Kepemimpinan dan komponen mbs

22
Tugas Makalah MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH “Kepemimpinan MBS dan Komponen-komponen MBS ” Oleh: Kelompok III 1. Rianti 2. Muh. Syirajuddinnur 3. Sopiah 4. Endriana 5. Ryorafli SEMESTER IV JURUSAN TARBIYAH/PAI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SULTAN QAIMUDDIN KENDARI 1

description

Kepemimpinan dan Komponen MBS

Transcript of Kepemimpinan dan komponen mbs

Page 1: Kepemimpinan dan komponen mbs

Tugas Makalah

MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH

“Kepemimpinan MBS dan Komponen-komponen MBS ”

Oleh:

Kelompok III

1. Rianti

2. Muh. Syirajuddinnur

3. Sopiah

4. Endriana

5. Ryorafli

SEMESTER IV

JURUSAN TARBIYAH/PAI

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

SULTAN QAIMUDDIN

KENDARI

2014

1

Page 2: Kepemimpinan dan komponen mbs

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyelenggaraan pendidikan yang bermutu dan semakin merata akan

menghadapi tantangan yang semakin kompleks. Efesiensi pendidikan menuntut

pengelolaan yang semakin terdesentralisasikan. Aparatur pendidikan di daerah harus

semakin mampu mengelolah dan melaksanakan teknis kependidikan secara otonom. Hal

ini diperlukan untuk membangun masyarakat di daerah masing-masing kea rah

kemandirian untuk mencapai kehidupan yang semakin merata dan sejahtera.

Sebagaimana diketahui, pendidikan yang bermutu hanya dapat diwujudkan jika

dikelolah oleh pengelolah dan pelaksana teknis pendidikan yang professional.

Profesionalisasi aparatur pendidikan bisa terwujud jika system pengelolaan pendidikan

juga professional. Profesionalilsasi hanya dapat diwujudkan jika aparatur pendidikan

pada berbagai tingkatan manajemen memiliki kemampuan memahami masahlanya

sendiri serta membuat keputusan untuk mengambil tindakan sendiri dalam rangka

memecahkan persoalan tersebut. Dari segi ini dapat dilihat benang merah, bahwa

manajemen pendidikan yang professional dapat diwujudkan melalui peningkatan

otonomisasi dalam membuat keputusan serta rencana aksi untuk memecahkan masalah

yang terjadi di lingkungannya masing-masing.1

Oleh karena itu, latar belakang diangkatnya judul makalah ini yaitu mengingat

karena kepemimpinan dalam MBS bukanlah suatu hal yang mudah, maka kami merasa

perlu untuk mengetahuinya lebih dalam lagi agar ketika kita mnenjadi pendidik

nantinya dapat menerapkan program peningkatan mutu pendidikan ini (MBS). Sebagai

seorang yang akan memimpin jalannya program MBS, maka kita harus mengetahui hal-

hal yang berhubungan dengan MBS itu sendiri, termasuk komponen-komponen yang

ada dalam MBS.

B. Rumusan Masalah

1Hasbullah, Otonomi Pendidikan: Kebijakan Otonomi Daerah dan Implikasinya Terhadap Penyelenggara Pendidikan, Ed. 1,-2.-, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007), hal. 107.

2

Page 3: Kepemimpinan dan komponen mbs

Berdasarkan latar belakang di atas, maka kami merumuskan beberapa masalah

yang akan dibahas pada bab pembahasan, antara lain:

1. Apa arti dari kepemimpinan itu?

2. Bagaimana gaya kepemimpinan?

3. Bagaiman Kepemimpinan dalam Peningkatan Kinerja?

4. Bagaiman Kepemimpinan Kepala Sekolah yang Efekti?

5. Apa-apa sajakah komponen dalam Manajemen Berbasis Sekolah?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu antara lain:

1. Untuk mengetahui arti dari kepemimpinan.

2. Juga mengetahui gaya-gaya dari kepemimpinan.

3. Mengetahui kepemimpinan dalam peningkatan kinerja.

4. Mengetahui kepemimpinan kepala sekolah yang efektif.

5. Serta mengetahui komponen-komponen yang ada dalam MBS.

3

Page 4: Kepemimpinan dan komponen mbs

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kepemimpinan dan Gaya Kepemimpinan

1. Pengertian Kepemimpinan

Kepemimpinan dapat diartikan sebagai kegiatan untuk mempengaruhi orang-

orang yang diarahkan terhadap pencapaian tujuan organisasi. Sutisna (1993)

merumuskan kepemimpinan sebagai “proses mempengaruhi kegiatan seseorang atau

kelompok dalam usaha ke arah pencapaian tujuan dalam situasi tertentu”. Sementara

Soepardi (1988) mendefinisikan kepemimpinan sebagai “kemampuan untuk

menggerakkan, mempengaruhi, memotivasi, mengajak, mengarahkan, menasehati,

membimbing, menyuruh, memerintah, melarang, bahkan menghukum (kalau perlu),

serta membina dengan maksud agar manusia sebagai media manajemen mau bekerja

dalam rangka mencapai tujuan administrasi secara efektif dan efisien.” Hal tersebut

menandakan bahwa kepemimpinan mencakup tiga hal yang saling berhubungan, yaitu

adanya pemimpin dan karakteristiknya, adanya pengikut, serta adanya situasi kelompok

tempat pemimpin dan pengikut berinteraksi.

2. Gaya Kepemimpinan

Gaya kepemimpinan adalah cara yang digunakan oleh pemimpin untuk

mempengaruhi para pengikutnya. Selain itu, gaya kepemimpinan merupakan suatu pola

perilaku seorang pemimpin yang khas pada saat mempengaruhi dan mengarahkan anak

buahnya untuk bertindak sesuai dengan apa yang telah pemimpin kerjakan sehingga

terbentuklah gaya kepemimpinannya. Ada tiga pendekatan yang digunakan untuk

memahami gaya kepemimpinan, yaitu:

1. Pendekatan sifat

Pendekatan sifat mencoba menerangkan sifat-sifat yang membuat seseorang

berhasil. Dengan demikian, ada seseorang pemimpin yang memiliki sifat-sifat

bawaan sehingga membedakannya dari yang bukan pemimpin.

2. Pendekatan perilaku

4

Page 5: Kepemimpinan dan komponen mbs

Setelah pendekatan sifat tidak mampu memberikan jawaban yang memuaskan, para

pakar berbalik mengarahkan kepada perilaku pemimpin. Dalam pembahasan ini

berturut-turut disajikan berbagai hasil studi mengenai gaya kepemimpinan yang

menggunakan pendekatan perilaku, diantaranya :

a. Study kepemimpinan Universitas OHIO

b. Studi kepemimpinan Universitas Michigan

c. Jaringan Manajemen

d. Sistem kepemimpinan Likert

3. Pendekatan situasional

4. Dalam hal ini kepemimpinan lebih merupakan fungsi situasi daripada sebagai

kualitas pribadi, dan merupakan suatu kualitas yang timbul karena interaksi orang-

orang dalam situasi tertentu. Ada beberapa studi kepemimpinan yang menggunakan

pendekatan ini, diantaranya :

a. Teori kepemimpinan Kontingensi

b. Teori kepemimpinan Tiga Dimensi

c. Teori kepemimpinan Situasional

B. Kepemimpinan dalam Peningkatan Kinerja

Selain pokok-pokok perhatian MBS sebagaimana diuraikan di atas, perhatian

selanjutnya diberikan pada hal penting, yaitu peranan kepemimpinan kepala sekolah

dalam kaitannya dengan pengembangan guru. Menurut sejarah pertumbuhan peradaban,

manusia banyak menunjukkan bukti bahwa salah satu faktor yang menentukan

keberhasilan dan keberlangsungan organisasi adalah kuat tidaknya sebuah

kepemimpinan karena semakin tinggi kepemimpinan yang diduduki oleh seseorang

dalam organisasi, nilai dan bobot strategik dari keputusan yang diambilnya semakin

besar. Banyak hasil-hasil studi yang menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan yang

terdapat dalam setiap organisasi merupakan faktor yang berhubungan dengan

produktivitas dan efektivitas organisasi.

