GAMBARAN TINGKAT DEPRESI IBU POSTPARTUM DI...
Transcript of GAMBARAN TINGKAT DEPRESI IBU POSTPARTUM DI...
GAMBARAN TINGKAT DEPRESI IBU POSTPARTUM
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIPUTAT TIMUR
KOTA TANGERANG SELATAN
TAHUN 2017
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan MemperolehGelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Oleh:
DWI RESTARINA
NIM 1110104000022
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANFAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAHJAKARTA
1438 H/2017 M
LEMBARPERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 Keperawatan di Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
canturnkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan jiplakan dari hasil karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Is1am Negeri (UIN) SyarifHidayatullah Jakarta.
Ciputat, Juni 2017
Dwi Restarina
1
ii
FACULTY OF MEDICAL AND HEALTH SCIENCESPROGRAM STUDY OF NURSING SCIENCEISLAMIC STATE UNIVERSITY (UIN) SYARIF HIDAYATULLAHJAKARTA
Mini Thesis, June 2017
Dwi Restarina, NIM: 1110104000022
The Overview of Depression Level of Postpartum Depression amongPostpartum Mothers at Ciputat Timur Public Health Center Working Area,South Tangerang City in 2017
xviii + 67 pages + 10 tables + 2 chart + 1 pictures + 20 attachment
ABSTRACT
Postpartum mothers have greater risk to experience any mental disorder, includingpostpartum depression, which occurred after 6 weeks to 1 year after birth deliveryand could affect their baby development and their role as mothers. The worldwideprevalence of postpartum depression was vary start from 6.5% to 15% andincreased each year with occurred most in developing country includingIndonesia. This study aimed to describe the level of postpartum depression amongpostpartum mothers at Ciputat Timur Public Health Center working area, SouthTangerang City in year 2017. This study used simple descriptive quantitativemethod with cross-sectional as design and held during January to Mei 2017. Thesample that used were postpartum mothers as much as 86 respondents and usedBDI version II that translated to Bahasa Indonesia as instrument questioner. Theresult study showed that the level of postpartum depression may vary, start fromnon depressed (minimal depression) as much 48 respondents (55,8%), mild 18respondents (20,9%), medium 13 respondents (15,1%) and severe 7 respondents(8,1%). The high risk of mothers experiencing postpartum depression occurred tothem who have age between 20-34 years old (81,4%), have secondary educationlevel (45,3%), is a housewife (80,2%) and multipara mothers (53,49%). Thisstudy showed that postpartum depression experienced by all of respondents withvary level and there were risk factors that could increase depression prevalence.Therefore, is expected health service and education institution facilities to providefacility and psychological service that could prevent and give treatment topostpartum depression disorders.
Keywords: Postpartum, Postpartum Depression, Level Postpartum Depression
Reference: 68 (years 1985-2016)
iii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANPROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANUNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAHJAKARTA
Skripsi, Juni 2017
Dwi Restarina, NIM: 1110104000022
Gambaran Tingkat Depresi Ibu Postpartum di Wilayah Kerja PuskesmasCiputat Timur Kota Tangerang Selatan Tahun 2017
xviii + 67 halaman + 10 tabel + 2 bagan + 1 gambar+ 20 lampiran
ABSTRAK
Ibu postpartum memiliki kerentanan terhadap berbagai gangguan mental, salahsatunya adalah depresi postpartum yang terjadi setelah 6 minggu hingga 1 tahunpasca persalinan yang dapat berpengaruh terhadap perkembangan bayi dan peranibu. Prevalensi depresi postpartum di dunia bervariasi mulai dari 6,5% sampai15% dan setiap tahunnya meningkat, dengan sebagian besar terjadi pada negaraberkembang termasuk Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkantingkat depresi pada ibu postpartum di wilayah kerja Puskesmas Ciputat TimurKota Tangerang Selatan tahun 2017. Penelitian ini menggunakan metodepenelitian kuantitatif deskriptif sederhana dengan desain cross-sectional danpelaksanaan penelitan mulai dari bulan Januari – Mei 2017. Sampel yangdigunakan pada penelitian ini yaitu ibu postpartum sebanyak 86 responden denganmenggunakan instrumen kuesioner BDI versi II yang telah ditranslasi ke BahasaIndonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat depresi postpartum padaresponden bervariasi, mulai dari tidak depresi (depresi minimal) sebanyak 48responden (55,8%), ringan 18 responden (20,9%), sedang 13 responden (15,1%)dan berat 7 responden (8,1%). Risiko tinggi ibu mengalami depresi postpartumterjadi pada ibu yang memiliki rentang usia 20-34 tahun (81,4%), memilikijenjang pendidikan menengah (45,3%), merupakan ibu rumah tangga (80,2%) danibu multipara (53,49%). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa depresipostpartum dialami oleh setiap responden dengan tingkat depresi yang bervariasidan terdapat faktor risiko yang dapat meningkatkan prevalensi depresi. Sehinggadiharapkan adanya institusi pelayanan kesehatan maupun pendidikan kesehatandapat menyediakan fasilitas dan pelayanan psikologis yang dapat mencegah sertamenangani gangguan mental ini.
Kata Kunci: Postpartum, Depresi Postpartum, Tingkatan Depresi Postpartum
Referensi: 68 (tahun 1985-2016)
vii
RIWAYAT HIDUP
Nama : DWI RESTARINA
Tempat, tanggal lahir : Sumedang, 18 Februari 1992
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Alamat : Dusun Mekarsari RT 01 RW 08 Desa CitimunKec. Cimalaka Kab. Sumedang 45353, Jawa Barat
No.Hp : +6282111957285
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan :1. TK PGRI Teratai (1996-1998)2. SD Negeri Citimun 2 (1998-2004)3. SMP Negeri 2 Cimalaka (2004-2007)4. SMA Negeri 1 Cimalaka (2007-2010)5. S-1 Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2010-
sekarang)
Pengalaman Organisasi :1. Anggota Gerakan Pramuka Racana Fatahillah- (2010-2012)
Nyi Mas Gandasari, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta2. Anggota Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FKIK (2013-2014)3. Anggota Institute Martial Art Indonesia (IMAI) (2013-2014)
Pengalaman Seminar dan Pelatihan :1. Seminar Nasional dan Workshop Keperawatan “NANDA, NIC, NOC:
Concept, Implementation and Innovation for Better Quality of NursingService in Indonesia” 2013
2. Seminar dan Workshop Keperawatan “Nursing Update In RespiratoryDisease” 2014
3. Seminar Keperawatan “Effective Communication Toward Patient Safetyand Customer Satisfaction” 2015
4. Training “Emergency First Responder” 20155. Seminar Nasional “Inklusivitas Perempuan Dalam Pendidikan Keluarga”
2017
viii
LEMBAR PERSEMBAHAN
“Dia memberikan hikmah (ilmu yang berguna)
kepada siapa yang dikehendaki-Nya.
Barang siapa yang mendapat hikmah itu
Sesungguhnya ia telah mendapat kebaikan yang banyak
Dan tiadalah yang menerima peringatan
melainkan orang-orang yang berakal”.
(Q.S. Al-Baqarah: 269)
Alhamdulillahirobbil’alamin...Di batas waktu yang tersisaEngkau izinkan’ku menggoreskan sebuah karya
Untukmu seorang wanita yang telah disisi-NyaSungguh engkau laksana cahayaYang mampu menghadirkan keridhoan untukkuMenapaki sebuah jalan yang tak pernah usai oleh jutaan langkahKasihmu yang tulus...Tak pernah hanyut terbawa derasnya arus peradaban dunia
Duhai ayahku...Inilah sebutir karyaku untukmu juaSemoga mampu menghapus letih dan lelahmu
Teruntuk abangku Hedy Hardiana...Thank you so much telah engkau hadirkan ketulusan pada adikmuDalam segala urusan atas diriku dan kesabaran dalam kepahitankuSemoga berbuah keshalehan untukmu (Allahumma Aamiin..)
Terima kasih untuk segenap keluarga besarku (Almarhumah Ema, ibi, amang, uwa, teteh, aa, dkk)atas dorongan semangat dalam setiap do’a terindah dan terbaiknya, semoga ini menjadi suatukebanggaan dan kebaikan atas rezekiku.
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah swt, yang telah memberikan rahmat dan
hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Gambaran Tingkat Depresi Ibu Postpartum Di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat
Timur Kota Tangerang Selatan Tahun 2017”. Penulisan skripsi ini dilakukan
dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana
Keperawatan (S.Kep) di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK),
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak, untuk itu penulis menyampaikan terima kasih yang setulusnya
kepada yang terhormat:
1. Prof. Dr. H. Arif Sumantri, M.Kes., selaku dekan Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Maulina Handayani, S.Kp, M.Sc., selaku ketua dan ibu Ernawati,
S.Kp, M.Kp, Sp.KMB selaku sekretaris Program Studi Keperawatan
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta sekaligus sebagai dosen penguji skripsi.
3. Ibu Puspita Palupi, M.Kep, Sp.Mat., ibu Mardiyanti, M.Kep MDS, ibu
Gusrina Komara Putri, MSN, dan ibu Nia Damiati, MSN, sebagai
pembimbing skripsi yang telah menyediakan waktu, tenaga, pikiran,
dan penuh kesabaran dalam mengarahkan saya untuk penyusunan
skripsi ini.
4. Ibu Uswatun Hasanah, MNS, sebagai pembimbing akademik yang telah
memberikan motivasi untuk terus semangat dalam meraih cita dan seni
dalam hidup selama kuliah dan running skripsheet.
5. Pimpinan Puskesmas Ciputat Timur dan seluruh staf yang telah
memberikan izin dan membantu dalam melakukan penelitian.
6. Ibu kader posyandu kelurahan Rempoa dan kelurahan Cempaka Putih,
serta ibu-ibu responden yang telah berpartisipasi dalam proses
penelitian.
x
7. Ayah, abang, kakak ipar, dan keluarga besarku yang selalu setia
memberikan semangat serta dorongan disetiap desiran darah dan
keringat yang mengalir.
8. Rekan mahasiswa PSIK angkatan 2010 dan PSIK 2013 yang
mempunyai satu tujuan sama “Lulus Berjamaah”.
9. Semua pihak yang telah terlibat dalam penulisan skripsi ini, yang tanpa
mengurangi rasa hormat tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Semoga amal kebaikan yang telah diberikan senantiasa mendapatkan pahala
dari Allah swt. Penulis menyadari bahwa hasil dari penelitian ini tidak lepas dari
kekurangan dan kesalahan, untuk itu penulis mengharapkan adanya masukan,
saran, dan kritik yang membangun. Akhirnya penulis berharap, semoga penelitian
ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan pendidikan dalam
keperawatan. Aamiin.
Ciputat, Juni 2017
Dwi Restarina
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA i
ABSTRACT ii
ABSTRAK iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN iv
LEMBAR PENGESAHAN v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP vii
LEMBAR PERSEMBAHAN viii
KATA PENGANTAR ix
DAFTAR ISI xi
DAFTAR SINGKATAN xiv
DAFTAR TABEL xv
DAFTAR BAGAN
DAFTAR GAMBAR
xvi
xvii
DAFTAR LAMPIRAN xviii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Peneltian
D. Manfaat Penelitian
E. Ruang Lingkup Penelitian
1
5
7
7
8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Postpartum
1. Pengertian Postpartum
2. Klasifikasi Postpartum
3. Adaptasi Fisiologis Postpartum
4. Adaptasi Psikologis Postpartum
9
9
10
10
13
xii
B. Depresi Postpartum
1. Pengertian Depresi Postpartum
2. Gejala Dan Tanda Depresi Postpartum
3. Faktor Predisposisi Depresi Postpartum
4. Faktor Presipitasi Depresi Postpartum
5. Dampak Depresi Postpartum
6. Pencegahan Depresi Postpartum
7. Penanganan Depresi Postpartum
8. Instrumen Pengukuran Depresi Postpartum
9. Peran Perawat Terhadap Depresi Postpartum
C. Kerangka Teori
20
20
21
23
27
28
30
31
34
36
38
BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFINISI
OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep
B. Definisi Operasional
39
40
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
C. Populasi dan Sampel
D. Instrumen Penelitian
E. Uji Validitas dan Reliabilitas
F. Tahapan Pengambilan Data
G. Pengolahan Data
H. Etika Penelitian
42
42
43
45
46
47
50
51
BAB V HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Tempat Penelitian
1. Gambaran Umum Puskesmas Ciputat Timur
2. Visi, Misi, Motto Puskesmas Ciputat Timur
53
53
54
xiii
3. Program Puskesmas Ciputat Timur
4. Sumber Daya Puskesmas Ciputat Timur
B. Hasil Analisis Univariat
1. Proporsi Tingkat Depresi Berdasarkan Usia
2. Proporsi Tingkat Depresi Berdasarkan Paritas
3. Proporsi Tingkat Depresi Berdasarkan Pendidikan
4. Proporsi Tingkat Depresi Berdasarkan Pekerjaan
5. Proporsi Tingkat Depresi Berdasarkan Jenis
Persalinan
6. Proporsi Tingkat Depresi Berdasarkan Tingkat
Depresi
55
55
57
57
57
58
59
59
60
BAB VI PEMBAHASAN
A. Analisa Univariat
B. Keterbatasan Penelitian
61
66
BAB VII PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
66
67
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiv
DAFTAR SINGKATAN
WHO : World Health Organization
ICD : International Statistical Classification of Diseases
BDI-II : Beck Depression Inventory Scale Second Edition
LH-FSH : Luteinizing Hormone-Follicle Stimulating Hormone
ANC : Antenatal Care
GP : General Psychiatry
HPA Axis : Hypothalamic Pituitary Adrenal Axis
CRH : Corticotropin Releasing Hormone
SIDS : Sudden Infant Death Syndrome
EPDS : Edinburgh Postnatal Depression Scale
SSRIs : Selective Serotonin Reuptake Inhibitor
TCAs : Tricyclic Antidepressant
CBT : Cognitive Behaviour Therapy
KMC : Kangaroo Mother Care
BBLR : Berat Bayi Lahir Rendah
DSM-IV : Diagnostic and Stastic Manual of Mental Disorders FourthEdition
xv
DAFTAR TABEL
Halaman
2.1 Faktor yang Mempengaruhi Identitas Peran Maternal 19
2.2 Perbandingan antara gejala dan tanda Postpartum Blues,Depresi Postpartum, dan Postpartum Psikosis 23
3.1 Definisi Operasional 40
5.1 Peran Serta Masyarakat Puskesmas Ciputat Timur Tahun 2015 54
5.2 Proporsi Tingkat Depresi Ibu Postpartum berdasarkan Usiadi Wilayah Puskesmas Ciputat Timur (Januari-Februari 2017) 57
5.3 Distribusi Responden berdasarkan Paritas IbuPostpartum di wilayah Puskesmas Ciputat Timur(Januari-Februari 2017) 57
5.4 Proporsi Tingkat Depresi berdasarkanPendidikan IbuPostpartum di Wilayah Puskesmas Ciputat Timur(Januari-Februari 2017) 58
5.5 Distribusi Responden berdasarkan Pekerjaan Ibu Postpartumdi wilayah Puskesmas Ciputat Timur (Januari-Februari 2017) 59
5.6 Distribusi Responden berdasarkan Jenis Persalinan IbuPostpartum di wilayah Puskesmas Ciputat Timur(Januari-Februari 2017) 59
5.7 Distribusi Responden berdasarkan Tingkat Depresi IbuPostpartum di wilayah Puskesmas Ciputat Timur(Januari-Februari 2017) 60
xvi
DAFTAR BAGAN
Halaman
Bagan 2.2 Kerangka Teori Gambaran Tingkat Depresi Ibu Postpartum 38
Bagan 3.1 Kerangka Konsep 39
xvii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
2.1 Model dari Mercer’s Theory (Maternal Role Attainment) 18
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Perizinan Izin Penelitian
Lampiran 2 Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 3 Kuesioner
Lampiran 4 Hasil Uji Validitas
Lampiran 5 Hasil Analisa Data
1
BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini akan memaparkan dan menjelaskan latar belakang, rumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta ruang lingkup penelitian mengenai
depresi postpartum.
A. Latar Belakang
Periode awal setelah melahirkan bagi seorang wanita pada umumnya
menjadi peristiwa yang paling membahagiakan apalagi bila anak yang
dilahirkan sesuai dengan harapan. Tidak sedikit wanita mengalami hal yang
sama dan cenderung mengalami peristiwa yang berat, penuh tantangan dan
kecemasan (Palupi, 2013). Wanita yang tidak berhasil menyesuaikan diri
terhadap adanya perubahan, baik perubahan biologis, fisiologis, maupun
psikologis termasuk perubahan peran, maka akan cenderung mengalami
masalah emosional pasca persalinan.
Permasalahan psikologis yang seringkali terjadi pada ibu postpartum
meliputi postpartum blues/maternity blues, depresi postpartum sampai
gangguan psikosis yang bersifat delusional dan atau halusinatif.
Permasalahan ini dapat pula dialami oleh ayah (suami atau pasangan dari
wanita yang melahirkan) meskipun kejadiannya lebih jarang dan belum
diteliti (Elvira, 2011). Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa depresi
postpartum dapat mempengaruhi kehidupan sosial ibu, kemampuan
profesional, dan hubungan ibu-anak yang dapat bersifat negatif (Erdogan,
2010; Nagy et al., 2011).
2
Depresi postpartum didefinisikan di dalam International Stastistical
Classification of Diseases (ICD-10) sebagai gangguan mental dan perilaku
yang terjadi setelah 6 minggu persalinan (WHO, 2007). Secara klinis, gejala
dari depresi postpartum mirip dengan kriteria diagnosis gangguan depresi
pada umumnya yaitu: kurang bergairah dalam menjalankan aktivitas,
perubahan berat badan dan nafsu makan, insomnia bahkan hiperinsomnia,
gelisah, lambatnya psikomotor, selalu merasa lelah dan kurang berenergi,
serta ciri-ciri lainnya yang pada umumnya muncul pada mereka yang
menderita gangguan depresi (Sadock & Sadock, 2005). Wanita yang
menderita depresi postpartum mengalami gejala pada tahun pertama pasca
persalinan, dampak yang ditimbulkannya adalah dapat mempengaruhi
kualitas hidup ibu maupun bayi, perkembangan bayi dan ketidakmampuan
ibu untuk mendalami kemampuan parenting (Erdogan, 2010).
Prevalensi depresi postpartum di dunia bervariasi mulai dari 6,5%
sampai 15% selama 1 tahun setelah melahirkan (Misri et al., 2016; Rambelli
et al., 2010; Tang et al., 2016). Prevalensi depresi postpartum di negara-
negara berkembang besarannya mulai dari 2%-74% dengan prevalensi
terbesar berada di Turki (Norhayati et al., 2016). Penelitian yang dilakukan di
negara Brazil menyebutkan bahwa prevalensi depresi postpartum meningkat
setiap tahunnya dengan faktor prediktor adalah kurangnya pemahaman ibu
untuk memeriksakan kondisi dirinya dan bayi agar dapat dilakukan upaya
skrining dan preventif (Corrêa et al., 2016). Di Denpasar, prevalensi depresi
postpartum mencapai 20,5% dengan faktor risiko diantaranya
sosiodemografi, faktor obsetri dan faktor marital (Dira & Ayu, 2016).
3
Penelitian sebelumnya telah mengungkapkan bahwa depresi postpartum
dialami juga oleh perempuan di Indonesia, akan tetapi data secara nasional
belum dapat digali besaran prevalensi. Di Indonesia (Jakarta, Yogyakarta,
dan Surabaya), pada tahun 1998-2001 diperoleh data bahwa angka kejadian
depresi postpartum antara 15-20% (Elvira, 2011). Pada tahun 2007 di
Indonesia angka kejadian depresi postpartum yang ditemukan pada 6 minggu
pasca persalinan adalah 6,6% dan 6 bulan pasca persalinan adalah 8,2%
(Roomruangwong, 2011).
Bayi-bayi dari ibu yang mengalami depresi dilaporkan menunjukkan
perilaku yang lebih rewel, mudah menangis dan kurang berekspresi atau
berespon terhadap rangsangan yang diberikan kepadanya dibandingkan bayi-
bayi dengan ibu yang tidak mengalami depresi postpartum (Spinelli, 2004).
