Lap Farmako[1]

21

Click here to load reader

Transcript of Lap Farmako[1]

Page 1: Lap Farmako[1]

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

BLOK 19

KARDIOVASKULAR II

Nama Anggota

Marcelina 10-2008-045

Jesica Chintia Dewi 10-2008-050

Yunny Faustine 10-2008-048

Advendila Margaretha Artz 10-2008-052

Cynthia 10-2008-053

UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA

Page 2: Lap Farmako[1]

LAPORAN PRAKTIKUM

VASODILATOR DAN DIGITALIS

OBAT VASODILATOR

Tujuan:

1. Menjelaskan perbedaan mula kerja dan lama kerja berbagai obat vasodilator.

2. Menjelaskan dan mengamati efek vasodilator kerja sedang (isosorbit dinitrat

sublingual) dan kerja lambat (isosorbit dinitrat oral) yang diberikan pada orang

percobaan.

3. Mengamati farmakodinamik obat-obat vasodilator.

4. Membangun kerjasama yang dinamis dalam kelompok selama pengamatan.

Persiapan alat dan bahan:

1. Obat isosorbit dinitrat oral : 1 buah

2. Obat isosorbit dinitrat sublingual : 1 buah

3. Air minum : 1 gelas

4. Tensimeter : 1 buah

5. Stetoskop : 1 buah

6. Termometer kulit : 1 buah

7. Arloji : 1 buah

Dasar teori:

Nitrat organik adalah ester alkohol polisakarida dengan nitrat, sedangkan

nitrit organik adalah ester asam nitrit. Amilnitrit, ester asam nitrit dengan alkohol

merupakan cairan yang mudah menguap dan biasa diberikan melalui inhalasi.

Sedangkan wster nitrat lainnya yang berat molekulnya lebih tinggi (misalnya

pentaeritrol tetranirat dan isosorbit dinitrat berbentuk padat).

Mekanisme kerja dari nitrat dibagi menjadi 2, yang pertama vasodilatasi

non-endothelium dependent dengan cara nitrat organik melepas nitrit oksida, lalu

merangsang penglepasan cGMP yang memperantarai defosforilasi miosin sehingga

Page 3: Lap Farmako[1]

terjadilah relaksasi otot polos. Yang kedua, vasodilatasi endothelium dependent

dengan cara melepaskan prostasiklin yang menyebaban vasodilatasi pembulih darah.

Efek kardiovaskuler, nitrat organik menurunkan kebutuhan dan

meningkatkan suplai oksigen dengan cara mempengaruhi tonus vaskuler. Nitrat

organik menimbulkan venodilatasi sehingga terjadi pengumpulan darah pada vena

perifer dan dalam splanikus. Venous pooling ini yang menyebabkan berkurangnya

aliran balik darah ke dalam jantung, sehingga tekanan pengisian ventrikel kiri dan

kanan (preload) menurun. Dengan cara ini, maka kebutuhan oksigen miokard akan

menurun. Karena kapasitas vena meningkat maka dapat erjadi hipotensi ortostatik,

dan sinkop. Dilatasi arteriol temporal dan meningeal menimbulkan kemerahan di

muka (flushing) dan sakit kepala berdenyut. Pada dosis yang lebih tinggi, selain vena,

nitrat organik juga menimbulkan dilatasi arteriol perifer sehingga tekanan darah

sistolik dan diastolik menurun. Penurunan tekanan darah yang sistemik ini juga

kadang-kadang menimbulkan refleks takikardi. Dengan cara ini, maka nitrat organk

menurunkan kebutuhan oksigen otot jantung melalui venodilatasi, menurunnya

volume preload dan afterload, sehingga beban jantung berkurang. Suplai oksigen juga

akan meningkat akibat perbaikan aliran darah miokard ke daerah iskemik dan karena

berkurangnya beban hulu sehingga perfusi subendokard membaik.

