Resume Postpartum

38
Resume Kasus “Post Partum + BBL” Lidya – 220110100109 Ny. A, 20 tahun P1Ao hari ke 1 postpartum, klien mengeluh nyeri pada perineum, klien merasa takut jahitannya akan terbuka (lepas) jika mau berkemih. Sampai saat ini setelah 4 jam melahirkan belum berani berkemih. Merasa senang dengan kelahiran anak pertama ini, namun merasa bingung juga karena belum tahu cara merawat bayi dan cara menurunkan berat badan namun tetap ingin bisa menyusui. Hasil pemeriksaan fisik : keadaan umum baik, tingkat kesadaran compos mentis, tanda-tanda vital : tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 84 kali/menit, RR 20 kali/menit, berat badan 65 kg, tinggi badan 156 cm. Payudara : payudara simetris kanan dan kiri, putting inverted, hiperpigmentasi pada aerola mammae, pengeluaran kolostrum (+). TFU 1 jari di bawah pusat, kontraksi (-), diastasis rektus abdominalis 2 jari, lochea rubra, 1 pembalut penuh setelah 4 jam, jahitan, ruptur perineum grade 2, ektremitas : edema -/-, varises -/-, refleks patela +/+, homan sign -/-. Pengkajian terhadap bayi : laki-laki BB 3200 gr, panjang badan 50 cm, APGAR 9, reflek (+) (rooting,sucking,moro), dari hasil pemeriksaan maturitas bayi usia kehamilan 38 minggu. Nenek bayi mengoleskan madu dibibir bayi dengan keyakinan bayi kelak akan pandai berbicara dan disukai bila di olesi madu. KONSEP A. Definisi Periode pascapartum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ- organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil. B. Adaptasi anatomi dan fisiologi pada periode postnatal 1. Sistem reproduksi dan struktur terkait a. Uterus a) Proses involusi Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah melahirkan disebut involusi. Dalam beberapa hari kemudian, perubahan involusi berlangsung dengan cepat. Fundus turun kira- kira 1-2 cm setiap 24 jam. b) Kontraksi

Transcript of Resume Postpartum

Page 1: Resume Postpartum

Resume Kasus “Post Partum + BBL”Lidya – 220110100109

Ny. A, 20 tahun P1Ao hari ke 1 postpartum, klien mengeluh nyeri pada perineum, klien merasa takut

jahitannya akan terbuka (lepas) jika mau berkemih. Sampai saat ini setelah 4 jam melahirkan belum berani berkemih.

Merasa senang dengan kelahiran anak pertama ini, namun merasa bingung juga karena belum tahu cara merawat bayi

dan cara menurunkan berat badan namun tetap ingin bisa menyusui. Hasil pemeriksaan fisik : keadaan umum baik,

tingkat kesadaran compos mentis, tanda-tanda vital : tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 84 kali/menit, RR 20

kali/menit, berat badan 65 kg, tinggi badan 156 cm. Payudara : payudara simetris kanan dan kiri, putting inverted,

hiperpigmentasi pada aerola mammae, pengeluaran kolostrum (+). TFU 1 jari di bawah pusat, kontraksi (-), diastasis

rektus abdominalis 2 jari, lochea rubra, 1 pembalut penuh setelah 4 jam, jahitan, ruptur perineum grade 2, ektremitas :

edema -/-, varises -/-, refleks patela +/+, homan sign -/-.

Pengkajian terhadap bayi : laki-laki BB 3200 gr, panjang badan 50 cm, APGAR 9, reflek (+)

(rooting,sucking,moro), dari hasil pemeriksaan maturitas bayi usia kehamilan 38 minggu. Nenek bayi mengoleskan

madu dibibir bayi dengan keyakinan bayi kelak akan pandai berbicara dan disukai bila di olesi madu.

KONSEP

A. Definisi

Periode pascapartum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi kembali ke

keadaan normal sebelum hamil.

B. Adaptasi anatomi dan fisiologi pada periode postnatal

1. Sistem reproduksi dan struktur terkait

a. Uterus

a) Proses involusi

Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah melahirkan disebut involusi.

Dalam beberapa hari kemudian, perubahan involusi berlangsung dengan cepat. Fundus turun

kira-kira 1-2 cm setiap 24 jam.

b) Kontraksi

Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi lahir, diduga terjadi

sebagai respons terhadap penurunan volume intrauterin yang sangat besar. Karena penting

sekali untuk mempertahankan kontraksi uterus, biasanya diberi suntikan oksitosin secara IV /

IM diberikan segera setelah plasenta lahir.

c) Tempat plasenta

Segera setelah plasenta dan ketuban dikeluarkan, konstriksi vaskular dan trombosis

menurunkan tempat plasenta ke suatu area yang meninggi dan bernodul tidak teratur.

Regenerasi endomentrium selesai pada akhir minggu ketiga masa pascapartum, kecuali pada

bekas tempat plasenta.

b. Serviks

Serviks menjadi lunak segera setelah ibu melahirkan. Delapan belas jam pascapartum , serviks

memendek dan konsistensinya menjadi lebih padat dan kembali ke bentuk semula.

Page 2: Resume Postpartum

Resume Kasus “Post Partum + BBL”Lidya – 220110100109

c. Vagina dan Perineum

Estrogen pascapartum yang menurun berperan dalam penipisan mukosa vagina dan hilangnya rugae.

Vagina yang semula sangat berperan teregang akan kembali secara berahap ke ukuran sebelum

hamil, enam sampai 8 minggu setelah bayi lahir.

d. Abdomen

Hari pertama setelah melahirkan, abdomennya akan menjadi menonjol dan membuat wanita tersebut

tampak seperti masih hamil. Dalam dua minggu setelah melahirkan, dinding abdomen wanita akan

rileks. Diperlukan sekitar enam minggu untuk dinding abdomen kembali ke keadaan sebelum hamil.

Kulit memperoleh kembali elastisitasnya, tetapi sejumlah kecil striae menetap. Pada keadaan

tertentu, dengan atau tanpa ketegangan yang berlebihan, seperti bayi besar atau hamil kembar, otot-

otot dinding abdomen memisah, suatu keadaan yang dinamai diastasis rekti abdominalis.

2. Sistem endokrin

a. Hormon plasenta

Selama periode pascapartum, terjadi perubahan hormon yang besar. Pengeluaran plasenta

menyebabkan penurunan signifikan hormon-hormon yang diproduksi oleh organ tersebut. Penurunan

hormon (human placental lactogen (hPL)), estrogen, dan kortisol, serta plasental enzyme insulinase

membalik efek diabetogenik kehamilan, sehingga kadar gula darah menurun secara yang bermakna

pada masa puerperium. Kadar estrogen dan progesteron menurun secara mencolok setelah plasenta

keluar, kadar terendahnya dicapai kira-kira satu minggu pascapartum. Penurunan estrogen berkaitan

dengan pembengkakan payudara dan diuresis cairan ekstraselular berlebih yang terakumulasi selama

masa hamil.

b. Hormon hipofisis dan fungsi ovarium

Waktu dimulainya ovulasi dan menstruasi pada wanita menyusui dan tidak menyusui berbeda.

Ovarium tidak berespons terhadap stimulasi FSH ketika kadar prolaktin meningkat (Bowes, 1991).

Kadar prolaktin meningkat secara progresif sepanjang masa hamil. Pada wanita menyusui, kadar

prolaktin tetap meningkat sampai minggu keenam setelah melahirkan (Bowes, 1991). Kadar prolaktin

serum dipengaruhi oleh kekerapan menyusui, lama setiap kali menyusui, dan banyak makanan

tambahan yang diberikan. Cairan menstruasi pertama setelah melahirkan biasanya lebih banyak

daripada normal. Dalam tiga sampai empat siklus, jumlah cairan menstruasi wanita kembali seperti

sebelum hamil.

