Dermatitis

45
Dermatitis Dermatitis adalah peradangan kulit yang muncul dalam beberapa bentuk, termasuk atopic nummular ( berbentuk koin ), kontak, kronis, neurodermatitis terlokalisir, pengelupas Dermatitis atopic (juga disebut eksem remaja) adalah radang kulit kronis yang mempern dari setiap 100 orang. Radang ini sering berasosiasi dengan penyakit yang berhubungan semacam asma bronchial dan alergi rhinitis. Biasanya erkembang pada bayi dan usia bel bualan 1 tahun ) secara tipikal pada mereka yang memeiliki riwayat keluarga dengan pe berkaitan dengan alergi yang kuat. Dermatitis atopic secara tipikal bergejolak dan reda secara berulang-ulang sebelum ak selama masa remaja. Bagaimanapun, gangguan ini dapat berlangsung pada masa dewasa. Ko menjurus ke infeksi virus, jamur, atau bakteri dan dapat menyebabkan gangguan mata. Penyebab Penyebab dermatitis atopic tidak diketahui , tetapi terdapat kecenderungan genetis , karena alergi makanan, iritasi bahan kimia, temperature dan kelembaban yang ekstreem, Hamper 10% dari kasus masa anak-anak disebabkan oleh alergi terhadap makanan tertentu telur , kacang, susu dan gandum. Dermatitis atopic cenderung bergejolak dengan mening , stress psikologis, dan temperature serta kelembaban ekstreem. Iritasi merupakan penyebab dermatitis atopic tambahan ang penting. Penyebab ini mengu permukaan kulit, yang akhirnya menyebabkan iritasi kulit kronis. Gejala-gejalanya Lesi dermatitis atopic kulit bermula sebagai area kemerahan pada kulit yang sangat ke secara tipikal muncul pada dahi, pipi, lutut, siku, kaki, dan leher. Selama perkemban luka garukan menyebabkan bengkak, kulit kering, dan bersisik. Akhirnya, lesi kronis k kulit yang kering, bersisik, dengan lesi bengkak yang putih, kuat, terangkat, intensi keras. Gatal-gatal yang intensif dapat menyebabkan bengkak dan kelopak atas mata kehitaman y biasa, dengan lipatan ganda muncul dibawah kelopak mata bawah. Dalam kasus yang jaran atopic ( lensa mata berawan ) dapat berkembang antar usia 20-40 tahun Diagnosisnya Untuk mendiagnosis dermatitis atopic , dokter menguji kulit seseorang dan memeriksa r terhadap alergi dan peradangan kronis. Untuk mengesampingkan kondisi radang kulit lai ruam pembalut, dermatitis seborrheik, dan dermatitis kontak kronis, dokter memeriksa distribusi tipikal dari lesi kulit. Pengobatanya

Transcript of Dermatitis

Dermatitis Dermatitis adalah peradangan kulit yang muncul dalam beberapa bentuk, termasuk atopic, seborrheik, nummular ( berbentuk koin ), kontak, kronis, neurodermatitis terlokalisir, pengelupasan kulit dan stasis. Dermatitis atopic (juga disebut eksem remaja) adalah radang kulit kronis yang memperngaruhi 9 orang dari setiap 100 orang. Radang ini sering berasosiasi dengan penyakit yang berhubungan dengan alergi, semacam asma bronchial dan alergi rhinitis. Biasanya erkembang pada bayi dan usia belajar jalan (1 bualan 1 tahun ) secara tipikal pada mereka yang memeiliki riwayat keluarga dengan penyakit yang berkaitan dengan alergi yang kuat. Dermatitis atopic secara tipikal bergejolak dan reda secara berulang-ulang sebelum akhirnya pecah selama masa remaja. Bagaimanapun, gangguan ini dapat berlangsung pada masa dewasa. Kondisi ini menjurus ke infeksi virus, jamur, atau bakteri dan dapat menyebabkan gangguan mata. Penyebab Penyebab dermatitis atopic tidak diketahui , tetapi terdapat kecenderungan genetis , yang memburuk karena alergi makanan, iritasi bahan kimia, temperature dan kelembaban yang ekstreem, serta emosi. Hamper 10% dari kasus masa anak-anak disebabkan oleh alergi terhadap makanan tertentu, terutama telur , kacang, susu dan gandum. Dermatitis atopic cenderung bergejolak dengan meningkatkan keringat , stress psikologis, dan temperature serta kelembaban ekstreem. Iritasi merupakan penyebab dermatitis atopic tambahan ang penting. Penyebab ini mengubah struktur permukaan kulit, yang akhirnya menyebabkan iritasi kulit kronis. Gejala-gejalanya Lesi dermatitis atopic kulit bermula sebagai area kemerahan pada kulit yang sangat kering. Gejala ini secara tipikal muncul pada dahi, pipi, lutut, siku, kaki, dan leher. Selama perkembangan, gatal-gatal dan luka garukan menyebabkan bengkak, kulit kering, dan bersisik. Akhirnya, lesi kronis ke beberapa daerah kulit yang kering, bersisik, dengan lesi bengkak yang putih, kuat, terangkat, intensif menjadi tebal dan keras. Gatal-gatal yang intensif dapat menyebabkan bengkak dan kelopak atas mata kehitaman yang tidak biasa, dengan lipatan ganda muncul dibawah kelopak mata bawah. Dalam kasus yang jarang, katarak atopic ( lensa mata berawan ) dapat berkembang antar usia 20-40 tahun Diagnosisnya Untuk mendiagnosis dermatitis atopic , dokter menguji kulit seseorang dan memeriksa riwayat keluarga terhadap alergi dan peradangan kronis. Untuk mengesampingkan kondisi radang kulit lainnya, semacam ruam pembalut, dermatitis seborrheik, dan dermatitis kontak kronis, dokter memeriksa adanya distribusi tipikal dari lesi kulit. Pengobatanya

Seseorang dengan dermatitis atopic harus mengeliminir adanya allergen dan menghindari iritan , perubahan temperature yang ekstreem, dan pemicu lainnya. Untuk mengurangi gatal dan pembengkakan, dokter dapat member resep salep steroid topical semacam Cortaid, yang dapat efektif teruama ketika dipakai setelah mandi. Antara dosis steroid seseorang harus memakai krim pelembab untuk menolong kulit dalam menahan lembab. Steroid secara oral akan digunakan pada perubahan yang ekstreem. Preparat tar kadar lemah dan terapi sinar ultraviolet B dapat digunakan untuk mempertebal lapisan kulit luar, apabila dokter menemukan adanya agen bakteri dokter dapat memberi resep antibiotic. Dermatitis Kontak Dermatitis kontak (dermatitis venenata) merupakan reaksi inflamasi kulit terhadap unsur-unsur fisik, kimia atau biologi. Epidermis mengalami keusakan akibat iritasi fisik dan kimia yang berulang-ulang. Dermatitis kontak bisa berupa tipe iritan-primer dimana reaksi non alergik terjadi akibat pajanan terhadap substansi iritatif, atau tipe alergi ( dermatitis kontak alergika ) yang disebabkan oleh pajanan orang yang sensitive terhadap allergen kontak. Penyebab dermatitis kontak iritan yang lazim dijumpai adalah sabun, deterjen, bahan pembersih dan zat kimia industry. Factor predisposisinya mencakup keadaan panas dan dingin yang ekstreem, kontak yang frekuen dengan sabun serta air, dan penyakit kulit yang sudah ada sebelumnya. Manifestasi klinis Erupsi dimulai ketika unsur penyebab mengenai kulit. Reaksi pertama mencakup rasa gatal, terbakar dan eritema yang segera diikuti oleh gejala edema, papula, vesikel serta perembasan cairan atau secret. Pada fase subakut, perubahan vesikuler ini tidak begitu mencolok lagi dan berubah menjadi pembentukan krusta, pengeringan, pembentukan fisura, serta pengelupasan kulit. Jika terjadi reaksi yang berulang-ulang atau bila pasien terus menerus menggaruk kulitnya, penebalan kulit (likenifikasi) dan pigmentasi (perubahan warna) akan terjadi. Invasi bakteri sekunder timbul kemudian.

