Edisi 1 PRIORITAS PENDIDIKANMisalnya, keberhasilan implementasi MBS di SDN Sedati Gede 2, Sidoarjo,...

20
ISSN 2303 - 0852 PRIORITAS PENDIDIKAN Edisi 1 Okt - Des 2012 Media Informasi dan Penyebarluasan Praktik Pendidikan yang Baik USAID PRIORITAS: Mengutamakan Pembaharuan, Inovasi, dan Kesempatan bagi Guru,Tenaga Kependidikan, dan Siswa Mendikbud Luncurkan USAID PRIORITAS Mendikbud, Prof. Dr. Moh Nuh, bersama Duta Besar Amerika Serikat, Scot Marciel, Sekretaris Menko Kesra, Indroyono Soesilo, Dirjen Pendidikan Islam Kemenag, Prof. Dr. Nur Syam, dan Direktur Misi USAID/Indonesia Andrew Sisson, meluncurkan Program USAID PRIORITAS. Jakarta. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Prof. Dr. Moh Nuh, menyampaikan apresiasinya atas kerjasama Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Amerika dalam pelaksanaan program USAID PRIORITAS. Apresiasi itu disampaikan dalam acara peluncuran program USAID PRIORITAS bersama Duta Besar Amerika Serikat Scot Marciel, Dirjen Pendidikan Agama Islam Kementerian Agama (Dirjen Pendis) Prof. Dr. Nur Syam, dan Sekretaris Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Sesmenko Kesra) Dr. Indroyono Soesilo, di Gedung Auditorium Direktorat Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Gedung D, pada 3 Oktober 2012. Menurut Mendikbud, melalui kerjasama ini kita bisa saling berbagi, saling melengkapi, dan menjangkau mereka yang belum terjangkau. “Pendidikan itu adalah hak dari setiap anak. Satu orang siswa adalah aset besar masa depan. Bila kita mampu menyelamatkannya, itu adalah sebuah pekerjaan besar. Oleh karenanya perlu banyak pihak yang terlibat dalam bidang ini,” kata Mendikbud. Mendikbud juga menyampaikan pentingnya Program USAID PRIORITAS untuk mempercepat capaian pendidikan yang telah ditetapkan pemerintah. ”Sangat tepat kegiatan kita ini dirumuskan dengan menggunakan nama atau jargon PRIORITAS karena memang itu yang kita prioritaskan,” katanya lagi. Acara peluncuran itu juga diisi pameran praktik pendidikan yang baik dari Dinas Pendidikan Soppeng dan Purworejo, SMPN 8 Bogor dan MTsN Binjai, serta SDN 2 Sedati Gede 2 dan MIN Rukoh Aceh. Mereka menampilkan berbagai karya terbaiknya dampak dari dampingan program Decentralized Basic Education (DBE). (Anw) SALAH satu program USAID PRIORITAS pada tahun pertama adalah mendiseminasi berbagai praktik pendidikan yang baik. Keberhasilan yang ditorehkan program DBE (Decentralized Basic Education) dampaknya akan diperluas melalui Program USAID PRIORITAS. Misalnya, keberhasilan implementasi MBS di SDN Sedati Gede 2, Sidoarjo, Jawa Timur, yang berhasil menciptakan akuntabilitas dalam pengelolaan sekolah yang terbuka, efektif, dan efisien. Dampaknya, pelaksanaan PAKEM dapat berjalan efektif. Atau, pengalaman SMPN 1 Tellullimpoe, Sulawesi Selatan yang berhasil mengembangkan kelas berbasis laboratorium. Media pembelajaran tersedia di semua kelas sehingga mendukung pelaksanaan pembelajaran aktif. Praktik yang baik tersebut akan disebarluaskan melalui program USAID PRIORITAS. (Anw) Mengembangkan kelas berbasis laboratorium. Praktik yang baik di SMPN 1 Tellulimpoe, Sulawesi Selatan. Jakarta. “USAID akan membantu sekolah dasar, sekolah menengah pertama, dan madrasah di Indonesia untuk mendapatkan akses pendidikan berkelas dunia," kata Duta Besar Amerika Serikat, Scot Marciel pada acara peluncuran Program USAID PRIORITAS di Jakarta (3/10). "Kami berharap program ini akan membantu siswa di Indonesia untuk mengembangkan potensi terbaiknya dan menempatkan mereka pada jalan menuju kesuksesan," tambahnya. USAID Prioritizing Reform, Innovation, and Opportunities for Reaching Indonesia’s Teachers, Administrators, and Students (PRIORITAS) atau mengutamakan pembaharuan, inovasi, dan kesempatan bagi guru tenaga kependidikan, dan siswa, merupakan program bantuan pendidikan USAID senilai US$ 83,7 juta untuk meningkatkan akses pendidikan yang berkualitas di Indonesia. Selama lima tahun program USAID PRIORITAS akan membantu meningkatkan kualitas pengajaran dan pembelajaran di 10 provinsi, seperti Aceh, Sumatra Utara, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Papua. Program ini akan menjangkau sekitar 300.000 siswa di lebih dari 1400 SD/MI dan SMP/MTs, serta secara tidak langsung menjangkau ratusan sekolah yang terlibat dalam program DBE. (Anw) Program Pendidikan Berkelas Dunia Scot Marciel Diseminasi Praktik yang Baik

Transcript of Edisi 1 PRIORITAS PENDIDIKANMisalnya, keberhasilan implementasi MBS di SDN Sedati Gede 2, Sidoarjo,...

Page 1: Edisi 1 PRIORITAS PENDIDIKANMisalnya, keberhasilan implementasi MBS di SDN Sedati Gede 2, Sidoarjo, Jawa Timur, yang berhasil menciptakan akuntabilitas dalam pengelolaan sekolah yang

ISSN2303 - 0852

PRIORITAS PENDIDIKANEdisi 1Okt - Des

2012 Media Informasi dan Penyebarluasan Praktik Pendidikan yang Baik

USAID PRIORITAS: Mengutamakan Pembaharuan, Inovasi, dan Kesempatan bagi Guru, Tenaga Kependidikan, dan Siswa

Mendikbud Luncurkan USAID PRIORITAS

Mendikbud, Prof. Dr. Moh Nuh, bersama Duta Besar Amerika Serikat, Scot Marciel, Sekretaris Menko Kesra, Indroyono Soesilo, Dirjen Pendidikan Islam Kemenag, Prof. Dr. Nur Syam, dan Direktur Misi USAID/Indonesia Andrew Sisson, meluncurkan Program USAID PRIORITAS.

Jakarta. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Prof. Dr. Moh Nuh, menyampaikan apresiasinya atas kerjasama Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Amerika dalam pelaksanaan program USAID PRIORITAS. Apresiasi itu disampaikan dalam acara peluncuran program USAID PRIORITAS bersama Duta Besar Amerika Serikat Scot Marciel, Dirjen Pendidikan Agama Islam Kementerian Agama (Dirjen Pendis) Prof. Dr. Nur Syam, dan Sekretaris Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Sesmenko Kesra) Dr. Indroyono Soesilo, di Gedung Auditorium Direktorat Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Gedung D, pada 3 Oktober 2012.

Menurut Mendikbud, melalui kerjasama ini kita bisa saling berbagi, saling melengkapi, dan menjangkau mereka yang belum terjangkau. “Pendidikan itu adalah hak dari setiap anak. Satu orang siswa adalah aset besar masa depan. Bila kita mampu menyelamatkannya, itu adalah sebuah pekerjaan besar. Oleh karenanya perlu banyak pihak yang terlibat dalam bidang ini,” kata Mendikbud.

Mendikbud juga menyampaikan pentingnya Program USAID PRIORITAS untuk mempercepat capaian pendidikan yang telah ditetapkan pemerintah. ”Sangat tepat kegiatan kita ini dirumuskan dengan menggunakan nama atau jargon PRIORITAS karena memang itu yang kita prioritaskan,” katanya lagi.

Acara peluncuran itu juga diisi pameran praktik pendidikan yang baik dari Dinas Pendidikan Soppeng dan Purworejo, SMPN 8 Bogor dan MTsN Binjai, serta SDN 2 Sedati Gede 2 dan MIN Rukoh Aceh. Mereka menampilkan berbagai karya terbaiknya dampak dari dampingan program Decentralized Basic Education (DBE).

(Anw)

SALAH satu program USAID PRIORITAS pada tahun pertama adalah mendiseminasi berbagai praktik pendidikan yang baik. Keberhasilan yang ditorehkan program DBE (Decentralized Basic Education) dampaknya akan diperluas melalui Program USAID PRIORITAS.

Misalnya, keberhasilan implementasi MBS di SDN Sedati Gede 2, Sidoarjo, Jawa Timur, yang berhasil menciptakan akuntabilitas dalam pengelolaan

sekolah yang terbuka, efektif, dan efisien. Dampaknya, pelaksanaan PAKEM dapat berjalan efektif.

Atau, pengalaman SMPN 1 Tellullimpoe, Sulawesi Selatan yang berhasil mengembangkan kelas berbasis laboratorium. Media pembelajaran tersedia di semua kelas sehingga mendukung pelaksanaan pembelajaran aktif. Praktik yang baik tersebut akan disebarluaskan melalui program USAID PRIORITAS. (Anw)

Mengembangkan kelas berbasis laboratorium. Praktik yang baik di SMPN 1 Tellulimpoe, Sulawesi Selatan.

Jakarta. “USAID akan membantu sekolah dasar, sekolah menengah pertama, dan madrasah di Indonesia untuk mendapatkan akses pendidikan berkelas dunia," kata Duta Besar Amerika Serikat, Scot Marciel pada acara peluncuran Program USAID PRIORITAS di

Jakarta (3/10). "Kami berharap program ini akan membantu siswa di Indonesia untuk mengembangkan potensi terbaiknya dan menempatkan mereka pada jalan menuju kesuksesan," tambahnya.

USAID Prioritizing Reform, Innovation, and Opportunities for Reaching Indonesia’s Teachers, Administrators, and Students (PRIORITAS) atau mengutamakan pembaharuan, inovasi, dan kesempatan bagi guru tenaga kependidikan, dan siswa, merupakan program bantuan pendidikan USAID senilai US$ 83,7 juta untuk meningkatkan akses pendidikan yang berkualitas di Indonesia.

Selama lima tahun program USAID PRIORITAS akan membantu meningkatkan kualitas pengajaran dan pembelajaran di 10 provinsi, seperti Aceh, Sumatra Utara, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Papua. Program ini akan menjangkau sekitar 300.000 siswa di lebih dari 1400 SD/MI dan SMP/MTs, serta secara tidak langsung menjangkau ratusan sekolah yang terlibat dalam program DBE. (Anw)

Program Pendidikan Berkelas Dunia

Scot Marciel

Diseminasi Praktik yang Baik

Page 2: Edisi 1 PRIORITAS PENDIDIKANMisalnya, keberhasilan implementasi MBS di SDN Sedati Gede 2, Sidoarjo, Jawa Timur, yang berhasil menciptakan akuntabilitas dalam pengelolaan sekolah yang

2 - Prioritas Pendidikan: Edisi 1/ Oktober - Desember/ 2012

PRIORITAS - Nasional PRIORITAS - Nasional

Prioritas Pendidikan: Edisi 1/ Oktober - Desember/ 2012 - 3

SALAH satu fokus dari program USAID PRIORITAS adalah meningkatkan kemampuan baca siswa kelas awal. Untuk membantu guru dan sekolah dalam meningkatkan kemampuan membaca siswa kelas awal, USAID PRIORITAS melakukan penilaian kemampuan membaca siswa kelas awal menggunakan instrumen yang bernama EGRA (Early Grade Reading Assessment).

Mengapa menggunakan EGRA untuk menilai kemampuan membaca di kelas awal? Sebab EGRA bisa mendiagnosa

kesulitan-kesulitan yang dialami oleh anak-anak di kelas awal dalam membaca. Dengan diketahui kesulitan-kesulitan yang dihadapi anak dalam membaca, maka dapat disusun sebuah program untuk membantu mereka.

EGRA juga sudah terbukti sahih untuk mengumpulkan data awal yang bisa digunakan untuk menyusun suatu program peningkatan kemampuan membaca di kelas awal. Sampai dengan tahun 2010, EGRA sudah dilaksanakan di 50 negara dengan 30 bahasa yang berbeda. Penggunaan yang luas ini menunjukkan bahwa EGRA adalah instrumen yang baik untuk menggambarkan kemampuan membaca anak di kelas awal.

Tes EGRA meliputi: (1) membaca huruf, (2) membedakan bunyi awal (fonem), (3) membaca kata bermakna, (4) membaca kata tak bermakna, (5) membaca cepat dan memahami bacaan, dan (6) menyimak bacaan. Selain dari kemampuan membaca, EGRA juga bisa menunjukkan kecepatan membaca anak dan pemahaman terhadap isi bacaan.

Tes EGRA dilakukan secara individual dan memakan waktu kurang lebih 15 menit setiap anak. Di program PRIORITAS, EGRA dilakukan dengan Tablet yang menggunakan program TANGERINE. EGRA dilaksanakan di 7 provinsi, 23 Kabupaten/Kota, mulai 19 November sampai dengan 7 Desember 2012. Ada 184 sekolah yang melibatkan 4.416 siswa

(Hw)

Diagnosa Kemampuan Membaca Kelas Awal dengan EGRA

Studi Relevansi Kebutuhan Pendidikan Daerah

Berkarakter dan Jangkau Lebih Banyak Madrasah

MENTERI Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) yang diwakili oleh Sekretaris Menko Kesra Dr. Indroyono Soesilo, melalui sambutannya dalam peluncuran Program USAID PRIORITAS, menyambut baik pelaksanaan program tersebut. Harapannya, program ini dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan pendidikan karakter kepada siswa, guru, kepala sekolah, dan aparat pendidikan terkait yang sesuai dengan kearifan lokal dan budaya Indonesia yang berlandaskan nilai-nilai Pancasila.

“Dengan percontohan terbatas diharapkan program ini dapat memberikan inspirasi bagi sekolah dan daerah lain untuk melakukan hal yang sama. Kami mohon Program USAID

Prof. Dr. Nur Syam Dr. Indroyono S.

PRIORITAS dapat mendukung kebijakan pendidikan dasar yang sudah digariskan pemerintah,” tegas Pak Indroyono.

Menteri Agama yang diwakili Dirjen Pendidikan Islam Kementerian Agama Prof. Dr. Nur Syam, sangat mengharapkan keberadaan program ini dapat membantu percepatan peningkatan mutu madrasah di Indonesia.

Menurut mantan Rektor IAIN Sunan Ampel Surabaya itu, madrasah yang menampung sekitar 20% anak usia sekolah di Indonesia, mutunya masih perlu ditingkatkan. ”Saya berharap madarasah yang tercakup dalam program USAID PRIORITAS dapat lebih banyak lagi. Sebagaimana

program Decentralized Basic Education yang juga dibantu Pemerintah Amerika, yang berdampak terhadap peningkatan mutu madrasah,” papar Prof. Dr. Nur Syam.

(Anw)

UNTUK mendapatkan masukan tentang pelaksanaan program yang relevan dengan kebutuhan pendidikan daerah, USAID PRIORITAS melakukan studi asesmen kebutuhan pendidikan di daerah. Asesmen dengan metode FGD (Focus Group Discussion) dan wawancara itu melibatkan berbagai unsur stakeholder pendidikan di tingkat provinsi dan kabupaten/ kota. Misalnya, dinas pendidikan, kementerian agama, Bappeda, badan kepegawaian daerah, kepala sekolah, guru, pengawas, dan dewan pendidikan.

Kegiatan asesmen dilaksanakan di seluruh provinsi mitra USAID PRIORITAS (Oktober-Desember 2012). Di Sumatra Utara, kegiatan asesmen menghasilkan rekomendasi perlunya penguatan koordinasi sektor pendidikan. Sebagai rencana tindak lanjutnya, mereka sepakat untuk menjadwalkan FGD secara rutin.

Di Jawa Barat, kegiatan FGD tersebut juga dimanfaatkan untuk

mengevaluasi pelaksanaan Program DBE. Yesa Sarwedi HS, Kabid Dikdas Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat, menilai pada saat pelaksaan program DBE, dukungan provinsi cenderung kurang maksimal karena hambatan komunikasi. “Saat itu, DBE lebih banyak berkoordinasi langsung dengan daerah kab/kota,” jelasnya. Untuk itu melalui program USAID PRIORITAS, Dinas Pendidikan Jawa Barat ingin terlibat lebih aktif dalam implementasi program, terutama dalam rangka koordinasi, baik pada tingkat stakeholder provinsi maupun koordinasi daerah.

Prof. Dr. H. AT Soegito, S.H., M.M, Ketua Dewan Pendidikan Provinsi Jawa Tengah, menilai saat ini banyak pekerjaan yang harus diselesaikan oleh Dinas Pendidikan di propinsi. “Diperlukan mitra seperti PRIORITAS untuk mensinergikan kebutuhan propinsi dan keinginan dari pengguna pendidikan di daerah,” katanya saat kegiatan FGD di Jawa Tengah. Kom

Indikator Keberhasilan Program USAID PRIORITAS

Siswi MTsN Nglawak Nganjuk, Jawa Timur sedang mempresentasikan hasil percobaan kelompoknya tentang sistem ekskresi manusia. Melalui program USAID PRIORITAS, diharapkan semakin banyak madrasah yang menerapkan praktik yang baik seperti di MTsN Nglawak.

Siswa kelas I di SDN 1 Bakulan, Kec. Kemangkon, Kab. Purbalingga, sedang antri mengerjakan tugas ke depan. Sekolah ini menjadi salah satu sekolah mitra USAID PRIORITAS di Jawa Tengah.

PADA bulan November Desember 2012, tim enumerator yang terdiri dari dosen, pengawas,

guru, kepala sekolah dan mahasiswa mengunjungi sejumlah sekolah di

23 kabupaten/kota di 7 provinsi mitra. Mereka mengamati cara guru mengajar, mewawancarai

kepala sekolah dan komite sekolah, melakukan tes Matematika, bahasa

Indonesia dan IPA pada murid SD/MI dan SMP/MTs. Tim ini juga

mewawancarai pimpinan LPTK dan staf inti di dinas pendidikan provinsi

dan kabupaten/kota. Apa yang mereka lakukan?

TIM itu sedang mengumpulkan informasi tentang kondisi di lapangan sebelum program USAID PRIORITAS mulai berjalan. Data yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan kondisi setelah program dilaksanakan pada tahun-tahun berikutnya. Hasil perbandingan itu digunakan untuk mengambil kesimpulan apakah program mencapai hasil yang diharapkan.

Data yang dikumpulkan berkaitan dengan hasil tiga komponen utama USAID PRIORITAS dalam membantu upaya peningkatan mutu pendidikan. Apa saja indikator keberhasilan ketiga komponen program tersebut?

1. Indikator Kualitas dan Relevansi Pendidikan

Indikator utama yang berkaitan dengan peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah dilihat dari cara guru SD/MI dan SMP/MTs mengajar: apakah mereka memberikan peranan aktif kepada murid dan tidak hanya memberikan ceramah dari depan kelas. Indikator lainnya adalah kepemimpinan kepala sekolah dalam pembelajaran: apakah kepala sekolah secara teratur mengamati guru mengajar dan memberikan saran serta membantu peningkatan profesional guru. Dampak upaya perbaikan diukur pada pencapaian murid, khususnya dalam mata pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia dan IPA.

Agar praktik guru mengajar dapat ditingkatkan, metode pembelajaran aktif harus sudah dipraktikkan di lembaga-lembaga pendidikan guru. Oleh karena itu, USAID PRIORITAS juga membantu peningkatan mutu pendidikan guru di Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK). Indikator keberhasilan diukur dari pelaksanaan pembelajaran aktif oleh para dosen LPTK dan oleh mahasiswa calon guru. Selain itu, indikator lainnya adalah intensitas pelaksanaan kegiatan

yang berkaitan dengan peningkatan profesi guru seperti pelatihan guru dan penelitian.

2. Indikator Tata Kelola dan Manajemen

Indikator yang berkaitan dengan peningkatan manajemen dan tata kelola di sekolah antara lain diukur melalui proses perencanaan: apakah rencana kegiatan dan anggaran sekolah disiapkan bersama pemangku kepentingan (partisipasi), terbuka bagi siapa saja yang ingin mengetahuinya (transparansi) dan ada pertanggungan jawab dalam pelaksanaan rencana tersebut (akuntabel). Di tingkat kabupaten, indikator peningkatan tata kelola dan

manajemen diukur dari tersedianya sistim informasi manajemen pendidikan (EMIS) di dinas pendidikan dan sampai seberapa jauh hasil pengolahan data memberikan masukan dalam perumusan kebijakan pendidikan.

3. Indikator Koordinasi antar Institusi Pendidikan

Koordinasi antara berbagai lembaga pendidikan dan pemerintah dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan antara lain diukur dari adanya rencana pengembangan profesi guru (termasuk besarnya alokasi dana) dan apakah perencanaan itu disusun bersama lembaga pendidikan seperti LPMP, LPTK dan organisasi lainnya. (Phg/ Af)

Asesor EGRA sedang menilai kemampuan membaca siswa kelas awal.

News letter PRIORITAS PENDIDIKAN diterbitkan oleh USAID PRIORITAS sebagai media penyebarluasan informasi dan praktik yang baik dalam bidang pendidikan. Kunjungi website kami: ww.prioritaspendidikan.org. Manfaatkan berbagai praktik pendidikan yang baik, seperti ide dan pengalaman pembelajaran yang berhasil, penelitian tindakan kelas, video praktik yang baik, karya anak, dan diskusi online forum sekolah. Alamat Redaksi: Gedung Ratu Plaza, Lt. 25.Jl. Jenderal Sudirman Kav 9. Jakarta 10270. Telp: (62-21) 722 7998, Faks: (62-21) 722 797801. Artikel berupa gagasan atau pengalaman praktik yang baik dalam bidang pendidikan dapat dikirimkan melalui email [email protected]. Naskah ditulis dalam format Microsoft Word dengan jumlah kata 350--550. Lampirkan foto yang relevan dengan tulisan dalam format JPG.

USAID PRIORITAS: Prioritizing Reform, Innovation, and Opportunities for Reaching Indonesia’s Teachers, Administrators, and Students

Page 3: Edisi 1 PRIORITAS PENDIDIKANMisalnya, keberhasilan implementasi MBS di SDN Sedati Gede 2, Sidoarjo, Jawa Timur, yang berhasil menciptakan akuntabilitas dalam pengelolaan sekolah yang

2 - Prioritas Pendidikan: Edisi 1/ Oktober - Desember/ 2012

PRIORITAS - Nasional PRIORITAS - Nasional

Prioritas Pendidikan: Edisi 1/ Oktober - Desember/ 2012 - 3

SALAH satu fokus dari program USAID PRIORITAS adalah meningkatkan kemampuan baca siswa kelas awal. Untuk membantu guru dan sekolah dalam meningkatkan kemampuan membaca siswa kelas awal, USAID PRIORITAS melakukan penilaian kemampuan membaca siswa kelas awal menggunakan instrumen yang bernama EGRA (Early Grade Reading Assessment).

Mengapa menggunakan EGRA untuk menilai kemampuan membaca di kelas awal? Sebab EGRA bisa mendiagnosa

kesulitan-kesulitan yang dialami oleh anak-anak di kelas awal dalam membaca. Dengan diketahui kesulitan-kesulitan yang dihadapi anak dalam membaca, maka dapat disusun sebuah program untuk membantu mereka.

EGRA juga sudah terbukti sahih untuk mengumpulkan data awal yang bisa digunakan untuk menyusun suatu program peningkatan kemampuan membaca di kelas awal. Sampai dengan tahun 2010, EGRA sudah dilaksanakan di 50 negara dengan 30 bahasa yang berbeda. Penggunaan yang luas ini menunjukkan bahwa EGRA adalah instrumen yang baik untuk menggambarkan kemampuan membaca anak di kelas awal.

Tes EGRA meliputi: (1) membaca huruf, (2) membedakan bunyi awal (fonem), (3) membaca kata bermakna, (4) membaca kata tak bermakna, (5) membaca cepat dan memahami bacaan, dan (6) menyimak bacaan. Selain dari kemampuan membaca, EGRA juga bisa menunjukkan kecepatan membaca anak dan pemahaman terhadap isi bacaan.

Tes EGRA dilakukan secara individual dan memakan waktu kurang lebih 15 menit setiap anak. Di program PRIORITAS, EGRA dilakukan dengan Tablet yang menggunakan program TANGERINE. EGRA dilaksanakan di 7 provinsi, 23 Kabupaten/Kota, mulai 19 November sampai dengan 7 Desember 2012. Ada 184 sekolah yang melibatkan 4.416 siswa

(Hw)

Diagnosa Kemampuan Membaca Kelas Awal dengan EGRA

Studi Relevansi Kebutuhan Pendidikan Daerah

Berkarakter dan Jangkau Lebih Banyak Madrasah

MENTERI Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) yang diwakili oleh Sekretaris Menko Kesra Dr. Indroyono Soesilo, melalui sambutannya dalam peluncuran Program USAID PRIORITAS, menyambut baik pelaksanaan program tersebut. Harapannya, program ini dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan pendidikan karakter kepada siswa, guru, kepala sekolah, dan aparat pendidikan terkait yang sesuai dengan kearifan lokal dan budaya Indonesia yang berlandaskan nilai-nilai Pancasila.

“Dengan percontohan terbatas diharapkan program ini dapat memberikan inspirasi bagi sekolah dan daerah lain untuk melakukan hal yang sama. Kami mohon Program USAID

Prof. Dr. Nur Syam Dr. Indroyono S.

PRIORITAS dapat mendukung kebijakan pendidikan dasar yang sudah digariskan pemerintah,” tegas Pak Indroyono.

Menteri Agama yang diwakili Dirjen Pendidikan Islam Kementerian Agama Prof. Dr. Nur Syam, sangat mengharapkan keberadaan program ini dapat membantu percepatan peningkatan mutu madrasah di Indonesia.

