Postpartum Blues

28
Page | 1 ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN POST PARTUM BLUES (MAKALAH INI DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH REPRODUKSI) DISUSUN OLEH : RIA PARAMITA JARWO (121141040) DONY IRVANSYAH (121141042) M. GHUFRON (121141017) PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SURABAYA 2014 KATA PENGANTAR

Transcript of Postpartum Blues

Page 1: Postpartum Blues

P a g e | 1

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN POST PARTUM BLUES

(MAKALAH INI DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH REPRODUKSI)

DISUSUN OLEH : RIA PARAMITA JARWO (121141040) DONY IRVANSYAH (121141042) M. GHUFRON (121141017)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANSEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

SURABAYA2014

KATA PENGANTAR

Page 2: Postpartum Blues

P a g e | 2

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT Yang Maha Mendengar Lagi Maha

Melihat dan atas segala limpahan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan tugas makalah “Asuhan Keperawatan pada Klien Post Partum Blues” dengan waktu

yang telah direncanakan.

Dalam proses menyelesaikan tugas makalah ini, tentunya banyak pihak yang telah

memberikan bantuan berupa ilmu, saran, serta kritik yang menunjang, yang berarah positive pada

tugas penulis.

Penulis menyadari bahwa tugas makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka penulis

harapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak demi penyempurnaan selanjutnya.

Akhirnya hanya kepada Allah SWT kita kembalikan semua urusan dan semoga makalah ini

dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi kami mahasiswa/i ilmu keperawatan.

Surabaya, 15 Mei 2014

Penulis

DAFTAR ISI

Page 3: Postpartum Blues

P a g e | 3

KATA PENGANTAR ................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................. 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... 2

1.3 Tujuan…… ................................................................................ 2

BAB II TINJAUAN TEORI ......................................................... 3

2.1 Definisi ...................................................................................... 3

2.2 Individu yang berisiko................................................................ 3

2.4 Etiologi ..................................................................................... 4

2.5 Patofisiologi ............................................................................... 5

2.6 Manifestasi klinis ....................................................................... 5

2.7 Penatalaksanaan ........................................................................ 6

2.8 WOC.......................................................................................... 8

2.9 Pemeriksaan penunjang .............................................................. 9

2.10 Komplikasi............................................................................... 9

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ......................................... 10

3.1 Pengkajian.................................................................................. 10

3.2 Riwayat kesehatan...................................................................... 10

3.3 Pemeriksaan fisik ....................................................................... 12

3.4 Diagnosa keperawatan................................................................ 13

3.5 Rencana keperawatan ................................................................. 13

3.6 Implementasi.............................................................................. 18

3.7 Evaluasi ..................................................................................... 19

BAB IV PENUTUP ........................................................................ 20

4.1 Kesimpulan ................................................................................ 20

4.2 Saran.......................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA .................................................................... 21

Page 4: Postpartum Blues

P a g e | 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kehamilan merupakan episode dramatis terhadap kondisi biologis, perubahan psikologis dan

adaptasi dari seorang wanita yang pernah mengalaminya. Sebagian besar kaum wanita menganggap

bahwa kehamilan adalah peristiwa kodrati yang harus dilalui tetapi sebagian wanita mengganggap

sebagai peristiwa khusus yang sangat menentukan kehidupan selanjutnya. Perubahan fisik dan

emisional yang kompleks, memerlukan adaptasi terhadap penyesuaian pola hidup dengan proses

kehamilan yang terjadi. Konflik antara keinginan prokreasi, kebanggaan yang ditumbuhkan dari

norma-norma sosial cultural dan persoalan dalam kehamilan itu sendiri dapat merupakan pencetus

berbagai reaksi psikologis, mulai dari reaksi emosional ringan hingga ke tingkat gangguan jiwa yang

berat.

Masa nifas adalah suatu masa dimana tubuh menyesuaikan baik fisik maupun psikologis

terhadap proses melahirkan yang lamanya kurang lebih 6 minggu. Selain itu pengertian masa nifas

adalah masa mulainya persalinan sampai pulihnya alat-alat dan anggota badan yang berhubungan

dengan kehamilan/persalinan (Ahmad Ramli. 1989). Dari dua pengertian di atas kelompok

meyimpulkan bahwa masa nifas adalah masa sejak selesainya persalinan hingga pulihnya alat-alat

kandungan dan anggota badan serta psikososial yang berhubungan dengan kehamilan/persalinan

selama 6 minggu. Dalam proses adaptasi pada masa postpartum terdapat tiga metode yang meliputi

”immediate puerperineum” yaitu 24 jam pertama setelah melahirkan, ”early puerperineum” yaitu

setelah 24 jam hingga 1 minggu, dan ”late puerperineum” yaitu setelah satu minggu sampai 6

minggu postpartum.

Perubahan psikologi pascapartum pada seorang ibu yang baru melahirkan terbagi dalam tiga

fase:

1. Taking in dimana pada fase ini ibu ingin merawat dirinya sendiri, banyak bertanya dan bercerita

tentang pengalamannya selama persalinan yang berlangsung 1 sampai 2 hari.

2. Taking hold dimana pada fase ini ibu mulai fokus dengan bayinya yang berlangsung 4 sampai 5

minggu.

3. Letting-go dimana ibu mempunyai persepsi bahwa bayinya adalah perluasan dari dirinya, mulai

fokus kembali pada pasangannya dan kembali bekerja mengurus hal-hal lain.

Perubahan tersebut merupakan perubahan psikologi yang normal terjadi pada seorang ibu yang baru

melahirkan. Namun, kadang-kadang terjadi perubahan psikologi yang abnormal.

Page 5: Postpartum Blues

P a g e | 5

Gangguan psikologi pascapartum dibagi menjadi tiga kategori yaitu postpartum blues atau kesedihan

pascapartum, depresi pascapartum nonpsikosis, dan psikosis pascapartum.