BAB PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR MEDIS 1. PENGERTIAN Dermatitis adalah epidermo yang berupa gejala subyektif pruritus dan obyektif tampak imflamasi eritema. (Arief Masjoer. 1998. Kapita Selekta. Edisi 3. Jakarta : EGC) Dermatitis adalah peradangan pada kulit ( umlamasi pada kulit ) yang disertai dengan pengelupasan kulit ari. ( Brunner dan Suddart dan pembentukkan sisik 2000 ) Dermatitis adalah peradangan kulit yang ditandai oleh rasa gatal ( www.blogdokter,net2007)

2. ETIOLOGI Penyebab Dermatitisbelum diketahui secara pasti. Sebagian besar merupakan respon kulit terhadap agen-agen misal nya zat kimia, bakteri dan fungi selain itu alergi makanan juga bisa menyebabkan dermatitis (Arief Mansjoer.1998.Kapita selekta ). Dermatitis juga ada klasifikasinya : 1) Dermatitis kontak yang disebabkan oleh kontak dengan zat pewarna,zat detergen. 2) Dermatitis atopik yang disebabkan sensitif terhadap serum . obat-obatan, reaksi abnormal karena perubahan suhu.

3. MACAM-MACAM DERMATITIS a. Dermatitis Kontak Sinonim : Dermatitis venenata, dermatitis industri, dan lain-lain. Penyebab :

1) Zat iritan misalnya asam atau alkali.

2) Alergen misalnya tumbuh-tumbuhan, kosmetik atau nikel. Perjalanan Penyakit Dan Gejala Klinis :

Terdapat 2 tipe dermatitis kontak yang disebabkan oleh zat yang berkontak dengan kulit yaitu dermatitis kontak iritan dan dermatitis kontak alergik. 1) Dermaitis Kontak Iritan : Kulit berkontak dengan zat iritan dalam waktu dan konsentrasi cukup, umumnya berbatas relatif tegas. Paparan ulang akan menyebabkan proses menjadi kronik dan kulit menebal disebut skin hardering. Gejala klinis dipengaruhi keadaan kulit pada waktu kontak antara lain, faktor kelembaban, paparan dengan air, panas dingin, tekanan atau gesekan. Kulit kering lebih kurang bereaksi. 2) Dermatitis Kontak Alergik : Batas tak tegas. Proses yang mendasarinya ialah reaksi hipersensitivitas. Lokalisasi daerah terpapar, tapi tidak tertutup kemungkinan di daerah lain. Diagnosis banding :

Dermatitis numularis, dermatitis seboroika, dermatitis atopik. Pengobatan :

Menghindari penyebab. Simtomatik Topikal : o Apabila basah : kompres PK 1/10.000 o Apabila kering : Kortikosteroid\ Pada keadaan berat per oral : o Antihistamin o Kortikosteroid b. Dermatitis Atopik Sinonim : Neurodermatitis disseminata; prurigo diathesique Besnier.

-

Penyebab :

1) Gangguan fungsi sel limfosit T dan peningkatan kadar Ig E 2) Blokade reseptor beta adrenergik pada kulit. Perjalanan Penyakit Dan Gejala Klinis :

Bersifat kronis dengan eksaserbasi akut, dapat terjadi infeksi sekunder. Riwayat stigmata atopik pada penderita atau keluarganya. Gejala klinis edema, vesikel sampai bula, dapat pula disertai ekskoriasi. Keadaan kronik terdapat penebalan kulit, likenifikasi dan hyperpigmentasi. Gatal dari ringan sampai berat, disertai rasa terbakar. Keadaan akut disertai rasa tidak enak badan Lokalisasi sesuai umur penderita dibagi:

Tipe infantile : Muka, terutama kedua pipi (disebut milk eczema), kepala, ekstremitas, badan dan bokong. Biasanya usia 2 bulan 2 tahun. Tipe anak-anak : Muka, tengkuk, lipat siku dan pergelangan tangan. Lesi bersifat sub-akut. Tipe dewasa : Fosa poplitea, lipat siku dan tengkuk, dahi, daerah yang terpapar matahari. Lesi bersifat kronis. Diagnosis Banding :

Dermatitis seboroika, dermatitis herpetiformis dan keratosis folikularis (penyakit Darier) Pengobatan :

Keadaan ringan diberikan pengobatan topikal. Sistemik : Antihistamin. Keadaan sangat eksudativ, diberikan kortikosteroid jangka pendek. Salep kortikosteroid. Keadaan infeksi dikombinasi dengan antibiotika. Bila diduga mengalami infeksi dengan kandidosis dapat diberikan campuran kortikosteroid dan anti kandida. Topikal : Keadaan akut dan basah diberi kompres.

-

Tanda Diagnostik :

o Lokalisasi daerah lipatan flexor ekstremitas. o Terdapat stigmata atopic o Gatal c. Dermatitis Numularis

-

Sinonim : Dermatitis Diskoid, Neurodermatitis Numularis. Penyebab :

Tidak pasti. Diduga stress emosi, alkohol dapat memperburuk keadaan. Perjalanan Penyakit Dan Gejala Klinis :

Kelainan terdiri dari eritema, edema, papel, vesikel, bentuk numuler, dengan diameter bervariasi 5 40 mm. Bersifat membasah (oozing), batas relatif jelas, bila kering membentuk krusta. Gejala biasanya hebat dan hilang timbul, bila digaruk dapat terjadi fenomena Koebner. Lokalisasi di ekstremitas atas dan bawah bagian ekstensor, tetapi dapat berlokasi diseluruh bagian tubuh. Diagnosis Banding :

Dermatitis atopik, neurodermatitis. Pengobatan :

Topikal tidak mencukupi, perlu pengobatan sistemik berupa anti histamin. Lesi basah kompres larutan Permanganas Kalikus 1 : 10.000 Lesi kering : salep kortikosteroid. Bila ada infeksi sekunder ditambahkan antibiotika sistemik. Tanda Diagnostik :

o Bentuk lesi numuler o Sifat lesi membasah o Gatal d. Neurodermitis Sirkumskripta Sinonim :

Liken Simpleks Kronis Penyebab :

Tidak pasti. Perjalanan Penyakit Dan Gejala Klinis :

Penderita umumnya orang dewasa atau orang tua. Mungkin suatu tempat gatal kemudian digaruk berulang-ulang, maka akan timbul papel, likenifikasi dan kulit menjadi tebal yang menimbulkan hyperpigmentasi. Lesi berupa papel besar, gatal disebut prurigo nodularis. Tempat di tengkuk, di punggung kaki, punggung tangan, lengan bawah dekat siku, tungkai bawah bagian lateral, perianal, scrotum dan vulva atau di scalp. Prurigo nodularis sering ditemukan di lengan dan tungkai. Kelainan menipis bila tidak digaruk. Pengobatan :

Diberitahukan kepada penderita : kelainan kulit menipis dan kemudian menghilang bila tidak digaruk. Sistemik : Sedativa atau Antihistaminika untuk mengurangi rasa gatal. Topikal : Salep Kortikosteroid. Bila kurang berhasil dibantu dengan cara oklusi (ditutup dengan bahan impermeabel misalnya bungkus plastik). Kalau belum berhasil juga disuntik dengan kortikosteroid intra lesi, misalnya triamsinolon. Prognosis :

Baik, tetapi sering pula residif. e. Dermatitis Statis Sinonim :\

Dermatitis Hemostatika. Penyebab :

Gangguan aliran darah pembuluh vena di tungkai. Berupa bendungan di luar pembuluh darah; misalnya tumor di abdomen sumbatan thrombus di tungkai bawah, atau kerusakan katup vena setelah thrombophlebitis. Insidens :

Orang dewasa dan orang tua. Perjalanan Penyakit Dan Gejala Klinis :

Akibat bendungan, tekanan vena makin meningkat sehingga memanjang dan melebar. Terlihat berkelokkelok seperti cacing (varises). Cairan intravaskuler masuk ke jaringan dan terjadilah edema. Timbul keluhan rasa berat bila lama berdiri dan rasa kesemutan atau seperti ditusuk-tusuk. Terjadi ekstravasasi eritrosit dan timbul purpura. Bercak-bercak semula tampak merah berubah menjadi hemosiderin. Akibat garukan menimbulkan erosi, skuama. Bila berlangsung lama, edema diganti jaringan ikat sehingga kulit teraba kaku, warna kulit lebih hitam.