Menurut mantan Rektor IAIN Sunan Ampel Surabaya itu, madrasah yang menampung sekitar 20% anak usia sekolah di Indonesia, mutunya masih perlu ditingkatkan. ”Saya berharap madarasah yang tercakup dalam program USAID PRIORITAS dapat lebih banyak lagi. Sebagaimana

program Decentralized Basic Education yang juga dibantu Pemerintah Amerika, yang berdampak terhadap peningkatan mutu madrasah,” papar Prof. Dr. Nur Syam.

(Anw)

UNTUK mendapatkan masukan tentang pelaksanaan program yang relevan dengan kebutuhan pendidikan daerah, USAID PRIORITAS melakukan studi asesmen kebutuhan pendidikan di daerah. Asesmen dengan metode FGD (Focus Group Discussion) dan wawancara itu melibatkan berbagai unsur stakeholder pendidikan di tingkat provinsi dan kabupaten/ kota. Misalnya, dinas pendidikan, kementerian agama, Bappeda, badan kepegawaian daerah, kepala sekolah, guru, pengawas, dan dewan pendidikan.

Kegiatan asesmen dilaksanakan di seluruh provinsi mitra USAID PRIORITAS (Oktober-Desember 2012). Di Sumatra Utara, kegiatan asesmen menghasilkan rekomendasi perlunya penguatan koordinasi sektor pendidikan. Sebagai rencana tindak lanjutnya, mereka sepakat untuk menjadwalkan FGD secara rutin.

Di Jawa Barat, kegiatan FGD tersebut juga dimanfaatkan untuk

mengevaluasi pelaksanaan Program DBE. Yesa Sarwedi HS, Kabid Dikdas Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat, menilai pada saat pelaksaan program DBE, dukungan provinsi cenderung kurang maksimal karena hambatan komunikasi. “Saat itu, DBE lebih banyak berkoordinasi langsung dengan daerah kab/kota,” jelasnya. Untuk itu melalui program USAID PRIORITAS, Dinas Pendidikan Jawa Barat ingin terlibat lebih aktif dalam implementasi program, terutama dalam rangka koordinasi, baik pada tingkat stakeholder provinsi maupun koordinasi daerah.

Prof. Dr. H. AT Soegito, S.H., M.M, Ketua Dewan Pendidikan Provinsi Jawa Tengah, menilai saat ini banyak pekerjaan yang harus diselesaikan oleh Dinas Pendidikan di propinsi. “Diperlukan mitra seperti PRIORITAS untuk mensinergikan kebutuhan propinsi dan keinginan dari pengguna pendidikan di daerah,” katanya saat kegiatan FGD di Jawa Tengah. Kom

Indikator Keberhasilan Program USAID PRIORITAS

Siswi MTsN Nglawak Nganjuk, Jawa Timur sedang mempresentasikan hasil percobaan kelompoknya tentang sistem ekskresi manusia. Melalui program USAID PRIORITAS, diharapkan semakin banyak madrasah yang menerapkan praktik yang baik seperti di MTsN Nglawak.

Siswa kelas I di SDN 1 Bakulan, Kec. Kemangkon, Kab. Purbalingga, sedang antri mengerjakan tugas ke depan. Sekolah ini menjadi salah satu sekolah mitra USAID PRIORITAS di Jawa Tengah.

PADA bulan November Desember 2012, tim enumerator yang terdiri dari dosen, pengawas,

guru, kepala sekolah dan mahasiswa mengunjungi sejumlah sekolah di

23 kabupaten/kota di 7 provinsi mitra. Mereka mengamati cara guru mengajar, mewawancarai

kepala sekolah dan komite sekolah, melakukan tes Matematika, bahasa

Indonesia dan IPA pada murid SD/MI dan SMP/MTs. Tim ini juga

mewawancarai pimpinan LPTK dan staf inti di dinas pendidikan provinsi

dan kabupaten/kota. Apa yang mereka lakukan?

TIM itu sedang mengumpulkan informasi tentang kondisi di lapangan sebelum program USAID PRIORITAS mulai berjalan. Data yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan kondisi setelah program dilaksanakan pada tahun-tahun berikutnya. Hasil perbandingan itu digunakan untuk mengambil kesimpulan apakah program mencapai hasil yang diharapkan.

Data yang dikumpulkan berkaitan dengan hasil tiga komponen utama USAID PRIORITAS dalam membantu upaya peningkatan mutu pendidikan. Apa saja indikator keberhasilan ketiga komponen program tersebut?

1. Indikator Kualitas dan Relevansi Pendidikan

Indikator utama yang berkaitan dengan peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah dilihat dari cara guru SD/MI dan SMP/MTs mengajar: apakah mereka memberikan peranan aktif kepada murid dan tidak hanya memberikan ceramah dari depan kelas. Indikator lainnya adalah kepemimpinan kepala sekolah dalam pembelajaran: apakah kepala sekolah secara teratur mengamati guru mengajar dan memberikan saran serta membantu peningkatan profesional guru. Dampak upaya perbaikan diukur pada pencapaian murid, khususnya dalam mata pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia dan IPA.

Agar praktik guru mengajar dapat ditingkatkan, metode pembelajaran aktif harus sudah dipraktikkan di lembaga-lembaga pendidikan guru. Oleh karena itu, USAID PRIORITAS juga membantu peningkatan mutu pendidikan guru di Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK). Indikator keberhasilan diukur dari pelaksanaan pembelajaran aktif oleh para dosen LPTK dan oleh mahasiswa calon guru. Selain itu, indikator lainnya adalah intensitas pelaksanaan kegiatan

yang berkaitan dengan peningkatan profesi guru seperti pelatihan guru dan penelitian.

2. Indikator Tata Kelola dan Manajemen

Indikator yang berkaitan dengan peningkatan manajemen dan tata kelola di sekolah antara lain diukur melalui proses perencanaan: apakah rencana kegiatan dan anggaran sekolah disiapkan bersama pemangku kepentingan (partisipasi), terbuka bagi siapa saja yang ingin mengetahuinya (transparansi) dan ada pertanggungan jawab dalam pelaksanaan rencana tersebut (akuntabel). Di tingkat kabupaten, indikator peningkatan tata kelola dan

manajemen diukur dari tersedianya sistim informasi manajemen pendidikan (EMIS) di dinas pendidikan dan sampai seberapa jauh hasil pengolahan data memberikan masukan dalam perumusan kebijakan pendidikan.

3. Indikator Koordinasi antar Institusi Pendidikan

Koordinasi antara berbagai lembaga pendidikan dan pemerintah dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan antara lain diukur dari adanya rencana pengembangan profesi guru (termasuk besarnya alokasi dana) dan apakah perencanaan itu disusun bersama lembaga pendidikan seperti LPMP, LPTK dan organisasi lainnya. (Phg/ Af)

Asesor EGRA sedang menilai kemampuan membaca siswa kelas awal.

News letter PRIORITAS PENDIDIKAN diterbitkan oleh USAID PRIORITAS sebagai media penyebarluasan informasi dan praktik yang baik dalam bidang pendidikan. Kunjungi website kami: ww.prioritaspendidikan.org. Manfaatkan berbagai praktik pendidikan yang baik, seperti ide dan pengalaman pembelajaran yang berhasil, penelitian tindakan kelas, video praktik yang baik, karya anak, dan diskusi online forum sekolah. Alamat Redaksi: Gedung Ratu Plaza, Lt. 25.Jl. Jenderal Sudirman Kav 9. Jakarta 10270. Telp: (62-21) 722 7998, Faks: (62-21) 722 797801. Artikel berupa gagasan atau pengalaman praktik yang baik dalam bidang pendidikan dapat dikirimkan melalui email [email protected]. Naskah ditulis dalam format Microsoft Word dengan jumlah kata 350--550. Lampirkan foto yang relevan dengan tulisan dalam format JPG.

USAID PRIORITAS: Prioritizing Reform, Innovation, and Opportunities for Reaching Indonesia’s Teachers, Administrators, and Students

Page 4: Edisi 1 PRIORITAS PENDIDIKANMisalnya, keberhasilan implementasi MBS di SDN Sedati Gede 2, Sidoarjo, Jawa Timur, yang berhasil menciptakan akuntabilitas dalam pengelolaan sekolah yang

PRIORITAS - Nasional PRIORITAS - Provinsi Aceh

Jakarta. “DBE adalah program yang bisa dikatakan luar biasa sukses. Program ini juga ternyata sejalan dengan Pemerintah Indonesia yang berfokus pada peningkatan profesionalisme guru, sertifikasi guru, dan penguatan kapasitas lembaga pelatihan guru,” kata Dr. David P. Evans, peneliti independen JBS International pada acara Lokakarya Evaluasi Tahap Akhir Program DBE (Decentraliced Basic Education) (12/10). David ditunjuk menjadi koordinator Evaluasi Tahap Akhir DBE yang dilaksanakan bersama tim akademisi dari Indonesia.

Lokakarya tersebut memaparkan hasil evaluasi pelaksanaan program DBE. Lokakarya juga membahas upaya USAID bersama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), Kementerian Agama (Kemenag) dan Kementerian Koordinator bidang Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) untuk mengatasi kelemahan yang ditemukan, serta menjaga keberhasilan yang telah dicapai.

Menurut Dr. M. Basri Wello salah seorang anggota peneliti, program DBE secara nyata telah berhasil mengembangkan kapasitas manajemen dan tata kelola layanan pendidikan dari Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan Sekolah/Madrasah, serta meningkatkan kualitas pembelajaran di SD/MI dan SMP/MTs. ”Tetapi, disayangkan, dampak dari peningkatan kapasitas ini terbentur pada kebijakan rotasi pegawai yang menempati personel kunci seperti kepala sekolah,” kata dosen Universitas Negeri Makassar (UNM) itu.

Program DBE berjalan dari tahun 2005-2011yang bermitra dengan 72 kabupaten/kota di tujuh provinsi di Indonesia, yaitu: Aceh, Sumatera Utara, Banten, Jawa barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan. Tujuan dari program ini adalah peningkatan kualitas pengajaran dan pembelajaran SD/MI dan SMP/MTs melalui kegiatan belajar yang aktif, kontekstual dan relevan. DBE juga mendukung perencanaan dan penganggaran di sekolah/ madrasah dan kabupaten/ kota yang akuntabel, transparan dan partisipatif, yang dicapai melalui: pelatihan bagi kepala dan komite sekolah/ madrasah tentang kepemimpinan dan teknik manajemen berbasis sekolah; dan menyediakan metode dan alat perencanaan, penganggaran, manajemen sarana prasarana, dan manajemen sumber daya manusia bagi dinas pendidikan kabupaten/ kota. Di akhir program, DBE telah memberikan manfaat langsung bagi 1.476 sekolah, 57.400 pendidik, dan 480.000 siswa. Selain itu ada 84 kabupaten/kota dan 30.000 sekolah yang mendiseminasikan praktik yang baik dari DBE ini dengan menggunakan anggaran dan sumber daya sendiri.

Walau pencapaian DBE sudah luar biasa, akan tetapi masih banyak kesempatan yang belum tercapai. Sebagai contoh, sekolah yang telah berhasil berkembang kehilangan momentumnya akibat kepala sekolah yang dulu digantikan oleh kepala sekolah lain yang tidak memperoleh dukungan dan pemahaman program DBE. Di sekolah lain, pembelajaran aktif menjadi memudar karena guru senantiasa memerlukan dukungan dalam bentuk pelatihan/penyegaran untuk menjaga kemampuan mereka menyelenggarakan pembelajaran aktif.

Di tempat lain, dukungan masyarakat ke sekolah juga mengalami penurunan, dan perencanaan sekolah hanya dilakukan sekedarnya, karena masyarakat menganggap bahwa “pendidikan gratis”, setelah diperkenalkanya Bantuan Operasional Sekolah. Selain itu, koordinasi antar dan dalam komponen program DBE, juga dengan Pemerintah Indonesia juga perlu ditingkatkan.

(Anw)

Evaluasi Tahap Akhir Program DBE

Eric Postel Nilai ”Excellent” Pembelajaran di SMPN 8 Bogor

Bogor. Eric Postel, Assistant Administrator USAID, berkunjung ke SMPN 8 Bogor, untuk melihat lebih dekat aktivitas pembelajaran di sekolah mitra DBE dan sekarang menjadi mitra USAID PRIORITAS (30/10). Kunjungan dilakukan ke kelas-kelas, laboratorium, dan perpustakaan. Kelas IPA menjadi kelas kunjungan pertama. Para siswa tampak aktif melakukan percobaan asam dan basa

SMPN2 Musuk, salah satu sekolah mitra DBE di Jawa Tengah tetap melestarikan pembelajaran aktif di sekolah.

Eric Postel (tengah) mengajak diskusi siswa SMPN 8 Bogor.

dengan bahan yang sederhana dan mudah didapatkan. Diskusi antarkelompok pun berlangsung membahas hasil temuan mereka.

Di kelas pembelajaran bahasa Inggris, beberapa siswa tampak menyampaikan pengalaman belajar dan cita-citanya dalam bahasa Inggris. Muhammad Irfan, salah seorang siswa kelas 9 yang tahun ini menjadi duta Jawa Barat dalam Olimpiade Fisika

tingkat nasional, bertutur, “I like the ways my teachers teach us. The process of learning keeps me enthusiastic and relaxed.”Andini, siswa kelas VIII juga menuturkan pengalaman dan cita-citanya dalam bahasa Inggris. “I wish to be a politician who can change Indonesia better,” ujarnya mantap.

Terhadap presentasi siswa, Mr. Eric menyatakan, “Excellent.” Kata tersebut merepresentasikan sebuah kebanggaan atas kinerja siswa-siswi. Pada akhir pertemuan, berlangsung diskusi antara tim USAID, kepala sekolah, Kabid Dikdas Dinas Pendidikan Kota Bogor (Hj. Yayah Warsiah, M.Pd) Dinas Pendidikan Kota Bogor yang ikut dalam kunjungan menyampaikan bahwa pembelajaran di SMPN 8 amatlah menarik dan bermakna. Ia menghimbau sekolah-sekolah di Bogor baik negeri maupun swasta untuk mereplikasi model tersebut. (Yti/Din)

Wakil Gubernur (Wagub) Aceh, Muzakir Manaf akan

memfokuskan pembangunan pendidikan di Aceh pada bidang mutu. Terutama meningkatkan

kualitas pembelajaran di sekolah. ”Mulai tahun ini kita harus fokus

pada mutu pembelajaran di sekolah, baik untuk murid maupun

guru,” ungkap Mualem, sapaan akrab Muzakir Manaf.

�Banda Aceh. Pada peluncuran

program USAID PRIORITAS di Aceh (21/11) Wakil Gubernur Aceh menyatakan bahwa Provinsi Aceh sangat berkepentingan dan mengharapkan semua pihak turut mendukung pelaksanaan program USAID PRIORITAS, “Ketika Pemerintah dan USAID memutuskan Aceh sebagai salah satu sasaran program PRIORITAS, tentu saja Pemerintah Aceh menyambut dengan antusias,” jelas Wagub.

�Antusias tersebut bukanlah tanpa alasan. Hasil pemaparan Bappeda Aceh tentang Rancangan RPJM Aceh tahun 2012 sektor pendidikan menunjukkan bahwa mutu pendidikan dan kualitas sumber daya manusia di Aceh masih rendah. Salah satunya dapat dilihat dari peringkat lulusan pendidikan menengah yang memasuki perguruan tinggi tahun 2011 yang menunjukkan Aceh berada pada peringkat 31 untuk kelompok IPA dan peringkat 25 untuk kelompok IPS dari 34 Provinsi di Indonesia.

Selain itu, hasil uji kompetensi guru tahun 2012, provinsi Aceh menempati urutan yang ke 28 dan tentu saja ini menjadi bahan pertimbangan bagi

pemerintah Aceh dalam menyusun RPJM hingga 2017. “Jangan kita selalu berpikir membangun fisik. Ada hal yang utama yang menjadi tanggung jawab kita saat ini, yaitu mutu pendidikan yang lebih baik untuk masa depan anak- anak Aceh,” tegas wakil Gubernur,

“Dinas Pendidikan harus fokus pada peningkatan mutu, sedangkan menyangkut bangunan sekolah itu akan ditangani oleh PU (Dinas Pekerjaan Umum) saja!” lanjut Mualem.

�Di Provinsi Aceh, USAID PRIORITAS akan mengembangkan daerah mitra DBE yaitu Kota Banda

Aceh, Aceh Besar, Pidie, Bireuen dan Aceh Tengah serta 2 kabupaten mitra tahun pertama yaitu Bener Meriah dan Aceh Jaya. USAID PRIORITAS di Aceh akan menambah 6 daerah mitranya pada tahun kedua program ini dijalankan.

�Memenuhi instruksi Wakil Gubernur, Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Aceh, Drs. Anas M. Adam menyatakan dukungan dan kesiapan jajarannya untuk bekerja sama dengan program PRIORITAS, “Kami menyambut baik dan siap bekerja sama dengan program yang digagas USAID, karena yang digulirkan lembaga itu sejalan dengan program dinas pendidikan provinsi dan kabupaten,” ujar Anas.

Anas juga menyambut baik dengan akan dilatihnya fasilitator daerah disetiap kabupaten, “Fasilitator daerah sangat penting, karena dapat menjadi aset daerah dan akan terus melanjutkan program peningkatan mutu setelah USAID PRIORITAS menyelesaikan programnya,” harap Anas.

�Harapan Mualem dan Anas didukung pula oleh semua stakeholder pendidikan dari perwakilan kabupaten/kota dan provinsi yang hadir pada saat peluncuran program USAID PRIORITAS. Mereka yakin program ini dapat memberikan kontribusi yang cukup berarti bagi peningkatan mutu pembelajaran di Aceh, “Kami siap mendukung program ini,” tegas Bardan Sahidi komisi pendidikan DPRD Aceh Tengah. (Tmk)

Wagub Aceh: Utamakan Mutu Pembelajaran

Foto dari kiri: Penandatanganan Kerangka Acuan Kerja (KAK) di Banda Aceh, Foto bersama Direktur Program USAID PRIORITAS, Stuart Weston; Rektor IAIN Ar-Raniry, Prof. Dr. H. Farid Wajdi Ibrahim, M.A.; Wakil Gubernur Aceh, Muzakir Manaf; Bupati Bireuen, H. Ruslan M. Daud; Wakil Bupati Pidie, M. Iriawan, SE dan Deputi Pendidikan USAID INDONESIA, Dr. Lawrence Dolan. Pemukulan Rapa’i Geleng menandakan peluncuran program USAID PRIORITAS di Aceh.

Banda Aceh. TKPPA atau Tim Koordinasi Pembangunan Pendidikan Aceh bersama seluruh stakeholder pendidikan tingkat provinsi dan lembaga donor pendidikan di Aceh kembali mengadakan pertemuan rutin koordinasi yang dihadiri langsung oleh Gubernur Aceh Dr. Zaini Abdullah (16/10). Selama ini pertemuan TKPPA sangat strategis dan produktif. Tahun 2012, TKPPA berhasil mendorong dikeluarkannya kebijakan Gubernur Aceh tentang percepatan penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM), petunjuk teknis equity strategy, Pergub tentang pendidikan inklusi, dan Pergub tentang PAUD. TKPPA memungkinkan antar lembaga untuk saling berkoordinasi sehingga tidak terjadi tumpang tindih program. Antarlembaga donor dapat saling berbagi informasi praktik baik yang dilakukan.

Pada kesempatan itu, Gubernur Aceh menginstruksikan 6 hal yang perlu dilaksanakan TKPPA yaitu: 1) menjalankan tugasnya untuk memajukan pendidikan di Aceh, 2) membuat seminar pendidikan untuk mengumpulkan masukan dan ide dari masyarakat, 3) menyusun strategi penerapan pendidikan yang Islami, 4) menyusun strategi untuk peningkatan mutu pendidikan, 5) Bappeda melakukan koordinasi dan meneliti program dari kabupaten/kota agar sesuai dengan RPJM Pendidikan dan Renstra Pendidikan Aceh, dan 6) Membuat suatu kajian mengenai pola pembinaan dan pengembangan guru sesuai dengan kondisi ril saat ini. (Tmk)

Terpadunya Koordinasi Stakeholder Pendidikan

4 - Prioritas Pendidikan: Edisi 1/ Oktober - Desember/ 2012 Prioritas Pendidikan: Edisi 1/ Oktober - Desember/ 2012 - 5

Page 5: Edisi 1 PRIORITAS PENDIDIKANMisalnya, keberhasilan implementasi MBS di SDN Sedati Gede 2, Sidoarjo, Jawa Timur, yang berhasil menciptakan akuntabilitas dalam pengelolaan sekolah yang

PRIORITAS - Nasional PRIORITAS - Provinsi Aceh

Jakarta. “DBE adalah program yang bisa dikatakan luar biasa sukses. Program ini juga ternyata sejalan dengan Pemerintah Indonesia yang berfokus pada peningkatan profesionalisme guru, sertifikasi guru, dan penguatan kapasitas lembaga pelatihan guru,” kata Dr. David P. Evans, peneliti independen JBS International pada acara Lokakarya Evaluasi Tahap Akhir Program DBE (Decentraliced Basic Education) (12/10). David ditunjuk menjadi koordinator Evaluasi Tahap Akhir DBE yang dilaksanakan bersama tim akademisi dari Indonesia.

Lokakarya tersebut memaparkan hasil evaluasi pelaksanaan program DBE. Lokakarya juga membahas upaya USAID bersama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), Kementerian Agama (Kemenag) dan Kementerian Koordinator bidang Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) untuk mengatasi kelemahan yang ditemukan, serta menjaga keberhasilan yang telah dicapai.

Menurut Dr. M. Basri Wello salah seorang anggota peneliti, program DBE secara nyata telah berhasil mengembangkan kapasitas manajemen dan tata kelola layanan pendidikan dari Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan Sekolah/Madrasah, serta meningkatkan kualitas pembelajaran di SD/MI dan SMP/MTs. ”Tetapi, disayangkan, dampak dari peningkatan kapasitas ini terbentur pada kebijakan rotasi pegawai yang menempati personel kunci seperti kepala sekolah,” kata dosen Universitas Negeri Makassar (UNM) itu.

Program DBE berjalan dari tahun 2005-2011yang bermitra dengan 72 kabupaten/kota di tujuh provinsi di Indonesia, yaitu: Aceh, Sumatera Utara, Banten, Jawa barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan. Tujuan dari program ini adalah peningkatan kualitas pengajaran dan pembelajaran SD/MI dan SMP/MTs melalui kegiatan belajar yang aktif, kontekstual dan relevan. DBE juga mendukung perencanaan dan penganggaran di sekolah/ madrasah dan kabupaten/ kota yang akuntabel, transparan dan partisipatif, yang dicapai melalui: pelatihan bagi kepala dan komite sekolah/ madrasah tentang kepemimpinan dan teknik manajemen berbasis sekolah; dan menyediakan metode dan alat perencanaan, penganggaran, manajemen sarana prasarana, dan manajemen sumber daya manusia bagi dinas pendidikan kabupaten/ kota. Di akhir program, DBE telah memberikan manfaat langsung bagi 1.476 sekolah, 57.400 pendidik, dan 480.000 siswa. Selain itu ada 84 kabupaten/kota dan 30.000 sekolah yang mendiseminasikan praktik yang baik dari DBE ini dengan menggunakan anggaran dan sumber daya sendiri.

Walau pencapaian DBE sudah luar biasa, akan tetapi masih banyak kesempatan yang belum tercapai. Sebagai contoh, sekolah yang telah berhasil berkembang kehilangan momentumnya akibat kepala sekolah yang dulu digantikan oleh kepala sekolah lain yang tidak memperoleh dukungan dan pemahaman program DBE. Di sekolah lain, pembelajaran aktif menjadi memudar karena guru senantiasa memerlukan dukungan dalam bentuk pelatihan/penyegaran untuk menjaga kemampuan mereka menyelenggarakan pembelajaran aktif.

Di tempat lain, dukungan masyarakat ke sekolah juga mengalami penurunan, dan perencanaan sekolah hanya dilakukan sekedarnya, karena masyarakat menganggap bahwa “pendidikan gratis”, setelah diperkenalkanya Bantuan Operasional Sekolah. Selain itu, koordinasi antar dan dalam komponen program DBE, juga dengan Pemerintah Indonesia juga perlu ditingkatkan.

(Anw)

Evaluasi Tahap Akhir Program DBE

Eric Postel Nilai ”Excellent” Pembelajaran di SMPN 8 Bogor

Bogor. Eric Postel, Assistant Administrator USAID, berkunjung ke SMPN 8 Bogor, untuk melihat lebih dekat aktivitas pembelajaran di sekolah mitra DBE dan sekarang menjadi mitra USAID PRIORITAS (30/10). Kunjungan dilakukan ke kelas-kelas, laboratorium, dan perpustakaan. Kelas IPA menjadi kelas kunjungan pertama. Para siswa tampak aktif melakukan percobaan asam dan basa

SMPN2 Musuk, salah satu sekolah mitra DBE di Jawa Tengah tetap melestarikan pembelajaran aktif di sekolah.

Eric Postel (tengah) mengajak diskusi siswa SMPN 8 Bogor.

dengan bahan yang sederhana dan mudah didapatkan. Diskusi antarkelompok pun berlangsung membahas hasil temuan mereka.

Di kelas pembelajaran bahasa Inggris, beberapa siswa tampak menyampaikan pengalaman belajar dan cita-citanya dalam bahasa Inggris. Muhammad Irfan, salah seorang siswa kelas 9 yang tahun ini menjadi duta Jawa Barat dalam Olimpiade Fisika

tingkat nasional, bertutur, “I like the ways my teachers teach us. The process of learning keeps me enthusiastic and relaxed.”Andini, siswa kelas VIII juga menuturkan pengalaman dan cita-citanya dalam bahasa Inggris. “I wish to be a politician who can change Indonesia better,” ujarnya mantap.