3. Sistem kardiovaskular

a. Volume darah

Perubahan volume darah tergantung pada beberapa faktor, misalnya kehilangan darah selama

melahirkan dan mobilisasi serta pengeluaran cairan ekstravaskuler (edema fisiologis). Kehilangan

darah merupakan akibat penurunan volume darah total yang cepat, tetapi terbatas.

b. Curah jantung

Denyut jantung, volume sukuncup, dan curah jantung meningkat sepanjang masa hamil. Segera

setelah wanita melahirkan, keadaan ini akan meningkat bahkan lebih tinggi selama 30 sampai 60

Page 3: Resume Postpartum

Resume Kasus “Post Partum + BBL”Lidya – 220110100109

menit karena darah yang biasanya melintasi sirkuit uteroplassenta tiba-tiba kembali ke sirkulasi

umum. Nilai ini meningkat pada semua jenis kelahiran atau semua pemakaian konduksi anestesia

(bowes, 1991).

c. Tanda-tanda vital

Peningkatan kecil sementara, baik peningkatan tekanan darah sistol maupun diastol dapat timbul dan

berlangsung selama sekitar empat hari setelah wanita melahirkan dan kembali ke fungsi saat wanita

tidak hamil pada bulan keenam setelah wanita melahirkan.

d. Komponen darah

a) Hematrokit dan hemoglobin

Selama 72 jam pertama setelah bayi lahir, volume plasma yang hilang lebih besar daripada sel

darah yang hilang. Penurunan volume plasma dan peningkatan sel darah merah dikaitkan dengan

peningkatan hematokrit pada hari ketiga sampai hari ketujuh pascapartum. (bowes, 1991).

b) Hitung sel darah putih

Leukositosis normal pada kehamilan rata-rata sekitar 12.000/mm3. Selama 10 sampai 12 hari

pertama setelah bayi lahir, nilai leukosit antara 20.000 dan 25.000/mm3 merupakan hal yang

umum. Neutrofil merupakan sel darah putih yang paling banyak.

c) Faktor koagulasi

Faktor-faktor pembekuan dan fibrinogen biasanya meningkat selama masa hamil dan tetap

meningkat pada awal puerperium.

4. Sistem neurologi

Perubahan neurologi selama puerperium merupakan kebalikan adaptasi neurologis yang terjadi saat

wanita hamil dan disebabkan trauma yang dialami wanita saat bersalin dan melahirkan. Rasa baal dan

kesemutan periodik pada jari yang dialami 5% wanita hamil biasanya hilang setelah anak lahir, kecuali

jika mengangkat dan memindahkan bayi memperburuk keadaan. Nyeri kepala pascapartum bisa

disebabkan berbagai keadaan, termasuk hipertensi akibat kehamilan, stress. Lama nyeri kepala bervariasi

dari satu sampai tiga hari sampai beberapa minggu, tergantung pada penyebab dan efektivitas pengobatan.

5. Sistem integument

Kloasma yang muncul pada masa hamil biasanya menghilang saat kehamilan berakhir. Hiperpigmentasi

di aerola dan linea nigra tidak menghilang seluruhnya setelah bayi lahir. Kelainan pembuluh darah seperti

spider angioma (nevi), eritema palmar, dan epulis biasanya berkurang sebagai respons terhadap penurunan

kadar estrogen setelah kehamilan berakhir. Pada beberapa wanita spider nevi menetap. Rambut halus yang

tumbuh dengan lebat pada waktu hamil biasanya akan meghilang setelah wanita melahirkan, tetapi rambut

kasar yang timbul biasanya akan menetap. Diaforesis ialah perubahan yang paling jelas terlihat pada

sistem integumen.

6. Sistem imun/kekebalan

Kebutuhan ibu untuk mendapat vaksinasi rubela atau untuk mencegah isoimunisasi Rh ditetapkan.

Page 4: Resume Postpartum

Resume Kasus “Post Partum + BBL”Lidya – 220110100109

C. Dinamika keluarga setelah anak lahir

1. Adaptasi psikologis

a. Penyesuaian maternal

a) Fase dependen

Selama satu sampai dua hari pertama setelah melahirkan, ketergantungan ibu menonjol. Rubin

(1961) menetapkan periode beberapa hari ini sebagai fase menerima (taking-in phase), suatu

waktu di mana ibu baru memerlukan perlindungan dan perawatan. Fase dependen adalah suatu

waktu yang penuh kegembiraan dan kebanyakan orangtua sangat suka mengkomunikasikannya.

b) Fase dependen-mandiri

Dalam fase dependen-mandiri ibu, secara bergantian muncul kebutuhan untuk mendapatkan

perawatan dan penerimaan dari orang lain dan keinginan untuk bisa melakukan segala sesuatu

secara mandiri. Rubin (1961) menjelaskan keadaan ini sebagai taking-hold phase, yang

berlangsung kira-kira 10 hari. Dalam 6-8 minggu setelah melahirkan, kemampuan ibu untuk

menguasai tugas-tugas sebagai orangtua merupakan hal yang penting.

c) Fase interdependen

Pada fase ini perilaku interdependen muncul, ibu dan keluarganya bergerak maju sebagai suatu

sistem dengan para anggota saling berinteraksi. Tuntutan utama ialah menciptakan suatu gaya

hidup yang melibatkan anak, tetapi dalam beberapa hal, tidak melibatkan anak. Pasangan ini harus

berbagi kesenangan yang bersifat dewasa. Fase interdependen (letting go phase) merupakan fase

yang penuh stres bagi orang tua. Kesenangan dan kebutuhan sering terbagi dalam masa ini. Pria

dan wanita harus menyelesaikan efek dari perannya masing-masing dalam hal mengasuh anak,

mengatur rumah, dan membina karier.

b. Penyesuaian paternal

Keluarga berada dalam konteks sistem keluarga. Ayah menunjukan keterlibatan yang dalam dengan

bayi mereka. (greenberg dan morris, 1976) menyebut absorpsi, keasyikan, dan kesenangan ayah

dengan bayinya sebagai engrossment. Keinginan ayah untuk menemukan hal-hal yang unik maupun

yang sama dengan dirinya merupakan karakteristik lain yang berkaitan dengan kebutuhan ayah untuk

merasakan bahwa bayi ini adalah miliknya. Respons yang jelas ialah, adanya daya tarik yang kuat dari

bayi yang baru lahir. Henderson dan brouse (1991) tahap pertama meliputi pengalaman prakonsepsi,

yakni akan seperti apa rasanya jika mereka membawa bayi pulang ke rumah. Tahap kedua yakni

realitas yang tidak menyenangkan tentang menjadi ayah baru. Intervensi yang meningkatkan rasa

kompeten dan rasa percaya diri akan membantu para ayah dalam masa transisi yang sulit (henderson,

brouse, 1991).

c. Penyesuaian bayi-orangtua

Bayi yang baru lahir berpartisipasi aktif dalam membentuk reaksi orangtuanya terhadap mereka

Interaksi orangtua-bayi ditandai oleh “suatu rangkaian irama, repertoar prilaku, dan pola tanggung

jawab (field,1978).

Page 5: Resume Postpartum

Resume Kasus “Post Partum + BBL”Lidya – 220110100109

a) Ritme

Untuk mengatur ritme, baik orangtua maupun bayi harus mampu untuk saling berinteraksi.

Karena itu bayi harus berada dalam keadaan sadar penuh, suatu keadaan tidur-bangun yang paling

sulit dipertahankan. Ibu multipara menunjukan rasa sensitif dan mampu memberi respons dengan

sangat baik terhadap ritme makan bayinya. Ibu yang sensitif terhadap ritme makan memberi

kesempatan kepada bayinya untuk berhenti mengisap.

b) Repertoar

Repertoar bayi meliputi prilaku memandang, bersuara, dan ekspresi wajah. Bayi mampu fokus

dan mengikuti wajah manusia sejak lahir. Bayi juga mampu mengubah arah pandangnya.

Kemampuan ini dinkontrol secara volunter.

c) Respons

Kesatuan respons adalah respons yang terjadi pada waktu tertentu dan bentuknya sama dengan

perilaki stimulus. Orang dewasa melihat perilaku bayi seperti tersenyum, bersuara dan melakukan

kontak mata, biasanya dalam posisi bertatapan (en face).

d. Penyesuaian kakek dan nenek

Jumlah keterlibatan kakak dan nenek dalam merawat bayi baru lahir tergantung pada banyak factor

misalnya keinginan kakek-nenek untuk terlibat, kedekatan hubungan kakek-dan nenek dan peran 

kakek dan nenek dalam konteks budaya dan etnik yang bersangkutan (grosso,dkk:1981). Nenek dari

ibu ialah model yang penting dalam praktik perawatan bayi (rubin,1975). Ia bertindak sebagai sumber

pengetahuan dan sebagai individu pendukung.

e. Faktor yang mempengaruhi respons orangtua

a) Usia maternal lebih dari 35 tahun

b) Jaringan sosial

c) Budaya

d) Kondisi sosioekonomi

e) Aspirasi personal

2. Proses menjadi orang tua

Menjadi orangtua bisa merupakan faktor pematangan dalam diri seorang wanita atau pria tanpa

memperhatikan apakah anak yang diasuh memilki hubungan biologis atau tidak. Tugas, tanggung jawab,

dan sikap yang membentuk peran menjadi orangtua dirumuskan oleh Steele dan Pollack (1968) sebagai

fungsi menjadi ibu. Ini merupakan proses orang dewasa (pribadi yang matang, penyayang, mampu dan

mandiri) mulai mengasuh seorang bayi (pribadi yang tidak matang, tidak berdaya, dependen). Proses ini

dibagi jadi 2 komponen :

a. Keterampilan kognitif-motorik

Komponen pertama dalam proses menjadi orangtua melibatkan aktivitas perawatan anak, seperti

memberi makan, menggendong, mengenakan pakaian, dan membersihkan/memandikan bayi,

menjaganya dari bahaya, dan memungkinkannya untuk bisa bergerak (steele and pollack, 1968).

