Resume Postpartum
-
Upload
lidya-siahaan -
Category
Documents
-
view
74 -
download
10
Transcript of Resume Postpartum
Resume Kasus “Post Partum + BBL”Lidya – 220110100109
Ny. A, 20 tahun P1Ao hari ke 1 postpartum, klien mengeluh nyeri pada perineum, klien merasa takut
jahitannya akan terbuka (lepas) jika mau berkemih. Sampai saat ini setelah 4 jam melahirkan belum berani berkemih.
Merasa senang dengan kelahiran anak pertama ini, namun merasa bingung juga karena belum tahu cara merawat bayi
dan cara menurunkan berat badan namun tetap ingin bisa menyusui. Hasil pemeriksaan fisik : keadaan umum baik,
tingkat kesadaran compos mentis, tanda-tanda vital : tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 84 kali/menit, RR 20
kali/menit, berat badan 65 kg, tinggi badan 156 cm. Payudara : payudara simetris kanan dan kiri, putting inverted,
hiperpigmentasi pada aerola mammae, pengeluaran kolostrum (+). TFU 1 jari di bawah pusat, kontraksi (-), diastasis
rektus abdominalis 2 jari, lochea rubra, 1 pembalut penuh setelah 4 jam, jahitan, ruptur perineum grade 2, ektremitas :
edema -/-, varises -/-, refleks patela +/+, homan sign -/-.
Pengkajian terhadap bayi : laki-laki BB 3200 gr, panjang badan 50 cm, APGAR 9, reflek (+)
(rooting,sucking,moro), dari hasil pemeriksaan maturitas bayi usia kehamilan 38 minggu. Nenek bayi mengoleskan
madu dibibir bayi dengan keyakinan bayi kelak akan pandai berbicara dan disukai bila di olesi madu.
KONSEP
A. Definisi
Periode pascapartum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi kembali ke
keadaan normal sebelum hamil.
B. Adaptasi anatomi dan fisiologi pada periode postnatal
1. Sistem reproduksi dan struktur terkait
a. Uterus
a) Proses involusi
Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah melahirkan disebut involusi.
Dalam beberapa hari kemudian, perubahan involusi berlangsung dengan cepat. Fundus turun
kira-kira 1-2 cm setiap 24 jam.
b) Kontraksi
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi lahir, diduga terjadi
sebagai respons terhadap penurunan volume intrauterin yang sangat besar. Karena penting
sekali untuk mempertahankan kontraksi uterus, biasanya diberi suntikan oksitosin secara IV /
IM diberikan segera setelah plasenta lahir.
c) Tempat plasenta
Segera setelah plasenta dan ketuban dikeluarkan, konstriksi vaskular dan trombosis
menurunkan tempat plasenta ke suatu area yang meninggi dan bernodul tidak teratur.
Regenerasi endomentrium selesai pada akhir minggu ketiga masa pascapartum, kecuali pada
bekas tempat plasenta.
b. Serviks
Serviks menjadi lunak segera setelah ibu melahirkan. Delapan belas jam pascapartum , serviks
memendek dan konsistensinya menjadi lebih padat dan kembali ke bentuk semula.
Resume Kasus “Post Partum + BBL”Lidya – 220110100109
c. Vagina dan Perineum
Estrogen pascapartum yang menurun berperan dalam penipisan mukosa vagina dan hilangnya rugae.
Vagina yang semula sangat berperan teregang akan kembali secara berahap ke ukuran sebelum
hamil, enam sampai 8 minggu setelah bayi lahir.
d. Abdomen
Hari pertama setelah melahirkan, abdomennya akan menjadi menonjol dan membuat wanita tersebut
tampak seperti masih hamil. Dalam dua minggu setelah melahirkan, dinding abdomen wanita akan
rileks. Diperlukan sekitar enam minggu untuk dinding abdomen kembali ke keadaan sebelum hamil.
Kulit memperoleh kembali elastisitasnya, tetapi sejumlah kecil striae menetap. Pada keadaan
tertentu, dengan atau tanpa ketegangan yang berlebihan, seperti bayi besar atau hamil kembar, otot-
otot dinding abdomen memisah, suatu keadaan yang dinamai diastasis rekti abdominalis.
2. Sistem endokrin
a. Hormon plasenta
Selama periode pascapartum, terjadi perubahan hormon yang besar. Pengeluaran plasenta
menyebabkan penurunan signifikan hormon-hormon yang diproduksi oleh organ tersebut. Penurunan
hormon (human placental lactogen (hPL)), estrogen, dan kortisol, serta plasental enzyme insulinase
membalik efek diabetogenik kehamilan, sehingga kadar gula darah menurun secara yang bermakna
pada masa puerperium. Kadar estrogen dan progesteron menurun secara mencolok setelah plasenta
keluar, kadar terendahnya dicapai kira-kira satu minggu pascapartum. Penurunan estrogen berkaitan
dengan pembengkakan payudara dan diuresis cairan ekstraselular berlebih yang terakumulasi selama
masa hamil.
b. Hormon hipofisis dan fungsi ovarium
Waktu dimulainya ovulasi dan menstruasi pada wanita menyusui dan tidak menyusui berbeda.
Ovarium tidak berespons terhadap stimulasi FSH ketika kadar prolaktin meningkat (Bowes, 1991).
Kadar prolaktin meningkat secara progresif sepanjang masa hamil. Pada wanita menyusui, kadar
prolaktin tetap meningkat sampai minggu keenam setelah melahirkan (Bowes, 1991). Kadar prolaktin
serum dipengaruhi oleh kekerapan menyusui, lama setiap kali menyusui, dan banyak makanan
tambahan yang diberikan. Cairan menstruasi pertama setelah melahirkan biasanya lebih banyak
daripada normal. Dalam tiga sampai empat siklus, jumlah cairan menstruasi wanita kembali seperti
sebelum hamil.
3. Sistem kardiovaskular
a. Volume darah
Perubahan volume darah tergantung pada beberapa faktor, misalnya kehilangan darah selama
melahirkan dan mobilisasi serta pengeluaran cairan ekstravaskuler (edema fisiologis). Kehilangan
darah merupakan akibat penurunan volume darah total yang cepat, tetapi terbatas.
b. Curah jantung
Denyut jantung, volume sukuncup, dan curah jantung meningkat sepanjang masa hamil. Segera
setelah wanita melahirkan, keadaan ini akan meningkat bahkan lebih tinggi selama 30 sampai 60
Resume Kasus “Post Partum + BBL”Lidya – 220110100109
menit karena darah yang biasanya melintasi sirkuit uteroplassenta tiba-tiba kembali ke sirkulasi
umum. Nilai ini meningkat pada semua jenis kelahiran atau semua pemakaian konduksi anestesia
(bowes, 1991).
c. Tanda-tanda vital
Peningkatan kecil sementara, baik peningkatan tekanan darah sistol maupun diastol dapat timbul dan
berlangsung selama sekitar empat hari setelah wanita melahirkan dan kembali ke fungsi saat wanita
tidak hamil pada bulan keenam setelah wanita melahirkan.
d. Komponen darah
a) Hematrokit dan hemoglobin
Selama 72 jam pertama setelah bayi lahir, volume plasma yang hilang lebih besar daripada sel
darah yang hilang. Penurunan volume plasma dan peningkatan sel darah merah dikaitkan dengan
peningkatan hematokrit pada hari ketiga sampai hari ketujuh pascapartum. (bowes, 1991).
b) Hitung sel darah putih
Leukositosis normal pada kehamilan rata-rata sekitar 12.000/mm3. Selama 10 sampai 12 hari
pertama setelah bayi lahir, nilai leukosit antara 20.000 dan 25.000/mm3 merupakan hal yang
umum. Neutrofil merupakan sel darah putih yang paling banyak.
c) Faktor koagulasi
Faktor-faktor pembekuan dan fibrinogen biasanya meningkat selama masa hamil dan tetap
meningkat pada awal puerperium.
4. Sistem neurologi
Perubahan neurologi selama puerperium merupakan kebalikan adaptasi neurologis yang terjadi saat
wanita hamil dan disebabkan trauma yang dialami wanita saat bersalin dan melahirkan. Rasa baal dan
kesemutan periodik pada jari yang dialami 5% wanita hamil biasanya hilang setelah anak lahir, kecuali
jika mengangkat dan memindahkan bayi memperburuk keadaan. Nyeri kepala pascapartum bisa
disebabkan berbagai keadaan, termasuk hipertensi akibat kehamilan, stress. Lama nyeri kepala bervariasi
dari satu sampai tiga hari sampai beberapa minggu, tergantung pada penyebab dan efektivitas pengobatan.