Terhadap presentasi siswa, Mr. Eric menyatakan, “Excellent.” Kata tersebut merepresentasikan sebuah kebanggaan atas kinerja siswa-siswi. Pada akhir pertemuan, berlangsung diskusi antara tim USAID, kepala sekolah, Kabid Dikdas Dinas Pendidikan Kota Bogor (Hj. Yayah Warsiah, M.Pd) Dinas Pendidikan Kota Bogor yang ikut dalam kunjungan menyampaikan bahwa pembelajaran di SMPN 8 amatlah menarik dan bermakna. Ia menghimbau sekolah-sekolah di Bogor baik negeri maupun swasta untuk mereplikasi model tersebut. (Yti/Din)

Wakil Gubernur (Wagub) Aceh, Muzakir Manaf akan

memfokuskan pembangunan pendidikan di Aceh pada bidang mutu. Terutama meningkatkan

kualitas pembelajaran di sekolah. ”Mulai tahun ini kita harus fokus

pada mutu pembelajaran di sekolah, baik untuk murid maupun

guru,” ungkap Mualem, sapaan akrab Muzakir Manaf.

�Banda Aceh. Pada peluncuran

program USAID PRIORITAS di Aceh (21/11) Wakil Gubernur Aceh menyatakan bahwa Provinsi Aceh sangat berkepentingan dan mengharapkan semua pihak turut mendukung pelaksanaan program USAID PRIORITAS, “Ketika Pemerintah dan USAID memutuskan Aceh sebagai salah satu sasaran program PRIORITAS, tentu saja Pemerintah Aceh menyambut dengan antusias,” jelas Wagub.

�Antusias tersebut bukanlah tanpa alasan. Hasil pemaparan Bappeda Aceh tentang Rancangan RPJM Aceh tahun 2012 sektor pendidikan menunjukkan bahwa mutu pendidikan dan kualitas sumber daya manusia di Aceh masih rendah. Salah satunya dapat dilihat dari peringkat lulusan pendidikan menengah yang memasuki perguruan tinggi tahun 2011 yang menunjukkan Aceh berada pada peringkat 31 untuk kelompok IPA dan peringkat 25 untuk kelompok IPS dari 34 Provinsi di Indonesia.

Selain itu, hasil uji kompetensi guru tahun 2012, provinsi Aceh menempati urutan yang ke 28 dan tentu saja ini menjadi bahan pertimbangan bagi

pemerintah Aceh dalam menyusun RPJM hingga 2017. “Jangan kita selalu berpikir membangun fisik. Ada hal yang utama yang menjadi tanggung jawab kita saat ini, yaitu mutu pendidikan yang lebih baik untuk masa depan anak- anak Aceh,” tegas wakil Gubernur,

“Dinas Pendidikan harus fokus pada peningkatan mutu, sedangkan menyangkut bangunan sekolah itu akan ditangani oleh PU (Dinas Pekerjaan Umum) saja!” lanjut Mualem.

�Di Provinsi Aceh, USAID PRIORITAS akan mengembangkan daerah mitra DBE yaitu Kota Banda

Aceh, Aceh Besar, Pidie, Bireuen dan Aceh Tengah serta 2 kabupaten mitra tahun pertama yaitu Bener Meriah dan Aceh Jaya. USAID PRIORITAS di Aceh akan menambah 6 daerah mitranya pada tahun kedua program ini dijalankan.

�Memenuhi instruksi Wakil Gubernur, Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Aceh, Drs. Anas M. Adam menyatakan dukungan dan kesiapan jajarannya untuk bekerja sama dengan program PRIORITAS, “Kami menyambut baik dan siap bekerja sama dengan program yang digagas USAID, karena yang digulirkan lembaga itu sejalan dengan program dinas pendidikan provinsi dan kabupaten,” ujar Anas.

Anas juga menyambut baik dengan akan dilatihnya fasilitator daerah disetiap kabupaten, “Fasilitator daerah sangat penting, karena dapat menjadi aset daerah dan akan terus melanjutkan program peningkatan mutu setelah USAID PRIORITAS menyelesaikan programnya,” harap Anas.

�Harapan Mualem dan Anas didukung pula oleh semua stakeholder pendidikan dari perwakilan kabupaten/kota dan provinsi yang hadir pada saat peluncuran program USAID PRIORITAS. Mereka yakin program ini dapat memberikan kontribusi yang cukup berarti bagi peningkatan mutu pembelajaran di Aceh, “Kami siap mendukung program ini,” tegas Bardan Sahidi komisi pendidikan DPRD Aceh Tengah. (Tmk)

Wagub Aceh: Utamakan Mutu Pembelajaran

Foto dari kiri: Penandatanganan Kerangka Acuan Kerja (KAK) di Banda Aceh, Foto bersama Direktur Program USAID PRIORITAS, Stuart Weston; Rektor IAIN Ar-Raniry, Prof. Dr. H. Farid Wajdi Ibrahim, M.A.; Wakil Gubernur Aceh, Muzakir Manaf; Bupati Bireuen, H. Ruslan M. Daud; Wakil Bupati Pidie, M. Iriawan, SE dan Deputi Pendidikan USAID INDONESIA, Dr. Lawrence Dolan. Pemukulan Rapa’i Geleng menandakan peluncuran program USAID PRIORITAS di Aceh.

Banda Aceh. TKPPA atau Tim Koordinasi Pembangunan Pendidikan Aceh bersama seluruh stakeholder pendidikan tingkat provinsi dan lembaga donor pendidikan di Aceh kembali mengadakan pertemuan rutin koordinasi yang dihadiri langsung oleh Gubernur Aceh Dr. Zaini Abdullah (16/10). Selama ini pertemuan TKPPA sangat strategis dan produktif. Tahun 2012, TKPPA berhasil mendorong dikeluarkannya kebijakan Gubernur Aceh tentang percepatan penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM), petunjuk teknis equity strategy, Pergub tentang pendidikan inklusi, dan Pergub tentang PAUD. TKPPA memungkinkan antar lembaga untuk saling berkoordinasi sehingga tidak terjadi tumpang tindih program. Antarlembaga donor dapat saling berbagi informasi praktik baik yang dilakukan.

Pada kesempatan itu, Gubernur Aceh menginstruksikan 6 hal yang perlu dilaksanakan TKPPA yaitu: 1) menjalankan tugasnya untuk memajukan pendidikan di Aceh, 2) membuat seminar pendidikan untuk mengumpulkan masukan dan ide dari masyarakat, 3) menyusun strategi penerapan pendidikan yang Islami, 4) menyusun strategi untuk peningkatan mutu pendidikan, 5) Bappeda melakukan koordinasi dan meneliti program dari kabupaten/kota agar sesuai dengan RPJM Pendidikan dan Renstra Pendidikan Aceh, dan 6) Membuat suatu kajian mengenai pola pembinaan dan pengembangan guru sesuai dengan kondisi ril saat ini. (Tmk)

Terpadunya Koordinasi Stakeholder Pendidikan

4 - Prioritas Pendidikan: Edisi 1/ Oktober - Desember/ 2012 Prioritas Pendidikan: Edisi 1/ Oktober - Desember/ 2012 - 5

Page 6: Edisi 1 PRIORITAS PENDIDIKANMisalnya, keberhasilan implementasi MBS di SDN Sedati Gede 2, Sidoarjo, Jawa Timur, yang berhasil menciptakan akuntabilitas dalam pengelolaan sekolah yang

PRIORITAS - Provinsi Sumatra Utara PRIORITAS - Provinsi Banten

Medan. Direktur Pendidikan USAID, Margaret Sancho memberikan penghargaan kepada Plt. Gubernur Sumatera Utara (Gubsu), H. Gatot Pujo Nugroho ST atas komitmen meningkatkan mutu pendidikan dasar melalui replikasi Program USAID DBE (Decentralized Basic Education) keseluruh kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara. Penghargaan tersebut diberikan dalam acara Peluncuran Program USAID PRIORITAS Provinsi Sumatera Utara di Hotel Aryaduta, Medan (14/11).

Margaret Sancho menyebut, USAID sangat mengapresiasi komiten Gubsu untuk meningkatan mutu pendidikan dasar dan memanfaatkan program DBE. Selama tahun 2011-2012, Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (Pemprovsu) telah menggunakan anggaran provinsi sebesar Rp.4,5 milyar untuk melatih 1.020 guru dengan menggunakan tenaga pelatih dan modul-modul pelatihan DBE. Pelatihan itu memberikan manfaat langsung kepada sekitar 32.640 siswa di 33 kabupaten/ kota.

Konsul Amerika Serikat (AS) untuk Pulau Sumatra, Kathryn A. Crockart memuji komitmen Gubsu meningkatkan kualitas pendidikan dasar. Konsul AS mengatakan bahwa penyediaan pendidikan dasar berkualitas membutuhkan komitmen kuat. Pemerintah tidak boleh puas dan berhenti dengan sistem pendidikan yang sudah ada. Pendidikan terus

berkembang. Selalu ada ruang untuk melakukan hal yang lebih baik.”Hal ini dapat dicapai melalui kerja sama. Seperti kemitraan dengan pemerintah nasional dan daerah, antara orang tua dan siswa dan guru, serta kemitraan antar negara,” ungkap Kathryn A. Crockart.

Plt. Gubsu berterima kasih dan menyambut gembira penghargaan yang diberikan USAID. Menurut Plt. Gubsu, membangun pendidikan berkualitas tidaklah cukup dengan hanya menyediakan sarana fisik. Pendidikan berkualitas membutuhkan dukungan sistem manajemen dan sumber daya manusia yang handal.

Lebih Lanjut Plt. Gubsu menekannya pentingnya kerjasama dan kemitraan dengan semua pihak. Pemprovsu tidak dapat bekerja sendirian dalam membangun dunia pendidikan. Pemprovsu membutuhkan dukungan

dari semua pihak, baik dari masyarakat, swasta dan negara-negara donor. ”Kontribusi semua pihak sangat dihargai. Karena itu Pemprovsu sangat terbuka dan menyambut gembira kemitraan bersama United State Agency for International Development (USAID) ini,” kata Gatot Pujo Nugroho.

Plt.Gubsu dalam konferensi pers mendorong kabupaten/kota menyebarluaskan praktik baik hasil program DBE dan USAID PRIORITAS. Menurut Plt. Gubsu semakin banyak yang mendapatkan pelatihan maka mutu pendidikan akan semakin baik. ”Media juga harus aktif mengingatkan

kabupaten/kota mitra USAID PRIORITAS untuk mereplikasi dan menyebarkan hasil-hasil baik pelatihan,” ungkap Plt Gubsu itu. (Eh)

USAID Berikan Penghargaan Kepada Plt Gubernur Sumatra Utara

KEMITRAAN USAID di Provinsi Sumatera Utara di bidang pendidikan dasar telah

dimulai sejak tahun 2005 melalui program Decentralized Basic Education (DBE).

Selama 2005 – 2011, Program DBE USAID telah berhasil meningkatkan kapasitas 2.121

orang guru di 236 sekolah (SD, SMP dan Madrasah) dan memberikan manfaat

langsung kepada sekitar 50.000 siswa di 8 kabupaten/kota mitra DBE di Provinsi

Sumatera Utara. Secara mandiri program DBE disebarluasakan oleh 16

kabupaten/kota dengan menggunakan dana APBD dan BOS sebesar Rp 2,6 milyar untuk melatih 5.161 tenaga pendidik.

Diseminasi DBE

Plt Gubernur Sumatra Utara mendapatkan penghargaan USAID atas komitmennya meningkatkan mutu pendidikan dasar melalui replikasi Program DBE di Sumatra Utara. Penghargaan tersebut diberikan oleh Margaret Sancho Direktur Pendidikan USAID.

STUDI awal di tingkat provinsi menghasilkan rekomendasi penguatan koordinasi sektor pendidikan. Sebagai rencana tindak lanjut, stakeholders bidang pendidikan sepakat menjadwalkan FGD (Focus Group Discussion) rutin. FGD akan mendiskusikan, memonitoring dan mengevaluasi perkembangan program USAID PRIORITAS.

Sekretaris Dinas Pendidikan Provsu (Sekdisdiksu) Drs. Bahaudin Manik berharap studi awal ini dapat membantu Disdiksu mencapai beberapa indikator keberhasilan pendidikan yang sudah ditetapkan secara nasional.” Ada tujuh target secara nasional dan internasional yang dibebankan kepada provinsi. Tujuh target ini menjadi ukuran keberhasilan pendidikan. Kami berharap USAID PRIORITAS bisa membantu provinsi Sumut mencapai target

tersebut,”ungkap Bahaudin Manik.Selain di tingkat provinsi, studi sejenis juga dilakukan di

tiga kabupaten/kota baru mitra USAID PRIORITAS yaitu Medan, Labuhan Batu dan Nias Selatan. Menurut Agus Prayitno, Whole School Development (WSD) Specialist USAID PRIORITAS, studi awal bertujuan mendapatkan gambaran nyata kondisi pendidikan di distrik mitra. ”Hasil studi ini akan menjadi ukuran titik berangkat program,” jelas Agus Prayitno. Selama menjalankan studi awal, tim USAID PRIORITAS melakukan kunjungan lapangan dan melakukan diskusi dengan Dinas Pendidikan, Ka. UPT, KCD, Kemenag, Guru, Pengawas, Bappeda, BKD dan Dewan Pendidikan. Informasi yang didapatkan kemudian dianalisis dan dipresentasikan agar menjadi kesepakatan bersama.

(Eh)

Stakeholder Provinsi Sepakati FGD Rutin

“Ada wacana menarik, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan akan

mengubah kurikulum (di tahun) 2013. Ini merupakan masukan dari

program-program seperti (USAID PRIORITAS) ini. Jenjang pendidikan

sekarang sudah mencapai tingkat global,” ujar Wagub Banten.

Serang - Wakil Gubernur (Wagub) Banten, H. Rano Karno, meresmikan program USAID PRIORITAS di Ratu Bidakara Hotel, hari Selasa, 4 Desember 2012 ini. Dalam sambutannya, Wagub Rano Karno menyatakan dukungannya terhadap upaya peningkatan kualitas tenaga pendidik untuk tingkat sekolah dasar dan sekolah menengah pertama. “Pemerintah harus konsisten dalam

kebijakan pendidikan, anggaran 20 persen APBD harus benar-benar langsung dialokasikan ke peserta didik. Artinya, gaji guru tidak termasuk anggaran sebesar 20 persen tadi,” ujar mantan aktor peraih Citra yang terjun ke bidang politik tersebut.

Wagub Rano mengakui bahwa

dunia pendidikan Indonesia sedikit tertinggal dibanding luar negeri. “Kalau nggak di-adopt, kita akan tertinggal. Tentu saja kita tidak boleh meninggalkan konten lokal,” imbuhnya sembari mengingatkan bahwa ada kearifan-kearifan lokal yang bisa sangat bermanfaat dalam memperkaya khazanah pendidikan dasar, seperti misalnya permainan congklak.

Direktur Misi USAID Indonesia, Andrew Sisson, yang hadir dalam kegiatan peluncuran di Banten, menegaskan bahwa Program PRIORITAS merupakan program bantuan teknis atas dasar kemitraan komprehensif antara Pemerintah Amerika Serikat dan Pemerintah Indonesia. Dikatakan

peluncuran program bantuan pendidikan di Provinsi Banten ini merupakan bagian dari program pendidikan USAID senilai US$ 83,7 juta yang akan meningkatkan mutu pendidikan di 10 provinsi. “Tujuannya untuk meningkatkan kerjasama dalam mempererat hubungan antar kedua negara, khususnya melalui peningkatan mutu pendidikan di Indonesia,” katanya.

Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Banten, Drs. Hudaya Latuconsina menegaskan bahwa bantuan pendidikan via program USAID PRIORITAS akan terfokus pada peningkatan standar kompetensi tenaga pendidik dan bukannya bantuan berupa uang. Program USAID PRIORITAS yang akan dilaksanakan selama 5 tahun di Provinsi Banten akan bekerja di 5 kabupaten/kota, yaitu Kota Cilegon, Kota Tangerang, Kabupaten Serang, Kabupaten Lebak, dan Kabupaten Pandeglang. Tiga wilayah lain akan menyusul di tahun kedua, yaitu Kota Serang, Kota Tangerang Selatan, dan Kabupaten Tangerang.

Dalam meningkatkan kompetensi tenaga pengajar tingkat SD dan SMP dan madrasah, USAID PRIORITAS Banten akan bekerjasama dengan Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dan IAIN Sultan Maulana Hasanuddin Serang.

(Nic)

Wakil Gubernur Rano Karno: Adaptasi Pendidikan Berkualitas Global

Wagub Banten Rano Karno meresmikan program USAID PRIORITAS di Provinsi Banten, didampingi oleh Direktur Misi USAID, Andrew Sisson.

BAYAH merupakan kecamatan terpencil di Selatan Banten. Di lingkungan yang cukup terpencil itu, kini para siswa SMP/MTs mitra DBE menikmati keceriaan belajar kooperatif dan kontekstual. Mereka mendayagunakan lingkungan alam Bayah untuk aktif dalam proses pembelajaran efektif.

Mereka merajut masa depannya dengan penuh optimisme di bawah fasilitasi para guru dampingan DBE. Mereka memanfaatkan setiap potensi daerah sebagai media belajar, baik dalam ruang kelas maupun di alam terbuka. Praktik yang baik ini akan disebarluaskan melalui program USAID PRIORITAS di Banten.

(Nic/Ddn)

Keceriaan Belajar di SMPN dan MTsN Bayah, Lebak, Banten

Walaupun berada di daerah terpencil, proses pembelajaran aktif yang kontekstual juga dapat berlangsung secara efektif, seperti di SMPN dan MTsN Bayak, Lebak, Banten. Praktik yang baik ini perlu dikembangkan dan disebarluaskan.

6 - Prioritas Pendidikan: Edisi 1/ Oktober - Desember/ 2012 Prioritas Pendidikan: Edisi 1/ Oktober - Desember/ 2012 - 7

Page 7: Edisi 1 PRIORITAS PENDIDIKANMisalnya, keberhasilan implementasi MBS di SDN Sedati Gede 2, Sidoarjo, Jawa Timur, yang berhasil menciptakan akuntabilitas dalam pengelolaan sekolah yang

PRIORITAS - Provinsi Sumatra Utara PRIORITAS - Provinsi Banten

Medan. Direktur Pendidikan USAID, Margaret Sancho memberikan penghargaan kepada Plt. Gubernur Sumatera Utara (Gubsu), H. Gatot Pujo Nugroho ST atas komitmen meningkatkan mutu pendidikan dasar melalui replikasi Program USAID DBE (Decentralized Basic Education) keseluruh kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara. Penghargaan tersebut diberikan dalam acara Peluncuran Program USAID PRIORITAS Provinsi Sumatera Utara di Hotel Aryaduta, Medan (14/11).

Margaret Sancho menyebut, USAID sangat mengapresiasi komiten Gubsu untuk meningkatan mutu pendidikan dasar dan memanfaatkan program DBE. Selama tahun 2011-2012, Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (Pemprovsu) telah menggunakan anggaran provinsi sebesar Rp.4,5 milyar untuk melatih 1.020 guru dengan menggunakan tenaga pelatih dan modul-modul pelatihan DBE. Pelatihan itu memberikan manfaat langsung kepada sekitar 32.640 siswa di 33 kabupaten/ kota.

Konsul Amerika Serikat (AS) untuk Pulau Sumatra, Kathryn A. Crockart memuji komitmen Gubsu meningkatkan kualitas pendidikan dasar. Konsul AS mengatakan bahwa penyediaan pendidikan dasar berkualitas membutuhkan komitmen kuat. Pemerintah tidak boleh puas dan berhenti dengan sistem pendidikan yang sudah ada. Pendidikan terus

berkembang. Selalu ada ruang untuk melakukan hal yang lebih baik.”Hal ini dapat dicapai melalui kerja sama. Seperti kemitraan dengan pemerintah nasional dan daerah, antara orang tua dan siswa dan guru, serta kemitraan antar negara,” ungkap Kathryn A. Crockart.

Plt. Gubsu berterima kasih dan menyambut gembira penghargaan yang diberikan USAID. Menurut Plt. Gubsu, membangun pendidikan berkualitas tidaklah cukup dengan hanya menyediakan sarana fisik. Pendidikan berkualitas membutuhkan dukungan sistem manajemen dan sumber daya manusia yang handal.

Lebih Lanjut Plt. Gubsu menekannya pentingnya kerjasama dan kemitraan dengan semua pihak. Pemprovsu tidak dapat bekerja sendirian dalam membangun dunia pendidikan. Pemprovsu membutuhkan dukungan

dari semua pihak, baik dari masyarakat, swasta dan negara-negara donor. ”Kontribusi semua pihak sangat dihargai. Karena itu Pemprovsu sangat terbuka dan menyambut gembira kemitraan bersama United State Agency for International Development (USAID) ini,” kata Gatot Pujo Nugroho.

Plt.Gubsu dalam konferensi pers mendorong kabupaten/kota menyebarluaskan praktik baik hasil program DBE dan USAID PRIORITAS. Menurut Plt. Gubsu semakin banyak yang mendapatkan pelatihan maka mutu pendidikan akan semakin baik. ”Media juga harus aktif mengingatkan

kabupaten/kota mitra USAID PRIORITAS untuk mereplikasi dan menyebarkan hasil-hasil baik pelatihan,” ungkap Plt Gubsu itu. (Eh)

USAID Berikan Penghargaan Kepada Plt Gubernur Sumatra Utara

KEMITRAAN USAID di Provinsi Sumatera Utara di bidang pendidikan dasar telah

dimulai sejak tahun 2005 melalui program Decentralized Basic Education (DBE).

Selama 2005 – 2011, Program DBE USAID telah berhasil meningkatkan kapasitas 2.121

orang guru di 236 sekolah (SD, SMP dan Madrasah) dan memberikan manfaat

langsung kepada sekitar 50.000 siswa di 8 kabupaten/kota mitra DBE di Provinsi

Sumatera Utara. Secara mandiri program DBE disebarluasakan oleh 16

kabupaten/kota dengan menggunakan dana APBD dan BOS sebesar Rp 2,6 milyar untuk melatih 5.161 tenaga pendidik.

Diseminasi DBE

Plt Gubernur Sumatra Utara mendapatkan penghargaan USAID atas komitmennya meningkatkan mutu pendidikan dasar melalui replikasi Program DBE di Sumatra Utara. Penghargaan tersebut diberikan oleh Margaret Sancho Direktur Pendidikan USAID.

STUDI awal di tingkat provinsi menghasilkan rekomendasi penguatan koordinasi sektor pendidikan. Sebagai rencana tindak lanjut, stakeholders bidang pendidikan sepakat menjadwalkan FGD (Focus Group Discussion) rutin. FGD akan mendiskusikan, memonitoring dan mengevaluasi perkembangan program USAID PRIORITAS.

Sekretaris Dinas Pendidikan Provsu (Sekdisdiksu) Drs. Bahaudin Manik berharap studi awal ini dapat membantu Disdiksu mencapai beberapa indikator keberhasilan pendidikan yang sudah ditetapkan secara nasional.” Ada tujuh target secara nasional dan internasional yang dibebankan kepada provinsi. Tujuh target ini menjadi ukuran keberhasilan pendidikan. Kami berharap USAID PRIORITAS bisa membantu provinsi Sumut mencapai target

tersebut,”ungkap Bahaudin Manik.Selain di tingkat provinsi, studi sejenis juga dilakukan di

tiga kabupaten/kota baru mitra USAID PRIORITAS yaitu Medan, Labuhan Batu dan Nias Selatan. Menurut Agus Prayitno, Whole School Development (WSD) Specialist USAID PRIORITAS, studi awal bertujuan mendapatkan gambaran nyata kondisi pendidikan di distrik mitra. ”Hasil studi ini akan menjadi ukuran titik berangkat program,” jelas Agus Prayitno. Selama menjalankan studi awal, tim USAID PRIORITAS melakukan kunjungan lapangan dan melakukan diskusi dengan Dinas Pendidikan, Ka. UPT, KCD, Kemenag, Guru, Pengawas, Bappeda, BKD dan Dewan Pendidikan. Informasi yang didapatkan kemudian dianalisis dan dipresentasikan agar menjadi kesepakatan bersama.

(Eh)

Stakeholder Provinsi Sepakati FGD Rutin

“Ada wacana menarik, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan akan

mengubah kurikulum (di tahun) 2013. Ini merupakan masukan dari

program-program seperti (USAID PRIORITAS) ini. Jenjang pendidikan

sekarang sudah mencapai tingkat global,” ujar Wagub Banten.

Serang - Wakil Gubernur (Wagub) Banten, H. Rano Karno, meresmikan program USAID PRIORITAS di Ratu Bidakara Hotel, hari Selasa, 4 Desember 2012 ini. Dalam sambutannya, Wagub Rano Karno menyatakan dukungannya terhadap upaya peningkatan kualitas tenaga pendidik untuk tingkat sekolah dasar dan sekolah menengah pertama. “Pemerintah harus konsisten dalam

kebijakan pendidikan, anggaran 20 persen APBD harus benar-benar langsung dialokasikan ke peserta didik. Artinya, gaji guru tidak termasuk anggaran sebesar 20 persen tadi,” ujar mantan aktor peraih Citra yang terjun ke bidang politik tersebut.

Wagub Rano mengakui bahwa

dunia pendidikan Indonesia sedikit tertinggal dibanding luar negeri. “Kalau nggak di-adopt, kita akan tertinggal. Tentu saja kita tidak boleh meninggalkan konten lokal,” imbuhnya sembari mengingatkan bahwa ada kearifan-kearifan lokal yang bisa sangat bermanfaat dalam memperkaya khazanah pendidikan dasar, seperti misalnya permainan congklak.

Direktur Misi USAID Indonesia, Andrew Sisson, yang hadir dalam kegiatan peluncuran di Banten, menegaskan bahwa Program PRIORITAS merupakan program bantuan teknis atas dasar kemitraan komprehensif antara Pemerintah Amerika Serikat dan Pemerintah Indonesia. Dikatakan

peluncuran program bantuan pendidikan di Provinsi Banten ini merupakan bagian dari program pendidikan USAID senilai US$ 83,7 juta yang akan meningkatkan mutu pendidikan di 10 provinsi. “Tujuannya untuk meningkatkan kerjasama dalam mempererat hubungan antar kedua negara, khususnya melalui peningkatan mutu pendidikan di Indonesia,” katanya.

Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Banten, Drs. Hudaya Latuconsina menegaskan bahwa bantuan pendidikan via program USAID PRIORITAS akan terfokus pada peningkatan standar kompetensi tenaga pendidik dan bukannya bantuan berupa uang. Program USAID PRIORITAS yang akan dilaksanakan selama 5 tahun di Provinsi Banten akan bekerja di 5 kabupaten/kota, yaitu Kota Cilegon, Kota Tangerang, Kabupaten Serang, Kabupaten Lebak, dan Kabupaten Pandeglang. Tiga wilayah lain akan menyusul di tahun kedua, yaitu Kota Serang, Kota Tangerang Selatan, dan Kabupaten Tangerang.

Dalam meningkatkan kompetensi tenaga pengajar tingkat SD dan SMP dan madrasah, USAID PRIORITAS Banten akan bekerjasama dengan Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dan IAIN Sultan Maulana Hasanuddin Serang.

(Nic)

Wakil Gubernur Rano Karno: Adaptasi Pendidikan Berkualitas Global

Wagub Banten Rano Karno meresmikan program USAID PRIORITAS di Provinsi Banten, didampingi oleh Direktur Misi USAID, Andrew Sisson.

BAYAH merupakan kecamatan terpencil di Selatan Banten. Di lingkungan yang cukup terpencil itu, kini para siswa SMP/MTs mitra DBE menikmati keceriaan belajar kooperatif dan kontekstual. Mereka mendayagunakan lingkungan alam Bayah untuk aktif dalam proses pembelajaran efektif.

Mereka merajut masa depannya dengan penuh optimisme di bawah fasilitasi para guru dampingan DBE. Mereka memanfaatkan setiap potensi daerah sebagai media belajar, baik dalam ruang kelas maupun di alam terbuka. Praktik yang baik ini akan disebarluaskan melalui program USAID PRIORITAS di Banten.

(Nic/Ddn)

Keceriaan Belajar di SMPN dan MTsN Bayah, Lebak, Banten

Walaupun berada di daerah terpencil, proses pembelajaran aktif yang kontekstual juga dapat berlangsung secara efektif, seperti di SMPN dan MTsN Bayak, Lebak, Banten. Praktik yang baik ini perlu dikembangkan dan disebarluaskan.

6 - Prioritas Pendidikan: Edisi 1/ Oktober - Desember/ 2012 Prioritas Pendidikan: Edisi 1/ Oktober - Desember/ 2012 - 7

Page 8: Edisi 1 PRIORITAS PENDIDIKANMisalnya, keberhasilan implementasi MBS di SDN Sedati Gede 2, Sidoarjo, Jawa Timur, yang berhasil menciptakan akuntabilitas dalam pengelolaan sekolah yang

PRIORITAS - Provinsi Jawa Barat PRIORITAS - Provinsi Jawa Tengah

”PEMERINTAH Provinsi Jawa Barat menyambut baik segala bentuk kerjasama yang dapat memberikan dampak positif bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat,” ujar Asisten Daerah Bidang Kesejahteraan Rakyat Aip Rivai yang membacakan sambutan Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan, dalam acara peluncuran program USAID PRIORITAS di Jawa Barat.

Program ini, menurutnya sejalan dengan salah satu arah kebijakan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) tahun 2008-2013.

USAID PRIORITAS akan membantu Pemerintah Provinsi Jawa Barat untuk meningkatkan kualitas pengajaran dan pembelajaran di 13 kabupaten/ kota. Program ini akan bekerja sama dengan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) dan Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung.

Jalu Cahyanto, Program Manager USAID, menyampaikan bahwa Jawa Barat menghadapi tantangan dalam menyediakan akses pendidikan yang berkualitas bagi siswa dan dalam meningkatkan profesionalisme guru. (Ddn)

Bandung - USAID PRIORITAS yang bertujuan untuk memperluas akses pendidikan dasar yang berkualitas, benar-

benar sejalan dengan program pendidikan di Jawa Barat. Demikian dikatakan oleh Gubernur Ahmad Heryawan menanggapi pelaksanaan Program USAID PRIORITAS di Jawa Barat. Hal itu diungkapkan saat tim USAID PRIORITAS beraudiensi di kantornya. Kang Aher, sapaan akrab gubernur, menjelaskan bahwa pihaknya telah mencanangkan sejak empat tahun terakhir bahwa fokus pembangunan pendidikan di Jawa Barat adalah perihal aksesibilitas.

“Kami memusatkan sepenuh perhatian dan mengerahkan segenap kemampuan untuk membuka akses pendidikan lebar-lebar bagi semua lapisan masyarakat Jawa Barat, khususnya mereka yang berada pada usia sekolah,” tegasnya.

Gubernur berharap program USAID PRIORITAS dapat berjalan secara in-line dengan program-program pendidikan unggulan yang sedang berjalan di Jawa Barat. Dengan demikian, program ini akan berlangsung secara seirama dan berjalin-kelindan dengan program Jawa Barat untuk menghasilkan dampak peningkatan mutu dan akses pendidikan yang lebih baik.

Gubernur juga menyatakan keinginannya agar program USAID PRIORITAS bisa dirasakan secara merata. Mengingat program tersebut direncanakan hanya akan bekerja di tiga belas kabupaten/kota di Jabar, Gubernur menyatakan komitmennya untuk mendiseminasikan program ini ke tiga belas kabupaten/kota lain di Jawa Barat. Untuk mewujudkan komitmen itu, gubernur akan bersinergi dengan DPRD untuk menyiapkan anggaran khusus sebagai dana pendamping program USAID PRIORITAS di Jawa Barat. (Ddn)

Gubernur Jawa Barat Menyambut Hangat

SALAH satu cara USAID PRIORITAS mengembangkan atmosfer membaca di kalangan siswa kelas awal adalah melalui Early Grade Magazine atau Majalah Kelas Awal. Dua sekolah di dua Kabupaten mitra USAID PRIORITAS di Jawa Barat akan dipilih sebagai pilot project. Sekolah terpilih kelak akan menjadi benchmark bagi sekolah dan daerah mitra lainnya.

USAID PRIORITAS Jawa Barat akan melaksanakan semacam ‘audisi’ untuk memilih suatu kelompok terdiri atas 6-8 orang siswa dan 3 orang guru sebagai tim redaksi. Siswa diseleksi dari kelas 5 dan/atau 6 di sekolah mitra yang berpeluang menjadi sekolah praktik yang baik.

Kelompok yang telah terbentuk melalui saringan ‘audisi’ tersebut kemudian akan dilatih dan didampingi menerbitkan majalah. Pelatihan akan difokuskan pada langkah dan cara mengembangkan majalah. Tim redaksi sekolah akan mendapatkan pendampingan dan dukungan seperangkat kamera sebagai perkakas liputan. Majalah Kelas Awal yang dikelola oleh tim siswa dan guru ini diproyeksikan untuk memuat:

Cerita rakyat; Permainan tradisional; Kegiatan sekolah (seperti

proses belajar yang menyenangkan);

Feature/refleksi/ deskripsi alam;

Kartun/ karikatur; Bacaan terkait permainan yang

disukai; Foto dan ilustrasi warna-warni; Isu-isu cross-cutting: seperti hidup

sehat, betah di sekolah, keragaman; dll.

Majalah karya siswa ini akan dicetak sebanyak 500 eksemplar untuk dibagikan ke sekolah mitra lain di Jabar. Harapannya dapat memicu kreativitas siswa-siswa lain di sekolah mitra USAID PRIORITAS.

Setelah dua tahun dibina, akan dilakukan evaluasi dampak program ini. Diharapkan majalah ini tetap berkesinambungan dengan membangun kemitraan penerbit dan sekolah. (Ddn)

Ahmad Heryawan

Buat Percontohan Majalah Kelas Awal

Foto kanan Bupati Karawang, Ade Swara, tengah menandatangani KAK Program USAID PRIORITAS, disaksikan oleh Stuart Weston (CoP), Anna Sophanah (Bupati Indramayu), Sukmawijaya (Bupati Sukabumi), Jalu Noor Cahyanto (USAID), dan Aip Rivai (Asda Bidang Kesra Jabar). Asda Bidang Kesra Pemprov Jawa Barat tengah melakukan pemukulan gong sebagai simbol peluncuran secara resmi program USAID PRIORITAS di Jawa Barat.

“MENGALIR apa adanya”, itulah motto Drs. Bambang Aryawan, MM Kepala Dinas Pendidikan Purworejo, Jawa Tengah. Lelaki berperawakan tegas ini menyatakan siap secara total untuk mengubah wajah pendidikan di Kabupaten Purworejo. Karena tekad kuatnya itu, Bambang menyambut gembira hadirnya program USAID PRIORITAS.

“Banyak pencapaian bersama DBE yang telah kami kembangkan di Purworejo,” kenangnya. Kabupaten Purworejo adalah salah satu daerah mitra DBE yang berhasil meningkatkan kualitas pendidikan di daerahnya. Mereka berhasil membuat dan mengembangkan Rencana Strategis dan Rencana Kerja Tahunan Pendidikan yang diimplementasikan secara konsisten, menghitung Biaya Operasional Satuan Pendidikan yang relevan dengan kondisi daerah, melakukan pemerataan guru, dan peningkatan kualitas pembelajaran dengan model PAKEM dan Pembelajaran Kontekstual,” lanjutnya.

Program DBE di Kabupaten Purworejo sampai saat ini masih terasa dampaknya. Berikut adalah beberapa inovasi yang dilakukan di Purworejo.

1. Pemerataan dan Perluasan Akses

- Daya tampung sekolah melebihi kebutuhan rasio jumlah siswa dan ruang belajar sudah sesuai standar kelayakan

- Pemerataan guru secara proporsional sehingga tidak memerlukan pengangkatan lagi selama 4 tahun. Kebutuhan guru dapat terpenuhi secara merata melalui program regrouping (penggabungan beberapa sekolah) dan multy

grade teacher (satu guru mengajar lebih dari satu tingkat karena jumlah siswa sedikit) untuk derah terpencil.

2. Peningkatan Mutu dan Relevansi

- Peningkatan kapasitas pengawas, kepala sekolah, dan guru dengan pelatihan PAKEM dan kapasitas lain,

- Pelatihan kepala sekolah, komite, dan guru secara bersamaan sehingga program bisa langsung berjalan,

- Pendampingan tindak lanjut PAKEM oleh pangawas yang menjadi fasilitator,

- Melakukan replikasi DBE dari 2 kecamatan dan 1 gugus menjadi seluruh sekolah di Purworejo. Hasil replikasi dirasakan dengan peningkatan kualitas pembelajaran.

- Berkembangnya sekolah inovatif yang melaksanakan pembelajaran aktif, kontekstual, dan berkarakter.

3. Pencitraan Publik

- Adanya program “anak beriman dan berkepribadian”. Program bagi siswa muslim lulus dari pendidikan dasar mampu membaca tulis Al-Qur'an dan Sholat dengan benar,

- Munculnya guru dan siswa berprestasi.

Menurut Bambang, Program DBE berhasil mempersatukan guru, kepala sekolah, dan pengawas menjadi berdaya dan pada akhirnya kapasitas sekolah menjadi maksimal. Keberhasilan DBE, membuat Bambang semakin mantap untuk mendukung diseminasi program melalui USAID PRIORITAS. “Harapan saya, USAID PRIORITAS akan menjadi mitra yang mengalirkan inovasi pembelajaran secara deras untuk kemajuan pendidikan di Kabupaten Purworejo,” katanya lagi. (Arz)

USAID PRIORITAS Sejalan dengan RPJMD Jawa Barat

Inovasi Tata Kelola dan Manajemen Pendidikan di Purworejo

Bambang Aryawan

Direktur Pendidikan USAID Margaret Sancho (dua dari kiri) dan Sekda Provinsi Jawa Tengah Hadi Prabowo (dua dari kanan) di temani oleh Bupati Demak (kanan) dan Bupati Batang (kiri) meninjau pameran praktik pendidikan yang baik dalam peluncuran program USAID PRIORITAS di Jawa Tengah.

Semarang. Program USAID PRIORITAS resmi diluncurkan Selasa (20/11) di Hotel Santika Semarang. Sekretaris Daerah Jawa Tengah Hadi Prabowo mewakili Gubernur bersama dengan 13 kepala daerah penerima bantuan menandatangani perjanjian kerjasama dengan USAID PRIORITAS.

Hadir dalam acara tersebut Direktur Pendidikan USAID Indonesia Margaret Sancho, Wakil dari USAID PRIORITAS Mark Heyward, Rektor IAIN Walisongo, Kepala Kantor Kementrian Agama Jateng, Wakil Kepala Dinas Pendidikan Jateng, Bupati Purbalingga, Demak, Batang, serta perwakilan dari 13 kabupaten/ kota mitra.

Program Pendidikan USAID PRIORITAS di Jateng menggandeng tiga Universitas yaitu Universitas Negeri Semarang, Universitas Negeri Yogyakarta, dan IAIN Walisongo. Para Dosen di Universitas ini akan mendapatkan pelatihan untuk menyelenggarakan pendidikan berkualitas bagi mahasiswa calon guru, serta untuk mendampingi mitra di daerah USAID PRIORITAS.

Margaret Sancho mengatakan program tersebut diharapkan dapat dilaksanakan secara menyeluruh sehingga semua elemen pendidikan dan sekolah dapat tersentuh yang pada akhirnya dapat memaksimalkan potensinya untuk menuju kesuksesan.

Selaras dengan yang disampaikan oleh Margaret Sancho, Hadi Prabowo berpesan kepada para stakeholder pendidikan yang hadir untuk memaksimalkan potensi pendidikan di daerahnya masing-masing melalui program USAID PRIORITAS. “Pelaksanaan program USAID PRIORITAS ini merupakan kesempatan yang baik bagi kalangan pendidikan di Jawa Tengah untuk maju dan berkembang. Karena itu, peluang

yang baik saya minta dimanfaatkan seoptimal mungkin dan ditindaklanjuti dengan langkah nyata oleh Pemerintah Daerah, Lembaga Pendidikan, maupun Tenaga Kependidikan agar capaian program ini sesuai target,” pesannya.

Kesempatan Baik untuk Kembangkan Pendidikan

8 - Prioritas Pendidikan: Edisi 1/ Oktober - Desember/ 2012 Prioritas Pendidikan: Edisi 1/ Oktober - Desember/ 2012 - 9

Page 9: Edisi 1 PRIORITAS PENDIDIKANMisalnya, keberhasilan implementasi MBS di SDN Sedati Gede 2, Sidoarjo, Jawa Timur, yang berhasil menciptakan akuntabilitas dalam pengelolaan sekolah yang

PRIORITAS - Provinsi Jawa Barat PRIORITAS - Provinsi Jawa Tengah

”PEMERINTAH Provinsi Jawa Barat menyambut baik segala bentuk kerjasama yang dapat memberikan dampak positif bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat,” ujar Asisten Daerah Bidang Kesejahteraan Rakyat Aip Rivai yang membacakan sambutan Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan, dalam acara peluncuran program USAID PRIORITAS di Jawa Barat.

Program ini, menurutnya sejalan dengan salah satu arah kebijakan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) tahun 2008-2013.

USAID PRIORITAS akan membantu Pemerintah Provinsi Jawa Barat untuk meningkatkan kualitas pengajaran dan pembelajaran di 13 kabupaten/ kota. Program ini akan bekerja sama dengan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) dan Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung.

Jalu Cahyanto, Program Manager USAID, menyampaikan bahwa Jawa Barat menghadapi tantangan dalam menyediakan akses pendidikan yang berkualitas bagi siswa dan dalam meningkatkan profesionalisme guru. (Ddn)

Bandung - USAID PRIORITAS yang bertujuan untuk memperluas akses pendidikan dasar yang berkualitas, benar-

benar sejalan dengan program pendidikan di Jawa Barat. Demikian dikatakan oleh Gubernur Ahmad Heryawan menanggapi pelaksanaan Program USAID PRIORITAS di Jawa Barat. Hal itu diungkapkan saat tim USAID PRIORITAS beraudiensi di kantornya. Kang Aher, sapaan akrab gubernur, menjelaskan bahwa pihaknya telah mencanangkan sejak empat tahun terakhir bahwa fokus pembangunan pendidikan di Jawa Barat adalah perihal aksesibilitas.

“Kami memusatkan sepenuh perhatian dan mengerahkan segenap kemampuan untuk membuka akses pendidikan lebar-lebar bagi semua lapisan masyarakat Jawa Barat, khususnya mereka yang berada pada usia sekolah,” tegasnya.

Gubernur berharap program USAID PRIORITAS dapat berjalan secara in-line dengan program-program pendidikan unggulan yang sedang berjalan di Jawa Barat. Dengan demikian, program ini akan berlangsung secara seirama dan berjalin-kelindan dengan program Jawa Barat untuk menghasilkan dampak peningkatan mutu dan akses pendidikan yang lebih baik.

Gubernur juga menyatakan keinginannya agar program USAID PRIORITAS bisa dirasakan secara merata. Mengingat program tersebut direncanakan hanya akan bekerja di tiga belas kabupaten/kota di Jabar, Gubernur menyatakan komitmennya untuk mendiseminasikan program ini ke tiga belas kabupaten/kota lain di Jawa Barat. Untuk mewujudkan komitmen itu, gubernur akan bersinergi dengan DPRD untuk menyiapkan anggaran khusus sebagai dana pendamping program USAID PRIORITAS di Jawa Barat. (Ddn)

Gubernur Jawa Barat Menyambut Hangat

SALAH satu cara USAID PRIORITAS mengembangkan atmosfer membaca di kalangan siswa kelas awal adalah melalui Early Grade Magazine atau Majalah Kelas Awal. Dua sekolah di dua Kabupaten mitra USAID PRIORITAS di Jawa Barat akan dipilih sebagai pilot project. Sekolah terpilih kelak akan menjadi benchmark bagi sekolah dan daerah mitra lainnya.

USAID PRIORITAS Jawa Barat akan melaksanakan semacam ‘audisi’ untuk memilih suatu kelompok terdiri atas 6-8 orang siswa dan 3 orang guru sebagai tim redaksi. Siswa diseleksi dari kelas 5 dan/atau 6 di sekolah mitra yang berpeluang menjadi sekolah praktik yang baik.

Kelompok yang telah terbentuk melalui saringan ‘audisi’ tersebut kemudian akan dilatih dan didampingi menerbitkan majalah. Pelatihan akan difokuskan pada langkah dan cara mengembangkan majalah. Tim redaksi sekolah akan mendapatkan pendampingan dan dukungan seperangkat kamera sebagai perkakas liputan. Majalah Kelas Awal yang dikelola oleh tim siswa dan guru ini diproyeksikan untuk memuat:

Cerita rakyat; Permainan tradisional; Kegiatan sekolah (seperti

proses belajar yang menyenangkan);

Feature/refleksi/ deskripsi alam;

Kartun/ karikatur; Bacaan terkait permainan yang

disukai; Foto dan ilustrasi warna-warni; Isu-isu cross-cutting: seperti hidup

sehat, betah di sekolah, keragaman; dll.

Majalah karya siswa ini akan dicetak sebanyak 500 eksemplar untuk dibagikan ke sekolah mitra lain di Jabar. Harapannya dapat memicu kreativitas siswa-siswa lain di sekolah mitra USAID PRIORITAS.

Setelah dua tahun dibina, akan dilakukan evaluasi dampak program ini. Diharapkan majalah ini tetap berkesinambungan dengan membangun kemitraan penerbit dan sekolah. (Ddn)

Ahmad Heryawan

Buat Percontohan Majalah Kelas Awal

Foto kanan Bupati Karawang, Ade Swara, tengah menandatangani KAK Program USAID PRIORITAS, disaksikan oleh Stuart Weston (CoP), Anna Sophanah (Bupati Indramayu), Sukmawijaya (Bupati Sukabumi), Jalu Noor Cahyanto (USAID), dan Aip Rivai (Asda Bidang Kesra Jabar). Asda Bidang Kesra Pemprov Jawa Barat tengah melakukan pemukulan gong sebagai simbol peluncuran secara resmi program USAID PRIORITAS di Jawa Barat.

“MENGALIR apa adanya”, itulah motto Drs. Bambang Aryawan, MM Kepala Dinas Pendidikan Purworejo, Jawa Tengah. Lelaki berperawakan tegas ini menyatakan siap secara total untuk mengubah wajah pendidikan di Kabupaten Purworejo. Karena tekad kuatnya itu, Bambang menyambut gembira hadirnya program USAID PRIORITAS.

“Banyak pencapaian bersama DBE yang telah kami kembangkan di Purworejo,” kenangnya. Kabupaten Purworejo adalah salah satu daerah mitra DBE yang berhasil meningkatkan kualitas pendidikan di daerahnya. Mereka berhasil membuat dan mengembangkan Rencana Strategis dan Rencana Kerja Tahunan Pendidikan yang diimplementasikan secara konsisten, menghitung Biaya Operasional Satuan Pendidikan yang relevan dengan kondisi daerah, melakukan pemerataan guru, dan peningkatan kualitas pembelajaran dengan model PAKEM dan Pembelajaran Kontekstual,” lanjutnya.

Program DBE di Kabupaten Purworejo sampai saat ini masih terasa dampaknya. Berikut adalah beberapa inovasi yang dilakukan di Purworejo.

1. Pemerataan dan Perluasan Akses

- Daya tampung sekolah melebihi kebutuhan rasio jumlah siswa dan ruang belajar sudah sesuai standar kelayakan

- Pemerataan guru secara proporsional sehingga tidak memerlukan pengangkatan lagi selama 4 tahun. Kebutuhan guru dapat terpenuhi secara merata melalui program regrouping (penggabungan beberapa sekolah) dan multy

grade teacher (satu guru mengajar lebih dari satu tingkat karena jumlah siswa sedikit) untuk derah terpencil.

2. Peningkatan Mutu dan Relevansi

- Peningkatan kapasitas pengawas, kepala sekolah, dan guru dengan pelatihan PAKEM dan kapasitas lain,

- Pelatihan kepala sekolah, komite, dan guru secara bersamaan sehingga program bisa langsung berjalan,

- Pendampingan tindak lanjut PAKEM oleh pangawas yang menjadi fasilitator,

- Melakukan replikasi DBE dari 2 kecamatan dan 1 gugus menjadi seluruh sekolah di Purworejo. Hasil replikasi dirasakan dengan peningkatan kualitas pembelajaran.

- Berkembangnya sekolah inovatif yang melaksanakan pembelajaran aktif, kontekstual, dan berkarakter.

3. Pencitraan Publik

- Adanya program “anak beriman dan berkepribadian”. Program bagi siswa muslim lulus dari pendidikan dasar mampu membaca tulis Al-Qur'an dan Sholat dengan benar,

- Munculnya guru dan siswa berprestasi.

Menurut Bambang, Program DBE berhasil mempersatukan guru, kepala sekolah, dan pengawas menjadi berdaya dan pada akhirnya kapasitas sekolah menjadi maksimal. Keberhasilan DBE, membuat Bambang semakin mantap untuk mendukung diseminasi program melalui USAID PRIORITAS. “Harapan saya, USAID PRIORITAS akan menjadi mitra yang mengalirkan inovasi pembelajaran secara deras untuk kemajuan pendidikan di Kabupaten Purworejo,” katanya lagi. (Arz)

USAID PRIORITAS Sejalan dengan RPJMD Jawa Barat

Inovasi Tata Kelola dan Manajemen Pendidikan di Purworejo

Bambang Aryawan

Direktur Pendidikan USAID Margaret Sancho (dua dari kiri) dan Sekda Provinsi Jawa Tengah Hadi Prabowo (dua dari kanan) di temani oleh Bupati Demak (kanan) dan Bupati Batang (kiri) meninjau pameran praktik pendidikan yang baik dalam peluncuran program USAID PRIORITAS di Jawa Tengah.

Semarang. Program USAID PRIORITAS resmi diluncurkan Selasa (20/11) di Hotel Santika Semarang. Sekretaris Daerah Jawa Tengah Hadi Prabowo mewakili Gubernur bersama dengan 13 kepala daerah penerima bantuan menandatangani perjanjian kerjasama dengan USAID PRIORITAS.

Hadir dalam acara tersebut Direktur Pendidikan USAID Indonesia Margaret Sancho, Wakil dari USAID PRIORITAS Mark Heyward, Rektor IAIN Walisongo, Kepala Kantor Kementrian Agama Jateng, Wakil Kepala Dinas Pendidikan Jateng, Bupati Purbalingga, Demak, Batang, serta perwakilan dari 13 kabupaten/ kota mitra.

Program Pendidikan USAID PRIORITAS di Jateng menggandeng tiga Universitas yaitu Universitas Negeri Semarang, Universitas Negeri Yogyakarta, dan IAIN Walisongo. Para Dosen di Universitas ini akan mendapatkan pelatihan untuk menyelenggarakan pendidikan berkualitas bagi mahasiswa calon guru, serta untuk mendampingi mitra di daerah USAID PRIORITAS.

Margaret Sancho mengatakan program tersebut diharapkan dapat dilaksanakan secara menyeluruh sehingga semua elemen pendidikan dan sekolah dapat tersentuh yang pada akhirnya dapat memaksimalkan potensinya untuk menuju kesuksesan.

Selaras dengan yang disampaikan oleh Margaret Sancho, Hadi Prabowo berpesan kepada para stakeholder pendidikan yang hadir untuk memaksimalkan potensi pendidikan di daerahnya masing-masing melalui program USAID PRIORITAS. “Pelaksanaan program USAID PRIORITAS ini merupakan kesempatan yang baik bagi kalangan pendidikan di Jawa Tengah untuk maju dan berkembang. Karena itu, peluang

yang baik saya minta dimanfaatkan seoptimal mungkin dan ditindaklanjuti dengan langkah nyata oleh Pemerintah Daerah, Lembaga Pendidikan, maupun Tenaga Kependidikan agar capaian program ini sesuai target,” pesannya.