Keterampilan kognitif-motorik tidak terlihat secara otomatis pada saat bayi lahir.

Page 6: Resume Postpartum

Resume Kasus “Post Partum + BBL”Lidya – 220110100109

b. Keterampilan kognitif-afektif

Komponen psikologis dalam menjadi orangtua, sifat keibuan atau kebapakan tampaknya berakar dari

pengalaman orangtua di masa kecil saat mengalami dan menerima kasih sayang dari ibunya.

Keterampilan kognitif-afektif menjadi orangtua ini meliputi sikap yang lembut, waspada, dan

memberi perhatian terhadap kebutuhan dan keinginan anak.

3. Perkenalan, ikatan dan kasih sayang dalam menjadi orang tua

Proses kasih sayang dimulai saat ibu hamil, semakin menguat pada awal periode pascapartum, dan begitu

terbentuk akan menjadi konstan dan konsisten. Komunikasi orangtua-anak dapat berupa: sentuhan, kontak

mata, suara, aroma.

D. Rawat gabung

Rawat gabung adalah ibu dan bayi dirawat bersama, tinggal bersama selama 24 jam, segera setelah lahir

sampai mereka pulang dari rumah sakit.

MANFAAT RAWAT GABUNG.

Rawat-gabung mempunyai beberapa keuntungan:

1. bayi tidur lebih nyenyak dan sedikit menangis;

2. sebelum proses persalinan, ibu dan bayinya telah terbiasa dengan pola tidur-bangun yang sama yang akan

terganggu bila mereka dipisahkan;

3. pemberian ASI dapat dilakukan sesegera dan selama mungkin sehingga berat badan bayi cepat bertambah;

4. memberi makan saat bayi lapar akan lebih mudah dan kualitas ASI tetap terjaga;

5. ibu menjadi lebih trampil dalam merawat bayinya;

6. ibu dapat melihat bayinya setiap saat dan tak perlu khawatir mendengar suara tangis bayi di ruang lain

(ruang perawatan bayinya);

7. bayi lebih sedikit terekspos pada kemungkinan infeksi bila dekat dengan ibunya dibandingkan bila

dirawat di ruang perawatan;

8. memulai ikatan batin antara ibu dan bayinya, walaupun pada ibu yang tidak memberikan ASI.

E. Manajemen laktasi

Manajemen laktasi adalah tata laksana yang diperlukan

untuk menunjang keberhasilan menyusui. Dalam

pelaksanaannya terutama dimulai pada masa kehamilan,

segera setelah persalinan dan pada masa menyusui

selanjutnya. (Direktorat Gizi Masyarakat, 2005). Laktasi

adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI diproduksi sampai proses bayi mengisap dan menelan

ASI. Laktasi merupakan bagian integral dari siklus reproduksi mamalia termasuk manusia. (Direktorat Gizi

Masyarakat, 2005)

Page 7: Resume Postpartum

Resume Kasus “Post Partum + BBL”Lidya – 220110100109

Fisiologi Laktasi

Pada kehamilan lima bulan lebih, kadang-kadang dari ujung putting mulai keluar cairan yang disebut

kolostrum. Sekresi cairan tersebut karena pengaruh hormone laktogen dari plasenta dan hormone prolaktin

dari kelenjar hipofise. Produksi cairan tidak berlebihan karena meski selama hamil kadar prolaktin cukup

tinggi pengaruhnya di hambat oleh estrogen.

Setelah partus, pengaruh penekanan dari estrogen dan progesterone terhadap hipofisis hilang. Timbul

pengaruh hormon - hormon hipofisis kembali, antara lain lactogenic hormone. (prolaktin) yang akan

dihasilkan pula. Mamma yang telah dipersiapkan pada masa hamil terpengaruhi, dengan akibat kelenjar-

kelenjar susu berkontraksi,sehingga pengeluaran air susu dilaksanakan. (Wiknjosastro, 2007).

Siklus laktasi

a. Laktogenesis Stadium 1 (kehamilan) : penambahan & pembesaran lobulus-alveolus

b. Laktogenesis Stadium 2 (akhir kehamilan sampai 2-3 hari postpartum ) : produksi ASI

c. Laktogenesis Stadium 3 (galaktopoeisis) : sekresi ASI

d. Involusi (berkurangnya kelenjar mamae): mulai 40 hari setelah berhenti menyusui

1. Fisiologi Laktasi

Laktasi berarti suatu proses produksi dan pengeluaran ASI membutuhkan :

a. Calon ibu : siap secara psikologis dan fisik

b. Bayi : cukup sehat untuk menyusu

c. Produksi ASI : disesuaikan dengan kebutuhan bayi volume ASI 500 – 800 ml/hari ( bayangkan  3000

ml/hr !)

2. Refleks pada proses laktasi

Proses laktasi membutuhkan beberapa refleks untuk menunjang keluarnya ASI itu sendiri

a. Refleks Prolaktin : yaitu suatu stimuli atau perangsangan  produksi ASI

membutuhkan Impuls saraf dari puting susu,   hipotalamus, hipofisis anterior, prolaktin, alveolus, dan

tentunya  ASI itu sendiri

b. Refleks aliran ( let down reflex )  yaitu sekresi atau pengeluaran AS, Impuls saraf puting

susu,hipofisisposterior, oksitosin, kontraksi otot polos supaya  ASI     keluar

3. Penghambat produksi ASI

a. Feedback inhibitor :Suatu faktor lokal, bila saluran ASI penuh mengirim impuls untuk mengurangi

produksi.

Cara mengatasi : saluran dikosongkan secara teratur (ASI eksklusif dan tanpa jadwal).

b. Stress / rasa sakit : akan menghambat atau inhibisi pengeluaran oksitosin. Misalnya pada saat Sinus

laktiferus penuh/payudara sudah bengkak

4. Mekanisme mengisap pada bayi

a. Refleks menangkap ( rooting ) : Sentuhan pada bibir, bayi membuka mulut dan menangkap puting

susu.

Page 8: Resume Postpartum

Resume Kasus “Post Partum + BBL”Lidya – 220110100109

b. Refleks mengisap : Puting dalam mulut bayi : langit-langit /palatum molle tersentuh, bayi mengisap.

Areola masuk, lidah menekan sinus laktiferus, ASI terperas keluar.

c. Refleks menelan

5. Menyusu:

a. lidah bayi “memerah” sinus laktiferus.

b. otot pipi, lidah, langit-langit, rahang bawah semua aktif.Jika bayi menyusui menggunakan Dot

c. otot yang bekerja terutama otot bibir dan pipi dan keluarnya susu tergantung kemiringan botol dan

besarnya lubang dot

d. tidak perlu hisapan kuat, sehingga hati-hati bisa tersedak.

6. Mekanisme mengisap dot dan areola:

Sangat berbeda : hal ini menyebabkan bayi mengalami kondisi yang disebut bingung puting.

7. Perbedaan komposisi air susu

Air susu setiap mamalia berbeda dan adalah “species specific”

Variasi komposisi disebabkan oleh:

a. Variasi ukuran dan bentuk fisik

b. Lama masa kehamilan

c. Kecepatan pertumbuhan

d. Frekuensi pemberian minum

e. Perbedaan tempat hidup (air, darat, kutub)

8. Manfaat Asi Bagi Bayi

Komposisi sesuai kebutuhan

a. Kolostrum

b. ASI peralihan

c. ASI matur

d. ASI prematur

a) Mudah dicerna dan diserap

b) Mengandung enzim pencernaan (maka sering merasa lapar)

c) Mengandung zat penangkal penyakit

e. Makrofag

f. Limfosit

g. Imunoglobulin

h. Laktoferin

i. faktor bifidus : Lactobacilus bifidus

a) selalu berada dalam suhu yang tepat

b) tidak menyebabkan alergi mencegah maloklusi/ kerusakan gigi

c) mengoptimalkan perkembangan

d) meningkatkan hubungan ibu dan bayi

e) menjadi orang yang percaya diri

Page 9: Resume Postpartum

Resume Kasus “Post Partum + BBL”Lidya – 220110100109

j. mengurangi kemungkinan berbagai penyakit kronik dikemudian hari : diabetes mellitus, penyakit

jantung, penyakit keganasan

9. MANFAAT ASI BAGI IBU

a. Mencegah perdarahan pasca persalinan

b. Mempercepat involusi uterus

c. Mengurangi risiko kanker ovarium & payudara serta anemia

d. Memberikan rasa dibutuhkan

e. Mempercepat kembali ke berat semula

f. Sebagai metoda KB sementara / metode amenore laktasi (MAL), Syarat:

- Bayi berusia belum 6 bulan dan diberi ASI eksklusif

- Ibu belum haid kembali

Produksi hormon prolaktin akan menekan fungsi ovulasi dari folikel di ovarium, sehingga selama

pemberian ASI eksklusif yang benar, akan tidak terjadi proses ovulasi sehingga saat itu ibu tidak

mengalami masa subur, tidak mengalami haid.

