praktikum farmako 14
-
Upload
anestesyamonica -
Category
Documents
-
view
9 -
download
1
description
Transcript of praktikum farmako 14
Tujuan:
1. Mampu melakukan praktikum tersamar ganda atau double blind clinical trial
2. Mampu melakukan observasi efek analgesic dari beberapa jenis analgesic
3. Mampu melakukan observasi pada efek samping yang mungkin timbul pada masing-
masing analgesic
4. Mampu mencatat hasil praktikum dan membuat laporan yang baik
Alat dan bahan:
1. Tensimeter, stetoskop, thermometer kulit, thermometer kimia, penggaris
2. Baskom plastic berisi bongkahan es + air dengan suhu 3 derajat Celsius.
3. Obat-obat analgesic; Paracetamol 600 mg
Kodein 30 mg
Ibuprofen 600 mg
Tramadol 50 mg
Placebo
Yang dikemas dalam kapsul yang sama bentuk, besar dan warnanya.
Cara kerja
1. Persiapan
a. Tiap kelompok mahasiswa menyediakan 2 orang percobaan (o.p) yang siap dalam
keadaan puasa 4 jam sebelum percobaan. Hal ini perlu dipahami oleh mahasiswa, agar
absorbsi obat cepat dan sempurna, maka sebaiknya lambung dalam keadaan kosong.
Untuk praktikum analgesic tidak ada kontra indikasi khusus, dimana mahasiswa tidak
boleh menjadi orang percobaan, hanya hati-hati pada mahasiswa yang pernah punya
riwayat ulkus peptikum atau gastritis kronis.
b. Instruktur telah mempersiapkan obat-obat diatas dengan kemasan (kapsul) yang sama
bentuk, besar dan warnanya dan telah diberi kode tertentu, dicatat dan disimpan oleh
salah satu instruktur. Karena percobaan ini tersamar ganda, dimana para instruktur dan
para orang percobaan tidak dapat memilih sendiri obat yang akan diberi/diminum, dengan
tujuan untuk menghindari factor subyektivitas yang akan mempengaruhi keabsahan hasil
pengamatan.
c. Tiap kelompok telah menyiapkan alat-alat yang diperlukan.
2. Tatalaksana
a. Mintalah orang percobaan yang telah dipilih oleh masing-masing kelompok untuk
berbaring di meja praktikum.
b. Lakukan pengukuran tanda vital (tekanan darah, denyut nadi, frekuensi pernapasan, suhu
kulit, dan diameter pupil mata, serta gejala subyektif; seperti pusing, demam, mual, dll)
Pengukuran suhu tubuh dilakukan dengan thermometer kulit yang diletakkan pada leher
depan dibawah dagu (daerah flushing).
Pengukuran pupil mata dilakukan dengan penggaris dalam keadaan mata orang
percobaan menatap lurus keatas, pada saat berbaring.
Lakukan pengukuran di atas 2 kali, diambil rata-ratanya, dan catat sebagai parameter
dasar.
c. Untuk membangkitkan rasa sakit maka dilakukan:
- Untuk orang percobaan pertama, dalam keadaan duduk, celupkan tangan kanan sampai
pergelangan tangan dan dalam keadaan jari-jari terkepal ke dalam baskom plastic berisi air es
dengan suhu 2-3 derajat Celsius. Catatlah waktu tangan dimasukan sampai terasa sakit yang
tidak dapat ditahan lagi.
Lakukan dengan tangan kiri, dan ambillah rata-rata waktu antara tangan kanan dan kiri
sebagai parameter dasar.
- Untuk orang percobaan lain, dalam keadaan berbaring pasanglah manset tensi meter pada
lengan kanan atas, pompalah sampai 180 mmHg, lalu tutuplah kunci air raksanya. Mintalah
orang percobaan melakukan gerakan membuka dan menutup jari-jari (mengepal) tiap detik
sampai rasa nyeri yang tak tertahankan. Lakukan pada lengan yang satu dan ambil rata-rata
waktu ke dua lengan sampai parameter dasar.
d. Mintalah obat pada instruktur, dan tiap orang percobaan minum obatnya setelah
kawannya mencatat kode obat yang diminumnya.
e. Orang percobaan berbaring tenang selama 60 menit, sedang kawan-kawannya tetap
berada disisinya dan mendiskusikan tentang obat analgesic.