Kesempatan Baik untuk Kembangkan Pendidikan

8 - Prioritas Pendidikan: Edisi 1/ Oktober - Desember/ 2012 Prioritas Pendidikan: Edisi 1/ Oktober - Desember/ 2012 - 9

Page 10: Edisi 1 PRIORITAS PENDIDIKANMisalnya, keberhasilan implementasi MBS di SDN Sedati Gede 2, Sidoarjo, Jawa Timur, yang berhasil menciptakan akuntabilitas dalam pengelolaan sekolah yang

PRIORITAS - Provinsi Jawa Timur PRIORITAS - Provinsi Sulawesi Selatan

Makasar. Gubernur Sulawesi Selatan, Syahrul Yasin Limpo meluncurkan program USAID PRIORITAS, 28 November 2012 di Hotel Mercure Makassar. Dalam sambutannya ia menegaskan bahwa program pendidikan di Sulawesi Selatan selalu diprioritaskan. Gubernur yang menjadikan pendidikan dan kesehatan sebagai strong point pembangunan Sulsel itu menyatakan apresiasinya atas kehadiran program USAID PRIORITAS.

“Sulsel sangat membutuhkan metodologi pendidikan yang baru untuk meningkatkan kualitas pendidikan seperti yang ditawarkan USAID ini,” ungkapnya.

Di depan lebih kurang 130 tamu undangan yang hadir dan khususnya kepada Bupati Pinrang, A. Aslam Patonangi; Bupati Maros,Hatta Rahman; Bupati Pangkep, Syamsuddin Hamid; Bupati Jeneponto, Rajamilo; Bupati Wajo,

Andi Unru, dan Wakil Bupati Bantaeng, Andi Asli Mustajab, gubernur Syahrul Yasin Limpo (lazim disingkat SYL) berpesan, “Kepada bupati saya titipkan program USAID ini untuk sama-sama kita membangun pendidikan kita di Sulsel. Kita semua sangat mendukung program ini.”

Usai menyampaikan sambutannya, SYL menandatangani nota perjanjian kerja sama antara Pemprov Sulsel dan USAID Indonesia, yang diwakili Ester Manurung. Direktur Program USAID PRIORITAS, Stuart Weston menandatangani kerangka acuan kerja (KAK) dengan sejumlah bupati mitra yang hadir serta dengan Universitas Negeri Makassar (UNM) dan Universitas Islam Negeri Alauddin, yang masing-masing ditandatangani oleh rektor kedua LPTK tersebut, Prof. Dr. Arismunandar, M.Pd, dan Prof. Dr. H.Qadir Gassing, HT, M.S. (Ham)

Gubernur Syahrul Yasin Limpo:

Kepada Bupati Saya Titipkan Program USAID PRIORITAS

Jeneponto. Pasca kemitraannya dengan DBE, MTSN Binamu, Jeneponto, fokus merawat semangat guru-guru untuk terus berkreasi dan berinovasi bersama siswa. “Kami sudah terbiasa menerapkan pembelajaran aktif dan kontekstual sejak bermitra dengan DBE. Guru-guru dan siswa kami lebih rileks saat di kelas. Kami berupaya agar semua guru terus semangat berinovasi mengikuti gaya belajar yang disenangi siswa,” ujar Nuraeda, S.Pd, M.Pd, Kasek MTs Negeri Binamu.

Dirinya berkisah tentang banyaknya perubahan positif yang terjadi di sekolahnya. Kegiatan peningkatan kapasitas seperti pelatihan menyusun rencana anggaran kegiatan sekolah, berlatih pembelajaran bermakna: merancang RPP berbasis aktivitas siswa, kaji kurikulum dan pemetaan kompetensi, merancang lembar kerja yang mendorong siswa berpikir kritis, penilaian hasil belajar dan karya siswa, refleksi pembelajaran bersama siwa serta pengaktifan MGMP, yang

semuanya memberikan dampak kemajuan di sekolahnya.

Hingga saat ini Nuraeda terus bekerja sungguh-sungguh merawat kemajuan di sekolahnya. Agar segenap guru dan staf di sekolahnya tetap semangat berinovasi, ia membangun kemitraan dengan kelompok pengawas bidang studi SMP di dinas pendidikan untuk membantu guru-guru mereka dalam hal asistensi dan supervisi pembelajaran, peer teacher (pendampingan sesama guru), dan mengembangkan MGMP bersama guru-guru SMP.

Namun, dirinya sangat berharap semua pihak, khususnya tenaga pendidik dan kependidikan serta penentu kebijakan di kabupaten, melakukan aksi nyata untuk mendukung perubahan di sekolah. Menurut Nuraeda kegiatan merawat dan menyebarluaskan hasil-hasil baik yang dicapai sekolah bukan tanggung jawab sekolah semata. (Ham)

Pembelajaran Aktif dan Kontekstual di

MTsN Binamu, Jeneponto.

Foto atas: Peluncuran USAID PRIORITAS di Sulsel ditandai pemukulan gong oleh Gubernur Sulsel yang didampingi Kadiknas Provinsi Sulsel, Drs. H. Abdullah Djabbar, M.Pd.

Foto bawah: Penandatanganan KAK CoP USAID PRIORITAS dan Rektor UIN: Prof. Dr. H. Qadir Gassing (tengah), Rektor UNM: Prof. Dr. H. Arismunandar, M.Pd (paling kiri) disaksikan Gubernur Sulsel dan Ester Manurung, perwakilan USAID Indonesia.

Merawat Hasil Bukan Hanya Tanggungjawab Sekolah

Surabaya. Peresmian program USAID PRIORITAS telah dilaksanakan di Jawa Timur pada 6 Desember 2012. Bertempat di Isyana Ballroom Hotel Bumi Surabaya, peresmian Program USAID PRIORITAS di Jawa Timur ini terasa lebih istimewa karena dihadiri langsung oleh Duta Besar AS untuk Indonesia Mr. Scot Marciel yang didampingi oleh Konjen AS di Surabaya Mr. Joaquin F. Monserrate; USAID Deputy Mission Director Mr. Derrick Brown; USAID Education Office Director Mrs. Margaret Sancho dan COP USAID PRIORITAS Mr. Stuart Weston. Sementara itu dari Jawa Timur hadir 277 undangan para stakeholder pendidikan di tingkat provinsi diantaranya Kepala Kanwil Kemenag Dr. H. Sudjak M, Ag; Rektor Universitas Negeri Surabaya, Rektor Universitas Negeri Malang, Rektor IAIN Sunan Ampel Surabaya, serta 13 kepala daerah/ perwakilan kabupaten/ kota mitra.

Dalam sambutannya Dubes AS untuk Indonesia Mr. Scot Marciel mengungkapkan dengan hadirnya USAID PRIORITAS ke depan nantinya diharapkan mampu meningkatkan kualitas pendidikan dasar di Indonesia mulai SD, SMP dan

madrasah. “Program ini akan difokuskan pada penekanan pembelajaran yang menarik, relevan dan efektif,” ungkapnya.

Kegiatan peresmian dibuka dengan Tari Payung oleh para siswi inklusi dari SMPN 29 Surabaya. Penampilan ini menandai komitmen USAID pada pendidikan inklusi di Indonesia. Kegiatan dilanjutkan dengan Penampilan Celoteh Anak oleh SD Hangtuah X Juanda Sidoarjo yang merupakan mitra DBE. Mereka tampil energik dan mengungkapkan kegembiraannya dengan hadirnya Program USAID PRIORITAS. “Selamat datang kembali USAID, karena USAID guruku jadi pinter-pinter,” celoteh salah satu anak yang disambut tepuk tangan hadirin.

Ketua Dewan Pendidikan Jawa Timur Prof. Dr. H. Zainuddin Maliki mengungkapkan sangat menikmati karya guru dan siswa yang dipamerkan pada acara peresmian. “Guru saat ini memang dituntut harus kreatif dan saya melihat kreativitas yang luar biasa dari guru lewat pameran ini. Namun kreativitas tersebut harus sesuai dengan kurikulum yang berlaku sehingga kreativitasnya akan bermanfaat untuk siswa,” katanya. (Dkd)

”Karena USAID Guruku jadi Pinter-pinter”

Foto atas: Kepala Kanwil Kemenag Jatim Dr. H. Sudjak memukul gong sebagai tanda peresmian USAID PRIORITAS di Jatim, didampingi Dubes AS dan Konjen AS di Surabaya.

Foto bawah: Rektor LPTK dan perwakilan kepala daerah mitra USAID PRIORITAS di Jatim melakukan penandatanganan KAK.

Sidoarjo. Tak salah bila kita patut berguru pada Sidoarjo. Pemerintah Kabupaten Sidoarjo baru saja meraih penghargaan Inclusive Education Award 2012. Penghargaan itu diberikan Direktorat Jenderal Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus (Dirjen PPK-LK) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) di Bali pada 2 September 2012 lalu. Penghargaan di bidang pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus (ABK) itu diraih Sidoarjo lantaran Pemkab Sidoarjo dinilai punya kepedulian dan komitmen tinggi di bidang pendidikan inklusi.

Inclusive Education Award 2012 adalah penghargaan yang diberikan Kemendikbud dan Program USAID - Helen Keller International-Indonesia untuk pihak-pihak yang dinilai telah berjasa dalam mewujudkan penyelenggaraan pendidikan inklusi atau pendidikan untuk ABK di Indonesia. Seusai menerima penghargaan tersebut, Bupati Sidoarjo, Saiful Ilah bertekad akan meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Khususnya, dengan pendidikan yang bermutu dan pemberian pelayanan seluas-luasnya terhadap ABK.

Di Sidoarjo sendiri, ABK tidak harus bersekolah di sekolah khusus. Beberapa sekolah umum telah ditunjuk untuk dapat menampung ABK dan berbaur dengan anak-anak lainnya. Salah satunya adalah di SDN Lemahputro dan SMPN 4 Sidoarjo.

Di SDN Lemahputro misalnya, telah tersedia guru-guru

dengan pendidikan luar biasa (PLB) yang menangani ABK yang bersekolah disana. Rata-rata dalam satu kelas, terdapat 2-4 ABK yang bersekolah di SDN tersebut. Sedangkan di SMPN 4 Sidoarjo rata-rata dalam satu kelas ada 1-2 ABK.

Tim USAID PRIORITAS berkesempatan mengunjungi dua sekolah tersebut. Ibu Wiwit Sri Arianti, Inclusion and Equity Specialist USAID

PRIORITAS mengungkapkan, kunjungan tersebut ingin menimba ilmu sekaligus melihat secara langsung implementasi Perbup tentang inklusi dan penerapannya di sekolah.

Kegiatan belajar mengajar di dua sekolah ini berjalan cukup baik. Siswa ABK dapat berbaur dengan siswa lainnya di kelas. Pada jam di luar jam sekolah, mereka juga mendapatkan pembelajaran tambahan. Bakat dan potensi yang menonjol dari setiap siswa ABK berusaha dimunculkan oleh sekolah. Salah satunya adalah kegiatan prakarya, musik hingga komputer. Harapannya, bakat tersebut ke depan dapat diasah dan menjadi modal kemandirian mereka. Menurut Kepala SMPN 4 Sidoarjo Drs. Muflich Hasyim, M.Pd ternyata dengan hadirnya para siswa inklusi di lingkungan sekolah justru menumbuhkan kepedulian dan rasa sosial yang tinggi dari para siswa lainnya. (Dkd)

Berguru pada Sidoarjo, Peraih Inclusive Education Award 2012

Siswa ABK berbaur bersama siswa lain di SDN Lemahputro Sidoarjo.

10 - Prioritas Pendidikan: Edisi 1/ Oktober - Desember/ 2012 Prioritas Pendidikan: Edisi 1/ Oktober - Desember/ 2012 - 11

Page 11: Edisi 1 PRIORITAS PENDIDIKANMisalnya, keberhasilan implementasi MBS di SDN Sedati Gede 2, Sidoarjo, Jawa Timur, yang berhasil menciptakan akuntabilitas dalam pengelolaan sekolah yang

PRIORITAS - Provinsi Jawa Timur PRIORITAS - Provinsi Sulawesi Selatan

Makasar. Gubernur Sulawesi Selatan, Syahrul Yasin Limpo meluncurkan program USAID PRIORITAS, 28 November 2012 di Hotel Mercure Makassar. Dalam sambutannya ia menegaskan bahwa program pendidikan di Sulawesi Selatan selalu diprioritaskan. Gubernur yang menjadikan pendidikan dan kesehatan sebagai strong point pembangunan Sulsel itu menyatakan apresiasinya atas kehadiran program USAID PRIORITAS.

“Sulsel sangat membutuhkan metodologi pendidikan yang baru untuk meningkatkan kualitas pendidikan seperti yang ditawarkan USAID ini,” ungkapnya.

Di depan lebih kurang 130 tamu undangan yang hadir dan khususnya kepada Bupati Pinrang, A. Aslam Patonangi; Bupati Maros,Hatta Rahman; Bupati Pangkep, Syamsuddin Hamid; Bupati Jeneponto, Rajamilo; Bupati Wajo,

Andi Unru, dan Wakil Bupati Bantaeng, Andi Asli Mustajab, gubernur Syahrul Yasin Limpo (lazim disingkat SYL) berpesan, “Kepada bupati saya titipkan program USAID ini untuk sama-sama kita membangun pendidikan kita di Sulsel. Kita semua sangat mendukung program ini.”

Usai menyampaikan sambutannya, SYL menandatangani nota perjanjian kerja sama antara Pemprov Sulsel dan USAID Indonesia, yang diwakili Ester Manurung. Direktur Program USAID PRIORITAS, Stuart Weston menandatangani kerangka acuan kerja (KAK) dengan sejumlah bupati mitra yang hadir serta dengan Universitas Negeri Makassar (UNM) dan Universitas Islam Negeri Alauddin, yang masing-masing ditandatangani oleh rektor kedua LPTK tersebut, Prof. Dr. Arismunandar, M.Pd, dan Prof. Dr. H.Qadir Gassing, HT, M.S. (Ham)

Gubernur Syahrul Yasin Limpo:

Kepada Bupati Saya Titipkan Program USAID PRIORITAS

Jeneponto. Pasca kemitraannya dengan DBE, MTSN Binamu, Jeneponto, fokus merawat semangat guru-guru untuk terus berkreasi dan berinovasi bersama siswa. “Kami sudah terbiasa menerapkan pembelajaran aktif dan kontekstual sejak bermitra dengan DBE. Guru-guru dan siswa kami lebih rileks saat di kelas. Kami berupaya agar semua guru terus semangat berinovasi mengikuti gaya belajar yang disenangi siswa,” ujar Nuraeda, S.Pd, M.Pd, Kasek MTs Negeri Binamu.

Dirinya berkisah tentang banyaknya perubahan positif yang terjadi di sekolahnya. Kegiatan peningkatan kapasitas seperti pelatihan menyusun rencana anggaran kegiatan sekolah, berlatih pembelajaran bermakna: merancang RPP berbasis aktivitas siswa, kaji kurikulum dan pemetaan kompetensi, merancang lembar kerja yang mendorong siswa berpikir kritis, penilaian hasil belajar dan karya siswa, refleksi pembelajaran bersama siwa serta pengaktifan MGMP, yang

semuanya memberikan dampak kemajuan di sekolahnya.

Hingga saat ini Nuraeda terus bekerja sungguh-sungguh merawat kemajuan di sekolahnya. Agar segenap guru dan staf di sekolahnya tetap semangat berinovasi, ia membangun kemitraan dengan kelompok pengawas bidang studi SMP di dinas pendidikan untuk membantu guru-guru mereka dalam hal asistensi dan supervisi pembelajaran, peer teacher (pendampingan sesama guru), dan mengembangkan MGMP bersama guru-guru SMP.

Namun, dirinya sangat berharap semua pihak, khususnya tenaga pendidik dan kependidikan serta penentu kebijakan di kabupaten, melakukan aksi nyata untuk mendukung perubahan di sekolah. Menurut Nuraeda kegiatan merawat dan menyebarluaskan hasil-hasil baik yang dicapai sekolah bukan tanggung jawab sekolah semata. (Ham)

Pembelajaran Aktif dan Kontekstual di

MTsN Binamu, Jeneponto.

Foto atas: Peluncuran USAID PRIORITAS di Sulsel ditandai pemukulan gong oleh Gubernur Sulsel yang didampingi Kadiknas Provinsi Sulsel, Drs. H. Abdullah Djabbar, M.Pd.

Foto bawah: Penandatanganan KAK CoP USAID PRIORITAS dan Rektor UIN: Prof. Dr. H. Qadir Gassing (tengah), Rektor UNM: Prof. Dr. H. Arismunandar, M.Pd (paling kiri) disaksikan Gubernur Sulsel dan Ester Manurung, perwakilan USAID Indonesia.

Merawat Hasil Bukan Hanya Tanggungjawab Sekolah

Surabaya. Peresmian program USAID PRIORITAS telah dilaksanakan di Jawa Timur pada 6 Desember 2012. Bertempat di Isyana Ballroom Hotel Bumi Surabaya, peresmian Program USAID PRIORITAS di Jawa Timur ini terasa lebih istimewa karena dihadiri langsung oleh Duta Besar AS untuk Indonesia Mr. Scot Marciel yang didampingi oleh Konjen AS di Surabaya Mr. Joaquin F. Monserrate; USAID Deputy Mission Director Mr. Derrick Brown; USAID Education Office Director Mrs. Margaret Sancho dan COP USAID PRIORITAS Mr. Stuart Weston. Sementara itu dari Jawa Timur hadir 277 undangan para stakeholder pendidikan di tingkat provinsi diantaranya Kepala Kanwil Kemenag Dr. H. Sudjak M, Ag; Rektor Universitas Negeri Surabaya, Rektor Universitas Negeri Malang, Rektor IAIN Sunan Ampel Surabaya, serta 13 kepala daerah/ perwakilan kabupaten/ kota mitra.

Dalam sambutannya Dubes AS untuk Indonesia Mr. Scot Marciel mengungkapkan dengan hadirnya USAID PRIORITAS ke depan nantinya diharapkan mampu meningkatkan kualitas pendidikan dasar di Indonesia mulai SD, SMP dan

madrasah. “Program ini akan difokuskan pada penekanan pembelajaran yang menarik, relevan dan efektif,” ungkapnya.

Kegiatan peresmian dibuka dengan Tari Payung oleh para siswi inklusi dari SMPN 29 Surabaya. Penampilan ini menandai komitmen USAID pada pendidikan inklusi di Indonesia. Kegiatan dilanjutkan dengan Penampilan Celoteh Anak oleh SD Hangtuah X Juanda Sidoarjo yang merupakan mitra DBE. Mereka tampil energik dan mengungkapkan kegembiraannya dengan hadirnya Program USAID PRIORITAS. “Selamat datang kembali USAID, karena USAID guruku jadi pinter-pinter,” celoteh salah satu anak yang disambut tepuk tangan hadirin.

Ketua Dewan Pendidikan Jawa Timur Prof. Dr. H. Zainuddin Maliki mengungkapkan sangat menikmati karya guru dan siswa yang dipamerkan pada acara peresmian. “Guru saat ini memang dituntut harus kreatif dan saya melihat kreativitas yang luar biasa dari guru lewat pameran ini. Namun kreativitas tersebut harus sesuai dengan kurikulum yang berlaku sehingga kreativitasnya akan bermanfaat untuk siswa,” katanya. (Dkd)

”Karena USAID Guruku jadi Pinter-pinter”

Foto atas: Kepala Kanwil Kemenag Jatim Dr. H. Sudjak memukul gong sebagai tanda peresmian USAID PRIORITAS di Jatim, didampingi Dubes AS dan Konjen AS di Surabaya.

Foto bawah: Rektor LPTK dan perwakilan kepala daerah mitra USAID PRIORITAS di Jatim melakukan penandatanganan KAK.

Sidoarjo. Tak salah bila kita patut berguru pada Sidoarjo. Pemerintah Kabupaten Sidoarjo baru saja meraih penghargaan Inclusive Education Award 2012. Penghargaan itu diberikan Direktorat Jenderal Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus (Dirjen PPK-LK) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) di Bali pada 2 September 2012 lalu. Penghargaan di bidang pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus (ABK) itu diraih Sidoarjo lantaran Pemkab Sidoarjo dinilai punya kepedulian dan komitmen tinggi di bidang pendidikan inklusi.

Inclusive Education Award 2012 adalah penghargaan yang diberikan Kemendikbud dan Program USAID - Helen Keller International-Indonesia untuk pihak-pihak yang dinilai telah berjasa dalam mewujudkan penyelenggaraan pendidikan inklusi atau pendidikan untuk ABK di Indonesia. Seusai menerima penghargaan tersebut, Bupati Sidoarjo, Saiful Ilah bertekad akan meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Khususnya, dengan pendidikan yang bermutu dan pemberian pelayanan seluas-luasnya terhadap ABK.

Di Sidoarjo sendiri, ABK tidak harus bersekolah di sekolah khusus. Beberapa sekolah umum telah ditunjuk untuk dapat menampung ABK dan berbaur dengan anak-anak lainnya. Salah satunya adalah di SDN Lemahputro dan SMPN 4 Sidoarjo.

Di SDN Lemahputro misalnya, telah tersedia guru-guru

dengan pendidikan luar biasa (PLB) yang menangani ABK yang bersekolah disana. Rata-rata dalam satu kelas, terdapat 2-4 ABK yang bersekolah di SDN tersebut. Sedangkan di SMPN 4 Sidoarjo rata-rata dalam satu kelas ada 1-2 ABK.

Tim USAID PRIORITAS berkesempatan mengunjungi dua sekolah tersebut. Ibu Wiwit Sri Arianti, Inclusion and Equity Specialist USAID

PRIORITAS mengungkapkan, kunjungan tersebut ingin menimba ilmu sekaligus melihat secara langsung implementasi Perbup tentang inklusi dan penerapannya di sekolah.

Kegiatan belajar mengajar di dua sekolah ini berjalan cukup baik. Siswa ABK dapat berbaur dengan siswa lainnya di kelas. Pada jam di luar jam sekolah, mereka juga mendapatkan pembelajaran tambahan. Bakat dan potensi yang menonjol dari setiap siswa ABK berusaha dimunculkan oleh sekolah. Salah satunya adalah kegiatan prakarya, musik hingga komputer. Harapannya, bakat tersebut ke depan dapat diasah dan menjadi modal kemandirian mereka. Menurut Kepala SMPN 4 Sidoarjo Drs. Muflich Hasyim, M.Pd ternyata dengan hadirnya para siswa inklusi di lingkungan sekolah justru menumbuhkan kepedulian dan rasa sosial yang tinggi dari para siswa lainnya. (Dkd)

Berguru pada Sidoarjo, Peraih Inclusive Education Award 2012

Siswa ABK berbaur bersama siswa lain di SDN Lemahputro Sidoarjo.

10 - Prioritas Pendidikan: Edisi 1/ Oktober - Desember/ 2012 Prioritas Pendidikan: Edisi 1/ Oktober - Desember/ 2012 - 11

Page 12: Edisi 1 PRIORITAS PENDIDIKANMisalnya, keberhasilan implementasi MBS di SDN Sedati Gede 2, Sidoarjo, Jawa Timur, yang berhasil menciptakan akuntabilitas dalam pengelolaan sekolah yang

PRIORITAS - Praktik yang Baik PRIORITAS - Praktik yang Baik

Murid kelas dua Madrasah Ibtidayah Negeri (MIN) Rukoh

Banda Aceh, pagi itu tampak berkumpul dan bermain dengan

serius di dalam kelas. Mereka sedang asyik memainkan biji-biji

kuningan yang berwarna emas terbuat dari plastik sambil

menyebut angka-angka dan bersorak melampiaskan

kegembiraannya. Tampak dihadapan mereka terdapat sebuah kotak

sederhana yang terbuat dari kayu dan tripleks dengan biji-biji

kuningan dan lubang-lubang kecil di atas sebuah laci yang secara ajaib

menyimpan angka-angka dari 1 hingga 100.

Banda Aceh - Aceh. “Apa itu?” tanya kami kepada para siswa. Secara serempak mereka menjawab “Kotak Ajaib Mengenal Angka!” Kotak Ajaib ini memang populer bagi siswa kelas awal MIN Rukoh Banda Aceh. Kotak tersebut merupakan alat peraga inovatif karya guru pada madrasah tersebut terutama untuk mata pelajaran matematika.

Mengapa harus berbentuk kotak dan laci? Ibu Sofiana guru yang mendisain alat tersebut, menjelaskan bahwa akan lebih mudah mempraktikkan pembelajaran dengan benda-benda yang biasa dilihat oleh anak-anak.

“Alat peraga ini berbentuk laci. Laci adalah benda yang sangat sering dilihat dan digunakan oleh anak-anak, sedangkan sebagai daya tariknya adalah biji-biji kuningan ini,” jelas Ibu Sofiana.

Kotak kuningan atau kotak ajaib ini sendiri mempunyai beberapa fungsi yang dikhususkan untuk kelas awal. Pertama, alat ini berfungsi untuk memperkenalkan pada siswa angka dari 1 hingga 100, misalnya dengan mengambil atau menyusun kembali biji kuningan satu buah dan menunjukkan kartu angka bilangan 1.

Kedua, untuk perbandingan lebih banyak, lebih sedikit atau sama dengan hanya dengan mengunakan biji-biji kuningan, misalnya mengambil atau menyusun kembali tujuh biji kuningan lebih banyak dibandingkan dengan mengambil atau menyusun tiga biji kuningan dan seterusnya.

Ketiga, alat ini berfungsi memperkenalkan penjumlahan dan pengurangan, misalnya mengambil atau menyusun 4 biji kuningan ditambah mengambil atau menyusun 4 biji kuningan maka dijumlahkan ke semua biji kuningan sembari mencari kartu angka yang tersedia pada laci kotak ajaib.

Untuk Kelas AwalMenggunakan 100 biji kuningan pun

menjadi alasan yang berarti. Menurut ibu Sofiana digunakan 100 biji kuningan dan 100 angka agar dapat digunakan untuk kelas awal. “Jika kita hanya mengunakan 50 biji kuningan dan 50 angka, maka murid di kelas 2 tidak dapat mengunakkan lagi alat peraga ini,” jelas Ibu Sofiana. Dengan deretan biji kuningan yang berjumlah 100 buah itu memang memperindah tampilan Kotak Ajaib.

