MBS KONTEMPORER - Islamic University

183
MBS KONTEMPORER (i)

Transcript of MBS KONTEMPORER - Islamic University

Page 1: MBS KONTEMPORER - Islamic University

MBS KONTEMPORER

(i)

Page 2: MBS KONTEMPORER - Islamic University

TEORI DAN PRAKTIK

(ii)

Page 3: MBS KONTEMPORER - Islamic University

MBS KONTEMPORER

(iii)

MBS KONTEMPORER TEORI DAN PRAKTIK

Dr. H. Lukman Hakim, M.Pd.I

Timur Laut Aksara

2019

Page 4: MBS KONTEMPORER - Islamic University

TEORI DAN PRAKTIK

(iv)

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Katalog Dalam Terbitan (KDT)

MBS KONTEMPORER

Teori dan Praktik

Dr. H. Lukman Hakim, M.Pd.I

170 + x Hlm (16x23cm)

Hvs 70 gram, 12 Pt, Times News Roman

© Timur Laut Aksara 2019

ISBN : 979-602-53849-1-2

Editor : Dr. Yusdi Anra, M.Pd

Tata Letak : Joe Hary

Pracetak : Wahyu Munandar

Penerbit : CV. Timur Laut Aksara

Jl. Kebun Daging Perum Garuda 3 Rt. 12 No. 22

Kel. Bagan Pete - Kota Jambi

Dicetak oleh: Timlak Printing

(isi diluar Tanggungjawab Percetakan)

Page 5: MBS KONTEMPORER - Islamic University

MBS KONTEMPORER

(v)

Prakata Penerbit

Dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir, sekolah seolah

mendapat energi baru berupa semakin luas dan beragamnya penelitian

yang dilakukan para peneliti menyangkut usaha peningkatan kualitas

sekolah. Terbanyak dari penelitian dimaksud berada di wilayah

penelitian bidang manajemen sekolah berikut variabel-variabel yang

berhubungan dengan point penelitian, termasuk subjek pelaksana, baik

kepala sekolah, guru termasuk – hingga- pengguna sekolah yakni

masyarakat.

Bahwa bidang manajemen pendidikan menarik untuk diteliti

bukan saja karena sekolah dianggap sebagai tempat dalam

memproduksi sumberdaya manusia berkualitas, namun yang paling

harus dianggap penting bahwa perkembangan peradaban berupa

kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi, perubahan perubahan

global memungkinkan manajemen sekolah harus terus dinamis,

berkembang dan berubah untuk menjawab kebutuhan zaman.

Tidak ada suatu hal yang benar-benar lahir sebagai originalitas,

bahwa pengetahuan yang kita dapatkan hari ini bisa jadi adalah

akumulasi temuan yang saling melengkapi. Demikian pula dengan apa

yang ditulis dalam buku yang bertema Manajemen Berbasis Sekolah

(MBS) Kontemporer ini sekalipun banyak penelitian serupa namun ia

menampilkan sesuatu yang baru, dan sesuatu yang baru itu pun

merupakan hasil dukungan dari temuan temuan terdahulu, dengan

demikian, kita dapat simpulkan bahwa temuan mutakhir (kontemporer)

bisa dianggap sebagai prestasi gemilang dari sejarah yang terus

menerus diperbaharui.

Page 6: MBS KONTEMPORER - Islamic University

TEORI DAN PRAKTIK

(vi)

Apa yang diperbaharui oleh Dr. Lukman Hakim dalam buku ini.

Sejujurnya harus dikatakan, memang tidak begitu banyak. Sekalipun

tidak banyak, ia sangat penting. Manakala banyak penelitian lebih

diarahkan pada penemuan teori dan langkah strategik secara umum, di

buku ini Dr. Lukman Hakim berbicara lebih practical. Konsep MBS

kerap ditulis sebatas penjelasan umum hasil dari penafsiran teori, di sini

Dr. Lukman Hakim mencaba lebih luas lugas memperkenalkan alat alat

manajemen yang terbaik dalam praktik MBS yang meliputi

penyelenggara sekolah, sarana-prasaran, hingga masyarakat pengguna.

Dalam buku ini, penelitian sederhana yang ia capai tidak

bersifat matematis, ia mengadakan survery dan analisis yang mendalam

terhadap beberapa masalah penting dari beberapa sampel kemudian

mengelaborinya dengan berbagai teori untuk kemudian menghasilkan

praktik MBS yang bisa diaplikasikan di lingkungan manapun.

Wajar jika kemudian kami menganggap Dr. Lukman Hakim

telah mendedikasikan keilmuannya untuk memberikan sumbangsih

bagi kemajuan lembaga pendidikan berupa Manajemen Berbasis

Sekolah Kontemporer khusunya dalam buku ini. Dengan merujuk pada

kesiapan sekolah menghadapi berbagai perubahan dan kecanggihan

tekhnologi yang sering dating tiba-tiba dan mengejutkan. Dr. Lukman

Hakim membangun konsep konsep fundamental MBS Kontemporer

dari mulai membangun paradigm baru yang lebih bisa membius. Ia

memulai dari kekhawatiran, lantas ia membangun visi yang lebih

komprehensip, semuanya ia tulis secara sistematik dan berimbang.

Beberapa lompatan kecil dalam pemikirannya pada buku ini bisa kita

anggap sebagai seni manajemen kontemporer yang ia gagas.

Kota Jambi, Agustus 2019

PENERBIT

Page 7: MBS KONTEMPORER - Islamic University

MBS KONTEMPORER

(vii)

Pengantar Penulis

Rasa Syukur yang dalam kehadirat Allah SWT Penulis haturkan

semoga dengan sampainya buku ini ke tangan pembaca, maka akan

sampai pula, apa yang ingin penulis sampaikan dan apa yang penulis

temukan. Buku ini, tentunya hadir sebagai tanggung jawab moral untuk

terus memberikan sumbang pemikiran bagi kemajuan lembaga

pendidikan khusunya bagi kemajuan sistem manajemen di sekolah.

Dalam dua tahun terakhir, kesibukan memberikan mata kuliah

manajemen pendidikan ditambah membaca kecenderungan

perkembangan lembaga pendidikan yang selalu penulis ikuti membuat

penulis ingin berbagai pemikiran tentang bagaimana penerapan

manajemen sekolah menghadapi peruabahan kulktur dan kemajuan

tekhnologi saat ini. Ini mencakup bagaimana Manajemen dimaksud

bisa bertahan dan memiliki kekuatan untuk menjawab dinamika yang

terjadi. Bahwa MBS dimodifikasi secar terus menerus merupakan suatu

keharusan, namun perubahan yang terus menerus tentunya akan

bermuara pada kesiapan sumberdaya.

Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) sudah tentu tidak asing

lagi, namun MBS Kontemporer yang mesti dinamis dalam menangkap

perubahan perilaku budaya dan kemajuan ilmu pengetahuan tekhnologi

mesti dipersiapkan. Tidak ada hal yang baru, hanya perlu pematangan

di beberapa sisi dan penguatan di sisi lain.

` Akhirnya saya berharap semoga buku ini berguna sebagai bahan

pengayaan. Segala kritik yang konstruktif sangat saya harapkan untuk

kebaikan ilmu pengetahuan di masa datang.

Kota Jambi, Juli 2019

PENULIS

Page 8: MBS KONTEMPORER - Islamic University

TEORI DAN PRAKTIK

(viii)

Page 9: MBS KONTEMPORER - Islamic University

MBS KONTEMPORER

(ix)

DAFTAR ISI

Prakata Penerbit……………………………………………………………. v Sambutan Penulis …………………………………………………………. vi Daftar Isi ………………………………………………………………………... ix BAGIAN PERTAMA Sejarah dan Perkembangan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) 1

A. Sejarah Lahirnya MBS ……………………………………………….. 1 B. Latar Belakang Pentingnya MBS di Indonesia ……………. 4 C. Perkembangan dan Hambatan MBS …………………………… 15 D. Era Millenium, Era Perubahan …………………………………… 19

BAGIAN KEDUA Mengenal Lebih Dalam Konsep MBS ……………………………… 23

A. Landasan Filosofi dan Yuridis MBS …………………………… 23 B. Kajian Teoritis MBS ………………………………………………….. 28 C. MBS sebagai Model …………………………………………………… 37

BAGIAN KETIGA MBS KONTEMPORER DALAM MANJEMEN PENDIKAN, SUATU PENDEKATAN ……………………………………………………. 49

A. Membangun Paradigma Baru MBS …………………………… 59 B. Teori dan Konsep MBS Kontemporer……………………….. 69 C. Manajemen Pendidikan dalam Desentralisasi………….... 74 D. MBS Kontemporer Sebagai Gagasan Persiapan………….. 81

Page 10: MBS KONTEMPORER - Islamic University

TEORI DAN PRAKTIK

(x)

BAGIAN KEEMPAT PENYELENGGARA SEKOLAH SEBAGAI PELAKSANA ….99

A. Kepala Sekolah; Fungsi dan Peran dalam MBS ….. 99 B. Mengoptimalkan Fungsi Guru dan Kayawan …….. 111 C. Partisipasi Siswa dan Orang Tua Siswa…………….. 115 D. Pelibatan Masyarakat Sekolah ………………………… 116

BAGIAN KELIMA APLIKASI MBS DI SEKOLAH .……………………………………123

A. Perkembangan MBS di Sekolah ………………………… 123 B. Contoh Praktis Penerapan MBS di Sekolah ………. 128 C. Praktik Ideal MBS Kontemporer………………........... 134 D. Delapan Pilar Pendidikan Nasional ………………..... 145 E. Ikhtiar lain Menyangkut Pendidikan ……………….. 148

BAGIAN KEENAM PENUTUP ; MBS KONTEMPORER, SUATU MODEL MANAJEMEN PENDIDIKAN TANGGUH……………………. 153

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………... 165 TENTANG PENULIS ………………………………………………. 170

Page 11: MBS KONTEMPORER - Islamic University

MBS KONTEMPORER

(1)

.BAGIAN PERTAMA Sejarah dan Perkembangan

Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)

A. Sejarah Singkat Lahirnya MBS di Berbagai Belahan Dunia.

Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) bukanlah program

baru. Ia sudah lama didengungkan, bahkan diteriakkan. Sejarah

lahirnya MBS dimungkinkan oleh ikhtiar untuk memperbaharui

sistem pendidikan agar lebih berhasil dalam mencapai tujuan

pendidikan. Karena itu sejarah MBS merupakan suatu bagian

penting dari sejarah perkembangan kemajuan pendidikan itu

sendiri. Jika hari ini kita melihat geliat sekolah semakin dinamis

(maju dan berkembang), bisa jadi itu juga diakibatkan dari

dilaksanakannya program MBS yang secara langsung maupun

tidak, ikut mempengaruhi majunya perkembangan pendidikan.

Sejarah mencatat, dan sebagian memelihara catatan itu dengan

pemeliharaan yang baik. Pendidikan terus dipelihara dan ditumbuh-

kembangkan sesuai permintaan zaman. Amerika, pada suatu masa

telah melampaui itu semua. Di sana, Kemunculan MBS didahului

Page 12: MBS KONTEMPORER - Islamic University

TEORI DAN PRAKTIK

(2)

oleh pertanyaan menahun di benak masyarakat akan relevansi dan

korelasi hasil pendidikan yang tidak sesuai dengan kebutuhan

masyarakat. Sekolah dianggap tidak memberikan hasil maksimal dan

tidak menunjukkan kekuatan untuk berkompetisi secara global.

Blog Educations Journal (2008)1 melansir bahwa Element

MBS di Amerika dapat ditemukan sejak awal tahun 1900-an.

Beberapa peneliti mencatat bahwa MBS timbul ke permukaan setelah

adanya tekanan pada masa-masa kritis, misalnya pada masa

demonstrasi guru dan masa perang dunia. Tekanan tersebut

sepertinya telah menimbulkan kesadaran akan pentingnya melakukan

perubahan sistem yang ada menjadi sistem yang lebih baik agar lebih

mampu memenuhi kebutuhan yang ada. Bukti-bukti yang ada juga

menunjukkan bahwa ketika terjadi perubahan sistem tersebut, maka

tombak kekuasaan bergeser dan terciptalah suatu keseimbangan

kepemimpinan. Penggunaan MBS di Amerika untuk merespon krisis,

pertama kali muncul saat terjadi pergerakan kelompok guru (1909-

1929), di mana perwakilan guru telah terpilih untuk melayani di

dalam kelompok guru dan diberi kekuatan untuk membuat kebijakan-

kebijakan di dalam sekolah. Pergerakan ini terinspirasi oleh adanya

pergerakan buruh saat itu dan hasil dari pergerakan ini terealisasi

dalam salah satu bentuk MBS, yaitu adanya suatu badan di sekolah

yang didominasi oleh guru. Selanjutnya dijelaskan masa depresi yang

terjadi di AS dan perang dunia kedua, telah memunculkan Gerakan

Demokrasi Administrasi (1930-1950), di mana pada saat itu ada

desakan untuk meningkatkan peran orangtua, guru, siswa, dan

masyarakat di dalam sekolah secara lebih demokratis lagi. Karena itu

dibentuklah komite sekolah untuk menampung beragam aspirasi yang

timbul terhadap sekolah.

1

1http://tyaeducationjournals.blogspot.com/2008/04/manajemen-berbasis-sekolah-di-

amerika.html Diakeses tanggga 22 Juli 2019 Pukul 01.03 wib

Page 13: MBS KONTEMPORER - Islamic University

MBS KONTEMPORER

(3)

Latar belakang munculnya Manajemen Berbasis Sekolah

(MBS) pada prinsipnya tak lepas dari kinerja pendidikan suatu negara

melalui sistem pengelolaan pendidikan yang sudah ada. Sebagaimana

halnya di Amerika yang dipicu oleh ketidakpuasan terhadap kinerja

lembaga pendidikan, di Hongkong kemunculan MBS juga

dilatarbelakangi oleh kurang baiknya sistem pendidikan saat itu.

Antara tahun 1960-an hingga 1970-an berbagai inovasi dilakukan

melalui pengenalan kurikulum baru dan pendekatan metode

pengajaran baru dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan,

namun hasilnya tidak memuaskan. Demikian juga di banyak negara

lain seperti Kanada, Amerika Serikat, Australia, Inggris, Prancis,

Selandia Baru dan Indonesia.2

Pada akhir tahun 1980-an berbagai bentuk implementasi MBS

segera menjadi pembicaraan serius dan menjadi strategi baru dalam

reformasi pendidikan di berbagai penjuru dunia. MBS mulai diterima

karena banyak pelaku pendidikan yang melihat peluang masa depan

pendidikan yang lebih baik ada dalam MBS. Ciri MBS

memperlihatkan adanya kerjasama partisipasif dalam mengambil

keputusan sekolah secara bersama-sama antar sekolah dan

masyarakat. Kerjasama partisipatif inilah yang sesungguhnya

menjadi jiwa pelaksanaan MBS. Sejak itulah, MBS mulai diminati.

Berbeda dengan Hongkong, kemunculan MBS di Kanada yang

menggunakan istilah school-site Decision Making disadari oleh

adanya pemahaman bahwa telah terjadi kelemahan manajemen dari

pendekatan fungsional. Manajemen mengontrol dan membatasi

bawahan yang mengakibatkan terjadinya ketidakseimbangan

kekuasaan. Di Australia, MBS dikembangkan dengan memadukan

kebijakan pendidikan negara bagian dengan aspirasi dan partisipasi

masyarakat setempat. Upaya memadukan kedua unsur ini dihimpun

2 Direktorat Pendidikan Luar Biasa, Manajemen Berbasis Sekolah, Jakarta, 2008, hal.11.

Page 14: MBS KONTEMPORER - Islamic University

TEORI DAN PRAKTIK

(4)

secara terbuka melalui wadah bersama yang disebut “School

Council” dan “Parent and Community Association”. Yang pertama

identik dengan yang kita kenal sebagai komite sekolah. Dari kajian

dan pengalaman Umaedi (2006)3 di negara-negara lain ditemukan

beberapa istilah yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan,

misalnya school based budget, resource allocation, dan school

funding formula.

Model MBS di berbagai penjuru dunia sudah mulai terjadi pada

tahun 1970-an dan disusul banyak negara pada tahun 1980-an,

sementara perkembangan atau kemunculan MBS di Indonesia baru

muncul dan dikenal setelah 30 tahun kemudian. Mengapa Indonesia

sedikit lamban dalam menerima perubahan manajemen pengelolaan

model MBS ini?.

B. Latar Belakang Pentingnya MBS di Indonesia

1. Pendidikan Kita dari waktu ke Waktu

Lambatnya kesadaran para decision maker (pembuat

kebijakan) pendidikan di Indonesia tidak lepas dari akibat sistem

pemerintahan yang otoriter pada masa orde baru adalah alasan utama

yang menyebabkan MBS terlambat hadir di Indonesia. Awalnya,

Semua diatur dari pusat. Semua tersentralisasi. Bukan hanya

pendidikan, di masa itu seluruh tata-kelola pemerintahan selalu

bertumpu pada kewenangan pusat. Di ranah pendidikan, dari mulai

penentuan kurikulum sekolah, metode pembelajaran, buku pelajaran,

anggaran pendidikan, hingga pengangkatan guru semua berdasarkan

keputusan pusat. Situasi ini pada akhirnya membuat sistem

3 Umaedi, Hadiyanto, Siswantari, Materi pokok manajemen berbasis sekolah; Cet.21;

Edisi.1, Tangerang Selatan: Universitas Terbuka, 2016 Hal 5.10

Page 15: MBS KONTEMPORER - Islamic University

MBS KONTEMPORER

(5)

pendidikan di Indonesia berjalan kaku, bergerak namun pasif.

Tumbuh tetapi tidak dinamis.

Mungkin tidak sepenuhnya benar. Sebagaimana kita ketahui,

era 70-an hingga 90-an adalah masa pembangunan Indonesia. Masa

itu kita tengah menumbuhkan bangsa dari segala sisi, pertumbuhan

ekonomi, pemerintahan, pembangunan sarana prasarana

pemerintahan hingga pendidikan. Selama bertahun-tahun upaya

perbaikan berikut pertumbuhan pendidikan dilaksanakan dengan cara

tambal sulam. Inovasi pendidikan yang diterapkan untuk

meningkatkan kualitas pendidikan difokuskan hanya pada lingkup

kelas, seperti perbaikan kurikulum, profesionalisme guru, metode

pengajaran, dan sistem evaluasi yang kesemuanya itu kurang

memberikan hasil maksimal.

Bersamaan dengan itu, cikal bakal terjadinya perubahan

fundamental sesunggunya telah dimulai sekalipun berangsur. Tahun

1980-an terjadi perkembangan yang menggembirakan di bidang

manajemen modern yang lebih aspiratif dan berkeadilan. Penemuan

mutakhir sistem manajemen modern banyak yang berhasil diterapkan

dalam bidang industri, organisasi komersial, maupun perusahaan

komersil. Keberhasilan aplikasi manajemen modern kemudian coba

diadopsi untuk dunia pendidikan. Perlahan namun pasti, pendidikan

mulai berubah. Tatakelola manajemen pendidikan mulai

memperlihatkan geliatnya. Masyarakat mulai sadar bahwa untuk

meningkatkan kualitas pendidikan memang perlu keluar dari lingkup

pengajaran didalam kelas secara sempit ke lingkup organisasi

sekolah. Tidak ada kata terlambat untuk perubahan.

Sejak tahun 2000-an Setelah kesadaran masyarakat itu semakin

tumbuh dan diskursus tentang pendidikan semakin meluas,

muncullah berbagai gerakan perubahan di sekolah. Pada sisi kulutural

muncul gerakan sekolah efektif (effective school) yang mencari dan

Page 16: MBS KONTEMPORER - Islamic University

TEORI DAN PRAKTIK

(6)

mempromosikan karakteristik sekolah-sekolah efektif. Di bidang

anggaran ada gerakan anggaran sekolah mandiri (self-budgeting

school) yang menekankan otonomi penggunaan sumber dana

sekolah. Selain itu ada pula yang memfokuskan pada desentralisasi

otoritas dari kantor pendidikan pusat kepada aktivitas-aktivitas yang

dipusatkan disekolah seperti pengembangan kurikulum berbasis

sekolah (school-based curriculum development), pengembangan staf

berbasis sekolah (school-based staff development) dan bimbingan

siswa berbasis sekolah (school-based student counsling). Gerakan

reformasi yang menggunakan pendekatan berbeda-beda tersebut pada

beberapa waktu kemudian melahirkan bibit bibit pemikiran baru

berupa sekolah partisipatif yaitu model Manajemen Berbasis Sekolah

(MBS).

2. Sentralistik Menuju Desentralistik

Dinamika sistem pendidikan di Indonesia telah melalui

perjalanan sejarah yang cukup panjang yang sejalan dengan proses

kemerdekaan dan sejarah pembangunana bangsa Indonesia. Jauh

sebelum kemerdekaan diproklamirkan, sistem pendidikan yang

berkembang di Indonesia adalah sistem pendidikan tradisional yang

sejak awal memang lahir dari tuntutan dan kebutuhan masyarakat.

Harus diakui pula bahwa sistem pendidikan yang cukup tua dan

telah menunjukkan eksistensinya sejak awal di Indonesia adalah

sistem pendidikan Islam. Lembaga Pendidikan Agama Islam pertama

didirikan di Indonesia berbentuk pesantren dengan karakternya yang

khas bercorak tradisi klasik, telah mampu meletakkan dasar-dasar

pendidikan keagamaan yang kuat. Pada masa kolonial sistem

pendidikan pondok pesantren sudah berkembang dan diterima oleh

masyarakat Indonesia, namun untuk di pusat pemerintah dan kota

besar khususnya Jakarta saat itu, pendidikan yang berkembang

adalah sistem pendidikan umum bercorak eropa yang dibawa oleh

Page 17: MBS KONTEMPORER - Islamic University

MBS KONTEMPORER

(7)

pemerintah kolonial belanda. Beberapa saat kemudian, pada awal

kemerdekaan RI, para perdiri republik yang sebagian besar adalah

para tokoh pendidikan, memusatkan usahanya untuk membangun

sistem pendidikan nasional sebagai pengganti dari sistem pendidikan

kolonial yang telah berlangsung lebih dari tiga abad. Sistem

pendidikan nasional mulai menampakan usahanya sejak terbitnya

Undang-Undang Nomor 4 tahun 1950 tentang Dasar-Dasar

pendidikan dan Pengajaran di Sekolah.

Selama 50 tahun kemerdakaan, Indonesia telah mengalami

beberapa kali perubahan Undang-Undang tentang pendidikan antara

lain, Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1950, berisi Peraturan tentang

dasar pendidikan dan pengadjaran di sekolah kemudian Undang-

Undang Nomor 12 Tahun 1954, Pernyataan berlakunya Undang-

undang NR 4 Tahun 1950 dari Republik Indonesia dahulu tentang

dasar-dasar pendidikan dan pengajaran di sekolah untuk seluruh

Indonesia, kemudian Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang

sistem pendidikan Nasional. Selama kurun waktu tersebut, telah

terjadi berbagai perubahan dan perkembangan, baik dari aspek

substansi maupun kewenangan penyelenggaraan.

Dari aspek substansi, perkembangan yang terjadi antara lain

tentang tujuan pendidikan, kurikulum, metode mengajar, dan

penilaian pendidikan. Perubahan yang terlihat dari segi kurikulum

setidaknya telah terjadi 11 perubahan antara lain perubahan rencana

pelajaran 1964, kurikulum 1968, kurikulum 1975, kurikulum 1984,

kurikulum 1994, Suplemen Kurikulum 1999, Kurikulum 2004 KBK

(Kurikulum Berbasis Kompetensi), hingga kurikulum 2006 KTSP.

Sementara perubahan pada aspek kewenangan penyelenggaraan

pendidikan, antara lain tampak pada perubahan sistem pendidikan

nasional yang semula bersifat sentralistik menjadi sistem pendidikan

nasional yang mengalami desentralisasi.

Page 18: MBS KONTEMPORER - Islamic University

TEORI DAN PRAKTIK

(8)

Para pakar bidang pendidikan di kemudian waktu cenderung

berpendapat bahwa desentralisasi kekuasaan dari tingkat pusat ke

tingkat sekolah tidak bisa menjadi jaminan bahwa sekolah dengan

kepala sekolah sebagai komando pengelola akan mampu

menggunakan kekuasaannya secara efektif dalam mengelola lembaga

pendidikan. Peran dua pihak yakni orang yang bertanggung jawab

terhadap sekolah dan orang yang menerima layanan sekolah harus

memiliki andil secara bersama-sama dalam pengambilan keputusan.

Oleh karena itu, muncullah pemikiran akan pentingnya peran seluruh

stakeholder sekolah dalam pengambilan keputusan sekolah.

Menyedihkan memang, saat pengelola lembaga pendidikan

tidak diikutkan dalam setiap pengambilan keputusan sekolah.

Apalagi masyarakat sebagai pengguna jasa layanan pendidikan,

sangat jauh dari keterlibatan pengambilan keputusan sekolah. Setiap

keputusan sekolah selalu ditentukan oleh manajemen birokrasi atau

pemerintah pusat atau pemerintah daerah, dari sinilah awal mula

terjadinya kemandegan pengelolaan layanan pendidikan karena

semuanya ditentukan dari atas sementara apa yang menjadi kehendak

arus bawah tidak tersalur, apa yang menjadi masalah sekolah

sesungguhnya tidak memiliki kekuatan jawaban karena tidak

memiliki solusi penyelesaian.

Sistem administrasi sentralistik menimbulkan banyak masalah

sosial seperti tingkat partisipasi, tingkat keterwakilan, bentuk

evaluasi yang cocok hingga pertanggungjawaban. Sistem sentralistik

tidak dapat dipertahankan karena munculnya masalah-masalah sosial

yang menyertainya seperti kesulitan ekonomi, ketidak-imbangan

penyaluran dana, hingga meningkatnya kekecewaan masyarakat.

Harapan awal akan pendidikan yang cerah dimulai ketika

Undang-undang No. 22/1999 dan No. 25/1999 resmi diberlakukan

yang disusul kemudian dengan kebijakan Departemen Pendidikan

Page 19: MBS KONTEMPORER - Islamic University

MBS KONTEMPORER

(9)

Nasional tentang sistem manajemen berbasis sekolah dengan

pemberian kewenangan terhadap daerah (bahkan sekolah) dalam

mengelola pendidikan secara otonomi. Undang-undang tersebut

menjelaskan model pendidikan yang bersifat sentralistik berubah

menjadi desentralistik - pluralistik sehingga kepentingan, kebutuhan

serta potensi daerah menjadi lebih bisa dikelola.

Dengan demikian, desentralisasi pendidikan yang

direpresentasikan melalui model pengelolaan Manajemen Berbasis

Sekolah - Manajemen Partisipatif, segenap komponen sekolah

menjadi semakin berperan. Sejauh mana peranan yang bisa diambil,

tergantung bagaimana sekolah mengemas MBS sebagai sistem yang

membuka peluang partisipatif secara lebih luas.

3. Pengelolaan Manajemen Sekolah yang Partisipatif

Pendeglasian tanggungjawab diletakkan menjadi sesuatu yang

sangat fundamental di dalam MBS. Namun demikian pendelegasian

ini tidak sepenuhnya menjamin akan terjadi peningkatan kualitas

keputusan. Pengambilan keputusan organisasi akan berhasil secara

efektif bila didukung oleh perubahan pada berbagai aspek dalam

organisasi. Salah satu hal terpenting yang mendukung kualitas

keputusan adalah kualitas kepemimpinan, kualitas pengelola, dan

tingkat partisipasi.

Konsep Manajemen Berbasis Sekolah menjamin tersedianya

manajemen partisipatif dengan kekuatan kepala sekolah sebagai

manajer pelaksana manajerial. Dengan demikian MBS merupakan

suatu metode dimana tingkat partisipasi seluruh komponen pengelola

pendidikan semakin diperkuat dan semakin didayagunakan. MBS

sebagai suatu konsep yang menggunakan pola manajemen partisipatif

mempunyai alasan-alasan penting untuk diberlakukan. Urgensi-nya

lebih dipengaruhi oleh percepatan pendidikan yang harus disegerakan

Page 20: MBS KONTEMPORER - Islamic University

TEORI DAN PRAKTIK

(10)

mengingat tatakelola pemerintahan telah lebih dahulu menggunakan

konsep otonomi daerah. Maka, pendidikan diharap untuk bisa

melakukan pencapaian-pencapan yang lebih dahulu diraih bidang tata

kelola pemerintahan-kekuasaan. Departemen Pendidikan Nasional

(2007) telah merincikan alasan prinsipil MBS sebagai program

penting dengan alasan sebagai berikut :

1. Dengan pemberian otonomi yang lebih besar kepada daerah

maka sekolah akan lebih inisiatif dan kreatif dalam

meningkatkan mutu sekolah.

2. Dengan pemberian fleksibilitas keluwesan yang lebih besar

kepada sekolah untuk mengelola sumber daya, maka sekolah

akan lebih luwes dan lincah dalam mengadakan dan

memanfaatkan sumberdaya sekolah secara optimal untuk

menigkatkan mutu sekolah.

3. Sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan

ancaman bagi dirinya sehingga dia dapat mengoptimalkan

pemanfaatan sumberdaya yang tersedia untuk memajukan

sekolahnya.

4. Sekolah lebih mengetahui kebutuhannya, khususnya input

pendidikan yang akan dikembangkan dan didayagunakan

dalam proses pendidikan sesuai dengan tingkat perkembangan

5. Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh sekolah lebih

cocok untuk memenuhi kebutuhan sekolah

6. Penggunaan sumberdaya pendidikan lebih efisien dan efektif

7. Keterlibatan semua warga sekolah dan masyarakat dalam

pengambilan keputusan

8. Sekolah dapat bertanggungjawab tentang mutu pendidikan

masing-masing kepada pemerintah, orangtua peserta didik

dan masyarakat pada umumnya

Page 21: MBS KONTEMPORER - Islamic University

MBS KONTEMPORER

(11)

9. Sekolah dapat melakukan persaingan yang sehat dengan

sekolah-sekolah yang lain dalam peningkatan mutu

pendidikan melalui upaya yang inovatif.

10. Sekolah dapat secara cepat merespon aspirasi masyarakat dan

lingkungannya yang berubah dengan cepat. 4

Kita akan coba mengurai kembali ke belakang. Merumuskan

kembali bahwa MBS muncul karena beberapa alasan. Pertama,

terjadinya ketimpangan kekuasaan dan kewenangan yang terlalu

terpusat (political). Kedua, kinerja pendidikan yang tidak kunjung

membaik bahkan cenderung menurun di banyak negara (qualitas).

Ketiga, adanya kesadaran pada birokrat dan desakan para pencinta

pendidikan untuk merestrukturisasi pengolahan pendidikan

(menajerial).

Kesadaran itu kemudian melahirkan banyak sekali program

pendidikan yang baru baik dari sisi manajemen pengelolaan, maupun

substansi materi pendidikan yang bertujuan tidak lain untuk

perbaikan hasil pendidikan. Program MBS hadir untuk

menyempurnakan kesadaran itu lewat konsep dan tujuan

pelaksanaannya. MBS memiliki content yang jelas dari sisi perbaikan

manajemen pengelolaan sekaligus perubahan politik pendidikan

(sentralisitik-desentralistik) yang melibatkan dan menyerahkan

sepenuhnya kepada pengelola pendidikan di tingkat sekolah dengan

pelibatan masyarakat. Keyakinan lainnya, MBS terlihat lebih terbuka

dan mampu memperluas visi sekolah. Sampai di sini kita harus

memiliki keyakinan bersama bahwa program ini ideal dan prospektif

dari sisi manapun. Alasan-alasan prinsipilnya sebagai berikut :

1. Seluruh ide dan saran pengembangan diberikan kekuasaan

penuh kepada sekolah untuk menerima masukan dari seluruh

4 Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama, Direktorat Jenderal Manajemen

Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional, 2007

Page 22: MBS KONTEMPORER - Islamic University

TEORI DAN PRAKTIK

(12)

partisipan sekolah, dengan demikian segala masalah dan

potensi dapat terinventarisir dengan baik.

2. Pengembangan materi ajar sebagian diserahkan kepada

sekolah khususnya yang bersesuaian dengan lingkungan

sekolah yang bersangkutan (muatan lokal), dengan demikian,

praktis sekolah akan menghasilkan siswa yang memiliki

kemampuan mengenal potensi lokal secara lebih baik dan

optimal.

3. Dari segi layanan administrasi dan tata kelola, kepala sekolah

sebagai manajer diberikan kekuasaan penuh dengan

menyaring masukan dari seluruh stakeholder sekolah, yakni

guru, karyawan, siswa, dan masyarakat. Dengan demikian

sekolah yang transparan, dan akuntable dengan layanan prima

semakin dapat diwujudkan. Ini akan semakin membuat

sekolah memiliki citra positif di mata masyarakat khususnya

masyarakat pengguna.

4. Termasuk dalam hal pengawasan, sekolah melalui komite

sekolah dapat membuat control atau pengawasan yang efektif

dan sistematis demi tercapainya tujuan dan visi misi sekolah.

5. Pada akhirnya, seluruh proses penyelenggaraan sekolah yang

keputusan-keputusannya melibatkan seluruh pemangku

kepentingan, stakeholder sekolah, atau dapat diringkas

sebagai sekolah dengan menajemen partisipatif, akan

menghasilkan suatu sekolah ideal yang sesuai dengan harapan

dan tujuan pendidikan nasional.

Nurkolis (2006) memberikan alasan pentingnya sekolah dengan

manjemen pengelolaan partisipatif (MBS) dengan argument bahwa:

Pertama, sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelemahan. peluang

dan ancaman bagi dirinya, sehingga sekolah dapat mengoptimalkan

pemanfaatan sumber daya yang tersedia untuk memajukan

Page 23: MBS KONTEMPORER - Islamic University

MBS KONTEMPORER

(13)

sekolahnya. Kedua, sekolah lebih mengetahui kebutuhannya, dan

yang Ketiga, keterlibatan warga sekolah dan masyarakat dalam

pengambilan keputusan dapat menciptakan transparansi dan

demokrasi yang sehat.

Secara teoritis, MBS merupakan sistem pengelolaan sekolah

yang memberikan kewenangan dan kekuasaan penuh kepada

pengelola sekolah untuk mengatur kehidupan rumah-tangganya

dengan segala potensi, tuntutan, dan kebutuhan sekolah yang

bersangkutan. Seiring itu, pelibatan masyarakat diperlukan sebagai

bagian dari manajemen partisipatif yang ikut ambil peran.

Pemunculan peran baru ini menyangkut pentingnya restrukturisasi

sekolah dalam wilayah yang lebih akomodir. Reynold dalam

Mulyana (2004)5 menyarankan perlunya restrukturasi sekolah

mencakup empat area utama, yaitu : bagaimana kita memandang

siswa dan pembelajaran itu sendiri, bagaimana kita mendinifikasikan

program pengajaran dan pelayanan yang diberikan, bagaimana kita

mengorganisasi hingga menyampaikan program dan pelayanan, serta

bagaimana cara mengelola sekolah.

Pelibatan masyarakat adalah pola baru yang menjadi nyawa

dalam MBS. Ia akan membantu pengelola dalam memetakan empat

area restrukturisasi sebagaimana yang disarankan reynold, karena

masyarakat –hanya masyarakatlah- yang selama ini merasakan hasil

pendidikan, keberhasilan maupun ketidakberhasilannya. Masyarakat

yang dilibatkan bisa terdiri dari banyak elemen, antar lain perwakilan

orang tua, pejabat daerah setempat, perwakilan dari pejabat

pendidikan yang berwenang, tokoh masyarakat, pihak-pihak lain

yang diperlukan yang kesemuanya di Indonesia lazim disatukan

dalam suatu badan yang dikenal sebagai komite sekolah.

5 Mulyana E, Konsep Manajemen Berbasis Sekolah Strategi dan Implementasi, Bandung

: Rosda Karya, 2004, hal.65.

Page 24: MBS KONTEMPORER - Islamic University

TEORI DAN PRAKTIK

(14)

Komite sekolah dikondisikan untuk duduk secara bersama

pengelola sekolah, kemudian bertukar pikiran, memikirkan, memberi

gagasan, merencanakan, mengkritisi, hingga mencanangkan tujuan

dan visi misi sekolah lewat program-program yang akan dijalankan.

Maka akan terlihat kemudian, bahwa orang tua atau masyarakat

pengguna sekolah tidak lagi hanya bertindak sebagai donasi

keuangan untuk melancarkan aktifitas sekolah dari sisi finansial, tapi

ia lebih dari itu. Masyarakat memberikan donasi pikiran dan

keputusan-keputusan penting yang sebelumnya – di era sentraslistik –

tidak ditemukan.

Sebagai kesimpulan, manajemen partisipatif yang diterapkan di

dalam Manajemen Berbasis Sekolah memiliki karakteristik yang

cenderung merespon komunitasnya ke arah konsep berpikir lebih

baik dan dinamis, serta melahirkan lingkungan kerja lebih ideal yang

antar lain dapat dilihat dari:

1. Munculnya sikap perasaan bersama (egaliter) antar anggota

dalam organisasi. Sikap perasaan bersama dalam satu hak

dan nasib ini akan mendorong tumbuhnya semangat

berjuang secara bersama-sama.

2. Munculnya kepemimpinan bercorak demokratis dan

transformasional dari kepemimpinan kepala sekolah

3. Terciptanya sistem kerjasama yang saling sinergis antar

bidang karena sistem melalui keputusan bersama.

4. Mendorong partisipan berfikir dalam lingkup cakrawala

organisasi secara menyeluruh

5. Menekan tingkat konflik dan persaingan sesama.

6. Menumbuhkan sikap saling pengertian antar individu

7. Mengembangkan iklim kerja yang kondusif, kreatif dan

yang memiliki timbal balik positif bagi organisasi sekolah

dan masyarakat pengguna.

Page 25: MBS KONTEMPORER - Islamic University

MBS KONTEMPORER

(15)

C. Perkembangan dan Hambatan MBS

MBS seyogyanya berkembang pesat dan tumbuh dalam tiap

pengelolaan manajemen sekolah. Tidak ada alasan bahwa MBS

memiliki hambatan karena seluruh partisipan berkesempatan,

berkemampuan memberikan konstribusi. Hanya pihak-pihak yang

menginginkan kemunduran yang ingin menghambat laju MBS.

Selain itu, tidak ada alasan MBS untuk ditentang atau dihentikan.

Akan tetapi banyak faktor yang menyebabkan percepatan

program Manajemen Berbasis Sekolah tidak berjalan sesuai harapan.

Ini lebih banyak disebabkan oleh faktor sumberdaya. Banyak pihak

yang bertanya, bagaimana mekanisme penerapan MBS, bagaimana

proses pelaksanaannya, bagaimana melaksanakan control dan

pertanggung-jawaban jika pengelola dan pengguna (sekolah dan

masyarakat) sama-sama mengontrol sekaligus bertanggungjawab.

Dan banyak pertanyaan lain yang muncul di kalangan pengelola, juga

masyarakat yang mulai serius menatap MBS.

Bahwa MBS bukanlah sebentuk program aplikasi yang bisa

langsung diterapkan seperti halnya aplikasi media sosial pada

perangkat android. MBS memiliki banyak opsi dan memiliki

kelenturan. MBS bisa saja bersifat modifikasi, bisa berbentuk

inovasi, atau terkadang bisa dimulai dari menjiwai dari semangat

MBS itu sendiri sebagai paradigma pengelolaan yang baru atau lebih

baru. MBS bisa saja tidak sama di setiap lokasi, ini dimungkinkan

oleh alasan kultural dan lingkungan, tetapi MBS memiliki suatu pola

yang sama yakni sama-sama ingin membuat mekanisme yang baru,

aspiratif, transparan, dan akuntable dalam pengelolaan pendidikan

untuk mempercepat terciptanya lembaga pendidikan yang maju,

berkualitas dan adptif dalam perkembangannya. Rancangan MBS di

satu sisi terlihat rumit dan benar-benar menyibukkan, namun di sisi

lain ia memiliki misi percepatan yang sangat cemerlang.