Sehubungan dengan peranan gaya kepemimpinan dalam meningkatkan kinerja

pegawai, perlu dipahami bahwa setiap pemimpin bertanggung jawab mengarahkan apa

yang baik bagi pegawainya, dan dia sendiri juga harus berbuat baik. Oleh karena itu,

5

Page 6: Kepemimpinan dan komponen mbs

kepala sekolah sebagai pemimpin di sekolah dalam melaksanakan kegiatan MBS harus

memiliki berbagai kemampuan diantaranya yang berkaitan dengan pembinaan disiplin

pegawai dan pembangkitan motivasi.

C. Kepemimpinan Kepala Sekolah yang Efektif

Berdasarkan konsep MBS, kepala sekolah merupakan motor penggerak beserta

penentu arah kebijakan sekolah yang akan menentukan bagaimana tujuan-tujuan

sekolah dan pendidikan pada umumnya direalisasikan. Sehubungan dengan itu,

kepemimpinan kepala sekolah yang efektif dalam MBS dapat dilihat berdasarkan

kriteria berikut :

a) Mampu memberdayakan guru-guru untuk melaksanakan proses pembelajaran

dengan baik, lancar, dan produktif

b) Dapat menyelesaikan tugas dan pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah

ditetapkan

c) Mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan masyarakat sehingga dapat

melibatkan mereka secara aktif dalam mewujudkan tujuan sekolah dan pendidikan

d) Berhasil menerapkan prinsip kepemimpinan yang sesuai dengan tingkat

kedewasaaan guru dan pegawai lain di sekolah

e) Bekerja dengan tim manajemen; serta

f) Berhasil mewujudkan tujuan sekolah secara produktif sesuai dengan ketentuan

yang telah ditetapkan.2

Peran kepala sekolah selaku pemimpin dalam melaksanakan upaya peningkatan

mutu berkelanjutan di sekolah, cenderung lebih banyak menggunakan waktu untuk

kegiatan memimpin, merencanakan ide-ide baru dan bekerja lebih dekat dengan para

guru maupun stafnya. Menurut Fakry Gaffar, ada beberapa factor kunci yang perlu

diperoleh seorang manajer. Pertama, pemahaman terhadap filosofi mutu. Kedua, visi

tentang peningkatan mutu berkelanjutan. Ketiga, gaya kepemimpinan yang tepat untuk

membudayakan mutu. Keempat, peran strategis sesuai dengan lingkup, wewenang dan

tanggung jawab. Kelima, empowering teacher atas dasar learner focus.3

2 http://schoolbasedmanagement.wordpress.com/2012/06/04/kepemimpinan-dalam-mbs/ diakses tanggal 28 Maret 2014.

3 Abdul Kadir, Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep dan Strategi Memenangkan Persaingan Mutu, (Makassar: Membumi Publishing, 2009), hal. 122

6

Page 7: Kepemimpinan dan komponen mbs

D. Komponen dalam Manajemen Berbasis Sekolah

Komponen adalah bagian yang merupakan seutuh ( W.J.S. Poerwodaminto,

1984: ). Secara umum, komponen merupakan bagian dari sebuah sistem utuh.

Mengenai pengertian Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), Nurkholis (2003: )

menyatakan bahwa:

Manajemen Berbasis Sekolah adalah model pengelolaan sekolah berdasarkan kekhasan,

kebolehan, kemampuan, dan kebutuhan sekolah,yang dilakukan secara partisipatif,

transparan, akuntabel, berwawasan kedepan, tegas dalam penegakan hukum, adil,

prediktif, peka terhadap aspirasi stakeholder, pasti dalam jaminan mutu, professional,

efisien dan efektif dalam rangka peningkatan mutu.