Pada makalah ini kami akan membahas secara khusus mengenai post partum blues. Beberapa

penyesuaian dibutuhkan oleh wanita dalam menghadapi aktivitas dan peran barunya sebagai ibu pada

minggu-minggu atau bulan-bulan pertama setelah melahirkan, baik dari segi fisik maupun segi

psikologis. Sebagian wanita berhasil menyesuaikan diri dengan baik, tetapi sebagian lainnya tidak

berhasil menyesuaikan diri dan mengalami gangguan-gangguan psikologis dengan berbagai gejala

atau sindroma yang oleh para peneliti dan klinisi disebut post-partum blues.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimanakah asuhan keperawatan pada klien dengan postpartum blues?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan umum

1.3.1.1 Menjelaskan konsep tentang postpartum blues.

1.3.1.2 Menjelaskan tentang asuhan keperawatan pada klien postpartum blues.

1.3.2 Tujuan khusus

1.3.2.1 Menjelaskan definisi dari postpartum blues.

1.3.2.2 Menjelaskan etiologi dari postpartum blues.

1.3.2.3 Menjelaskan patofisiologi dari postpartum blues.

1.3.2.4 Menjelaskan manifestasi klinis dari postpartum blues.

1.3.2.5 Menjelaskan komplikasi postpartum blues.

1.3.2.6 Menjelaskan penatalaksanaan medis postpartum blues.

1.3.2.7 Menjelaskan pemeriksaan fisik postpartum blues.

1.3.2.8 Menjelaskan WOC postpartum blues.

1.3.2.9 Menjelaskan asuhan keperawatan pada klien postpartum blues.

Page 6: Postpartum Blues

P a g e | 6

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi

Post-partum blues sendiri sudah dikenal sejak lama. Savage pada tahun 1875 telah menulis

referensi di literature kedokteran mengenai suatu keadaan disforia ringan pasca-salin yang disebut

sebagai ‘milk fever ‘ karena gejala disforia tersebut muncul bersamaan dengan laktasi. Dewasa ini,

post-partum blues (PPB) atau sering juga disebut maternity blues atau baby blues dimengerti sebagai

suatu sindroma gangguan afek ringan yang sering tampak dalam minggu pertama setelah persalinan

atau pada saat fase taking in, cenderung akan memburuk pada hari ketiga sampai kelima dan

berlangsung dalam rentang waktu 14 hari atau dua minggu pasca persalinan.

Post-partum blues ini sering tidak dipedulikan sehingga tidak terdiagnosis dan tidak

ditatalaksanai sebagaimana seharusnya, akhirnya dapat menjadi masalah yang menyulitkan, tidak

menyenangkan dan dapat membuat perasaan-perasaan tidak nyaman bagi wanita yang

mengalaminya, dan bahkan kadang-kadang gangguan ini dapat berkembang menjadi keadaan yang

lebih berat yaitu depresi, yang mempunyai dampak lebih buruk, terutama dalam masalah hubungan

perkawinan dengan suami dan perkembangan anak, karena stres dan sikap ibu yang tidak tulus terus-

menerus bisa membuat bayi tumbuh menjadi anak yang mudah menangis, cenderung rewel,

pencemas, pemurung dan mudah sakit. Keadaan ini sering disebut puerperium atau trimester keempat

kehamilan.

Baby blues adalah keadaan di mana seorang ibu mengalami perasaan tidak nyaman

(kesedihan atau kemurungan) atau gangguan suasana hati setelah persalinan, yang berkaitan dengan

hubungannya dengan si bayi, ataupun dengan dirinya sendiri. Ketika plasenta dikeluarkan pada saat

persalinan, terjadi perubahan hormon yang melibatkan endorphin, progesteron, dan estrogen dalam

tubuh Ibu, yang dapat mempengaruhi kondisi fisik, mental dan emosional Ibu.

2.2 Individu yang Berisiko

Secara global diperkirakan terdapat 20% wanita melahirkan menderita post partum blues, di

Belanda diperkirakan sekitar 2-10% ibu melahirkan mengidap gangguan ini. Beberapa kondisi yang

dapat memunculkan depresi post partum blues:

2.1.1 Ibu yang pernah mengalami gangguan kecemasaan termasuk depresi sebelum hamil.

2.1.2 Kejadian-kejadian sebagai stressor yang terjadi pada ibu hamil, seperti kehilangan

suaminya.

Page 7: Postpartum Blues

P a g e | 7

2.1.3 Kondisi bayi yang cacat, atau memerlukan perawatan khusus pasca melahirkan yang

tidak pernah dibayangkan oleh sang ibu sebelumnya.

2.1.4 Melahirkan di bawah usia 20 tahun.

2.1.5 Tidak adanya perencanaan kehamilan atau kehamilan yang tidak diharapkan

2.1.6 Ketergantungan pada alkohol atau narkoba.

2.1.7 Kurangnya dukungan yang diberikan oleh anggota keluarga, suami, dan teman.

2.1.8 Kurangnya komunikasi, perhatian, dan kasih sayang dari suami, atau pacar, atau orang

yang bersangkutan dengan sang ibu.

2.1.9 Mempunyai permasalahan keuangan menyangkut biaya, dan perawatan bayi.

2.1.10 Kurangnya kasih sayang dimasa kanak-kanak

2.1.11 Adanya keinginan untuk bunuh diri pada masa sebelum kehamilan.

2.3 Etiologi

Penyebab pasti belum diketahui secara pasti, namun banyak faktor yang diduga berperan

dapat menyebabkan post partum blues, diantaranya :

2.3.1 Faktor hormonal yang berhubungan dengan perubahan kadar estrogen, progesterone,

prolaktin dan ekstradiol. Penurunan kadar estrogen setelah melahirkan sangat berpengaruh pada

gangguan emosional pascapartum karena estrogen memiliki efek supresi aktivitas enzim monoamine

aksidase yaitu suatu enzim otak yang bekerja menginaktifasi noradrenalin dan serotonin yang

berperan dalam perubahan mood dan depresi.

2.3.2 Faktor demografi yaitu umur dan paritas.

2.3.3 Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan.

2.3.4 Latar belakang psikososial ibu, seperti ; tingkat pendidikan, status perkawinan,

kehamilan yang tidak diinginkan, riwayat gangguan jiwa sebelumnya, social ekonomi serta

keadekuatan dukungan social dari lingkungan ( suami, keluarga dan teman ). Apakah suami

menginginkan juga kehamilan ini, apakah suami, keluarga dan teman memberikan dukungan moril (

misalnya dengan membantu pekerjaan rumah tang selama atau berperan sebagai tempat ibu

mengadu/berkeluh-kesah ) selama ibu menjalani kehamilannya atau timbul permasalahan misalnya

suami yang tidak membantu, tidak mau mengerti perasaan istri maupun persoalan lainnya dengan

suami, problem dengan orangtua dan mertua, problem dengan si sulung.

