Eklampsia
-
Upload
ivander-benedict -
Category
Documents
-
view
8 -
download
0
description
Transcript of Eklampsia
BAB I
PENDAHULUAN
Preeklampsia dan eklampsia merupakan kesatuan penyakit namun tingkatnya
berlainan. Diagnosis dini preeklampsia yang merupakan tingkat pendahuluan eklampsia,
serta penanganannya perlu segera dilaksanakan untuk menurunkan angka kematian ibu dan
anak. Preeklampsia ringan terkadang tanpa disadari sehingga dalam waktu singkat berubah
menjadi preeklampsia berat, bahkan eklampsia. Oleh karena itu, perawatan antenatal yang
rutin dan teratur sangat penting dalam mencegah terjadinya preeklampsia berat dan
eklampsia.3
Preeklampsia-eklampsia merupakan salah satu penyebab kematian utama ibu di
dunia.Penyakit ini diklasifikasikan sebagaihipertensi yang diinduksi oleh kehamilan.Keadaan
ini ditandai oleh hipertensi,oedema, dan proteinuria pada preeklampsia, diikuti dengan kejang
dan atau Preeklampsia-eklampsia merupakan penyebab utama peningkatan morbiditas dan
mortilitas maternal, janin, dan neonatus.Hal ini tidak hanya terjadi pada negara berkembang,
tetapi juga negara maju.Perempuan hamil dengan hipertensi mempunyai risiko tinggi
terjadinya preeclampsia-eklampsia.Secara fisiologis, tekanan darah mulai menurun pada
trimester kedua, yang mencapai rata-rata 15 mmHg lebih rendah dari tekanan darah
sistolik sebelum hamil pada trimester ketiga. Penurunan ini terjadi baik pada yang
normotensi maupun hipertensi kronik.1
Preeklampsia-Eklampsia adalah penyakit pada wanita hamil yang secara langsung
disebabkan oleh kehamilan. Preeklampsia adalah hipertensi disertai proteinuri dan edema
akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segerasetelah persalinan. Eklampsia
adalah timbulnya kejang pada penderita preeklampsia yang disusul dengan koma. Kejang
disini bukan akibat kelainan neurologis
Preeklampsia-Eklampsia hampir secara eksklusif merupakan penyakit pada
nullipara.Biasanya terdapat pada wanita masa subur dengan umur ekstrem yaitu pada remaja
belasan tahun atau pada wanita yang berumur lebih dari 35 tahun. Pada multipara, penyakit
ini biasanyadijumpai pada keadaan-keadaan berikut:
Kehamilan multifetal dan hidrops fetalis
Penyakit vaskuler, termasuk hipertensi essensial kronis dan diabetes mellitus
Penyakit ginjal
komapada eklampsia.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Anamesis
Pemeriksaan
Anamnesis
Identitas pasien : nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, alamat, agama, dsb.
Nama suami atau keluarga terdekat
Riwayat haid terakhir : kapan hari pertama haid terakhir
Riwayat penyakit sebelumnya : hipertensi, DM, penyakit ginjal
Riwayat kehamilan sebelumnya : abortus, kehamilan kembar
Jumlah anak : multipara.2-3
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan tanda vital untuk melihat kondisi umum yang
mungkin menjadi penyebab utama yang mempengaruhi kondisi umum pasien.Pemeriksaan
fisik ditujukan untuk menemukan berbagai kondisi klinis preeclampsia-eklampsia.
