Fibrilasi Atrial
-
Upload
mokhammad-faisol-abdullah -
Category
Documents
-
view
28 -
download
1
description
Transcript of Fibrilasi Atrial
FIBRILASI ATRIAL
Fibrilasi atrial adalah aritmia yang paling sering dijumpai dalam praktek sehari-hari
dan paling sering menjadi penyebab seorang harus menjalani perawatan di rumah sakit.
Fibrilasi atrial merupakan faktor risiko independen yang kuat terhadap kejadian strik emboli.
Kejadian strok iskemik pada pasien FA non valvular ditemukan sebanyak 5% per tahun. Pada
studi Framingham risiko terjadinya strok emboli 5,6 kali lebih banyak pada FA non valvular
dan 17,6 kali lebih banyak FA valvular dibandingkan dengan kontrol.
Etiologi
FA mempunyai hubungan yang bermakna dengan kelainan struktural akibat penyakit
jantung. Diketahui bahwa sekitar 25% pasien FA juga menderita penyakit jantung koroner.
Walaupun hanya 10% dari seluruh kejadian infark miokard akut yang mengalami FA, tetapi
kejadian tersebut akan meningkatkan angka mortalitas sampai 40%. Pada pasien yang
menjalani operasi FA terutama pada tiga hari pasca operasi. Walaupun seringkali menghilang
secara spontan FA pasca operatif tersebut akan memperpanjang lama tinggal di rumah sakit.
FA juga dapat timbul sehubungan dengan penyakit sistemik non-kardiak. Misalnya
pada hipertensi sistemik ditemukan 45% dan diabetes mellitus 10% dari pasien FA. Demikian
pula pada beberapa keadaan lain seperti penyakit paru obstruktif kronik dan emboli paru akut.
Tetapi pada sekitar 3% pasien FA tidak ditemukan penyebabnya, atau disebut dengan lone
FA. Lone FA ini dikatakan tidak berhubungan dengan risiko tromboemboli yang tinggi pada
kelompok usia muda, tertapi bila terjadi pada kelompok usia lanjut risiko ini tetap akan
meningkat.
Penyakit Jantung yang Berhubungan dengan FA :
Penyakit jantung koroner
Kardiomiopati Dilatasi
Kardiomiopati Hipertrofik
Penyakit Katup Jantung : reumatik maupun non-reumatik
Aritmia jantung : takikardia atrial, fluter atrial, AVNRT, sindrom WPW, sick sinus
syndrome.
Perikarditis
Penyakit di luar Jantung yang Berhubungan dengan FA :
Hipertensi
Diabetes Melitus’hipertiroidisme
Penyakit paru : PPOK, hipertensi pulmonal primer, emboli paru akut
Neurogenik : sistem saraf autonom dapat mencetuskan FA pada pasien yang sensitif
melalui peninggian tonus vagal atau adrenergik
Klasifikasi FA
FA paroksismal bila FA berlangsung kurang dari 7 hari. Lebih kurang 50% FA paroksismal
akan kembali ke irama sinus secara spontan dalam waktu 24 jam. FA yang episode
pertamnaya kurang dari 48 jam juga disebut FA paroksismal.
FA persisten bila FA menetap lebih dari 48 jam tetapi kurang dari 7 hari. Pada FA persisten
diperlukan kardioversi untuk mengembalikan ke irama sinus.
FA kronik atau permanen bila FA berlangsung lebih dari 7 hari. Biasanya dengan
kardioversi pun sulit sekali untuk mengembalikan ke irama sinus (resisten).
PRINSIP MEKANISME ELEKTROFISIOLOGI FA
Aktivasi fokal : Fokus diawali biasanya dai daerah vena pulmonalis.
Multiple Wavelet Reentry : timbulnya gelombang yang menetap dari dpolarisasi atrial
prematur atau aktivitas aritmogenik dari fokus yang tercetus secara cepat.
