien mengalami

diorientasi ruang dan

waktu

- Pasien terlihat sering

berhalusinasi

DS:

- Keluarga pasien

mengatakan bahwa pasien

sering mengigau dan

melamun

Gangguan otak Gangguan proses

pikir berhubungan

dengan gangguan

otak

2. DO:

- Pasien tidak mampu

diajak berkomunikasi

secara baik.

DS:

- Pasien mengatakan kata-

kata yang tidak jelas.

- Keluarga pasien

Perubahan

persepsi

Hambatan

komunikasi verbal

berhubungan

dengan perubahan

persepsi

mengatakan kesulitan

berkomunikasi dengan

pasien.

3. DO:

- Pasien terhilat cemas dan

ketakutan.

- Pasien tampak mondar-

mandir dan terkadang

berteriak-teriak tidak

jelas.

DS:

- Keluarga pasien

mengatakan bahwa pasien

sering terlihat ketakutan.

Perubahan

sistem

neurologis

Ansietas

4. DO:

- Pasien mengalami

diorientasi ruang dan

waktu.

- Pasien tampak gelisah,

dan labil.

- Perhatian pasien menurun

dalam melakukan

aktivitas.

DS:

- Keluarga pasien

mengatakan pasien sering

melakukan aktivitas yang

membahayakan.

Disorientasi Resiko tinggi

terhadap cedera

3.3 Diagnosa

a. Gangguan proses pikir berhubungan dengan gangguan otak

b. Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan perubahan persepsi

c. Ansietas berhubungan dengan perubahan sistem neurologis

d. Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan disorientasi

3.4 Intervensi

No. DiagnosaKeperawatan

Tujuan dan Kriteriahasil

Intervensi Keperawatan

1. Gangguanproses pikir berhubungan dengan gangguan otak

Setelah diberikantindakan keperawatan diharapkan klien mampu mengenali perubahan dalamberpikir dengan KriteriaHasil: Mampu

memperlihatkan kemampuan kognitifuntuk menjalani konsekuensi kejadian yang menegangkan terhadap emosi dan pikiran tentang diri

Mampu mengembangkan strategi untuk mengatasi anggapan diri yang negative

Mampu mengenali perubahan dalam berpikir atau tingkah laku dan factor penyebab

Mampu memperlihatkan penurunan tingkah laku yang tidak diinginkan, ancaman, dan

1. Kembangkan lingkungan yangmendukung dan hubungan klien-perawat yang terapeutik

2. Kaji derajat gangguan kognitif, seperti perubahan orientasi, rentang perhatian, kemampuan berpikir. Bicarakan dengan keluarga mengenai perubahan perilaku

3. Pertahankan lingkungan yang menyenangkan dan tenang

4. Lakukan pendekatan dengan cara perlahan dan tenang

5. Panggil klien dengan namanya dan tatap wajahnya ketika berbicara

6. Gunakan suara yang agak rendah dan berbicara dengan perlahan pada klien

7. Gunakan kata-kata pendek, kalimat dan Ulangi instruksi tersebut sesuai kebutuhan

8. Dengarkan dengan penuh perhatian pembicaraan klien. Interpretasikan pertanyaan, arti, dan kata. Beri kata yangbenar

9. Hindari kritikan, argumentasi, dan konfrontasi negative

10. Gunakan distraksi. Bicarakan tentang kejadian yang sebenarnya saat klien mengungkapkan ide yang

kebingungan salah, jika tidak meningkatkankecemasan

11. Hindari klien dari aktivitas dan komunikasi yang dipaksakan

12. Gunakan hal yang humoris saat berinteraksi pada klien

13. Mengurangi kecemasan dan emosional, seperti kemarahan, meningkatkan pengembangan evaluasi diri yang positif dan mengurangi konflikpsikologis

14. Memberikan dasar perbandingan yang akan datang dan memengaruhi rencan intervensi. Catatan: evaluasi orientasi secara berulang dapat meningkatkan respon yang negative/tingkat frustasi

a. Kebisingan merupakan sensori berlebihan yang meningkatkan gangguan neuron

b. Pendekatan terburu-buru menyebabkan klien bingung, kesalahan persepsi/perasaan, terancam

c. Menimbulkan perhatian, terutama pada klien dengan gangguan perceptual

d. Nama adalah bentuk identitas diri dan menimbulkan pengenalan terhadap realita dan klien

e. Meningkatkan pemahaman. Ucapan tinggi dank eras menimbulkan stress/marah yang mencetuskan konfrontasi dan respons marah

f. Seiring perkembanganpenyakit, pusat komunikasi dalam otak terganggu sehingga menghilangkan kemampuan klien dalam respons penerimaan pesan dan percakapan secara keseluruhan

g. Menimbulkan respons verbal, meningkatkan pemahaman. Isyarat menstimulasi komunikasi, memberi pengalaman positif

h. Mengarahkan perhatian dan penghargaan. Membantu klien dengan alat bantu proses kata dalam menurunkan frustasi

i. Provokasi menurunkan harga diri dan merupakan ancaman yang mencetuskan agitasi yang tidak sesuai

j. Lamunan membantu dalam meningkatkan disorientasi. Orientasi pada realita meningkatkan perasaanrealita klien, penghargaan diri dan kemuliaan (kebahagiaan) personal

k. Keterpaksaan menurunkan keikutsertaan dan meningkatkan kecurigaan, delusi

l. Tertawa membantu dalam komunikasi dan meningkatkan kestabilan emosi

2. Hambatankomunikasi verbal berhubungan dengan perubahan persepsi

Setelah diberikanasuhan keperawatan, diharapkan klien tidak mengalami hambatan komunikasi verbal dengan kriteria hasil: Membuat teknik /

metode komunikasi yang dapat di mengerti sesuai kebutuhan dan meningkatkan kemampuan berkomunikasi

1. Kaji kemampuan klien untukberkomunikasi.

2. Menentukan cara-cara berkomunikasi seperti mempertahankan kontak mata, pertanyaan dengan jawaban ya atau tidak, menggunakan kertas dan pensil/bolpoint, gambar, atau papan tulis; bahasa isyarat, penjelas arti dari komunikasi yang disampaikan.