Penilaian keadaan umum dan kesadaran penderita
Penilaian tanda-tanda vital
Pemeriksaan kepala dan leher
Pemeriksaan dada(jantung dan paru-paru)
Pemeriksaan perut ( kembung, nyeri tekan atau lepas, ramda andomen akut, cairan bebas
dalam rongga perut)
Pemeriksaan anggota gerak ( antara lain edema tungkai bawah dan kaki
Pemeriksaan tanda vital : suhu, tekanan darah, denyut nadi, frekuensi napas
Inspeksi :bentuk parut, bekas luka/operasi, perubahan : linea nigra, striae gravidarum
(livide/alba),tumor/benjolan
Pengukuran tinggi fundus uteri untuk mengetahui umur kehamilan ibu :
Di atas sympisis pubis =12 minggu
Setinggi pusat = 24 minggu
3 jari di bawah proc. Xyphoideus = 36 minggu
2
½ symphisis – pusat = 16 minggu
½ pusat – proc. Xyphoideus = 32 minggu
20 – 31 cm diatas symphisis = umur dalam minggu.3
Pemeriksaan bayi kembar : pada palpasi teraba 2 bagian besar berdampingan atau teraba
adanya 3 bagian besar.
Periksa letak anak dalam rahim :
Situs : sumbu panjang anak terhadap sumbu panjang ibu : memanjang/melintang
Habitus : fleksi atau defleksi
Position : letak bagian anak terhadap ibu
Presentation : bagian terendah anak
Palpasi menurut Leopold :
Leopold 1: untuk menentukan tinggi fundus dan bagian anak yang terletak di fundus
Pasien tidur terlentang dengan lutut ditekuk
Pemeriksa berdiri di sebelah kanan pasien menghadap ke arah kepala pasien
Uterus dibawa ke tengah (kalau posisinya miring)
Dengan kedua tangan tentukan tinggi fundus
Dengan satu tangan tentukan bagian apa dari anak yang terletak dalam fundus
Leopold 2 : untuk menentukan letak punggung janin
Posisi pasien dan pemeriksa tetap
Kedua tangan pindah ke samping uterus ditekan ke tengah untuk menentukan letak
punggung anak (punggung anak memberikan tahanan terbesar)
Pada letak lintang di pinggir kanan kiri uterus terdapat kepala atau bokong
Leopold 3 : untuk menentukan bagian bawah janin
Posisi pasien dan pemeriksa tetap.
Pemeriksa memakai satu tangan menentukan apa bagian bawah (kepala atau bokong).
Bagian bawah coba digoyangkan, apabila masih bisa , berarti bagian tersebut belum
terpegang oleh panggul (bagian terbesar kepala belum melewati pintu atas panggul)
Leopold 4 : untuk menentukan apakah kepala sudah masuk panggul (hanya pada letak
kepala)
Posisi pasien tetap, pemeriksa menghadap ke arah kaki pasien
Dengan kedua belah tangan ditentukan seberapa jauh kepala masuk panggul
Bila posisi tangan konvergen, berarti baru sebagian kecil kepala masuk panggul
Bila posisi tangan sejajar, berarti separuh dari kepala masuk panggul
3
Bila posisi tangan divergen, berarti sebagian besar kepala sudah masuk panggul.
Leopold 4 tidak dilakukan bila kepala masih tinggi.2-3
Auskultasi :
Bisa dilakukan dengan stetoskop kebidanan atau dengan fetal heart detector (Doppler)
Pada auskultasi bisa didengar bermacam-macam bunyi :
Anak : bunyi jantung, bising tali pusat, gerakan anak
Ibu : bising a. uterine, bising aorta, bising usus
Dengan Doppler, bunyi jantung anak dapat didengar sejak umur kehamilan 12 minggu
Dengan stetoskop, baru didengar pada umur kehamilan 26 minggu
Frekuensi jantung bayi normal : 120-140x/menit
Frekuensi jantung dewasa normal : 60-80x/menit.3
Pemeriksaan penunjang antenatal rutin menurut American College of Obstetrics &
Gynecology
Umur kehamilan Jenis pemeriksaan
Permulaan hamil - Pemeriksaan hematokrit atau Hb
- Hitung darah lengkap : eritrosit, leukosit, trombosit
- Pemeriksaan urin / urinalisis
o Volume
o Warna
o Sedimen
o Kimiawi : protein
- Pemeriksaan golongan darah dan Rh
- Antibodi screening
- Pemeriksaan Sifilis, rubella, hepatitis B
- Cervical sitologi
8 – 18 minggu - USG
- Amniocentesis
- Chorionic villi sampling
16-18 minggu - Maternal serum alphafetoprotein
26-28 minggu - Diabetes screening
28 minggu - Hb/hematokrit
4
- Antibody test untuk ibu Rh (-)
- Profilaksis Rhogam
32-36 minggu - USG
- Testing for STD
- Hb/ hematocrit
Sumber : Cunningham FG, Gant FG, Leveno KJ, Gillstrap L, Hauth JC, Wenstrom D. Obstetri Williams.
