farmako kel ac inhibitor.docx

41
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi adalah masalah kesehatan masyarakat. Hipertensi yang tidak terkontrol dapat memicu timbulnya penyakit degeneratif, seperti gagal jantung congestive, gagal ginjal, dan penyakit vaskuler. Hipertensi disebut “silent killer” karena sifatnya asimptomatik dan telah beberapa tahun menimbulkan stroke yang fatal atau penyakit jantung. Meskipun tidak dapat diobati, pencegahan dan penatalaksanaan dapat menurunkan kejadian hipertensi dan penyakit yang menyertainya. Diperkirakan sekitar 80% kenaikan kasus hipertensi terutama di negara berkembang tahun 2025 dari sejumlah 639 juta kasus di tahun 2000, di perkirakan menjadi 1,15 milyar kasus di tahun 2025. Prediksi ini didasarkan pada angka penderita hipertensi saat ini dan pertambahan penduduk saat ini. Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis, yakni mencapai 6,7% dari populasi kematian pada semua umur di Indonesia. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, diketahui hampir seperempat (24,5%) penduduk .

Transcript of farmako kel ac inhibitor.docx

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hipertensi adalah masalah kesehatan masyarakat. Hipertensi yang tidak

terkontrol dapat memicu timbulnya penyakit degeneratif, seperti gagal

jantung congestive, gagal ginjal, dan penyakit vaskuler. Hipertensi disebut

“silent killer” karena sifatnya asimptomatik dan telah beberapa tahun

menimbulkan stroke yang fatal atau penyakit jantung. Meskipun tidak dapat

diobati, pencegahan dan penatalaksanaan dapat menurunkan kejadian

hipertensi dan penyakit yang menyertainya.

Diperkirakan sekitar 80% kenaikan kasus hipertensi terutama di negara

berkembang tahun 2025 dari sejumlah 639 juta kasus di tahun 2000, di

perkirakan menjadi 1,15 milyar kasus di tahun 2025. Prediksi ini didasarkan

pada angka penderita hipertensi saat ini dan pertambahan penduduk saat ini.

Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan

tuberkulosis, yakni mencapai 6,7% dari populasi kematian pada semua umur

di Indonesia. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, diketahui

hampir seperempat (24,5%) penduduk Indonesia usia di atas 10 tahun

mengkonsumsi makanan asin setiap hari, satu kali atau lebih. Sementara

prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 31,7% dari populasi pada usia 18

tahun ke atas. Dari jumlah itu, 60% penderita hipertensi berakhir pada stroke.

Sedangkan sisanya pada jantung, gagal ginjal, dan kebutaan. Pada orang

dewasa, peningkatan tekanan darah sistolik sebesar 20 mmHg menyebabkan

peningkatan 60% risiko kematian akibat penyakit kardiovaskuler.

Salah satu obat yang bermanfaat untuk mengobati penyakit hipertensi

adalah captopril. Captopril merupakan salah satu jenis obat antihipertensi

yang sudah cukup lama digunakan. Sekitar 30 tahun, sejak April

1981 .Captopril tidak hanya mampu mengobati penyakit hipertensi tetapi

beberapa penyakit lainnya. Captopril memang dirancang untuk digunakan

.

1

2

dalam waktu lama, sepanjang cocok bagi pasien. Memang terkadang timbul

efek samping, tapi biasanya masih dapat ditoleransi oleh penderita.

Captopril dianjurkan untuk diminum terus menerus sesuai dosis anjuran.

Bahkan walaupun gejala hipertensi seperti sakit kepala atau tegang di tengkuk

berkurang atau hilang. Hal ini dimaksudkan agar tekanan darah tetap berada

di rentang nilai normal.

Perlu diketahui, salah satu komplikasi hipertensi yang paling ditakuti

adalah stroke, yaitu pecahnya pembuluh darah otak akibat naiknya tekanan

darah secara mendadak. Nah, dengan meminum captopril secara teratur,

diharapkan komplikasi ini tidak terjadi.

1.2 Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:

1.2.1 Memberikan gambaran tentang penyakit hipertensi, tanda dan gejala

serta pengobatan ACE inhibitor yang salah satunya adalah captopril.

1.2.2 Memberikan gambaran tentang asuhan keperawatan pada pasien

dengan pengobatan ACE inhibitor (captopril).

3

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Ace Inhibitor

ACE INHIBITOR (Angiotensin-Converting-Enzyme

Inhibitor) adalah obat yang digunakan untuk mengobati hipertensi dengan

mencegah tubuh membuat hormon Angiotensin II. Hormon Angiotensin II

menyebabkan pembuluh darah menyempit, yang dapat menaikkan tekanan

darah (hipertensi).

2.2 Jenis Penyakit Yang Mendapati ACE Inhibitor

ACE Inhibitor membiarkan pembuluh darah melebar dan membiarkan

lebih banyak darah mengalir ke jantung, sehingga menurunkan tekanan darah.