3. Letakkan bel/lampu panggilan di tempat mudah dijangkau dan berikan penjelasan cara menggunakannya. Jawab panggilan tersebut dengan segera. Penuhi kebutuhan klien. Katakan kepada klien bahwa perawat siap membantu jika dibutuhkan.

Kolaborasi

1. Kolaborasi dengan ahli wicara bahasa.

2. Untuk menentukan tingkat kemampuan klien dalam berkomunikasi.

3. Untuk membantu proses berkomunikasi dengan klien, dan agar tidak terjadi miskomunikasi.

3. Ansietas

berhubungan

dengan

perubahan

sistem

neurologis

Setelah diberikanasuhan keperawatan, diharapkan klien dapat mengatasi rasa cemas dengan kriteria hasil: Klien mampu

mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas

Klien mampu

1. Gunakan pendekatan yangmenenangkan

2. Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasalan selama prosedur

3. Dorong keluarga untuk menemani klien

4. Identifikasikan tingkat kecemasan

5. Bantu klien untuk mengenal

menunjukkan teknikuntuk mengontrol cemas

Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan

situasi yang menyebabkankecemasan

6. Ajarkan pasien penggunaan teknik relaksasi

4. Resiko tinggi

terhadap

cedera

berhubungan

dengan

disorientasi

Setelah dilakukantindakan keperawatan diharapkan Risiko cedera tidak terjadi dengan Kriteria Hasil: Meningkatkan

tingkat aktivitas Dapat beradaptasi

dengan lingkungan untuk mengurangi risiko trauma/cedera

Tidak mengalami trauma/cedera

Keluarga mengenali potensial di lingkungan danmengidentifikasi tahap-tahap untuk memperbaikinya

1. Kaji derajat gangguankemampuan,tingkah laku impulsive dan penurunan persepsi visual. Bantu keluarga mengidentifikasi risiko terjadinya bahaya yang mungkin timbul

2. Hilangkan sumber bahaya lingkungan

3. Alihkan perhatian saat perilaku teragitasi

4. Gunakan pakaian sesuai dengan lingkungan fisik/kebutuhan klien

5. Kaji efek samping obat, tanda keracunan (tanda ekstrapiramidal,hipotensiortostatik,gangguan penglihatan, gangguan gastrointestinal)

6. Hindari penggunaan restrain terus-menerus. Berikan kesempatan keluarga tinggal bersama klien selama periode agitasi akut

BAB 4. PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Gangguan mental (mental disorder) atau gangguan jiwa merupakan istilah

resmi yang digunakan dalam PPDGJ (Pedoman Penggolongan Diagnostik

Gangguan Jiwa). Penyebab gangguan jiwa itu bermacam-macam ada yang

bersumber dari berhubungan dengan orang lain yang tidak memuaskan seperti

diperlakukan tidak adil, diperlakukan semena-mena, cinta tidak terbatas,

kehilangan seseorang yang dicintai, kehilangan pekerjaan, dan lain-lain. Selain

itu ada juga gangguan jiwa yang disebabkan faktor organik, kelainan saraf dan

gangguan pada otak.

Banyak para ahli yang memberikan metode upaya pencegahan mulai dari

faktor yang mempengaruhi sampai akibat yang ditimbulkan. Pada dasarnya upaya

pencegahan ialah didasarkan pada prinsip-prinsip kesehatan mental. Prinsip-

prinsip yang dimaksud adalah gambaran dan sikap baik terhadap diri-sendiri,

keterpaduan atau integrasi diri, pewujudan diri (aktualisasi) diri, kemampuan

menerima orang lain, melakukan aktivitas sosial dan menyesuaikan diri dengan

lingkungan tempat tinggal, agama dan falsafah hidup, dan pengawasan diri.

4.2 Saran

Kesadaran perawat tentang gangguan mental, baik proses terjadi, factor

penyebab, keterbatasan, tingkat kemampuan klien dan asuhan keperawatan yang

spesifik akan memotivasi perawat melakukan praktek keperawatan yang

berkualitas.

DAFTAR PUSTAKA

Perry and Potter. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : konsep, proses, dan praktik / Patricia A. Potter, Anne Griffin Perry ; alih bahsa, Yasmin Asih [ et all]; editor edisi bahasa Indonesia, Devi Yulianti, Monica Ester.— Ed.4.—Jakarta : EGC

Stuart Gail W dan Sandra J. Sundeen. 1995. Buku Saku. Keperawatan Jiwa. Edisi3. Jakarta: EGC. Buku Kedokteran.

Sundari, Siti. 2005. Kesehatan Mental dalam Kehidupan. Jakarta : PT. RinekaCipta.

Videbeck, Sheila L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Alih bahasa , Renata Komalasari, Alfrina Hany; Editor edisi bahasa Indonesia, Pemilih Eko Karyuni, Jakarta: EGC.

Yosep, Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. Editor: Aep Gunarsa. Bandung. PT. RefikaAditama.