Sedangkan menurut Mulyasa (2009: ) menyatakan bahwa: “MBS adalah salah

satu wujud dari reformasi pendidikan, yang menawarkan kepada sekolah untuk

menyediakan pendidikan yang lebih baik dan memadai bagi peserta didik.”

Dari beberapa pendapat di atas, dapat kita pahami bahwa komponen merupakan

bagian dari sebuah keutuhan. Dalam hal ini keutuhan yang dimaksud adalah MBS. Jadi

komponen dalam MBS memiliki makna bagian-bagian dari Manajemen Berbasis

Sekolah. Bagian-bagian tersebut antara lain: Manajemen Kurikulum, Manjemen

Keuangan, dan sebagainya.4

1. Manajemen Kurikulum

Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,

isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan

kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (Kurikulum SDN 3

Tamanwinangun, 2010: 5). Tujuan tertentu ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta

kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan

peserta didik. Oleh sebab itu kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk

memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang

ada di daerah. Perencanaan dan pengembangan kurikulum nasional pada umumnya

telah dilakukan oleh Departemen Pendidikan Nasioanal ( sekarang Kementerian

Pendidikan Nasional-red ) pada tingkat pusat. Karena itu sekolah merealisasikan dan

4 http://fitriafuadinugraha.blogspot.com/2013/03/komponen-dalam-manajemen-berbasis_8.html diakses tanggal 28 Maret 2014.

7

Page 8: Kepemimpinan dan komponen mbs

menyesuaiakan kurikulum tersebut dengan kegiatan pembelajaran. Disamping itu,

sekolah juga bertugas dan berwenang untuk mengembangkan kurikulum muatan lokal

sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan lingkungan setempat.

Menurut Nurkholis (2003: 45) menyatakan bahwa: “Sekolah dapat

mengembangkan, namun tidak boleh mengurangi isi kurikulum yang berlaku secara

nasional yang dikembangkan oleh Pemerintah Pusat. Sekolah juga diberi kebebasan

untuk mengembangkan kurikulum muatan lokal.”

Pengembangan kurikulum muatan lokal telah dilakukan sejak digunakkannya

Kurikulum 1984, khususnya di sekolah dasar (Mulyasa, 2009: 40). Pada kurikulum

tersebut muatan lokal disisipkan pada berbagai bidang studi yang sesuai. Dalam

kurikulum 1994, muatan lokal tidak lagi disisipkan pada setiap bidang studi.

Jadi intinya adalah dalam pengelolaan kurikulum yang bersifat nasional, sekolah

tidak berhak mengurangi isinya. Yang boleh dikembangkan adalah muatan lokal yang

disesuaiakan sesuai dengan kondisi dan karakteristik sekolah masing-masing.

2. Manajemen Program Pembelajaran atau Pengajaran

Sekolah diharapkan dapat mengembangkan program pengajaran serta

melaksanakan pengawasan dalam pelaksanaannya. Dalam proses pengembangan

program sekolah, manajer hendaknya tidak membatasi diri pada pendidikan dalam arti

sempit, ia harus menghubungkan peserta didik dan kebutuhan lingkungan.

Dalam kepentingan kepala sekolah sebagai manajer, ia harus bertanggung jawab

terhadap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian perubahan atau perbaikan program

pengajaran di sekolah. Dalam kaitannya dengan hal tersebut, ada empat langkah yang

harus dilakukan. Menurut Mulyasa (2009: 41) , empat langkah tersebut yaitu: menilai

kesesuaian program yang ada dengan tuntutan kebudayaan dan kebutuhan murid,

meningkatkan perencanaan program, memilih dan melaksanakan program, serta menilai

perubahan program.

Sekolah diberi kebebasan untuk memilih strategi, metode, dan teknik

pembelajaran yang paling efektif (Nurkholis, 2003: 45). Dalam kaitannya dengan hal

tersebut, maka dalam proses pembelajaran atau pengajaran ada baiknya bersifat terpusat

pada siswa.