5. Sistem integument
Kloasma yang muncul pada masa hamil biasanya menghilang saat kehamilan berakhir. Hiperpigmentasi
di aerola dan linea nigra tidak menghilang seluruhnya setelah bayi lahir. Kelainan pembuluh darah seperti
spider angioma (nevi), eritema palmar, dan epulis biasanya berkurang sebagai respons terhadap penurunan
kadar estrogen setelah kehamilan berakhir. Pada beberapa wanita spider nevi menetap. Rambut halus yang
tumbuh dengan lebat pada waktu hamil biasanya akan meghilang setelah wanita melahirkan, tetapi rambut
kasar yang timbul biasanya akan menetap. Diaforesis ialah perubahan yang paling jelas terlihat pada
sistem integumen.
6. Sistem imun/kekebalan
Kebutuhan ibu untuk mendapat vaksinasi rubela atau untuk mencegah isoimunisasi Rh ditetapkan.
Resume Kasus “Post Partum + BBL”Lidya – 220110100109
C. Dinamika keluarga setelah anak lahir
1. Adaptasi psikologis
a. Penyesuaian maternal
a) Fase dependen
Selama satu sampai dua hari pertama setelah melahirkan, ketergantungan ibu menonjol. Rubin
(1961) menetapkan periode beberapa hari ini sebagai fase menerima (taking-in phase), suatu
waktu di mana ibu baru memerlukan perlindungan dan perawatan. Fase dependen adalah suatu
waktu yang penuh kegembiraan dan kebanyakan orangtua sangat suka mengkomunikasikannya.
b) Fase dependen-mandiri
Dalam fase dependen-mandiri ibu, secara bergantian muncul kebutuhan untuk mendapatkan
perawatan dan penerimaan dari orang lain dan keinginan untuk bisa melakukan segala sesuatu
secara mandiri. Rubin (1961) menjelaskan keadaan ini sebagai taking-hold phase, yang
berlangsung kira-kira 10 hari. Dalam 6-8 minggu setelah melahirkan, kemampuan ibu untuk
menguasai tugas-tugas sebagai orangtua merupakan hal yang penting.
c) Fase interdependen
Pada fase ini perilaku interdependen muncul, ibu dan keluarganya bergerak maju sebagai suatu
sistem dengan para anggota saling berinteraksi. Tuntutan utama ialah menciptakan suatu gaya
hidup yang melibatkan anak, tetapi dalam beberapa hal, tidak melibatkan anak. Pasangan ini harus
berbagi kesenangan yang bersifat dewasa. Fase interdependen (letting go phase) merupakan fase
yang penuh stres bagi orang tua. Kesenangan dan kebutuhan sering terbagi dalam masa ini. Pria
dan wanita harus menyelesaikan efek dari perannya masing-masing dalam hal mengasuh anak,
mengatur rumah, dan membina karier.
b. Penyesuaian paternal
Keluarga berada dalam konteks sistem keluarga. Ayah menunjukan keterlibatan yang dalam dengan
bayi mereka. (greenberg dan morris, 1976) menyebut absorpsi, keasyikan, dan kesenangan ayah
dengan bayinya sebagai engrossment. Keinginan ayah untuk menemukan hal-hal yang unik maupun
yang sama dengan dirinya merupakan karakteristik lain yang berkaitan dengan kebutuhan ayah untuk
merasakan bahwa bayi ini adalah miliknya. Respons yang jelas ialah, adanya daya tarik yang kuat dari
bayi yang baru lahir. Henderson dan brouse (1991) tahap pertama meliputi pengalaman prakonsepsi,
yakni akan seperti apa rasanya jika mereka membawa bayi pulang ke rumah. Tahap kedua yakni
realitas yang tidak menyenangkan tentang menjadi ayah baru. Intervensi yang meningkatkan rasa
kompeten dan rasa percaya diri akan membantu para ayah dalam masa transisi yang sulit (henderson,
brouse, 1991).
c. Penyesuaian bayi-orangtua
Bayi yang baru lahir berpartisipasi aktif dalam membentuk reaksi orangtuanya terhadap mereka
Interaksi orangtua-bayi ditandai oleh “suatu rangkaian irama, repertoar prilaku, dan pola tanggung
jawab (field,1978).
Resume Kasus “Post Partum + BBL”Lidya – 220110100109
a) Ritme
Untuk mengatur ritme, baik orangtua maupun bayi harus mampu untuk saling berinteraksi.
Karena itu bayi harus berada dalam keadaan sadar penuh, suatu keadaan tidur-bangun yang paling
sulit dipertahankan. Ibu multipara menunjukan rasa sensitif dan mampu memberi respons dengan
sangat baik terhadap ritme makan bayinya. Ibu yang sensitif terhadap ritme makan memberi
kesempatan kepada bayinya untuk berhenti mengisap.
b) Repertoar
Repertoar bayi meliputi prilaku memandang, bersuara, dan ekspresi wajah. Bayi mampu fokus
dan mengikuti wajah manusia sejak lahir. Bayi juga mampu mengubah arah pandangnya.
Kemampuan ini dinkontrol secara volunter.
c) Respons
Kesatuan respons adalah respons yang terjadi pada waktu tertentu dan bentuknya sama dengan
perilaki stimulus. Orang dewasa melihat perilaku bayi seperti tersenyum, bersuara dan melakukan
kontak mata, biasanya dalam posisi bertatapan (en face).
d. Penyesuaian kakek dan nenek
Jumlah keterlibatan kakak dan nenek dalam merawat bayi baru lahir tergantung pada banyak factor
misalnya keinginan kakek-nenek untuk terlibat, kedekatan hubungan kakek-dan nenek dan peran
kakek dan nenek dalam konteks budaya dan etnik yang bersangkutan (grosso,dkk:1981). Nenek dari
ibu ialah model yang penting dalam praktik perawatan bayi (rubin,1975). Ia bertindak sebagai sumber
pengetahuan dan sebagai individu pendukung.
e. Faktor yang mempengaruhi respons orangtua
a) Usia maternal lebih dari 35 tahun
b) Jaringan sosial
c) Budaya
d) Kondisi sosioekonomi
e) Aspirasi personal
2. Proses menjadi orang tua
Menjadi orangtua bisa merupakan faktor pematangan dalam diri seorang wanita atau pria tanpa
memperhatikan apakah anak yang diasuh memilki hubungan biologis atau tidak. Tugas, tanggung jawab,
dan sikap yang membentuk peran menjadi orangtua dirumuskan oleh Steele dan Pollack (1968) sebagai
fungsi menjadi ibu. Ini merupakan proses orang dewasa (pribadi yang matang, penyayang, mampu dan
mandiri) mulai mengasuh seorang bayi (pribadi yang tidak matang, tidak berdaya, dependen). Proses ini
dibagi jadi 2 komponen :
a. Keterampilan kognitif-motorik
Komponen pertama dalam proses menjadi orangtua melibatkan aktivitas perawatan anak, seperti
memberi makan, menggendong, mengenakan pakaian, dan membersihkan/memandikan bayi,
menjaganya dari bahaya, dan memungkinkannya untuk bisa bergerak (steele and pollack, 1968).
Keterampilan kognitif-motorik tidak terlihat secara otomatis pada saat bayi lahir.
Resume Kasus “Post Partum + BBL”Lidya – 220110100109
b. Keterampilan kognitif-afektif
Komponen psikologis dalam menjadi orangtua, sifat keibuan atau kebapakan tampaknya berakar dari
pengalaman orangtua di masa kecil saat mengalami dan menerima kasih sayang dari ibunya.
Keterampilan kognitif-afektif menjadi orangtua ini meliputi sikap yang lembut, waspada, dan
memberi perhatian terhadap kebutuhan dan keinginan anak.
3. Perkenalan, ikatan dan kasih sayang dalam menjadi orang tua
Proses kasih sayang dimulai saat ibu hamil, semakin menguat pada awal periode pascapartum, dan begitu
terbentuk akan menjadi konstan dan konsisten. Komunikasi orangtua-anak dapat berupa: sentuhan, kontak
mata, suara, aroma.
D. Rawat gabung
Rawat gabung adalah ibu dan bayi dirawat bersama, tinggal bersama selama 24 jam, segera setelah lahir
sampai mereka pulang dari rumah sakit.
