DEMENSIA

93
Tugas Pengenalan Profesi “Gangguan Kognitif Pada Orang Tua (Panti Wreda) 3” BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kognitif merupakan kepercayaan seseorang tentang sesuatu yang didapatkan dari proses berfikir dan memperoleh pengetahuan melalui aktivitas mengingat, menganalisa, memahami, menilai, membayangkan dan berbahasa (Johnson 2005). Gangguan kognitif merupakan gangguan psikiatrik paling utama pada usia lanjut. Masalah yang utama pada kelainan ini adalah defisit memori yang bermakna dan atau fungsi kognitif lain yang mewakilkan perubahan yang signifikan dari tingkat fungsi sebelumnya (Kaplan, 2010). Sekitar 10% orang tua yang berusia lebih dari 65 tahun dan 50% pada usia yang lebih dari 85 tahun akan mengalami gangguan kognitif, dimana akan dijumpai gangguan yang ringan sampai terjadinya demensia. Pada populasi penduduk terutama jumlah orang tua yang menderita penyakit Alzheimer (AD) diperkirakan akan meningkat dari 26,6 juta menjadi 106,2 juta pada tahun Blok XIV “Kedokteran Jiwa & Fungsi Luhur” 1

description

TUGAS PENGENALAN PROFESI

Transcript of DEMENSIA

Page 1: DEMENSIA

Tugas Pengenalan Profesi “Gangguan Kognitif Pada Orang Tua (Panti Wreda) 3”

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kognitif merupakan kepercayaan seseorang tentang sesuatu yang

didapatkan dari proses berfikir dan memperoleh pengetahuan melalui aktivitas

mengingat, menganalisa, memahami, menilai, membayangkan dan berbahasa

(Johnson 2005). Gangguan kognitif merupakan gangguan psikiatrik paling

utama pada usia lanjut. Masalah yang utama pada kelainan ini adalah defisit

memori yang bermakna dan atau fungsi kognitif lain yang mewakilkan

perubahan yang signifikan dari tingkat fungsi sebelumnya (Kaplan, 2010).

Sekitar 10% orang tua yang berusia lebih dari 65 tahun dan 50% pada

usia yang lebih dari 85 tahun akan mengalami gangguan kognitif, dimana akan

dijumpai gangguan yang ringan sampai terjadinya demensia. Pada populasi

penduduk terutama jumlah orang tua yang menderita penyakit Alzheimer (AD)

diperkirakan akan meningkat dari 26,6 juta menjadi 106,2 juta pada tahun 2050

(Lautenschlager dkk, 2008). Di tahun 2025 akan terdapat sekitar 1,2 milyar

penduduk dunia berusia 60 tahun ke atas, yang akan menjadi 2 milyar di tahun

2050; 80% di antaranya tinggal di negara-negara berkembang, termasuk

Indonesia. Jumlah lanjut usia di Indonesia diperkirakan 18.575.000 jiwa

(Riyanto, 2014).

Penurunan fungsi kognitif pada lansia merupakan penyebab terbesar

terjadinya ketidakmampuan dalam melakukan aktifitas normal sehari-hari, dan

juga merupakan alasan tersering yang menyebabkan terjadinya ketergantungan

Blok XIV “Kedokteran Jiwa & Fungsi Luhur” 1

Page 2: DEMENSIA

Tugas Pengenalan Profesi “Gangguan Kognitif Pada Orang Tua (Panti Wreda) 3”

terhadap orang lain untuk merawat diri sendiri. Kondisi ini adalah tantangan

karena masalah penyakit degeneratif akibat proses penuaan yang sering

menyertai para lansia. Kondisi gangguan kognitif ini bervariasi antara ringan,

sedang dan berat. Proses penuaan otak merupakan bagian dari proses degenerasi

yang dapat menimbulkan gangguan neuropsikologis, salah satunya yang paling

umum terjadi pada lansia adalah demensia (Riyanto,2014).