Obat-obat ini juga digunakan untuk mengobati gagal jantung sehingga

menurunkan kongestif, untuk melindungi ginjal pada pasien dengan diabetes,

dan untuk mengobati pasien yang telah terkena serangan jantung. Dapat juga

digunakan untuk membantu mencegah serangan jantung dan stroke pada

pasien dengan resiko tinggi. Beberapa point penting dalam sistem

kardiovaskuler meliputi:

Jantung dan pembuluh darah merupakan organ tubuh yang mengatur

peredaran darah sehingga kebutuhan makanan dan sisa metabolisme

jaringan dapat terangkut dengan baik.

Jantung sebagai organ pemompa darah sedangkan pembuluh darah sebagai

penyalur darah ke jaringan.

Sistem kardiovaskuler dikendalikan oleh sistem saraf otonom melalui

nodus SA, nodus AV, berkas His, dan serabut Purkinye.

Pembuluh darah juga dipengaruhi sistem saraf otonom melalui saraf

simpatis dan parasimpatis.

[Type a quote from

the document or the

summary of an

interesting point. You

can position the text

box anywhere in the

document. Use the

Text Box Tools tab to

change the

formatting of the pull

.

4

Setiap gangguan dalam sistem tersebut akan mengakibatkan kelainan pada

sistem kardiovaskuler.

Obat kardiovaskuler: adalah obat yang digunakan untuk kelainan jantung

dan pembuluh darah.

2.2.1 Decompensatio Cordis

Merupakan suatu kondisi bila cadangan jantung normal

(peningkatan frekwensi jantung, dilatasi, hipertrophi, peningkatan isi

sekuncup ) untuk berespon terhadap stress tidak adekuat untuk memenuhi

kebutuhan metabolik tubuh, jantung gagal untuk melakukan tugasnya

sebagai pompa, dan akibatnya gagal jantung.

Gagal jantung terjadi bila curah jantung tidak cukup untuk memberikan

perfusi yang adekuat ke jaringan, walaupun pengisian jantung berlangsung

normal. Hal tersebut menyebabkan berbagai gejala, misalnya fatigue,

3

5

edema, kesulitan bernafas, dan toleransi latihan yang menurun. Gagal

jantung kongestif biasa diartikan sebagai kombinasi dari gagal jantung

kanan dan kiri, penyakit katup, kardiomiopati, dan yang paling sering

adalah penyakit jantung koroner. Curah jantung yang rendah pada gagal

jantung menyebabkan aktifitas saraf simpatis meningkat, yang

menstimulasi frekuensi serta kekuatan denyut jantung dan

mempertahankan tekanan darah dengan meningkatkan resistensi vaskular.

Pada gagal jantung, peningkatan tahanan yang harus di lawan jantung

(afterload) akan semakin menekan curah jantung. Aliran darah ginjal yang

berkurang menyebabkab sekresi renin dan peningkatan kadar angio tensin

serta aldosteron plasma. Retensi natrium dan air meningkatkan volume

darah, meningkatkan tekanan vena sentral (preload), dan terjadi

pembentukan edema. Perubahan – perubahan akibat kompensasi ini pada

awalnya membantu mempertahankan curah jantung, nemun dengan waktu

yang lebih panjang menyebabkan perubahan (misalnya dilatasi ventrikel

abnormal) yang meningkatkan mortalitas dan morbilitas. Hanya obat –

obatan penghambat neurohormon yang terlibat pada perubahan –

perubahan kompensasi ini yang meningkatkan ketahanan hidup pada

pasien dengan gagal jantung kronis (yaitu inhibitor ACE, Bloker ß).

Terapi gagal jantung ringan biasanya dimulai dengan inhibitor

ACE (kanan atas). Inhibitor ACE (misalnya captopril) menurunkan beban

pada jantung dan uji klinis menunjukan bahwa inbitor ACE menurunkan

gejala, memperlambat progresi penyakit, dan memperpanjang hidup pada

gagal jantung kronis.

Inhibitor Ace

Dilatasi vena menurunkan tekanan pengisian (preeload) dan dilatasi

arteriol menurunkan afterload. Pengurangan tonus vaskular menurunkan

kerja serta kebutuhan oksigen pada gagal jantung. Inhibitor ACE

(misalnya kaptopril, enalapril) merupakan vasodilator yang paling sesuai

pada gagal jantung, karena dapat menurunkan retensi arteri maupun vena

dengan mencegah peningkatan angiotensin II (vasokonstriktor) yang

6

sering ditemukan pada gagal jantung. Curah jantung meningkat dan karena

terjadi penurunan resistensi renovaskular, terjadi peningkatan aliran darah

ginjal. Efek yang terakhir ini, bersama dengan pelepasan aldosteron yang

berkurang (angiotensin II merupakan stimulasi untuk pelepasan

aldosteron), meningkatkan ekskresi Na+ dan H2O menurunkan volume

darah, dan mengurangi aliran balik vena ke jantung. Inhibisi ACE juga

mengurangi efek pertumbuhan langsung yang dilakukan angiotensin pada

jantung. Antagonis angiotensin (misalnya losartan) bisa atau tidak bisa

mempunyai efek menguntungkan yang sama seperti inhibitor ACE.

Vasodilator lain (misalnya isosorbid mononitrat dengan hidralazin) saat ini

hanya digunakan pada pasien yang tidak dapat mentoleransi inhibitor

ACE.