MANFAAT RAWAT GABUNG.
Rawat-gabung mempunyai beberapa keuntungan:
1. bayi tidur lebih nyenyak dan sedikit menangis;
2. sebelum proses persalinan, ibu dan bayinya telah terbiasa dengan pola tidur-bangun yang sama yang akan
terganggu bila mereka dipisahkan;
3. pemberian ASI dapat dilakukan sesegera dan selama mungkin sehingga berat badan bayi cepat bertambah;
4. memberi makan saat bayi lapar akan lebih mudah dan kualitas ASI tetap terjaga;
5. ibu menjadi lebih trampil dalam merawat bayinya;
6. ibu dapat melihat bayinya setiap saat dan tak perlu khawatir mendengar suara tangis bayi di ruang lain
(ruang perawatan bayinya);
7. bayi lebih sedikit terekspos pada kemungkinan infeksi bila dekat dengan ibunya dibandingkan bila
dirawat di ruang perawatan;
8. memulai ikatan batin antara ibu dan bayinya, walaupun pada ibu yang tidak memberikan ASI.
E. Manajemen laktasi
Manajemen laktasi adalah tata laksana yang diperlukan
untuk menunjang keberhasilan menyusui. Dalam
pelaksanaannya terutama dimulai pada masa kehamilan,
segera setelah persalinan dan pada masa menyusui
selanjutnya. (Direktorat Gizi Masyarakat, 2005). Laktasi
adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI diproduksi sampai proses bayi mengisap dan menelan
ASI. Laktasi merupakan bagian integral dari siklus reproduksi mamalia termasuk manusia. (Direktorat Gizi
Masyarakat, 2005)
Resume Kasus “Post Partum + BBL”Lidya – 220110100109
Fisiologi Laktasi
Pada kehamilan lima bulan lebih, kadang-kadang dari ujung putting mulai keluar cairan yang disebut
kolostrum. Sekresi cairan tersebut karena pengaruh hormone laktogen dari plasenta dan hormone prolaktin
dari kelenjar hipofise. Produksi cairan tidak berlebihan karena meski selama hamil kadar prolaktin cukup
tinggi pengaruhnya di hambat oleh estrogen.
Setelah partus, pengaruh penekanan dari estrogen dan progesterone terhadap hipofisis hilang. Timbul
pengaruh hormon - hormon hipofisis kembali, antara lain lactogenic hormone. (prolaktin) yang akan
dihasilkan pula. Mamma yang telah dipersiapkan pada masa hamil terpengaruhi, dengan akibat kelenjar-
kelenjar susu berkontraksi,sehingga pengeluaran air susu dilaksanakan. (Wiknjosastro, 2007).
Siklus laktasi
a. Laktogenesis Stadium 1 (kehamilan) : penambahan & pembesaran lobulus-alveolus
b. Laktogenesis Stadium 2 (akhir kehamilan sampai 2-3 hari postpartum ) : produksi ASI
c. Laktogenesis Stadium 3 (galaktopoeisis) : sekresi ASI
d. Involusi (berkurangnya kelenjar mamae): mulai 40 hari setelah berhenti menyusui
1. Fisiologi Laktasi
Laktasi berarti suatu proses produksi dan pengeluaran ASI membutuhkan :
a. Calon ibu : siap secara psikologis dan fisik
b. Bayi : cukup sehat untuk menyusu
c. Produksi ASI : disesuaikan dengan kebutuhan bayi volume ASI 500 – 800 ml/hari ( bayangkan 3000
ml/hr !)
2. Refleks pada proses laktasi
Proses laktasi membutuhkan beberapa refleks untuk menunjang keluarnya ASI itu sendiri
a. Refleks Prolaktin : yaitu suatu stimuli atau perangsangan produksi ASI
membutuhkan Impuls saraf dari puting susu, hipotalamus, hipofisis anterior, prolaktin, alveolus, dan
tentunya ASI itu sendiri
b. Refleks aliran ( let down reflex ) yaitu sekresi atau pengeluaran AS, Impuls saraf puting
susu,hipofisisposterior, oksitosin, kontraksi otot polos supaya ASI keluar
3. Penghambat produksi ASI
a. Feedback inhibitor :Suatu faktor lokal, bila saluran ASI penuh mengirim impuls untuk mengurangi
produksi.
Cara mengatasi : saluran dikosongkan secara teratur (ASI eksklusif dan tanpa jadwal).
b. Stress / rasa sakit : akan menghambat atau inhibisi pengeluaran oksitosin. Misalnya pada saat Sinus
laktiferus penuh/payudara sudah bengkak
4. Mekanisme mengisap pada bayi
a. Refleks menangkap ( rooting ) : Sentuhan pada bibir, bayi membuka mulut dan menangkap puting
susu.
Resume Kasus “Post Partum + BBL”Lidya – 220110100109
b. Refleks mengisap : Puting dalam mulut bayi : langit-langit /palatum molle tersentuh, bayi mengisap.
Areola masuk, lidah menekan sinus laktiferus, ASI terperas keluar.
c. Refleks menelan
5. Menyusu:
a. lidah bayi “memerah” sinus laktiferus.
b. otot pipi, lidah, langit-langit, rahang bawah semua aktif.Jika bayi menyusui menggunakan Dot
c. otot yang bekerja terutama otot bibir dan pipi dan keluarnya susu tergantung kemiringan botol dan
besarnya lubang dot
d. tidak perlu hisapan kuat, sehingga hati-hati bisa tersedak.
6. Mekanisme mengisap dot dan areola:
Sangat berbeda : hal ini menyebabkan bayi mengalami kondisi yang disebut bingung puting.
7. Perbedaan komposisi air susu
Air susu setiap mamalia berbeda dan adalah “species specific”
Variasi komposisi disebabkan oleh:
a. Variasi ukuran dan bentuk fisik
b. Lama masa kehamilan
c. Kecepatan pertumbuhan
d. Frekuensi pemberian minum
e. Perbedaan tempat hidup (air, darat, kutub)
8. Manfaat Asi Bagi Bayi
Komposisi sesuai kebutuhan
a. Kolostrum
b. ASI peralihan
c. ASI matur
d. ASI prematur
a) Mudah dicerna dan diserap
b) Mengandung enzim pencernaan (maka sering merasa lapar)
c) Mengandung zat penangkal penyakit
e. Makrofag
f. Limfosit
g. Imunoglobulin
h. Laktoferin
i. faktor bifidus : Lactobacilus bifidus
a) selalu berada dalam suhu yang tepat
b) tidak menyebabkan alergi mencegah maloklusi/ kerusakan gigi
c) mengoptimalkan perkembangan
d) meningkatkan hubungan ibu dan bayi
e) menjadi orang yang percaya diri
Resume Kasus “Post Partum + BBL”Lidya – 220110100109
j. mengurangi kemungkinan berbagai penyakit kronik dikemudian hari : diabetes mellitus, penyakit
jantung, penyakit keganasan
9. MANFAAT ASI BAGI IBU
a. Mencegah perdarahan pasca persalinan
b. Mempercepat involusi uterus
c. Mengurangi risiko kanker ovarium & payudara serta anemia
d. Memberikan rasa dibutuhkan
e. Mempercepat kembali ke berat semula
f. Sebagai metoda KB sementara / metode amenore laktasi (MAL), Syarat:
- Bayi berusia belum 6 bulan dan diberi ASI eksklusif
- Ibu belum haid kembali
Produksi hormon prolaktin akan menekan fungsi ovulasi dari folikel di ovarium, sehingga selama
pemberian ASI eksklusif yang benar, akan tidak terjadi proses ovulasi sehingga saat itu ibu tidak
mengalami masa subur, tidak mengalami haid.
10. ANJURAN PEMBERIAN ASI
a. 0-6 bulan :ASI eksklusif memenuhi 100% kebutuhan
b. 6-12 bulan : ASI memenuhi 60-70% kebutuhan, perlu makanan pendamping ASI yang adekwat
c. >12 bulan : ASI hanya memenuhi 30% kebutuhan, ASI tetap diberikan untuk keuntungan lainnya
F. Penatalaksanaan pada periode postnatal
1. Mencegah perdarahan berlebih
Dua intevensi yang paling penting untuk mencegah perdarahan berlebih ialah mempertahankan tonus
rahim dan mencegah distensi kandung kemih.