Bardasarkan latar belakang yang menunjukkan bahwa salah satu masalah

utama para lanjut usia adalah kemunduran fungsi kognitif yang berakibat

ketidakmampuan dalam melakukan aktifitas normal sehari-hari, maka perlu

dilakukan observasi gangguan kognitif pada orang tua di Panti Wreda

Palembang.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada pelaksanaan TPP kali ini yaitu :

1. Apa saja gangguan kognitif pada orang tua di Panti Werdha ?

2. Apa saja faktor risiko terjadinya gangguan kognitif pada orang tua di Panti

Werdha?

3. Apa saja gejala dari gangguan kognitif pada orang tua di Panti Werdha ?

4. Bagaimana cara mendiagnosis gangguan kognitif pada orang tua di Panti

Werdha?

5. Bagaimana tatalaksana gangguan kognitif pada orang tua di Panti Werdha ?

6. Bagaimana ADL (Activity Daily Living) pada penderita gangguan kognitif di

Panti Werdha ?

Blok XIV “Kedokteran Jiwa & Fungsi Luhur” 2

Page 3: DEMENSIA

Tugas Pengenalan Profesi “Gangguan Kognitif Pada Orang Tua (Panti Wreda) 3”

1.3 Tujuan

I.3.1 Tujuan Umum

Mengidentifikasi dan memahami penyakit gangguan kognitif

pada orang tua di Panti Werdha.

I.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui gangguan kognitif yang ada pada orang tua di Panti

Werdha.

2. Memahami faktor risiko gangguan kognitif pada orang tua di

Panti Werdha.

3. Memahami gejala dari gangguan kognitif pada orang tua di

Panti Werdha.

4. Mengetahui cara mendiagnosis gangguan kognitif pada orang

tua di Panti Werdha.

5. Mengetahui tatalaksana gangguan kognitif pada orang tua di

Panti Werdha.

6. Memahami ADL pada orang tua di Panti Werdha.

1.4 Manfaat Kegiatan

Adapun manfaat yang didapatkan dari pelaksanaan Tugas Pengenalan

Profesi kali ini adalah:

1. Menambah ilmu pengetahuan mengenai gangguan kognitif pada lansia

2. Menambah pengalaman dalam mengobservasi pasien (lansia) dengan

gangguan kognitif.

Blok XIV “Kedokteran Jiwa & Fungsi Luhur” 3

Page 4: DEMENSIA

Tugas Pengenalan Profesi “Gangguan Kognitif Pada Orang Tua (Panti Wreda) 3”

3. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menganamnesis suatu gejala

sehingga dapat menentukan kemungkinan penyakit yang diderita oleh

pasien.

Blok XIV “Kedokteran Jiwa & Fungsi Luhur” 4

Page 5: DEMENSIA

Tugas Pengenalan Profesi “Gangguan Kognitif Pada Orang Tua (Panti Wreda) 3”

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Anatomi & Fisiologi Otak

Otak adalah bagian susunan saraf pusat yang terletak di cavitas cranii.

Otak dilanjutkan ke medulla spinalis melalui foramen magnum (Snell, 2012).

1. Cerebrum

Bagian terbesar otak dan terdiri dari dua hemisphere yang dihubungkan

oleh corpus callosum. Setiap hemisphere terbentang dari os frontale sampai

ke os occipitale, diatas fossa cranii anterior dan media, dan di posterior di

atas tentorium cerebelli. Hemisphere dipisahkan oleh fissura longitudinalis

cerebri, dimana kedalamnya menonjil falx cerebri. Lapisan permukaan

hemisphere disebut kortek dan tersusun dari substansia grisea. Kortek

berlipat-lipat disebut gyri yang dipisahkan oleh fissura atau sulci. Dengan

demikian permukaan kortek bertambah luas. Sejumlah sulci yang besar

membagi permukaan hemisphere menjadi lobus-lobus. Lobus ini diberi

nama sesuai dengan nama tulang tengkorak di atasnya. Lobus frontalis

terletak di depan sulci centralis dan diatas sulci lateralis. Lobus parietalis

terletak di belakang sulci centralis dan diatas sulcus lateralis. Lobus

occipitalis terletak di bawah sulcus pario-occipitalis. Dibawah sulcus

lateralis terdapat lobus temporalis (Snell, 2012).