8

Page 9: Kepemimpinan dan komponen mbs

Mengenai pembelajaran bersifat pada siswa, Rohiat (2008: 65) menyatakan

bahwa:

Yang dimaksud dengan pembelajaran berpusat pada siswa adalah pembelajaran yang

menekankan pada keaktifan belajar siswa, bukan pada keaktifan mengajar guru. Oleh

karena iitu, cara-cara belajar siswa aktif seperti active learning, cooperative learning,

dan quantum learning perlu diterapkan.

Berikut beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam pengelolaan program

pengajaran:

1. Tujuan yang hendak dicapai harus jelas;

2. Bersifat sederhana dan fleksibel;

3. Sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan;

4. Bersifat menyeluruh dan harus jelas pencapainnya;

5. Ada koordinasi antarkomponen pelaksana program.

Dari beberapa prinsip di atas, apabila dapat dilaksanakan semua maka tujuan

yang diharapkan akan lebih mudah tercapai. Selain itu, dalam pengelolaan sekolah

harus ada pembagian tugas guru, penyusunan kalender pendidikan, program-program

pembelajaran. Dengan tujuan agar pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan dengan

teratur.5

3. Manajemen Tenaga Kependidikan

Ketenagaan dalam sekolah identik dengan posisi guru sebagai pendidik maupun

tenaga kependidikan. Adanya pembagian tugas yang jelas antara ketenagaan yang satu

dengan yang lainnya akan menunjang kelancaran dari pelaksanaan pembelajaran di

sekolah.

Menurut Mulyasa (2009: 42) manajemen tenaga kependidikan (guru dan

personil) mencakup (1) perencanaan pegawai, (2) pengadaan pegawai, (3) pembinaan

dan pengembangan pegawai, (4) promosi dan mutasi, (5) pemberhentian pegawai, (6)

kompensasi, (7) penilaian pegawai.

Mengenai pengelolaan ketenagaan, Nurkholis (2003: 46) menyatakan bahwa:

5 http://fitriafuadinugraha.blogspot.com/2013/03/komponen-dalam-manajemen-berbasis_8.html diakses tanggal 28 Maret 2014.

9

Page 10: Kepemimpinan dan komponen mbs

Pengelolaan ketenagaan mulai dari analisis kebutuhan perencanaan, rekrutmen,

pengembangan, penghargaan dan sanksi, hubungan kerja hingga evaluasi kinerja tenaga

kerja sekolah dapat dilakukan oleh sekolah kecuali guru pegawai negeri yang sampai

saat ini masih ditangani oleh birokrasi di atasnya.

Tugas kepala sekolah dalam kaitannya dengan manajemen tenaga kependidikan

bukanlah pekerjaan yang mudah karena tidak hanya mengusahakan tercapainya tujuan

sekolah, tetapi juga tujuan tenaga kependidikan (guru dan pegawai) secara pribadi. Oleh

karena itu, kepala sekolah dituntut untuk mengerjakan instrumen pengelolaan tenaga

kependidikan, seperti daftar riwayat pekerjaan, dan kondisi pegawai untuk membantu

kelancaran MBS di sekolah yang dipimpinnya.

4. Manajemen Kesiswaan

Mengenai Manajemen Kesiswaan, Mulyasa (2009: 46-47) menyatakan bahwa:

Manajemen kesiswaan adalah penataan dan pengaturan kegiatan yang berkaitan dengan

peserta didik (siswa), mulai masuk sampai dengan keluarnya peserta didik tersebut dari

suatu sekolah. Manajemen kesiswaan bukan hanya berbentuk pencatatan data peserta

didik, melainkan meliputi aspek yang lebih luas yang secara operasional dapat

membantu upaya pertumbuhan dan perkembangan peserta didik melalui proses

pendidikan di sekolah.

