131193085 Atrial Fibrilasi

download 131193085 Atrial Fibrilasi

of 32

Transcript of 131193085 Atrial Fibrilasi

  • 8/13/2019 131193085 Atrial Fibrilasi

    1/32

    BAB II

    PEMBAHASAN

    II.1. Congestive Heart Failure

    II.1.1. Definisi

    Gagal jantung didefinisikan sebagai kondisi dimana jantung tidak lagi

    dapat memompakan cukup darah ke jaringan tubuh. Gangguan fungsi jantung

    dapat berupa gangguan fungsi diastolik atau sistolik, gangguan irama jantung,

    atau ketidaksesuaian preload dan afterload . Gagal jantung kongestif(congestive heart failure ) merupakan kegagalan ventrikel kiri dan atau kanan

    dari jantung yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk memberikan cardiac

    output yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan, menyebabkan

    terjadinya kongesti pulmonal dan sistemik

    II.1.2. Etiologi

    Gagal jantung adalah komplikasi tersering dari segala jenis penyakit

    jantung kongenital maupun didapat. Mekanisme fisiologis yang menyebabkan

    gagal jantung meliputi :

    1. Meningkatkan beban awal

    Keadaan yang meningkatkan beban awal meliputi regurgitasi aorta dan

    cacat septum ventrikel.

    2. Meningkatkan beban akhir

    Beban akhir meningkat pada keadaan-keadaan seperti stenosis aorta

    dan hipertensi sistemik.

    3. Menurunkan kontraktilitas miokardium

    Kontraktilitas miokardium dapat menurun pada infark miokardium

    dan kardiomiopati.

  • 8/13/2019 131193085 Atrial Fibrilasi

    2/32

    Selain ketiga mekanisme fisiologis yang menyebabkan gagal jantung,

    terdapat faktor-faktor fisiologis lain yang dapat menyebabkan jantung gagal

    bekerja sebagai pompa. Faktor-faktor yang mengganggu pengisian ventrikel

    (misal, stenosis katup atrioventrkularis) dapat menyebabkan gagal jantung.Faktor-faktor yang dapat memicu terjadinya gagal jantung melalui

    penekanan sirkulasi yang mendadak dapat berupa:

    a.Disritmia

    Disritmia akan mengganggu fungsi mekanis jantung dengan

    mengubah rangsangan listrik yang memulai respons mekanis. Respons

    mekanis yang sinkron dan efektif tidak akan dihasilkan tanpa adanya

    ritme jantung yang stabil.

    b. Infeksi sistemik dan infeksi paru-paru

    Respon tubuh terhadap infeksi akan memaksa jantung untuk

    memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh yang meningkat.

    c. Emboli paru

    Emboli paru secara mendadak akan meningkatkan resistensi

    terhadap ejeksi ventrikel kanan, memicu terjadinya gagal jantung

    kanan

    Tabel .Penyebab Seluruh Kegagalan Pompa Jantung

    Penyebab Seluruh Kegagalan Pompa Jantung

    A. Kelainan Mekanik

    1. Peningkatan Beban Tekanan

    a. Sentral (Stenosis aorta)

    b. Perifer (hipertensi sistemik)

    1. Peningkatan Beban Volume (Regurgitasi katup, peningkatan beban awal)

    2. Obstruksi terhadap pengisian ventrikel (stenosis mitral atau

    trikuspidal)

  • 8/13/2019 131193085 Atrial Fibrilasi

    3/32

  • 8/13/2019 131193085 Atrial Fibrilasi

    4/32

    Meningkatnya harapan hidup disertai makin tingginya angka survival

    setelah serangan infark miokard akut akibat kemajuan pengobatan dan

    penatalaksanaan. Akibatnya angka perawatan di rumah sakit karena gagal

    jantung dekompensasi juga ikut meningkat. Dari survey registrasi di rumahsakit didapatkan angka perawatan pasien yang berhubungan dengan gagal

    jantung sebesar 4,7% untuk perempuan dan 5,1% untuk laki-laki. Secara umum

    angka perawatan pasien gagal jantung di Amerika dan Eropa menunjukkan

    angka yang semakin meningkat.

    Gagal jantung merupakan suatu sindrom, bukan diagnosa penyakit. Gagal

    jantung kongestif (Congestive Heart Failure/ CHF) juga mempunyai prevalensi

    yang cukup tinggi pada lansia dengan prognosis yang buruk. Prevalensi CHF

    adalah tergantung umur/agedependent. Menurut penelitian, gagal jantung jarang

    pada usia di bawah 45 tahun, tapi menanjak tajam pada usia 75 - 84 tahun.

    Dengan semakin meningkatnya angka harapan hidup, akan didapati

    prevalensi dari CHF yang meningkat juga. Hal ini dikarenakan semakin

    banyaknya lansia yang mempunyai hipertensi mungkin akan berakhir dengan

    CHF. Selain itu semakin membaiknya angka keselamatan (survival) post-infark

    pada usia pertengahan, menyebabkan meningkatnya jumlah lansia dengan

    resiko mengalami CHF.

    II.1.4. Patofisiologi

    Kelainan intrinsik pada kontraktilitas miokardium yang khas pada gagal

    jantung akibat penyakit jantung iskemik, mengganggu kemampuan

    pengosongan ventrikel yang efektif. Kontraktilitas ventrikel kiri yang menurun

    mengurangi volume sekuncup dan meningkatkan volume residu ventrikel.

    Dengan meningkatnya volume akhir diastolik ventrikel, terjadinya peningkatantekanan akhir diastolik ventrikel kiri. Akibatnya terjadi pula peningkatan

    tekanan atrium kiri karena atrium dan ventrikel berhubungan langsung selama

    diastol. Peningkatan tekanana atrium kiri diteruskan ke belakang kedalam

    pembuluh darah paru-paru, meningkatkan tekanan kapiler dan vena paru-paru.

  • 8/13/2019 131193085 Atrial Fibrilasi

    5/32

  • 8/13/2019 131193085 Atrial Fibrilasi

    6/32

    dengan angiotensinogen di dalam darah akan menghasilkan angiotensi I.