Page 26: MBS KONTEMPORER - Islamic University

TEORI DAN PRAKTIK

(16)

Mulyasa (2009) 6 menjelaskan alasan dipentingkannya MBS

berdasar kekecewaaan masa lalu dan harapan lain yang ia lihat dari

sisi kemandirian. Pertama, pemerintah menurutnya mempunyai

konsistensi untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas pendidikan.

Kedua, kegagalan program-program peningkatan kualitas pendidikan

sebelumnya seperti JPS atau program Aku Anak Sekolah karena

manajemen yang terlalu kaku dan sentralistik, dan Ketiga, muncul

pemikiran ke arah pengelolaan pendidikan yang memberi keleluasaan

kepada sekolah untuk mengatur dan melaksanakan berbagai

kebijakan secara luas.

Usaha-usaha implementasi MBS di Indonesia harus terus

dilakukan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan. Dengan

MBS sekolah akan lebih mandiri dalam mengolah dan memanfaatkan

sumber daya yang dimiliki. Sekolah yang telah menerapkan program

MBS akan menghasilkan iklim sekolah yang kondusif dan tatakelola

yang efektif.

Nurcholis (2003) 7 menjelaskan bahwa sekolah yang

menerapkan MBS mempunyai sejumlah ciri yakni, memiliki tingkat

kemandirian yang tinggi, bersifat adiptif, antisipatif, dan proaktif,

memiliki jiwa kewirausahaan yang tinggi, bertanggung jawab

terhadap kinerja sekolah, memiliki kontrol yang kuat terhadap input

manajemen dan sumber daya dan kondisi kerja, mempunyai

komitmen yang tinggi pada dirinya, menjadikan prestasi sebagai

acuan dalam penilaian, memiliki kemampuan memberdayakan

masyarakat untuk berpartisipasi aktif, serta meningkatkan kualitas

proses pembelajaran.

6 Mulyasa, E. 2009. Managemen Berbasis sekolah Konsep, Strategi, dan Implementasi.

Bandung : Remaja Rosdakarya. 7 Nurkholis. 2003. Manajemen Berbasis Sekolah : Teori, Model dan Implementasi.

Jakarta : PT. Grasindo. Hal.108

Page 27: MBS KONTEMPORER - Islamic University

MBS KONTEMPORER

(17)

Beberapa sekolah terlihat tidak kesulitan menjalankan konsep

MBS, di beberapa sekolah lain terlihat masih kaku dalam

menerjemahkan maksud dan manfaat MBS yang begitu luas.

Beberapa penyebab umum yang dapat penulis jelaskan menyangkut

lambannya penerapan MBS di sekolah antara lain:

1. Kelemahan Budaya Sekolah

Budaya sekolah harus diakui lahir dari budaya linier bangsa

yang secara jujur terus mengalami tekanan budaya otoriter selama 32

tahun selama masa orde baru. Budaya ini tertanam kuat dan menular

ke seluruh sendi kehidupan berbangsa. Pemerintahan yang

menghambat aspirasi masyarakat kala itu menjadi kultur yang masih

berbekas hingga ke ranah pendidikan. Akan kita sama-sama fahami

bahwa banyak kepala sekolah akan terlihat ditakuti dan diikuti

seluruh keputusannya. Instansi pendidikan tidak berani menolak

kebijakan dari instansi vertikal yang otoritasnya setingkat atau lebih

berada di atasnya. Guru takut kepada kepala sekolah dan

menjalankan perintah sang manajer tanpa pertanyaan. Tidak tercipta

demokrasi, tidak ada kesempatan untuk menyuarakan gagasan-gasan

pengembangan, semua terpusat pada kekuatan yang lebih berkuasa di

atasnya. Dan budaya ini harus diakui masih ada dan tetap terasa di

lingkungan sekolah. MBS berkeinginan menghapusnya. Kesetaraan-

kebersamaan akan menjadi ciri lain yang menonjol dalam

pelaksanaan program MBS.

2. Kelemahan Gaya Kepemimpinan

Banyak penelitian menyimpulkan terdapat pengaruh yang besar

gaya kepemimpinan terhadap kinerja. Gaya kepemimpinan

mempengaruhi evektifitas dan efesiensi, dan yang terdekat dapat

dijelaskan bahwa gaya kepemimpinan cukup memiliki pengaruh yang

besar terhadap keputusan-keputusan yang dihasilkan.

Page 28: MBS KONTEMPORER - Islamic University

TEORI DAN PRAKTIK

(18)

Bakat alami manusia cenderung pasrah manakala ia berhadapan

dengan kekuasaan yang tidak dapat ia lawan. Seringkali seorang

Kepala sekolah selaku manejer memiliki gaya kepemimpinan yang

cenderung keras dan otoriter.

Dalam pengelolaan manajemen yang berbasis sekolah hanya

berhasil jika didukung oleh komponen-komponen positif. Kepala

sekolah yang bersahabat dan terbuka sangat diperlukan untuk

mencairkan persoalan, sebaliknya kepala sekolah yang keras dan

tidak komunikatif akan menutup semua solusi-solusi yang

bermanfaat. Karena itu, dalam MBS diperlukan kesadaran internal

seluruh penyelenggara sebagai langkah awal. Ini dapat dilakukan

dengan program-program peningkatan kapasitas yang sering

dilakukan oleh instansi terkait.

3. Kelemahan Sumberdaya

Sangat disayangkan jika usaha untuk meningkatkan

kesejahteraan para guru justru menjadi boomerang yang membunuh

kreatifitas guru. Program-program kesejahteraan seperti sertifikasi,

usaha-usaha dalam menunjang kenaikan pangkat pada dasarnya

memang diperlukan dan diperkenankan namun jika kemudian

memunculkan akibat berupa kurangnya efektifitas guru dalam

kewajiban utama sebagai tenaga pengajar justru menjadi persoalan

lain yang harus dipikirkan. Beberapa hambatan logis yang akan

dihadapi oleh para pengelola dalam penerapan MBS antara lain dapat

dijelaskan sebagai berikut : (1) Tidak Efisien Model kerjasama yang

diterapkan MBS sebagian besar bersifat partisipatif. Model ini dalam

lingkup pengambilan keputusan biasanya berjalan lambat daripada

manajemen satu arah. Para pengelola harus sabar dalam mengelola

MBS. (2) Kurangnya Motivasi untuk ambil peran. Banyak orang

yang yang hanya berfokus pada pekerjaan yang diwajibkan.

Pekerjaan tambahan yang dibutuhkan dalam pengelolaan MBS

Page 29: MBS KONTEMPORER - Islamic University

MBS KONTEMPORER

(19)

praktis membuat sebagian orang berat untuk menerimanya kecuali

yang benar-benar terpanggil untuk melakukan perubahan. Anggota

komite sekolah harus lebih banyak menggunakan waktunya. Baik

kepala sekolah maupun guru bisa over waktu. Kendala ini bagi

sebagian pihak pengelola terasa membebani. (3) Memerlukan

Pelatihan Tambahan. Butuh pelatihan khusus untuk setiap

stakeholder memahami hakikat MBS, mekanisme manajemennya,

system otorites dan pendelegasian, hingga manajemen pengambilan

keputusan. Bagi yang tidak terbiasa dengan model pengelolaan ini,

akan sangat membingungkan dan dibutuhkan pelatihan khusus bagi

seluruh stakeholder sekolah demi kelancaran program MBS (4).

Kebingungan Atas Peran dan Tanggung Jawab Baru. Kultur

kerja yang selama ini dijalankan sulit untuk dirubah. Kehadiran MBS

pada satu sisi merupakan pengetahuan baru yang penting untuk

pencapaian tujuan pendidikan namun di sisi lain membingungkan

karena pengelola harus beradaptasi cukup lama dalam hal peran dan

tanggung jawab dalam pengelolaan.

D. Era Millenium, Era Perubahan

Era millennium ditandai dengan semakin pesatnya

perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Ilmu pengetahuan

bisa dengan cepat didapat karena banyak media menyediakannya.

Jika beberapa waktu lalu orang cenderung membaca di pustaka. Kini

seiring kemajuan tekhnologi pustaka telah berada di genggaman

tangan melalui perangkat android yang menyediakan berbagai

aplikasi untuk mengakses ilmu pengetahuan.

Bisnis dan industri berkembang pesat menjawab segala

kebutuhan apapun. Persaingan yang terjadi di dunia bisnis dan

industri, pelan-pelan telah mulai merambah ke dalam dunia

pendidikan, atmosfir itu sudah sangat tampak dan kentara serta

sangat dirasakan seiring dengan kemajuan dan perkembangan

Page 30: MBS KONTEMPORER - Islamic University

TEORI DAN PRAKTIK

(20)

lembaga pendidikan itu sendiri. Masyarakat sudah sangat cerdas

dalam memilih dan menentukan pilihan untuk memasukkan anak ke

sekolah-sekolah yang mereka pilih. Masyarakat sebagai stake holder

sekolah sudah pasti mempunyai kebebasan untuk menentukan

pilihannya. Masyarakat juga tidak mau sembarangan dalam

menentukan pilihan. Maka untuk itu sudah pasti setiap lembaga

pendidikan terutama pendidikan formal harus siap untuk bersaing

secara sehat dengan mengutamakan dan mengedepankan aspek

pengelolaan manajemen pendidikan.

Pengelolaan manajemen yang baik akan mempunyai peran

yang sangat strategis untuk meningkatkan dan menyiapkan lembaga

pendidikan yang berkualitas. Untuk meningkatkan kualitasnya, maka

semua elemen yang terlibat di lembaga pendidikan harus saling

mendukung, mulai dari guru, siswa, karyawan hingga tenaga

kependidikan. Tanpa adanya kerja sama yang baik maka sangat tidak

mungkin mutu yang baik akan tercapai.

Onisimus Omtu (2011), mengatakan bahwa peserta didik,

orang tua dan masyarakat adalah pelanggan yang bebas menentukan

pilihan yang tepat terhadap institusi mana yang layak memberikan

jaminan terhadap masa depan anak-anaknya8. Sebagai orang tua

yang mempunyai beban tanggung jawab terhadap pendidikan anak-

anaknya, tentu akan lebih hati-hati dalam menentukan pilihan.

Mereka akan melihat mutu atau kualitas sekolah, sekolah mana

menurut mereka yang lebih baik.

Zaman kian maju, sekolah berkualitas akan ditandai dengan

kecepatan beradaptasi dengan tekhnologi. Banyak hal mendasar yang

berubah dan banyak hal prinsipil belum terpecahkan menyangkut

bagaimana pengelolaan manajemen pendidikan di era millennium.

8 Onisimus Amtu, Manajemen Pendidikan di Era Otonomi Daerah, Konsep, Strategi, dan

Implementasi, Alfabeta Bandung, 2011 Hal 118.

Page 31: MBS KONTEMPORER - Islamic University

MBS KONTEMPORER

(21)

Era millennium ditandai dengan perubahan global yang seringkali

berubah secara cepat dan terkadang membingungkan manajemen

pengelolaan yang harus juga berubah mengikuti perkembangan

pengetahuan khususnya tekhnologi.

Mulyasa (2003) mengutip Calwell and Spinks menyebutkan

bahwa sekolah merupakan institusi yang memiliki ―full authority and

responsibility‖ untuk secara mandiri menetapkan program-program

pendidikan (kurikulum) dan berbagai kebijakan lokal sekolah sesuai

dengan visi, misi, dan tujuan pendidikan yang hendak dicapai oleh

sekolah9.

Dari sini dapat dilihat, ada ruang kebebasan dan kekuasaan bagi

MBS untuk beradaptasi dengan setiap perubahan yang terjadi.

Menyangkut hal ini pengelola sekolah berikut partisipan harus pula

mengetahui menajamen perubahan sebagai bahan persiapan jika

kemajuan tekhnologi berubah secara lebih revolusioner. Bahwa MBS

sebagai model berhak menyatukan seluruh potensi partisipan untuk

memikirkan manajemen pengelolaan terhadap perubahan global yang

bisa saja terjadi setiap saat.

Jika hari ini sistem manajemen di lembaga pendidikan kita

masih terfokus pada sistem komputerisasi manual, beberapa waktu

depan mungkin sudah masuk ke ranah digitalisasi seluruh sistem.

Kemampuan adaptif dari seluruh gejala yang akan terjadi harus sejak

semula dipikirkan oleh sekolah. Peran manajer sekolah dalam hal ini

kepala sekolah sangat vital, ia harus mempersiapkan segala

kemungkinan yang terjadi. Era millennium adalah era perubahan,

dibutuhkan kecepatan berpikir dan tanggap dalam segala situasi yang

akan terjadi.

***

9 Mulyasa, E. (2013). Manajemen & Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: Remaja

Rosdakarya.

Page 32: MBS KONTEMPORER - Islamic University

TEORI DAN PRAKTIK

(22)

Page 33: MBS KONTEMPORER - Islamic University

MBS KONTEMPORER

(23)

BAGIAN KEDUA Mengenal Lebih Dalam Model

Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)

A. Landasan Filosofi dan Yuridis MBS

1. Tinjauan Filosofi MBS

Sudah semestinya pendidikan memiliki fungsi linier dengan

permintaan zaman. Pendidikan yang mampu menjawab gejala-gejala

dan menyingkap persoalan peradaban adalah pendidikan yang akan

tetap dan terus bertahan. Pendidikan secara tekstual adalah usaha

untuk menjawab pertanyaan manusia terhadap segala keingintahuan

manusia akan alam semesta, fungsi dan permasalahannya. Secara

konstektual, pendidikan adalah usaha kreatif dari manusia untuk

menjawab dan mengatasi segala keperluan dalam memanfaatkan

sumberdaya.

Umaedi (2010) 10

Menjelaskan fungsi pendidikan dalam

hubungannya dengan visi manusia dengan pernyataan sederhana

bahwa pendidikan berfungsi untuk mempersiapkan manusia

10

Dr. Umaedi, M.Ed. dkk Manajemen Berbasis Sekolah, Modul 1, UT , Jakarta 2010

Page 34: MBS KONTEMPORER - Islamic University

TEORI DAN PRAKTIK

(24)

menghadapi masa depan agar hidup lebih sejahtera, baik sebagai

individu maupun secara kolektif sebagai warga masyarakat, bangsa

maupun antarbangsa. Bagi pemeluk agama, masa depan mencakup

kehidupan di dunia dan pandangan tentang kehidupan hari kemudian

yang bahagia. Dengan demikian, berbagai macam model pendidikan

sangat tergantung dari rumusan wujud atau jabaran manusia yang

sejahtera dengan berbagai dimensinya. Fungsi pendidikan lainnya

menurut Umaedi adalah peradaban, hasil karya manusia yang semula

dimaksudkan untuk mendukung kesejahteraan manusia. Mengingat

peradaban bersifat evolusioner dan dinamis, berkembang dan

berubah maka fungsi pendidikan pun terus berubah dalam upaya

terus mencapai kemajuan sesuai dengan peradaban baru yang ingin

diraih oleh suatu bangsa. Dalam hal ini, pendidikan juga dipandang

sebagai proses perubahan sosial terencana atau reformasi damai.

Selanjutnya Umaedi menjelaskan pula dalam upaya

mengakomodasikan berbagai ragam kepentingan, tingkat, dan

wilayah/lingkup relevansi maka sistem pendidikan harus memberikan

berbagai model alternatif yang kontekstual atau sesuai dengan

aspirasi masyarakat yang dilayani serta hubungannya dengan

relevansi yang ingin dicapai. Dengan demikian, model yang tepat

adalah customized design, yaitu desain atau sistem yang sesuai

dengan kondisi, konteks, dan aspirasi masyarakat. Model yang tepat

dalam pengelolaan pendidikan yang sesuai dengan alur pikir ini

adalah School Based Management (SBM) atau Manajemen Berbasis

Sekolah (MBS) dan Community Based Education (pendidikan

berbasis masyarakat). Customized design juga berkaitan dengan

kurikulum atau substansi pendidikan. Customized design merupakan

wadah yang memberikan berbagai alternatif yang luas, juga

mencakup ranah kompetensi yang luas sesuai aspirasi/kebutuhan

masyarakat atau disebut Broad Based Education. Customized design

Page 35: MBS KONTEMPORER - Islamic University

MBS KONTEMPORER

(25)

mewadahi model manajemennya maupun kurikulumnya, serta

alternatif jalur pendidikan (sekolah dan luar sekolah) dan berbagai

ragam satuannya.

Umaedi telah menjelaskan secara padat dan luas, landasan

filosofi mengapa MBS itu perlu. Landasan filosofis MBS selanjutnya

dapat dijelaskan bahwa pendidikan haruslah dimulai dari tradisi yang

hidup di masyarakat. Perubahan pelaksanaan pendidikan itu

berangkat dari masyarakat dan mendapat dukungan dari masyarakat.

Penyelenggaraan pendidikan dalam konteks bernegara merupakan

tanggung jawab pemerintah, sedangkan dalam tataran praktis

merupakan tanggung jawab bersama pengelola-penyelenggara

sekolah, masyarakat dan pemerintah dengan peran partisipatif yang

berimbang dan dalam pelaksanaanya mesti dengan memenuhi

aspirasi masyarakat, berupa program-program tambahan yang

diperlukan masyarakat, program life skills yang diminati, dan

pendidikan budi pekerti yang berkaitan dengan nilai-nilai sosial

budaya setempat.

Nurkolis (2006)11

menyatakan Landasan filosofis MBS adalah

cara hidup masyarakat (bermasyarakat). Maksudnya jika ingin

reformasi pendidikan itu sukses maka reformasi tersebut harus

berakar pada cara dan kebiasaan hidup warganya. Seandainya

reformasi itu peduli terhadap cara dan kebiasaan warganya maka

reformasi tersebut akan mendapat dukungan dari segenap lapisan

masyarakat. Landasan tersebut yang menjadi acuan dalam proses

pelaksanaan manajemen berbasis sekolah (MBS). Dengan adanya

landasan-landasan tersebut maka sekolah lebih terfokuskan.

11

Nurkolis, Manajemen Berbais Sekolah Teori, Model dan Aplikasi. Jakarta Gramedia

Widiasarana Indonesia, 2006 Hal

Page 36: MBS KONTEMPORER - Islamic University

TEORI DAN PRAKTIK

(26)

1. Landasaan Yuridis Pelaksanaan MBS

Setelah melewati kajian singkat dari sisi filosofi, saatnya

penulis sampaikan alasan yuridis pelaksanaan MBS. Hal ini banyak

kita temukan dalam berbagai undang-undang dan peraturan

pemerintah yaitu :

1. UU No 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional,

pasal 51 ayat (1) pengelolaan satuan pendidikan anak usia dini,

pendidikan dasar, dan pendidikan menengah dilaksanakan

berdasarkan standar pelayanan minimal dengan prinsip

manajemen berbasis sekolah/madrasah;

2. UU No 25 tahun 2000 tentang program pembangunan nasional

tahun 2000-2004 pada bab VII tentang bagian program,

pembangunan bidang pendidikan khususnya sasaran

terwujudnya manajemen pendidikan yang berbasis pada

sekolah dan masyarakat;

3. Keputusan Mendiknas nomor 044 tahun 2002 tentang

pembentukan dewan pendidikan dan komite sekolah;

4. Kepmendiknas nomor 087 tahun 2004 tentang standar

akreditasi sekolah, khususnya tentang manajemen berbasis

sekolah; dan

5. Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang standar

nasional pendidikan, khususnya standar pengelolaan sekolah

yaitu manajemen berbasis sekolah

Peningkatan mutu pendidikan merupakan sasaran

pembangunan di bidang pendidikan nasional dan merupakan bagian

integral dari upaya peningkatan taraf hidup manusia Indonesia secara

menyeluruh. Oleh karena itu pemerintah telah melakukan

penyempurnaan sistem pendidikan baik melalui penataan perangkat

lunak maupun pengembangan sarana dan prasarana sekolah.

Page 37: MBS KONTEMPORER - Islamic University

MBS KONTEMPORER

(27)

Jika sebelumnya manajemen pendidikan memakai paradigma

top-down atau sentralistik, maka dengan pembaharuan, manajemen

pendidikan bergeser pada pemerintah daerah kota dan kabupaten

dengan paradigma buttom-up atau desetralistik, dengan mekanisme

partisipatif manajemen berupa pemberdayaan seluruh masyarakat

sekolah.

Banyak pihak menganggap begitu perlunya manajemen

berbasis sekolah (school based management), yang dapat mengelola

pendidikan sesuai dengan kebutuhan pengguna setempat untuk

diterapkan di tiap sekolah. MBS dapat dipandang sebagai bentuk

oprasional desentralisasi pendidikan dalam konteks otonomi daerah.

Pengambilan keputusan akan bersifat local akuntabilitas. Layanan

bergeser yang lebih berorientasi kepada kepentingan masyarakat luas

dan terbuka. Hal ini mengandung arti bahwa pengambilan keputusan

tentang pelaksanaan pendidikan di daerah menuntut partisipasi

masyarakat dan orang tua yang lebih luas dan terbuka, terutama

dalam menumbuhkan manajemen yang transparan dan demokratis.

Pada praktis pelaksanaannya, dalam manajemen sekolah model MBS

ini tugas-tugas manajemen sekolah ditetapkan menurut karakteristik-

karakteristik dan kebutuhan-kebutuhan sekolah itu sendiri.12

Sebagai prinsip pengelolaan pendidikan, MBS cenderung

akan mempengaruhi banyak hal yang ada hubungannya dengan

pengelolaan pendidikan. Tatakelola baru yang muncul paling

dominan dari penerapan MBS adalah tatakelora kultural berupa

tingginya nilai-nilai demokrasi, transparansi, keadilan, dan peranserta

masyarakat. MBS merupakan rangkaian dari seperangkat kebijakan

yang saling terkait dan berhubungan.

12

Mulyasa, E. 2002. Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep Strategi, dan lmplementasi.

Bandung: Remaja Rosda Karya. Hal. 22.

Page 38: MBS KONTEMPORER - Islamic University

TEORI DAN PRAKTIK

(28)

Sebelum MBS, banyak program pendidikan sudah dijalankan

oleh pemerintah Indonesia namun tidak berjalan lama. Awalnya

Program tersebut diharapkan mampu menjunjung kualitas maupun

kuantitas pendidikan di Indonesia, akan tetapi karena pengelolaannya

masih terpusat dan kaku, program tersebut tidak dapat memberikan

dampak positif. Dugaan yang paling tepat menyangkut ini adalah

masalah manajemen yang belum sesuai dan tidak mampu menjawab

kecepatan perubahan zaman. Hingga muncullah suatu pemikiran atau

gagasan baru dalam pengelolaan pendidikan yang memberi kebijakan

kepada masing-masing sekolah untuk mengatur dan melaksanakan

berbagai kebijakan dari pemerintah. Kebijakan itu adalah MBS

dengan manajemen partisipatif yang diharapkan mampu mengemban

misi pendidikan yang lebih berkeadilan.

B. Kajian Teoritis MBS

1. MBS Menurut Para Ahli

Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) sebagai terjemahan dari

School Based Management, adalah suatu pendekatan politis yang

bertujuan untuk me-redisain pengelolaan sekolah dengan

memberikan kekuasaan kepada kepala sekolah dan meningkatkan

partisipasi masyarakat dalam upaya perbaikan kinerja sekolah yang

mencakup guru, siswa, kepala sekolah, orang tua siswa, dan

masyarakat.

Manajemen Berbasis Sekolah merubah sistem pengambilan

keputusan dengan memindahkan otoritas dalam pengambilan

keputusan dan manajemen ke setiap yang berkepentingan di tingkat

lokal (Chapman, J, 1990).13

13 School-based decision-making and management / edited by Judith D. Chapman.

London ; New York : Falmer Press, 1990.

Page 39: MBS KONTEMPORER - Islamic University

MBS KONTEMPORER

(29)

Bank Dunia (1999) dalam Mulyasa (2002) memberi pengertian

bahwa MBS merupakan bentuk alternatif sekolah dalam program

desentralisasi di bidang pendidikan, yang ditandai oleh otonomi luas

di tingkat sekolah, partisipasi masyarakat, dan dalam kerangka

kebijakan nasional. Sedangkan Depdikbud, dalam mengemukakan

MBS merupakan suatu penawaran bagi sekolah untuk menyediakan

pendidikan yang lebih baik dan lebih memadai bagi para peserta

didik. Selanjutnya Mulyasa mengemukakan Manajemen Berbasis

Sekolah adalah paradigma baru pendidikan, yang memberikan

otonomi luas pada tingkat sekolah (pelibatan masyarakat) dalam

rangka kebijakan pendidikan nasional.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan secara

sederhana bahwa Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) adalah

kebijakan pemerintah yang diberikan kepada sekolah untuk

mengelola dan mengoptimalkan pendidikan di daerahnya sesuai

dengan karakteristik daerah masing-masing dengan keikutsertaan

masyarakat dalam mewujudkan tujuan pendidikan.

MBS memiliki banyak pengertian, bergantung dari sudut

pandang orang yang mengartikannya. Nurkholis (2003:1)14

,

misalnya, menjelaskan bahwa Manajemen Berbasis Sekolah terdiri

dari tiga kata, yaitu manajemen, berbasis dan sekolah.

Pertama, istilah Manajemen memiliki banyak arti. Secara

umum manajemen dapat diartikan sebagai proses mengelola sumber

daya secara efektif untuk mencapai tujuan. Ditinjau dari aspek

pendidikan, manajemen pendidikan diartikan sebagai segala sesuatu

yang berkenaan dengan pengelolaan proses pendidikan untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan, baik tujuan jangka pendek,

menengah maupun tujuan jangka panjang. Kedua, kata Berbasis

14

Nurkholis Manajemen Berbasis Sekolah, Teori, Model dan Aplikasi , Jakarta: PT.

Gramedia, Widiasarana Indonesia, 2003

Page 40: MBS KONTEMPORER - Islamic University

TEORI DAN PRAKTIK

(30)

mempunyai kata dasar basis atau dasar. Ketiga, kata sekolah merujuk

pada lembaga tempat berlangsungnya proses belajar mengajar.

Bertolak dari arti ketiga istilah itu, maka istilah Manajemen Berbasis

Sekolah dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang berkenaan

dengan pengelolaan sumber daya yang berdasar pada sekolah itu

sendiri dalam proses pembelajaran untuk mencapai suatu tujuan yang

telah ditetapkan.

Slamet PH dalam Nurkholis 15

mendefinisikan manajemen

berbasis sekolah bertolak dari kata manajemen, berbasis dan sekolah.

Menurut Slamet manajemen berarti koordinasi dan penyerasian

sumber daya melalui sejumlah input manajemen untuk mencapai

tujuan atau untuk memenuhi kebutuhan pelanggan, berbasis artinya

―berdasarkan pada‖ atau ―berfokuskan pada‖, sedangkan sekolah

merupakan organisasi terbawah dalam jajaran Departemen

Pendidikan Nasional (Depdiknas) yang bertugas memberikan ―bekal

kemampuan dasar‖ kepada peserta didik atas dasar ketentuan-

ketentuan yang bersifat legalistik (makro, meso, mikro) dan

profesional-listik (kualifikasi, untuk daya manusia).

Atas dasar itu pula, Slamet menyimpulkan bahwa MBS adalah

pengkoordinasian dan penyerasian sumber daya yang dilakukan

secara otonom (mandiri) oleh sekolah melalui sejumlah input

manajemen untuk mencapai tujuan sekolah dalam kerangka

pendidikan nasional, dengan melibatkan semua kelompok

kepentingan yang terkait dengan sekolah secara langsung dalam

proses pengambilan keputusan (partisipatif). Kelompok kepentingan

tersebut meliputi kepala sekolah dan wakil-wakilnya, guru, siswa,

konselor, tenaga administratif, orang tua siswa, tokoh masyarakat,

para profesional, wakil pemerintahan, wakil organisasi pendidikan.

15

Ibid

Page 41: MBS KONTEMPORER - Islamic University

MBS KONTEMPORER

(31)

Wohlsteeter, Priscilla & Mohrman (1996)16

menyatakan bahwa

MBS berarti pendekatan politis untuk mendesain ulang organisasi

sekolah dengan memberikan kewenangan dan kekuasaan kepada

partisipan sekolah di tingkat lokal guna memajukan sekolahnya.

Sedangkan Myers dan Stonehil (1993)17

mengemukakan bahwa MBS

merupakan strategi untuk memperbaiki pendidikan dengan

mentransfer otoritas pengambilan keputusan secara signifikan dari

pemerintah pusat dan daerah ke sekolah-sekolah secara individual.

Sementara itu, Ogawa & Kranz (1992:290)18

memandang MBS

secara konseptual sebagai perubahan formal dari struktur tata

pelayanan pendidikan (govermance) yaitu pada distribusi

kewenangan pengambilan keputusan sebagai bentuk desentralisasi

yang mengidentifikasi sekolah sebagai unit utama dari peningkatan

dan kepercayaan dan juga sebagai alat utama untuk meningkatkan

partisipasi dan dukungan. Senada dengan pengertian Ogawa &

Kranz, Kubick M Kathelen (1988) menyatakan bahwa MBS

merupakan suatu sistem administrasi dimana sekolah merupakan

satuan yang utama dalam pengambilan keputusan bidang pendidikan.

Perihal MBS ini, UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional, pasal 51 ayat (1) menyatakan, ―Pengelolaan

satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar dan pendidikan

menengah dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan minimal

dengan prinsip manajemen berbasis sekolah/madrasah‖. Selanjutnya,

16

Wohlstetter, Priscilla and Susan Albers Mohram, 1996. Assesment of scholl based

management: studies of education reform. U.S Department of Education Office of

Education Research and Improvement. 17

Dorothy Myers dan Robert Stonehill, School based Management, Office of Research

Education: Cunsumer Guide, 1993 18

Ogawa, R. T.; and Kranz, J. "What Do We Know About School-Based Management?

A Case Study of the Literature--A Call for Research." edited by W. H. Clune and J. F.

Witte. New York: The Falmer Press, 1990

Page 42: MBS KONTEMPORER - Islamic University

TEORI DAN PRAKTIK

(32)

penjelasan pasal 51 ayat (1) menerangkan bahwa, ―Yang dimaksud

dengan manajemen berbasis sekolah/madrasah adalah bentuk

otonomi manajemen pendidikan pada satuan pendidikan, yang dalam

hal ini kepala sekolah/madrasah dan guru dibantu oleh komite

sekolah/madrasah dalam mengelola kegiatan pendidikan‖.

Selanjutnya, peran komite sekolah yang dalam hal ini

merupakan refleksi dari pemangku kepentingan pendidikan (orang

tua, masyarakat, pengguna lulusan, guru, kepala sekolah dan

penyelenggara pendidikan) yang terlibat baik secara langsung

maupun tidak langsung di dalam pengelolan pendidikan di sekolah.

Artinya, dengan MBS tujuan pendidikan yang diharapkan oleh para

pemangku kepentinga dapat terpenuhi.

Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia

menyebut pula MBS dengan Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis

Sekolah (MPMBS). Secara umum MPMBS diartikan sebagai model

manajemen yang memberi otonomi lebih besar pada sekolah dan

mendorong pengambilan keputusan partisipatif yang melibatkan

secara langsung semua warga sekolah untuk meningkatkan mutu

sekolah berdasarkan kebijakan pendidikan nasional. 19

Beberapa definisi lain yang juga perlu disimak adalah School

Based Management Is A Strategy to improve education by transfering

significant decision making autority from state and district offices to

individual school. Bahwa MBS adalah suatu strategi untuk

memperbaiki pendidikan dengan memindahkan kewenangan

pengambilan keputusan yang penting dari pemerintah pusat dan

pemerintah daerah kepada pihak pengelola sekolah.

MBS disebut juga dengan istilah Shared Decision Making refes

to an inclusif or representative decision making proses in which all

19

Direktorat Pendidikan Luar Biasa, Manajemen Berbasis Sekolah, Jakarta, 2008, hal.9.

Page 43: MBS KONTEMPORER - Islamic University

MBS KONTEMPORER

(33)

members of the group participate as aquels, bahwa MBS merujuk

pada suatu representasi proses pengambilan keputusan dimana

seluruh anggota kelompok berpartisipasi secara seimbang. Dengan

demikian, penulis merumuskan bahwa MBS adalah model

pengelolaan sekolah dengan memberikan kewenangan yang lebih

besar pada tingkat sekolah untuk mengelola sekolahnya sendiri

secara langsung.

Manajemen Berbasis Sekolah dapat pula kita tinjau seperti

yang didefinisikan oleh beberapa ahli berikut ini:

1. Mallen, Ogawa, dan Kranz (dalam Siswantari 4.3: 2009)

berpendapat bahwa : Manajemen Berbasis Sekolah sebagai

suatu bentuk desentralisasi yang memandang sekolah

sebagai suatu unit dasar pengembangan dan bergantung pada

redistribusi otoritas pengambilan keputusan.

2. Candoli (dalam Siswantari 4.3: 2009) berpendapat bahwa:

MBS sebagai alat untuk menekan sekolah mengambil

tanggungjawab apa yang terjadi pada anak didiknya.

3. Myers dan Stonehill (dalam Siswantari 4.3: 2009)

berpendapat bahwa: Manajemen Berbasis Sekolah

merupakan suatu strategi untuk memperbaiki mutu

pendidikan melalui pengalihan otoritas pengambilan

keputusan dari pemerintah pusat ke daerah dan ke masing-

masing sekolah sehingga kepala sekolah, guru, peserta didik,

dan orang tua peserta didik mempunyai kontrol yang lebih

besar terhadap proses pendidikan, dan juga mempunyai

tanggungjawab untuk mengambil keputusan yang

menyangkut pembiayaan, personal dan kurikulum.20

20

Umaedi, Hadiyanto dan Siswantari, 2008. Manajemen Berbasis Sekolah.

Jakarta: Universitas Terbuka

Page 44: MBS KONTEMPORER - Islamic University

TEORI DAN PRAKTIK

(34)

Berdasarkan beberapa tinjauan pengertian di atas maka dapat

disimpulkan bahwa pengertian Manajemen Berbasis Sekolah secara

sederhana adalah alat untuk memajukan suatu sekolah dengan

memanajeman seluruh kebutuhan sekolah yang saling bekerjasama

dalam lingkungan sekolah seperti guru, peserta didik, orang tua untuk

meningkatkan kegiatan sekolah yang lebih baik.

Secara lebih luas dapat dijabarkan bahwa MBS adalah otonomi

manajemen sekolah dan pengambilan keputusan partisipatif. Otonomi

sekolah adalah kewenangan sekolah untuk mengatur dan mengurus

kepentingan warga sekolah menurut prakarsanya sendiri berdasarkan

aspirasi warga sekolah dan sesuai dengan peraturan perundang-

undangan pendidikan yang berlaku.

Sementara itu, pengambilan keputusan partisipatif adalah cara

pengambilan keputusan dengan menciptakan lingkungan yang

terbuka dan demokratik dimana warga sekolah didorong untuk

terlibat secara langsung dalam proses pengambilan keputusan yang

akan dapat berkontribusi terhadap pencapaian tujuan sekolah.

2. Konsep Dasar Manajemen Berbasis Sekolah

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem

Pendidikan Nasional pada Pasal 48 Ayat (1) menyatakan bahwa,

―Pengelolaan dana pendidikan berdasarkan prinsip keadilan,

efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas publik‖. Sejalan dengan

amanat tersebut, Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013

Tentang Perubahan atas PP Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar

Nasional Pendidikan Pasal 49 Ayat (1) menyatakan:

―Pengelolaan satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar

dan menengah menerapkan manajemen berbasis sekolah yang

ditunjukkan dengan kemandirian, kemitraan, partisipasi, keterbukaan,

dan akuntabilitas‖. Maka Berdasarkan kedua isi kebijakan tersebut,

Page 45: MBS KONTEMPORER - Islamic University

MBS KONTEMPORER

(35)

prinsip Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) meliputi: Kemandirian,

Keadilan, Keterbukaan, Kemitraan, Partisipatif, Efisiensi, dan

Akuntabilitas.

Manajemen Berbasis Sekolah pada prinsipnya merupakan

manifestasi konsep otonomi atau kemandirian, yakni kemandirian

dalam mengatur dan mengurus rumah tangga sekolah sendiri secara

mandiri dengan pola manajemen yang partisipatif. Untuk memahami

konsep Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) ada beberapa hal yang

perlu difahami yaitu :

1. Kewenangan di tingkat sekolah dalam sistem pengambilan

keputusan harus dikaitkan dengan program dan kemampuan

dalam peningkatan kinerja sekolah.

2. Pendelegasian otoritas hendaknya dalam kaitannya dengan

pemberdayaan sekolah, perlu diperhitungkan tingkat efektifitas

programnya.

3. Strategi pelaksanaan MMBS lebih menekankan kepada elemen

manajemen partisipatif.

3. Alasan Penting Perlunya MBS

Ada beragam alasan diterapkannya Manajemen Berbasis

Sekolah (MBS). Depdiknas (2007), menjelaskan alasan pentingnya

MBS sebagai berikut:

1. Dengan pemberian otonomi yang lebih besar kepada sekolah,

maka sekolah akan lebih insiatif/ kreatif dalam meningkatkan

mutu sekolah.

2. Dengan pemberian fleksibilitas/ keluwesan-keluwesan yang

lebih besar kepada sekolah untuk mengelola sumber dayanya,

maka sekolah akan lebih luwes dan lincah dalam mengadakan

dan memanfaatkan sumber daya sekolah secara optimal untuk

meningkatkan mutu sekolah.

Page 46: MBS KONTEMPORER - Islamic University

TEORI DAN PRAKTIK

(36)

3. Sekolah lebih mengetahui kelemahan, kekuatan, peluang, dan

ancaman bagi dirinya sehingga dia dapat mengoptimalkan

pemanfaatan sumber daya yang tersedia untuk memajukan

sekolahnya.

4. Sekolah lebih mengetahui kebutuhannya, khususnya input

pendidikan yang akan dikembangkan dan didayagunakan

dalam proses pendidikan sesuai dengan tingkat perkembangan

dan kebutuhan peserta didik.

5. Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh sekolah lebih

cocok untuk memenuhi kebutuhan sekolah karena pihak

sekolahlah yang paling tahu apa yang terbaik bagi sekolahnya.

6. Penggunaan sumber daya pendidikan lebih efisien dan efektif

bilamana dikontrol oleh masyarakat setempat.

7. Keterlibatan semua warga sekolah dan masyarakat dalam

pengambilan keputusan sekolah menciptakan transparansi dan

akuntabilitas sekolah.

8. Sekolah dapat bertanggung jawab tentang mutu pendidikan

masing-masing kepada pemerintah, orang tua, peserta didik,

dan masyarakat pada umumnya, sehingga dia akan mencapai

sasaran mutu pendidikan yang telah direncanakan.

9. Sekolah dapat melakukan persaingan yang sehat dengan

sekolah-sekolah lain dalam peningkatan mutu pendidikan

melalui upaya-upaya inovatif yang didukung oleh orang tua

siswa, masyarakat sekitar, dan pemerintah daerah setempat.

10. Sekolah dapat secara cepat merespon aspirasi masyarakat dan

lingkungan yang berubah dengan cepat.

Mulyasa (2009) memberikan penjelasan pentingnya penerapan

MBS antara lain: (1) Adanya berbagai program pendidikan yang

pengelolaannya terlalu kaku dan sentralistik sehingga tidak

memberikan dampak positif. (2) Sekolah lebih mengetahui kekuatan,

Page 47: MBS KONTEMPORER - Islamic University

MBS KONTEMPORER

(37)

kelemahan, peluang, dan ancaman bagi dirinya. (3) Sekolah lebih

mengetahui kebutuhannya. (4) Keterlibatan warga sekolah dan

masyarakat dalam pengambilan keputusan, dan (5) Angka partisipasi

pendidikan nasional maupun kualitas pendidikan tetap menurun.