2. Mencegah infeksi
Salah satu cara mencegah infeksi adalah mempertahankan lingkungan yang bersih. Penutup tempat tidur
harus diganti setiap hari, pasien diusahakan untuk tidak berjalan di dalam rumah sakit tanpa menggunakan
alas kaki, mereka harus mengetahui cara mencuci tangan untuk mencegah infeksi silang, perawatan
tempat episiotomi dan setiap laserasi perineum yang dilakukan dengan baik mencegah infeksi pada daerah
genitourinaria dan mempercepat proses penyembuhan. Ajari ibu membersihkan perineum dari arah depan
ke belakang (uretra ke anus) setelah berkemih atau defekasi. Pasien perlu diajari mengganti pelapis
perineumnya dari arah depan ke belakang setiap kali berkemih atau defekasi dan untuk memcuci
tangannya sampai bersih sebelum dan sesudah melakukan hal tersebut.
3. Pemenuhan kebutuhan rasa nyaman
Penyebab umum nyeri meliputi nyeri pasca melahirkan (afterbirth), episiotomi atau laserasi perineum,
hemoroid, dan pembesaran payudara. Kompresi hangat, distraksi, membayangkan sesuatu, sentuhan
terapeutik, relaksasi dan interaksi dengan bayi bisa mengurangi nyeri yang ditimbulkan kontraksi rahim.
Untuk mengurangi nyeri akibat episiotomi atau laserasi pada perineum adalah mendorong ibu berbaring
pada salah satu sisinya dan menggunakan bantal saat duduk, kompres es yang dikemas, obat salep,
Resume Kasus “Post Partum + BBL”Lidya – 220110100109
aplikasi panas kering, membersihkan dengan botol percik. Rasa tidak nyaman yang timbul akibat
pembesaran payudara bisa dikurangi dengan kompres es atau panas pada payudara dan menggunakan bra
yang menopang payudara dengan baik. Farmakologi, obat analgesik, untuk menghilangkan nyeri.
4. Pemenuhan kebutuhan nutrisi dan cairan
Diet untuk ibu masa nifas harus mencakup 3000ml cairan yang 1000ml cairan berupa susu. Kalori yang
harus ditingkatkan perhari mencapai 2700 kalori
5. Pemenuhan kebutuhan istirahat-tidur
Istirahat, kegembiraan yang dialami setelah melahirkan seorang bayi bisa membuat ibu sulit beristirahat.
Untuk memenuhi kebutuhan ibu akan istirahat-tidur dengan menggosok-gosok punggung, pemberian obat
tidur mungkin diperlukan selama beberapa malam pertama.
6. Pemenuhan kebutuhan eliminasi
Intervensi keperawatan untuk mempercepat proses defekasi normal ialah memberi ibu penjelasan tentang
upaya menghindari konstipasi, mencakup upaya menjamin cukup serat dalam makanan dan cukup minum
serta melakukan latihan. Intervensi lain dapat dilakukan adalah memberikan cairan intravena dan obat-
obat oksitoksik untuk merangsang kontraksi otot polos rahim.
7. Pemenuhan kebutuhan seksual
Secara fisik aman melakukan hubungan suami istri saat darah merah berhenti keluar dan ibu dapat
memasukan satu atau dua jari ke dalam vagina tanpa rasa nyeri. Banyak budaya dan di agama islam
menyarankan hubungan suami istri baru dilakukan sampai 40hari atau 6mggu setelah persalinan.
G. Nilai dan keyakinan (budaya) pada periode postnatal
Pengaruh sosial budaya pada ibu hamil dan keluarga di sejumlah daerah di Indonesia yang
menyambut masa-masa kehamilan sangat sering dilakukan. Upacara-upacara yang diselenggarakan mulai dari
kehamilan 3 bulan, 7 bulan, masa melahirkan dan masa nifas sangat beragam menurut adat istiadat daerah
masing-masing (Syafrudin, 2009).
ASPEK BUDAYA PADA MASA NIFAS
a. Dikepulauan Sangihe (Sulawesi) misalnya, perawatan pasca persalinan dilakukan dengan mandi uap
air rebusan ramuan (setiap hari) untuk mengembalikan panas tubuh, memberikan minuman air
perasan daun turi, mengompres kepala sang ibu dengan ampas daun turi, makan rebusan kulit pohon
ketapang gunanya memulihkan kesehatan, perawatan berlangsung 2 minggu sampai dengan satu
bulan atau 40 hari (Syafruddin, 2009).
b. Pada masa nifas dilarang makan telur, daging, udang, ikan laut dan lele, keong, daun lembayung, buah
pare, nenas, gula merah, dan makanan yang berminyak.
c. Setelah melahirkan atau setelah operasi, ibu hanya boleh makan tahu dan tempe tanpa garam atau
biasa disebut dengan ngayep, dilarang banyak makan dan minum, dan makanan harus disangan /
dibakar sebelum dikonsumsi.
d. Pada masa nifas, ibu dilarang tidur siang
Resume Kasus “Post Partum + BBL”Lidya – 220110100109
e. Pada masa nifas dan saat menyusui, ibu harus puasa, tidak makan makanan yang padat setelah waktu
maghrib.
f. Masa nifas tidak boleh keluar rumah sebelum 40 hari.
g. Ibu setelah melahirkan dan bayinya harus dipijat/ diurut, diberi pilis / lerongan dan tapel.
h. Masa nifas harus minum abu dari dapur dicampur air, disaring, dicampur garam dan asam
diminumkan supaya ASI banyak.
i. Masa nifas tidak diperbolehkan berhubungan intim
H. Karakteristik Lochea
Hari pertama sampai hari ketiga melahirkan lokea berwarna merah tua (lochea rubra), merupakan
kumpulan dari sisa darah, partikel desidua dan mucus. Pada hari keempat lokea berubah warna dari merah tua
menjadi merah jambu (pink) atau kuning kecoklatan yang dinamakna lochea serosa, berlangsung selama 7-10
hari. Lokea serosa terdiri atas eksudat, leukosit, eritrosit dan mucus serviks, tetapi kandungan eritrosit mulai
berkurang. Selanjutnya lochea alba berwarna krem keputihan, yang berlangsung setelah hari ke 11 hingga 21
hari postpartum. Lokea alba mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, lemak dan mucus serviks. Adanya
perdarahan berwarna merah segar setelah lokea alba atau serosa mengindikasikan adanya infeksi atau
perdarahan yang lama.
Bau lokea seperti menstruasi normal, jika terdapat bau yang abnormal disertai dengan demam,
merupakan indikasi infeksi atau adanya bagian plasenta yang tertinggal.
Jumlah lokea. Estimasi jumlah lokea pada pembalut biasanya sulit dilakukan, untuk itu perawat atau
bidan dapat mengestimasi jumlah lokea dengan kategori scant (kurang) bila banyaknya darah pada pembalut <
2,5 cm. Light (terang) bila bercak darah sepanjang 4-10 cm pada pembalut, moderate (sedang) bila bangya
darah 10-15 cm dari pembalut. Large and Heavy (banyak) bila pembalut penuh dalam satu jam dan excessive
bila pembalut penuh dalam 15 menit. (Scoggin, 2000 dalam Pilliteri, 2001).
KONSEP BBL (Bayi Baru Lahir)
A. Definisi
Bayi baru lahir harus memenuhi sejumlah tugas perkembangan untuk memperoleh dan mempertahankan
eksistensi fisik secara terpisah dari ibunya. Janin yang lahir melalui proses persalinan dan telah mampu hidup
di luar kandungan.
B. Adaptasi terhadap kehidupan di luar rahim
1. Suhu tubuh
Pada tahap awal temperatur seringkali menurun sampai 36°C. Pada jam 12, temperatur bayi baru lahir
harus stabil dan berada dalam rentang normal (termoregulasi).
2. Menghangatkan bayi yang mengalami hipotermia
Menghangatkan bayi hipotermi dilakukan dengan hati-hati. Menghangatkan atau mendinginkan bayi
dengan cepat dapat menyebabkan bayi mengalami apnea dan asidosis. Oleh karena itu, proses
penghangatan dipantau supaya berlangsung secara perlahan selama dua sampai empat jam.