-

Komplikasi :

Timbul ulkus, disebut ulkus varikosum atau ulkus venosum. Diagnosis :

Lokalisasi ditungkai bawah, dimulai di atas maleous internus sampai di bawah lutut. Kelainan berupa hyperpigmentasi, skuama, erosi, papel, kadang-kadang eksudasi. Batas tidak jelas. Udema terutama di pergelangan kaki. Diagnosis Banding :

Dermatitis kontak. Pengobatan :

o Dermatitis akut dikompres dengan larutan Permanganas Kalikus 1/10.000, atau larutan perak nitrat 0,25 % - 0,5 %. o Obat topikal : Ichtyol 2 % dalam salep zink-oksid. o Bila eksudatif , diberi kortikosteroid dalam jangka pendek (7-10 hari). o Bila ada infeksi sekunder diberi antibiotika. Prognosis :

Residif. f. Dermatitis Seboroika Sinonim : Seborrheic Eczema, Dermatitis Seborrhoides, Seborrhoide. Penyebab :

Tidak diketahui. Faktor yang mempengaruhi / memperburuk :

Jenis makanan berlemak Banyaknya keringat Stress emosi Insidens :

Daerah dingin insidennya lebih tinggi. Umumnya bayi dan anak umur 6 10 tahun, serta orang dewasa umur 18 40 tahun.

-

Perjalanan Penyakit Dan Gejala Klinis :

F Merupakan penyakit kronik, residif, dan gatal. Kelainan berupa skuama kering, basah atau kasar; krusta kekuningan dengan bentuk dan besar bervariasi. F Tempat kulit kepala, alis, daerah nasolabial belakang telinga, lipatan mammae, presternal, ketiak, umbilikus, lipat bokong, lipat paha dan skrotum. F Pada kulit kepala terdapat skuama kering dikenal sebagai dandruff dan bila basah disebut pytiriasis steatoides ; disertai kerontokan rambut. F Lesi dapat menjalar ke dahi, belakang telinga, tengkuk, serta oozing (membasah), dan menjadi keadaan eksfoliatif generalisata. Pada bayi dapat terjadi eritroderma deskuamativa atau disebut penyakit Leiner. Diagnosis Banding :

Psoriasis, Pitiriasis Rosea, Dermatofitosis. Pengobatan :

Umum : Diet rendah lemak. Sistemik : Lokal Antihistamin, pada kasus berat, kortikosteroid.

: Preparat sulfur, tar, kortikosteroid. Shampo dapat dipakai selenium sulfida.

Prognosis :

Kronik residif.

4. PATOFISIOLOGI Histamin dianggap sebagian zat penting yang memberikan reaksi dan menyebabkan pruritus. Histamin menghambat kemotoksis dan menekan produksi sel,sehingga sel mempunyai kemampuan untuk melepaskan histamin. Sementara histamin itu sendiri tidak dapat menyebabkan lesi pada kulit tapi zat tersebut dapat menyebabkan pruritus dan eritema , mungkin karena garukan akibat gatal menimbulkan lesi pada kulit.

5. MANIFESTASI KLINIK

Adanya tanda-tanda radang akut terutama pruritus (gatal), kenaikan suhu tubuh, kemerahan, edema misalnya pada muka (terutama palpebra dan bibis) dan gangguan fungsi kulit. Obyektif, biasanya batas kelainan tidak tegas dan terdapat lesi polimorfi, yang dapat timbul secara serentak atau berturut-turut. Pada permulaan timbul secara serentak atau berturut-turut. Pada permulaan timbul eritema dan edema. Edema sangat jeas pada kulit yang longgar misalnya muka ( terutama palpebra dan bibir. Dan genetalia eksterna. Infiltrasi biasanya terdiri atas papul. Dermatitis madidans ( basah ) berarti terdapat eksudasi. Disana-sini terdapat sumber dermatitis artinya terdapat vesikel-vesikel pungtiformis yang berkelompok dan kemudian membesar. Kelainan tersebut dapat disertai bula atau pustul jika disertai infeksi. Dermatitis sika ( kering ) berarti tidak madidas. Bila gelembung-gelembung mengering maka akan terlihat erosi atau ekskoriasi dengan krusta. Hal ini berarti dermatitis menjadi kering disebut dermatitis sika. Pada stadium tersebut terjadi deskuamasi artinya timbul sisik-sisik. Bila proses menjadi kronis tampak likenifikasi dan sebagian sekuele terlihat hiperpigmrntas atau hipopigmentasi.

6. KOMPLIKASI Infeksi saluran nafas atas Bronkitis Infeksi kulit

7. PENATALAKSANAAN MEDIS a. Pemeriksaan penunjang : 1) Percobaan asetikolin ( suntikan dalam intracutan, solusio asetilkolin 1/5000). 2) Percobaan histamin hostat disuntikkan pada lesi. b. Terapi 1) Terapi sitemik Pada dermatitis ringan diberi antihistamin atau kombinasi antihistamin, antiserotonin, antigraditinin, arit SRS A dan pada kasus berat dipertimbangkan pemberian kortikosteroid. 2) Terapi tropical

Dermatitis akut diberi kompres bila sub akut cukup diberi bedak kocok bila kronik diber saleb 3) Diet Tinggi kalori dan tinggi protein ( TKTP ) Contoh : Daging, susu, ikan, kacang-kacangan, jeruk, pisang, dan lain-lain.

8. PENYIMPANGAN KDM

B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN 1. PENGKAJIAN a. Identitas Pasien. b. Keluhan Utama. Biasanya pasien mengeluh gatal, rambut rontok. c. Riwayat Kesehatan. 1) Riwayat Penyakit Sekarang :

Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti yang ada pada keluhan utama dan tindakan apa saja yang dilakukan pasien untuk menanggulanginya. 2) Riwayat Penyakit Dahulu : Apakah pasien dulu pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit kulit lainnya. 3) Riwayat Penyakit Keluarga : Apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit kulit lainnya. 4) Riwayat Psikososial : Apakah pasien merasakan kecemasan yang berlebihan. Apakah sedang mengalami stress yang berkepanjangan. 5) Riwayat Pemakaian Obat : Apakah pasien pernah menggunakan obat-obatan yang dipakai pada kulit, atau pernahkah pasien tidak tahan (alergi) terhadap sesuatu obat.

2. PEMERIKSAAN FISIK a. Subjektif : Gatal b. Objektif : Skuama kering, basah atau kasar. Krusta kekuningan dengan bentuk dan besar bervariasi.

( Yang sering ditemui pada kulit kepala, alis, daerah nasolabial belakang telinga, lipatan mammae, presternal, ketiak, umbilikus, lipat bokong, lipat paha dan skrotum ). Kerontokan rambut.

3. DIAGNOSA KEPERAWATAN a. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan Inflamasi dermatitis b. Ansietas berhubungan dengan ancaman integritas biologis aktual atau yang dirasa sekunder akibat penyakit

c. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dalam penampilan sekunder akibat penyakit d. Kurang pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan kurangnya sumber informasi

4. INTERVENSI a. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan Inflamasi dermatitis, ditandai dengan : Adanya skuama kering, basah atau kasar. Adanya krusta kekuningan dengan bentuk dan besar bervariasi.

Intervensi : Kaji / catat ukuran dari krusta, bentuk dan warnanya, perhatikan apakah skuama kering, basah atau kasar. Anjurkan klien untuk tidak menggaruk daerah yang terasa gatal. Kolaborasi dalam pemberian pengobatan :

o Sistemik : Antihistamin, Kortikosteroid. o Lokal : Preparat Sulfur, Tar, Kortikosteroid, Shampo (Selenium Sulfida)

b. Ansietas berhubungan dengan ancaman integritas biologis aktual atau yang dirasa sekunder akibat penyakit, ditandai dengan : (Kemungkinan yang terjadi) Insomnia Keletihan dan kelemahan Gelisah Anoreksia Ketakutan Kurang percaya diri Merasa dikucilkan

-

Menangis.