Pendapat lain menyatakan bahwa anak-anak yang berusia lebih dari satu
tahun dari ibu yang mengalami depresi postpartum mempunyai masalah
tingkah laku dan memiliki kemampuan kognitif yang kurang dibandingkan
anak-anak yang ibunya tidak mengalami depresi postpartum (Nazara, 2009).
Ibu yang mengalami depresi dan dalam kondisi berat bisa memunculkan
adanya keinginan untuk mengakhiri penderitaan dengan jalan membahayakan
diri maupun anaknya (Ibrahim, 2012).
Penegakkan diagnosis depresi postpartum dapat dilakukan melalui
gejala-gejala klinis yang tampak seperti mood yang tertekan, hilangnya
ketertarikan atau kesenangan dalam beraktivitas, gangguan nafsu makan,
gangguan tidur, agitasi fisik atau pelambatan psikomotor, lemah, merasa
tidak berguna, susah konsentrasi, dan keinginan untuk bunuh diri.
4
Penegakkan diagnosis tersebut selain dari riwayat serta penampakan gejala,
dapat ditunjang melalui kuesioner The Beck Depression Inventory edisi
kedua (BDI-II).
Depresi postpartum merupakan permasalahan yang sampai saat ini
masih terus dikaji. Berbagai faktor risiko diteliti sampai dengan kaitannya
faktor biokimia terhadap prevalensi depresi postpartum. Studi yang dilakukan
di rumah sakit khusus ibu dan anak di Los Angeles menyatakan bahwa
adanya peningkatan risiko depresi pada ibu melahirkan karena kurangnya
dukungan sosial dan adanya cacat pada bayi (Trost et al., 2016). Deteksi awal
terhadap status kesehatan mental ibu, pengaruh lingkungan sosial, hubungan
antar anggota keluarga, dan deteksi awal risiko cacat pada bayi perlu
dilakukan. Penelitian lain mengungkapkan bahwa gangguan panik juga dapat
memberikan kontribusi terhadap munculnya depresi postpartum (Rambelli et
al., 2010).
Hasil penelitian yang telah dilakukan di negara Hungaria menyatakan
bahwa riwayat ibu mengalami depresi sebelum kehamilan merupakan faktor
kuat pencetus terjadinya depresi postpartum (Micali, Simonoff, & Treasure,
2011; Nagy et al., 2011). WHO menyebutkan bahwa faktor yang
berkontribusi terhadap terjadinya depresi postpartum adalah kondisi stres,
perilaku negatif selama kehamilan dan kurangnya dukungan sosial (Ayoub,
2014; Norhayati et al., 2016). Penelitian lain menyebutkan faktor yang
berpengaruh yaitu kondisi di rumah, hubungan pernikahan, dan riwayat
keluarga yang memiliki masalah dengan alkohol. Adanya riwayat gangguan
5
bipolar pada ibu hamil ternyata memiliki risiko lebih besar untuk terjadinya
depresi postpartum (Mandelli et al., 2016).
Penelitian lainnya menyatakan bahwa adanya penurunan rasio
Luteinizing Hormone (LH) - Follicle Stimulating Hormone (FSH) pasca
melahirkan memiliki keterkaitan dengan peningkatan risiko terjadinya
depresi postpartum (Raji et al., 2016). Penurunan rasio ini dapat dijadikan
sebagai prediktor kimia terjadinya depresi postpartum. Adanya permasalahan
pada pola tidur dan kelelahan pada kaki selama kehamilan memiliki
kontribusi terhadap gejala depresi postpartum (Okun, 2016; Sarberg et al.,
2016). Hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di wilayah kerja
Puskesmas Ciputat Timur, dari 30 orang ibu postpartum yang diambil secara
random didapatkan tingkat depresi yang bervariasi, mulai dari depresi
minimal hingga depresi berat. Sebanyak 17 orang berada pada depresi
minimal, 5 orang depresi ringan, 4 orang depresi sedang, dan sisanya 4 orang
berada pada depresi berat.
B. Rumusan Masalah
Depresi postpartum merupakan permasalahan yang belum banyak orang
mengetahuinya. Hal ini karena tenaga kesehatan maupun masyarakat lebih
mengenal depresi postpartum sebagai postpartum blues. Kedua permasalahan
ini tentulah memiliki perbedaan yaitu terletak pada waktu dan lamanya
permasalahan ini timbul dan dampak yang ditimbulkannya.
Depresi postpartum merupakan masalah yang perlu ditangani secara
serius karena akan berdampak terhadap status emosional sang ibu dan
6
perkembangan bayinya. Depresi postpartum dapat pula menyebabkan
permasalahan hubungan dengan anggota keluarga, dapat berujung pada
penelantaran anak, gangguan aktivitas, serta permasalahan negatif lainnya.
Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya yang dapat mengurangi kejadian
depresi postpartum.
Upaya yang dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan dan masyarakat
untuk mencegah terjadinya depresi postpartum yaitu dengan melakukan
skrining pada ibu postpartum dengan menggunakan alat ukur yang sudah
baku. Apabila ibu postpartum telah dilakukan skrining dan diketahui terdapat
potensi terjadinya depresi postpartum, maka tenaga kesehatan dapat dengan
sigap melakukan intervensi kesehatan untuk mencegah potensi tersebut
menjadi permasalahan aktual. Oleh karena itu, setiap tenaga kesehatan
khususnya bidan dan perawat perlu dibekali keterampilan mengenai upaya
pencegahan dan penanganan ibu yang mengalami risiko depresi postpartum.
Hasil wawancara dengan Kepala Bagian Tata Usaha (TU) dan Kepala
bidang Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) melaporkan bahwa belum pernah
menemukan kasus depresi postpartum maupun dilakukannya survei
pencatatan jumlah prevalensi yang berisiko mengalami depresi postpartum di
Puskesmas Ciputat Timur. Sehubungan dengan dampak permasalahan yang
ditimbulkan depresi postpartum dan belum adanya penelitian terkait depresi
postpartum, maka peneliti tertarik untuk mengetahui Gambaran Tingkat
Depresi Ibu Postpartum di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Timur Kota
Tangerang Selatan Tahun 2017.
7
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Gambaran Tingkat Depresi
pada Ibu Postpartum di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Timur Kota
Tangerang Selatan tahun 2017
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya gambaran karakteristik ibu postpartum di wilayah kerja
Puskesmas Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan tahun 2017
b. Diketahuinya tingkat depresi ibu postpartum di wilayah kerja
Puskesmas Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan tahun 2017.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua
pihak dalam mengembangkan pelayanan keperawatan, yang meliputi:
1. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan
Dapat dijadikan masukan dalam meningkatkan pengetahuan, peran dan
dukungan psikologis yang diberikan kepada klien dan keluarganya
dalam Antenatal Care (ANC) di berbagai area pelayanan kesehatan
baik di rumah sakit, puskesmas, maupun di komunitas.
2. Bagi Pelayanan Kesehatan
Dapat dijadikan masukan dalam meningkatkan mutu pelayanan di area
kerjanya terhadap kejadian depresi postpartum.
8
E. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan di lingkungan wilayah puskesmas Ciputat
Timur dengan dua kelurahan binaan yaitu kelurahan Rempoa dan Cempaka
Putih dengan responden yaitu ibu postpartum dengan masa partus 6 minggu
hingga 1 tahun. Penelitian ini dibatasi pula pada faktor-faktor yang
berkontribusi terhadap terjadinya depresi postpartum dengan menggunakan
kuesioner demografi dan Beck Depression Inventory versi II (BDI-II) sebagai
alat skrining.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bab kedua memaparkan hasil pencarian tinjauan pustaka dari berbagai
sumber seperti jurnal, buku ajar dan website. Bab ini terbagi menjadi konsep
postpartum yakni meliputi pengertian postpartum, klasifikasi, adaptasi fisiologis,
adaptasi psikologis, dan konsep depresi postpartum yang meliputi pengertian
depresi postpartum, gejala dan tanda, faktor predisposisi, faktor presipitasi,
dampak, pencegahan, penanganan, instrumen deteksi depresi postpartum, dan
peran perawat terhadap depresi postpartum.
A. Konsep Postpartum
Periode postpartum merupakan waktu yang berisiko terhadap
berkembangnya gangguan mood yang serius. Wanita akan merasa terganggu
secara mental pada masa ini walaupun tidak ada komplikasi yang terjadi pada
kehamilan dan proses persalinannya. Sebagian besar wanita mengalami
perubahan setelah melahirkan pada aspek fisiologis, psikologis dan sosialnya,
beberapa wanita ada yang menderita gangguan mental ringan bahkan sampai
berat (Erdogan, 2010). Terdapat 3 (tiga) masalah yang dapat terjadi pada
masa ini, yaitu: Postpartum blues, depresi postpartum dan psikosis
postpartum yang masing-masing masalah ini memiliki prevalensi, gejala
klinis dan manajemen yang berbeda-beda.
1. Pengertian Postpartum
Postpartum adalah periode setelah bayi lahir sampai organ-organ
reproduksi kembali ke keadaan normal dengan waktu enam minggu
10
(Lowdermik, Perry, Bobak, 2005). Masa postpartum atau masa nifas
sering dikenal juga dengan istilah puerperium yang berasal dari kata puer
yang berarti seorang anak dan parere berarti kembali ke semula yaitu
masa enam minggu setelah persalinan ketika organ reproduksi kembali
ke keadaan tidak hamil (Lowdermik, Perry, Bobak, 2004 dalam Palupi,
2013).
2. Klasifikasi Postpartum
Periode postpartum terbagi menjadi 3 (Wong, Perry, Hockenberry,
2002): a) Periode Immediate postpartum, terjadi dalam 24 jam pertama
setelah melahirkan. b) Periode early postpartum, terjadi setelah 24 jam
postpartum sampai akhir minggu pertama setelah melahirkan, saat risiko
komplikasi sering terjadi pada ibu postpartum. c) Periode late
postpartum, terjadi mulai minggu kedua sampai minggu keenam sesudah
melahirkan.
3. Adaptasi Fisiologis Postpartum
Adaptasi fisiologis yang terjadi pada ibu pasca melahirkan meliputi
perubahan tanda-tanda vital, hematologi, sistem kardiovaskuler, sistem
perkemihan, sistem pencernaan, sistem muskuloskeletal, sistem endokrin,
dan organ reproduksi (Lowdermik, Perry, Bobak, 2005).
Perubahan yang terjadi pada tanda-tanda vital adalah denyut nadi
biasanya mengalami penurunan menjadi 50-70 kali/menit (Lowdermik,
Perry, Bobak 2005). Pengeluaran cairan yang banyak pada saat
persalinan dan adanya fase diuresis postpartum menyebabkan suhu badan
11
ibu mengalami peningkatan sekitar 0,5°C. Jika peningkatan suhu badan
melebihi 38°C menunjukkan adanya infeksi pada ibu postpartum.
Sedangkan perubahan sistolik darah ibu akan mengalami penurunan 15-
20 mmHg saat ibu melakukan perubahan posisi dari posisi tidur ke posisi
duduk atau sering disebut hipotensi orthostatik (Lowdermik, Perry,
Bobak 2005).
Perubahan fisiologis yang terjadi pada sistem hematologi yaitu
peningkatan jumlah sel darah putih sampai 15.000 sel/ul darah selama
proses persalinan, sedangkan kenaikan sel darah putih pada ibu yang
mengalami persalinan lama dapat mencapai 25.000-30.000 sel/ul darah.
Perubahan yang terjadi selanjutnya adalah perubahan pada sistem
kardiovaskuler yaitu adanya penurunan kerja jantung dan volume plasma
secara berangsur-angsur akan kembali normal dalam dua minggu masa
postpartum. Penurunan volume plasma dan cairan ekstra sel akan
mempengaruhi penurunan berat badan ibu (Lowdermik, Perry, Bobak,
2005).
Perubahan fisiologis pada ibu postpartum yang terjadi pada sistem
perkemihan disebabkan karena otot-otot yang bekerja pada kandung
kemih dan uretra tertekan oleh bagian terdepan janin pada saat
persalinan. Disamping itu ibu juga akan mengalami diuresis pada 24 jam
pertama. Hal ini disebabkan karena pengaruh peningkatan hormon
estrogen pada saat hamil yang bersifat retensi dan akan dikeluarkan
12
kembali bersama urin pada periode postpartum (Lowdermik, Perry,
Bobak, 2005).
Perubahan fisiologis pada sistem pencernaan yaitu gangguan saat
defekasi karena penurunan hormon progesteron dan rasa sakit pada
daerah perineum sehingga ibu takut untuk buang air besar. Keinginan
buang air besar akan tertunda sampai 2-3 hari postpartum (Lowdermik,
Perry, Bobak, 2005). Hung (2006) mengemukakan bahwa adanya
konstipasi pada ibu pasca melahirkan selain disebabkan oleh aktivitas
penurunan progesteron juga karena adanya pembatasan cairan dan nutrisi
saat melahirkan dan ketidaknyamanan yang disebabkan trauma perineal,
epiostomi dan hemoroid (Hung, 2006 dalam Ernawati, 2012).
Perubahan fisiologis yang terjadi pada sistem reproduksi antara lain
perubahan pada servik dan uterus. Perubahan yang terjadi pada servik
adalah setelah plasenta lahir servik bentuknya menganga seperti corong,
lunak, setelah dua jam postpartum servik dapat dilalui 2-3 jari dan setelah
tujuh jam hanya dapat dilewati oleh satu jari. Dengan demikian apabila
persalinan mengalami permasalahan retensio plasenta dan diketahui
sejak awal, maka dapat dilakukan pembersihan rahim secara manual
plasenta. Sedangkan perubahan yang terjadi pada uterus adalah adanya
proses involusi uterus yaitu kembalinya uterus ke keadaan semula seperti
sebelum hamil yang dimulai setelah plasenta lahir (Lowdermik, Perry,
Bobak, 2005).
13
Perubahan fisiologis pada sistem endokrin adalah terjadinya
penurunan kadar hormon progesteron dan estrogen dalam jumlah besar
dan mendadak yang menggantikan pengaruh inhibisi progesteron
terhadap produksi α-laktalbumin oleh retikulum endoplasma kasar.
Peningkatan α-laktalbumin berfungsi untuk merangsang sintesa laktosa
dan pada akhirnya meningkatkan jumlah laktosa Air Susu Ibu (ASI).
Penurunan progesteron juga menyebabkan prolaktin bekerja tanpa
hambatan dalam merangsang produksi α-laktalbumin (Cunningham,
2006).
4. Adaptasi Psikologis Postpartum
1) Teori Rubbin Maternal Phases
Menurut Rubin, ada tiga fase penyesuaian yang terjadi pada ibu
postpartum terhadap perannya sebagai orang tua, yang disebut “Rubbin
Maternal Phases” (Rubin, 1997) yaitu:
a. Taking-in (fase ketergantungan) dimulai segera setelah persalinan,
pada fase ini ibu masih berfokus dengan dirinya sendiri, bersikap
pasif dan masih sangat tergantung pada orang lain. Pada fase ini, ibu
memerlukan dukungan sosial dari suami, keluarga, teman maupun
tenaga kesehatan. Jika pada fase ini ibu tidak mendapatkan
dukungan, maka periode pink akan menjadi periode blues pada fase
berikutnya (Lowdermik, Perry, Bobak, 2005)
b. Taking-hold (fase transisi antara ketergantungan dan kemandirian)
terjadi antara hari kedua dan ketiga postpartum. Pada fase ini, ibu
14
mulai menunjukkan perhatian pada bayinya. Dalam fase ini tenaga
ibu pulih kembali secara bertahap, ibu merasa lebih nyaman, fokus
perhatian mulai beralih pada bayi, ibu sangat antusias dalam
merawat bayinya, ibu mulai mandiri dalam perawatan diri dan
terbuka pada pengajaran perawatan. Saat ini merupakan saat yang
tepat untuk memberi informasi tentang perawatan bayi dan diri
sendiri. Pada fase ini juga terdapat kemungkinan terjadinya
postpartum blues. Hal ini terjadi apabila ibu sulit menyesuaikan diri
terhadap isolasi yang dialaminya karena harus merawat bayi. Ibu
yang memerlukan dukungan tambahan adalah ibu primipara yang
belum mempunyai pengalaman mengasuh bayi, ibu yang bekerja,
ibu yang tidak mempunyai cukup teman atau keluarga untuk berbagi,
ibu yang berusia remaja dan ibu yang tidak mempunyai suami
(Machmudah, 2010).
c. Letting-go (fase mandiri). Fase ini berlangsung antara dua sampai
empat minggu setelah persalinan ketika ibu mulai peran barunya. Ibu
melepas bayangan persalinan dengan harapan yang tidak terpenuhi
serta mampu menerima kenyataan. Pada fase ini tidak semua ibu
postpartum mampu beradaptasi secara psikologis sehingga muncul
gangguan mood yang berkepanjangan ditandai dengan adanya
perasaan sedih, murung, cemas, panik, mudah marah, kelelahan,
disertai gejala depresi seperti gangguan tidur dan selera makan, sulit
berkonsentrasi, perasaan tidak berharga, menyalahkan diri, dan tidak
mempunyai harapan untuk masa depan. Hal ini juga merupakan
15
pencetus berbagai reaksi psikologis, mulai dari reaksi emosional
ringan hingga ke tingkat gangguan jiwa yang berat.
2) Teori Maternal Role Attainment-Becoming a Mother
Maternal Role Attainment (Becoming a Mother) merupakan teori
yang dikemukakan oleh Ramona T Mercer. Teori ini merupakan
pengembangan dari teori sebelumnya yaitu teori yang dikembangkan
oleh Rubin. Hal ini karena Mercer merupakan salah satu dari mahasiswa
bimbingannya ketika mengenyam pendidikan doktoralnya. Mercer
mendefinisikan pencapaian peran maternal berdasarkan teori Rubin yaitu:
The maternal role may be considered/attained when the mother feels internalharmony with the role and its expectations. Her behavioral responses to therole’s expectations are reflexive and are seen in her concern for andcompetency in caring for her infant, in her love and affection for and pleasurein her infant, and [in] her acceptance of the responsibilities posed by the role(Mercer, 1979).
Maksudnya adalah pencapaian peran maternal akan terjadi apabila
sang ibu dapat mengharmonisasikan dirinya yaitu antara peran dan
harapannya. Dalam hal ini adalah peran sang ibu di dalam memandang
dan memperhatikan kompetensinya untuk merawat sang anak dengan
kasih sayang dan penuh afeksi, serta menerima tanggung jawabnya
menjadi seorang ibu. Mercer kemudian menjelaskan tahap identitas peran
pribadi tercapai saat ibu telah mengintegrasikan perannya ke dalam
sistem dirinya dengan kesesuaian diri dan peran lainnya; ibu merasakan
aman dalam identitasnya sebagai ibu, secara emosional berkomitmen
pada bayinya, dan merasakan harmoni, kepuasan, dan kompetensi dalam
perannya (Mercer & Ferketich, 1994).
16
Menurut Mercer komponen utama peran ibu yang berperan penting
dalam perkembangan adaptasinya adalah 1) keterikatan pada bayi, 2)
mendapatkan kompetensi dalam perilaku, sebagai contoh yaitu perawatan
bayi, dan 3) mengungkapkan kepuasan dalam interaksi ibu-bayi.
(Mercer, 1985; Mercer & Ferketich, 1994). Mercer (Mercer & Ferketich,
1994) juga mengadaptasi teori sebelumnya, yaitu teori Adaptasi Rubin
yang merupakan landasan lahirnya teori pencapaian peran ibu. Konsep
yang diadaptasi tersebut yaitu:
a. Kehamilan adalah peristiwa penanda yang mengganggu status quo
wanita,
b. Kehamilan mengharuskan wanita untuk berpindah dari satu realitas
ke realitas lainnya, dan
c. Kehamilan membutuhkan identitas peran baru.
Pada teori Mercer tentang pencapaian peran maternal, terdapat 4
tahapan yang dilalui oleh seorang ibu.
a. Tahap 1: Komitmen dan Persiapan kehamilan (Anticipatory)
Tahap ini meliputi masa kehamilan dan termasuk penyesuaian sosial
dan psikologis kehamilan. Ibu sudah mengeskplor peran yang
diharapkan selama masa kehamilan. Ibu hamil mulai berusaha
mencari informasi dari orang lain di dalam visualisasi dan
menetapkan perannya sebagai ibu.