f. Setelah 60 menit, lakukanlah kembali pengukuran parameter: tanda vital, suhu kulit,
diameter pupil mata, dan waktu timbulnya rasa nyeri.
g. Berdasarkan hasil observasi anda, diskusikan dan tentukan obat apa yang diminum teman
anda tadi, dan cocokkan dengan instruktur yang memegang kode obat tadi. Bila anda
melakukan semua tatalaksana dengan baik maka ‘tebakan’ obat yang diminum kawan
anda sama dengan yang tertera di kodenya.
h. Tanyakan dan catatlah gejala-gejala lain yang dirasakan orang percobaan misalnya:
ngantuk, demam, gatal-gatal, sakit kepala, perih ulu hati, berkeringat, mual, muntah, dll.
Mintalah orang percobaan juga melaporkan gejala-gejala yang timbul selama 24 jam
setelahnya: misalnya konstipasi, dll.
Hasil Percobaan
1. Rasa nyeri dengan merendam tangan dalam es (O.P. = Ricard)
Pengukuran parameter 1 Gejala setelah minum obat Pengukuran parameter 2
Tekanan darah: 100/60 mmHg
Nadi : 61/menit
Napas : 23/menit
Suhu kulit : 36,70C
Pupil : 0,5 cm
Warna kulit : normal
WR :
- Kanan : 18,5 detik
- Kiri ; 25,26 detik
Rata-rata : 21,88 detik
-Perih lambung yang
hilang timbul
-Mual
-Pusing
Tekanan darah: 100/60mmHg
Nadi : 61/menit
Napas : 23/menit
Suhu kulit : 36,70C
Pupil : 0,5 cm
Warna kulit : normal
WR :
- Kanan : 18,5 detik
- Kiri ; 25,26 detik
Rata-rata : 21,88 detik
Kode obat 143 : Plasebo
2. Rasa nyeri dengan menggunakan tensimeter (O.P. = Yoseph)
Pengukuran parameter 1 Gejala setelah minum obat Pengukuran parameter 2
Tekanan darah: 130/70 mmHg
Nadi : 74/menit
Napas : 15/menit
Suhu kulit : 32,730C
Pupil : 0,5 cm
Warna kulit : normal
WR :
- Kanan : 2,24 menit
- Kiri ; 1,32 menit
Rata-rata : 1,48 menit
-Perih lambung
-Rasa mual
-Mulut kering
- lelah
Tekanan darah: 130/70mmHg
Nadi : 62/menit
Napas : 14/menit
Suhu kulit : 36,020C
Pupil : 0,5 cm
Warna kulit : normal
WR :
- Kanan : 1,11 menit
- Kiri ; 1,6 menit
Rata-rata : 50,4 detik
Kode obat 14: Paracetamol
Landasan Teori
Pada praktikum tersamar ganda digunakan beberapa jenis obat sebagai penghilang rasa nyeeeri
atau disebut juga obat analgesic, obat non steroid anti inflamasi dan juga obat golongan opioid,
pembahasan mengenai obat-obat tersebut:
1. Paracetamol
Asetaminofen (paracetamol; N-asetil-p-aminofenol; TYLENOL, dan lain-lain) merupakan
metabolit aktif fenasetin, yang disebut analgesik coal ta. Paracetamol merupakan obat lain
pengganti aspirin yang berfungsi sebagai obat analgesik-antipiretik. Namun tidak seperti aspirin,
aktifitas antiradangnya lemah sehingga bukan digunakan sebagai obat dalam kondisi radang.
Karena paracetamol ditoleransi dengan baik, banyak efek samping aspirin tidak dimiliki obat ini.
Sampai saat ini obat ini adalah obat yang paling populer dirumah tangga dengan fungsinyta
sebagai obat penghilang serta penurun panas yang baik, selain itu obat ini dapat diperoleh
dengan mudah tanpa resep dokter.
Seperti yang telah disampaikan diatas, paracetamol tidak digunakan sebagai antiradang. Hal itu
terjadi karena hubungannya dengan fakta bahwa paracetamol hanya merupakan inhibitor
siklooksigenasi yang lemah dengan adanya peroksida konsentrasi tinggi yang ditemukan pada
lesi radang. Sebaliknya, efek antipiretiknya dapat dijelaskan dengan kemampuan menghambat
sikooksigenase di otak dan kadar peroksida yang rendah. Selain itu, acetaminofen tidak
menghambat aktivasi neutrofil, sedangkan AINS jenis lain menghambat aktivasi tersebut.
