Eritrosit Dan Proses Eritropoesis Fajrin

download Eritrosit Dan Proses Eritropoesis Fajrin

of 29

Transcript of Eritrosit Dan Proses Eritropoesis Fajrin

  • 7/28/2019 Eritrosit Dan Proses Eritropoesis Fajrin

    1/29

    1

    A. Eritrosit dan Proses EritropoesisEritrosit

    Eritrosit atau sel darah merah berperan dalam mengankut O2 dan CO2 didalam darah.

    Hal ini diperankan oleh suatu molekul darah yang dikenal dengan hemoglobin.

    Hemoglobin terdiri atas dua komponen yakni bagian globin suatu protein yang terbentuk

    dari empat rantai plipeptida yang sangat berlipat-lipat dan bagian gugus nitrogenosa non

    protein yang dikenal dengan gugus heme. Setiap atom besi dapat berikatan secara

    reveribel dengan satu molekul O2 dengan demikian setiap penampang hemoglobin dapat

    mengikat empat penumpang O2. Selain dengan O2 Hemoglobin juga dapat berikatan

    denganzat-zat lain seperti Karbondioksida (CO2) yang mengangkut gas ini kembali ke paru,

    Hidrogen Asam (H+) dari asam karbonat yang terionisasi sehingga hemoglobin juga

    berperan sebagai system buffer asam untuk mempertahan kan PH tubuh, dan yang

    terakhir berikatan dengan karbonmonoksida (CO) yang bersifat toksin dalam darah.1,3

    Hemoglobin juga mempunyai enzim yang dikenal dengan ewnzim Glikolitik yang

    berperan dalam menghasilkan energy yang dibutuhkan untuk menjalankan mekanisme

    transportasi aktif dan juga enzim Karbonik Anhidrase yang berperan dalam

    pengangkutan CO2 , enzim ini mengkatalisis sebuah reaksi kunci yang mengubah CO 2 menjadi

    ion bikarbonat (HCO3-) yakni bentuk utama transport CO2 dalam darah, dengan demikian CO2

    diangkut dengan cara terikat hemoglobin dan melalui konversi HCO3- oleh karbonik anhydrase.2,3

  • 7/28/2019 Eritrosit Dan Proses Eritropoesis Fajrin

    2/29

    2

    Eritropoesis

    Eritropoesis adalah suatu proses pemebentukan sel darah merah (eritrosit) oleh

    sumsum tulang yang regulasinya diatur oleh hormon eritropoetin yang dihasilkan oleh

    ginjal. Kecepatan pembentukan sel darah merah 2-3 juta perdetik untuk mengimbangi

    musnahnya sel darah merah tua. Umur dari dari eritrosit adalah 120 hari.3

    Proses ertiropoesis terjadi padasaat terjadinya penurunan O2 keginjal yang akhirnya

    akan merangsang ginjal untuk mengeluarkan hormone eritropoetin kedalam darah dan

    hormone ini akan merangsang proses eritropoesis di sumsum tulang. Peningkatan proses

    eritropoesis ini akan menambah jumlah eritrosis dalam darah yang akan meningkatkan

    kapasitas angkut O2 dalam darah dan memulihkan penyaluran O2 kejaringan ketingkat

    normal. Apabila penyaluran O2 ke ginjal telah normal maka sekresi eritropoetin akan

    dihentikan sampai diperlukan kebmbali.1,3

    B. Definisi AnemiaAnemia secara fungsional didefinisikan sebagai penurunan jumlah eritrosit (sel darah

    merah) sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam jumlahyang cukup kejaringan perifer. (penurunan oxygen carrying capacity), yang ditandai

    dengan penurunan kadar Hemoglobin, Hematokrit atau hitung eritrosit.1

    Parameter paling umum digunakan untuk emnunjukkan penurunan massa eritrosit adalah

    hemoglobin, disusul hematocrit dan hitung jenis eritrosit. WHO menetapkan nilai cut

    pointanemia1

  • 7/28/2019 Eritrosit Dan Proses Eritropoesis Fajrin

    3/29

    3

    Kriteria Anemia Menutur WHO (dikutip dari Hoffbrand AV,et al, 2001)

    KelompokKriteria anemia (Hb)

    Laki-laki dewasaWanita dewasa tidak hamil

    Wanita Hamil

    < 13 g/dl

  • 7/28/2019 Eritrosit Dan Proses Eritropoesis Fajrin

    4/29

    4

    D. Patofisiologi dan Manifestasi AnemiaGejala umum anemia (sindrom anemia) adalah gejala yang timbul pada setiap kasus

    anemia, apapun penyebabnya, apabila kadar hemoglobin turun dibawah nilai normal.

    Gejala umum dari anemia ini timbul dikarenakan :

    1. Anoksia organ2. Mekanisme kompensasi tubuh terhadap menurunnya daya angkut oksigenGejala umum anemia menjadi sangat jelas jika kadar hemoglobin telah turun menjadi 7

    g/dl. Berat ringannya gejalam umum anemia tergantung pada

    1. Derajat penurunan hemoglobin2. Kecepatan penurunan hemoglobin3. Usia4. Adanya kelainan jantung atau paru sebelumnyaGejala anemia figolongkan menjadi tiga jenis gejala yakni :

    1. Gejala umum anemiaGejala umum anemia, disebutjuga sebagaisindrom anemia yang timbul karna iskemia

    organ target serta akibat mekanisme kompensasi terhada penurunan kadar

    hemoglobin. Gejala ini muncul pada setiap kasus anemia setelah penurunan

    hemoglobin pada kadar tertentu (Hb < 7 g/dl). Sindom anemia dari anamnesa pasien

    mengeluhkan badan terasa lemah, lelah, lesu, telinga berdenging, mata berkunang

    kungang, kaki terasa dingin, sesak nafas dan dyspepsia. Pada pemeriksaan fisik akan

    ditemukan pasien tampak pucat, terutama terlihat dari konjungtiva, mukosa mulut,

    telapak tangan, dan jaringan dibawah kuku.1,4,5

    2. Gejala khas masing-masing anemiaGejala ini spesifik untuk masing-masing jenis anemia, sebagai contoh :

    Anemia defisiensi besi : disfagia, atrofi papil lidah, stomatitis angularis, dankuku sendok (koilonkia)

    Anemia megaloblastik : gangguan neurologi padda defiseinsi vitamin B12 Anemia hemolitik : ikterik, splenomegaly dan hepatomegaly Anemia aplastic : perdarahan dan tanda-tanda infeksi.