10. ANJURAN PEMBERIAN ASI

a. 0-6 bulan :ASI eksklusif memenuhi 100% kebutuhan

b. 6-12 bulan : ASI memenuhi 60-70% kebutuhan, perlu makanan pendamping ASI yang adekwat

c. >12 bulan : ASI hanya memenuhi 30% kebutuhan, ASI tetap diberikan untuk keuntungan lainnya

F. Penatalaksanaan pada periode postnatal

1. Mencegah perdarahan berlebih

Dua intevensi yang paling penting untuk mencegah perdarahan berlebih ialah mempertahankan tonus

rahim dan mencegah distensi kandung kemih.

2. Mencegah infeksi

Salah satu cara mencegah infeksi adalah mempertahankan lingkungan yang bersih. Penutup tempat tidur

harus diganti setiap hari, pasien diusahakan untuk tidak berjalan di dalam rumah sakit tanpa menggunakan

alas kaki, mereka harus mengetahui cara mencuci tangan untuk mencegah infeksi silang, perawatan

tempat episiotomi dan setiap laserasi perineum yang dilakukan dengan baik mencegah infeksi pada daerah

genitourinaria dan mempercepat proses penyembuhan. Ajari ibu membersihkan perineum dari arah depan

ke belakang (uretra ke anus) setelah berkemih atau defekasi. Pasien perlu diajari mengganti pelapis

perineumnya dari arah depan ke belakang setiap kali berkemih atau defekasi dan untuk memcuci

tangannya sampai bersih sebelum dan sesudah melakukan hal tersebut.

3. Pemenuhan kebutuhan rasa nyaman

Penyebab umum nyeri meliputi nyeri pasca melahirkan (afterbirth), episiotomi atau laserasi perineum,

hemoroid, dan pembesaran payudara. Kompresi hangat, distraksi, membayangkan sesuatu, sentuhan

terapeutik, relaksasi dan interaksi dengan bayi bisa mengurangi nyeri yang ditimbulkan kontraksi rahim.

Untuk mengurangi nyeri akibat episiotomi atau laserasi pada perineum adalah mendorong ibu berbaring

pada salah satu sisinya dan menggunakan bantal saat duduk, kompres es yang dikemas, obat salep,

Page 10: Resume Postpartum

Resume Kasus “Post Partum + BBL”Lidya – 220110100109

aplikasi panas kering, membersihkan dengan botol percik. Rasa tidak nyaman yang timbul akibat

pembesaran payudara bisa dikurangi dengan kompres es atau panas pada payudara dan menggunakan bra

yang menopang payudara dengan baik. Farmakologi, obat analgesik, untuk menghilangkan nyeri.

4. Pemenuhan kebutuhan nutrisi dan cairan

Diet untuk ibu masa nifas harus mencakup 3000ml cairan yang 1000ml cairan berupa susu. Kalori yang

harus ditingkatkan perhari mencapai 2700 kalori

5. Pemenuhan kebutuhan istirahat-tidur

Istirahat, kegembiraan yang dialami setelah melahirkan seorang bayi bisa membuat ibu sulit beristirahat.

Untuk memenuhi kebutuhan ibu akan istirahat-tidur dengan menggosok-gosok punggung, pemberian obat

tidur mungkin diperlukan selama beberapa malam pertama.

6. Pemenuhan kebutuhan eliminasi

Intervensi keperawatan untuk mempercepat proses defekasi normal ialah memberi ibu penjelasan tentang

upaya menghindari konstipasi, mencakup upaya menjamin cukup serat dalam makanan dan cukup minum

serta melakukan latihan. Intervensi lain dapat dilakukan adalah memberikan cairan intravena dan obat-

obat oksitoksik untuk merangsang kontraksi otot polos rahim.

7. Pemenuhan kebutuhan seksual

Secara fisik aman melakukan hubungan suami istri saat darah merah berhenti keluar dan ibu dapat

memasukan satu atau dua jari ke dalam vagina tanpa rasa nyeri. Banyak budaya dan di agama islam

menyarankan hubungan suami istri baru dilakukan sampai 40hari atau 6mggu setelah persalinan.

G. Nilai dan keyakinan (budaya) pada periode postnatal

Pengaruh sosial budaya pada ibu hamil dan keluarga di sejumlah daerah di Indonesia yang

menyambut masa-masa kehamilan sangat sering dilakukan. Upacara-upacara yang diselenggarakan mulai dari

kehamilan 3 bulan, 7 bulan, masa melahirkan dan masa nifas sangat beragam menurut adat istiadat daerah

masing-masing (Syafrudin, 2009).

ASPEK BUDAYA PADA MASA NIFAS

a. Dikepulauan Sangihe (Sulawesi) misalnya, perawatan pasca persalinan dilakukan dengan mandi uap

air rebusan ramuan (setiap hari) untuk mengembalikan panas tubuh, memberikan minuman air

perasan daun turi, mengompres kepala sang ibu dengan ampas daun turi, makan rebusan kulit pohon

ketapang gunanya memulihkan kesehatan, perawatan berlangsung 2 minggu sampai dengan satu

bulan atau 40 hari (Syafruddin, 2009).

b. Pada masa nifas dilarang makan telur, daging, udang, ikan laut dan lele, keong, daun lembayung, buah

pare, nenas, gula merah, dan makanan yang berminyak.

c. Setelah melahirkan atau setelah operasi, ibu hanya boleh makan tahu dan tempe tanpa garam atau

biasa disebut dengan ngayep, dilarang banyak makan dan minum, dan makanan harus disangan /

dibakar sebelum dikonsumsi.

d. Pada masa nifas, ibu dilarang tidur siang

Page 11: Resume Postpartum

Resume Kasus “Post Partum + BBL”Lidya – 220110100109

e. Pada  masa nifas dan saat menyusui, ibu  harus puasa, tidak makan makanan yang padat setelah waktu

maghrib.

f. Masa nifas tidak boleh keluar rumah sebelum 40 hari.

g. Ibu setelah melahirkan dan bayinya harus dipijat/ diurut, diberi pilis / lerongan dan tapel.

h. Masa nifas harus minum abu dari dapur dicampur air, disaring, dicampur garam dan asam

diminumkan supaya ASI banyak.

i. Masa nifas tidak diperbolehkan berhubungan intim

H. Karakteristik Lochea

Hari pertama sampai hari ketiga melahirkan lokea berwarna merah tua (lochea rubra), merupakan

kumpulan dari sisa darah, partikel desidua dan mucus. Pada hari keempat lokea berubah warna dari merah tua

menjadi merah jambu (pink) atau kuning kecoklatan yang dinamakna lochea serosa, berlangsung selama 7-10

hari. Lokea serosa terdiri atas eksudat, leukosit, eritrosit dan mucus serviks, tetapi kandungan eritrosit mulai

berkurang. Selanjutnya lochea alba berwarna krem keputihan, yang berlangsung setelah hari ke 11 hingga 21

hari postpartum. Lokea alba mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, lemak dan mucus serviks. Adanya

perdarahan berwarna merah segar setelah lokea alba atau serosa mengindikasikan adanya infeksi atau

perdarahan yang lama.

Bau lokea seperti menstruasi normal, jika terdapat bau yang abnormal disertai dengan demam,

merupakan indikasi infeksi atau adanya bagian plasenta yang tertinggal.

Jumlah lokea. Estimasi jumlah lokea pada pembalut biasanya sulit dilakukan, untuk itu perawat atau

bidan dapat mengestimasi jumlah lokea dengan kategori scant (kurang) bila banyaknya darah pada pembalut <

2,5 cm. Light (terang) bila bercak darah sepanjang 4-10 cm pada pembalut, moderate (sedang) bila bangya

darah 10-15 cm dari pembalut. Large and Heavy (banyak) bila pembalut penuh dalam satu jam dan excessive

bila pembalut penuh dalam 15 menit. (Scoggin, 2000 dalam Pilliteri, 2001).

KONSEP BBL (Bayi Baru Lahir)

A. Definisi

Bayi baru lahir harus memenuhi sejumlah tugas perkembangan untuk memperoleh dan mempertahankan

eksistensi fisik secara terpisah dari ibunya. Janin yang lahir melalui proses persalinan dan telah mampu hidup

di luar kandungan.