Efek lain, dapat menimbulkan relaksasi otot polos bronkus, saluran empedu,

saluran cerna, dan saluran kemih, tapi efeknya hanya selintas dan kurang bermakna

secara klinis

Efek Samping, Efek samping nitrat organik berhubungan dengan efek

vasodilatasinya. Pada awalnya ditemukan sakit kepala, flushing karena dilatasi arteri

serebral. Bila hipotensi berarti terjadi bersama refleks takikardi yang akan

memperburuk keadaan.

Farmakokinetik, Nitrat organik diabsorbsi baik melalui kulit, mukosa

sublingual dan oral. Metabolisme obat ini dilakukan oleh nitrat reduktase dalam hati.

Pada pemberian sublingual kadar puncak nitrogliserin tercapai dalam 4 menit, dengan

waktu 1-3 menit. Bila menginginkan masa kerja yang lebih panjang, maka digunakan

oral yaitu isosorbit dinitrat yang diberikan sekali sehari.

Page 4: Lap Farmako[1]

Obat sublingual akan mulai bekerja terjadi dalam 1-2 menit. Tetapi efeknya

menghilang setelah 1 jam.

Tablet sublingual juga digunakan sebagai profilaksis jangka pendek sebelum

melakukan aktivitas fisik.

Berikut adalah tabel dosis dan interval dari obat Nitrat Organik.

Sediaan Nitrat Interval Lama Kerja

Nitrat Kerja Singkat

Amilnitrit inhalasi

Preparat sublingual

1. Nitrogliseri

n

2. Isosorbidini

trat

0,18-0,3 ml

0,5-0,6 mg

2,5-5 mg

3-5 menit

10-30 menit

10-60 menit

Nitrat Kerja Panjang

Isoisorbidinitrat

oral

Nitrogliserin oral

10-60 mg

6,5-13 mg

4-6 jam

6-8 jam

Langkah kerja:

1. Dua orang percobaan yang telah berpuasa selama 4 jam sebelum percobaan

berbaring di atas meja laboratorium dengan tenang.

2. Melakukan pengukuran parameter basal, tekanan darah, denyut jantung/nadi,

frekuensi napas, suhu kulit sebanyak 2x interval 5 menit, menghitung rata-

ratanya.

3. Meminum obat vasodilator:

- yang mendapat vasodilator oral : meminumnya dengan menggunakan air

minum.

- yang mendapat vasodilator subligual : meletakkan obat di bawah lidah.

4. Melakukan pengamatan parameter untuk orang percobaan:

- yang mendapat obat sublingual, dilakukan setiap 3 menit selama ½ jam

Page 5: Lap Farmako[1]

- yang mendapat obat oral, dilakuakn tiap 15menit selama 2 jam atau bila

parameter telah kembali ke nilai basal.

5. Menanyakan gejala-gejala apa yang dirasakan orang percobaan selama

percobaan dan 24jam setelahnya.

6. Membandingkan data yang diperoleh oleh kelompok lain, apakah ada beda

kerja, mula kerja dari masing-masing obat yang diberikan.

Hasil Pengamatan I:

OP : Dhylla

Obat : isosorbit dinitrat oral

Observer : Marcelina

Parameter Menit ke-0 Menit

ke-15

Menit

ke-30

Menit

ke-45

Menit

ke-60

Menit

ke-75

Menit

ke-90I II Rata2

TD 100/70 110/70 105/70 100/70 100/70 94/68 100/70 100/70 100/70

Nadi 68 68 68 72 74 65 65 60 63

Suhu 34,8 34,6 34,7 35,4 35,5 35,7 35,6 35 35,4

Napas 17 x 15 x 16 x 15 x 14 x 16 x 16x 16x 16x

Hasil Pengamatan II

OP : Yunny Faustine

Obat : Isosorbit dinitrat sublingual

Observer : Jessica Cynthia

Hasil :

3’ 6’ 9’ 12’ 15’ 18’ 21’ 24’ 27’ 30’

TD 100/60 100/80 100/80 100/80 100/70 110/80 90/70 90/70 100/70 100/80

RR 17x 17x 17x 17x 14x 15x 18x 17x 17x 21x

N 76x 79x 64x 77x 85x 77x 73x 60x 73x 87x

Suhu

(0C)

34,5 34,5 34,5 34,5 34,5 36,2 35,2 35,2 35,2 36,2

Pembahasan:

Page 6: Lap Farmako[1]

Berdasarkan hasil pengamatan yang kami lakukan, untuk melihat efek dari

vasodilator obat, kami memantaunya dengan melakukan parameter tekanan darah,

denyut nadi, frekuensi napas, dan suhu.