Volume 1.Edisi 21.Jakarta : EGC; 2006
Dalam kasus di atas pemeriksaan laboratorium yang dapat dipakai adalah sebagai berikut :
Hb
Leukosit: N/meningkat
Trombosit : Trombositopenia (Normal 150.000- 400.000/uL)
Hematokrit : (Normal laki-laki 25-42, perempuan 36-48)
GDS : menghilangkan faktor risiko DM (normal <120)
Creatinin : mengetahui adanya gangguan fungsi ginjal (laki-laki 0,9-1,3, perempuan
0,6- 1,1)
SGPT : mengetahui adanya peningkatan enzim hati (terjadi pada HELLP sindrom)
Pemeriksaan urin : Proteinuria.1
Dia gnosis Banding
PREEKLAMPSIA BERAT
Definisi
Preeklampsia adalah suatu sindroma spesifik kehamilan dengan menurunnya perfusi organ
yang berakibat terjadinya vasospasme pembuluh darah dan aktivasi endotel.
Preeklampsia berat adalah preeclampsia dengan tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan
tekanan darah diastolic ≥ 110 mmHg disertai proteinuria lebih dari 5 g/24 jam
Diagnosis
Criteria preeclampsia digolongan preeclampsia berat bila ditemukan satu atau lebih gejala
berikut :
5
Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan darah diastolic ≥ 110 mmHg.
Tekanan darah ini tidak menurun meskipun ibu hamil sudah dirawat di rumah
sakit dan sudah menjalani tirah baring.
Proteinuria lebih dari 5 g/24 jam atau 4+ dalam pemeriksaan kualitatif.
Oliguria yaitu produksi urin kurang dari 500 cc/24 jam
Kenaikan kadar kreatinin plasma.
Gangguan visus dan cerebral : penurunan kesadaran, nyeri kepala, skotoma dan
pandangan kabur.
Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadaran kanan atas abdomen (akibat
teregangnya kapsula Glisson)
Edema paru-paru dan sianosis
Hemolisis mikroangiopatik
Trombositopenia berat : < 100.000 sel/mm3 atau penurunan trombosit dengan
cepat
Gangguan fungsi hepar (kerusakan hepatoseluler) : peningkatan kadar alanin dan
aspartat aminotransferase.
Pertumbuhan janin intrauterine terhambat
Sindroma HELLP
Pembagian Preeklampsia Berat
Preeklampsia berat dibagi menjadi :
Preeklampsia berat tanpa impending eklampsia
Preeklampsia berat dengan impending eklampsia
Disebut impending eklampsia bila disertai gejala subyektif berupa nyeri kepala hebat,
gangguan visus, muntah-muntah, nyeri epigastrium, dan kenaikan progresif tekanan darah.
EPILEPSI
6
Epilepsi ialah gangguan kronik otak dengan ciri timbulnya gejala-gejala yang datang dalam
serangan-serangan, berulang-ulang yang disebabkan lepas muatan listrik abnormal sel-sel
saraf otak, yang bersifat reversibel dengan berbagai etiologi. Serangan ialah suatu gejala yang
timbulnya tiba-tiba dan menghilang secara tiba-tiba dengan atau tanpa perubahan kesadaran,
disebabkan oleh hiperaktifitas listrik sekelompok sel saraf di otak bukan yang di sebabkan
oleh suatu penyakit akut.