Intervensi : Kaji tingkat ansietas: ringan, sedang, berat, panik. Berikan kenyamanan dan ketentraman hati :

o Tinggal bersama pasien. o Tekankan bahwa semua orang merasakan cemas dari waktu ke waktu. o Bicara dengan perlahan dan tenang, gunakan kalimat pendek dan sederhana. o Perlihatkan rasa empati. o Singkirkan stimulasi yang berlebihan (ruangan lebih tenang), batasi kontak dengan orang lain klien atau keluaraga yang juga mengalami cemas. Anjurkan intervensi yang menurunkan ansietas (misal : teknik relaksasi, imajinasi terbimbing, terapi aroma). Identifikasi mekanisme koping yang pernah digunakan untuk mengatasi stress yang lalu.

c. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dalam penampilan sekunder akibat penyakit, ditandai dengan : Klien mungkin merasa malu. Tidak melihat / menyentuh bagian tubuh yang terganggu. Menyembunyikan bagian tubuh secara berlebihan. Perubahan dalam keterlibatan sosial.

Intervensi : Dorong klien untuk mengekspresikan perasaannya.

Dorong klien untuk bertanya mengenai masalah, penanganan, perkembangan dan prognosa penyakit. Berikan informasi yang dapat dipercaya dan perkuat informasi yang telah diberikan.

-

Perjelas berbagai kesalahan konsep individu / klien terhadap penyakit, perawatan dan pengobatan. Dorong kunjungan / kontak keluarga, teman sebaya dan orang terdekat.

d. Kurang pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan kurangnya sumber informasi, ditandai dengan : Pasien sering bertanya / minta informasi, pernyataan salah konsep.

Intervensi : Jelaskan konsep dasar penyakitnya secara umum.

Jelaskan / ajarkan nama obat-obatan, dosis, waktu dan metode pemberian, tujuan, efek samping dan toksik. Anjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang rendah lemak. Tekankan pentingnya personal hygiene.

5.

EVALUASI

a. Mencapai pengetahuan dan pemahaman terhadap proses penyakit serta terapinya. Mendeskripsikan psoriasis dan terapi yang dipreskripsikan

Mengutarakan dengan kata-kata bahwa trauma, infeksi dan stres emosional merupakan faktor pemicu Mempertahankan pengendalian penyakit dengan terapi yang tepat Memperagakan penggunaan terapi topikal yang benar

b. Mencapai kulit yang lebih halus dan pengendalian lesi. Tidak ada lesi baru yang timbul Mempertahankan kulit agar selalu terlumasi dan lunak

c. Mengembangkan kesadaran untuk penerimaan diri Mengidentifikasi orang yang bisa diajak untuk membicarakan perasaan dan keprihatinan Mengekspresikan optimisme tentang hasil akhir terapi

d. Tidak mengalami artritis psoriatik

-

Tidak mengalami gangguan rasa nyaman pada sendi Lesi kulit dapat dikendalikan tanpa peluasan penyakit

DAFTAR PUSTAKA

Arief Masjoer. 1998. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jakarta : EGC

Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Vol. 3. Jakarta : EGC

Doenges, Marilynn E, et all. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Penerbit: EGC, Jakarta.

Stephen J. McPhee. 2010. Patofisiologi Penyakit : Pengantar Menuju Kedokteran Klinis. Edisi 5. Jakarta : EGC.

www.blogdokter,net2007

www.google.comASKEP DERMATITIS

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengertian Dermatitis kontak ( dermatitis venenata ) merupakan reaksi inflamasi kulit terhadap unsure unsur fisik, kimia atau biologi. Penyakit ini adalah kelainan inflamasi yang sering bersifat ekzematosoa dan disebabkan oleh reaksi kulit terhadap sejumlah bahan yang iritatif atau alergenik. Dermatitis kontak adalah peradangan oleh kontak dengan suatu zat tertentu, ruamnya terbatas pada daerah tertentu dan seringkali memiliki batas yang tegas. B. Etiologi

Zat zat yang dapat menyebabkan dermatitis kontak melelui 2 cara yaitu :

Iritasi ( dermatitis iritan ) Reaksi alergi ( dermatitis kontak alergika ) Sabun detergen dan logam logam tertentu bisa mengiritasi kulit setelah beberapa kali digunakan. Penyebab dermatitis kontak alergika

Kosmetika : Cat kuku, penghapus cat kuku, deodorant, pelemban lotion sehabis bercukur, parfum, tabir surya. Senyawa kimia ( dalam perhiasan ) : nikel

Tanaman : Racun IVY ( tanaman merambat ) racun pohon ek, sejenis rumput liar, primros. Obat obat yang terkandung dalam kritim kulit : antibiotic ( penisilin, sulfonagnid, neomisin ), autihistamin ( defenhidramin )

C.

Zat kimia yang digunakan dalam pengelolaan pakaian. Manifestasi Klinik

Gejala dermatitis kontak mencakup keluhan :

Gatal gatal Rasa terbakar Lesi kulit ( vesikel ) Edema yang diikuti oleh pengeluaran secret Pembentukan krusta serta akhirnya mengering dan mengelupas kulit.

Reaksi yang berulang ulang dapat disertai penebalan kulit dan perubahan pigmentasi. Invasi sekunder oleh bakteri dapat terjadi pada kulit yang mengalami ekskoriasis karena digosok atau digaruk. Biasanya tidak terdapat gejala sistemik kecuali jika erupsinya tersebar luas. D. Patofisiologi Dermatitis Kontak Iritan Pada dermatitis kontak iritan kelainan kulit timbul akibat kerusakan sel yang disebabkan oleh bahan iritan melalui kerja kimiawi maupun fisik. Bahan iritan merusak lapisan tanduk, dalam beberapa menit atau beberapa jam bahan-bahan iritan tersebut akan berdifusi melalui membran untuk merusak lisosom, mitokondria dan komponen-komponen inti sel. Dengan rusaknya membran lipid keratinosit maka fosfolipase akan diaktifkan dan membebaskan asam arakidonik akan membebaskan prostaglandin dan leukotrin yang akan menyebabkan dilatasi pembuluh darah dan transudasi dari faktor sirkulasi dari komplemen dan system kinin. Juga akan menarik neutrofil dan limfosit serta mengaktifkan sel mast yang akan membebaskan histamin, prostaglandin dan leukotrin. PAF akan mengaktivasi platelets yang akan menyebabkan perubahan vaskuler. Diacil gliserida akan merangsang ekspresi gen dan sintesis protein. Pada dermatitis kontak iritan terjadi kerusakan keratisonit dan keluarnya mediator- mediator. Sehingga perbedaan mekanismenya dengan dermatis kontak alergik sangat tipis yaitu dermatitis kontak iritan tidak melalui fase sensitisasi. Ada dua jenis bahan iritan yaitu :

Iritan kuat akan menimbulkan kelainan kulit pada pajanan pertama pada hampir semua orang, Iritan lemah hanya pada mereka yang paling rawan atau mengalami kontak berulang-ulang. Faktor kontribusi, misalnya kelembaban udara, tekanan, gesekan dan oklusi, mempunyai andil pada terjadinya kerusakan tersebut.

Dermatitis Kontak Alergi

Pada dermatitis kontak alergi, ada dua fase terjadinya respon imun tipe IV yang menyebabkan timbulnya lesi dermatitis ini yaitu : 1. Fase Sensitisasi

Fase sensitisasi disebut juga fase induksi atau fase aferen. Pada fase ini terjadi sensitisasi terhadap individu yang semula belum peka, oleh bahan kontaktan yang disebut alergen kontak atau pemeka. Terjadi bila hapten menempel pada kulit selama 18-24 jam kemudian hapten diproses dengan jalan pinositosis atau endositosis oleh sel LE (Langerhans Epidermal), untuk mengadakan ikatan kovalen dengan protein karier yang berada di epidermis, menjadi komplek hapten protein. Protein ini terletak pada membran sel Langerhans dan berhubungan dengan produk gen HLA-DR (Human Leukocyte Antigen-DR). Pada sel penyaji antigen (antigen presenting cell). Kemudian sel LE menuju duktus Limfatikus dan ke parakorteks Limfonodus regional dan terjadilah proses penyajian antigen kepada molekul CD4+ (Cluster of Diferantiation 4+) dan molekul CD3. CD4+berfungsi sebagai pengenal komplek HLADR dari sel Langerhans, sedangkan molekul CD3 yang berkaitan dengan protein heterodimerik Ti (CD3-Ti), merupakan pengenal antigen yang lebih spesifik, misalnya untuk ion nikel saja atau ion kromium saja. Kedua reseptor antigen tersebut terdapat pada permukaan sel T. Pada saat ini telah terjadi pengenalan antigen (antigen recognition). Selanjutnya sel Langerhans dirangsang untuk mengeluarkan IL-1 (interleukin-1) yang akan merangsang sel T untuk mengeluarkan IL-2. Kemudian IL-2 akan mengakibatkan proliferasi sel T sehingga terbentuk primed me mory T cells, yang akan bersirkulasi ke seluruh tubuh meninggalkan limfonodi dan akan memasuki fase elisitasi bila kontak berikut dengan alergen yang sama. Proses ini pada manusia berlangsung selama 1421 hari, dan belum terdapat ruam pada kulit. Pada saat ini individu tersebut telah tersensitisasi yang berarti mempunyai resiko untuk mengalami dermatitis kontak alergik. 2. Fase elisitasi