    Kemudian akan terjadi konversi angiotensin I menjadi angiotensin II.

    Angiotensin II akan merangsang sekresi aldosteron dari kelenjar adrenal

    yang akan meningkatkan reabsorspi natrium pada tubulus distal danduktus pengumpul.Natrium akan menarik air. Selain itu, angiotensin II

    jua menghasilkan efek vasokonstriksi yang meningkatkan tekanan darah.

    3. Hipertrofi ventrikel.

    Respon kompensatorik terakhir pada gagal jantung adalah hipertrofi

    miokardium atau bertambah tebal dinding miokardium. Hipertrofi akan

    meningkatkan jumlah sarkomer dalam sel-sel miokardium sehingga dapat

    meningkatkan kekuatan kontraksi ventrikel sehingga curah jantung aka

    meningkat.

    Ketiga respon ini mencerminkan usaha untuk mempertahankan curah

    jantung. Mekanisme ini mungkin memadai untuk mempertahankan curah

    jantung pada tingkat normal atau hampir normal pada awal perjalanan

    gagal dan pada keadaan istirahat. Namun, kelainan kerja ventrikel dan

    menurunnya curah jantung biasanya tampak saat beraktivitas. Dengan

    berlanjutnya gagal jantung, maka kompensasi akan menjadi semakin

    kurang efektif.

    II.1.5. Klasifikasi

    Gagal jantung dapat dibagi menjadi gagal jantung kiri dan gagal jantung

    kanan. Gagal jantung juga dapat dibagi menjadi gagal jantung akut, gagal

    jantung kronis dekompensasi, serta gagal jantung kronis. Klasifikasi

    berdasarkan Killip digunakan pada penderita infark miokard akut, dengan pembagian:

    Derajat I : Tanpa gagal jantung Derajat II : Gagal jantung dengan ronki basah halus di basal paru,

    S3 galop dan peningkatan tekanan vena pulmonalis

  • 8/13/2019 131193085 Atrial Fibrilasi

    7/32

    Derajat III : Gagal jantung berat dengan edema paru seluruh

    lapangan paru.

    Derajat IV : Syok kardiogenik dengan hipotensi (tekanan darah

    sistolik < 90 mmHg) dan vasokonstriksi perifer (oliguria, sianosis dan

    diaforesis)

    Klasifikasi Stevenson menggunakan tampilan klinis dengan melihat tanda

    kongesti (adanya ortopnea, distensi vena juguler, ronki basah, refluks hepato

    jugular, edema perifer, suara jantung pulmonal yang berdeviasi ke kiri, atau

    square wave blood pressure pada manuver valsava) dan kecukupan perfusi

    (adanya tekanan nadi yang sempit, pulsus alternans, hipotensi simtomatik,ekstremitas dingin dan penurunan kesadaran). Pasien yang mengalami kongesti

    disebut basah ( wet ) yang tidak disebut kering ( dry ). Pasien dengan gangguan

    perfusi disebut dingin ( cold ) dan yang tidak disebut panas ( warm ). Berdasarkan

    hal tersebut penderta dibagi menjadi empat kelas, yaitu:

    Kelas I (A) : kering dan hangat ( dry warm ) Kelas II (B) : basah dan hangat ( wet warm ) Kelas III (L) : kering dan dingin ( dry cold ) Kelas IV (C) : basah dan dingin ( wet cold )

    Berdasarkan New York Heart Association , Klasifikasi gagal jantung :

    Kelas I : Tanpa keluhan

    Para penderita penyakit jantung tanpa pembatasan

    dalam kegiatan fisik serta tidak menunjukkan gejala-

    gejala penyakit jantung seperti cepat lelah, sesak

    nafas atau berdebar-debar, apabila mereka

    melakukan kegiatan biasa.

    Kelas II : Ringan

    Penderita dengan sedikit pembatasan dalam kegiatan

    fisik. Mereka tidak mengeluh apa-apa waktu

    istirahat, akan tetapi kegiatan fisik yang biasa

  • 8/13/2019 131193085 Atrial Fibrilasi

    8/32

    menimbulkan gejala-gejala insufisiensi jantung

    seperti kelelahan, jantung berdebar, sesak nafas atau

    nyeri dada.

    Kelas III : SedangPenderita penyakit jantung dengan banyak

    pembatasan dalam kegiatan fisik. Mereka tidak

    mengeluh apa-apa waktu istirahat, akan tetapi

    kegiatan fisik yang kurang dari kegiatan biasa sudah

    menimbulkan gejala-gejala insufisiensi jantung

    seperti yang tersebut di atas.

    Kelas IV : Berat

    Penderita tidak mampu melakukan kegiatan fisik

    apapun tanpa menimbulkan keluhan. Waktu istirahat

    juga dapat menimbulkan gejala-gejala insufisiensi

    jantung, yang bertambah apabila mereka melakukan

    kegiatan fisik meskipun sangat ringan.

    II.1.6. Manifestasi Klinis

    A. Gejala dan tanda gagal jantung kiri:

    Dispnea (sulit bernapas)

    Pasien termasuk dalam NYHA III

    dikarenakan Penderita penyakit

    jantung dengan banyak pembatasan

    dalam kegiatan fisik. Mereka tidak

    mengeluh apa-apa waktu istirahat,

    akan tetapi kegiatan fisik yang kurang

    dari kegiatan biasa sudah

    menimbulkan gejala-gejala

    insufisiensi jantung

  • 8/13/2019 131193085 Atrial Fibrilasi

    9/32

    Merupakan keluhan yang paling umum. Dispnea disebabkan oleh

    peningkatan kerja pernafasan akibat kongesti vaskular paru yang

    mengurang kelenturan paru dan peningkatan tahanan aliran udara.

    Dispnea saat beraktivitas ( dyspneu deffort ) menunjukan gejala awaldari gagal jantung kiri.

    Orthopnea

    Orthopnea, yang didefinisikan sebagai sesak napas yang terjadi pada

    posisi berbaring, biasanya merupakan manifestasi lanjut dari gagal

    jantung dibandingkan dyspneu deffort. Hal ini terjadi akibat

    redistribusi dari cairan dari sirkulasi splanchnik dan ektremitas bawah

    kedalam sirkulasi pusat selama berbaring, disertai dengan peningkatantekanan kapiler pulmoner.