2.3.5 Takut kehilangan bayinya atau kecewa dengan bayinya.

Page 8: Postpartum Blues

P a g e | 8

Ada beberapa pendapat yang menyebutkan bahwa postpartum blues tidak berhubungan

dengan perubahan hormonal, biokimia atau kekurangan gizi. Antara 8 % sampai 12 % wanita tidak

dapat menyesuaikan peran sebagai orang tua dan menjadi sangat tertekan sehingga mencari bantuan

dokter. Dengan kata lain para wanita lebih mungkin mengembangkan depresi postpartum jika

mereka tertekan secara sosial dan emosional serta baru saja mengalami peristiwa kehidupan yang

menekan.

Ada juga pendapat bahwa kemunculan dari postpartum blues ini disebabkan oleh beberapa

faktor dari dalam dan luar individu. Penelitian dari Dirksen dan De Jonge Andriaansen ( 1985 )

menunjukan bahwa depresi tersebut membawa kondisi yang berbahaya bagi perkembangan anak

dikemudian hari.

2.4 Patofisiologi

Sejarah kehamilan adalah factor utama yang bisa menimbulkan terjadinya baby blues ini atau

biasa dikenal dengan post partum blues. Penurunan kadar estrogen setelah melahirkan sangat

berpengaruh pada gangguan emosional pascapartum karena estrogen memiliki efek supresi aktifitas

enzim monoamine oksidase yaitu suatu enzim otak yang bekerja menginaktifasi nonadrenalin dan

serotonin yang berperan dalam perubahan mood dan kejadian depresi.

Karena proses ini pula seorang ibu setelah melahirkan mengalami perubahan pada tingkat

emosional. Biasanya ibu akan mengalami kenaikan dalam resons psikologisnya, sensitive dan lebih

membutuhkan perhatian, kasih sayang dari orang di sekitarnya yang di anggap penting baginya.

Keabnormalitasan pada post partum blues ini mengakibatkan rasa tidak nyaman, kecemasan yang

mendalam pada diri ibu, tek jarang terkadang seorang ibu menangis tanpa sebab yang pasti. Khawatir

pada bayinya dengan kekhawatiran yang berlebihan

2.5 Manifestasi Klinis

Gejala-gejala post partum blues ini bisa terlihat dari perubahan sikap seorang ibu. Gejala

tersebut biasanya muncul pada hari ke-3 atau ke-6 hari setelah melahirkan. Beberapa perubahan

sikap tersebut diantaranya Ibu sering tiba-tiba menangis karena merasa tidak bahagia, penakut, tidak

mau makan, tidak mau bicara, sakit kepala sering berganti mood, mudah tersinggung (iritabilitas),

merasa terlalu sensitif dan cemas berlebihan, tidak bergairah, khususnya terhadap hal yang semula

sangat diminati, tidak mampu berkonsentrasi dan sangat sulit membuat keputusan, merasa tidak

mempunyai ikatan batin dengan si kecil yang baru saja di lahirkan, insomnia yang berlebihan.

Gejala-gejala itu mulai muncul setelah persalinan dan pada umumnya akan menghilang dalam waktu

Page 9: Postpartum Blues

P a g e | 9

antara beberapa jam sampai beberapa hari. Namun jika masih berlangsung beberapa minggu atau

beberapa bulan itu dapat disebut post partum depression.

2.6 Penatalaksanaan

Post partum blues atau gangguan mental pasca-salin seringkali terabaikan dan tidak ditangani

dengan baik. Banyak ibu yang berjuang sendiri dalam beberapa saat setelah melahirkan. Mereka

merasakan ada suatu hal yang salah namun mereka sendiri tidak benar-benar mengetahui apa yang

sedang terjadi. Apabila mereka pergi mengunjungi dokter atau sumber-sumber lainnya untuk minta

pertolongan, seringkali hanya mendapatkan saran untuk beristirahat atau tidur lebih banyak, tidak

gelisah, minum obat atau berhenti mengasihani diri sendiri dan mulai merasa gembira menyambut

kedatangan bayi yang mereka cintai.

Penanganan gangguan mental pasca-salin pada prinsipnya tidak berbeda dengan penanganan

gangguan mental pada momen-momen lainya. Para ibu yang mengalami post-partum blues

membutuhkan pertolongan yang sesungguhnya. Para ibu ini membutuhkan dukungan pertolongan

yang sesungguhnya. Para ibu ini membutuhkan dukungan psikologis seperti juga kebutuhan fisik

lainnya yang harus juga dipenuhi. Mereka membutuhkan kesempatan untuk mengekspresikan pikiran

dan perasaan mereka dari situasi yang menakutkan. Mungkin juga mereka membutuhkan pengobatan

dan atau istirahat, dan seringkali akan merasa gembira mendapat pertolongan yang praktis. Dengan

bantuan dari teman dan keluarga, mereka mungkin perlu untuk mengatur atau menata kembali

kegiatan rutin sehari-hari, atau mungkin menghilangkan beberapa kegiatan, disesuaikan dengan

konsep mereka tentang keibuan dan perawatan bayi. Bila memang diperlukan, dapat diberikan

pertolongan dari para ahli, misalnya dari seorang psikolog atau konselor yang berpengalaman dalam

bidang tersebut.

Para ahli obstetri memegang peranan penting untuk mempersiapkan para wanita untuk

kemungkinan terjadinya gangguan mental pasca-salin dan segera memberikan penanganan yang tepat

bila terjadi gangguan tersebut, bahkan merujuk para ahli psikologi/konseling bila memang

diperlukan. Dukungan yang memadai dari para petugas obstetri, yaitu: dokter dan bidan/perawat

sangat diperlukan, misalnya dengan cara memberikan informasi yang memadai/adekuat tentang

proses kehamilan dan persalinan, termasuk penyulit-penyulit yang mungkin timbul dalam masa-masa

tersebut serta penanganannya.

