Derajat Ensefalopati

2
1. Derajat Ensefalopati I. Prodromal. Euforia, cemas depresi, bingung ringan, gangguan siklus/ kebiasaan tidur, kesulitan menulis, kesulitan bicara II. Koma mengancam. Letargi, bingung meningkat, disorientasi minimal, samnolen, fetor hepatik, perubahan kepribadian yang nyata III. Bicara kacau, sangat bingung, rasa kantuk berat,dapat bangun dari tidur, bereaksi dengan rangsangan disorientasi berat IV. Koma dalam. Tidak sadar, hilang reaksi rangsangan. Diitandai dengan tonus otot hilang Komplikasi sirosis hepatis - Ensefalo hepatik Adanya kerusakan hati akan mengganggu fungsi hati, sehinggga fungsi katabolisme dengan melakukan detosikasi bahan-bahan seperti ammonia terganggu dan menyebabkan terjadinya gangguan system saraf otak akibat zat-zat yang bersifat toksik. Pada umumnya gambaran klinis berupa kelainan mental, kelainan neurologis, terdapatnya kelainan parenkim hati serta kelainan laboratorium. Secara umum tatalaksana pasien koma hepatikum adalah memperbaiki oksigenasi jaringan,Pemberian laktulosa yang merupakan suatu disakarida sintesis yang tidak di absorbs oleh usus halus, tapi dihidrolisis oleh bakteri usus besar, sehingga terjadi lingkungan dengan pH asam yang akan menghambat penyerapan amoniak.

description

a

Transcript of Derajat Ensefalopati

1. Derajat EnsefalopatiI. Prodromal. Euforia, cemas depresi, bingung ringan, gangguan siklus/ kebiasaan tidur, kesulitan menulis, kesulitan bicaraII. Koma mengancam. Letargi, bingung meningkat, disorientasi minimal, samnolen, fetor hepatik, perubahan kepribadian yang nyataIII. Bicara kacau, sangat bingung, rasa kantuk berat,dapat bangun dari tidur, bereaksi dengan rangsangan disorientasi beratIV. Koma dalam. Tidak sadar, hilang reaksi rangsangan. Diitandai dengan tonus otot hilang

Komplikasi sirosis hepatis Ensefalo hepatik Adanya kerusakan hati akan mengganggu fungsi hati, sehinggga fungsi katabolisme dengan melakukan detosikasi bahan-bahan seperti ammonia terganggu dan menyebabkan terjadinya gangguan system saraf otak akibat zat-zat yang bersifat toksik. Pada umumnya gambaran klinis berupa kelainan mental, kelainan neurologis, terdapatnya kelainan parenkim hati serta kelainan laboratorium. Secara umum tatalaksana pasien koma hepatikum adalah memperbaiki oksigenasi jaringan,Pemberian laktulosa yang merupakan suatu disakarida sintesis yang tidak di absorbs oleh usus halus, tapi dihidrolisis oleh bakteri usus besar, sehingga terjadi lingkungan dengan pH asam yang akan menghambat penyerapan amoniak. 2. Interpretasi hasil laboratorium untuk Hepatitis Ba. HBs-Ag : Deteksi adanya antigen virus dalam tubuh, sebagai penanda awal infeksi Hepatitis Bb. Anti HBs : Deteksi adanya kekebalan atau antibody terhadap virus hepatitis Bc. IGM Anti Hbc : deteksi antibody terhadap HBc-Ag (penanda pernah terinfeksi Hepatitis B)d. Hbe-Ag dan anti Hbe : deteksi apakah sedang terjadi replikasi virus aktif atau tidak dalam tubuh penderitae. HBV DNA kuantitatif : mengetahui seberapa besar proses replikasi virus sedang terjadi didalam tubuh. Tetapi hanya dilakukan bila penderita terinfeksi Hepatitis B, sehingga dapat di berikan beberapa tipe mutant.