Efek dari obat vasodilator adalah membuat dilatasi pembuluh vaskuler

sehingga tahanan perifer juga menurun dan akan membuat tekanan darah menurun.

Selain itu akibat venous return menurun, maka kadar preload dan afterload jantung

juga menurun sehingga meringankan kerja jantung kita, efeknya akan terlihat dengan

denyut nadi kita akan melemah. Sedangkan suhu tubuh akan meningkat akibat adanya

venodilatasi pembuluh-pembuluh kapiler. Berdasaran percobaan yang kami lakukan,

untuk efek obat vasodilator terhadap frekuensi napas masih belum berpengaruh,

walaupun ada beberapa sumber yang mengatakan kalau nitrovasodilator menimbulkan

relaksaki otot polos bronkus walaupun efeknya sangat kecil dan kurang bermakna

secara klinis.

Nitrat organik diabsorbsi dengan baik lewat kulit, mukosa sublingual, dan

oral. Metabolisme obat-obat ini dilakukan oleh nitrat reduktase dalam hati yang

mengubah nitrat organik larut lemak menjadi metabolitnya yang larut air yang tidak

aktif atau mempunyai efek vasodilatasi lemah. Efek lintas pertama dalam hati ini

menyebabkan bioavaibilitas nitrat organik oral sangat kecil.

Oleh karena itu untuk meningkatkan kadar obat dalam darah secara cepat,

serangan akut angina diatasi dengan preparat sublingual. Pada pemberian sublingual

kadar puncak plasma tercapai dalam 4 menit, waktu paruh 1-3menit, tetapi efeknya

akan menghilang dalam 1 jam.

Bila diinginkan masa kerja yang lebih panjang maka digunakan preparat oral.

Efek obat akan tercapai dalam 60-90 menit dan berakhir setelah 4-6jam.

Efek samping dari nitrat organik umumnya berhubungan dengan efek

vasodilatasinya. Pada awal terapi akan ditemukan sakit kepala, flushing, hipotensi

karena dilatasi arteri serebral. Sakit kepala ini akan berkurang setelah beberapa kali

pemakaian atau pengurangan dosis obat. Kadang-kadang refleks takikardi juga akan

muncul akibat kadar output cardiac yang rendah.

Kesimpulan:

Obat Vasodilator adalah obat yang digunakan untuk mendilatasi pembuluh darah,

baik arteri maupun vena.

Page 7: Lap Farmako[1]

Pada praktikum ini, kita diajak untuk melihat lama kerja dari obat vasodilator dan

juga Efek samping yang timbul pada dosis terapi.

Pada percobaan ini, kami sudah membuktikan bahwa efek samping yang nyata adalah

dilatasi pembuluh darah perifer yang menyebabkan peningkatan suhu tubuh,

penurunan tekanan darah yang menyebabkan OP agak pusing.

Lama waktu antara pemakaian oral dan sublingual pun berbeda, pada pemakaian

sublingual bekerja lebih cepat dibandingkan dengan pemakaian oral.

Dan pemakaian oral mempunyai waktu lebih waktu lebih lama agar efeknya

diekskresi dari pada sublingual.

PERCOBAAN DIGITALIS

Tujuan Praktikum:

Menjelaskan efek farmakodinamik digitalis terhadap frekuensi denyut

atrium dan ventrikel, interval denyut atrium dan ventrikel dan kekuatan

kontraksi atrium dan ventrikel. ( efek kronotropik, inotropik dan

dromotropik ), dan mengamatinya pada jantung kodok

Memperhatikan, mengamati dan menjelaskan efek toksik dan letal

digitalis.