Post partum blues juga dapat dikurangi dengan cara belajar tenang dengan menarik nafas

panjang dan meditasi, tidur ketika bayi tidur, berolahraga ringan, ikhlas dan tulus dengan peran baru

sebagai ibu, tidak perfeksionis dalam hal mengurusi bayi, membicarakan rasa cemas dan

mengkomunikasikannya, bersikap fleksibel, bergabung dengan kelompok ibu-ibu baru. Dalam

Page 10: Postpartum Blues

P a g e | 10

penanganan para ibu yang mengalami post-partum blues dibutuhkan pendekatan

menyeluruh/holistik. Pengobatan medis, konseling emosional, bantuan-bantuan praktis dan

pemahaman secara intelektual tentang pengalaman dan harapan-harapan mereka mungkin pada saat-

saat tertentu.

Secara garis besar dapat dikatakan bahwa dibutuhkan penanganan di tingkat perilaku,

emosional, intelektual, sosial dan psikologis secara bersama-sama, dengan melibatkan

lingkungannya, yaitu: suami, keluarga dan juga teman dekatnya.

Page 11: Postpartum Blues

P a g e | 11

2.7 WOC (Web Of Caution)

Faktor hormonal: perubahan

kadar estrogen, progesterone, prolaktin dan

ekstradiol

Estrogen

Estrogen me

Faktor demografi (usia

& paritas)

Faktor pengalamandalam proses kehamilan &

persalinan

Factor latar belakang

psikososial

Faktor Takut

kehilangan bayinya/kecewadengan bayinya

POST PARTUM BLUES

Efek supresi enzim

monoamineoksidase me

Inaktivasi noradrenalin & serotonin

Perubahan mood & depresi

Anstabil koping individual

Progesteron

Stimulant kelejar susu

Payudara >>, areola melebar & lebih gelap

Tidak nyaman (minder)

MK: Resiko perubahan peran menjadi orang tua

Prolaktin (+)

Prolaktin me

Stimulant kelenjar susu

me

Produksi ASI me

MK: Ansietas

Oxitoksin +/-

Kontraksi rahim

MK: Nyeri

Partus lama

MK: Gangguan pola tidur

Endorphin

Rasa senang & mengurangi rasa nyeri

MK: Kurang pengetahuan

mengenai keperawatan diri & bayi

MK: Potensial terhadap pertumbuhan koping

keluarga

Page 12: Postpartum Blues

P a g e | 12

2.8 Pemeriksaan Penunjang

Sampai saat ini belum ada alat test khusus yang dapat mendiagnosa secara langsung post

partum blues. Secara medis, dokter menyimpulkan beberapa simtom yang tampak dapat disimpulkan

sebagai gangguan depresi post partum blues bila memenuhi kriteria gejala yang ada. Kekurangan

hormon tyroid yang ditemukan pada individu yang mengalami kelelahan luar biasa (fatigue)

ditemukan juga pada ibu yang mengalami post partum blues mempunyai jumlah kadar tyroid yang

sangat rendah.

Skrining untuk mendeteksi gangguan mood/depresi sudah merupakan acuan pelayanan pasca

salin yang rutin dilakukan. Untuk skrining ini dapat dipergunakan beberapa questioner sebagai alat

bantu. Endinburgh Posnatal Depression Scale (EPDS) merupakan quesioner dengan validitas yang

teruji yang dapat mengukur intensitas perubahan perasaan depresi selama 7 hari pasca salin.

Pertanyaan-pertanyaannya berhubungan dengan labilitas perasaan, kecemasan, perasaan bersalah

serta mencakup hal-hal lain yang terdapat pada post-partum blues . Kuesioner ini terdiri dari 10

(sepuluh) pertanyaan, di mana setiap pertanyaan memiliki 4 (empat) pilihan jawaban yang

mempunyai nilai skor dan harus dipilih satu sesuai dengan gradasi perasaan yang dirasakan ibu pasca

salin saat itu. Pertanyaan harus dijawab sendiri oleh ibu dan rata-rata dapat diselesaikan dalam waktu

5 menit. Cox et. Al., mendapati bahwa nilai skoring lebih besar dari 12 (dua belas) memiliki

sensitifitas 86% dan nilai prediksi positif 73% untuk mendiagnosis kejadian post-partum blues .

EPDS juga telah teruji validitasnya di beberapa negara seperti Belanda, Swedia, Australia, Italia, dan

Indonesia. EPDS dapat dipergunakan dalam minggu pertama pasca salin dan bila hasilnya

meragukan dapat diulangi pengisiannya 2 (dua) minggu kemudian.

Pertanyaan- pertanyaan pada EPDS berhubungan dengan labilitas perasaan (suasana hati yang

terus menerus berubah- ubah dan tidak dimengerti), kecemasan (rasa cemas yang dialami ibu tanpa

sebab yang jelas) serta perasaan bersalah (perasaan menyalahkan diri sendiri atas semua rasa

ketidakmampuan menjadi seorang ibu).

2.8.1 Cara Menggunakan EPDS

a. Ibu diminta utnuk memeriksa respon paling dekat yang datang dengan apa yang dia rasakan

dalam 7 hari.

b. Semua item harus diselesaikan.

c. Perawatan harus keluar untuk menghindari kemungkinan ibu mendiskusikan jawaban dengan

lain (jawaban berasal dari ibu atau wanita hamil).

Page 13: Postpartum Blues

P a g e | 13

d. Ibu harus menyelesaikan skala sendiri, kecuali dia memiliki keterbatasan bahasa inggris atau

memiliki kesulitan dengan membaca.

2.8.2 Cara Skoring EPDS

2.8.2.1 Pernyataan 1,2, dan 4 ( Tidak ada tanda bintang ) skornya :

a. 0

b. 1

c. 2

d. 3

2.8.2.2 Pernyataan 3,5,6,7,8,9, dan 10 ( Ditandai dengan tanda bintang ) skornya :

a. 3

b. 2

c. 1

d. 0

2.8.3 Penghitungan skor :

a. Skor maksimal : 30

b. Kemungkinan Depresi : 10 atau kurang

c. Selalu lihat item 10 (berfikiran untuk bunuh diri)

2.8.4 Penghitungan skor :

a. 0 -8 : kemungkinan depresi rendah

b. 8 – 12 : baru pengalaman mempunyai bayi atau mengalami Postpartum Blues

c. 13 – 14 : tanda- tanda kemungkinan terjadi PPD; take preventive measures

d. 15+ : kemungkinan pasti mengalami depresi postpartum secara klinis

Page 14: Postpartum Blues

P a g e | 14

2.9 Pencegahan

Pencegahan pada post partum blues dapat dicegah dengan cara, yaitu:

2.9.1 Anjurkan ibu untuk merawat dirinya, yakinkan pada suami atau keluarga untuk selalu

memperhatikan si ibu.