Bagaimana respon siswa? Semua siswa awalnya penasaran untuk memegang alat peraga ini dan rasa ingin tahu mereka sangat besar untuk menggunakannya, tetapi saying alat peraga ini hanya satu-satunya dimiliki oleh madrasah tersebut. “terkadang kami harus berebut jika ingin bermain angka-angka,” keluh Kautsari salah seorang siswi MIN Rukoh.

Mudah DigunakanDiakui alat peraga ini, selain

sederhana dan mudah digunakan, kotak ini juga telah membuktikan tingkat pemahaman siswa kelas awal terhadap penjumlahan dan pengurangan, perbandingan antara benda yang banyak dan yang lebih sedikit lebih cepat dan mudah dipahami oleh siswanya.

Tidaklah mengherankan bila madrasah yang telah menjadi mitra USAID DBE sejak tahun 2006 ini memperoleh Juara 3 tingkat nasional dan menerima penghargaan dari Dirjen Pendidikan Islam Kementerian Agama RI untuk inovasi pembelajaran. Kotak Ajaib dapat meningkatkan pemahaman Matematika kelas awal secara aktif, kreatif, inovatif dan menyenangkan.

(Tmk)

Kotak Ajaib Permudah Belajar Matematika

Siswa MIN Rukoh menyenangi penggunaan media Kotak Ajaib dalam pembelajaran Matematika.

Sidoarjo – Jawa Timur. Bisakah mengenal pesawat sederhana dalam pembelajaran dengan ICT? Jawabannya tentu saja bisa. Melalui model pembelajaran dengan satu komputer yang disusun oleh para guru SDN Kemantren 1 Tulangan yang dipimpin oleh Ibu Sundari, S.Pd ini disusun dalam tiga tahapan pokok. Tahap pertama adalah brainstorming, dimana guru dengan bantuan satu buah laptop dan satu buah LCD proyektor melalui slide-slide Powerpoint mengajak siswa untuk mengenali dan mengidentifikasi pesawat-pesawat sederhana.

Pada tahap berikutnya,siswa yang terbagi dalam tiga kelompok yang masing-masing terdiri dari lima sampai enam siswa tersebut diberi tugas yang berbeda pada masing-masing kelompok. Misalnya, kelompok yang khusus mengamati bidang miring dan baji, ada pula yang mengamati tuas, pengungkit dan roda, sedangkan yang lainnya mengamati katrol. Ketiga kelompok tersebut menempati tiga stasiun yang berbeda, dan akan melakukan rotasi setiap empat puluh lima menit. Ketiga stasiun tersebut adalah “Stasiun Download”, “Stasiun Diskusi”, dan “Stasiun Ambil Foto”.

Pesawat Sederhana Lebih Menarik dengan ICT

Stasiun DownloadPada Stasiun Download, siswa

difasilitasi satu buah laptop yang terhubung dengan internet yang digunakan secara bergantian dan satu buah printer. Di sini siswa akan mencari informasi yang relevan dengan pesawat sederhana yang sedang diamatinya. Siswa bisa mengambil data berupa gambar maupun artikel. Dan hasilnya dapat langsung di cetak di atas kertas, yang akan dipajang sebagai hasil karya siswa.

Stasiun Ambil FotoPada Stasiun Ambil Foto, dengan

dibekali satu buah kamera yang digunakan secara bergantian, salah satu siswa dipandu oleh satu orang kofasilitator mengenai cara penggunaan kamera. Kemudian siswa yang telah diajari ini menjadi tutor sebaya bagi rekannya dalam pengambilan gambar objek-objek pesawat sederhana yang sedang diamati. Objek pesawat sederhana dapat berupa alat-alat peraga dari pusat sumber belajar gugus (PSBG) yang telah disediakan sebelumnya oleh fasilitator, juga dapat berupa benda-benda yang ada di sekitar halaman sekolah mereka.

Stasiun DiskusiBerbeda dengan stasiun lainnya yang

menggunakan perangkat ICT, Stasiun Diskusi melakukan segalanya dengan konvensional. Ini memfasilitasi para siswa untuk menggambar dan berkreasi di atas kertas plano, menuangkan ide-ide mereka dari buku dan literatur yang mereka miliki dan dari hasil diskusi yang dilakukan. Tentu, fasilitator membekali mereka dengan peralatan apapun yang dibutuhkan agar mereka dapat menuangkan bakat seni yang dimiliki dengan misalnya, spidol berwarna, penggaris dan lain sebagainya.

Di akhir kegiatan, siswa diajak untuk menempelkan semua data yang diperoleh

dari masing-masing stasiun ke dalam kertas plano yang sebelumnya telah mereka desain pada Stasiun Diskusi. Setelah itu, Fasilitator mengajak perwakilan dari setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil karya.

Sesi PresentasiSetelah sesi presentasi berakhir,

masih ada satu sesi lagi yaitu mengerjakan sebuah evaluasi untuk menguji pemahaman siswa tentang konsep pesawat sederhana. Sementara masing-masing kelompok mengerjakan sebuah lembar kerja, perwakilan dari kelompok mengirimkan dua orang wakilnya ke sudut komputer untuk menginputkan foto-foto yang telah mereka ambil dari aktivitas sebelumnya ke dalam software pemetaan konsep “Inspiration”.

Dengan bantuan software ini, siswa mengklasifikasikan contoh peralatan ke dalam bagian-bagian pesawat sederhana. Mereka mengerjakannya sesuai dengan pembagian kelompok, namun mereka mengerjakannya ke dalam satu bagan. Setelah proses input ke dalam Inspiration selesai, dan siswa juga telah mengerjakan evaluasinya, kemudian dengan bantuan LCD proyektor dan laptop yang dioperasikan oleh salah satu siswa, perwakilan kelompok mempresentasikan pembagian pesawat sederhana.

Dengan dipandu guru untuk memberikan evaluasi akhir singkat, aktivitas “Pesawat Sederhana” pun berakhir. Selain memanfaatkan ICT, siswa juga difasilitasi dengan berbagai model belajar yang berbeda-beda, dengan pengamatan langsung dari lingkungan, menggunakan internet, dan dari buku. “Siswa juga dapat mengembangkan cara berpikirnya melalui diskusi dan peer teaching. Hasilnya siswa lebih antusias dan pembelajaran lebih menarik serta mudah dimengerti,” ungkap Ibu Sundari. (Dkd)

Stasiun Diskusi: Setiap kelompok berdiskusi dan mempresentasikan hasil kerja.

Penggunaan Kotak Ajaib dalam pembelajaran Matematika membuat siswa MIN Rukoh menyenangi belajar Matematika.

Stasiun Download: Siswa belajar mendonwnload materi dari internet. Stasiun Ambil Foto: Siswa mengambil obyek pembelajaran dengan kamera foto digital

12 - Prioritas Pendidikan: Edisi 1/ Oktober - Desember/ 2012 Prioritas Pendidikan: Edisi 1/ Oktober - Desember/ 2012 - 13

Page 13: Edisi 1 PRIORITAS PENDIDIKANMisalnya, keberhasilan implementasi MBS di SDN Sedati Gede 2, Sidoarjo, Jawa Timur, yang berhasil menciptakan akuntabilitas dalam pengelolaan sekolah yang

PRIORITAS - Praktik yang Baik PRIORITAS - Praktik yang Baik

Murid kelas dua Madrasah Ibtidayah Negeri (MIN) Rukoh

Banda Aceh, pagi itu tampak berkumpul dan bermain dengan

serius di dalam kelas. Mereka sedang asyik memainkan biji-biji

kuningan yang berwarna emas terbuat dari plastik sambil

menyebut angka-angka dan bersorak melampiaskan

kegembiraannya. Tampak dihadapan mereka terdapat sebuah kotak

sederhana yang terbuat dari kayu dan tripleks dengan biji-biji

kuningan dan lubang-lubang kecil di atas sebuah laci yang secara ajaib

menyimpan angka-angka dari 1 hingga 100.

Banda Aceh - Aceh. “Apa itu?” tanya kami kepada para siswa. Secara serempak mereka menjawab “Kotak Ajaib Mengenal Angka!” Kotak Ajaib ini memang populer bagi siswa kelas awal MIN Rukoh Banda Aceh. Kotak tersebut merupakan alat peraga inovatif karya guru pada madrasah tersebut terutama untuk mata pelajaran matematika.

Mengapa harus berbentuk kotak dan laci? Ibu Sofiana guru yang mendisain alat tersebut, menjelaskan bahwa akan lebih mudah mempraktikkan pembelajaran dengan benda-benda yang biasa dilihat oleh anak-anak.

“Alat peraga ini berbentuk laci. Laci adalah benda yang sangat sering dilihat dan digunakan oleh anak-anak, sedangkan sebagai daya tariknya adalah biji-biji kuningan ini,” jelas Ibu Sofiana.

Kotak kuningan atau kotak ajaib ini sendiri mempunyai beberapa fungsi yang dikhususkan untuk kelas awal. Pertama, alat ini berfungsi untuk memperkenalkan pada siswa angka dari 1 hingga 100, misalnya dengan mengambil atau menyusun kembali biji kuningan satu buah dan menunjukkan kartu angka bilangan 1.

Kedua, untuk perbandingan lebih banyak, lebih sedikit atau sama dengan hanya dengan mengunakan biji-biji kuningan, misalnya mengambil atau menyusun kembali tujuh biji kuningan lebih banyak dibandingkan dengan mengambil atau menyusun tiga biji kuningan dan seterusnya.

Ketiga, alat ini berfungsi memperkenalkan penjumlahan dan pengurangan, misalnya mengambil atau menyusun 4 biji kuningan ditambah mengambil atau menyusun 4 biji kuningan maka dijumlahkan ke semua biji kuningan sembari mencari kartu angka yang tersedia pada laci kotak ajaib.

Untuk Kelas AwalMenggunakan 100 biji kuningan pun

menjadi alasan yang berarti. Menurut ibu Sofiana digunakan 100 biji kuningan dan 100 angka agar dapat digunakan untuk kelas awal. “Jika kita hanya mengunakan 50 biji kuningan dan 50 angka, maka murid di kelas 2 tidak dapat mengunakkan lagi alat peraga ini,” jelas Ibu Sofiana. Dengan deretan biji kuningan yang berjumlah 100 buah itu memang memperindah tampilan Kotak Ajaib.

Bagaimana respon siswa? Semua siswa awalnya penasaran untuk memegang alat peraga ini dan rasa ingin tahu mereka sangat besar untuk menggunakannya, tetapi saying alat peraga ini hanya satu-satunya dimiliki oleh madrasah tersebut. “terkadang kami harus berebut jika ingin bermain angka-angka,” keluh Kautsari salah seorang siswi MIN Rukoh.

Mudah DigunakanDiakui alat peraga ini, selain

sederhana dan mudah digunakan, kotak ini juga telah membuktikan tingkat pemahaman siswa kelas awal terhadap penjumlahan dan pengurangan, perbandingan antara benda yang banyak dan yang lebih sedikit lebih cepat dan mudah dipahami oleh siswanya.

Tidaklah mengherankan bila madrasah yang telah menjadi mitra USAID DBE sejak tahun 2006 ini memperoleh Juara 3 tingkat nasional dan menerima penghargaan dari Dirjen Pendidikan Islam Kementerian Agama RI untuk inovasi pembelajaran. Kotak Ajaib dapat meningkatkan pemahaman Matematika kelas awal secara aktif, kreatif, inovatif dan menyenangkan.

(Tmk)

Kotak Ajaib Permudah Belajar Matematika

Siswa MIN Rukoh menyenangi penggunaan media Kotak Ajaib dalam pembelajaran Matematika.

Sidoarjo – Jawa Timur. Bisakah mengenal pesawat sederhana dalam pembelajaran dengan ICT? Jawabannya tentu saja bisa. Melalui model pembelajaran dengan satu komputer yang disusun oleh para guru SDN Kemantren 1 Tulangan yang dipimpin oleh Ibu Sundari, S.Pd ini disusun dalam tiga tahapan pokok. Tahap pertama adalah brainstorming, dimana guru dengan bantuan satu buah laptop dan satu buah LCD proyektor melalui slide-slide Powerpoint mengajak siswa untuk mengenali dan mengidentifikasi pesawat-pesawat sederhana.

Pada tahap berikutnya,siswa yang terbagi dalam tiga kelompok yang masing-masing terdiri dari lima sampai enam siswa tersebut diberi tugas yang berbeda pada masing-masing kelompok. Misalnya, kelompok yang khusus mengamati bidang miring dan baji, ada pula yang mengamati tuas, pengungkit dan roda, sedangkan yang lainnya mengamati katrol. Ketiga kelompok tersebut menempati tiga stasiun yang berbeda, dan akan melakukan rotasi setiap empat puluh lima menit. Ketiga stasiun tersebut adalah “Stasiun Download”, “Stasiun Diskusi”, dan “Stasiun Ambil Foto”.

Pesawat Sederhana Lebih Menarik dengan ICT

Stasiun DownloadPada Stasiun Download, siswa

difasilitasi satu buah laptop yang terhubung dengan internet yang digunakan secara bergantian dan satu buah printer. Di sini siswa akan mencari informasi yang relevan dengan pesawat sederhana yang sedang diamatinya. Siswa bisa mengambil data berupa gambar maupun artikel. Dan hasilnya dapat langsung di cetak di atas kertas, yang akan dipajang sebagai hasil karya siswa.

Stasiun Ambil FotoPada Stasiun Ambil Foto, dengan

dibekali satu buah kamera yang digunakan secara bergantian, salah satu siswa dipandu oleh satu orang kofasilitator mengenai cara penggunaan kamera. Kemudian siswa yang telah diajari ini menjadi tutor sebaya bagi rekannya dalam pengambilan gambar objek-objek pesawat sederhana yang sedang diamati. Objek pesawat sederhana dapat berupa alat-alat peraga dari pusat sumber belajar gugus (PSBG) yang telah disediakan sebelumnya oleh fasilitator, juga dapat berupa benda-benda yang ada di sekitar halaman sekolah mereka.

Stasiun DiskusiBerbeda dengan stasiun lainnya yang

menggunakan perangkat ICT, Stasiun Diskusi melakukan segalanya dengan konvensional. Ini memfasilitasi para siswa untuk menggambar dan berkreasi di atas kertas plano, menuangkan ide-ide mereka dari buku dan literatur yang mereka miliki dan dari hasil diskusi yang dilakukan. Tentu, fasilitator membekali mereka dengan peralatan apapun yang dibutuhkan agar mereka dapat menuangkan bakat seni yang dimiliki dengan misalnya, spidol berwarna, penggaris dan lain sebagainya.

Di akhir kegiatan, siswa diajak untuk menempelkan semua data yang diperoleh

dari masing-masing stasiun ke dalam kertas plano yang sebelumnya telah mereka desain pada Stasiun Diskusi. Setelah itu, Fasilitator mengajak perwakilan dari setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil karya.

Sesi PresentasiSetelah sesi presentasi berakhir,

masih ada satu sesi lagi yaitu mengerjakan sebuah evaluasi untuk menguji pemahaman siswa tentang konsep pesawat sederhana. Sementara masing-masing kelompok mengerjakan sebuah lembar kerja, perwakilan dari kelompok mengirimkan dua orang wakilnya ke sudut komputer untuk menginputkan foto-foto yang telah mereka ambil dari aktivitas sebelumnya ke dalam software pemetaan konsep “Inspiration”.

Dengan bantuan software ini, siswa mengklasifikasikan contoh peralatan ke dalam bagian-bagian pesawat sederhana. Mereka mengerjakannya sesuai dengan pembagian kelompok, namun mereka mengerjakannya ke dalam satu bagan. Setelah proses input ke dalam Inspiration selesai, dan siswa juga telah mengerjakan evaluasinya, kemudian dengan bantuan LCD proyektor dan laptop yang dioperasikan oleh salah satu siswa, perwakilan kelompok mempresentasikan pembagian pesawat sederhana.

Dengan dipandu guru untuk memberikan evaluasi akhir singkat, aktivitas “Pesawat Sederhana” pun berakhir. Selain memanfaatkan ICT, siswa juga difasilitasi dengan berbagai model belajar yang berbeda-beda, dengan pengamatan langsung dari lingkungan, menggunakan internet, dan dari buku. “Siswa juga dapat mengembangkan cara berpikirnya melalui diskusi dan peer teaching. Hasilnya siswa lebih antusias dan pembelajaran lebih menarik serta mudah dimengerti,” ungkap Ibu Sundari. (Dkd)

Stasiun Diskusi: Setiap kelompok berdiskusi dan mempresentasikan hasil kerja.

Penggunaan Kotak Ajaib dalam pembelajaran Matematika membuat siswa MIN Rukoh menyenangi belajar Matematika.

Stasiun Download: Siswa belajar mendonwnload materi dari internet. Stasiun Ambil Foto: Siswa mengambil obyek pembelajaran dengan kamera foto digital

12 - Prioritas Pendidikan: Edisi 1/ Oktober - Desember/ 2012 Prioritas Pendidikan: Edisi 1/ Oktober - Desember/ 2012 - 13

Page 14: Edisi 1 PRIORITAS PENDIDIKANMisalnya, keberhasilan implementasi MBS di SDN Sedati Gede 2, Sidoarjo, Jawa Timur, yang berhasil menciptakan akuntabilitas dalam pengelolaan sekolah yang

PRIORITAS - Praktik yang Baik PRIORITAS - Praktik yang Baik

Karawang - Jawa Barat. Pembelajaran diawali dengan penayangan video klip Cleopatra Stratan plesetan versi sunda. Para siswa MTsS Al-Ahliyah saat itu sedang memulai mengikuti proses pembelajaran Bahasa Sunda. Mereka berada diruang Lab ICT yang sangat nyaman. Pembelajaran Bahasa Sunda hari itu berkolaborasi dengan TIK. Mereka tampak ceria menikmati proses belajar secara rileks.

Setelah dalam waktu tujuh menit mereka menyaksikan tayangan video, lalu mereka mencoba untuk menceritakan kembali informasi yang mereka temukan dari video, dengan memperhatikan pula lirik lagu yang mereka dengar.

Di situlah mereka sudah mulai melakukan obrolan/ dialog/paguneman dari apa yang mereka dengar dan lihat. Lalu ada dua orang siswa yang berani maju ke depan untuk menceritakan kembali atau membicarakan info tersebut di depan teman-temannya.

Proses belajar menjadi lebih seru dengan stimulan yang merangsang siswa untuk berpikir tingkat tinggi, dan memicu siswa untuk menemukan konsep dengan gagasan bahasa sendiri. Selanjutnya mereka mulai mengerjakan LK dari guru. Langkah-langkah pembelajaran dapat dilihat pada kotak di bawah.

Membuat Teks Paguneman melalui Program Word, Belajar Lebih Efektif dan Menyenangkan

LAMBAR PANCEN BASA SUNDA

KD. 7.2.6 Paguneman jeung batur sakelas1.Tingali jeung titenan tayangan video Cleopatra Stratan plesetan versi sunda!2.Caritakeun naon eusina/pasualan anu aya dina tayangan tadi, pagunemkeun jeung

batur sakelas pasangan!3.Jieun teks paguneman jeung batur sabangku anu jeujeur pasualanana tiasa milih tina

3 wacana anu aya dina gambar pasagi opat: a. Gambar Pasagi Beuruem (CIKARACAK NINGGANG BATU);b. Gambar Pasagi Hejo (MAEN BAL);c. Gambar Pasagi Bulao (BUDAK TELENGES)

CIKARACAK

NINGGANG BATUMAEN BAL BUDAK TELENGES

Purworejo - Jawa Tengah. Proses pembelajaran dengan media Jelangkung dilakukan menggunakan kayu atau bambu yang disilangkan dan diberikan batok kelapa sebagai kepala dari Jaelangkung. Kayu yang disilangkan digunakan sebagai bidang koordinat, pada sumbu Y dibuat kepala dan pada sumbu X dikenakan baju sehingga menyerupai Jelangkung. Pembelajarannya, diawali dengan menyiapkan media Jaelangkung sebagai bidang koordinat, selanjutnya guru bersama peserta didik mencari tempat di halaman sekolah yang teduh. Setelah mendapatkan tempat yang nyaman, guru memberikan cerita tentang historis Jaelangkung untuk memperoleh daya tarik siswa. Guru merangsang dan menjelaskan relevansi media Jaelangku tersebut dengan matematika serta menjelaskan kompetensi dasar yang akan diajarkan yaitu menghitung kemiringan garis.

Setelah siswa memahami tujuan pembelajaran, guru membagi siswa dalam beberapa kelompok, membimbing siswa yang berkelompok untuk mendiskusikan tentang materi gradient dan menuliskannya di lembar kerja siswa dengan menggunakan lidi kecil berbentuk jaelangkung. Setiap kelompok membuat soal tentang gradient, kemudian diberikan kepada kelompok lain untuk menyelesaikannya. Setelah selesai dikerjakan, setiap kelompok mempresentasikan hasil dari pekerjaannya. Guru bersama peserta didik menyimpulkan hasil pekerjaan siswa dan memberi penekanan hasil. Setelah selesai melaksanakan simpulan dan penekanan hasil, guru memberikan reward kepada kelompok yang berhasil

mengerjakan soal disesuaikan dengan tingkat kebenaran pengerjaan soal.

Dari hasil evaluasi, dampak praktik pembelajaran dengan media Jaelangkung dapat diketahui bahwa pemahaman siswa tentang gradient lebih meningkat. Mereka juga mampu mengasumsikannya dengan media-media yang lain. Bahkan, ketuntasan belajarnya mencapai 80%. Siswa juga memahami nilai dan karakter budaya daerah. Mereka secara berimbang dan mampu memberikan penyikapan dengan benar tentang permainan Jaelangkung tersebut.

(Arz)

Manfaatkan Media “JAELANGKUNG” untuk Belajar Kemiringan Garis

Setelah melihat tayangan video, siswa menceritakan kembali informasi yang mereka peroleh dalam bahasa Sunda. Pada tahap ini siswa melakukan Paguneman

Siswa SMPN 19 Purworejo, Jawa Tengah, menunjukkan hasil karyanya dalam menghitung kemiringan garis yang menggunakan media Jaelangkung.

Pak Eko menunjukkan media Jaelangkung buatannya yang digunakan untuk membelajarkan kemiringan garis.

(1) Salah satu siswa memodelkan penggunaan media Jaelangkung untuk menghitung kemiringan garis.

(2) Belajar di halaman sekolah.(3) Hasil karya siswa.

3

1

2

No Langkah – langkah Pembelajaran Program

Word Excel Powerpoint Internet

1 Siswa mengamati tayangan video clip v

2 Siswa secara berpasangan menceritakan kembali apa

yang ditemukan dalam tayangan video tersebut, dengan

memperhatikan lyric lagu yang didengar.

v

3 Siswa diberikan lembar kerja tentang "nyieun teks

paguneman anu jejer pasualanana milih Tina 3 wacana dina

tilu gambar kotak warna (1.beureum ; Cikaracak ninggang

batu, 2.biru; budak telenges, 3. hejo; Maen bal) anu

dtampilkeun di power point".

v

4 Siswa berdiskusi secara berpasangan untuk mengerjakan

Lembar Kerja (Pancen)

v

5 Siswa membuat teks paguneman dengan menulisnya

secara berpasangan.

v v

6 Siswa mencari informasi contoh paguneman Sunda dari

Internet sebagai bahan perbandingan.

v

7 Siswa saling mereview hasil/menyunting karya siswa

melalui komputer yang dikerjakan secara berpasangan.

v

8 Siswa mempresentasikan hasil diskusi berdasarkan hasil

suntingan tersebut

v v

9 Siswa melakukan refleksi dan karya siswa sementara

disimpan Di komputer/flash disk, dan hasil karya siswa

bisa di print dan diportopoliokan.

v

Modus Belajar Dukungan TIK

Mendengarkan Presentasi,video/audio conference

Membaca Browsing Internet, buku online,

perpustakaan digital

Memperhatikan Presentasi, menonton film

Mencari Saran Mailing list, email, chatting,video/

audio conference, online mentoring

Menyimak Diskusi online

Menerima kritik Diskusi online, video/ audio

conference, mailing list, online

mentoring

Memodelkan Simulasi, game online, kegiatan role

playing online

Eksplorasi Eksperimen virtual, simulasi

Mendiskusikan ide Mailing list, video conference,

chatting, diskusi on- line

Mempraktikkan Eksperimen virtual,test online, game

pembelajaran, editing

Meneliti Tutorial online, perpustakaan digital

14 - Prioritas Pendidikan: Edisi 1/ Oktober - Desember/ 2012 Prioritas Pendidikan: Edisi 1/ Oktober - Desember/ 2012 - 15

Page 15: Edisi 1 PRIORITAS PENDIDIKANMisalnya, keberhasilan implementasi MBS di SDN Sedati Gede 2, Sidoarjo, Jawa Timur, yang berhasil menciptakan akuntabilitas dalam pengelolaan sekolah yang

PRIORITAS - Praktik yang Baik PRIORITAS - Praktik yang Baik

Karawang - Jawa Barat. Pembelajaran diawali dengan penayangan video klip Cleopatra Stratan plesetan versi sunda. Para siswa MTsS Al-Ahliyah saat itu sedang memulai mengikuti proses pembelajaran Bahasa Sunda. Mereka berada diruang Lab ICT yang sangat nyaman. Pembelajaran Bahasa Sunda hari itu berkolaborasi dengan TIK. Mereka tampak ceria menikmati proses belajar secara rileks.

Setelah dalam waktu tujuh menit mereka menyaksikan tayangan video, lalu mereka mencoba untuk menceritakan kembali informasi yang mereka temukan dari video, dengan memperhatikan pula lirik lagu yang mereka dengar.

Di situlah mereka sudah mulai melakukan obrolan/ dialog/paguneman dari apa yang mereka dengar dan lihat. Lalu ada dua orang siswa yang berani maju ke depan untuk menceritakan kembali atau membicarakan info tersebut di depan teman-temannya.

Proses belajar menjadi lebih seru dengan stimulan yang merangsang siswa untuk berpikir tingkat tinggi, dan memicu siswa untuk menemukan konsep dengan gagasan bahasa sendiri. Selanjutnya mereka mulai mengerjakan LK dari guru. Langkah-langkah pembelajaran dapat dilihat pada kotak di bawah.