Gyrus pracentralis dikenal sebagai area motoris yang mengatur

gerakan volunter sisi tubuh yang berlawanan. Gyrus postcentralis dikenal

sebagai area sensoris yang menerima dan menginterpretasikan sensari nyeri,

Blok XIV “Kedokteran Jiwa & Fungsi Luhur” 5

Page 6: DEMENSIA

Tugas Pengenalan Profesi “Gangguan Kognitif Pada Orang Tua (Panti Wreda) 3”

suhu, raba, dan tekan disisi kontralateral. Gyrus temporalis superior dikenal

sebagai area auditiva. Area broca dikenal sebagai area bicara motoris. Pada

orang betangan kanan, area broca hemisphere kiri lebih dominan dan

sebaliknya. Area visual terletak di daerah sulcus calcarnus. Rongga yang

terdapat di dalam setiap hemisphere cerebri disebut dengan ventriculus

lateralis (Snell, 2012).

2. Diencephalon

Diencephalon hampir seluruhnya tertutup oleh permukaan otak.

Terdiri atas thalamus di dorsal dan hypothalamus di ventral. Thalamus

adalah massa substansia grisea besar yang terletak di kanan dan kiri

ventriculus tertius. Thalamus adalah stasiun perantara besar untuk jaras

sensoris aferen yang menuju kortek cerebri. Hypothalmus membentuk

bagian bawah dinding lateral dan dasar ventriculus tertius. Struktur-struktur

berikut ini terdapat di dasar ventriculus tertius dari depan ke belakang:

chiasma optikum, tuber cinereum dan infundibulum, corpus mammilare, dan

substansia perforata superior (Snell, 2012).

3. Mesencephalon

Bagian sempit otak yang melewati incisura tentorii dan

menghubungkan otak depan dengan otak belakang. Teridi dari dua belahan

lateral yang disebut pedunculus cerebri. Masing-masing dibagi dalam pars

anterior yaitu crus cerebri dan bagian posterior tegmentum oleh sebuah

subtansia grisea yang disebut substansia nigra. Corpus pineale adalah sebuah

kelenjar kecil yang terletak di antara cilliculus superior. Kelenjar tersebut

melekat melalui sebuah tangkai pada dinding posterior ventriculus tertius.

Blok XIV “Kedokteran Jiwa & Fungsi Luhur” 6

Page 7: DEMENSIA

Tugas Pengenalan Profesi “Gangguan Kognitif Pada Orang Tua (Panti Wreda) 3”

Glandula pineale umunya mengalami kalsifikasi pada usia pertengahan,

dengan demikian dapat dilihat melalui radiologi (Snell, 2012).

4. Otak belakang

Pons terletak pada permukaan anteroir cerebellum dibawah

mesencephalon di atas medulla oblongata. Pons terutama tersusun atas

serabut saraf yang menghubungkan kedua belahan cerebellum. Pons juga

mengandung serabut-serabut ascenden dan decenden yang menghubungkan

otak depan, mesencephalon dan medulla spinalis. Beberapa saraf dalam pons

berfungsi sebagai stasiun perantara sedangkan yang lainnya sebagai inti saraf

otak.

Medulla oblongata berbentuk kerucut yang menghubungkan pons

dengan medulla spinalis. Fissura mediana terdapat pada permukaan anterior

medulla dan pada setiap sisi terdapat benjolan yang disebut pyramis.

Pyramis tersusun atas berkas serabut saraf yang berasal dari sel-sel besar di

dalam gyrus pracentralis kortek (Snell, 2012).

Cerebellum terdapat di bagian posterior fossa cranii. Terdiri dari dua

hemisphere yang dihubungkan oleh vermis. Lapisan permukaan cerebellum

disebut kortek terdiri dari substansia grisea. Kortek cerebelli berlipat-lipat

disebut folia. Cerebelli berperan penting dalam mengendalikan tonus otot

dan mengkoordinasikan gerak pada sisi tubuh yang sama.