  • 7/28/2019 Eritrosit Dan Proses Eritropoesis Fajrin

    5/29

    5

    3. Gejala penyakit dasarGejala yang timbul akibat penyakit dasar yang menyebabkan anemia sangat

    bervsariasi tergantung dari penyenbab anemia tersebut. Misal pada infeksi cacing

    tambang, sakir perut, parotitis, kuning pada telapak tangan.1,4,5

    E. Diagnosis dan Pemeriksaan AnemiaPemeriksaan Laboratorium merupakan penunjang diagnostic pokok dalam diagnosis

    anemia. Pemeriksaan ini terdiriri dari1,4

    :

    1. Pemeriksaan penyaringPemeriksaan penyaring untuk kasus anemia terdiri dari pengukuran kadar

    hemoglobin, indeks eritrosit, dan hapusan darah tepi. Dari sini dapat menentukan

    anemia serta jenis morfologi anemia tersebut, yang sangat berguna untuk pengarahan

    diagnosis lebih lanjut.

    2. Pemeriksaan darah seri anemiaPemeriksaan darah seri anemia meliputi hitung leukosit, trombosit, hitung retikulosit,

    dan laju endap darah.

    3. Pemeriksaan sumsum tulangPemeriksaan sumsum tulang memberikan informasi sanat berharga mengenai

    keadaan system hematopoiesis. Pemeriksaan ini dibutuhkan untuk diagnosis

    definitive pada beberapa jenis anemia. Pemeriksaan sumsum tulang mutlak

    diperlukan untuk mendiagnosis anemia aplastic, anemia megaloblastik, serta kelainan

    hematologic yang dapat mensupresi system ertiroid.

    4. Pemeriksaan khususPemeriksaan ini hanya dikerjakan atas indikasi khusu misalnya pada :

    Anemia defisiensi besi : Serum Iron, TIBC (Total iton binding capacity),saturasi transferrin, protoporfirin, ferritin serum, reseptor transferrin,dan

    pengecatan besi pada sumsum tulang (Perls stain)

    Anemia megaloblastik : folat serum, Vit B12 serum, tes supresi deoksiuridindan tes schilling

    Anemia Hemollitik : Bilirubin serum, tes coomb, elektroforesis HB Anemia Aplastik : Biopsi sumsum tulang (BMP)

    F. Pendekatan diagnosis

  • 7/28/2019 Eritrosit Dan Proses Eritropoesis Fajrin

    6/29

    6

    Anemia hanyalah suatu sindrom, bukan suatu kesatuan penyakit, dan dapat disebabkan

    oleh berbagai penyakit yang mendasari (underlying disease). Hal ini penting untuk

    diperhatikan dalam diagnosis anemia, kita tidak cukup hanya sampai diagnosis anemia,

    tetapi sedapat mungkin kita harus dapat menentukan penyakit daar yang menyebabkan

    anemia tersebut. Maka tahap-tahap diagnosis anemia adalah

    Menentukan adanya anemia Menentukan jenis anemia Menentukan etiologi atau penyakit yang mendasari anemia Menentukan ada atau tidaknya penyakit penyerta yang akan mempengaruhi hasil

    terapi.

  • 7/28/2019 Eritrosit Dan Proses Eritropoesis Fajrin

    7/29

    7

  • 7/28/2019 Eritrosit Dan Proses Eritropoesis Fajrin

    8/29

    8

    Pendekatan Diagnosis Anemia

    Terdapat berbagai macam pendekatan diagnosis anemia antara lain, pendekatan

    tradisional, perndekatan morfologi, pendekatan fungsional, pendekatan probabilistic dan

    pendekatan klinis

    1. Pendekatan Tradisional, Morfologik, dan ProbabilistikPendekatan tradisional adalah pembuatan diagnois berdasarkan anamnesis,

    pemeriksaan fisik dan hasil laboratorium, setelah dianalisis dan sintesis disimpulkan

    sebagai sebuah diagnosis, baik diagnosis tentative ataupun diagnosis definitive.

    Pendekatan lainnya adalah pendekatan morfologi,fisiogil dan probabilistic. Dari

    aspek morfologi maka anemia berdasarkan hapusan darah tepi atau indeks eritrosit

    dikalisifikasian menjadi anemia mikrosiktik hipokromik, anemia normositik

    normokromik dan anemia makrositik. Pendekatan fungsional bersandar pada

    fenomena apakah anemia disebabkan oleh penurunan produksi eritrosit di sumsum

  • 7/28/2019 Eritrosit Dan Proses Eritropoesis Fajrin

    9/29

    9

    tulang yang bias dilihat dari penurunan angka retikulosit, ataukah akibat dari

    kehillangan darah atau hemolysis yang ditandai oleh peningkatan nilai angka

    retikulosit. Dari kedua pendekatan ini kita dapat menduga jenis anemia dan

    kemungkinan penyebabnya. Hasil ini dapat diperkuat dengan pendekatan

    probabilistic (pendekatan bedaasarkan pola etiologi anemia),yang bersandar dari data

    epidemiologi yaitu pola etiologi disuatu daerah.1,5,7

    2. Pendekatan probabilistik atau pendekatan bedasarkan pola etiologi anemiaSecara umum jenis anemia yang paling umum ditemukan didunia adalah anemia

    defisiensi besi, anemia akibat penyakit kronik, dan thalassemia. Pada etiologi anemia

    pada orang dewasa disuatu daerah perlu diperhatikan dalam membuat diagnosis.