2.9.2 Menu makan yang seimbang.

2.9.3 Olahraga secara teratur.

2.9.4 Mintalah bantuan pada keluarga atau suami untuk merawat ibu dan bayinya.

Contoh data kuesioner EPDS

Page 15: Postpartum Blues

P a g e | 15

2.9.5 Rencanakan acara keluar bersama bayi, berdua dengan suami.

2.9.6 Rekreasi.

Page 16: Postpartum Blues

P a g e | 16

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KLIEN POST PARTUM BLUES

3.1 Pengkajian

a) Identitas klien

Nama ibu : Ny. IR

Umur : 26 tahun

Agama : Islam

Suku : Jawa

Pendidikan : SLTA

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Alamat : Jln. Raya SMAN 1 Gading rejo

b) Identitas suami

Nama : Tn. A

Umur : 28 tahun

Agama : Islam

Suku : Jawa

Pendidikan : SLTA

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Jln. Raya SMAN 1 Gading rejo

3.2 Riwayat kesehatan

Anamnesa tanggal 11 Agustus 2007

1. Keluhan utama

Ibu dengan P2A0 post partum 4 hari yang lalu mengatakan sulit tidur, cemas, tidak nafsu

makan, perasaan tidak berdaya, tidak senang melihat bayinya, tidak perduli dengan bayinya dan tidak

perduli dengan penampilan dan kebersihan dirinya.

2. Riwayat Persalinan saat ini

Anak lahir spontan pada hari senin tanggal 07 Agustus 2007 pukul 18.30 WIB.

a) Kala I : Lamanya 4 jam 15 menit, jumlah perdarahan blood slym dan berlangsung normal.

b) Kala II : Pukul 15.30, persalinan spontan pervaginam, jenis kelamin perempuan, BB 3000

gram, PB 48 cm, Agar score 8/10, rupture perineum tidak ada, perdarahan 50 cc, lamanya 15 menit.

Page 17: Postpartum Blues

P a g e | 17

c) Kala III : Placenta lahir pada pukul 15.45. WIB dengan melakukan manajemen aktif kala III,

berat placenta 500 gr, panjang tali pusat 30 cm, dengan jumlah perdarahan 250 cc, lamanya 15 menit.

d) Kala IV : Berlangsung normal, keadaan umum baik, kesadaran composmentis, kontraksi

uterus baik, tidak ada nyeri tekan.

e) TD : 110/70 mmHg, RR : 20 x/mnt, Suhu 36,70C, Pols 80 x/mnt, Perdarahan 100 cc lamanya

2 jam.

3. Pola hidup sehari-hari

a) Nutrisi

Sebelum melahirkan : Sebelum perut ibu terasa mulas, ibu makan 3 x sehari dan minum 7-8

gelas/hari. Tapi setelah timbul rasa mulas nfasfu makan ibu berkurang, tetapi ibu banyak minum air

putih.

Setelah melahirkan : Ibu makan 2 x sehari, dengan porsi makan ½ piring nasi, ¼ mangkuk

sayur bening, 2 potong tempe, ibu tidak suka minum susu, nafsu makan berkurang, minum 6-8 gelas

per hari.

b) Eliminasi

Sebelum melahirkan : Ibu biasanya BAB 1 x sehari, yaitu pada pagi hari, dan ibu mengatakan

sering BAK.

Setelah melahirkan : Ibu mengatakan setelah melahirkan baru BAB 1 x

c) Istirahat

Sebelum melahirkan : Sebelum perut ibu terasa mulas ibu bisa tidur 6-7 jam/hari dan tidur

siang 1 jam dalam sehari.

Setelah melahirkan : Ibu mengatakan sulit tidur dan tidak pernah tidur siang, ibu hanya tidur 3-

4 jam/hari.

d) Aktifitas

Sebelum melahirkan : Ibu masih sanggup melakukan aktifitasnya termasuk mengurus segala

keperluan rumah tangga, contohnya masak.

Setelah melahirkan : Saat ini ibu merasa masih perlu bantuan dalam melakukan aktifitasnya.

e) Personal hygiene

Sebelum melahirkan : Ibu mengatakan mandi 2 x sehari, ganti pakaian 2 x sehari dan cuci

rambut 1 x sehari.

Page 18: Postpartum Blues

P a g e | 18

Setelah melahirkan : Ibu mengatakan mandi 1 x sehari, ganti pakaian 1 x sehari dan cuci

rambut 1 x seminggu.

f) Ekstermitas

Simetris kanan dan kiri, tidak cacat, jari-jari lengkap, tidak ada varices dan oedem, kuku jari

terlihat agak panjang dan kotor.

3.3 Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan umum : Ibu tampak cemas dan gelisah

Kesadaran : Composmentis

2. TTV (Tanda-Tanda Vital)

TD : 110/70 mmHg

Suhu : 36˚C

RR : 20 x/menit

Pols : 80 x/menit

3. Pemeriksaan inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi

a) Rambut : hitam, pendek, kusam, terlihat kering dan kotor.

b) Wajah : oedema (-), terlihat agak kusam dan tidak ada cloasma glavidarum.

c) Mata : konjungtiva agak pucat, sclera putih, oedema pada kelopak mata (-)

dan penglihatan normal.

d) Hidung : fungsi penciuman (+), kebersiahan baik, polip (-), peradangan (-) dan

mukosa berwarna merah muda.

e) Mulut : fungsi pengecapan (+), stomatis (-), caries (-), bibir pecah-pecah dan

terlihat kering.

f) Telinga : simetris kanan dan kiri, fungsi pendengaran (+), kebersihan kurang,

tidak ada pengeluaran serum, daun telinga ada.

g) Leher : pembesaran kelenjar btyroid dan vena jugularis (-), terlihat agak kotor.

h) Dada : payudara simetris kanan dan kiri, puting susu menonjol, pembesaran

(+), benjolan pada payudara (-), konstitensi keras, keadaannya kurang bersih, hyperpigmentasi

areola mammae.

i) Abdomen : nyeri tekan (-), oedema (-) dan varises pada restal, tidak ada hemoroid.

j) Ekstermitas

- Ekstermitas atas : Simetris kanan dan kiri, tidak ada cacat, bebas digerakkan,

lengkap dan keadaannya kurang bersih

Page 19: Postpartum Blues

P a g e | 19

- Ekstermitas bawah : Simetris kanan dan kiri, tidak ada cacat, bebas digerakkan,

lengkap dan keadaannya kurang bersih.