17
b. Tahap 2: Formal (Role Taking)
Dikenal juga dengan tahap pengenalan, praktik dan pemulihan
fisik dengan durasi 2 minggu pertama pasca melahirkan. Tahap ini
dimulai setelah melahirkan termasuk fase pemulihan pasca
melahirkan. Selain itu, ibu pada tahap ini juga mulai belajar dari
orang lain dan para ahli sehingga ada kecenderungan untuk
mencontoh tindakan dari mereka. Ibu akan mendapatkan
kemampuan dari praktik yang dilakukannya.
c. Tahap 3: Informal (Role Making)
Dikenal juga dengan fase pendekatan normal (approaching
normalization) terjadi pada minggu ke-2 sampai bulan ke-4. Pada
tahap ini ibu mulai menyusun perannya setelah melahirkan
berdasarkan kesesuaiannya terhadap pengalaman yang telah lalu dan
tujuan masa depan. Para ibu pada tahap ini mulai belajar untuk
memahami bahasa bayinya dengan gaya mereka masing-masing.
Mercer juga mendefinisikan fase ini dengan nama “settling in” dan
merupakan proses keluarga baru.
d. Tahap 4: Personal (Role Identity)
Dikenal juga dengan fase integrasi identitas maternal
(integration of maternal identity) terjadi pada bulan ke-4 dan
seterusnya. Pada tahap ini dimulai dengan ibu mulai
mengintegrasikan perannya sebagai ibu ke dalam sistem hidupnya,
menginternalisasi perannya, dan memandang diri sebagai ibu yang
kompeten.
18
Mercer & Ferketich (1994) mengembangkan konsep dari fase
maternal diatas untuk mendorong pentingnya peran seorang ayah/suami
dan ataupun peran orang lain dalam hal ini adalah keluarganya. Mercer
menyebutkan bahwa peran suami secara siginifikan akan mendorong
pencapaian dari keempat fase maternal yang telah disebutkan di atas. Hal
ini karena peran suami tidak akan digantikan oleh orang lain. Selain itu,
Donley (1993) dalam (Mercer & Ferketich, 1990) juga menyatakan
bahwa perkembangan emosi bayi dipengaruhi oleh hubungan dari orang
tuanya. Berikut skema dari teori Mercer yang menggambarkan bahwa
hubungan orang tua dapat mempengaruhi perkembangan bayi.
Gambar 2.1Model dari Mercer’s Theory (Maternal Role Attainment) (Ramona T
Mercer & Ferketich, 1990)
19
Mercer, (1985) menyatakan bahwa seorang wanita yang menjadi ibu
harus melakukan beberpa hal agar tercapai peran maternal secara baik.
Hal tersebut diantaranya ialah 1) mengenali ketetapan dari perubahan
yang diminta, 2) mencari informasi, 3) mencari teladan, dan 4) menguji
dirinya sendiri untuk kompetensi.
Perjalanan teori Mercer menyimpulkan bahwa terdapat beberapa
faktor yang ternyata berpengaruh terhadap identitas peran maternal atau
mempengaruhi fase pencapaian peran maternal pada umumnya. Faktor
tersebut dimulai dari faktor sistem mikro sampai pada faktor sistem
makro. Berikut disajikan faktor yang berpengaruh beserta hubungan atau
dampaknya terhadap peran maternal.
Tabel 2.1Faktor yang Mempengaruhi Identitas Peran Maternal
No Faktor Dampak terhadap peran maternal1. Usia maternal Ibu yang masih remaja memiliki risiko lebih
tinggi untuk melahirkan bayinya secara prematurdan berat badan lahir rendah. Selain itu, hal inidapat meningkatkan risiko terhadap permasalahanfinansial, pendidikan, dan struktur keluarga.Ibu hamil yang memiliki usia diatas 30 tahunmemiliki risiko lebih tinggi terjadinyapermasalahan janin dan persalinan danpeningkatan risiko terjadinya depresi.
2. Pengalaman melahirkan Melahirkan dilihat sebagai pintu masuk memasukifase motherhoodPengalaman ibu melahirkan selama persalinanberhubungan dengan pengetahuan, konsep diri,dan kontrol dirinya selama proses persalinan.
3. Pemisahan dini denganbayi
Pemisahan ibu dan bayi secara dini menurunkanpeluang untuk terjadinya ikatan ataupunkedekatan antara ibu dan anak. Oleh karena itu,hal ini akan memperlambat proses pencapaianperan maternal.
4. Tekanan sosial/dukungansosial
Stres memiliki hubungan dengan peningkatanterjadinya penyakit, tetapi efek dari stress dapatditurunkan melalui dukungan sosial yang efektif.
20
No Faktor Dampak terhadap peran maternalDukungan emosional dari pasangan menjadidukungan yang sangat membantu dalam transisipencapaian peran maternal.
5. Kepribadian Temperamen, fleksibilitas kepribadian dan empatimempengaruhi pengambilan peran maternal.Empati memiliki peran penting dalam peranmaternal.
6. Konsep diri Konsep diri yang positif mempengaruhikemampuan individu untuk berhubungan denganorang lain, serta memfasilitasi proses pencapaianperan maternal.
7. Sikap mengasuh anak Sikap/gaya maternal tentang konsep asuhanmemiliki efek langsung terhadap perilaku ibu dandiyakini memiliki efek langsung juga terhadapbagaimana anak bersosialisasi.
8. Status kesehatan Penyakit selama dalam masa maternal akanmenurunkan rasa percaya diri dan menghasilkankelelahan yang akan mengganggu fungsi asuhanibu. Penyakit akan menghambat proses transisiperan maternal.
9. Perangai bayi Bayi yang tidak mudah terhibur atau tidak mudahuntuk merasa nyaman dapat membuat prosestransisi keibuan menjadi sulit. Hal ini dapat terjadikarena terpengaruh oleh persepsi ibu, kemampuanibu dan kepercayaan dirinya sebagai seorang ibu.
10. Status kesehatan bayi Status kesehatan secara langsung berhubungandengan kemampuan bayi untuk meresponterhadap ibunya. Pemisahan antara ibu dan bayikarena faktor kesehatan yang buruk dapatmenghambat perkembangan proses pelekatanantara ibu dan bayi. Sang ibu mungkin engganuntuk memulai fase transisi karena adanyaketakutan akan bayinya meninggal.
B. Depresi Postpartum
1. Pengertian Depresi Postpartum
Depresi postpartum merupakan istilah yang digunakan pada pasien
yang mengalami berbagai gangguan emosional yang timbul setelah
melahirkan, khususnya pada gangguan depresi spesifik yang terjadi 10%-
15% wanita pada tahun pertama setelah melahirkan (Pradiyana et al.,
2009). Salah satu gangguan emosional yang dialami perempuan setelah
21
melahirkan adalah postpartum blues. Postpartum blues merupakan salah
satu bentuk gangguan penyesuaian terhadap kelahiran bayi, yang muncul
pada hari pertama sampai hari ke empat belas setelah melahirkan, dan
memuncak pada hari kelima (Beck, 2006). Sedangkan menurut Bobak
(2005), postpartum blues adalah perasaan sedih dan depresi segera setelah
melahirkan, dengan gejala dimulai dua atau tiga hari pasca persalinan dan
biasanya hilang dalam waktu satu atau dua minggu. Apabila gejala
berlanjut lebih dari dua minggu, maka dapat menjadi tanda terjadinya
gangguan depresi yang lebih berat, ataupun psikosis postpartum (Novak
& Broom, 2006 dalam Palupi, 2013).
Depresi postpartum merupakan gangguan yang sering dialami oleh
perempuan di negara Barat dengan berbagai jenis tingkatan keparahan
mulai dari yang bersifat depresi psikotik akut pasca melahirkan sampai
dengan depresi minor kronik pasca melahirkan. Secara umum, hanya 3%
wanita yang akan mengalami depresi berat dan 7% mengalami depresi
minor (Hanley, 2009).
2. Gejala dan Tanda Depresi Postpartum
Sepertiga wanita yang memiliki kecenderungan untuk mengalami
depresi muncul tanda dan gejala pada 4 minggu pertama pasca melahirkan
dan dua pertiga lainnya muncul antara 10 dan 14 minggu setelah
melahirkan (Hanley, 2009). Pada postpartum depresi major terjadi
perubahan-perubahan secara konsisten pada tingkat mood, tidak dapat
berpikir dengan jernih dan terjadi penurunan dalam fungsi psikomotor
22
serta munculnya gejala depresi berat. Gejala depresi postpartum yang
dialami 60% wanita hampir sama dengan gejala depresi pada umumnya
tetapi dibandingkan dengan gangguan depresi yang umum, depresi
postpartum mempunyai karakteristik yang spesifik, antara lain: a) Mimpi
buruk; b) Insomnia; c) Phobia; d) Kecemasan; e) Meningkatnya
sensitivitas; f) Perubahan mood (Rusli, 2011).
Menurut beberapa ahli, depresi postpartum yang terbagi menjadi 3
memiliki gejala yang tumpang tindih dan belum jelas apakah kelainan
tersebut merupakan kelainan yang terpisah atau merupakan suatu kejadian
yang berkesinambungan. Depresi postpartum yang dimaksud yaitu: 1)
Postpartum blues, 2) Depresi postpartum tanpa psikosis, 3) Depresi
postpartum dengan psikosis. Postpartum blues yang merupakan keadaan
transien dari peningkatan reaktifitas emosional memiliki gejala klinis yang
jelas terlihat dari hari ke-3 hingga hari ke-5, kemudian menghilang dalam
beberapa jam hingga beberapa hari kemudian.
Pada depresi postpartum tanpa psikosis dapat ditemukan gejala klasik
depresi yang berlangsung setidaknya selama 2 minggu. Sebagai tambahan,
adanya gejala gangguan tidur, gangguan nafsu makan, kehilangan tenaga,
perasaan tidak berharga atau perasaan bersalah, kehilangan konsentrasi,
dan pikiran tentang bunuh diri. Sedangkan depresi postpartum dengan
psikosis merupakan hal terburuk dari kelainan psikiatri pasca persalinan.
Gejala klinis psikosis postpartum terdiri dari kebingungan, mood swing,
delusi, halusinasi, paranoid, perilaku tidak terorganisir, gangguan
23
penilaian, dan gangguan fungsi (Pearlstein, 2009; Stone dan Menken,
2008; Wisner et al., 2002 dalam Gondo, 2010).
Tabel 2.2
Perbandingan antara gejala dan tanda Postpartum Blues, DepresiPostpartum, dan Postpartum Psikosis
Frekuensi
Postpartum blues Depresi postpartumPostpartum
psikosis
50-80% 10-15% 1 dari 500
Simptom
Sedih, mudahtersinggung, moodlabil, kadang-kadangsakit kepala
Letargi, sangatsedih, lebih sensitif,putus asa, hilangharapan, cemas,khawatir yangberlebihan, rasatakut tanpa sebab,gangguan pola tidur
Bicara kasar,waham,bingung,agitasi, takut,insomnia, depresiberat, ingin bunuhdiri/bayi
Onset
Beberapa harisetelah melahirkan,antara 3-10 hari
Dapat berlangsungpada bulan pertamadan dua bulansebelum melahirkan
Umumnya terjadipada minggu ke 4pertama setelahmelahirkan
Durasi
Beberapa hari ataukurang
Dapat lebih ataukurang dari 3 bulan.Bila dilakukantindakan dapat 3bulan
Bervariasi
Action
Kondisi transisi,tidak ada tindakanyang sangatdiperlukan,tergantungkebutuhan
Jika ada dugaan,perlu konsultasi ataupemeriksaan EPDS,rujuk ke GeneralPsychiatry (GP),anjurkan ke tenagaahli
Hubungi GeneralPsychiatry (GP)untuk kunjunganrumah segera,jelaskan padakeluarga agar klientidak dibiarkansendiri
Dikutip dari: Bick, macArthur, Knowles dan Winter (2003) dalam Nazara (2006)
3. Faktor Predisposisi Depresi Postpartum
Penyebab pasti depresi postpartum masih belum diketahui secara
pasti, namun berdasarkan hasil penelitian diperkirakan ada beberapa
24
faktor penyebab (Palupi, 2013). Penyebab gangguan mood atau depresi
(Rubinow, 2003; Hanley, 2009):
a. Faktor biologis
Penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa ahli menyatakan
bahwa depresi postpartum berkaitan dengan perubahan mood secara
drastis pada ibu postpartum (Rubinow, 2003). Perubahan mood ini
berhubungan dengan perubahan endokrin pada saat melahirkan dan
setelah melahirkan. Zat endokrin yang menyebabkan hal tersebut yaitu
hormon estradiol dan progesteron (Rubinow, 2003).
Menurut Nazara (2006), sekitar 10% kasus depresi postpartum
disebabkan oleh tiroiditis postpartum, suatu kondisi sementara yang
biasanya hilang spontan setelah satu sampai empat bulan. Namun satu
dari empat wanita pada akhirnya mengalami kondisi hipertiroid
kronis. Apabila depresi terjadi, pemeriksaan tiroid harus dilakukan
untuk melihat status hipertiroid sebagai penyebab gejala. Tiroid pada
pasca partum cenderung kambuh pada kehamilan berikutnya.
Depresi berkaitan dengan gangguan hormon seperti pada
hipotiroidisme dan hipertiroidisme, terapi estrogen eksogen dan
pascapartum. Selama masa kehamilan terjadi peningkatan tingkat
plasma, estrogen, progesteron, kortisol dan corticotropin releasing
hormone (CRH). Namun ketika bayi sudah lahir, maka tingkat
hormone tersebut akan menurun secara drastis. Hormon tersebut dapat
25
mempengaruhi fungsi dari regulasi mood dan fungsi luhur mental
(Hanley, 2009).
b. Faktor lingkungan: 1) kehilangan orang yang dicintai; 2) rasa
bermusuhan, kemarahan, kekecewaan yang ditujukan pada suatu
objek atau pada diri sendiri; 3) sumber koping tidak adekuat; 4)
individu dengan kepribadian dependen, obsesif-kompulsif, dan
histeris; 5) adanya masalah atau kesulitan hidup; 6) belajar perilaku
dari lingkungan yang tidak berdaya dan bergantung; 7) pengalaman
negatif masa lalu.
c. Faktor psikososial, yang dapat mempengaruhi terjadinya depresi
postpartum terdiri dari primiparitas, kebingungan mempertahankan
kehamilan, riwayat depresi postpartum atau gangguan bipolar,
kurang dukungan sosial, hubungan keluarga yang tidak harmonis
baik suami maupun orangtua, gangguan gambaran diri dan gangguan
makan, kurangnya dukungan dari orangtua khusunya ayah dan
saudara lainnya. Faktor lain yang juga berpengaruh adalah adanya
riwayat infertilitas, menstruasi dini (sebelum umur 11 tahun),
kegagalan harapan sebagai orangtua, dan gangguan emosional
berupa iritabilitas atau depresi akibat dari penggunaan obat
kontrasepsi oral (Horowits, Darnato, Solon, & Von Metzeeh, 1995
dalam Olds, London, & Ladewig, 2000). Menurut Palupi (2013),
faktor predisposisi pada depresi pasca persalinan meliputi: (1)
dukungan sosial, (2) keadaan atau kualitas bayi, (3) kesiapan ibu
melahirkan dan menjadi ibu, (4) stressor psikososial, (5) riwayat
26
depresi sebelumnya atau problem emosional lainnya, (6) faktor
hormonal, serta (7) faktor budaya.
Dukungan sosial ini diperoleh terutama dari suami dan keluarga.
Dukungan suami berupa perhatian, komunikasi, hubungan emosional
yang intim, merupakan faktor yang paling bermakna menjadi pemicu
terjadinya depresi pasca persalinan (Palupi, 2013). Johnson
menyatakan bahwa dukungan sosial bukan hanya sekedar memberi
bantuan, tetapi yang penting adalah bagaimana persepsi penerima
terhadap makna dari bantuan tersebut. Memberi bantuan adalah
persepsi terhadap keberadaan (availability) dan ketepatan
(adequacy) dukungan sosial tersebut bagi penerima bantuan, dalam
arti bahwa individu yang menerima bantuan sangat merasakan
manfaat bagi dirinya (Johnson, 1991 dalam Urbayatun, 2010). Hasil
penelitian Urbayatun pada 60 primipara menunjukkan bahwa
variabel dukungan sosial memberikan sumbangan sebesar 29,7%
dalam mempengaruhi variabel kecenderungan depresi (Urbayatun,
2010).
Kesiapan menjadi seorang ibu juga mempengaruhi terjadinya
depresi postpartum. Perempuan yang kehamilannya tidak
direncanakan kemungkinan mengalami depresi postpartum lebih
tinggi dibandingkan dengan perempuan yang siap dan sangat
menantikan kehamilannya. Beberapa penelitian menemukan secara
signifikan wanita yang lebih banyak mengalami depresi adalah
27
wanita yang melahirkan pada usia muda dan paling umum
ditemukan pada kehamilan pertama (Astutiningrum, 2007).
Stressor psikososial adalah suatu peristiwa atau kejadian yang
mengakibatkan seseorang harus melakukan penyesuaian atau
adaptasi terhadap kondisi yang dialaminya. Stressor tersebut antara
lain bila tidak memiliki sumber yang cukup untuk membesarkan
anak, masalah yang belum diselesaikan baik di keluarga, kantor, dan
sosial. Riwayat mengalami depresi masa anak-anak atau remaja dan
peran budaya juga merupakan faktor yang berperan dalam
terjadinya depresi pasca melahirkan. Selain itu, depresi pasca
melahirkan diduga karena adanya perubahan produksi hormon
setelah melahirkan yang meliputi hormon progesteron, estrogen,
prolaktin dan kortisol (Astutiningrum, 2007).
4. Faktor Presipitasi Depresi Postpartum
Faktor presipitasi ini tergolong menjadi tiga, yakni (1) Teori
psikoanalitik, (2) Teori Personality, (3) Teori Biofisik. Teori psikoanalitik
menyatakan bahwa: a) frustasi dan tugas perkembangan pada fase oral
berdampak pada kehamilan; b) kehamilan yang dipandang sebagai
narcisistik untuk mengurangi kecemasan; c) kehamilan menyebabkan
regresi pada ego dan gangguan kontrol pada ego; d) lepasnya hubungan
ibu dan bayi pada saat melahirkan; e) konflik-konflik pada fase oedipal
yang tidak terselesaikan.
28
Teori personality diantaranya: a) kecemasan, obsessional, over
control; b) konflik peran baru; c) riwayat tekanan pada masa
premenstrual; d) imaturitas emosional, harga diri rendah; e) kepribadian
yang kurang adekuat; f) riwayat depresi sebelumnya. Teori biofisik antara
lain dengan adanya: a) penurunan kadar hormon estrogen, progesteron,
dan/atau prolaktin, dan b) genetik (Elvira, 2011; Palupi, 2013).
5. Dampak Depresi Postpartum
Perempuan yang mengalami depresi postpartum cenderung mudah
tersinggung, merasa kurang adekuat, cepat merasa bersalah, dan cemas
akan ancaman psikologis dan fisik terhadap diri bayinya (Roswiyani,
2006). Beberapa penelitian juga menyebutkan bahwa depresi postpartum
dapat menyebabkan hubungan dengan pasangan anggota keluarga
menjadi kurang dan menyebabkan pasangan mengalami depresi juga
(Hanley, 2009).
Pada ibu yang mengalami depresi postpartum, minat dan ketertarikan
terhadap bayinya menjadi berkurang dan saat depresi juga ibu tidak
mampu mengenali kebutuhan bayinya sehingga tidak dapat berespon
seperti yang diharapkan dan dibutuhkan. Selain itu, ibu yang depresi juga
tidak mampu merawat bayinya secara optimal, karena merasa tidak
berdaya atau tidak mampu sehingga akan menghindar dari tanggung
jawabnya. (Hanley, 2009). Akibatnya, kondisi kebersihan dan kesehatan
bayinya pun menjadi tidak optimal. Ibu juga tidak bersemangat menyusui
bayinya sehingga pertumbuhan dan perkembangan bayinya tidak seperti
29
bayi-bayi yang ibunya tidak mengalami depresi (Nurbaeti, 2002;
Ernawati, 2012).
Selain itu, gangguan depresi pasca melahirkan ini dapat diasosiasikan
dengan terjadinya child abuse dan Sudden Death Infant Syndrome (SIDS).