Membuat Teks Paguneman melalui Program Word, Belajar Lebih Efektif dan Menyenangkan

LAMBAR PANCEN BASA SUNDA

KD. 7.2.6 Paguneman jeung batur sakelas1.Tingali jeung titenan tayangan video Cleopatra Stratan plesetan versi sunda!2.Caritakeun naon eusina/pasualan anu aya dina tayangan tadi, pagunemkeun jeung

batur sakelas pasangan!3.Jieun teks paguneman jeung batur sabangku anu jeujeur pasualanana tiasa milih tina

3 wacana anu aya dina gambar pasagi opat: a. Gambar Pasagi Beuruem (CIKARACAK NINGGANG BATU);b. Gambar Pasagi Hejo (MAEN BAL);c. Gambar Pasagi Bulao (BUDAK TELENGES)

CIKARACAK

NINGGANG BATUMAEN BAL BUDAK TELENGES

Purworejo - Jawa Tengah. Proses pembelajaran dengan media Jelangkung dilakukan menggunakan kayu atau bambu yang disilangkan dan diberikan batok kelapa sebagai kepala dari Jaelangkung. Kayu yang disilangkan digunakan sebagai bidang koordinat, pada sumbu Y dibuat kepala dan pada sumbu X dikenakan baju sehingga menyerupai Jelangkung. Pembelajarannya, diawali dengan menyiapkan media Jaelangkung sebagai bidang koordinat, selanjutnya guru bersama peserta didik mencari tempat di halaman sekolah yang teduh. Setelah mendapatkan tempat yang nyaman, guru memberikan cerita tentang historis Jaelangkung untuk memperoleh daya tarik siswa. Guru merangsang dan menjelaskan relevansi media Jaelangku tersebut dengan matematika serta menjelaskan kompetensi dasar yang akan diajarkan yaitu menghitung kemiringan garis.

Setelah siswa memahami tujuan pembelajaran, guru membagi siswa dalam beberapa kelompok, membimbing siswa yang berkelompok untuk mendiskusikan tentang materi gradient dan menuliskannya di lembar kerja siswa dengan menggunakan lidi kecil berbentuk jaelangkung. Setiap kelompok membuat soal tentang gradient, kemudian diberikan kepada kelompok lain untuk menyelesaikannya. Setelah selesai dikerjakan, setiap kelompok mempresentasikan hasil dari pekerjaannya. Guru bersama peserta didik menyimpulkan hasil pekerjaan siswa dan memberi penekanan hasil. Setelah selesai melaksanakan simpulan dan penekanan hasil, guru memberikan reward kepada kelompok yang berhasil

mengerjakan soal disesuaikan dengan tingkat kebenaran pengerjaan soal.

Dari hasil evaluasi, dampak praktik pembelajaran dengan media Jaelangkung dapat diketahui bahwa pemahaman siswa tentang gradient lebih meningkat. Mereka juga mampu mengasumsikannya dengan media-media yang lain. Bahkan, ketuntasan belajarnya mencapai 80%. Siswa juga memahami nilai dan karakter budaya daerah. Mereka secara berimbang dan mampu memberikan penyikapan dengan benar tentang permainan Jaelangkung tersebut.

(Arz)

Manfaatkan Media “JAELANGKUNG” untuk Belajar Kemiringan Garis

Setelah melihat tayangan video, siswa menceritakan kembali informasi yang mereka peroleh dalam bahasa Sunda. Pada tahap ini siswa melakukan Paguneman

Siswa SMPN 19 Purworejo, Jawa Tengah, menunjukkan hasil karyanya dalam menghitung kemiringan garis yang menggunakan media Jaelangkung.

Pak Eko menunjukkan media Jaelangkung buatannya yang digunakan untuk membelajarkan kemiringan garis.

(1) Salah satu siswa memodelkan penggunaan media Jaelangkung untuk menghitung kemiringan garis.

(2) Belajar di halaman sekolah.(3) Hasil karya siswa.

3

1

2

No Langkah – langkah Pembelajaran Program

Word Excel Powerpoint Internet

1 Siswa mengamati tayangan video clip v

2 Siswa secara berpasangan menceritakan kembali apa

yang ditemukan dalam tayangan video tersebut, dengan

memperhatikan lyric lagu yang didengar.

v

3 Siswa diberikan lembar kerja tentang "nyieun teks

paguneman anu jejer pasualanana milih Tina 3 wacana dina

tilu gambar kotak warna (1.beureum ; Cikaracak ninggang

batu, 2.biru; budak telenges, 3. hejo; Maen bal) anu

dtampilkeun di power point".

v

4 Siswa berdiskusi secara berpasangan untuk mengerjakan

Lembar Kerja (Pancen)

v

5 Siswa membuat teks paguneman dengan menulisnya

secara berpasangan.

v v

6 Siswa mencari informasi contoh paguneman Sunda dari

Internet sebagai bahan perbandingan.

v

7 Siswa saling mereview hasil/menyunting karya siswa

melalui komputer yang dikerjakan secara berpasangan.

v

8 Siswa mempresentasikan hasil diskusi berdasarkan hasil

suntingan tersebut

v v

9 Siswa melakukan refleksi dan karya siswa sementara

disimpan Di komputer/flash disk, dan hasil karya siswa

bisa di print dan diportopoliokan.

v

Modus Belajar Dukungan TIK

Mendengarkan Presentasi,video/audio conference

Membaca Browsing Internet, buku online,

perpustakaan digital

Memperhatikan Presentasi, menonton film

Mencari Saran Mailing list, email, chatting,video/

audio conference, online mentoring

Menyimak Diskusi online

Menerima kritik Diskusi online, video/ audio

conference, mailing list, online

mentoring

Memodelkan Simulasi, game online, kegiatan role

playing online

Eksplorasi Eksperimen virtual, simulasi

Mendiskusikan ide Mailing list, video conference,

chatting, diskusi on- line

Mempraktikkan Eksperimen virtual,test online, game

pembelajaran, editing

Meneliti Tutorial online, perpustakaan digital

14 - Prioritas Pendidikan: Edisi 1/ Oktober - Desember/ 2012 Prioritas Pendidikan: Edisi 1/ Oktober - Desember/ 2012 - 15

Page 16: Edisi 1 PRIORITAS PENDIDIKANMisalnya, keberhasilan implementasi MBS di SDN Sedati Gede 2, Sidoarjo, Jawa Timur, yang berhasil menciptakan akuntabilitas dalam pengelolaan sekolah yang

PRIORITAS - Praktik yang Baik PRIORITAS - Praktik yang Baik

Palopo - Sulawesi Selatan. Setahun

program DBE sudah berlalu, meninggalkan

banyak sekali kenangan, pengalaman berharga

bahkan pengetahuan yang mencerahkan di

SMPN 2 Palopo, Sulsel. Pelatihan pembelajaran

bermakna sangat memotivasi kami melakukan

inovasi pembelajaran. Bagi siswa kesempatan

mengeksplorasi kemampuannya dan potensinya,

tampak sungguh dinikmati. Kami mengubah

peran dari aktor tunggal di kelas menjadi

fasilitator pengembang potensi siswa. Siswa

mengakrabi kami layaknya teman sebaya,

bahkan tak jarang mereka curhat soal sekolah

dan lingkungan keluarganya. Kami sangat

menikmati kebersamaan itu. Demikian papar

Ros Hana, guru IPA SMPN 2 Palopo, sembari

berharap suasana itu langgeng di sekolahnya.

Namun dirinya juga bercerita lugas berbagai

masalah yang dihadapi pasca berakhirnya

program DBE. Tapi baginya masalah itu harus

jadi tantangan, antara lain: (1) tradisi

memelihara hasil dan praktik-praktik

pembelajaran yang baik perlu menjadi perhatian

bersama semua pihak di tingkat sekolah. Hal itu

memerlukan komitmen dan dukungan dari

berbagai pihak, seperti pihak dinas pendidikan.

(2) Kebijakan melanjutkan atau

menyebarluaskan hasil dan dampak praktik

yang baik, perlu dimasukkan dalam rencana

kerja sekolah sehingga capaian yang baik itu

dapat diinternalisasi oleh banyak pihak.

“Saya memilih tetap berinovasi di lingkup

pembelajaran bidang studi dan MGMP. Itu

tanggung jawab profesi saya. Untuk itu saya

sangat berharap adanya dukungan kuat dari

semua pihak untuk melanggengkan

pembelajaran inovatif di sekolah,” tandasnya.

(Ham)

Pembelajaran Kontekstual: Siswa Kelas VII E SMPN 2 Palopo sedang praktik membuat

Kompos dengan bahan dasar MOL (micro-bacteri organic liquid) yang dibuat sendiri

Memelihara Praktik yang Baik Harus Jadi Tradisi

Soppeng - Sulawesi Selatan. Guru yang tidak melakukan inovasi

pembelajaran jelas ketinggalan zaman. Pembelajaran dengan guru aktif, guru

aktor tungga, atau guru menjadi juru ceramah akan mengungkung potensi

dan kecerdasan siswa. Guru harus menyesuaikan diri dengan perkembangan.

Temuan Howard Gardner tentang ragam kecerdasan penting didalami guru

secara sungguh-sungguh. Ini penting karena guru harus menyelami dan

menemukenali potensi dan kecerdasan siswanya. Karena setiap siswa

memiliki kecerdasan tersendiri. Kita melihat mereka ada yang cerdas

Matematika, musik, bahasa (linguistik), spasial visual, interpersonal, dan

kecerdasan lainnya. Demikian jelas Alimin Kepala MTsN Takalala.

Dirinya yakin potensi dan kecerdasan itu dapat tumbuh dan

berkembang jika didukung inovasi pembelajaran oleh guru. “Sebenarnya

siswa tidak bodoh, tapi kita guru belum melayani gaya belajarnya,”ujarnya.

Agar potensi mereka berkembang dengan baik dirinya melihat metode

pembelajaran aktif dan kontekstual adalah sebuah pilihan tepat. Oleh karena

itu ia dan segenap gurunya tetap komit melaksanakan pembelajaran aktif

yang melayani gaya belajar siswa. Program itu akan terus dikembangkan dan

didiseminasikan melalui program USAID PRIORITAS. (Ham)

Melayani Gaya Belajar Siswa

Melayani gaya belajar siswa dengan proses pembelajaran aktif dan kontekstual, membuat siswa siswa MTsN Takalalla menikmati pembelajaran di sekolahnya.

Soppeng - Sulawesi Selatan. Ayo berangkat! Siapa lagi anggota belum naik?”tanya Amir sambil menghitung siswa yang sudah duduk di dalam mikroletnya. Ia segera akan mengantar mereka pulang ke rumahnya. Amir bersama delapan pemilik sekaligus sopir mikrolet lainnya bertugas mengantar jemput lebih kurang 250 siswa MTs Negeri Takalalla, Kab. Soppeng, pergi dan pulang sekolah setiap hari. “Kami punya daftar nama mereka yang setiap hari kami angkut. Jadi kami tidak sekedar mengangkut. Kami harus pastikan dari mereka yang tidak pergi sekolah atau tidak pulang ke rumah. Itu tugas diberikan sekolah kepada kami,” katanya.

Sekolah yang berkomitmen melayani gaya belajar siswanya dengan pembelajaran aktif itu memang sudah melaksanakan program layanan transportasi siswa sejak tahun 2009. ”Kami ini kan pelayan siswa. Bukan saja melayani gaya belajarnya tapi juga melayani kebutuhannya,” kata Drs. Alimin, kepala Madrasah mitra DBE itu. Dirinya melihat siswanya butuh transportasi pergi dan pulang sekolah. Mereka tinggal jauh dari sekolah dan akses transportasi tidak lancar. Akibatnya mereka telat tiba di sekolah. Kepala sekolah yang dikenal disiplin itu bertekad menemukan solusinya. Caranya? Dengan rendah hati ia menjawab, “Kami mulai dengan niat beribadah.”

Alimin bersama segenap gurunya sepakat mengumpulkan zakat profesi (penghasilan), infak dan sedekahnya untuk biaya mobil angkutan siswa mereka. “Sebetulnya tidak tepat kalau dibilang zakat profesi karena semua guru di sini, kecuali saya, gajinya tidak sampai semizan zakat profesi sesuai nisab zakat. Tapi uang yang terkumpul sejumlah Rp. 4.000.000 per bulan itu kami meniatkannya sebagai infak atau sedekah jika tidak tergolong kategori zakat profesi,” paparnya.

Untuk mencukupi sewa carter 9 unit mobil mikrolet sebanyak Rp. 7.200.000 per bulan, sewa per unitnya Rp. 800.000, pihaknya juga menerima subsidi dari orang tua yang membayarkan sendiri sewa mikrolet anaknya, dan ditambah lagi infak atau sumbangan sukarela dari guru yang menerima gaji sertifikasi. “Alhamdulillah semangat kami berbagi mendapat dukungan dari orang tua siswa,” katanya lagi.

Dampak dari program layanan transportasi siswa itu, menurut Alimin, sangat membantu menciptakan situasi damai

dan nyaman yang mendukung pembelajaran di sekolah. Khususnya bagi siswa. Mereka disiplin mengikuti pelajaran, tingkat kehadirannya di sekolah meningkat, tidak ada lagi siswa terlambat, siswa cinta pelajaran, dan hormat pada gurunya.

Bagi guru, mereka menjadi lebih dekat dan sayang kepada siswanya. Antara guru mereka kian kompak dan bekerjasama. Saling membantu membuat Lembar Kerja Siswa yang kontekstual. Sehingga tidak pernah ada kelas yang kosong dan siswa berkeliaran karena tidak belajar. Dengan program layanan transportasi siswa ini hubungan sekolah dengan orang tua semakin kuat. Komunikasi guru dengan orang tua siswa semakin mudah dan intens karena setiap guru wali kelas memberikan nomor handphone-nya ke setiap orang tua siswa. Tujuannya agar mereka dapat saling tukar inofrmasi mengenai keadaan anak atau siswa.

Dampak berharga yang dirasakan adalah orang tua siswa semakin percaya sekolah. Mereka ringan tangan membantu program sekolah. Ini semua memotivasi kami guru dan siswa di sekolah melaksanakan tugas dan kewajiban, mengajar dan belajar dengan hati. “Kami yakin pembelajaran yang didasari dengan hati tulus akan berhasil. Seperti kata Imam Syafii “kunci kesuksesan pembelajaran adalah guru dan siswa ikhlas memberi dan menerima pelajaran.”

“Dari program ini saya memetik makna, saat komunitas sekolah dibangun dengan empati antara guru, siswa, dan orang tua, maka pembelajaran dengan hati terwujud. Karena empati itu pulalah yang menghapus amarah, konflik bahkan tawuran,” ujar Alimin. (Ham)

MTS Negeri Takalala Kab. Soppeng

Zakat, Infak, dan Sedekah Guru Tanggulangi Masalah Transportasi Siswa

Drs. Alimin

Kasek MTS Neg. Takalala

“Saat komunitas sekolah dibangun dengan empati

antara guru, siswa, dan orang tua, maka pembelajaran

dengan hati mewujud. Karena empati itulah yang

melapangkan hati untuk berbagi. Karena empati itu

pulalah yang menghapus amarah, konflik bahkan

tawuran,”Alimin.

16 - Prioritas Pendidikan: Edisi 1/ Oktober - Desember/ 2012 Prioritas Pendidikan: Edisi 1/ Oktober - Desember/ 2012 - 17

Page 17: Edisi 1 PRIORITAS PENDIDIKANMisalnya, keberhasilan implementasi MBS di SDN Sedati Gede 2, Sidoarjo, Jawa Timur, yang berhasil menciptakan akuntabilitas dalam pengelolaan sekolah yang

PRIORITAS - Praktik yang Baik PRIORITAS - Praktik yang Baik

Palopo - Sulawesi Selatan. Setahun

program DBE sudah berlalu, meninggalkan

banyak sekali kenangan, pengalaman berharga

bahkan pengetahuan yang mencerahkan di

SMPN 2 Palopo, Sulsel. Pelatihan pembelajaran

bermakna sangat memotivasi kami melakukan

inovasi pembelajaran. Bagi siswa kesempatan

mengeksplorasi kemampuannya dan potensinya,

tampak sungguh dinikmati. Kami mengubah

peran dari aktor tunggal di kelas menjadi

fasilitator pengembang potensi siswa. Siswa

mengakrabi kami layaknya teman sebaya,

bahkan tak jarang mereka curhat soal sekolah

dan lingkungan keluarganya. Kami sangat

menikmati kebersamaan itu. Demikian papar

Ros Hana, guru IPA SMPN 2 Palopo, sembari

berharap suasana itu langgeng di sekolahnya.

Namun dirinya juga bercerita lugas berbagai

masalah yang dihadapi pasca berakhirnya

program DBE. Tapi baginya masalah itu harus

jadi tantangan, antara lain: (1) tradisi

memelihara hasil dan praktik-praktik

pembelajaran yang baik perlu menjadi perhatian

bersama semua pihak di tingkat sekolah. Hal itu

memerlukan komitmen dan dukungan dari

berbagai pihak, seperti pihak dinas pendidikan.

(2) Kebijakan melanjutkan atau

menyebarluaskan hasil dan dampak praktik

yang baik, perlu dimasukkan dalam rencana

kerja sekolah sehingga capaian yang baik itu

dapat diinternalisasi oleh banyak pihak.

“Saya memilih tetap berinovasi di lingkup

pembelajaran bidang studi dan MGMP. Itu

tanggung jawab profesi saya. Untuk itu saya

sangat berharap adanya dukungan kuat dari

semua pihak untuk melanggengkan

pembelajaran inovatif di sekolah,” tandasnya.

(Ham)

Pembelajaran Kontekstual: Siswa Kelas VII E SMPN 2 Palopo sedang praktik membuat

Kompos dengan bahan dasar MOL (micro-bacteri organic liquid) yang dibuat sendiri

Memelihara Praktik yang Baik Harus Jadi Tradisi

Soppeng - Sulawesi Selatan. Guru yang tidak melakukan inovasi

pembelajaran jelas ketinggalan zaman. Pembelajaran dengan guru aktif, guru

aktor tungga, atau guru menjadi juru ceramah akan mengungkung potensi

dan kecerdasan siswa. Guru harus menyesuaikan diri dengan perkembangan.

Temuan Howard Gardner tentang ragam kecerdasan penting didalami guru

secara sungguh-sungguh. Ini penting karena guru harus menyelami dan

menemukenali potensi dan kecerdasan siswanya. Karena setiap siswa

memiliki kecerdasan tersendiri. Kita melihat mereka ada yang cerdas

Matematika, musik, bahasa (linguistik), spasial visual, interpersonal, dan

kecerdasan lainnya. Demikian jelas Alimin Kepala MTsN Takalala.

Dirinya yakin potensi dan kecerdasan itu dapat tumbuh dan

berkembang jika didukung inovasi pembelajaran oleh guru. “Sebenarnya

siswa tidak bodoh, tapi kita guru belum melayani gaya belajarnya,”ujarnya.

Agar potensi mereka berkembang dengan baik dirinya melihat metode

pembelajaran aktif dan kontekstual adalah sebuah pilihan tepat. Oleh karena

itu ia dan segenap gurunya tetap komit melaksanakan pembelajaran aktif

yang melayani gaya belajar siswa. Program itu akan terus dikembangkan dan

didiseminasikan melalui program USAID PRIORITAS. (Ham)

Melayani Gaya Belajar Siswa

Melayani gaya belajar siswa dengan proses pembelajaran aktif dan kontekstual, membuat siswa siswa MTsN Takalalla menikmati pembelajaran di sekolahnya.

Soppeng - Sulawesi Selatan. Ayo berangkat! Siapa lagi anggota belum naik?”tanya Amir sambil menghitung siswa yang sudah duduk di dalam mikroletnya. Ia segera akan mengantar mereka pulang ke rumahnya. Amir bersama delapan pemilik sekaligus sopir mikrolet lainnya bertugas mengantar jemput lebih kurang 250 siswa MTs Negeri Takalalla, Kab. Soppeng, pergi dan pulang sekolah setiap hari. “Kami punya daftar nama mereka yang setiap hari kami angkut. Jadi kami tidak sekedar mengangkut. Kami harus pastikan dari mereka yang tidak pergi sekolah atau tidak pulang ke rumah. Itu tugas diberikan sekolah kepada kami,” katanya.

Sekolah yang berkomitmen melayani gaya belajar siswanya dengan pembelajaran aktif itu memang sudah melaksanakan program layanan transportasi siswa sejak tahun 2009. ”Kami ini kan pelayan siswa. Bukan saja melayani gaya belajarnya tapi juga melayani kebutuhannya,” kata Drs. Alimin, kepala Madrasah mitra DBE itu. Dirinya melihat siswanya butuh transportasi pergi dan pulang sekolah. Mereka tinggal jauh dari sekolah dan akses transportasi tidak lancar. Akibatnya mereka telat tiba di sekolah. Kepala sekolah yang dikenal disiplin itu bertekad menemukan solusinya. Caranya? Dengan rendah hati ia menjawab, “Kami mulai dengan niat beribadah.”

Alimin bersama segenap gurunya sepakat mengumpulkan zakat profesi (penghasilan), infak dan sedekahnya untuk biaya mobil angkutan siswa mereka. “Sebetulnya tidak tepat kalau dibilang zakat profesi karena semua guru di sini, kecuali saya, gajinya tidak sampai semizan zakat profesi sesuai nisab zakat. Tapi uang yang terkumpul sejumlah Rp. 4.000.000 per bulan itu kami meniatkannya sebagai infak atau sedekah jika tidak tergolong kategori zakat profesi,” paparnya.

Untuk mencukupi sewa carter 9 unit mobil mikrolet sebanyak Rp. 7.200.000 per bulan, sewa per unitnya Rp. 800.000, pihaknya juga menerima subsidi dari orang tua yang membayarkan sendiri sewa mikrolet anaknya, dan ditambah lagi infak atau sumbangan sukarela dari guru yang menerima gaji sertifikasi. “Alhamdulillah semangat kami berbagi mendapat dukungan dari orang tua siswa,” katanya lagi.

Dampak dari program layanan transportasi siswa itu, menurut Alimin, sangat membantu menciptakan situasi damai

dan nyaman yang mendukung pembelajaran di sekolah. Khususnya bagi siswa. Mereka disiplin mengikuti pelajaran, tingkat kehadirannya di sekolah meningkat, tidak ada lagi siswa terlambat, siswa cinta pelajaran, dan hormat pada gurunya.

Bagi guru, mereka menjadi lebih dekat dan sayang kepada siswanya. Antara guru mereka kian kompak dan bekerjasama. Saling membantu membuat Lembar Kerja Siswa yang kontekstual. Sehingga tidak pernah ada kelas yang kosong dan siswa berkeliaran karena tidak belajar. Dengan program layanan transportasi siswa ini hubungan sekolah dengan orang tua semakin kuat. Komunikasi guru dengan orang tua siswa semakin mudah dan intens karena setiap guru wali kelas memberikan nomor handphone-nya ke setiap orang tua siswa. Tujuannya agar mereka dapat saling tukar inofrmasi mengenai keadaan anak atau siswa.

Dampak berharga yang dirasakan adalah orang tua siswa semakin percaya sekolah. Mereka ringan tangan membantu program sekolah. Ini semua memotivasi kami guru dan siswa di sekolah melaksanakan tugas dan kewajiban, mengajar dan belajar dengan hati. “Kami yakin pembelajaran yang didasari dengan hati tulus akan berhasil. Seperti kata Imam Syafii “kunci kesuksesan pembelajaran adalah guru dan siswa ikhlas memberi dan menerima pelajaran.”

“Dari program ini saya memetik makna, saat komunitas sekolah dibangun dengan empati antara guru, siswa, dan orang tua, maka pembelajaran dengan hati terwujud. Karena empati itu pulalah yang menghapus amarah, konflik bahkan tawuran,” ujar Alimin. (Ham)

MTS Negeri Takalala Kab. Soppeng

Zakat, Infak, dan Sedekah Guru Tanggulangi Masalah Transportasi Siswa

Drs. Alimin

Kasek MTS Neg. Takalala

“Saat komunitas sekolah dibangun dengan empati

antara guru, siswa, dan orang tua, maka pembelajaran

dengan hati mewujud. Karena empati itulah yang

melapangkan hati untuk berbagi. Karena empati itu

pulalah yang menghapus amarah, konflik bahkan

tawuran,”Alimin.

16 - Prioritas Pendidikan: Edisi 1/ Oktober - Desember/ 2012 Prioritas Pendidikan: Edisi 1/ Oktober - Desember/ 2012 - 17

Page 18: Edisi 1 PRIORITAS PENDIDIKANMisalnya, keberhasilan implementasi MBS di SDN Sedati Gede 2, Sidoarjo, Jawa Timur, yang berhasil menciptakan akuntabilitas dalam pengelolaan sekolah yang

PADA 15 September 2011 lalu saya diundang program Decentralized Basic Education (DBE) melakukan kunjungan belajar ke Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Saya berkesempatan berkunjung ke SMPN 19 Purworejo.

Awalnya saya ragu dengan sekolah itu karena jaraknya cukup jauh (sekitar 20 km) dari ibukota kabupaten. Setelah saya berkunjung ke kelas-kelas, saya mendapatkan suasana yang tidak pernah saya jumpai. Saya melihat pembelajaran begitu aktif.

Siswa belajar berkelompok dan berdiskusi memecahkan masalah. Hasil diskusi mereka presentasikan di depan kelas. Pelajaran diajarkan sesuai konteks lingkungan sosialnya. Metode guru mengajar bervariasi (tidak ceramah saja). Banyak media pembelajaran dibuat guru dan siswa. Media dengan biaya murah. Semua itu membuat siswa termotivasi dan senang belajar.

Menurut kepala sekolah, metode pembelajaran mulai berubah dari pembelajaran klasik (ceramah saja) menjadi contextual teaching and learning (CTL) sejak program DBE masuk di SMPN 19 Purworejo. Program DBE mendapat dukungan dari semua pihak. Terutama dari dinas pendidikan, dewan pendidikan dan bahkan Bupati. Secara nyata program ini mampu meningkatkan prestasi pembelajaran di sekolah.