Memahami pengertian kecilnya margin of safety ( perbedaan antara

dosis terapetik dan dosis letal ) digitalis dan implikasi klinisnya.

Hewan Percobaan: Kodok ( Rana )

Bahan :

Larutan Uretan 10%

Larutan Ringer

Obat tinktura digitalis 10%

Alat:

Tempat fiksasi kodok

Page 8: Lap Farmako[1]

Jarum pentul

Gunting anatomis

Chirurgis

Pinset

Semprit tuberkulin

Cara Kerja:

1. Pilih satu kodok untuk satu kelompok, suntikan ke dalam saccus

lymphaticus dorsalisnya larutan uretan 10% sebanyak 2ml.

2. Bila sudah terjadi anestesi pada kodok, fiksasilah kodok pada papan

fiksasi dengan posisi terlentang dengan telapak tangan dan kaki

terfiksasi dengan jarum pentul.

3. Bukalah thoraks kodok dimulai dengan kulit, dilanjutkan dengan

lapisan dibawahnya, dengan irisan berbentuk V, dimulai dari bawah

prosesus ensifomis ke lateral, sampai jantung terlihat jelas dan hindari

tindakan yang menyebabkan banyak pendarahan.

4. Bila jantung telah tampak, singkirkan jaringan yang menutupinya, dan

bukalah secara hati-hati perikard jantung kodok yang tampak sebagai

selubung jantung berwarna perak.

5. Sekarang jantung tampak utuh, teteskan segera setetes larutan ringer

laktat untuk membasahi jantung, lalu perhatikan dengan teliti siklus

jantung antara sistol dan diastole, terutama dengan memperhatikan

bentuk dan warna ventrikel.

6. Tetapkan frekuensi denyut jantung per-menit sebanyak 3kali, dan

ambil rata-rata nya.

7. Teteskan larutan tinktura digitalis 10% dengan tetesan kecil melalui

semprit tuberkulin yang dilepas jarum nya, langsung pada permukaan

jantung, tiap 2 menit, dan hitung frekuensi denyut jantungnya tiap

selesai meneteskan digitalis.

8. Pelajarilah perubahan-perubahan yang terjadi pada siklus jantung

(sistol-diastol) dan perubahan warna jantung. Pemberian digitalis akan

menyebabkan penurunan frekuensi jantung, ventrikel akan berwarna

lebih merah pada saat diastol dan menjadi lebih putih pada saat sistol,

serta amati juga interval A-V yang makin besar. Hal – hal tadi sesuai

Page 9: Lap Farmako[1]

dengan efek terapi digitalis pada manusia. Penetesan digitalis

diteruskan tiap 2 menit. Sampai tejadi keadaan keracunan yang

teramati sebagai terjadinya hambatan jantung parsial, disusul

terjadinya hambatan mutlak dan berakhir dengan berhentinya denyut

ventrikel, biasanya dalam keadaan sistol (asistole).

9. Tentukan apakah jantung yang telah berhenti berdenyut tadi masih bisa

dirangsang dengan rangsangan mekanis, yaitu dengan menyentuh

permukaannya dengan pinset.

10. Buatlah catatan dari seluruh pengamatan tadi, dan buatlah kurva yang

menggambarkan hubungan antara frekuensi denyut jantung dengan

jumlah tetesan digitalis yang dipakai.

Pembahasan

I. Dasar Teori

Inotoropik

Digoksin

Adalah glikosida jantung yang paling banyak digunakan.

Glikosida jantung mempunya efek inotropik positif yaitu memperkuat

kontraksi otot jantung sehingga meningkatkan curah jantung.Efek inotropik

positif terjadi melalui peningkatan konsentrasi ion Ca sitoplasma yang

memacu kontraksi otot jantung.

FARMAKODINAMIK

Semua glikosida jantung mempunyai farmakodinamik yang sama dan hanya

berbeda dalam farmakokinetiknya.