2.2.2 Hipertensi

Hipertensi merupakan suatu keadaan meningkatnya tekanan darah

sistolik di atas 140 mmHg atau tekanan diatolik di atas 90 mmHg serta

menjadi faktor resiko utama penyebab coronary artery disease (CAD),

gagal jantung, stroke, dan gagal ginjal. Prevalensi terjadinya hipertensi

meningkat seiring dengan pertambahan usia.  

Tabel Klasifikasi Tekanan Darah berdasarkan JNC

(Joint National Committe on Prevention, Detection, Evaluation, and

treatment oh High Blood Pressure) VII

Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Normal < 120 < 80

Prehipertensi 120 – 139 80 – 89

Hipertensi stage 1 140 – 159 90 – 99

Hipertensi stage 2 ≥ 160 ≥ 100

Secara umum, hipertensi dapat disebabkan oleh makanan, stress,

merokok, obat-obatan yang berupa kontrasepsi oral dan kortikosteroid;

serta kehamilan. Sebagian besar pasien (70%) tidak menyadari bahwa

7

mereka mengalami hipertensi karena pasien hipertensi terlihat sehat dan

tidak menunjukkan gejala yang spesifik. Faktor-faktor yang dapat

memperbesar resiko terjadinya hipertensi antara lain pria berusia di atas 55

tahun atau wanita di atas 65 tahun; menderita diabetes melitus dan/atau

dislipidemia, mikroalbuminuria, obesitas; mempunyai riwayat keluarga

penyakit jantung; jarang beraktivitas (olahraga); perokok; alkoholik.

Hipertensi ditandai dengan peningkatan tekanan darah di sekitar kategori

prehipertensi dan sebagian besar pasien tidak menunjukkan gejala yang

spesifik. Diagnosis hipertensi sejak dini dapat mencegah resiko penyakit

kardiovaskuler serta mengurangi resiko morbiditas dan mortalitas.

Pemeriksaan dini terhadap hipertensi dapat dilakukan dengan pengukuran

tekanan darah secara berkala, pemeriksaan target organ damage akibat

hipertensi (otak, mata, jantung, ginjal dan sistem sirkulasi darah perifer).

Sasaran terapi dalam pengobatan hipertensi adalah tekanan darah.

Tujuan terapi antihipertensi adalah menurunkan tekanan darah ke tekanan

darah yang disarankan oleh JNC VII, yaitu di bawah 140/90 mmHg

(pasien hipertensi); di bawah 130/80 mmHg (pasien hipertensi dengan

komplikasi diabetes melitus); dan di bawah 130/80 mmHg (pasien

hipertensi dengan komplikasi gagal ginjal kronis).

Strategi terapi dapat dilakukan dengan terapi nonfarmakologi

maupun terapi farmakologi.

Terapi nonfarmakologi dapat dilakukan dengan mengubah pola hidup

pasien hipertensi. Banyak mengkonsumsi buah-buahan, sayuran, dan

makanan rendah lemak dapat menurunkan tekanan darah. Pengubahan

pola hidup dapat berupa penurunan berat badan jika overweight;

membatasi konsumsi alkohol (< 30ml/hari untuk pria dan <15ml/hari

untuk wanita); berolahraga teratur (30-45 menit/hari); mengurangi

konsumsi garam (< 100 mmol/hari atau 6 gram NaCl); mempertahan

konsumsi natrium, kalsium, magnesium yang cukup (± 90 mmol/hari); dan

berhenti merokok.

8

Terapi farmakologi dapat dilakukan dengan menggunakan obat-obatan

antihipertensi yang berupa golongan diuretik, Angiotensin Converting

Enzyme (ACE) Inhibitor, β-adrenergic blockers, Angiotensin Receptor

Blockers (ARB), Calcium Channel Blockers (CCB).

ACE inhibitor merupakan antihipertensi yang efektif dan efek

sampingnya dapat ditoleransi dapat dengan baik. Efek samping

penggunaan ACE inhibitor antara lain sakit kepala, takikardi (peningkatan

denyut jantung), berkurangnya persepsi pengecapan, dizziness

(ketidakseimbangan saat berdiridari posisi duduk atau tidur), nyeri dada,

batuk kering, hiperkalemia, angiodema, neutropenia, dan pankreatitis.

ACE inhibitor dapat digunakan sebagai obat tunggal maupun

dikombinasikan dengan obat lain (biasanya dikombinasikan dengan

diuretik). Selain sebagai antihipertensi, ACE inhibitor juga dapat

digunakan sebagai vasodilator, terapi congestive heart failure (CHF), left

ventricular dysfunction, myocardial infarction, dan diabetes melitus.

ACE inhibitor bekerja dengan menghambat perubahan angiotensin I

menjadi angiotensin II. Angiotensin II bekerja di ginjal dengan menahan

ekskresi cairan (Na+ dan H2O) yang dapat menyebabkan vasokonstriksi

dan meningkatkan tahanan perifer. Meningkatnya tahanan perifer akan

berefek pada peningkatan tekanan darah. Dengan adanya ACE inhibitor

maka tidak akan terbentuk angiotensin II, mengurangi retensi cairan,

terjadi vasodilatasi, dan mengurangi kerja jantung.