Fase elisitasi atau fase eferen terjadi apabila timbul pajanan kedua dari antigen yang sama dan sel yang telah tersensitisasi telah tersedia di dalam kompartemen dermis. Sel Langerhans akan mensekresi IL-1 yang akan merangsang sel T untuk mensekresi Il-2. Selanjutnya IL-2 akan merangsang INF (interferon) gamma. IL-1 dan INF gamma akan merangsang keratinosit memproduksi ICAM-1 (intercellular adhesion molecule-1) yang langsung beraksi dengan limfosit T dan lekosit, serta sekresi eikosanoid. Eikosanoid akan mengaktifkan sel mast dan makrofag untuk melepaskan histamin sehingga terjadi vasodilatasi dan permeabilitas yang meningkat. Akibatnya timbul berbagai macam kelainan kulit seperti eritema, edema dan vesikula yang akan tampak sebagai dermatitis. Proses peredaan atau penyusutan peradangan terjadi melalui beberapa mekanisme yaitu proses skuamasi, degradasi antigen oleh enzim dan sel, kerusakan sel Langerhans dan sel keratinosit serta pelepasan Prostaglandin E-1dan 2 (PGE-1,2) oleh sel makrofag akibat stimulasi INF gamma. PGE-1,2 berfungsi menekan produksi IL-2R sel T serta mencegah kontak sel T dengan keratisonit. Selain itu sel mast dan basofil juga ikut berperan dengan memperlambat puncak degranulasi setelah 48 jam paparan antigen, diduga histamin berefek merangsang molekul CD8 (+) yang bersifat sitotoksik. Dengan

beberapa mekanisme lain, seperti sel B dan sel T terhadap antigen spesifik, dan akhirnya menekan atau meredakan peradangan. 1. Penyimpangan KDM

Bahan iritan merusak lapisan tanduk

lisosom, mitokondria dan komponen-komponen inti sel mengalami kerusakan

rusaknya membran lipid keratinosit pengaktifan fosfolipase

pembebasan asam arakidonik

Pembebasan histamin,

prostaglandin dan leukotrin.

Pruritus Perubahan pola tidur

vasodilatasi dan permeabilitas yang meningkat.

Timbul eritema, edema dan vesikula

Perubahan status kesehatan Tidak mengenal sumber informasi Kurang pengetahuan

Kerusakan integritas kulit Merangsang pusat saraf Ditrasmisikan ke korteks serebri melalui thalamus Nyeri dan gatal

Penampakan kulit yang tidak baik Koping tidak efektif

Perubahan citra tubuh

E.

Pencegahan

Pencegahan dermatitis kontak berarti menghindari berkontak dengan bahan yang telah disebutkan di atas. Strategi pencegahan meliputi: v Bersihkan kulit yang terkena bahan iritan dengan air dan sabun. Bila dilakukan secepatnya, dapat menghilangkan banyak iritan dan alergen dari kulit.

v Gunakan sarung tangan saat mengerjakan pekerjaan rumah tangga untuk menghindari kontak dengan bahan pembersih. v Bila sedang bekerja, gunakan pakaian pelindung atau sarung tangan untuk menghindari kontak dengan bahan alergen atau iritan. F. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis gangguan integument yaitu : Biopsi kulit Biopsi kulit adalah pemeriksaan dengan cara mengambil cintih jaringan dari kulit yang terdapat lesi. Biopsi kulit digunakan untuk menentukan apakah ada keganasan atau infeksi yang disebabkan oleh bakteri dan jamur. Uji kultur dan sensitivitas Uji ini perlu dilakukan untuk mengetahui adanya virus, bakteri, dan jamur pada kulit. Kegunaan lain adalah untuk mengetahui apakah mikroorganisme tersebut resisten pada obat obat tertentu. Cara pengambilan bahan untuk uji kultur adalah dengan mengambil eksudat pada lesi kulit. Pemeriksaan dengan menggunakan pencahayaan khusus Pemeriksaan kulit perlu mempersiapkam pencahayaan khusus sesuai kasus. Factor pencahayaan memegang peranan penting. Uji temple Uji ini dilakukan pada klien yang diduga menderita alergi. Untuk mengetahui apakah lesi tersebut ada kaitannya dengan factor imunologis. Untuk mengidentifikasi respon alergi Uji ini menggunakan bahan kimia yang ditempelkan pada kulit, selanjutnya dilihat bagaimana reaksi local yang ditimbulkan. Apabila ditemukan kelainan pada kulit, maka hasil nya positif.

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian A. Biodata Biodara terdiri dari nama, jenis kelamin. Umur, agama, suku bangsa, pendidkan pendapatan pekerjaan,nomor akses, alamat dan lain- lain Dermatitis kontak dapat terjadi pada semua orang di semua umur sering terjadi pada remaja dan dewasa muda dapat terjadi pada pria dan wanita. Bila dibandingkan dengan dermatitis kontak iritan, jumlah penderita dermatitis kontak alergik lebih sedikit, karena hanya mengenai orang yang kulitnya sangat peka (hipersensitif). Dermatitis kontak iritan timbul pada 80% dari seluruh penderita dermatitis kontak sedangkan dermatitis kontak alergik kira-kira hanya 20%. Sedangkan insiden dermatitis kontak alergik terjadi pada 3-4% dari populasi penduduk. Usia tidak mempengaruhi timbulnya sensitisasi namun dermatitis kontak alergik lebih jarang dijumpai pada anak-anak. Lebih sering timbul pada usia dewasa tapi dapat mengenai segala usia. Prevalensi pada wanita dua kali lipat dari pada laki-laki. Bangsa kaukasian lebih sering terkena dari pada ras bangsa lain. Nampaknya banyak juga timbul pada bangsa Afrika-Amerika namun lebih sulit dideteksi. Jenis pekerjaan merupakan hal penting terhadap tingginya insiden dermatitis kontak. B. a) 1. Riwayat Kesehatan Riwayat Kesehatan Sekarang Keluhan Utama

Pada kasus dermatitis kontak biasanya klien mengeluh kulitnya terasa gatal serta nyeri.Gejala yang sering menyebabkan penderita datang ke tempat pelayanan kesehatan adalah nyeri pada lesi yang timbul. 2. Riwayat keluhan utama

Provoking Inciden, yang menjadi faktor presipitasi dari keluhan utama. Pada beberapa kasus dematitis kontak timbul Lesi kulit ( vesikel ),terasa panas pada kulit dan kulit akan berwarna merah, edema yang diikuti oleh pengeluaran secret. Kembangkan pola PQRST pada setiap keluhan klien Provocative/palliative Apa penyebab keluhan,

Apakah sebelumnya klien melakukan kontak dengan bahan-bahan tertentu yang menyebabkan kerusakan pada kulit Apa yang membuat keluhan bertambah baik/ringan atau bertambah berat. Dengan menjauhi sumber dermatitis kontak maka keluhan yang dirasakan akan berkurang Quality/quantity Bagaimana keluhan dirasakan, dilihat, didengar

Pada beberapa kasus dermatitis kontak biasanya klien akan merasakan gatal dan nyeri pada daerah yang terkena bahan tertentu yang dapat menyebabkan keluhan Sejauh mana sakit dirasakan

Rasa sakit yang dirasakan mulai dari tingkat ringan sampai berat. Tergantung dari lama kontak zat dengan kulit, konsentrasi zat serta tingkat sensitifitas kulit Region/radiation Dimana letak sakit