Berdasarkan penelitian, terjadinya child abuse karena sang ibu yang
mengidap depresi akan cenderung mudah marah dan merasa tidak nyaman
karena tangisan bayi. Sehingga tidak jarang ibu tersebut melakukan
tindakan yang kasar terhadap bayinya, seperti menyentak, memukul dan
tindakan lainnya yang juga dapat mengakibatkan bayi meninggal (Hanley,
2009).
Penelitian juga mengidentifikasi bahwa terjadinya SIDS pada bayi
dikarenakan terjadi sufokasi. Sufokasi ini dapat terjadi karena
pembekapan yang dimana sang ibu terlalu mendekap bayinya secara
keras, perilaku merokok ibu, dan pembiaran posisi tidur yang salah pada
bayi serta adanya penekanan pada dada. Apabila tingkat depresi pada ibu
sudah mencapai derajat berat, maka kemungkinan terjadinya upaya untuk
membunuh bayinya akan lebih besar (Hanley, 2009).
Akibat lain depresi postpartum yaitu hubungan ibu dan bayi juga tidak
optimal sehingga di kemudian hari kepribadian anak menjadi kurang
matang. Anak-anak tersebut memiliki ciri-ciri, antara lain bertemperamen
negatif (mudah tersinggung, mudah marah, kurang bisa bertoleransi
dengan orang lain), kurang bisa beradaptasi, intelegensi dan prestasi
akademik tidak optimal, sulit bekerjasama dengan teman sebaya, kurang
30
fokus dan konsentrasi sehingga mengganggu kegiatan belajar, bahkan
dimungkinkan juga akan memiliki perilaku yang menyimpang (suka
menentang, membolos, bahkan mencuri) (Elvira, 2006).
6. Pencegahan Depresi Postpartum
Sebagai langkah utama dalam mencegah terjadinya depresi
postpartum dan gangguan mental lainnya adalah dengan melakukan
deteksi dini terhadap kondisi ibu. Pada beberapa kasus, perubahan yang
terjadi pada ibu akan menjadi sulit dibedakan perbedaannya. Biasanya
depresi postpartum akan terdeteksi setelah bayi lahir yang ditandai juga
dengan perubahan-perubahan mood serta gangguan mental dari sang ibu.
Padahal sejatinya depresi postpartum ini dapat dikenali pada tahap awal
dengan monitoring yang ketat. Salah satu upaya ini adalah dengan
menggunakan Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS), Hospital
Anxiety and Depression Scale (HAD), Patient Health Questionnaire 9,
Beck Depression Inventory for Primary Care (BDI-PC).
Selain itu, langkah-langkah pencegahan dasar yang dapat dilakukan
oleh setiap ibu yang melahirkan adalah:
a. Meminimalkan dampak perubahan hormonal postpartum dan stres
dengan menjaga kesehatan tubuh dan berfikir positif atas semua hal
yang telah terjadi;
b. Meminta bantuan dari orang lain, sehingga ibu postpartum dapat
memperoleh tidur yang cukup, makanan sehat dan olahraga;
31
c. Menghindari alkohol, kafein dan obat-obatan kecuali yang
direkomendasikan oleh dokter;
d. Memeriksakan diri ke layanan kesehatan 3-4 minggu postpartum lebih
baik daripada 6 minggu jika khawatir tentang pengembangan;
e. Mengikuti program bimbingan orangtua dengan kelas pijat bayi, untuk
memperkuat hubungan ibu-bayi/mother-baby attachment (Palmer &
Baugh (2009) dalam Hutagaol, 2010).
7. Penanganan Depresi Postpartum
Secara umum, dalam penanganan ibu dengan depresi postpartum
diberikan dengan farmakologis, psikoterapi, hormonal therapy, dan
prophylactic treatment (Pradyana et.al dalam diagnosis dan tata laksana
depresi postpartum pada primipara).
a. Farmakologis
Pasien yang telah didiagnosis dengan gangguan depresi postpartum
pengobatannya adalah dengan pemberian antidepressant. Pemberian
selectif serotonin reuptake inhibitor (SSRIs). SSRIs dapat membantu
pasien yang tidak mempunyai respon bagus terhadap tricyclic
antidepressant. Golongan obat lainnya yang digunakan pada pasien
depresi postpartum adalah tricyclic antidepressant (TCAs). Cara
kerja obat golongan ini untuk menurunkan gejala depresi yang tidak
diketahui, tetapi obat jenis ini dapat menghalangi re-uptake berbagi
neurotransmitter termasuk serotonin dan norepinephrine pada
membran neuronal (Leitch, 2002).
32
b. Psikoterapi
Berdasarkan penelitian yang melibatkan 120.000 ibu postpartum,
interpersonal psikoterapi dengan pengobatan 12 sesi yang terfokus
pada perubahan peran dan pentingnya suatu hubungan sangat efektif
untuk meredakan gejala depresi dan meningkatkan fungsi sosial.
Intervensi ini dikenal dengan nama Cognitive Behavioral Therapy
(CBT). Selain itu dapat juga diupayakan dengan non-directive
konseling, Interpersonal Psychotherapy (IPT), Gestalt Therapy, dan
support grup (Hanley, 2009).
c. Hormonal replacement theraphy
Hasil studi setelah dievaluasi membuktikan bahwasanya estradiol
mempunyai dampak yang signifikan dalam menurunkan skor deprsi
selama bulan pertama (Wisner, 2002).
d. Profilaksis Treatment
Dapat dilakukan sebagai pencegahan pada wanita yang mengalami
depresi atas kehamilannyar dan pada wanita yang memiliki riwayat
depresi dengan pemberian obat selective-serotonin-reuptake (SSRIs)
(Wisner, 2002). Selain itu, menyusui juga dapat digunakan sebagi
treatment yang bersifat profilaksis disamping dapat mengurangi
stress pada ibu juga dapat menurunkan tingkat stres pada bayi ketika
ibunya depresi (Jones, 2002).
Sedangkan menurut Wheller (1997) dalam Pradyana (tanpa tahun),
sebagai berikut:
33
a. Mengidentifikasi gangguan suasana hati ibu postpartum: (1) waspada
terhadap tanda-tanda dan gejala gangguan suasana hati; (2) ajarkan
klien dan keluarganya tentang gangguan-gangguan ini
b. Mendukung dan memberikan terapi klien dan keluarga; (1)
kembangkan tujuan terapeutik yang spesifik; (2) pertahankan jadwal
konsultasi yang diprogramkan; (3) jaga komunikasi terbuka dengan
tenaga kesehatan, koordinasi dengan pelayanan sosial; (4) sertakan
partisipasi dan keterlibatan keluarga dalam rencana perawatan; (5)
buat rujukan yang tepat
c. Mendukung upaya ikatan orangtua-bayi: (1) beri dukungan untuk
perawatan lanjutan ibu kepada bayinya jika memungkinkan dan
aman bagi bayi; (2) rencanakan perawatan berkesinambungan untuk
ibu, bayi, dan keluarga.
Adapun penelitian yang dilakukan Rismintari dalam tesisnya yang
berjudul “Peran Kangaroo Mother Care (KMC) Terhadap Skor Depresi
Postpartum” mengemukakan bahwa dengan menggunakan KMC dapat
menurunkan skor depresi postpartum terutama pada kasus BBLR (<2500
gr). Hal ini terjadi karena metoda ini akan merangsang ibu melepas
oksitosin dan prolaktin. Kedua hormon ini akan merangsang endorphin
rilis terus menerus yang mempunyai efek membius, mengalirkan kasih
sayang sepanjang kehidupannya, mengubah perasaan ibu yang cemas
atau depresi menjadi perasaan tenang dan percaya diri sehingga dapat
menurunkan skor depresi postpartum (Rismintari, 2012)
34
8. Instrumen Deteksi Depresi Postpartum
Untuk mendiagnosis atau skrinning seseorang mengalami depresi
atau tidak, maka diperlukan sebuah instrumen yang dapat mengkaji
tingkat depresi seseorang. Berikut beberapa instrumen yang dapat
digunakan untuk mendiagnosis depresi.
1. Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS) dikembangkan pada
tahun 1987 oleh Cox, Holden dan Sagovsky sebagai kuesioner laporan
diri dan saat ini digunakan di banyak negara untuk menskrinning
risiko berkembangnya depresi postpartum. EPDS adalah kuesioner
skrining yang terdiri dari 10-item yang mudah untuk diisi dan diberi
nilai serta telah menunjukkan keandalan dan spesifisitas yang tinggi.
Setiap pertanyaan bernilai 4 poin skala (dari 0-3), dengan total skor
berkisar antara 0-30. Setiap pertanyaan ditulis dalam bentuk lampau,
termasuk pertanyaan yang berhubungan dengan perasaan ibu selama 7
hari sebelumnya dan merujuk kepada mood depresif, anhedonia,
perasaan bersalah, kecemasan, dan keinginan untuk bunuh diri.
EPDS telah divalidasi di beberapa budaya dan negara untuk
mendeteksi depresi postpartum. EPDS juga telah diterjemahkan ke
dalam 36 bahasa yang berbeda, 18 diantaranya telah divalidasi oleh
penelitian sesuai dengan kriteria tertentu. EPDS juga dapat digunakan
untuk menskrining depresi pada masa kehamilan begitu juga untuk
mendeteksi adanya kecemasan dan risiko bunuh diri.
35
2. Beck Depression Inventory versi II (BDI-II)
The Beck Depression Inventory Edisi Kedua (BDI-II) adalah
instrumen yang terdiri dari 21-item yang dapat diisi oleh pasien dan
dimaksudkan untuk menilai keberadaan dan tingkat keparahan gejala
depresi seperti yang tercantum dalam American Psychiatric
Association Diagnostic dan Statistic Manual of Mental Disorders
Fourth Edition (DSM- IV; 1994). Pada edisi revisi baru ini
menggantikan BDI dan BDI-1A, dan termasuk item untuk
mengidentifikasi gejala depresi berat, yang akan memerlukan rawat
inap.
Setiap respon jawaban dinilai berdasarkan skala 0 (tidak
mengalami) sampai 3 (berat). Skala ini berisi aspek kognitif (misalnya
pikiran tentang kegagalan di masa lalu), emosi/afeksi (misalnya
kesedihan), dan somatik/vegetatif (misalnya kelelahan) (Beck, 2006).
Masing-masing dari 21 item yang sesuai dengan gejala depresi
dijumlahkan untuk memberikan nilai tunggal BDI-II. Pada dua item
(16 dan 18) ada tujuh pilihan untuk menunjukkan baik peningkatan
atau penurunan nafsu makan dan tidur. Pedoman skor untuk BDI-II
diberikan dengan rekomendasi bahwa ambang disesuaikan
berdasarkan karakteristik sampel, dan tujuan penggunaan BDI-II.
Interpretasi total skor 0-13 dianggap tidak depresi (depresi minimal),
14-19 depresi ringan, 20-28 depresi sedang, dan 29-63 depresi berat
(Beck, 1996).
36
9. Peran Perawat Terhadap Depresi Postpartum
Tidak semua ibu dan keluarganya dapat melakukan penanganan dan
pengobatan terhadap gangguan yang dideritanya. Hal ini dikarenakan
terdapat stigma negatif terhadap gangguan mood ataupun gangguan
mental, walaupun gangguan tersebut bisa saja bersifat ringan. Informasi
baik dan benar harus dapat diterima oleh sang ibu dan keluarganya untuk
dapat mengetahui cara penanganannya.
Perawat memiliki beberapa opsi yang dapat digunakan untuk
membantu sang ibu. Dalam hal ini perawat dapat berperan sebagai
educator, conselor, caregiver/provider, researcher dan advocate
(Lowdermik, Perry, Bobak 2005). Upaya yang efektif adalah terlibat
dalam memberikan konseling dengan baik tanpa memberikan penilaian
negatif kepada sang ibu. Konseling tersebut dapat berupa terapi
psikologis non-invasif seperti Cognitive Behavior Therapy (CBT) dan
terapi terapeutik lainnya.
Peran perawat sebagi peneliti dapat mengidentifikasi masalah-masalah
psikologis pada ibu postpartum dengan menggunakan skrining depresi
dan memberikan intervensi keperawatan untuk meningkatkan derajat
kesehatan ibu postpartum secara fisik dan mental sehingga ibu siap
menjalankan peranannya dalam keluarga. Intervensi keperawatan pada
ibu postpartum dengan depresi (Buckley, 1993; Gilbert&Harmon, 2003;
Epperson, 2007 dalam Hutagaol 2010) antara lain: 1) gunakan skrining
tools pada ibu postpartum untuk menilai tingkat depresi. 2) sediakan
materi pendidikan tentang tanda dan gejala depresi, biarkan ibu tahu
37
bahwa perawat memperhatikan emosional mereka seperti halnya
kesehatan fisik. 3) kaji keinginan bunuh diri, atau rencana
membahayakan diri sendiri dan orang lain; rujuk pada spesialis khusus
menangani depresi. 4) turunkan kecemasan ibu dan fasilitasi koping yaitu
a) sediakan waktu bagi ibu dan keluarga untuk untuk ekspresi perasaaan;
b) motivasi ibu untuk melepaskan kecemasan, ketidakpastian, marah dan
khawatir dengan konflik yang dialami; c) bantu ibu mengidentifikasi,
menganalisa, dan mengerti penyebab kejadian tersebut; d) ajarkan bentuk
koping yang efektif; e) jelaskan kondisi ibu dengan risiko tinggi dan cara
perawatan ibu; f) bantu keluarga memperoleh support sosial; g) rujuk
pada perawat spesialis klinik perinatal, konselor, pekerja sosial, atau
pelayanan spiritual; 5) tingkatkan harga diri ibu.
Adapula upaya lain yang dapat digunakan oleh perawat adalah
berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya termasuk bidan dalam
upaya memberikan terapi relaksasi, seni, musik dan teknik lainnya yang
dapat mengembangkan kemampuan koping dan manajemen stress.
Legalitas perawat untuk melakukan terapi ini biasanya diberikan kepada
perawat spesialis jiwa komunitas dan perawat yang memiliki lisensi
secara resmi untuk melakukan terapi-terapi tersebut melalui pelatihan
dan pendidikan tersertifikasi (Hanley, 2009). Upaya deteksi dini
sebenarnya dapat dilakukan oleh perawat dengan menggunakan
instrumen yang sudah valid dan reliabel. Termasuk salah satunya adalah
menggunakan instrumen The Beck Depression Inventory versi kedua
(BDI-II).
38
C. KERANGKA TEORI
Bagan 2.2 Kerangka Teori Gambaran Tingkat Depresi Ibu Postpartum (dimodifikasi dari Mercer,1985; Rubinow, 2003; Beck, 2006, Hanley, 2009; Hutagaol, 2010; Rismintari, 2012; Palupi, 2013)
Teori Adaptasi:1. Adaptasi Psikologis (Rubin,
1997):a. Taking Inb. Taking Holdc. Letting Go
2. Peran Maternal (Mercer, 1985):a. Usia Maternalb. Pengalaman melahirkan
(paritas)c. Pemisahan dini dengan bayid. Tekanan dan dukungan sosiale. Kepribadianf. Konsep dirig. Sikap mengasuh anakh. Status kesehatani. Perangai Bayij. Status kesehatan bayi
Gagal koping/maladaptif
Depresi Postpartum (Beck, 2006)
(Minimal, Ringan, Sedang, Berat)
Koping maladaptif/gagalpenyesuaian
Stress
Predisposisi1. Biologis : genetik,
neuroendokrin, endokrin2. Lingkungan: kehilangan
orang yang dicintai, sumberkoping tidak adekuat, dll
3. Psikososial: riwayat depresipostpartum, hubungankeluarga tidak harmonis, dll
4. Dukungan sosial5. Keadaan atau kualitas bayi6. Kesiapan ibu melahirkan dan
menjadi ibu7. Stressor psikososial8. Riwayat depresi sebelumnya
atau problem emosionallainnya
9. Faktor hormonal10. Faktor budaya(Rubinow, 2003; Hanley, 2009;Elvira, 2011; Palupi, 2013)
Presipitasi1. Teori psikoanalitik2. Teori personality3. Teori biofisik(Palupi, 2013)
PenangananFarmakologis; Psikoterapi; Hormonalreplacement theraphy; Profilaksistreatment (Prayadna, tanpa tahun)KMC (Rismintari, 2012)
39
BAB III
KERANGKA KONSEP, HIPOTESA DAN DEFINISI OPERASIONAL
Bab ketiga membahas tentang kerangka konsep dan definisi operasional
menurut teori dan aplikasinya dalam penelitian ini. Kerangka konsep adalah suatu
uraian dan visualisasi tentang hubungan atau kaitan antara konsep-konsep atau
variabel-variabel yang akan diamati atau diukur melalui penelitian yang akan
dilakukan (Notoatmodjo, 2012).
A. Kerangka Konsep
Berdasarkan kerangka teori yang sudah dibuat dalam bab sebelumnya,
peneliti menggambarkan kerangka konsep sebagai berikut:
Bagan 3.1 Kerangka Konsep
Variabel penelitian:
a. Usia maternalb. Tingkat Pendidikanc. Pekerjaand. Paritase. Jenis Persalinan
Depresi Postpartum:
1. Tidak Depresi2. Depresi Ringan3. Depresi Sedang4. Depresi Berat
40
B. Definisi Operasional
Tabel 3.1Definisi Operasional
VariabelDefinisi
OperasionalCara ukur Alat ukur
Hasil ukurSkalaukur
Usiamaternal
Jumlah tahunsejak ibu lahirhingga ulangtahun terakhir
Memilihjawaban padalembar isiandatademografi
KuesionerA3
Dikelompokkanmenjadi1. Usia risiko
rendah: 20-35tahun
2. Usia risikotinggi <20 thn& >35 thn
(Machmudah,2010)
Ordinal
Tingkatpendidikan
Sekolah formaldari tahunpertama tingkatdasar sampaitahun terakhiryang telahdiselesaikan ibu
Memilihjawaban padalembar isiandatademografi
KuesionerA4
Dikelompokkanmenjadi:1. Pendidikan
dasar2. Pendidikan
menengah3. Pendidikan
tinggi
(UU No. 17Tahun 2010)
Ordinal
Pekerjaan Kegiatan atauprofesi tetapyang dilakukanibu
Memilihjawaban padalembar isiandatademografi
KuesionerA5
Dikelompokkanmenjadi;1. Ibu Rumah
Tangga2. Bekerja
Nominal
Paritas(Pengalamanmelahirkan)
Jumlahkehamilan yangberakhir dengankelahiran bayiyang dapathidup (viable),tidak termasukkeguguran
Memilihjawaban padalembar isiandatademografi
KuesionerA6
Dikelompokkanmenjadi:1. Primipara : 12. Multipara : ≥2
(Lowdermilk,Perry, Bobak,2005)
Ordinal
JenisPersalinan
Prosespengeluaranhasil konsepsidari rahim
Memilihjawaban padalembar isiandatademografi
KuesionerA7
Dikelompokkanmenjadi:1. Normal2. Vakum3. Forcep4. Seksio(Lowdermilk,Perry, Bobak,2005)
Nominal
41
Depresipostpartum
Perubahanemosional dansuasana hatiwanita yangdialami setelahmelahirkan,ditandai dengangangguanperasaan,kehilanganminat/kesenangan, perasaantidak berguna,harga dirirendah,gangguan tidurdan nafsumakan, rendahenergi, dan tidakdapatberkonsentrasi
Menghitungjumlah skorpadakuesionerbagian B yangterdiri dari 21pernyataandengan empatkategorijawaban:0,1,2, dan 3Rentang nilai:0-63
KuesionerBDI-II
Dikelompokkanmenjadi:
1. Tidak depresi,apabila skor0-13
2. Depresiringan,apabila skor14-19
3. Depresisedang,apabila skor20-28
4. Depresi berat,apabila skor29-63
(Beck, 1996)
Ordinal
42
BAB IV
METODE PENELITIAN
Bab ini membahas mengenai desain penelitian, lokasi dan waktu
penelitian, populasi dan sampel, instrumen penelitian, uji validitas dan reliabilitas,
tahapan pengambilan data, gambaran proses penelitian, pengolahan data, serta
etika penelitian.