Glikosida jantung mempunyai efek :

- Meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung (kerja inotropik

positif)

Page 10: Lap Farmako[1]

Digoksin mengjambat pompa Na-K-ATPpase pada membran sel

otot jantung sehingga meningkatkan kadar Na+ intrasel, dan ini

menyebabkan berkurangnya pertukaran Na+ dan Ca + selama

repolarisasi dan relaksais otot jantung sehinga Ca2+ tertahan dalam sel .

Kadar Ca2+ intrasel meningkat,ambilan Ca2+ ke dalam reticulum

sarkoplasmik (SR) meningkat. Dengan demikian, Ca2+ yang tersedia

dalam SR untuk dilepaskan ke dalam sitosol untuk kontraksi

meningkat, sehingga kontraktilitas sel otot jantung meningkat.

- Memperlambat frekuensi denyut jantung (kerja inotropik negatif)

- Menekan hantaran rangsang (kerja dromotropik negatif)

- Mengurangi saraf simpatis.

Pada kadar terapi (1-2ng/mL),digoksin meningkatkan tonus

vagal dan mengurangi aktivitas simpatis di nodus SA maupun

AV.sehingga dapat menimbulkan bradikardia sinus sampai henti jantung

dan atau perpanjangan konduksi AV sampai meningkatkan blok

AV.Efek pada nodus AV inilah yang mendasari penggunaan digoksin

pada pengobatan fibrilasi atrium.

FARMAKOKINETIK :

- Pemberian oral atau IV, t ½ 36 jam,25% terikat protein.

- 75% diabsorbsi melalui saluran cerna.

- Distribusi lambat oleh karena volum distribusi besar.

- Ekskresi dalam bentuk utuh melalui urin.

INDIKASI :

Digoksin sekarang ini hanya diindikasikan untuk :

1. Pasien gagal jantung dengan fibrilasi atrium,payah jantung,

hiperventilasi,syok kardiogenik,dam syok tirotoksikosis.

2. Pasien gagal jantung dengan ritme sinus yang masih

simtomatik,terutama yang disertai takikardia,meskipun telah mendapat

terapi maksimal dengan penghambat ACE dan Penghambat beta.

Hal ini disebabkan karena pada :

1. Digoksin dapat memperlambat kecepatan ventrikel (akibat hambatan

Page 11: Lap Farmako[1]

pada nodus av).

2. Pada digoksin tidak mengurangi mortalitas sehingga tidak dipakai

sebagai obat lini pertama, tetapi dapat memperbaiki gejala-gejala dan

mengurangi hospitalisasi, terutama hospitalisasi karena meburuknya

gagal jantung,

Sebaiknya,kadar digoksin dipertahankan <1 ng/mL karena pada kadar yang

lebih tinggi,risiko kematian meningkat.

KONTRAINDIKASI :

Bagi penderita dengan :

- Total AV block

- Kardiomiopati

- Sindrom WPW (Wolff-Parkinson-White)

- Hipokalemia

- Gagal ginjal

- Bradikardi berat

- Alergi

- Fibrilasi ventrikel

INTOKSIKASI DIGOKSIN/DIGITOKSIN :

- Tanda-tanda intoksikasi terjadi pada 10-25% pada pasien dan dapat

bersifat fatal.

- Timbul lebih serin gpasa pasien yang mendapat tiazid atau diuretk

lain,kecuali diuretic hemat kalium.

- Tanda-tanda intoksikasi :

1. Jantung :

Aritmia karena peningkatan otomatisitas (mungkin akibat

depolarisasi spontan)

Blokade jantung partial atau total akibat efeknya pada nodul

A_V.

2. Saluran cerna : anoreksia,mual,muntah,diare.

3. Sistem saraf : mengantuk dan lelah.

Page 12: Lap Farmako[1]

4. Gangguan penglihatan :

Penglihatan kabur

Penglihatan ganda

Terlihat halo sekeliling benda

Terlihat hanya 1 warna(hijau atau kuning)

Terlihat bintik-bintik yang berbinar atau kilatan cahaya

5. Tanda-tanda lain :

Pusing,dpat juga pingsan karena tekanan darah turun,ginekomastia.