    Batuk nocturnal (batuk yang dialami pada malam hari)

    Merupakan gejala yang sering terjadi pada proses ini dan seringkali

    menyamarkan gejala gagal jantung yang lain.

    Paroxysmal Nocturnal Dyspnea (PND)

    Istilah ini berarti adanya episode akut dari sesak napas yang berat dan

    batuk yang biasanya terjadi pada malam hari dan membangunkan

    pasien dari tidur, biasanya 1-3 jam setelah pasien tidur. PND dapat

    bermanifestasi sebagai batuk-batuk atau wheezing, kemungkinan

    karena peningkatan tekanan pada arteri bronchial menyebabkan

    kompresi saluran udara, disertai dengan edema pulmoner interstitial

    yang meyebabkan peningkatan resistensi saluran udara. Diketahui

    bahwa orthopnea dapat meringan setelah duduk tegak, sedangkan

    pasien PND seringkali mengalami batuk dan wheezing yang persisten

    walaupun mereka mengaku telah duduk tegak. Ronki

    Timbulnya ronki yang disebabkan oleh transudasi cairan paru

    merupakan ciri khas dari gagal jantung kiri. Awalnya terdengar

    dibagian bawah paru-paru karena pengaruh gaya gravitasi.

  • 8/13/2019 131193085 Atrial Fibrilasi

    10/32

    Hemoptisis

    Disebabkan oleh perdarahan vena bronkial yang terjadi akibat distensi

    vena.

    Disfagia (sulit menelan)Disebabkan oleh distensi atrium kiri atau vena pulmonalis yang

    menyebabkan kompresi esofagus dan disfagia.

    Hipoperfusi ke organ-organ nonvital

    Penurunan cardiac output menimbulkan hipoperfusi ke organ-organ

    nonvital demi mempertahankan perfusi ke jantung dan otak sehingga

    manifestasi paling dini dari gagal ke depan adalah berkurangnya

    perfusi ke organ seperti kulit, otot rangka, dan ginjal. Gejalanyameliputi :

    a. Kulit pucat dan dingin disebabkan oleh vasokonstriksi perifer.

    b. Demam ringan dan keringat yang berlebihan disebabkan oleh

    vaskonstriksi kulit yang dapat menghambat kemampuan

    tubuh untuk melepaskan panas.

    c. Kelemahan dan keletihan disebabkan oleh kurangnya perfusi

    ke otot rangka. Gejala juga dapat diperberat oleh

    ketidakseimbangan elektrolit dan cairan atau anoreksia.

    d. Anuria Akibat kurangnya perfusi darah ke ginjal. Pernapasan Cheyne-Stokes

    Juga disebut sebagai pernapasan periodic atau pernapasan siklik,

    pernapasan Cheyne-Stokes umum terjadi pada gagal jantung berat dan

    biasanya berkaitan dengan rendahnya cardiak ouput . Pernapasan

    Cheyne-Stokes disebabkan oleh berkurangnya sensitivitas pada pusat

    respirasi terhadap tekanan PCO2. Terdapat fase apneu, dimana terjadi

    pada saat penurunan PO2 arterial dan PCO2 arterial meningkat. Hal ini

    merubah komposisi gas darah arterial dan memicu depresi pusat

    pernapasan, mengakibatkan hiperventilasi dan hipokapnia, diikuti

    rekurensi fase apnea. Pernapasan Cheyne-Stokes dapat dipersepsi oleh

  • 8/13/2019 131193085 Atrial Fibrilasi

    11/32

    keluarga pasien sebagai sesak napas parah (berat) atau napas berhenti

    sementara.

    Gejala serebral

    Pasien dengan gagal jantung dapat pula datang dengan Gejala serebral,

    seperti disorientasi, gangguan tidur dan mood, dapat pula diamati pada

    pasien dengan gagal jantung berat, terutama pasien lanjut usia dengan

    arteriosclerosis serebral dan perfusi serebral yang menurun. Nocturia

    umum terjadi pada gagal jantung dan dapat berperan dalam insomnia

    B. Gejala dan tanda gagal jantung kanan:

    Kongesti vena sistemik

    Dapat diamati dengan peningkatan tekanan vena jugularis (JVP), vena-

    vena leher mengalami bendungan. Tekanan vena sentral (CVP) dapat

    meningkat secara paradoks selama inspirasi jika jantung kanan yang

    gagal tidak dapat menyesuaikan terhadap peningkatan aliran balik vena

    ke jantung selama inspirasi.

    Hepatomegali (pembesaran hati)

    Nyeri tekan hati dapat terjadi akibat peregangan kapsula hati.

    Keluhan gastrointestinal.

    Anorexia, nausea, dan perasaan penuh yang berkaitan dengan nyeri

    abdominal merupakan gejala yang sering dikeluhkan dan dapat

    berkaitan dengan edema pada dinding usus dan/atau kongesti hepar.

    Gejala yang terdapat pada pasien

    meliputi Dispnea (sulit bernapas), danOrthopnea (sesak saat berbaring)

  • 8/13/2019 131193085 Atrial Fibrilasi

    12/32

    Edema perifer

    Terjadi akibat penimbunan cairan dalam ruang interstisial. Edema

    mula-mula tampak pada bagian tubuh yang bergantung seperti

    palpebra pada pagi hari. Siangnya edema akan tampak pada

    ekstremitas terutama tungkai akibat gravitasi.

    Nokturia (diuresis malam hari)

    Nokturia disebabkan oleh redistribusi cairan dan reabsorpsi pada

    waktu berbaring.

    Asites dan edem anasarka

    Gagal jantung yang berlanjut dapat menimbulkan asites atau edema

    tubuh generalisata.