Paracetamol diabsorbsi cepat dan sempurna melalui saluran cerna. Konsentrasi tinggi dalam
plasma dicapai dalam waktu ½ jam, dan masa penuh plasma 1-3 jam. Obat ini tersebar ke
seluruh cairan tubuh. Dalam plasma, 25% paracetamol terikat protein plasma. Obat ini
dimetabolisme oleh enzim mikrosom hati. Sebagian besar paracetamol (80%) dikonjugasi
dengan asam glukoronat dan sebagian kecil dengan asam sulfat. Selain itu obat ini juga dapat
mengalami hidroksilasi. Metabolit hasil hidroksilasi ini dapat menimbulkan methemoglobinemia
dan hemolisis eritrosit. Obat ini diekskresi melalui ginjal, sebagian kecil sebagai paracetamol
(3%) dan sebagian besar dalam bentuk terkonjugasi.
Sebagai analgsik lainnya, paracetamol sebaiknya jangan diberikan lama karena kemungkinan
menimbulkan nefropati analgesik. Jika dosis terapi tidak memberikan efek, biasanya penggunaan
dosis yang lebih besar tidak m enolong. Karena hampir tidak mengiritasi lambung, paracetamol
seringdikombinasi dengan AINS untuk efek analgesik.
Paracetamol tersedia sebagai obat tunggal, berbentuk tablet 500mg atau sirup yang mengandung
120 mg/5ml. Selain itu paracetamol terdapat sebagai sediaan kombinasi tetap, dalam bentuk
tablet maupun cairan. Dosis paracetamol untuk dewasa 300mg-1g per kali, dengan maksimum 4
gram per hari. Untuk anak 6-12 tahun dapat diberikan dosis 150-300 mg/kali dengan maksimum
1,2 g/hari. Sedangkan untuk anak 1-6 tahun, dapat diberi dosis 60-120 mg/kali dan bayi dibawah
1 tahun dengan dosis 60 mg/kali. Pada keduanya diberikan maksimum 6 kali sehari.
Efek iritasi, erosi dan pnedarahan lambung tidak terlihat pada pemakaina obat ini, demikian juga
gangguan pernapasan dan keseimbangan asam basa. Efek alergi pada obat ini jarang sekali
terjadi. Manifestasinya berupa eritema dan urtikaria dan gejala yang lebih berat berupa demam
dan lesi pada mukosa. Eksperimen pada hewan percobaan menunjukkan bahwa gangguan ginjal
lebih mudah terjadi akibat obat ini dibanding fenasetin. Akibat dosis toksik yang paling serius
adalah nekrosis hati. Hepatotoksisitas dapat terjadi pada pemberian dosis tunggal 10-15 gram.
Gejala pada hari pertama keracunan akut paracetamol belum mencerminkan bahaya yang
mengancam. Noreksia, mual dan muntah serta sakit perut terjadi selama 24 jam pertama dan
dapat berlangsung selama seminggu atau bahkan lebih. Gangguan hepar dapat terjadi pada hari
kedua, dengan gejala penigkatan aktivitas serum transaminase, laktat dehidrogenase, kadar
bilirubin serum dan pemanjangan masa protombin. Aktifitas alkali fosfatase dan kadar albumin
serum tetap normal. Kerusakan hati dapat mengakibatkan ensefalopati, koma dan kemat.
Kerusakan hati yang tidak berat sembuh dalam beberapa minggu sampai beberpa bulan.
Masa paruh paracetamol pada hari pertama keracunan merupakan petunjuk beratnya keracunan.
Masa paruh lebih dari 4 jam merupakan petunujuk akan terjadinya nekrosis hati, dan masa paruh
12 jam meramalkan akan terjadinya koma hepatik. Kerusakan ini tidak hanya disebabkan oleh
paracetamol, tetapi juga oleh radikal bebas, metabolit yang sangat reaktif berikatan secara
kovalen dengan makromolekul vital sel hati. Karena itu hepatotoksisitas paracetamol meningkat
pada pasien yang juga mendapat barbiturat, antikonvulsi lain atau pada alkoholik yang kronis.