Alasan lain diterapkannya MBS menurut Nurkolis (2003) yang

menjelaskan bahwa MBS di Indonesia yang menggunakan model

MPMBS muncul karena alasan: (1) Sekolah lebih mengetahui

kekuatan, kelemahan, peluang, ancaman bagi dirinya sehingga

sekolah dapat mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya yang

tersedia untuk memajukan sekolahnya. (2) Sekolah lebih mengetahui

kebutuhannya.Keterlibatan warga sekolah dan masyarakat dalam

pengambilan keputusan dapat menciptakan transparansi dan

demokrasi yang sehat.

Bank Dunia dalam penelitiannya, menjelaskan alasan penting

diterapkannya MBS antara lain disebabkan alasan ekonomis, Politis,

Profesionalisme, Efisiensi administrasi, Finansial, Prestasi siswa,

Akuntabilitas dan Evektivitas sekolah.

C. MBS sebagai Model

1. MBS Sebagai Model Baru Manajemen Pengelolaan

Definisi komprehensif mengenai MBS yang dikemukakan oleh

Malen sebagaimana dikutip Ibtisam Abu Duhou adalah perubahan

formal struktur penyelenggaraan, sebagai suatu bentuk desentralisasi

yang mengidentifikasikan sekolah itu sendiri sebagai unit utama

peningkatan serta bertumpu pada redistribusi kewenangan pembuatan

keputusan sebagai sarana penting yang dengannya pendidikan dapat

didorong dan ditopang.21

21

Ibtisam Abu Duhou, School-Based Management, Penerjemah Noryamin Aini, dkk,

(Jakarta : Logos, 2002), Hal. 16

Page 48: MBS KONTEMPORER - Islamic University

TEORI DAN PRAKTIK

(38)

Malen telah memberikan perincian yang lebih luas mengenai

MBS, bahwa MBS adalah sebuah perubahan struktur formal dalam

artian perombakan sistem penyelenggara pendidikan akibat

diberlakukannya desentralisasi dan ini akan pula berakibat pada

berubahnya system keputusan-keputusan yang akan dibuat.

Perubahan dimensi pola manajemen pendidikan

dari yang lama ke pola yang baru menuju MBS

Pola lama Menuju Pola baru

– Subordinasi → – Otonomi

– Pengambilan

keputusan terpusat →

– Pengambilan keputusan

partisipasi

– Ruang gerak kaku → – Ruang gerak luwes

– Pendekatan birokratik → – Pendekatan Profesional

– Sentralistik → – Desentralistik

– Diatur → – Motivasi diri

– Overregulasi → – Deregulasi

– Mengontrol → – Mempengaruhi

– Mengarahkan → – Memfasilitasi

– Menghindar Resiko → – Mengelola resiko

– Gunakan uang

semuanya →

– Gunakan seefisien

mungkin

– Individu yang cerdas → – Informasi terbagi

– Informasi terpribadi → – Pemberdayaan

– Pendelegasian → – Organisasi datar

Bagan. Menurut Slamet PH (2002)

Sementara, Candoli lebih menginginkan sekolah bersikap

reaksioner dengan mendefinisikan MBS, sebagai suatu cara untuk

memaksa sekolah itu sendiri mengambil tanggung jawab atas apa saja

Page 49: MBS KONTEMPORER - Islamic University

MBS KONTEMPORER

(39)

yang terjadi pada anak menurut juridiksinya dan mengikuti

sekolahnya.22

MBS ditawarkan sebagai salah satu alternatif jawaban

pemberian otonomi daerah di bidang pendidikan, mengingat prinsip

dan kecenderungannya yang mengembalikan pengelolaan manajemen

sekolah pada pihak-pihak yang dianggap paling mengetahui

kebutuhan riel sekolah. Oleh karena itu, jika kita semua sedang

gencar berbicara tentang reformasi pendidikan, maka dalam konteks

MBS, tema sentral yang diangkat adalah isu desentralisasi.

Desentralisasi dalam pengertian sebagai pengalihan tanggung jawab

pemerintahan pusat dalam hal perencanaan, manajemen, penggalian

dana, dan alokasi sumber daya ke pemerintah daerah. Terkait dengan

desentralisasi, MBS dikembangkan untuk membangun sekolah yang

efektif. Hanya saja konsep desentralisasi model MBS mengacu pada

sekolah swa-manajemen (self managing school) bukan pada

penyelenggara sekolah mandiri (self governing school).23

Respon yang muncul kemudian atas MBS menjadi bermacam-

macam. Sebagian pihak apatis, sebagian pihak menyambut dengan

eforia yang mendalam. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) oleh

para ahli dianggap sebagai program prestisius. Sebagai Model

pengelolaan yang partisipatif, pengenalan MBS sekalipun terlambat,

perlahan namun pasti mulai diterapkan di banyak sekolah yang sudah

terlanjur lelah dengan pengekangan wewenang.

Depdiknas merumuskan pengertian MBS sebagai model

manajemen yang memberikan otonomi yang lebih besar kepada

sekolah dan mendorong pengambilan keputusan partisipatif yang

22

Candoli, Site-Based Management in Education : How to Make It Work in Your

School, (Lancaster : Technomic Publishing Co, 1995), hal. xi 23

Fasli Jalal dan Dedi Supriadi (ed) Reformasi Pendidikan Dalam Otonomi Daerah,

(Yogyakarta : Adicita Karya Nusa, 2001), hal. 122

Page 50: MBS KONTEMPORER - Islamic University

TEORI DAN PRAKTIK

(40)

melibatkan secara langsung warga sekolah (guru, siswa, kepala

sekolah, karyawan, orang tua, dan masyarakat) untuk meningkatkan

mutu sekolah berdasarkan kebijakan pendidikan nasional. Maksud

yang sama dikemukakan oleh Miarso (2001) yang menyatakan

bahwa arti pengelolaan berbasis sekolah ini adalah pelimpahan

wewenang pada lapis sekolah untuk mengambil keputusan mengenai

alokasi dan pemanfaatan sumber-sumber berdasarkan aturan

akuntabilitas yang berkaitan dengan sumber tersebut. Asumsi

kebijakan manajemen berbasis sekolah adalah bahwa dengan

pelimpahan kewenangan dan tanggung jawab yang meningkat ke

sekolah, serta proporsi dana lebih besar dalam mendukung

pencapaian tujuan kebijakan sesuai dengan serangkaian garis

pedoman kebijakan yang lebih eksplisit dan meletakkan strategi

manajemen prestasi yang terartikulasi di atas perencanaan tersebut,

maka hal tersebut akan memudahkan dan mendorong peningkatan

efektivitas dan efisiensi pendidikan publik.

Hal ini berarti bahwa tugas manajemen sekolah ditentukan

sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan sekolah itu sendiri. Oleh

karena itu, anggota pengelola sekolah (dewan direktur, pengawas,

kepala sekolah, guru, orang tua, siswa dan seterusnya) memiliki

otonomi dan tanggung jawab lebih besar dalam pengelolaan kegiatan

pendidikan di sekolah.

Mulyasa (2003) mengemukakan desentralisasi sebagai

pelimpahan kekuasaan oleh pusat kepada aparat pengelola

pendidikan yang ada di daerah baik di tingkat provinsi maupun lokal,

sebagai perpanjangan aparat pusat untuk meningkatkan efesiensi

kerja dalam pengelolaan pendidikan di daerah. Jadi pemerintah pusat

memberi kepercayaan kepada pemerintah daerah untuk mengelola

pendidikan sesuai dengan potensi yang ada di daerahnya agar tujuan

yang telah ditetapkan dapat tercapai dengan efektif dan efisien. Akan

Page 51: MBS KONTEMPORER - Islamic University

MBS KONTEMPORER

(41)

tetapi pemerintah pusat tidak lepas tangan begitu saja namum masih

ikut serta dalam penyusunan kurikulum pendidikan nasional dan

menetapkan anggaran agar terjadi pemerataan standar pendidikan di

seluruh tanah air.

MBS akan efektif diterapkan jika para pengelola pendidikan

mampu melibatkan stakeholders terutama peningkatan peran serta

masyarakat dalam menentukan kewenangan pengadministrasian, dan

inovasi kurikulum yang dilakukan oleh masing-masing sekolah.

Inovasi kurikulum lebih menekankan kepada peningkatan kualitas

dan keadilan, pemerataan, bagi semua peserta didik yang didasarkan

atas kebutuhan peserta didik dan masyarakat lingkungannya.

Menurut Departemen Pendidikan Nasional Pola Baru

Manajemen Pendidikan Masa Depan yaitu sekolah memiliki

wewennag lebih besar dalam pengelolaan lembaganya, pengambilan

keputusan dilakukan secara partisipasif dan partisipasi masyarakat

semakin besar, sekolah lebih luwes dalam mengelola lembaganya,

pendekatan profesionalisme lebih diutamakan daripada pendekatan

birokrasi pengelolaan sekolah lebih desentralistik, perubahan

didorong dari motivasi diri sekolah, Iebih mengutamakan teamwork,

lebih mengutamakan pemberdayaan dan struktur organisasi lebih

datar.

Jadi, konsep pengembangan manajemen masa depan

menginginkan perubahan yang diharapkan mampu memberikan

kontribusi positif guna perbaikan manajemen sebelumnya yang dirasa

belum membuahkan hasil yang memuaskan. Salah satu upayanya

adalah pembentukan MBS yang memberikan keleluasaan dari masing

masing sekolah untuk mengembangkan potensinya secara optimal.

Pada akhirnya, hal yang harus difahami bahwa sebagai model

pengelolaan baru, MBS memiliki potensi besar bagi keberlangsungan

dunia pendidikan yang menawarkan model manajemen baru yang

Page 52: MBS KONTEMPORER - Islamic University

TEORI DAN PRAKTIK

(42)

lebih demokratis dan secara teoritis lebih mampu adaptif terhadap

perubahan mengingat tatakelola yang dijalankan MBS bersifat

manajemen partisipatif dengan pelibatan seluruh masyarakat sekolah

sebagai unsur pelaksana. Sebagai Model, berikut disajikan beberapa

point penting sehubungan dengan pelaksanaan Manajemen Berbasis

Sekolah, yaitu :

1. MBS sebagai model pengelolaan yang bersifat manajemen

partisipatif

2. MBS lebih dianggap mampu menjawab dinamika zaman

berupa perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi

karena MBS dijalankan oleh seluruh stakeholder sekolah

3. MBS lebih bersifat mandiri, demokratis, lentur dan

berkeadilan

4. MBS dapat diterapkan dalam lingkungan dan situasi apapun

karena MBS bisa diaplikasikan secara bertahap.

5. MBS tidak meninggalkan nilai-nilai yang ada dalam

masyarakat sehingga MBS menjadi program yang mendapat

dukungan penuh dari masyarakat.

2. Model MBS di Negara-Negara Lain

Penerapan MBS sangat variatif. Tergantung kebutuhan lokal

dan sesuai dengan kondisi social-politic di suatu masyarakat atau

Negara. MBS direspon untuk mengikuti dinamika ilmu pengetahuan,

dan pada tataran tertentu MBS lebih bisa menjawab persoalan

pendidikan secara lebih cepat.

Nurkholis (2006) menjelaskan pola pelaksanaan MBS di

berberapa negara yang orientiasi praktiknya sangat beragam. Secara

lengkap disajikan dalam table berikut.

Page 53: MBS KONTEMPORER - Islamic University

MBS KONTEMPORER

(43)

No Nama Negara Penekanannya

1 Hongkong Inisiatif sekolah

2 Kanada Pengambilan keputusan pada tingkat sekolah

3 Amerika Serikat Pengelolaan sekolah di tingkat sekolah

4 Inggris Pengelolaan dana pada tingkat sekolah

5 Australia Kewenangan sekolah dalam kurikulum

6 Perancis Partisipasi yang besar pada badan pengelolaan

sekolah

7 Nikaragua Sekolha otonom

8 Selandia Baru Anggaran yang berbasis di sekolah

9 El Salvador Melibatkan orang tua siswa dan masyarakat

10 Madagaskar Dengan melibatkan masyarakat

11 Indonesia Mutu yang dikenal dengan MPMBS

Model Tabel Nurkholis (2006)

Selanjutnya dijelaskan bahwa di Hongkong MBS disebut The

Scholl Management Initiative (SMI) atau manajemen sekolah

inisiatif. Problem pendidikan di Hongkong yang mendorong

munculnya MBS adalah struktur dan proses manajemen yang tidak

memadai, peran dan tanggungjawab masing-masing pihak kurang

dijabarkan secara jelas dan inisiatif datang dari atas. Model MBS

Hongkong menekankan pentingnya inisiatif dari sumber daya di

sekolah sebagai pengganti inisiatif dari atas yang selama itu

diterapkan.

Model pengelolaan pendidikan di Canada sama seperti

Indonesia sebelumnya, yaitu sentralistis, semua kebijakan dari pusat.

Perubahan terjadi setelah Model MBS di perkenalkan. MBS di

Kanada disebut School Sire Decision Making (SSDM) atau

pengambilan keputusan diserahkan pada tingkat sekolah. MBS di

Kanada sudah dimulai sejak tahun 1970. Desentralisasi yang

diberikan kepada sekolah berbentuk pengalokasian sumber daya bagi

Page 54: MBS KONTEMPORER - Islamic University

TEORI DAN PRAKTIK

(44)

staf pengajar dan administrasi, termasuk peralatan dan tatakelola atau

pelayanan sekolah.

Secara konstitusional pemerintah pusat (state) bertanggung

jawab terhadap pelaksanaan pendidikan, begitulah pengelolaan

pendidikan di Amerika Serikat.. MBS di AS dikenal dengan Side

Based Management (SBM) yang menekankan partisipasi dari

berbagai pihak. Menurut Wirt (1991) yang dikutip oleh Ibtisam Abu

Duhou (2002) 24

, model MBS di Amerika Serikat walaupun ada

perbedaan di Negara-negara federal, ada dua cara utama reformasi

pendidikan di Amerika Serikat sebagai implenientasi dari MBS,

yakni : (1) Desentralisasi administratif : dan (2) Manajemen berbasis

setempat (lokal).

Para ahli lain menjelaskan bahwa Model MBS pertama di

Inggris disebut sebagai Grant Mainted School (GMS) atau

manajemen dana swakelola. Beberapa perubahan dalam pelaksanaan

MBS di Inggris, antara lain: (1) kurikulum nasional untuk mata

pelajaran inti yang ditentukan oleh pemerintah (3) MBS dibentuk

untuk mengembangkan otoritas pendidikan lokal agar dapat

memperoleh bantuan dana dari pemerintah; (3) adanya pembentukan

sekolah lanjutan teknik kejuruan; (4) kewenangan inner London

Education dilimpahkan kepada tiga belas otoritas pemerintah: (5)

skema manajemen sekolah local dibentuk dengan melibatkan

beberapa pihak terkait.

Kemudian untuk Indonesia, MBS dibentuk setelah melalui

berbagai program yang coba dipraktikkan yang kemudian hanya

menyisakan MBS sebagai satu-satunya pilihan. MBS di Indonesia

dirancang dengan lebih meningkatkan peran partisipasi warga

sekolah dan lingkungan masyarakat sekitar. Dalam MBS dibentuk

24

Ibtisam Abu Duhou, School-Based Management, Penerjemah Noryamin Aini, dkk,

(Jakarta : Logos, 2002), Hal. 23

Page 55: MBS KONTEMPORER - Islamic University

MBS KONTEMPORER

(45)

dewan sekolah atau komite sekolah sebagaimana yang diterapkan di

negara lain. Dalam pelaksanaannya, komite berkontribusi memberi

masukan, kritikan dan saran pengembangan yang diusulkan dan

dirancang secara bersama dengan pengelola sekolah saat merancang

visi misi dan tujuan sekolah.

3. Kemampuan Adaptif MBS Terhadap Perubahan Global

Seperti yang sudah penulis jelaskan pada buku sebelumnya

berjudul Manajemen Sekolah Unggulan (2018), saat ini dunia tengah

memasuki era golobalisasi. Era ini ditandai dengan perubahan-

perubahan global dan membawa implikasi pada berbagai tatanan

kehidupan ummat manusia. Pola perdagangan dengan pasar modern

telah masuk ke pintu-pintu negara. Perkembangan ilmu pengetahuan

dan tekhnologi terus berkembang bahkan perkembangan IPTEK

dalam beberapa tahun ke depan cenderung tak terbendung.

Perubahan global akan memicu perubahan peradaban, dan pada

dasarnya ini diperlukan sesuai dengan dinamika kehidupan manusia,

namun akan menjadi bencana jika tidak diikuti kesiapan sumberdaya.

Era digitalisasi yang tidak diikuti dengan tenaga sumberdaya

yang menguasai tekhnologi informatika hanya akan melahirkan

manajemen yang kacau dan gagal. Sistem pasar modern yang tidak

memerlukan tempat dan ruang akan terhenti jika ditangani pelaku

yang hanya mengerti metode pasar konvensional. Persaingan Bisnis

juga demikian. pelaku bisnis tradisional akan terlindas oleh pelaku

bisnis modern yang lebih inovatif dan kompetitif. Manajemen bisnis

mutakhir cenderung mengelola sumberdaya manusia tidak hanya

dengan ilmu pengetahuan dan tekhnolgi, namun termasuk pula

pengetahuan kontemporer yang berorientasi pada kekuatan inovasi

dan gagasan yang beberapa di antaranya akan berhubungan dengan

kecerdasan emosional, motivasi kerja, dan model kepemimpinan.

Termasuk dalam bidang pendidikan, perubahan global harus

Page 56: MBS KONTEMPORER - Islamic University

TEORI DAN PRAKTIK

(46)

diikuti dengan mempersiapkan diri dengan manajemen perubahan

berupa kesiapan sumberdaya manusia yang siap menghadapi

perubahan. Sumberdaya yang tidak siap akan kalah.

Mamaknai perubahan adalah membangun paradigma baru

dalam menghadapi perubahan-perubahan global berikut menyiapkan

strategi dalam menguasai perubahan. Untuk itu, sebagai bagian dari

masyarakat perubahan, sekolah tentu tak bisa menghindarkan diri

dari hubungan perubahan global. Berbagai perubahan lingkungan

strategis global terus terjadi karena kemajuan di bidang Ilmu

pengetahuan dan tekhnologi. Pengetahuan tentang manajemen

perubahan menjadi sangat penting sebagai langkah antisipatif untuk

persiapan-persiapan perubahan yang mengarah pada diperlukannya

alat-alat manajemen yang terbaharukan.

Paling kurang, pengetahuan tentang manajemen perubahan

menghendaki adanya kesiapan sumberdaya manusia yang

bersinggungan dengan kegiatan manajemen agar siap, adaptif dan

mampu survive dengan perubahan yang terjadi. Selanjutnya, kesiapan

sumberdaya akan berimplikasi pada kesiapan manajemen baru yang

tangguh dan kompetitif.

Melihat cakupan luasnya tugas sekolah di era globalisasi, maka

kepala sekolah dihadapkan pada berbagai keadaan dan tantangan

dalam memimpin organisasi yang dipimpinnya, antara lain

bagaimana mewujudkan kemampuan sekolah yang secara nyata dan

bertanggung jawab tumbuh dengan paradigma manajemen baru,

yang didukung oleh kualitas sumber daya manusia yang prima untuk

mengelola sumber daya sekolah berikut sarana serta prasaranaya

sehingga mampu meningkatkan dan mengembangkan kemampuan

sekolah dengan strategi pelayanan dan pemberdayaan. Kepala

Sekolah dituntut untuk bersikap proaktif dengan mengandalkan

kepemimpinan yang berkualitas untuk membangkitkan semangat

Page 57: MBS KONTEMPORER - Islamic University

MBS KONTEMPORER

(47)

kerja dari para bawahannya, mampu menggerakkan para staf untuk

berperan aktif dan berpartisipasi dalam penyelenggaraan sekolah

serta mampu menjadi kreator, inovator dan fasilitator dalam rangka

efektifitas penyelenggaraan, pelayanan sekolah, pelaksanaan proses

pendidikan hingga pelayanan kepada masyarakat pengguna.

Konsep yang sedemikian ini menuntut kualitas Kepala Sekolah

sebagai pemimpin organisasi sekolah semakin tinggi pula.

Seorang kepala sekolah tidak cukup hanya mengandalkan

intuisi belaka, tetapi harus didukung oleh kemampuan

intelektual dan keahlian yang memadai, ketajaman visi,

kemampuan menyelesaikan misi, serta kecakapan yang dipenuh etika

dan moral yang baik.

Kepala Sekolah akan ikut menentukan keberhasilan organisasi

sekolah. Keberhasilan tersebut dapat dilihat dari beberapa

kriteria antara lain, semakin meningkatnya peminat yang

menggunakan pelayanan sekolah, membaiknya kualitas lulusan,

tingkat kesejahteraan pegawai hingga kepuasaan masyarakat pengguna

sekolah. Melihat kompleksitas peradaban dunia akhir-akhir ini yang

cenderung berubah secara cepat dan tiba-tiba, mampukah MBS

memiliki kekuatan adaptif untuk merespon perubahan yang terjadi?

Manajemen Berbasis Sekolah adalah model pengelolaan yang

menitik beratkan sisi manajemen pengelolaan pada penguatan

sumberdaya. Sumberdaya disini meliputi seluruh pengelola sekolah,

guru, karyawan, kepala sekolah, dan para staf, siswa dan orang tua,

tokoh masyarakat sekitar, para pemangku kepentingan, dan instansi

yang berhubungan di sekitar wilayah sekolah berada.

Semua proses perencanaan sekolah, penetapan tujuan, pembuatan

dan penguatan visi misi sekolah, hingga tatakelola sekolah dirancang

dan diputuskan secara bersama oleh dewan sekolah atau komite

sekolah. Dalam proses itu tentu akan terjadi masukan dan saran yang

Page 58: MBS KONTEMPORER - Islamic University

TEORI DAN PRAKTIK

(48)

memperhatikan kondisi lingkungan. Sumberdaya (masyarakat sekolah)

yang menginisiasi program-program sekolah sebagaimana disebutkan

di atas sudah tentu berisi profil-profil di berbagai lintas keilmuan.

Semua menyatu sebagai kelompok penyelenggara Manajemen Berbasis

Sekolah.

Luasnya disiplin keilmuan para sumberdaya yang selanjutnya

dapat pula kita sebut partisipan utama MBS ini tentu memiliki

pandangan-pandangan lingkungan yang saling menguatkan satu sama

lain. Dalam menghasilkan keputusan didasarkan oleh banyak

pertimbangan karena suara-suara dari berbagai disiplin keilmuan

memberikan kontribusi yang menyeluruh. Anggota komite sekolah dari

masyarakat yang bekerja sebagai pekerja fisik bangunan dan terlatih di

bidangnya tentu memiliki masukan yang konstruktif saat sekolah

merencanakan membangun ruang baru, bagaimana ruang tersebut bisa

lebih tahan, jauh dari target bencana, dan minim dari anggaran.

Anggota lain yang memiliki keahlian di bidang kesehatan tentu

menyarankan bagaimana lingkungan sekolah harus terjaga dari

pencemaran lingkungan yang tidak sehat. Ada pula ahli IT yang

memberi masukan bagaimana system komputerisasi diperkuat, hingga

masyarakat yang berasal dari kalangan alim ulama dapat berkontribusi

bagaimana siswa sekolah bisa diperkuat dalam sisi religiusitas.

MBS sebagai program tatakelola baru sekalipun program ini

sudah lama diundangkan, pada prinsipnya sangat tepat disandingkan

dalam iklim perubahan. Ia membuka keran komunikasi dan partisipasi

yang lebih luas. MBS lebih menjamin tingkat keterwakilan keputusan

yang dibuat, lebih mengakomodir dan lebih luas dalam merancang

perencanaan. Bahkan menariknya, MBS juga melibatkan kreativitas

siswa secara total yang akan diurai pada Bagian 5, sub-bab belajar dari

pengalaman sekolah MBS.

Page 59: MBS KONTEMPORER - Islamic University

MBS KONTEMPORER

(49)

BAGIAN KETIGA MBS KONTEMPORER DALAM MANAJEMEN

PENDIDIKAN ; SUATU PENDEKATAN

A. Membangun Paradigma Baru MBS

MBS merupakan paradigma baru pendidikan yang memberikan

otonomi luas pada tingkat sekolah dengan maksud agar sekolah

leluasa mengelola sumber daya dan sumber dana dengan

mengalokasikannya sesuai dengan prioritas kebutuhan.25

Pada sistem MBS, sekolah dituntut secara mandiri dan

bertanggungjawab untuk menggali, mengalokasikan, menentukan

prioritas, mengendalikan dan mempertanggung-jawabkan

pemberdayaan sumber-sumber, baik kepada masyarakat maupun

pemerintah.

MBS juga merupakan salah satu wujud dari reformasi

pendidikan yang menawarkan kepada sekolah untuk menyediakan

pendidikan yang lebih baik dan memadai bagi siswa. Hal ini juga

25

Mulyana E, Konsep Manajemen Berbasis Sekolah Strategi dan Implementasi,

Bandung : Rosda Karya, 2004, hal.86

Page 60: MBS KONTEMPORER - Islamic University

TEORI DAN PRAKTIK

(50)

berpotensi untuk meningkatkan kinerja staf, menawarkan partisipasi

langsung kepada kelompok-kelompok terkait dan meningkatkan

pemahaman kepada masyarakat terhadap pendidikan. Pengertian

MBS sebagai suatu konsep yang menempatkan kekuasaan

pengambilan keputusan yang berkaitan dengan pendidikan diletakkan

pada tempat yang paling dekat dengan proses belajar mengajar.

Kewenangan terhadap pembelajaran di serahkan kepada unit yang

paling dekat dengan pelaksanaan proses pembelajaran itu sendiri

yaitu sekolah. Di samping itu untuk memberdayakan sekolah agar

dapat melayani masyarakat secara maksimal sesuai dengan keinginan

masyarakat tersebut MBS diperkuat dengan manajemen pelibatan

masyarakat.

Paradigma MBS Kontemporer diarahkan pada manajemen

pengolaan yang lebih adaptif, berkeadilan, lebih manusiawi dan lebih

aspiratif, lebih komunikatif dan lebih berorientasi IPTEK. Paradigma

ini digagas dengan memandang persoalan peradaban umat manusia

yang kian hari kian kompleks. MBS Kontemporer pada prinspinya

adalah MBS sebagaimana yang kita kenal. Terminologi MBS

kontemporer mengacu pada situasi terkini, pada situasi bagaimana

MBS bisa bertarung dengan perubahan-kemajuan iptek yang teramat

cepat dan pesat.

1. MBS yang Adaptif

Sudah dijelaskan pada bagian sebelumnya bahwa perubahan

global sebagai keniscayaan yang tak terbantahkan. Termasuk dalam

bidang pendidikan, perubahan global harus diikuti dengan

mempersiapkan diri dengan manajemen perubahan berupa kesiapan

sumberdaya manusia yang siap menghadapi perubahan. Sumberdaya

yang tidak siap akan kalah.

Mamaknai perubahan adalah membangun paradigma baru

dalam menghadapi perubahan-perubahan global berikut menyiapkan

Page 61: MBS KONTEMPORER - Islamic University

MBS KONTEMPORER

(51)

strategi dalam menguasai perubahan. Untuk itu, sebagai bagian dari

masyarakat perubahan, sekolah tentu tak bisa menghindarkan diri

dari hubungan perubahan global. Berbagai perubahan lingkungan

strategis global terus terjadi karena kemajuan di bidang Ilmu

pengetahuan dan tekhnologi.

MBS yang adaptif dalam menghadapi perubahan global adalah

MBS yang bisa selamat dari lembah ketidakpastian peradaban. Bisa

saja hari ini setiap sekolah menguasai tekhnologi, mungkin beberapa

waktu kedepan kita kembali menghitung dengan jari dan sekolah

berjalan kaki. MBS yang lentur, fleksibel, dan mampu berinteraksi

dalam ruang serumit apapun adalah jawaban kebutuhan saat ini. MBS

ini perlu direkayasa, direnovasi sedemikian hingga untuk

menghasilkan tata manajemen yang adptif.

Langkah mempersiapkan MBS yang dapatif dapat dimulai dari

mengenali lingkungan terdekat, lingkungan terjauh, mengenal

competitor, mempelajari kemampuan dalam memprediksi,

melakukan predisiksi. memperkuat kapasitas pengelola, dan

membangun integritas tangguh dari seluruh pengelola. Dengan

demikian, seluruh kekhawatiran akan kegagalan manajemen bisa

ditekan serendah mungkin. MBS yang adaptif dapat ditunjukan oleh

gejala-gejala berikut :

1. Pimpinan (kepala sekolah) yang bervisi luas, memiliki pola

kepemimpinan transformasional, berkarakter disiplin namun

memelihara ruang toleransi, memahami kemampuan bawahan,

mengenal seluruh perangkat pengelola yang meliputi

sumberdaya manusia dan sarana prasana, terbuka dengan

perkembangan IPTEK dan tidak lari dari ketertarikan potensi

local. Pemimpin ini harus dipersiapkan.

2. Guru, karyawan, dan seluruh staf pengelola sekolah

menunjukkan sikap saling kerjasama dan membutuhkan satu

Page 62: MBS KONTEMPORER - Islamic University

TEORI DAN PRAKTIK

(52)

sama lain. Tidak tercipta kesimpangsiuran kerja dalam lingkup

luas. Mereka berinteraksi dan saling komunikasi dalam

menyelesaikan masalah, berani menyuarakan pendapat, dan

menerima masukan tanpa perasaan kecil hati. Iklim

lingkungan kerja terlihat kondusif yang tampak dari intensitas

lalulintas komunikasi dan diskusi.

3. Siswa belajar dan menjalankan kedisiplinan tanpa kecemasan.

Kreativitas terbuka tanpa batas. Batas-batas kreasi hanya

sering di akhiri waktu. Siswa mengejar nilai akademik tanpa

melupakan nilai lain. Semua ilmu terasa dibutuhkan siswa.

Interaksi dengan guru berjalan tanpa basa-basi. Pada sisi ini,

siswa dan guru saling membutuhkan. Guru memberikan

pengetahuan nilai dan teori, dan siswa kerap membantu

dengan kemampuannya yang akrab dengan tekhnologi terkini

4. Perasaan memiliki sekolah dari masyarkat cukup tinggi, yang

dapat ditunjukkan dari pertemuan-pertemuan, aktif mengisi

kuisioner, aktif berinteraksi dengan pengelola sekolah dan

kritis dalam beberapa hal yang penting dan prinsip. Secara

sukarela masyarakat menjalankan kewajiban terhadap sekolah

dengan tepat waktu, yang tidak tepat selalu memiliki alasan

rasional. Masyarakat ikut menjaga sekolah dengan penceritaan

berkesan baik.

Empat situasi di atas menunjukkan sekolah yang berhasil

menerapkan MBS yang adaptif. Sekalipun belum terlihat indikasi

keberhasilan di bidang anggara, prasara, prestasi akademik, namun

ciri diatas bisa menunjukkan situasi sekolah sudah berjalan dalam

orientasi partisipatif. Sekolah yang menunjukkan ciri ini

memungkinkan MBS yang diimplementasikan ke setiap komponen

pengelola akan mampu beradaptasi terhadap berbagai perubahan

yang akan terjadi.

Page 63: MBS KONTEMPORER - Islamic University

MBS KONTEMPORER

(53)

Bagi sekolah yang akan melaksanakan MBS, ada beberapa hal

penting yang diperlukan agar konsep MBS bisa dijalankan sepenuh

hati oleh pengelola sekolah. Beberapa hal penting dimaksud antara

lain, membangun paradigma baru pengelolaan, melakukan pelatihan-

pelatihan dalam peningkatan kapasitas, dan memperkuat kemampuan

dalam menguasai iptek.

Membangun paradigma baru pengelolaan dapat dianggap

sebagai usaha untuk memperkuat semangat dalam praktik MBS

karena dalam proses penguatan paradigma tersebut ikut tercipta

proses internalisasi nilai sehingga seluruh pengelola sekolah memiliki

semangat yang kuat dalam menyukseskan MBS. Beberapa langkah

yang dapat ditempuh dalam mengusung semangat paradigm baru

pengelolaan dapat dijalankan dengan langkah berikut :

Branding Semangat Kebersamaan

Ini dapat diimplementasikan pada banyak hal, dan yang utama

biasanya penyiapan redaksi khusus yang mencirikan semangat.

Contoh yang paling dekat adalah memperkenalkan Brand/ Merk.

Pada beberapa usaha industri, brand diperlukan untuk mendekatkan

produk kepada masyarakat. Brand biasanya berisi kata-kata singkat,

padat dan mengena. Pada praktik MBS kita bisa mengenalkan

beberapa terminologi khusus yang bisa merespon semangat audiens.

Beberapa contoh yang dapat disampaikan antara lain : Sekolah Milik

Bersama, Sekolah Kita Milik Kita, Sekolahku adalah Istanaku, dan

contoh lain yang bisa dikembangkan sesuai karakter lokal.

Contoh yang dapat kita ulas adalah sekolah milik bersama,

milik bersama berarti tidak milik siapapun. Tak seorangpun berhak

mengklaim sekolah dalam otoritas tunggalnya. Akan berarti bahwa

tiada kepemilikan sepihak akan keberadaan sekolah yang berarti pula

bahwa sekolah milik siapa saja dari entitas warga yang berada di

sekitar sekolah. Milik siapapun akan membawa konsekuensi setiap

Page 64: MBS KONTEMPORER - Islamic University

TEORI DAN PRAKTIK

(54)

orang untuk menjaga, mengelola, memelihara dan menjaga sekolah

dari kehancuran.

Paradigma sekolah sebagai milik bersama bisa diterapkan

dan akan membantu terciptanya spirit pengelolaan bersama. Secara

tekstual ia akan menggiring masyarakat secara bersama mengelola

keberadaan sekolah, dan mempertahankannya dari gangguan apapun.

Secara kontekstual paradigma sekolah milik bersama juga akan

menggiring masyarakat memiliki beban bersama terhadap kelestarian

sekolah yang selanjutnya bermuara pada terciptanya berbagai inovasi

dari masyarakat pengguna sekolah.

Selanjutnya setelah spirit sekolah sebagai milik bersama

terbentuk. Pengelola sekolah secara akitif memperkenalkan paradigm

dalam brand ini ke pengguna sekolah, utamanya para siswa,

kemudian menanamkan spirit ini ke pengelola lain seperti guru, dan

karyawan dan berlanjut kepada masyarakat. Proses sosialisasi bisa

melalui brosur-brosur penerimaan siswa baru, atau papan merk

sekolah, bahkan bisa hingga ke iklan layanan untuk skala yang lebih

luas.

Peningkatan Kapasitas Pelaksana MBS

Manajemen pengelolaan yang baru sudah tentu membutuhkan

instrument pengelolaan baru. Manajemen Berbasis Sekolah yang

orientasinya lebih diarahkan pada penguatan sumberdaya pengelola

membutuhkan waktu agar pihak pengelola memahami akan peran dan

fungsinya.

Contoh sederhana dapat dijelaskan, metode hukuman terhadap

siswa yang datang terlambat dibuat lebih manusiawi dan edukatif. Di

Banyak tempat, siswa terlambat dihukum dengan membiarkan siswa

tidak bisa masuk gerbang sekolah hingga jam pelajaran berikutnya.

Metode ini tidak manusiawi, tidak adil dan tidak edukatif. Siswa dapat

diberikan hukuman positif, misalnya menulis karya ilmiah secara

Page 65: MBS KONTEMPORER - Islamic University

MBS KONTEMPORER

(55)

cepat sambil menunggu jam pelajaran berikutnya. Ini akan melatih

siswa bisa menulis cepat sekalipun dalam keadaan tertekan.

Contoh lain misalnya pemeliharaan kebersihan kelas yang

biasanya dilakukan oleh cleaning servis bisa diganti dengan jadwal

piket pagi. Ini bisa menumbuhkan semangat kebersamaan dan rasa

memiliki yang tinggi terhadap sekolah. Taman sekolah yang biasanya

diberikan pembuatannya kepada pihak pemborong taman, bisa

diserahkan kepada siswa berdasarkan kreativitas siswa dan dalam

pengawasan staf sekolah.

Perubahan-perubahan manajemen pengelolaan di atas sekalipun

sederhana namun membutuhkan kesabaran dan keahlian khusus. Para

pengelolaa sekolah harus lebih peka terhadap siswa, bisa mengetahui

potensi dan kelemahan siswa, mampu memikirkan tindakan hukuman-

hukuman positif. Pengetahuan seperti ini harus dicari dan

dikembangkan. Pihak sekolah harus cerman dan aktif melakukan

pelatihan dalam upaya meningkatkan kapasitas pengelola sekolah.

Ivancevich dan Sikula dalam Edy Sutrisno, menjelaskan bahwa

pelatihan terkait dengan keterampilan dan kemampuan yang

diperlukan untuk pekerjaan yang sekarang dilakukan. Pelatihan

berorientasi ke masa sekarang dan membantu karyawan untuk

menguasai keterampilan dalam pekerjaannya. Pelatihan merupakan

proses pendidikan jangka pendek yang menggunakan prosedur

sistematis dan terorganisasi, yang mana tenaga kerja nonmanajerial

mempelajari pengetahuan dan keterampilan teknis untuk tujuan-tujuan

tertentu.26

Dari pernyataan ivancevich terlihat bahwa pelatihan sangat

diperlukan khusunya dalam menguasai pekerjaan yang akan

dilakukan, terlebih jika pekerjaan itu tergolong baru di MBS sering

kali memiliki program baru yang akan membingungkan pengelola

26

Edy Sutrisno, Manajemen Sumber Daya Manusia (Prenadamedia Group, 2015), hal.

66-67.

Page 66: MBS KONTEMPORER - Islamic University

TEORI DAN PRAKTIK

(56)

yang tidak memiliki keahlian tersebut. Artinya pengembangan

sumberdaya manusia sebagai orientasi terdekat MBS mutlak perlu

dilakukan.

Werner dan De Simone, dalam Savina Salim, mengatakan

bahwa pengembangan SDM (human resources development) diartikan

sebagai serangkaian aktifitas yang sistematis dan terencana yang

dirancang oleh organisasi untuk memberikan kesempatan kepada

anggotanya untuk mempelajari keahlian yang diperlukan untuk

memenuhi persyaratan kerja saat ini dan yang akan datang.27

2. MBS yang Lebih Manusiawi dan Berkeadilan

Dengan dukungan kesadaran moral yang baik dari seluruh

masyarakat sekolah, MBS yang lebih manusiawi dan berkeadilan

dapat diwujudkan. Paradigma MBS kontemperor harus menunjukkan

sekolah telah menerapkan manajemen yang berkeadilan dan

manusiawi. Ini dapat ditunjukkan dengan ciri-ciri :

1. Pemberian sanksi/ hukuman kepada siswa , atau kepada staf, atau

siapapun yang terindikasi kesalahan tidak mencirikan hukuman

yang tidak manusiawi dengan alasan kedisiplinan. Hukum-hukum

purba seperti hormat bendera di tengah terik matahari tidak

menjamin meningkatnya sikap nasionalisme. Hukum berlari

keliling lapangan tidak lantas memutuskan harapan bahwa siswa

tidak akan mengulangi perbuatannya. Hukuman harus bersifat

edukatif dan adil. Membiarkan siswa tidak masuk gerbang

sekolah karena terlambat adalah tindakan menyia-nyiakan waktu

yang tidak mendidik. MBS kontemporer membicarakan dan

menghasilkan banyak keputusan terhadap masalah apapun di

sekolah termasuk anggaran.

27

Savina Salim, Pengembangan Sumber Daya Manusia.

(http://www.academia.edu/4420199/Pengembangan_Sumber_Daya_Manusia.

Page 67: MBS KONTEMPORER - Islamic University

MBS KONTEMPORER

(57)

2. Seluruh guru-guru honor, staf-staf sewa, atau pekerja lepas

menerima imbalan dengan suka cita, tidak ada pengecualian.