2.2.3 Serangan jantung

Serangan jantung merupakan suatu keadaan di mana para penderitanya

mendapat serangan nyeri di dada yang berifat seperti diremas, ditusuk,

atau hanya merasa berat saja. Rasa nyeri ini dapat tinggal setempat di

dada sebelah tengah atau menyebar ke arah dagu dan lengan terutama

sebelah kiri.

Sindrom ini disertai dengan rasa sesak nafas dan rasa takut yang

timbul apabila penderita mengeluarkan tenaga berlebihan seperti

mendaki, mendorong mobil mogok, mengangkat peti berat atau pada

9

waktu musim dingin. Rasa nyeri ini berlangsung hanya beberapa

menit dan akan hilang apabila penderita beristirahat, atau hilang

emosinya.

2.2.4 Diabetic nephropathy.

Nefropati diabetes (Diabetic nephropathy), juga dikenal sebagai -

Wilson syndrome dan glomerulonefritis intercapillary, adalah

penyakit ginjal progresif yang disebabkan oleh angiopati kapiler-

kapiler glomeruli ginjal dalam. Hal ini ditandai dengan sindrom

nefrotik dan glomerulosklerosis menyebar. Hal ini akibat diabetes

mellitus berlangsung lama, dan merupakan penyebab utama dialisis di

banyak negara Barat.

Sindrom ini dapat dilihat pada pasien dengan diabetes kronis (15

tahun atau lebih setelah onset), sehingga pasien biasanya usia lebih tua

(antara 50 dan 70 tahun). Penyakit ini bersifat progresif dan dapat

menyebabkan kematian dua atau tiga tahun setelah lesi awal, dan lebih

sering pada pria.

2.3 Macam-macam obat ACE Inhibitor

ACE inhibitor dapat dibagi menjadi tiga kelompok berdasarkan struktur

molekul mereka:

2.3.1 Sulfhidril yang mengandung agen

Captopril (perdagangan Capoten nama), penghambat ACE yang

pertama

Zofenopril

2.3.2 Dicarboxylate yang mengandung agen

Ini adalah kelompok terbesar, termasuk:

Enalapril (Vasotec / Renitec)

Ramipril (Altace / Tritace / Ramace / Ramiwin)

Quinapril (Accupril)

Perindopril (Coversyl / Aceon)

Lisinopril (Lisodur / Lopril / Novatec / Prinivil / Zestril)

10

Benazepril (Lotensin)

2.3.3 Fosfonat

Fosfonat yang mengandung agen :

Fosinopril (Monopril) adalah satu-satunya anggota kelompok ini

Fosfonat Alami :

Casokinins dan lactokinins adalah rincian produk dari kasein dan

whey yang terjadi secara alami setelah konsumsi produk susu,

susu terutama berbudaya. Peran mereka dalam kontrol tekanan

darah tidak pasti.

Para Lactotripeptides Val-Pro-Pro dan Ile-Pro-Pro yang dihasilkan

oleh Lactobacillus helveticus''''probiotik atau berasal dari kasein

telah terbukti memiliki fungsi ACE-menghambat dan antihipertensi.

ACE inhibitor dosis untuk hipertensi

Dosis

Catatan: Tawaran = 2 kali sehari, tid = 3 kali sehari, d = harian 

Obat dosis dari Obat Lookup, Epocrates Online.

NamaSetara Dosis

harianMulai Biasa Maksimum

Benazepril 10 mg 10 mg 20-40 mg 80 mg

Captopril50 mg (25 mg

bid)

12,5-25 mg tawaran-

tid

25-50 mg bid-

tid450 mg / d

Enalapril 5 mg 5 mg 10-40 mg 40 mg

Fosinopril 10 mg 10 mg 20-40 mg 80 mg

Lisinopril 10 mg 10 mg 10-40 mg 80 mg

Moexipril 7,5 mg 7,5 mg 7,5-30 mg 30 mg

Perindopril 4 mg 4 mg 4-8 mg 16 mg

Quinapril 10 mg 10 mg 20-80 mg 80 mg

Ramipril 2,5 mg 2,5 mg 2,5-20 mg 20 mg

Trandolapril 2 mg 1 mg 2-4 mg 8 mg

11

NamaSetara Dosis

harianMulai Biasa Maksimum

Catatan: Tawaran = 2 kali sehari, tid = 3 kali sehari, d = harian 

Obat dosis dari Obat Lookup, Epocrates Online.

ACE inhibitor dosis untuk hipertensi

2.4 Captopril

2.4.1 Pengertian Captopril

Captopril merupakan obat

yang digunakan untuk

mengobati tekanan darah

tinggi (hipertensi), dapat

digunakan sendiri atau

bersama dengan obat-obatan

lain. Tekanan darah tinggi

menambah beban kerja

jantung dan arteri.

Jika berlangsung dalam waktu lama dapat menyebabkan fungsi

jantung dan arteri menurun. Sehingga dapat menyebabkan rusaknya

pembuluh darah otak, jantung, dan ginjal yang dapat mengakibatkan

terjadinya stroke, gagal jantung, atau ginjal. Hipertensi juga dapat

meningkatkan risiko serangan jantung. Hal-hal tersebut dapat

dihindari ketika hipertensi dapat terkontrol dengan baik.