Kerusakan hati timbul berupa nekrosis sentritobularis. Keracunan akut ini biasanya diobati
secara sistomatik dan suportif, tetapi pemberian senyawa sulfhidril tampaknya dapat
bermanfaat., yaitu dengan memperbaiki cadangan glutation hati. N-asetilsistein cukup efektif
bila diberikan peroral 24 jam setelah minum dosis toksik paracetamol.2 Adanya temuan terbaru
juga menunjukkan bahwa paracetamol dapat menghambat enzim ketiga yakni COX-3 di sistem
saraf pusat. COX-3 tampaknya merupakan produk varian splice gen COX-1.
2. Kodein
Kodein adalah metilmorfin, substitusi metil pada gugus hidroksil fenol. Tebain berbeda dengan
morfin hanya dalam hal kedua gugus hidroksilnya termetilasi dan pada cincinnya terdapat dua
ikatan rangkap. Diantara sifat penting opioid yang dapat diubah dengan modifikasi struktur
adalah afinitasnya untuk berbagai jenis reseptor opioid, aktivitasnya sebagai agonis versus
antagonis, kelarutannya dalam lemak, dan ketahanannya terhadap penguraian metabolik. Sebagai
contoh, blokade hidroksilfenol pada posisi 3, seperti pada kodein dan heroin, sangat mengurangi
pengikatan pada reseptor µ. Secara in vivo, senyawa-senyawa ini dikonversi menjadi analgesik
kuat, kodein menjadi morfin dan heroin menjadi 6-asetil morfin.
Kodein berbeda dengan morfin, keefektifan kodein oral sekitar 60% pemberian parenteralnya,
baik sebagai analgesik maupun sebagai depresan pernapasan. Kodein, sama seperti levorfanol,
oksikodon, dan metadon, yang memiliki perbandingan potensi oral terhadap parenteral yang
tinggi. Efikasi oral obat-obat ini yang lebih tinggi disebabkan oleh metabolisme lintas pertama di
hati yang lebih kecil. Begitu diabsorpsi, kodein dimetabolisme oleh hati, dan metabolitnya
diekskresi terutama di urin, sebagian besar dalam bentuk tidak aktif. Sebagian kecil (sekitar
10%) kodein yang diberikan mengalami O-demetilasi membentuk morfin, baik morfin bebas
maupun yang terkonjugasi dapat ditemukan di urin setelah pemberian kodein dosis terapeutik.
Kodein memiliki afinitas yang luar biasa rendah untuk reseptor opioid, dan efek analgesik kodein
disebabkan oleh konversinya menjadi morfin. Akan tetapi, kerja antitusifnya mungkin
melibatkan reseptor khusus yang mengikat kodein sendiri. Waktu paruh kodein dalam plasma
adalah 2 sampai 4 jam.
Konversi kodein menjadi morfin dipengaruhi oleh enzim sitokrom P450CYP2D6. Polimorfisme
genetik pada CYP2D6 yang telah terkarakterisasi dengan baik menyebabkan ketidakmampuan
untuk mengkonversi kodein menjadi morfin, sehingga menjadikan kodein tidak efektif sebagai
analgesik pada sekitar 10% dari populasi Kaukasia. Polimorfisme lain dapat menyebabkan
peningkatan sensitivitas terhadap efek kodein. Menariknya, tampaknya ada keragaman dalam
efisiensi metabolik diantara kelompok etnis yang berbeda. Sebagai contoh, orang Cina
memproduksi lebih sedikit morfin dari kodein dibanding dengan orang Kaukasia yang mana juga
kurang sensitifnya terhadap efek morfin daripada orang Kaukasia. Penurunan sensitivitas
terhadap morfin mungkin disebabkan oleh penurunan produksi morfin-6-glukuronid. Jadi
penting untuk memperhatikan dalam pemberian kodein, perlu dipertimbangkan kemungkinan
polimorfisme enzim metabolik pada setiap pasien yang tidak memperoleh analgesia yang
memadai dari kodein atau tidak memberikan suatu respons yang memadai terhadap prodrug lain
yang diberikan.
Selain pada itu, morfin dan opioid terkait menyebabkan efek yang tidak diinginkan dengan
spektrum luas, meliputi depresi pernapasan, mual, muntah, pusing, gngguan mental (cemas,
marah, dan kesedihan), disforia, pruritus, konstipasi, peningkatan tekanan dalam saluran empedu,
retensi urin, dan hipotensi. Hal-hal diatas merupakan dasar-dasar efek dari morfin dan opioid
lainnya, namun adakalanya, pasien mengalami delirium. Peningkatan sensitivitas terhadap nyeri
setelah analgesia berkurang dapat pula terjadi.