Semua orang bekerja dan menerima upah dari pekerjaannya pad

awaktu yang tidak dianggap terlambat. Tidak ada pengusiran

pedagang makanan dengan alasan indah dan tertib, yang ada

adalah penataan, memberikan ruang bagi siapapun yang ingin

mengambil manfaat sebab sekolah bertujuan mulia, memberi

pendidikan moral dan akhlak yang baik untuk peningkatan

peradaban umat manusia.

3. MBS harus merespon sejak awal seluruh gejala kekecewaan yang

akan terjadi di masyarakat. Kekecewaan dapat berbentuk dari

hasil akademik, biaya sekolah, dari perasaan-perasaan tidak

aman, hingga perasaan terjamin bahwa anak-anak mereka dididik

di tempat yang tepat. MBS merespon sejak dini lewat penggalian

dan komunikasi yang intens antar sekolah dan masyarakat tentang

anak didik, kurangnya fasilitas yang mampu mendorong

perkembangan mutu sekolah, hingga segala hal penting untuk

terus dibicarakan secara terbuka dan meyakinkan.

3. MBS yang Lebih Terbuka, Bersih dan Peka

MBS kontemporer tidak digagas untuk kepentingan sesaat.

Bukan untuk orientasi jangka pendek berupa output lulusan

mengagumkan. Tidak pula untuk pencapaian materi berupa bangunan

fisik. MBS kontemporer memiliki jangkauan yang lebih konfrehensip

yakni mewujudkan sekolah ideal yang bersih, bermutu dan lestari.

Untuk menuju itu, langkah awal yang perlu dilakukan oleh pengelola

adalah terbuka untuk semua hal. Ciri –ciri sekolah yang menjalan

MBS yang baik adalah : (1) Sekolah lebih terbuka dalam

menyosialisasikan anggaran, dan merencanakan penganggaran secara

bersama. (2) Sekolah bersih dari isu-isu suap, korup dan praktik

kotor keuangan. Jika muncul isu, klarifikasi akan segera keluar tanpa

Page 68: MBS KONTEMPORER - Islamic University

TEORI DAN PRAKTIK

(58)

sedikitpun usaha untuk menutupi dari pihak manapun sebagai bentuk

pertanggungjawaban yang ideal.

4. MBS yang Lebih Ramah Tekhnologi

Penguasaan dan pemanfaatan tekhnologi saat ini telah menjadi

semcam alat ukur dalam memandang suatu lembaga pendidikan. Jika

suatu sekolah semakin tinggi dalam akses pemanfaatan sarana

tekhnologi, maka akan semakin dianggap maju dan berkualitas.

Indikator ini tidak salah namun tidak sepenuhnya benar.

Tekhnologi adalah suatu seperangkat alat atau yang

digambarkan memilki akses untuk memudahkan manusia menguasai

atau mendayagunakan sesuatu. Tekhnologi adalah jembatan yang

memudahkan manusia. Sebagai alat, ia bukanlah tujuan esensial.

Namun sebagai sebuah invention (temuan) ia tidak layak ditinggalkan

karena sifatnya yang memberi kemudahan.

MBS juga pada prinsipnya berlaku sebagai alat, ia bukan

tujuan. Tujuan sesungguhnya adalah hasil pendidikan yang baik,

namun MBS diperlukan untuk memudahkan manusia mendapatkan

hasil pendidikan yang baik.

MBS yang lebih ramah tekhnologi berperan untuk

mendayagunakan tekhnologi sebagai jembatan yang memudahkan

lembaga pendidikan Mendapatkan hasil pendidikan yang di cita-cita

kan. Maka dari itu ia menjadi sebuah keperluan.

5. MBS yang Progresif dalam Pembelajaran

Pustaka dalam genggaman, mungkin ungkapan yang paling

tepat bagaimana hasil peradaban manusia yang semakin maju saat ini

mampu memindahkan sebagian buku-buku kedalam perangkat

selular android yang sering ada dalam genggaman kita. Perangkat ini,

di satu sisi memiliki dampak negative ketergantungan dengan

Page 69: MBS KONTEMPORER - Islamic University

MBS KONTEMPORER

(59)

aktifitas di media social, namun di sisi lain memiliki keuntungan

edukatif.

Keuntungan edukatif yang dapat dijelaskan secara sederhana

adalah kemudahan dalam proses data dan kebutuhan pendidikan

lainnya. MBS harus respon dengan kemajuan tekhnologi jika itu

membawa kebaikan. Segala kemudahan yang diberikan oleh

kemajuan tekhnologi ini harus menjadi bahan pemikiran bersama

para pelaku MBS untuk menghasilkan gagasan penting

pemanfaatannya. Pihak sekolah harus mengambil kesempatan ini dan

membuka solusi bagi terselenggaranya proses pembelajaran yang

lebih progrresif. Ada banyak keuntungan menggunakan fasilitas

tekhnologi seperti ini antara lain :

1. Membantu siswa dalam pencarian literature-literatur penting,

sebelum itu dibutuhkan kemampuan para guru untuk

memberikan materi tentang pencarian litertar yang benar dan

bertanggung jawab, serta sekaligus mengkampanyekan bahaya

situs-situs negatif yang mudah didapat dalam perangkat ini.

2. Membantu pihak sekolah dalam menambah program pendidikan,

seperti belajar jarak jauh, atau yang lebih dikenal dengan istilah

elearning. Sebagaimana diketahui bahwa elearning dianggap

sebagai tekhnologi pendidikan masa depan yang ringkas dan

efektif. Elearning di beberapa Negara maju lazim digunakan

baik sebagai pendidikan tambahan maupun formal. MBS bisa

menerapkan elearning sebagai proses belajar tambahan untuk

pencapaian prestasi akademik

B. Teori dan Konsep MBS Kontemporer

Teori dan Konsep MBS kontemporer pada prinsipnya sama

dengan MBS yang kita kenal pada umumnya. MBS Kontemporer

dimaksudkan sebagai MBS dalam masa yang lebih baru, lebih terkini

berdasarkan perubahan yang terjadi. MBS kontemporer merujuk pada

bagaimana menerapkan model MBS dalam ruang terkini

Page 70: MBS KONTEMPORER - Islamic University

TEORI DAN PRAKTIK

(60)

(kontemporer) yang ditandai oleh perkembangan IPTEK yang sangat

kuat dan cepat berubah. Namun untuk memperkuat ada baiknya kita

memperdalam konsep MBS agar lebih bisa bersinergi dengan

pengertian yang ingin kita rujuk.

1. Tujuan Manajemen Berbasis Sekolah

Adapun tujuan dan maksud implementasi MBS menurut

Mulyana (2004)28

adalah untuk :

a. Mensosialisasi konsep dasar manajemen peningkatan mutu

berbasis sekolah khususnya kepada masyarakat.

b. Memperoleh masukan agar konsep ini dapat

diimplementasikan dengan mudah dan sesuai dengan kondisi

lingkungan Indonesia yang memiliki keragaman cultural, sosio

ekonomi masyarakat dan kompleksitas geografinya.

c. Menambah wawasan pengetahuan masyarakat khususnya

masyarakat madrasah dan individu yang peduli terhadap

pendidikan, khususnya peningkatan mutu pendidikan.

d. Memotivasi masyarakat sekolah untuk terlibat dan berpikir

mengenai peningkatan mutu pendidikan, pada madrasah

masing-masing.

e. Menggalang kesadaran masyarakat madrasah untuk ikut serta

secara aktif dan dinamis dalam mensukseskan peningkatan

mutu pendidikan.

f. Memotivasi timbulnya pemikiran-pemikiran baru dalam

mensukseskan pembangunan pendidikan dari individu dan

masayrakat yang peduli terhadap pendidikan khususnya

masyarakat madrasah yang berada di garis paling depan dalam

proses pembangunan tersebut.

g. Menggalang kesadaran bahwa peningkatan mutu pendidikan

merupakan tanggung jawab semua komponen masyarakat,

28

Mulyana E, Konsep Manajemen Berbasis Sekolah Strategi dan Implementasi,

Bandung : Rosda Karya, 2004, hal.97

Page 71: MBS KONTEMPORER - Islamic University

MBS KONTEMPORER

(61)

dengan fokus peningkatan mutu yang berkelanjutan pada

tataran madrasah.

h. mempertajam wawasan bahwa mutu pendidikan pada tiap

sekolah harus dirumuskan dengan jelas dan dengan target

mutu yang harus dicapai setiap tahun, 5 tahun dan seterusnya

sehingga tercapai misi madrasah ke depan.

Selanjutnya tujuan MBS, menurut Bahtiar dalam Mulyana

(2004)29

menjelaskan:

a. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan

inisiatif sekolah dalam mengelola dan memberdayakan sumber

daya yang tersedia;

b. Meningkatkan kepedulian warga madrasah dan masyarakat

dalam menyelenggarakan pendidikan melalui pengambilan

keputusan bersama;

c. Meningkatkan tanggung jawab madrasah kepada orang tua,

masyarakat dan pemerintah tentang mutu madrasahnya; dan

d. Meningkatkan kompetisi yang sehat antar madrasah tentang

mutu pendidikan yang akan dicapai.

Dengan demikian dapat dipahami bahwa sudah jelas secara

politis manajemen berbasis madrasah/sekolah merupakan muara dari

semua kebijakan di bidang pendidikan akan tergambar di sekolah,

sebab sekolah merupakan jaringan terakhir dari rangkaian birokrasi

pendidikan. MBS juga sebagai bentuk operasionalisasi dari kebijakan

desentralisasi atau otonomi pendidikan dalam hubungannya dengan

ekonomi daerah. Secara teoritis MBS juga merupakan suatu konsep

yang menawarkan suatu otonomi kepada sekolah dalam rangka

meningkatkan mutu, efisiensi dan pemerataan pendidikan agar dapat

mengakomodir kepentingan masyarakat setempat serta menjalin kerja

sama yang erat antara madrasah, masyarakat dan pemerintah. Secara

29

Ibid.

Page 72: MBS KONTEMPORER - Islamic University

TEORI DAN PRAKTIK

(62)

operasional MBS merupakan gagasan yang menempatkan

kewenangan pengelolaan sekolah dalam suatu kebutuhan sistem.

Berdasarkan beberapa paparan tentang manajemen berbasis

sekolah seperti diatas, dapat dimengerti bahwa mutiara dari semua

kebijakan di bidang pendidikan akan tergambar disekolah, sebab

madrasah merupakan jaringan akhir dari rangkaian birokrasi

pendidikan. Maka, hidup atau matinya suatu program akan

ditentukan oleh sejauh mana sekolah mampu mengelola dan

melaksanakan semua program kependidikan. Oleh sebab itu,

manajemen berbasis sekolah menjadi sangat strategis dilaksanakan

dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan pendidikan.

Dengan manajemen berbasis sekolah, kepala sekolah, guru dan

peserta didik mendapatkan peluang untuk melakukan inovasi dan

improvisasi di sekolah berkaitan dengan masalah kurikulum,

pembelajaran, manajerial dan lain-lain. Jadi, otonomi pendidikan

merupakan hal yang esensial bagi terciptanya kebebasan akademik.

Dengan demikian, manajemen berbasis sekolah dikatakan sebagai

bentuk operasionalisasi desentralisasi atau otonomi pendidikan dalam

hubungannya dengan otonomi daerah.

2. Manfaat Manajemen Berbasis Sekolah

MBS dipandang sebagai alternatif dari pola umum

pengoperasioan sekolah yang selama ini memusatkan wewenang di

kantor pusat dan daerah. MBS adalah strategi untuk meningkatkan

pendidikan dengan mendelegasikan kewenangan pengambilan

keputusan penting dari pusat dan daerah ke tingkat sekolah30

. Dengan

demikian, MBS pada dasarnya merupakan sistem manajemen di

mana sekolah merupakan unit pengambilan keputusan penting

tentang penyelenggaraan pendidikan secara mandiri. MBS

30

Mulyana E, Konsep Manajemen Berbasis Sekolah Strategi dan Implementasi,

Bandung : Rosda Karya, 2004, hal.121

Page 73: MBS KONTEMPORER - Islamic University

MBS KONTEMPORER

(63)

memberikan kesempatan pengendalian lebih besar dari kepala

sekolah, guru, murid, dan orang tua atas proses pendidikan di sekolah

mereka.

Dalam pendekatan ini, tanggung jawab pengambilan keputusan

tertentu mengenai anggaran, kepegawaian, dan kurikulum

ditempatkan di tingkat sekolah dan bukan di tingkat daerah, apalagi

pusat. Melalui keterlibatan guru, orang tua, dan anggota masyarakat

lainnya dalam keputusan-keputusan penting itu, MBS dipandang

dapat menciptakan lingkungan belajar yang efektif bagi para murid.

Dengan demikian, pada dasarnya MBS adalah upaya memandirikan

sekolah dengan memberdayakannya.

Melalui MBS diyakini bahwa prestasi belajar murid lebih

mungkin meningkat jika manajemen pendidikan dipusatkan di

sekolah ketimbang pada tingkat daerah. Para kepala sekolah

cenderung lebih peka dan sangat mengetahui kebutuhan murid dan

sekolahnya ketimbang para birokrat di tingkat pusat atau daerah.

Lebih lanjut dinyatakan bahwa reformasi pendidikan yang bagus

sekalipun tidak akan berhasil jika para guru yang harus

menerapkannya tidak berperan serta merencanakan-nya. Pendekatan

melalui MBM juga memiliki lebih semua banyak masalahnya

ketimbang pengambilan keputusan yang terpusat. Masalah itu antara

lain menciptakan sumber kepemimpinan baru, lebih demokratis dan

terbuka, serta menciptakan keseimbangan yang pas antara anggaran

yang tersedia dan prioritas progam pembelajaran. Pengambilan

keputusan yang melibatkan semua pihak yang berkepentingan

meningkatkan motivasi dan komunikasi (dua variabel penting bagi

kinerja guru) dan para gilirannya meningkatkan prestasi belajar

murid. MBM bahkan dipandang sebagai salah satu cara untuk

menarik dan mempertahankan guru dan staf yang berkualitas tinggi.

Penerapan MBM yang efektif secara spesifik mengindentifikasi

beberapa manfaat yaitu :

Page 74: MBS KONTEMPORER - Islamic University

TEORI DAN PRAKTIK

(64)

a. Memungkinkan orang-orang yang kompeten di sekolah untuk

mengambil keputusan yang akan meningkatkan pembelajaran.

b. Memberi peluang bagi seluruh anggota sekolah untuk terlibat

dalam pengambilan keputusan penting.

c. Mendorong munculnya kreativitas dalam merancang bangun

program pembelajaran.

d. Mengarahkan kembali sumber daya yang tersedia untuk

mendukung tujuan yang dikembangkan di setiap sekolah.

e. Menghasilkan rencana anggaran yang lebih realistik ketika

orang tua dan guru makin menyadari keadaan keuangan

sekolah, batasan pengeluaran, dan biaya program-program

sekolah.

f. Meningkatkan motivasi guru dan mengembangkan

kepemimpinan baru di level.

3. Karakter Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)

Karakteristik bisa diketahui dari bagaimana sekolah dapat

mengoptimalkan kinerja organisasi sekolah, proses belajar mengajar,

pengelolaan sumber daya manusia dan pengelolaan administrasi.

(Mulyasa, 2001).

Nurkolis (2006) memberikan definisi bahwa MBS memiliki

karakteristik yang bertolak belakang dengan karakteristik MKE, yaitu

dalam hal misi sekolah hakikat aktifitas sekolah, strategi-strategi

manajemen, penggunaan sumber-sumber daya, peran warga sekolah,

hubungan interpersonal, kualitas para administrator dan indikator-

indikator evektifitas. Sementara Departemen Pendidikan Nasional

(2007) memberikan penjelasan karakteristik MBS memuat secara

inklusif elemen-elemen sekolah secara efektif yang dikatagorikan

menjadi input, proses dan output.

Page 75: MBS KONTEMPORER - Islamic University

MBS KONTEMPORER

(65)

Menurut Umaedi dalam Suryosubroto (2010)31

menjelaskan

karakter MBS antara lain : Lingkungan sekolah yang aman dan tertib,

sekolah mermiliki visi dan target yang ingin dicapai, Sekolah

memiliki kepemimpinan yang kuat, adanya harapan yang tinggi dari

personel sekolah, adanya pengembangan staf sesuai kemajuan iptek,

adanya evaluasi yang terus menerus guna perbaikan mutu pendidikan,

dan adanya komunikasi dan dukungan intensif dari orang tua murid

dan masyarakat. Jadi, MBS adalah kumpulan dari elemen-elemen

manajemen pendidikan yang saling mempengaruhi dan melengkapi.

Keberhasilan sekolah juga dari adanya keterlibatan elemen-elemen

lain yang melilitnya. Pengoptimalan kinerja organisasi sekolah

diharapkan mampu mewujudkan visi dan misi sekolah yang sesuai

dengan tujuan pendidikan.

4. Prinsip-Prinsip Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)

a. Prinsip Ekuifinalitas

Prinsip ini didasarkan pada teori manajemen modern yang

berasumsi bahwa terdapat beberapa cara yang berbeda-beda untuk

mencapai suatu tujuan. MBS menekankan area fleksibilitas sehingga

sekolah harus dikelola oleh warga sekolah menurut kondisi mereka

masing-masing. Karena begitu banyaknya beban pekerjaan sekolah

dan adanya persaingan/ kompetisi antar, baik karena perbedaan

sarana prasarana, komunitasnya, maupun capaian akademik, sekolah

tak lagi bisa dijalankan dengan mekanisme konvensional.

Sekolah harus mampu berbagai solusi dari semua

permasalahan sekolah secara efektif dan efesien berasarkan

kebutuhan lingkungan.

31

Suryosubroto …….Halaman 197-198

Page 76: MBS KONTEMPORER - Islamic University

TEORI DAN PRAKTIK

(66)

b. Prinsip Desentralisasi32

Prinsip desentralisasi dilandasi oleh teori dasar bahwa

pengelolaan sekolah dan aktivitas pengajaran tak dapat dielakkan dari

kesulitan dan permasalahan. Pendidikan adalah masalah yang rumit

dan kompleks sehingga memerlukan desentralisasi dalam

pelaksanaannya.

c. Prinsip Kemandirian

Setiap sekolah berusaha mencapai tujuan pelaksanaan

pendidikannya berdasarkan kebijakan yang telah dibuat dan

disepakati, namun masing-maing sekolah memiliki cara yang berbeda

untuk mencapainya. MBS memberikan kesempatan bagi sekolah

untuk melakukan pengelolaan secara mandiri dan dengan kebijakan

sendiri. Sekolah memiliki otoritas sendiri untuk mengembangkan

tujuan pengajaran, strategi pengelolaan, pendayagunaan sumber daya

manusia, strategi problem solving, yang dilakukan melalui diskusi

terbuka bersama stakeholder tanpa intervensi pihak lain.

d. Prinsip Inisiatif Manusia33

Perspektif sumber daya manusia menekankan bahwa orang

adalah sumber daya berharga di dalam organisasi sehingga poin utama

manajemen adalah mengembangkan sumber daya manusia di dalam

sekolah untuk berinisitatif. Berdasarkan perspektif ini maka MBS

bertujuan untuk membangun lingkungan yang sesuai untuk warga

sekolah agar dapat bekerja dengan baik dan mengembangkan

potensinya. Oleh karena itu, peningkatan kualitas pendidikan dapat

diukur dari perkembangan aspek sumber daya manusianya. Prinsip ini

juga mengakui bahwa manusia bukanlah sumber daya yang statis,

32

E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, Bandung : Remaja Rosda Karya, 2004,

hal.19. 33

Nanang Fattah, Konsep Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan Dewan Sekolah,

Bandung : Pustaka Bani Quraisy, 2004, hal.26-27

Page 77: MBS KONTEMPORER - Islamic University

MBS KONTEMPORER

(67)

melainkan dinamis. Oleh karena itu, potensi sumber daya manusia

harus selalu digali, ditemukan, dan kemudian dikembangkan. Sekolah

dan lembaga pendidikan yang lebih luas tidak dapat lagi

menggunakan istilah staffing yang konotasinya hanya mengelola

manusia sebagai barang yang statis. Lembaga pendidikan harus

menggunakan pendekatan human resources development yang

memiliki konotasi dinamis dan asset yang amat penting dan memiliki

potensi untuk terus dikembangkan.

Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) adalah bentuk alternatif

sekolah sebagia hasil dari desentralisasi pendidikan. Manajemen

Berbasis Sekolah (MBS) pada prinsipnya bertumpu pada sekolah dan

masyarakat serta jauh dari birokrasi yang sentralistik. Manajemen

Berbasis Sekolah (MBS) berpotensi untuk meningkatkan partisipasi

masyarakat, pemerataan, efisiensi, serta manajemen yang bertumpu

pada tingkat sekolah. MBS dimaksudkan otonomi sekolah,

menentukan sendiri apa yang perlu diajarkan, dan mengelola sumber

daya yang ada untuk berinovasi. MBS juga memiliki potensi yang

besar untuk menciptakan kepala sekolah, guru, administrator yang

profesional. Dengan demikian, sekolah akan bersifat responsif

terhadap kebutuhan masing-masing siswa dan masyarakat sekolah.

Prestasi belajar siswa dapat dioptimalkan melalui partisipasi langsung

orang tua dan masyarakat.

5. Strategi dan Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah

Strategi pencapaian implementasi MBS perlu

mempertimbangkan kompleksitas permasalahan persekolahan di

Indonesia. Untuk itu perlu satu pertahanan dalam penerapannya

dengan mempertimbangkan prioritas waktu jangka pendek, jangka

menengah, dan jangka panjang. Dalam Departemen Pendidikan

Page 78: MBS KONTEMPORER - Islamic University

TEORI DAN PRAKTIK

(68)

Nasional (2007)34

telah dijabarkan skema MBS yang ideal yakni :

Kualitas dan Informasi, Konteks, Input, Proses, Output, Outcome,

Produktifitas, Efisiensi Internal, Efisiensi Inetrnal, Efektifitas.

Strategi jangka pendek MBS adalah mempersiapkan SDM

dengan pelatihan tenaga dan pengalokasian dana secara langsung ke

sekolah. SDM sekolah hendaknya memiliki keterampilan dalam

mengelola dan menguasai prinsip- prinsip MBS sedangkan

pengalokasian dana secara langsung ke sekolah (unit cost per sekolah)

untuk mencapai efektifitas dan efesiensi biaya yang selain ini melalui

rantai birokratis yang komleks dan mengikat menjadi tidak efisien.

Secara rinci, strategi pelaksanaan konsep MBS di tingkat pendidikan

dasar dalam jangka pendek, menengah dan jangka panjang harus

memperhatikan berbagai aspek antara lain: Partisipasi masyarakat,

Ketenagaan, kepala sekolah dan guru, Keuangan, Kurikulum, materi

dan penilaian, Buku alat, sarana yang diperlukan. Keempat unsur

tersebut perlu disiapkan, dirancang, dikelola dan dikendalikan secara

efektif dan efisien. Dengan demikian strategi implementasi

Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dapat terkait dengan kondisi

objektif yang ada di sekolah.35

Oleh karena itu peluang kepala sekolah dan guru sebagai

tumpuan sekolah ditantang untuk bertindak sekreatif mungkin.

Sejalan dengan hal itu guru dan kepala sekolah dituntut untuk terus

meningkatkan profesionalitasnya sehingga dapat memberdayakan

semua sumber daya secara optimal.

Implikasi dari penerapan strategi Manajemen Berbasis Sekolah

(MBS) adalah menciptakan kondisi di antara perubahan pengelola

dengan mendelegasikan kekuasaan kepada kepala sekolah dan guru.

34

Depdiknas (2007) 35

Depdiknas, 2001. Panduan Monitoring dan Evaluasi dalam Manajemen Peningkatan

Mutu Berbasis Sekolah. Jakarta: Dikmenum.

Page 79: MBS KONTEMPORER - Islamic University

MBS KONTEMPORER

(69)

Untuk itu system akuntabilitas terutama bagi para stakeholders perlu

mendapat perhatian sehubungan dengan itu agar sekolah selalu

berhati-hati dalam pengelolaan pendidikan dan anggaran. Proses

penerapan MBS menurut Dewi Widyastuti36

dapat ditempuh antara

lain dengan langkah-langkah sbb :

1. Memberdayakan komite sekolah/majelis madrasah dalam

peningkatan mutu pemelajaran di sekolah.

2. Unsur pemerintah Kab/Kota dalam hal ini instansi yang terkait

antara lain Dinas Pendidikan, Badan Perencanaan Kab/Kota,

Departemen Agama (yang menangani pendidikan MI, MTs dan

MA), Dewan Pendidikan Kab/Kota terutama membantu dalam

mengkoordinasikan dan membuat jaringan kerja (akses) ke dalam

siklus kegiatan pemerintahan dan pembangunan pada umumnya

dalam bidang pendidikan.

3. Memberdayakan tenaga kependidikan, baik tenaga pengajar

(guru), kepala sekolah, petugas bimbingan dan penyuluhan (BP)

maupun staf kantor, pejabat-pejabat di tingkat kecamatan, unsur

komite sekolah tentang Manajemen Berbasis Sekolah,

pembelajaran yang bermutu dan peran serta masyarakat.

4. Mengadakan pelatihan dan pendampingan sistematis bagi para

kepala sekolah, guru, unsur komite sekolah pada pelaksanaan

peningkatan mutu pembelajaran.

5. Melakukan supervisi dan monitoring yang sistematis dan

konsisten terhadap pelaksanaan kegiatan pembelajaran di sekolah

agar diketahui berbagai kendala dan masalah yang dihadapi, serta

segera dapat diberikan solusi/pemecahan masalah yang

diperlukan.

36

Dewi Widiyastuti, Makalah, 2019 https:// afidburhanuddin. wordpress.com/2014/01/18

/konsep-dan-penerapan-manajemen-berbasis-sekolah/ di akses tanggal 12 Juli 2019

Page 80: MBS KONTEMPORER - Islamic University

TEORI DAN PRAKTIK

(70)

6. Mengelola kegiatan yang bersifat bantuan langsung bagi setiap

sekolah untuk peningkatan mutu pembelajaran,

Rehabilitasi/Pembangunan sarana dan prasarana Pendidikan,

dengan membentuk Tim yang sifatnya khusus untuk menangani

dan sekaligus melakukan dukungan dan pengawasan terhadap Tim

bentukan sebagai pelaksana kegiatan tersebut.

C. Fungsi Manajemen Pendidikan Dalam MBS

Manajemen dapat diartikan sebagai administrasi, dan

pengelolaan. Di berbagai literatur dalam fungsi pokoknya acap kali

keduanya (manajemen dan administrasi) mempunyai fungsi yang

sama. Gaffar dalam Mulyasa (2002) menyatakan bahwa manajemen

pendidikan mengandung arti sebagai suatu proses kerja sama yang

sistematik, sistemik, dan komperhensif dalam rangka mewujudkan

tujuan pendidikan nasional. Mulyasa memberi penjelasan mengenai

istilah manajemen yang menurutnya mempunyai arti yang sama

dengan pengelolaan. Jika tidak ada manajemen maka tidak mungkin

tujuan pendidikan dapat diwujudkan secara optimal. Efektif dan

efisien.

Dengan gagasan yang menyatakan bahwa tujuan pendidikan

tidak akan terwujud secara optimal, maka tumbuh kesadaran akan

pentingnya manajemen berbasis sekolah yang memberikan

kewenangan penuh kepada sekolah untuk mengatur segala hal yang

berguna dalam pembelajaran dan sesuai dengan tujuan sekolah

maupun tujuan pendidikan. Manajemen atau pengelolaan

mempunyai fungsi pokok antara lain: (1) Perencanaan. Poses yang

sistematis dalam pengambilan keputusan tentang tindakan yang akan

dilakukan pada waktu yang akan datang. (2) Pelaksanaan. Kegiatan

untuk merealisasikan rencana menjadi tindakan nyata dalam rangka

mencapai tujuan secara efektif dan efisien. (3) Pengawasan. Upaya

untuk mengamati secara sistematis dan berkesinambungan. (4).

Page 81: MBS KONTEMPORER - Islamic University

MBS KONTEMPORER

(71)

Pembiayaan. Rangkaian upaya pengendalian secara profesional

semua unsur organisasi agar berfungsi sebagaimana mestinya.

Pembagian manajemen telah banyak didefinisikan para ahli,

dan diurai sehingga menjadi keumuman yang lazim ditemukan di

banyak penelitian tentang ilmu manajemen. Secara umum,

manajemen dapat dibagi menjadi 10 bagian, yaitu:

Forecasting. Forecasting atau prevoyance (Prancis) adalah

kegiatan meramalkan, memproyeksikan atau mengadakan taksiran

terhadap berbagai kemungkinan yang akan terjadi sebelum suatu

rencana yang lebih pasti dapat dilakukan. Misalnya, suatu akademi

meramalkan jumlah mahasiswa yang akan melamar belajar di

akademi tersebut. Ramalan tersebut menggunakan indikator-

indikator, seperti jumlah lulusan SLTA dan lain sebagainya.

Planning termasuk Budgeting. Planning sendiri berarti

merencanakan atau perencanaan, terdiri dari 5, yaifu : Menetapkan

tentang apa yang harus dikerjakan, kapan dan bagaimana

melakukannya, membatasi sasaran dan menetapkan pelaksanaan-

pelaksanaan kerja untuk mencapai efektivitas maksimum melalui

proses penentuan target, mengumpulkan dan menganalisa informasi,

mengembangkan alternatif-alternatif, mempersiapkan dan

mengkomunikasikan rmcana-rencana dan keputusan-keputusan.

Organizing. Dengan ini dimaksudkan pengelompokan

kegiatan yang diperlukan yakni penetapan susunan organisasi serta

tugas dan fungsi-fungsi dari setiap unit yang ada dalam organisasi.

Dapat pula dirumuskan sebagai keseluruhan aktivitas manajemen

dalam mengelompokkan orang-orang serta penetapan tugas, fungsi,

wewenang, serta tanggung jawab masing-masing dengan tujuan

terciptanya aktivitas-aktivitas yang berdaya guna dan berhasil guna

dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Page 82: MBS KONTEMPORER - Islamic University

TEORI DAN PRAKTIK

(72)

Pengorganisasian terdiri dari : Menyediakan fasilitas-fasilitas

perlengkapan, dan tenaga kerja yang diperlukan untuk penyusunan

rangka kerja yang efisien, mengelompokkan komponen kerja ke

dalam struktur organisasi secara teratur, Membentuk struktur

wewenang dan mekanisme koordinasi, Merumuskan dan menentukan

metode serta prosedur, Memilih, mengadakan latihan dan pendidikan

tenaga kerja dan mencari sumber-sumber lain yang diperlukan.

Staffing atau Assembling Resources. Istilah staffing

diberikan Luther Gulick, Harold Koontz dan Cyril O'Donnell.

Sedangkan assembling resources dikemukakan William Herbert

Newman. Kedua istilah itu cenderung mengandung arti yang sama;

pen-staf-an dan staffing merupakan salah satu fungsi manajemen

berupa penyusunan personalia pada suatu organisasi dan

pengembangannya sampai dengan usaha agar petugas memberi daya

guna maksimal kepada organisasi.

Directing atau Commanding. Merupakan fungsi manajemen

yang berhubungan dengan usaha memberi bimbingan, saran,

perintah-perintah atau instruksi-instruksi kepada bawahan dalam

pelaksanaan tugas masing-masing bawahan tersebut agar tugas dapat

dilaksanakan dengan baik dan benar-benar tertuju kepada tujuan yang

telah ditetapkan sebelumnya. Directing atau commanding

merupakan fungsi manajemen yang dapat berfungsi bukan hanya

agar pegawai melaksanakan atau tidak melaksanakan suatu kegiatan,

tetapi dapat pula berfungsi mengkoordinasi kegiatan berbagai unsur

organisasi agar dapat efektif tertuju kepada realisasi tujuan yang telah

ditetapkan.

Leading. Istilah leading yang merupakan salah satu fungsi

manajemen, dikemukakan oleh Louis A. Allen yang dirumuskan

sebagai pekerjaan yang dilakukan oleh seorang manajer yang

menyebabkan orang-orang lain bertindak. Pekerjaan leading,

Page 83: MBS KONTEMPORER - Islamic University

MBS KONTEMPORER

(73)

meliputi 5 macam kegiatan, yaitu: Mengambil keputusan,

mengadakan komunikasi agar ada bahasa yang sama antara manajer

dan bawahan, Memberi semangat inspirasi dan dorongan kepada

bawahan supaya mereka bertindak, memilih orang-orang yang

menjadi anggota kelompoknya, dan memperbaiki pengetahuan dan

sikap-sikap bawahan agar mereka trampil dalam usaha mencapai

tujuan yang telah ditetapkan.

Coordinating. Salah satu fungsi manajemen untuk melakukan

berbagai kegiatan agar tidak terjadi kekacauan, percekcokan,

kekosongan kegiatan, dengan jalan menghubung-hubungkan,

menyatupadukan dan menyelaraskan pekerjaan-pekerjaan bawahan

sehingga terdapat kerjasama yang terarah dalam usaha mencapai

tujuan bersama atau tujuan organisasi. Usaha yang dapat dilakukan

untuk mencapai maksud, antara lain : memberi instruksi, memberi

perintah, mengadakan pertemuan-pertemuan dalam mana diberi

penjelasan-penjelasan, memberi bimbingan atau nasihat,

Mengadakan coaching, bila perlu memberi teguran.

Motivating. Motivating atau pendorongan kegiatan merupakan

salah satu fungsi manajemen berupa pemberian inspirasi, semangat

dan dorongan kepada bawahan, agar bawahan melakukan kegiatan

secara suka rela sesuai apa yang dikehendaki oleh atasan tersebut.

Controlling. Controlling atau pengawasan, sering disebut

pengendalian, adalah salah satu fungsi manajemen yang berupa

mengadakan penilaian dan sekaligus bila perlu mengadakan koreksi

sehingga apa yang sedang dilakukan bawahan dapat diarahkan ke

jalan yang benar dengan maksud tercapai tujuan yang sudah

digariskan.

Reporting. Reporting atau pelaporan adalah salah satu fungsi

manajemen berupa penyampaian perkembangan atau hasil kegiatan

atau pemberian keterangan mengenai segala hal yang bertalian

Page 84: MBS KONTEMPORER - Islamic University

TEORI DAN PRAKTIK

(74)

dengan tugas dan fungsi-fungsi kepada pejabat yang lebih tinggi baik

secara lisan maupun secara tulisan.

(dari berbagai sumber, pembagian manajemen secara umum)

Fungsi pokok manajemen pendidikan dibagi 4 macam :

1. Perencanaan. Perencanaan program pendidikan sedikitnya

memiliki dua fungsi utama, yaitu : (a) Perencanaan merupakan

upaya sistematis yang menggambarkan penyusunan rangkaian

tindakan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi

atau lembaga dengan mempertimbangkan sumber-sumber yang

tersedia atau sumber-sumber yang dapat disediakan. (b)

Perencanaan merupakan kegiatan untuk mengerahkan atau

menggunakan sumber- sumber yang terbatas secara efisien, dan

efektif untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

2. Pelaksanaan. Pelaksana merupakan kegiatan untuk

merealisasikan rencana menjadi tindakan nyata dalam rangka

mencapai tujuan secara efektif dan efisien, dan akan memiliki nilai

jika dilaksanakan dengan efektif dan efisien.

3. Pengawasan. Pengawasan dapat diartikan sebagai upaya untuk

mengamati secara sistematis dan berkesinambungan; merekam;

memberi penjelasan, petunjuk, pembinaan dan meluruskan

berbagai hal yang kurang tepat; serta memperbaiki kesalahan, dan

merupakan kunci keberhasilan dalam keseluruhan proses

manajemen.

4. Pembinaan. Pembinaan merupakan rangkaian upaya

pengendalian secara profesional semua unsur organisasi agar

berfungsi sebagaimana mestinya sehingga rencana untuk

mencapai tujuan dapat terlaksana secara efektif dan efisien.

D. Manajemen Pendidikan dalam Desentralisasi Pendidikan

Menurut UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas,

Pendidikan yaitu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

Page 85: MBS KONTEMPORER - Islamic University

MBS KONTEMPORER

(75)

aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat

bangsa, dan Negara.Dari penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan

bahwa pengertian desentralisasi pendidikan adalah suatu proses di

mana suatu lembaga yang lebih rendah kedudukannya menerima

pelimpahan kewenangan untuk melaksanakan segala tugas

pelaksanaan pendidikan termasuk pemanfaatan segala fasilitas yang

ada serta penyusunan kebijakan dan pembiayaan.

Pengertian desentralisasi pendidikan menurut Hurst (1985),

bahwa ―the decentralization process implies the transfer of certain

function from small group of policy-makers to a small group of

authorities at the local level‖ dengan kata lain desentralisasi

merupakan proses penyerahan fungsi-fungsi tertentu dari sekelompok

kecil pembuat kebijakan kepada satu kelompok kecil pemegang

kekuasaan pada tataran local. Definisi Hurst tersebut telah

menggambarkan proses penyerahan fungsi-fungsi pemerintahan yang

kemudian diberikan kepada pemerintah daerah. Sementara Chau

(1985: 96-97) memberi pengertian desentralisasi lebih pada konsep

pendelegasian kekuasaan kepada pemerintah daerah, dengan tujuan

efisiensi dalun penggunaan sumber daya. Ia menyatakan

―decentraliiation is a certain delegation of power to regional

admistration, but with tlre sole objective of increased efficiency in the

use of resources‖.37

Otonomi pendidikan menurut Undang-Undang Sistem

Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 adalah terungkap pada

Bab Hak dan Kewajiban Warga Negara, Orang tua, Masyarakat dan

Pemerintah. Pada bagian ketiga Hak dan Kewajiban Masyarakat Pasal

8 disebutkan bahwa ―Masyarakat berhak berperan serta dalam

37

Authoritarian to democratic Goverments : The Cases of Argentina, Colombia,

Venezuela, and Spain, dalam lnternasional Jurnal of Educational Development, Vol 32.

No.1. Hal. 96-97.

Page 86: MBS KONTEMPORER - Islamic University

TEORI DAN PRAKTIK

(76)

perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi program

pendidikan; pasal 9 Masyarakat berkewajiban memberikan dukungan

sumber daya dalam penyelenggaraan pendidikan‖.

Begitu juga pada bagian keempat Hak dan Kewajiban

Pemerintah dan Pemerintah Daerah, pasal 11 ayal (2) ―Pemerintah

dan Pemerintah Daerah wajib menjamin tersedianya dana guna

terselenggaranya pendidikan bagi setiap warga negara yang berusia

tujuh sampai lima belas tahun‖. Khusus ketentuan bagi Perguruan

Tinggi, pasat 24 ayat (2) ―Perguruan Tinggi memiliki otonomi untuk

mengelola sendiri lembaganya sebagai pusat penyelenggaraan

pendidikan tinggi, penelitian ilmiah, dan pengabdian kepada

masyarakat‖. Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa

konsep otonomi pendidikan mengandung pengertian yang luas,

mencakup filosofi, tujuan, format dan isi pendidikan serta manajemen

pendidikan itu sendiri. Kemandirian daerah harus diawali dengan

evaluasi diri melakukan analisis faktor internal dan eksternal daerah

guna mendapat suatu gambaran nyata tentang kondisi daerah sehingga

dapat disusun suatu strategi yang matang dan mantap dalam upaya

mengangkat hartat dan martabat masyarakat daerah yang berbudaya

dan berdaya saing tinggi melalui otonomi pendidikan yang bermutu

dan produktif.

Fungsi-Fungsi Manajemen Desentralisasi pada MBS

1. Fungsi Perencanaan dan Evaluasi

Sekolah diberi kewenangan untuk membuat perencanaan

sesuai dengan kebutuhannya dalam hal peningkatan mutu sekolah.