    II.1.7. Faktor Resiko

    Penyakit kardiovaskular disebabkan berbagai macam factor. Antara lain:

    a. Kebiasaan merokok

    Merokok meningkatkan 2-3 kali lipat risiko kematian akibat

    penyakit jantung koroner dan penyakit kardiovaskular. Risiko orang

    berhenti merokok mengalami gangguan kardiak dan penyakit

    kardiovaskular lain berkurang 50%.

    b. Kurang aktifitas fisik

    Aktifitas fisik menurunkan risiko penyakit kardiovaskular dan

    diabetes tipe 2 (dua) melalui beberapa mekanisme. Secara umum,

    aktifitas fisik memperbaiki metabolism glukosa, mengurangi lemak

    Gejala yang terdapat pada pasien meliputi peningkatan JVP,

    hepatomegali, keluhan gastrointestinal dan edema perifer

  • 8/13/2019 131193085 Atrial Fibrilasi

    13/32

    tubuh, dan menurunkan tekanan darah. Kurang aktifitas fisik

    meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular.

    c. Perubahan pola diet, kelebihan berat badan, dan hiperlipidemiaSaat ini kecenderungan pola makan masyarakat di dunia beralih

    pada makanan siap saji. Kecenderungan itu melupakan tradisi pola makan

    tradisional, yang kaya buah, sayur, dan padi-padian.

    Paling tidak sekitar 1 (satu) miliar orang di dunia saat ini kelebihan

    berat badan. Sekitar 300 juta menderita obesitas yang diukur

    menggunakan criteria WHO: body mass index (BMI) untuk kelebihan

    berat badan adalah di atas 25 kg/m 2, sedang obesitas sekurangnya 30

    kg/m 2. Kolesterol adalah faktor kunci dari proses aterosklerosis, yang

    menjadi dasar meningkatnya risiko penyakit kardiovaskular.

    d. Diabetes dan hipertensi

    The American Heart Association menganggap diabetes sebagai

    faktor utama risiko kardiovaskular. Saat ini, diabetes diidap sekitar 150

    juta orang di seluruh dunia dan prevalensinya terutama pada usia muda,

    akan berlipat dua dalam 25 tahun ke depan.

    Diperkirakan 690 juta jiwa di seluruh dunia mengidap hipertensi.

    Hipertensi sering kali diketemukan pada pasien diabetes dimana

    prevalensinya berkisar 20 sampai 60%. Hipertensi merupakan factor

    risiko untuk penyakit kardiovaskular.

    e. Faktor usia dan jenis kelamin

    Resiko yang paling besar untuk terserang penyakit jantung adalah pada laki-laki dengan usia lebih dari 45 tahun dan pada wanita usia lebih

    dari 55 tahun. Faktor usia yang tidak bisa dikendalikan maka harus dapat

    merubah atau mempengaruhi Faktor-faktor resiko lain.

  • 8/13/2019 131193085 Atrial Fibrilasi

    14/32

    f. Faktor Keturunan

    Seseorang tidak dapat merubah faktor keturunan atau riwayat

    penyakit jantung pada keluarga. Faktor keturunan patut untuk

    dicemaskan, karena merupakan hal yang penting untuk anda ketahuiapakah penyakit-penyakit yang terjadi dalam keluarga dan

    menceritakannya pada dokter.

    II.1.8. Diagnosis

    Diagnosis dibuat berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan

    pemeriksan penunjang.

    A. Anamnesis

    Manifestasi klinis Gagal jantung ringan dan moderat :

    Perasaan tidak nyaman jika berbaring pada permukaan yang

    datar dalam beberapa menit.

    Tekanan darah sistolik dapat normal atau tinggi. Gagal jantung berat :

    Pasien harus duduk dengan tegak Sesak nafas

    Tidak dapat mengucapkan satu kalimat lengkap karenasesak yang dirasakan

    Tekanan darah sistolik berkurang karena adanya

    disfungsi LV berat

    Peningkatan aktivitas adrenergic menyebabkan :

    Faktor resiko yang terdapat dalam pasien ini

    meliputi umur dan jenis kelamin, yakni laki-

    laki > 45 tahun, merokok, hipertensi,

    hiperlipidemia, dan kurang aktivitas

  • 8/13/2019 131193085 Atrial Fibrilasi

    15/32

    Sianosis pada bibir dan kuku Sinus takikardi (merupakan tanda nonspesifik)

    Tekanan nadi dapat berkurang atau menghilang menandakan

    adanya penurunan stroke volume Vasokonstriksi perifer menyebabkan dinginnya ekstremitas bagian

    perifer

    B. Pemeriksaan fisis

    Meliputi inspeksi perut bisa membuncit, palpasi dapat

    ditemukan hepatomegali, perkusi, dan auskultasi bising usus biasanya

    normal

    C. Pemeriksaan penunjang :

    1. Foto toraks

    Mengarah ke kardiomegali, LVH jantung membesar ke kiri,

    apeks menekan diafragma (tertanam),RVH jantung

    membesar ke kiri dengan apeks terangkat dari diafragma,

    pinggang jantung merata atau menonjol,dan ada gambaran

    double kontur.

    Corakan vascular paru menggambarkan kranialisasi Garis Kerley A/B Infiltrat prekordial kedua paru Efusi pleura

    2. EKG

    Untuk melihat penyakit yang mendasari seperti infark miokard

    dan aritmia. Hipertropi ventrikel kiri dimana S d V1 + R di

    V5/V6 35 mm , aritmia misalnya terdapat fibrilasi atrium

    dimana jarak R ke R tidak seragam.

  • 8/13/2019 131193085 Atrial Fibrilasi

    16/32

    D. Pemerikasaan penunjang

    Meliputi pemeriksaan Hb, elektrolit, ekokardiografi untuk

    kelainan katup , angiografi, fungsi ginjal, dan fungsi tiroiddilakukan atas indikasi.

    Laboratorium :

    1. Faal ginjal :

    a. Urin :

    a. Berat jenis 120x/menit)

    Kriteria mayor atau minor :

    Penurunan berat badan > 4,5 kg dalam 5 hari pengobatan.