A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif bersifat cross
sectional. Metode cross sectional adalah rancangan penelitian dengan
melakukan pengukuran atau pengamatan pada saat bersamaan (Hidayat,
2007). Peneliti menggunakan desain ini untuk menggambarkan proporsi
tingkat depresi pada ibu postpartum di wilayah Puskesmas Ciputat Timur.
Cara pengambilan data dilakukan hanya satu kali dan pada satu waktu.
B. Lokasi Dan Waktu Penelitian
Penelitian telah dilakukan pada bulan Januari-Mei 2017 dengan
pengambilan data pada pertengahan Januari s.d Februari 2017 yang
berlangsung selama 3 minggu. Alasan peneliti memilih lokasi di wilayah
kerja Puskesmas Ciputat Timur karena secara geografis berada di sebelah
barat kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sehingga mudah untuk
dijangkau. Wilayah ini juga memiliki jumlah kunjungan ibu postpartum
selama 5 tahun terakhir berkisar 7.219 orang sehingga tergolong cukup
banyak jika dibandingkan dengan 6 kecamatan lainnya yang berada di Kota
Tangerang Selatan (Badan Pusat Statistik, 2016).
43
C. Populasi Dan Sampel
Populasi adalah kumpulan elemen-elemen yang mempunyai karakteristik
tertentu yang sama dan mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih
menjadi sampel (Umar, 2003 dalam Siswanto et al., 2013). Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh ibu postpartum di wilayah kerja Puskesmas
Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan pada bulan Januari 2016 s.d Desember
2016.
Sampel penelitian adalah bagian dari populasi yang diteliti dan dianggap
mewakili seluruh populasi (Notoatmojo, 2005 dalam Aisyah 2010). Teknik
pengambilan sampel yang digunakan yaitu accidental, cara pengambilan
sampel berdasarkan kebetulan, siapa saja yang secara kebetulan bertemu
dengan peneliti dan sesuai dengan kriteria inklusi dapat digunakan menjadi
sampel (Sugiyono, 2001 dalam Siswanto, et al., 2013). Kriteria inklusi pada
penelitian ini yaitu:
1. Ibu postpartum 6 minggu sampai dengan 1 tahun
2. Ibu postpartum yang bersedia berpartisipasi dalam penelitian
Sedangkan kriteria ekslusi yaitu: Ibu postpartum yang sudah mendapatkan
terapi medis atau psikologis untuk mengatasi depresi atau gangguan kejiwaan
lainnya.
Peneliti mengalami kesulitan dalam mencari jumlah populasi ibu
postpartum yang sebenarnya dikarenakan adanya penduduk yang tidak
menetap tinggal di wilayah kerjas Puskesmas Ciputat Timur. Perhitungan
44
sampel pada penelitian ini yaitu menggunakan rumus estimasi dari Dahlan
(2010), yaitu:
= × ×Dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Nilai Zα sebesar 1,96.
2. Nilai P atau prevalensi sebesar 50%. Peneliti menetapkan besaran P
demikian karena belum adanya penelitian yang menyatakan besar
prevalensi postpartum depresi di wilayah penelitian, sehingga
diasumsikan besaran nilai P adalah 50% karena perkalian P×Q akan
maksimal jika nilai P=50% (Dahlan, 2010).
3. Nilai Q sebesar 50%. Nilai Q didapatkan dari 1-P (1-0,50).
4. Nilai d atau nilai presisi sebesar 15%.
Sehingga, besaran sampel yang diperlukan dalam penelitian ini adalah:
= (1,96) × 0,5 × 0,50,15= 0,96040,0225= 42,684 dibulatkan menjadi 43
Nilai presisi (tingkat kesalahan) yang digunakan pada penelitian ini,
walaupun merupakan penilaian (judgement) dari peneliti, terdapat panduan
untuk menetapkan nilai presisi tersebut.
Panduan tersebut adalah sebagai berikut (Dahlan, 2010):
45
× ( ± 10%) > 5Dengan ketentuan bahwa nilai perkalian n dan P harus lebih besar dari 5
untuk memenuhi kriteria penetapan nilai presisi yang valid. Dari rumus
diatas, maka nilai minimal sampel yang memenuhi syarat di atas yaitu:
43 × (0,5 ± 0,1) > 543 × 0,6 > 5 43 × 0,4 > 525,8 > 5, 17,2 > 5
Didapatkan kesimpulan bahwa nilai presisi atau nilai kesalahan yang
digunakan masih valid dan memenuhi kriteria, yaitu hasil perkaliannya
harus lebih dari 5.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk
pengumpulan data (Notoatmodjo, 2012). Jenis instrumen yang digunakan
dalam penelitian adalah kuesioner atau angket. Alat pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua. Bagian A, berisi
karakteristik ibu postpartum secara umum yang meliputi umur, tingkat
pendidikan, status pekerjaan, paritas, dan jenis persalinan. Bagian B
merupakan adaptasi dari kuesioner The Beck Depression Inventory versi II.
Instrumen BDI dikembangkan oleh Aaron T. Beck, pioner terapi kognitif,
taun 1961 dan terus mengalami perkembangan pada taun 1967 dan
dipublikasikan tahun 1979. BDI ini sudah direvisi pada revisi DSM-IV-TR
menjadi BDI-II. BDI-II ini dapat mengukur intensitas, tingkat dan kedalaman
46
depresi yang terdiri dari 21 pertanyaan dengan empat pilihan respon yang
dapat muncul. BDI-II ini mengkaji mood, tingkat pesimis, perasaan
kegagalan, ketidakpuasan, menyalahkan diri, tidak menyukai diri sendiri, self-
accusation, keinginan untuk bunuh diri, menangis, cepat marah, isolasi sosial
menarik diri, body image, kesulitan untuk bekerja, kelelahan, nafsu makan,
kehilangan berat badan, dan penurunan libido. Hasil pengukuran BDI-II di
interpretasikan dengan tidak depresi bila rentang skor 0-13, depresi ringan
bila rentang skor 14-19, depresi sedang bila rentang skor 20-28, dan berat bila
rentang skor 29-63 (Beck, 1996 & Beck, 2006).
E. Uji Validitas Dan Reliabilitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan
atau kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 2006 dalam Siswanto, 2013). Uji
validitas dilakukan bertujuan untuk mengetahui sejauhmana ketepatan suatu
alat ukur dalam mengukur suatu data. Uji reliabilitas dilakukan bertujuan
untuk mengetahui sejauhmana suatu ukuran menunjukan hasil pengukuran
tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala
yang sama dan dengan alat ukur yang sama (Hastono, 2007).
BDI-II sudah memiliki validitas dan reliabilitas secara internasional.
Untuk menguji keabsahan instrumen dan penggunaan instrumen di Indonesia,
maka peneliti melakukan uji validitas dan reliabilitas instrumen BDI-II yang
telah ditranslasi ke Bahasa Indonesia oleh seorang akademisi lulusan S-2
Magister Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (UI). BDI-II versi
bahasa indonesia tersebut kemudian dilakukan uji valid kepada 30 orang ibu
47
postpartum di puskesmas Ciputat Timur kelurahan Rempoa. Uji validitas
menggunakan software SPSS versi 17.0. Suatu pertanyaan dikatakan valid
apabila r hitung (berdasarkan pengolahan SPSS) memiliki jumlah lebih besar
dari r tabel (Siregar, 2013). Hasil pengujian menyatakan bahwa instrumen
yang terdiri dari 21 butir yang telah ditranslasi tersebut memiliki tingkat
validitas yang tinggi (hasil uji validitas dan reliabilitas terlampir dalam
lampiran) dengan taraf signifikansi 0.05 atau 5%. Didapatkan nilai r hitung
dari 21 butir paling rendah adalah 0.414, sedangkan nilai r tabel pada
signifikansi 0.05 adalah 0.3494. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
instrumen yang digunakan telah valid.
Selanjutnya berdasarkan hasil uji realibilitas, didapatkan nilai Cronbach
Alpha sebesar 0.895. Suatu instrumen dikatakan reliabel apabila nilai
Cronbach Alphanya lebih besar daripada 0.6 (Siregar, 2013). Sehingga dapat
disimpulkan bahwa instrumen BDI-II versi Indonesia yang telah ditranslasi
memiliki reliabilitas yang tinggi.
F. Tahapan Pengambilan Data
Pengumpulan data dilakukan pada bulan pertengahan Januari 2017-
Februari 2017. Data yang dihimpun dalam penelitian terdiri dari data primer
dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan menggunakan kuesioner
yang ditujukan kepada ibu postpartum 6 minggu s.d 1 tahun. Data sekunder
diperoleh dari Puskesmas Ciputat Timur yang meliputi profil puskesmas
Ciputat Timur dan data jumlah ibu postpartum yang berada di wilayah
kerjanya melalui buku register kohort bayi perkelurahan. Adapun beberapa
48
tahap yang dilakukan dalam pengambilan data pada penelitian ini meliputi:
Tahap persiapan, penelitian dimulai setelah memperoleh izin dari Dinas
Kesehatan Tangerang Selatan Provinsi Banten dan Kepala Puskesmas Ciputat
Timur (pada perizinan ini, peneliti meminta persetujuan Kepala Sub. Bagian
Tata Usaha (TU) karena Kepala Puskesmas sedang cuti). Setelah memperoleh
izin, peneliti meminta untuk melihat buku Profil Tahunan Puskesmas (pada
buku ini berisi gambaran umum puskesmas dan perilaku penduduk, situasi
sumber daya kesehatan, situasi derajat kesehatan, situasi upaya kesehatan, dll)
kemudian peneliti diarahkan langsung untuk berkoordinasi dengan bagian
KIA. Di bagian KIA, peneliti melakukan wawancara untuk mengetahui
apakah sebelumnya sudah ada penelitian terkait depresi postpartum, jika ada
maka berapa besaran prevalensinya, ada tidaknya upaya dan instrumen untuk
skrining depresi postpartum, dll. Setelah melakukan wawancara, peneliti
dibantu oleh 2 orang bidan penanggung jawab posyandu perkelurahan
membuat daftar pelaksanaan posyandu di kelurahannya (memuat nomor,
nama posyandu, tanggal pelaksanaan posyandu, nama kader, no.kontak kader,
dan alamat posyandu).
Tahap pelaksanaan, peneliti menghubungi kader untuk inform consent
bahwasanya peneliti akan datang pada pelaksanaan posyandu di tempatnya.
Karena keterbatasan tenaga dan waktu, peneliti pada 2 minggu pertama
melaksanakan penelitian di lingkup posyandu kelurahan Rempoa. Sebagian
besar data yang peneliti dapatkan dengan door to door karena pada saat itu
pelaksaan posyandu pada bulan Januari sudah berlangsung. Waktu untuk
49
pengambilan data dilakukan pada pukul 09.00-12.00, kemudian dilanjut
pukul 15.30.
Pada minggu ketiga, peneliti memulai mengambil data di posyandu
lingkup kelurahan Cempaka Putih. Namun pada saat mengambil data di
lingkup wilayah ini peneliti mengalami kendala karena sebaran posyandu di
wilayah ini tersebar secara acak sehingga peneliti memutuskan untuk
mengambil data di Puskesmas, yakni pada saat ibu postpartum membawa
bayinya untuk dilakukan imunisasi.
Selanjutnya kegiatan penelitian dimulai dengan tahapan berikut:
1. Menjelaskan maksud dan tujuan peneliti kepada kader posyandu
2. Setelah mendapatkan calon responden yang telah diarahkan oleh
kader, peneliti melakukan inform consent kepada calon responden, jika
setuju maka peneliti memberikan kuesioner dan mengarahkan
responden untuk membubuhkan tanda tangan di lembar persetujuan
menjadi responden. Apabila tidak bersedia, maka keputusan responden
tetap dihargai.
3. Memberi penjelasan kepada responden tentang tata cara pengisian
kuesioner serta memberi kesempatan bertanya bila ada yang kurang
jelas.
4. Menjelaskan kepada responden bahwa data yang diisi dijamin
kerahasiaannya, sehingga responden tidak tidak perlu takut mengisi
sesuai dengan pilihannya.
5. Responden mengisi kuesioner secara mandiri, sedangkan jika
responden dengan kondisi bayi yang menangis/rewel, maka peneliti
50
membantu untuk membacakan pernyataan kuesioner dan melingkari
jawaban yang telah responden pilih.
6. Pengisian kuesioner berlangsung lebih kurang 10 menit
7. Setelah mengisi kuesioner, peneliti mengecek kembali kelengkapan
pengisian kuesioner terutama kuesioner BDI-II.
8. Peneliti mengucapkan terima kasih atas partisipasi responden dan
menyerahkan souvenir sebagai tanda terima kasih.
9. Setelah pelaksanaan posyandu berakhir, peneliti mengucapkan terima
kasih dan memberikan bingkisan kepada kader posyandu sebagai
tanda terima kasih.
Pengolahan data, setelah data terkumpul, peneliti melakukan pengecekkan
apakah data yang terkumpul sudah lengkap atau belum. Setelah lengkap, data
diberi kode pada masing-masing pernyataan untuk mempermudah saat
analisis data. Langkah selanjutnya adalah memproses data, pemrosesan data
dilakukan dengan cara meng-entry data dari kuesioner ke program aplikasi
SPSS versi 17.0. Langkah yang terakhir yaitu pengecekkan kembali data yang
sudah di-entry apakah ada kesalahan atau tidak.
G. Pengolahan Data
Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan bantuan program
komputer yang dilakukan dengan tahapan sebagai berikut (Notoatmodjo,
2010):
1. Editing, dilakukan untuk menilai kelengkapan data. Melakukan
pengecekan isian formulir atau kuesioner tentang kelengkapan pengisian
51
jawaban, jawaban cukup jelas terbaca, dan jawaban relevan dengan
pertanyaannya. Editing dilakukan di tempat pengumpulan data sehingga
apabila ada kekurangan dapat segera dilengkapi.
2. Coding, pemberian kode pada jawaban setiap kuesioner. Pengkodean juga
dilakukan untuk mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi
data angka atau bilangan sehingga memudahkan dalam pengolahan data.
3. Entry data, merupakan suatu proses memasukkan data kedalam komputer
untuk dilakukan analisis data dengan menggunakan program statistik
dalam komputer.
4. Cleaning data, suatu kegiatan pembersihan seluruh data agar terbebas
dari kesalahan sebelum dilakukan analisa data.
Analisa data dilakukan secara univariat untuk mendeskripsikan
karakteristik responden terdiri dari usia, paritas, tingkat pendidikan, pekerjaan,
dan jenis persalinan. Data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi
dan persentase.
H. Etika Penelitian
Selama melakukan penelitian, peneliti memperhatikan serta menjungjung
tinggi etika penelitian. Setiap subjek penelitian mempunyai hak untuk
dihormati kebebasan pribadinya dan dilindungi integritas dirinya serta
diupayakan meminimalisi pengaruh penelitian atas integritas fisik, mental,
maupun kepribadiannya. Beberapa aspek yang menjadi pertimbangan dalam
etika penelitian ini adalah kebebasan menentukan kesediaan dalam penelitian
(autonomy), menghormati privasi dengan menjaga kerahasiaan baik identitas
52
maupun data atau informasi yang diberikan, tidak mencantumkan nama
responden (anonimity) dan hanya menuliskan kode pada lembar pengukuran
edata, menjaga responden dari ketidaknyamanan fisik maupun psikologis
(freedom from harm), melakukan prinsip keadilan (the right to fair treatment)
dengan memberi perlakuan yang sama terhadap responden penelitian (Polit,
Beck & Hungler, 2001 dalam Hutagaol 2010). Data yang tersimpan dalam
kuesioner selanjutnya akan dimusnahkan setelah penelitian selesai
dipublikasi.
53
BAB V
HASIL PENELITIAN
Bab ini membahas hasil penelitian yang telah dilakukan. Hasil penelitian
diuraikan dalam dua bagian yaitu : gambaran tempat penelitian dan hasil analisis
univariat.
A. Gambaran Tempat Penelitian
1. Gambaran Umum Puskesmas Ciputat Timur
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Ciputat Timur merupakan
salah satu unit pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan
pemeriksaan kunjungan ibu hamil dan ibu bersalin di dalam gedung,
posyandu, rumah, bidan dan kunjungan rumah. Berdasarkan data statistik
kota Tangerang Selatan tahun 2016, Ciputat Timur berada di urutan ke-4
dari 7 kecamatan terbanyak jumlah penduduknya dengan tingkat
kepadatan tertinggi. Sementara itu, berdasarkan data yang diperoleh dari
Bidang Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Puskesmas Ciputat Timur,
jumlah kunjungan ibu hamil rata-rata selama 5 tahun terakhir berkisar
1.443 pasien per tahun. Adapun jumlah kunjungan ibu nifas dalam 1
tahun terakhir sebanyak 1.214 pasien (Data Puskesmas Januari -
Desember 2016).
Puskesmas Ciputat Timur merupakan salah satu dari empat Puskesmas
yang ada di wilayah kecamatan Ciputat Timur. Puskesmas Ciputat Timur
terletak di Jalan Anggur I Kelurahan Rempoa, Kecamatan Ciputat Timur,
Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten. Letaknya berbatasan dengan:
54
Sebelah Utara : DKI Jakarta
Sebelah Selatan : Wilayah kerja Puskesmas Ciputat
Sebelah Barat : Wilayah kerja Puskesmas Rengas dan DKI Jakarta
Sebelah Timur : Wilayah kerja Puskesmas Pisangan.
Puskesmas Ciputat Timur mempunyai 2 kelurahan binaan yakni
kelurahan Rempoa dan kelurahan Cempaka Putih dengan total jumlah
penduduk 64.609 jiwa yang terdiri dari 32.616 jiwa laki-laki dan 31.993
jiwa perempuan dengan tingkat kepadatan penduduk 283 jiwa per km2.
Tingkat kepadatan penduduk lebih banyak di kelurahan Rempoa, yaitu
172 jiwa/km2 dibandingkan dengan kelurahan Cempaka Putih yaitu 111
jiwa/km2. Jumlah KK yang ada di wilayah kerja Puskesmas Ciputat
Timur sebanyak 18.102 KK dengan jumlah sebanyak 14.667 rumah
terdiri dari 139 RT dan 23 RW (data puskesmas tahun 2015).
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa Puskesmas Ciputat Timur
melayani penduduk lebih dari rasio yang seharusnya. Sebagaimana telah
dilaporkan oleh Kementerian Kesehatan tahun 2015, rasio ketersediaan
puskesmas terhadap 30.000 penduduk di Indonesia adalah 1,15, artinya
satu puskesmas dapat melayani sekitar 26.000 penduduk di Indonesia.
Hal ini terjadi disebabkan oleh laju pertambahan jumlah Puskesmas lebih
rendah dibandingkan laju pertumbuhan penduduk (Kemenkes RI, 2016).
2. Visi, Misi, Motto Puskesmas Ciputat Timur
Puskesmas Ciputat Timur memiliki visi, misi, dan motto sebagai
berikut:
55
a. Visi
Menjadi puskesmas yang mampu melaksanakan pelayanan
kesehatan prima yang berorientasi pada kepuasan pelanggan.
b. Misi
1) Memberikan pelayanan prima yang meliputi kegiatan promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif
2) Mengembangkan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan
3) Mengembangkan sumber daya manusia yang profesional dan
berkualitas
4) Mengembangkan upaya kemandirian masyarakat bidang
kesehatan
5) Mengembangkan kemitraan lintas sektor dan swasta
6) Mengembangkan sistem manajemen puskesmas
c. Motto
Bersih, Santun, Harmonis, Barokah, dan Tertib
3. Program Puskesmas Ciputat Timur
a. Promosi kesehatan
b. Kesehatan ibu dan anak
c. Perbaikan gizi
4. Sumber Daya Puskesmas Ciputat Timur
Tenaga Puskesmas Ciputat Timur berdasarkan buku profil
Puskesmas Ciputat Timur tahun 2015 berjumlah 42 orang, terdiri dari
seorang kepala puskesmas, seorang subbag Tata Usaha (TU), 5 dokter
umum, 1 orang dokter gigi, 9 orang bidan, 6 orang perawat, 1 orang
56
perawat gigi, satu orang analis laboratorium, satu orang tenaga
pelaksana gizi, satu orang fisioterapis, 3 orang petugas loket, 2 orang
juru masak, 2 orang supir ambulance, 4 orang security, dan 4 orang
cleaning service. Adapun Peran Serta Masyarakat (PSM) yang
merupakan sarana penyediaan data dan untuk melakukan evaluasi
program kerja puskesmas yang dikelola masyarakat dengan bimbingan
petugas puskesmas lintas sektoral dan lembaga terkait dapat dilihat pada
tabel 5.1:
Tabel 5.1Peran Serta Masyarakat Puskesmas Ciputat Timur
Tahun 2015
No Jenis Peran Serta MasyarakatNama kelurahan
JumlahRempoa
CempakaPutih
1 Jumlah kader aktif 153 170 3232 Jumlah posyandu aktif 23 20 433 Jumlah posyandu dengan UKGMD 23 20 434 Pos Obat Desa 0 1 15 Dana sehat 0 0 06 Kelompok PKIA 0 2 27 Taman Obat keluarga 0 2 28 Bina Keluarga Balita 1 1 29 Pos Bindu 4 4 8
10Pengobatan tradisional yangTerdaftar
2 3 5
11 Penggerak PKS 12 10 2212 Saka Bakti Husada 0 0 013 Dokcil 122 126 24814 DUKS 0 2 215 TK 10 7 1716 SD/MI 7 7 1417 SLTP 3 3 618 SLTA 1 4 519 Dana Sehat Sekolah 0 0 0
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jenis peran serta masyarakat yang
paling banyak di lingkup kerja wilayah Puskesmas Ciputat Timur adalah dengan
adanya peran serta masyarakat sebagai kader posyandu, yaitu sebanyak 323 orang.