Setelah sebelumnya melakukan. Sekolah diberi wewenang untuk

melakukan evaluasi, khususnya evaluasi yang dilakukan secara

internal. Evaluasi internal dilakukan oleh warga sekolah untuk

memantau proses pelaksanaan dan hasil program-program yang telah

Page 87: MBS KONTEMPORER - Islamic University

MBS KONTEMPORER

(77)

dilaksanakan. Evaluasi semacam ini sering disebut evaluasi diri.

Evaluasi diri harus jujur dan transparan agar benar-benar dapat

mengungkap informasi yang sebenarnya.

2. Pengembangan Kurikulum

Pengembangan kurikulum diserahkan kepada masing-masing

satuan pendidikan, dengan mengacu pada standar kompetensi lulusan,

standar isi, kerangka dan struktur kurikulum, serta panduan

penyusunan kurikulum yang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat.

Kebijakan tersebut memungkinkan setiap satuan pendidikan untuk

mengembangkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan dan

kemampuannya. Sekolah berkewenangan mengembangkan

(memperdalam, memperkaya, memodifikasi) kurikulum, namun tidak

boleh mengurangi isi kurikulum yang berlaku secara nasional.

Berdasarkan Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang

Sisdiknas menyatakan hal-hal terkait dengan kurikulum yaitu dalam

pasal 35, pasal 36, dan 38 serta peraturan Mendiknas No. 22 Tahun

2006, dapat ditegaskan sebagai berikut: (a) Kerangka dasar dan

struktur kurikulum penelitan dasar dan menengah disusun dan

ditetapkan oleh pemerintah untuk menjaga standar nasional dalam hal

isi, proses dan kompetensi lulusan. Dalam hubungan ini, kurikulum

baru yang sedang diperkenalkan memuat standar kompetensi, standar

isi, dan standar proses. OIeh karena menekan pada berbagai

kompetensi yang harus dicapai oleh peserta didik, kurikulum baru ini

dikenal dengan nama Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

(b) Dalam kerangka MBS, kewenangan yang diberikan kepada satuan

pendidikan bersama komite untuk mengembangkan kurikulum dalam

bentuk pengembangan dan penjabaran dari apa yang sudah ditetapkan

secara nasional, dibawah koordinasi dan supervise dinas pendidikan

sesuai dengan kebutuhan dan kondisi sekolah. Pengembangan

kurikulum tersebut dapat dilakukan baik secara sendiri- sendiri oleh

satuan pendidikan atau dilakukan secara bersama-sama oleh beberapa

Page 88: MBS KONTEMPORER - Islamic University

TEORI DAN PRAKTIK

(78)

sekolah bersama komitenya (bisa dalam satu gugus atau tingkat

kecamatan bahkan bisa dalam tingkat kabupaten), dengan koordinasi

dan supervise dinas pendidkan kabupaten/kota. (c). Guru mempunyai

kewenangan untuk mengembangkan proses pembelajaran, sesuai

metode yang dia kuasai dan dia pilih, serta alat bantu dan sumber

belajar yang dia anggap efektif untuk mendukung proses

pembelajaran. Jadi, kewenangan sekolah dalam hal pengembangan

kurikulum adalah pengembangan kurikulum tingkat satuan

pendidikan yang mendasarkan pada standar isi, standar kompetensi

dan standar kelulusan, serta memilih, menjabarkan dan

mengembangkan materi pembelajaran sesuai dengan standar

kompetensi yang diinginkan, termasuk di dalamnya adalah pemilihan

metode, program pengayaan, program perbaikan (remedial), dan

pelaksanaan proses pembelajarannya, dengan dukungan input lainnya,

serta evaluasi oleh sekolah.

3. Pengelolaan Proses Pembelajaran

Proses belajar mengajm merupakan kegiatan utama di sekolah.

Sekolah diberi kebebasan memilih strategi, metode dan teknik-teknik

pembelajaran dan pengajaran yang paling efektif, sesuai dengan

karakteristik mata pelajaran, karakteristik siswa, karakteristik guru,

dan kondisi nyata sumber daya yang tersedia di sekolah. Secara umum

strategi, metode, dan teknik-teknik pembelajaran dan pengajaran yang

berpusat pada siswa (student centered) lebih mampu memberdayakan

pembelajaran siswa. Pembelajaran yang berpusat pada siswa adalah

pembelajaran yang menekankan pada keaktifan belajar siswa, bukan

pada keaktifan mengajar guru.

Desentralisasi pengelolaan melalui MBS memberikan

kewenangan Kepada Sekolah untuk melaksanakan proses

pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan kondisi sekolah.

Disamping itu dengan KTSP, sekolah atau guru dapat

mengembangkan secara mandiri materi ajar dan kegiatan belajar yang

diperlukan untuk mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar

Page 89: MBS KONTEMPORER - Islamic University

MBS KONTEMPORER

(79)

yang telah ditetapkan, serta meningkatkan mutu sekolah sesuai

dengan karakteristik sekolah masing-masing.

4. Pengelolaan Tenaga Pendidik / Kependidikan

Dalam rangka MBS peran kewenangan atau peran sekolah

masih akan sangat terbatas pada mengelola ketenagaan yang sudah

ada di sekolah, dan sebatas mengelola pemanfaatan tenaga yang sudah

diangkat oleh pemerintah/pemerintah daerah, kecuali untuk tenaga

honorer yang insentifnya sebagian besar dapat dibayarkan malalui

dana BOS dan/atau melalui sumbangan orang tua (komite sekolah).

Pasal 41 ayat (1), (2), dan (3) UU Sisdiknas 2003 menyiratkan

keterbatasan kewenangan sekolah: (a) Pendidikan dan tenaga

kependidikan dapat bekerja secara lintas daerah. (b) Pengangkatan,

penempatan, dan penyebaran pendidik dan tenaga kependidikan diatur

oleh lembaga yang mengangkatnya berdasarkan kebutuhan satuan

pendidikan fonnal, dan (c) Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib

memfasilitasi satuan pendidikan dengan pendidik dan tenaga

kependidikan yang diperlukan untuk menjamin terselenggaranya

pendidikan yang bermutu.

Pasal 44 ayat (1), (2), dan (3) di bawah ini makin memperjelas

bahwa pengelolaan ketenagaan untuk satuan pendidikan, sebagian

besar tidak pada sekolah/madrasah.

a. Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib membina dan tenaga

kependidikan pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh

Pemerintah dan Pemerintah Daerah.

b. Penyelenggara pendidikan oleh masyarakat berkewajibm

membina dan mengembangkan tenaga kependidikan pada satuan

pendidikan yang diselenggarakannya.

c. Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib membantu pembinaan

dan pengembangan tenaga kependidikan pada satuan pendidikan

formal yang diselenggarakan oleh masyarakat.

Page 90: MBS KONTEMPORER - Islamic University

TEORI DAN PRAKTIK

(80)

Terbatasnya kewenangan sekolah, khususnya sekolah negeri

dalam pengelolaan bidang ketenagaan tidak lantas membuat MBS

kehilangan makna kemandiriannya. Dalam mengoptimalkan

pemanfaatan sumber daya manusia sebagai bagian dari system yang

menyeluruh, satu pendidikan (sekolah) berhak dan dapat memotivasi,

melakukan kerja sama, dan mengembangkan kapasitas staf serta

mengembangkan kompetensi pegawai yang tidak dilakukan oleh

lembagapemerintah. Termasuk menjalin kerjasama dengan berbagai

pihak dalam pengembangan kapasitas dan kompetensi pegawai

sebagaimana dimaksud diatas.. hal yang sering ditemukan seperti

pengangkatan guru honor, guru computer, bahasa Inggris, guru music

dan darama untuk kegiatan ekstra kurikuler.

5. Pengelolaan Sarana dan Prasarana

Pengelolaan fasilitas sekolah sudah seharusnya dilakukan

oleh sekolah, mulai dari pengadaan, pemeliharaan dan perbaikan,

hingga sampai pengembangan. HaI ini didasari oleh kenyataan bahwa

sekolah yang paling mengetahui kebutuhan fasilitas, baik kecukupan,

kesesuaian, maupun kemutakhirannya, terutama fasilitas yang sangat

erat kaitannya secara langsung dengan proses belajar mengajar.

Kebijakan pemerintah tentang pengelolaan sarana dan prasarana

sekolah tertuang didalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sidiknas

pasal 45 ayat 1 yaitu, ―Setiap satuan pendidikan formal dan

nonformal menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi

keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan

potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial, emosional, dan kejiwaan

peserta didik‖.

6. Pengelolaan Anggaran

Bidang keuangan bagi pendanaan pendidikan di sekolah

merupakan salah satu elemen MBS yang sangat penting. Kebijakan

pemerintah di bidang pendidikan yang sangat penting berkenaan

dengan dana pendidikan sudah direalisasikan dalam bentuk Bantuan

Page 91: MBS KONTEMPORER - Islamic University

MBS KONTEMPORER

(81)

Operasional Siswa (BOS) yang besarnya tergantung dari jumlah

siswa. Kebijakan BOS prinsipnya sangat menguntungkan bagi siswa

dan sangat berguna dalam mengelola sekolah, namun bagi sekolah

yang jumlah siswanya sedikit, kebijakan ini terasa kurang adil, dan

tidak mencukupi kebutuhan biaya operasional sekolah. Dengan MBS,

penyelenggaraan pendidikan dapat melakukan inovasi pengalokasian

sumber dana pendidikan, yang tidak hanya tergantung pada hibah

dari pemerintah tetapi dapat juga menghimpun pendanaan lain

bersama masyarakat.

7. Pelayanan Siswa

Pelayanan siswa meliputi siswa baru, pengembangan,

pembinaan, pembimbingan, penempatan untuk melanjutkan sekolah

atau untuk memasuki dunia kerja, hingga sampai pada pengurusan

alumni. Hal ini sudah didesentralisasikan terlebih dahulu sehingga

yang diperlukan saat ini adalah peningkatan intensitas dan

ekstensitasnya. Hal lainnya bergantung kebutuhan dan inovasi

sekolah yang bersangkutan dengan tidak bertentangan pada undang-

undang yang berlaku.

8. Iklim Sekolah yang kondusif.

Pelaksanaan MBS perlu didukung oleh iklim sekolah (fisik

dan nonflsik) yang kondusif: yang merupakan prasyarat bagi

terselenggaranya proses belajar mengajar yang menyenangkan. Iklim

yang demikian akan mendorong terwujudnya proses pembelajaran

yang efektif, yang lebih menekankan pada belajar mengetahui

(learning to know), belajar berkarya (learning to do), belajar menjadi

diri sendiri (learning to be), dan belajar hidup bersama secara

harmonis (learning to live together) (Mulyasa, 2005). Lingkungan

sekolah yang aman dan tertib, kesehatan sekolah, lingkungan yang

aman dari kejahatan, juga aman dari aktifitas tawuran siswa dalah

contoh-contoh iklim sekolah yang dapat menumbuhkan semangat

belajar siswa yang lebih tinggi.

Page 92: MBS KONTEMPORER - Islamic University

TEORI DAN PRAKTIK

(82)

E. MBS Kontemporer Sebagai Gagasan Persiapan a. Masalah Umum Pendidikan Kita

Secara umum manajemen sekolah di Indonesia dapat dikatakan

relatif lebih baik dalam kurun dasawarsa terakhir. Kondisi membaik

ini lebih dimungkinkan karena investasi pendidikan di Indonesia

dengan anggaran belanja pendidikan semakin meningkat. Maka dapat

dikatakan bahwa semakin meningkatnya kualitas lembaga pendidikan

di Indonesia bisa juga disebabkan oleh bantuan peningkatan sarana

dan prasarana pendidikan yang semakin diperhatikan oleh

pemerintah. Akan tetapi, membicarakan kualitas pendidikan tidak

berhenti hanya pada peningkatan sarana dan prasarana. manajemen

lembaga pendidikan tidak pula dibatasi oleh sistem manajemen yang

terintegrasi dengan pemanfaatan tekhnologi mutakhir, namun

peningkatan kualitas lembaga pendidikan yang terutama

diindikasikan dari tatakelola manajemen yang prima, unggul,

humanis, efektif dan efesien yang kesemuanya itu tidak hanya bisa

dimungkinkan oleh sisi finansial akan tetapi yang paling utama

adalah sumberdaya, karena itu kemampuan manajerial pemimpin dan

model manajemen yang berkualitas adalah prasyarat utama untuk

menghasilkan manajemen sekolah unggulan.

Beberapa masalah krusial yang dihadapi oleh sekolah dalam

menjawab kebutuhan masyarakat adalah :

1. Kemudahan dalam hal pelayanan baik dari sisi kemudahan

pembiayaan, akses informasi, maupun akses terhadap

penggunaan fasilitas.

2. Kepastian kualitas lulusan yang berhubungan dengan kulitas

lulusan terhadap besaran biaya

3. Kemananan dan kenyamanan anak didik

4. Akses terhadap kemudahan birokrasi sekolah

Page 93: MBS KONTEMPORER - Islamic University

MBS KONTEMPORER

(83)

Tingginya biaya pendidikan bagi para siswa baik berupa biaya

rutin seperti SPP terlebih sekolah swasta, maupun biaya penunjang

seperti pembelian buku-buku, biaya kegiatan ekstra, dan biaya

penunjang lain adalah keluhan paling besar yang ditemui di tengah

masyarakat.

Tingginya anggaran biaya pendidikan yang dikeluarkan negara

sering tidak diikuti oleh berkurangnya biaya yang dikeluarkan oleh

orang tua berkenaan dengan biaya rutin di sekolah. Banyak yang

menginginkan perlunya sekolah gratis. Ketika para kepala daerah

menggelotorkan program sekolah gratis yang terjadi adalah bahwa

sekolah pada kenyataannya tidak benar-benar gratis. Ada banyak

ongkos lain yang diperlukan yang terkadang tidak berimbang dengan

harapan yang ingin diraih oleh para orang tua. Selain itu banyak hal

yang memang tidak mampu dipenuhi pemerintah secara total

sehingga biaya pendididikan yang tinggi adalah suatu keniscayaan.

Belum lagi layanan sekolah yang cenderung lemah dalam hal

berbagi informasi baik kepada anak didik maupun kepada orang tua,

informasi-informasi berkenaan perkembangan anak didik, dan

kegiatan anak dididk yang tidak termonitor oleh orang tua karena

rata-rata siswa sekarang menghabiskan sebagian besar waktunya di

sekolah sehingga orang tua tidak begitu mengetahui kegiatan-

kegiatan total anak, begitupun pihak sekolah juga tidak mengetahui

secara pasti apakah yang dilakukan anak didik saat sekolah benar-

benar mengikuti proses pendidikan.

Termasuk keluhan lain megenai penggunaan fasilitas sekolah,

sekalipun ada tetapi banyak yang menyulitkan dalam hal akses

birokrasi penggunaan, izin yang berbelit, serta waktu yang tidak

koorperatif dengan kebutuhan siswa.

Masalah yang tidak kalah pentingnya adalah rasa aman dan

rasa nyaman orang tua. Akhir-akhir ini banyak kekerasan yang terjadi

Page 94: MBS KONTEMPORER - Islamic University

TEORI DAN PRAKTIK

(84)

di lembaga pendidikan. Banyak orang tua mengeluh tidak ada

jaminan dan tidak adanya komunikasi yang meyakinkan dari pihak

sekolah mengenai keamanan anak didiik. Sekalipun kemanaan adalah

perlakuan yang relatif, namun banyak orang tua menghendaki adanya

komunikasi intensif terhadap orang tua, bahwa anak dididk akan

baik-baik saja dengan adanya suatu sistem keamanan yang

disampaikan pihak sekolah kepada orang tua.

Bahwa yang terpenting adalah jalur komunikasi dan informasi

dari pihak sekolah cenderung pada banyak sekolah diabaikan.

Sekolah lebih banyak menunjukkan citra kualitas dari sisi prestasi

akaedemik dan kualitas-kuantitas sarana prasarana ketimbang hal-hal

insidentil yang tidak memiliki manfaat besar untuk dianggarkan.

Inilah kelemahan fatal yang sering diabaikan oleh sekolah. Yang

paling jarang ditemukan adalah jaminan kualitas. Sekalipun ini

perkara yang absurd, namun ada orang tua yag menginginkan

pentingnya sekolah memberikan semacam harapan akan jaminan

kualitas lulusan sehingga tamat dari sekolah bersangkutan, anak

dapat mengembangkan ilmu yang didapatnya. Menurut mereka,

jarang sekolah yang bisa memberikan jaminan ini setidaknya

memberikan harapan sekalipun harapan itu hanya retorika.

Banyak orang tua tiba-tiba terkejut manakala mengetahui

anaknya memiliki prestasi tinggi namun gagal dalam UAN, atau

berhasil UAN dengan nilai maksimal namun gagal dalam ujian

masuk perguruan tinggi yang diimpikan. ini menjadi mimpi buruk

bagi para orang tua yang menimbulkan persepsi bahwa sekolah

bukan satu-satunya jaminan bahwa anak akan memiliki pengetahuan

yang lebih baik, atau dengan kata lain orang tua tidak lagi total

menggantungkan harapannya pada sekolah karena kasus-kasus

seperti ini banyak terjadi. Ini tentu akan menjadi preseden buruk di

kemudian hari, belum lagi masalah lain ditemukan, anak didik yang

Page 95: MBS KONTEMPORER - Islamic University

MBS KONTEMPORER

(85)

sangat pendiam dirumah dan tidak menampakkan tabiat buruk tiba-

tiba terdengar ikut tawuran bahkan lebih miris lagi terjebak ke dalam

pergaulan narkoba. Orang tua yang terlanjur mempercayakan

pendidikan kepada sekolah akhirnya berpandangan bahwa sekolah

tidak lagi mereprensentasikan lembaga pendidikan ideal.

b. Mengurai Masalah dan Memberi Solusi

Tidak ada sekolah yang menginginkan anak didiknya gagal,

dan tidak satupun orang tua menginginkan anaknya menjadi generasi

yang lemah. Pihak sekolah dan orang tua memiliki tujuan sama,

harapan sama, dan impian yang sama.

Buruknya pelayanan sekolah mengakibatkan tidak tercapainya

tujuan sekolah sebagai lembaga pendidikan. Manajemen yang tidak

kondusif pada awalnya lebih disebabkan pencapaian kinerja yang

tidak optimal. Kinerja adalah muara dari efektifitas kerja. Semakin

efektif pelaksanaan kerja maka semakin baik pencapaian kinerja. Jika

kineja membaik, tujuan lembaga pendidikan terealisasi maka sekolah

akan menjadi teladan. Menuju sekolah yang ideal tentu diperlukan

manajemen sekolah terpadu. Unggul dalam banyak hal dan minim

dari resiko kegagalan.

Masalah yang terjadi di banyak lembaga pendidikan sudah

dipastikan karena manajemen sekolah tidak sehat. perlu inovasi dan

perbaikan, perlu perubahan disana-sini, penambahan, renovasi dan

penggalian gagasan yang terus menerus, dan inovatif. Beberapa

permasalah yang dapat diurai dari melemahnya manajemen sekolah

antara lain adalah:

1. Tidak ada niat perbaikan dari penyelenggara sekolah untuk

memperbaiki tata kelola dan pelayanan di sekolah sehingga

terus terjadi pengulangan kegagalan

Page 96: MBS KONTEMPORER - Islamic University

TEORI DAN PRAKTIK

(86)

2. Tidak ada usaha evaluasi dari berbagai permasalah yang terjadi

maupun evaluasi program sekolah sehingga sekolah terkesan

tidak berubah dan miskin gagasan

3. Ketidak inovatifan pemimpin sekolah yang sering beraibat pada

tidak harmonisnya manajemen sekolah.

4. Tidak ada usaha untuk menerapkan perbaikan manajemen yang

lebih disebabkan kelemahan sumberdaya, minimnya

pengetahuan untuk itu serta pembiayaan penelitian yang rendah.

Akibat yang paling tampak dari lemahnya manajemen

organisasi sekolah yang terutama adalah :

1. Lemahnya pelayanan sekolah yang diindikasikan dari

banyaknya keluhan masyarakat pengguna sekolah

2. Lemahnya manajemen tidak saja terhadap masyarakat tapi juga

kepada pelaksana sekolah yakni guru-guru, karyawan hingga

anak didik.

3. Sekolah menjadi tidak berkualitas yang ditandai dengan

lemahnya prestasi akademik siswa, prestasi – prestasi kegiatan

siswa, prestasi guru, dan prestasi sekolah secara keseluruhan.

4. Tingginya tingkat ketidaklulusan

5. Meningkatnya angka kenakalan siswa baik di lingkungan

sekolah maupun lingkungan tinggal siswa

6. Lemahnya kualitas lulusan yang ditandai dengan menurunnya

tingkat kemampuan siswa dalam memasuki perguruan tinggi

serta ketidaksiapan siswa mengaplikasikan ilmu yang dimiliki

di tengah masyarakat, dan

7. Tidak adanya respon posistif dari masyarakat terhadap

keberadaan sekolah yang diindikasikan dengan : rendahnya

tingkat dan animo masyarakat untuk menyekolahkan anak di

sekolah bersangkutan, menjadikan sekolah sebagai target akhir

Page 97: MBS KONTEMPORER - Islamic University

MBS KONTEMPORER

(87)

untuk pendidikan, menjadi pembicaraan publik, hingga gelar-

gelar minor di masyarakat. misalnya sekolah A adalah sekolah

kumpulan anak-anak yang lemah daya pikirnya, atau sekolah B

hanya sekolah untuk kalangan atas, atau sekolah C hanya berisi

kumpulan anak-anak nakal.

Pembiaran kondisi sekolah sebagaimana adanya adalah

tindakan kejahatan pendidikan yang tidak dapat dimaafkan.

Penyelenggara sekolah harus melakukan usaha perbaikan melalui

tindakan konstruktif agar martabat sekolah bisa dikembalikan.

Penyelenggara sekolah – yang dalam hal ini adalah ketua yayasan

bagi sekolah swasta, dan pejabat berkompeten di sekolah negeri-

harus melakukan restrukturisasi manajemen dan jika diperlukan

mengganti para pelaksana di lapangan dengan sumberdaya yang

unggul dan lebih memadai.

Manajemen sekolah yang unggul melalui program pengelolaan

MBS adalah suatu model yang bisa diterapkan untuk menghasilkan

suatu perbaikan lembaga pendidikan yang nyaris mati suri dan gagal

tujuan. Perencanaan manajemen dapat dimulai dari komponen

kebijakan paling rendah hingga kebijakan tertinggi, melibatkan

pegawai dari mulai cleaning servsce hingga kepala sekolah sebagai

manajer utama. Manajemen sekolah unggul dengan mode MBS juga

mengarah pada perbaikan sikap, dari peraturan kelas hingga sikap

pengelolaa sekolah di tengah masyarakat. Beberapa langkah yang

mesti dilakukan dalam rangka membuat sekolah memiliki citra

positif di tengah masayarakat karena kualitasnya adalah :

1. Mengevaluasi kelemahan – kelemahan dalam proses

penyelenggaraan sekolah dari unsur pimpinan hingga pegawai

paling rendah.

2. Mengevaluasi metode pengajaran, metode kerja pegawai, tata

kelola layanan ke masyarakat, hingga mengevaluasi kinerja

Page 98: MBS KONTEMPORER - Islamic University

TEORI DAN PRAKTIK

(88)

sekolah secara keseluruhan dan kinerja kepala sekolah sebagai

manajer secara khusus

3. Mengevaluasi kebijakan-kebijakan finansial, kebijakan-

kebijakan mengenai kesiswaan, peraturan-peraturan sekolah,

norma pegawai, dll.

4. Mengadakan penelitian – penelitian penting dalam

menghasilkan tatakelola yang berkualitas dan terpadu

5. Menerapkan dan membangun sistemen manajemen sekolah

unggulan yang sesuai dengan kemampuan dan budaya sekolah.

6. Mengajak komite sekolah, orang tua, para stakeholder untuk

mencari rumusan baru pengembangan sekolah agar lebih maju

dan menjadi sekolah berkualitas.

Langkah-langkah perbaikan ini, yang terutama adalah mencari

kelemahan pengelolaan untuk mencari rumusan perbaikan

pengelolaan. Maka dari itu, perbaikan pengelolaan sekolah dengan

manajemen sekolah unggulan harus melewati tahap-tahap penelitian

terhadap masalah yang terjadi di sekolah bersangkutan. Dalam

penerapan manajemen sekolah unggulan akan berbeda antara satu

sekolah dan sekolah lainnya. Manajemen sekolah unggulan lebih

menerapkan prinsip-prinsip penting dan langkah-langkah yang

diperlukan oleh pihak sekolah untuk mengembangkan model

manajemen sesuai kultur sekolah dan sesuai kemampuan sekolah.

c. Alur Berpikir Perbaikan Manajemen Melalui MBS

Konstruksi berpikir perbaikan manajemen sekolah dapat

dimulai dari mengevaluasi segenap permasalahan yang terjadi,

pendapat internal, isu yang berkembang hingga catatan administrasi

yang dapat diurai sebagai berikut :

1. Memetakan kelemahan manajemen yang dapat dilihat dari

munculnya gejala gejala gagal manajemen sekolah antara lain

seperti; tidak terciptanya koordinasi antara pimpinan dan

Page 99: MBS KONTEMPORER - Islamic University

MBS KONTEMPORER

(89)

bawahan, staf dan staf lainnya, guru dan anak didik, dan antar

lembaga sekolah dengan lembaga vertikal.

2. Memetakan kelemahan administratif seperti tidak tersedianya

pencatatan data base sekolah yang baik dan up to date,

3. Memetakan penyebab kelemahan kualitas lulusan berupa tidak

adanya evaluasi yang terstruktur dalam upaya meningkatkan

kualitas lulusan

4. Memetakan masalah berupa isu yang berkembang di masyarakat

akan keberadaan sekolah yang dianggap tidak menjalankan

manajemen pelayanan yang baik.

5. Mengajak masyarakat secara bersama berpartisipasi dalam

sumbang saran pengembangan sekolah kedepan lewat model

manajemen partisipatif MBS

Beberapa contoh pemetaan masalah diatas dapat dilakukan

pihak sekolah manakala melihat situasi atau gejala mulai buruknya

manajemen sekolah. Selanjutnya, pimpinan atau kepala sekolah dapat

membentuk tim khusus untuk menginventarisir masalah manajemen

pelayanan yang terjadi untuk kemudian membuat langkah-langkah

taktis perbaikan manajemen antara lain :

1. Membentuk tim khusus yang bertugas mengurai persoalan

manajemen pelayanan dan meneliti model pelayanan yang akan

diterapkan.

2. Melakukan perbaikan sumberdaya sementara yang dapat

mengantisipasi tidak meluasnya persoalan manajamen sekolah

yang buruk

3. Melakukan studi perbandingan ke lembaga lembaga yang

dianggap memiliki prestasi manajemen yang baik untuk

diaplikasikan ke sekolah.

4. Membangun komunikasi kepada para pihak terutama komite

sekolah untuk secara bersama membangun model pelayanan

manajemen yang baik dan prima.

Page 100: MBS KONTEMPORER - Islamic University

TEORI DAN PRAKTIK

(90)

5. Menerapkan manajemen sekolah unggulan yang disesuaikan

dengan karakter sekolah dan budaya organisasi.

Pengembangan manajemen sekolah menuju manajemen

sekolah unggulan lewat model MBS bukanlah pekerjaan mudah dan

sekali jadi. Ia akan melewati proses panjang dan bisa saja

menghadapi tantangan baik dari dalam lingkungan maupun luar

lingkungan. Tantangan dari dalam biasanya disebabkan ketidak

siapan staf menerima perubahan atau sulitnya staf utuk bangkit dari

budaya organisasi. Karena itu proses pengembangan manajemen

sekolah harus dilakukan melalui kepala sekolah sebagai manajer

dengan benar-benar penuh kesabaran. Beberapa tahapan yang harus

dilakukan dalam proses pengembangan manajemen sekolah yaitu :

1. Membangun komunikasi partisipatif kepada para pihak termasuk

staf, atasan, dan sesama penyelenggara sekolah, termasuk

masyarakat pengguna (orang tua siswa) komite sekolah, dan atau

dewan sekolah, tokoh masyarakat sekitar sekolah. Komunikasi

para pihak dimaksudkan menjelaskan berbagai rancangan dan

gagasan mengenai perubahan manajemen yang penting dilakukan

dengan mengajukan masterplan manajemen baru, meminta

masukan, mencari dukungan, dan secara bersama mengarahkan

terjadinya usaha untuk menggagas bersama-sama pola manajemen

baru dimaksud. Untuk tahap ini, yang perlu dipersiapkan kepala

sekolah adalah : gambaran umum permasalahan manajemen

penyelenggaraan sekolah, berisi database prestasi sekolah,

kelemahan sekolah, kekuatan dan potensi sekolah, kemampuan

sumberdaya, tantangan ke depan dan hal lain yang mendukung

perlunya penataan ulang manajemen pengelolaan sekolah.

2. Bersama pengelola dan masyarakat (manajemen partisipatif)

intens melakukan diskusi dan pertemuan rutin serta membangun

kesepemahaman sesama untuk mengembangkan manajemen baru

yang diharapkan mampu menunjang produktifitas sekolah. Pada

tahapan ini, kepala sekolah sebagai agen perubahan merespon

segala masukan dan memberi peluang kepada seluruh bawahan

Page 101: MBS KONTEMPORER - Islamic University

MBS KONTEMPORER

(91)

untuk ikut berpartisipasi memberikan gagasan terbaik bagi

kemajuan sekolah.

3. Menganalisis kemampuan sumberdaya pegawai berdasarkan

pendidikan, kemampuan, dan wawasan serta membangitkan

motivasi kerja pegawai lewat program manajemen baru yang lebih

menjanjikan kemajuan bersama.

4. Membina tim dengan pelatihan-pelatihan penting sebagai

prasyarat kesiapan sumberdaya MBS antara lain pelatihan

kemampuan manajerial, kedisiplinan, pelatihan motivasi kerja,

pelatihan tekhnis seperti administrasi tata kelola, hingga pelatihan

yang berhubungan dengan peningkatan kapasitas tim.

5. Setelah tahapan pertama dilalui, penutup dari rangkaian proses

awal ini adalah melaksanakan Evaluasi untuk mencari umpan baik

bagi langkah selanjutnya.

Pengenalan MBS dapat dimulai dari penyelesaian masalah

yang sedang terjadi. Seperti halnya masalah melemahnya manajemen

pengelolaan yang berakibat pada kualitas lulusan, maka manejer atau

kepala sekolah berinisiatif untuk mengembangkan manajemen sekolah

baru yang misalnya bersifat manajemen sekolah unggulan. Proses

pengelolaan manajemen sekolah unggulan ini adalah bagian dari

program MBS dan mekanisme pelaksanaanya dapat ditempuh dalam

model program MBS melalui pelibatan masyarakat dan seluruh

stakeholder sekolah.

Page 102: MBS KONTEMPORER - Islamic University

TEORI DAN PRAKTIK

(92)

Konstruksi Berpikir

Perbaikan Manajemen Sekolah

Memetakan kelemahan

Manajemen sekolah secara umum

Memetakan kelemahan

administratif pelayanan sekolah

Memetakan penyebab kelemahan

kualitas lulusan

Memetakan isu yg berkembang

akan keberadaan sekolah

Pengumpulan saran masukan dari seluruh

stakeholder sekolah lewat manajemen

partisipatif MBS

Page 103: MBS KONTEMPORER - Islamic University

MBS KONTEMPORER

(93)

Proses Pengembangan Tatakelola Sekolah Melalui MBS

Membangun komunikasi kepada para pihak termasuk staf, atasan, dan sesama penyelenggara sekolah dan termasuk masyarakat dan stakeholder sekolah lainnya

Melakukan diskusi dan pertemuan rutin serta membangun kesepemahaman sesama untuk mengembangkan manajemen baru yang diharapkan mampu menunjang produktifitas sekolah dengan model MBS

Menganalisis kemampuan sumberdaya pegawai berdasarkan pendidikan, kemampuan, dan wawasan, sumberdaya sarana-prasarana, dan sumberdaya masyarakat sebagai bagian integral pengelola sekolah

Membina tim dengan pelatihan-pelatihan penting sebagai prasyarat kesiapan sumberdaya

Evaluasi dan Monitoring

Page 104: MBS KONTEMPORER - Islamic University

TEORI DAN PRAKTIK

(94)

d. Masterplan MBS Kontemporer

Masterplan MBS kontemporer adalah sebuah usaha

pengembangan model MBS sesuai dengan kondisi terkini. Usaha

pengembangan model ini meliputi : (1) Potensi dan kemampuan

sekolah, (2) Lingkungan budaya masyarakat setempat., (3). Kekuatan

sumberdaya pengelola sekolah.

Pengembangan model MBS kontemporer diarahkan pada

percepatan sumberdaya pengelola untuk lebih mampu : (1)

beradaptasi dengan perubahan khususnya perkembangan iptek

terkini, (2) beradaptasi dengan kondisi masyarakat, (3) peningkatan

kompetensi pengelola dalam menggunakan model MBS (4)

penguatan dan pemahaman nilai-nilai filosofis yang terkandung

dalam paradigma baru MBS yang digagas.

Ruanglingkup pengembangan model meliputi (1) peningkatan

proses belajar seperti muatan local, bahan dan materi belajar,

instrument baru di bidang tekhnologi seperti penggunaaan metode

elearning (2) manajemen partisipatif dalam pengelolaan yang

meliputi pelaksanaan program, anggaran dan pengawasan (3)

peningkatan kemampuan dalam penguasaan tekhnologi bagi

pengelola (4) peningkatan pemahaman pengelola terhadap nilai-nilai

yang berkembang di masyarakat (local content, tentang apa-apa

pengetahuan yang berkembang dan dibutuhkan).

Sasaran Program meliputi (1) Kepala sekolah sebagai manager

(2) Guru sebagai organ utama proses belajar mangajer (3) staf dan

karyawan sebagai organ tatakelola (4) siswa sebagai subjek dan objek

(5) masyarakat sekitar sekolah sebagai partisipan pengembang

sekolah, dan (6) para pemangku kepentingan.

MBS kontemporer lebih mencirikan sebuah manajemen

pengelolaan yang memadukan keramahan budaya local dan

kecepatan tekhnologi. Budaya local meliputi nilai nilai lingkungan

Page 105: MBS KONTEMPORER - Islamic University

MBS KONTEMPORER

(95)

masyarkaat setempat, kultur sekolah, dan potensi sumberdaya

pengelola yang secara langsung berhadapan dengan kemajuan ilmu

pengetahuan dan tekhnologi.

Sebagai langkah awal berikut disamaikan kerangka berpikir

manajemen kontemporer dalam usaha terciptanya pencapaian hasil

pendidikan berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.

Bagan Alur KERANGKA BERPIKIR MBS KONTEMPORER

Page 106: MBS KONTEMPORER - Islamic University

TEORI DAN PRAKTIK

(96)

Page 107: MBS KONTEMPORER - Islamic University

MBS KONTEMPORER

(97)

ALUR MANAJEMEN PARTISIPATIF

1. MENEMU-KENALI MASALAH,

MENDISKUSIKAN DAN MENCARI SOLUSI

PENYELESAIAN

2. MEBANGUN INISIASI PROGRAM SECARA

BERSAMA, MENERIMA SARAN, MENGELOLA

ASPIRASI, DAN MENDELEGASIKAN

WEWENANG TUGAS SERTA

TANGGUNGJAWAB

3. MENGADAKAN PENGAWASAN, MENGELOLA

TEMUAN DAN MEMBICARAKAN TEMUAN

KEPADA ANGGOTA LAINNYA

4. MENGAJUKAN USUL-SARAN INOVATIF,

MEMBERIKAN PENEKANAN PADA

TANTANGAN DAN HAMBATAN DAN

MERESPON KESEPAHAMAN AGAR

GAGASAN DITERIMA SECARA BERSAMA

Page 108: MBS KONTEMPORER - Islamic University

TEORI DAN PRAKTIK

(98)

Page 109: MBS KONTEMPORER - Islamic University

MBS KONTEMPORER

(99)

BAGIAN KEEMPAT PENGELOLA SEKOLAH SEBAGAI

PELAKU UTAMA PROGRAM MBS

A. Kepala Sekolah; Fungsi dan Peran dalam MBS

1. Kepemimpinan di Lembaga Pendidikan

Pemimpin adalah seseorang yang memiliki kemampuan

memimpin artinya memiliki kemampuan untuk mempengaruhi

perilaku orang lain atau kelompok, tanpa mengindahkan bentuk

alasannya.38

Sedangkan pengertian kepemimpinan adalah keseluruhan

aktivitas dalam rangka mempengaruhi orang- orang agar mau bekerja

sama untuk mencapai suatu tujuan yang memang diinginkan

bersama.39

Ada banyak model kepemimpinan telah diungkapkan para ahli,

dari kepemimpinan kharismatik hingga model kepemimpinan

transformasional. Organisasi yang dinamis seringkali mengehendaki

kepemimpinan demokratis sedangkan pada kepemimpinan sosial

38

Miftah Thoha, 1983, Perilaku Organisasi, Jakarta : Rajawali, Hlm. 255. 39

Ralph M. Stogdill, 1974, Handbook Of Leadership, (New York : The Free Press),

Hlm. 15.

Page 110: MBS KONTEMPORER - Islamic University

TEORI DAN PRAKTIK

(100)

masyarakat lebih pada kepemimpinan kharismatik. Pendekatan

kepemimpinan pada pembahasan kali ini akan diarahkan pentingnya

membangun kepemimpinan yang ideal.

Mukhtar (2017) mengungkapan bahwa kepemimpinan

memiliki peranan sangat penting dalam meningkatkan kinerja bagi

pegawai agar dapat memberikan hasil kerja yang maksimal.

Kepemimpinan memiliki pengaruh terhadap kinerja pegawai. 40

.

Jika kepemimpinan memiliki pengaruh besar terhadap kinerja

pegawai, dengan demikian ketercapaian tujuan pendidikan sangat

bergantung pada kecakapan dan kebijaksanaan kepala sekolah sebagai

pimpinan. Kepala sekolah merupakan pejabat profesional yang ada

dalam organisasi sekolah dan bekerjasama dengan guru-guru, staf dan

pegawai lainnya dalam mendidik peserta didik untuk mencapai tujuan

pendidikan. Kepala sekolah yang profesional akan mengetahui

kebutuhan dunia pendidikan serta kebutuhan sekolah secara spesifik,

dengan demikian ia akan melakukan penyesuaian agar pendidikan dan

sekolah mampu untuk berkembang dan maju, sesuai dengan

kebutuhan dan perkembangan zaman.41

Mengingat pentingnya peran kepala sekolah yang akan

berhubungan dengan pencapaian tujuan penyelenggaraan pendidikan

di sekolah, maka pengetahuan ilmu kepemimpinan menjadi mutlak

harus dikuasai seorang kepala sekolah yang menjadi nahkoda dalam

menjalankan organisasi lembaga pendidikan yang dijalankannya.

Pengetahuan tentang kepemimpinan telah banyak diteliti oleh

para ahli. Kepemimpinan dalam sebuah organisasi diharapkan bisa

membuat individu dalam organisasi bisa berperilaku sesuai dengan

prilaku yang diinginkan pemimpin organisasi. Maka, seorang

40

Mukhtar, dkk Memaksimalkan Kinerja Sekolah, KSP- Jambi, 2017 Halman 7 41

Donni Juni Priansa dan Rismi Somad, Manajemen Supervisi & Kepemimpinan Kepala

Sekolah (Bandung: Alfabeta. 2014), hal. 49.

Page 111: MBS KONTEMPORER - Islamic University

MBS KONTEMPORER

(101)

pemimpin haruslah bisa memahami perilaku individu-individu di

dalam organisasi yang dipimpinnya untuk bisa bekerja sama, maka

peran pemimpin menjadi sangat penting dalam keberhasilan

organisasi yang dipimpinnya dalam hal arahan, supportif, partisipatif

dan orientasi prestasi untuk kepuasan kerja, komitmen organisasi dan

kinerja bawahan.