Diagnosis epilepsi didasarkan atas anamnesis dan pemeriksaan klinis dengan hasil
pemeriksaan EEG dan radiologis. Namun demikian, bila secara kebetulan melihat serangan
yang sedang berlangsung maka epilepsi (klinis) sudah di tegakkan.
Berdasarkan tanda klinik dan data EEG, kejang dibagi menjadi :
1. Kejang umum, jika aktivasi terjadi pada kedua hemisfare otak secara bersama-sama
2. Kejang parsial/focal jika dimulai dari daerah tertentu dari otak.
Diagnosis Kerja
EKLAMPSIA
Eklampsia merupakan kasus akut pada penderita preeklampsia, yang disertai dengan
kejang menyeluruh dan koma. Eklampsia dapat terjadi ante, intra, dan postpartum. Eklampsia
postpartum umumnya hanya terjadi dalam waktu 24 jam pertama setelah persalinan.
Pada penderita eklampsia yang akan kejang, umumnya memberi gejala-gejala atau
tanda-tanda yang khas , yang dapat dianggap sebagai tanda prodoma akan terjadinya kejang.
Preeklampsia disertai tanda-tanda prodoma ini disebut sebagai impending eclampsia atau
imminent eclampsia.
ETIOLOGI
Belum diketahui
EPIDEMIOLOGI
Menurut World Health Organization (WHO), salah satu penyebab morbiditas dan
mortalitas ibu dan janin adalah preeklamsia dan eklampsia. (PE), angka kejadiannya berkisar
antara 0,51%-38,4%. Di negara maju angka kejadian pre- eklampsia berkisar 6-7% dan
eklampsia 0,1-0,7%. Sedangkan angka kematian ibu yang diakibatkan pre-eklampsia dan
eklampsia di negara berkembang masih tinggi.
Faktor resiko:
1. Primigravida, primipaternitas
7
Insidens tinggi pada primigravida muda, meningkat pada primigravida tua. Pada
wanita hamil berusia kurang dari 25 tahun insidens > 3 kali lipat
2. Hiperplasentosis (DM, kehamilan multiple, mola hidatidosa, hidrops fetalis, bayi
besar)
a. Diabetes mellitus : angka kejadian yang ada kemungkinan patofisiologinya
bukan pre-eklampsia murni, melainkan disertai kelainan ginjal / vaskular
primer akibat diabetesnya.
b. Proteinuria dan hipertensi gravidarum lebih tinggi pada kehamilan kembar,
dizigotik lebih tinggi daripada monozigotik.
c. Mola hidatidosa : diduga degenerasi trofoblas berlebihan berperan
menyebabkan pre-eklampsia. Pada kasus mola, hipertensi dan proteinuria
terjadi lebih dini / pada usia kehamilan muda, dan ternyata hasil pemeriksaan
patologi ginjal juga sesuai dengan pada pre-eklampsia
3. Umur yang ekstrim
Pada wanita hamil berusia lebih dari 35 tahun, dapat terjadi hipertensi laten
4. Riwayat keluarga pernah preeklamsia/eklamsia
Jika ada riwayat pre-eklampsia/eklampsia pada ibu/nenek penderita, faktor risiko
meningkat sampai + 25%
5. Obesitas
Tidak ada hubungan bermakna antara menu / pola diet tertentu (WHO). Penelitian
lain : kekurangan kalsium berhubungan dengan angka kejadian yang tinggi. Angka
kejadian juga lebih tinggi pada ibu hamil yang obese / overweight
6. Tingkah laku / sosioekonomi
Kebiasaan merokok : insidens pada ibu perokok lebih rendah, namun merokok selama
hamil memiliki risiko kematian janin dan pertumbuhan janin terhambat yang jauh
lebih tinggi.1-2
PATOFISIOLOGI
Penyebab hipertensi dalam kehamilan hingga kini belum diketahui dengan jelas. Banyak
teori-teori telah dikemukakan tentang terjadinya hipertensi dalam kehamilan, tetapi tidak ada
satu pun teori tersebut dianggap mutlak benar.