Tergantung dari daerah yang kontak dengan penyebab Area penyebarannya

Area penyebarannya misalnya kaki, luka pada tungkai, jari manis, tempat cedera, dibalik perhiasan. Severitty scale Apakah mempengaruhi aktifitas

Terganggunya aktifitas tergantung dari letak,tingkat keparahan penyakit Seberapa jauh skala ringan/berat

Tergantung dari tingkat keparahan penyakitnya Timing b) Kapan mulai terjadi Kapan sering terjadi Apakah terjadinya mendadak atau perlahan-lahan Riwayat Kesehatan masa Lalu

Seperti apakah klien pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya, apakah pernah menderita alergi serta tindakan yang dilakukan untuk mengatasinya selain itu perlu juga dikaji kebiasaan klien. c) Riwayat Kesehatan keluarga

Apakah ada salah seorang anggota keluarganya yang mengalami penyakit yang sama, tapi tidak pernah ditanggulangi dengan tim medis. Dermatitis pada sanak saudara khususnya pada masa kanakkanak dapat berarti penderita tersebut juga mudah menderita dermatitis atopik C. 1. Pemeriksaan fisik Keadaan umum

Ringan, sedang, berat. 2. Tingkat Kesadaran

Kompos mentis Apatis Samnolen, letergi/hypersomnia Delirium Stupor atau semi koma Koma Tingkat Kesadaran dermatitis kontak biasanya tidak terganggu Dermatitis kontak termasuk tidak berbahaya, dalam arti tidak membahayakan hidup dan tidak menular. Walaupun demikian, penyakit ini jelas menyebabkan rasa tidak nyaman dan amat mengganggu. 3. 4. 5. 6. Tanda-tanda vital Tekanan darah Denyut nadi Suhu tubuh Pernafasan Berat Badan Tinggi Badan Kulit

Inspeksi radang akut terutama priritus ( sebagai pengganti dolor). kemerahan (rubor), gangguan fungsi kulit (function laisa).

biasanya batas kelainan tidak tegas an terdapat lesi polimorfi yang dapat timbul secara serentak atau beturut-turut. terdapat Vesikel-veikel fungtiformis yang berkelompok yang kemudian membesar. Terdapat bula atau pustule, ekskoriasi dengan krusta. Hal ini berarti dermatitis menjadi kering disebut ematiti sika.

terjadi deskuamasi, artinya timbul sisik. Bila proses menjadi kronis tapak likenifikasi dan sebagai sekuele telihat hiperpigmentai tau hipopigmentasi.

Palpasi 7. Nyeri tekan edema atau pembengkakan Kulit bersisik Keadaan Kepala Inspeksi

tekstur rambut klien halus dan jarang, kulit kepala nampak kotor. Palpasi

Periksa apakah ada pembengkakan/ benjolan nyeri tekan atau adanya massa. Bi 8. Keadaan mata Inspeksi tidak edema, tidak radang Tidak ictertus Tidak terjadi peradangan

a. Palpebrae : b. Sclera c. Conjuctiva : :

d. Pupil

:

Isokor

e. Posisi mata Simetris/tidak Gerakan bola mata Penutupan kelopak mata : simertis : Normal : Tidak mengalam gangguan Keadaan visus Penglihatan Palpasi Tidak ada nyeri tekan Tekanan Intra Okuler ( TIO ) tidak ada A. Keadaan hidung 10. inspeksi simetris kiri dan kanan Tidak ada pembengkakan dan sekresi Tidak ada kemerahan pada selaput lendir Palpasi Tidak ada nyeri tekan Tidak ada benjolan/tumor Keadaan telinga inspeksi telinga bagian luar simetris tidak ada serumen/cairan, nanah : Normal : Normal (tidak kabur )

11. Mulut Inspeksi

a. b.

Gigi Keadaan gigi : bersih Ada karang gigi/karies Tidak ada pemakaian gigi palsu Gusi

Tidak ada merah radang pada gusi c. Lidah

Lidah bersih d. 12. a. b. c. 13. a. b. c. a. b. Bibir Tampak pucat Kering pecah Mulut tidak berbau Kemampuan bicara normal Tenggorokan Warna mukosa : Kemerahan

Nyeri tekan tidak ada Nyeri menelan tidak ada Leher mInspeksi Kelenjar Thyroid : Tidak membesar Tidak ada pembengkakan atau benjolan Tidak ada distensi vena jugularis Palpasi Kelenjar Thyroid Kaku kuduk/tidak : Tidak terabah :-

c. d. e. 14.

Kelenjar limfe

: tidak membesar

Tidak ada benjolan atau massa Mobilisasi leher normal Thorax dan pernafasan

@ Inspeksi a. b. c. d. e. f. Bentuk dada Pernafasan : Pigion chest : Inspirasi/ekspirasi, Frekuensi pernafasan, irama pernafasan

Pengembangan diwaktu bernafas normal Dada simetris Tidak ada retraksi Tidak ada batuk

@ Palpasi a. b. c. Tidak ada nyeri tekan, massa, adanya vocal premitus Untuk mengetahui adanya massa Inadekuat ekspansi dada

@ Perkusi sonor : Suara perkusi jaringan paru yang normal @ Askultasi a. b. Mendengarkan suara pada dinding thoraks Suara nafas :

* Vesikuler c. d. Suara tambahan : Suara Ucapan

Suara normal 15. Jantung

@ Inspeksi : Ictus Cordis : Denyutan dinding toraks oleh karena kontraksi ventrikel kiri ditemukan pada ICS 5 linea medio clavicularis kiri. @ Palpasi : Normal @ Perkusi Jantung dalam keadaan normal @ Auskultasi Tidak ada murmur 16. Pengkajian payudara dan ketiak Inspeksi :

Payudara melingkar dan agak simetris dan ukuran sedang Tidak terdapat udema, tidak terdapat kemerahan atau lesi serta vaskularisasi normal Areola mamma agak kecoklatan Tidak adanya penonjolan atau retraksi akibat adanya skar atau lesi. Tidak ada keluaran, ulkus , pergerakan atau pembengkakan. Posisi kedua puting susu mempunyai arah yang sama. ketiak dan klavikula tidak ada pembengkakan atau tanda kemerah-merahan. Palpasi

Tidak adanya keluaran serta nyeri tekan. 17. Abdomen Inspeksi :

umbilikus tidak menonjol Tidak ada pembendungan pembuluh darah vena Tidak ada benjolan warna kemerahan Palpasi :

Tidak ada rasa nyeri Tidak ada benjolan/ massa Tidak ada pembesaran pada organ hepar Perkusi Auskultasi : Tympani : Peristaltik normal

18. Genetalia dan Anus Genetalia : Inspeksi :

Tidak ada prolapsus uteri, benjolan kelenjar bartolini, sekret vagina jernih Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

Anus : Keadaan anus normal, tidak ada haemoroid, fissura, fistula. 19. Ekstremitas

Ekstremitas atas a. Motorik Pergerakan kanan/kiri Pergerakan abnormal kiri. Kekuatan otot kiri/kanan lemah b. c. Koordinasi gerak Refleks Biceps kanan/kiri Triceps kana/kiri Sensori : Normal : Normal : ada gangguan : kekuatan otot kanan dan kiri : lemah : seimbang antara kanan dan

-

Nyeri Rangsang suhu Rasa raba

:+ :+ :+

Ekstremitas bawah a. b. c. Motorik Gaya berjalan Kekuatan kanan/kiri Tonus otot kanan/kiri Refleks KPR kanan/kiri APR kanan/kiri Bebinski kanan/kiri : +/+ Sensori Nyeri Rangsang suhu Rasa raba : + : + : + : -/: -/: Normal : kekuatan kanan 5/kiri 5 : menurun

20 Status Neurologi Saraf-saraf cranial N I (Olfaktorius) Klien mampu membedakan bau minyak kayu putih dan alcohol. N II (Optikus) Klien tidak dapat melihat tulisan atau objek dari jarak yang jauh. N III,IV,VI (Okulomotorius, Cochlearis, Abdusen) Mata dapat berkontraksi, pupil isokor, klien mampu menggerakkan bola mata kesegala arah. N V (Trigeminus)

Fungsi sensorik : Klien mengedipkan matanya bila ada rangsangan. Fungsi motorik : Klien dapat menahan tarikan pulpen dengan gigitannya. N VII (Fasialis) Klien dapat mengerutkan dahinya, tersenyum dan dapat mengangkat alis. N VIII (Akustikus) Klien dapat mendengar dan berkomunikasi dengan baik, tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli persepsi. N IX (Glosofaringeus) Klien dapat merasakan rasa manis, pahit, pedas. N X (Fagus) Klien tidak ada kesulitan mengunyah, klien tidak ada kesulitan menelan. N XI (Assessoris) Klien dapat mengangkat kedua bahu, tidak ada atropi otot sternokleidomastoideus dan trapezius. N XII (Hipoglosus) Gerakan lidah simetris, dapat bergerak kesegala arah, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada fasikulasi, indra pengecapan normal. Tanda-tanda perangsangan selaput otak I. II. III. IV. D. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK a. b. c. d. Biopsi kulit Uji temple Pemeriksaan dengan menggunakan pencahayaan khusus Uji kultur dan sensitivitas Kaku kuduk Kerning sign Refleks Brudzinski Refleks Lasegu : : : : -

E. 1.

Pola Kegiatan Sehari-hari Nutrisi

Yang perlu dikaji adalah bagaimana kebiasaan klien dalam hal pola makan, frekwensi maka/hari, nafsu makan, makanan pantang, makanan yang disukai banyak minuman dlm sehari serta apakah ada perubahan Perubahan selama sakit 2. Eliminasi

Pada eliminasi yang perlu dikaji adalah Kebiasaan BAK dan BAB seperti frekuensi,warna dan konsistensi baik sebelum dan sesudah sakit 3. Aktivitas

Pada penderita penyakit dermatitis kontak biasanya akan mengalami gangguan dalam aktifitas karena adanya rasa gatal dan apabila mengalami infeksi maka akan mengalami gangguan dalam pemenuhan aktifitas sehari-hari. 4. Istirahat

klien biasanya mengeluh susah tidur dimalam hari karena gatal serta adanya nyeri.Adanya gangguan pola tidur akibat gelisah, cemas. F. Pola Interaksi social

Secara umum klien yang mengalami dermatitis kontak biasanya pola interaksi sosialnya terganggu biasanya akan merasa malu dengan penyakitnya. G. Keadaan Psikologis

Biasanya klien mengalami perubahan dalam berinteraksi dengan orang lain dan biasanya klien lebih suka menyendiri dan sering cemas dengan penyakit yang diderita. Pada keadaaan psikologis ada beberapa hal yang perlu dikaji seperti bagaimana persepsi klien terhadap penyakit yang diderita sekarang, bagaimanaharapan klien terhadap keadaan kesehatannyaserta bagaimana pola interaksi dengan tenaga kesehatan & lingkungan. H. Kegiatan Keagamaan Biasanya klien beranggapan bahwa penyakit yang dideritanya merupakan cobaan untuknya dan pasti terdapat hikmah untuknya.yang perlu dikaji pada kegiatan keagamaan seperti klien menganut agama apa selama sakit klien sering berdoa. I. Pengelompokan data Data Subjektif Data Objektif

Klien mengatakan lecet pada kulit jika digaruk Klien mengatakan nyeri pada kulit

Kulit klien tampak kering Kulit klien tampak bersisik Tampak adanya peradangan Klien nampak sering menggaruk Kulit klien tampak lecet Klien tampak gelisah

B. 1. 2. 3. 4. 5. 6. C. DX I

Diagnosa keperawatan Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan perubahan fungsi barier kulit Nyeri dan gatal yang berhubungan dengan lesi kulit perubahan pola tidur yang berhubungan dengan pruritus Perubahan citra tubuh yang berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak baik. Kurang pengetahuan tentang perawatan kulit dan cara cara menangani kelainan kulit. Resiko infeksi berhubungan dengan lesi, bercak bercak merah pada kulit Rasional

Intervensi Mandiri: 1. pantau keadaan kulit pasien

Rasional Mandiri 1. Mengetahui kondisi kulit untuk dilakukan pilihan intervensi yang tepat 2. Penderita dermatosis dapat mengalami penurunan sensitivitas terhadap panas.

2. Jaga dengan cermat terhadap resiko terjadinya cedera termal akibat penggunaan kompres hangat dengan suhu yang terlalu tinggi dan akibat cidera panas yang tidak terasa ( bantalan pemanasan, radiator ) 3. Anjurkan pasien untuk menggunakan kosmetik dan preparat tabir surya. Kolaborasi

3. Banyak masalah kosmetika pada

4. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat anti histamine dan salep kulit

hakekatnya semua kelainan malignitas kulit dapat dikaitkan dengan kerusakan kulit kronik. 4. Penggunaan anti histamine dapat mengurangi respon gatal serta mempercepat proses pemulihan

DX 2 Intervensi Mandiri: 1. Periksa daerah yang terlibat Rasional Mandiri 1. Pemahaman tentang luas dan karakteristik kulit meliputi bantuan dalam menyusun rencana intervensi. 2. Membantu mengidentifikasi tindakan yang tepat untuk memberikan kenyamanan. 3. Deskripsi yang akurat tentang erupsi kulit diperlukan untuk diagnosisi dan pengobatan. Banyak kondisi kulit tampak serupa tetapi mempunyai etiologi yang berbeda. Respons inflamasi kutan mungkin mati pada pasien lansia. 4. Ruam menyeluruh terutama dengan aeitan yang mendadak dapat mennjukkan reaksi alergi terhadap obat. 5. Rasa gatal diperburuk oleh panas, kimia, dan fisik. 6. Dengan kelembaban yang rendah, kulit akan kehilangan air

2. Upaya untuk menemukan penyebab gangguan rasa nyaman

3. Mencatat hasil hasil observasi secara rinci dengan memakai terminology deskriptif

4. Mengantisipasi reaksi alergi yang mungkin terjadi ; mendapatkan riwayat pemakaian obat.

5.

Kendalikan factor factor iritan

6.

Pertahankan kelembaban kira kira 60 % ;

gunakan alat pelembab. 7. Pertahankan lingkungan dingin

7. Kesejukan mengurangi gatal 8. Upaya ini mencakup tidak adanya larutan detegen, zat pewarna atau bahan pengeras. 9. Meningkatkan lingkungan yang sejuk 10. Sabun yang keras dapat menimbulkan iritasi kulit. 11. Setiap substansi yang mneghilangkan air, lipid atau protein dari epidermis akan mengubah fungsi barier kulit. 12. Kulit merupakan barier yang penting yang harus dipertahankan keutuhannya agar dapat berfungsi dengan benar. 13. Penghisapan air yang bertahap dari kasa kompres akan menyejukkan kulit dan meredakan pruritus. 14. Kulit yang kering dapat menimbulkan daerah dermatitis dengan kemerahan, gatal, deskuamasi dan pada bentuk yang lebih berat, pembengkakan, pembentukan lepuh, keretakan dan eksudat. Kolaborasi 15. Hidrasi yang efektif pada stratum korneum mencegah gangguan lapisan barier pada kulit. 16. Tindakan ini membantu meredakan gejala 17. Masalah pasien dapat disebabkan oleh iritasi atau sensitisasi karena pengobatan sendiri. 18. Memotongan kuku akan mengurangi kerusakan kulit karena garukan.

8. Gunakan sabun ringan ( Dove ) atau sabun yang dibuat untuk kulit sensitive ( Neutrogena, Avveno ). 9. Lepaskan kelebihan pakaian atau peralatan di tempat tidur. 10. Cuci linen tempat tidur dan pakaian dengan sabun ringan 11. Hentikan pemajanan berulang terhadap detergen, pembersih, dan pelarut. 12. Gunakan tindakan perawatan kulit untuk mempertahankan integritas kulit dan meningkatkan kenyamanan pasien. 13. lakukan kompres penyejuk dengan air suam suam kuku ataukompres dingin guna meredakan rasa gatal. 14. Atasi kekeringan ( serosis ) sebagaimana dipreskripsikan.