Dalam suatu organisasi, bawahan bekerja tergantung pada

pimpinan. Bila pimpinan tidak memiliki kemampuan memimpin,

maka tugas-tugas yang sangat kompleks tidak dapat dikerjakan

dengan baik. Di lingkungan pendidikan khususnya sekolah, sangat

dibutuhkan kepemimpinan yang mampu menyerap aspirasi bawahan.

Model ini dikenal sebagai kepemimpinan demokratis.

Gaya kepemimpinan yang demokratis akan terlihat dari

partisipasi pemimpin dalam mendorong bawahannya dalam

melaksanakan suatu pekerjaan. Kurangnya komunikasi pimpinan

dengan bawahan dalam memecahkan masalah menunjukkan tidak

ditemukannya ciri kepemimpinan demokratis. Ditemukan pula kepala

sekolah yang kurang memberikan kesempatan kepada bawahan dalam

hal mengemukakan pendapat untuk kemajuan sekolah, kurang bisa

menghargai ide yang diberikan oleh bawahan pada saat rapat adalah

ciri lain tidak dijalankannya kepemimpinan demokratis.

Kepemimpinan kepala sekolah yang efektif adalah

kepemimpinan yang mampu memberdayakan seluruh potensi yang

ada di sekolah dengan optimal, sehingga pegawai dapat ikut merasa

ikut terlibat dalam pencapaian tujuan dan sasaran yang telah

ditetapkan oleh sekolah.42

Kepala sekolah sebagai seorang pemimpin memiliki peranan

penting dalam melaksanakan visi pendidikan. Dalam hal ini, kepala

42

Mukhtar, dkk Memaksimalkan kinerja Sekolah

Page 112: MBS KONTEMPORER - Islamic University

TEORI DAN PRAKTIK

(102)

sekolah memiliki pengaruh signifikan terhadap kualitas praktik

pengajaran dan pencapaian belajar peserta didik di sekolah. Kepala

sekolah melaksanakan fungsi kepemimpinan yang melibatkan

pendidik dan tenaga kependidikan lainnya, dalam rangka memetakan

arah pendidikan sekolah di masa yang akan datang, mengembangkan

pencapaian kualitas sekolah yang diharapkan, memelihara fokus

perhatian terhadap proses pengajaran dan pembelajaran yang efektif,

serta membangun lingkungan belajar yang kondusif untuk

menghasilkan peserta didik yang unggul.43

.

Selanjutnya dijelaskan bahwa salah satu tantangan yang

dihadapi bagi seorang kepala sekolah adalah bagaimana ia dapat

mengarahkan dan menggerakkan para bawahannya agar mau bekerja

sesuai dengan kemampuannya untuk kepentingan sekolah atau

organisasi. Salah satu yang perlu dilakukan adalah memotivasi

bawahan untuk dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya

sebagai seorang pegawai yang baik. Memotivasi bawahan merupakan

kerja penting seorang kepala sekolah yang dapat dimulai dengan

banyak metode yang intinya bertujuan untuk menggali informasi

sebanyak-banyaknya tentang karakter bawahan.

Gaya Kepemimpinan

Lias Hasibuan mengungkapkan, salah satu hal yang harus

dimiliki oleh seorang pimpinan adalah melakukan inovasi terhadap

lembaganya, yakni sebuah upaya melakukan terobosan-terobosan

baru yang positif yang menjadikan lembaganya lebih baik dan lebih

maju. Inovasi dapat diartikan sebagai suatu proses di mana suatu

objek atau praktik baru dimunculkan ke permukaan dan diadopsi oleh

individu atau kelompok. Proses ini berawal dari adanya temuan

43

Donni Juni Priansa dan Rismi Somad, Op. Cit., hal. 184.

Page 113: MBS KONTEMPORER - Islamic University

MBS KONTEMPORER

(103)

(invention)diikuti oleh proses pengembangan (development), dan

proses adopsi (adoption)dan pelembagaan (institutionalization).44

Kepemimpinan tidak sekedar memberi perintah. Merespon

gejala agar bawahan mengambil tindakan adalah efek yang

dihasilkan dari model kepemimpinan transformasional. Rahmi

menjelaskan bahwa kepemimpinan transformasional adalah sebuah

proses di mana pemimpin mengambil tindakan-tindakan untuk

meningkatkan kesadaran rekan kerja mereka tentang apa yang benar

dan apa yang penting, dan untuk meningkatkan kematangan motivasi

rekan kerja mereka serta mendorong mereka untuk melampaui minat

pribadi mereka demi mencapai kemaslahatan kelompok, organisasi,

atau masyarakat.45

Kepemimpinan di lembaga pendidikan pada rinsipnya adalah

bagaimana menciptakan tatanan pelayanan yang efektif, sinergis dan

tangguh. Rahmi (2004) dalam Menjadi Pemimpin Inovatif

selanjutnya mengatakan bahwa dalam organisasi pendidikan terdapat

tujuh prinsip utama yang dimiliki oleh pemimpin transformasional

sebagai pola dasar untuk menciptakan tatanan sinergis dalam

organisasi, antara lain:

Simplikasi. Keberhasilan dari kepemimpinan pendidikan diawali

dengan sebuah visi yang akan menjadi cermin dan tujuan pendidikan.

Kemampuan serta keterampilan dalam mengungkapkan visi secara

jelas, praktis dan tentu saja transformasional yang dapat menjawab

―kemana kita akan melangkah?‖ menjadi hal yang penting untuk

diimplementasikan.

44

Lias Hasibuan, Kurikulum & Pemikiran Pendidikan (Jakarta: Gaung Persada Press,

2010), hal. 64. 45

Sri Rahmi, Kepemimpinan Transformasional dan Budaya Organisasi: Ilustrasi di

Bidang Pendidikan (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2014), hal. 60.

Page 114: MBS KONTEMPORER - Islamic University

TEORI DAN PRAKTIK

(104)

Motivasi. Kemampuan untuk mendapatkan komitmen dari setiap

anggota organisasi pendidikan yang terlibat tehadap visi yang sudah

dijelaskan adalah hal kedua yang perlu dilakukan. Pada saat

pemimpin transformasional dapat menciptakan suatu sinergis di

dalam organisasi pendidikan, berarti seharusnya pemimpin

transformasional dapat pula mengoptimalkan, memotivasi dan

memberi energi kepada setiap pengikutnya.

Fasilitas. Dalam pengertian kemampuan untuk secara efektif

mefasilitasi ―pembelajaran‖ yang terjadi di dalam organisasi

pendidikan secara kelembagaan, kelompok, ataupun individual. Hal

ini akan berdampak pada semakin bertambahnya modal intelektual

dari setiap anggota organisasi yang terlibat di dalamnya.

Inovasi. Yaitu kemampuan untuk secara berani dan bertanggung

jawab melakukan suatu perubahan bilamana diperlukan dan menjadi

suatu tuntutan dengan perubahan yang terjadi.

Mobilitas. Yaitu pengerahan semua sumber daya yang ada untuk

melengkapi dan memperkuat setiap anggota organisasi yang terlibat

di dalamnya dalam mencapai visi dan tujuan ,dan

Siap siaga serta Tekad. Yaitu tekad bulat untuk terus sampai pada

akhir, tekad bulat untuk menyelesaikan sesuatu dengan baik dan

tuntas.46

Seorang kepala sekolah merupakan pimpinan dari lembaga

yang dipimpinnya. Ia tidak hanya menjadi tempat bersandar pada

bawahan dan menjadi arus utama ide gagasan organisasi, namun

seorang pemimpin adalah sumber pertama dalam menjalankan visi

misi lembaga, sebagai sumber dari berbagai instruksi dan alamat

terakhie pemecahan masalah seluruh bawahan.

Banyak model kepemimpinan yang bisa diterapkan. Namun

model kepemimpinan yang paling ideal dalam konstek kekinian

46

Muspawi, dkk, Menjadi Pemimpin Inovatif., KSP-Jambi 2017 hal. 61.

Page 115: MBS KONTEMPORER - Islamic University

MBS KONTEMPORER

(105)

terlebih di dunia pendidikan adalah model kepemimpinan

transformasional karena model kepemimpinan ini lebih bersifat

demokratis dan aspiratif. (2017) Musypawi menjelaskan bahwa yang

dimaksud dengan kepemimpinan transformasional ialah kesanggupan

seorang pemimpin dalam mengenali setiap perubahan lingkungan

kemudian menggerakkan bawahan agar dapat beradaptasi dengan

berbagai perubahan serta pembaharuan untuk mencapai tujuan

organisasi.47

Mengenal Kemampuan Kepemimpinam

Proses menemukenali diri berikut gaya kepemimpinan dari

seorang Kepala Sekolah perlu dilakukan sebagai bahan awal untuk

membangun konstruksi manajemen yang baru. Bagaimana mungkin

seorang kepala sekolah mampu membaca karakter bawahan dan

lingkungan organisasi tanpa terlebih dulu ia mengenal karakternya

dalam hal gaya kepemimpinan.

Setelah mampu menemukenali karakter kepemimpinan,

seorang kepala sekolah melakukan evaluasi dan membuat

perencanaan setelah mengetahui potensi kepemimpinannya (plus

minus) dan potensi bawahannya. Selanjutnya diadakan pemetaan

untuk membangun manajemen birokrasi yang baik. Tahap

membangun sistem birokrasi sekolah merupakan tahapan terpenting

dalam proses awal dalam membangun manajemen berbasis sekolah.

Tahapan ini antar lain meliputi :Membangun sistem administrasi

yang ringkas, efektif dan efesien.

1. Menciptakan jalur koordinasi antar staf, sesama staf, dan atasan

2. Membuat distribusi kerja yang berimbang, sesuai dan berdasarkan

kapasitas bawahan

3. Membangun kritik dan saran secara terbuka

47

Ibid

Page 116: MBS KONTEMPORER - Islamic University

TEORI DAN PRAKTIK

(106)

4. Implementasi ke bidang manajemen lainnya.

Selanjutnya kepala sekolah dapat mematangkan konstruksi

manajemen dengan langkah sebagai berikut :

1. Mengadakan rapat dan pertemuan kepada seluruh staf dan majlis

guru tentang perbaikan manajemen sekolah.

2. Memotivasi staf dan para guru untuk memberikan ide

pengembangan terhadap sekolah. Teori manajemen menurut

Sondang P Siagian menekankan pentingnya partisipasi para

karyawan dalam berbagai proses pengambilan keputusan terutama

yang menyangkut nasib, karier dan pekerjaan mereka. Selanjutnya

Sondang menambahkan apabila para karyawan diikut sertakan

untuk membahas, menganalisis dan menyampaikan ide mereka

tentang perubahan yang akan terjadi, dampak positifnya antara

lain : (a) Timbulnya perasaan bahwa manajemen tidak

mendiktekan keinginannya saja (b) Mereka dapat mempersiapkan

diri menghadapi situasi dan tugas baru (c) mereka bersedia

membuat komitmen baru (d) Mengurangi ketakutan terhadap

ketidakpastian (e) Pada akhirnya berakibat pada peningkatan

produktivitas kerja individu, kelompok dan organisasi secara

keseluruhan 48

3. Membangun persepsi dan paradigma baru bahwa sekolah

merupakan milik bersama yang menjadi tanggung jawab bersama.

Paradigma milik bersama diyakini akan mampu menumbuhkan

semangat juang staf.

4. Membangun komunikasi kepada komite sekolah dan para pihak

mengenai saran dan masukan pengembangan sekolah.

5. Membentuk tim khusus bersama kepala sekoloah untuk

merancang pola sistem manajemen terpadu antar kebutuhan

48

Sondang P Siagian Manajemen Sumber daya Manusia, Bumi Aksara 2002 -314

Page 117: MBS KONTEMPORER - Islamic University

MBS KONTEMPORER

(107)

sekolah, kebutuhan pengelola, masyarakat pengguna, guru, anak

didik dan merancangnya dalam suatu format manajemen baru

berupa manajemen sekolah unggulan.

Urgensi lain kepala sekolah agar terus mengasah kemampuan

kepemimpinannya karena kepala sekolah dituntut mampu membuat

peraturan penting dalam tata kerja manajemen yang dibangunnya

yang paling sederhana adalah prosedur kerja. Sondang P Siagian

(2002) dalam Manajemen Sumberdaya merumuskan bahwa prosedur

kerja akan mengatur berbagai hal yaitu : Pola pengambilan

keputusan, Pola koordinasi, Pola pendelegasian wewenang, Jalur dan

saluran pertanggungjawaban, Pola hubungan kerja, Baik vertikal

maupun horizontal, Pola, format, frekuensi dan alamat laporan,

Mekanisme pemecahan masalah, Langkah yang harus ditempuh

dalam penyelesaian tugas, Interkasi dengan pihak eksternal, Dan hal

lain yang dianggap perlu49

2. Peran Kepala Sekolah dalam Implementasi Manajamen

Berbasis Sekolah

Peran kepala sekolah menurut Mulyasa dalam buku Menjadi

Kepala Sekolah Profesional (2007) menyatakan setidaknya ada tujuh

peran kepala sekolah, yaitu kepala sekolah sebagai edukator

(pendidik), sebagai manajer, sebagai administrator, sebagai

supervisor, sebagai leader, sebagai innovator, dan kepala sekolah

sebagai motivator.

Peran kepala sekolah sebagai manajer merupakan skema

pengelolaan awal yang harus diperlihatkan kepala sekolah. Ini bisa

terlihat dari kemampuan kepala sekolah dalam memberdayakan

potensi SDM yang dimiliki sekolah. Untuk memperkuat kemampuan

sebagai manajer MBS, beberapa hal-hal yang bisa dikembangkan

49

Ibid Hal. 11

Page 118: MBS KONTEMPORER - Islamic University

TEORI DAN PRAKTIK

(108)

kepala sekolah antara lain: (1) Memberdayaan seluruh siswa dan

orangtua siwa, guru, karyawan dan seluruh komponen masyarakat

disekitar lingkungan sekolah. (2) Melakukan komunikasi secara

intensif dengan komite sekolah (3) Kepala sekolah memberikan

pelatihan peningkatan kapasitas guru dalam penguasaan IT (4)

Mengikutsertakan guru, karyawan dan pengelola sekolah lainnya

dalam kegiatan seminar dan workshop untuk memperkuat kapasitas,

dan (6) Menjalanakan prinsip keterbukaan pengelolaan anggaran

sekolah.

Sebagai leader kepala sekolah harus memiliki jiwa pemimpin

sejati. Dalam pengelolaan manejemen partisipatif, peran leaer

menjadi kunci keberhasilan. Dalam tahap ini, kepala sekolah

berusaha bagaimana menimbulkan atau membangkitkan kesadaran

pengelola MBS (Sekolah dan Komite Sekolah) secara bersama dalam

penyusunan visi, misi, dan tujuan sekolah. Kepala sekolah

membentuk struktur sekolah berdasarkan potensi SDM yang dimiliki

oleh sekolah secara keseluruhan. Pada bagian ini kemampuan

kepemimpinan sekolah dibuktikan dalam kemampuannya

menganalisa potensi SDM. Pada intinya, bagaimana kepala sekolah

bisa membangkitkan kesadaran pengelola lain untuk menghasilkan

keputusan-keputusan penting membutuhkan kecapan khusus dan

peran kepala sekolah sebagai leader.

Peran kepala sekolah sebagai edukator sangat penting dalam

meningkatkan kualitas akademik bagi guru dan peserta didik. Seperti

yang dijelaskan oleh Mulyasa (2011)50

selanjutnya bahwa sebagai

edukator, kepala sekolah harus menjalankan peran sebagai berikut.

Pertama; mengikutsertakan guru-guru dalam penataran-penataran

untuk menambah wawasan para guru. Kepala sekolah juga harus

50

Mulyasa. 2011. Manajemen Berbasis Sekolah, Konsep, strategi dan. Implementasi.

Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Page 119: MBS KONTEMPORER - Islamic University

MBS KONTEMPORER

(109)

memberikan kesempatan kepada guru-guru untuk meningkatkan

pengetahuan dan ketrampilannya dengan belajar ke jenjang yang

lebih tinggi. Kedua; kepala sekolah harus berusaha menggerakkan

tim evaluasi hasil belajar peserta didik untuk lebih giat bekerja,

kemudian hasilnya diumumkan secara terbuka dan diperlihatkan di

papan pengumuman. Ketiga; menggunakan waktu belajar secara

efektif di sekolah, dengan cara mendorong para guru untuk memulai

dan mengakhiri pembelajaran sesuai waktu yang telah ditentukan,

serta memanfaatkannya secara efektif dan efisien untuk kepentingan

pembelajaran.

Peran kepala sekolah sebagai administrator menurut Soetopo

(2009:89)51

, lebih detail dijelaskan sebagai berikut. Sebagai

manajer/administrator, kepala sekolah bertugas melaksanakan

fungsi-fungsi administrasi pendidikan di sekolah yang meliputi

pengelolaan yang bersifat administratif dan operatif. Sedangkan

sebagai pemimpin pendidikan, peran kepala sekolah bertugas untuk

mendinamisasikan proses pengelolaan pendidikan baik secara

administratif (pengarahan seluruh warga sekolah untuk mencapai

tujuan sekolah) maupun edukatif (pengaraham atau pembinaan tugas

pengajaran serta semangat guru untuk mencapai kinerja yang lebih

baik).

Peran kepala sekolah sebagai innovator juga berperan penting

dalam mengadakan pembaharuan demi kemjuan sekolah yang ia

pimpin. Mulyasa (2011:119)52

menjelaskan kepala sekolah sebagai

innovator yaitu ―harus mampu mencari, menemukan, dan

melaksanakan berbagai pembaharuan‖. Dalam rangka mewujudkan

peran dan fungsinya sebagai innovator, kepala sekolah harus

51

Soetopo, H. 2009. Manajemen Berbasis Seklah & Kurikulum Berbasis Kompetensi:

Bunga Rampai Pokok Pikiran Pembaharuan Pendidikan di Indonesia. Malang: FIP UM. 52

Mulyasa. 2011. Manajemen Berbasis Sekolah, Konsep, Strategi dan. Implementasi.

Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Page 120: MBS KONTEMPORER - Islamic University

TEORI DAN PRAKTIK

(110)

memiliki strategi yang tepat untuk menjalin hubungan yang harmonis

dengan lingkungan, mencari gagasan baru, mengintegrasikan setiap

kegiatan, memberikan teladan kepada seluruh tenaga kependidikan di

sekolah, dan mengembangkan model-model pembelajaran.

Menurut Pidarta (1998) dalam Mulyasa, (2002)53

mengemukakan tiga macam keterampilan yang harus dimiliki oleh

kepala sekolah untuk menyukseskan kepemimpinannya. Ketiga

keterampilan tersebut adalah keterampilan konseptual, yaitu

keterampilan untuk memahami dan mengoperasikan organisasi;

keterampilan manusiawi yaitu keterampilan untuk bekerjasama,

memotivasi dan memimpin; serta keterampilan teknik ialah

keterampilan dalam menggunakan pengetahuan, metode, teknik, serta

pelengkapan untuk menyelesaikan tugas tertentu.

Lebih lanjut dikemukakannya bahwa untuk memiliki

kemampuan, terutama keterampilan konsep, para kepala sekolah

diharapkan melalui kegiatan-kegiatan berikut: (1) Senantiasa belajar

dari pekerjaan sehari-hari terutama dari cara kerja para guru dan

pegawai sekolah lainnya; (2) Melakukan observasi kegiatan

manajemen secara terencana; (3) Membaca berbagai hal yang

berkaitan dengan kegiatan-kegiatan yang sedang dilaksanakan; (4)

Memanfaatkan hasil penelitian orang lain; (5) Berpikir untuk masa

yang akan datangi dan (6) Merumuskan ide-ide yang dapat diuji

cobakan. Selain itu, kepala sekolah harus dapat menerapkan gaya

kepemimpinan yang efektif sesuai dengan situasi dan kebutuhan serta

motivasi para guru dan pekerja lain.54

53 Mulyasa, E, 2002, Manajemen Berbasis Sekolah, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Hal 126 54 Kepemimpinan dalam manajemen berbasis sekolah, Ridho FKIP diakes 16 April 2016 jam

19.00 wib.

Page 121: MBS KONTEMPORER - Islamic University

MBS KONTEMPORER

(111)

B. Optimalisasi Fungsi Guru dan Kayawan

Dalam mengimplementasikan MBS secara efektif dan efisien,

guru juga harus berkreasi dalam meningkatkan manajemen kelas.

Guru adalah teladan dan panutan langsung para peserta didik di kelas.

Oleh karena itu, guru perlu siap dengan segala kewajiban, baik

manajemen maupun persiapan isi materi pengajaran.

Pedagogi reflektif menunjuk tanggungjawab pokok

pembentukan moral maupun intelektual dalam sekolah terletak pada

para guru. Karena dengan dan melalui peran para guru hubungan

personal autentik untuk penanaman nilai-nilai bagi para siswa

berlangsung (Paul Suparno, dkk, 2002:61-62).55

Untuk itu guru yang

profesional dalam kerangka pengembangan MBS perlu memiliki

kompetensi antara lain kompetensi kepribadian (integritas, moral,

etika dan etos kerja), kompetensi akademik (sertifikasi kependidikan,

menguasai bidang tugasnya) dan kompetensi kinerja (terampil dalam

pengelolaan pembelajaran).

Peran guru dalam MBS menurut Cheng (1996) Dalam Nur

Kholis (2003)56

adalah sebagai rekan kerja, pengambil keputusan dan

pengimplementasi program pengajaran. Mereka bekerja bersama-

sama dengan komitmren bersama dan berpartisipasi dalam

pengambilan keputusan untuk mempromosikan pengajaran efektif

dan mengembangkan sekolah mereka dengan antusiame.

Dalam MBS, Guru dan Karyawan harus direspon untuk

menuangkan ide atau gagasan pengembangan. Justru, guru

sebenarnya yang paling memahami kebutuhan, kelemahan, potensi-

potensi siswa maupun kebutuhan sarana prasarana yang dirasa

55

Paul Suparno, Dkk. Reformasi Pendidikan, Cet-9 Kanisius Yogyakarta , 2002 56

Nurkolis, Manajemen Berbasis Sekolah, Teori, Model dan Aplikasi, Grasindo Jakarta,

2003

Page 122: MBS KONTEMPORER - Islamic University

TEORI DAN PRAKTIK

(112)

kurang. Respon guru dalam menjalankan MBS akan memunculkan

banyak sekali inisiasi program yang diperlukan.

C. Peran Komite Sekolah

Komite sekolah dibentuk berdasarkan musyawarah yang dari

berbagai pihak yang berkepentingan dengan pendidikan pada tingkat

sekolah (Pemangku Kepentingan). Mereka bertanggung jawab dan

ikut serta membantu peningkatan kualitas pendidikan di sekolah.

Komite sekolah terdiri atas unsur : orang tua siswa, wakil tokoh

masyarakat, tokoh agama setempat, budayawan, pemuka adat, pakar

pendidikan, wakil organisasi masyarakat, pers, perwakilan guru –

guru, dan kepala sekolah. Komite Sekolah merupakan suatu lembaga

mandiri yang berperan dalam peningkatan mutu pelayanan dengan

memberikan pertimbangan, arah, dan dukungan tenaga, sarana, dan

prasarana serta pengawasan pada sekolah. Badan ini bersifat mandiri,

tidak mempunyai hubungan hierarkis dengan lembaga pemerintahan.

Komite Sekolah Dibentuk berdasarkan Keputusan Menteri

Pendidikan Nasional (Kemendiknas) No. 014/ U/ 2002 Tanggal 2

April 2002. Komite Sekolah memiliki kedudukan yang kuat karena

diundangkan dalam dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional (UU SPN No. 20/2003). Pasal 56 ayat 3 UU

SPN No. 20/2003 menyatakan: Komite Sekolah adalah lembaga

mandiri dibentuk dan berperan dalam peningkatan mutu pelayanan

dengan memberikan pertimbangan, arahan, dan dukungan tenaga,

sarana dan prasarana, serta pengawasan pendidikan pada tingkat

satuan pendidikan.

Tujuan Komite Sekolah

Dalam Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No 44/U/2002

tentang Komite Sekolah, disebutkan tujuan Komite ini yaitu :

Page 123: MBS KONTEMPORER - Islamic University

MBS KONTEMPORER

(113)

1. Mewadahi dan menyalurkan aspirasi dan prakarsa masyarakat

dalam melahirkan kebijakan operasional dan program pendidikan

di satuan pendidikan;

2. Meningkatkan tanggung jawab dan peranserta masyarakat dalam

penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan;

3. Menciptakan suasana dan kondisi transparan, akuntabel, dan

demokratis dalam penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan

yang bermutu di satuan pendidikan

Peran Komite Sekolah

1. Pemberi pertimbangan (advisory a gency) dalam penentuan dan

pelaksanaan kebijakan pendidikan di satuan pendidikan;

2. Pendukung (supporting agency), baik yang berwujud financial,

pemikiran maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan di

satuan pendidikan;

3. Pengontrol (controlling agency) dalam rangka transparansi dan

akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di satuan

pendidikan;

4. Mediator antara pemerintah (eksekutif) dengan masyarakat di

satuan pendidikan.

Fungsi Komite Sekolah

1. Mendorong perhatian dan komitmen masyarakat terhadap

penyelenggaraan pendidikan yang bermutu.

2. Melakukan kerja sama dengan masyarakat

(perorangan/organisasi/dunia usaha) dan pemerintah berkenaan

dengan penyelenggaraan pendidikan yang bermutu.

3. Menampung dan menganalisis aspirasi, ide, tuntutan dan berbagai

kebutuhan pendidikan yang diajukan oleh masyarakat.

4. Memberikan masukan, pertimbangan dan rekomendasi kepada

satuan pendidikan mengenai: a). kebijakan dan program

Page 124: MBS KONTEMPORER - Islamic University

TEORI DAN PRAKTIK

(114)

pendidikan; b). rencana anggaran pendidikan dan belanja sekolah

c). Kriteria kinerja satuan pendidikan; d). kriteria tenaga

kependidikan; e). hal-hal lain yang terkait dengan pendidikan

5. Mendorong orang tua dan masyarakat berpartisipasi dalam

pendidikan guna mendukung peningkatan mutu dan pemerataan

pendidikan.

6. Menggalang dana masyarakat dalam rangka pembiayaan

penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan.

7. Melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan,

program, penyelenggaraan, dan keluaran pendidikan di satuan

pendidikan.

Pemberdayaan Komite Sekolah dapat diwujudkan antar lain

dengna pelibatan komite dalam penyusunan rencana dan program

sekolah, RAPBS, pelaksanaan program pendidikan dan

penyelenggaraan akuntabilitas pendidikan. Komite sekolah dapat

melaksanakan fungsinya sebagai partner mitra sekolah dalam

mengadakan sumber-sumber daya pendidikan dalam rangka

melaksanakan pengelolaan pendidikan yang dapat mewujudkan

fasilitas bagi guru dan siswa untuk belajar sehingga pembelajaran

menjadi semakin efektif.

Hubungan baik antara komite sekolah dengan pihak sekolah

akan melahirkan tanggung jawab bersama antara sekolah dan

masyarakat sebagai dalam mewujudkan sekolah mencapai cita-cita

yang diharapkan..Dalam komite, masyarakat dapat menyalurkan

berbagai ide dan partisipasinya guna memajukan pendidikan di

daerahnya. Sementara Pihak sekolah harus mampu meyakinkan

orang tua, pemerintah setempat, dunia usaha, dan masyarakat pada

umumnya bahwa sekolah itu dapat dipercaya. Dengan demikian,

sekolah pada tataran teknis perlu mengembangkan kemampuan

Page 125: MBS KONTEMPORER - Islamic University

MBS KONTEMPORER

(115)

menganalisis biaya sekolah yang berkorelasi signifikan terhadap

mutu pendidikan yang diperoleh.

C. Partisipasi Siswa dan Orang tua siswa

1. Peranserta Siswa

Partisipasi dan peran siswa pada prinsipnya sangat dibutuhkan

dalam kesuksesan program MBS. Menarik untuk dicermati bahwa

siswa bisa bertindak sebagai subjek sekaligus objek pendidikan dalam

pelaksanaan pendidikan khususnya dalam implementasi MBS.

Siswa merupakan sumber data utama dalam mencari dan

memetakan masalah yang terjadi pada sekolah. Dari siswa, pihak

pengelola dapat menemukan masalah, banyak peneliti mewawancarai

siswa untuk memperoleh gambaran tingkat kepuasan siswa terhadap

sekolah. Demikian juga pihak pengelola, baik guru maupun kepala

sekolah dapat mengembangkan program MBS dengan menerima

aspirasi langsung dari siswa peserta didik. Ketika kepala sekolah

menerima aspirasi dari guru olah raga agar segera memperbaiki

lapangan olahraga yang mulai tidak baik lagi, kepala sekolah bisa

mencari tahu kebenaran kebutuhan kepada siswa yang menggunakan

sarana olah raga dimaksud untuk mengetahui kebenaran kebutuhan

itu. Hanya siswa yang benar-benar tahu, butuh tidaknya perbaikan.

Sebagai subjek pelaku MBS, peran siswa lebih mmenarik lagi.

Pda bagia ntertentu, siswa lah yang dijadikan peluru untuk

meningkatkan citra sekolah, baik dalam prestasi akademik maupun

dalam prestasi kegiatan olahraga, kegiatan seni, kegiatan keagamaan

dan kegiatan positif lainnya. Siswa melalui OSIS melakukan banyak

program ekstra yang bermanfaat, mereka berkreasi, berinovasi,

sementara guru dan tenaga sekolah lainnya mendampingi dan

membuat program pengembangan. Dalam hal ini, kepala sekolah

harus bisa menggali potensi siswa nya lebih dalam lagi.

Page 126: MBS KONTEMPORER - Islamic University

TEORI DAN PRAKTIK

(116)

2. Peran Orang Tua Didik

Mungkin pihak yang paling merasa beban –beban pendidikan

adalah orang tua siswa. Beban-beban pendidikan tidak saja berbentuk

materi atau finansia, termasuk di sini, waktu, kekhawatiran, tekanan-

tekanan persoalan akibat kenakalan anak atau lemahnya nilai

akademik. Orang tua siswa secara praktis adalah liputan seluruh

persoalan yang terjadi, ia merekam permasalahan dan selama ini tidak

bersuara. MBS berusaha meringankan beban orang tua siswa berupa

kabar gembira mengenai munculnya hak orang tua siswa untuk

berpartisipasi dalam perencanaan, pengembangan dan pengelolaan

sekolah. Hak-hak ini disalurkan dalam pelibatan orang tua dalam

manajemen partisipatif.

Mailia Dina HR57

menyebutkan bahwa orang tua didik

merupakan bagian keterampilan eksternal dari pihak sekolah. Tujuan

hubungan sekolah dengan orang tua adalah saling membantu dan

saling mengisi antara orang tua dan sekolah. Orang tua menurutnya

merupakan salah satu aspek yang penting dalam pelaksanaan MBS.

Peran mereka tidak hanya berupa dana, tetapi juga dalam peningkatan

mutu pendidikan di sekolah dapat disesuaikan dengan latar belakang

sosial ekonomi dan kemampuan orang tua.

D. Pelibatan Masyarakat Sekolah

1. Kajian Teoritis Pelibatan Masyarakat

Istilah partisipasi menjadi sangat familiar dalam setiap program

pengembangan masyarakat, seolah-olah ia menjadi ―model baru‖

dan selalu baru, menarik serta melekat pada setiap rumusan

kebijakan. Partisipasi sepadan dengan arti peran serta, ikut serta,

keterlibatan atau proses bersama saling memahami, merencanakan,

57

Mailia Dina HR https://slideplayer.info/slide/2802006/ diakses 11 Juni 2019

Page 127: MBS KONTEMPORER - Islamic University

MBS KONTEMPORER

(117)

menganalisis, dan melakukan tindakan oleh sejumlah anggota

masyarakat. Partisipasi berasal dari bahasa inggris yaitu dari kata

―participation― yang dapat diartikan suatu untuk ikutserta dalam

kegiatan suatu organisasi. Sehubungan dengan partisipasi masyarakat

dalam dunia pendidikan , partisipasi merupakan suatu upaya

keterlibatan masyarakat untuk ikut mkemberikan kontribusi dalam

lembaga pendidikan yang diikutinya.

Upaya paling praktis dan konkrit dalam mendongkrak mutu

pendidikan adalah dengan melibatkan berbagai pihak yang

berkepentingan. Penguatan partisipasi masyarakat diwujudkan

dengan mengakomodasi berbagai saran, pandangan, aspirasi,

termasuk kritik, serta peenggalian berbagai potensi masyarakat.

Partisipasi masyarakat kini dinilai menjadi sangat penting, karena

merupakan salah satu realisasi dari esensi demokrasi berkeadilan.

Praktis, selain berhak mendapatkan layanan pendidikan bermutu, kini

masyarakat juga wajid berkontribusi dalam mengembangkan

pendidikan yang bermutu di lingkungannya.

Departemen Pendidikan Nasional mengartikan partisipasi

pendidikan sebagai proses warga sekolah dan masyarakat terlibat

aktif baik secara individual maupun kolektif, secara langsung

maupun tidak langsung dalam pengambilan keputusan, pembuatan

kebijakan, perencanaan, pelaksanaan, pengawasan atau

pengevaluasian pendidikan di sekolah.

Yuwono, 2001:124)58

memberikan beberapa rincian tentang

partisipasi sebagai berikut : (a). Partisipasi berarti apa yang kita

jalankan adalah bagian dari usaha bersama yang dijalankan bahu-

membahu dengan saudara kita sebangsa dan setanah air untuk

membangun masa depan bersama. (b). Partisipasi berarti pula sebagai

58

Sumber : *Yuwono, Teguh. 2001. Manajemen Otonomi Daerah : Membangun

Daerah Berdasar Paradigma Baru. Semarang: Clyapps Diponegoro University, 2001

Page 128: MBS KONTEMPORER - Islamic University

TEORI DAN PRAKTIK

(118)

kerja untuk mencapai tujuan bersama diantara semua warga negara

yang mempunyai latar belakang kepercayaan yang beraneka ragam

dalam negara pancasila kita, atau dasar hak dan kewajiban yang sama

untuk memberikan sumbangan demi terbinanya masa depan yang

baru dari bangsa kita. (c). Partisipasi tidak hanya berarti mengambil

bagian dalam pelaksanaan-pelaksanaan, perencanaan pembangunan.

Partisipasi berarti memberikan sumbangan agar dalam pengertian kita

mengenai pembangunan kita nilai-nilai kemanusiaan dan cita-cita

mengenai keadilan sosial tetap dijunjung tinggi. (d). Partisipasi dalam

pembangunan berarti mendorong ke arah pembangunan yang serasi

dengan martabat manusia. Keadilan sosial dan keadilan Nasional dan

yang memelihara alam sebagai lingkungan hidup manusia juga untuk

generasi yang akan datang.

Sementara Pendapat Suryono (2001:124)59

mengenia

partisipasi adalah ikut sertanya masyarakat dalam pembangunan, ikut

dalam kegiatan pembangunan dan ikut memanfaatkan dan menikmati

hasil-hasil pembangunan. Pendapat lain disampaikan Hatifah (dalam

Handayani 2006:39)60

dimana ia berpendapat bahwa Partisipasi

sebagai keterlibatan orang secara sukarela tanpa tekanan dan jauh

dari pemerintah kepentingan eksternal‖. Sedangkan Menurut

Histiraludin (dalam Handayani 2006:39-40) ―Partisipasi lebih pada

alat sehingga dimaknai partisipasi sebagai keterlibatan masyarakat

secara aktif dalam keseluruhan proses kegiatan, sebagai media

penumbuhan kohesifitas antar masyarakat, masyarakat dengan

pemerintah juga menggalang tumbuhnya rasa memiliki dan tanggung

jawab pada program yang dilakukan‖.

59

*Suryono, Agus. 2001. Teori dan Isi Pembangunan. Malang: Universitas Negeri

Malang. UM Press 60

*Handayani, Suci. 2006. Perlibatan Masyarakat Marginal Dalam Perencanaan dan

Penganggaran Partisipasi (Cetakan Pertama). Surakarta: Kompip Solo

Page 129: MBS KONTEMPORER - Islamic University

MBS KONTEMPORER

(119)

Slamet ( 2003:8 )61

menyatakan bahwa, partisipasi menurut

Valderama (1999) dalam Arsito (2004) mencatat ada tiga tradisi

konsep partisipasi terutama bila dikaitkan dengan pembangunan

masyarakat yang demokratis yaitu : (1). Partisipasi politik (political

participation) kemudian (2). Partisipasi social (sosial participation)

dan (3). Partisipasi warga (citizen participation/citizenship).

Partisipasi warga (citizen participation/citizenship) dijelaskan

menekankan pada partisipasi langsung warga dalam pengambilan

keputusan pada lembaga dan proses pemerintahan. Partisipasi warga

telah mengalih konsep partisipasi ―dari sekedar kepedulian terhadap

penerima derma atau kaum tersisih menuju suatu keperdulian dengan

berbagai bentuk keikutsertaan warga dalam pembuatan kebijakan dan

pengambil keputusan diberbagai gelanggang kunci yang

mempengaruhi kehidupan mereka. Maka berbeda dengan partisipasi

sosial, partisipasi warga memang berorientasi pada agenda penentuan

kebijakan publik.

H.A.R.Tilaar, (2009: 287)62

mengungkapkan partisipasi adalah

sebagai wujud dari keinginan untuk mengembangkan demokrasi

melalui proses desentralisasi dimana diupayakan antara lain perlunya

perencanaan dari bawah (bottom-up) dengan mengikutsertakan

masyarakat dalam proses perencanaan dan pembangunan

masyarakatnya.

Menurut Sugiyah (2001: 38)63

, ia mengklasifikasikan

partisipasi menjadi 2 (dua) berdasarkan cara keterlibatannya, yaitu :

(a).Partisipasi Langsung, Partisipasi yang terjadi apabila individu

menampilkan kegiatan tertentu dalam proses partisipasi. Partisipasi

61

Slamet, M. 2003. Membentuk Pola Perilaku Manusia Pembangunan. Bogor: IPB Press 62

HAR, Tilaar. 2009. Paradigma Baru Pendidikan Nasional. RinekaCipta: Jakarta 63

Sugiyah. (2010). Partisipasi Komite Sekolah dalam penyelenggaraan Rintisan Sekolah

Bertaraf Internasional di Sekolah Dasar Negeri IV Wates, Kabupaten Kulon Progo.

Tesis. PPs UNY.

Page 130: MBS KONTEMPORER - Islamic University

TEORI DAN PRAKTIK

(120)

ini terjadi apabila setiap orang dapat mengajukan pandangan,

membahas pokok permasalahan, mengajukan keberatan terhadap

keinginan orang lain atau terhadap ucapannya. (b).Partisipasi tidak

langsung. Partisipasi yang terjadi apabila individu mendelegasikan

hak partisipasinya.

Cohen dan Uphoff yang dikutip oleh Siti Irene Astuti D

(2011:61-63) membedakan patisipasi menjadi empa t jenis, yaitu

pertama, partisipasi dalam pengambilan keputusan. Kedua, partisipasi

dalam pelaksanaan. Ketiga, partisipasi dalam pengambilan

pemanfaatan. Dan Keempat, partisipasi dalam evaluasi. Bentuk

partisipasi menurut Effendi yang dikutip oleh Siti Irene Astuti D

(2011:58)64

, terbagi atas: a. Partisipasi Vertikal. Partisipasi vertikal

terjadi dalam bentuk kondisi tertentu masyarakat terlibat atau

mengambil bagian dalam suatu program pihak lain, dalam hubungan

dimana masyarakat berada sebagai status bawahan, pengikut, atau

klien.b. Partisipasi horizontal. Partisipasi horizontal, masyarakat

mempunyai prakarsa dimana setiap anggota atau kelompok

masyarakat berpartisipasi horizontal satu dengan yang lainnya.