1. Teori kelainan vaskularisasi plasenta
8
Tidak terjadinya invasi sel trofoblas pada sel otot arteri sehingga lapisan otot arteri tetap
kaku dan keras sehingga lumen arteri tidak mengalami vasodilatasi, akhirnya arteri
relative mengalami vasokontriksi sehingga aliran darah uteroplasenta menurun dan
terjadilah iskemia dan hipoksia plasenta.
2. Teori iskemia plasenta
Plasenta yang mengalami iskemia akan menghasilkan oksidan yang yang menyebabkan
toksis terhadap membrane endotel pembuluh darah. (ex: hidroksil)
3. Peroksida lemak
Radikal hidroksil akan merusak membrane sel yang mengandung asam lemak tidak
jenuh nenjadi peroksida lemak.peroksida lemak selain merusak membrane sel juga
mersak nucleus, dan protein endotel.
4. Disfingsi endotel
Kerusakan membrane sel mengakibatkan disfungsi endotel. Akibat disfungsi endotel
maka akan terjadi:
- Gangguan metabolism prostaglandin, yaitu menurunnya protasiklin yang merupakan
suatu vasodilator kuat.
- Terjadi agregasi trombosit yang akan menutupi kerusakan sel endotel, agregasi trombosit
memproduksi tromboksan yang merupakan vasokontriktor kuat.
5. Teori intoleransi imunologik antara ibu dan janin
Factor imunologik yang mempengaruhi terjadinya hipertensi dalam kehamilan adalah
sebagai berikut:
- Primigravida mempunyai resiko lebih besar terkena hipertensi dalam kehamilan
dibanding dengan multigravida
- Ibu multipara yang kemudian menikah lagi mempunyai resiko lebih besar terjadinya
hipertensidibanding dengan suami sebelumnya
- Seks oral mempunyai resiko lebih rendah terjadinya hipertensi dalam kehamilan
Pada hipertensi terjadi penurunan HLA-G sehingga menghambat invasi trofoblast ke
dalam desidua, karena trofoblast berfungsi melunakan jaringan desidua memudahkan
dilatasi arteri spiralis.
6. Teori adaptasi kardiovaskular
Pada hipertensi akan kehilangan daya refrakter pembuluh darah terhadap bahan
vasopresor sehingga pembuluh darah menjadi sangat peka terhadap bahan vasopresor.
9
7. Teori genetic
Ibu yang mengalami preeklamsia, 26% anak perempuannya akan mengalami
preeklamsia pula.
8. Teori defisiensi gizi
Mengkonsumsi minyak ikan (banyak mengandung asam lemak tidak jenuh) dapat
menghambat produksi tromboksan.
9. Teori stimulus inflamasi
Pada hipertensi terjadi peningkatan oksidatif, sehingga debris trofoblast dan nekrotik
trofoblas juga meningkat, hal ini menyebabkan terjadi reaksi inflamasi yang berlebihan
yang menimbulkan gejala preeklamsia pada ibu.1
Gambar 1. Patofisiologi Hipertensi dalam Kehamilan
10
GAMBARAN KLINIK
a. Hipertensi
Gejala yang paling sering timbul adalah hipertensi yang terjadi secara tiba-tiba,sebagai
batas diambil tekanan darah 140 mm sistolik dan 90 mm diastolic, atau kenaikan sistolik
30 mm dan diastolic 15 mm di atas tekanan darah yang biasa. Hipertensi terjadi akibat
vasospasme menyeluruh dengan ukuran tekanan darah ≥140/90 mmHg selang 6 jam.
b. Oedema
Timbulnya oedem didahului oleh tambah berat badan yang berlebihan. Bila
penambahan berat mencapai I kg seminggu atau 3 kg dalam sebulan, maka
preeklampsia harus dicurigai. Berat badan yang bertambah ini disebabkan oleh adanya
retensi air dalam jaringan dan kemudian bam oedem nampak. Oedem ini fidak hilang
dengan istirahat.
c. Proteinuria
Proteinuri disebabkan karena vasospasme pembuluh-pembuluh darah ginjal.