Resume Kasus “Post Partum + BBL”Lidya – 220110100109
3. Suplai oksigen yang adekuat
Empat kondisi di bawah ini penting untuk mempertahankan suplai oksigen yang adekuat.
a. Jalan napas bersih
b. Usaha bernapas
c. Sistem kardiopulmoner berfungsi
d. Dukungan panas (pemaparan pada stres dingin meningkatkan kebutuhan oksigen)
4. Mempertahankan bersihan jalan napas
Bayi normal yang cukup bulan dan lahir per vaginam tidak mengalami kesulitan untuk membersihkan
jalan napasnya. Bayi dipertahankan dalam posisi berbaring miring dengan selimut digulung dan
diletakkan pada punggung bayi untuk memfasilitasi drainase.
5. Mengisap pada jalan napas atas
Apabila terdapat lendir berlebih di jalan napas bayi, jalan napas dapat diisap melalui mulut dan hidung
dengan sebuah bulb syringe. Bayi tidak boleh dipegang hanya pada kakinya. Metode pengisapan DeLee
(Busse Bac/Shield) membuat pengisapan dapat dilakukan dengan mulut atau secara mekanik aman sambil
mencegah tranmisi bakteri, virus, dan materi infeksius lain dari bayi baru lahir ke pemakai.
6. Membebaskan obstruksi jalan napas
Bayi yang tercekik perlu perhatian segera. Bayi diletakkan tengkurap di lengan penolong dengan kepala
lebih rendah dari tubuh dan ditopang. Sementara penolong tetap mempertahankan kepala bayi lebih
rendah dari tubuh, bayi diputar dan diletakkan telentang pada paha penolong, dada bayi kemudian ditekan
dengan cepat dan berurutan di tempat yang sama, seperti akan melakukan resusitasi kardiopulmoner.
C. Adaptasi bayi diluar kandungan
1. Sistem kardiovaskular
a. Bunyi dan denyut jantung
Frekuensi denyut jantung bayi rata-rata 140 kali/menit saat lahir, dengan variasi berkisar antara 120
dan 160 kali/menit. Bunyi jantung bayi setelah lahir mencerminkan suatu rangkaian kerja pompa
jantung.
b. Volume dan tekanan darah
Volume darah bayi baru lahir bervariasi dari 80 sampai 110 ml/kg selama beberapa hari pertama dan
meningkat dua kali lipat pada akhir tahun pertama. Secara proposional, bayi baru lahir memiliki
volume darah sekitar 10% lebih besar dan memiliki jumlah sel darah merah hampir 20% lebih banyak
daripada orang dewasa.
2. Sistem hematopoeisis
Karakteristik hematopoeisis BBL mencakup sistem hematopoeisis orang dewasa dengan variasi tertentu.
Saat bayi lahir, rata-rata hemoglobin, hematookrit, dan SDM lebih tinggi dari nilai normal orang dewasa.
Hb BBL berkisar antara 14,5 sampai 22,5 g/dl. Ht bervariasi dari 44% sampai 72% dan hitung SDM
berkisar antara 5 sampai 7,5 juta/mm3. Secara berturut-turut, hb dan hitung SDM menurun sampai
mencapai kadar rata-rata 11 sampai 17 g/dl dan 4,2 sampai 5,2 /mm3 pada akhir bulan pertama.
3. Sistem hepatika
Resume Kasus “Post Partum + BBL”Lidya – 220110100109
Hati dan kandung empedu dibentuk pada minggu keempat kehamilan. Pada BBL, hati dapat dipalpasi
sekitar 1 cm di bawah batas kanan iga karena hati besar dan menempati sekitar 40% rongga abdomen.
a. Penyimpanan besi
Hati janin (yang berfungsi sebagai produksi hemoglobin setelah lahir) mulai menyimpan besi sejak
masih dalam kandungan. Apabila ibu mendapat cukup asupan besi selama hamil, bayi akan memiliki
simpanan besi yang dapat bertahan sampai bulan kelima kehidupannya di luar rahim.
b. Konyugasi bilirubin
Hati mengatur jumlah bilirubin-tidak terikat dalam peredaran darah. Hemoglobin di fagositosis oleh
sel retikuloendotelial, diubah menjadi bilirubin, dan dilepas dalam bentuk tidak terkonyugasi. Tempat
ikata-albumin serum yang adekuat tersedia, kecuali jika bayi mengalami asfiksia neonatorum, cold
stres, atau hipoglikemia. Ibu yang menggunakan obat-obatan sebelum melahirkan, misalnya sulfa dan
aspirin, dapat mengalami penurunan jumlah tempat ikatan albumin pada BBL. Walupun BBL
memilki kapasitas fungsional untuk mengubah bilirubin, kebanyakan bayi mengalami
hiperbilirubinemia fisiologis.
c. Hiperbilirubinemia fisiologis
Kondisi yang normal pada 50% bayi cukup bulan dan pada 80% bayi prematur.
Sel darah merah → hemoglobin → hem dan globin, hem → besi dan bilirubin + plasma protein →
hati glikoronil transferase → bilirubin tidak terkonyugasi + asam glukoronat → glukoronat bilirubin
terkonyugasi → diekskresi melalui feses atau urine.
d. Ikterik yang dikaitkan dengan menyusui
a) Breastfeeding jaundice
Biasanya menjadi semakin nyata pada sekitar hari ketiga kehidupan bayi. Dehidrasi, kekurangan
cairan dan penurunan berat bukanlah penyebab (Lascari, 1986 : Lawrence , 1994). Semakin
banyak jumlah pemberian ASI ; semakin rendah kadar bilirubin bayi (Lascari, 1986).
b) Breast milk jaundice
Sebagai suatu peningkatan hiperbilirunemia inderek setelah minggu pertama kehidupan bayi.
Ikterik akibat menelan ASI terjadi pada 0,5%sampai 2 % BBL cukup bulan (Wilkerson, 1988).
4. Sistem reproduksi
a. Wanita
Saat lahir ovarium bayi berisi beribu-ribu sel germinal primitif. Jumlah ovum berkurang sekitar 90%
sejak bayi lahir sampai dewasa. Peningkatan kadar estrogen selama masa hamil, yang diikuti dengan
penurunan setelah bayi lahir, mengakibatkan pengeluaran suatu cairan mukoid atau kadang-kadang
pengeluaran bercak darah melalui vagina. Genitalia eksterna biasanya edematosa disertai pigmentasi
yang lebih banyak.
b. Pria
Testis turun ke dalam skrotum pada 90% bayi barulahir laki-laki. Walaupun presentasi ini menurun
pada kelahiran prematur, pada usia satu tahun insiden testis tidak turun pada semua anak laki-laki
berjumlah kurang dari 1 %. Spermatogenesis tidak terjadi sampai pubertas. Sebagai respons terhadap
Resume Kasus “Post Partum + BBL”Lidya – 220110100109
estrogen ibu, ukuran genitalia eksterna BBL cukup bulan dapat meningkat, bagitu juga dengan
pigmentasinya.
c. Pembengkakan jaringan payudara
Pembengkakan jaringan payudara pada kedua jenis kelamin BBL disebabkan oleh peningkatan
estrogen selama hamil. Pada beberapa bayi baru lahir, dapat terlihat rabas encer. Temuan ini tidak
memilki makna klinis, tidak perlu diobati, dan akan menghilang seiring penurunan hormon ibu dalam
tubuh BBL tersebut. Jaringan payudara dan ukuran areola membesar selama ibu hamil.
5. Sistem perkemihan
Pada bayi baru lahir, hampir semua massa yang teraba di abdomen berasal dari ginjal. Fungsi ginjal, yang
mirip dengan fungsi yang dimiliki orang dewasa, belum terbentuk pada tahun kedua kehidupan. BBL
memiliki rentang keseimbangan kimia dan rentang keamanan yang kecil. Infeksi, diare, atau pola makan
yang tidak teratur secara cepat dapat menimbulkan asidosis dan ketidakseimbangan cairan, seperti
dehidrasi atau edema. Ketidakmaturan ginjal juga membatasi kemampuan bayi baru lahir untuk
mengekskresi obat.
6. Sistem integumen
a. Kaput suksedaneum
Edema pada kulit kepala, yang ditemukan dini.
b. Sefalhematoma
Kumpulan darah diantara tulang tengkorak dan periosteumnya. Sehingga, sefalhematoma tidak pernah
melewati garis sutura kepala.
c. Deskuamasi
Pengelupasan kulit pada kulit bayi tidak terjadi sampai beberapa hari setelah lahir. Deskuamasi saat
bayi lahir merupakan indikasi pascamaturitas.
d. Kelenjar lemak dan kelenjar keringat
Kelenjar keringat sudah ada saat bayi lahir, tetapi kelenjar ini tidak berespons terhadap peningkatan
suhu tubuh.
e. Bintik mongolia
Dapat terlihat pada semua permukaan tubuh, termasuk pada ekstremitas. Lebih sering terlihat di
punggung dan bokong.
f. Nevi
Sebagai “gigitan burung bangau” nevi telangiektasis berwarna merah muda dan mudah memutih.