Tujuan dari manajemen kesiswaan yaitu untuk mengatur berbagai kegiatan

dalam bidang kesiswaan agar kegiatan pembelajaran di sekolah dapat berjalan dengan

lancar, tertib, dan teratur, serta mencapai tujuan pendidikan sekolah.6

Berkenaan dengan manajemen kesiswaan, ada beberapa prinsip dasar yang harus

mendapat perhatian berikut ini:

1. Siswa harus diperlakukan sebagai subjek dan bukan objek, sehingga harus

didorong untuk berperan serta dalam setiap perencanaan dan pengambilan

keputusan yang terkait dengan kegiatan mereka.

2. Keadaan dan kondisi siswa sangat beragam, ditinjau dari kondisi fisik,

kemampuan intelektual, sosial ekonomi, minatdan sebagainya.oleh karena itu,

6 http://fitriafuadinugraha.blogspot.com/2013/03/komponen-dalam-manajemen-berbasis_8.html diakses tanggal 28 Maret 2014.

10

Page 11: Kepemimpinan dan komponen mbs

diperlukan wahana kegiatan yang beragam sehingga setiap siswa memiliki wahana

untuk berkembang secara optimal.

3. Pada dasarnya siswa hanya akan termotivasi belajar, jika mereka menyenangi apa

yang diajarkan.

4. Pengembangan potensi siswa tidak hanya menyangkut ranah kognitif, tetapi juga

ranah afektif dan psikomotorik.7

Yang perlu diperhatikan dalam manajemen kesiswaan adalah bahwa sekolah

tidak hanya mengembangkan pengetahuan anak saja, akan tetapi juga harus

mengembangkan sikap kepribadian, aspek sosial emosional, disamping keterampilan-

keterampilan yang lain. Sehingga akan tercipta peserta didik yang cerdas intelejen,

emosional, maupun spiritualnya.

5. Manajemen Keuangan

Keuangan merupakan salah satu sumber dari sekolah yang secara langsung

menunjang kelangsungan dari sekolah tersebut dalam efektifitas dan efisiensi

pengelolaan pendidikan. Dalam MBS, hal tersebut akan jauh lebih terasa, karena

menuntut sekolah untuk merencanakan, mengelola, mengevaluasi, serta

mempertanggungjawabkan penggunaan keuangan secara transparan.

Sekolah diberi kebebasan untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang

mendatangkan penghasilan, sehingga sumber keuangan tidak semata-mata bergantung

pada pemerintah (Nurkholis, 2003: 46). Hal ini didasari oleh kenyataan bahwa

sekolahlah yang paling memahami kebutuhannya sehingga desentralisasi uang sudah

seharusnya dilimpahkan ke sekolah (Rohiat, 2009: 66)

Mulyasa (2009: 48) menyatakan bahwa: “Sumber keuangan dan pembiayan

sekolah secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu: (1) pemerintah, (2)

orang tua atau peserta didik, (3) masyarakat.”

Dalam pengelolaan keuangan di sekolah, diperlukan rasa tanggungjawab yang

besar dari semua komponen sekolah agar penggunaannya dapat maksimal dan sesuai

sasaran. Dengan penggunaan yang tepat, maka semua kebutuhan sekolah dalam hal

7 Hasbullah, Otonomi Pendidikan: Kebijakan Otonomi Daerah dan Implikasinya Terhadap Penyelenggara Pendidikan, Ed. 1,-2.-, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007), hal. 121-122.

11

Page 12: Kepemimpinan dan komponen mbs

peningkatan pembelajaran, baik teknis ataupun non-teknis akan tercukupi sehingga

sekolah dapat berjalan dengan lancar, teratur dan bertanggungjawab.