    Didaerah tropis anemia defisiensi besi merupakan penyebab tersering disusul oleh

    anemia akibat penyakit kronis dan thalassemia. Pada perempuan hamil perlu

    diperhatikan adanya defisiensi folat. Pada daerah tertentu anemia akibat malaria

    masih sering ditemui. Pada thalassemia lebih memerlukan perhatian daripada anemia

    akibat penyakit kronik. Sedangkan dibali, mungkin juga diindonesia, anemia aplastic

    merupakan salah satu anemia yang sering dijumpai. Jika kita menemui anemia

    disuatu daerah maka penyebab yang dominan didaerah tersebutlah yang menjadi

    perhatian kita pertama. Dengan penggabungan bersama-sama dengan gejala klinis

    dan pemeriksaan laboratorium sederhana, maka diagnosis selanjutnya akan

    terarah.1,5,7

    3. Pendekatan klinisDalam pendekatan klinis yang menjadi perhatian adalah ;

    1. Kecepatan munculnya penyakit2. Berat ringannya derajat anemia3. Gejala yang menonjol.

    G. PenatalaksaanaanBeberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memberikan terapi pada pasien anemia

    adalah :

    1. Pengobatan hendaknya diberikan berdasarkan diagnose definitive yang telahditegakkan lebih dulu.

    2. Pemerian hematinic pada indikasi yang jelas tidak dianjurkan.

  • 7/28/2019 Eritrosit Dan Proses Eritropoesis Fajrin

    10/29

    10

    3. Pengobatan anemia dapat berupaa.Terapi Keadaan Darurat : Pada perdarahan akut, akibat anemia aplastic yang

    mengancam jiwa pasien, atau pada anemia pasca perdarahan akut disertai

    gangguan hemodinamik

    b.Terapi Suportifc.Terapi yang khas untuk masing-masing anemiad.Terapi kausal yang menjadi penyebab anemia tersebut.

    4. Dalam keadaan diagnosis definitive tidak dapat ditegagkan kita terpaksa harusmemberikan terapi percobaan atau terapi exjuvantivus. Disini harus dilakukan

    pemantauan yang ketat terhadap respon terapi dan perubahan perjalanan penyakit

    pasien dan dilakukan evaluasi terus menerus tentang perubahan diagnosis.

    5. Transfusi diberikan pada anemia pasca perdarahan akut dengan tanda-tanda gangguanhemodinamik.

    Pada anemia kronik transfuse hanya diberikan jika anemia bersifat simptomatik atau

    adanya ancaman payah jantung disini diberikan Packed Red Cell dan Whole Blood pada

    anemia kronis sering ditemua peningkatan volume darah, oleh karena itu transfuse

    diberikan dengan tetesan pelan. Dapat juga diberikan diuretika kerja cepat seperti

    furosemide sebelum trnasfusi.1,9

    H. Jenis-Jenis Anemiaa. Anemia Aplastik

    i. DefinisiAnemia aplastik adalah kelainan hematologik yang ditandai dengan

    penurunan komponen selular pada darah tepi yang diakibatkan oleh

    kegagalan produksi di sumsum tulang. Pada keadaan ini jumlah sel-sel

    darah yang diproduksitidak memadai. Penderita mengalami pansitopenia,

    yaitu keadaan dimana terjadikekurangan jumlah sel darah merah, sel darah

    putih, dan trombosit.1,6

    Anemia aplastik adalah suatu sindroma kegagalan sumsum tulang

    yangditandai dengan pansitopenia perifer dan hipoplasia sumsum tulang.

    Pada anemiaaplastik terjadi penurunan produksi sel darah dari sumsum

  • 7/28/2019 Eritrosit Dan Proses Eritropoesis Fajrin

    11/29

    11

    tulang sehinggamenyebabkan retikulositopenia, anemia, granulositopenia,

    monositopenia dantrombositopenia

    ii. Etilologi dan KlasifikasiKlasifikasi anemia aplastic :

    Klasifikasi menurut kausa

    1. Idiopatik : bila kausanya tidak diketahui; ditemukan pada kira-kira50% kasus.

    2. .Sekunder : bila kausanya diketahui.3.Konstitusional : adanya kelainanDNA yang dapat diturunkan, misalnya anemia Fanconi

    Klasifikasi berdasarkan tingkat keparahan atau prognosis :

    Adapun kemungkinan penyebab terjadinya anemia aplastic yakni :

    Klasifikasi Etiologi Anemia Aplastik

    Toksisitas Langsung

    Iatrogenik : Radiasi, Kemoterapi Benzena Metabolit intermediate beberapa jenis obat

    Penyebab yang diperantarai imun

    Iatrogenik Fascitis

  • 7/28/2019 Eritrosit Dan Proses Eritropoesis Fajrin

    12/29

    12

    Kehamilan Metabolit intermediet beberapa jenis obat Anemia aplastic idiopatik

    iii. Patofisiologi dan Manifestasi KlinisPada anemia aplastik terdapat pansitopenia sehingga keluhan dan gejala

    yangtimbul adalah akibat dari pansitopenia tersebut. Hipoplasia

    eritropoietik akanmenimbulkan anemia dimana timbul gejala-gejala

    anemia antara lain lemah, dyspnoedeffort, palpitasi cordis, takikardi,

    pucat dan lain-lain. Pengurangan elemenlekopoisis menyebabkan

    granulositopenia yang akan menyebabkan penderita menjadi peka

    terhadap infeksi sehingga mengakibatkan keluhan dan gejala infeksi baik

    bersifat lokal maupun bersifat sistemik. Trombositopenia tentu dapat

    mengakibatkan pendarahan di kulit, selaput lendir atau pendarahan di

    organ-organ. Pada kebanyakan pasien, gejala awal dari anemia aplastik

    yang sering dikeluhkan adalah anemia atau pendarahan, walaupun demam

    atau infeksi kadang-kadang juga dikeluhkan4,7

    iv. DiagnosisAnamnesa

    Pada anamnesa pasien biasanya mengeluhkan keluhan sindrom

    anemia, perdarahan, badan terasa lemah, pusing, jantung berdebar,

    demam, nafsu makan berukurang, pucat, sesak nafas dan telinga

    berdenging.

    Pemeriksaan Fisik

    Pemeriksaan fisis pada pasien anemia aplastik pun sangat

    bervariasi. Pada pemeriksaan fisik pucat ditemukan pada semua pasien

    yang diteliti sedangkan pendarahan ditemukan pada lebih dari setengah

    jumlah pasien. Hepatomegali, yangsebabnya bermacam-macam ditemukan

    pada sebagian kecil pasien sedangkansplenomegali tidak ditemukan pada

    satu kasus pun. Adanya splenomegali danlimfadenopati justru meragukan

    diagnosis

  • 7/28/2019 Eritrosit Dan Proses Eritropoesis Fajrin

    13/29

    13

    Pemeriksaan Penunjang

    Pemeriksan Penunjang meliputi :

    1. Pemeriksaan DarahPada stadium awal penyakit, pansitopenia tidak selalu ditemukan.

    Anemiayang terjadi bersifat normokrom normositer, tidak disertai

    dengan tanda-tandaregenerasi. Adanya eritrosit muda atau leukosit

    muda dalam darah tepi menandakan bukan anemia aplastik. Kadang-

    kadang pula dapat ditemukan makrositosis,anisositosis, dan

    poikilositosis.