3.4 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan pada pasien postpartum blues menurut Marilynn E.Doenges ( 2001 )

Adalah :

1) Risiko kekerasan terhadap diri sendiri b.d status emosional post partum.

2) Resiko gangguan proses menyusui b.d karakteristik fisik payudara ibu.

3) Nyeri b.d efek-efek hormonal.

4) Gangguan pola tidur b.d respon hormonal dan psikologis (sangat gembira, ansietas,

kegirangan), nyeri atau ketidaknyamanan, proses persalinan dan kelahiran melelahkan.

5) Resiko terhadap perubahan peran menjadi orang tua b.d pengaruh komplikasi fisik dan

emosional.

6) Kurang pengetahuan mengenai perawatan diri dan perawatan bayi b.d kurang paparan

informasi, kesalahan interprestasi, tidak mengenal sumber-sumber.

7) Potensial terhadap pertumbuhan koping keluarga b.d kecukupan pemenuhan kebutuhan-

kebutuhan individu dan tugas-tugas adaptif memungkinkan tujuan aktualisasi diri muncul ke

permukaan.

3.5 Rencana Keperawatan

Diagnosa

Keperawatan

Tujuan/Kriteria

Hasil

Intervensi Rasional

1. Risiko

kekerasan terhadap

diri sendiri b.d status

emosional post

partum.

Mengenal penangana

n klien dengan

perilaku kekerasan.

Penanganan klien

dengan perilaku

kekerasan.

Cara yang dipilih

untuk membantu

merubah perilaku

klien.

Tingkat kemarahan

Bantuan kontrol marah:

- Observasi tanda-tanda

perilaku kekerasan pada

klien.

- Bantu klien

mengidentifikasi tanda-

tanda perilakukekerasan :

(emosi, fisik,social,

spiritual).

- Dukung dan fasilitasi

klien untuk mencari

-Tanda-tanda kemarahan

dapat beresiko terjadi

kekerasan terhadap diri

sendiri maupun orang lain.

-Pasien mengetahui respon

marah.

-Meminimalisir resiko

kekerasan.

Page 20: Postpartum Blues

P a g e | 20

bantuan saat muncul

marah.

- Diskusikan bersama

klien pangaruh

negatif perilaku

kekerasan terhadap

dirinya, orang lain dan

lingkungan.

2. Resiko gangguan

proses menyusui b.d

karakteristik fisik

payudara ibu

Mengungkapkan

pemahaman tentang

proses / situasi

menyusui

mendemonstrasikan

teknik efektif dari

menyusui,

menunjukan

kepuasan regimen

menyusui satu sama

lain

- Kaji pengetahuan dan

pengalaman klien

tentang menyusui

sebelumnya.

- Tentukan system

pendukung yang tersedia

pada klien, dan sikap

pasangan / keluarga.

- Demonstrasikan dan

tinjau ulang teknik-

teknik menyusui.

- Identifikasi sumber-

sumber yang tersedia di

masyarakat sesuai

indikasi.

- Membantu dalam

mengidentifikasi

kebutuhan saat ini.

- Mempunyai dukungan

yang cukup meningkat

kesempatan untuk

pengalaman menyusui

dengan berhasil.

- Membantu menjamin

suplai susu adekuat dan

mencegah putih pecah.

- Pelayanan ini mendukung

pemberian ASI melalui

pendidikan klien.

3. Nyeri b.d efek-

efek hormonal.

Mengidentifikasi

kebutuhan dan

mengunakan

intervensi untuk

mengatasi

ketidaknyamanan

- Tentukan adanya, lokasi

dan sifat.

ketidaknyamanan.

- Inspeksi perbaikan

perineum dan epiostomi.

- Mengidentifikasi

kebutuhan-kebutuhan

khusus.

- Dapat

menunjukkan trauma

berlebihan

pada jaringan perineal

& terjadinya komplikasi

yang memerlukan evaluasi

/ intervensi lanjut.

Page 21: Postpartum Blues

P a g e | 21

- Berikan kompres es pada

perineum, khususnya

selama 24 jam pertama

setelah melahirkan.

- Berikan kompres panas

lembab (misalnya :

rendam duduk / bak

mandi).

- Anjurkan duduk dengan

otot gluteal terkontraksi

diatas perbaikan

episiotomy.

- Kolaborasi dalam

pemberian obat analgesic

30-60 menit sebelum

menyusui.

- Memberikan anestesi

local, meningkatkan

vasokontriksi, dan

mengurangi edema &

vasodilatasi.

- Meningkatkan sirkulasi

pada perineum,

meningkatkan oksigenasi

dan nutrisi pada jaringan,

menurunkan edema dan

meningkatkan

penyembuhan.

- Penggunaan

pengencangan gluteal

saat duduk

menurunkan stress &

tekanan langsung pada

perineum.

- Memberikan

kenyamanan,

khususnya selama

laktasi, bila afterpain

palinghebat karena

pelepasan oksitosin

4. Gangguan pola

tidur b.d respon

hormonal dan

psikologis (sangat

gembira, ansietas,

kegirangan), nyeri

atau

ketidaknyamanan,

proses persalinan

dan kelahiran

- Pantau pola tidur dan

catat hubungan faktor-

faktor fisik

- Hindari suara keras dan

penggunaan lampu saat

tidur malam.

- Cari teman sekamar

yang cocok bagi pasien,

jika memungkinkan.

- Berikan tidur siang jika

- Pola tidur yang efektif

membuat pasien lbih

segar.

- Suara keras dapat

mengganggu tidur pasien.

- Teman sekamar sebagai

tempat berbagi masalah.

- Tidur siang dapat

Page 22: Postpartum Blues

P a g e | 22

melelahkan diperlukan untuk

memenuhi kebutuhan

tidur.

memenuhi kebutuhan

tidur.

5. Resiko terhadap

perubahan peran

menjadi orang tua

b.d pengaruh

komplikasi fisik dan

emosional

Mengungkapkan

masalah dan

pertanyaan tentang

menjadi orang tua,

mendiskusikan peran

menjadi orang tua

secara realistis, dan

secara aktif mulai

melakukan tugas

perawatan bayi baru

lahir dengan tepat

- Kaji kekuatan,

kelemahan, usia , status

perkawianan,

ketersediaan sumber

pendukung dan latar

belakang budaya.