3. Tramadol
Indikasi:
TRAMADOL diindikasikan untuk mengobati dan mencegah nyeri yang sedang hingga berat,
seperti tersebut di bawah ini:
- Nyeri akut dan kronik yang berat.
- Nyeri pasca bedah.
Kontra Indikasi:
- Keracunan akut oleh alkohol, hipnotik, analgesik atau obat-obat yang mempengaruhi SSP
lainnya.
- Penderita yang mendapat pengobatan penghambat monoamin oksidase (MAO).
- Penderita yang hipersensitif terhadap TRAMADOL.
Komposisi:
Tiap kapsul mengandung:
Tramadol Hidroklorida.....................................50 mg
Cara Kerja Obat:
Tramadol adalah analgesik kuat yang bekerja pada reseptor opiat.
Tramadol mengikat secara stereospesifik pada reseptor di sistem saraf pusat sehingga mengeblok
sensasi nyeri dan respon terhadap nyeri.
Di samping itu tramadol menghambat pelepasan neurotransmitter dari saraf aferen yang sensitif
terhadap rangsang, akibatnya impuls nyeri terhambat.
Efek Samping:
- Sama seperti umumnya analgesik yang bekerja secara sentral, efek samping yang dapat terjadi:
mual, muntah, dispepsia, obstipasi, lelah, sedasi, pusing, pruritus, berkeringat, kulit kemerahan,
mulut kering dan sakit kepala.
- Meskipun TRAMADOL berinteraksi dengan reseptor apiat sampai sekarang terbukti insidens
ketergantungan setelah penggunaan TRAMADOL, ringan.
Perhatian:
- Hati-hati bila digunakan pada penderita dengan trauma kepala, peningkatan tekanan
intrakranial, gangguan fungsi ginjal dan hati yang berat atau hipersekresi bronkus; karena dapat
meningkatkan resiko kejang atau syok.
- Dapat terjadi penurunan fungsi paru apabila penggunaan TRAMADOL dikombinasi dengan
obat-obat depresi SSP lainnya atau bila melebihi dosis yang dianjurkan.
- TRAMADOL tidak boleh digunakan pada penderita ketergantungan obat. Meskipun termasuk
agonis opiat, TRAMADOL tidak dapat menekan gejala putus obat, akibat pemberian morfin.
- TRAMADOL sebaiknya tidak diberikan pada wanita hamil, kecuali benar-benar diperlukan.
0,1% TRAMADOL diekskresikan melalui ASI (Air Susu Ibu).
- TRAMADOL dapat mengurangi kecepatan reaksi penderita, seperti kemampuan
mengemudikan kendaraan ataupun mengoperasikan mesin.
Lama pengobatan
Pada pengobatan jangka panjang, kemungkinan terjadi ketergantungan, oleh karena itu dokter
harus menetapkan lamanya pengobatan. Tidak boleh diberikan lebih lama daripada yang
diperlukan.
Interaksi Obat:
- Penggunaan TRAMADOL bersama dengan obat-obat yang bekerja pada SSP (seperti:
tranquillizer, hipnotik), dapat meningkatkan efek sedasinya.
- Penggunaan TRAMADOL bersama dengan tranquillizer juga dapat meningkatkan efek
analgesiknya.
Dosis:
Seperti halnya obat-obat analgesik, dosis harus diatur sesuai dengan beratnya rasa sakit dan
respon klinis dari penderita.
Dosis untuk dewasa dan anak berumur di atas 14 tahun:
Dosis tunggal: 1 kapsul.
Dosis perhari: hingga 8 kapsul.
Apabila sakit masih terasa, dapat ditambahkan dosis tunggal kedua 1 kapsul TRAMADOL lagi,
setalah selang waktu 30 - 60 menit. Pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal dan hati,
perlu dilakukan penyesuaian dosis.
Kemasan:
Dus isi 5 strip @ 10 kapsul.
Penyimpanan:
Simpan di tempat sejuk dan kering, terlindung dari cahaya.