    Jumlah granulosit ditemukan rendah. Pemeriksaan hitung jenis sel

    darah putihmenunjukkan penurunan jumlah neutrofil dan monosit.

    Limfositosis relatif terdapat pada lebih dari 75% kasus. Jumlah

    neutrofil kurang dari 500/mm dan trombositkurang dari 20.000/mm

    menandakan anemia aplastik berat.1,5,7

    Jumlah neutrofil kurangdari 200/mm menandakan anemia aplastik

    sangat berat.Jumlah trombosit berkurang secara kuantitias sedang

    secara kualitas normal.Perubahan kualitatif morfologi yang signifikan

    dari eritrosit, leukosit atau trombosit bukan merupakan gambaran

    klasik anemia aplastik yang didapat (acquired aplasticanemia)Pada

    beberapa keadaan, pada mulanya hanya produksi satu jenis sel yang

    berkurang sehingga diagnosisnya menjadi red sel aplasia atau

    amegakariositik trombositopenia. Pada pasien seperti ini, lini produksi

    sel darah lain juga akan berkurang dalam beberapa hari sampai

    beberapa minggu sehingga diagnosis anemiaaplastik dapat

    ditegakkan.1,5,7

    2. Pemeriksaan BMPAspirasi sumsum tulang biasanya mengandung sejumlah spikula

    dengan daerah yang kosong, dipenuhi lemak dan relatif sedikit sel

    hematopoiesis. Limfosit,sel plasma, makrofag dan sel mast mungkin

    menyolok dan hal ini lebih menunjukkankekurangan sel-sel yang lain

    daripada menunjukkan peningkatan elemen-elemen ini.Pada

  • 7/28/2019 Eritrosit Dan Proses Eritropoesis Fajrin

    14/29

    14

    kebanyakan kasus gambaran partikel yang ditemukan sewaktu aspirasi

    adalah hiposelular. Pada beberapa keadaan, beberapa spikula dapat

    ditemukan normoseluler atau bahkan hiperseluler, akan tetapi

    megakariosit rendah.1,5,7

    Biopsi sumsum tulang dilakukan untuk penilaian selularitas baik

    secarakualitatif maupun kuantitatif. Semua spesimen anemia aplastik

    ditemukan gambaranhiposelular. Aspirasi dapat memberikan kesan

    hiposelular akibat kesalahan teknis(misalnya terdilusi dengan darah

    perifer), atau dapat terlihat hiperseluler karena areafokal residual

    hematopoiesis sehingga aspirasi sumsum tulang ulangan dan

    biopsidianjurkan untuk mengklarifikasi diagnosis.1,5,7

    Suatu spesimen biopsi dianggap hiposeluler jika ditemukan kurang

    dari 30%sel pada individu berumur kurang dari 60 tahun atau jika

    kurang dari 20% padaindividu yang berumur lebih dari 60 tahun.

    International Aplastic Study Group mendefinisikan anemia

    aplastik berat bilaselularitas sumsum tulang kurang dari 25% atau

    kurang dari 50% dengan kurang dari30% sel hematopoiesis terlihat

    pada sumsum tulang

    v.

    PenatalaksanaanPengobatan Suportif

    Bila terapat keluhan akibat anemia, diberikan transfusi eritrosit berupa

    packed red cells sampai kadar hemoglobin 7-8 g% atau lebih pada orang

    tua dan pasiendengan penyakit kardiovaskular.Resiko pendarahan

    meningkat bila trombosis kurang dari 20.000/mm.Transfusi trombosit

    diberikan bila terdapat pendarahan atau kadar trombosit

    dibawah20.000/mm sebagai profilaksis. Pada mulanya diberikan trombosit

    donor acak.Transfusi trombosit konsentrat berulang dapat menyebabkan

    pembentukan zat antiterhadap trombosit donor. Bila terjadi sensitisasi,

    donor diganti dengan yang cocok HLA-nya (orang tua atau saudara

    kandung).Pemberian transfusi leukosit sebagai profilaksis masih

    kontroversial dan tidak dianjurkan karena efek samping yang lebih parah

  • 7/28/2019 Eritrosit Dan Proses Eritropoesis Fajrin

    15/29

    15

    daripada manfaatnya. Masa hidupleukosit yang ditransfusikan sangat

    pendek9

    Terapi Imunosupresif

    Obat-obatan yang termasuk terapi imunosupresif adalah antithymocyte

    globulin (ATG) atau antilymphocyte globulin (ALG) dan siklosporin A

    (CSA). ATGatau ALG diindikasikan pada

    - Anemia aplastik bukan berat

    - Pasien tidak mempunyai donor sumsum tulang yang cocok

    - Anemia aplastik berat, yang berumur lebih dari 20 tahun dan pada saat

    pengobatan tidak terdapat infeksi atau pendarahan atau dengan granulosit

    lebihdari 200/mm

    b. Anemia Defisiensi besii. Definisi

    Anemia Defisiensi Besi (ADB) adalah anemia yang timbul akibat

    kosongnya cadangan besi tubuh (depleted iron store) sehingga penyediaan

    besi untuk eritropoesis berkurang, yang pada akhirnya pembentukan

    hemoglobin (Hb) berkurang.1,8

    ii. Etilologi dan KlasifikasiAnemia defisiensi besi dapat disebabkan oleh rendahnya masukan besi,

    gangguan absorpsi, serta kehilangan besi akibat perdarahan menahun.

    1. Kehilangan besi sebagai akibat perdarahan menahun, yang dapatberasal dari :

    a. Saluran Cerna : akibat dari tukak peptik, kanker lambung,kanker kolon, divertikulosis, hemoroid, dan infeksi cacing

    tambang.

    b. Saluran genitalia wanita : menorrhagia, atau metrorhagia.c. Saluran kemih : hematuriad. Saluran napas : hemoptoe.

