Difteri

29
DIFTERI PADA ANAK 3 TAHUN Angela Merici Sengo Bay 102011145

description

PPT DIFTERI

Transcript of Difteri

DIFTERI PADA ANAK 3 TAHUN

Angela Merici Sengo Bay102011145

Skenario

• Seorang anak laki-laki berusia 3 tahun dengan keluhan sesak nafas sejak 1 hari yang lalu. Keluhan didahului batuk pilek sejak 1 minggu yang lalu, deman tinggi serta nyeri menelan sejak 2 hari yang lalu serta anoreksia.

Istilah

• Agitasi (keresahan atau kegelisahan) adalah suatu bentuk gangguan yang menunjukkan aktivitas motorik berlebihan dan tak bertujuan.

• Stridor adalah kondisi abnormal, di mana suara pernapasan bernada tinggi yang disebabkan oleh sumbatan di tenggorokan atau kotak suara (laring). Biasanya dengar saat mengambil napas.

Seorang anak laki-laki berusia 3 tahun dengan

keluhan sesak nafas sejak 1 hari yang lalu.

Anamnesis Pemeriksaan : - Fisik

- Penunjang

Diagnosis:- WD- DD

Epidemiologi

Etiologi

Patofisilogi Gejala Klinis

Penatalaksanaan

Komplikasi

Prognosis

Pencegahan

Hipotesis

• Anak laki-laki berusia 3 tahun menderita Difteri.

Anamnesis

• Identitas pasien• Keluhan utama • Riwayat penyakit sekarang• Riwayat penyakit dahulu• Riwayat kesehatan keluarga• Riwayat pribadi, sosial-ekonomi-

budaya

Pem. Fisik

InspeksiPalpasiPerkusiAuskultasi

Pem. Penunjang

• Bakteriologik : preparat hapusan difteri dari dari bahan hapusan mukosa hidung dan tenggorok ( nasofaringeal swab ).

• Darah rutin : Hb, Ht, leukosit, eritrosit, albumin, dll.

• Tes Schick

• Perum Biofarma yang tersedia dalam sediaan 5 cc, dimana setiap cc-nya mengandung toxin difteri yang stabil 1/50 dl/m, dengan cara menyuntikkan 0,1 cc secara intra cutan pada lengan bawah kiri bagian voler dengan menggunakan jarum suntik 1 cc.

• Pada seseorang yang tidak mengandung antitoksin, akan timbul vesikel pada bekas suntikan dan hilang setelah beberapa minggu. Pada yang mengandung antitoksin rendah, uji Schick dapat positif, pada bekas suntikan timbul warna merah kecoklatan dalam 24 jam.

Diagnosis

• Diagnosis kerja : Difteri• Diagnosis banding :

- Tonsilitis akut- Peritonsilar abses- Retrofaringeal abses

1. Tonsilitis akut- Radang akut pada tonsil - Infeksi kuman (Streptococcus B hemolitikus ( 50 % ), Streptococcus viridians dan Streptococcus piogenes.

- Anak-anak terutama berusia 5 tahun dan 10 tahun. - Droplet yang infeksius, alat makan dan makanan.

2. Peritonsilar abses

- komplikasi tonsillitis akut - nanah pada jaringan peritonsil yang terbentuk

sebagai hasil dari supuratif tonsillitis- Streptococcus piogenes ( grup A Beta-hemolotik

streptocoocus ), Stapylococcus aureus, dan Haemophilus influenza (aerob)

- Fusobacterium (anaerob)

3. Retrofaringeal abses

- Penimbunan nanah di dalam jaringan tenggorokan bagian belakang

- Streptokokus

Difteri Tonsilitis Peritonsilar abses Retrofaringeal abses

M. diphtheriae Streptococcus B hemolitikus ( 50 % ), Streptococcus viridians dan Streptococcus piogenes

Streptococcus piogenes (aerob)Fusobacterium (anaerob).

Streptokokus

Anoreksia, Sesak nafas ,tenggorokan sakit,, kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, demam, dll.

Demam, nyeri tenggorokan,

Nyeri tenggorokan hebat, demam, trismus spasme otot leher.

Demam tinggi, nyeri tenggorok, anoreksia,

Etiologi

- Corynebacterium diphtheriae- Penyumbatan oleh lendir, khususnya pada

rongga tonsil dan faring.

Epidemiologi

• Anak-anak usia di bawah 15 tahun.• Selama permulaan pertama dari abad ke-20,

difteri merupakan penyebab umum dari kematian bayi dan anak – anak muda.

DIFTERIACORYNEBACTERIUM DIPHTHERIA

↓toksin menempel di mukosa saluran nafas bagian atas (kulit,konjungtiva, telinga)

↓Menghasilkan toksin yang diabsorsi membrane sel

↓Toksin menghambat gangguan sintesa protein

↓Setelah dikeluarkan bakteri, terpapar tripsin

Fragmen A dan fragmen B↓

nekrosis jaringan dan membentuk eksudat↓

Produksi toksin meningkat dan daerah infeksi makin meluas↓

pseudomembran ↓

Sesak nafas reaksi peradangan lemah fisik, kekurangan O2 , bibir pecah-pecah, lemah fisik ,tenggorokan sakit, intoleransi aktifitas , susah makan / anoreksia,

kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, dll.

Manifestasi klinik

• Imunitas pasien • Virulensi dan toksigenitas• Lokasi penyakit secara anatomis• Usia• Penyakit penyerta

Penatalaksanaan

Anti Diphteria Serum (ADS)

Antibiotika ( penisilin, kloramfenikol )

Kortikosteroid ( prednison ): komplikasi miokarditis

• Non Medika Mentosa1. Perawatan yang baik

• 2. Istirahat mutlak ditempat tidur• 3. Isolasi penderita dan pengawasan yang

ketat atas kemungkinan timbulnya komplikasi.

Pencegahan

• Imunisasi DPT• Isolasi penderita

Komplikasi a. Aluran Pernafasan : obstruksi jalan nafas

dengan segala bronkopnemonia atelaktasio.b. Kardiovaskuler : Miokarditir akibat toksin yang

dibentuk kuman penyakit ini.c. Urogenital : Dapat terjadi Nefritis.d. Susunan daraf : Kira-kira 10% penderita difteria

akan mengalami komplikasi yang mengenai system susunan saraf terutama system motorik .

e. Paralisis / parese

Prognosis

• Dubia et bonam.• Sebelum adanya antioksidan dan antibiotic,

angka kematian mencapai 30-50 %. Namun dengan adanya antibiotic maka kematian menurun menjadi 5-10 %.

• Usia serta waktu pengobatan.

Kesimpulan

• Hipotesis diterima.