- Perhatikan respon

klien/pasangan terhadap

kelahiran dan peran

menjadi orang tua.

- Evaluasi sifat dari

menjadi orang tua secara

emosi dan fisik yang

pernah dialami

klien/pengalaman selama

kanak-kanak.

- Evaluasi status fisik

masa lalu dan saat ini

dan kejadian komplikasi

prenatal, intranatal dan

pascapartal.

- Evaluasi kondisi bayi ;

komunikasikan dengan

staf perawatan sesuai

dengan indikasi.

- Rujuk pada kelompok

pendukung komunitas.

-Mengidentifikasi factor-

faktor resiko potensial.

- Kemampuan klien untuk

beradaptasi secara positif

untuk menjadi orang tua

mungkin dipengaruhi oleh

reaksi ayah dengan kuat.

- Peran menjadi orang tua

dipelajari & individu

memakai peran orang tua

mereka sendiri menjadi

model peran.

- Adanya komplikasi ibu

mempengaruhi kondisi

psikologi klien.

- Ibu sering mengalami

kesedihan karena

mendapati bayinya tidak

seperti bayi yang

diharapkan.

- Membantu meningkatkan

peran menjadi orang tua.

6. Kurang

pengetahuan

Mengungkapkan

berhubungan dengan

- Pastikan persepsi klien

tentang persalinan dan

- Terhadap hubungan antara

lama persalinan dan

Page 23: Postpartum Blues

P a g e | 23

mengenai perawatan

diri dan perawatan

bayi b.d kurang

paparan informasi,

kesalahan

interprestasi, tidak

mengenal sumber-

sumber

pemahaman

perubahan fisiologis,

kebutuhan individu,

ahasil yang

diharapkan,

melakukan aktivitas

/ prosedur yang perlu

menjelaskan alas an-

alasan untuk

tindakan

kelahiran, lama

persalinan, dan tingkat

kelelahan klien.

- Kaji persiapan klien dan

motivasi untuk belajar.

- Berikan informasi

tentang perawatan diri,

termasuk perawatan

perineal dan hygiene,

perubahan fisiologis.

- Diskusikan kebutuhan

seksualitas dan rencana

untuk kontrasepsi.

kemampuan untuk

melakukan tanggung

jawab tugas dan aktifitas.

- Aktifitas perawatan diri /

perawatan bayi.

- Membantu mencegah

infeksi, mempercepat

pemulihan &

penyembuhan, berperan

pada adaptasi yang positif

dari perubahan fisik dan

emosional.

- Pasangan mungkin

memerlukan kejelasan

mengenai ketersediaan

metoda kontrasepsi &

kenyataan bahwa

kehamilan dapat terjadi

bahkan sebelum

kunjungan minggu ke-6.

7. Potensial terhadap

pertumbuhan koping

keluarga b.d

kecukupan

pemenuhan

kebutuhan-

kebutuhan individu

dan tugas-tugas

adaptif

memungkinkan

tujuan aktualisasi

diri muncul ke

permukaan

Mengungkapkan

keinginan untuk

melaksanakan tugas-

tugas yang mengarah

pada kerjasama dari

anggota keluarga

baru,

mengekspresikan

perasaan percaya diri

dan kepuasan

dengan terbentuknya

kemajuan dan

adaptasi.

- Kaji hubungan anggota

keluarga satu sama lain.

- Anjurkan partisipasi

seimbang dari orang tua

pada perawatan bayi.

- Perawat dapat membantu

memberikan pengalaman

positif di RS &

menyiapkan keluarga

terhadap pertumbuhan

melalui tahap-tahap

perkembangan dengan

penyertaan tambahan

anggota keluarga baru.

- Fleksibilitas & sensitisasi

terhadap kebutuhan

keluarga membantu

mengembangkan harga

diri & rasa kompeten

Page 24: Postpartum Blues

P a g e | 24

- Berikan bimbingan

antisipasi mengenai

perubahan emosi normal

berkenaan dengan

periode pasca partum.

- Berikan informasi

tertulis mengenai buku-

buku yang dianjurkan

untuk anak-anak

(sibling) tentang bayi

baru.

- Kolaborasi dalam

merujuk klien/pasangan

pada kelompok orang tua

pasca partum

dikomunitas.

dalam perawatan BBL

setelah pulang.

- Membantu menyiapkan

pasangan untuk

kemungkinan perubahan

yang mereka alami,

menurunkan stress

berkenaan dengan

ketidaktahuan atau dengan

kejadian yang tidak

diperkirakan & dapat

meningkatkan koping

positif.

- Membantu anak

mengidentifikasi &

mengatasi perasaan akan

kemungkinan

penggantian/penolakan.

- Meningkatkan

pengetahuan orang tua

tentang membesarkan

anak & perkembangan

anak, dan memberikan

atmosfer yang mendukung

saat orang tua

memerankan peran baru.

3.6 Implementasi (Pelaksanaan)

3.6.1 Menjelaskan bahwa ibu berada dalam masa nifas dengan depresi, yang ditandai dengan gejala

sulit tidur, tidak nafsu makan, cemas, perasaan tidak berdaya tidak senang melihat bayinya,

tidak ada perhatian pada bayinya, tidak ada perhatian dengan penampilan, kebersihan dirinya

dan bayinya. Hal ini dapat dicegah dengan ibu merawat diri, makan dengan menu seimbang

olah raga, istirahat untuk mencegah dan mengurangi perubahan perasaan. Mintalah bantuan

Page 25: Postpartum Blues

P a g e | 25

keluarga, teman, tetangga untuk menjaga bayi sementara saat tidur, rekreasi dan rencanakan

acara keluar bersama bayi dan bersama suami dan jika dilakukan sejak dini depresi ibu dapat

dicegah. Mengobservasi keadaan umum dan tanda-tanda vital ibu :

TD :100/80 mmHg, Suhu : 36,90C, RR : 24 x/mnt, Nadi : 90 x/mnt.

3.6.2 Membantu ibu dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari dengan melibatkan keluarganya

seperti pemenuhan nutrisi, personal hygiene dan kebutuhan yang lain.