Proteninuria berarti konsentrasi protein dalam urin yg melebihi 0,3 g/Itr. Proteinuria
11
merupakan syarat untuk diagnosis preeklamsia, tetapi umumnya terjadi pada akhir
kehamilan. Pengukuran dilakukan dengan urin dipstick: a) 100mg/l atai +1 . sekurang-
kurangnya diperiksa 2 kali urin acak selang 6 jam dan b) pengumpulan proteinuria dalam
24 jam. Dianggap patologis bila besaran proteinuria ≥ 300 mg/24 jam.
d.Gejala subjektif
Misal sakit kepala, sakit di ulu hati, gangguan penglihatan. 1-3
e. Khas Eklampsia : Kejang dan koma (Penurunan kesadaran)
P ENATALAKSANAAN
Penanganan:
Perawatan dasar eklampsia yang utama ialah terapi suportif untuk stabilisasi fungsi vital,
yang harus selalu diingat Airway, Breathing, Circulation (ABC), mengatasi dan mencegah
kejang, mengatasi hipoksemia dan asidemia mencegah trauma pada pasien pada waktu
kejang, mengendalikan tekanan darah, khususnya pada waktu krisis hipertensi, melahirkan
janin pada waktu yang tepat dengan cara yang tepat.
Perawatan medikamentosa dan perawata suportif eklampsia, merupakan perawatan yang
sangat penting. Tujuan utama pengobatan medikamentosa eklampsia ialah mencegah dan
menghentikan kejang, mencegah dan mengatasi penyulit, khususnya hipertensi krisis,
mencapai stabilisasi ibu seoptimal mungkin sehingga dapat melahirkan janin pada saat dan
dengan cara yang tepat.
Pengobatan Medikamentosa:
1. Obat antikejang pilihan utama adalah magnesium sulfat. Selain itu dapat juga
thiopental, diazepam. Pemberian diuretikum hendaknya selalu disertai monitor
plasma elektrolit.
2. Pemberian magnesium sulfat terutama ditujukan untuk gangguan fungsi organ-organ
penting, misalanya tindakan-tindakan untuk memperbaiki asidosis, mempertahankan
ventilasi paru-paru, mengatur tekanan darah, mencegah dekompensasi kordis.
3. Perawatan waktu kejang
Pada penderita yang mengalami kejang, tujuan pertolongan pertama adalah ialah
mencegah penderita mengalami trauma akibat kejang-kejang tersebut.
Dirawat di kamar isolari cukup terang, tidak di kamar gelap, agar bila terjadi sianosis
segera dapat diketahui. Penderita dibaringkan di tempat tidur yang lebar, dengan rail
12
tempat tidur harus dipasang dan dikunci dengan kuat. Selanjutnya masukan sudap
lidah ke dalam mulut penderita dan janagn mencoba melepas sudap lidah yang
sedang tergigit karena dapat mematahkan gigi. Kepala direndahkan dan daerah
orofaring diisap. Hendaknya di jaga agar kepala dan ektremitas penderita yang
kejang tidak terlalu kuat menghentak-hentak benda keras di sekitarnya. Fiksasi badan
tempat tidur harus cukup kendor, guna menghindari fraktur,. Bila penderita selesai
kejang-kejang segera beri oksigen.
4. Perawatan koma
- Tindakan pertama-tama pada penderita yang jatuh koma (tidak sadar), ialah menjaga
dan mengusahakan agar jalan napas atas tetap terbuka.