MANIFESTASI KLINIK FA
FA dapat simptomatik dapat pula asimptomatik. Gejala-gejala FA sangat bervariasi
tergantung dari kecepatan laju irama ventrikel, lamanya FA, penyakit yang mendasarinya.
Sebagian mengeluh berdebar-debar, sakit dada terutama saat beraktivitas, sesak napas, cepat
lelah, sinkop atau gejala tromboemboli. FA dapat mencetuskan gejala iskemik pada FA
dengan dasar penyakit jantung koroner. Fungsi kontraksi atrial yang sangat berkurang pada
FA akan menurunkan curah jantung dan dapat menyababkan terjadi gagal jantung kongestif
pada pasien dengan disfungsi ventrikel kiri.
EVALUASI KLINIK FA
Evaluasi klinik pada pasien FA meliputi :
Anamnesis
o Dapat diketahui tipe FA dengan mengetahui lama timbulnya (episode pertama,
paroksismal, persisten, permanen)
o Mentukan beratnya gejala yang menyertai: berdebar-dbar, lemah, sesak nafas
terutama saat aktivitas, pusing, gejala yang menunjukkan adanya iskemia atau
gagal jantung kongestif
o Penyakit jantung yang mendasari, penyebab lain dari FA misanya hipertiroid.
Pemeriksaan Fisik
o Tanda vital : denyut nadi berupa kecepatan dan regularitasnya
o Ronki pada paru menunjukkan kemungkinan terdapat gagal jantung kongestif
o Irama gallop S3 pada auskultasi jantung menunjukkan kemungkinan terdapat
gagal jantung kongestif, terdapatnya bising pada auskultasi kemungkinan
adanya penyakit katup jantung
o Hepatomegali : kemungkinan terdapat gagal jantung kanan
Laboratorium : HCT, TSH, enzim jantung bila dicuirgai
EKG : dapat diketahui antara lain irama, LVH, sindrom WPW
Foto thorax
Ekokardiografi untuk melihat antara lain kelainan katup, ukuran dari atrium dan
ventrikel, LVH, fungsi ventrikel kiri.
Penatalaksanaan
Kardioversi
Pengembalian ke irama sinus pada FA akan mengurangi gejala, memperbaiki
hemodinamik, meningkatkan kemampuan latihan, mencegah remodeling elektroanatomi
dan memperbaiki fungsi atrium.
Kardioversi farmakologi
Kardioversi farmakologis paling efektif bila dilakukan dalam 7 hari setelah terjadinya
FA. Dalam pemberian obat anti aritmia efek samping obat-obatan tersebut harus
diperhatikan.
Kardioversi elektrik
Pasien FA dengan hemodinamik yang tidak stabil akibat laju irama ventrikel yang
cepat disertai tanda iskemi, hipotensi, sinkop perlu segera dilakukan kardioversi elektrik.
Kardioversi elektrik dimulai dengan 200 joule. Bila tidak berhasil dapat dinaikkan
menjadi 300 joule. Pasien dipuasakan dan dilakukan anestesi dengan obat anestesi.
Pencegahan Tromboemboli
Ada beberapa faktor resiko pada pasien fibrilasi atrial yang direkomendasikan untuk
mendapatkan terapi antitrombotik aspirin atau warfarin sebagai pencegahan emboli. Tabel
berikut merupakan rekomendasi antitrombotik pada pasien dengban FA.
Faktor resiko pada pasien dengan atrial fibrilasi
Resiko rendah Resiko moderat Resiko tinggi
Wanita
Usia 64-74 tahun
PJK
Tirotoksitosis
Usia >74 tahun
Hipertensi
Gagal jantung
DM
Riwayat strok
TIA
Stenosis mitral
Fibrilasi atrium
Paroksismal Persisten Permanen
antikoagulan
Pertimbangkan antiaritmia dan
kardioversi
Tidak perlu terapi kecuali gejala
hiperrtensi