Nevi ini terlihat pada kelopak mata bagian atas, hidung, bagian atas bibir, tulang oksipital bawah, dan
tengkuk.
g. Eritema toksikum
Suatu ruam sementara, eritema toksikum juga disebut eritema neonatorum atau dermatitis gigitan
kutu. Ruam diduga merupakan respons inflamasi.
7. Sistem muskuloskeletal
Resume Kasus “Post Partum + BBL”Lidya – 220110100109
Kepala bayi cukup bulan berukuran seperempat panjang tubuh. Lengan sedikit lebih panjang daripada
tungkai. Wajah relatif kecil terhadap ukuran tengkorak. Pada BBL, lutut saling berjauhan saat kaki
diluruskan dan tumit disatukan, sehingga tungkai bawah terlihat agak melengkung. Saat baru lahir, tidak
terlihat lengkungan pada telapak kaki. Ekstremitas harus simetris. Harus terdapat kuku jari tangan dan jari
kaki. Garis-garis telapak tangan sudah terlihat. Dan terlihat juga garis pada telapak kaki bayi cukup bulan.
8. Sistem neurologi
Saat ini, BBL cukup bulan dikenal dengan makhluk yang reaktif, responsif, dan hidup. Perkembangan
sensoris BBL dan kapasitas untuk melakukan interaksi sosial dan organisasi diri sangat jelas terlihat
(Fanaroff, Martin, 1992). Pertumbuhan otak setelah lahir mengikuti pola pertumbuhan cepat, yang dapat
diprediksi selama periode bayi sampai awal masa kanank-kanak. Pertumbuhan ini menjadi lebih bertahap
selama sisa dekade pertama dan minimal selama masa remaja.
9. Sistem pencernaan
Sebelum lahir, janin cukup bulan akan mulai menghisap dan menelan. Reflek gumoh dan reflek batuk
yang matang sudah terbentuk baik pada saat lair.
Kemampuan bayi baru lahir cukup bulan untuk menelan dan mencerna makanan (selain susu) masih
terbatas. Hubungan antara esofagus bawah dan lambung masih belum sempurna yang mengakibatkan
“gumoh” pada bayi baru lahir dan neonatus, kapasitas lambung masih terbatas kurang dari 30 cc untuk
bayi baru lahir cukup bulan. Kapasitas lambung ini akan bertambah secara lambat bersamaan dengan
tumbuhnya bayi baru lahir. Pengaturan makanan yang sering oleh bayi sendiri penting contohnya
memberi ASI on demand.
10. Sistem termogenik
a. Produksi panas
Mekanisme produksi panas dengan cara menggigil jarang terjadi pada bayi baru lahir. Termogenesis
tanpa menggigil dapat dicapai, terutama akibat adanya lemak coklat yang unik pada bayi baru lahir
(blackburn, loper, 1992 ; fanaroff, martin, 1992).
b. Pengaturan suhu
Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuhnya, sehingga akan mengalami stress dengan adanya
perubahan lingkungan dari dalam rahim ibu ke lingkungan luar yang suhunya lebih tinggi. Suhu
dingin ini menyebabkan air ketuban menguap lewat kulit, pada lingkungan yang dingin ,
pembentukan suhu tanpa mekanisme menggigil merupakan usaha utama seorang bayi untuk
mendapatkan kembali panas tubuhnya. Pembentukan suhu tanpa menggigil ini merupakan hasil
penggunaan lemak coklat untuk produksi panas. Timbunan lemak coklat terdapat di seluruh tubuh dan
mampu meningkatkan panas tubuh sampai 100%. Untuk membakar lemak coklat, sering bayi harus
menggunakan glukosa guna mendapatkan energi yang akan mengubah lemak menjadi panas. Lemak
coklat tidak dapat diproduksi ulang oleh seorang BBL. Cadangan lemak coklat ini akan habis dalam
waktu singkat dengan adanya stress dingin. Semakin lama usia kehamilan semakin banyak persediaan
lemak coklat bayi. Jika seorang bayi kedinginan, dia akan mulai mengalami hipoglikemia, hipoksia
Resume Kasus “Post Partum + BBL”Lidya – 220110100109
dan asidosis.Sehingga upaya pncegahan kehilangan panas merupakan prioritas utama dan bidan
berkewajiban untuk meminimalkan kehilangan panas pada BBL.
c. Stres dingin
Menimbulkan msalah fisiologis dan metabolisme pada semua BBL, tanpa memandang usia kehamilan
dan kondisi lain. Kecepatan pernapasan meningkat sebagai respons terhadap kebutuhan oksigen
ketika konsumsi oksigen meningkat secara bermakna pada stres dingin. Konsumsi oksigen dan energi
pada BBL yang mengalami stres dingin dialihkan dari fungsi untuk mempertahankan pertumbuhan,
fungsi sel otak, dan fungsi jantung normal menjadi fungsi termogenesis agar bayi dapat tetap hidup.
11. Sistem imun / kekebalan
Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang, sehingga menyebabkan neonatus rentan terhadap
berbagai infeksi dan alergi. Sistem imunitas yang matang akan memberikan kekebalan alami maupun
yang di dapat. Kekebalan alami terdiri dari struktur pertahana tubuh yang mencegah atau meminimalkan
infeksi. Berikut beberapa contoh kekebalan alami:
a. perlindungan oleh kulit membran mukosa
b. fungsi saringan saluran napas
c. pembentukan koloni mikroba oleh klit dan usus
d. perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung
Kekebalan alami juga disediakan pada tingkat sel yaitu oleh sel darah yang membantu BBL membunuh
mikroorganisme asing. Tetapi pada BBL se-sel darah ini masih belum matang, artinya BBL tersebut
belum mampu melokalisasi dan memerangi infeksi secara efisien.
Kekebalan yang didapat akan muncul kemudian. BBL dengan kekebalan pasif mengandung banyak virus
dalam tubuh ibunya. Reaksi antibodi keseluruhan terhadap antigen asing masih belum dapat dilakukan
sampai awal kehidupa anak. Salah satu tugas utama selama masa bayi dan balita adalah pembentukan
sistem kekebalan tubuh.
Defisiensi kekebalan alami bayi menyebabkan bayi rentan sekali terjadi infeksi dan reaksi bayi terhadap
infeksi masih lemah. Oleh karena itu, pencegahan terhadap mikroba (seperti pada praktek persalinan yang
aman dan menyusui ASI dini terutama kolostrum) dan deteksi dini serta pengobatan dini infeksi menjadi
sangat penting.
D. Penatalaksanaan bayi baru lahir
1. Suhu
Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuhnya, sehingga akan mengalami stress dengan adanya
perubahan lingkungan dari dalam rahim ibu ke lingkungan luar yang suhunya lebih tinggi. Suhu dingin ini
menyebabkan air ketuban menguap lewat kulit, pada lingkungan yang dingin , pembentukan suhu tanpa
mekanisme menggigil merupakan usaha utama seorang bayi untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya.
Jika seorang bayi kedinginan, dia akan mulai mengalami hipoglikemia, hipoksia dan asidosis.Sehingga
upaya pncegahan kehilangan panas merupakan prioritas utama dan bidan berkewajiban untuk
meminimalkan kehilangan panas pada BBL.
Resume Kasus “Post Partum + BBL”Lidya – 220110100109
2. Suplai oksigen
Dukungan panas (pemaparan pada stres dingin meningkatkan kebutuhan oksigen)
Bayi normal akan menangis spontan segera setelah lahir, apabila bayi tidak langsung menangis penolong
segera membersihkan jalan nafas dengan cara sebagai berikut :
a. Letakkan bayi pada posisi terlentang di tempat yang keras dan hangat.
b. Gulung sepotong kain dan letakkan di bawah bahu sehingga leher bayi lebih lurus dan kepala tidak
menekuk.
c. Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokan dengan tangan yang dibungkus kasa steril.
d. Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2 – 2 kali atau gosok kaki bayi dengan kain.