Apa yang saya lihat di SMPN 19 Purworejo adalah jawaban atas kegelisahan saya selama ini. Kegelisahan tatkala mengunjungi sekolah di daerah pemilihan saya. Kritik Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) terhadap metode pendidikan tidak akan berlaku di SMPN 19 ini. Bahkan metode pembelajaran yang dikembangkan DBE mampu menjawab kritik SBY.

Kritik SBYSBY pernah mengkritik keras dunia

pendidikan kita. ”Saya kritik metode pendidikan kita,” ujar SBY saat memberikan sambutan dalam

National Summit 2009 di Hotel Bidakara, Jakarta pada 29 Oktober 2009 silam.

“Coba kita lihat. Sejak TK, SD, SMP, SMA metodenya jangan guru yang aktif, sementara siswanya pasif,”cetus SBY. ”Kalau siswa cuma pasif saja,” lanjut SBY, “siswa nantinya tidak akan berpikir kreatif dan (tidak) berkembang pola pikirnya.” “Kalau cuma itu (tujuan nilai rapor), maka anak-anak kita tidak akan berkembang kreatif,” tambah SBY. SBY meminta siswa didorong mempelajari studi kasus, sehingga nalar bertambah

bagus (detiknews, 29/10/2009)

StrategiDari kritik SBY dan pengalaman saya,

ada enam strategi yang bisa dilakukan untuk meningkatan mutu pendidikan.

Pertama, perlunya komitmen stakeholders pendidikan untuk peningkatan mutu. Komitmen ini diwujudkan lewat tindakan-tindakan programatik dan nyata. Dinas pendidikan dalam hal ini, tidak semata-mata sebagai pelayan, tetapi harus mampu menelurkan program peningkatan mutu yang nyata. Ada baiknya dibentuk Tim Pengembang Mutu Pendidikan di daerah yang khusus meningkatkan mutu di sekolah-sekolah.

Kedua, mengimplementasikan dan

mengembangkan CTL untuk SMP/MTs sederajat dan Pembelajaran Aktif, Kreatif dan Menyenangkan (PAKEM) untuk SD/MI sederajat. Ini dapat dilakukan dengan pengembangan kapasitas guru, kepala sekolah dan pengawas melalui pelatihan-pelatihan, pendampingan dan pengawasan. Pelatihan saja tidak cukup! Untuk menjamin guru dan kepala sekolah menerapkan setelah pelatihan perlu dilakukan pendampingan dan pengawasan.

Ketiga, mengembangkan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yang didalamnya memuat pengelolaan sekolah yang partisipatif dan transparan, peningkatan peran komite sekolah dan membangun kemitraan dengan pihak lain.

Keempat, implementasi dilakukan secara bertahap, dimulai dengan beberapa sekolah contoh (school’s models). Setelah berhasil, baru dikembangkan ke sekolah lain.

Kelima, ekspos pendidikan perlu dilakukan setahun sekali di daerah. Ekpos ini sebagai ajang sekolah dan dinas pendidikan menunjukkan keberhasilan dan kemajuan dalam mengelola pendidikan kepada masyarakat.

Keenam, pada level pre-service pendidikan, dalam hal ini LPTK, perlu memperbaiki sistem dalam mencetak tenaga kependidikan agar lulusannya menjadi tenaga siap pakai dan memiliki keterampilan mengajar yang baik.

Saya yakin jika enam langkah ini dijalankan secara serius dan konsisten, maka kritik SBY terhadap dunia pendidikan akan terjawab cepat. Sehingga muaranya adalah kemajuan bangsa Indonesia. Seperti kata Stan Shih, ”Pengembangan efektif kekuatan otak di suatu negara akan menentukan kesejahteraan negara tersebut di masa depan.”

Strategi Peningkatan Mutu Pendidikan Oleh Sopar Siburian, SH, MH

Ruh pendidikan itu sesungguhnya adalah pembelajaran. Meningkatan mutu pendidikan tanpa menyentuh ruhnya, pasti mustahil terwujud.

Ada baiknya dibentuk Tim

Pengembang Mutu Pendidikan di daerah

yang khusus meningkatan mutu di

sekolah-sekolah

SOPAR SIBURIAN, SH, MH Anggota DPRD Sumatera Utara. Ketika menulis artikel ini bertugas di Komisi E (Pendidikan). Artikel diterbitkan pertama kali oleh Harian Waspada, Medan (11/10/2011). Disarikan kembali atas persetujuan penulis.

PRIORITAS - Gagasan PRIORITAS - Gagasan

BANYAK pengalaman baru yang kami peroleh saat mengikuti kegiatan pelatihan DBE. Untuk memaksimalkan dampaknya, kami mengaktifkan kegiatan MGMP Sekolah. Kegiatan tersebut dilakukan untuk semua mata pelajaran (mapel) yang melibatkan semua guru. Pelaksanaannya dilakukan secara intensif, santai dan dalam suasana kekeluargaan. Para guru berkelompok sesuai dengan rumpun mapel, yang salah satu gurunya telah mendapat pelatihan.

Perencanaan dan simulasi dilakukan secara bertahap. Setiap guru diberi kesempatan untuk melihat langsung aplikasi di lapangan dengan menuliskan berbagai masukan mulai dari kekurangan, kelebihan dan tambahan kegiatan yang harus dilakukan. Dengan kegiatan ini guru tidak merasa canggung atau risih ketika dalam melakukan tugasnya “diperhatikan” oleh teman sejawat yang ingin menimba ilmu darinya.

Guru yang belum mendapatkan pelatihan mendapatkan pengalaman yang sama dengan guru yang mengikuti pelatihan. MGMP Sekolah dengan menggunakan konsep mapel serumpun ternyata dapat lebih efektif. Kegiatan ini mampu menumbuhkan kegiatan komunitas belajar yang baik di kalangan guru. Jika diperlukan tim teaching yang handal, maka kegiatan pembelajarannya dapat saling melengkapi dan memperkaya sehingga wawasan anak belajar menjadi lebih komprehensif dan luas karena melibatkan semua unsur.

Kegiatan refleksi yang berfokus menentukan yang sudah berhasil dan yang perlu diperbaiki, menjadi sarana ilmiah untuk mengkritisi diri sendiri dan mendapatkan solusi dari teman sejawat. Di sini tidak ada yang tersinggung atau merasa dihakimi. Mereka merasa sedang terlibat dalam suatu forum komunikasi ilmiah yang harmonis dengan mengetengahkan berbagai argumen penting yang menjadi landasan berdasarkan teori–teori ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan.

Kegiatan observasi praktik mengajar, memberikan paradigma yang lebih luas, bahwa banyak cara yang dapat ditempuh guru untuk memacu dan memicu sekaligus

mengeksplorasi kemampuan siswa secara maksimal dengan tidak “merepotkan” guru. Kegiatan yang berorientasi teacher-centered dibatasi seminimal mungkin untuk memberikan kesempatan kepada siswa mengeksplorasi dirinya. Banyak bahan ajar yang dapat digunakan siswa lebih murah, misalnya dengan memanfaatkan barang bekas, yang bermakna, sesuai dengan tujuan belajar, dan berharga dalam peningkatan pengalaman belajar.

Kami berusaha untuk legowo dengan kekurangan kami dan tidak underestimate menganggap siswa kurang mampu. Kami berupaya memberikan pengalaman belajar yang sesungguhnya. Tak selamanya guru memberikan “masukan” langsung seperti “menyuapi” siswa dengan jawaban tertentu dalam proses pemecahan masalah. Kami

merasa sekadar memfasilitasi siswa untuk menemukan sendiri pemahaman konsepnya secara benar dan menyenangkan, sehingga penguasaan konsepnya akan lebih baik dan bermakna. Kemampuan siswa lebih terasah dalam hal kecakapan sosial seperti menghargai pendapat orang lain, santun dalam berucap dan bertindak. Ini juga memugkinkan siswa mampu berkolaborasi memecahkan masalah secara lebih baik.

Tiga konsep utama yang digarisbawahi dalam kegiatan MGMP ini adalah penataan perabotan kelas, pemajangan hasil karya siswa dan variasi lingkungan belajar. Guru dituntut melakukan persiapan dengan matang dan mempertimbangkan banyak hal tentang sarana pendukung yang dapat digunakan agar proses pembelaran melibatkan siswa secara fisik dan emosional dalam arti berkonsentrasi penuh. Awalnya memang terasa agak merepotkan. Namun, ‘keringat’ akan terbayar dengan kualitas proses pembelajaran yang mampu menghantarkan pada konsep pemahaman siswa secara menyeluruh dan bermakna. Siswa merasa senang dan rasa ingin tahunya dapat terbina dengan baik.

Kemandirian siswa yang dibangun dan dibina melalui proses pembelajaran kooperatif turut pula membantu meringankan tugas sehari-hari guru. Ketergantungan murid terhadap guru dapat berangsur berkurang, karena siswa lebih suka dan asyik berbagi dengan teman-temannya melalui berbagai sumber belajar yang tersedia di sekelilingnya. Kemandirian tersebut dapat dilihat dari kemampuan siswa belajar secara optimal walaupun gurunya seorang tuna netra. Yang lebih penting juga adalah kemampuan kita selaku

praktisi pendidikan untuk melakukan perubahan untuk mempersembahkan yang terbaik dan tidak cepat puas dengan yang telah didapat. Sebagaimana diajarkan DBE, kemampuan profesional ini kami kembangkan di dapur MGMP Sekolah.

Pemberdayaan MGMP SekolahOleh Mulyana Surya Atmaja

Dengan kegiatan ini guru tidak merasa canggung atau risih ketika dalam

melakukan tugasnya “diperhatikan” oleh

teman sejawat.

Para guru melakukan observasi kelas bersama guru model dalam kegiatan MGMP sekolah yang

dilaksanakan di SMPN 2 Rawamerta, Karawang.

Mulyana Surya Atmaja adalah Ketua MGMP IPA Kab. Karawang, Jawa Barat.

18 - Prioritas Pendidikan: Edisi 1/ Oktober - Desember/ 2012 Prioritas Pendidikan: Edisi 1/ Oktober - Desember/ 2012 - 19

Page 19: Edisi 1 PRIORITAS PENDIDIKANMisalnya, keberhasilan implementasi MBS di SDN Sedati Gede 2, Sidoarjo, Jawa Timur, yang berhasil menciptakan akuntabilitas dalam pengelolaan sekolah yang

PADA 15 September 2011 lalu saya diundang program Decentralized Basic Education (DBE) melakukan kunjungan belajar ke Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Saya berkesempatan berkunjung ke SMPN 19 Purworejo.

Awalnya saya ragu dengan sekolah itu karena jaraknya cukup jauh (sekitar 20 km) dari ibukota kabupaten. Setelah saya berkunjung ke kelas-kelas, saya mendapatkan suasana yang tidak pernah saya jumpai. Saya melihat pembelajaran begitu aktif.

Siswa belajar berkelompok dan berdiskusi memecahkan masalah. Hasil diskusi mereka presentasikan di depan kelas. Pelajaran diajarkan sesuai konteks lingkungan sosialnya. Metode guru mengajar bervariasi (tidak ceramah saja). Banyak media pembelajaran dibuat guru dan siswa. Media dengan biaya murah. Semua itu membuat siswa termotivasi dan senang belajar.

Menurut kepala sekolah, metode pembelajaran mulai berubah dari pembelajaran klasik (ceramah saja) menjadi contextual teaching and learning (CTL) sejak program DBE masuk di SMPN 19 Purworejo. Program DBE mendapat dukungan dari semua pihak. Terutama dari dinas pendidikan, dewan pendidikan dan bahkan Bupati. Secara nyata program ini mampu meningkatkan prestasi pembelajaran di sekolah.

Apa yang saya lihat di SMPN 19 Purworejo adalah jawaban atas kegelisahan saya selama ini. Kegelisahan tatkala mengunjungi sekolah di daerah pemilihan saya. Kritik Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) terhadap metode pendidikan tidak akan berlaku di SMPN 19 ini. Bahkan metode pembelajaran yang dikembangkan DBE mampu menjawab kritik SBY.

Kritik SBYSBY pernah mengkritik keras dunia

pendidikan kita. ”Saya kritik metode pendidikan kita,” ujar SBY saat memberikan sambutan dalam

National Summit 2009 di Hotel Bidakara, Jakarta pada 29 Oktober 2009 silam.

“Coba kita lihat. Sejak TK, SD, SMP, SMA metodenya jangan guru yang aktif, sementara siswanya pasif,”cetus SBY. ”Kalau siswa cuma pasif saja,” lanjut SBY, “siswa nantinya tidak akan berpikir kreatif dan (tidak) berkembang pola pikirnya.” “Kalau cuma itu (tujuan nilai rapor), maka anak-anak kita tidak akan berkembang kreatif,” tambah SBY. SBY meminta siswa didorong mempelajari studi kasus, sehingga nalar bertambah

bagus (detiknews, 29/10/2009)

StrategiDari kritik SBY dan pengalaman saya,

ada enam strategi yang bisa dilakukan untuk meningkatan mutu pendidikan.

Pertama, perlunya komitmen stakeholders pendidikan untuk peningkatan mutu. Komitmen ini diwujudkan lewat tindakan-tindakan programatik dan nyata. Dinas pendidikan dalam hal ini, tidak semata-mata sebagai pelayan, tetapi harus mampu menelurkan program peningkatan mutu yang nyata. Ada baiknya dibentuk Tim Pengembang Mutu Pendidikan di daerah yang khusus meningkatkan mutu di sekolah-sekolah.

Kedua, mengimplementasikan dan

mengembangkan CTL untuk SMP/MTs sederajat dan Pembelajaran Aktif, Kreatif dan Menyenangkan (PAKEM) untuk SD/MI sederajat. Ini dapat dilakukan dengan pengembangan kapasitas guru, kepala sekolah dan pengawas melalui pelatihan-pelatihan, pendampingan dan pengawasan. Pelatihan saja tidak cukup! Untuk menjamin guru dan kepala sekolah menerapkan setelah pelatihan perlu dilakukan pendampingan dan pengawasan.

Ketiga, mengembangkan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yang didalamnya memuat pengelolaan sekolah yang partisipatif dan transparan, peningkatan peran komite sekolah dan membangun kemitraan dengan pihak lain.

Keempat, implementasi dilakukan secara bertahap, dimulai dengan beberapa sekolah contoh (school’s models). Setelah berhasil, baru dikembangkan ke sekolah lain.

Kelima, ekspos pendidikan perlu dilakukan setahun sekali di daerah. Ekpos ini sebagai ajang sekolah dan dinas pendidikan menunjukkan keberhasilan dan kemajuan dalam mengelola pendidikan kepada masyarakat.

Keenam, pada level pre-service pendidikan, dalam hal ini LPTK, perlu memperbaiki sistem dalam mencetak tenaga kependidikan agar lulusannya menjadi tenaga siap pakai dan memiliki keterampilan mengajar yang baik.

Saya yakin jika enam langkah ini dijalankan secara serius dan konsisten, maka kritik SBY terhadap dunia pendidikan akan terjawab cepat. Sehingga muaranya adalah kemajuan bangsa Indonesia. Seperti kata Stan Shih, ”Pengembangan efektif kekuatan otak di suatu negara akan menentukan kesejahteraan negara tersebut di masa depan.”

Strategi Peningkatan Mutu Pendidikan Oleh Sopar Siburian, SH, MH

Ruh pendidikan itu sesungguhnya adalah pembelajaran. Meningkatan mutu pendidikan tanpa menyentuh ruhnya, pasti mustahil terwujud.

Ada baiknya dibentuk Tim

Pengembang Mutu Pendidikan di daerah

yang khusus meningkatan mutu di

sekolah-sekolah

SOPAR SIBURIAN, SH, MH Anggota DPRD Sumatera Utara. Ketika menulis artikel ini bertugas di Komisi E (Pendidikan). Artikel diterbitkan pertama kali oleh Harian Waspada, Medan (11/10/2011). Disarikan kembali atas persetujuan penulis.

PRIORITAS - Gagasan PRIORITAS - Gagasan

BANYAK pengalaman baru yang kami peroleh saat mengikuti kegiatan pelatihan DBE. Untuk memaksimalkan dampaknya, kami mengaktifkan kegiatan MGMP Sekolah. Kegiatan tersebut dilakukan untuk semua mata pelajaran (mapel) yang melibatkan semua guru. Pelaksanaannya dilakukan secara intensif, santai dan dalam suasana kekeluargaan. Para guru berkelompok sesuai dengan rumpun mapel, yang salah satu gurunya telah mendapat pelatihan.

Perencanaan dan simulasi dilakukan secara bertahap. Setiap guru diberi kesempatan untuk melihat langsung aplikasi di lapangan dengan menuliskan berbagai masukan mulai dari kekurangan, kelebihan dan tambahan kegiatan yang harus dilakukan. Dengan kegiatan ini guru tidak merasa canggung atau risih ketika dalam melakukan tugasnya “diperhatikan” oleh teman sejawat yang ingin menimba ilmu darinya.

Guru yang belum mendapatkan pelatihan mendapatkan pengalaman yang sama dengan guru yang mengikuti pelatihan. MGMP Sekolah dengan menggunakan konsep mapel serumpun ternyata dapat lebih efektif. Kegiatan ini mampu menumbuhkan kegiatan komunitas belajar yang baik di kalangan guru. Jika diperlukan tim teaching yang handal, maka kegiatan pembelajarannya dapat saling melengkapi dan memperkaya sehingga wawasan anak belajar menjadi lebih komprehensif dan luas karena melibatkan semua unsur.

Kegiatan refleksi yang berfokus menentukan yang sudah berhasil dan yang perlu diperbaiki, menjadi sarana ilmiah untuk mengkritisi diri sendiri dan mendapatkan solusi dari teman sejawat. Di sini tidak ada yang tersinggung atau merasa dihakimi. Mereka merasa sedang terlibat dalam suatu forum komunikasi ilmiah yang harmonis dengan mengetengahkan berbagai argumen penting yang menjadi landasan berdasarkan teori–teori ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan.

Kegiatan observasi praktik mengajar, memberikan paradigma yang lebih luas, bahwa banyak cara yang dapat ditempuh guru untuk memacu dan memicu sekaligus

mengeksplorasi kemampuan siswa secara maksimal dengan tidak “merepotkan” guru. Kegiatan yang berorientasi teacher-centered dibatasi seminimal mungkin untuk memberikan kesempatan kepada siswa mengeksplorasi dirinya. Banyak bahan ajar yang dapat digunakan siswa lebih murah, misalnya dengan memanfaatkan barang bekas, yang bermakna, sesuai dengan tujuan belajar, dan berharga dalam peningkatan pengalaman belajar.

Kami berusaha untuk legowo dengan kekurangan kami dan tidak underestimate menganggap siswa kurang mampu. Kami berupaya memberikan pengalaman belajar yang sesungguhnya. Tak selamanya guru memberikan “masukan” langsung seperti “menyuapi” siswa dengan jawaban tertentu dalam proses pemecahan masalah. Kami

merasa sekadar memfasilitasi siswa untuk menemukan sendiri pemahaman konsepnya secara benar dan menyenangkan, sehingga penguasaan konsepnya akan lebih baik dan bermakna. Kemampuan siswa lebih terasah dalam hal kecakapan sosial seperti menghargai pendapat orang lain, santun dalam berucap dan bertindak. Ini juga memugkinkan siswa mampu berkolaborasi memecahkan masalah secara lebih baik.

Tiga konsep utama yang digarisbawahi dalam kegiatan MGMP ini adalah penataan perabotan kelas, pemajangan hasil karya siswa dan variasi lingkungan belajar. Guru dituntut melakukan persiapan dengan matang dan mempertimbangkan banyak hal tentang sarana pendukung yang dapat digunakan agar proses pembelaran melibatkan siswa secara fisik dan emosional dalam arti berkonsentrasi penuh. Awalnya memang terasa agak merepotkan. Namun, ‘keringat’ akan terbayar dengan kualitas proses pembelajaran yang mampu menghantarkan pada konsep pemahaman siswa secara menyeluruh dan bermakna. Siswa merasa senang dan rasa ingin tahunya dapat terbina dengan baik.

Kemandirian siswa yang dibangun dan dibina melalui proses pembelajaran kooperatif turut pula membantu meringankan tugas sehari-hari guru. Ketergantungan murid terhadap guru dapat berangsur berkurang, karena siswa lebih suka dan asyik berbagi dengan teman-temannya melalui berbagai sumber belajar yang tersedia di sekelilingnya. Kemandirian tersebut dapat dilihat dari kemampuan siswa belajar secara optimal walaupun gurunya seorang tuna netra. Yang lebih penting juga adalah kemampuan kita selaku

praktisi pendidikan untuk melakukan perubahan untuk mempersembahkan yang terbaik dan tidak cepat puas dengan yang telah didapat. Sebagaimana diajarkan DBE, kemampuan profesional ini kami kembangkan di dapur MGMP Sekolah.

Pemberdayaan MGMP SekolahOleh Mulyana Surya Atmaja

Dengan kegiatan ini guru tidak merasa canggung atau risih ketika dalam

melakukan tugasnya “diperhatikan” oleh

teman sejawat.

Para guru melakukan observasi kelas bersama guru model dalam kegiatan MGMP sekolah yang

dilaksanakan di SMPN 2 Rawamerta, Karawang.

Mulyana Surya Atmaja adalah Ketua MGMP IPA Kab. Karawang, Jawa Barat.

18 - Prioritas Pendidikan: Edisi 1/ Oktober - Desember/ 2012 Prioritas Pendidikan: Edisi 1/ Oktober - Desember/ 2012 - 19

Page 20: Edisi 1 PRIORITAS PENDIDIKANMisalnya, keberhasilan implementasi MBS di SDN Sedati Gede 2, Sidoarjo, Jawa Timur, yang berhasil menciptakan akuntabilitas dalam pengelolaan sekolah yang

LPTK Mitra: A. Universitas

Negeri Makassar (UNM)

B. Universitas Islam Negeri Alauddin (UIN) Makasar

10

8

4

1

3

5

6

97

11

2 Keterangan:1. Palopo2. Luwu3. Pinrang4. Sidrap5. Soppeng6. Pangkep7. Makassar8. Wajo9. Maros10. Bantaeng11. Jeneponto12. Enrekang

Provinsi SulawesiSelatan

Keterangan:1. Banda Aceh (Kota)2. Pidie3. Bener Meriah4. Aceh Besar5. Aceh Jaya6. Aceh Tengah7. Bireun

LPTK Mitra:A. Universitas Syiah Kuala B. IAIN Ar-Raniry

1

5

3

6

3

2Provinsi Sumatera

Utara

Keterangan:1. Binjai2. Deli Serdang3. Kota Medan4. Tebing Tinggi5. Tanjung Balai6. Labuhan Batu7. Sibolga8.Tapanuli Utara9. Tapanuli Selatan10. Nias Selatan

LPTK Mitra:

A. Universitas Negeri Medan

B. IAIN Sumatra Utara Medan

45

6

79

810

Provinsi Aceh

5

4

2

31

1

6

78

23 4

5

1

13

1211

2

3

4

5

7

108

6

9

Provinsi Jawa Tengah

Provinsi Jawa Barat

Provinsi Banten

Keterangan:1. Kota Tangerang2. Kota Cilegon3. Kab. Serang4. Lebak5. Kab. Pandeglang

LPTK Mitra:A. IAIN Sultan Maulana HasanudinB. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Keterangan:1. Kota Bogor2. Karawang3. Subang4. Indramayu

5. Kab. Sukabumi6. Bandung Barat7. Cimahi8. Garut9. Ciamis

LPTK Mitra:A. Universitas

Pendidikan Indonesia (UPI)

B. Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung

Keterangan:1. Batang2. Kab Semarang3. Demak4. Jepara5. Kudus6. Grobogan7. Blora8. Karang Anyar9. Sragen10. Boyolali11. Purworejo12. Banjarnegara13. Purbalingga

LPTK Mitra:A. Universitas Negeri Semarang (UNNES)B. IAIN Walisongo Semarang. C. Universitas Negeri Yogyakarta (UNY)

2

4

5

6

13

1

1211

8

9

310

7

Provinsi Jawa Timur

Provinsi NTB

Provinsi NTT

Provinsi PapuaKeterangan:1. Nganjuk2. Bojonegoro3. Tuban4. Bangkalan5. Sampang6. Pamekasan7. Sidoarjo8. Pasuruan9. Situbondo10. Kota Mojokerto11. Kab. Mojokerto12. Kab. Blitar13. Kab. Madiun

LPTK Mitra:A. Universitas Negeri Surabaya (UNESA) B. IAIN Sunan Ampel, SurabayaC. Universitas Negeri Malang (UM)

Daerah Mitra USAID PRIORITAS Tahun Pertama

Perluasan Provinsi Mitra USAID PRIORITAS Tahun Kedua dan Ketiga

Daerah mitra DBE yang dikembangkan USAID PRIORITAS

DAERAH MITRA USAID PRIORITAS

24 1

12

9

7

USAID PRIORITAS adalah program lima tahun yang didanai oleh USAID, yang diimplementasikan oleh Research Triangle Institute (RTI), Education Development Center (EDC), dan World Education. USAID PRIORITAS dirancang untuk meningkatkan akses pendidikan dasar berkualitas di Indonesia, khususnya untuk: (1) Meningkatkan kualitas dan relevansi pembelajaran di sekolah; (2) Meningkatkan tata kelola dan manajemen pendidikan di sekolah dan kabupaten/kota; (3) Meningkatkan dukungan koordinasi di dalam dan antar sekolah, lembaga pendidikan/ pelatihan guru dan pemerintah di semua jenjang. Isi dari news letter ini bukan merepresentasikan pendapat resmi dari USAID atau pemerintah Amerika Serikat.

USAID PRIORITAS bekerja di 69 daerah mitra yang tersebar di Provinsi Aceh, Sumatra Utara, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan. Pada tahun kedua, daerah mitra akan di perluas ke Provinsi Papua, dan tahun ketiga diperluas ke Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat.