Dermatitis Kti Dls

124
DERMATITIS 15.13 KTI kebidanan 1. Dermatitis Kontak Dermatitis kontak merupakan respon reaksi hipersnsitivitas lambat tipe IV, kelainan inflamasi yang bersifat ekzematosa dan disebabkan oleh reaksi kulit terhadap sejumlah bahan yang irirtan atau alergenik. Ada 4 bentuk dasar: alergik, iritan, fototoksik, fotoalergika. Hampir setiap zat dapat menimbulkan dermatitis kontak antara lain: poison ivy, bahan kosmetika, sabun deterjen, dan bahan industri a. Manifestasi klinik Gatal-gatal, rasa terbakar, eritema, lesi kulit (vesikel), dan edema yang diikuti pengeluaran sekret, pembentukan krusta dan akhirnya pengeringan serta pengelupasan kulit. Rangkuman karakteristik dari dermatitis kontak Tipe Etiologi Gambaran Kinis Pemeriksaan Diagnostik Terapi Alergik Reaksi hipersensitivitas tipe IV yang terjadi akibat kontak kulit dengan bahan alerginik. Tipe ini memiliki periode sensitivitas 10-14 hari Vasodilatasi dan infiltrat perivaskuler pada dermis Edema intrasel Biasanya terlihat pada permukaan dorsal tangan Tes Pacth Hindari bahan penyebab Larutan Burrowl atau kompres air dingin Kortikosteroid sistemik selama 7 hari Iritan Terjadi akibat kontak dengan bahan secara kimiawi atau fisik merusak kulit tanpa dasar imunologik. Terjadi sesudah kontak pertama dengan iritan atau kontak ulang dengan iritan ringan dalam waktu yang lama Kekeringan kulit dalam beberapa hari hingga beberapa bulan Vesikula, fisura dan pecah-pecah

description

kdkdkd

Transcript of Dermatitis Kti Dls

Page 1: Dermatitis Kti Dls

DERMATITIS

15.13 KTI kebidanan

1. Dermatitis KontakDermatitis kontak merupakan respon reaksi hipersnsitivitas lambat tipe IV,kelainan inflamasi yang bersifat ekzematosa dan disebabkan oleh reaksi kulitterhadap sejumlah bahan yang irirtan atau alergenik. Ada 4 bentuk dasar: alergik,iritan, fototoksik, fotoalergika. Hampir setiap zat dapat menimbulkan dermatitiskontak antara lain: poison ivy, bahan kosmetika, sabun deterjen, dan bahanindustria. Manifestasi klinikGatal-gatal, rasa terbakar, eritema, lesi kulit (vesikel), dan edema yang diikutipengeluaran sekret, pembentukan krusta dan akhirnya pengeringan sertapengelupasan kulit.Rangkuman karakteristik dari dermatitis kontakTipe Etiologi Gambaran Kinis PemeriksaanDiagnostikTerapiAlergik Reaksi hipersensitivitas tipe IV yang terjadi akibat kontak kulit dengan bahan alerginik.Tipe ini memiliki periode sensitivitas 10-14 hariVasodilatasi dan infiltrat perivaskuler pada dermisEdema intrasel Biasanya terlihat pada permukaan dorsal tanganTes Pacth Hindari bahan penyebab Larutan Burrowl atau kompres air dinginKortikosteroid sistemik selama 7 hariIritan Terjadi akibat kontak dengan bahan secara kimiawi atau fisik merusak kulit tanpa dasar imunologik.Terjadi sesudah kontak pertama dengan iritan atau kontak ulang dengan iritan ringandalam waktu yang lamaKekeringan kulit dalam beberapa hari hingga beberapa bulan Vesikula, fisura dan pecah-pecahTangan dan lengan bawahHasil patch test negatif yang sesuaiAnti histamin untuk mengurangi pruritusIdentifikasi dan penghilangan sumber iritasiPemberian krim merupakan bagian yang sering terkena.untuk mendinginkan kulit dan mengurangi iritasiKortikosteroid topikaldan obat kompres untuk mengatasi lesi yang berairAntibiotik untuk mengatasi infeksi dan antihistamin oral untuk pruritusFototoksik Menyerupai tipe iritan tetapi memerlukan kombinasi sinar matahari dan bahan kimia yang merusak kulit Serupa dengan dermatitis iritanTes photopatchSama seperti dermatitis alergika dan iritanFotoalergik Menyeruoai dermatitis alergika tetapi memerluka pajanan cahaya di sampingkontak alergen untuk menimbulkan reaktivitas immunologikSerupa dengan dermatitis alergika

Page 2: Dermatitis Kti Dls

Tes photopatch Sama seperti dermatitis alergika dan irita2. Dermatitis AtopikDermatitis atopik adalah peradangan kulit yang melibatkan perangsanganberlebihan limfosit T dan sel mast. Tipe gatal kronik yang sering timbul, dalamkeadaan yang sering disebut eksema. Kata “atopic” berhubungan dengan tigagroup gangguan alergi yaitu asthma, alergi renitis (influensa), dan dermatitisatopika. InsidenKejadian dari beberapa studi menyatakan 75 sampai 80 % dari kliendermatitis atopik mengenai perorangan atau keluarga yang mempunyairiwayat gangguan alergi. Dermatitis atopik merupakan keadaan yang biasamengganggu mempengaruhi 0,5 – 1 % penduduk seluruh duniab. EtiologiPenyebab utama dermatitis atopik adalah belum diketahui. Xerosis adalahbiasa lebih buruk selama periode kelembaban rendah; musim dingin daerahgaris lintang utara memperburuk gatal-gatalc. PatofisiologiDibandingkan dengan kulit normal, kekeringan kulit pada dermatitis atopikkarena ada penurunan kapasitas pengikatan air, kehilangan air yang tinggi ditransepidermal, dan penurunan isi air. Pada bagian kehilangan air mengalamikekeringan yang lebih lanjut dan peretakan dari kulit, menjadi lebih gatal.Gosokan dan luka garukan dari kulit karena gatal merupakan respon daribeberapa keluhan kulit di klinik.d. Manifestasi KlinikDermatitis atopik dimulai sejak selama anak-anak. Dalam keadaan akut, yangpertama tampak kemerahan, lumpur dan banyak kerak. Pada bayi lesi kulittampak pada wajah dan bokong. Pada anak yang lebih tua dan remaja lesitampak lebih sering muncul di tangan dan kaki, di belakang lutut, dan lipatsiku.Gejala terbesar adalah pruritus hebat menyebabkan berulangnya peradangandan pembentukan lesi, yang mrupakan keluhan utama orang mencari bantuaane. KomplikasiInfeksi kulit oleh bakteri-bakteri yang lazim dijumpai terutamastaphylococcus aureus, jamur, atau oleh virus misalnya herpes simpleks.Pengidap penyakit ini sebaiknya menghindari inokulasi virus hidup yangdilemahkan.f. Penatalaksanaan DietPenatalaksanaan diet pada dermatitis atopik masih merupakan masalah yangkontroversional. Alergi makanan yang signifikan, tidak diketahui sebagaipenyebab dari dermatitis atopik atau berapa persentase dari klien dermatitisatopik yang mempunyai alergi terhadap makanan. Alergen yang paling umumyang sering muncul adalah telur, susu sapi, kedelai, gandum, kacangkacangan,dan ikan. Alergen yang telah diketahui ini harus dihindari.Perawataan harus dilakukan untuk menghindari terjadinya malnutrisi ketikamelakukan pembatasan diet apa saja.3. Reaksi Obat dan Medikasi (Dermatitis Medikamentosa)a. Dermatitis Medikamentosa adalah kelainan hipersensitivitas tipe I, merupakanistilah yang digunakan untuk ruam kulit karena pemakaian internal obatobatanatau medikasi tertentu. Pada umumya reaksi obat timbul mendadak,raum dapat disertai dengan gejala sistemik atau menyeluruh.

Page 3: Dermatitis Kti Dls

b. Urtikaria merupakan reaksi alergi hipersensitivitas tipe I yang ditandai dengankemunculan mendadak lesi yang menonjol edematosus, berwarna merah mudadengan ukuran dan bentuk yang bervariasi. Bagian tubuh yang terkenatermasuk membran mukosa (mulut), laring dan traktus gastrointestinal.c. Edema Angioneurotik merupakan pembengkakan timbul mendadak beberapadetik atau menit, atau secara perlahan-lahan, yang mengenai lapisan kulit yanglebih dalam, sehingga tidak nampak lesi diluar. Bagian tubuh yang seringterkena adalah bibir, kelopak mata, pipi, tangan, kaki, genitalia dan lidah;membran mukosa laring, bronkus, dan saluran gastrointestinal.d. Alergi makanan merupakan bentuk hipersensitivitas tipe I. Gejala klinisnyaberupa gejala alergi yang klasik seperti yang lainnya.e. Serum sickness merupakan hipersensitivitas tipe III komplek imun.4. Pengkajian KeperawatanKlien dengan dermatitis harus dikaji bagaimana kebiasaan hygiene sehari-hari(misal: apakah klien mandi menggunakan sabun dan air panas?), pengobatan yangtelah diberikan, terpapar oleh alergen, terpapar lingkungan, dan riwayat kerusakankulit.5. Modifikasi perencanaan untuk klien lansiaDermatitis adalah gangguan kulit yang umum pada lansia. Ini dapat disebabkankarena hipoproteinemia, insufisiensi vena, alergen, iritan, atau penyakit keganasanseperti leukemia atau lymphoma. Karena klien lansia sering minum lebih dari satuobat, maka dermatitis karena interaksi obat dapat dipertimbangkan. Kerapuhankulit harus dipertimbangkan dalam perencanaan pemberian pengobatan.Kebanyakan klien lansia tidak membutuhkan mandi setiap hari dan harusmenghindari air panas untuk mandi begitu pula sabun. Air kran dan bahan-bahanyang tidak membuat kering kulit dapat digunakan.6. Asuhan Keperawatana. Gangguan integritas kulit b.d kekeringan pada kulitKriteria hasil: klien akan mempertahankan kulit agar mempunyai hidrasi yangbaik dan turunnya peradangan, ditandai dengan:1. Mengungkapkan peningkatan kenyamanan kulit2. Berkurangnya derajat pengelupasan kulit3. Berkurangnnya kemerahan4. Berkurangnya lecet karena garukan5. Penyembuhan area kulit yang telah rusakIntervensi:1. Mandi paling tidak sekali sehari selama 15 – 20 menit. Segera oleskansalep atau krim yang telah diresepkan setelah mandi. Mandi lebih seringjika tanda dan gejala meningkat. Rasionalisasi dengan mandi air akanmeresap dalam saturasi kulit. Pengolesan krim pelembab selama 2 – 4menit setelah mandi untuk mencegah penguapan air dari kulit.2. Gunakan air hangat jangan panas. Rasionalisasi air panas menyebabkanvasodilatasi yang akan meningkatkan pruritus.3. Gunakan sabun yang mengandung pelembab atau sabun untuk kulitsensitive. Hindari mandi busa. Rasionalisasi sabun yang mengandungpelembab lebih sedikit kandungan alkalin dan tidak membuat kulit kering,sabun kering dapat meningkatkan keluhan.4. Oleskan/berikan salep atau krim yang telah diresepkan 2 atau tiga kali perhari. Rasionalisasi salep atau krim akan melembabkan kulit.b. Resiko kerusakan kulit b.d terpapar alergen

Page 4: Dermatitis Kti Dls

Kriteria hasil: klien akan mempertahankan integritas kulit, ditandai denganMenghindari alergenIntervensi:1. Ajari klien menghindari atau menurunkan paparan terhadap alergen yangtelah diketahui. Rasionalisasi menghindari alergen akan menurunkanrespon alergi2. Baca label makanan kaleng agar terhindar dari bahan makan yangmengandung alergen3. Hindari binatang peliharaan. Rasionalisasi jika alergi terhadap bulubinatang sebaiknya hindari memelihara binatang atau batasi keberadaanbinatang di sekitar area rumah4. Gunakan penyejuk ruangan (AC) di rumah atau di tempat kerja, bilamemungkinkan. Rasionalisasi AC membantu menurunkan paparanterhadap beberapa alergen yang ada di lingkungan.c. Perubahan rasa nyaman b.d pruritusKriteria hasil: klien menunjukkan berkurangnya pruritus, ditandai dengan1. Berkurangnya lecet akibat garukan2. Klien tidur nyenyak tanpa terganggu rasa gatal3. Klien mengungkapkan adanya peningkatan rasa nyamanIntervensi:1. Jelaskan gejala gatal berhubungan dengan penyebanya (misal keringnyakulit) dan prinsip terapinya (misal hidrasi) dan siklus gatal-garuk-gatalgaruk.Rasionalisasi dengan mengetahui proses fisiologis dan psikologisdan prinsip gatal serta penangannya akan meningkatkan rasa kooperatif.2. Cuci semua pakaian sebelum digunakan untuk menghilangkanformaldehid dan bahan kimia lain serta hindari menggunakan pelembutpakaian buatan pabrik. Rasionalisasi pruritus sering disebabkan olehdampak iritan atau allergen dari bahan kimia atau komponen pelembutpakaian.3. Gunakan deterjen ringan dan bilas pakaian untuk memastikan sudah tidakada sabun yang tertinggal. Rasionalisasi bahan yang tertinggal (deterjen)pada pencucian pakaian dapat menyebabkan iritasDaftar PustakaPolaski, Arlene L. Luckmann’s core principles and practice of medical-surgical. Ed.1.Pennsylvania: W.B Saunders Company. 1996Corwin, Elizabeth J. Buku saku patofisiologi/Handbook of Pathophysiology. AlihBahasa: Brahm U. Pendit. Cetakan 1. Jakarta: EGC. 1997.Nettina, Sandra M. Pedoman praktek keperawatan/Lippincott’s Pocket Manual ofNursing Practice. Alih Bahasa: Setiawan, sari Kurnianingsih, Monica Ester.Cetakan 1.Jakarta: EGC. 200Smeltzer, Suzanne C. Buku ajar medikal bedah Brunner Suddarth/Brunner Suddarth’sTexbook of Medical-surgical. Alih Bahasa:Agung Waluyo…..(et.al.). ed 8 Vol 3Jakarta: EGC 2002

( KTI ) BAB 1 DERMATITIS

Page 5: Dermatitis Kti Dls

BAB I

PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG.

Dermatitis atopik (DA) merupakan suatu penyakit keradangan kulit yang

kronik, ditandai dengan rasa gatal, eritema, edema, vesikel, dan luka pada

stadium akut, pada stadium kronik ditandai dengan penebalan kulit (likenifikasi)

dan distribusi lesi spesifik sesuai dengan fase dermtitis atopik, keadaan ini juga

berhubungan dengan kondisi atopik lain pada penderita ataupun keluarganya.

(Fauzi., 2009).

Faktor penyebab DA adalah kelainan herediter yang dipicu dengan adanya

faktor pencetus / alergen. Beberapa penderita memiliki kecenderungan untuk

menghasilkan antibodi berupa imunoglobulin E (IgE) secara berlebihan sebagai

respon terhadap sejumlah alergen. Pada bayi dan anak-anak, alergen makanan

(susu, telur, dan daging) lebih berperan. Seiring dengan pertambahan usia,

peran alergen makanan cenderung menurun dan digantikan oleh alergen hirup

seperti tungau debu rumah, bulu binatang, benda berbulu, atau bahkan keringat

sendiri. (Bieber., 2008).

Penyebab dari peningkatan prevalensi dermatitis atopik belum sepenuhnya

dimengerti. Riwayat keluarga yang positif mempunyai peran yang penting dalam

kerentanan terhadap dermatitis atopik, namun faktor genetik saja tidak dapat

menjelaskan peningkatan prevalensi yang demikian besar. Dari hasil observasi yang

dilakukan pada negara-negara yang memiliki ethnis grup yang sama didapatkan

bahwa faktor lingkungan berhubungan dengan peningkatan risiko dermatitis atopik

(Flohr, et al., 2005 dalam Gondokaryono, 2009; Tay, 2002 dalam Leung, et al.,

2007). Prevalensi dermatitis atopik lebih rendah di daerah pedesaan dibandingkan

dengan daerah perkotaan yang dihubungkan dengan “hygiene hypothesis”, yang

mendalilkan bahwa ketiadaan pemaparan terhadap agen infeksi pada masa anak-

Page 6: Dermatitis Kti Dls

anak yang dini meningkatkan kerentanan terhadap penyakit alergi (Williams dan

Flohr, 2006 dalam Bieber, 2008; Zutavern, et al., 2005 dalam Bieber, 2008).

Penyakit ini di alami sekitar 10-20% anak. Pada 70% kasus dermatitis

atopik umumnya dimulai saat anak-anak dibawah 5 tahun dan 10% saat remaja /

dewasa. (William H.C., 2005). Umumnya episode pertama terjadi sebelum usia di

bawah 12 bulan dan episode-episode selanjutnya akan hilang timbul higga anak melewati

masa tertentu. Sebagian besar anak akan sembuh dari ezkema sebelum usia 5 tahun.

Sebgian kecil akan terus mengalami ezkema hingga dewasa. Diperkirakan angka

kejadian dimasyarakat adalah sekitar 1-3% dan pada anak < 5 tahun sebesar 3,1% dan

prevelensi dermatitis atopik meningkat 5-10% pada 20-30 tahun terahir. (Judarwanto.,

2009).

Pada penderita dermatitis atopik 30% akan berkembang menjadi asma dan 30%

berkembang menjadi rhinitis allergi. Berdasarkan internasional study of ashma, and

alergies in children. Pervalensi gejala dermatitis atopik pada anak usia 6 / 7 tahun sejak

periode tahun pertama bervariasi yakni kurang dari 2% di Iran dan Cina sampai kira-kira

20% di Australia, Inggris,dan Skandinavia. Prevalensi juga di temukan di Amerika. Di

inggris pada survai populasi pada 1760 anak-anak yang menderita dermatitis atopik dari

1-5 tahun di temukan kira-kira 84% kasus ringan, 14% kasus sedang, 2% kasus berat

(William H.C., 2005). Menurut laporan kunjungan bayi dan anak di RS di Indonesia,

dermatitis atopik berada pada urutan pertama (611 kasus) dari 10 penyakit kulit yang

umum ditemukan pada anak-anak. Di klinik dermatoveneologi di RSUP dr. Sardjito

Yogyakarta pada periode bulan februari 2005 sampai desember 2007, terdapat 73 kasus

dermatitis atopik pada bayi (Budiastuti M., dkk., 2007). Sedangkan data di Unit Rawat

Jalan Penyakit Kulit Anak di RSU dr. Soetomo di dapatkan jumlah pasien dermatitis

atopik mengalami peningkatan sebesar 116 pasen (8,14%) pada tahun 2006. Pada 2007

sebesar 148 pasien (11.05) sedangkan pada tahun 2008 sebanyak 230 pasien (11.65%)

(Zulkarnain I., 2009). Prevelensi pada anak laki-laki sekitar 20%, 12 pasien pada tahun-

Page 7: Dermatitis Kti Dls

tahun sebelum studi, 19% anak perempuan (11% pada tahun sebelum tahun 2000) (Tada

J.,2002).

Prevalensi dermatitis di Provinsi Jawa Tengah sebesar 8%, tertinggi di Kabupaten

Pemalang (15,7%), Sragen (13,8%), Salatiga (13,4%) dan terendah di Demak

(2,2%),Magelang Kota (2,6%), Blora (2,8%). Dan di kendal terdata ada (11.5%).

(Riskesdas Jateng 2007).

Alasan yang menguatkan penulis mengambil judul dermatitis atopik adalah dari

data pengkajian yang dilakukan pada tanggal 24-11-2011 di dapatkan dari keluarga klien,

bahwa klien mempunyai riwayat alergi terhadap makanan, setelah klien makan makanan

seperti kerang atau sosis, klien merasa gatal-gatal dan sehari setelahnya klien merasa

sesak nafas. Dan klien juga mempunyai faktor pendukung lain yaitu faktor genetik,

bahwa di dalam keluarga klien ada yang mempunyai riwayat alergi yang sama yaitu

kakek dari klien. Hal tersebut diatas sesuai dengan teori yang di kemukakan oleh

William 2005 dan Fauzi 2009.

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk mengangkat masalah-

masalah ini menjadi masalah keperawatan utama dalam pembuatan karya tulis ilmiah

dengan judul :

B.     TUJUAN PENULISAN.

Untuk lebih konkritnya apa yang ingin dicapai dalam karya tulis ini, penulis

mengemukakan pokok tujuan penulisan sebagai berikut :

1.      Tujuan umum.

Untuk mendapatkan gambaran dan pengalaman nyata tentang pelaksanaan

asuhan keperawatan pada klien An. N dengan dermatitis atopik selama tiga hari pada

Page 8: Dermatitis Kti Dls

tanggal 24 - 26 -2011 di ruang dahlia RSUD dr. H.SOEWONDO KENDAL melalui

pendekatan proses keperawatan.

2.      Tujuan khusus.

Setelah menyelesaikan karya tulis ini diharapkan penulis mampu :

a.       Melakukan pengkajian selama memberikan Asuhan Keperawatan kepada

klien dengan masalah dermatitis atopik (DA).

b.      Merumuskan diagnosa keperawatan selama memberikan Asuhan

Keperawatan kepada klien dengan masalah dermatitis atopik (DA).

c.       Merumuskan rencana tindakan selama memberikan Asuhan Keperawatan

kepada klien dengan masalah dermatitis atopik (DA).

d.      Menyelesaikan masalah keperawatan yang dialami oleh klien dengan masalah

dermatitis atopik (DA).

e.       Melakukan perencanaan tindak lanjut pada klien dengan masalah dermatitis

atopik (DA).

C.    METODE PENULISAN.

Metode yang dipakai adalah dengan pendekatan proses keperawatan yang terdiri

dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi. Adapun

teknik penulisan adalah deskriptif. Deskriptif merupakan gambaran kasus yang dikelola

dengan cara pengumpulan data yang diperoleh saat pengkajian. Pengumpulan data

diperoleh dengan cara :

1.      Wawancara

Mengadakan tanya jawab dengan pihak yang terkait : klien maupun tim

kesehatan mengenai data klien dermatitis atopik. Wawancara dilakukan selama

proses keperawatan berlangsung.

Page 9: Dermatitis Kti Dls

2.      Observasi partisipasi

Dengan mengadakan pengamatan dan melaksanakan asuhan keperawatan

secara langsung pada klien selama di dahlia RSUD dr. H.SOEWONDO

KENDAL.

3.      Studi dokumentasi

Dokumentasi ini diambil dan dipelajari dari catatan medis, catatan

perawatan untuk mendapatkan data-data mengenai perawatan maupun

pengobatan.

4.      Studi kepustakaan

Menggunakan dan mempelajari literatur medis maupun perawatan yang

menunjang sebagai teoritis untuk menegakkan diagnosa dan perencanaan

keperawatan.

D.    SISTEMATIKA PENULISAN.

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai karya tulis ilmiah ini, penulis

menggunakan sistematika penulisan yang terdiri dan lima bab yaitu:

Bab I :Berisi tentang pendahuluan yang meliputi latar belakang, tujuan penulisan,

metode, dan sistematika penulisan.

Bab II :Berisi tentang konsep dasar yang meliputi: pengertian, anatomi fisiologi,

etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, penatalaksanaan medis, komplikasi,

pathways, diagnosa keperawatan, dan fokus intervensi.

Bab III :Berisi tentang tinjauan kasus yang membahas kasus pasien meliputi pengkajian,

analisa data, pathways, diagnosa, intervensi keperawatan, implementasi, dan

evaluasi.

Page 10: Dermatitis Kti Dls

Bab IV :Berisi tentang pembahasan kasus yang bertujuan untuk menemukan

kesenjangan antara teori dan fakta yang ada mulai dari pengkajian, analisa data,

pathways, diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi.

Bab V : Berisi kesimpulan dan saran-saran tentang kasus yang dibahas dan dapat

menjadi pemikiran selanjutnya.

 

Page 11: Dermatitis Kti Dls

BAB II

KONSEP DASAR

A.    PENGERTIAN.

Dermatitis adalah peradangan kulit ( epidermis dan dermis ) sebagai

respon terhadap pengaruh faktor eksogen atau pengaruh faktor endogen,

menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik ( eritema, edema,

papul, vesikel, skuama ) dan keluhan gatal (Djuanda 2007).

Dermatitis atopik adalah keadaan peradangan kulit kronis dan resedif,

disertai gatal yanmg umumnya sering terjadi selama masa bayi dan anak-anak,

sering berhubungan dengan peningkatan IgE dalam serum dan riwayat atopi

keluarga atau penderita (DA, rhinitis alergi, dan atau asma bronchial) (Sularsito.,

2005).

Dermatitis atopik adalah kelainan kulit yang sering terjadi pada bayi dan

anak, yang biasa ditandai oleh rasa gatal, penyakit sering kambuh, dan distribusi

lesi yang khas. Dermatitis atopik ini penyebabnya adalah multifaktorial, termasuk

di antaranya faktor genetik, emosi, trauma, keringat, dan faktor imunologis

(Mansjoer., 2000).

Dermatitis atopik adalah keadaan peradangan kulit kronis dan residif, disertai gatal dan

umumnya sering terjadi selama masa bayi dan anak-anak, sering berhubungan dengan

peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat atopi pada keluarga atau penderita.

Kelainan kulit berupa papul gatal, yang kemudian mengalami ekskoriasi dan likenifikasi,

tempatnya dilipatan atau fleksural (Brunner 2008).

B.     ANATOMI DAN FISIOLOGI.

Didapatkan dua bentuk dermatitis atopik, bentuk alergik yang merupakan

bentuk utama (70-80% pasien) terjadi akibat sensitisasi terhadap alergen

lingkungan disertai dengan peningkatan kadar IgE serum. Bentuk lain adalah

intrinsik atau non alergik, terdapat pada 20-30% pasien, dengan kadar IgE rendah

dan tanpa sensitisasi terhadap lingkungan. Dapat disimpulkan bahwa

peningkatan kadar IgE bukan merupakan prasyarat patogenesis dermatitis atopik.

Page 12: Dermatitis Kti Dls

Terdapat pula konsep murni (Pure Type), tanpa berkaitan dengan penyakit

saluran nafas dan bentuk campuran (Mixed Type) yang terkait dengan sensitisasi

terhadap alergen hirup atau alergen mkanan disertai dengan peningkatan kadar

IgE (Soebaryo., 2009).

Terdapat beberapa gambaran klinis dan stigmata yang terjadi pada dermatitis

atopik, yaitu :

a. White dermatographism.

Goresan pada penderita kulit dermatitis atopik akan menyebabkan kemerahan

dalam waktu 10-15 detik dengan diikuti vasokonstriksi yang menyebabkan garis

berwarna putih dalam waktu 10-15 menit berikutnya.

b. Reaksi vaskular paradoksal.

Merupakan adaptasi terhadap perubahan suhu pada penderita dermatiitis

atoik. Apabila ekstremitaspenderita dermatiti atopik mendapat pajanan hawa

dingin akan akan terjadi percepatan pendingan dan perlambatan pemanasan

dibandingkan dengan orang normal (Judarwanto., 2009). Hal ini diduga karena

ada pelebaran kapiler dan peningkatan permeabilitas pembuluh darah yang

mengakibatkan terjadinya edema dan warna pucat dijaringan sekelilingnya.

(Zulkarnain., 2009).

c. Lipatan telapak tangan.

Pada kondisi kronis terdapat penambahan mencolok lipatan pada telapak

tangan meskiput hal tersebut bukan merupakan tanda khas untuk dermatitis

atopik. (Judarwanto., 2009).Pada umumya penderita dermatitis atopik sejak lahir

mempunyai parmal. yang lebih dalam dan menetal sepanjang hidup. (Zulkarnain., 2009).

a.Garis morgan atau dennie.

Kalainan ini berupa cekungan yang menyolok dan simetris namun dapat

ditemukan satu atau dua cekungan dibawah kelopak mata bagian bawah.

Keadaan ini pada saat lahir atau sesudah itu dan bertahan bertahan sepanjang

hidup, nampak seperti adema dari kelopat mata bawah namun bukan

merupakan atonogmomik dermatitis atopik. (Zulkarnain., 2009).

Page 13: Dermatitis Kti Dls

b.  Sindrom buffed-nail.

Kuku terlihat mengkilat karena selalu menggaruk akibat dari rasa gatal.

c.  Allergic shiner.

Sering dijumpai pada penderita penyakit allergi karena gosokan dan garukan

berulang jaringan dibawah mata dengan akibat perangsangan melanosit dan

peningkatan timbulnya melanin.

d. Hiperpigmentasi.

Terdapat daerah Hiperpigmentasi karena garukan terus menerus.

e. Kulit kering.

Kulit penderita dermatitis atopik umumnya kering, bersisik, pecah-pecah dan

berpapul folikular hiperkeratotik yang disebut peratotis pelaris. Jumlah kelenjar

sebasea berkurang sehingga terjadi pengurangan pembentukan sabun, sel

pengeluaran air dan xerosis. Terutama pada musim panas.

f.  Delayed dlanch.

Penyuntikan asetilkolin pada kulit normal menghasilkan keluarnya keringat dan

eritema. Pada penderita atopi akan terjadi eritema ringan dengan Delayed

dlanch. Hal ini disebabkan oleh vasokonstistik atu peningkatan permeabilitas

kapiler.

g.Kekeringan berlebihan.

Penderita dermatitis atopik cenderung berkeringat banyak Sehingga premitus

bertambah.

h.Gatal dan garukan berlebihan.

Penyuntikan pada pemacu rasa gatal (tripsin) pada orang normal akan

menimbulkan gatal selama 10-15 menit, sedangkan pada dermatitis atopik akan

bertahan selama 45 menit.

i. Variasi musim.

Mekanisme terjadinya ekseserbasi sesuai dengan perubahan musim belum

difahami secara menyeluruh. Beberapa penelitian menunjukan bahwa

kelembapan nispi tinggi musim baik pada kekerongan kulit penderita dermatitis

atopik. Pada daerah dengan kelembapan nispi tinggi musim panas berpengaruh

Page 14: Dermatitis Kti Dls

buruk, sedangkan lingkungan sejuk dan kering akan berpengaruh baik pada kulit

penderita dermatitis atopik. (Judarwanto., 2009).

j. Hertoge sign.

Didevinisikan sebagai penipisan atau hilangnya lateral alis mata. (Zulkarnain.,

2009).

C. ETIOLOGI.

Penyebab dermatitis atopik tidak diketahui dengan pasti,diduga disebabkan oleh

berbagai faktor yang saling berkaitan (multifaktorial).

Faktor intrinsik berupa predisposisi genetik,kelainan fisiologi dan biokimia kulit,

disfungsi imunologis, interaksi psikomatik dan disregulasi/ketidakseimbangan

sistem saraf otonom, sedangkan faktor ekstrinsik meliputi bahan yang bersifat

iritan dan kontaktan, alergen hirup,makanan, mikroorganisme, perubahan

temperatur dan trauma (Fauzi., 2001).

Faktor psikologis dan psikomatis dapat menjadi faktor pencetus (Mansjoer.,

2001).

Faktor pencetus lain diantaranya :

a.  Makanan.

Berdasarkan hasil (DBPCFC) double blind placibo controlled food challenge,

hampir 40% bayi dan anak dengan dermatitis atopik sedang dan berat

mempunyai riwayat alergi makanan. Bayi dan anak dengan alergi makanan

biasanya diser tai uji kulit (skin pick test) da kadar IgE spesifik positif berbagai

macam makanan. Walaupun demikian uji kulit positif terhadap suatu makanan

tertentu, tidak berarti bahwa penderita tersebut alegi pada makanan tersebut, oleh

karena itu masih diperlukan uji eliminasi dan provokasi terhadap makanan

tersebut untuk menentukan kepastinnya (Judarwanto W., 2009). Prevelensi reaksi

alergi makanan lebih banyak pada anak dengan dermatitis atopik berat. Makanan

yang sering menyebabkan alergi antara lain susu, telur, gandum, kacang-

kacangan kedelai dan makanan laut (Roesyanto., 2009).

Page 15: Dermatitis Kti Dls

b. Alergen hirup.

Alergen hirup sebagai penyebab Dermatitis Atopik dapat lewat kontak,yang dapat

di praktekan dengan uji tempel,positif pada 30-50% penderita dermatitik atopik,

atau lewat inhalasi. Reaksi positif dapat terlihat pada alergi tungau debu rumah

(TDR), bulu binatang rumah tangga, jamur atau ragweed di negara negara 4

musim (Judarwanto., 2009).

c. Infeksi kulit.

Mikroorganisme telah diketahui sebagai salah satu faktor ekstrintik yang berperan

sebagai kontribusi sebagai pencetus kambuhnya dermatitis atopik.

Mikroorganisme utamanya adalah stahyllococcus aureus (SA). Pada penderita

dermatitis atopik didapatkan perbedaan yang nyata pada jumlah koloni

stahyllococcus aureus pada kulit dengan lesi ataupun non lesi pada penderita

dermatitis atopik, merupakan salah satu faktor pencetus yang penting pada

terjadinya eksaserbasi, dan merupakan faktor yang dikatakan mempengaruhi

beratnya penyakit. Faktor lain dari mikroorganisme yang dapat menimbulkan

kekambuhn dermatitis atopik adalah adanya toksin yang dihasilkan oleh

stahyllococcus aureus. Enterotoksin yang dihasilkan oleh stahyllococcus aureus

ini dapat menembus fungsi sawar kulit, sehingga dapat mencetuskan terjadinya

inflamasi. Enterotoksin tersebut bersifat sebagai superantigen, yang secara kuat

dapat menstimulasi aktifasi sel T dan makrofag yang selanjutnya mengeluarkan

histamin. Enterotoxin stahyllococcus aureus menginduksi inflamasi pada

dermatitis atopik dan memprovokasi penngeluaran antibodi IgE spesifik terhadap

enterotoksin stahyllococcus aureus, tetapi menurut penelitiann pada fauzi

nurul.,2009., tidak didapatkan kolerasi antara jumlah kolonisasi stahyllococcus

aureus dan kadar IgE spesifik enterotoksin stahyllococcus aureus. stahyllococcus

aureus.

D.    PATOFISIOLOGI.

Berbagai faktor turut berperan dalam patofisiologi dermatitis atopik, antara lain

faktor genetik terkait dengan kelainan intrinsik sawar kulit, kelainan imunologik,

dan faktor lingkungan (Soebaryo.,2009).

Page 16: Dermatitis Kti Dls

a. Genetik.

Genetik pengaruh gen maternal sangat kuat. Ada peran kromosom 5q31-

33,kromosom 3q21 serta kromosom 1q21 dan 17q25 juga melibatkan gen yang

independen dari mekanisme alergi. Ada peningkatan prevelensi HLA-A3 dan

HLA-A9 pada umumnya berjalan bersama penyakit atopi lainnya,seperti asma,

rhinitis. reSiko eorang kembar monosigotik yang saudara kembarnya menderita

dermatitis atopik adalah 86% (Judarwanto., 2009).Lebih dari kesempatan anak

dari seorang ibu yang menderita atopi keluarga akan mengalami dermatitis

atopik pada masa 3 bulan pertama kehidupan,bila salah satu orang tua

menderita atopi,lebih dari setengah jumblah anak akan mengalami gejala alergi

smpai usia 2 tahun,dan meningkat sampai 79% bila kedua orang tua menderita

atopi. Resiko mewarasi dermatitis atopik lebih tinggi bila ibu menderita

dermatitis atopik di banding dengan ayah. Tetapi bila dermatitis atopik dialmi

hingga berlanjut hingga masa dewasa maka resiko untuk mewariskan kepada

anaknya Sama saja yaitu 50%.

b.Sawar kulit.

Hilangnya caremide dikulit,yang berfungsi sebagai molekul utama pengikat air

diruang ekstraseluler srttum kornium dianggap sebagai penyebab kelainan

fungsi sawar kulit. Variasi Ph kulit dapat menyebabkan kelainan metabolisme

lipid di kulit. Kelinan fungsi sawar mengakibatkan peningkatan transepidermal

water loss.kulit akan semakin kering dan merupakan port d’entry untuk

terjadinya penetrasi elergen, iritan, bakteri, dan virus. Bakteri pada pasien

dermatitis atopik mensekresi ceramide sehingga menyebab kan kulit semakin

kering (Soebaryo.,2009).Respon imun kulit sel-sel T baik subset CD4+ maupun

subset CD8+ yang diisolasi dari kulit (CLA+ CD45RO+ T cells) maupun dari

darah perifer, terbukti mengsekresi sejumlah besar IL-5 dan IL-15, sehingga

dengan kondisi ini lifepan dari eosinofil memanjang danterjadi induksi pada

produksi IgE, Lesi akut di dominasi oleh akspresi IL-5, GS-CSF, IL-12 dan IFNg

serta infiltrasi makrofag dan aosinofil (Judarwanto., 2009).Imunopatologi kulit

pada dermatitis atopik, sel T yang ilfiltrasi ke kulit adalah CD45RO+. Sel T ini

menggunakan CLA maupun reseptor lainnya untuk mengenali dan

Page 17: Dermatitis Kti Dls

menyeberangi andotelium pembuluh darah perifer pasien dermatitis atopic, sel T

subset CD4+ maupun subset CD8+ dari sel T dengan petanda CLA+CD45RO+

dalam status teraktivasi (SD25+ CD40L+ HLADR+).sel yang terktivasi ini

mengekspresikan Fan dan Fan ligand yang menjadi penyebab apoptosis. Sel-

sel itu sendiri tidak menunjukan apoptosis karena mereka diproteksi oleh sitokin

dan protein extracellular matrik (ECM). Sel-sel T tersebut mengsekresi IFN g

yang melakukan upregulation Fas pada keratinocytes dan menjadikan peka

terhadap proses apoptosis di kulit. Apoptosis keratinosit diinduksi oleh Fas

ligand yang diekspresi dipermukaan sel-sel T atau yang berada di

microenvironment (Judarwanto., 2009).

c.   Lingkungan.

Sebagai tambahan selain allergen hirup, allergen makanan, eksaserbasi pada

dermatitis atopic dapat dipicu beberapa macam infeksi, antara lain jamur, bakteri

dan virus, juga panjana tunggau debu rumah dan binatang peliharaan. Hal

tersebut mendukung teori Hygiena Hypotesis (Roesmanto., 2009).Hygiena

Hypotesis menyatakan bahwa berkurangnya stimuasi sister imun oleh pajanan

antigen microba dinegara barat mengakibatkan meningkatnya kerentanan

terhadap penyakit atopic (Sugito.,2009).Sampai saat ini etiologi maupun

mekanisme yang pasti dermatitis atopic belum semua diketahui, demikian pula

prumitus pada dermatitis atopic. Rasa gatal dan rasa nyeri sama-sama memiliki

reseptor di taut dermoepidermal, yang disalurkan lewat saraf C tidak bermielin

kesaraf spinal sensorik yang selanjutnya di salurkan ke thalamus kontralateral

dan korteks untuk diartikan. Rangsangan yang ringan, seperfisial dengan

intensitas rendah menyebabkan rasa gatal, sedangkan yang dalam dan

berintensitas tinggi menyebabkan nyeri. Sebagai pathogenesis dermatitis atopic

dapat dijelaskan secara imunologik dan nonimunologik (Judarwanto., 2009).

Page 18: Dermatitis Kti Dls

d. Imunopatogenesis dermatitis atopic.

Histamine dianggap sebagai zat penting yang memberi reaksi dan menyebabkan

pruritus. Histamin menghambat hemotaksis dan menekan produksi sel T. sel mast

meningkat lesi pada dermatitis atopic kronis. Sel ini menmpunyai kemanpuan

melepaskan histamin. Histatamin sender dapat menyebabkan lesi ekzematosa.

Kemungkinan zat tersebut menyebabkan pruritus dan eritema,mungkin akibat

garukan karena gatal mengakibatkan lesi ekzamatosa, pada pasien dermatitis

atopik kapasitas untuk menghasilkan IgE secara berlebihan diturunkan secara

genetik. Demikian pula defisiensi sel T penekan (suppressor). Difisiensi sel ini

menyebabkan produksi berlebih IgE (Mansdjoer., 2000).Respon imun sistemik

terdapat IFN-g yang menurunkan. Interleukin spesifik elergen yang diproduk sel T

pada darah perifer (interleukin IL-4, IL-5 dan IL-13) meningkat. Juga terjadi

eosinophilia dan peningkatan IgE (Judarwanto., 2009).

1.  Reaksi imunologis dermatitis atopik.

Sekitar 70% anak dengan dermatitis atopik mempunyai riwayat atopi dalam

keluarga seperti asma bronkial, rinitis alergi, atau dermatitis atopik. Sebagian

besar anak dengan dermatitis atopik (sekitar 80%), terdapat peningkatan kadar

IgE total dan eosinofil di dalam darah. Anak dengan dermatitis atopik moderat dan

berat akan berlanjutkan dengan asma dan atau rinitis alergika dikemudian hari

(allergic march), dan semuanya memberikan dugaan bahwa besar dermatitis

atopik adalah suatu penyakit atopi.

2. Ekspresi sitokin.

Keseimbangan sitokin yang berasaldari Th1 dan Th2 sangat berberan pada reaksi

iflamasi penderita dermatitis atopik. Pada lesi yang akut biasanya ditandai dengan

kadar II-4, II-5 dan II-13 yang tinggi, sedangkan dermatitis yang kroniS disertai

Page 19: Dermatitis Kti Dls

kadar II-4 dan II-13 yang lebih rendah, tetapi II-5, GM-CSF (granulocyte-

microphage colony-stimulating factor), II-12 dan INFg lebih tinggi dibandingkan

pada dermatitis atopik akut. Anak dengan bawaan atopi lebih mudah bereaksi

terhadap antigen lingkkungan (makanan dan inhalan), dan menimbulkan

sensitisasi terhadap reaksi hipersentivitas tite 1, imunitas seluler dan respons

terhadap hipersensitivitas tipe lambat akan menurun pada penderita dengan

dermatitis atopik, akibat menurunnya jumlah limfosit T sitolitik (CD8+), sehingga

rasio limfosit T sitolitik (CD8+) terhadap limfosit T helper (CD8+) menurun dengan

akibat kepekaan terhadap infeksi virus, bakteri dan jamur meningkat. Diantara

mediator yang dilepaskan oleh sel mast, yang berparan pada pruritus adalah

vasokvif amin, seperti histamin, kinin, bradikinin, leukotrien, prostaktaklandin dan

sebagai, sehingga dapat dipahami bahwa dalam penatalaksanaan dermatitis

atopik, walaupun antihistamin sering digunakan, namunhasilnya tidak terlalu

menggembirakan dan sampai saat ini masih banyak silang pendapat para ahli

mengenai antihistamin pada dermatitis atopik (Soebaryo.,2009).Trauma mekanik

(garukan) akan melepaskan TNF-a dan sitokinin pro inflammatory lainnya

diepidermi, yang selannya akan meningkatkan kronisitas dermatitis atopik dan

bertambah beratnya eskema (Judarwanto., 2009).

e. Antigen presenting cells.

Kulit penderita dermatitis atopik mengandung sel langerhans (LC) yang

mempunyai afinitas tinggi untuk mengikat antigen asin (Ag) dan IgE lewat

reseptor FceRI permukaannya, dan perberan untuk mempresepsikan alergen ke

limfosit Th2, mengaktifkan Sel ,el memori Th2 di kulit dan yang juga berperan

mengaktifkan Th0 menjadi Th2 di sirkulasi (Judarwanto., 2009).

Page 20: Dermatitis Kti Dls

f. Faktor non imunologis.

Faktor non imunologis yang menyebabkan rasa gatal pada dermatitis atopik

antara lain adanya faktor genetik, yaitu kulit dermatitis atopik kering (xerosis).

Kulit yang kering akan menyebabkan nilai ambang rasa gatal menurun, Sehingga

dengan rangsangan yang ringan seperti iritasi wol, rangsangan mekanik, dan

termal akan menyebabkan rasa gatal (Judarwanto., 2009).

g.   Autoalergen.

Sebagian besar serum pasien dermatitis topik mengandung antibody IgE

terhadap protein manusia. Auto alergi tersebut merupakan intraseluler, yang

dapat di keluarkan karena adanya kerusaqkan kreatinosit akibat garukan dan

dapat memicu pespon IgE dan sel T. pada dermatitis atopik berat, inflamasi

tersebut dapat dipertahankan oleh adanya antigen endogen manusia sehingga

dermatitis atopik dapat digolongkan sebagai penyakit terkait dengan alerga dan

automunitas (Soebaryo.,2009).

E.     MANIFESTASI KLINIS.

Manifetasi klinis dermatitis atopik berbeda pada setiap tahapan atau fase

perkembangan kehidupan, mulai dari saat bayi sampai dewasa. Pada setiap anak

didapat keparahan yang berbeda, tapi secara umum mereka mengalami pola

distribusi lesi yang serupa (Zulkarnain., 2009).Kulit penderitan dermatitis atopik

umumnya kering, pucat atau keruh, kadar lipid diepidermis berkurang dan

kehilangan air lewat epidermis meningkat. Penderta dermatitis atopik cenderung

tipe astenik, dengan intelegensia diatas rata-rata dan merasa cemas, egois,

frustasi, agresif atau merasa tertekan (Sularsito 2005).

Subyektis selalu terdapat pruritus, terdiri dari 3 bentuk yaitu:

1.  Bentuk infantil ( 0 - 2 tahun).

Lesi awal pada dermatitis atopik muncul pada bulan pertama kelahiran, biasanya

bersifat akut, sup akut, rekuren, simetris kedua pipi (Zulkarnain I., 2009). Karena

bentuknya di daerah pipi yang berkontak dengan payudara, sering diSebut

Page 21: Dermatitis Kti Dls

eskema susu. Terdapat eritem berbatas tegas, dapat disertai papul-papul dan

vesikel-vesikel miliar, yang menjadi erosis, eksudatif, derkrusta. Tempat predileksi

kedua pipi, ekstremitas bagian fleksor, dan ekstensor (Mansjoer., 2001).

Ras gatal sangat mengganggu, Sehingga anak gelisah, susah tidur, dan

sering menangis. Pada umumnya lesi sermatitis atopik infentil eksudatif, banyak

eksudat, erosi, krusta dan dapat mengalami infeksi. Lesi dapat meluas

generalisata bahkan maupun jarang, dapat terjadi eritroderma. Sekitar usia 18

bulan mulai tampak likenifikasi (Sularsito., 2005)

2. Bentuk anak ( 2 -12 tahun).

Awalan lesi muncul sebelum umur 5 tahun. Sebagian merupakan kelanjutan fase

bayi. Pada kondisi kronis tampak lesi hiperkeratosis, hiperpigmentasi, likefinikasi,.

Akibat adanya gatal dan garukan akan tampak erosi, eksoriasi linear yang disebut

starch marks . Tempat predilaksi tengkuk, flesor tubital, fleksor poplitear sangat

jarang di wajah (Mansjoer A.,dkk., 2001). Lesi dermatitis atopik pada anak bisa

terjadi di paha dan bokong (Zulkarnain ., 2009).

Eksim pada kelompok ini dapat terjadi pada daerah.ekstensor (luar) daerah

persendian (Sendi pergelangan, siku, dan lutut), pada daerah genetal juga dapat

terjadi.(Simpson., 2005)

3. Bentuk dewasa ( 12 tahun <).

Bentuk lesi padafase dewasa hampir serupa dengan lesi kulit fase akhir anak-

anak (Zulkarnain., 2009). Lesi selalu kering dan dapat di sertai likenifikasi dan

hiperpigmentasi. Tempak predileksi tengkuk serta daerah freksor kubital dan

freksor popliteal.

Manifestasi lain berupa kulit kering dan sukr ber keringat. Berbagai kelainan yang

dapat menyertainya ialah xerosis kutis, iktoSiS, hiperlinearis palmaris et plantaris,

pomfontoliks, ptiriasis alba, keratosis kelaris (berupa papul-papul miliar

danditengahnya terdapat lekukan),dll (Mansjoer., 2001).

Pada orang dewasa sering mengeluh bahwa penyakitnya kambuh bila

mengalami stress, mungkin karena stress menurunkan rangsang ambang gatal.

dermatitis atopik remaja cenderung berlangsung lama kemudian menurun dan

Page 22: Dermatitis Kti Dls

membaik (sembuh) setelah uSia 30 tahun, jarang sampi usia pertengahan, hanya

sebagian kecil berlangsung sampai tua (Sularsito., 2005).

F. TUMBUH KEMBANG.

Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan

interseluler, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau

keseluruhan, sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan berat (Depkes

RI, 2005).

Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih

komplek dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta

sosialisasi dan kemandirian (Depkes RI, 2005).

Anak Usia 6-12 tahun adalah masa usia sekolah tingkat SD bagi anak yang

normal. Perkembangan anak masih sangat dipengaruhi oleh lingkungan keluarga.

Sebagai orang tua harus mengetahui pertumbuhan dan perkembangan anaknya

terutama pada usia ini karena pertumbuhan anak-anak sangat pesat yang harus

diimbangi dengan pemberian nutrisi dan gizi yang seimbang.

Faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak :

1.Faktor genetik

a.  Faktor keturunan — masa konsepsi

b.   Bersifat tetap atau tidak berubah sepanjang kehidupan

c.   Menentukan beberapa karakteristik seperti jenis  kelamin, ras, rambut,

warna mata, pertumbuhan fisik, sikap tubuh dan beberapa keunikan

psikologis seperti temperamen

d.  Potensi genetik yang bermutu hendaknya dapat berinteraksi dengan

lingkungan secara positif sehingga diperoleh hasil akhir yang optimal.

Page 23: Dermatitis Kti Dls

2. Faktor eksternal / lingkungan.

Mempengaruhi individu setiap hari mulai konsepsi sampai akhir hayatnya, dan

sangat menentukan tercapai atau tidaknya potensi bawaan. Faktor eksternal

yang cukup baik akan memungkinkan tercapainya potensi bawaan, sedangkan

yang kurang baik akan menghambatnya

a. Keluarga

b. Teman sebaya

c. Pengalaman hidup

d. Kesehatan

e. Lingkungan tempat tinggal

3. Pertumbuhan dan perkembangan anak usia 6-7 tahun :

a.  Membaca seperti mesin.

b. Mengulangi tiga angka mengurut ke belakang.

c.  Membaca waktu untuk seperempat jam.

d. Anak wanita bermain dengan wanita.

e. Anak laki-laki bermain dengan laki-laki.

f. Cemas terhadap kegagalan.

g. Kadang malu atau sedih.

h. Peningkatan minat pada bidang spiritual.

4. Fisik dan motorik.

BB 16-23,6 kg, TB 106,6-123,5 cm, pemunculan gigi insisor mandibula tengah,

kehilangan gigi pertama, sering kembali menggigit jari, lebih menyadari tangan

sebagai alat, suka menggambar, melukis dan mewarnai.

Page 24: Dermatitis Kti Dls

1. Mental.

Mengembangkan konsep angka, mengetahui pagi atau siang, mengetahui

bagaimana yang cantik, jelek dr wajah, mematuhi 3 perintah sekaligus,

mengetahui tangan kanan dan kiri, mendefinisikan objek umum spt garpu,

kursi.

2. Adaptif.

Dimeja, menggunakan pisau untuk mengoleskan mentega, pada saat bermain,

memotong, melipat, menjahit dengan kasar bila diberi jarum, mandi tanpa

pengawasan, tidur sendiri, membaca dari ingatan, dan menikmati permainan

mengeja.

3. Personal-sosial.

Dapat berbagi dan bekerjasama dengan lebih baik, mempunyai cara sendiri

untuk melakukan sesuatu, sering cemburu terhadap adik, meningkatkan

sosialisasi, dan akan curang untuk menang.

1. Stimulasi motorik kasar yang bisa dilakukan.

a. Bermain kasti, basket, dan bola kaki.

b. Berenang.

c. Lompat jauh.

d. Kegiatan outbound.

e. Lari maraton.

2. Stimulasi motorik halus.

a. Menggambar, melukis dengan berbagai media.

b. Membuat kerajinan dari tanah liat.

c. Membuat seni kerajinan tangan, misalnya membuat boneka dari kain

perca.

Page 25: Dermatitis Kti Dls

d. ermain alat musik seperti gitar, biola, piano dan sebagainya.

3. Stimulasi kognitif.

Sebelum menstimulasi kognisi anak, orang tua harus mengetahui terlebih dulu

perkembangan kognitifnya sesuai usia. Misalnya, untuk anak balita

perkembangan kognitifnya berkaitan dengan perkembangan berbagai konsep

dasar seperti mengenal bau, warna, huruf, angka, serta pengetahuan umum

yang akrab dengan kehidupan sehari-harinya. Disamping itu perkembangan

kognitif berkaitan erat dengan perkembangan bahasa. Aneka kegiatan yang

bisa dilakukan orang tua guna menstimulasi kognisi anak adalah:

a. Mengadakan acara mendongeng.

b. Membaca buku cerita, baik dilakukan oleh orang tua atau si anak sendiri.

c. Menceritakan kembali suatu kisah dari buku cerita yang sudah dia baca.

d. Sharing mengenai pengalaman sehari-hari yang bisa dilakukan secara

verbal, gambar atau tulisan.

e. Berdiskusi tentang suatu tema.

Kegiatan-kegiatan tersebut sangat baik jika divariasikan dengan berbagai

kegiatan, seperti membuat kerajinan tangan atau games menarik.Sedangkan

untuk anak 6-12 tahun, perkembangan kognitifnya sangat berkaitan dengan

kemampuan akademis yang dipelajari di sekolah. Akan tetapi kemampuan

kognitif bisa menjadi lebih optimal apabila otak kanan anak mendapat stimulasi.

Anak yang memiliki fungsi otak seimbang akan lebih responsif, kreatif, dan

fleksibel.Kegiatan yang bisa dilakukan oleh anak 6-12 tahun adalah:

Ketika mempelajari berbagai kemampuan akademis, guru dan orang tua

hendaknya memperhatikan kondisi anak. Contohnya, saat anak sudah terlihat

bosan seharusnya secara otomatis materi yang disampaikan pada anak

dibumbui atau diselingi dengan permainan atau hal jenaka yang bisa membuat

anak tertantang dan gembira. Ingat, selingan seperti ini sebaiknya tetap pada

Page 26: Dermatitis Kti Dls

konteks pembicaraan atau pembahasan.Stimulasi otak kanan untuk

menstimulasi kemampuan kognitif dapat dilakukan melalui kegiatan music &

movement (gerak dan lagu) atau dengan memainkan alat musik tertentu. Bisa

juga dengan melakukan kegiatan drama.

4. Stimulasi afeksi.

Stimulasi afeksi dilakukan untuk mengembangkan kecerdasan interpersonal

maupun intrapersonal anak balita maupun 6-12 tahun. Manfaat utamanya adalah

mengembangkan rasa percaya diri, memupuk kemandirian, mengetahui dan

menjalani aturan, memahami orang lain, dan mau berbagi.

Cara memberikan stimulasi bisa dengan cara sebagai berikut:

a. Biarkan anak melakukan sendiri apa yang bisa ia lakukan.

b. Buatlah kesepakatan tentang berbagai hal yang baik/boleh dan tidak, serta

konsekuensinya. Tentu dengan bahasa yang bisa dipahami anak.

c. Berikan penghargaan untuk hal-hal yang dapat dilakukanya dengan baik atau

lebih baik dari sebelumnya. Bisa juga ketika anak dapat mengikuti aturan

(terutama pada awal mula diterapkan suatu aturan).

d. Berikan konsekuensi negatif atau punishment terhadap tingkah laku anak

yang kurang baik atau tidak sesuai dengan aturan. Untuk hal ini perlu

mempertimbangkan usia anak.

e. Berikan perhatian untuk berbagai reaksi emosi anak. Contoh, saat dia sedih,

gembira, marah, berikanlah respons yang sesuai dengan kebutuhannya kala

itu.

f. Anak difasilitasi untuk bermain peran.

g. Biasakan anak untuk mampu mengungkapkan perasaanya, baik secara

verbal, tulisan, ataupun gambar.

h. Biasakan mau berbagi dalam setiap kesempatan.

Page 27: Dermatitis Kti Dls

i. Khusus untuk anak 6-12 tahun, mulai perkenalkan dengan berbagai

permainan dalam rangka mengenalkan aturan main, sportivitas, dan

kompetisi.

4. Stimulasi Spiritual.

Sifat spiritual berkaitan erat dengan kesadaran adanya Sang Pencipta. Di

sinilah anak belajar tentang kewajiban tertentu sebagai hamba Tuhan sesuai

ajaran agama masing-masing. Selain itu kecerdasan spiritual juga berkaitan

dengan pemahaman bahwa ia menjadi bagian dari alam semesta. Di sini anak

memiliki peran tertentu supaya bisa hidup harmonis dengan seluruh makhluk

Tuhan. Hal-hal yang dapat dilakukan untuk menumbuh kembangkan

kecerdasan spritual anak balita dan usia 6-12 tahun adalah sebagai berikut:

a.Lakukan diskusi bahwa semua benda di sekitarnya ada yang menciptakan.

Contoh, “Siapa yang membuat meja ini?” anak menjawab, “Tukang kayu.”

Lalu kita berikan lagi pemahaman padanya “Apakah sama meja ini dengan

tukang kayu yang membuatnya?”

b.Mengaitkan materi-materi pelajaran atau hal-hal di sekitarnya dengan

kebesaran Tuhan, terlebih pada pelajaran ilmu pasti.

c.Memutarkan video tentang berbagai hal yang menakjubkan di alam dengan

kebesaran Sang Pencipta.

d. Menceritakan kisah manusia-manusia pilihan Tuhan.

e.Berdiskusi tentang berbagai hal dan apa yang dapat anak lakukan sebagai

manusia yang memiliki kelebihan dibanding makhluk lain di muka bumi.

f.Meminta anak untuk membuat karangan tentang berbagai pengalamannya

ketika sedang mengalami kesulitan dan apa yang dia lakukan. Ketika

menemukan jalan keluar dari kesulitan tersebut, kaitkan dengan betapa

Tuhan itu sangat pengasih dan pemurah.

Page 28: Dermatitis Kti Dls

g.Memberikan pendidikan agama sekaligus membiasakannya menjalankan

ibadah yang dianjurkan dan diwajibkan.

Namun tak hanya itu yang bisa menjamin anak menjadi cerdas. Lingkungan di

mana anak berada sangat memegang peranan penting untuk membentuknya

menjadi anak yang bahagia dan sehat.

Jika bicara ideal, beginilah seharusnya lingkungan anak balita dan anak usia

6-12 tahun:

a.Dilengkapi dengan fasilitas yang mendukung, di antaranya arena bermain

lengkap dengan prasarananya.

b.Lingkungan harus ramah anak, sekaligus memberi jaminan atas kesehatan,

keamanan, kenyamanan, dan keleluasaan bergerak.

c.Jika hal tersebut tidak memungkinkan untuk diwujudkan, cukuplah membuat

lingkungan yang bisa menerima dan memberi toleransi pada anak dalam

berkegiatan. Temanilah selalu anak saat berekplorasi. Biarkan dia bebas

memilih apa yang akan dikerjakan sepanjang tetap dalam koridor keamanan,

kesehatan, dan kebaikan.

d.Jawablah sebisa mungkin setiap pertanyaan anak. Jika tidak bisa, ajak anak

bersama-sama mencari tahu jawaban dari sumber yang bisa dipercaya,

semisal mencarinya dalam kamus atau bertanya pada pakarnya.

G.    DAMPAK HOSPITALISASI.

Hospitalisasi adalah suatu proses yang karena suatu alas an yang berencana

atau darurat mengharuskan anak untuk tinggal di RS, menjalani terapi dan

perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah.Perasaan yang sering

muncul pada anak : Cemas, marah, sedih, takut dan rasa bersalah (Wong,

2000). Timbul karena :

a.Menghadapi sesuatu yang baru dan belum pernah dialaminya.

b.Rasa tidak aman dan nyaman.

Page 29: Dermatitis Kti Dls

c.Perasaan kehilangan sesuatu yang biasa dialaminya dan sesuatu yang

dirasakan menyakitkan.Masa sekolah :

a.Timbul kecemasan : berpisah dengan lingkungan yang dicintainya

b. Kehilangan kontrol karena adanya pembatasan aktivitas.

c. Kehilangan kontrol : perubahan peran dalam keluarga.

d. Anak kehilangan kelompok sosialnya karena ia biasa melakukan kegiatan

bermain atau pergaulan sosial, perasaan takut mati dan adanya kelemahan

fisik.

e.Reaksi terhadap perlukaan atau rasa nyeri : ekspresi baik secara verbal

maupun nonverbal : anak sudah mampu mengkomunikasikannya.

f.Sudah mampu mengontrol perilaku jika merasa nyeri : menggigit

bibir/menggigit dan memegang sesuatu dengan erat.

H.PENATALAKSANAAN.

Pengobatan pada bayi dan anak dengan dermatitis atopik harus secara

individual dan didasarkan kepada keparahan penyakit. Sebaiknya

penatalaksanaan ditekankan pada kontrol jangka waktu lama (Long-term

control) bukan hanya untuk mengatasi kekambuhan. Protab pelayanan profesi

untuk pengobatan dermatitis atopik bertujuan untuk manghilangkan ujud

kelainan kulit dan rasa gatal, mengobati lesi kulit, mencari faktor pencetus dan

mengirangi kekambuhan. Secara konvensional pengobatan dermatitis atopik

kronik pada prinsipnya adalah :

Menghindari bahan iritan.

Mengeliminasi allergen yang telah terbukti.

Manghilangkan pengeringan kulit (hidrasi).

Pemberian pelembab kulit (moisturizing).

Kortikostreroid topikal.

Pemberian anti biotik.

Pemberian antihistamin.

Mengurangi stress.

Page 30: Dermatitis Kti Dls

Dan memberikan edukasi pada penderita maupun keluarga.

(Kariossentoso .,2006)

a. Edukasi.

Menjelaskan bahwa dermatitis atopik merupakan penyakit yang penyebabnya

multifaktorial, cara perawatan kulit yang benar untuk mencegah bertambahnya

kerusakan sawar kulit dan perbaikan sawar kulit serta penting juga untuk

mencari faktor pencetus serta menghindari atau menghilangkannya (Sugito.,

2009).

1. Mandi dan emolien.

Jangan mandi dengan air terlalu panas, karena dapat merasa gatal, jangan

memakai handuk dengan menggosok pada kulit melainkan menepuk-nepuknya.

Hindari sabun yang mengandung antiseptik, karena dapat mempermudah

resistensi, kecuali bila ada infeksi sekunder.

2. Mengatasi gatal.

Gatal dapat diatasi dengan pemberian amolien, kompres hangat,anti inflamasi

topikal (Kortikosteroid, inhibitor kalsineurine), antihistamin oral (Sugito., 2009).

Kompres hangat bermanfaat dalam menangani eskema yang berat, sedangkan

pembalut yang mengandung obat misalnya pasta zinc dn iktamol zinc oksida

dan ter batubara, yang dipakai di atas steroid topical bermanfaat untuk

mengobati eskema pada esktremitas (Graham., 2005).Kortikosteroid topikal

dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan efek samping lokal (atrofi, striae,

hipertrikosis, hipopigmentasi, teleangiektasis dll). Maupun sistemik (supresi aksi

hipothalamus-pituitasi-adrenal, gangguan pertumbuhan sindro chusing).

Beberapa faktor perlu di perhatikan yakni venikulum, potensi kortikosterid, usia

pasien, letak lesi. Derajan dan luas lesi serta cara pemakaian. Prinsip

penggunaan :

1.Gunakan potensi terendah yang dapat mengatasi radang, dapat dinaikan bila

perlu. Hindari pemakaian dalam jangka waktu lama.

Page 31: Dermatitis Kti Dls

2.Hindari potensi kuat untuk daerah kulit dengan permeabilitas tinggi (muka,

intergonisa, bayi).

3.Potensi kuat digunakan bila gatal sangat kuat dan atau

peradangan/likenifikasi berat).

4.Gunakan potensi kuat hanya dalam jangka waktu pendek (≤ 2 minggu untuk

potensi kelas 1). Bila lesi awal telah teratasi ganti dengan potensi yang lebih

rendah/ dengan intiinflamasi nonsteroid untuk terapi pemeliharan.

5.(Inhibitor .kalsineurine topikal) obat ini dapat mengatasi kekurangan/

kerugian menggunakan kortikosteroid topikal, bekerja dengan menghambat

transkripsi sistem inflamasi dalam sel T yang teraktifasi dan sel radang

lainnya sehingga mencegah pelepasan sitokin oleh sel T helper, serta

menghambat poliferesi sel t. terdapat dua macam yaitu salap takrolimus

0.03% (untuk usia 2-12 tahun) dan 0.1% (untuk usia 3 tahun keatas).

b. Untuk dermatitis yang refrakter.

1.Kortukosteroid sistemik.

Prednisolon ledih dianjurkan karena lebih cepat di eskresi oleh tubuh.

2.Fototerapi.

Kombinasi UVA dan UVB atau bersama psoralen (fotokemoterapi) dapat

memperbaiki dermatitis atopik dan menyebabkan remisi panjang, namun

beresiko menimbulkan penuaan dini dan keganasan kulit dalam jangka

panjang.

3.Obat lainnya.

Siklosporin, azatioprin, mofetil mikrofetal, metroteksrat, interveron gamma,

lain-lain (antagonis leukotrien, timopentin, imunoterapi allergen dan probiotik)

(Sugito., 2009).

c.Pengobatan sistemik.

1.Kortikosteroid.

Hanya digunakan untuk mengobati eksaserbasi akut, dalam jangka pendek

dan disis rendah, diberikan berselang-seling atau di turunkan perlahan

(tapering), segera ganti dengan kortikostiroid lokal.

2.Antihistamin.

Page 32: Dermatitis Kti Dls

Digunakan untuk membantu mengurangi rasa gatal yang hebat, terutama

malam hari. Untuk itu antihistamin yang dipakai mempumyai efek sedatf

misalnya hidroksisin atau hifenhidramin.

3. Anti infeksi.

Untuk mengobati koloni S.aureus yang belum resisten dapat diberkan

eritromisin, esitromisin, atau kalitromisin, Sedangkan untuk yang sudah

resisten diberikan dikloksasilin atau genersi pertamasefalosporin.

4 Intervaron.

IFN-y diketahui menekan respo IgE dan menurunkan fungsi dan proliferasi

sel Th2.pengobatan dengan IFN-y rekombinan menghasilkan perbaikan klinis,

karena dapat menurunkan jumlah eosinofil total dalam sirkulasi (Sularsito 2005).

d.   Menghindri faktor pencetus.

Bila eksudasi berat atau stadium akut beri kompres terbuka. Bila dingin dapat

diberikan krim kortikosterod ringan sedang. Pada lesi kronis dalam likenifikasi

dapat diberikan selep kostikosteroid kuat (Mansjoer., 2001).

Penderita dermatitis atopik yang disertai infeksi harus diberkan antibiotika

terhadap kuman stapilokokus dan steroid topikal (Fauzi., 2009).

e.    Probiotik dan dermatitis atopik.

Untuk menggunakan antibiotik beberapa randomized controlled trials dengan

jumlah sampel kecil menunjukan penurunan derajad keparahan dermatitis atopik

dan mencegah dermatitis atopik sampai derajad tertentu dkk. Menurut penelitian

isaular CFU laktobasillus GG yang diberikan selama 2-4 minggu sebelum lahir

sampai 6 bulan sesudah lahir menurunkan kejadian dermatitis atopik sampai 50%

pada bayi- bayi dengan resiko tinggi dermatitis atopik (Sugito., 2009).

Alergi merupakan bentuk “Th2-disease” yang upaya perbaikannya

memerlukan pengembalian penderita pada kondisi “Th1-Th2” yang seimbang

perkembangan ilmu dan tehnologi memungkinkan perubahan paradigma

pencegahan alergi dari paradigma menghindari faktor resiko menjadi paradigma

induksi aktif paradigma indusi aktif toleransi imunologik. Kosep probiotik pada

pencegahan alergi didasari pada induksi aktif respon imunologik menunjukan

Page 33: Dermatitis Kti Dls

keseimbangan “Th1-Th2” pada uji klinik probiotik dibuktikan dapat menurunkan

gejala allergi yang berhubungan denga dermatitis.

Atopik dan allegi makanan. Kelemahan uji klinik adalah ketidak mampuannya

dalam menghasilkan informasi mengenai mekanisme dan hubungan sebab

akibat. Esktropolasi dan sintesis atas fakta-fakta ilmiah yanh telah dihaSilkan oleh

uji klinik dan penelitian mekanisme probiotik pada hewan coba menunjukan

bahwa probiotik dapat menunjuakan reaksi alergi melalui aktivasi TLR2 dan

TLR4. Penelitian probiotik pada ibu hamil menunjukan bahwa efek samping dini

probiotik pada sistem probiotik imun ibu bukanlah pada supresi Thl tetapi pada

aktivasi pada tregulator yang berfungsi menjaga homeostatis Th1-Th2, sehinnga

kelangsungan kehamilan tidak terganggu. (Endaryanto., 2010).

I.       KOMPLIKASI.

Komplikasi yang sering terjadi pada anak dengan dermatitis atopi yaitu alergi saluran napas 

dan   infeksi   kulit   oleh   kuman   S.   aureus   dan   H.   simplex. 

http://kamus-kesehatan.blogspot.com/2009/08/dermatitis-atopik.html.

Dapat   terjadi   komplikasi   yaitu   infeksi   bakteri.   Gejalanya   berupa   bintik-bintik   yang 

mengeluarkan   nanah.   Pembengkakan   kelenjar   getah   bening   sehingga   penderita   mengalami 

demam dan lesu. http://www.kalbe.co.id/dod_detail.php?detail=50.

J.      FOKUS PENGKAJIAN.

1.      Pemeriksaan.

a.       Anamnesis

Page 34: Dermatitis Kti Dls

Anamnesis merupakan tahap awal dalam pemeriksaan untuk mengetahui riwayat penyakit 

dan menegakkan diagnosis. Anamnesis harus dilakukan dengan teliti, teratur dan lengkap karena 

sebagian besar data yang diperlukan dari anamnesis untuk menegakkan diagnosis. Sistematika 

yang lazim dalam anamnesis, yaitu identitas, riwayat penyakit, dan riwayat perjalanan penyakit.

1.      Identitas : nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan.

2.      Riwayat penyakit

Keluhan utama yang menyebabkan pasien dibawa berobat. Keluhan utama tidak harus sejalan 

dengan diagnosis utama.

3.      Riwayat perjalanan penyakit

   Cerita kronologis, rinci dan jelas tentang keadaan pasien sebelum ada keluhan sampai dibawa 

berobat.

Pengobatan sebelumnya dan hasilnya

         Tindakan sebelumnya

         Perkembangan penyakit – gejala sisa atau cacat

         Riwayat penyakit lain yang pernah diderita sebelumnya.

4.      Pada anamnesis pasien didapat hasil sebagai berikut : seorang anak laki-laki usia 1 tahun, datang 

dengan   keluhan   berupa   bercak,   beruntus   kemerahan   yang   terasa   gatal   pada   badan,   kedua 

tungkai atas dan bawah sejak 2 minggu yang lalu. Kelainan kulit pertama kali timbul saat berusia 

6 bulan, pasien pernah diobati kedokter penyakit kulit dan kelamin diberi salep kortikosteroid 

terdapat perbaikan. Kedua orang tua pasien memiliki riwayat asma.

b.      Fisik

Page 35: Dermatitis Kti Dls

Pemeriksaan fisik dermatitis atopik dilakukan dalam bentuk pemeriksaan kulit, yang dibagi 

menjadi dua berdasarkan :

         Lokalisasi

         Bayi : kedua pipi, kepala, badan, lipat siku, lipat lutut.

         Anak : tengkuk, lipat siku, lipat lutut.

         Dewasa : tengkuk, lipat lutut, lipat siku, punggung kaki.

         Efloresensi/ sifat-sifatnya

         Bayi : eritema berbatas tegas, papula/ vesikel miliar disertai erosi dan eksudasi serta krusta.

         Anak : papula-papula miliar, likenifikasi, tidak eksudatif.

         Dewasa : biasanya hiperpigmentasi, kering dan likenifikasi.

          Pada pemeriksaan  fisik  pasien  didapat  hasil   sebagai  berikut   :   terdapat  bercak  dan beruntus 

kemerahan yang terasa gatal pada badan, kedua tungkai atas dan bawah. (Siregar.; 2004)

c.       Penunjang.

Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan :

1.      IgE serum.

IgE   serum dapat  diperiksa  dengan  metode  ELISA.  Ditemukan  80% pada  penderita  dermatitis 

atopik  menunjukkan  peningkatan   kadar   IgE   dalam   serum  terutama  bila  disertai   gejala   atopi 

( alergi ) 

2.      Eosinofil.

Page 36: Dermatitis Kti Dls

Kadar  serum dapat  ditemukan dalam serum penderita  dermatitis atopik.  Berbagai  mediatore 

berperan sebagai  kemoatraktan terhadap eosinofil  untuk menuju ke  tempat peradangan dan 

kemudian mengeluarkan berbagai zat antara lain Major Basic Protein (MBP). Peninggian kadar 

eosinofil dalam darah terutama pada MBP. 

3.      TNF-a.

Konsentrasi plasma TNF-a meningkat pada penderita dermatitis atopik dibandingkan penderita 

asma bronkhial. 

4.      Sel T.

Limfosit   T  di  daerah   tepi  pada  penderita  dermatitis  atopik  mempunyai   jumlah  absolut   yang 

normal atau berkurang. Dapat diperiksa dengan pemeriksaan imunofluouresensi terlihat aktifitas 

sel T-helper menyebabkan pelepasan sitokin yang berperan pada patogenesis dermatitis atopik. 

5.      Uji tusuk.

Pajanan  alergen  udara   (100  kali   konsentrasi)   yang  dipergunakan  untuk   tes   intradermal   yang 

dapat   memacu   terjadinya   hasil   positif.

Pemeriksaan biakan dan resistensi kuman dilakukan bila ada infeksi sekunder untuk menentukan 

jenis mikroorganisme patogen serta antibiotika yang sesuai. Sampel pemeriksaan diambil dari pus 

tempat lesi penderita.

6.      Dermatografisme Putih.

7.      Penggoresan pada kulit normal akan menimbulkan 3 respon, yakni : akan tampak garis merah di 

lokasi penggoresan selama 15 menit, selanjutnya mennyebar ke daerah sekitar, kemudian timbul 

edema setelah beberapa menit. Namun, pada penderita atopik bereaksi lain, garis merah tidak 

disusul warna kemerahan, tetapi timbul kepucatan dan tidak timbul edema.

8.      Percobaan Asetilkolin.

Page 37: Dermatitis Kti Dls

Suntikan secara intrakutan solusio asetilkolin 1/5000 akan menyebabkan hiperemia pada orang 

normal.  Pada orang Dermatitis Atopik. akan timbul vasokontriksi,  terlihat kepucatan selama 1 

jam.

9.      Percobaan Histamin.

Jika histamin fosfat disuntikkan pada lesi penderita Dermatitis Atopik. eritema akan berkurang, 

jika   disuntikkan   parenteral,   tampak   eritema   bertambah   pada   kulit   yang   normal.   (Dermatitis 

atopic pada anak. 17 Mei 2009. Diunduh dari www. childrenallergyclinic.wordpress.com, 26 April 

2011.) 

K.    PAHTWAYS KEPERAWATAN.

Page 38: Dermatitis Kti Dls

  

  

(http://maulafikri30.blogspot.com/2011/11/dermatitis-atopik-pathway.html)

L.     FOKUS INTERVENSI DAN RASIONAL.

Page 39: Dermatitis Kti Dls

1.      Kerusakan integritas kulit b.d terpapar allergen.

Tujuan: Setelah diberikan tindakan keperawatan 3x24 jam kondisi kulit klien menunjukkan perbaikan.

Kriteria hasil :

Klien  akan mempertahankan  kulit  agar  mempunyai  hidrasi  yang baik  dan  turunnya peradangan, 

ditandai dengan:

      Mengungkapkan   peningkatan   kenyamanan   kulit.

Berkurangnya derajat pengelupasan kulit, berkurangnya.

     kemerahan, berkurangnya lecet karena garukan, penyembuhan area kulit yang telah rusak.

Intervensi:

      Mandi paling tidak sekali sehari selama 15 – 20 menit. Segera oleskan salep atau krim yang telah 

diresepkan setelah mandi. Mandi lebih sering jika tanda dan gejala meningkat. 

Rasional   :   dengan  mandi   air   akan  meresap  dalam  saturasi   kulit.   Pengolesan  krim  pelembab 

selama 2 – 4menit setelah mandi untuk mencegah penguapan air dari kulit.

      Gunakan air hangat jangan panas.

Rasional : air panas menyebabkan vasodilatasi yang akan meningkatkan pruritus.

      Gunakan sabun yang mengandung pelembab atau sabun untuk kulit  sensitive. Hindari  mandi 

busa. 

Rasional : sabun yang mengandung pelembab lebih sedikit kandungan alkalin dan tidak membuat 

kulit kering, sabun kering dapat meningkatkan keluhan.

      Kolaborasi: oleskan/berikan salep atau krim yang telah diresepkan 2 atau tiga kali per hari.

Rasional : salep atau krim akan melembabkan kulit. (Djuanda,. 2007)

2.      Resiko infeksi b.d kerusakan jaringan dan peningkatan paparan lingkungan.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan resiko infeksi dapat di hindari.

Kriteria hasil :

        Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi.

        Mendeskrisikan proses penularan,faktor yang mempengaruhi penularan.

Page 40: Dermatitis Kti Dls

        Menunjukan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi.

        Menunjukan prilaku hidup sehat.

Intervensi :

    Monitor tanda dan gejala infeksi.

    Berikan perawatan kulit.

    Membuang jaringan yang mati.

    Anjurkan klien mencuci tangan sebelum melakukan tindakan.

    Anjurkan klien untuk mandi dengan air hangat yang diberi sabun (detol) dan keringkan dengan 

handuk yang bersih.

    Berikan therapy antibiotik.

Rasional :

    Mengobservasi keadaan kulit akan adanya tanda infeksi.

    Mengugrangi resiko infeksi.

    Mempercepat penyembuhan.

    Mencegah penyebaran mikroorganisme.

    Untuk mencegah tumbuhnya mikro organisme penyebab infeksi.

    membunuh mikro organisme penyebab infeksi.

3.      Gangguan rasa nyaman nyaman (nyeri : gatal) b.d agen injuri atau allergen.

Tujuan: Setelah diberikan tindakan keperawatan 3x24 jam, rasa nyeri pasien dapat berkurang.

Kriteria Hasil:

     Melaporkan nyeri berkurang/ terkontrol.

     Menunjukkan ekspresi wajah/ postur tubuh rileks.

     Berpartisipasi dalam aktivitas dan tidur atau istirahat dengan tepat.

Intervensi:

Page 41: Dermatitis Kti Dls

      Observasi keluhan nyeri, perhatikan lokasi atau karakter dan intensitas skala nyeri (0-10 ).

Rasional: dapat mengidentifikasi terjadinya komplikasi dan untuk intervensi selanjutnya.

      Ajarkan tehnik relaksasi progresif, nafas dalam guided imagery.

Rasional:  membantu klien untuk mengurangi  persepsi  nyeri  atau mangalihkan perhatian klien 

dari nyeri.

      Kolaborasi: Berikan obat sesuai indikasi topikal maupun sistemik; pentoksifilin.

Rasional:   pemberian   obat   membantu   mengurangi   efek   peradangan.

4.      Gangguan pola tidur b/d pruritus, nyeri.

Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan 3x 24 jam klien bisa        beristirahat secara optimal.

Kriteria Hasil :

     Mencapai tidur yang nyenyak.

     Mempertahankan kondisi lingkungan yang tepat.

     Menghindari konsumsi kafein.

     Mengenali tindakan untuk meningkatkan tidur.

     Mengenali pola istirahat/tidur yang memuaskan.

Intervensi :

         Nasihati klien untuk menjaga kamar tidur agar tetap memiliki  ventilasi dan kelembaban yang 

baik.

Rasional: Udara yang kering membuat kulit terasa gatal, lingkungan yang nyaman meningkatkan 

relaksasi.

         Menjaga agar kulit selalu lembab.

Rasional: Tindakan ini mencegah kehilangan air, kulit yang kering dan gatal biasanya tidak dapat 

disembuhkan tetapi bisa dikendalikan.

         Menghindari minuman yang mengandung kafein menjelang tidur.

Page 42: Dermatitis Kti Dls

Rasional: kafein memiliki efek puncak 2-4 jam setelah dikonsumsi.

         Melaksanakan gerak badan secara teratur.

Rasional: memberikan efek menguntungkan bila dilaksanakan di sore hari.

         Mengerjakan hal ritual menjelang tidur.

Rasional: Memudahkan peralihan dari keadaan terjaga ke keadaan tertidur. (Djuanda,.2007

It's my blog !!

Rabu, 12 Desember 2012

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEBIDANAN NY “S” DENGAN POST-OP KISTA OVARIUM

DI RSKD. IBU DAN ANAK PERTIWI MAKASSAR

TANGGAL 24 – 26 AGUSTUS 2012

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat dalam Menyelesaikan

Pendidikan Program Studi DIII Kebidanan

STIKES Nani Hasanuddin Makassar

Page 43: Dermatitis Kti Dls

OLEH :

MIHARNIWATI SIRROK

NH. 04 09 129

PROGRAM DIPLOMA TIGA KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

NANI HASANUDDIN

MAKASSAR

2012

PERNYATAAN PERSETUJUAN

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEBIDANAN NY “S” DENGAN POST-OP KISTA OVARIUM

DI RSKD. IBU DAN ANAK PERTIWI MAKASSAR

TANGGAL 24 – 26 AGUSTUS 2012

OLEH :

Page 44: Dermatitis Kti Dls

MIHARNIWATI SIRROK

NH 04.09.129

Karya Tulis Ilmiah ini telah disetujui untuk dipertahankan dalam ujian Karya Tulis Ilmiah di depan tim penguji Program Studi Diploma Tiga Kebidanan STIKES Nani Hasanuddin Makassar.

                                       Makassar, 03 September 2012

Menyetujui,

          Pembimbing I                                  Pembimbing II

Hermin Lambe, SKM, M.Kes              Sri Angriani, SKM, M.Kes

  

PENGESAHAN TIM PENGUJI

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEBIDANAN NY “S” DENGAN POST-OP KISTA OVARIUM

DI RSKD. IBU DAN ANAK PERTIWI MAKASSAR

TANGGAL 24 – 26 AGUSTUS 2012

  OLEH :

MIHARNIWATI SIRROK

NH.04.09.129

Page 45: Dermatitis Kti Dls

Telah dipertahankan didepan tim penguji Karya Tulis Ilmiah Program Studi Diploma Tiga kebidanan STIKES Nani Hasanuddin Makassar dilaksanakan pada :

Hari/Tanggal        : Kamis / 13 September 2012

Pukul                   : 13.00 – 14.00 Wita

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat.

TIM PENGUJI

Ketua       :    Hermin Lambe, SKM, M.Kes   (...…………………………)

Anggota   :    Sri Angriani, SKM, M.Kes       (………………..………….)

                      Harima Mantanawi, SST         (……………………………)

Mengetahui,

Ketua Program Studi Diploma Tiga Kebidanan

STIKES Nani Hasanuddin Makassar

Hujeriah Rahayu, SST

NIK : 890313012

KATA PENGANTAR

BISMIL_1

Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Page 46: Dermatitis Kti Dls

            Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan pada program studi DIII kebidanan STIKES Nani Hasanuddin  Makassar dengan judul : ” Asuhan Kebidanan Ny. “R” Dengan Post-Op Kista Ovarium Di RSKD. Ibu Dan Anak Pertiwi Makassar Tanggal 24 – 26 Agustus 2012”

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya tulis ilmiah masih jauh dari kesempurnaan. Olehnya itu, penulis mengharapkan masukan berupa saran dan kritikan yang sifatnya membangun guna penyempurnaan karya tulis ilmiah ini.

Untuk itu melalui kesempatan ini, penulis mengucapkan rasa hormat serta terima kasih dan penghargaaan yang sedalam-dalamnya kepada:.

1.   Bapak Yahya Haskas, SH, M.Kn, MM.Kes selaku Ketua Yayasan STIKES Nani Hasanuddin Makassar.

2.   Bapak Yasir Haskas, SPt, SE, MM.Kes selaku Ketua STIKES Nani Hasanuddin Makassar.

3.   Ibu Hujeriah Rahayu, SST selaku Ketua Program Studi DIII Kebidanan STIKES Nani Hasanuddin Makassar .

4.   Ibu Hermin Lambe, SKM, M.Kes selaku Pembimbing I dan Ibu Sri Anggriani, SKM, M.Kes selaku Pembimbing II yang telah banyak membantu, membimbing dan meluangkan waktunya dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

5.   Ibu Harima, SST selaku penguji yang telah memberikan masukan saran dan kritik dalam ujian Karya Tulis Ilmiah.

6.   Segenap Dosen dan Staf Program Studi DIII Kebidanan STIKES Nani Hasanuddin Makassar yang telah memberikan bekal ilmu dan pengetahuan selama penulis mengikuti pendidikan.

7.   Ibu Direktur RSKD. Ibu dan Anak Pertiwi Makassar beserta staf yang telah memberikan izin untuk pengambilan data yang penulis butuhkan.

8.   Yang tercinta dan saya hormati Ayahanda Sirrok Tamrin, A. Ma. Pd. dan Ibunda Hatiah, terima kasih atas jasa, pengorbanan, dan doa serta cinta yang tiada putus-putusnya. Kepada saudara-saudaraku serta seluruh keluarga, terima kasih atas bantuan yang telah diberikan baik materil maupun moril selama ini.

9.   Kepada sahabatku (Sri handayani dan Ainul Mufdiah), dan kepada Ruslan yang selalu setia memberikan supportnya, serta semua rekan dan teman yang tidak sempat saya sebutkan satu-persatu, terima kasih atas dorongan semangat dan kebersamaannya selama ini.

10.Rekan-rekan mahasiswa Program Studi D III Kebidanan STIKES Nani Hasanuddin Makassar khususnya angkatan 2009 yang telah memberikan bantuan kerjasama yang baik selama mengikuti pendidikan.

Page 47: Dermatitis Kti Dls

Akhirnya semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat  bagi pengembangan Ilmu Kebidanan dan semoga Allah SWT senantiasa memberikan Rahmat dan petunjuk dalam pemanfaatan karya tulis ilmiah ini. Aamiin.      

Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

                                             

Makassar,    September 2012

                                                                   Penulis

MIHARNIWATI SIRROK            

  

 

         Riwayat  Hidup

A.  Identitas

Nama                        : MIHARNIWATI SIRROK

Tempat/tgl. Lahir      : Beringin Jaya, 02 Juli 1992

Suku/ Bangsa           : Luwu / Indonesia

Status                       : Belum menikah

Agama                      : Islam

Alamat                      : Perdos UNHAS Tamalanrea, Tambasa IV

B.  Riwayat Pendidikan

1.  SDN 256 Kaya’a Lulus tahun 2003, Berijazah

2.  SMP Negeri 1 Mangkutana Lulus tahun 2006, Berijazah

3.  SMA Negeri 1 Mangkutana Lulus tahun 2009, Berijazah

Page 48: Dermatitis Kti Dls

4.  Mengikuti Pendidikan Pada Akademi Kebidanan STIKES Nani Hasanuddin Makassar Tahun 2009 sampai sekarang.

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .................................................................................................... i

                                                                                  

PERNYATAAN PERSETUJUAN .......................................................................... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ............................................................................. iii

KATA PENGANTAR ............................................................................................... iv

BIODATA ................................................................................................................... v

DAFTAR ISI ............................................................................................................ vii

DAFTAR TABEL ...................................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. xi

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ xii

BAB    I.      PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang ............................................................................... 1

Page 49: Dermatitis Kti Dls

B.    Ruang Lingkup Penulisan........................................................... 3

C.    Tujuan Penulisan .................................................................... ..... 4

D.    Manfaat Penulisan ........................................................................ 5

E.    Metode Penulisan ......................................................................... 6

F.    Sistematika Penulisan .................................................................. 8

BAB   II.      TINJAUAN PUSTAKA

A.    Konsep Dasar Tentang Kista Ovarium .................................... 11

1.    Definisi Kista Ovarium .......................................................... 11

2.    Anatomi dan Fisiologi ........................................................... 11

3.    Etiologi ..................................................................................... 22

4.    Insiden ..................................................................................... 22

5.    Patofisiologi ............................................................................ 22

6.    Manifestasi Klinik .................................................................. 25

7.    Test Diagnostik ...................................................................... 26

8.    Penatalaksanaan Medik ...................................................... 28

B.    Proses Manajemen Asuhan Kebidanan ................................. 29

1.    Pengertian Manajemen Kebidanan ................................... 29

2.    Tahapan Dalam Manajemen Kebidanan........................... 30

3.    Pendokumentasian Asuhan Kebidanan .......................... 33

 

BAB  III.      STUDI KASUS

Langkah     I.   Pengkajian dan Analisa Data Dasar .................... 36

Langkah    II.   Identifikasi Diagnosa/Masalah Aktual .................. 42

Langkah   III.   Identifikasi Diagnsoa/Masalah Potensial ............ 44

Langkah  IV.   Tindakan Tindakan Segera Dan Kolaborasi ....... 44

Langkah   V.   Rencana Tindakan Asuhan Kebidanan .............. 45

Page 50: Dermatitis Kti Dls

Langkah   VI   Implementasi Tindakan Asuhan Kebidanan....... 48

Langkah VII. Evaluasi Hasil Asuhan Kebidanan ........................ 49

Pendokumentasian Asuhan Kebidanan (SOAP) ........................ 50

BAB  IV.     PEMBAHASAN .................................................................................. 60

BAB  V.      KESIMPULAN DAN SARAN

A.   Kesimpulan ................................................................................... 66

B.   Saran .............................................................................................. 67

DAFTAR PUSTAKA  ...........................................................................................    69

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Nomor                                                                                                             Halaman

1. Jenis Pendokumentasian Asuhan Kebidanan .....................................    34

DAFTAR GAMBAR

Nomor                                                                                                            Halaman

1.   Anatomi dan Fisiologi .............................................................................    11

Gambar 1. Genetelia Eksterna Wanita

Page 51: Dermatitis Kti Dls

Gambar 2. Organ-organ Reproduksi Interna Wanita

Gambar 3. Organ Reproduksi Interna Ovarium

2.    Patofisiologi

Gambar 4. Skema Penyebaran Carcinoma Ovarii .........................      25

3.    Penatalaksanaan Medik

Gambar 5. Kista Ovarium Kiri ……………………………………….      29

DAFTAR LAMPIRAN

                                                                                                 

Lampiran 1           :    Lembar Konsul.

Lampiran 2           :    Usulan Judul Penelitian.

Lampiran 3           :    Surat Pengantar Penyusunan Karya Tulis Ilmiah.

Lampiran 4           :    Surat Keterangan Selesai Meneliti Dari RSKD. Ibu dan Anak Pertiwi.

Lampiran 5           :    SAP

BAB I

PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang

Kista ovarium ditandai dengan adanya tumor di dalam perut bagian bawah yang pada perabaannya terdapat benjolan pada perut tekanan terhadap alat-alat sekitarnya disebabkan oleh besarnya tumor atau posisinya di dalam perut (Wiknjosastro, H, 1999, hal.345).

Kista ovarium sering terjadi pada wanita usia produktif. Tumor ini berbentuk kantung yang berisi cairan atau bahan setengah padat yang umumnya dapat mengganggu siklus menstruasi dan 

Page 52: Dermatitis Kti Dls

menimbulkan nyeri perut bagian bawah serta dapat bersifat ganas atau tidak, sehingga dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas terhadap ibu.

Tingginya morbiditas dan mortalitas ibu dapat dilihat dari kejadian kista ovarium pada tahun 2010 di Amerika Serikat berkisar 20.180 orang, yang meninggal sebanyak 15.310 orang (75,86%), namun yang masih menderita sebanyak 4.870 orang (24,13%). Gejala awal bersifat asimtomatik dan keluhan yang dirasakan setelah mengganas.

Angka kejadian penyakit kista ovarium di Indonesia tahun 2010 belum diketahui dengan pasti karena pencatatan dan pelaporan di negeri kita kurang baik. Sebagai gambaran di Rumah Sakit ini kanker Dharmais ditemukan kira-kira 30 penderita setiap tahun. (http://www.dharmais.co.id, diakses 24 Agustus 2012).

Kejadian kista ovarium dapat dilihat dari Dinas Kesehatan Provinsi  Sulawesi Selatan tahun 2007 sebanyak 92 penderita,  dimana umur 15-24 tahun sebanyak 31 (33,69%) penderita, umur 25-44 tahun sebanyak 42 (45,65%) penderita, umur 45-64 tahun sebanyak 19 (20,65%)  penderita, sedangkan setelah umur 65 tahun keatas tidak ditemukan kista ovarium.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Rekam Medik RSKD. Ibu dan Anak Pertiwi Makassar dari bulan Januari sampai Desember 2010 sebanyak  15 penderita, yaitu bulan Januari - Maret sebanyak 0 penderita (0 %), April sebanyak 3 penderita (20 %), Mei sebanyak 2 penderita (13 %), Juni sebanyak 2 penderita (13 %), Juli sebanyak 1 penderita (7 %), Agustus sebanyak 2 penderita (13 %), September sebanyak 0 penderita (0 %), Oktober sebanyak 3 penderita (20 %), November sebanyak 1 penderita (7 %), dan Desember sebanyak 1 penderita (7 %). Kemudian pada bulan Januari sampai Desember 2011 sebanyak 19 penderita, yaitu bulan Januari sebanyak 3 penderita (16 %), Februari sebanyak  1 penderita (5 %), Maret sebanyak 2 penderita (11 %), April sebanyak 0 penderita (0 %), Mei sebanyak 3 penderita (16 %), Juni sebanyak 0 penderita (0 %), Juli sebanyak 3 penderita (16 %), Agustus - September sebanyak 0 penderita (0 %), Oktober sebanyak 5 penderita (26 %), November sebanyak 1 penderita (5 %), dan Desember sebanyak 1 penderita (5 %). Sedangkan dari bulan Januari sampai Juli 2012 sebanyak  15 penderita, yaitu bulan Januari sebanyak 4 penderita (25 %), Februari sebanyak  5 penderita (32 %), Maret sebanyak 2 penderita (12 %), April sebanyak 0 penderita (0 %), Mei sebanyak 3 penderita (19 %), Juni sebanyak  2 penderita (13 %), Juli sebanyak 0 penderita (0 %).

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis merasa tertarik akan membahas secara spesifik mengenai masalah ini dengan menggunakan metode pendekatan manajemen asuhan kebidanan dengan judul “Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ny.”R” Dengan Post-Op Kista Ovarium Di RSKD. Ibu dan Anak Pertiwi Makassar Tanggal 24 s/d 26 Agustus 2012”.

B.     Ruang Lingkup Pembahasan

Adapun ruang lingkup penulisan karya tulis ilmiah meliputi: Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ny.”R” Dengan Post-Op Kista Ovarium Di RSKD. Ibu dan Anak Pertiwi Makassar Tanggal24 s/d 26 Agustus 2012”.

C.     Tujuan Penulisan

Page 53: Dermatitis Kti Dls

1.      Tujuan Umum

Dapat melaksanakan Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ny.”R” Dengan Post-Op Kista Ovarium tanggal 24 s/d 26 Agustus 2012 di RSKD. Ibu dan Anak Pertiwi Makassar dengan penerapan manajemen asuhan kebidanan sesuai wewenang bidan.

2.      Tujuan Khusus

a.   Dapat melaksanakan pengkajian dan analisis data pada Ny.”R” dengan Post Op Kista Ovarium tanggal 24 s/d 26 Agustus 2012 di RSKD. Ibu dan Anak Pertiwi Makassar.

b.   Dapat merumuskan diagnosa/masalah aktual pada Ny.”R” dengan Post-Op Kista Ovarium tanggal24 s/d 26 Agustus 2012 di RSKD. Ibu dan Anak Pertiwi Makassar.

c.   Dapat merumuskan diagnosa/masalah potensial pada Ny.”R” dengan Post-Op Kista Ovarium tanggal 24 s/d 26 Agustus 2012 di RSKD. Ibu dan Anak Pertiwi Makassar.

d.   Dapat mengidentifikasi perlunya tindakan segera dan kolaborasi pada Ny.”R” dengan Post-Op Kista Ovarium tanggal 24 s/d 26 Agustus 2012 di RSKD. Ibu dan Anak Pertiwi Makassar.

e.   Dapat menetapkan rencana tindakan asuhan kebidanan pada Ny.”R” dengan Post-Op Kista Ovarium 24 s/d 26 Agustus 2012 di RSKD. Ibu dan Anak Pertiwi Makassar.

f.    Dapat melaksanakan tindakan asuhan kebidanan yang telah disusun Ny.”R” dengan Post-Op Kista Ovarium tanggal 24 s/d 26 Agustus 2012 di RSKD. Ibu dan Anak Pertiwi Makassar.

g.   Dapat mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilaksanakan pada Ny.”R” dengan Post-Op Kista Ovarium tanggal 24 s/d 26 Agustus 2012 di RSKD. Ibu dan Anak Pertiwi Makassar.

h.  Dapat mendokumentasikan semua temuan dan tindakan yang telah diberikan pada Ny.”R” dengan Post-Op Kista Ovarium tanggal 24 s/d 26 Agustus 2012 di RSKD. Ibu dan Anak Pertiwi Makassar.

D.     Manfaat Penulisan

Adapun manfaat penulisan pada kasus tersebut diatas adalah :

1.    Manfaat Praktis

Adalah sebagai salah satu sumber informasi bagi penentu kebijakan dan pelaksanaan program baik di Depkes maupun pihak RSKD. Ibu dan Anak Pertiwi Makassar dalam menyusun perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

2.    Manfaat Institusi

Adalah sebagai bahan masukan/pertimbangan bagi rekan-rekan mahasiswa STIKES Nani Hasanuddin jurusan Kebidanan dalam pelaksanaan asuhan kebidanan.

Page 54: Dermatitis Kti Dls

3.    Manfaat Ilmiah

Diharapkan hasil penulisan ini dapat menjadi sumber informasi dan memperkaya khasanah ilmu dan pengetahuan dan bahan acuan bagi penulis selanjutnya.

4.    Manfaat Bagi Penulis

Adalah proses penulisan ini merupakan pengalaman ilmiah berharga yang dapat meningkatkan pengetahuan dan menambah wawasan tentang faktor yang berhubungan dengan kista ovarium.

E.      Metode Penulisan

Dalam menyusun karya tulis ini, metode yang digunakan adalah:

1.    Studi Kepustakaan

Mempelajari buku-buku dan literatur-literatur, mengambil data dari internet, membaca buku yang berkaitan dengan kista ovarium.

2.    Studi Kasus

Dengan menggunakan metode pendekatan masalah dalam asuhan kebidanan yang meliputi pengkajian dan analisa data, menetapkan diagnosa/masalah aktual dan potensial, mengidentifikasi tindakan dan mengevaluasi asuhan kebidanan pada klien dengan kista ovarium serta mendokumentasikan.

      Untuk menghimpun data/informasi dalam pengkajian menggunakan teknik :

a.    Wawancara

Penulis melakukan wawancara dengan klien dan keluarganya, bidan, dokter di ruang ginekologi RSKD. Ibu dan Anak Pertiwi Makassar guna mendapatkan data yang diperlukan untuk memberikan asuhan kebidanan pada klien tersebut.

b.   Pemeriksaan fisik

Melakukan pemeriksaan fisik secara sistematis pada klien mulai dari kepala sampai kaki dengan melalui pemeriksaan inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi dan pemeriksaan laboratorium untuk memperoleh data objektif.

c.    Pengkajian psikososial

Pengkajian psikososial meliputi status emosional, respon terhadap kondisi yang dialami serta pola interkasi klien terhadap keluarga, petugas kesehatan dan lingkungannya serta pengetahuan tentang nilai kesehatannya.

3.    Studi Dokumentasi

Page 55: Dermatitis Kti Dls

Studi ini dilakukan dengan mempelajari status klien yang bersumber dari catatan dokter/bidan serta diagnostik lainnya yang berkaitan dengan kista ovarium.

4.    Diskusi

Diskusi dengan tenaga kesehatan yaitu bidan atau dokter yang menangani langsung klien tersebut dan dosen pembimbing karya tulis ilmiah.

F.      Sistematika Penulisan

Adapun sistematika yang digunakan untuk menulis karya tulis ini terdiri dari :

BAB   I    PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

B.    Ruang Lingkup Pembahasan

C.    Tujuan Penulisan

D.    Manfaat Penulisan

E.    Metode Penulisan

F.    Sistematika Penulisan

BAB  II    TINJAUAN PUSTAKA

A.   Konsep Dasar Tentang Kista Ovarium

1.    Definisi Kista Ovarium

2.    Anatomi dan Fisiologi

a.    Anatomi

b.    Fisiologi Ovarium

3.    Etiologi

4.    Insiden

5.    Patofisiologi

6.    Manifestasi Klinik

7.    Test Diagnostik

8.    Penatalaksanaan Medik

B.   Proses Manajemen Asuhan Kebidanan

Page 56: Dermatitis Kti Dls

1.    Pengertian Manajemen Asuhan Kebidanan

2.    Tahapan dalam Manajemen Asuhan Kebidanan

C.   Pendokumentasian Asuhan Kebidanan (SOAP)

BAB  III   STUDI KASUS

Langkah I.      Pengkajian dan Analisa Data Dasar

Langkah II.     Merumuskan Diagnosa/Masalah Aktual

Langkah III.    Merumuskan Diagnosa/Masalah Potensial

Langkah IV.   Tindakan Segera/Kolaborasi Asuhan Kebidanan

Langkah V.    Rencana Tindakan Asuhan Kebidanan

Langkah VI.   Pelaksanaan Tindakan Asuhan Kebidanan

Langkah VII.  Evaluasi Hasil Asuhan Kebidanan

Pendokumentasian Asuhan Kebidanan (SOAP)

BAB  IV PEMBAHASAN

Pada Bab ini dibahas tentang kesenjangan antara teori dan praktek asuhan kebidanan pada Ny.”H” dengan kista ovarium di RSKD. Ibu dan Anak Pertiwi Makassar.

BAB  V   KESIMPULAN DAN SARAN

A.   Kesimpulan

B.   Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.  Konsep Dasar Tentang Kista Ovarium

Page 57: Dermatitis Kti Dls

    Definisi Kista Ovarium

a.   Kista ovarium adalah tumbuhnya jaringan abnormal yang jinak berisi zat cairan yang kental yang berada pada system reproduksi yaitu ovarium. (Sarwono P, 1999).

b.   Kista ovarium adalah kista yang permukaannya rata dan halus, biasanya bertangkai, seringkali bilateral, dan dapat menjadi besar. (Mansjoer A, 2000).

c.   Kista ovarium adalah kista yang paling sering terjadi terutama yang bersifat non-neoplastik yang berasal dari corpus luteum. (Sastrawinata S, 2002)

    Anatomi dan Fisiologi

a.   Anatomi (Obstetri Fisiologi, hal.47)

Secara umum reproduksi wanita di bagi atau dua bagian yaitu alat kelamin luar (Genetalia Externa) dan alat kelamin dalam (Genitalia Intern).

1)  Alat Kelamin Luar (Genitalia Externa) terdiri dari :

1)  Mons veneris

(1) Bagian yang menonjol dan terdiri dari jaringan lemak yang menutupi bagian depan symphysis publis.

(2) Setelah pubertas kulit dari mons veneris tertutup oleh rambut.

2)  Labia majora

(1)  Berbentuk lonjong dan menonjol berasal dari mons veneris dan berjalan ke bawah dan belakang.

(2)  Labia major sinistra dan dextra bersatu di sebelah belakang dan merupakan batas depan dari perineum, disebut commisura posterior. Terdiri dari 2 permukaan:

(a) Bagian luar, menyerupai kulit biasa dan ditumbuhi rambut.

(b) Bagian dalam menyerupai selaput lendir dan mengandung banyak kelenjar sebacea.

(3)  Homolog dengan scorotum laki-laki

3)  Labia minora

Page 58: Dermatitis Kti Dls

1)  Didapatkan sebagai lipatan di sebelah medial labial majora.

2)  Kedua lipatan tersebut (kiri dan kanan) bertemu diatas (preputium clitoridis) dan dibawah clitoris (Frenulus clitoridis).

3)  Di bagian belakang kedua lipatan setelah mengelilingi orificium vaginae bersatu juga disebut fourcet (hanya nampak pada wanita yang belum pernah melahirkan anak).

4)  Clitoris

1)  Merupakan suatu tunggal yang erectil.

2)  Mengandung banyak urat-urat syaraf sensorik dan pembuluh-pembuluh darah.

3)  Analog dengan penis laki-laki.

5)  Vestibulum

1)  Merupakan rongga yang sebelah lateral dibatasi oleh kedua labia minora, anterior oleh clirotis, dorsal oleh fourchet.

2)  Pada vestibulum terapat muara-muara dari vagina urethra dan terdapat pula 4 lubang kecil yaitu 2 muara dari kelenjar bartholini.

6)  Hymen (selaput darah)

1)  Berupa lapisan yang tipis menutupi sebagian besar dan introitus vaginae.

2)  Biasanya hymen berlubang sebesar ujung jari hingga getah dari genitalia interna dan darah haid dapat mengalir keluar.

3)  Bila hymen tertutup sama sekali disebut hymen occlusivium.

4) 

 

Setelah partus, hanya tinggal sisa-sisa kecil pada pinggir introitus dan disebut carunculae mytiformis.

                                                      

Duktus

Kelenjar Skene

Page 59: Dermatitis Kti Dls

 

 

Gambar 1 : Genitalia Eksterna Wanita

Sumber    : Patofisiologi, hal.1126

2)  Alat Kelamin Dalam (Genitalia Interna) terdiri dari :

1)  Vagina

(1) Suatu saluran musculo-membranosa yang menghubungkan uterus dan vulva.

(2) Terletak antara kandung kecing dan rectum.

(3) Dinding depan vagina (9 cm) lebih pendek dari dinding belakang (11 cm).

(4) Pada dinding vagina terdapat lipatan-lipatan yang berjalan circulair dan disebut trugae, terutama pada bagian bawah vagina. Walapun disebut sebagai selaput lendir vagina, selaput ini tak mempunyai kelenjar-kelenjar sama sekali sehingga tidak dapat menghasilkan lendir, mungkin lebih baik disebut kulit.

(5) Kedalam puncak vagina menonjol ujung dari cervix.

(6) Setelah melahirkan sebagian dari rugae akan menghilang.

(7) Bagian dari cervix yang menonjol ke dalam vagina disebut portio.

(8) Vagina mempunyai faal penting :

(a) Sebagai saluran keluar uterus yang dapat mengalirkan darah pada waktu haid dan secret dari uterus.

(b) Sebagai alat persetubuhan.

(c) Sebagai jalan lahir pada waktu partus.

Page 60: Dermatitis Kti Dls

(9) Sel-sel dari lapisan atas epitheel vagina mengandung glycogen. Glycogen ini menghasilkan asam susu oleh karena adanya bacil-bacil doorderlein hingga mempunyai reaksi asam dengan pH 4,5 dan ini memberi proteksi terhadap invasi kuman-kuman.

2)  Uterus

(1) Dalam keadaan tidak hamil terdapat ruangan dalam pelvis minor diantara vecisa urinaria dan rectum.

(2) Permukaan belakang sebagian besar tertutup oleh peritoneum sedangkan permukaan depan hanya di bagian atasnya saja.

(3) Bagian bawah dari permukaan depan melekat pada dinding belakang vesica urinaria.

(4) Uterus merupakan alat yang berongga dan berbentuk sebagai bola lampu yang gepeng terdiri dari 2 bagian :

(a)  Corpus uteri berbentuk segitiga.

(b)  Cervix uteri berbentuk silindris.

(5) Bagian dari corpus uterus berbeda-beda tergantung usia, pernah partus atau belum.

(6) Dinding uterus terdiri dari 3 lapisan: perimetrium (lapisan peritoneum). Myometrium (lapisan otot), Endometrium (lapisan dalam).

(7) Letak uterus

(a)  Ante dan retroflexio uteri.

(b)  Ante dan retroversio uteri.

(c)  Positio

(d)  Torsio

(8) Ligamen-ligamen uterus terdiri dari ligamentum latum, ligamentum rontum, dan (ligamentum Teres uteri), ligmentum linfundibulo pelvicum (ligamentum suspensorium ovarii), ligamentum cardinale, ligamentum sacro uterinum, ligamentum vecisca uterinum.

(9) Pada anak-anak panjang uterus     : 2-3 cm.

Pada nulipara                              : 6-8 cm

Pada multipasa                           : 8-9 cm

3)  Tuba uterina fallopi

(1) Alat ini terdapat pada tepi atas ligamentum latum, berjalan ke arah lateral.

(2) Panjangnya kurang lebih 12 cm, diameter 3-8 mm.

(3) Pada tuba ini dibedakan 4 bagian :

Page 61: Dermatitis Kti Dls

(a)  Pars interstitialis (intra muralis) : bagian tuba yang berjalan dalam dinding uterus, mulai pada ostium internum tubae.

(b)  Pars isthmica : Bagian tuba setelah keluar dari dinding uteri merupakan bagian tuba yang lurus dan sempit.

(c)  Pars ampullaris : Bagian tuba antara pars isthmica & infundibulum merupakan bagian tuba yang paling lebar dan berbentuk S.

(d)  Infundibulum : Ujung dari tuba dengan umbai-umbai yang disebut fimbriae, lubangnya disebut ostium abdominale tubae yang disebut fimbriae, lubangnya disebut ostium abdominale tubae.

(4) Fungsi utama tuba adalah membawa ovum yang dilepaskan ovarium ke jurusan cavum uteri.

4)  Ovarium

(1) Terletak pada dinding lateral panggul.

(2) Ovarium hanya ada 2 yaitu kiri dan kanan uterus.

(3) Terdiri dari bagian luar (cortex) dan bagian dalam (medulla).

(4) Pada cortex terdapat follikel-follikel primordial.

(5) Pada medulla terdapat pembuluh darah, urat saraf dan pembuluh lympha.

(6) Parametrium (penyangga rahim).

(7)  Merupakan lipatan peritoneum yang menghubungkan rahim dan tulang panggul.

(Sulaiman S, 1983, hal.49-69).

 

Page 62: Dermatitis Kti Dls

Gambar 2 : Organ-organ Reproduksi Interna Wanita

                    (Potongan Melintang)

Sumber    : Price Wilson, 1995, hal.1126

b.   Fisiologi Ovarium

Kelenjar seks primer wanita adalah 2 buah ovarium. Besar keduanya sebesar buah almond dan terletak pada masing-masing sisi dari uterus, dibawah dan belakang tuba uterin. Ovarium dipertahankan pada tempatnya oleh ligamen melalui ligamen tersebut ovarium mendapatkan persyaratan dan suplai darah. Ovarium mengandung kantung sekretorius kecil atau folikel, terbenam dalam jaringan penunjang. Masing-masing folikel mengandung ovum yang matang dan ovum tersebut dikeluarkan dari ovarium ke dalam rongga pelvis melalui suatu proses yang disebut ovulasi. Dalam masa kanak-kanak ovaria boleh dikatakan masih dalam keabsaan istirahat belum menunaikan faalnya dengan baik. Baru jika tercapai pubertas (akil baliq), maka terjadinya perubahan-perubahaan besar pada seluruh badan wanita tersebut.

Pubertas tercapai pada umur 12-16 tahun dipengaruhi oleh keturunan, bangsa, iklim, dan lingkungan. Kejadian yang terpenting dalam pubertas adalah timbulnya haid yang pertama kali (menarche). Walaupun begitu menarche merupakan gejala pubertas yang paling lambat. Paling awal terjadi payudara (thelarche), kemudian tumbuh rambut kemaluan (pubarche), disusul dengan tumbuhnya rambut di ketiak. Barulah terjadi menarche dan sesudah itu haid datang secara siklik. Haid (menstruasi) adalah perdarahan menunaikan faalnya. Dengan pubertas ini wanita masuk dalam masa reproduktif, artinya masa mendapat keturunan yang berlangsung kira-kira 30 tahun. Setelah masa reproduksi, wanita masuk ke dalam klimakterium. Klimaterium merupakan masa peralihan antara masa reproduksi dan senium. Dalam klimakterium haid berangsung-angsur akan berhenti, mula-mula haid menjadi sedikit, kemudian terlampau 1 atau 2 bulan dan akhirnya terhenti sama sekali. Haid yang terakhir disebut menopause. (Sulaiman, 1983, hal.47-75).

Page 63: Dermatitis Kti Dls

 

 

Gambar 3  : Organ Reproduksi Interna Ovarium

Sumber     : Patofisilogi, hal.1126

    Etiologi (Ilmu Kandungan Tumor Kistik, hal.355).

Kista ovarium penyebabnya belum diketahui pasti, mungkin berasal dari suatu teratoma dimana dalam pertumbuhan satu elemen mengalahkan elemen-elemen lain (meyer). Ada pendapat mengatakan bahwa kista berasal dari epitel permukaan ovarium. (germinal epithelium).

Page 64: Dermatitis Kti Dls

    Insiden (Ilmu Kandungan Tumor Kistik, hal.358).

Tumor ovarium ini terbanyak ditemukan bersama-sama dengan kistadenoma ovaril musinosum. Kedua tumor merupakan kira-kira 60% dari seluruh ovarium. Tumor paling sering terdapat pada wanita antara 20-50 tahun, jarang sekali pada masa prapubertas. Agak lebih sering ditemukan kista bilateral (10-20%). Hariadi (1970) dalam hal ini menemukan frekuensi 19,7%, saparda (1997) 15%, Djaswadi (1970) 10,9% dan Gunawan (1977) 20,3%. Selanjutnya di Surabaya Hariadi dan Gunawan menemukan angka kejadian tumor ini masing-masing 39,8% dan 28,5%, di Jakarta Sapardan mencatat angka 20% dan di Yogyakarta Djaswadi mencatat angka 36,1%.

    Patofisiologi (Rustam E.H, 1994, hal.147)

Patofisiologi penyakit ini diketahui secara pasti. Pada umumnya penyebaran dapat terjadi secara langsung, secara implantasi, atau melalui pembuluh limfe. Kapsul tumor dapat ditembus atau tumor pecah secara spontan atau artificial sehingga sel tumor menjadi ganas dan akan merangsang peritoneumd dan akan  terjadi asites dan tentunya terjadi penyebaran ke cavum peritonei. Penyebaran ke ovarium yang lain (atau sama-sama timbul pada kedua ovari) pada jenis serosum ditemukan sebanyak 47-71%, pada jenis musinosum 15%. Pada tumor-tumor ovarium metastatik, penyebarannya ke ovarium biasanya terjadi pada pembuluh limfe, pembuluh darah atau secara langsung. Biasanya tumor primer berada pada buah dada, saluran pencernaan, alat genital.

Klasifikasi klinik yang digunakan untuk menentukan tingkat keganasan pada tumor ovarium adalah

a.    Tingkat 1   :  Proses terbatas pada ovarium (a).

b.    Tingkat 1a :  Proses terbatas pada satu ovarium, tidak ditemukan asites.

c.     Tingkat 1b :  Proses terbatas pada kedua ovaria, tidak ditemukan adanya asites.

d.    Tingkat 1c  :  Seperti pada tingkat 1a atau 1b tetapi terdapat asites atau sel ganas pada cairan pencucian peritoneum.

e.    Tingkat II   :  Proses di satu atau dua ovaria dengan penyebaran ke panggul kecil.

f.     Tingkat IIa :  Penyebaran ke uterus dan atau tuba.

g.    Tingkat IIb :  Penyebaran ke daerah panggul kecil lainnya.

h.    Tingkat IIc :  Seperti pada tingkat IIa atau IIb tetapi terdapat asites atau sel-sel ganas pada cairan pencucian peritoneum.

Page 65: Dermatitis Kti Dls

i.      Tingkat III  :  Proses pada satu atau dua ovaria dengan penyebaran ke rongga peritoneum di luar panggul kecil dan atau ke kelenjar retroperitoneal, tumor terbatas di panggul kecil dengan penyebaran ke usus dan omentum yang dibuktikan secara histologik.

j.      Tingkat IV  :  Proses pada satu atau dua ovaria dengan penyebaran jauh, penyebaran ke parenkim hati atau efusi dengan hasil sel ganas secara sitologi juga digolongkan ke tingkatIV.

Gambar 4 : Skema Penyebaran Carcinoma Ovarii

Sumber    : Rustam E.H, 1994, hal.147

Penyebaran dapat terjadi melalui pembuluh limfe, pembuluh darah, atau secara langsung, biasanya tumor primer berada pada buah dada, saluran pencernaan dan alat genital.

    Manifestasi Klinik (Wiknjosastro H, 1995, hal 358).

Pada umumnya kista jenis ini tidak mencapai ukuran yang amat besar dibandingkan dengan kistadenoma musinosum. Permukaan tumor biasanya licin, akan tetapi dapat pula berbagai karena kista serosumpun berbentuk multikuler, meskipun lazimnya berongga satu. Warna kista putih keabu-abuan. Ciri khas ini adalah potensi pertumbuhan papiler ke dalam rongga kista sebesar 50% dan keluar pada permukaan sebesar 5%. Isi kista cair, kuning, kadang-kadang coklat karena campuran darah. Tidak jarang kistanya sendiri kecil, tetapi permukaannya penuh dengan pertumbuhan papiler (solid papilloma).

Pada umumnya dapat dikatakan bahwa tidak mungkin membedakan gambaran makroskopik kistadenoma serosum papiliferum yang ganas dan yang jinak, bahkan pemeriksaan mikroskopikpun tidak selalu memberikan kepastian. Pada pemeriksaan mikroskopik terdapat dinding kista yang dilapisi oleh epitel kubik atau epitel torak yang rendah dengan sitoplasma 

Page 66: Dermatitis Kti Dls

eosinofil dan inti yang besar dan gelap warnanya. Karena tumor ini berasal dari epitel permukaan ovarium (germinal eithelium), maka bentuk epitel pada papil dapat beraneka ragam, tetapi sebagian besar epitelnya terdiri atas bulu getas, seperti epitel tuba.

Pada jaringan papiler dapat ditemukan pengendapan kalsium dan stromanya yang dinamakan psamoma. Adanya psomoma biasanya menunjukkan bahwa kista adalah kistadenoma ovarii serosum papiliferum, tetapi tidak bahwa tumor ini ganas.

    Test Diagnostik (Wiknjosastro H, 1995, hal.350)

Metode-metode yang dapat menolong dalam pembuatan diagnosis yang tetap antara lain :

a.   Laporoskopi

Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah tumor berasal dari ovarium atau tidak, dan untuk menentukan sifat-sifat tumor itu dengan cara pemeriksaan tongga perut dengan peneropongan laparoskop melalui sayatan pada dinding abdomen, setelah lebih dahulu dilakukan pengisian udara atau gas ke dalamnya.

b.   Ultra Sonografi

Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor, apakah tumor berasal dari uterus, ovarium, atau kandung kencing, apakah tumor kistik atau solid dan dapat dibedakan pula antara cairan dalam rongga perut yang bebas dan yang tidak.

c.   Foto roentgen

Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks, selanjutnya pada kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat adanya gigi dalam tumor. Penggunaan foto rontgen pada pielogram intravena dan pemasukan bubur barium dalam kolon sudah disebut diatas.

d.   Parasentesis

Telah disebut bahwa fungsi pada asites berguna untuk menentukan sebab asites dengan cara penusukan ke dalam suatu rongga (seperti liang telinga) dengan alat tusuk untuk mengeluarkan atau menyedok keluar cairan atau nanah yang ada didalamnya.

    Penatalaksanaan Medik (Saifuddin A.B, 1999, hal.357).

a.   Penanganan Pra Operasi

Page 67: Dermatitis Kti Dls

Sebelum operasi, pasien dianjurkan berpuasa, Laparatomia mediana inferior, ruang perut dibendung dengan kain kasa supaya kemungkinan peritononitis lebih kecil, kandung kemih dikosongkan, memasang infus dan menyuntikan anastesi.

b.   Penanganan Pasca Operasi

Penanganan terdiri atas pengangkatan tumor. Jika pada operasi tumor sudah cukup besar sehingga tidak tampak banyak sisa ovarium yang normal. Biasanya dilakukan pengangkatan ovarium beserta tuba (salpingo-ooforektomi). Pada waktu mengangkat kista sedapat-dapatnya dilaksanakan mengangkatnya in toto tanpa mengadakan pungsi dahulu, untuk mencegah timbulnya pseudomiksoma peritonei karena tercecernya isi kista. Jika berhubungan dengan besarnya kista perlu dilakukan pungsi untuk mengecilkan tumor, lubang pungsi harus ditutup rapi sebelum mengeluarkan tumor dari rongga perut. Setelah kista diangkat, harus dilakukan pemeriksaan histologik di tempat-tempat yang mencurigakan terhadap kemungkinan keganasan. Waktu operasi, ovarium yang lain perlu diperiksa pula apakah tumor ditemukan pada satu atau pada dua ovarium.

Gambar 4 : Kista Ovarium Kiri

Sumber     : Wiknjosastro H, hal.353

B.  Proses Manajemen Asuhan Kebidanan (Simatupang E.J, 2006)

1.   Pengertian Manajemen Kebidanan

Manajemen  kebidanan adalah suatu metode pendekatan pemecahan masalah yang digunakan oleh bidan dalam proses pemecahan masalah dalam pemberian pelayanan Asuhan Kebidanan, atau merupakan proses pemecahan masalah yang  digunakan oleh bidan serta merupakan metode yang terorganisasi melalui  tindakan yang logikal dalam memberi pelayanan.

2.    Tahapan dalam Manajemen Kebidanan (Varney, 1999)

Langkah I : Identifikasi Data Dasar

Identifikasi dan analisa data (pengkajian) pengumpulan data untuk menilai kondisi klien. Yang termasuk data dasar adalah riwayat kesehatan klien, pemeriksaan panggul, pemeriksaan fisik, serta catatan tentang kesehatan lalu dan sekarang dan hasil pemeriksaan laboratorium.

Page 68: Dermatitis Kti Dls

Semua data diatas harus memberikan informasi yang saling berhubungan (relevan) dan menggambarkan kondisi klien yang sebenarnya.

Langkah II : Identifikasi Diagnosa/ Masalah Aktual

Menginterpretasikan data secara spesifik ke dalam suatu rumusan diagnosa kebidanan dan masalah. Kata diagnosa dan masalah digunakan kedua-duanya dan mempunyai pengertian yang berbeda-beda. Problem tidak dapat didefinisikan sebagai suatu diagnosa tetapi memerlukan suatu pengembangan rencana keperawatan secara menyeluruh pada klien. Masalah lebih sering berhubungan dengan bagaimana klien menguraikan  keadaan yang ia rasakan, sedangkan diagnosa lebih sering diidentifikasi oleh bidan yang difokuskan pada apa yang dialami oleh klien.

Langkah III : Antisipasi Diagnosa/ Masalah Potensial

Dari kumpulan masalah dan  diagnosa, identifikasi faktor-faktor potensial yang memerlukan antisipasi segera tindakan pencegahan jika memungkinkan atau waspada sambil menunggu dan mempersiapkan pelayanan untuk segala sesuatu yang mungkin terjadi.

Langkah IV : Evaluasi Perlunya Tindakan Segera Kolaborasi

Proses manajemen kebidanan dilakukan secara terus menerus selama klien dalam perawatan bidan. Proses terus menerus ini menghasilkan data baru segera dinilai. Data yang muncul dapat menggambarkan suatu keadaan darurat dimana bidan harus segera bertindak untuk menyelamatkan  klien.

Langkah V : Rencana  Asuhan Kebidanan

Dikembangkan berdasarkan intervensi saat sekarang dan antisipasi diagnosa dan problem serta meliputi data-data tambahan setelah data dasar. Rencana tindakan komprehensif bukan hanya meliputi kondisi klien serta hubungannya dengan masalah yang dialami klien akan tetapi meliputi antisipasi dengan bimbingan terhadap klien, serta konselingbila perlu mengenai ekonomi, agama, budaya, ataupun masalah psikologis. Rencana tindakan harus disetujui klien, oleh sebab itu harus didiskusikan dengan klien. Semua tindakan yang diambil harus berdasarkan rasional yang relevan dan diakui  kebenarannya serta situasi dan kondisi tindakan harus dianalisa secara teroritis.

Langkah VI : Implementasi Asuhan Kebidanan

Melaksanakan rencana tindakan serta efisiensi dan menjamin rasa aman klien. Implementasi dapat dikerjakan keseluruhan oleh bidan ataupun bekerjasama dengan tim kesehatan lain. Bidan harus melakukan implementasi yang efisien dan akan mengurangi waktu perawatan dan biaya perawatan serta akan meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan terhadap klien.

Langkah VII : Evaluasi Asuhan Kebidanan

Mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan asuhan yang diberikan kepada klien. Pada tahap evaluasi ini bidan harus melakukan pengamatan dan observasi terhadap masalah yang dihadapi klien, apakah masalah diatasi seluruhnya, sebagian telah dipecahkan atau mungkin timbul masalah baru.

Page 69: Dermatitis Kti Dls

Selain terhadap permasalahan klien, bidan juga harus mengenal apakah rencana yang telah ditetapkan dapat dilakukan dengan baik, apakah perlu disusun kembali rencana intervensi yang lain sehingga masalah dapat dipecahkan dengan tepat.

Pada prinsipnya tahapan evaluasi adalah pengkajian kembali terhadap klien untuk menjawab pertanyaan seberapa jauh tercapainya rencana yang dilakukan.

C.  Pendokumentasian Asuhan Kebidanan (Simatupang E.J, 2006)

Metode empat pendokumentasian yang disebut SOAP ini dijadikan proses pemikiran penatalaksanaan kebidanan. Dipakai untuk mendokumentasikan hasil klien dalam rekaman medis klien sebagai catatan perkembangan kemajuan yaitu :

1.   Subjektif (S)

Apa yang dikatakan, disampaikan, dikeluhkan oleh klien.

2.   Objektif (O)

Apa yang dilihat dan diraba, dirasakan oleh bidan saat melakukan pemeriksaan, serta pemeriksaan laboratorium.

3.   Assesment (A)

Kesimpulan apa yang dibuat berdasarkan data subjektif dan objektif sebagai hasil pengambilan keputusan klinis terhadap klien tersebut.

4.   Planning (P)

Apa yang dilakukan berdasarkan hasil kesimpulan dan evaluasi terhadap keputusan klinis yang diambil dalam rangka mengatasi masalah klinis klien atau memenuhi kebutuhan klien.

Tabel 1:  Pendokumentasian Asuhan Kebidanan

Tujuh Langkah dari

Helen Varney

Lima Langkah

Kompetens Inti Bidan

Indonesia/APD

SOAP/Note/ Progres Note

Page 70: Dermatitis Kti Dls

1.  Pengumpulan data

1. Pengumpulan data

Data subjektif

Data objektif

2.       Diagnosis/Masalah.

2.  Assessment/ Diagnosis

Assessment/Diagnosis

3. Antisipasi Diagnosis/ Masalah potensial

4.Pertimbangan perlunya konsultasi/Rujukan

3. Rencana Tindakan

Page 71: Dermatitis Kti Dls

Planning/Rencana Tindakan :

a.   Konsultasi/Rujuk

b.   Pemeriksaan Diagnostik/Laboratorium

c.   Pemberian Pengobatan

d.   Pendidikan Kesehatan dan Konseling Kesehatan

e.   Follow up Pemeriksaan.

5.  Rencana Tindakan

6.  Implementasi

4.       Implementasi

7.  Evaluasi

5.  Evaluasi

    Sumber : Modul Konsep Asuhan Kebidanan Pusdiknakes 2005

BAB III

STUDI KASUS

          Pada Bab ini akan dibahas mengenai ” Asuhan Kebidanan Pada Ny.”R” Dengan Post-Op Kista Ovarium Di RSKD. Ibu dan Anak Pertiwi Makassar Tanggal 24 s/d 26 Agustus 2012”, yaitu sebagai berikut:

Page 72: Dermatitis Kti Dls

No. Reg                : 04 09 20

Tgl. Masuk RS     : 22 Agustus 2012 Jam 09.00 Wita

Tgl. Operasi         : 23 Agustus 2012 Jam 09.30 Wita

Tgl. Pengkajian   : 24 Agustus 2012 Jam 10.00 Wita

Langkah I : Pengkajian dan Analisa Data Dasar

A.  Identitas Istri / Suami

Nama               : Ny.”R” / Tn.”J”

Umur               :  39 Tahun / 41 Tahun

Nikah              : 1x / ± 7 Tahun

Suku               : Makassar / Makassar

Agama             : Islam / Islam

Pendidikan     : SMA / SMA

Pekerjaan        : IRT / POLRI

Alamat             : Sungguminasa

B.  Data Biologis

1.   Keluhan Utama

Ibu merasa nyeri pada bekas operasi.

2.   Riwayat keluhan utama :

1)  Nyeri dirasakan setelah operasi pengangkatan kista ovarium dengan histerektomi total pada tanggal 23 Agustus 2012 Jam 09.30 wita.

2)  Sifat keluhan dirasakan lebih berat jika ibu terlalu banyak bergerak.

3)  Usaha klien untuk mengatasinya, ibu banyak berbaring dan bergerak lebih berhati-hati.

C.  Riwayat Kesehatan Lalu

1.   Tidak ada riwayat penyakit menular seksual (AIDS/HIV dan sipilis).

2.   Tidak ada riwayat penyakit jantung, hipertensi dan diabetes melitus dan keganasan.

Page 73: Dermatitis Kti Dls

D.  Riwayat Kesehatan Keluarga.

Tidak ada riwayat penyakit keturunan.

E.  Riwayat Reproduksi

1.   Riwayat Haid

     a. Menarche         : 15 Tahun

     b. Siklus               : 28 - 30 Hari

     c. Lamanya                    : 5 - 7 Hari

2.   Riwayat  Obstetri

     Ibu tidak ada riwayat obstetri

F.  Riwayat Ginekologi

Ibu tidak pernah mengalami tumor kandungan ataupun tumor payudara sebelumnya dan tidak pernah mengalami infeksi organ reproduksi.

G.  Riwayat Keluarga Berencana

Ibu mengatakan tidak pernah menjadi akseptor KB.

H.  Pola kegiatan sehari-hari

a.   Kebutuhan nutrisi

1)  Sebelum sakit :

a)  Pola makan          : Nasi, sayur dan lauk.

b)  Frekuensi makan          : 3 x sehari.

c)   Minum                  : ± 6-8 gelas / hari.

2)  Selama dirawat

a)  Sementara terpasang infus RL 28 tetes/menit.

b)  Ibu belum bisa makan atau minum karena belum flatus.

b.   Kebutuhan eliminasi BAB/BAK      

          1) Masih terpasang kateter dengan urine bag ± 1200 cc.

          2) Ibu belum flatus dan BAB.

c.   Pola istirahat/tidur

Page 74: Dermatitis Kti Dls

1)   Sebelum sakit

a)  Tidur siang jam    : 14.00 – 15.00 Wita.

b)  Tidur malam         : 21.00 – 05.00 Wita.

2)   Setelah sakit, jam tidur klien tidak menentu karena adanya rasa nyeri pada perut dan ibu nampak meringis bila bergerak.

I.    Data Psikologi

1.  Klien menganggap bahwa operasi merupakan jalan keluar yang    terbaik.

2. Ibu dapat beradaptasi dengan keadaan dan lingkungannya.

3. Klien mendapat keringanan biaya perawatan melalui jaminan pelayanan sosial (JPS).

4. Selama proses operasi klien hanya dapat berdoa agar dapat menjalani proses operasi dengan baik.

J.   Data Sosial. Ekonomi,dan Spiritual

1.   Ibu sudah merencanakan untuk melakukan operasi di RSKD. Ibu dan Anak Pertiwi Makassar.

2.   Reaksi emosional selama proses operasi baik (kooperatif).

3.   Keluarga senantiasa memberikan support kepada ibu.

4.   Ibu berdoa pada Tuhan Yang Maha Esa agar proses operasi berjalan sesuai apa yang di inginkan

K.  Pemeriksaan Fisik

1.   Keadaan umum

a. Penampilan umum    :    Klien masih nampak lemah.

b. Kesadaran                 :     Composmentis.

c. Ekspresi wajah          :     Nampak cemas dan meringis saat bergerak.

2. TTV : TD : 100/70 mmHg         S  : 36.5oC

                   N   : 84 x/menit              P  : 20 x/menit

3. Kepala                           

Kulit kepala dan rambut bersih, tidak rontok, tidak ada massa dan nyeri tekan.

4.  Muka

Simetris kiri dan kanan, sklerera tidak ikhterus dan konjungtiva merah muda.

5.   Mulut dan gigi

Page 75: Dermatitis Kti Dls

Mulut nampak bersih dan tidak kering, tidak ada caries tidak ada gigi yang  tanggal.

6.  Leher

Tidak nampak pembesaran kelenjar tyroid, limfe dan vena jugularis.

7. Payudara

Simetris kiri dan kanan, tidak ada massa.

8.  Abdomen

Terdapat luka bekas operasi yang horizontal di atas sympisis ditutupi   verban   dan  tidak   ada   perembesan   darah   dan  pada pemeriksaan palpasi ibu merasakan adanya nyeri tekan.

9. Vulva dan Anus

Vulva tampak bersih dan terpasang kateter tetap dan tidak ada oedema dan varises.

10.Ekstremitas

a. Tangan

Pada lengan kanan terpasang infuse ringer laktat (RL).

b.   Tungkai

Simetris kiri dan kanan, tidak ada oedem dan varises, refleks patella kiri/kanan positif.

K. Pemeriksaan Laboratorium

     Tanggal 22 Agustus 2012 jam 07.30 wita

     a. Hb               : 9.8 gram %  (nilai normal 12-14 gram%)

     b. Leucocyt     : 1.030 mm2             (nilai normal 5000-10.000 mm2)

     c. Trombocyt    : 544.000/mm2 (nilai normal 200.000-500.000/mm²)

     d. Hemotokrit   : 15.3 %          (nilai normal 32-40 %)

     e. Golongan darah       : O

f. Pemeriksaan USG    : Tampak massa kista pada ovarium sebelah kanan  dengan ukuran 20x30 cm

g. Pemeriksaan Ca 125    : 70 U/ml ( Nilai normal < 35 U/ml)

L.  Pengobatan

     Pengobatan yang di berikan selama perawatan:

     1. Infus Ringer Laktat (RL) dan Dextrose 5 % (2:1).

     2. Inj. Cefotaxime 1 gr/12 jam.

Page 76: Dermatitis Kti Dls

     3. Inj. Tramadol 1 gr/8 jam.

     4. Inj. Asam traneksamat 1 gr/8 jam.

     5. Inj. Gastridin 1 gr/8 jam.

Langkah II : Merumuskan Diagnosa/Masalah Aktual

1.   Post Operasi Hari I dengan kista ovarium

a.   Data Subjektif

Ibu dioperasi tanggal 23 Agustus 2012 Jam 09.30 Wita.

b.   Data Objektif

1)  Keadaan umum ibu masih tampak lemah.

2)  Tanda-tanda vital :      TD                            : 100/60 mmHg        P : 20 x /menit

                                         N : 84 x /menit         S : 36OC

3)  Terpasang infus di ekstremitas atas sebelah kanan.

4)  Ibu di operasi kista ovarium dengan jenis histerektomi total.

5)  Pemeriksaan USG :  Tampak massa kista pada ovarium sebelah kanan  dengan ukuran 20x30 cm

c.   Analisa dan Interpretasi Data

Ibu tampak sangat lemah setelah operasi disebabkan oleh pemberian obat anastesi lokal sebelum dilakukan operasi yang mengakibatkan ibu mual kadang sampai muntah sehingga ibu dehidrasi yang mengakibatkan kondisi fisiknya lemah. (Wiknjosastro H, 2007).

2.   Nyeri Daerah Bekas Operasi

a.   Data Subjektif

Ibu mengeluh nyeri pada bekas operasi.

b.   Data Objektif

1)  Ekspresi wajah ibu meringis saat bergerak.

2)  Tampak balutan luka operasi pada perut bagian bawah.

3)  Nyeri tekan pada bekas operasi.

c.   Analisis dan Interpretasi Data :

Page 77: Dermatitis Kti Dls

Terputusnya kontuinitas jaringan otot, kulit dan serabut akibat dari regangan otot abdomen yang berlebihan saat operasi dengan adanya luka ini maka dapat merangsang ujung-ujung saraf sehingga timbul rasa nyeri. (Wiknjosastro H, 2007).

Langkah III : Merumuskan Diagnosa/Masalah Potensial

Potensial terjadinya Infeksi

a.   Data Subjektif

1)  Ibu dioperasi tanggal 23 Agustus 2012 jam 09.30 Wita.

2)  Ibu mengeluh nyeri pada bekas operasi.

b.   Data Objektif

1)  Tampak luka jahitan operasi ditutupi perban pada perut bagian bawah.

2)  Nyeri tekan pada bekas operasi.

3)  Luka bekas operasi masih basah.

c.   Analisa dan Interpretasi

Daerah bekas operasi merupakan tempat yang lembab dan tempat yang berpotensial untuk  berkembangbiaknya mikroorganisme karena adanya pengeluaran bercak darah sehingga kuman bisa masuk sampai ke endometrium sebab ostium internum masih terbuka apalagi ada luka yang memudahkan kuman patogen masuk yang dapat menimbulkan infeksi. (Wiknjosastro, 2007).

Langkah IV : Identifikasi Perlunya Tindakan Segera/Kolaborasi

Tidak Ada data yang menunjang untuk melakukan tindakan segera/kolaborasi.

Langkah V : Rencana Tindakan Asuhan Kebidanan

1.   Tujuan

a.   Masa post operasi berjalan normal.

b.   Nyeri berkurang.

c.   Tidak terjadi infeksi.

2.   Kriteria

a.   Keadaan umum ibu baik.

b.   Tanda-tanda vital dalam batas normal.

Page 78: Dermatitis Kti Dls

     TD      : 100/70 – 140/90 mmHg

     N        : 70 – 90 x /menit

     P        : 16 – 24 x /menit

     S        : 36 – 37.5oC

c.  Ibu tidak mengeluh nyeri.

d. Ekspresi wajah ibu cerah.

e. Luka bekas operasi sembuh.

f.    Tidak ada tanda-tanda infeksi seperti merah, bengkak dan panas.

3.   Rencana Tindakan

Tanggal 24 Agustus 2012, jam 10.00 wita.

a)  Observasi tanda-tanda vital

Rasional     :    Tanda vital merupakan suatu indikator untuk mengetahui keadaan ibu.

b)  Jelaskan penyebab nyeri

Rasional    :    Dengan mengetahui penyebab nyeri, ibu dapat memahami dan mengerti timbulnya nyeri yang dirasakan.

c)   Penatalaksanaan pemberian cairan infus dan pengeluaran urine

Rasional     :    Dengan pemberian  cairan  per infus dapat mempertahankan kondisi tubuh dan kandung kemih untuk mengetahui balans cairan  yang keluar dengan cairan yang masuk.

d)  Observasi balutan luka operasi terhadap rembesan

Rasional    :    Adanya rembesan luka operasi menandakan adanya haematoma dan gangguan penyatuan jaringan.

e)  Beri HE tentang :

1.   Mobilisasi dini

Rasional      : Menganjurkan penderita miring ke kiri dan ke kanan dan latihan pernapasan sambil tidur terlentang sedini mungkin setelah sadar, kemudian pada hari ke dua penderita dapat didudukan selama 5 menit dan bernapas lalu menghembuskannya untuk melonggarkan pernapasan sekaligus menumbuhkan kepercayaan pada diri penderita bahwa ia mulai pulih.

2.   Penjelasan tentang personal hygiene

Rasional     :   Dengan melakukan kebersihan diri dapat memberikan rasa nyaman dan mencegah terjadinya infeksi terutama daerah bekas operasi.

Page 79: Dermatitis Kti Dls

3.   Anjurkan ibu tentang istirahat yang cukup

Rasional     :   Istirahat yang cukup memberikan kesempatan otot dan otak untuk relaksasi setelah mengalami proses operasi sehingga pemulihan tenaga serta stamina ibu dapat berlangsung dengan baik.

f)  Penatalaksanaan pemberian obat injeksi

Rasional         :    Cefotaxime merupakan golongan antibiotik yang dapat membunuh mikroorganisme penyebab infeksi, Asam Traneksamat dapat mencegah perdarahan dan  Tramadol dapat mengurangi rasa nyeri serta vitamin dapat membentuk sel – sel tubuh dan pembuluh darah serta membantu regenerasi sel – sel dan jaringan yang rusak.

Langkah VI : Implementasi Asuhan Kebidanan

Tanggal 24 Agustus 2012 jam 10.00 wita. 

1.   Mengobservai tanda-tanda vital :

     TD       : 100/70 mmHg             P : 20 x /menit

     N         : 84 x /menit                 S : 36.5oC

2.   Menjelaskan penyebab nyeri yaitu nyeri daerah bekas operasi disebabkan karena terputusnya kontinuitas jaringan otot, kulit dan serabut saraf akibat dari regangan otot abdomen yang berlebihan. Dengan adanya luka ini maka dapat merangsang ujung-ujung syaraf sehingga timbullah rasa nyeri. 

3.   Menatalaksanakan pemberian cairan per infus yaitu infus RL:dekstrose sebanyak 20 tetes per menit.dan mengobservasi kandung kemih : urine sebanyak ± 1200 ml tertampung di dalam urine bag.

4.   Mengobservasi balutan luka operasi terhadap rembesan.

5.   Menjelaskan pada ibu tentang HE tentang mobilisasi dini dan personal hygiene yaitu mengganti pakaian dalam bila basah/kotor.

6.   Penatalaksanaan pemberian obat yaitu cefotaxime 1 gr/12 jam, tramadol 1 gr/8 jam dan asam traksamat 1 gr/8 jam secara inravena.

Langkah VII : Evaluasi Asuhan Kebidanan

Tanggal 24 Agustus 2012 Jam 10.30 Wita.

1.   Post operasi berlangsung normal ditandai :

a.   Keadaan umum ibu baik.

b.   Ibu dapat beristirahat dengan tenang.

c.   Tanda-tanda vital dalam batas normal :

Page 80: Dermatitis Kti Dls

                        TD      : 100/70 mmHg

                        N        : 84 x /menit

                        P         : 20 x /menit

                        S         : 36.5oC

d.   Menganjurkan ibu mengkonsumsi makanan yang bergizi dan melakukan personal hygiene.

2.   Nyeri daerah bekas operasi belum berkurang ditandai :

    Ibu masih mengeluh nyeri pada daerah bekas operasi.

    Ekspresi wajah ibu masih meringis bila bergerak.

c.   Nyeri tekan pada daerah luka bekas operasi.

3.   Ibu sudah melakukan mobilisasi dini dengan miring ke kanan dan miring ke kiri

4.   Injeksi antibiotik pada hari pertama dan kedua, hari ketiga di lanjutkan dengan pemberian obat oral kemudian hari ke empat rencana pulang.

PENDOKUMENTASIAN  ASUHAN KEBIDANAN

No. Reg                : 04 09 20

Tgl. Masuk RS     : 22 Agustus 2012 Jam 09.00 Wita

Tgl. Operasi         : 23 Agustus 2012 Jam 09.30 Wita

Tgl. Pengkajian   : 24 Agustus 2012 Jam 10.00 Wita

                                  

A.  Identitas Ibu

Nama               : Ny.”R” / Tn.”J”

Umur               :  39 Tahun / 41 Tahun

Nikah              : 1x / ± 7 Tahun

Suku               : Makassar / Makassar

Agama             : Islam / Islam

Page 81: Dermatitis Kti Dls

Pendidikan     : SMA / SMA

Pekerjaan        : IRT / POLRI

Alamat             : Sungguminasa

Data Subjektif (S)

a.   Ibu dioperasi tanggal 23 Agustus 2012 Jam 09.30 Wita.

b.   Ibu mengeluh nyeri pada daerah bekas operasi.

Data Objektif (O)   

a.   Keadaan umum ibu masih nampak lemah.

b.   Ekspresi wajah ibu meringis saat bergerak.

c.   Nyeri tekan pada bekas operasi.

d.   Tampak jahitan pada abdomen.

e.   Tanda-tanda vital :

     TD     :    100/70 mmHg

N       :    80 x /menit

P       :    20 x /menit

S       :    36.5oC

Assesment (A)

Post operasi hari I dengan kista ovarium, nyeri daerah operasi, potensial terjadi infeksi.

Planning (P)

Tanggal 24 Agustus 2012 Jam 10.00 Wita.

1.   Observasi tanda-tanda vital :

TD       : 100/70 mmHg.          P  : 20 x /menit.

N         : 80 x /menit.              S  : 36.5oC

2.   Anjurkan ibu istirahat yang cukup yaitu tidur siang 1-2 jam, malam 7-8 jam dan ibu dapat beristirahat dengan tenang.

Page 82: Dermatitis Kti Dls

3.   Anjurkan ibu mengkonsumsi makanan yang bergizi dengan memperhatikan diit selama perawatan dan ibu makan bubur ditambah dengan buah dan susu.

4.   Jelaskan perubahan pasca operasi yaitu perasaan sakit pada perut bagian bawah disebabkan kontraksi rahim dan adanya bercak darah yang berupa cairan secret yang berasal kavum uteri dan vagina serta dan ibu mengerti tentang perubahan pasca operasi.

5.   Observasi balutan luka operasi terhadap  rembesan dengan

hasil luka operasi bersih dan tidak ada rembesan darah.

6.   Anjurkan ibu untuk mobilisasi dini dan ibu berjalan-jalan di sekitar tempat tidur.

7.   Beri penjelasan tentang personal hygiene yaitu sering mengganti pembalut dan pakaian dalam bila basah.

8.   Jelaskan penyebab nyeri yaitu daerah bekas operasi disebabkan karena terputusnya kontinuitas jaringan otot, kulit dan serabut saraf akbiat dari regangan otot abdomen yang berlebihan. Dengan adanya luka ini maka dapat merangsang ujung-ujung syaraf sehingga timbullah rasa nyeri dan ibu bisa mengerti.

9.   Observasi  kandung  kemih  :  urine  ibu  sebanyak  ±   1200 ml  yang ditampung di dalam urine bag.

11.Observasi balutan luka operasi terhadap rembesan

12.Lanjutkan  pemberian obat  sesuai  aturan  yaitu   cefotaxime 1 gr/12 jam,   tramadol  1 gr/8   jam  dan  asam  traneksamat  1 gr/8 jam   dan  ibu bersedia disuntik.

PENDOKUMENTASIAN  ASUHAN KEBIDANAN HARI KE-II

No. Reg                : 04 09 20

Tgl. Masuk RS     : 22 Agustus 2012 Jam 09.00 Wita

Tgl. Operasi         : 23 Agustus 2012 Jam 09.30 Wita

Tgl. Pengkajian   : 25 Agustus 2012 Jam 08.00 Wita

                                  

Identitas Ibu

Nama               : Ny.”R” / Tn.”J”

Page 83: Dermatitis Kti Dls

Umur               :  39 Tahun / 41 Tahun

Nikah              : 1x / ± 7 Tahun

Suku               : Makassar / Makassar

Agama             : Islam / Islam

Pendidikan     : SMA / SMA

Pekerjaan        : IRT / POLRI

Alamat             : Sungguminasa

Data Subjektif (S)

1. Ibu dioperasi tanggal 25 Agustus 2012 Jam 08.00 Wita.

2. Ibu mengeluh nyeri pada daerah bekas operasi.

Data Objektif (O)

1. Ekspresi wajah ibu meringis saat bergerak.

2. Luka bekas operasi masih basah.

3.  Nyeri tekan pada bekas operasi.

4.  Masih ada pengeluaran bercak darah

5.   Tanda-tanda vital :

TD       : 110/70 mmHg

N         : 82 x /menit

P         : 20 x /menit

S         : 36.5oC

Assesment (A)

Post operasi hari II dengan kista ovarium, nyeri daerah operasi, potensial terjadi infeksi.

Planning (P)

Tanggal 25 Agustus 2012 Jam 08.00 Wita.

Page 84: Dermatitis Kti Dls

1.   Mengobservasi tanda-tanda vital :

TD       : 110/70 mmHg.          P  : 24 x /menit.

N         : 82 x /menit.              S  : 36OC

2.   Menganjurkan ibu istirahat yang cukup yaitu tidur siang 1-2 jam, malam 7-8 jam dan ibu dapat beristirahat dengan tenang.

3.   Menganjurkan ibu mengkonsumsi makanan yang bergizi dengan memperhatikan diit selama perawatan dan ibu makan bubur ditambah dengan buah dan susu.

4.   Menganjurkan ibu untuk mobilisasi dini dan ibu miring ke kanan dan ke kiri.

5.   Mengobservasi balutan luka operasi terhadap  rembesan dengan

hasil luka operasi bersih dan tidak ada rembesan darah.

6.   Mengobservasi  kandung  kemih  :  urine  ibu  sebanyak  ±   1200 ml  yang ditampung di dalam urine bag dan melakukan aff kateter.

7. Lanjutkan  pemberian obat   melalui infus sesuai  aturan  yaitu   cefotaxime 1 gr/12 jam,   tramadol 1 gr/8   jam  dan  asam  traneksamat  1 gr/8 jam.

PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN HARI KE-III

No. Reg                : 04 09 20

Tgl. Masuk RS     : 22 Agustus 2012 Jam 09.00 Wita

Tgl. Operasi         : 23 Agustus 2012 Jam 09.30 Wita

Tgl. Pengkajian   : 26 Agustus 2012 Jam 09.00 Wita

                                  

Identitas Ibu

Nama               : Ny.”R” / Tn.”J”

Umur               :  39 Tahun / 41 Tahun

Nikah              : 1x / ± 7 Tahun

Suku               : Makassar / Makassar

Page 85: Dermatitis Kti Dls

Agama             : Islam / Islam

Pendidikan     : SMA / SMA

Pekerjaan        : IRT / POLRI

Alamat             : Sungguminasa

Data Subjektif (S)

1.   Ibu sudah bisa miring ke kanan dan ke kiri.

2.   Ibu mengeluh nyeri bekas operasi berkurang.

Data Objektif (O)

1.  Ekspresi wajah cerah

2.  Nyeri sudah berkurang

3.  Luka bekas operasi sudah mulai kering.

4.  Tanda-Tanda vital :

TD       : 120/80 mmHg

N       : 86 x /menit

P       : 22 x /menit

S       : 37oC

Assesment (A)

Post operasi hari III indikasi kista ovarium dengan nyeri daerah bekas operasi, potensial terjadi infeksi.

Planning (P)

Tanggal 26 Agustus 2012 jam 09.00 wita

 

1.  Mengobservasi tanda-tanda vital :

TD   : 120/80 mmHg             P  : 22 x /menit.

Page 86: Dermatitis Kti Dls

N  : 86 x /menit                    S  : 37oC

2.  Menganjurkan   ibu   untuk  mobilisasi  bertahap dan ibu perlahan sudah duduk di tempat tidur dalam posisi semi powler (setengah duduk).

3. Mengobservasi   balutan  luka operasi dan melakukan ganti verban.

4.  Penggunaan kateter di hentikan (di aff).

5. Memberi  dukungan   moral kepada ibu   bahwa ibu perlahan mulai pulih dan ibu merasa senang  serta berterima kasih.

6.  Menganjurkan ibu untuk  mengkonsumsi   obat  oral sesuai   aturan yaitu cefotaxime 3 x 1 asam mefenamat 3 x 1 dan vitamin C 3 x 1.

7.   Anjurkan ibu mengkonsumsi makanan yang bergizi dengan memperhatikan diit selama perawatan dan ibu makan bubur ditambah dengan buah dan susu.

BAB IV

PEMBAHASAN

          Pada bab ini akan dibahas tentang kesenjangan antara tinjauan kasus pada pelaksanaan Asuhan Kebidanan pada Ny. ”R” dengan Post Operasi Kista Ovarium Di RSKD. Ibu dan Anak Pertiwi Makassar Tanggal 24 s/d 26 Agustus 2012, untuk memudahkan pembahasan maka penulis akan menguraikan sebagai berikut :

A.  Pengkajian dan Analisa Data Dasar

       Pengumpulan data merupakan proses manajemen asuhan kebidanan yang ditujukan untuk pengumpulan informasi mengenai kesehatan baik fisik, psikososial dan spiritual. Pengumpulan data dilakukan melalui anamnese, pemeriksaan fisik dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi serta pemeriksaan penunjang yaitu laboratorium dan pemeriksaan diagnostik. Pada tahap ini penulis tidak menemukan kesenjangan.

       Hal ini disebabakan karena respon ibu dalam memberikan informasi begitu pula dengan keluarga, bidan dan dkter yang merawat sehingga penulis dengan mudah memperoleh data yang diinginkan. Data diperoleh secara terfokus pada masalah klien sehingga intervensinya juga lebih terfokus sesuai keadaan klien.

Page 87: Dermatitis Kti Dls

       Manurut teori yang ada Kista Ovarium  yang ukurannya > 5 cm harus diangkat melalui pembedahan dan tak jarang disertai dengan salpingooforektomi (pengangkatan tuba dan ovarium) atau histerektomi total (pengangkatan tuba dan ovarium). Operasi pembedahan ini akan menyebabkan rasa nyeri pada daerah bekas pembedahan atau sayatan pada dinding abdomen.

       Berdasarkan studi kasus pada Ny. “R” dengan nyeri daerah bekas operasi adalah akibat dari operasi pengangkatan kista ovarium dengan ukuran 20x30 cm dan histerektomi total yang dialami klien pada tangal 23 Agustus 2012, sehingga apa yang dijelaskan ditinjauan pustaka dengan studi kasus tampaknya tidak ada kesenjangan.

B.  Merumuskan Diagnosa/Masalah Aktual

       Pada tinjauan pustaka dikatakan bahwa akibat dari operasi pembedahan dengan menyayat atau mengiris dinding abdomen adalah nyeri pada daerah bekas operasi tersebut akan dirasakan oleh klien. Sedangkan pada studi kasus Ny. “R” dikemukakan nyeri adalah sebagai akibat dari sayatan dinding abdomen pada operasi pengangkatan kista ovarium dan histerektomi total.

       Dengan demikian ada kesesuaian antara tinjauan teori dan kasus pada Ny. “R” sehingga diagnosa aktual dapat ditegakkan dalam memudahkan bidan dalam memberikan asuhan.

         Dengan demikian apa yang dijelaskan pada tinjauan pustaka dan tinjauan kasus tidak ada kesenjangan, sedangkan masalah kecemasan tidak didapatkan pada tinjauan pustaka tapi didapatkan pada saat pengkajian berulang.

C. Identifikasi Diagnosa/Masalah Potensial

       Berdasrakan tinjauan pustaka manajemen kebidanan adalah mengidentifikasi adanya masalah potensial yaitu mengantisipasi jika memungkinkan dan mempersiapkan segala sesuatu yang mungkin terjadi. Sesuai dengan tinjauan pustaka bahwa nyeri daerah bekas operasi kemungkinan dapat terjadi infeksi apabila tidak tertangani dengan baik.

       Berdasarkan data yang ada pada studi kasus Ny. “R” di lahan praktek dapat diidentifkasi masalah potensial yaitu potensial terjadi infeksi. Dengan demikian penerapan tinjauan pustaka dan manajemen asuhan kebiadanan pada Ny. “R” nampak ada persamaan dan tidak ditemukan adanya kesenjangan.

D. Melaksanakan Tindakan Segera/Kolaborasi

       Beberapa data yang memberikan indikasi adanya tindakan segera dimana harus menyelamatkan jiwa klien. Tindakan tersebut berupa kolaborasi dengan tenaga kesehatan yang lebih profesional sesuai dengan keadaan yang dialami oleh klien ataupun konsultasi dengan dokter.

Page 88: Dermatitis Kti Dls

       Berdasarkan tinjauan pustaka pada post operasi kista ovarium tindakan segera dilakukan apabila ada perdarahan post operasi, tetapi pada studi kasus Ny. ”R” dengan post oprasi kista ovarium, tidak ditemukan indikasi untuk melakukan tindakan segera atau kolaborasi mengingat keadaan ibu pada saat pelaksanaan manajemen asuhan kebidanan tidak mengalami perdarahan. Dengan demikian ada kesamaan antar tinjauan pustaka dan manajemen asuhan kebidanan pada studi kasus di lahan praktek dan ini berarti tidak ada kesenjangan.

E. Rencana Asuhan Kebidanan

       Pada manajemen kebidanan suatu rencana tindakan yang komprehensif ditunjukan pada indikasi apa yang timbul berdasarkan kondisi klien serta hubungannya dengan masalah yang dialami klien dan juga meliputi antisipasi dengan bimbingan terhadap klien serta konseling. Rencana tindakan harus disetujui klien dan semua tindakan diambil harus berdasarkan rasional yang relevan dan diakui kebenarannya.

       Pada Ny. ”R” dengan post operasi kista ovarium penulis merencanakan asuhan kebidanan berdasrakan diagnosa/masalah aktual dan potensial yaitu observasi tanda-tanda vital, anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup, anjurkan ibu mengkonsumsi makanan yang bergizi, anjurkan ibu untuk mobilisasi dini, beri penjelasan tentang personal hygiene yaitu mengganti pembalut dan pakaian basah/kotor, jelaskan penyebab nyeri, observasi pemberian cairan  per infus, observasi kandung kemih dan penatalaksanaan pemberian antibiotik, analgetik dan vitamin.

        Dari rencana asuhan kebidanan tersebut yang telah diberikan pada kasus ini ada kesesuaian antara teori dengan kasus yang ada.

F. Implementasi Asuhan Kebidanan

       Berdasarkan tinjauan manajemen asuhan kebidanan bahwa menjelaskan rencana tindakan harus efisien dan menjamin rasa aman klien. Implementasi dapat dikerjakan seluruhnya oleh bidan ataupun sebagian dilaksanakan klien serta kerjasama dengan tim kesehatan lainnya sesuai dengan tindakan yang telah direncanakan.

       Pada studi kasus Ny. ”R” dengan post operasi tinjauan kista ovarium, semua tindakan yang telah direncanakan dapat dilaksanakan seluruhnya dengan baik tanpa hambatan karena adanya kerjasama dan penerimaan yang baik dari klien serta adanya dukungan dari keluarga dan pertugas kesehatan di ruang nifas/perawatan ginekologi di RSKD. Ibu dan Anak Pertiwi Makassar.

G. Evaluasi Asuhan Kebidanan

       Manajemen asuhan kebidanan evaluasi merupakan langkah akhir dari proses manajemen asuhan kebidanan dalam mengevaluasi pencapaian tujuan, membandingkan data yang dikumpulkan dengan kriteria yang diidentifikasikan, memutuskan apakah tujuan telah dicapai atau tidak dengan tindakan yang sudah diimplementasikan.

Page 89: Dermatitis Kti Dls

       Pada tinjauan pustaka, evaluasi yang telah berhasil dilakukan adalah pemantauan keadaan klien meliputi :

1.  Luka bekas insisi/operasi kering

2. Nyeri pada daerah bekas operasi berkurang

3. Tanda-tanda vital dalam batas normal

4. Tanda-tanda infeksi tidak ditemukan seperti merah, bengkak, nyeri dan panas.

       Berdasarkan studi kasus Ny. ”R” dengan post operasi kista ovarium tidak ditemukan hal-hal yang menyimpang dari evaluasi tinjauan pustaka. Oleh karena itu bila dibandingkan dengan tinjauan pustaka dan studi kasus Ny. ”R” secara garis besar tidak ditemukan kesenjangan.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

 

        Setelah penulis mempelajari teori dan pengalaman langsung dilahan praktek melalui studi kasus tentang Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ny. “R” Dengan Post Operasi Kista Ovarium Di Rumah Sakit Khusus Daerah Ibu dan Anak Pertiwi Makassar, maka dalam bab ini penulis menarik kesimpulan dan memberikan saran - saran.

A.   Kesimpulan

1.    Penanganan Kista Ovarium dengan cara operasi pengangkatan massa adalah cara yang tepat karena ukuran massa > 5 cm, disertai dengan rasa nyeri dan pengeluaran darah pervaginam yang dialami penderita selama 3 tahun yang lalu.

2.    Diagnosa yang dapat ditegakkan berdasarkan data subjektif dan data objektif Ny. ”R” dengan post operasi kista ovarium dengan nyeri luka operasi.

3.    Berdasarkan praktek yang telah dilakukan di Rumah Sakit Khusus Daerah Ibu dan Anak Pertiwi Makassar dalam memberikan asuhan kebidanan pada kasus kista ovarium menunjukkan tidak ada kesenjangan dengan teori yang ada. Hal ini dapat dilihat dari awal pengkajian sampai pada evaluasi dan dokumentasi asuhan kebidanan yang diberikan pada klien dapat terlaksana dengan baik. Karena dukungan dan kerja sama yang baik antara klien, keluarga, paramedis (bidan), dan tim medis (dokter).

Page 90: Dermatitis Kti Dls

4.    Pendokumentasian sangat penting dilaksanakan pada setiap tahap dari proses manajemen kebidanan, karena hal ini merupakan bukti pertanggung jawaban bidan terhadap asuhan kebidanan yang telah diberikan terhadap klien.

B.   Saran

1.    Saran bagi ibu (klien)

Diharapkan setiap wanita usia produktif untuk rajin memeriksakan diri ke tempat pelayanan kesehatan agar dapat mendeteksi secara dini apabila mengalami gangguan system reproduksi karena penyakit ini tidak menimbulkan gejala yang karakteristik.

2.    Saran bagi petugas kesehatan

a.    Sebagai seorang petugas kesehatan khususnya bidan diharapkan dapat juga mengetahui tanda dan gejala pada gangguan system reproduksi, sehingga dapat mendeteksi lebih awal apabila menemukan kasus tersebut dan dapat segera mengambil keputusan klinik dalam penanganan selanjutnya.

b.    Bidan harus memberikan asuhan sesuai dengan kewenangannya, untuk itu manajemen kebidanan perlu dikembangkan karena merupakan alat mendasar bagi bidan untuk memecahkan masalah ibu (klien) dalam berbagai kasus.

3.     Saran bagi institusi

Penerapan manajemen asuhan kebidanan dalam pemecahan masalah   dapat lebih ditingkatkan dan dikembangkan mengingat proses ini sangat bermanfaat dalam membina tenaga bidan guna menciptakan sumber daya manusia yang berpotensi dan professional.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2012. Kista Ovarium Berbahaya (online), (http://www.indonesia. com.BanjarmasinaPost, diakses 24 Agustus 2012)

.

Anonim, 2012. Melahirkan Cegah Kanker Ovarium (online), (http://www.bkkbn. go.id, diakses 24 Agustus 2012).

Page 91: Dermatitis Kti Dls

Anonim, 2012. Kista ovarium (online), (http://www.kista-ovari.com.medlinux, diakses 24 Agustus 2012 ).

Aditama, 2012. Mencegah Dan Mengatasi Penyakit Kewanitaan Dengan   Tumbuhan Obat (online) (http://www.cyebemap.com. Diakses 25 Agustus 2012).

Boyke, 2012. Waspadai Gangguan  Siklus Haid (online),(http://www. solusi. kesehatan.co.id, diakses 24 Agustus 2012 ).

.

Manuaba, I. B. G, 2009. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB untuk Pendidikan Bidan, Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta

.

Manuaba, I. B. G, 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita, Edisi 2, Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Rustam, M, 2007. Sinopsis Obstetri, Jilid 2. Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Saifuddin, A. B. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka-Sarwono Prawiroharjo. Jakarta.

Sastrawinata, S. R. 2000, Ginekologi. Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran. Bandung.

Simatupang E. J, 2006, Penerapan Unsur-Unsur Manajemen Dalam Praktek Kebidanan, Penerbit Awan Indah Jakarta.

Winkjosastro H, 2008.Ilmu Kandungan, Edisi 2. Yayasan Bina Pustaka-Sarwono Prawiroharjo. Jakarta.

Winkjosastro H, 2008. Ilmu Kebidanan, Edisi 4. Yayasan Bina Pustaka-Sarwono Prawiroharjo. Jakarta.

Page 92: Dermatitis Kti Dls

Lampiran I

SATUAN ACARA PENYULUHAN

1.   Topik               :    Persiapan perawatan pulang

2.   Sasaran          :    Klien dan Suami

3.   Tujuan             :

a.   Tujuan Umum:

Klien/ ibu dan suami dapat mengerti setelah diberikan penyuluhan.

b.   Tujuan Khusus:

1)  Ibu dapat menjelaskan pengertian nutrisi.

2)  Ibu dapat menyebutkan unsur yang terkait dengan nutrisi.

3)  Ibu dapat menyebutkan macam-macam makanan seimbang.

4)  Ibu dapat mengerti kaitan antara nutrisi dengan proses penyembuhan luka operasi.

4.   Metode   :   Ceramah dan diskusi.

5.   Waktu    :    Tanggal 24 Agustus 2012, jam 11.00 Wita.

Tempat   :    Di ruang perawatan ginekologi RSKD. Ibu dan Anak Pertiwi.

6. Pembimbing Lahan: Bidan “M”

NUTRISI UNTUK IBU

A.  Pengertian

     Nutrisi adalah zat yang bermanfaat yang dibutuhkan oleh tubuh dimana zat tersebut diperoleh dari makanan.

B.  Unsur-Unsur yang Terkait Dengan Nutrisi

1.   Menghasilkan energi bagi fungsi organ, gerakan dan kerja fisik yaitu lemak, karbohidrat, dan protein.

2.   Sebagai bahan dasar untuk pembentukan dan perbaikan jaringan yaitu protein, lemak, mineral, air,dan karbohidrat.

Page 93: Dermatitis Kti Dls

3.   Perlindungan/ pengatur yaitu vitamin, mineral, protein, dan lemak digunakan sebagai daya tahan tubuh terhadap penyakit.

4.   Air sebagai pengatur suhu.

C.  Makanan Seimbang

      Makanan seimbang yaitu makanan yang mengandung unsur-unsur nutrisi menu makan seimbang terdiri dari :

1.   Makanan pokok yaitu nasi, jagung, sagu.

2.   Lauk pauk yaitu ikan, telur, daging, tahu dan tempe

3.   Sayur mayor yaitu Bayam, wortel, kentang dan lain-lain

4.   Buah-buahan yaitu seperti pisang, papaya, jeruk, dan lain-lain.

5.   Susu, air putih.

piramida makanan.jpg

 

D.  Kaitan Antara Nutrisi Dengan Proses Penyembuhan Luka

                  Nutrisi berperan penting dalam tubuh kita. Salah satu unsur nutrisi yang berperan dalam proses penyembuhan luka yaitu protein. Protein berfungsi sebagai pembentukan jaringan baru, didalam proses penyembuhan luka, banyak jaringan yang tumbuh. Agar jaringan baru didaerah luka tersebut dapat tumbuh dengan sehat diperlukan unsur-unsur seperti protein, lemak, dan karbohidrat untuk dikonsumsi, makanan-makanan yang mengandung unsur-unsur tersebut adalah:

a.   Karbohidrat : Nasi, jagung, dan sagu.

b.   http://docs.google.com/File?id=dcw5nfss_29fk9fdffs_bProtein         : Lauk pauk (ikan, daging, telur, tempe, dan tahu).

Page 94: Dermatitis Kti Dls

c.   http://docs.google.com/File?id=dcw5nfss_30d42293cj_bLemak         : Kacang-kacangan dan alpukat.

E.  Persiapan Perawatan Luka Operasi di Rumah

1.   Pada saat klien akan pulang pastikan terlebih dahulu bahwa klien dalam keadaan tahap penyembuhan.

2.   Menganjurkan pada klien untuk menerapkan konsumsi nutrisi sesuai kebutuhan tubuh.

3.   Menganjurkan pada klien dalam waktu beberapa hari klien tidak boleh melakukan aktifitas yang berat.

4.   Menganjurkan pada klien untuk melakukan mobilisasi dini fisik secara bertahap sesuai kemampuan kita.

5.   Menganjurkan pada klien untuk tidak mengangkat barang-barang yang berat.

6.   Menganjurkan pada klien untuk makan makanan tinggi serat yaitu atau buah mempermudah dalam eliminasi BAB, agar otot-otot berelaksasi.

7.   Menganjurkan pada klien untuk rajin datang kontrol kerumah sakit sesuai jadwal