    II.1.9. Penatalaksanaan

    1. Aktivitas

    Walaupun aktivitas fisik berat tidak dianjurkan pada gagal jantung,

    suatu latihan rutin ringan terbukti bermanfaat pada pasien gagal jantung

    dengan NYHA kelas I-III. Pasien euvolemik sebaiknya didorong untuk

    melakukan latihan rutin isotonic seperti jalan atau mengayuh sepeda

    ergometer statis, yang dapat ditoleransi. Beberapa penelitian mengenai

    latihan fisik memberikan hasil yang positif dengan berkurangnya gejala,

    meningkatkan kapasitas latihan, dan memperbaiki kualitas dan durasi

    kehidupan.

    2. Diet

    Diet rendah garam (2-3 g per hari) dianjurkan pada semua pasien gagal

    jantung.

    3. Diuretik

    Kebanyakan dari manifestasi klinik gagal jantung sedang hingga berat

    diakibatkan oleh retensi cairan yang menyebabkan ekspansi volume dan

    Terdapat kriteria mayor meliputi : peningkatan JVP,

    Rongki dan kardiomegali

    Sedangkan kriteria minor meliputi : Hepatomegali, edema

    ekstremitas, dyspneu de effort serta adanya takikardi.

  • 8/13/2019 131193085 Atrial Fibrilasi

    19/32

    gejala kongestif. Diuretik adalah satu-satunya agen farmakologik yang dapat

    mengendalikan retensi cairan pada gagal jantung berat, dan sebaiknya

    digunakan untuk mengembalikan dan menjaga status volume pada pasien

    dengan gejala kongestif (sesak napas, orthopnea, dan edema) atau tanda peningkatan tekanan pengisian (rales, distensi vena jugularis, edema perifer).

    Furosemide, torsemide, dan bumetanide bekerja pada loop of Henle (loop

    diuretics) dengan menginhibisi reabsorbsi Na+, K+,dan Cl pada bagian

    asendens pada loop of henle; thiazide dan metolazone mengurangi reabsorbsi

    Na+ dan Cl- pada bagian awal tubulus kontortus distal, dan diuretic hemat

    kalium seperti spironolakton bekerja pada tingkat duktus koligens.

    4. Vasodilator

    Vasodilator diindikasikan pada gagal jantung akut sebagai first line

    theraphy , apabila hipoperfusi padahal tekanan darah adekuat dan tanda-tanda

    kongesti dengan diuresis sedikit, untuk membuka sirkulasi perifer dan

    mengurangi pre-load . Contoh vasodilator Gliseril trinitrat 5-mononitrat,

    Isosorbid dinitrat, Nitropusid, dan Nesitirid.

    5. ACE Inhibitor (ACEI)

    Terdapat banyak bukti yang menyatakan bahwa ACE inhibitor

    sebaiknya digunakan pada pasien simptomatis dan asimptomatis dengan EF

    (Ejection fraction) menurun. ACE inhibitor mempengaruhi sistem rennin-

    angiotensin dengan menginhibisi enzyme yang berperan terhadap konversi

    angiotensin menjadi angiotensin II. Tidak hanya itu, karena ACE inhibitor

    (ACEI) juga dapat menghambat kininase II, sehingga dapat mengakibatkan

    peningkatan bradykinin, yang akan meningkatkan efek bermanfaat darisupresi angiotensin. ACEI menstabilkan LV remodeling, meringankan

    gejala, mengurangi kemungkinan opname, dan memperpanjang harapan

    hidup. Karena retensi cairan dapat menurunkan efek ACEI, dianjurkan untuk

    diberikan diuretic sebelum memulai terapi ACEI. Akan tetapi, penting untuk

  • 8/13/2019 131193085 Atrial Fibrilasi

    20/32

    mengurangi dosis diuretic selama awal pemberian ACEI dengan tujuan

    mengurangi kemungkinan hipotensi simptomatik. ACEI sebaiknya dimulai

    dengan dosis rendah, diikuti dengan peningkatan dosis secara bertahap jika

    dosis rendah dapat ditoleransi.Efek samping yang kebanyakan terjadi berkaitan dengan supresi sistem

    renin angiotensin. Penurunan tekanan darah dan azotemia ringan dapat

    terjadi selama pemberian terapi dan biasanya ditoleransi dengan baik

    sehingga dosis tidak perlu diturunkan. Akan tetapi, jika hipotensi diikuti

    dengan rasa pusing atau disfungsi renal menjadi lebih berat, maka penting

    untuk menurunkan dosisnya. Pada retensi potassium yang tidak berespon

    dengan diuretic, dosis ACE juga perlu diturunkan.

    6. Angiotensin Receptor Blocker (ARB)

    Obat ini ditoleransi dengan baik pada pasien yang tidak dapat

    diberikan ACE karena batuk, rash kulit, dan angioedema. Walaupun ACEI

    dan ARB menghambat sistem rennin-angiotensin, kedua golongan obat ini

    bekerja dalam mekanisme yang berbeda. ACEI memblokir enzim yang

    berperan dalam mengkonversi angiotensin I menjadi angiotensin II, ARB

    memblokir efek angiotensin II pada reseptor angiotensin tipe I. Beberapa

    penelitian klinik menunjukkan manfaat terapeutik dari penambahan ARB

    pada terapi ACEI pada pasien HF kronis.

    Baik ACE inhibitor maupun ARBs memiliki efek serupa terhadap

    tekanan darah, fungsi ginjal, dan potassium. Sehingga efek samping kedua

    obat tersebut serupa pula.