Menilai APGAR
Bersamaan dengan proses pengisapan, dilakukan juga tes Apgar. Penilaian dilakukan
berdasar keadaan frekuensi denyut jantung, pernapasan, warna kulit, refleks, dan
tonus otot. "Nilai Apgar diambil pada menit pertama dan menit kelima setelah tali
pusat dipotong." Pada menit pertama, nilai Apgar berfungsi untuk menentukan
perlu-tidaknya tindakan resusitasi yang lebih aktif, sedangkan pada menit kelima
untuk menilai bagaimana prediksi masalah yang akan ada selanjutnya.
Bila interpretasi nilainya antara 7-10, masuk kategori normal, 4-6 dianggap medium
atau sedang, dan di bawah 4, masuk kategori berat. Jika keadaannya baik, bayi
dibersihkan wajahnya lalu ditunjukkan sebentar pada sang ibu dan kemudian dibawa lagi untuk perawatan
selanjutnya. Penilaian secara APGAR :
No TandaAngka penilaian
0 1 2
1. Bunyi jantung Tidak ada Lambat <100x/ menit >100x/menit
2. Usaha bernafas Tidak ada Tidak teratur Menangis kuat
3. Tonus otot Lemas Fleksi ekstermitas Gerakan aktif
4. Reflek Tidak ada Menangis lemah menyeringai Menangis kuat
5. Warna Biru/pucat Badan kemerahan, ekstremitas
biru
Seluruh badan
kemerahan
APGAR dilakukan setelah 1-5 menit
Angka 0 menandakan anak dalam keadaan bahaya
Angka kurang dari 5 memerlukan pertolongan berupa tindakan-tindakan tertentu
Angka 7-10 berarti keadaan bayi baik
3. Profilaksis mata
Resume Kasus “Post Partum + BBL”Lidya – 220110100109
Salep mata eritromisin atau tetrakain diteteskan ke dalam konjungtiva bawah pada setiap mata dalam dua
jam setelah lahir untuk mencegah optalmia neonatorum, suatu infeksi yang disebabkan oleh Neisseria
gonnorhoeae, dan konjungtivitis inklusi, suatu infeksi disebabkan oleh Chlamydia trachomatis. Bayi dapat
terpapar pada bakteri ini ketika melewati saluran vagina.
Salep mata berisi antibiotik cukup penting diberikan untuk menghindari terinfeksi dari jalan lahir.
4. Imunisasi
Setelah lahir, tubuh bayi belum punya daya tahan yang cukup untuk menangkal berbagai penyakit, selain
antibodi bawaan yang diberikan ibu sejak dalam kandungan. Dengan imunisasi, tubuh bayi disiapkan
mengenali beberapa penyakit tertentu yang mungkin mengancamnya. Ada 5 macam imunisasi yang wajib
untuk bayi kita, yaitu BCG, Polio, DPT, Hepatitis B dan Campak.
Resume Kasus “Post Partum + BBL”Lidya – 220110100109
REFLEKS MENIMBULKAN
REFLEKS
RESPON YANG
KHAS
KETERANGAN
Mengisap dan
membuka mulut
(rooting)
Sentuh bibir, pipi,
atau sudut mulut
dengan puting
Bayi menoleh ke arah
stimulus, membuka
mulutnya, memasukkan
puting dan mengisap
-Sulit atau tidak mungkin
menghasilkan reflex ini jika
bayi telah diberi minum ; jika
lemah atau tidak ada ,
pertimbangkan adanya
prematuritas atau kelainan
neurologis
-Bimbingan orang tua
-Hindari mengarahkan kepala ke
payudara atau putting, biarkan
bayi membuka mulutnya
-Hilang setelah 3 atau 4, tetapi
dapat menetap sampai usia 1
tahun
Menelan Beri bayi minum;
menelan biasanya
menyertai
mengisap dan
mendapat cairan
Menelan biasanya diatur
oleh mengisap dan
biasanya terjadi tanpa
tersedak, batuk, atau
muntah
-Jika lemah atau tidak ada, dapat
menunjukkan prematuritas atau
defek neurologis
-Mengisap dan menelan sering
tidak terkoordinasi pada bayi
premature
Menggenggam
- Telapak
tangan
- Telapak
kaki
Tempatkan jari
pada telapak tangan
Tempatkan jari
pada pangkal jari
kaki
- Jari-jari bayi
menggenggam jari-
jari pemeriksa;
- jari-jari kaki menekuk
ke bawah
-Respon telapak tangan menurun
pada usia 3-4 bulan
-Respon telapak kaki berkurang
pada usia 8 bulan
Menjulurkan
lidah
Sentuh atau tekan
ujung lidah
BBL akan menjulurkan
lidah keluar
Hilang sekitar usia 4 bulan
Glabellar
(Myerson’s)
Ketuk dahi, batang
hidung, atau
maksila BBL yang
matanya sedang
terbuka
BBL akan mengejapkan
mata pada 4-5 ketukan
pertama
Kedipan yang terus menerus pada
ketukan berulang menunjukkan
adanya gangguan ekstrapiramidal
Leher tonik atau
fencing
Pada bayi jatuh
tertidur, atau bayi
pada keadaan tidur
dengan cepat
kepala berputar ke
arak satu sisi
Jika bayi menghadap ke
sisi kiri, lenan dan kaki
pada sisi itu akan lurus;
sedangkan lengan dan
tungkainya akan berada
pada posisi fleksi (putar
kepala ke arah kanan
dan ekstremitas akan
mengambil pada postur
yang berlawanan.
Respon pada tungkai lebih
konisten. Respon lengkap akan
menghilang pada usia tiga sampai
empat bulan; respon sebagian
mungkin masih terlihat sampai
usia tiga atau empat tahun.
Resume Kasus “Post Partum + BBL”Lidya – 220110100109
ASUHAN KEPERAWATAN POSTNATAL
A. PENGKAJIAN
1. Biodata
Nama : Ny A
Umur : 20 tahun
Pendidikan : -
2. Keluhan utama : klien mengeluh nyeri pada perineum, klien merasa takut jahitannya akan terbuka (lepas)
jika mau berkemih.
3. Riwayat kesehatan sekarang : sampai saat ini setelah 4 jam melahirkan belum berani berkemih. Merasa
senang dengan kelahiran anak pertama ini, namun bingung karena belum tahu cara merawat bayi dan cara
menurunkan berat badan namun tetap ingin bisa menyusui.
4. Riwayat haid : -
5. Riwayat perkawinan : -
6. Riwayat kehamilan : -
7. Riwayat persalinan masa lalu : -
8. Riwayat persalinan saat ini : P1A0 hari 1 postpartum
9. Riwayat penyakit dahulu : -
10. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : baik
Resume Kasus “Post Partum + BBL”Lidya – 220110100109
b. Tingkat kesadaran : compos mentis
c. Tanda-tanda vital
a) Tekanan darah : 110/70 mmHg
b) Nadi : 84x/menit
c) RR : 20x/menit
d) BB : 65 kg
e) Tinggi badan : 156 cm
d. Payudara : simetris kanan kiri
e. Hiperpigmentasi : pada areola mammae
f. Pengeluaran kolostrum : (+)
g. Puting : inverted
h. TFU : 1 jari dibawah pusat
i. Uterus : tidak teraba
j. Kontraksi : (-)
k. Diastasis rektus abdominalis : 2 jari
l. Lochea rubra : ada
m. Jahitan
n. Ruptur perineum : grade 2
o. Ektremitas :
a) Edema -/-
b) Varises -/-
c) Reflek patela +/+
d) Homan sign -/-
11. Pengkajian terhadap bayi :
a. APGAR :9
b. Reflek : (+) (rooting, sucking, moro)
12. Pemeriksaan laboratorium
a. Darah : Hemoglobin dan Hematokrit 12-24 jam post partum (jika Hb < 10 g% dibutuhkan suplemen
FE), eritrosit, leukosit, Trombosit
13. Pemeriksaan penunjang : -
B. ANALISA DATA
DATA ETIOLOGI MASALAH
DO :
DS : klien mengeluh nyeri
pada perineum
Proses persalinan → terjadi
proses invulotio → kontraksi
uterus → nyeri
Robekan jalan lahir →
terputusnya kontinuitas
Nyeri
Resume Kasus “Post Partum + BBL”Lidya – 220110100109
jaringan → jaringan
melepaskan zat-zat bradikinin
dan histamin → merangsang
syaraf perifer → dihantarkan
melalui spinal cord menuju
hipothalamus → korteks
cerebri → nyeri di perspsikan
→ nyeri
DO :
DS : merasa bingung juga
karena belum tahu cara
merawat bayi dan cara
menurunkan berat badan
Proses persalinan → bingung
belum tahu cara merawat bayi
→ kurang pengetahuan
kurang pengetahuan
DO :
DS : nyeri pada perineum
Proses persalinan → jahitan
pada perineum → kesulitan
BAK → Perubahan pola
eleminasi BAK (disuria)
Perubahan pola eleminasi
BAK
DO : lochea rubra
DS : nyeri pada perineum
Proses persalinan →
perlukaan jalan lahir →
merupakan media
berkembangbiaknya kuman
pathogen → resiko infeksi
Resiko infeksi
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan perlukaan jalan lahir ditandai dengan klien mengeluh nyeri pada perineum