B. Adaptasi terhadap kehidupan di luar rahim

1. Suhu tubuh

Pada tahap awal temperatur seringkali menurun sampai 36°C. Pada jam 12, temperatur bayi baru lahir

harus stabil dan berada dalam rentang normal (termoregulasi).

2. Menghangatkan bayi yang mengalami hipotermia

Menghangatkan bayi hipotermi dilakukan dengan hati-hati. Menghangatkan atau mendinginkan bayi

dengan cepat dapat menyebabkan bayi mengalami apnea dan asidosis. Oleh karena itu, proses

penghangatan dipantau supaya berlangsung secara perlahan selama dua sampai empat jam.

Page 12: Resume Postpartum

Resume Kasus “Post Partum + BBL”Lidya – 220110100109

3. Suplai oksigen yang adekuat

Empat kondisi di bawah ini penting untuk mempertahankan suplai oksigen yang adekuat.

a. Jalan napas bersih

b. Usaha bernapas

c. Sistem kardiopulmoner berfungsi

d. Dukungan panas (pemaparan pada stres dingin meningkatkan kebutuhan oksigen)

4. Mempertahankan bersihan jalan napas

Bayi normal yang cukup bulan dan lahir per vaginam tidak mengalami kesulitan untuk membersihkan

jalan napasnya. Bayi dipertahankan dalam posisi berbaring miring dengan selimut digulung dan

diletakkan pada punggung bayi untuk memfasilitasi drainase.

5. Mengisap pada jalan napas atas

Apabila terdapat lendir berlebih di jalan napas bayi, jalan napas dapat diisap melalui mulut dan hidung

dengan sebuah bulb syringe. Bayi tidak boleh dipegang hanya pada kakinya. Metode pengisapan DeLee

(Busse Bac/Shield) membuat pengisapan dapat dilakukan dengan mulut atau secara mekanik aman sambil

mencegah tranmisi bakteri, virus, dan materi infeksius lain dari bayi baru lahir ke pemakai.

6. Membebaskan obstruksi jalan napas

Bayi yang tercekik perlu perhatian segera. Bayi diletakkan tengkurap di lengan penolong dengan kepala

lebih rendah dari tubuh dan ditopang. Sementara penolong tetap mempertahankan kepala bayi lebih

rendah dari tubuh, bayi diputar dan diletakkan telentang pada paha penolong, dada bayi kemudian ditekan

dengan cepat dan berurutan di tempat yang sama, seperti akan melakukan resusitasi kardiopulmoner.

C. Adaptasi bayi diluar kandungan

1. Sistem kardiovaskular

a. Bunyi dan denyut jantung

Frekuensi denyut jantung bayi rata-rata 140 kali/menit saat lahir, dengan variasi berkisar antara 120

dan 160 kali/menit. Bunyi jantung bayi setelah lahir mencerminkan suatu rangkaian kerja pompa

jantung.

b. Volume dan tekanan darah

Volume darah bayi baru lahir bervariasi dari 80 sampai 110 ml/kg selama beberapa hari pertama dan

meningkat dua kali lipat pada akhir tahun pertama. Secara proposional, bayi baru lahir memiliki

volume darah sekitar 10% lebih besar dan memiliki jumlah sel darah merah hampir 20% lebih banyak

daripada orang dewasa.

2. Sistem hematopoeisis

Karakteristik hematopoeisis BBL mencakup sistem hematopoeisis orang dewasa dengan variasi tertentu.

Saat bayi lahir, rata-rata hemoglobin, hematookrit, dan SDM lebih tinggi dari nilai normal orang dewasa.

Hb BBL berkisar antara 14,5 sampai 22,5 g/dl. Ht bervariasi dari 44% sampai 72% dan hitung SDM

berkisar antara 5 sampai 7,5 juta/mm3. Secara berturut-turut, hb dan hitung SDM menurun sampai

mencapai kadar rata-rata 11 sampai 17 g/dl dan 4,2 sampai 5,2 /mm3 pada akhir bulan pertama.

3. Sistem hepatika

Page 13: Resume Postpartum

Resume Kasus “Post Partum + BBL”Lidya – 220110100109

Hati dan kandung empedu dibentuk pada minggu keempat kehamilan. Pada BBL, hati dapat dipalpasi

sekitar 1 cm di bawah batas kanan iga karena hati besar dan menempati sekitar 40% rongga abdomen.

a. Penyimpanan besi

Hati janin (yang berfungsi sebagai produksi hemoglobin setelah lahir) mulai menyimpan besi sejak

masih dalam kandungan. Apabila ibu mendapat cukup asupan besi selama hamil, bayi akan memiliki

simpanan besi yang dapat bertahan sampai bulan kelima kehidupannya di luar rahim.

b. Konyugasi bilirubin

Hati mengatur jumlah bilirubin-tidak terikat dalam peredaran darah. Hemoglobin di fagositosis oleh

sel retikuloendotelial, diubah menjadi bilirubin, dan dilepas dalam bentuk tidak terkonyugasi. Tempat

ikata-albumin serum yang adekuat tersedia, kecuali jika bayi mengalami asfiksia neonatorum, cold

stres, atau hipoglikemia. Ibu yang menggunakan obat-obatan sebelum melahirkan, misalnya sulfa dan

aspirin, dapat mengalami penurunan jumlah tempat ikatan albumin pada BBL. Walupun BBL

memilki kapasitas fungsional untuk mengubah bilirubin, kebanyakan bayi mengalami

hiperbilirubinemia fisiologis.

c. Hiperbilirubinemia fisiologis

Kondisi yang normal pada 50% bayi cukup bulan dan pada 80% bayi prematur.

Sel darah merah → hemoglobin → hem dan globin, hem → besi dan bilirubin + plasma protein →

hati glikoronil transferase → bilirubin tidak terkonyugasi + asam glukoronat → glukoronat bilirubin

terkonyugasi → diekskresi melalui feses atau urine.

d. Ikterik yang dikaitkan dengan menyusui

a) Breastfeeding jaundice

Biasanya menjadi semakin nyata pada sekitar hari ketiga kehidupan bayi. Dehidrasi, kekurangan

cairan dan penurunan berat bukanlah penyebab (Lascari, 1986 : Lawrence , 1994). Semakin

banyak jumlah pemberian ASI ; semakin rendah kadar bilirubin bayi (Lascari, 1986).

b) Breast milk jaundice

Sebagai suatu peningkatan hiperbilirunemia inderek setelah minggu pertama kehidupan bayi.

Ikterik akibat menelan ASI terjadi pada 0,5%sampai 2 % BBL cukup bulan (Wilkerson, 1988).

4. Sistem reproduksi

a. Wanita

Saat lahir ovarium bayi berisi beribu-ribu sel germinal primitif. Jumlah ovum berkurang sekitar 90%

sejak bayi lahir sampai dewasa. Peningkatan kadar estrogen selama masa hamil, yang diikuti dengan

penurunan setelah bayi lahir, mengakibatkan pengeluaran suatu cairan mukoid atau kadang-kadang

pengeluaran bercak darah melalui vagina. Genitalia eksterna biasanya edematosa disertai pigmentasi

yang lebih banyak.

b. Pria

Testis turun ke dalam skrotum pada 90% bayi barulahir laki-laki. Walaupun presentasi ini menurun

pada kelahiran prematur, pada usia satu tahun insiden testis tidak turun pada semua anak laki-laki

berjumlah kurang dari 1 %. Spermatogenesis tidak terjadi sampai pubertas. Sebagai respons terhadap

Page 14: Resume Postpartum

Resume Kasus “Post Partum + BBL”Lidya – 220110100109

estrogen ibu, ukuran genitalia eksterna BBL cukup bulan dapat meningkat, bagitu juga dengan

pigmentasinya.

c. Pembengkakan jaringan payudara

Pembengkakan jaringan payudara pada kedua jenis kelamin BBL disebabkan oleh peningkatan

estrogen selama hamil. Pada beberapa bayi baru lahir, dapat terlihat rabas encer. Temuan ini tidak

memilki makna klinis, tidak perlu diobati, dan akan menghilang seiring penurunan hormon ibu dalam

tubuh BBL tersebut. Jaringan payudara dan ukuran areola membesar selama ibu hamil.

5. Sistem perkemihan

Pada bayi baru lahir, hampir semua massa yang teraba di abdomen berasal dari ginjal. Fungsi ginjal, yang

mirip dengan fungsi yang dimiliki orang dewasa, belum terbentuk pada tahun kedua kehidupan. BBL

memiliki rentang keseimbangan kimia dan rentang keamanan yang kecil. Infeksi, diare, atau pola makan

yang tidak teratur secara cepat dapat menimbulkan asidosis dan ketidakseimbangan cairan, seperti

dehidrasi atau edema. Ketidakmaturan ginjal juga membatasi kemampuan bayi baru lahir untuk

mengekskresi obat.