    2. Faktor nutrisi : akibat kurangnya jumlah besi total dalam makanan,atau kualitas besi (bioavaibilitas) besi yang tidak baik (makanan

    banyak serat, rendah vitamin C, dan rendah daging).

  • 7/28/2019 Eritrosit Dan Proses Eritropoesis Fajrin

    16/29

    16

    3. Kebutuhan besi meningkat : seperti pada prematuritas, anak dalammasa pertumbuhan dan kehamilan.

    4. Gangguan absorpsi besi : gastrektomi, tropical sprue atau kolitiskronik.

    Pada orang dewasa, anemia defisiensi besi yang dijumpai di klinik

    hampir identik dengan perdarahan menahun. Faktor nutrisi atau

    peningkatan kebutuhan besi jarang sebagai penyebab utama. Penyebab

    perdarahan paling sering pada laki-laki ialah perdarahan

    gastrointestinal, di negara tropik paling sering karena infeksi cacing

    tambang. Sementara itu, pada wanita paling sering karena

    menormetrorhagia.1,8

    iii. Manifestasi KlinisAnemia pada akhirnya menyebabkan sindrom anemia seperti kelelahan,

    sesak nafas, kurang tenaga dan gejala lainnya. Gejala yang khas dijumpai

    pada defisiensi besi, tidak dijumpai pada anemia jenis lain, seperti :

    Atrofi papil lidah : permukaan lidah menjadi licin dan mengkilapkarena papil lidah menghilang.

    Glositis : iritasi lidah Keilosis : bibir pecah-pecah Koilonikia : kuku jari tangan pecah-pecah dan bentuknya seperti

    sendok

    iv. DiagnosisPenegakkan diagnosis anemia defisiensi besi dilakukan anamnesis dan

    pemeriksaan fisik yang diteliti disertai pemeriksaan laboratorium yang

    tepat. Secara laboratorik untuk menegakkan diagnosis anemia defisiensi

    besi dapat dipakai kriteria diagnosis anemia defisiensi besi sebagai berikut

    :

  • 7/28/2019 Eritrosit Dan Proses Eritropoesis Fajrin

    17/29

    17

    Adanya riwayat perdarahan kronis atau terbukti adanya sumberperdarahan.

    Laboratorium : Anemia hipokrom mikrosister, Fe serum rendah,TIBC tinggi.

    Tidak terdapat Fe dalam sumsum tulang (sideroblast-) Adanya respons yang baik terhadap pemberian FePemeriksaan Penunjang :

    Kelainan laboratorium pada kasus anemia defisiensi besi yang dapat

    dijumpai adalah :

    Kadar hemoglobin dan indeks eritrosit : didapatkan anemiahipokrom mikrositer dengan penurunan kadar hemoglobin

    mulai dari ringan sampai berat. MCV, MCHC dan MCH

    menurun. MCH < 70 fl hanya didapatkan pada anemia

    difisiensi besi dan thalassemia mayor.1,8

    RDW (red cell

    distribution width) meningkat yang menandakan adanya

    anisositosis.Indeks eritrosit sudah dapa mengalami perubahan

    sebelum kadar hemoglobin menurun. Kadar hemoglobin

    sering turun sangat rendah, tanpa menimbulkan gejala

    anemia yang mencolok karena anemia timbul perlahan-

    perlahan. Apusan darah menunjukkan anemia hipokromik

    mikrositer, anisositosis, poikilositosis, anulosit, sel pensil,

    kadang-kadang sel target. Derajat hipokromia dan

    mikrositosis berbanding lurus dengan derajat anemia,

    berbeda dengan thalassemia. Leukosit dan trombosit normal.

    Retikulosit rendah dibandingkan derajat anemia. Pada kasus

    ankilostomiasis sering dijumpai eosinofilia.

  • 7/28/2019 Eritrosit Dan Proses Eritropoesis Fajrin

    18/29

    18

    Apus sumsum tulang : Hiperplasia eritropoesis, dengankelompok-kelompok normo-blast basofil. Bentuk

    pronormoblast-normoblast kecil-kecil, sideroblast.

    Kadar besi serum menurun 350 mg/dl, dan saturasi

    transferin < 15%.

    Feritin serum. Sebagian kecil feritin tubuh bersirkulasi dalamserum, konsentrasinya sebanding dengan cadangan besi

    jaringan, khususnya retikuloendotel. Pada anemia defisensi

    besi, kadar feritin serum sangat rendah, sedangkan feritin

    serum yang meningkat menunjukkan adanya kelebihan besi

    atau pelepasan feritin berlebihan dari jaringan yang rusak

    atau suatu respons fase akut, misalnya pada inflamasi. Kadar

    feritin serum normal atau meningkat pada anemia penyakit

    kronik.

    TIBC (Total Iron Banding Capacity) meningkat Feses : Telur cacing Ankilostoma duodenale / Necator

    americanus.

    v. Diagnosis Banding

    vi. Penatalaksanaan Mengatasi penyebab perdarahan kronik, misalnya pada

    ankilostomiasis diberikan antelmintik yang sesuai

  • 7/28/2019 Eritrosit Dan Proses Eritropoesis Fajrin

    19/29

    19

    Pemberian preparat Fe : Pemberian preparat besi(ferosulfat/ferofumarat/feroglukonat) dosis 4-6 mg besi elemental/kg

    BB/hari dibagi dalam 3 dosis, diberikan di antara waktu makan.

    Preparat besi ini diberikan sampai 2-3 bulan setelah kadar hemoglobin

    normal.1,9

    (Kebutuhan Besi (mg) = (15-Hb sekarang) x BB x 2,4 + 500 mg

    Bedah Untuk penyebab yang memerlukan intervensi bedah sepertiperdarahan karena diverticulum Meckel.

    SuportifMakanan gizi seimbang terutama yang megandung kadar besitinggi yang bersumber dari hewani (limfa, hati, daging) dan nabati

    (bayam, kacang-kacangan).

    c. Anemia Pada Penyakit Kronisi. Definisi

    Anemia juga merupakan sebuah manifestasi klinis dari suatu penyakit

    kronis. Alasan untuk mengatakan bahwa anemia yang ditemukan pada

    berbagai klinis kronis berhubungan, karena mereka mempunyai banyak

    gambaran klinis, yakni :

    Kadar Hb berkisar 7-11 g/dl Kadar Fe serum menurun disertai TIBC yang rendah Cadangan Fe jaringan tinggi Produksi sel darah merah berkurang

    ii. Etilologi dan KlasifikasiAnemia karena penyakit kronis ditandai dengan pemendekan masa hidup

    eritrosit,gangguan metabolism besi, dan gangguan produksi eritrosit akibat

    tidak efektifnya rangsangan eritropoetin.