3.6.3 Menganjurkan tentang perawatan bayi sehari-hari seperti menggendongnya bila bayi

menangis, menyusuinya, mengganti popoknya bila basah, menjaga bayinya tetap kering,

bersih dan hangat, agar ibu merasa lebih dekat dengan bayinya, menyukainya dan mulai

tumbuh kasi sayangnya pada bayinya.Menganjurkan keluarga dan teman untuk mendukung

3.6.4 karena ibu membutuhkan pengertian emosional, konseling, serta tenggang waktu untuk lepas

sejenak dari kegiatan merawat bayi, bantuan dari keluarga dan teman sangat berpengaruh

dalam proses penyelesaian masalah.

3.6.5 Menganjurkan kepada ibu untuk selalu merawat dirinya dan juga bayinya.

3.6.6 Menganjurkan pada ibu untuk beristirahat cukup 8 jam sehari dan usahakanlah kalau siang

istirahat 1-2 jam waktu bayinya tidur. Menganjurkan pada keluarga selalu memantau pola

istirahat ibu.

3.6.7 Menjelaskan faktor-faktor yang dapat memperberat depresi seperti kurangnya dukungan

keluarga dirumah, peruahan hormonal, lingkungan melahirkan, jumlah anak dan hubungan

seksual yang kurang menyenangkan setelah melahirkan.

3.6.8 Melakukan kolaborasi dengan dokter/psikiater untuk mendapatkan terapi yaitu psikoterapi

dan pengobatan seperti penenangan.

3.7 Evaluasi

3.7.1 Ibu mengerti tentang kondisinya saat ini.

3.7.2 Keadaan umur ibu cemas, kesadaran composmentis.

3.7.3 Tanda-tanda vital

- TD : 100/80 mmHg

- Nadi : 90 x/mnt

- RR : 24 x/mnt

- Suhu : 36,90C

3.7.4 Ibu mengerti hal-hal yang dijelaskan dan mau melakukan anjuran.

3.7.5 Ibu sudah mau mandi sore, tapi belum mau cuci rambut.

3.7.6 Ibu masih belum mau makan.

Page 26: Postpartum Blues

P a g e | 26

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Post partum blues adalah keadaan di mana seorang ibu mengalami perasaan tidak nyaman

(kesedihan atau kemurungan)/gangguan suasana hati setelah persalinan, yang berkaitan dengan

hubungannya dengan si bayi, atau pun dengan dirinya sendiri. Ketika plasenta dikeluarkan pada saat

persalinan, terjadi perubahan hormon yang melibatkan endorphin, progesteron, dan estrogen dalam

tubuh Ibu, yang dapat mempengaruhi kondisi fisik, mental dan emosional Ibu.

4.2 Saran

Post partum blues dapat dicegah dengan cara :

1. Anjurkan ibu untuk merawat dirinya, yakinkan pada suami atau keluarga untuk selalu

memperhatikan si ibu

2. Menu makanan yang seimbang

3. Olah raga secara teratur

4. Mintalah bantuan pada keluarga atau suami untuk merawat ibu dan bayinya.

5. Rencanakan acara keluar bersama bayi berdua dengan suami

6. Rekreasi

Cara mengatasi gangguan psikologi pada nifas dengan postpartum blues ada dua cara yaitu :

1. Dengan cara pendekatan komunikasi terapeutik

Tujuan dari komunikasi terapeutik adalah menciptakan hubungan baik antara bidan dengan

pasien dalam rangka kesembuhannya dengan cara :

a. Mendorong pasien mampu meredakan segala ketegangan emosi

b. Dapat memahami dirinya

c. Dapat mendukung tindakan konstruktif.

d. Dengan cara peningkatan support mental

Beberapa cara peningkatan support mental yang dapat dilakukan keluarga diantaranya :

a. Sekali-kali ibu meminta suami untuk membantu dalam mengerjakan pekerjaan rumah

seperti: membantu mengurus bayinya, memasak, menyiapkan susu dll.

b. Memanggil orang tua ibu bayi agar bisa menemani ibu dalam menghadapi kesibukan

merawat bayi

Page 27: Postpartum Blues

P a g e | 27

c. Suami seharusnya tahu permasalahan yang dihadapi istrinya dan lebih perhatian terhadap

istrinya

d. Menyiapkan mental dalam menghadapi anak pertama yang akan lahir

e. Memperbanyak dukungan dari suami

f. Suami menggantikan peran isteri ketika isteri kelelahan

g. Ibu dianjurkan sering sharing dengan teman-temannya yang baru saja melahirkan

h. Bayi menggunakan pampers untuk meringankan kerja ibu

i. Mengganti suasana, dengan bersosialisasi

j. Suami sering menemani isteri dalam mengurus bayinya

2. Selain hal diatas, penanganan pada klien postpartum blues pun dapat dilakukan pada diri klien

sendiri, diantaranya dengan cara :

a. Belajar tenang dengan menarik nafas panjang dan meditasi

b. Tidurlah ketika bayi tidur

c. Berolahraga ringan

d. Ikhlas dan tulus dengan peran baru sebagai ibu

e. Tidak perfeksionis dalam hal mengurusi bayi

f. Bicarakan rasa cemas dan komunikasikan

g. Bersikap fleksibel

h. Kesempatan merawat bayi hanya datang 1 x

i. Bergabung dengan kelompok ibu

Page 28: Postpartum Blues

P a g e | 28

DAFTAR PUSTAKA

Herdman, Heather.2010. Diagnosis Keperawatan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran

Morhead, Sue. 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC). America : Mosby

Mc Closkey Dochterman, Joanne. 2004. Nursing Interventions Classification (NIC). America :

Mosby

Marylin E. Doengoes, Mary Frances Moorhouse, Alice C.Geissler ( 2000 ), Rencana Asuhan

Adele Pilliters, Perawatan Kesehatan Ibu dan Anak, EGC : Jakarta, 2002

Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3.

Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Bobak, Lowdermilk, Jensen. ( 2004 ). Buku Ajar : Keperawatan maternitas edisi - 4. Jakarta: EGC.

Budi Santosa. Panduan Diagnosa Keperawatan – Nanda 2005-2006. Prima Medika : Jakarta

Http://Www.Scribd.Com/Doc/23775250/Depresi-Post-Partum

Http://Klinis.Wordpress.Com/2007/12/29/Depresi-Postpartum

www.http//post-partum-blues.html

www.http//askep-pada-post-partum-dengan_8492.html