EFEK SAMPING :

Bradikardia,blokade nodus A_V,dan S-A aritmia

Anoreksia,mual,muntah,demam,sakit kepala,lemah,lelah

Gangguan penglihatan dan ginekomastia

Meningkatkan resistensi perifer dan dpaat meningkatkan kerja jantung

dan memperburuk kerusakan iskemik.

INTERAKSI OBAT :

Kuinidin, verapamil, amiodaron dan propafenon dapat meningkatkan kadar

digitalis. Diuretik, kortikosteroid, dapat menimbulkan hipokalemia, sehingga

mudah terjadi intoksikasi digitalis. Antibiotik tertentu menginaktivasi digoksin

melalui metabolisme bakterial di usus bagian bawah. Propantelin, difenoksilat,

meningkatkan absorpsi digoksin. Antasida, kaolin-peptin, sulfasalazin,

neomisina, kolestiramin, beberapa obat kanker, menghambat absorpsi

digoksin. Simpatomimetik, meningkatkan resiko aritmia. Beta - bloker,

kalsium antagonis, berefek aditif dalam penghambatan konduksi AV.

Tambahan :

Digitoksin

- Mekanisme kerja,efek samping, Kontraindikasi dan interaksi sama

dengan digoksin.

Page 13: Lap Farmako[1]

Namun digitoksin memiliki waktu paruh lebih panjang,di absorpsi

lebih banyak di saluran cerna,lebih terikat dengan protein,dan

mengalami metabolisme ekstensif dibandingkan dengan digoksin yang

tidak dimetabolisme sama sekali.

- Indikasi :

Jarang digunakan karena t ½ panjang

Berguna bagi pasien dengan gagal ginjal karena tidak bisa

mengekskresi digoksin.

- Farmakokinetik :

Peroral/IM/IV t ½ 2-6 hari

Absorpsi melalu saluran cerna

Metabolisme di hati,ekskresi melalui urin.

II. Hasil Pengamatan :

Hasil Pengamatan :

Rata-Rata frekuensi denyut jantung awal(dalam 3 kali : 36x/menit

Waktu

pemberian

digitalis

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28

Jumlah

nadi/menit

36 35 33 29 20 19 18 15 13 7 6 5 4 2 0

P

Kurva frekuensi denyut jantung tiap tetesan : Lampiran

Pembahasan :

Page 14: Lap Farmako[1]

Pada Percobaan katak ini kita dapat melihat warna ventrikel pada saat sistol

dan diastole.Pada waktu sistol ,ventrikel akan berwarna putih dan pada saat

diastole akan berwarna merah..Efek digitalis dapat terlihat pada menit ke -18

(tetesan ke-10), dimana kontraksi mulai berkurang dan efek toksik dari

digitalis yang membuat blok A-V partial.Blok jantung yang terjadi timbul

akibat defek pada sistem penghantar jantung.Atrium tetap berkontraksi secara

teratur tetapi ventrikel kadang-kadang tidak dapat dirangsang sehingga tidak

berkontraksi setelah kontraksi atrium.

Pada menit ke-28 (tetesan ke -15) ,menunjukan blok A-V total,hingga

menyebabkan kodok mati dan tidak mampu untuk berkontraksi lagi.

Kesimpulan :

Pada Percobaan ini dapat disimpulkan bahwa digitalis memiliki margin of

safety yang kecil yang menunjukann efek toksik dan efek letal

digitalis.Sehingga dapat menimbulkan interval A-V hingga blok A-V yang

berujung pada kematian.Digitalis juga dapat meningkatkan kontraksi jantung

dan menurunkan frekuensi denyut jantung.

Daftar pustaka:

1. Suyatna FD. Antiangina. Dalam: Gunawan SG, Setiabudy R, Nafrialdi,

Elysabeth, editor. Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta: Departemen

Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,

2008. h.361-66.

2. Rahardjo,R,editor.Kumpulan kuliah farmako.Edisi ke-2.Jakarta:EGC.h.382-

387.