HARUS DENGAN RESEP DOKTER
4. Ibuprofen
Ibuprofen marupakan derivat asam propionat yang diperkenalkan pertama kali di banyak negara.
Obat ini bersifat analgesik dengan daya anti-inflamasi yang tidak terlalu kuat. Efek analgesik
seperti aspirin. Efek anti-inflamasinya terlihat dengan dosis 1200-4000mg/hari. Absorbs
ibuprofen cepat melalui lambung dan kadar maksimum plasma dicapai setelah 1-2 jam. Waktu
paruh dalam plasma sekitar 2 jam. 90% ibuprofen terikat dalam protein plasma. Ekskresinya
berlangsung cepat dan lengkap. Kira-kira 90% dari dosis yang diabsorpsi akan diekskresi melalui
urin sebagai metabolit / konjugatnya. Metabolit uta marupakan hasil hidroksilasi dan
karboksilasi.
Obat OAINS derivat asam propionat hampier seluruhnya terikat pada protein plasma. Derivat
asam propionat dapat mengurangi efek diuresis dan natriuresis furosemid dan tiazid, juga
mengurangi efek antihipertensi obat β-bloker, prazosin dan kaptopril. Efek ini mungkin akibat
hambatan biosintesis PG ginjal. Efek samping pada saluran cerna lebih ringan dibandingkan
dengan aspirin, indometasin, atau naproksen. Efek samping lainnya yang jarang ialah eritema
kulit, sakit kepala, trombositopenia, ambliopia toksik yang reversible. Dosis sebagai analgesik
4x400mg/hari tetapi sebaiknya dosis optimal pada tiap orang ditentukan secara individual.
Ibuprofen tidak dianjurkan oleh wanita hamil dan menyusui. Dengan alasan bahwa ibuprofen
relatif lebih lama dikenal dan tidak menimbulkan efek samping serius pada dosis analgesik ,
maka ibuprofen dijual sebagai obat generik bebas dibeberapa negara antara lain Amerika Serikat
dan Inggris.
Perubahan struktur minor pada nukleusibuprofen menghasilkan fenoprofen, ketoprofen,
dan flurbiprofen.
Gambar no 1. Ikatan kimia ibuprofen
Farmakokinetik
Secara umum ibuprofen beserta turunannya sangat cepat dan sangat efektif diserap setelah
pemberian peroral, dengan bioavailabilitas lebih besar dari 85%. Puncak konsentrasi
plasma terjadi antara 0,5 dan 3 jam tergantung jenis obat yangd ip i l i h . Se lu ruh j en i s oba t
t e r s ebu t menga l i r ke da l am ca i r an s i nov i a l s eca r a perlahan dan masih
terdapat dalam konsentrasi yang cukup tinggi di sinovial walaupun konsentrasinya
dalam plasma telah menurun. Distribusi flurbiprofenre l a t i f c epa t ke da l am
ca i r an s i nov i a l dan konsen t r a s inya s eband ing dengan konsentrasi plasma setelah
6 jam pemberian peroral. Ibuprofen dieliminasi terutama melalui metabolisme secara
luas di hatimenjadi hidroksil atau konjugasi karboksil dengan kurang dari 1% obat
ditemukanda l am u r in da l am keadaan t i dak d ime tabo l i sme . I bup ro fen
memi l i k i vo lume distribusi yang relatif rendah (0,1 sampai 0,12 L/kg). Waktu
paruh eliminasinya berkisar antara 2 hingga 4 jam.
Farmakodinamik
Mekanisme kerja ibuprofen melalui inhibisi sintesis prostaglandin denganmenghamba t
Cyc looxygenase I (COX I ) dan Cyc looxygenase I I (COX I I ) . N a m u n t i d a k
s e p e r t i a s p i r i n , h a m b a t a n y a n g d i a k i b a t k a n o l e h n y a
b e r s i f a t reversibel. Dalam pengobatan dengan ibuprofen, terjadi penurunan
pelepasanmed ia to r da r i g r anu los i t , b a so f i l , d an s e l mas t , t e r j ad i penu runan
kepekaan terhadap bradikinin dan histamin, mempengaruhi produksi limfokin dari limfositT,
melawan vasodilatasi, dan menghambat agregasi platelet.
Penggunaan Klinis
Ibuprofen dapat digunakan untuk mengurangi nyeri yang ringan hingga sedang,
khususnya nyeri oleh karena inflamasi seperti yang terdapat pada arthritisdan gout.