    7. -Adrenergic Receptor BlockersTerapi Beta blocker menunjukkan kemajuan utama dalam penanganan

    pasien dengan penurunan EF. Obat ini mempengaruhi efek berbahaya dari

    aktivasi sistem adrenergic yang berkepanjangan dengan secara kompetitif

    memblokir satu atau lebih reseptor adrenergik (1, 1, and 2). Walaupun

  • 8/13/2019 131193085 Atrial Fibrilasi

    21/32

    terdapat manfaat potensial dalam memblokir tiga reseptor ini, kebanyakan

    efek penurunan ak tivasi adrenergic dimediasi oleh reseptor 1. Jika

    diberikan bersamaan dengan ACEI, beta blocker menghambat proses LV

    remodeling, meringankan gejala pasien, mencegah opname, danmemperpanjang harapan hidup. Maka dari itu beta blocker diindikasikan

    pada pasien HF simptomatik atau asimptomatik dengan EF menurun

    (

  • 8/13/2019 131193085 Atrial Fibrilasi

    22/32

    9. Antikoagulan dan Antiplatelet

    Pasien HF memiliki peningkatan resiko terjadinya kejadian

    thromboembolik. Pada penilitan klinis, angka kejadian stroke mulai dari 1,3

    hingga 2,4% per tahun. Penurunan fungsi LV dipercaya mengakibatkanrelative statisnya darah pada ruang kardiak yang berdilatasi dengan

    peningkatan resiko pembentukan thrombus. Penatalaksanaan dengan

    warfarin dianjurkan pada pasien dengan HF, fibrilasi atrial paroxysmal, atau

    dengan riwayat emboli sistemik atau pulmoner, termasuk stroke atau

    transient ischemic attack (TIA). Pasien dengan iskemik kardiomyopati

    simptomatik atau asimptomatik dan memiliki riwayat MI dengan adanya

    thrombus LV sebaiknya diatasi dengan warfarin dengan permulaan 3 bulan

    setelah MI, kecuali terdapat kontraindikasi terhadap pemakaiannya.

    Aspirin direkomendasikan pada pasien HF dengan penyakit jantung

    iskemik untuk menghindari terjadinya MI dan kematian. Namun, dosis

    rendah aspirin (75 atau 81 mg) dapat dipilih karena kemungkinan

    memburuknya HF pada dosis lebih tinggi.

    II. 2. Atrial Fibrilasi

    II. 2. 1 Definisi

    Atrial fibrilasi adalah suatu gangguan pada jantung (aritmia) yang

    ditandai dengan ketidakteraturan irama denyut jantung dan peningkatan

    frekuensi denyut jantung, yaitu sebesar 350-650 x/menit. Pada dasarnya atrial

    fibrilasi merupakan suatu takikardi supraventrikuler dengan aktivasi atrial

    yang tidak terkoordinasi dan deteriorisasi fungsi mekanik atrium. Keadaan ini

    menyebabkan tidak efektifnya proses mekanik atau pompa darah jantung

    II. 2. 2 Klasifikasi

    Menurut AHA ( American Heart Association ), klasifikasi dari atrial

    fibrilasi dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu :

  • 8/13/2019 131193085 Atrial Fibrilasi

    23/32

    a. AF deteksi pertama

    Semua pasien dengan AF selalu diawali dengan tahap AF deteksi pertama.

    Tahap ini merupakan tahapan dimana belum pernah terdeteksi AF

    sebelumnya dan baru pertama kali terdeteksi. b. Paroksismal AF

    AF yang berlangsung kurang dari 7 hari atau AF yang mempunyai episode

    pertama kali kurang dari 48 jam dinamakan dengan paroksismal AF. AF

    jenis ini juga mempunyai kecenderungan untuk sembuh sendiri dalam

    waktu kurang dari 24 jam tanpa bantuan kardioversi .

    c. Persisten AF

    AF yang sifatnya menetap dan berlangsung lebih dari 48 jam tetapi kurang

    dari 7 hari. Berbeda dengan paroksismal AF, persisten AF perlu

    penggunaan dari kardioversi untuk mengembalikan irama sinus kembali

    normal.

    d. Kronik/permanen AF

    AF yang sifatnya menetap dan berlangsung lebih dari 7 hari. Pada

    permanen AF, penggunaan kardioversi dinilai kurang berarti, karena

    dinilai cukup sulit untuk mengembalikan ke irama sinus yang normal.

    Gambar 6. Pola Klasifikasi Atrial Fibrilasi

  • 8/13/2019 131193085 Atrial Fibrilasi

    24/32

    Disamping klasifikasi menurut AHA ( American Heart Association ),

    AF juga sering diklasifikasikan menurut lama waktu berlangsungnya, yaitu

    AF akut dan AF kronik. AF akut dikategorikan menurut waktu

    berlangsungnya atau onset yang kurang dari 48 jam, sedangkan AF kroniksebaliknya, yaitu AF yang berlangsung lebih dari 48 jam.

    II. 2. 3 Etiologi

    Etiologi yang terkait dengan AF terbagi menjadi beberapa faktor-

    faktor, diantaranya adalah

    a. Peningkatan tekanan/resistensi atrium

    1. Penyakit katup jantung

    2. Kelainan pengisian dan pengosongan ruang atrium

    3. Hipertrofi jantung

    4. Kardiomiopati

    5. Hipertensi pulmo ( chronic obstructive pulmonary disease dan cor

    pulmonal chronic )

    6. Tumor intracardiac

    b. Proses infiltratif dan inflamasi

    1. Pericarditis/miocarditis

    2. Amiloidosis dan sarcoidosis

    3. Faktor peningkatan usia

    c. Proses infeksi

    1. Demam dan segala macam infeksi

    d. Kelainan Endokrin

    1. Hipertiroid

    2. Feokromositomae. Neurogenik

    1. Stroke

    2. Perdarahan subarachnoid

    f. Iskemik Atrium

  • 8/13/2019 131193085 Atrial Fibrilasi

    25/32

  • 8/13/2019 131193085 Atrial Fibrilasi

    26/32

    II. 2. 6 Patofisiologi

    Mekanisme AF terdiri dari 2 proses, yaitu proses aktivasi lokal dan

    multiple wavelet reentry . Proses aktivasi lokal bisa melibatkan proses

    depolarisasi tunggal atau depolarisasi berulang. Pada proses aktivasi lokal,

    fokus ektopik yang dominan adalah berasal dari vena pulmonalis superior.