Captopril terutama bekerja pada sistem RAA (Renin-Angiotensin-

Aldosteron), sehingga efektif pada hipertensi dengan PRA (Plasma

Renin Activity) yang tinggi yaitu pada kebanyakan hipertensi maligna,

hipertensi renovaskular dan pada kira-kira 1/6-1/5 hipertensi essensial.

Captopril juga efektif pada hipertensi dengan PRA yang normal,

bahkan hipertensi dengan PRA yang rendah. Obat ini juga merupakan

antihipertensi yang efektif untuk pengobatan gagal jantung dengan

terapi kombinasi lain. Kombinasi dengan tiazid memberikan efek

12

aditif sedangkan kombinasi dengan b-blocker memberikan efek yang

kurang aditif.

2.4.2 Cara kerja Obat Captopril

Captopril merupakan obat antihipertensi dan efekif dalam penanganan

gagal jantung dengan cara supresi sistem renin angiotensin aldosteron.

Renin adalah enzim yang dihasilkan ginjal dan bekerja pada globulin

plasma untuk memproduksi angiotensin I yang besifat inaktif.

"Angiotensin Converting Enzyme" (ACE), akan merubah angiotensin I

menjadi angiotensin Il yang bersifat aktif dan merupakan

vasokonstriktor endogen serta dapat menstimulasi sintesa dan sekresi

aldosteron dalam korteks adrenal. Peningkatan sekresi aldosteron akan

mengakibatkan ginjal meretensi natrium dan cairan, serta meretensi

kalium. Dalam kerjanya, captopril akan menghambat kerja ACE,

akibatnya pembentukan angiotensin ll terhambat, timbul vasodilatasi,

penurunan sekresi aldosteron sehingga ginjal mensekresi natrium dan

cairan serta mensekresi kalium. Keadaan ini akan menyebabkan

penurunan tekanan darah dan mengurangi beban jantung, baik

'afterload' maupun 'pre-load', sehingga terjadi peningkatan kerja

jantung.

Jadi dapat disimpulkan Captopril bekerja dengan menghambat enzim

dalam tubuh yang menghasilkan zat yang menyebabkan pembuluh

darah mengencang, sehingga dapat menurunkan tekanan darah,

meningkatkan pasokan darah dan oksigen ke jantung, serta

mengurangi preload dan afterload pada pasien gagal jantung kongestif

2.4.3 Dosis yang sebaiknya diberikan kepada pasien

Captopril harus diberikan 1 jam sebelum makan, dosisnya sangat

tergantung dari kebutuhan penderita (individual).

2.4.3.1 Hipertensi

Dewasa

- Hipertensi awal 12,5 - 25 mg 2 sampai 3 kali sehari

- Untuk mengontrol hipertensi lanjut 25-50 mg 2 kali sehari

13

- Max: 50 mg 3 kali sehari

Untuk penyakit Hipertensi, dosis awal: 12,5 - 25 mg dua sampai

tiga kali sehari. Bila setelah 2 minggu, penurunan tekanan darah

masih belum memuaskan maka dosis dapat ditingkatkan menjadi

25 mg tiga kali sehari. Bila setelah 2 minggu lagi, tekanan darah

masih belum terkontrol sebaiknya ditambahkan obat diuretik

golongan tiazida misal hidroklorotiazida 25 mg setiap hari.

Dosis diuretik mungkin dapat ditingkatkan pada interval satu

sampai dua minggu. Maksimum dosis captopril untuk hipertensi

sehari tidak boleh lebih dari 450 mg

Pediatri:

Pada neonatus : awal 0,01 mg/kg dua kali sampai tiga kali sehari

Pada anak : awal sampai 0,3 mg/kg tiga kali sehari

2.4.3.2 Gagal jantung

Dewasa

Gagal jantung awal 6,25-25 mg 2-3 kali sehari

Max: 50 mg 3 kali sehari

Penggunaan obat ini diberikan bersama diuretik dan digitalis, dari

awal terapi harus dilakukan pengawasan medik secara ketat.

2.4.3.3 Infark miokardium (Serangan Jantung)

Dewasa

Mulai 3 hari setelah Infark miokardium

Awal: 6,25 mg/hari, dapat meningkat setelah beberapa minggu 150

mg/hari dalam dosis terbagi jika diperlukan.

2.4.3.4 Diabetic nephropathy

Dewasa

25 mg 3 kali sehari

2.4.4 Efek samping dari penggunaan obat captopril

Reaksi samping utama

a. Kardiovaskular : Hipotensi, palpitasi, takikardia

14

Hipotensi (tekanan darah rendah)

b. Pulmoner : batuk, dispne, bronkospasme

batuk

c. SSP : Pusing, kelelahan

Pusing dan kelelahan

d. GI : Nyeri abdomen, disgeusia, tukak lambung

tukak lambung

e. Dermatologik: Ruam, pruritus

ruam

15

f. Ginjal: Peningkatan kadar BUN dan kreatinin, proteinuria, gagal

ginjal

gagal ginjal

g. Hematologik: Neutropenia, trombositopenia, anemia hemolitik,

eosinofilia

h. Lain: angioedema, limfadenopati

angioedema

Captopril menimbulkan proteinuria lebih dari 1 g sehari pada 0,5%

penderita dan pada 1,2% penderita dengan penyakit ginjal. Dapat tejadi

sindroma nefrotik serta membran glomerulopati pada penderita hipertensi.