6. Sistem integumen

a. Kaput suksedaneum

Edema pada kulit kepala, yang ditemukan dini.

b. Sefalhematoma

Kumpulan darah diantara tulang tengkorak dan periosteumnya. Sehingga, sefalhematoma tidak pernah

melewati garis sutura kepala.

c. Deskuamasi

Pengelupasan kulit pada kulit bayi tidak terjadi sampai beberapa hari setelah lahir. Deskuamasi saat

bayi lahir merupakan indikasi pascamaturitas.

d. Kelenjar lemak dan kelenjar keringat

Kelenjar keringat sudah ada saat bayi lahir, tetapi kelenjar ini tidak berespons terhadap peningkatan

suhu tubuh.

e. Bintik mongolia

Dapat terlihat pada semua permukaan tubuh, termasuk pada ekstremitas. Lebih sering terlihat di

punggung dan bokong.

f. Nevi

Sebagai “gigitan burung bangau” nevi telangiektasis berwarna merah muda dan mudah memutih.

Nevi ini terlihat pada kelopak mata bagian atas, hidung, bagian atas bibir, tulang oksipital bawah, dan

tengkuk.

g. Eritema toksikum

Suatu ruam sementara, eritema toksikum juga disebut eritema neonatorum atau dermatitis gigitan

kutu. Ruam diduga merupakan respons inflamasi.

7. Sistem muskuloskeletal

Page 15: Resume Postpartum

Resume Kasus “Post Partum + BBL”Lidya – 220110100109

Kepala bayi cukup bulan berukuran seperempat panjang tubuh. Lengan sedikit lebih panjang daripada

tungkai. Wajah relatif kecil terhadap ukuran tengkorak. Pada BBL, lutut saling berjauhan saat kaki

diluruskan dan tumit disatukan, sehingga tungkai bawah terlihat agak melengkung. Saat baru lahir, tidak

terlihat lengkungan pada telapak kaki. Ekstremitas harus simetris. Harus terdapat kuku jari tangan dan jari

kaki. Garis-garis telapak tangan sudah terlihat. Dan terlihat juga garis pada telapak kaki bayi cukup bulan.

8. Sistem neurologi

Saat ini, BBL cukup bulan dikenal dengan makhluk yang reaktif, responsif, dan hidup. Perkembangan

sensoris BBL dan kapasitas untuk melakukan interaksi sosial dan organisasi diri sangat jelas terlihat

(Fanaroff, Martin, 1992). Pertumbuhan otak setelah lahir mengikuti pola pertumbuhan cepat, yang dapat

diprediksi selama periode bayi sampai awal masa kanank-kanak. Pertumbuhan ini menjadi lebih bertahap

selama sisa dekade pertama dan minimal selama masa remaja.

9. Sistem pencernaan

Sebelum lahir, janin cukup bulan akan mulai menghisap dan menelan. Reflek gumoh dan reflek batuk

yang matang sudah terbentuk baik pada saat lair.

Kemampuan bayi baru lahir cukup bulan untuk menelan dan mencerna makanan (selain susu) masih

terbatas. Hubungan antara esofagus bawah dan lambung masih belum sempurna yang mengakibatkan

“gumoh” pada bayi baru lahir dan neonatus, kapasitas lambung masih terbatas kurang dari 30 cc untuk

bayi baru lahir cukup bulan. Kapasitas lambung ini akan bertambah secara lambat bersamaan dengan

tumbuhnya bayi baru lahir. Pengaturan makanan yang sering oleh bayi sendiri penting contohnya

memberi ASI on demand.

10. Sistem termogenik

a. Produksi panas

Mekanisme produksi panas dengan cara menggigil jarang terjadi pada bayi baru lahir. Termogenesis

tanpa menggigil dapat dicapai, terutama akibat adanya lemak coklat yang unik pada bayi baru lahir

(blackburn, loper, 1992 ; fanaroff, martin, 1992).

b. Pengaturan suhu

Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuhnya, sehingga akan mengalami stress dengan adanya

perubahan lingkungan dari dalam rahim ibu ke lingkungan luar yang suhunya lebih tinggi. Suhu

dingin ini menyebabkan air ketuban menguap lewat kulit, pada lingkungan yang dingin ,

pembentukan suhu tanpa mekanisme menggigil merupakan usaha utama seorang bayi untuk

mendapatkan kembali panas tubuhnya. Pembentukan suhu tanpa menggigil ini merupakan hasil

penggunaan lemak coklat untuk produksi panas. Timbunan lemak coklat terdapat di seluruh tubuh dan

mampu meningkatkan panas tubuh sampai 100%. Untuk membakar lemak coklat, sering bayi harus

menggunakan glukosa guna mendapatkan energi yang akan mengubah lemak menjadi panas. Lemak

coklat tidak dapat diproduksi ulang oleh seorang BBL. Cadangan lemak coklat ini akan habis dalam

waktu singkat dengan adanya stress dingin. Semakin lama usia kehamilan semakin banyak persediaan

lemak coklat bayi. Jika seorang bayi kedinginan, dia akan mulai mengalami hipoglikemia, hipoksia

Page 16: Resume Postpartum

Resume Kasus “Post Partum + BBL”Lidya – 220110100109

dan asidosis.Sehingga upaya pncegahan kehilangan panas merupakan prioritas utama dan bidan

berkewajiban untuk meminimalkan kehilangan panas pada BBL.

c. Stres dingin

Menimbulkan msalah fisiologis dan metabolisme pada semua BBL, tanpa memandang usia kehamilan

dan kondisi lain. Kecepatan pernapasan meningkat sebagai respons terhadap kebutuhan oksigen

ketika konsumsi oksigen meningkat secara bermakna pada stres dingin. Konsumsi oksigen dan energi

pada BBL yang mengalami stres dingin dialihkan dari fungsi untuk mempertahankan pertumbuhan,

fungsi sel otak, dan fungsi jantung normal menjadi fungsi termogenesis agar bayi dapat tetap hidup.

11. Sistem imun / kekebalan

Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang, sehingga menyebabkan neonatus rentan terhadap

berbagai infeksi dan alergi. Sistem imunitas yang matang akan memberikan kekebalan alami maupun

yang di dapat. Kekebalan alami terdiri dari struktur pertahana tubuh yang mencegah atau meminimalkan

infeksi. Berikut beberapa contoh kekebalan alami:

a. perlindungan oleh kulit membran mukosa

b. fungsi saringan saluran napas

c. pembentukan koloni mikroba oleh klit dan usus

d. perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung

Kekebalan alami juga disediakan pada tingkat sel yaitu oleh sel darah yang membantu BBL membunuh

mikroorganisme asing. Tetapi pada BBL se-sel darah ini masih belum matang, artinya BBL tersebut

belum mampu melokalisasi dan memerangi infeksi secara efisien.

Kekebalan yang didapat akan muncul kemudian. BBL dengan kekebalan pasif mengandung banyak virus

dalam tubuh ibunya. Reaksi antibodi keseluruhan terhadap antigen asing masih belum dapat dilakukan

sampai awal kehidupa anak. Salah satu tugas utama selama masa bayi dan balita adalah pembentukan

sistem kekebalan tubuh.

Defisiensi kekebalan alami bayi menyebabkan bayi rentan sekali terjadi infeksi dan reaksi bayi terhadap

infeksi masih lemah. Oleh karena itu, pencegahan terhadap mikroba (seperti pada praktek persalinan yang

aman dan menyusui ASI dini terutama kolostrum) dan deteksi dini serta pengobatan dini infeksi menjadi

sangat penting.

D. Penatalaksanaan bayi baru lahir

1. Suhu

Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuhnya, sehingga akan mengalami stress dengan adanya

perubahan lingkungan dari dalam rahim ibu ke lingkungan luar yang suhunya lebih tinggi. Suhu dingin ini

menyebabkan air ketuban menguap lewat kulit, pada lingkungan yang dingin , pembentukan suhu tanpa

mekanisme menggigil merupakan usaha utama seorang bayi untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya.

Jika seorang bayi kedinginan, dia akan mulai mengalami hipoglikemia, hipoksia dan asidosis.Sehingga

upaya pncegahan kehilangan panas merupakan prioritas utama dan bidan berkewajiban untuk

meminimalkan kehilangan panas pada BBL.

Page 17: Resume Postpartum

Resume Kasus “Post Partum + BBL”Lidya – 220110100109

2. Suplai oksigen

Dukungan panas (pemaparan pada stres dingin meningkatkan kebutuhan oksigen)

Bayi normal akan menangis spontan segera setelah lahir, apabila bayi tidak langsung menangis penolong

segera membersihkan jalan nafas dengan cara sebagai berikut :

a. Letakkan bayi pada posisi terlentang di tempat yang keras dan hangat.

b. Gulung sepotong kain dan letakkan di bawah bahu sehingga leher bayi lebih lurus dan kepala tidak

menekuk.

c. Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokan dengan tangan yang dibungkus kasa steril.

d. Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2 – 2 kali atau gosok kaki bayi dengan kain.

