ETIOLOGI apendisitis akut
-
Upload
eka-rizki-febriyanti -
Category
Documents
-
view
42 -
download
0
description
Transcript of ETIOLOGI apendisitis akut
ETIOLOGI
Apendisitis akut merupakan merupakan infeksi bakteria. Berbagai berperan sebagai faktor
pencetusnya. Sumbatan lumen apendiks merupakan faktor yang diajukan sebagai faktor
pencetus disamping hiperplasia jaringan limfe, fekalit, tumor apendiks dan cacing askaris
dapat pula menyebabkan sumbatan. Penyebab lain yang diduga dapat menimbulkan
apendisitis adalah erosi mukosa apendiks karena parasit seperti E.histolytica. Penelitian
epidemiologi menunjukkan peran kebiasaan makan makanan rendah serat dan pengaruh
konstipasi terhadap timbulnya apendisitis. Konstipasi akan menaikkan tekanan intrasekal
yang berakibat timbulnya sumbatan fungsional apendiks dan meningkatnya pertumbuhan
kuman flora kolon biasa. Semuanya ini mempermudah timbulnya apendisitis akut.
(Sjamsuhidayat, 2005).
Apendisitis umumnya terjadi karena infeksi bakteri. Di antaranya adalah obstruksi yang
terjadi pada lumen apendiks. Obstruksi ini biasanya disebabkan karena adanya timbunan tinja
yang keras (fekalit), hiperplasia jaringan limfoid, tumor apendiks, striktur, benda asing dalam
tubuh, dan cacing askaris dapat pula menyebabkan terjadinya sumbatan. Penyebab lain yang
diduga menimbulkan apendisitis adalah ulserasi mukosa apendiks oleh parasit E. histolytica
(Aleq, 2011).
Penyebab dan faktor resiko appendisitis akut : (Longo, 2011)
1. Obstruksi (sumbatan) lumen abdomen
a. Hiperplasia jaringan limfe
b. Fekalit
c. Tumor apendiks
d. Cacing Ascaris sp
2. Erosi mukosa apendiks
a. Entamoeba hystolitica
b. Eschercia coli
c. Streptococcus sp
3. Gaya hidup
a. Konsumsi makanan rendah serat
b. Konstipasi à meningkatkan tekanan intrasekal à sumbatan fungsional apendiks à
peningkatan pertumbuhan kuman flora normal
PRESDIPOSISI
Pada anak-anak, dengan omentum yang lebih pendek, apendiks yang lebih panjang, dan
dinding apendiks yang lebih tipis, serta daya tahan tubuh yang masih kurang, memudahkan
terjadinya perforasi. Sedangkan pada orang tua, perforasi mudah terjadi karena adanya
gangguan pembuluh darah. Apendiks yang pernah meradang tidak akan sembuh dengan
sempurna, tetapi akan membentuk jaringan parut. Jaringan ini menyebabkan terjadinya
perlengketan dengan jaringan sekitarnya. Perlengketan tersebut dapat kembali menimbulkan
keluhan pada perut kanan bawah. Pada suatu saat organ ini dapat mengalami peradangan
kembali dan dinyatakan mengalami eksaserbasi (Sjamsuhidajat, 2005).
PENATALAKSANAAN
Tatalaksana apendisitis pada kebanyakan kasus adalah apendektomi. Keterlambatan dalam
tatalaksana dapat meningkatkan kejadian perforasi (Temple, 1995). Penggunaan ligasi ganda
pada setelah appendektomi terbuka dilakukan dengan jahitan yang mudah diserap tubuh.
Ligasi yang biasa dilakukan pada apendektomi adalah dengan purse string (z-stich atau
tobacco sac) dan ligasi ganda. Pada keadaan normal, digunakan jahitan purse string. Ligasi
ganda digunakan pada saat pembalikkan tunggul tidak dapat dicapai dengan aman, sehingga
yang dilakukan adalah meligasi ganda tunggul dengan dua baris jahitan. Dengan peningkatan
penggunaan laparoskopi dan peningkatan teknik laparoskopik, apendektomi laparoskopik
menjadi lebih sering. Prosedur ini sudah terbukti menghasilkan nyeri pasca bedah yang lebih
sedikit, pemulihan yang lebih cepat dan angka kejadian infeksi luka yang lebih rendah, akan
tetapi terdapat peningkatan kejadian abses intra abdomen dan pemanjangan waktu operasi.
Laparoskopi itu dikerjakan untuk diagnosa dan terapi pada pasien dengan akut abdomen,
terutama pada wanita. Beberapa studi mengatakan bahwa laparoskopi meningkatkan
kemampuan dokter bedah untuk operasi (Birnbaum, 2000).
Insisi Grid Iron (McBurney Incision)
Insisi Gridiron pada titik McBurney. Garis
insisi parallel dengan otot oblikus eksternal,
melewati titik McBurney yaitu 1/3 lateral
garis yang menghubungkan spina liaka
anterior superior kanan dan umbilikus
(Skandalakis, 2004).
Lanz transverse incision
Insisi dilakukan pada 2 cm di bawah pusat,
insisi transversal pada garis miklavikula-
midinguinal. Mempunyai keuntungan
kosmetik yang lebih baik dari pada insisi
grid iron (Russell, 2004).
Rutherford Morisson’s incision (insisi
suprainguinal)
Merupakan insisi perluasan dari insisi
McBurney. Dilakukan jika apendiks terletak
di parasekal atau retrosekal dan terfiksir
(Patnalk, 2001).
Low Midline Incision
Dilakukan jika apendisitis sudah terjadi
perforasi dan terjadi peritonitis umum
(Patnalk, 2001)..
Insisi paramedian kanan bawah
Insisi vertikal paralel dengan midline, 2,5
cm di bawah umbilikus sampai di atas pubis
(Patnalk, 2001).
Tabel 4. Macam-macam Insisi untuk apendektomi
DAPUS
Birnbaum BA, Wilson SR. Appendicitis at the millennium. Radiology 2000 May; 215:
337e48.
Temple CL, Huchcroft SA, Temple WJ. The natural history of appendicitis in adults. A
prospective study. Ann Surg 1995 Mar; 221: 278-81.
Skandalakis JE, Colborn GL, Weidman TA, et al. Editors. 2004. Skandalakis’ Surgical
Anatomy. USA: McGrawHill.
Russell RCG, Williams NS, Bulstrode CJK. 2004. Editors. Bailey and Love’s Short Practice
of Surgery. 24th Ed. London: Arnold.
Patnalk VG, Singla RK, Bansal VK. 2001. Surgical Incisions-Their Anatomical Basis. J
Anat. Soc. India 50(2) 170-178.
Longo,Dan L.2011.Horrison’s Principle of internal medicine. USA : The McGraw-Hill
Companies
Sjamsuhidajat, R. Wim de Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Aleq, Mochamad Sander. 2011. Apendisitis Akut: Bagaimana Seharusnya Dokter Umum
Dan Perawat Dapat Mengenali Tanda Dan Gejala Lebih Dini Penyakit Ini?. Volume 2,
Nomor 1. ISSN: 2086-3071