Kolaborasi: 15. Oleskan lotion dan krim kulit segera setelah mandi

16. Gunakan terapi topical seperti yang dipreskripsikan. 17. Anjurkan pasien untuk menghindari pemakaian salep ayau lotion yang dibeli tanpa

resep dokter. 18. Jaga agar kuku selalu terpangkas.

DX 3 Intervensi Mandiri : 1. Bantu pasien melakukan gerak badan secara teratur Rasional Mandiri : 1. Gerak badan memberikan efek yang menguntungkan untuk tidur jika dilaksanakan pada sore hari. 2. Udara yang kering membuat kulit terasa gatal. Lingkungan yang nyaman meningkatkan relaksasi.

2. jaga kamar tidur agar tetap memiliki ventilasi dan kelembaban yang baik.

Kolaborasi:

3. Pruritus noeturnal mengganggu tidur yang normal.

3. Cegah dan obati kulit yang kering

4. Anjurkan kepada klien menjaga kulit selalu lembab

4. Tindakan ini mencegah kehilangan air. Kulit yang kering dan gatal biasanya tidak dapat disembuhkan tetapi bisa dikendalikan. 5. Kafein memiliki efek puncak 2 4 jam sesudah dikonsumsi.

5. Anjurkan klien Menghindari minuman yang mengandung kafein menjelang tidur di malam hari. 6. Anjurkan klien Mengerjakan hal hal

6. Tindakan ini memudahkan peralihan dari keadaan terjaga menjadi keadaan tertidur.

yang ritual dan rutin menjelang tidur.

DX 4 Intervensi Mandiri: 1. Kaji adanya gangguan pada citra diri pasien ( menghindari kontak mata, ucapan yang merendahkan diri sendiri, ekpresi keadaan muak terhadap kondisi kulitnya ). 2. Identifikasi stadium psikososial tahap perkembangan. Rasional Mandiri: 1. Gangguan citra diri akan menyertai setiap penyakit atau keadaan yang tampak nyata bagi pasien. Kesan sesorang terhadap dirinya sendiri akan berpengaruh pada konsep diri 2. Terhadap hubungan antara stadium perkembangan, citra diri dan reaksi serta pemahaman pasien terhadap kondisi kulitnya

3. Berikan kesempatan untuk pengungkapan. Dengarkan ( dengan cara yang terbuka, tidak menghakimi ) untuk mengekspresikan berduka / ansietas tentang perubahan citra tubuh.

3. Pasien membutuhkan pengalaman yang harus didengarkan dan dipahami.

4. Nilai rasa keprihatinan dan ketakutan pasien. Bantu pasien yang cemas dalam mengembangkan kemampuan untuk menilai diri 4. Tindakan ini memberikan kesempatan dan mengenali serta mengatasi masalah. pada petugas kesehatan untuk menetralkan kecemasan yang tidak perlu terjadi dan memulihkan realitas situasi. Ketakutan merupakan unsure yang merusak adaptasi 5. dorong sosialisasi dengan orang lain pasien. 5. Meningkatkan penerimaan diri dan sosialisasi.

DX 5 Intervensi Rasional

1. Tentukan apakah pasien mnegetahui ( 1. Memberikan data dasar untuk memahami dan salah mengerti ) tentang kondisi mengembangkan rencana penyuluhan dirinya. 2. Pasien harus memiliki perasaan bahwa ada sesuatu yang dapat mereka perbuat. Kebanyakan pasien merasakan manfaatnya.

2. Jaga agar pasien mendapatkan informasi yang benar ; memperbaiki kesalahan konsepsi / informasi

3. Peragakan penerapan terapi yang diprogramkan ( kompres basah ; obat topical ) 4. Berikan nasihat kepada pasien untuk menjaga agar kulit tetap lembab dan fleksibel dengan tindakan hidrasi dan pengolesan krim serta lotion kulit.

3. Memungkinkan pasien memperoleh kesempatan untuk menunjukkan cara yang tepat unutk melakukan terapi. 4. Stratum korneum memerlukan air agar fleksibilitas kulit tetap terjaga. Pengolesan krim atau lotion untuk melembabkan kulit akan memcegah agar kulit tidak menjadi kering, kasar, retak, dan bersisik. 5. Penampakan kulit mencerminkan kesehatan umum seseorang. Perubahan pada kulit dapat menandakan status nutrisi yang abnormal.

5. Dorong pasien untuk mendapatkan status nutrisi yang sehat

DX 6 Intervensi 1. Miliki indeksi kecurigaan yang tinggi terhadap suatu infeksi pada pasien yang system Rasional 1. Setiap keadaan yang mneggangu status imun akan memperbesar resiko terjadinya

kekebalannya teganggu. 2. Berikan petunjuk yagn jelas dan rinci kepada pasien mengenai program terapi

infeksi kulit.

3. Laksanakan pemakaian kompres basah seperti yang diprogramkan untuk mengurangi intensitas inflamasi

2. Pendidikan pasien yang efektif bergantung pada ketrampilan ketrampilan interpersonal professional kesehatan dan pada pemberian instruksi yang jelas yang diperkuat dengan instruksi tertulis. 3. Kompres basah akan menghasilkan pendinginan lewat pengisatan yang menimbulkan vasokontriksi pembuluh drah kulit dan dengan demikian mengurangi eritema serta produksi serum.

D. Evaluasi Diagnosa I 1. 2. 3. 4. Tidak adanya maserasi. Tidak ada tanda tanda cedara termal. Tidak ada infeksi. Memberikan obat topikal yang diprogramkan

Diangnosa II 1. 2. 3. 4. 5. 6. Mencapai peredaran gangguan rasa. Mengutarakan dengan kata kata bahwa gatal telah reda. Memeperlihatkan tidak adanya gejala ekskoriasi kulit karena garukan. Mematuhi terapi yang diprogramkan. Pertahankan keadekuatan hidrasi dan lubrikasi kulit. Menunjukan kulit utuh; kulit menunjukan kemajuan dalam penampilan yang sehat.

Diagnosa III 1. Mencapai tidur yang nyenyak.

2. 3. 4. 5.

Melaporkan peredaran rasa gatal. Mempertahankan kondisi lingkungan yang tepat. Menghindari konsumsi kafein pada sore hari dan menjelang tidur malam hari. Mengenali tindakan untuk meningkatkan tidur.

Diagnosa IV 1. 2. 3. 4. 5. 6. Mengalami Mengembangkan peningkatan kemampuan untuk menerima diri sendiri. Mengikuti dan turut berpartisipasi dalam tindakan perawatan mandiri. Melaporkan perasaan dalam mengendalikan situasi. Menguatkan kembali dukungan positif dari diri sendiri Mengutarakan perhatian terhadap diri sendiri yang sehat. Tampak tidak begitu memperhatikan kondisi.

7. Menggunakan tekhnik menyembunyikan kekurangan dan menekankan teknik untuk meningkatkan penampilan. Diagnosa V 1. 2. pola tidur / istirahat yang memuaskan Perubahan citra tubuh yang berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak baik.

3. Kurang pengetahuan tentang perawatan kulit dan cara cara menangani kelainan kulit. Memiliki pemahaman terhadap perawatan kulit. 4. Mengikuti terapi seperti yang diprogramkan dan dapat mengungkapkan rasional tindakan yang dilakukan. 5. 6. 7. Menjalankan mandi, pencucian, barutan basah sesuai yang diprogramkan. Gunakan obat tropikal dengan tepat. Memahami pentingnya nutrisi untuk kesehatan kulit.

Diagnosa VI 1. Tetap bebas dari infeksi.

2. Mengungkapkan tindakan perawatan kulit yang meningkatkan kebersihan dan mencegah kerusakan.

3. 4. 5.

Mengidentifikasikan tanda dan gejala infeksi untuk dilaporkan. Mengidentifikasi efek merugikan dari obat yang harus dilaporkan ke petugas perawatan kesehatan. Berpartisipasi dalam tindakan perawatan kulit ( misalnya mandi, dan penggantian balut ).

DAFTAR PUSTAKA s Brunner and Suddarth.2001.Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC Harahap, Marwali, dkk. 2000. Pedoman Pengobatan Penyakit Kulit. Bandung: Alumni -----------------------------.2006. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: Hipokrates Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jil. 2. Jakarta: Media Aesculapius. NANDA.2006.Pedoman Diagnosa Keperawatan NANDA 2005 2006. Primamedika.