- Hal penting kedua yang perlu diperhatikan ialah bahwa penderita koma akan
kehilangan refleks muntah sehingga kemungkinan terjadinya aspirasi bahan lambung
sangat besar. Lambung ibu hamil harus selalu dianggap sebagai lambung penuh.
- Monitoring kesadaran dan dalammnya koma memakai glasgow coma scale. Pada
koma yang lama harus dipehatikan pencegahan dekubitus dan bila nutrisi tidak
mungkin; dapat diberikan melalui Naso Gastric Tube (NGT).
5. Perawatan edema paru
Bila terjadi edema paru sebaiknya penderita dirawat di ICU karena membtuhkan
perawatan animasi dengan respirator.
Pengobatan obstetrik
Sikap terhadap kehamilan ialah Semua kehamilan dengan eklampsia harus diakhiri
tanpa memandang umur kehamilan dan janin. Persalinan diakhiri saat stabilisasi
(pemulihan) hemodinamika dan metabolisme ibu.
Pada perawatan pascapersalinan, bila persalinan terjadi pervaginam, monitoring
tanda-tanda vital dilakukan sebagaimana lazimnya.
KOMPLIKASI
Ibu Bayi
HELLP Syndrome IUGR
13
Ruptur hati Kelahiran premature
Edema pulmonum Pendarahan intra cranial
Gagal ginjal Serebral palsy
Abruptio placenta Pneumothorax
DIC IUFD
Kematian ibu.2
Komplikasi akibat section caesarea:
Pada Ibu
o Infeksi puerperal (sepsis, bakteremia)
o Perdarahan
o Komplikasi lain seperti luka kandung kencing, embolisme paru, dan sebagainya jarang
terjadi.
Pada anak
o Seperti halnya dengan ibunya, nasib anak yang dilahirkan dengan sectio caesaria banyak
tergantung dari keadaan yang menjadi alasan untuk melakukan sectio caesaria. Menurut
statistik di negara – negara dengan pengawasan antenatal dan intra natal yang baik,
kematian perinatal pasca sectio caesaria berkisar antara 4 - 7 %.
P ROGNOSIS
Bila penderita tidak terlambat dalam pemberian pengobatan, maka gejala perbaikan akan
tampak jelas setelah kehamilannya diakhiri. Segera setelah persalinan berakhir, perubahan
patofisiologik akan mengalami perbaikan. Diuresis terjadi setelah 12 jam kemudian setelah
persalinan. Hal ini merupakan tanda prognosis yang baik. Tekanan darah kembali normal
dalam beberapa jam kemudian.
Eklampsia tidak mempengaruhi kehamilan berikutnya, kecuali pada janin dari ibu
dengan hipertensi kronik. Prognosis janin pada penderita eklampsia adalah buruk. Seringkali
janin mati intrauterine atau mati pada fase neonatal karena memang kondisi bayi sudah
sangat inferior. 1,2
14
KESIMPULAN
Eklampsia merupakan kasus akut pada penderita preeklampsia, yang disertai dengan
kejang menyeluruh dan koma. Eklampsia dapat terjadi ante, intra, dan postpartum. Eklampsia
postpartum umumnya hanya terjadi dalam waktu 24 jam pertama setelah persalinan.
Dengan penanganan yang baik seperti terapi suportif, pengobatan medikamentosa dan
pengobatan obstetrik yang baik maka prognosis pada ibu dapat baik.
DAFTAR PUSTAKA
1. Rachimhadhi, T. hipertensi dalam kehamilan, Dalam: Ilmu Kebidanan, edisi 4,
cetakan pertama, Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2008. H 530-550
2. Cunningham FG dkk. Gangguan Hipertensi dalam Kehamilan dalam: William Manual
of Obstetrics, 21st Edition Boston, McGraw Hill. Edisi 21. Vol 1. 2006. Jakarta: EGC.
H 625-673
3. Mochtar, Rustam, Sinopsis Obstetri, Edisi 2, Jilid 1, Jakarta, EGC, 2004
15