    Selain itu, fokus ektopik bisa juga berasal dari atrium kanan, vena cava

    superior dan sinus coronarius. Fokus ektopik ini menimbulkan sinyal elektrik

    yang mempengaruhi potensial aksi pada atrium dan menggangu potensial aksi

    yang dicetuskan oleh nodus SA

    Sedangkan multiple wavelet reentry , merupakan proses potensial aksi

    yang berulang dan melibatkan sirkuit/jalur depolarisasi. Mekanisme multiple

    wavelet reentry tidak tergantung pada adanya fokus ektopik seperti pada

    proses aktivasi lokal, tetapi lebih tergantung pada sedikit banyaknya sinyal

    elektrik yang mempengaruhi depolarisasi. Pada multiple wavelet reentry ,

    sedikit banyaknya sinyal elektrik dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu periode

    refractory , besarnya ruang atrium dan kecepatan konduksi. Hal ini bisa

    dianalogikan, bahwa pada pembesaran atrium biasanya akan disertai dengan

    pemendekan periode refractory dan penurunan kecepatan konduksi. Ketigafaktor tersebutlah yang akan meningkatkan sinyal elektrik dan menimbulkan

    peningkatan depolarisasi serta mencetuskan terjadinya AF

    Gambar 7. A. Proses Aktivasi Lokal Atrial Fibrilasi dan B. Proses M ult iple W avelets

    Reentry Atrial Fibrilasi

  • 8/13/2019 131193085 Atrial Fibrilasi

    27/32

    II. 2. 7 Penatalaksanaan

    Sasaran utama pada penatalaksanaan AF adalah mengontrol

    ketidakteraturan irama jantung, menurunkan peningkatan denyut jantung dan

    menghindari/mencegah adanya komplikasi tromboembolisme . Kardioversi merupakan salah satu penatalaksanaan yang dapat dilakukan untuk AF.

    Menurut pengertiannya, kardioversi sendiri adalah suatu tata laksana yang

    berfungsi untuk mengontrol ketidakteraturan irama dan menurunkan denyut

    jantung. Pada dasarnya kardioversi dibagi menjadi 2, yaitu pengobatan

    farmakologi ( Pharmacological Cardioversion ) dan pengobatan elektrik

    ( Electrical Cardioversion )

    a. Mencegah pembekuan darah ( tromboembolisme )

    Pencegahan pembekuan darah merupakan pengobatan untuk

    mencegah adanya komplikasi dari AF. Pengobatan yang digunakan adalah

    jenis antikoagulan atau antitrombosis, hal ini dikarenakan obat ini

    berfungsi mengurangi resiko dari terbentuknya trombus dalam pembuluh

    darah serta cabang-cabang vaskularisasi. Pengobatan yang sering dipakai

    untuk mencegah pembekuan darah terdiri dari berbagai macam,

    diantaranya adalah :

    1. Warfarin

    Warfarin termasuk obat golongan antikoagulan yang berfungsi dalam

    proses pembentukan sumbatan fibrin untuk mengurangi atau

    mencegah koagulasi. Warfarin diberikan secara oral dan sangat cepat

    diserap hingga mencapai puncak konsentrasi plasma dalam waktu 1

    jam dengan bioavailabilitas 100%. Warfarin di metabolisme dengan

    cara oksidasi (bentuk L) dan reduksi (bentuk D), yang kemudiandiikuti oleh konjugasi glukoronidasi dengan lama kerja 40 jam.

    2. Aspirin

    Aspirin secara irreversible menonaktifkan siklo-oksigenase dari

    trombosit (COX 2) dengan cara asetilasi dari asam amino serin

  • 8/13/2019 131193085 Atrial Fibrilasi

    28/32

    terminal. Efek dari COX 2 ini adalah menghambat produksi

    endoperoksida dan tromboksan (TXA 2) di dalam trombosit. Hal inilah

    yang menyebabkan tidak terbentuknya agregasi dari trombosit. Tetapi,

    penggunaan aspirin dalam waktu lama dapat menyebabkan pengurangan tingkat sirkulasi dari faktor-faktor pembekuan darah,

    terutama faktor II, VII, IX dan X.

    b. Mengurangi denyut jantung

    Terdapat 3 jenis obat yang dapat digunakan untuk menurunkan

    peningkatan denyut jantung, yaitu obat digitalis, -blocker dan antagonis

    kalsium. Obat-obat tersebut bisa digunakan secara individual ataupun

    kombinasi.

    1. Digitalis

    Obat ini digunakan untuk meningkatkan kontraktilitas jantung

    dan menurunkan denyut jantung. Hal ini membuat kinerja jantung

    menjadi lebih efisien. Disamping itu, digitalis juga memperlambat

    sinyal elektrik yang abnormal dari atrium ke ventrikel. Hal ini

    mengakibatkan peningkatan pengisian ventrikel dari kontraksi atrium

    yang abnormal.

    2. -blocker

    Obat -blocker merupakan obat yang menghambat efek sistem

    saraf simpatis. Saraf simpatis pada jantung bekerja untuk

    meningkatkan denyut jantung dan kontraktilitas jantung. Efek ini akan

    berakibat dalam efisiensi kinerja jantung.

    3. Antagonis KalsiumObat antagonis kalsium menyebabkan penurunan kontraktilitas

    jantung akibat dihambatnya ion Ca 2+ dari ekstraseluler ke dalam

    intraseluler melewati Ca 2+ channel yang terdapat pada membran sel.

    c. Mengembalikan irama jantung

  • 8/13/2019 131193085 Atrial Fibrilasi

    29/32

    Kardioversi merupakan salah satu penatalaksanaan yang dapat

    dilakukan untuk menteraturkan irama jantung. Menurut pengertiannya,

    kardioversi sendiri adalah suatu tata laksana yang berfungsi untuk

    mengontrol ketidakteraturan irama dan menurunkan denyut jantung. Padadasarnya kardioversi dibagi menjadi 2, yaitu pengobatan farmakologi

    ( Pharmacological Cardioversion ) dan pengobatan elektrik ( Electrical

    Cardioversion ).

    1. Pharmacological Cardioversion (Anti-aritmia)

    a. Amiodarone

    b. Dofetilide

    c. Flecainide

    d. Ibutilide

    e. Propafenone

    f. Quinidine

    2. Electrical Cardioversion

    Suatu teknik memberikan arus listrik ke jantung melalui dua

    pelat logam (bantalan) ditempatkan pada dada. Fungsi dari terapi

    listrik ini adalah mengembalikan irama jantung kembali normal atau

    sesuai dengan NSR ( nodus sinus rhythm ).