Karena proteinuria umumnya terjadi dalam waktu 8 bulan pengobatan

maka penderita sebaiknya melakukan pemeriksaan protein urin sebelum

dan setiap bulan selama 8 bulan pertama pengobatan.

Neutropenia/agranulositosis terjadi kira-kira 0,4 % penderita. Efek

samping ini terutama terjadi pada penderita dengan gangguan fungsi

ginjal. Neutropenia ini muncul dalam 1 - 3 bulan pengobatan, pengobatan

agar dihentikan sebelum penderita terkena penyakit infeksi. Pada penderita

dengan resiko tinggi harus dilakukan hitung leukosit sebelum pengobatan,

setiap 2 minggu selama 3 bulan pertama pengobatan dan secara periodik.

Pada penderita yang mengalami tanda-tanda infeksi akut (demam,

faringitis) pemberian captopril harus segera dihentikan karena merupakan

petunjuk adanya neutropenia.

Hipotensi dapat terjadi 1 - 1,5 jam setelah dosis pertama dan beberapa

dosis berikutnya, tapi biasanya tidak menimbulkan gejala atau hanya

16

menimbulkan rasa pusing yang ringan. Tetapi bila mengalami kehilangan

cairan, misalnya akibat pemberian diuretik, diet rendah garam, dialisis,

muntah, diare, dehidrasi maka hipotensi tersebut menjadi lebih berat.

Maka pengobatan dengan captopril perlu dilakukan pengawasan medik

yang ketat, terutama pada penderita gagal jantung yang umumnya

mempunyai tensi yang nomal atau rendah. Hipotensi berat dapat diatasi

dengan infus garam faal atau dengan menurunkan dosis captopril atau

diuretiknya.

Sering terjadi ruam dan pruritus, kadang-kadang terjadi demam dan

eosinofilia. Efek tersebut biasanya ringan dan menghilang beberapa hari

setelah dosis diturunkan.

Terjadi perubahan rasa (taste alteration), yang biasanya terjadi dalam 3

bulan pertama dan menghilang meskipun obat diteruskan. Retensi kalium

ringan sering terjadi, terutama pada penderita gangguan ginjal, sehingga

perlu diuretik yang meretensi kalium seperti amilorida dan pemberiannya

harus dilakukan dengan hati-hati.

2.4.5 EFEK SAMPING

2.4.5.1 Hipotensi

Dapat terjadi pada awal pemberian ACE inhibitor, terutama pada

hipertensi dengan aktivitas renin yang tinggi. Pemberian harus berhati-hati

pada pasien dengan deplesi cairan dan natrium, gagal jantung atau yang

mendapat kombinasi beberapa antihipertensi.

2.4.5.2 Batuk kering

Merupakan efek samping yang paling sering terjadi dengan insiden 5-20%,

lebih sering pada wanita dan lebih sering terjadi pada malam hari. Dapat

terjadi segera atau setelah beberapa lama pengobatan. Diduga efek

samping ini ada kaitannya dengan peningkatan kadar bradikinin dan

substansi P atau prostaglandin. Efek samping ini bergantung pada

besarnya dosis dan bersifat reversibel bila obat dihentikan.

2.4.5.3 Hiperkalemia

17

Dapat terjadi pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau pada pasien

yang juga mendapat diuretik hemat kalium, AINS, suplemen kalium atau ß

Bloker.

2.4.5.4 Rash dan gangguan pengecapan lebih sering terjadi dengan gangguan

kaptopril, tapi juga dapat terjadi dengan ACE-Inhibitor yang lain. Diduga

karena adanya gugus sulfidril (SH) pada kaptopril yang tidak dimiliki oleh

ACE inhibitor yang lain. Gangguan pengecapan (disgeusia) terjadi pada

kira-kira 7% pasien yang mendapat kaptopril.

Sekitar 10% pemakai kaptopril mengalami rash makulopapular atau

morbiliform yang bersifat reversibel pada penghentian obat atau dengan

pemberian antihistamin. Sebagiannya menghilang walaupun diteruskan

atau tidak muncul lagi pada pemeberian ulangan.

2.4.5.5 Edema angioneurotik terjadi pada 0,1-0,2% pasien berupa pembengkakan

di hidung, bibir, tenggorokan, laring dan sumbatan jalan nafas yang

berakibat fatal. Efek samping ini terjadi dalam beberapa jam pertama

setelah pemberian ACE inhibitor. Efek samping yang berat adakalanya

memerlukan pemberian epinefrin, antihistamin atau kortikosteroid.

2.4.5.6 Gagal ginjal akut yang reversibel dapat terjadi pada pasien dengan stenosis

arteri renalis bilateral atau pada satu-satunya ginjal yang berfungsi. Hal ini

disebabkan dominasi efek ACE inhibitor pada arteriol eferen yang

menyebabkan tekanan filtrasi glomerulus semakin rendah sehingga filtrasi

glomerulus semakin berkurang.

2.4.5.7 Proteinuria (>1 g/hari) secara umum ACE inhibitor diindikasikan untuk

mengurangi proteinuria, karena obat ini bersifat renoprotektif pada

berbagai kelainan ginjal.