Menurut Basrowi yang dikutip Siti Irene Astuti D (2011:58)65

,

partisipasi masyarakat dilihat dari bentuknya dapat dibedakan

menjadi dua, yaitu: (a). Partisipasi fisik, partisipasi fisik adalah

partisipasi masyarakat (orang tua) dalam bentuk menyelenggarakan

usaha-usaha pendidikan, seperti mendirikan dan menyelenggarakan

usaha sekolah. (b).Partisipasi non fisik, partisipasi non fisik adalah

partisipasi keikutsertaan masyarakat dalam menentukan arah dan

pendidikan nasional dan meratanya animo masyarakat untuk

64

Siti Irene A.D., (2011).Desentralisasi dan Partisipasi Masyarakat dalam Pendidikan.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 65

ibid

Page 131: MBS KONTEMPORER - Islamic University

MBS KONTEMPORER

(121)

menuntut ilmu pengetahuan melalui pendidikan, sehingga pemerintah

tidak ada kesulitan mengarahkan rakyat untuk bersekolah.

Cheng (1989) menjelaskan pemikirannya mengenai partisipasi

masyarakat dalam bidang pendidikan secara lebih practical dan

solutional, ia mengatakan ada dua bentuk pendekatan untuk

mengajak orangtua dan masyarakat berpartisipasi aktif dalam

pendidikan. Pertama, pendekatan school based dengan cara

mengajak orangtua siswa datang kesekolah melalui pertemuan-

pertemuan, konferensi, diskusi guruorangtua dan mengunjungi

anaknya yang sedang belajar di sekolah. Kedua, pendekatan home

based, yaitu orangtua membantu anaknya belajar dirumah dan guru

berkunjung ke rumah.

Page 132: MBS KONTEMPORER - Islamic University

TEORI DAN PRAKTIK

(122)

Page 133: MBS KONTEMPORER - Islamic University

MBS KONTEMPORER

(123)

BAGIAN KELIMA APLIKASI MBS DI SEKOLAH

A. Perkembangan MBS di Sekolah

MBS di Indonesia sudah dikenal sangat luas. Di sekolah,

hampir tiap sekolah sudah menerapkan MBS. Indikator sederhana

cukup mudah untuk melihatnya. Jika suatu sekolah sudah membuat

komite sekolah, dan ada aktifitas Partisipatif antara sekolah dan

masyarakat, sudah dapat dikatakan bahwa sekolah sudah menerapkan

manajemen pengelolalaan MBS. Praktis, hampir semua sekolah di

Indonesia menerapkan ini, hanya dalam skala pelaksanaanya apakah

sudah berjalan sesuai koridor, atau sekedar normative saja. Dan ini

akan kita ringkas dalam satu pertanya penting, ―Sudah idealkah

praktik pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah di sekolah kita?.

Dari sebuah artikel yang dimuat di mbccenter66

dituliskan

sebagai berikut; Leithwood dan Menzies (1998) menemukan empat

model MBS dari hasil penelitiannya, yaitu:

66

https://mbscenter.or.id/site/page/id/528

Page 134: MBS KONTEMPORER - Islamic University

TEORI DAN PRAKTIK

(124)

1. Kontrol administratif, kepala sekolah dominan sebagai

representasi dari administrasi pendidikan.

2. Kontrol profesional, pendidik menerima otoritas.

3. Kontrol masyarakat, kelompok masyarakat dan orangtua peserta

didik, melalui Komite Sekolah, terlibat dalam kegiatan sekolah.

4. Kontrol secara seimbang, orangtua siswa dan kelompok

profesional (kepala sekolah dan pendidik) saling bekerja sama

secara seimbang.

Dalam artikel tersebut dijelaskan bahwa keempat model MBS

tersebut sebenarnya merupakan berbagai varian yang muncul

dalam proses pemberian otonomi. Pada awal pemberian otonomi,

model yang pertama (kepala sekolah dominan) telah lahir dengan

sosok sebagai raja-raja kecil yang berkuasa di berbagai satuan

organisasi, termasuk kabupaten/kota sampai dengan satuan

pendidikan sekolah. Model kedua, para guru telah dilibatkan dalam

manajemen sekolah. Model ketiga, masyarakat dan orangtua siswa

telah dilibatkan dalam kegiatan sekolah. Model keempat adalah

model ideal yang diharapkan. Model keempat ini merupakan model

hubungan sinergis antara keluarga, sekolah, dan masyarakat, yang

diharapkan dapat mendongkrak upaya peningkatan mutu pendidikan.

Penjelasan selanjutnya semakin menarik. Di situ tertulis,

Penerapan MBS di sekolah di banyak negara berkembang, walaupun

bagaimana, sering tidak memperoleh dukungan yang memadai dari

pihak penguasa lokal maupun dari masyarakat. Pemerintah daerah

yang lemah tidak dapat diharapkan untuk mendukung pelaksanaan

prinsip manajemen modern (demokratis, transparan, dan akuntabel).

Pelaksanaan MBS di sekolah, seperti dalam mengelola dana BOS dan

DAK, pihak kepala sekolah dan Komite Sekolah masih juga

memperoleh tekanan dari berbagai pihak. Campur tangan pemerintah

daerah pada umumnya bukan dalam bentuk supervisi yang positif,

Page 135: MBS KONTEMPORER - Islamic University

MBS KONTEMPORER

(125)

tetapi justru berupa intervensi negatif. Bahkan, tidak sedikit kepala

sekolah yang dikejar-kejar ’wartawan amplop‖ yang sering

nongkrong di sekolah untuk menunggu datangnya kepala sekolah.

Itulah sebabnya penerapakan MBS di sekolah pada sisi yang lain

menjadi ladang yang subur untuk tumbuhnya KKN di level birokrasi

yang paling bawah ini. Itulah sebabnya, ada kepala sekolah yang

kemudian tidak mau pekerjaan manajemen yang berat ini, karena

alasan beban berat sebagai pemimpin instruksional (instructional

leader) atau pemimpin dalam bidang kependidikan (pedagogical

leader) menjadi amburadul, lantaran disibukkan oleh pekerjaan

teknis administratif dan manajerial yang harus dituntaskan setiap

hari. Dengan beban pekerjaan yang berat ini, ada beberapa kepala

sekolah di SD yang terpaksa harus belanja komputer, buku pelajaran,

alat tulis kantor (ATK), karena SD tidak memiliki staf administrasi

sebagaimana di SMP dan SMA. Akibatnya, pelaksanaan MBS di

sekolah menjadi dilema (Dempster, 2000). Bahkan penerapan MBS

boleh jadi menimbulkan stres berat bagi kepala sekolah (Whitaker,

2003 dan William, 2003).

Ketika diakses, posting artikel ini telah dibaca 7086 kali.

Sebagai tambahan artikel tersebut juga menceritakan ―Penerapan

MBS juga mengalami masalah, khususnya di daerah yang pedesaan

atau daerah yang terpencil (remote areas). Banyak orangtua siswa

dan masyarakat di pedesaan yang tidak mau terlibat dalam kegiatan

Komite Sekolah. Masalahnya ternyata bukan hanya karena masalah

kapasitasnya yang rendah, tetapi lebih karena budaya yang hanya

menyerahkan bulat-bulat urusan pendidikan kepada pihak sekolah.

Bahkan, dalam beberapa kasus, penerapan MBS lebih sebagai

instrumen politik untuk membangun kekuasaan. Dengan MBS,

seakan-akan pemerintah telah memberikan otonomi kepada sekolah,

padahal sesungguhnya sekolah dan masyarakat belum siap untuk

menerima semua itu. Hal yang sama pun terjadi di negara maju

Page 136: MBS KONTEMPORER - Islamic University

TEORI DAN PRAKTIK

(126)

seperti di negara bagian Australia. Representasi dari masyarakat

kelompok minoritas dinilai kecil dalam komposisi kepengurusan

Komite Sekolah (Ferguson, 1998).‖

Dimana kejadian pada artikel di atas tidak dijelaskan, hanya

disebut masalah banyak terjadi di negara-negara berkembang. Dan

tidak tertutup kemungkinan artikel di atas bisa bahkan juga terjadi di

Indonesia. Apa yang sebenarnya terjadi pada MBS?

Siti Mistrianingsih (2015)67

menjelaskan Implementasi

program MBS di Indonesia dievaluasi pada Tahun 2000, 2002, 2005,

dan 2010. Hasil evaluasi pada Tahun 2000, 2002, 2005 menunjukkan

bahwa program pembinaan MBS memberikan dampak positif, antara

lain: (1) peningkatan manajemen sekolah yang lebih transparan,

partisipatif, demokratis dan akuntabel; (2) peningkatan mutu

pendidikan; (3) menurunnya tingkat putus sekolah; (4) peningkatan

implementasi pembelajaran yang berpusat pada siswa dengan strategi

PAKEM; dan (5) peningkatan peran serta mayarakat terhadap

pendidikan di SD. (6) Peningkatan manajemen sekolah yang lebih

transparan, partisipatif, demokratis, dan akuntabel, peningkatan mutu

pendidikan, menurunnya tingkat putus sekolah, (7) peningkatan

implementasi pembelajaran yang berpusat pada siswa dengan strategi

Pembelajaran Aktif Kreatif dan Menyenangkan (PAKEM), dan (8)

peningkatan peran serta masyarakat terhadap pendidikan di Sekolah

Dasar (SD).

Ada dua gambaran berbeda, satu penelitian menceritakan

betapa mencemaskannya MBS, penelitian yang lain berkesimpulan

cerah bahwa MBS berhasil baik dan memiliki trand positif untuk

perkembangan pendidikan.

67

https://mbscenter.or.id/site/page/id/385/page_action/viewdetail

Page 137: MBS KONTEMPORER - Islamic University

MBS KONTEMPORER

(127)

Bahwa Aplikasi MBS, tentulah berbeda di masing-masing

tempat. Karaketeristik wilayah, potensi sumberdaya sekolah, dan

karakter masyarakat harus jadi bahan serius untuk menghasilkan

MBS yang berhasil. Termasuk, apa yang ditakutkan Whitaker, dan

William, (2003), harus dijawab bahwa MBS harus memiliki kepala

sekolah yang professional, berani, tegas dan siap memperjuangkan

kemajuan. MBS memiliki syarat dan prasyarat. Orientasi terbesar

terletak pada penguatan sumberdaya yang dapat ditempuh dengan

peningkatan kapasitas pengelola. Bagi sekolah yang gagal dalam

penerapannya harus mencari opsi berbeda berdasarkan kriteria

permasalahan yang terjadi. Maka analisis Swot diperlukan untuk

memantau sejauh mana kekuatan dan hambatan yang ada.

Dalam MBS, kepala sekolah dan guru memiliki kemandirian

berupa kebebasan dalam mengelola sekolah dengan tidak abai pada

kebijakan. Lingkup strategi kebijakan yang ditawarkan adalah : (a)

kurikulum (b) Proses belajar-mengajar (c) Lingkungan sekolah (d)

Sumber daya dan (e) Monitoring. Kelima strategi tersebut harus

bergerak dalam ritme manajemen pendidikan dan sering dalam

manajemen partisipatif. Untuk itu kepala sekolah harus bisa :

1. Memberdayakan potensi untuk melaksanakan proses

pembelajaran dengan lancar dan produktif.

2. Melakukan tugas dan pekerjaan dengan efektif.

3. Menjalin hubungan yang harmonis dengan masyarakat.

4. Menerapkan prinsip kepemimpinan sesuai dengan karakter

lingkungan.

5. Mampu bekerja sama dan memahami fungsi manajemen

pendidikan.

Untuk memperjelas ini, baik kita lihat perspektif lain.

Karakteristik manajemen berbasis sekolah (yang bisa mendorong

suksesnya MBS) menurut Syaiful Sagala (2004)68

adalah :

68

Syaiful Sagala Manajemen Berbasis Sekolah dan Masyarakat, Strategi memenangkan

persaingan mutu, Rakasta Samasta, Jakarta,2004

Page 138: MBS KONTEMPORER - Islamic University

TEORI DAN PRAKTIK

(128)

1. Kemandirian, yang menggambarkan otonomi manajemen sekolah

yang efektif dan layanan belajar yang bermutu, menggunakan

evaluasi hasil belajar yang standar, prestasi pembelajaran.

2. Kemitraan, memanfaatkan potensi pemangku kepentingan sekolah

(pemberdayaan potensi sekolah) dan masyarakat

3. Partisipasi, kepemimpinan sekolah yang lugas, visioner, antisipasi

dan berjiwa enter preneurship mengikutsertakan potensi sumber

daya sekolah.

4. Keterbukaan, senantiasa melakukan perubahan ke arah yang lebih

baik dan kompetitit.

5. Akuntabilitasi, melakukan analisis kebutuhan, perencanaan, dan

mengevaluasi kinerja sesuai visi dan misi untuk mencapai tujuan

dan target sekolah, menyediakan kesejahteraan personal sekolah

yang cukup dan pantas.

6. Sekolah tersebut menunjukkan adanya kegiatan pembelajaran.

7. Adanya komunikasi yang efektif antara warga sekolah.

8. Kepemimpinan yang efektif (memiliki kepribadian, manajerial,

kewirausahaan).

9. Adanya kolaboratif team work dan memiliki tujuan bersama.

10. Adanya learning to discovery, dan adanya stakeholders.

B. Contoh Praktis Penerapan MBS di Sekolah

Praktik MBS di Indonesia sejak diundangkan, telah berjalan

kurang lebih selama lima belas (15) tahun. Selama itu pula, dinamika

MBS mengalami kemajuan yang signifikan termasuk dinamika yang

terjadi. Praktis MBS Kontemporer diharapkan bisa menjawab

persoalan-persoalan yang terjadi menyangkut, lamban nya

keberhasilan MBS yang ada. Penyebab utama dalam analisas peneliti

adalah kematangan dalam perencanaan. Ke depan, MBS memang

Page 139: MBS KONTEMPORER - Islamic University

MBS KONTEMPORER

(129)

harus dimodifikasi, lebih inovatif, mengingat tantangan kemajuan

zaman membuat daya tahan manajemen bisa berubah.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, di beberapa SMA

di Kota Jambi menunjukkan praktik program MBS dengan

pendekatan manajemen partisifatif secara terbuka, demokratis dan

aspiratif telah berjalan sesuai mekanisme yang dirancang baik oleh

kementrian maupun dari pemikiran banyak ahli. Kita patut

berterimakasih atas sumbangan pemikiran para ahli yang banyak

menulis teori dan aplikasi MBS di Indonesia.

Dalam penelitian dengan metode survey dan wawancana yang

penulis lakukan, beberapa program yang telah diterapkan dalam pola

MBS antara lain pada penyusunan anggaran dan penyusunan

program kerja. Dari beberapa guru yang diwawancarai diketahu

bahwa penyampaian aspirasi secara demokratis dan proses diskusi

dalam menerima saran masukan dalam setiap rapat koordinasi

penyusunan program dan penyusunan anggaran berlangsung

demokratis dan melibatkan komite sekolah secara terbuka. Pada

bagia ini jiwa MBS dengan manaajemen partisipatif telah dilakukan.

Diskusi yang dilakukan sekolah X dalam penerapan manajemen

MBS bersama Komite antara lain:

1. Diskusi bersama komite sekolah dalam rangka merancang

program, pemahan ivi misi dan pembuatan program jangka

panjang, jangka menengah dan jangka pendek sekolah.

Sebagian besar sekolah muelakukan ini, meskipun sebagian

kecil tidak karena mereka menganggap (kecuali program0

bahwa visi misi sekolah telah ideal dan seolah telah dibakukan,

dan hanya diperbaharui jika benar-benar dibutuhkan.

2. Penyusunan program untuk penggunaan dana BOS dengan

mengikut sertakan pengelola sekolah dan komite sekolah. Pad

bagian ini, komite sekolah yang sebagiannya diwakilkan oleh

masyarakat tampak aktif dan memberikan saran-saran penting.

Page 140: MBS KONTEMPORER - Islamic University

TEORI DAN PRAKTIK

(130)

Sebagian masyarakat lain cenderung hanya formalitas

mengikuti namun tidak memberikan kritik yang mengandung

sikap tidak percaya di mata masyarakat. Sebagian besar komite

sekolah percaya dengan program-program anggaran yang akan

dijalankan. Penyusunan program dengan anggaran dana Biaya

Operasional Sekolah didiskusikan dengan demokratis serta

berlangsung tertib.

3. Membicarakan dan mendiskusikan dana-dana lain seperti dana

hibah, pengelolaan dana CSR, hingga pengalokasian program-

program penungjang dilakukan secara transparan dan aspiratif.

4. Membicarakan permasalah-permasalahan sarana prasarana,

rencana pengembangan rruang belajar, penambahan alat

laboratrium dan penambahan pustaka, termasuk fasilitas oleh

raga juga dibicarakan dengan komite sekolah. Seluruh proses

diikuti dengan antusias oleh warga masyarakat. Kepala sekolah,

di beberapa sekolah tertentu terlihat mampu menunjukkan

kapasitasnya dan sangat mengusai forum.

Beberapa pihak sekolah mengatakan jika kegiatan yang

dilaksanakan di sekolah selalu melibatkan komite sekolah,guru

tenaga pendidik, tenaga kependidikan dan para pemangku

kepentingan lainnya dengan prinsip-prinsip yang manajemen

terorganisir dan terarah untuk mencapai visi, misi dan tujuan sekolah.

Selanjutnya, sekolah juga berusaha untuk meningkatkan

kompetensi guru, siswa, dan materi. Beberapa program penting yang

dilakukan dalam peningkatan kompetensi ini antara lain :

1. Melakukan pembinaan kepada siswa yang berprestasi, kurang

berprestasi, dan kurang disiplin dalam program khusus.

2. Membina siswa berprestasi dibidang sains, agama, seni dan

olahraga serta karya ilmiah.

3. Membuat Pelatihan penggunaan komputer dan fasilitas internet.

4. Usaha Pemenuhan isi Perpustakaan sebagai sumber belajar

Page 141: MBS KONTEMPORER - Islamic University

MBS KONTEMPORER

(131)

5. Pembelian alat dan fasilitas multimedia dalam rangka

peningkatan kemapuan tekhnologi serta pelatihan berbagai

program penguasaan IT

Selanjutnya berdasarkan hasil observasi peneliti terhadap

sistem kegiatan kontrol maupun evaluasi program dan kinerja yang

dilaksanakan secara rutin di beberapa SMA sebagai berikut :

1. Rapat koordinasi rutin pada hari tertentu yang dipimpin kepala

sekolah, dan dapat dilakukan secara terjadwal dan menghasilkan

hasil dalam membuat langkah strategi pengelolaan

2. Evaluasi di akhir pekan yang disampaikan langsung oleh para guru

dan seluruh pengelola lainnya baik mengenai proses belajar,

maupun tatakelola pelayanan.

3. Hasil pertemuan kadang menghasilkan follow-up yang menarik

beberapa guru bahkan berinisiatif melakukan kegiatan arisan

dengan komite sekolah. Beberapa sekolah sudah melaksanakan

walau masih sebagian kecil dan tidak diikuti seluruh anggota.

Minimal ini menunjukkan bahwa antar sekolah dan koomite telah

tejadi hubungan baik yang dapat meningkatkan efektifitas kerja.

Kepala sekolah telah banyak yang menjalankan fungsi

administrator, fungsai supervisor dengan baik yang dapat

teridentifikasi dari :

1. Memiliki sistem pendokumentasian yang baik dan tertata

mengenai laporan penggunaan anggaran berikut pemanfaatannya,

buku-buku program kerja, dan jadwal rutin pembinaan para staf,

termasuk jadwal pertemuan rutin.

2. Sistem administrasi yang teratur dan telah memenuhi standard

administrasi yang baik seperti telah tertatanya antara lain

administrasi keuangan, sarana dan prasarana, data kepegawaian,

administrasi kantor, dan kesiswaan.

Page 142: MBS KONTEMPORER - Islamic University

TEORI DAN PRAKTIK

(132)

3. Inisiatif baru dalam membantu para staf dalam menyusun program

yang sistematis, inisiatif beberapa kepala sekolah ditunjukkan

dengan memantau langsung aktifitas para staf saat bekerja

maupun ketika diadakan evaluasi.

4. Membantu stafnya dalam meningkatkan kapasistas mengajar;

Keberhasilan peran kepala sekolah juga terlihat dalam

perannya sebagai supervisor. Ini ditunjukkan dari:

1. Membantu staf dalam mengevaluasi dan aktif berdiskusi

kepada staf baik tentang kemajuan program pendidikan,

maupun pelaksanaan pelayanan sekolah.

2. Berkomunikasi dengan masyarakat (orang tua siswa) dan

komite dalam menjelaskan program-program dan aktif

meminta pertimbangan dan menyampaikan perkembangan

program kepada koomite sekolah

Keberhasilan sebagai supervisor juga ditunjukan kepala

sekolah berupa meningkatnya kesadaran para guru , karyawan, dan

tenaga pendidik dalam meningkatkan kinerja. Kinerja Guru dalam

Pelaksanaan MBS juga sangat baik yang ditandai dengan :

1. Kelengkapan Program Mengajar berupa pemahaman dalam

melaksanakan kurikulum,melengkapi silabus, RPP daftar hadir

program perbaikan dan pengayaan.

2. Penyajian Materi Pelajaran, penggunaan alat peraga, kegiatan

freetest dan posttest, proses umpan balik dalam setiap

pembelajaran, penggunaan model-model pembelajaran sebagian

besar telah melakukan dengan baik. Sebagian besar guru bahkan

menggunakan model-model pembelajaran yang inovatif dan

menyenangkan siswa, tidak terpusat pada cara tradisional. Banyak

guru telah menggunakan metode baru dengan variasi—variasi

penggunaan fasilitas media yang edukatif fsekaligus menghibur.

Page 143: MBS KONTEMPORER - Islamic University

MBS KONTEMPORER

(133)

Demikianpula halnya dengan peran serta masyarakat dalam

pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) terlihat dari

dilibatkannya masyarakat melalui komite sekolah dalam merumuskan

Program Sekolah, Visi, Misi, Sasaran dan Tujuan sekolah, dan

masyarakat cukup aktif dalam memberikan saran terhadap rencana –

rencana dan diskusi yang dijalankan.

Beberapa saran dan pertimbangan yang sering diberikan oleh

masyarakat adalah keinginan masyarakat untuk membantu (menjaga)

agar anak-anak mereka bisa terhidan dari narkoba, masyarakat

banyak mengusulkan dan setuju dengan kegiatan ekstra kurikuler

agar waktu yang luang tidak digunakan untuk hal-hal negative.

Masyarakat juga banya meminta sarana dan prasarana pendidikan

ditingkatkan, dan beberapa sekolah mayoaritas mengusulkan agar

perluasan wilayah parkir. Banyaknya permintaan masyarakat

mengindikasikan bahwa masyarakat proaktif dalam program MBS.

Partisipasi dalam hal pengawasan pelaksanaan kebijakan dan

program sekolah lebih banyak yang mempercayakan sepenuhnya

kepada pengurus komite yang dianggap dapat mewakili semua

kepentingan mereka. Bahkan orangtua siswa sudah mempercayai

peranan komite sebagai wakil dari orang tua di sekolah. masyarakat

tidak banyak untuk melakukan pengawasan disebabkan karena faktor

kesibukan.

Dalam hal kesiswaaan program MBS telah membangkitkan

siswa lebih berkreativitas. Rata-rata di tingkat SMA, siswa diberikan

peran lebih untuk mengurus acara pentas seni, acara keagamaan,

kegiatan olah raga, bahkan pada bagian khusus missal pembuatan

buku tahunan dan perpisahan, banyak sekolah menyerahkan kegiatan

tersebut kepada siswa. Ini menunjukkan penerapan MBS sudah

sangat baik. Siswa diberikan ruang tersendiri sehingga dapat

mengembangkan potensi dan bakat mereka sejak dini.

Page 144: MBS KONTEMPORER - Islamic University

TEORI DAN PRAKTIK

(134)

Tabel 1. Ciri-ciri sekolah yang melaksanakan MBS

Organisasi Sekolah Proses Belajar

mengajar

Sumber Daya

Manusia

Sumber Daya dan

Administrasi

Menyediakan

manajemen/ organisasi/

kepemimpinan

transformasional dalam

mencapai tujuan sekolah.

Meningkatkan

kualitas belajar

siswa.

Memberdayakan staf

dan menempatan

personil yang dapat

melayani keperluan

siswa.

Mengidentifikasi

sumber daya yang

diperlukan dan

mengalokasikan

sumber daya tersebut

sesuai dengan

kebutuhan

Menyusun rencana

sekolah dan merumuskan

kebijakan untuk

sekolahnya sendiri.

Mengembangkan

kurikulum yang

cocok dan tanggap

terhadap

kebutuhan siswa

dan masyarakat.

Memilih staf yang

memiliki wawasan

MBS.

Mengelola sekolah

secara efektif dan

efisien.

Mengelola kegiatan

operasional sekolah.

Menyelenggaraka

n pembelajaran

yang efektif.

Menyediakan kegiatan

untuk pengembangan

profesi bagi semua

staf.

Menyediakan

dukungan

administratif.

Menjamin adnaya

komunikasi yang efektif

antara sekolah dan

masyarakat.

Menyediakan

program

pengembangan

yang diperlukan

siswa.

Menjamin

kesejahteraan staf dan

siswa.

Mengelola dan

memelihara gedung

dan sarana.

Menggerakkan

partisipasi masyarakat.

Berperan serta

dalam memotivasi

siswa.

Menyelenggarakan

forum untuk

membahas kemajuan

kinerja sekolah.

Menjamin terpeliharanya

sekolah yang

bertanggung jawab

kepada masyarakat dan

pemerintah

Sumber : Fokus on School : The Future Organization of Education Service for Student,

Departement of Education, Queensland, Australia.

C. Praktik Ideal MBS Kontemporer

Pada pembahasan sebelumnya telah diperlihatkan proses MBS

di beberapa sekolah. Sekalipun proses itu dijelaskan secara umum,

namun demikianlah gambaran sederhana praktik dan proses MBS di

Page 145: MBS KONTEMPORER - Islamic University

MBS KONTEMPORER

(135)

sekolah. Untuk memnambah pengayaan, pembaca dapat membaca

penelitian-penelitian yang banyak dilakukan oleh para peneliti yang

bisa pembaca jumpai di beberapa situs ilmiah. Disini penulis sekedar

menggambarkan penelitian singkat yang penulis lakukan, dan lebih

terfokus pada bagaimana praktik MBS ideal yang dijalankan melalui

teori-teori yang ilmiah.

Bagaimana sesungguhnya praktik MBS yang ideal itu? Tentu

saja MBS yang dijalankan dengan mengikuti aturan yang ditetapkan

baik oleh undang-undang maupun yang dikembangkan oleh para

peneliti. Pada kenyataannya, ternyata praktik MBS di satu daerah

berbeda dengan daerah lain. Itulah MBS, ia berkarakter fleksibel.

Sekali lagi, tentu saja itu berlaku dan terjadi. Setiap daerah memiliki

karakteristik tertentu dan mewakili psiko-sosial yang berbeda. MBS

harus dijalankan lewat tahapan – tahapan yang benar. Ia harus dimulai

dengan metodik dan terencana. Lakukan analisis yang mendalam

tentang potensi sekolah dan potensi social masyarakat. Satu sekolah

dalam satu daerah pedesaan dan berada di tengah pabrik pertanian

besar dengan sebagian besar penduduk bekerja sebagai buruhnya,

tentu membutuhkan pemikiran cermat dan waktu yang tepat untuk

menghadirkan mereka di sekolah. Pihak sekolah harus mengalah dan

memilih opsi hari libur sebagai waktu pertemuan. Mengundang

mereka pada jam kerja hanya berbuah kekecewaan.

Contoh lain, suatu sekolah dengan lingkungan pedesaan yang

asri dan luas. Sekalipun sekolah memiliki tanah yang luas, atau

banyak lahan yang bisa dimanfaatkan, adalah hal yang tidak perlu jika

sekolah merencanakan pembuatan sarana olah raga kolam renang

untuk menunjang kegiatan siswa. Selain di desa banyak ditemukan

sungai, masyarakat desa lebih cenderung pada olah raga yang diminati

secara mayoritas. Pilihan lapangan bola kaki akan lebih bermanfaat.

Masih pada sekolah yang berada di desa, praktik sosialisasi kepada

masyarakat saat pertemuan juga harus dipikirkan matang-matang.

Kepala sekolah tidak perlu berbicara dengan bahasa yang tinggi.

Page 146: MBS KONTEMPORER - Islamic University

TEORI DAN PRAKTIK

(136)

Kepala sekolah harus memasyarakat dan berusaha berbaur dengan

nilai-nilai yang ada, jika perlu sesekali kepala sekolah berbicara

dengan bahasa daerah di mana masyarakat itu ada.

Praktik ideal MBS kontemporer sebagai mana yang penulis

sampaikan sebelumnya, berhubungan dengan era saat ini dengan

kemampuan Iptek semakin maju, dan nilai-nilai kemanusiaan-

keadilan begitu diagungkan,.Catatan yang penting untuk diingat

bahwa MBS Kontemporer lebih diarahkan pada manajemen

pengelolaan dan pelaksanaan program yang lebih berorientasi pada :

1. Pemanfaatan tekhnologi dan jaringan, dimana tata kelola

layanan sudah diharapkan menggunakan sistem komputerisasi,

dan pemanfaatan sarana mediadaring pada beberapa bagian

pelayanan. Sementara pemanfaatan internet dipentingkan

dalam proses pembelajaran misalnya penambahan sarana

belajar elearning, pemnafaatan pengetahuan pustaka digital

dan hal-hal lain yang mengikuti perkembangan tekhnologi.

Sekolah harus memanfaatkan secara maksimal perkembangan

kemajuan tekhnologi ini dalam menerapkan system MBS

kontemporer. MBS Kontemporer harusm meiliki respon yang

kuat dan dalam terhadap pemanfaatan sarana teknologi,

informasi dan multimedia.

2. Metode pelayanan sekolah yang Humanis dan fleksibel.

Dimana area penerapan kedisiplinan menjadi target utama,

karena banyak sekali aturan –aturan pengelolaan yang hanya

mementingkan tujuan pencapaian namun abad dalam hal

kemanusiaan. Area penerapan antara lain bisa diterapkan pada

bagiaman membuat sanksi pada tindakan pendisplinan yang

lebih manusiwi, bagaimana memberikan upah pegawai yang

manusiawi, termasuk pula jam belajar yang efektif dan efesien

dengan tidak membnuh hak hak siswa untuk berada di

lingkungan keluarga dan masyarakat. MBS Kontemporer

Page 147: MBS KONTEMPORER - Islamic University

MBS KONTEMPORER

(137)

sudah selayaknya menjunjung tinggi prinsip kemanusian dan

keadilan.

3. Manajemen MBS harus menjalankan program dengan

pendekatan yang menjamin tersedianya rasa aman. Pada era

sekarang, rasa aman menjadi bagian penting dari kehidupan

umat manusia. Tingginya tingkat kejahatan, kekerasan

terhadap perempuan, tawuran pelajar, penyalahgunaan

narkoba, dan sex pranikah jadi isu sentre setidaknya 10 atau

bahkan 20 tahun terakhir. MBS kontemporer harus

memastikan bagaimana program- program yang dijalankannya

harus sinergis dengan kebutuhan masuarakat akan rasa aman

anak-anak mereka yang bersekolah.

4. MBS kontemporer adalah MBS yang adaptif. Ia dirancang

untuk bisa bertahan dalam waktu yang lama dan mampu

menjawab persoalan pendidikan secar tuntas dan cepat. Bahwa

kekecewaan terhadap lembaga pendidikan selama ini salah

satu akibat karena lemahnya manajemen pengelolaan. MBS

Kontemporer yang lebih terbuka dan transparan diharpkan

mampu menjadi MBS adaptif yang mampu menjawab

persoalan pendidikan dan menyesuaikan diri dengan

perubahan lingkungan yang sering terjadi tiba-tiba. Perubahan

lingkungan yang paling sering terjadi dan bisa memberi

dampak kegoncangan manajemen adalah perubahan-

perubahan di bidang kebijakan pendidikan. Ini menjadi catatan

penting pengelola pendidikan untuk mempersiapkan segala

antisipasi terhadap perubahan yang bisa terjadi di berbagai

level dan berbagai dimensi.0

Nurkholis (2003:132), mengemukakan sembilan strategi

keberhasilan implementasi MBS. Pertama, sekolah harus memiliki

otonomi terhadap empat hal, yaitu dimilikinya otonomi dalam

kekuasaan dan kewenangan, pengembangan pengetahuan dan

Page 148: MBS KONTEMPORER - Islamic University

TEORI DAN PRAKTIK

(138)

ketrampilan secara berkesinambungan, akses informasi ke segala

bagian, serta pemberian penghargaan kepada setiap pihak yang

berhasil. Mulyasa (2005:41), menyatakan bahwa salah satu bentuk

otonomi sekolah adalah kebijakan pengembangan kurikulum yang

mengacu kepada standar kompetensi, kompetensi dasar, dan standar

isi, serta pembelajaran beserta sistem evaluasinya, sepenuhnya

menjadi wewenang sekolah, yang disesuaikan dengan kebutuhan

siswa dan masyarakat yang dilakukan secara fleksibel. Dengan

demikian, otonomi sekolah yang dilakukan secara benar dalam

kerangka implementasi MBS diharapkan dapat meningkatkan mutu

pendidikan di sekolah.

Kedua, adanya peran serta masyarakat secara aktif dalam hal

pembiayaan, proses pengambila keputusan terhadap kurikulum dan

pembelajaran dan non-pembelajaran. Menurutnya, sekolah harus lebih

banyak mengajak lingkungan dalam mengelola sekolah karena

bagaimanapun sekolah adalah bagian dari masyarakat secara luas.

Wujud dari partisipasi masyarakat dan orang tua siswa bukan hanya

sebatas dalam bantuan dana, tetapi lebih dari itu dalam memikirkan

peningkatan kualitas sekolah. Misalnya, partisipasi masyarakat dalam

merencanakan dan mengembangkan program-program pendidikan.

Pembahasan lebih lanjut dari peran serta masyarakat ini disajikan

dalam Unit 4.

Ketiga, adanya kepemimpinan sekolah yang kuat sehingga

mampu menggerakkan dan mendayagunakan setiap sumber daya

sekolah secara efektif. Kepala sekolah harus menjadi sumber inspirasi

atas pembangunan dan pengembangan sekolah secara umum. Dalam

MBS kepala sekolah berperan sebagai designer, motivator, dan

liaison. Oleh karena itu, pengangkatan kepala sekolah harus

didasarkan atas kemampuan manajerial dan kepemimpinan, dan

bukan lagi didasarkan atas jenjang kepangkatan.

Page 149: MBS KONTEMPORER - Islamic University

MBS KONTEMPORER

(139)

Menurut Mulyasa (2005:98), Kepala sekolah merupakan

―sosok kunci‖ (the key person) keberhasilan peningkatan kualitas

pendidikan di sekolah dalam kerangka implementasi MBS. Oleh

karena itu, dalam implementasi MBS kepala sekolah harus memiliki

visi, misi dan wawasan yang luas tentang sekolah yang efektif serta

kemampuan profesional dalam mewujudkannya melalui perencanaan,

kepemimpinan, manajerial dan supervisi pendidikan. Kepala sekolah

juga dituntut untuk menjalin kerjasama yang harmonis dengan

berbagai pihak yang terkait dengan program pendidikan di sekolah.

Singkatnya, dalam implementasi MBS, kepala sekolah harus mampu

berperan sebagai educator, manajer, administrator, supervisor,

leader, innovator dan motivator.

Keempat, adanya proses pengambilan keputusan yang

demokratis dalam kehidupan dewan sekolah yang efektif. Dalam

pengambilan keputusan kepala sekolah harus mengembangkan iklim

demokratis dan memperhatikan aspirasi dari bawah. Konsumen yang

harus dilayani kepala sekolah adalah murid dan orang tuanya, serta

masyarakat dan para guru. Kelima, semua pihak harus memahami

peran dan tanggung jawabnya secara sungguh-sungguh. Untuk bisa

memahami peran dan tanggung jawabnya masing-masing harus ada

sosialisasi tentang konsep MBS.

Keenam, adanya panduan (guidelines) dari Departemen

Pendidikan terkait sehingga mampu mendorong proses pendidikan di

sekolah secara efisien dan efektif. Dengan dasar hukum pelaksanaan

MBS yang tertuang dalam UU No. 25 Tahun 2000, dan UU No. 20

Tahun 2003, Departemen Pendidikan diharapkan memberikan

panduan sebagai rambu-rambu dalam pelaksanaan MBS yang sifatnya

tidak mengekang dan membelenggu sekolah.

Ketujuh, sekolah harus transparan dan akuntabel yang minimal

diwujudkan dalam laporan pertanggung jawaban tahunan.

Akuntabilitas sebagai bentuk pertanggung jawaban sekolah terhadap

Page 150: MBS KONTEMPORER - Islamic University

TEORI DAN PRAKTIK

(140)

semua stakeholder. Untuk itu, sekolah harus dikelola secara

transparan, demokratis, dan terbuka terhadap segala bidang yang

dijalankan dan kepada setiap pihak terkait. Kedelapan, penerapan

MBS harus diarahkan untuk pencapaian kinerja sekolah, khususnya

pada peningkatan prestasi belajar siswa. Kesembilan, implementasi

diawali dengan sosialisasi konsep MBS, identifikasi peran masing-

masing, pembangunan kelembagaan (capacity building), pengadaan

pelatihan-pelatihan terhadap peran barunya, implementasi pada proses

pembelajaran, monitoring dan evaluasi, serta melakukan perbaikan-

perbaikan.

Bagi sekolah yang sudah beroperasi, Umaedi (2004)

mengajukan paling tidak ada 6 langkah yang dapat dilakukan dalam

implementasi MBS, yaitu: Evaluasi diri (self assessment); Perumusan

visi, misi, dan tujuan; Perencanaan; Pelaksanaan; Evaluasi; Pelaporan.

1. Evaluasi Diri (Self Assessment) Evaluasi diri merupakan

langkah awal bagi sekolah yang ingin atau akan melaksanakan

Manajemen Berbasis Sekolah. Kegiatan ini dimulai dengan curah

pendapat (brainstorming) yang diikuti oleh kepala sekolah, guru,

dan seluruh staf, serta diikuti juga anggota Komite Sekolah.

Prakarsa dan pimpinan rapat adalah Kepala Sekolah. Evaluasi

atau penilaian diri (self assesment) sering disebut school review

atau penilaian keadaan sekolah secara menyeluruh sebagai

tindakan awal sebelum melakukan perencanaan pengembangan.

2. Perumusan visi, misi, dan tujuan. Bagi sekolah yang baru

didirikan, perumusan visi dan misi serta tujuan merupakan

langkah awal yang harus dilakukan, menjelaskan ke mana arah

pendidikan yang ingin dituju oleh para pendiri/penyelenggara

pendidikan. Bagi sekolah yang sudah berjalan, perumusan visi,

misi, dan tujuan merupakan langkah lanjutan atau langkah kedua

sebagai tindak lanjut dari kegiatan evaluasi diri terutama bagi

sekolah yang belum memiliki rumusan yang jelas.