6. Manajemen Sarana dan Prasarana (Fasilitas)

Mengenai sarana dan prasarana pendidikan, Mulyasa (2009: 49) menyatakan

bahwa: Sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung

dipergunakan dan menunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar mengajar,

seperti gedung, ruang kelas, meja kursi, serta alat-alat dan media pengajaran. Adapun

yang dimaksud dengan prasarana pendidikan adalah fasilitas yang secara tidak langsung

menunjang jalannya proses pendidikan atau pengajaran, seperti halaman, kebun, taman

sekolah, jalan menuju sekolah, tetapi jika dimanfaatkan secara langsung untuk proses

belajar mengajar, seperti taman sekolah untuk pengajaran biologi, halaman sekolah

sebagai sekaligus lapangan olahraga, komponen tersebut merupakan sarana pendidikan.8

Setiap satuan pendidikan tidak dapat melepaskan faktor sarana dan prasarana

yang dapat dipergunakan dan menunjang proses pendidikan, proses belajar dan

mengajar. Manajemen sarana dan prasarana bertujuan dapat menciptakan kondisi yang

menyenangkan baik guru maupun murid untuk berada di sekolah. Demikian pula

tersedianya media pembelajaran yang relevan dengan kebutuhan materi pelajaran sangat

diperlukan manjerian pengelolala pendidikan di satuan pendidikan.9

Nurkholis (2003: 46) dan Rohiat (2008: 66) sepakat bahwa pengelolaan fasilitas

seharusnya dilakukan oleh sekolah mulai dari pengadaan, pemeliharaan, dan perbaikan

hingga pengembannya.

Melihat alasan dari pendapat di atas, dapat dipahami bahwa dalam MBS,

sekolah yang benar-benar mengetahui kondisi dan kebutuhan fasilitas untuk

pengembangan sekolahnya masing-masing.

7. Manajemen Hubungan Masyarakat

8 http://fitriafuadinugraha.blogspot.com/2013/03/komponen-dalam-manajemen-berbasis_8.html diakses tanggal 28 Maret 2014.

9 http://www.majalahpendidikan.com/2011/04/komponen-komponen-manajemen-sekolah.html diakses tanggal 01 April 2014

12

Page 13: Kepemimpinan dan komponen mbs

Hubungan sekolah dengan masyarakat pada hakekatnya merupakan suatu sarana

yang sangat berperan dalam membina dan mengembangkan pertumbuhan pribadi

peserta didik di sekolah.

Menurut Mulyasa (2009: 50) tujuan dari hubungan sekolah dengan masyarakat

adalah:

1. Memajukan kualitas pembelajaran, dan pertumbuhan anak;

2. Memperkokoh tujuan serta meningkatkan kualitas hidup dan penghidupan

masyarakat;

3. Menggairahkan masyarakat untuk menjalin hubungan dengan sekolah.

Gambaran dan kondisi sekolah dapat diinformasikan ke masyarakat melalui

laporan kepada orang tua siswa, buletin bulanan, penerbitan surat kabar, pameran

sekolah, open house, kunjungan ke sekolah, kunjungan ke rumah siswa (home visit),

penjelasan oleh staf sekolah, siswa itu sendiri, radio serta laporan tahunan.

Esensi dari hubungan ini adalah meningkatkan keterlibatan, kepedulian,

kepemilikan, dan dukungan dari masyarakat, terutama dukungan moral dan finansial

yang dari dulu telah didesentralisasikan {(Nurkholis (2003: 46-47) dan Rohiat (2008:

67)}

Dari beberapa pendapat di atas, dapat kita ketahui bahwa kelangsungan sebuah

sekolah tidak bisa lepas dari peran serta masyarakat. Maka, seyogyanya jalinan atau

hubungan yang baik antara sekolah dan masyarakat harus dijunjung tingggi. Sekolah

merupakan bagian dari masyarakat, demikian dengan masyarakat yang harus merasa

memiliki sekolah. Keduanya saling membutuhkan demi tercapainya tujuan pendidikan

Indonesia.

8. Manajemen Layanan Khusus

Menurut Mulyasa (2009: 52) manajemen layanan khusus meliputi manajemen

perpustakaan, kesehatan, dan keamanan sekolah.