2.4.5.8 Efek Teratogenik terutama terjadi pada pemberian selama trimester 2 dan

3 kehamilan.

18

2.5 Asuhan Keperawatan pada pasien pengguna ACE inhibitor (Captropil)

2.5.1 Pengkajian

Berikan obat dengan benar baik: benar dosis, benar klien ,benar

rute pemberian, benar waktu dan benar dokumentasi.

Rasional: dengan cara 6 benar pemberian obat maka dapat

memaksimalkan kesembuhan klien dan menghindari kesalahan

dalam pemberian obat sehingga klien tidak terkena keracunan

(toksisitas) dan tidak resistensi. Pemberian diberikan tepat waktu

dan pada saat lambung kosong yaitu satu jam sebelum atau dua

jam sesudah makan karena dapat menurunkan absorpsi inhibitor

ACE jika diberikan pada saat lambung terisi makanan.

Kaji riwayat pemakaian obat captopril

Rasional: pada obat captopril dapat menyebabkan reaksi

hipersensitivitas, alergi.

Kaji ada atau tidaknya gangguan fungsi ginjal dan hati

Rasional: Efek dari pemakaian obat captropil menyebabkan

vasodilatasi pembuluh darah sehingga mampu menurunkan aliran

darah ke ginjal dan memperburuk fungsi ginjal sedangkan

menurunnya kemampuan hepar menyebabkan gangguan absorbsi

obat ini.

Kaji apakah pasien sedang hamil atau menyusui

Rasional: Penghambat ACE (captopril, enalapril) apabila

digunakan pada triwulan kedua dan ketiga dapat mengakibatkan

disfungsi ginjal pada janin dan oligohidramnion (berkurangnya

cairan ketuban). Obat ini tidak dianjurkan selama kehamilan.

Selain itu, selama laktasi bisa berpotensi menurunkan produksi

ASI

Kaji apakah pasien mengalami gangguan pompa jantung (decomp)

Rasional: Bila pasien mengalami decomp, sebaiknya obat di

kombinasi dengan pemberian diuretik.

19

Kaji adanya hal-hal berikut: suhu tubuh, berat badan, warna kulit,

lesi, nadi, tekanan darah, EKG, perfusi, pernafasan , bunyi nafas

tambahan, bising usus, pemeriksaan abdomen dan uji fungsi hati

serta ginjal, hitung darah lengkap serta elektrolit serum.

Rasional: Untuk melihat sejauhmana efek merugikan yang terjadi

pada penggunaan ACE inhibitor berhubungan dengan efek

vasodilatasi dan perubahan aliran darah.

2.5.2 Diagnosis dan Intervensi Keperawatan

Pasien yang mendapatkan ACE inhibitor mungkin memiliki diagnosis

keperawatan sebagai berikut:

Ketidakefektifan perfusi jaringan yang berhubungan dengan curah

jantung

Intervensi:

Kaji terjadinya tanda-tanda situasi yang menyebabkan

penurunan volume cairan (misalnya keringat berlebihan,

muntah, diare, dehidrasi)

Rasional: untuk mendeteksi dan mengobati hipotensi

berlebihan yang dapat terjadi.

Anjurkan pasien untuk melakukan perubahan gaya hidup

termasuk penurunan berat badan, berhenti merokok,

penurunan asupan alkohol dan garam dalam diet,

peningkatan diet, peningkatan latihan fisik

Rasional: Untuk meningkatkan efektifitas terapi

antihipertensif

Beritahu dokter bedah dan tandai catatan pasien dengan

jelas jika pasien menjalani pembedahan

Rasional:

Untuk menyiagakan petugas medis bahwa penghambatan

angiotensin II kompensatori dapat menyebabkan

henyiagakan petugas medis bahwa penghambatan

angiotensin II kompensatori dapat menyebabkan hipotensi

20

setelah pembedahan yang perlu diatasi dengan ekspansi

volume

Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan efek

dermatologis

Intervensi:

Berikan obat pada saat lambung kosong, 1 jam sebelum

atau 2 jam sebelum makan

Rasional: Untuk memastikan absorbsi obat yang tepat

Lakukan perawatan kulit dengan menggunakan lotion bila

perlu

Rasional: Menjaga kulit agar tetap bersih dan menghindarai

efek kerusakan berlebihan

Nyeri akut berhubungan dengan distress gastrointestinal track,

batuk

Intervensi:

Lakukan tindakan yang memberikan rasa aman dan nyaman

menacakup memberi makan porsi kecil tapi sering, akses ke

fasilitas kamar mandi, program defekasi bila perlu, kontrol

lingkungan, kewaspadaan keamanan.

kurangi dosis pada gagal ginjal, tandai catatan pasien

dengan jelas sebelum pembedahan, gunakan bentuk

parenteral hanya jika rute oral tidak memungkinkan dan

pantau situasi yang menurunkan tekanan darah.

Rasional: Untuk membantu pasien dalam mengatasi efek

merugikan obat dan mempertimbangkan penurunan

produksi renin dan kadar angiotensin II yang lebih rendah

dari normal.