Menilai APGAR

Bersamaan dengan proses pengisapan, dilakukan juga tes Apgar. Penilaian dilakukan

berdasar keadaan frekuensi denyut jantung, pernapasan, warna kulit, refleks, dan

tonus otot. "Nilai Apgar diambil pada menit pertama dan menit kelima setelah tali

pusat dipotong." Pada menit pertama, nilai Apgar berfungsi untuk menentukan

perlu-tidaknya tindakan resusitasi yang lebih aktif, sedangkan pada menit kelima

untuk menilai bagaimana prediksi masalah yang akan ada selanjutnya.

Bila interpretasi nilainya antara 7-10, masuk kategori normal, 4-6 dianggap medium

atau sedang, dan di bawah 4, masuk kategori berat. Jika keadaannya baik, bayi

dibersihkan wajahnya lalu ditunjukkan sebentar pada sang ibu dan kemudian dibawa lagi untuk perawatan

selanjutnya. Penilaian secara APGAR :

No TandaAngka penilaian

0 1 2

1. Bunyi jantung Tidak ada Lambat <100x/ menit >100x/menit

2. Usaha bernafas Tidak ada Tidak teratur Menangis kuat

3. Tonus otot Lemas Fleksi ekstermitas Gerakan aktif

4. Reflek Tidak ada Menangis lemah menyeringai Menangis kuat

5. Warna Biru/pucat Badan kemerahan, ekstremitas

biru

Seluruh badan

kemerahan

APGAR dilakukan setelah 1-5 menit

Angka 0 menandakan anak dalam keadaan bahaya

Angka kurang dari 5 memerlukan pertolongan berupa tindakan-tindakan tertentu

Angka 7-10 berarti keadaan bayi baik

3. Profilaksis mata

Page 18: Resume Postpartum

Resume Kasus “Post Partum + BBL”Lidya – 220110100109

Salep mata eritromisin atau tetrakain diteteskan ke dalam konjungtiva bawah pada setiap mata dalam dua

jam setelah lahir untuk mencegah optalmia neonatorum, suatu infeksi yang disebabkan oleh Neisseria

gonnorhoeae, dan konjungtivitis inklusi, suatu infeksi disebabkan oleh Chlamydia trachomatis. Bayi dapat

terpapar pada bakteri ini ketika melewati saluran vagina.

Salep mata berisi antibiotik cukup penting diberikan untuk menghindari terinfeksi dari jalan lahir.

4. Imunisasi

Setelah lahir, tubuh bayi belum punya daya tahan yang cukup untuk menangkal berbagai penyakit, selain

antibodi bawaan yang diberikan ibu sejak dalam kandungan. Dengan imunisasi, tubuh bayi disiapkan

mengenali beberapa penyakit tertentu yang mungkin mengancamnya. Ada 5 macam imunisasi yang wajib

untuk bayi kita, yaitu BCG, Polio, DPT, Hepatitis B dan Campak.

Page 19: Resume Postpartum

Resume Kasus “Post Partum + BBL”Lidya – 220110100109

REFLEKS MENIMBULKAN

REFLEKS

RESPON YANG

KHAS

KETERANGAN

Mengisap dan

membuka mulut

(rooting)

Sentuh bibir, pipi,

atau sudut mulut

dengan puting

Bayi menoleh ke arah

stimulus, membuka

mulutnya, memasukkan

puting dan mengisap

-Sulit atau tidak mungkin

menghasilkan reflex ini jika

bayi telah diberi minum ; jika

lemah atau tidak ada ,

pertimbangkan adanya

prematuritas atau kelainan

neurologis

-Bimbingan orang tua

-Hindari mengarahkan kepala ke

payudara atau putting, biarkan

bayi membuka mulutnya

-Hilang setelah 3 atau 4, tetapi

dapat menetap sampai usia 1

tahun

Menelan Beri bayi minum;

menelan biasanya

menyertai

mengisap dan

mendapat cairan

Menelan biasanya diatur

oleh mengisap dan

biasanya terjadi tanpa

tersedak, batuk, atau

muntah

-Jika lemah atau tidak ada, dapat

menunjukkan prematuritas atau

defek neurologis

-Mengisap dan menelan sering

tidak terkoordinasi pada bayi

premature

Menggenggam

- Telapak

tangan

- Telapak

kaki

Tempatkan jari

pada telapak tangan

Tempatkan jari

pada pangkal jari

kaki

- Jari-jari bayi

menggenggam jari-

jari pemeriksa;

- jari-jari kaki menekuk

ke bawah

-Respon telapak tangan menurun

pada usia 3-4 bulan

-Respon telapak kaki berkurang

pada usia 8 bulan

Menjulurkan

lidah

Sentuh atau tekan

ujung lidah

BBL akan menjulurkan

lidah keluar

Hilang sekitar usia 4 bulan

Glabellar

(Myerson’s)

Ketuk dahi, batang

hidung, atau

maksila BBL yang

matanya sedang

terbuka

BBL akan mengejapkan

mata pada 4-5 ketukan

pertama

Kedipan yang terus menerus pada

ketukan berulang menunjukkan

adanya gangguan ekstrapiramidal

Leher tonik atau

fencing

Pada bayi jatuh

tertidur, atau bayi

pada keadaan tidur

dengan cepat

kepala berputar ke

arak satu sisi

Jika bayi menghadap ke

sisi kiri, lenan dan kaki

pada sisi itu akan lurus;

sedangkan lengan dan

tungkainya akan berada

pada posisi fleksi (putar

kepala ke arah kanan

dan ekstremitas akan

mengambil pada postur

yang berlawanan.

Respon pada tungkai lebih

konisten. Respon lengkap akan

menghilang pada usia tiga sampai

empat bulan; respon sebagian

mungkin masih terlihat sampai

usia tiga atau empat tahun.

Page 20: Resume Postpartum

Resume Kasus “Post Partum + BBL”Lidya – 220110100109

ASUHAN KEPERAWATAN POSTNATAL

A. PENGKAJIAN

1. Biodata

Nama : Ny A

Umur : 20 tahun

Pendidikan : -

2. Keluhan utama : klien mengeluh nyeri pada perineum, klien merasa takut jahitannya akan terbuka (lepas)

jika mau berkemih.

3. Riwayat kesehatan sekarang : sampai saat ini setelah 4 jam melahirkan belum berani berkemih. Merasa

senang dengan kelahiran anak pertama ini, namun bingung karena belum tahu cara merawat bayi dan cara

menurunkan berat badan namun tetap ingin bisa menyusui.

4. Riwayat haid : -

5. Riwayat perkawinan : -

6. Riwayat kehamilan : -

7. Riwayat persalinan masa lalu : -

8. Riwayat persalinan saat ini : P1A0 hari 1 postpartum

9. Riwayat penyakit dahulu : -

10. Pemeriksaan fisik

a. Keadaan umum : baik

Page 21: Resume Postpartum

Resume Kasus “Post Partum + BBL”Lidya – 220110100109

b. Tingkat kesadaran : compos mentis

c. Tanda-tanda vital

a) Tekanan darah : 110/70 mmHg

b) Nadi : 84x/menit

c) RR : 20x/menit

d) BB : 65 kg

e) Tinggi badan : 156 cm

d. Payudara : simetris kanan kiri

e. Hiperpigmentasi : pada areola mammae

f. Pengeluaran kolostrum : (+)

g. Puting : inverted

h. TFU : 1 jari dibawah pusat

i. Uterus : tidak teraba

j. Kontraksi : (-)

k. Diastasis rektus abdominalis : 2 jari

l. Lochea rubra : ada

m. Jahitan

n. Ruptur perineum : grade 2

o. Ektremitas :

a) Edema -/-

b) Varises -/-

c) Reflek patela +/+

d) Homan sign -/-

11. Pengkajian terhadap bayi :

a. APGAR :9

b. Reflek : (+) (rooting, sucking, moro)

12. Pemeriksaan laboratorium

a. Darah : Hemoglobin dan Hematokrit 12-24 jam post partum (jika Hb < 10 g% dibutuhkan suplemen

FE), eritrosit, leukosit, Trombosit

13. Pemeriksaan penunjang : -

B. ANALISA DATA

DATA ETIOLOGI MASALAH

DO :