1. Manajemen perpustakaan

Perpustakaan yang lengkap dan dikelola dengan baik akan menunjang

perkembangan peserta didik dalam hal perkembangan pengetahuan . Disamping

itu juga memungkinkan bagi guru untuk mengembangkan pengetahuan secara

13

Page 14: Kepemimpinan dan komponen mbs

mandiri, dan juga dapat mengajar dengan metode bervariasi, misalnya belajar

individual.

2. Manajemen Kesehatan

Sekolah sebagai satuan pendidikan yang bertugas dan bertanggungjawab terhadap

proses pembelajaran, tidak hanya bertugas mengembangkan pengetahuan saja,

tetapi juga harus meningkatkan jasmani dan rohani siswa. Hal ini sesuai dengan

tujuan pendidikan nasional yaitu mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya.

Sebagai tindak lanjut dari hal tersebut, maka di sekolah diadakan UKS ( Usaha

Kesehatan Sekolah ) dan pendirian tempat ibadah.

3. Manajemen Keamanan

Dengan tujuan memberikan rasa tenang dan nyaman dalam mengikuti proses

belajar dan mengajar bagi komponen sekolah.10

BAB III

PENUTUP

10 http://fitriafuadinugraha.blogspot.com/2013/03/komponen-dalam-manajemen-berbasis_8.html diakses tanggal 28 Maret 2014.

14

Page 15: Kepemimpinan dan komponen mbs

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan makalah ini, dapat disimpulkan bahwa:

1. Kepemimpinan dapat diartikan sebagai kegiatan untuk mempengaruhi orang-orang

yang diarahkan terhadap pencapaian tujuan organisasi.

Gaya kepemimpinan adalah cara yang digunakan oleh pemimpin untuk

mempengaruhi para pengikutnya.

2. kepala sekolah sebagai pemimpin di sekolah dalam melaksanakan kegiatan MBS

harus memiliki berbagai kemampuan diantaranya yang berkaitan dengan pembinaan

disiplin pegawai dan pembangkitan motivasi. Peran kepala sekolah selaku pemimpin

dalam melaksanakan upaya peningkatan mutu berkelanjutan di sekolah, cenderung

lebih banyak menggunakan waktu untuk kegiatan memimpin, merencanakan ide-ide

baru dan bekerja lebih dekat dengan para guru maupun stafnya.

3. Secara umum, komponen merupakan bagian dari sebuah sistem utuh. Adapun

komponen-komponen dari MBS yaitu:

a. Manajemen Kurikulum

b. Manajemen Program Pembelajaran atau Pengajaran

c. Manajemen Tenaga Kependidikan

d. Manajemen Kesiswaan

e. Manajemen Keuangan

f. Manajemen Sarana dan Prasarana (Fasilitas)

g. Manajemen Hubungan Masyarakat

h. Manajemen Layanan Khusus

B. Saran

Mengingat karena begitu pentingnya untuk mempelajari materi ini, maka kami

dari kelompok III menyarankan agara materi ini bisa dipahami oleh pembaca, apalagi

kita sebagai calon guru yang nantinya akan menjadi guru yang sesungguhnya, kita bisa

menerapkan program MBS di sekolah tempat kita bekerja/mengajar.

DAFTAR PUSTAKA

15

Page 16: Kepemimpinan dan komponen mbs

Hasbullah. 2007. Otonomi Pendidikan: Kebijakan Otonomi Daerah dan Implikasinya Terhadap Penyelenggara Pendidikan. Ed. 1,-2.-. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Kadir, Abdul. 2009. Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep dan Strategi Memenangkan Persaingan Mutu. Makassar: Membumi Publishing.

http://schoolbasedmanagement.wordpress.com/2012/06/04/kepemimpinan-dalam-mbs/ diakses tanggal 28 Maret 2014.

http://fitriafuadinugraha.blogspot.com/2013/03/komponen-dalam-manajemen-berbasis_8.html diakses tanggal 28 Maret 2014.

http://www.majalahpendidikan.com/2011/04/komponen-komponen-manajemen-

sekolah.html

16