57
B. Hasil Analisis Univariat
1. Proporsi Tingkat Depresi berdasarkan Usia
Gambaran proporsi responden berdasarkan usia ditunjukkan pada
tabel 5.2 berikut ini:
Tabel 5.2Proporsi Tingkat Depresi Ibu Postpartum berdasarkan Usia
di Wilayah Puskesmas Ciputat Timur (Januari-Februari 2017)
Rentang UsiaKategori
nPersentase
(%)TidakDepresi
Ringan Sedang Berat
<20 thn 1 0 0 1 2 2,3
≥20 thn &<35thn
37 17 11 5 70 81,4
≥35 thn 10 1 2 1 14 16,3
Total 48 18 13 7 86 100,0
Berdasarkan tabel 5.2 sebagian besar ibu postpartum yang
mengalami depresi di wilayah Puskesmas Ciputat Timur berada pada
rentang usia 20-34 tahun yaitu 70 responden (81,4%), 17 responden
depresi ringan, 11 responden depresi sedang, 5 orang depresi berat, dan
sisanya sebanyak 37 responden tidak depresi.
2. Proporsi Responden berdasarkan Paritas
Gambaran proporsi responden berdasarkan paritas ditunjukkan pada
tabel 5.3 berikut ini:
Tabel 5.3Distribusi Responden berdasarkan Paritas Ibu Postpartum di wilayah Puskesmas
Ciputat Timur (Januari-Februari 2017)
ParitasKategori
nPersentase
(%)TidakDepresi
Ringan Sedang Berat
Primipara 21 10 6 3 40 46,5
Multipara 27 8 7 4 46 53,49
Total 48 18 13 7 86 100,0
58
Berdasarkan tabel 5.3 Proporsi ibu postpartum berdasarkan
paritasnya terdiri dari primipara dan multipara. Proporsi ibu primipara
berdasarkan tingkat depresinya terdiri dari 40 responden (46,5%) terdapat
10 responden depresi ringan, 6 responden depresi sedang, 3 responden
depresi berat dan 21 responden tidak depresi. Sedangkan pada multipara,
dari 46 responden (53, 49%) sebanyak 8 responden mengalami depresi
ringan, 7 responden depresi sedang, 4 responden depresi berat, dan 27
responden tidak depresi.
3. Proporsi Tingkat Depresi berdasarkan Pendidikan
Gambaran proporsi responden berdasarkan pendidikan ditunjukkan
pada tabel 5.4 berikut ini:
Tabel 5.4Proporsi Tingkat Depresi berdasarkanPendidikan Ibu Postpartum di Wilayah
Puskesmas Ciputat Timur (Januari-Februari 2017)
Pendidikan
Kategori
nPersentase
(%)TidakDepresi
Ringan Sedang Berat
PendidikanDasar
16 0 5 4 25 29,1
PendidikanMenengah
19 13 5 2 39 45,3
PendidikanTinggi
13 5 3 1 22 25,6
Total 48 18 13 7 86 100,0
Berdasarkan tabel 5.4 sebagian besar ibu postpartum yang
mengalami depresi di wilayah Puskesmas Ciputat Timur berpendidikan
menengah yaitu 39 responden (45,3%). Sebanyak 13 responden depresi
ringan, 5 responden depresi sedang, 2 responden depresi berat dan sisanya
sebanyak 19 responden tidak depresi.
59
4. Proporsi Tingkat Depresi berdasarkan Pekerjaan
Gambaran proporsi responden berdasarkan pekerjaan ditunjukkan
pada tabel 5.5 berikut ini:
Tabel 5.5Distribusi Responden berdasarkan Pekerjaan Ibu Postpartum di wilayah
Puskesmas Ciputat Timur (Januari-Februari 2017)
PekerjaanKategori
nPersentase
(%)TidakDepresi Ringan Sedang Berat
IRT 38 17 9 5 69 80,2
Bekerja 10 1 4 2 17 19,8
Total 48 18 13 7 86 100,0
Berdasarkan tabel 5.5 sebagian besar ibu postpartum yang
mengalami depresi di wilayah Puskesmas Ciputat Timur adalah sebagai
Ibu Rumah Tangga (IRT) yaitu 69 responden (80,2%). Sebanyak 17
responden berada pada depresi ringan, 9 responden depresi sedang, 5
responden depresi berat, dan 38 responden tidak mengalami depresi.
5. Proporsi Responden berdasarkan Jenis Persalinan
Gambaran proporsi responden berdasarkan jenis persalinan
ditunjukkan pada tabel 5.6 berikut ini:
Tabel 5.6Distribusi Responden berdasarkan Jenis Persalinan Ibu Postpartum di wilayah
Puskesmas Ciputat Timur (Januari-Februari 2017)
JenisPersalinan
Kategorin Persentase
Tidak Depresi Ringan Sedang Berat
Normal 30 13 11 5 60 69,8
Seksio 16 3 2 2 23 26,7
Vacum 2 1 0 0 3 3,5
Total 48 17 13 7 86 100,0
60
Berdasarkan tabel 5.6 didapatkan bahwasanya dari 60 responden
(69,8%) ibu postpartum di wilayah Puskesmas Ciputat Timur mengalami
depresi dengan jenis persalinan normal. Sebanyak 13 responden depresi
ringan, 11 responden depresi sedang, 5 responden depresi berat, dan
sisanya 30 responden tidak mengalami depresi.
6. Proporsi Responden berdasarkan Tingkat Depresi
Tabel dibawah ini merupakan distribusi tingkat depresi
menggunakan BDI versi II pada ibu postpartum di wilayah Puskesmas
Ciputat Timur:
Tabel 5.7Distribusi Responden berdasarkan Tingkat Depresi Ibu Postpartum di wilayah
Puskesmas Ciputat Timur (Januari-Februari 2017)
Kategori N Persentase (%)
Tidak Depresi 48 55,8
Depresi Ringan 18 20,9
Depresi Sedang 13 15,1
Depresi Berat 7 8,1
Total 86 100,0
Berdasarkan tabel 5.7 didapatkan bahwasanya dari 86 ibu
postpartum di wilayah Puskesmas Ciputat Timur sebanyak 18 responden
(20,9%) berada pada depresi ringan , 13 responden (15,1%) depresi
sedang, 7 responden (8,1%) depresi berat, dan 48 responden (55,8%)
tidak mengalami depresi.
61
BAB VI
PEMBAHASAN
Pembahasan pada penelitian ini difokuskan pada pembahasan mengenai
tingkat depresi ibu postpartum di wilayah kerja Puskesmas Ciputat Timur tahun
2017 berdasarkan gambaran karakteristik demografi.
A. Analisa Univariat
Hasil analisis mengenai gambaran tingkat depresi menunjukkan bahwa
proporsi responden yang tidak berisiko depresi 55,8% dan proporsi yang
mengalami depresi ringan sebanyak 18 responden (20,9%), depresi sedang
sebanyak 13 responden (15,1%), dan sisanya sebanyak 7 responden (8,1%)
mengalami depresi berat. Hal ini diartikan bahwa ibu postpartum di wilayah
kerja Puskesmas Ciputat Timur cenderung untuk mengalami depresi.
Berdasarkan tabel 5.2, menunjukkan bahwasanya berdasarkan proporsi
usia responden yang mengalami depresi berada pada rentang usia 20-34
tahun yaitu 81,4%. Hal ini dimungkinkan karena usia menikah mulai
bergeser, yang sebelumnya atau beberapa dekade yang lalu mayoritas remaja
putri menikah pada usia dibawah 20 tahun sekarang sudah bergeser di atas
usia 20 tahun seiring dengan permasyarakatan program keluarga berencana
(Soep, 2011). Berbeda halnya dengan penelitian yang telah dilakukan Lanes,
Kuk, dan Tamim (2011) menyimpulkan bahwa adanya risiko yang dapat
terjadi pada ibu yang berusia muda untuk mengalami depresi postpartum
dengan rentang usia antara 15-19 tahun.
62
Berdasarkan tabel 5.3, menunjukkan bahwa berdasarkan proporsi paritas
responden yang mengalami depresi pada primipara dan multipara jumlahnya
sama. Pada primipara, responden sebanyak 25% mengalami depresi ringan,
15% depresi sedang, 7,5% depresi berat, dan 52,5% tidak mengalami depresi.
Pada multipara, sebanyak 17,39% mengalami depresi ringan, 15,28% depresi
sedang, 8,7% depresi berat, dan 58,7% tidak mengalami depresi. Menurut
penelitian yang telah dilakukan oleh Lanes, Kuk dan Tamim (2011), risiko
terjadinya depresi postpartum pada ibu akan terjadi 1,29 kali lebih besar pada
ibu yang multipara dibandingkan dengan primipara. Hal ini dikarenakan
karakteristik ibu yang primipara akan mempersiapkan dirinya semaksimal
mungkin untuk menyiapkan dirinya menyambut kelahiran sang buah hati.
Berbeda dengan ibu yang multipara, mereka akan berasumsi bahwa proses
persalinan adalah hal yang lumrah dan biasa terjadi. Sehingga apabila
terdapat sesuatu yang tidak sesuai dengan harapan, maka disinyalir akan
menigkatkan risiko untuk cemas dan yang lebih parah adalah risiko terjadinya
depresi postpartum (Lanes, Kuk dan Tamim, 2011).
Berdasarkan tabel 5.4, menunjukkan bahwa berdasarkan proporsi
pendidikan responden yang mengalami depresi berada pada jenjang
pendidikan menengah yaitu sebesar 23,26%. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang telah dilakukan oleh Lanes, Kuk dan Tamim (2011)
menyebutkan bahwa terjadi peningkatan risiko depresi postpartum sebesar
2,54 kali bagi ibu yang memiliki tingkat pendidikan sekolah menengah. Hal
ini karena tingkat pendidikan akan mempengaruhi tingkat pemahaman dan
kemampuan sang ibu untuk melakukan perawatan ataupun adaptasi terhadap
63
perubahan-perubahan fisik dan statusnya. Selanjutnya, kurangnya
kemampuan di dalam melakukan perawatan bayi, ditandai sebagai salah satu
faktor meningkatnya risiko depresi postpartum pada ibu. Berbeda dengan
penelitian yang telah dilakukan oleh (Goker et al., 2012), menyebutkan
bahwa tidak adanya hubungan antara tingkat pendidikan dengan risiko
terjadinya depresi postpartum pada ibu. Tingkat pendidikan mungkin secara
langsung dapat diasosiasikan dengan pendapatan rumah tangga, yang dimana
akan berdampak terhadap pertimbangan ibu di dalam memenuhi kebutuhan
bayinya, akan tetapi kondisi ini berbeda setiap negara dan budaya (Goker et
al., 2012).
Berdasarkan tabel 5.5, menunjukkan bahwa berdasarkan proporsi
pekerjaan responden yang mengalami depresi adalah ibu rumah tangga
sebesar 44,93%. Hal ini terjadi karena bekerja secara signifikan memiliki
ketertarikan dengan bayinya, akan tetapi pada ibu yang tidak bekerja
ketertarikan itu akan semakin berkurang, karena banyaknya interaksi dengan
anak. Ibu yang tidak bekerja akan mudah merasakan iritasi pada perasaannya,
raut wajah yang negative kepada anaknya, dibandingkan dengan ibu yang
bekerja. Sehingga ibu yang bekerja memiliki risiko yang lebih rendah terkena
depresi postpartum berat dibandingkan ibu yang tidak bekerja (Thompson &
Fox, 2010). Penelitian yang telah dilakukan oleh (Goker et al., 2012)
menyimpulkan bahwa menjadi seorang ibu rumah tangga dapat meningkatkan
terjadinya risiko depresi postpartum sebanyak 2 kali lipat. Hal ini karena ibu
yang menghabiskan lebih banyak waktunya di rumah dengan bayinya, akan
menimbulkan perasaan bosan dan jenuh. Sehingga risiko terjadinya gangguan
64
mood yang menjadi salah satu faktor terjadinya depresi postpartum, akan
meningkat. Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh
Chaaya et al (2002)., Lanes, Kuk dan Tamim (2011) serta Gonidakis et al
(2008).
Berdasarkan tabel 5.6, menunjukkan bahwa berdasarkan proporsi jenis
persalinan yang mengalami depresi adalah responden dengan jenis persalinan
normal 48,33%. Hal ini berbeda dengan penelitian Ariyanti et al (2016) yang
menyatakan bahwa ibu dengan jenis persalinan seksio memiliki peluang 3,7
kali lebih besar dibandingkan ibu yang persalinan normal. Ibu dengan bedah
seksio penyembuhannya lebih lama dibandingkan dengan persalinan
pervaginam (normal dan vacum). Hal ini akan menghambat ibu untuk
menjalani peran barunya sebagai seorang ibu sehingga membuat ibu dengan
persalinan bedah seksio lebih berisiko untuk mengalami depresi postpartum.
B. Keterbatasan Penelitian
1. Data yang dikumpulkan dan diolah merupakan hasil dari desain cross-
sectional. Pengambilan data tidak dapat dikumpulkan secara
komprehensif serta tidak dapat mengkaji secara akurat karena terdapat
faktor dari responden, misalnya karena terburu-buru atau tidak terbuka
terhadap pemberian informasi. Selain itu, BDI-II merupakan sebuah alat
untuk menskrinning dan dibutuhkan konfirmasi secara diagnostik lanjut
dengan menggunakan wawancara terstruktur atau semi terstruktur.
2. Untuk mengetahui jumlah populasi, peneliti melakukan penelusuran data
melaui buku kohort. Namun pada kenyataannya, setelah peneliti
65
menjumpai kader posyandu jumlah ibu postpartum yang memiliki bayi
busia 0-12 bulan berbeda (peneliti menghitung ibu dengan usia bayi 1,5
bulan-12 bulan). Untuk mengatasi hal tersebut, peneliti mengambil
responden sesuai dengan arahan yang diberikan kader posyandu.
66
BAB VII
PENUTUP
Berdasarkan analisis dan pembahasan hasil penelitian, maka dikemukakan
beberapa kesimpulan dan saran sebagai berikut:
A. Kesimpulan
Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran tingkat depresi ibu
postpartum di wilayah kerja Puskesmas Ciputat Timur. Berdasarkan hasil
penelitian dapat disimpulkan bahwa depresi postpartum berada di tengah-
tengah masyarakat. Tenaga kesehatan serta masyarakat tidak menyadari
dampak dari masalah yang ditimbulkan depresi postpartum. Adapun
kesimpulan dari analisis sebagai berikut:
1. Ibu postpartum di wilayah Puskesmas Ciputat Timur yang mengalami
depresi ringan (20,9%), depresi sedang (15,1%) dan depresi berat (8,1%).
Sedangkan sisanya (55,8%) tidak depresi.
2. Ibu postpartum di wilayah Puskesmas Ciputat Timur yang paling tinggi
mengalami depresi berada pada rentang usia 20-34 tahun (81,4%).
3. Proporsi ibu postpartum primipara dan multipara yang mengalami
depresi di wilayah Puskesmas Ciputat Timur yang mengalami depresi
jumlahnya sama. Pada primipara dari 40 responden, 25% mengalami
depresi ringan, 15% depresi sedang, 7,5% depresi berat, dan 52,5% tidak
mengalami depresi. Pada multipara dari 46 responden, sebanyak 17,39%
mengalami depresi ringan, 15,28% depresi sedang, 8,7% depresi berat,
dan 58,7% tidak mengalami depresi
67
4. Ibu postpartum di wilayah Puskesmas Ciputat Timur yang paling tinggi
berisiko mengalami depresi pendidikan menengah (45,3%).
5. Ibu postpartum di wilayah Puskesmas Ciputat Timur yang paling tinggi
berisiko mengalami depresi merupakan ibu rumah tangga (80,2%).
6. Ibu postpartum di wilayah Puskesmas Ciputat Timur yang paling tinggi
berisiko mengalami depresi merupakan ibu postpartum dengan jenis
persalinan normal (69,8%).
B. Saran
1. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan
Meningkatkan peran perawat dan keahlian perawat, khususnya perawat
maternitas, perawat jiwa, dan perawat komunitas untuk mengenali adanya
gangguan mood setelah melahirkan sehingga dapat mencegah terjadinya
gangguan mood yang lebih parah yaitu psikosis postpartum dengan
halusinasi dan atau delusi
2. Bagi Puskesmas Ciputat Timur
Deteksi dini atau screening adanya kemungkinan terjadinya depresi
postpartum sebaiknya menjadi bagian dari pengkajian tetap pada ibu
postpartum. Antisipasi kemungkinan terjadinya depresi postpartum
sebaiknya dilakukan di awal kehamilan yaitu dengan dilakukannya
pendidikan kesehatan tentang perubahan fisiologis dan psikologis pada
kehamilan, persalinan, dan nifas pada saat ibu melakukan Antenatal Care
(ANC).
DAFTAR PUSTAKA
Abiodum OA. Postnatal depression in primary care population in Nigeria. GenHosp Psychiatry 2006;28(2):133-6.
Astutiningrum, Diah. 2007. Gambaran Tingkat Depresi Pada Ibu Postpartum DiRumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Gombong. Jurnal IlmiahKesehatan Keperawatan, vol.3, No.2. Stikes Muhammadiyyah Gombong.
Ayoub, K. A. 2014. Prevalence of Postpartum Depression among recentlydelivering mothers in Nablus District and its associated factors. An-NajahNational University, Nablus, Palestine.
Bakhshizadeh, A., Shiroudi, S. G., & Khalatbari, J. 2013. Effect of HardinessTraining on Stress and Post Partum Depression. Procedia - Social andBehavioral Sciences, 84(0), 1790–1794.http://doi.org/http://dx.doi.org/10.1016/j.sbspro.2013.07.035
Beck, Aaron T., Steer, Robert A., Brown, Gregory K. 1996. Beck DepressionInventory: Second Edition (Manual). United States of America: ThePsychological Corporation.
Beck., Cheryl., Tatano. 2006. Postpartum Depression, It Isn’t Just The Blues.AJN, vol 106, No. 5, 40-50
Bobak.I.,Lowdermilk, D.L., Jensen, M.D., & Perry, S.E., 2005. Buku AjarKeperawatan Maternitas (4 Ed). (R.Komalasari, Penyunt., M.A.Wijayarini, & P.I. Anugrah, Penerj). Jakarta, Indonesia: EGC
Boyce PM, Hickey A. Psychosocial risk factors to major depression afterchildbirth. Soc Psychiatry Psychiatr Epidemiol 2005;40(8): 605-12.
Corrêa, H., Castro, T., Santos, W., Romano-silva, M. A., & Santos, L. M. P.2016. Postpartum depression symptoms among Amazonian andNortheast Brazilian women. Journal of Affective Disorders, 204, 214–218.http://doi.org/10.1016/j.jad.2016.06.026
Cox, J., & Holden, J. 2003. Perinatal mental health: A Guide to the EdinburghPostnatal Depression Scale (EPDS). London: Gaskell - The RoyalCollege of Psychiatrists.