    1. Pemendekan masa hidup eritrosit.Diduga mekanisme anemia merupakan bagian dari sindrom stress

    hematologic, dimana terjadi produksi sitokin yang berlebihan

    karena kerusakan jaringan akibat infeksi,inflamasi atau kanker.

    Sitokin tersebut dapat menyebabkan sekuestrasi makrofage,

  • 7/28/2019 Eritrosit Dan Proses Eritropoesis Fajrin

    20/29

    20

    sehingga mengikat lebih banyak besi, meningkatkan destruksi

    dilimpa,menekan produksi eritropoetin oleh ginjal, serta

    menyebabkan perangsangan inadequate pada eritropoetin di

    sumsum tulang.

    2. Gangguan metabolisme zat besiTerdapatnya kadar besi yang rendah meskipun cadangan besi

    cukup, menunjukkan adanya gangguan metabolisme besi pada

    penyakit kronis. Hal ini memberikan konsep bahwa anemia

    disebabkan karena penurunan kemampuan Fe dalam sintesis

    hemoglobin.

    Perbedaan Parameter Fe Pada Orang Normal, Anemia Defisiensi Besi, dan

    Anemia Penyakit Kronis

    Normal ADB Anemia Penyakit

    Kronis

    Fe Plasma

    TIBC

    Persen saturasi

    Fe Makrofage

    Feritin SeerumReseptor Transferin

    70-90

    250-400

    30

    ++

    20-2008-28

    30

    >450

    7

    -

    10>28

    30

  • 7/28/2019 Eritrosit Dan Proses Eritropoesis Fajrin

    21/29

    21

    debisitas fisik meningkat, maka pengurangan kpasitas transport O2

    jaringan akan memperjelas gejala anemianya atau memperberat keluhan

    sebelumnya.

    iv. DiagnosisPada pemeriksaan laboratorium, anemia umumnya ditemukan bentuk

    normokrom-normositer, meskipun banyak pasien memberikan gambaran

    hipokrom dengan MCHC < 31 g/dL, dan beberapa mempunyai sel

    mikrositer < 80 fl. Nilai retikulosit absolut dalam batas normal atau sedikit

    meningkat

    v. PenatalaksanaanTerapi utama pada penyakit kronis adalah mengobati penyakit dasarnya.

    Terdapat beberapa pilihan dalam mengobati anemia jenis ini, antara lain :

    1. TransfusiMerupakan pilihan pada kasus-kasus yang disertai gangguan

    hemodinamik. Tidak ada batasan yang pasti pada kadar

    hemoglobin berapa kita harus memberi transfusi, Sebaiknya kadar

    HB dipertahankan 10-11 gr/dl.

    2. EritopoetinData penelitian menunjukkan bahwa pemberian eritropoetin

    bermanfaat dan sudah disepakati untuk memberikan pada pasien

    akibat kanker, gagal ginjal, myeloma multiple, arthritis rheumatoid

    dan pasien HIV. Terdapat tiga jenis eritropoetinyakni eritropoetin

    alfa,eritropoetin beta dan darbopoietin.

    d. Anemia Megaloblastiki. Definisi

    Anemia megaloblastik merupakan kelainan yang disebabkan oleh

    gangguan sintesis DNA dan ditandai oleh sel megaloblastik.10 Kriteria

    anemia dan defisiensi gizi menurut WHO 1972 sebagai berikut :

    Dinyatakan anemia bila kdar hemoglobin pada permukaan laut lebih

    rendah dari nilai golongan umur yang ada yaitu :

    Anak umur 6 bulan6 tahun : 11g/dl

  • 7/28/2019 Eritrosit Dan Proses Eritropoesis Fajrin

    22/29

    22

    6 tahun- 14 tahun : 12 g/dl Pria dewasa :13 g/dl Perempuan dewasa tidak hamil : 12 gr/dl Perempuan dewasa hamil : 11g/dl

    Untuk anemia defisiensi gizi, selain kadar Hb ditambah dengan ukur kadar

    besi, asam folat dan vitamin B12.

    Kebanyakan anemia megaloblastik disebabkan oleh karena defisiensi

    vitamin B12 atau asam folat.

    .

    ii. Etilologi dan KlasifikasiBeberapa pennyebab terjadinya anemia megaloblastik diantaranya :

    1. Defisiensi kombalamin, dikarenakan asupan yang kurang maupunmalabsorbsi atau gangguan absorbs kobalamin.

    2. Defisiensi asam folat, baik karena asupan yang tidak adequate,kebutuhan asam folat yang meningkat, gangguan absorbs atau

    penyerapan, maupun metabolisme asam folat yang terganggu.10

    iii. Patofisiologi dan Manifestasi KlinisPada anemia megaloblastik dapat kita temuakan :

    1. Anemia karena eritropoesis yang inefektif2. Ikterus ringan akibat pemecahan hemoglobin meninggi karena usia

    eritrosit memendek

    3. Glositis (lidah bengkak, merah), stomatitis, angularis, gejala-gejalasyndrom malabsorbsi ringan.

    4. Purpura trombositopenik karena maturasi megakariosit terganggu5. Neuropati pada defisiensi vitamin B12. pada penderita dengan

    defisiensi vitamin B12 yang berat dapat terjadi kelainan saraf

    sensorik pada kolumna posterior dan neuropati bersifat simetris,

    terutama mengenai kedua kaki. Penderita mengalami kesulitan

    berjalan dan mudah jatuh.4,7,10

    iv. Diagnosis

  • 7/28/2019 Eritrosit Dan Proses Eritropoesis Fajrin

    23/29

    23

    Dalam menegakkan diagnosis dari anemia megaloblastik harus dilakukan

    anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk menegakkan adanya anemia.