    3. Operatif

    a. Catheter ablation

    Prosedur ini menggunakan teknik pembedahan dengan membuatan

    sayatan pada daerah paha. Kemudian dimasukkan kateter kedalam

    pembuluh darah utma hingga masuk kedalam jantung. Pada bagian

    ujung kateter terdapat elektroda yang berfungsi menghancurkanfokus ektopik yang bertanggung jawab terhadap terjadinya AF.

    b. Maze operation

    Prosedur maze operation hamper sama dengan catheter ablation ,

    tetapi pada maze operation , akan mengahasilkan suatu labirin

  • 8/13/2019 131193085 Atrial Fibrilasi

    30/32

    yang berfungsi untuk membantu menormalitaskan system

    konduksi sinus SA.

    c. Artificial pacemaker

    Artificial pacemaker merupakan alat pacu jantung yangditempatkan di jantung, yang berfungsi mengontrol irama dan

    denyut jantung.

  • 8/13/2019 131193085 Atrial Fibrilasi

    31/32

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Wyndham CRC (2000). "Atrial Fibrillation: The Most Common arrhythmia".

    Texas Heart Institute Journal 27 (3): 257-67.2. "Atrial Fibrillation (for Professionals)". American Heart Association, Inc. 2008-

    12-04. Archived from the original on 2009-03-28.

    3. Fuster V, Rydn LE, Cannom DS, et al. (2006). "ACC/AHA/ESC 2006

    Guidelines for the Management of Patients with Atrial Fibrillation: a report of the

    American College of Cardiology/American Heart Association Task Force on

    Practice Guidelines and the European Society of Cardiology Committee for

    Practice Guidelines (Writing Committee to Revise the 2001 Guidelines for the

    Management of Patients With Atrial Fibrillation): developed in collaboration with

    the European Heart Rhythm Association and the Heart Rhythm Society".

    Circulation 114 (7): 257 354.

    4. Friberg J, Buch P, Scharling H, Gadsbphioll N, Jensen GB. (2003). "Relationship

    between left atrial appendage function and left atrial thrombus in patients with

    nonvalvular chronic atrial fibrillation and atrial flutter".Circulation Journal 67 (1):

    68 72.

    5. Narumiya T, Sakamaki T, Sato Y, Kanmatsuse K ( January 2003). Relationship

    between left atrial appendage function and left atrial thrombus in patient with

    nonvalvular chronic atrial fibrillation and atrial flutter. Circulation Journal 67 .

    6. Sanfilippo AJ, Abascal VM, Sheehan M, Oertel LB, Harrigan P, Hughes RA dan

    Weyman AE (1990). "Atrial enlargement as a consequence of atrial fibrillation A

    prospective echocardiographic study" . Circulation 82 (3): 792 7.

    7. Nasution SA, Ismail D. 2006. Fibrilasi Atrial. Buku Ajar Ilmu penyakit Dalaml.

    Ed.3. Jakarta. EGC, 1522-27.8. Wattigney WA, Mensah GA, Croft JB (2002). "Increased atrial fibrillation

    mortality: United States, 1980-1998". Am. J. Epidemiol. 155 (9): 819 26.

    http://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC101077/&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhinmJHdpz_OqJczZ1MZhuA6V04nbwhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://www.webcitation.org/5fcMx8BUx&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhgcJ9dwuSXbZyLu650CctraJm30IAhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://www.americanheart.org/presenter.jhtml%3Fidentifier%3D1596&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhig1ktaVoNMF_qstg39_X5iUZghKghttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://circ.ahajournals.org/cgi/content/abstract/82/3/792&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhjT0TDjgLXHHIa0-uQ08Pof-fhQfAhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://circ.ahajournals.org/cgi/content/abstract/82/3/792&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhjT0TDjgLXHHIa0-uQ08Pof-fhQfAhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://circ.ahajournals.org/cgi/content/abstract/82/3/792&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhjT0TDjgLXHHIa0-uQ08Pof-fhQfAhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://circ.ahajournals.org/cgi/content/abstract/82/3/792&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhjT0TDjgLXHHIa0-uQ08Pof-fhQfAhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://www.americanheart.org/presenter.jhtml%3Fidentifier%3D1596&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhig1ktaVoNMF_qstg39_X5iUZghKghttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://www.webcitation.org/5fcMx8BUx&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhgcJ9dwuSXbZyLu650CctraJm30IAhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC101077/&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhinmJHdpz_OqJczZ1MZhuA6V04nbw
  • 8/13/2019 131193085 Atrial Fibrilasi

    32/32

    9. Blackshear JL, Odell JA (February 1996). "Appendage obliteration to reduce

    stroke in cardiac surgical patients with atrial fibrillation". Ann. Thorac. Surg. 61

    (2): 755 9.

    10. Wolf PA, Dawber TR, Thomas HE, Kannel WB (1978). "Epidemiologicassessment of chronic atrial fibrillation and risk of stroke: the Framingham

    study". Neurology 28 (10): 973 7.

    11. Guyton (1995). Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. EGC: 287-305.

    12. Ganong William F (1999). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 17. EGC: 682-

    712.

    13. Sylvia A. Price, Lorraine M. Wilson (2000). Patofisiologi (Konsep Klinis Proses-

    proses Penyakit) Buku 2, Edisi 4. EGC: 770-89, 813-93.

    14. Harrison (2000). Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam Volume 3 Edisi 13. EGC:

    1418-87.

    http://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://www.neurology.org/cgi/content/abstract/28/10/973&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhix2bgrJr0_9Webbpm-7apn_tPvuwhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://www.neurology.org/cgi/content/abstract/28/10/973&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhix2bgrJr0_9Webbpm-7apn_tPvuwhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://www.neurology.org/cgi/content/abstract/28/10/973&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhix2bgrJr0_9Webbpm-7apn_tPvuwhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://www.neurology.org/cgi/content/abstract/28/10/973&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhix2bgrJr0_9Webbpm-7apn_tPvuwhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://www.neurology.org/cgi/content/abstract/28/10/973&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhix2bgrJr0_9Webbpm-7apn_tPvuwhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://www.neurology.org/cgi/content/abstract/28/10/973&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhix2bgrJr0_9Webbpm-7apn_tPvuw