Cunningham. 2006. Obstetri william. Edisi 21. Jakarta; EGC.
Dahlan, M. Sopiyudin. 2010. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel. Edisi3. Jakarta: salemba Medika.
Dira, I Komang Prayoga Ariguna, Ayu Sri Wahyuni. 2016. Prevalensi FaktorRisiko Depresi Postpartum Di Kota Denpasar Menggunakan EdinburghPostnatal Depression Scale. E-Jurnal Medika, Vol.5 No.7, Juli 2016.Fakultas kedokteran Universitas Udayana Denpasar
Elvira, D., S. 2006. Depresi Pasca Persalinan. Tesis. Jakarta: FakultasKedokteran Universitas Indonesia.
Elvira, D., S. 2011. Depresi Pasca Persalinan. Jakarta: Fakultas KedokteranUniversitas Indonesia
Erdogan, O. T. 2010. Some psychosocial correlates of Postpartum Depression: alongitudinal study. Istanbul Bilgi University.
Gondo, Harry Kurniawan. 2010. Skrining Edinburgh Postnatal Depression Scale(EPDS) pada Post Partum Blues. Jurnal. Surabaya: Fakultas KedokteranUniversitas Wijaya Kusuma.
Goker, A., Yanikkerem, E., Demet, M. M., Dikayak, S., Yildirim, Y., & Koyuncu,F. M. (2012). Postpartum Depression : Is Mode of Delivery a Risk Factor ?,2012. http://doi.org/10.5402/2012/616759
Gonidakis, F., Rabavilas, A. D., Varsou, E., Kreatsas, G., & Christodoulou, G. N.(2008). A 6-month study of postpartum depression and related factors inAthens Greece, 49, 275–282.http://doi.org/10.1016/j.comppsych.2007.05.018
Gonidakis, A. D. Rabavilas, E. Varsou, G. Kreatsas, and G. N. Christodoulou, “A6-month study of postpartum depression and related factors in AthensGreece,” Comprehensive Psychiatry, vol. 49, no. 3, pp. 275–282, 2008.
Handayani, Tri Nur. 2010. Pengaruh Pengelolaan Depresi dengan latihanPernafasan Yoga (Pranayama) Terhadap Perkembangan Prosespenyembuhan Ulkus Diabetikum Di rumah Sakit Pemerintah Aceh. Tesis.Depok: Universitas Indonesia.
Hanley, J. 2009. Perinatal mental health: A Guide for health professionals andusers (1st ed.). West Sussex: John Wiley & Sons, Ltd.
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2007. Metode Penelitian Keperawatan dan TeknikAnalisa Data. Salemba Medika: Jakarta.
Hinchliff, Sue. 1999. Kamus Keperawatan Ed.17. Terjemahan. Jakarta:EGC.
Hutagaol, Esther T. 2010. Efektifitas Intervensi Edukasi pada DepresiPostpartum. Tesis. Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan UniversitasIndonesia.
Ibrahim, Fatmah. Dkk. 2012. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan DepresiPostpartum di RSIA Pertiwi Makassar. Makassar: Fakultas KesehatanMasyarakat Universitas Hasanuddin.
Keliat, Budi.Anna., Akimat P.W. dan Herni Susanti. 2012. Manajemen KasusGangguan Jiwa. Jakarta: EGC.
Kuntarto, Niknik M. 2008. Cermat dalam Berbahasa Teliti dalam Berfikir.Jakarta: Mitra Wacana Media.
Lanes, J. L. Kuk, and H. Tamim, “Prevalence and characteristics of PostpartumDepression symptomatology among Canadian women: a cross-sectionalstudy,” BMC Public Health, vol. 11, p. 302, 2011
Machmudah. 2010. Pengaruh Persalinan Dengan Komplikasi TerhadapKemungkinan Terjadinya Postpartum Blues Di Kota Semarang. Tesis.Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
Mandelli, L., Souery, D., Bartova, L., Kasper, S., Montgomery, S., Zohar, J., …Serretti, A. 2016. Bipolar II disorder as a risk factor for postpartumdepression. Journal of Affective Disorders, 204, 54–58.http://doi.org/10.1016/j.jad.2016.06.025
M. Chaaya, O. M. R. Campbell, F. El Kak, D. Shaar, H. Harb, and A. Kaddour,“Postpartum depression: prevalence and determinants inLebanon,” Archives of Women's Mental Health, vol. 5, no. 2, pp. 65–72,2002.
Mercer, R. T. 1985. The Process of Maternal Role Attainment over the Firstyear. Nursing Research, 196–202.
Mercer, R. T., & Ferketich, S. L. 1990. Predictors of parental attachment duringearly parenthood. Journal of Advanced Nursing, 15, 268–280.
Mercer, R. T., & Ferketich, S. L. 1994. Predictors of Maternal Role Competenceby Risk Status. Nursing Research, 43(1), 38–43.
Micali, N., Simonoff, E., & Treasure, J. 2011. Pregnancy and post-partumdepression and anxiety in a longitudinal general population cohort :The effect of eating disorders and past depression. Journal of AffectiveDisorders, 131(1–3), 150–157. http://doi.org/10.1016/j.jad.2010.09.034
Misri, S., Swift, E., Abizadeh, J., & Shankar, R. 2016. Overcoming functionalimpairment in postpartum depressed or anxious women : a pilottrial of desvenlafaxine with flexible dosing, 269–276.
Nagy, E., Molnar, P., Pal, A., & Orvos, H. 2011. Prevalence rates andsocioeconomic characteristics of post-partum depression in Hungary.Psychiatry Research, 185(1–2), 113–120.http://doi.org/10.1016/j.psychres.2010.05.005
Nazara, Yafeti. Efektifitas Psikoedukasi Terhadap Pencegahan DepresiPascasalin (penelitian di pelayanan kesehatan kabupaten nias, SumateraUtara). Majalah Obstetri Ginekologi Indonesia. Vol. 33 No. 4 Oktober 2009p:216-218.
. 2006. Efektifitas Psikoedukasi Terhadap Pencegahan DepresiPostpartum di Kabupaten Nias. Tesis. Fakultas Ilmu KeperawatanUniversitas Indonesia.
Norhayati, M. N., Hussain, N., Hazlina, N., Aniza, A. A., & Asrenee, A. R.2016. Severe Maternal Morbidity and Postpartum DepressiveSymptomatology : A Prospective Double Cohort Comparison Study, 1–11.http://doi.org/10.1002/nur.21741
Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta. Rineka Cipta.
Nurbaeti, Irma. 2002. Analisis Hubungan antara karakteristik Ibu, Kondisi BayiBaru Lahir, Dukungan Sosial, dan Kepuasan Perkawinan dengan DepresiPostpartum Primipara Di Rumah Sakit Anak dan Bersalin Harapan KitaJakarta. Tesis. Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
. Dkk. 2013. Asuhan Keperawatan pada Ibu Postpartum dan BayiBaru Lahir. Jakarta: Mitra Wacana Media.
Okun, M. L. 2016. Disturbed Sleep and Postpartum Depression. CurrentPsychiatry Reports, 1–7. http://doi.org/10.1007/s11920-016-07052
Owoeye AO, Aina OF, Morakinyo O. Risk factors of postpartum depression andEPDS scores in a group of Nigerian women. Trop Doct 2006;36(2):100-3.
Palupi, Puspita. 2013. Depresi Pasca Persalinan. Tangerang Selatan:UIN Jakarta Press.
Pearlstein, T., Howard, M., Salisbury, A., & Zlotnick, C. 2009. Postpartumdepression. YMOB, 200(4), 357–364.http://doi.org/10.1016/j.ajog.2008.11.033
Pradyana, Esha., Wayan Westa dan Nyoman Ratep. Tanpa Tahun. Diagnosis danTatalaksana Depresi Postpartum Pada Primipara. Artikel. FakultasKedokteran Udayana.
Raji, R., Sharon, L., Premkumar, N. R., & Kattimani, S. 2016. LuteinizingHormone-Follicle Stimulating Hormone ratio as biologicalpredictor of post-partum depression. Comprehensive Psychiatry.http://doi.org/10.1016/j.comppsych.2016.09.001
Rambelli, C., Montagnani, M. S., Oppo, A., Banti, S., Borri, C., Cortopassi, C., …Mauri, M. 2010. Panic disorder as a risk factor for post-partum depression.Results from the Perinatal Depression-Research & Screening Unit (PND-ReScU) study. Journal of Affective Disorders, 122(1–2), 139–143.http://doi.org/10.1016/j.jad.2009.07.002
Ringkasan kajian UNICEF Indonesia: Kesehatan Ibu dan Anak. Oktober 2012.Diunduh pada 1 Mei 2014 20.00 dalamhttp://www.unicef.org/indonesia/id/A5__B_Ringkasan_Kajian_Kesehatan_REV.pdf
Roomruangwong, Chutima., C.Neil Epperson. 2011. Perinatal Depression inAsian Women: Prevalence, Associated Factors. And CulturalAspects. Asian Biomedicine Vol.5 No.2 April 2011; 179-193
Doi: 10.5372/1905-7415.0502.024
Roswiyani. 2006. Penghayatan Kondisi Depresi Pasca Melahirkan pada ibu yangMelahirkan Bayi Pertama. Tesis. Depok. Fakultas Psikologi UniversitasIndonesia.
Rusli, Risa Arianie., Tatik Meiyuntariningsih dan Weni Endahing Warni. 2011.Perbedaan Depresi Pasca Melahirkan pada Ibu Primipara Ditinjau dariUsia Ibu Hamil. Jurnal. Surabaya: Fakultas Psikologi Universitas HangTuah.
R. Xiea, G. Hea, A. Liua, J. Bradwejn, M. Walker, and S. W. Wen, “Fetal genderand postpartum depression in a cohort of Chinese women,” Social Science& Medicine, vol. 65, pp. 680–684, 2007
Sadock, B. J., & Sadock, V. A. 2005. Kaplan & Sadock’s Comprehensive Textbook of Psychiatry (8th ed.). Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Sarberg, M., Bladh, M., Svanborg, E., & Josefsson, A. 2016. Postpartumdepressive symptoms and its association to daytime sleepiness and restlesslegs during pregnancy. BMC Pregnancy and Childbirth, 1–8.http://doi.org/10.1186/s12884-016-0917-9
Siregar, Ir.Syofian. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif: DilengkapiPerbandingan Perhitungan Manual dan SPSS. Edisi Pertama. Jakarta: PTFajar Interpratama Mandiri.
Siswanto, Susila dan Suyanto. 2013. Metode Penelitian Kesehatan danKedokteran. Yogyakarta: Bursa Ilmu.
Soep. Penerapan Edinburgh Postpartum Depression Scale sebagai Alat DeteksiDini Risiko Depresi Nifas pada Primipara dan Multipara. JurnalKeperawatan. Poltekkes Kemenkes Medan
Spinelli, M. 2004. Maternal infacide associated with mental illness. PsychiatryResearch2, 9(161), 1548–1557.
S. M. Sylvén, F. C. Papadopoulos, V. Mpazakidis, L. Ekselius, I. Sundström-Poromaa, and A. Skalkidou, “Newborn gender as a predictor of postpartummood disturbances in a sample of Swedish women,” Archives of Women'sMental Health, vol. 14, no. 3, pp. 195–201, 2011
Tang, L., Zhu, R., Zhang, X., Tang, L. U., Zhu, R., & Zhang, X. 2016. PostpartumDepression and Social Support in China : A Cultural Perspective PostpartumDepression and Social Support in China : A Cultural Perspective,730(August). http://doi.org/10.1080/10810730.2016.1204384
Thompson, K. S., & Fox, J. E. 2010. Post-partum depression: a comprehensiveapproach to evaluation and treatment. Mental Health Fam Med, 7(4), 249–257.
Trost, M. J., Molas-torreblanca, K., Man, C., Casillas, E., Sapir, H., & Schrager,S. M. 2016. Screening for Maternal Postpartum DepressionDuring Infant Hospitalizations. Journal of Hospital Medicine, 0(0), 1–7.http://doi.org/10.1002/jhm.2646
T. Inandi, O. C. Elci, A. Ozturk, M. Egri, A. Polat, and T. K. Sahin, “Risk factorsfor depression in postnatal first year, in eastern Turkey,” InternationalJournal of Epidemiology, vol. 31, no. 6, pp. 1201–1207, 2002
Urbayatun, Siti. Dukungan Sosial dan Kecenderungan Depresi Postpartum PadaIbu Primipara Di Daerah Gempa Bantul. Jurnal. Vol. VII No.2 Agustus2010. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Ahmad Dahlan.
V. Patel, M. Rodrigues, and N. DeSouza, “Gender, poverty, and postnataldepression: a study of mothers in Goa, India,” American Journal ofPsychiatry, vol. 159, no. 1, pp. 43–47, 2002.
Wong, D.L., Perry, S.E., & Hockenberry, M.J. 2002. Maternal Child NursingCare. (2nd Ed). St. Louis: Mosby Elsevier.
Zhang, Y. P., Zhang, L. L., Wei, H. H., Zhang, Y., Zhang, C. L., & Porr, C.2016. Post partum depression and the psychosocial predictors infirst-time fathers from northwestern China. Midwifery, 35, 47–52.http://doi.org/10.1016/j.midw.2016.01.005
DATASET ACTIVATE DataSet2.
DATASET CLOSE DataSet1.
CORRELATIONS
/VARIABLES=Item1 Item2 Item3 Item4 Item5 Item6 Item7 Item8 Item9 Item10 Ite
m11 Item12 Item13 Item14 Item15 Item16 Item17 Item18 It
em19 Item20 Item21 TotalItem
/PRINT=TWOTAIL NOSIG
/MISSING=PAIRWISE.
Correlations
[DataSet2]
Item6Item5Item4Item3Item2Item1Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
Item1
Item2
Item3
Item4
Item5
Item6
Item7
Item8
.233.846.010.007.057.323
.224.037.466**.479**.352.187
303030303030
.028.099.692.448.240.047
.401*.307.075.144.221.365*
303030303030
.008.233.486.102.070
1.477**.225.132.304.335
303030303030
.008.023.617.041.181
.477**1.413*.095.376*.251
303030303030
.233.023.056.001.585
.225.413*1.352.576**.104
303030303030
.486.617.056.071.616
.132.095.3521.334.096
303030303030
.102.041.001.071.149
.304.376*.576**.3341.270
303030303030
.070.181.585.616.149
.335.251.104.096.2701
Correlations
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Page 1
Item12Item11Item10Item9Item8Item7Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
Item1
Item2
Item3
Item4
Item5
Item6
Item7
Item8
.227.320.002.919.607
.228.188.538**-.0191-.098
303030303030
.352.924.035.001.607
.176.018.386*.559**-.0981
303030303030
.130.861.055.064.233.028
.283-.033.354.342.224.401*
303030303030
.251.214.442.132.846.099
.216.234.146.282.037.307
303030303030
.567.596.127.860.010.692
.109.101.285-.034.466**.075
303030303030
.026.783.212.778.007.448
.406*-.052.235.054.479**.144
303030303030
.042.260.010.452.057.240
.374*.212.464**.143.352.221
303030303030
.036.110.112.138.323.047
.383*.297.296.277.187.365*
Correlations
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Page 2
Item18Item17Item16Item15Item14Item13Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
Item1
Item2
Item3
Item4
Item5
Item6
Item7
Item8
.274.225.374.321.872.561
-.206.228.168.188-.031.111
303030303030
.1931.000.024.076.001.124
.244.000.410*.329.591**.287
303030303030
.408.568.040.010.475.014
.157.109.376*.461*.135.446*
303030303030
.168.152.076.025.013.036
.258.268.329.409*.446*.384*
303030303030
.805.211.721.446.963.403
.047.235.068.144-.009.158
303030303030
.334.099.133.020.259.003
.183.307.280.423*.213.528**
303030303030
.412.002.010.012.149.237
.155.537**.462*.451*.270.223
303030303030
.723.159.203.161.050.139
-.067.264.239.263.360.277
Correlations
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Page 3
TotalItemItem21Item20Item19Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
Item1
Item2
Item3
Item4
Item5
Item6
Item7
Item8
.016.648.239.561
.436*.087.222.111
30303030
.006.000.416.007
.487**.648**.154.486**
30303030
.006.433.456.160
.487**.149.141.263
30303030
.001.111.014.007
.558**.297.443*.484**
30303030
.013.547.027.087
.448*-.114.403*.318
30303030
.003.072.544.164
.526**.333.115.261
30303030
.000.464.005.022
.667**.139.496**.418*
30303030
.006.071.197.001
.488**.334.242.558**
Correlations
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Page 4
Item6Item5Item4Item3Item2Item1N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
Item8
Item9
Item10
Item11
Item12
Item13
Item14
Item15
Item16
Item17
Item18
Item19
Item20
.456.014.027.544.005.197
.141.443*.403*.115.496**.242
303030303030
.160.007.087.164.022.001
.263.484**.318.261.418*.558**
303030303030
.408.168.805.334.412.723
.157.258.047.183.155-.067
303030303030
.568.152.211.099.002.159
.109.268.235.307.537**.264
303030303030
.040.076.721.133.010.203
.376*.329.068.280.462*.239
303030303030
.010.025.446.020.012.161
.461*.409*.144.423*.451*.263
303030303030
.475.013.963.259.149.050
.135.446*-.009.213.270.360
303030303030
.014.036.403.003.237.139
.446*.384*.158.528**.223.277
303030303030
.130.251.567.026.042.036
.283.216.109.406*.374*.383*
303030303030
.861.214.596.783.260.110
-.033.234.101-.052.212.297
303030303030
.055.442.127.212.010.112
.354.146.285.235.464**.296
303030303030
.064.132.860.778.452.138
.342.282-.034.054.143.277
303030303030
Correlations
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Page 5
Item12Item11Item10Item9Item8Item7N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
Item8
Item9
Item10
Item11
Item12
Item13
Item14
Item15
Item16
Item17
Item18
Item19
Item20
.230.139.018.923.239.416
.226.276.429*-.018.222.154
303030303030
.000.016.060.001.561.007
.604**.435*.347.566**.111.486**
303030303030
.088.215.990.005.274.193
.317.233-.002.495**-.206.244
303030303030
.004.000.041.100.2251.000
.509**.730**.376*.306.228.000
303030303030
.002.079.036.018.374.024
.538**.325.384*.428*.168.410*
303030303030
.001.152.108.015.321.076
.583**.268.299.438*.188.329
303030303030
.013.044.249.001.872.001
.448*.370*.217.558**-.031.591**
303030303030
.004.282.060.366.561.124
.511**.203.347.171.111.287
303030303030
.142.055.013.227.352
1.274.353.447*.228.176
303030303030
.142.050.045.320.924
.2741.361.369*.188.018
303030303030
.055.050.545.002.035
.353.3611.115.538**.386*
303030303030
.013.045.545.919.001
.447*.369*.1151-.019.559**
303030303030
Correlations
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Page 6
Item18Item17Item16Item15Item14Item13N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
Item8
Item9
Item10
Item11
Item12
Item13
Item14
Item15
Item16
Item17
Item18
Item19
Item20
.477.021.109.194.162.401
-.135.420*.298.244.262.159
303030303030
.007.003.001.004.001.015
.480**.518**.590**.514**.584**.438*
303030303030
.019.005.151.082.080
1.425*.497**.269.323.324
303030303030
.019.002.022.062.032
.425*1.553**.417*.345.393*
303030303030
.005.002.005.000.001
.497**.553**1.501**.617**.590**
303030303030
.151.022.005.021.001
.269.417*.501**1.420*.596**
303030303030
.082.062.000.021.007
.323.345.617**.420*1.480**
303030303030
.080.032.001.001.007
.324.393*.590**.596**.480**1
303030303030
.088.004.002.001.013.004
.317.509**.538**.583**.448*.511**
303030303030
.215.000.079.152.044.282
.233.730**.325.268.370*.203
303030303030
.990.041.036.108.249.060
-.002.376*.384*.299.217.347
303030303030
.005.100.018.015.001.366
.495**.306.428*.438*.558**.171
303030303030
Correlations
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Page 7
TotalItemItem21Item20Item19N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
Item8
Item9
Item10
Item11
Item12
Item13
Item14
Item15
Item16
Item17
Item18
Item19
Item20
.008.848.233
.475**.0371.224
30303030
.000.000.233
.776**.641**.2241
30303030
.023.007.477.007
.414*.481**-.135.480**
30303030
.000.065.021.003
.700**.341.420*.518**
30303030
.000.004.109.001
.731**.516**.298.590**
30303030
.000.005.194.004
.707**.504**.244.514**
30303030
.000.000.162.001
.633**.732**.262.584**
30303030
.000.061.401.015
.653**.346.159.438*
30303030
.000.009.230.000
.686**.466**.226.604**
30303030
.003.029.139.016
.519**.399*.276.435*
30303030
.000.123.018.060
.633**.288.429*.347
30303030
.003.000.923.001
.522**.772**-.018.566**
30303030
Correlations
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Page 8
Item6Item5Item4Item3Item2Item1N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Item20
Item21
TotalItem
303030303030
.006.001.013.003.000.006
.487**.558**.448*.526**.667**.488**
303030303030
.433.111.547.072.464.071
.149.297-.114.333.139.334
303030303030
Correlations
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Item12Item11Item10Item9Item8Item7N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Item20
Item21
TotalItem
303030303030
.000.003.000.003.016.006
.686**.519**.633**.522**.436*.487**
303030303030
.009.029.123.000.648.000
.466**.399*.288.772**.087.648**
303030303030
Correlations
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Item18Item17Item16Item15Item14Item13N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Item20
Item21
TotalItem
303030303030
.023.000.000.000.000.000
.414*.700**.731**.707**.633**.653**
303030303030
.007.065.004.005.000.061
.481**.341.516**.504**.732**.346
303030303030
Correlations
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Page 9
TotalItemItem21Item20Item19N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Item20
Item21
TotalItem
30303030
.000.008.000
1.639**.475**.776**
30303030
.000.848.000
.639**1.037.641**
30303030
Correlations
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
RELIABILITY
/VARIABLES=Item1 Item2 Item3 Item4 Item5 Item6 Item7 Item8 Item9 Item10 Ite
m11 Item12 Item13 Item14 Item15 Item16 Item17 Item18 It
em19 Item20 Item21
/SCALE('Reliabilitas Kuesioner') ALL
/MODEL=ALPHA.