    Pemeriksaan laboratorium darah meliputi hemoglobin, hematocrit,

    retikulosit, leukosit, trombosit, hitung jenis, laju endap darah, serum

    vitamin B12, serum folat, folat eritrosit, MCV. Pada pemeriksaan MCV

    dapat kita temukan makrositotis yaknio MCV lebih dari 100 fl maka perlu

    dipikirkan adanya anemia megaloblastik.

    v. PenatalaksanaanDefisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12.

    vegetarian dapat di cegah atau di tangan i dengan penambahan vitamin per

    oral atau melalui susu kedelai yang diperkaya. Apabila defisiensi

    disebabkan oleh defek absorbsi atau tidak tersedianya faktor

    intrinsik,dapat diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM.

    Pada awalnya, B12 diberikan tiap hari, namun kemudian kebanyakan

    pasien dapat ditangani dengan pemberian vitamin B12 100 gram IM tiap

    bulan, cara ini dapat menimbulkan penyembuhan dramatis pada pasien

    yang sakit berat. Hitung retikulasi meningkat dalam beberapa hari.

    Manifestasi neurorologis memerlukan waktu lebih lama untuk

    sembuh,apabila terdapat neuropati berat, paralisis dan inkontinensia,

    pasien mungkin tidak dapat sembuh secara penuh.

    Untuk mencegah kekambuhan anemia,terapi vitamin B12 harus diteruskan

    selama hidup pasien yang menderita anemia pernisiosa atau malabsorbsi

    yang tidak dapat dikoreksi.

    Terapi pengobatan yang biasa digunakan adalah sebai berikut :

    1. Terapi suportif

    Transfusi bila ada hipoksia dan suspensi trombosit bila

    trombosotopenia mengancam jiwa.

    2. Terapi untuk defisiensi vitamin B12

    Terapi yang biasa digunakan untuk mengatasi terapi defisiensi

    vitamin B12 adalah sebagai berikut:

  • 7/28/2019 Eritrosit Dan Proses Eritropoesis Fajrin

    24/29

    24

    diberikan vitamin B12 100-1000 Ug intramuskular sehari selama

    dua minggu,selanjutnya 100-1000 Ug IM setia bulan. Bila ada

    kelainan neurologist,terlebih dahulu diberikan setiap dua minggu

    selama enam bulan,baru kemudian diberikan sebulan sekali. Bila

    penderita sensitive terhadap pemberian suntikan dapat diberikan

    seara oral 1000 Ug sekali sehari,asal tidak terdapat gangguan

    absopsi.9,10

    Transfuse darah sebaiknya di hindari,kecuali bila ada dugaan

    kegagaln faal jantung, hipotensi postural,renjatan atau infeksi

    berat. Bila diperlukan transfuse darah sebaiknya diberi eritrosit

    yang di endapkan.

    3. Terapi untuk defisiensi asam folat. Diberikan asam folat 1-5 mg/hari

    per oral selama empat bulan, asal tidak terdapat gangguan absopsi.

    4. Terapi penyakit dasar. Menghentikan obat-obatan penyebab anemia

    megaloblastik.

    I. Transfusia. Definisi

    Transfusi darah pada hakekatnya adalah pemberian darah atau komponen darah

    dari satu individu (donor) ke individu lainnya (resipien).11

    b. Jenis komponen transfuseJenis Komponen darah :

    Selular :

    Darah utuh (whole blood) Sel darah merah pekat (packed red blood cell)

    o Sel darah merah pekat dengan sedikit leukosit (packed red bloodcell leucocytes reduced)

    o Sel darah merah pekat cuci (packed red blood cell washes)o Sel darah merah pekat beku (packed red blood cell frozen)

    Trombosit konsentrat (concentrate platelets) Granulosit feresis

  • 7/28/2019 Eritrosit Dan Proses Eritropoesis Fajrin

    25/29

    25

    Non Selular :

    Plasma segar beku (fresh frozen plasma) Plasma donor tunggal

    Macam-macam plasma

    Albumin Imunoglobulin Faktor VIII dan Faktor IX pekat Rh immunoglobulin Plasma ekspander sintetik

    c. Darah lengkap (Whole Blood)i. Komponen :

    Darah lengkap berisisel darah merah, leukosit, trombosit, dan plasma.Satu

    unit kantong darah berisi 450 ml darah, dan 63 ml antikoagulan.11

    ii. IndikasiWB berguna untuk meningkatkan jumlah sel darah merah dan volume

    plasma dalam waktu bersamaan, missal pada perdarahan aktif dengan

    kehilangan darah lebih dari 25-30 % volume darah total.11

    iii. Kontra indikasiSebaiknya darah lengkap tidak diberikan pada pasien dengan anemia

    kronik yang normovolumik atau yang bertujuan untuk meningkatkan sel

    darah merah.11

    iv. Dosis dan cara pemberianPada orang dewasa 1 unit darah lengkap akan meningkatkan hb sekitar

    1g/dl atau hematocrit 3-4 %. Pada anak 8 ml/kgbb akan meniongkatkan

    Hb 1 g/dl. Pemberian sebaiknya melalui filter darah dengan anjuran lama

    pemberian 4 jam.11

    Rumus Kebutuhan : (Hb Target-Hb Sekarang) x 4 x bb.

  • 7/28/2019 Eritrosit Dan Proses Eritropoesis Fajrin

    26/29

    26

    d. Sel darah merah pekat (Packed Red Cell)i. Komponen :

    Sel darah merah pekat berisi eritrosit, trombosit, leukosit, dan sedikit

    plasma.

    ii. IndikasiSel darah merah pekat ini digunakan untuk meningkatkan jumlah sel darah

    merah pada pasien yang menunjukan gejala anemia, yang hanya

    memerlukan massa sel drah merah pembawa oksigen saja missal pasein

    dengan gagal ginjal atau anemia karena keganasan. Pemerian disesuaikan

    dengan klinis pasien bukan pada nilai Hb atau Ht. Keuntungannya adalah

    perbaikan oksigenasi dan jumlah eritrosit tanpa menambah beban volume

    seperti pasien anemia dengan gagal jantung.

    iii. KontraindikasiDapat menyebabkan hipervolumia jika diberikan dalam jumlah banyak

    dalam waktu singkat

    iv. Dosis dan cara pemberianPada orang dewasa, 1 unit sel darah merah dapat meningkatkan Hb 1g/gl

    atau Ht 3-4%. Pemberian sel darah ini harus melalui filter darah. Ht yang

    tinggi dapat mengakibatkan hipperviskositas dan menyebabkan kecepatan

    transfuse menurun, sehingga untuk mengatasi hal tersebut maka diberikan

    salin normal 50-100 ml sebagai pencampur sedian sel darah merah dalam

    CPD tetapi harus hati-hati karena dapat terjadi kelebihan beban.11

    e. Sel darah merah pekat dengan sedikit leukosit (Packed Red Blood CellLeucocytes Reduced)

    i. Komponen :Sel darah merah dengan Setiap unit hanya mengandung 1-3 x 10

    9leukosit.