Kurang pengetahuan tentang terapi obat

Intervensi:

21

Berikan dukungan dan dorongan untuk menghadapi efek

obat

Beri penyuluhan kepada pasien tentang obat, dosis, efek

merugikan, apa yang harus dilaporkan dan kewaspadaan

keamanan (evalusi secara periodik)

Rasional: Untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang

terapi obat dan kepatuhan menjalani program pengobatan.

2.5.3 Implementasi

Dilakukan sesuai dengan intervensi keperawatan yang muncul

2.5.4 Evaluasi

Pantau respon pasien terhadap obat (bertahannya tekanan darah

dalam batas normal

Pantau adanya efek merugikan (hipotensi, arritmia, disfungsi

ginjal, reaksi kulit, batuk, pansitopenia dan decomp)

Evaluasi efektifitas rencana penyuluhan (pasien dapat

menyebutkan nama obat, dosis, efek merugikan yang harus

diperhatikan dan pentingnya tindak lanjut yang kontinyu)

Pantau efektifitas tindakan yang memberikan rasa nyaman dan

kepatuhan dalam menjalani pengobatan.

22

BAB III

P E N U T U P

3.1 Simpulan

Obat Captopril merupakan obat untuk penderita hipertensi. Obat yang

dikenal sebagai obat untuk penyakit hipertensi ini juga dapat digunakan

sebagai obat gagal jantung, obat setelah serangan jantung, dan diabetic

nephropaty. Captopril bekerja dengan menghambat enzim dalam tubuh yang

menghasilkan zat yang menyebabkan pembuluh darah mengencang, sehingga

dapat menurunkan tekanan darah, meningkatkan pasokan darah dan oksigen

ke jantung, serta mengurangi preload dan afterload pada pasien gagal jantung

kongestif. Obat captopril tersedia dalam bentuk tablet dan dalam kombinasi

dengan: hidrokloratrazid (Capozide). Di samping berfungsi dalam mengobati

penyakit hipertensi, obat captopril juga memiliki beberapa efek samping yang

dapat merugikan pasien. Namun, obat ini cukup aman jika digunakan sesuai

dengan resep dokter.

3.2 Saran

Karena obat captopril merupakan obat yang memiliki efek samping,

disarankan agar pemakaian obat Captopril sesuai dengan petunjuk yang

tersedia dan berdasarkan resep dokter agar terhindar dari efek-efek samping

yang dapat merugikan pasien.

.

22

23

DAFTAR PUSTAKA

Neal, J Michael. 2006. At a Glance Farmakologi Medis Edisi Ke Lima. Jakarta: Erlangga.

Goodman & Gilman. 2012. Dasar Farmakologi Terapi Edisi 10. Jakarta: EGC.

Karch Amy M. 2011. Buku Ajar Farmakologi Keperawatan Edisi 2. Jakarta: EGC.

Muchtar Armen dan Suyatna FD. 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta: Departemen Farmakologidan Teurapeutik FKUI.

Armilawaty, dkk..2007. Hipertensi dan Faktor Resiko dalam Kajian Epidemiologi. Makassar : FKM Unhas.

Dedy. 2010. Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi). Sidenreng.com

British Heart Foundation. Ace-Inhibitors: An Update. Available at www.bhf.org.uk/factfiles/  di unduh pada tanggal 27 April 2015.

.

iii

24

MAKALAH

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Hipertensi Dengan Therapi Captopril

Ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah farmakologi

Disusun oleh :

Nena Ratini NPM 220110140186

Irma Lusiana NPM 220110140194

Neni Rochmayati NPM 220110140202

M.Khairuddin NPM 220110140210

Dian nurpaida NPM 220110140218

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG

2015

.

25

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulilah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena

berkat rahmat-Nya tugas ini dapat diselesaikan tepat ada waktunya.

Makalah tentang Asuhan Keperawatan pada pasien hipertensi dengan

pemberian obat captropil ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata

kuliah farmakologi.

Didalam penyusunannya penulis meyakini terdapat banyak kesalahan-

kesalahan ataupun kekurangan-kekurangan baik didalam isi materi maupun

captopril masih terbatas.

Oleh karena itu penulis berharap adanya kritikan dan saran dari pembaca agar

penulisan makalah dimasa yang akan datang bisa tampil lebih baik lagi. Ada

sebuah pepatah mengatakan “tak ada gading yang tak retak”. Begitupula dengan

penulis yang hanya manusia biasa yang tidak pernah luput dari kesalahan.

Akhirnya penulis hanya bisa berharap semoga makalah ini bisa

memberikan sedikitnya manfaat khususnya bagi penulis dan umumya kepada para

pemerhati makalah ini.

Atas segala perhatiannya penulis ucapkan terima kasih.

Bandung, April 2015

Penyusun

.

.

i

26

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................i

DAFTAR ISI................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang..................................................................................................1

1.2 Tujuan Penulisan...............................................................................................2

BAB II TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Obat ACE inhibitor.............................................................................3

2.2 Jenis penyakit yang diobati dengan ACE Inhibitor..........................................3

2.3 Macam-macam obat ACE Inhibitor..................................................................9

2.4 Captopril.............................................................................................................11

2.5 Askep pasien dengan penggunaan ACE inhibitor..............................................18

BAB III PENUTUP

3.1 Simpulan .............................................................................................................22

3.2 Saran....................................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................iii

.

ii