Page 151: MBS KONTEMPORER - Islamic University

MBS KONTEMPORER

(141)

3. Perencanaan. Perencanaan pada tingkat sekolah adalah kegiatan

yang ditujukan untuk menjawab apa yang harus dilakukan dan

bagaimana melakukannya untuk mewujudkan tujuan (tujuan-

tujuan) yang telah ditetapkan/disepakati pada sekolah yang

bersangkutan, termasuk anggaran yang diperlukan untuk

membiayai kegiatan yang direncanakan, dan terakhir

4. Pelaksanaan (1) Peran Kepala Sekolah Dalam bahasan tentang

ciri-ciri sekolah efektif, salah satunya adalah kepemimpinan yang

kuat (strong leadership), yaitu kepemimpinan yang mampu

mengarahkan, menggerakkan, mempengaruhi, dan memotivasi

staf yang dipimpinnya sehingga para pengikutnya dengan sadar

dan sukarela, bahkan dengan senang hati bersedia baik secara

individual maupun secara kelompok (tim) melakukan tugas-tugas

organisasi tanpa harus dipaksa atau ditakut-takuti. (2). Peran

Guru dan Staf Sekolah (3). Peran Orang Tua Siswa dan

Masyarakat (4) Peran Siswa/Murid

5. Evaluasi

6. Pelaporan. Pelaporan diartikan sebagai pemberian atau

penyampaian informasi tertulis dan resmi kepada berbagai pihak

yang berkepentingan (stakeholder), mengenai aktivitas

manajemen satuan pendidikan dan hasil yang dicapai dalam

kurun waktu tertentu berdasarkan rencana dan aturan yang telah

ditetapkan sebagai bentuk pertanggungjawaban atas tugas dan

fungsi yang diemban oleh satuan pendidikan tersebut.

Komite Sekolah yang kini sudah terbentuk di hampir di

seluruh kabupaten/kota dan satuan pendidikan hingga kini masih

bervariasi bentuk dan model pengelolaannya baik secara struktur,

maupun pada proses pelaksanaannya, sehingga tingkat efektivitas dan

efisiensinya memiliki perbedaan di tiap sekolah. Sekalipun

demikian, dalam perbedaan-perbedaan pada struktur dan fungsi

badan-badan tersebut pada masing-masing daerah, satu hal yang

Page 152: MBS KONTEMPORER - Islamic University

TEORI DAN PRAKTIK

(142)

harus sama adalah dampaknya harus positif terhadap peningkatan

efisiensi dan efektivitas pembangunan pendidikan di setiap daerah,

sesuai dengan kebijakan pendidikan yang sudah ditetapkan oleh

pemerintah. Oleh karena itu para stakeholder pendidikan maupun

masyarakat luas perlu memahami keberadaan Dewan Pendidikan dan

Komite Sekolah secara baik, agar keberadaan badan-badan tersebut

menjadi aset yang berharga bagi peningkatan mutu pendidikan

(Depdiknas, 2004b).

Baik lewat pelaksanaan kajian di negara-negara lain maupun

yang tersurat dan tersirat dalam kebijakan pemerintah dan Sisdiknas

No. 20 Tahun 2003, serta aspirasi masyarakat yang berkembang,

setidaknya ada empat aspek yang tercakup sebagai tujuan dari MBS,

kualitas (mutu) dan relevansi, keadilan, efektivitas, dan efisiensi serta

akuntabilitas. Dan untuk menghasilkan kondisi MBS yang ideal,

maka keempat aspek tersebut harus dipenuhi yaitu :

Kualitas (mutu) dan Relevansi Manajemen Berbasis Sekolah

bertujuan mencapai mutu (quality) dan relevansi pendidikan yang

setinggi-tingginya, dengan tolak ukur penilaian pada hasil (output

dan outcome) bukan pada metodologi atau prosesnya. Mutu relevansi

ada yang memandangnya sebagai satu kesatuan substansi, artinya

hasil pendidikan yang bermutu sekaligus yang memisahkan keduanya

maka mutu lebih merujuk pada dicapainya tujuan spesifik oleh siswa

(kelulusan), seperti nilai ujian atau prestasi lainnya, sedangkan

relevansi lebih merujuk pada manfaat apa yang diperoleh siswa

melalui pendidikan dalam berbagai lingkup/tuntutan kehidupan

(dampak), termasuk juga ranah pendidikan yang tidak diujikan.

Keadilan. Manajemen Berbasis Sekolah bertujuan menjamin

keadilan bagi setiap anak untuk memperoleh layanan pendidikan

yang bermutu di sekolah yang bersangkutan. Dengan asumsi bahwa

setiap anak berpotensi untuk belajar maka Manajemen Berbasis

Page 153: MBS KONTEMPORER - Islamic University

MBS KONTEMPORER

(143)

Sekolah memberi keleluasaan kepada setiap sekolah untuk

menangani setiap anak dengan latar belakang sosial ekonomi dan

psikologis yang beragam untuk memperoleh kesempatan dan layanan

yang memungkinkan semua anak dan masing-masing anak

berkembang secara optimal. Antar sekolah harus saling memacu

prestasi, tetapi setiap sekolah harus melayani setiap anak (bukan

hanya yang pandai), dan secara keseluruhan sekolah harus mencapai

standar kompetensi minimal bagi setiap anak yang diluluskan.

Keadilan ini begitu penting sehingga para ahli sekolah efektif

menyingkat tujuan sekolahnya hanya dengan mutu dan keadilan atau

quality and equity.

Efektivitas dan Efisiensi. Manajemen Berbasis Sekolah bertujuan

meningkatkan efektivitas dan efisiensi. Elektivitas merupakan

pengelolaan dan penggunaan semua input dalam bentuk non-uang

(jumlah dan jenis buku, peralatan, pengorganisasian kelas,

metodologi, strategi pembelajaran dll.) dihubungkan dengan hasil

yang di capai (output-outcome). Efektivitas berhubungan dengan

proses, prosedur, dan ketepatgunaan semua input yang di pakai dalam

proses pendidikan sehingga menghasilkan hasil belajar siswa seperti

yang di harapkan (sesuai tujuan). Efisiensi yang berhubungan dengan

nilai uang yang dikeluarkan atau biaya (cost) untuk memenuhi semua

input (proses dan semua input yang digunakan dalam proses)

dibandingkan atau dihubungkan dengan hasilnya (hasil belajar

siswa). Jadi, apabila yang dibahas dalam proses pendidikan untuk

mencapai hasil (tujuan) bersifat non-uang maka pembahasan

berhubungan dengan efektivitas sekolah, sebaliknya kalau yang

dibahas dalam proses pendidikan di sekolah untuk mencapai hasil

sesuai tujuan dihitung dalam bentuk uang (Rp) maka kita membahas

efisiensi. Kedua proses dibandingkan hasilnya. MBS diharapkan

dapat memenuhi efektivitas dan efisiensi sekolah karena perencanaan

Page 154: MBS KONTEMPORER - Islamic University

TEORI DAN PRAKTIK

(144)

dibuat sesuai dengan kebutuhan sekolah, sedangkan pelaksanaannya

juga diawasi oleh masyarakat.

Akuntabilitas. Akuntabilitas adalah pertanggung jawaban atas

semua yang dikerjakan sesuai wewenang dan tanggung jawab yang

diperolehnya. Dengan melaksanakan semua pedoman dan petunjuk.

sekolah telah merasa melaksanakan tugas dengan baik. Untuk

memenuhi tantangan pekerjaan, kepala sekolah kemungkinan besar

memerlukan tambahan pelatihan kepemimpinan.

Selanjutnya syarat penting yang harus dilakukan sebelum

melaksanakan Manajemen Berbasis Sekolah harus: mendapat

dukungan staf sekolah, MBS lebih mungkin berhasil jika diterapkan

secara bertahap, Staf sekolah dan kantor dinas harus memperoleh

pelatihan penerapannya, pada saat yang sama juga harus belajar

menyesuaikan diri dengan peran dan saluran komunikasi yang baru,

Harus disediakan dukungan anggaran untuk pelatihan dan penyediaan

waktu bagi staf untuk bertemu secara teratur, dan pemerintah pusat

dan daerah harus mendelegasikan wewenang kepada kepala sekolah,

dan kepala sekolah selanjutnya berbagi kewenangan ini dengan para

guru dan orang tua murid.

Apabila pihak-pihak yang berkepentingan telah dilibatkan sejak

awal, mereka dapat memastikan bahwa setiap hambatan telah

ditangani sebelum penerapan MBS. Dua unsur penting adalah

pelatihan yang cukup tentang MBS dan klarifikasi peran dan

tanggung jawab serta hasil yang diharapkan kepada semua pihak

yang berkepentingan. Selain itu. semua yang terlibat harus

memahami apa saja tanggungjawab pengambilan keputusan yang

dapat dibagi, oleh siapa, dan pada level mana dalam organisasi.69

69

Nurkolis, 2003. Manajemen Berbasis Sekolah Teori, Model dan Aplikasi. Jakarta :

Grasindo.

Page 155: MBS KONTEMPORER - Islamic University

MBS KONTEMPORER

(145)

D. Delapan (8) Standar Pendidikan Nasional

Standar Nasional Pendidikan adalah suatu kriteria atau

standar minimal terkait pelaksanaan sistem pendidikan yang ada di

seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Fungsi

dari Standar Nasional Pendidikan ini adalah sebagai dasar dalam

melakukan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan

untuk mewujudkan pendidikan nasional yang berkualitas. Sedangkan

tujuan utama dari Standar Nasional Pendidikan adalah untuk

menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan

kehidupan bangsa, membentuk karakter dan peradaban bangsa yang

bermartabat. Menurut penjelasan dari Badan Standar Nasional

Pendidikan (BSNP), berikut ini adalah 8 standar pendidikan nasional

di Indonesia:

1. Standar Isi. Hal-hal yang diatur dalam Standar Isi

mencakup materi minimal dan tingkat kompetensi minimal untuk

mencapai kompetensi lulusan minimal untuk jenis dan jenjang

pendidikan tertentu. Di dalam Standar Isi terdapat kerangka dasar dan

struktur kurikulum, beban belajar, kurikulum tingkat satuan

pendidikan, dan kalender pendidikan. Peraturan Menteri terkait

Standar Isi: Permen No. 22 tahun 2006, Permen No. 24 tahun 2006,

Permen No. 14 Tahun 2007

2. Standar Kompetensi Lulusan. Pedoman penilaian dalam

penentuan kelulusan peserta didik menggunakan Standar Kompetensi

Lulusan untuk satuan pendidikan dasar dan menengah. Hal-hal yang

diatur dalam Standar Kompetensi Lulusan (SKL) mencakup standar

kompetensi lulusan minimal satuan pendidikan dasar dan menengah,

standar kompetensi lulusan minimal kelompok mata pelajaran, dan

standar kompetensi lulusan minimal mata pelajaran. Peraturan

Menteri terkait Standar Kompetensi Lulusan: Permen No. 23 Tahun

2006, Permen No. 24 tahun 2006

Page 156: MBS KONTEMPORER - Islamic University

TEORI DAN PRAKTIK

(146)

3. Standar Proses Pendidikan. Dalam pelaksanaan

pembelajaran pada satuan pendidikan dilaksanakan secara interaktif,

inspiratif, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk aktif

berpartisipasi. Proses belajar-mengajar ini juga memberikan ruang

bagi kreativitas, prakarsa, dan kemandirian sesuai dengan minat,

bakat, dan perkembangan psikologis/ fisik para peserta didik.

Peraturan Menteri terkait Standar Proses Pendidikan: Permen No. 41

Tahun 2007, Permen No. 1 Tahun 2008, Permen No. 3 Tahun 2008

4. Standar Sarana dan Prasarana. Semua satuan pendidikan

harus dilengkapi dengan sarana pendidikan seperti media pendidikan,

peralatan pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, perabot, dan

perlengkapan lainnya. Semua satuan pendidikan harus dilengkapi

dengan prasarana pendidikan seperti lahan, ruang kelas, ruang

pendidik, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang perpustakaan,

dan prasarana pendukung lainnya. Peraturan Menteri terkait Standar

Sarana dan Prasarana: Permen No. 24 Tahun 2007, Permen No. 33

Tahun 2008, Permen No. 40 Tahun 2008

5. Standar Pengelolaan. Standar Pengelolaan mencakup tiga

bagian, yaitu; Standar pengelolaan oleh satuan pendidikan, Standar

pengelolaan oleh Pemerintah Daerah, Standar pengelolaan oleh

Pemerintah. Peraturan Menteri terkait Standar Pengelolaan: Permen

No. 19 Tahun 2007

6. Standar Pembiayaan Pendidikan. Beberapa hal yang

termasuk di dalam Standar Pembiayaan Pendidikan adalah biaya

investasi, biaya operasi, dan biaya personal. Biaya investasi satuan

pendidikan mencakup biaya pengadaan prasarana dan sarana

pendidikan, modal kerja tetap, dan pengembangan sumber daya

manusia. Biaya operasi satuan pendidikan mencakup gaji tenaga

pendidik, peralatan pendidikan, biaya pemeliharaan saran dan

prasarana, pajak, asuransi, dan lain sebagainya. Biaya personal

mencakup biaya pendidikan yang harus dibayar peserta didik agar

Page 157: MBS KONTEMPORER - Islamic University

MBS KONTEMPORER

(147)

dapat mengikuti proses belajar-mengajar. Peraturan Menteri terkait

Standar Pembiayaan Pendidikan: Permen No. 69 Tahun 2009.

7. Standar Penilaian Pendidikan. Beberapa hal yang

termasuk di dalam Standar Penilaian Pendidikan diantaranya

penilaian hasil belajar oleh pendidik, penilaian hasil belajar oleh

satuan pendidikan, dan penilaian hasil belajar oleh pemerintah.

Peraturan Menteri terkait Standar Penilaian Pendidikan: Permen No.

20 Tahun 2007

8. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan. Tenaga

pendidik atau guru harus mempunyai kualifikasi akademik dan

kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat rohani dan jasmani,

serta mampu mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Pendidik

harus memiliki ijazah dan/ atau sertifikat keahlian sesuai dengan

ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Adapun kompetensi

yang harus dimiliki oleh tenaga pendidik adalah sebagai berikut:

Kompetensi pedagogik, Kompetensi kepribadian, Kompetensi

profesional, Kompetensi sosial. Peraturan Menteri terkait Standar

Pendidik dan Tenaga Kependidikan: Permen No. 12 Tahun 2007,

Permen No. 13 tahun 2007, Permen No. 16 Tahun 2007, Permen No.

24 Tahun 2008, Permen No. 25 Tahun 2008, Permen No. 26 Tahun

2008, Permen No. 27 Tahun 2008, Permen No. 40 – 45 Tahun 2009.

Fungsi dan tujuan utama dari Standar Nasional Pendidikan ini

adalah sebagai dasar pelaksanaan pendidikan di Indonesia. Dengan

demikian, pelaksanaan MBS juga harus memenuhi berlakunyasyarat

dalam Point Standar Pendidikan Nasional ini. Berikut penjelasan

selengkapnya:

1. Standar Nasional Pendidikan memiliki fungsi sebagai acuan atau

dasar dalam proses perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan

demi untuk mewujudkan pendidikan nasional yang berkualitas.

Page 158: MBS KONTEMPORER - Islamic University

TEORI DAN PRAKTIK

(148)

2. Standar Pendidikan Nasional bertujuan untuk memberikan

jaminan pendidikan nasional yang bermutu dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, membentuk karakter, serta

peradaban bangsa yang bermartabat.

3. Standari Nasional Pendidikan diselenggarakan secara terencana,

terarah, dan berkesinambungan sesuai dengan kebutuhan dan

perubahan kehidupan nasional dan global.

E. Ikhtiar lain Menyangkut Pendidikan

1. Mutu Pendidikan.

Dalam pandangan Umaedi (2004) mutu dapat diartikan

sebagai derajat keunggulan suatu barang dan jasa dibandingkan

dengan yang lain. Mutu dalam pendidikan dapat dilihat dari segi

relevansinya dengan kebutuhan masyarakat, cepat tidaknya lulusan

memperoleh pekerjaan yang bergaji besar serta kemampuan seseorang

di dalam mengatasi berbagai persoalan hidup.

Selanjutnya, Umadei menjelaskan alam konteks pendidikan,

pengertian mutu mencakup input, proses, dan output pendidikan.

Input pendidikan mengandung arti segala sesuatu yang harus tersedia

karena dibutuhkan untuk berlangsungnya proses. Input pendidikan

terdiri dari: (1) Sumber daya, yang meliputi sumber daya manusia

(kepala sekolah, guru, karyawan dan siswa) dan sumber daya

selebihnya (peralatan, perlengkapan, uang, bahan dsb). (2) Perangkat

lunak, yang meliputi struktur organisasi sekolah, peraturan

perundang-undangan, deskripsi tugas, rencana, program dsb, (3)

Harapan-harapan berupa visi, misi- tujuan, dan sasaran-sasaran yang

ingin dicapai oleh sekolah. Proses pendidikan merupakan berubahnya

sesuatu menjadi sesuatu yang lain. Dalam pendidikan yang berskala

mikro (tingkat sekolah), proses yang dimaksud adalah proses

pengambilan keputusan, proses pengelolaan kelembagaan, proses

pengelolaan program, proses belajar mengajar,dan proses monitoring

Page 159: MBS KONTEMPORER - Islamic University

MBS KONTEMPORER

(149)

dan evaluasi. Proses belajar mengajar memiliki tingkat kepentingan

tertinggi dibandingkan dengan lainnya. Proses dikatakan bermutu

tinggi apabila pengkoordinasian, penyerasian serta pemaduan input

sekolah dilakukan secara harmonis, sehingga mampu menciptakan

situasi pembelajaran yang menyenangkan (enjoyable learning),

mampu mendorong motivasi dan minat belajar dan benar-benar

mampu memberdayakan peserta didik. Output pendidikan merupakan

kinerja sekolah.

2. Kinerja.

Menurut Bernardin dan Russel kinerja adalah catatan tentang

hasil-hasil yang diperoleh dari fungsi pekerjaan atau kegiatan tertentu

selama kurun waktu tertentu. Armstrong mengemukakan bahwa

kinerja harus didefinisikan sebagai hasil pekerjaan. Selain itu Edwin

Locke mengemukakan bahwa secara historis, kinerja didefinisikan

sebagai serangkaian pernyataan tugas yang berasal dari deskripsi

pekerjaan, kemudian dinilai untuk mengetahui sejauh mana mereka

melaksanakan tugas tersebut.70

Supardi menjelaskan secara lebih luas. Ia mendefinisikan

kinerja sebagai hasil kerja yang telah dicapai oleh seseorang dalam

suatu organisasi untuk mencapai tujuan berdasarkan atas standarisasi

atau ukuran dan waktu yang disesuaikan dengan jenis pekerjaannya

dan sesuai dengan norma dan etika yang telah ditetapkan.71

Peneliti lain, yakni Mangkunegara telah menjelaskan kinerja

dan pencapaiannya. Ia menjelaskan bahwa factor yang mempengaruhi

kinerja dalam organisasi tediri atas dua, yaitu faktor individu dan

faktor lingkungan organisasi. Secara psikologis, individu yang normal

adalah individu yang memiliki integritas yang tinggi antara fungsi

70Edwin Locke, Handbook of principles of Organizational Behavior (Chippenham, Wiltshire:

Antony Rowe Ltd, 2009), hal. 86. 71Supardi, Kinerja Guru (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2014), hal. 46-47.

Page 160: MBS KONTEMPORER - Islamic University

TEORI DAN PRAKTIK

(150)

psikis (rohani) dan fisiknya (jasmaniah). Dengan adanya integritas

yang tinggi antara fungsi psikis dan fisik., maka individu tersebut

memiliki konsentrasi diri yang baik. Konsentrasi yang baik ini

merupakan modal utama individu manusia untuk mampu mengelola

dan mendayagunakan potensi dirinya secara optimal dalam

melaksanakan kegiatan atau aktivitas kerja sehari-hari dalam mencapai

tujuan organisasi. Sedangkan faktor lingkungan organisasi sangat

menunjang bagi individu dalam mencapai prestasi kerja. Faktor

lingkungan organisasi yang dimaksud antara lain uraian jabatan yang

jelas, pola komunikasi kerja yang efektif, hubungan kerja harmonis,

iklim kerja respek dan dinamis, peluang berkarier dan fasilitas kerja

yang relative memadai.

Amstrong dan Baron secara lengkap menjelaskan bahwa

empat faktor yang mempengaruhi kinerja yaitu: 1) faktor personal,

meliputi ketrampilan individual, kompetensi, motivasi, dan komitmen,

2) faktor kepemimpinan, yaitu kualitas dari pemberian motivasi,

bimbingan dan dorongan yang diberikan oleh pimpinan, 3) faktor

sistem pekerjaan dan fasilitas yang diberikan oleh organisasi, dan 4)

faktor situasional, meliputi perubahan dan penekanan dari factor

internal dan eksternal.72

Sedangkan menurut Rivai dan Sagala adapun aspek-aspek

yang dinilai untuk mengukur kinerja seseorang berdasarkan hasil studi

Lazer dan Wikstrom dapat dikelompokkan sebagai berikut:73

Pertama

kemampuan teknis, yaitu kemampuan menggunakan pengetahuan,

metode, teknik, dan peralatan yang dipergunakan untuk melaksanakan

tugas serta pengalaman dan pelatihan yang diperolehnya. Kedua

kemampuan konseptual, yaitu kemampuan untuk memahami

72 Michel Amstrong and Anggela Baron, Organizational Behavior, (New Jersey. Prentice Hall,

2000), hal. 16-17 73Veithzal Rivai dan Ella Jauvani Sagala, Manjemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan

Dari Teori Ke Praktik, (Jakarta: RajaGrafindo. 2009), hal. 563.

Page 161: MBS KONTEMPORER - Islamic University

MBS KONTEMPORER

(151)

kompleksitas organisasi dan penyesuaian bidang gerak dari unit

masing-masing ke dalam bidang operasional organisasi secara

menyeluruh, yang pada intinya individual tersebut memahami tugas,

fungsi serta tanggung jawabnya sebagai seorang karyawan. Ketiga

kemampuan hubungan interpersonal, yaitu antara lain kemampuan

untuk bekerja sama dengan orang lain, memotivasi karyawan,

melakukan negosiasi, dan lain-lain.

Berdasarkan teori-teori di atas, penulis menyimpulkan bahwa

faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja individu dalam organisasi

dapat bersumber dari lingkungan maupun individu itu sendiri. Faktor

lingkungan yakni faktor-faktor yang berhubungan dengan organisasi,

seperti kepemimpinan, lingkungan kerja, karakteristik pekerjaan, dan

lain-lain sebagainya. Sedangkan faktor individu berhubungan dengan

watak, dan kualifikasi pribadi, motivasi dan komitmen organisasi.

Dengan demikian, dalam penelitian ini, penulis mendefiniskan

bahwa kinerja sekolah adalah prestasi sekolah yang dihasilkan dari

prilaku sekolah. Kinerja sekolah dapat diukur dari kualitasnya dan

kuantitasnya, serta efektivitasnya dan prodrutivitasnya. Untuk

mengetahui tingkat kinerja sekolah bisa ditunjukkan oleh berbagai

indikator. Salah satunya indicator output sekolah yang berkualitas

antara lain : prestasi belajar siswa dibidang akademik maupun non-

akademik, kualitas siswa pergaulan dan etika anak didik di tengah

masyarakat.

Page 162: MBS KONTEMPORER - Islamic University

TEORI DAN PRAKTIK

(152)

Page 163: MBS KONTEMPORER - Islamic University

MBS KONTEMPORER

(153)

BAGIAN KELENAM

PENUTUP MBS KONTEMPORER, SUATU MODEL MANAJEMEN PENDIDIKAN TANGGUH

SEJARAH pendidikan di Indonesia sudah dimulai sejak

jaman penjajahan dengan segala permasalahannya, dengan segala

penyakit dan obat yang kemudian menyembuhkannya. Ketika

lndonesia merdeka, pendidikan kita pun mulai bangkit, ia tumbuh dan

mengisi ruang-ruang pembangunan. Menyapa seluruh manusia

Indonesia yang belum tersentuh arti pendidikan. Hingga sampailah

kita pada hari ini, massa ketika pendidikan jadi dambaan, sehingga

predikat sebagai manusia berpendidikan pun menjadi cita-cita siapa

saja, tanpa memanda rasa atau suku, semua sama berbaung dalam

ruang-ruang pendidikan..

Beberapa tahun lalu, dengan disahkannya UU Sisdiknas tahun

2003,terjadi pergeseran paradigma pendidikan dari yang semula

dalam kemasan sentralistik menjadi terbuka oleh system

desentralistik. Pasal 51 UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20/2003

menyatakan bahwa ―Pengelolaan satuan pendidikan anak usia dini,

pendidikan dasar, dan pendidikan menengah dilaksanakan

berdasarkan standar pelayanan minimal dengan prinsip manajemen

berbasis sekolah/madrasah‖.

Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) merupakan konsep

pengelolaan sekolah yang ditujukan untuk meningkatkan mutu

pendidikan secara lebih baik dan lebih luas. Upaya mewujudkan

praktik model MBS yang ideal tidaklah mudah karena terbatasnya

sumber daya dan dibtuuhkan energy yang besar dan kemauan kuat

dari pengelola. Maka pencapaian tujuan MBS akhirnya dilakukan

secara bertahap yang dibagi ke dalam strategi jangka pendek,

menengah, dan panjang.

Page 164: MBS KONTEMPORER - Islamic University

TEORI DAN PRAKTIK

(154)

Pemberdayaan sekolah sekaligus pemberdayaan masyrakat

dengan manajemen partisipatif-nya lewat hadiah otonomi sekolah

yang lebih besar, di samping menunjukkan sikap tanggap pemerintah

terhadap kebutuhan masyarakat akan pendidikan, juga dapat dipakai

sebagai upaya efesiensi anggaran. Ini dapat dijelaskan bahwa krisis

besar di tahun 1997 berdampak luas terhadap perekonomian Indonesia

termasuk pendidikan.

Kini, pemerintah telah percaya bahwa kepala sekolah dan

dewan sekolah mampun menentukan cara mencapai sasaran

pendidikan di masing-masing sekolah. Kepercayaan ini harus dijawab

dengan catatan keberhasilan. Setiap sekolah perlu menyusun laporan

kinerja tahunan yang mencakup ―seberapa tinggi kinerja sekolah

bagaimana alokasi pemanfaatan dana serta inovasi apa yang telah

dikembangkan dalam mencapai tujuan keberhasilan pendidikan.‖

Untuk menyukseskan MBS perlu ditingkatkan berbagai

pelatihan dalam bidang-bidang manajemen, seperti bagaimana tekhnik

pemecahan masalah dan pengambilan keputusan, penanganan konflik,

tekhnik mkominkasi masa, tekhnik pemberdayaan masyarakat, dan

berbagai pelatihan yang mampu memperkuat dan memperkukuh

eksistensi dan kapasitas pengelola MBS.

Zaman semakin berkembang, Konsep MBS yang diundangkan

pada 2003 lalu, siap-siap menerima tantangan baru berupa kemajuan

ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Kini zaman kompetisi yang penuh

tantangan di mana semua sistem terkomputerisasi. Semua fasilitas

komuniksai telah berbentuk visual, semua serba online, semua bisa

dilakukan secara cepat dan efesien. MBS harus segera beradaptasi,

mengenakan seragam tekhnologi dan bertarung dalam kecepatan

dunia maya. MBS kontemporer adalah ikhtiar baru dunia pendidikan

Indonesia dalam menjawab tantangan zaman.

Page 165: MBS KONTEMPORER - Islamic University

MBS KONTEMPORER

(155)

Page 166: MBS KONTEMPORER - Islamic University

TEORI DAN PRAKTIK

(156)

Page 167: MBS KONTEMPORER - Islamic University

MBS KONTEMPORER

(157)

Page 168: MBS KONTEMPORER - Islamic University

TEORI DAN PRAKTIK

(158)

Page 169: MBS KONTEMPORER - Islamic University

MBS KONTEMPORER

(159)

Page 170: MBS KONTEMPORER - Islamic University

TEORI DAN PRAKTIK

(160)

Page 171: MBS KONTEMPORER - Islamic University

MBS KONTEMPORER

(161)

Page 172: MBS KONTEMPORER - Islamic University

TEORI DAN PRAKTIK

(162)

Page 173: MBS KONTEMPORER - Islamic University

MBS KONTEMPORER

(163)

Page 174: MBS KONTEMPORER - Islamic University

TEORI DAN PRAKTIK

(164)

Page 175: MBS KONTEMPORER - Islamic University

MBS KONTEMPORER

(165)

DAFTAR PUSTAKA

Authoritarian to democratic Goverments : The Cases of Argentina,

Colombia, Venezuela, and Spain, dalam lnternasional Jurnal of

Educational Development, Vol 32. No.1. Hal. 96-97.

A. Malik Fadjar, Kata Pengantar dalam Ibtisam Abu Duhou, School-

Based Management, Penerjemah Noryamin Aini, dkk

Candoli, Site-Based Management in Education : How to Make It Work in

Your School, (Lancaster : Technomic Publishing Co, 1995), hal.

Xi

Donni Juni Priansa dan Rismi Somad, Manajemen Supervisi &

Kepemimpinan Kepala Sekolah, Bandung: Alfabeta. 2014

Depdiknas, Panduan Monitoring dan Evaluasi dalam Manajemen

Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Jakarta: Dikmenum. 2001

Dorothy Myers dan Robert Stonehill, School based Management, Office

of Research Education: Cunsumer Guide, 1993

Direktorat Pendidikan Luar Biasa, Manajemen Berbasis Sekolah, Jakarta,

2008

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama, Jakarta Direktorat

Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah,

Departemen Pendidikan Nasional, 2007

Dewi Widiyastuti, Makalah, 2019 https:// afidburhanuddin.

wordpress.com/2014/01/18 /konsep-dan-penerapan-manajemen-

berbasis-sekolah/ di akses tanggal 12 Juli 2019

Edwin Locke, Handbook of principles of Organizational Behavior

Chippenham, Wiltshire: Antony Rowe Ltd, 2009

Edy Sutrisno, Manajemen Sumber Daya Manusia Prenadamedia Group,

2015

Fasli Jalal dan Dedi Supriadi (ed) Reformasi Pendidikan Dalam Otonomi

Daerah, Yogyakarta : Adicita Karya Nusa, 2001

Page 176: MBS KONTEMPORER - Islamic University

TEORI DAN PRAKTIK

(166)

Handayani, Suci. Perlibatan Masyarakat Marginal Dalam Perencanaan

dan Penganggaran Partisipasi (Cetakan Pertama). Kompi Solo,

Surakarta: 2006.

HAR, Tilaar. Paradigma Baru Pendidikan Nasional. JJakarta : Rineka

Cipta: 2009

Ibtisam Abu Duhou, School-Based Management, Penerjemah Noryamin

Aini, dkk, Jakarta : Logos, 2002

Lias Hasibuan, Kurikulum & Pemikiran Pendidikan Jakarta: Gaung

Persada Press, 2010

Mulyana E, Konsep Manajemen Berbasis Sekolah Strategi dan

Implementasi, Bandung : Rosda Karya, 2004,

Mulyasa, E. Managemen Berbasis Sekolah: Konsep, Strategi, dan

Implementasi. Bandung : Remaja Rosdakarya. 2009

Mulyasa, E. Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep Strategi, dan

lmplementasi. Bandung: Remaja Rosda Karya. 2002.

Mulyasa, E.. Manajemen & Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta:

Remaja Rosdakarya. 2013

Mulyasa, E. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung : PT Remaja

Rosda Karya. 2005

Miftah Thoha, Perilaku Organisasi, Jakarta : Rajawali, 1983

Mukhtar, dkk Memaksimalkan Kinerja Sekolah, Jambi – KSP Jambi,

2017

Muspawi, dkk, Menjadi Pemimpin Inovatif., Jambi - KSP 2017

Michel Amstrong and Anggela Baron, Organizational Behavior, New

Jersey. Prentice Hall, 2000

Mark Hanson, Educational Reform and The Transition From

Authoritarian to democratic Goverments : The Cases of

Argentina, Colombia, Venezuela, and Spain, dalam Internasional

Junal of Educational Development, Vol 32, No.1. 1997.

Page 177: MBS KONTEMPORER - Islamic University

MBS KONTEMPORER

(167)

Nurkholis. Manajemen Berbasis Sekolah : Teori, Model dan

Implementasi. Jakarta : PT. Grasindo. 2003.

Nurkholis Manajemen Berbasis Sekolah, Teori, Model dan Aplikasi,

Jakarta: PT. Gramedia, Widiasarana Indonesia, 2003

Nanang Fattah, Konsep Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan Dewan

Sekolah, Bandung : Pustaka Bani Quraisy, 2004

Onisimus Amtu, Manajemen Pendidikan di Era Otonomi Daerah,

Konsep, Strategi, dan Implementasi, Bandung, Alfabeta 2011

Ogawa, R. T.; and Kranz, J. "What Do We Know About School-Based

Management? A Case Study of the Literature--A Call for

Research." edited by W. H. Clune and J. F. Witte. New York:

The Falmer Press, 1990

Paul Suparno, Dkk. Reformasi Pendidikan, Cet-9 Yogyakarta Kanisius,

2002

Ralph M. Stogdill, Handbook Of Leadership, New York : The Free Press,

1974

Rohiyat, Manajemen Sekolah Teori Dasar dan Praktik, Bandung, PT.

Refika Aditama. 2010

School-based decision-making and management / edited by Judith D.

Chapman. London ; New York : Falmer Press, 1990.

Savina Salim, Pengembangan Sumber Daya Manusia.

Sri Rahmi, Kepemimpinan Transformasional dan Budaya Organisasi:

Ilustrasi di Bidang Pendidikan Jakarta: Mitra Wacana Media, 2014

Slamet, M. Membentuk Pola Perilaku Manusia Pembangunan. Bogor:

IPB Press 2003

Sondang P Siagian Manajemen Sumber daya Manusia, Bumi Aksara

2002 -314

Sugiyah. Partisipasi Komite Sekolah dalam penyelenggaraan Rintisan

Sekolah Bertaraf Internasional di Sekolah Dasar Negeri IV Wates,

Kabupaten Kulon Progo. Tesis. PPs UNY., (2010).

Page 178: MBS KONTEMPORER - Islamic University

TEORI DAN PRAKTIK

(168)

Siti Irene A.D., Desentralisasi dan Partisipasi Masyarakat dalam

Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2001

Syaiful Sagala Manajemen Berbasis Sekolah dan Masyarakat, Strategi

memenangkan persaingan mutu, Jakarta: Rakasta Samasta, 2004

Supardi, Kinerja Guru Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2014

Soetopo, H. Manajemen Berbasis Seklah & Kurikulum Berbasis

Kompetensi: Bunga Rampai Pokok Pikiran Pembaharuan

Pendidikan di Indonesia. Malang: FIP UM. 2009

Suryono, Agus. Teori dan Isi Pembangunan. Malang: Universitas Negeri

Malang. UM Press 2001

Suryosubroto, B. Manajemen Perndidikan di Sekolah. Jakarta : Rineka

Cipta. 2010

Umaedi, Hadiyanto dan Siswantari, Manajemen Berbasis Sekolah.

Jakarta: Universitas Terbuka 2008

Umaedi, M.Ed. dkk Manajemen Berbasis Sekolah, Modul 1, Jakarta,

Unviersitas Terbuka, 2010

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, Tentang

Sistem Pendidikan Nasional, Bandung: Penerbit Fokusmedia.

2006

Veithzal Rivai dan Ella Jauvani Sagala, Manjemen Sumber Daya

Manusia Untuk Perusahaan Dari Teori Ke Praktik, (Jakarta:

RajaGrafindo. 2009

Wohlstetter, Priscilla and Susan Albers Mohram, 1996. Assesment of

scholl based management: studies of education reform. U.S

Department of Education Office of Education Research and

Improvement.

Yukl, Leadership in Organization, London Prentice Hall International,

1998.

Yuwono, Teguh. Manajemen Otonomi Daerah : Membangun Daerah

Berdasar Paradigma Baru. Semarang: Clyapps Diponegoro

University, 2001

Page 179: MBS KONTEMPORER - Islamic University

MBS KONTEMPORER

(169)

https://www.academia.edu/29773859/Landasan_Filosofis_Manajemen_Berbasis_Sekola

h http://repository.ut.ac.id/4170/1/IDIK4012-M1.pdf

https://vhocket.wordpress.com/2012/03/22/konsep-dan-penerapan-fungsi-fungsi-

manajemen-pendidikan-di-lembasa-pendidikan/

http://www.anekamakalah.com/2012/05/fungsidanprinsipmanajemenpendidikan.html

http://www.pdfsearch.com/MBS

http://nayukpuspita-ap.bloespot.com/201/01/penerapan-funqsi-manajemen-dalam.html,

accessed 16 Februari 2012.

http://www.tokoblog.net/2010/08/manajemen-pendidikan.html, accessed 16 Februari

2012.

www. Internet. Manajemen berbasis sekolah: Di acses 17 April 2016 jam 20.30 Wib.

www. Internet. Kepemimpinan dalam manajemen berbasis sekolah, Ridho FKIP Di

acses 16 April 2016 jam 19.00 wib.

http://immakhasanah.blogspot.com/2013/03/makalah-desentralisasi-pendidikan.html.

http://wayanmegayana.blogspot.com/2011/12/fungsi-managemen-yang.html.

http://agusputraas.blogspot.com/2010/10/desentralisasi-pendidikan.html

https://kepompong.xyz/strategi-implementasi-mbs/

http://jurnal-sdm.blogspot.com/2010/03-peningkatan-mutu-berbasis.html, diakses tgl 14

April 2016

www: kharisalmumtaz.blogsport.co.id/2015/manajemen-pendidikan-berbasis-madrasah

http://edukasi.kompasiana.com/2012/03/12/latar-belakang-munculnya-mbs/ diakses

pada tanggal 15 Oktober 2012

http://dahare.blogspot.com/2012/06/pengembangan-manajemen-berbasis-sekolah.html

http://tyaeducationjournals.blogspot.com/2008/04/manajemen-berbasis-sekolah-di-

amerika.html Diakeses tanggga 22 Juli 2019 Pukul 01.03 wib

http://tyaeducationjournals.blogspot.com/2008/04/manajemen-berbasis-sekolah-di-

amerika.html Diakeses tanggga 22 Juli 2019 Pukul 01.03 wib

(http://www.academia.edu/4420199/Pengembangan_Sumber_Daya_Manusia.

https://slideplayer.info/slide/2802006/ diakses 11 Juni 2019

Page 180: MBS KONTEMPORER - Islamic University

TEORI DAN PRAKTIK

(170)

BIODATA PENULIS

Dr. H. Lukman Hakim, M.Pd.I., Lahir di Sarolagun Pada 17

Maret 1970. Gelar Sarjana S1 diperolehnya dari IAIN STS Jambi

(Sekarang UIN) pada tahun 1995, S2 diperolehnya di tempat yang sama

pada tahun 2004 dan pendidikan S3 ditempuh di Universitas Negeri

Jakarta (UNJ) dan memperoleh gelar Doktor pada tahun 2012 dengan

disertasi berjudul ―Pengaruh Kecerdasan Emosional, Motivasi Kerja, dan

Pengetahuan Manajerial terhadap Efektivitas Kerja. (Studi Kausal

Terhadap Kepala Madrasah Tsanawiyah di Jambi).

Dr. Lukman Hakim telah menulis setidaknya lima buku buku

bidang manajemen pendidikan. Bebrapa karya penerlitiannya juga

diterbitkan oleh bebrapa jurnl nasional maupn internasional/ Saat ini ia

bekerja sebagai Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas

Islam Negeri (UIN) STS Jambi, dan menjabat sebagai Wakil Dekan

Fakultas Ilmua Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi. Beberapa kali

dipercaya mengadakan lawatan ke negeri tetangga antara lain Singapura,

Malaysia, Thailand dan Bruunai Darussalam dalam rangka Dinas

Pendamping dari UIN STS Jambi dan mengunjungi Arab Saudi program

TPHD yang dibiayai Pemerintah Provinsi Jambi. Suami dari Nuriza Laila

dan Ayah dari lima orang putra putri.

Page 181: MBS KONTEMPORER - Islamic University

MBS KONTEMPORER

(171)

Page 182: MBS KONTEMPORER - Islamic University
Page 183: MBS KONTEMPORER - Islamic University

TEORI DAN PRAKTIK