Reliability
[DataSet2]
Scale: Reliabilitas Kuesioner
%NValid
Excludeda
Total
Cases
100.030
.00
100.030
Case Processing Summary
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
N of ItemsCronbach's
Alpha21.895
Reliability Statistics
Page 10
Lampiran 3
Tanggal : / /
Kode responden :
Diisi oleh peneliti
Dibawah ini merupakan informasi tentang diri ibu dan bayi ibu. Silakan isi titik-
titik dibawah ini dan berilah tanda silang (X) pada jawaban sesuai dengan kondisi
ibu.
Data Demografi
Inisial (A1)
Alamat (A2)
: ................................................................
: .................................................................
Usia (A3) : .......... Tahun
Tingkat Pendidikan
(A4)
: □ SD □ Perguruan Tinggi
□ SMP
□ SMA
Pekerjaan (A5) : □ Ibu Rumah Tangga □ Bekerja
Jumlah anak (A6) : □ 1 □≥ 2
Jenis persalinan(A7) : □ Normal □ Vakum □ Forcep
□ Seksio
Lampiran 2
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Kepada Yth.Ibu sebagai Calon Responden PenelitianDi Tempat
Assalamu’alaikum wr.wb.Selamat Pagi/Siang/Sore,Perkenalkan saya:
Nama : Dwi RestarinaNIM : 1110104000022
adalah mahasiswa Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan IlmuKesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang sedang melaksanakan penelitianuntuk penulisan skripsi sebagai tugas akhir menyelesaikan pendidikan sebagaiSarjana Keperawatan (S.Kep). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui“Gambaran Tingkat Depresi Ibu Postpartum di Wilayah Kerja Puskesmas CiputatTimur Kota Tangerang Selatan”.
Berdasarkan keperluan tersebut, saya mengharapkan partisipasi ibu untukterlibat dalam penelitian ini sebagai responden dengan cara mengisi kuesioneryang telah saya lampirkan. Kuesioner ini mohon diisi dengan sejujur-jujurnyasesuai dengan apa yang dipertanyakan sehingga hasilnya dapat memberikangambaran yang baik untuk penelitian ini. Kerahasiaan semua informasi termasukidentitas akan dijaga kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk kepentinganpenelitian.
Apabila ibu bersedia, mohon untuk memilih salah satu opsi dibawah ini.Apakah ibu bersedia menjadi responden?
YA / TIDAK *)Atas kerjasama dan pastisipasi ibu, saya ucapkan terima kasih.
Responden,
(..............................)
Ciputat, Januari 2017
Peneliti,
Dwi Restarina
NB: *) Coret yang tidak perlu
1) Bersedih0. Saya tidak bersedih.1. Saya kadang bersedih.2. Saya bersedih setiap waktu.3. Saya sangat bersedih atau merasa tidak bahagia sehingga saya tidak tahan lagi.
2) Rasa pesimis0. Saya tidak berkecil hati tentang masa depan saya.1. Saya kadang berkecil hati tentang masa depan saya dan masa lalu saya.2. Saya tidak berharap apa-apa berjalan sesuai dengan apa yang saya inginkan.3. Saya merasa masa depan saya tidak dapat diharapkan dan akan semakin buruk.
3) Kegagalan yang lalu0. Saya tidak merasa ada kegagalan.1. Saya gagal lebih dari yang seharusnya.2. Apabila saya melihat ke belakang, saya melihat banyak kegagalan saya.3. Saya merasa saya gagal total sebagai seseorang.
4) Kehilangan kesenangan0. Saya mendapatkan kesenangan seperti biasanya dari hal yang saya nikmati.1. Saya tidak menikmati hal-hal seperti biasanya.2. Saya mendapatkan kesenangan dari sesuatu yang biasanya saya nikmati.3. Saya tidak mendapatkan kesenangan apapun dari sesuatu yang biasanya saya
nikmati.
5) Rasa bersalah0. Saya tidak merasa bersalah.1. Saya merasa bersalah dalam berbagai hal yang telah saya lakukan dan apa yang
seharusnya saya lakukan.2. Saya merasa cukup bersalah beberapa waktu ini.3. Saya merasa bersalah sepanjang waktu.
6) Perasaan dihukum/hukuman0. Saya tidak merasa saya sedang dihukum.1. Saya merasa mungkin saya sedang dihukum.2. Saya berharap saya dihukum.3. Saya merasa saya sedang dihukum.
7) Ketidaksukaan terhadap diri sendiri0. Saya merasa diri saya sama seperti saya biasanya.1. Saya kehilangan percaya diri saya.2. Saya merasa kecewa terhadap diri saya.3. Saya tidak menyukai diri saya.
Petunjuk pengisian: Kuesioner ini terdiri dari 21 pernyataan. Harap dibaca masing-masing pernyataan dengan hati-hati dan pilih salah satu pernyataan (termasukpernyataan pada nomor 16 dan 18) yang menggambarkan kesesuaian perasaan yangAnda alami/rasakan selama 2 minggu terakhir sampai saat ini. Lingkari pada nomoryang Anda ingin pilih. Anda tidak diperkenankan untuk melingkari dua atau lebihjawaban untuk masing-masing kategori.
8) Kritik diri sendiri0. Saya tidak mengkritik atau menyalahkan diri saya lebih dari biasanya.1. Saya lebih kritis terhadap diri saya lebih dari biasanya.2. Saya mengkritik diri saya atas semua kesalahan saya.3. Saya menyalahkan diri saya atas semua hal buruk yang terjadi.
9) Dorongan bunuh diri atau keinginan bunuh diri0. Saya tidak berpikir untuk melakukan bunuh diri.1. Saya memiliki pikiran untuk bunuh diri tapi tidak saya lakukan.2. Saya merasa ingin bunuh diri.3. Saya ingin bunuh diri ketika ada kesempatan.
10) Menangis0. Saya tidak menangis lagi dari biasanya.1. Saya lebih sering menangis daripada biasanya.2. Saya menangisi hal-hal kecil.3. Saya merasa ingin menangis, tapi saya tidak bisa.
11) Cemas/agitasi0. Saya tidak merasa gelisah atau cemas daripada biasanya.1. Saya merasa gelisah atau cemas daripada biasanya.2. Saya sangat gelisah atau cemas sehingga tidak dapat berdiam diri.3. Saya sangat gelisah atau cemas sehingga saya harus bergerak untuk melakukan
sesuatu.
12) Kehilangan minat0. Saya tidak kehilangan minat terhadap orang atau aktifitas lain.1. Saya merasa kurang senang terhadap orang atau aktifitas lain daripada biasanya.2. Saya kehilangan seluruh minat saya terhadap orang atau hal lainnya.3. Sangat sulit bagi saya untuk tertarik dalam hal apapun.
13) Keraguan tidak dapat memutuskan pendapat/sesuatu0. Saya dapat membuat keputusan seperti biasanya.1. Saya agak kesulitan untuk membuat keputusan daripada biasanya.2. Saya sangat sulit untuk membuat keputusan daripada biasanya.3. Saya sama sekali kesulitan membuat berbagai keputusan (baik sekarang ataupun
dulu)
14) Tidak berharga0. Saya tidak merasa bahwa saya tidak berharga.1. Saya tidak berpikiran diri saya berharga dan berguna seperti biasanya.2. Saya merasa lebih tidak berguna dibandingkan dengan orang lain.3. Saya merasa sangat tidak berharga.
15) Kehilangan tenaga/gairah0. Saya memiliki tenaga seperti biasanya.1. Saya memiliki tenaga lebih sedikit daripada biasanya.2. Saya tidak memiliki tenaga yang cukup untuk melakukan sebagian besar
pekerjaan.3. Saya tidak memiliki tenaga yang cukup untuk melakukan segala sesuatu.
16) Perubahan pada pola tidur0. Saya tidak mengalami perubahan apapun dalam pola tidur saya.1a. Saya tidur agak lebih daripada biasanya.1b. Saya tidur agak kurang daripada biasanya.2a. Saya tidur lebih banyak daripada biasanya.2b. Saya tidur lebih kurang daripada biasanya.3a. Saya tidur hampir seharian.3b. Saya bangun 1-2 jam lebih awal dan tidak dapat tidur lagi.
17) Sensitif0. Saya tidak sensitif lagi daripada biasanya.1. Saya sedikit lebih sensitif daripada biasanya.2. Saya lebih sensitif daripada biasanya.3. Saya sensitif sepanjang waktu.
18) Perubahan dalam nafsu makan0. Saya tidak merasakan perubahan apapun dalam nafsu makan saya.1a. Nafsu makan saya agak sedikit dibandingkan biasanya.1b. Nafsu makan saya agak banyak dibandingkan biasanya.2a. Nafsu makan saya lebih sedikit daripada sebelumnya.2b. Nafsu makan saya lebih banyak dibandingkan biasanya.3a. Saya tidak memiliki nafsu makan sama sekali.3b. Saya lapar setiap waktu.
19) Kesulitan berkonsentrasi0. Saya dapat berkonsentrasi dengan baik seperti biasanya.1. Saya tidak dapat berkonsentrasi dengan baik seperti biasanya.2. Saya tidak dapat menjaga konsentrasi saya terhadap sesuatu dalam jangka waktu
yang lama.3. Saya tidak dapat berkonsentrasi sama sekali terhadap sesuatu.
20) Kelelahan atau kecapean0. Saya tidak kelelahan atau kecapean daripada sebelumnya.1. Saya merasa lebih mudah untuk lelah atau kecapean daripada sebelumnya.2. Saya sangat lelah atau kecapean melakukan sesuatu yang biasanya saya lakukan.3. Saya sangat lelah atau kecapean untuk melakukan hampir semua yang biasanya
saya lakukan.
21) Kehilangan minat dalam seks0. Saya tidak menyadari perubahan yang terjadi pada minat saya dalam
berhubungan/seks.1. Saya agak kurang tertarik terhadap berhubungan/seks daripada yang biasanya.2. Saya kurang tertarik terhadap berhubungan/seks sekarang.3. Saya kehilangan ketertarikan dalam berhubungan/seks.
--Selesai--
Item 1 Item 2 Item 3 Item 4 Item 5 Item 6 Item 7 Item 8 Item 9Item 10Item 11Item 12Item 13Item 14Item 15Item 16Item 17Item 18Item 19Item 20Item 21 Total Kategori KategoriResponden 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 Tidak Depresi Tidak Depresi 48Responden 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 8 Tidak Depresi Ringan 18Responden 3 0 1 0 2 0 0 1 0 0 3 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 9 Tidak Depresi Sedang 13Responden 4 1 0 0 0 0 0 0 2 0 2 3 0 0 0 0 1 2 1 0 1 1 14 Depresi Ringan Berat 7Responden 5 1 1 2 3 1 1 2 2 1 2 1 2 3 2 3 2 2 2 2 3 2 40 Depresi BeratResponden 6 0 2 2 2 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 1 1 2 0 1 0 13 Tidak DepresiResponden 7 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 2 0 0 0 5 Tidak DepresiResponden 8 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 5 Tidak DepresiResponden 9 1 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 Tidak DepresiResponden 10 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 2 Tidak DepresiResponden 11 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 1 1 1 0 2 0 7 Tidak DepresiResponden 12 0 0 0 2 0 0 0 2 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 7 Tidak DepresiResponden 13 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 6 Tidak DepresiResponden 14 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Tidak DepresiResponden 15 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 2 2 0 1 0 9 Tidak DepresiResponden 16 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 2 1 1 1 0 1 0 9 Tidak DepresiResponden 17 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 4 Tidak DepresiResponden 18 1 2 2 2 1 1 1 2 0 0 0 0 0 0 0 2 0 2 0 1 0 17 Depresi RinganResponden 19 0 2 0 2 1 0 0 3 0 3 3 0 0 0 2 1 1 0 0 2 0 20 Depresi SedangResponden 20 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 6 Tidak DepresiResponden 21 0 0 2 3 1 0 0 3 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 11 Tidak DepresiResponden 22 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 3 Tidak DepresiResponden 23 1 0 0 0 0 0 0 2 0 3 0 0 0 2 0 0 2 1 0 0 2 13 Tidak DepresiResponden 24 0 0 1 0 0 0 2 0 0 3 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 12 Tidak DepresiResponden 25 1 1 1 0 1 0 2 0 0 3 2 0 0 1 0 1 0 2 0 2 0 17 Depresi RinganResponden 26 1 0 2 0 2 0 2 1 0 3 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 16 Depresi RinganResponden 27 1 3 3 2 1 0 0 3 0 3 2 3 3 2 2 3 3 1 2 2 1 40 Depresi BeratResponden 28 0 0 2 2 1 1 1 2 0 0 0 0 1 2 2 1 1 0 2 1 1 20 Depresi SedangResponden 29 1 1 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 2 11 Tidak DepresiResponden 30 1 1 0 0 2 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 2 1 12 Tidak DepresiResponden 31 1 0 1 0 2 1 1 1 1 2 3 3 2 2 3 2 2 3 3 1 3 37 Depresi BeratResponden 32 1 0 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 6 Tidak DepresiResponden 33 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 Tidak DepresiResponden 34 1 2 2 3 1 0 1 0 0 2 3 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 27 Depresi SedangResponden 35 0 1 2 2 2 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 2 2 1 2 0 18 Depresi RinganResponden 36 1 0 0 0 1 0 0 0 0 2 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 8 Tidak DepresiResponden 37 1 0 2 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 8 Tidak DepresiResponden 38 0 0 0 0 0 0 0 3 0 3 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 8 Tidak DepresiResponden 39 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 3 Tidak Depresi
Jawaban Pernyataan Kuesioner BDI-II
Responden 40 0 0 2 0 2 1 1 2 0 0 1 0 0 0 0 2 1 0 0 2 2 16 Depresi RinganResponden 41 1 0 0 0 2 0 0 3 0 0 0 0 0 0 1 1 1 2 0 1 0 12 Tidak DepresiResponden 42 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 Tidak DepresiResponden 43 1 1 1 1 1 1 2 2 1 3 3 2 3 2 2 2 1 1 1 0 0 31 Depresi BeratResponden 44 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 17 Depresi RinganResponden 45 1 0 1 0 0 0 0 2 0 3 3 1 1 0 1 2 1 1 1 2 1 21 Depresi SedangResponden 46 1 2 2 2 0 0 1 2 0 3 0 1 0 0 1 1 0 1 2 1 1 21 Depresi SedangResponden 47 2 2 2 3 1 3 2 1 0 3 2 2 1 0 2 2 2 3 2 2 3 40 Depresi BeratResponden 48 0 2 0 1 0 0 0 0 0 2 1 1 2 1 1 2 1 2 2 1 0 19 Depresi RinganResponden 49 1 3 2 1 2 1 2 2 1 2 2 1 1 3 2 3 2 2 2 1 3 39 Depresi BeratResponden 50 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 2 1 2 1 1 1 1 1 15 Depresi RinganResponden 51 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 6 Tidak DepresiResponden 52 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 6 Tidak DepresiResponden 53 1 0 1 0 1 1 0 1 0 2 3 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 13 Tidak DepresiResponden 54 0 0 0 0 2 0 0 0 0 3 0 0 0 0 1 2 2 0 0 1 0 11 Tidak DepresiResponden 55 1 0 3 0 0 0 0 3 0 0 0 0 1 0 2 0 0 0 0 0 1 11 Tidak DepresiResponden 56 0 0 1 0 2 1 1 3 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 14 Depresi RinganResponden 57 2 2 0 1 1 0 3 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 2 1 20 Depresi SedangResponden 58 0 2 0 2 2 1 0 2 0 2 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 13 Tidak DepresiResponden 59 1 1 2 0 1 0 0 3 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 12 Tidak DepresiResponden 60 0 0 1 0 0 2 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 2 0 0 0 6 Tidak DepresiResponden 61 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 Tidak DepresiResponden 62 2 1 0 2 1 1 1 2 0 2 1 0 1 1 0 1 0 0 1 2 0 19 Depresi RinganResponden 63 1 0 1 1 2 3 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 15 Depresi RinganResponden 64 1 2 0 2 1 0 0 2 0 2 3 0 0 0 0 1 3 1 2 1 0 21 Depresi SedangResponden 65 0 0 0 0 1 0 0 2 0 2 3 0 1 0 1 1 1 1 1 2 1 17 Depresi RinganResponden 66 0 0 2 0 0 0 0 2 0 2 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 13 Tidak DepresiResponden 67 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 2 1 1 1 16 Depresi RinganResponden 68 1 1 1 1 1 1 1 1 0 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 21 Depresi SedangResponden 69 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 11 Tidak DepresiResponden 70 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 17 Depresi RinganResponden 71 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 2 2 1 1 0 18 Depresi RinganResponden 72 1 1 1 0 0 0 0 0 0 2 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 12 Tidak DepresiResponden 73 0 0 0 0 1 1 0 2 0 0 0 0 0 0 0 2 0 1 0 1 0 8 Tidak DepresiResponden 74 1 2 0 0 0 0 0 0 0 3 0 0 2 0 0 0 2 1 0 2 0 13 Tidak DepresiResponden 75 1 2 2 2 2 3 1 2 0 3 0 1 3 0 3 2 1 1 1 1 0 31 Depresi BeratResponden 76 1 0 2 0 1 1 1 0 0 2 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 14 Depresi RinganResponden 77 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 2 0 0 0 3 Tidak DepresiResponden 78 0 0 1 2 0 0 0 1 0 3 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 14 Depresi RinganResponden 79 1 2 2 0 0 1 0 3 0 3 1 2 0 0 1 1 2 0 0 2 0 21 Depresi SedangResponden 80 1 0 0 0 3 1 0 2 0 2 3 0 0 2 0 1 1 1 3 2 3 25 Depresi Sedang
Responden 81 0 2 0 2 2 3 0 2 0 3 3 3 0 1 0 1 1 0 0 1 0 24 Depresi SedangResponden 82 1 2 0 2 1 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 10 Tidak DepresiResponden 83 1 1 1 2 2 1 1 2 0 3 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 27 Depresi SedangResponden 84 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 4 Tidak DepresiResponden 85 2 0 0 0 2 1 2 2 0 1 2 0 1 0 2 1 1 1 0 1 2 21 Depresi SedangResponden 86 0 1 2 0 1 0 0 2 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 2 13 Tidak Depresi