2. Kurang pengetahuan berhubungan dengan adaptasi postpartum ditandai dengan klien merasa bingung
karena belum tahu cara merawat bayi dan cara menurunkan berat badan
3. Perubahan pola eleminasi BAK (disuria) b/d trauma perineum dan saluran kemih dan ansietas.
4. Risiko infeksi berhubungan dengan perlukaan jalan lahir ditandai dengan lochea rubra dan nyeri pada
perineum
D. INTERVENSI
Diagnosa
keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional
Nyeri
berhubungan
dengan
perlukaan jalan
Nyeri berkurang
atau hilang dengan
kriteria hasil :
1.Klien tidak
1.Observasi tingkat
lokasi dan sifat nyeri
2.Observasi keadaan luka
1. Agar dapat mengidentifikasi
kebutuhan perawatan dan
pemberian askep yang tepat
2. Dapat menunjukan adanya
Resume Kasus “Post Partum + BBL”Lidya – 220110100109
lahir ditandai
dengan klien
mengeluh
nyeri pada
perineum
mengeluh nyeri
2.Ekspresi wajah
cerah
3.TTV dalam batas
normal
perineum
3.Observasi TTV
4.Anjurkan klien teknik
relaksasi napas dalam
5.Anjurkan untuk duduk
dengan otot gluteal
terkontraksi
6.Beri kompres
panas/hangat (rendam
duduk antara 38°C
sampai dengan 42°C
selama 20 menit ,
setelah 24 jam
pertama)
7.Berikan posisi yang
nyaman sesuai
keinginan klien
8.Jelaskan penyebab
terjadi nyeri
9.Berikan analgesik
sesuai indikasi
trauma berlebihan/komplikasi
yang memerlukan intervensi
lebih lanjut
3. Perubahan tanda vital
menunjukan terjadinya
rangsangan nyeri
4. Napas dalam dapat
melancarkan suplai O2 ke
jaringan sehingga terjadi
relaksasi di jaringan obat yang
dapat menyebabkan nyeri
berkurang
5. Dapat mengurangi tekanan
langsung pada perineum
6. Meningkatkan sirkulasi pada
perineum, meningkatkan
oksigenasi dan nutrisi pada
jaringan menurunkan edema
dan meningkatkan
penyembuhan
7. Posisi nyaman sesuai
keinginan klien dapat
memperringan nyeri
8. Dengan mengetahui penyebab
nyeri klien dapat beradaptasi
9. Untuk mengurangi rasa nyeri
dengan memblok impuls nyeri
Kurang
pengetahuan
berhubungan
dengan
adaptasi
postpartum
ditandai
dengan klien
merasa
Klien dapat
mengerti tentang
cara merawat bayi
dan menurunkan
berat badan
1.Kaji tingkat
pengetahuan klien
tentang merawat bayi
2.Beritahu klien tentang
cara-cara merawat bayi
3.Anjurkan klien
berbaring tengkurap
dengan bantal dibawah
1. Dapat mengetahui dan
memudahkan dalam
pemberian intervensi
selanjutnya.
2. Agar klien dapat mengerti
cara-cara merawat bayi yang
benar dan nyaman
3. Periode postpartum dapat
merupakan pengalaman
Resume Kasus “Post Partum + BBL”Lidya – 220110100109
bingung karena
belum tahu
cara merawat
bayi dan cara
menurunkan
berat badan
abdomen dan klien
melakukan teknik
visualisasi atau
aktivitas pengalihan.
4.Kaji kesiapan klien dan
motivasi untuk belajar
5.Berikan penyuluhan
mengenai perawatan
tali pusat dan
memandikan bayi.
positif bila penyuluhan yang
tepat diberikan
4. Membantu menstandarisasi
informasi yang diterima orang
tua dari perawat dan
menurunkan kebinggungan
klien
5. Ibu yang baru pertama kali
melahirkan akan kurang sekali
pengetahuannya mengenai
cara perawatan bayi dan akan
takut dalam merawat bayinya
sendiri.
Perubahan pola
eleminasi BAK
(disuria) b/d
trauma
perineum dan
saluran kemih
dan ansietas.
Pola eleminasi
(BAK) pasien
teratur.
Kriteria hasil:
eleminasi BAK
lancar, disuria
tidak ada, bladder
kosong, keluhan
kencing tidak ada.
1. Instruksikan klien
untuk jangan merasa
takutdan tetap
berkemih bila terasa
rangsangan berkemih
2. Berikan penjelsan
mengenai haluaran
urine normal dan
gejala postpartum
3. Anjurkan pasien
melakukan ambulasi
dini.
4. Anjurkan pasien
untuk membasahi
perineum dengan air
hangat sebelum
berkemih.
5. Anjurkan pasien
untuk berkemih
secara teratur.
6. Anjurkan pasien
1. Mencegah stasis urine
2. Mengurangi ansietas klien
3. Ambulasi dini memberikan
rangsangan untuk pengeluaran
urine dan pengosongan
bladder.
4. Membasahi bladder dengan air
hangat dapat mengurangi
ketegangan akibat adanya luka
pada bladder.
5. Menerapkan pola berkemih
secara teratur akan melatih
pengosongan bladder secara
teratur.
6. Minum banyak mempercepat
Resume Kasus “Post Partum + BBL”Lidya – 220110100109
untuk minum 2500-
3000 ml/24 jam.
7. Kolaborasi untuk
melakukan
kateterisasi bila
pasien kesulitan
berkemih.
filtrasi pada glomerolus dan
mempercepat pengeluaran
urine.
7. Kateterisasi memabnatu
pengeluaran urine untuk
mencegah stasis urine.
Risiko infeksi
berhubungan
dengan
perlukaan jalan
lahir ditandai
dengan lochea
rubra dan nyeri
pada perineum
Infeksi tidak terjadi
dengan kriteria
hasil :
1. Luka
tampak
kering
2. Tanda vital
dalam
batas
normal
3. Tidak ada
tanda-
tanda
infeksi
(rubor,
dolor,
color,
fungsilesia
, vital sign)
1. Observasi tanda-tanda
infeksi
2. Ukur dan observasi
TTV
3. Lakukan vulva
hygiene
4. Bekerja dengan teknik
septik dan antiseptik
5. Kompres luka hecting
dengan bethadine
6. Beritahu klien untuk
menjaga personal
hygiene
7. Pemberian antibiotik
1. Untuk mengetahui tanda gejala
awal terjadinya infeksi
2. Perubahan tanda vital dijadikan
indikator adanya proses
peradangan
3. Vulva yang kotor dan lembab
dapat dijadikan tempat
berkembangbiaknya kuman
4. Bethadine membunuh kuman
dan mempercepat proses
penyembuhan
5. Untuk mencegah
terkontaminasinya kuman pada
klien
6. Untuk mempercepat proses
penyembuhan luka atau
mencegah infeksi
7. Dapat menghambat
pembentukan dinding sel
bakteri dan membunuh kuman
patogen
Daftar Pustaka
Bobak, Lowdermilk, Jensen.2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4. EGC:Jakarta
Carpenito, Lynda. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC.
Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat.Manajemen Laktasi.Depkes RI Jakarta :2005
Doenges, Marilynn E. 2001. Rencana Perawatan Maternal/Bayi : Pedoman untuk Perencanaan dan Dokumentasi
Perawatan Klien, Edisi 2. Jakarta : EGC.
Ladewig.W.Patricia. 2006. Buku Saku asuhan Keperawatan Ibu-Bayi Baru Lahir. Edisi 5. Jakarta : EGC