    (n : 5 x 109)

    ii. IndikasiProduk ini dipakai untuk meningkatkan jumlah sel darah merah pada

    pasien yang sering mendapat/tergantung pada transfuse darah dan pada

  • 7/28/2019 Eritrosit Dan Proses Eritropoesis Fajrin

    27/29

    27

    mereka yang sering mendapat reaksi transfuse panas yang berulang dan

    reaksi alergi yang disebabkan oleh protein plasma atau antibody leukosit.

    iii. KontraindikasiKomponen sel darah ini tidak dapat mencegah terjadinya graft versus host

    desease, sehingga untuk mencegah hal tersebut ialah komponen darah

    tersebut diradiasi11

    iv. Dosis dan cara pemberianPemberian komponen sel darah ini paling baik diberikan dengan

    menggunakan generasi ketiga.

    f. Trombosit Pekat (Concentrate Plateletz)i. Komponen

    Berisi trombosit, beberapa leukosit dan sel darah merah serta plasma. Satu

    kantong trombosit pekat yang berasal dari 450 ml darah lengkapdari

    seorang donor berisi 5,5 x 1010

    trombosit dengan volume 50 ml.11

    ii. IndikasiTrombosit pekat ini diindikasikan pada kasus perdarahan karena

    trombositopenia (trombosit < 50000/uL) atau trombositopati kongenital

    didapat.

    iii. KontraindikasiTransfusi trombosit tidak efektif pada pasien dengan destruksi trombosit

    yang cepat seperti ITP,TTP, dan KID dan transfuse hanya diberikan jika

    terdapat perdarahan aktif.

    iv. Dosis dan cara pemberianDosis biasanya digunakan pada perdarahan yang disebabkan karena

    trombositopenia adalah 1 unit/10 kgbb, biasanya diperlukan 5-7 untit pada

    orang dewasa. Perhitungan peningkatan jumlah trombosit yang dikoreksi

    (Corrected Count Increment : CCI) dapat dihitung lebih akurat dengan

    rumus:

    ( ) ( )

    ( )

    Post tx : pasca transfuse

  • 7/28/2019 Eritrosit Dan Proses Eritropoesis Fajrin

    28/29

    28

    Pre tx : pra transfuse

    BSA :Body surface area

    Keberhasilan transfuse trombosit dengan menghitun CCI 1 jam pasca

    transfuse dimana CCI >7,5-10 x 109/L

    g. Plasma Segar Beku (Fresh Frozen Plasma =FFP)i. Komponen

    Plasma digunakan untuk kekurangan factor koagulasi. Plasma segar beku

    in berisi plasma, semua factor pembekuan stabil dan labil, komplemen dan

    protein plasma.

    ii. IndikasiDipakai pada pasien dengan gangguan proses pembekuan darah bila tidak

    tersedia factor pembekuan pekat atau kriopresitat,misalnya pada defisiensi

    factor pembekuat multiple, penyakit hati, KID, TTP, dan dilusi

    koagulopati.

    iii. KontraindikasiPlasma sebaiknya tidak digunakan untuk mempertahankan ekspansi

    volume karena risiko penularan penyakit yang tinggi.

    iv. Dosis dan cara pemberianProduk ini diberikan setelah 6 jam pencairan, dengan memakai

    saringan/filter standar. Plasma harus cocok golongan ABO nya dengan sel

    darah merah pasien dan tidak perlu dilakukan uji silang. Jika plasma

    diberikan sebagai pengganti fako koagulasinya adalah 10-20 ml/kgbb (4-6

    unit pada orang dewasa) dapat meningkatkan factor koagulasi 20-30%,

    dapat pula meningkatkan factor VIII 2% (1 unit/kg).11

  • 7/28/2019 Eritrosit Dan Proses Eritropoesis Fajrin

    29/29

    DAFTAR PUSTAKA

    1. bhakta, I made. 2007. Pendekatan Terhadap Pasien Anemia dalam Buku Ajar IlmuPenyakit Dalam FKUI jilid II. Jakarta : FKUI

    2. Murray, Robert K. Granner, Daryl K. Mayes, Peter A. Rodwell, Viktor W.2003.Biokimia harper edisi 25 Jakarta : EGC

    3. Lauralee Sherwood. 2006. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta :EGC4. Price, Sylvia A. M Wilson, Lorraine. Patofisiologi (konsep klinis prosesproses penyakit

    edisi 6. 2006. Jakarta : EGC

    5. Bhakta, I made. 2006. hematologi dasar klinik ringkas Jakarta : EGC6. Schnall SF, Berliner N, Duffy TP, Benz EJ, approach to the adult and child with anemia.

    In : Hoffman R, Benz EJ, Shttil SJ, Furie B, Cohen HJ,Silberstein LE, Mc Glove P,

    editors. Hematology : Basic Principles andpractice. 3rd edition. New York : Churchill

    Livingstone; 2006. p. 367-82.

    7. Robbins, Cotran, Kumar. 2007. Buku ajar patologi Edisi7 volume .Jakarta : EGC8. Bakta, I made ; Suega, Ketut ; Gde Dharmayuda, tjokorda. 2006. Anemia Defisiensi Besi

    dalam Buku Ajar Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta : FKUIp. 634-640

    9. Setiabudy , Rianto. 2008. Farmakologi dan terapi Edisi 5 (cetakan ulangdenganperbaikan, 2008). Jakarta : FKUI. p . 795-803

    10.Soenarto. 2006. Anemia Megaloblastik dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II,jakarta : FKUI p. 643-649

    11.bhakta, I made. 2007. Darah dan Komponen : Komposisi Indikasi dan Cara Pemberiandalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam FKUI jilid II. Jakarta : FKUI