Beberapa pasien dengan rheumatoid arthritis dapat ditangani dengan baik
menggunakan ibuprofen, namun secara umum ibuprofen lebih berguna untuk pasien dengan
peradangan yang ringan dan arthritis degeneratif. Flurbiprofen l eb ih po t ens i a l
s ebaga i an t i - i n f l amas i d iband ingkan dengan i bup ro fen dan b i a sanya dapa t
d i t o l e r ans i dengan ba ik . Ke top ro fen dan f enop ro fen s e r i ng digunakan sebagai
terapi pengganti naproxen.
Dosis
Untuk mengurangi nyeri ringan hingga sedang dosis dewasa penggunaanibuprofen peroral
adalah 400 mg untuk nyeri haid 400 mg peroral kalau perlu. Untuk arthritis rheumatoid
400-800 mg. Untuk demam pada anak-anak 5mg/kgbb,u n t u k n y e r i p a d a a n a k -
a n a k 1 0 m g / k g b b , u n t u k a r t h r i t i s j u v e n i l 3 0 - 40mg/kgbb/hari.
Efek Samping
S e c a r a u m u m s e m u a t u r u n a n a s a m p r o p i o n a t m e m i l i k i e f e k
i r i t a s i gastrointestinal dan ulserasi yang lebih kecil dibandingkan dengan
pemberiansalisilat. Fungsi platelet mungkin dipengaruhi dan bervariasi dari masing-
masingturunannya. Inhibisi dari sintesis prostaglandin dapat memperburuk
disfungsiginjal pada pasien dengan kelainan ginjal yang mana prostaglandin
diperlukanuntuk mempertahankan aliran darah ginjal. Dapat juga menimbulkan suatu
reaksialergi pada pasien yang hipersensitif. Efek terhadap ginjal dapat berupa
gagalginjal akut, nefritis interstisialis, dan sindrom nefrotik
Efek samping dari ibuprofen dapat berupa kemerahan, pruritus, tinitus, pusing,
nyeri kepala, cemas, meningitis aseptik, dan retensi cairan di samping e f e k
g a s t r o i n t e s t i n a l ( d a p a t d i u b a h d e n g a n p e n e l a n a n b e r s a m a
m a k a n a n ) . Pembe r i an i bup ro fen da l am j angka wak tu yang l ama
be rhubungan dengan agranulositosis dan aplasia sumsum tulang granulositik
Interaksi Obat
Pemberian dengan aspirin meningkatkan pembersihan obat bebas ( freedrug clearance) .
Dapa t j uga t e r j ad i i n t e r aks i dengan koagu l an namun j a r ang terjadi.
Perbandingan Dengan NSAID Lainnya
Efek anti-inflamasi dari ibuprofen lebih besar daripada aspirin. Pada dosissekitar 2400mg per
hari, efek anti inflamasi ibuprofen setara dengan 4g aspirin.
Analisis Hasil Percobaan
1. Gejala-gejala yang dirasakan oleh O.P yang test rasa nyeri dengan manset, setelah meminum
obat kode 14 yaitu rasa mual, berkeringat, lelah. Oleh karena gejala-gejala yang dirasakan
oleh O.P. kelompok kami menyimpulkan obat yang diberikan adalah Tramadol, tetapi setelah
dikonfirmasi hasilnya adalah Obat Paracetamol. Melalui analisis kelompok kami, dari teori
yang ada ternyata efek yang diberikan obat paracetamol memang dirasakan oleh O.P tetapi
kelalaian kelompok kami tidak cermat untuk melihat gejala-gejala yang ada.
2. Gejala-gejala yang dirasakan oleh O.P pada test rasa nyeri dengan menggunakan es, setelah
minum obat kode 143 didapatkan gejala mual, pusing, dan nyeri lambung. Gejala-gejala ini
hanya muncul pada beberapa saat setelah O.P meminum obat, setelah 60 menit gejala-gejala
tersebut sudah tidak dirasakan oleh O.P. (kemungkinan gejala tersebut hanya gejala sugesti
atau subjektifyang dirasakan O.P) Oleh karena itu, kelompok kami menyimpulkan bahwa
obat yang diminum tersebut adalah placebo, dan setelah dikonfirmasi ternyata sesuai dengan
obat yang diberikan oleh instruktur