DS : klien mengeluh nyeri

pada perineum

Proses persalinan → terjadi

proses invulotio → kontraksi

uterus → nyeri

Robekan jalan lahir →

terputusnya kontinuitas

Nyeri

Page 22: Resume Postpartum

Resume Kasus “Post Partum + BBL”Lidya – 220110100109

jaringan → jaringan

melepaskan zat-zat bradikinin

dan histamin → merangsang

syaraf perifer → dihantarkan

melalui spinal cord menuju

hipothalamus → korteks

cerebri → nyeri di perspsikan

→ nyeri

DO :

DS : merasa bingung juga

karena belum tahu cara

merawat bayi dan cara

menurunkan berat badan

Proses persalinan → bingung

belum tahu cara merawat bayi

→ kurang pengetahuan

kurang pengetahuan

DO :

DS : nyeri pada perineum

Proses persalinan → jahitan

pada perineum → kesulitan

BAK → Perubahan pola

eleminasi BAK (disuria)

Perubahan pola eleminasi

BAK

DO : lochea rubra

DS : nyeri pada perineum

Proses persalinan →

perlukaan jalan lahir →

merupakan media

berkembangbiaknya kuman

pathogen → resiko infeksi

Resiko infeksi

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri berhubungan dengan perlukaan jalan lahir ditandai dengan klien mengeluh nyeri pada perineum

2. Kurang pengetahuan berhubungan dengan adaptasi postpartum ditandai dengan klien merasa bingung

karena belum tahu cara merawat bayi dan cara menurunkan berat badan

3. Perubahan pola eleminasi BAK (disuria) b/d trauma perineum dan saluran kemih dan ansietas.

4. Risiko infeksi berhubungan dengan perlukaan jalan lahir ditandai dengan lochea rubra dan nyeri pada

perineum

D. INTERVENSI

Diagnosa

keperawatan

Tujuan Intervensi Rasional

Nyeri

berhubungan

dengan

perlukaan jalan

Nyeri berkurang

atau hilang dengan

kriteria hasil :

1.Klien tidak

1.Observasi tingkat

lokasi dan sifat nyeri

2.Observasi keadaan luka

1. Agar dapat mengidentifikasi

kebutuhan perawatan dan

pemberian askep yang tepat

2. Dapat menunjukan adanya

Page 23: Resume Postpartum

Resume Kasus “Post Partum + BBL”Lidya – 220110100109

lahir ditandai

dengan klien

mengeluh

nyeri pada

perineum

mengeluh nyeri

2.Ekspresi wajah

cerah

3.TTV dalam batas

normal

perineum

3.Observasi TTV

4.Anjurkan klien teknik

relaksasi napas dalam

5.Anjurkan untuk duduk

dengan otot gluteal

terkontraksi

6.Beri kompres

panas/hangat (rendam

duduk antara 38°C

sampai dengan 42°C

selama 20 menit ,

setelah 24 jam

pertama)

7.Berikan posisi yang

nyaman sesuai

keinginan klien

8.Jelaskan penyebab

terjadi nyeri

9.Berikan analgesik

sesuai indikasi

trauma berlebihan/komplikasi

yang memerlukan intervensi

lebih lanjut

3. Perubahan tanda vital

menunjukan terjadinya

rangsangan nyeri

4. Napas dalam dapat

melancarkan suplai O2 ke

jaringan sehingga terjadi

relaksasi di jaringan obat yang

dapat menyebabkan nyeri

berkurang

5. Dapat mengurangi tekanan

langsung pada perineum

6. Meningkatkan sirkulasi pada

perineum, meningkatkan

oksigenasi dan nutrisi pada

jaringan menurunkan edema

dan meningkatkan

penyembuhan

7. Posisi nyaman sesuai

keinginan klien dapat

memperringan nyeri

8. Dengan mengetahui penyebab

nyeri klien dapat beradaptasi

9. Untuk mengurangi rasa nyeri

dengan memblok impuls nyeri

Kurang

pengetahuan

berhubungan

dengan

adaptasi

postpartum

ditandai

dengan klien

merasa

Klien dapat

mengerti tentang

cara merawat bayi

dan menurunkan

berat badan

1.Kaji tingkat

pengetahuan klien

tentang merawat bayi

2.Beritahu klien tentang

cara-cara merawat bayi

3.Anjurkan klien

berbaring tengkurap

dengan bantal dibawah

1. Dapat mengetahui dan

memudahkan dalam

pemberian intervensi

selanjutnya.

2. Agar klien dapat mengerti

cara-cara merawat bayi yang

benar dan nyaman

3. Periode postpartum dapat

merupakan pengalaman

Page 24: Resume Postpartum

Resume Kasus “Post Partum + BBL”Lidya – 220110100109

bingung karena

belum tahu

cara merawat

bayi dan cara

menurunkan

berat badan

abdomen dan klien

melakukan teknik

visualisasi atau

aktivitas pengalihan.

4.Kaji kesiapan klien dan

motivasi untuk belajar

5.Berikan penyuluhan

mengenai perawatan

tali pusat dan

memandikan bayi.

positif bila penyuluhan yang

tepat diberikan

4. Membantu menstandarisasi

informasi yang diterima orang

tua dari perawat dan

menurunkan kebinggungan

klien

5. Ibu yang baru pertama kali

melahirkan akan kurang sekali

pengetahuannya mengenai

cara perawatan bayi dan akan

takut dalam merawat bayinya

sendiri.

Perubahan pola

eleminasi BAK

(disuria) b/d

trauma

perineum dan

saluran kemih

dan ansietas.

Pola eleminasi

(BAK) pasien

teratur.

Kriteria hasil:

eleminasi BAK

lancar, disuria

tidak ada, bladder

kosong, keluhan

kencing tidak ada.

1. Instruksikan klien

untuk jangan merasa

takutdan tetap

berkemih bila terasa

rangsangan berkemih

2. Berikan penjelsan

mengenai haluaran

urine normal dan

gejala postpartum

3. Anjurkan pasien

melakukan ambulasi

dini.

4. Anjurkan pasien

untuk membasahi

perineum dengan air

hangat sebelum

berkemih.

5. Anjurkan pasien

untuk berkemih

secara teratur.

6. Anjurkan pasien

1. Mencegah stasis urine

2. Mengurangi ansietas klien

3. Ambulasi dini memberikan

rangsangan untuk pengeluaran

urine dan pengosongan

bladder.

4. Membasahi bladder dengan air

hangat dapat mengurangi

ketegangan akibat adanya luka

pada bladder.

5. Menerapkan pola berkemih

secara teratur akan melatih

pengosongan bladder secara

teratur.

6. Minum banyak mempercepat

Page 25: Resume Postpartum

Resume Kasus “Post Partum + BBL”Lidya – 220110100109

untuk minum 2500-

3000 ml/24 jam.

7. Kolaborasi untuk

melakukan

kateterisasi bila

pasien kesulitan

berkemih.

filtrasi pada glomerolus dan

mempercepat pengeluaran

urine.

7. Kateterisasi memabnatu

pengeluaran urine untuk

mencegah stasis urine.

Risiko infeksi

berhubungan

dengan

perlukaan jalan

lahir ditandai

dengan lochea

rubra dan nyeri

pada perineum

Infeksi tidak terjadi

dengan kriteria

hasil :

1. Luka

tampak

kering

2. Tanda vital

dalam

batas

normal

3. Tidak ada

tanda-

tanda

infeksi

(rubor,

dolor,

color,

fungsilesia

, vital sign)

1. Observasi tanda-tanda

infeksi

2. Ukur dan observasi

TTV

3. Lakukan vulva

hygiene

4. Bekerja dengan teknik

septik dan antiseptik

5. Kompres luka hecting

dengan bethadine

6. Beritahu klien untuk

menjaga personal

hygiene

7. Pemberian antibiotik

1. Untuk mengetahui tanda gejala

awal terjadinya infeksi

2. Perubahan tanda vital dijadikan

indikator adanya proses

peradangan

3. Vulva yang kotor dan lembab

dapat dijadikan tempat

berkembangbiaknya kuman

4. Bethadine membunuh kuman

dan mempercepat proses

penyembuhan

5. Untuk mencegah

terkontaminasinya kuman pada

klien

6. Untuk mempercepat proses

penyembuhan luka atau

mencegah infeksi

7. Dapat menghambat

pembentukan dinding sel

bakteri dan membunuh kuman

patogen

Daftar Pustaka

Bobak, Lowdermilk, Jensen.2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4. EGC:Jakarta

Carpenito, Lynda. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC.

Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat.Manajemen Laktasi.Depkes RI Jakarta :2005

Doenges, Marilynn E. 2001. Rencana Perawatan Maternal/Bayi : Pedoman untuk Perencanaan dan Dokumentasi

Perawatan Klien, Edisi 2. Jakarta : EGC.

Ladewig.W.Patricia. 2006. Buku Saku asuhan Keperawatan Ibu-Bayi Baru Lahir. Edisi 5. Jakarta : EGC