5. Lapisan Pelindung

Otak terdiri dari rangka tulang bagian luar dan tiga lapisan jaringan

ikat yang disebut meninges. Lapisan meningeal terdiri dari pia meter, lapisan

araknoid dan durameter.

Blok XIV “Kedokteran Jiwa & Fungsi Luhur” 7

Page 8: DEMENSIA

Tugas Pengenalan Profesi “Gangguan Kognitif Pada Orang Tua (Panti Wreda) 3”

a) Pia meter adalah lapisan terdalam yang halus dan tipis, serta melekat

erat pada otak.

b) Lapisan araknoid terletak di bagian eksternal pia meter dan

mengandung sedikit pembuluh darah. Runga araknoid memisahkan

lapisan araknoid dari piameter dan mengandung cairan

cerebrospinalis, pembuluh darah serta jaringan penghubung serta

selaput yang mempertahankan posisi araknoid terhadap piameter di

bawahnya.

c) Durameter, lapisan terluar adalah lapisan yang tebal dan terdiri dari

dua lapisan. Lapisan ini biasanya terus bersambungan tetapi terputus

pada beberapa sisi spesifik. Lapisan periosteal luar pada durameter

melekat di permukaan dalam kranium dan berperan sebagai

periosteum dalam pada tulang tengkorak. Lapisan meningeal dalam

pada durameter tertanam sampai ke dalam fisura otak dan terlipat

kembali di arahnya untuk membentuk falks serebrum, falks

serebelum, tentorium serebelum dan sela diafragma. Ruang subdural

memisahkan durameter dari araknoid pada regia cranial dan medulla

spinalis. Ruang epidural adalah ruang potensial antara perioteal luar

dan lapisan meningeal dalam pada durameter di regia medulla

spinalis (Snell, 2012).

Blok XIV “Kedokteran Jiwa & Fungsi Luhur” 8

Page 9: DEMENSIA

Tugas Pengenalan Profesi “Gangguan Kognitif Pada Orang Tua (Panti Wreda) 3”

Gambar 1. Anatomi Otak

Sumber : Adams RD, Victor M, Ropper AH. Disorders of speech and language. In: Principles of

neurology. 8th ed. New York: Mc Graw-Hill Inc; 2005. p. 413-28.

Sistem saraf pusat (SSP) terdiri dari otak dan medulla spinalis yang

dilindungi tulang kranium dan kanal vertebral. Sistem saraf perifer meliputi seluruh

jaringan saraf lain dalam tubuh. Sistem ini terdiri dari saraf cranial dan saraf spinal

yang menghubungkan otak dan medulla spinalis dengan reseptor dan efektor. Secara

fungsional sistem saraf perifer terbagi menjadi sistem aferen dan sistem eferen.

Saraf aferen (sensorik) mentransmisi informasi dari reseptor sensorik ke SSP. Saraf

eferen (motorik) mentransmisi informasi dari SSP ke otot dan kelenjar (Guyton,

2012).

Sistem eferen dari sistem saraf perifer memiliki dua sub divisi :

1. Divisi somatic (volunter) berkaitan dengan perubahanϑ lingkungan

eksternal dan pembentukan respons motorik volunteer pada otot rangka.

Blok XIV “Kedokteran Jiwa & Fungsi Luhur” 9

Page 10: DEMENSIA

Tugas Pengenalan Profesi “Gangguan Kognitif Pada Orang Tua (Panti Wreda) 3”

2. Divisi otonom (involunter) mengendalikan seluruh respon involunter

pada otot polos, otot jantung dan kelenjar dengan cara mentransmisi

impuls saraf melalui dua jalur

Saraf simpatis berasal dari area toraks dan lumbal pada medulla

spinalis

Saraf parasimpatis berasal dari area otak dan sacral pada medulla

spinalis.

Sebagian besar organ internal di bawah kendali otonom memiliki

inervasi simpatis dan parasimpatis.

Sistem pendorong aktivitas manusia dilakukan melalui penjalan sinyal

saraf yang terus-menerus dari otak rendah ke cerebrum. Sinyal-sinyal saraf pada

batang otak mengaktfkan bagian cerebral melalui dua cara yaitu

1. dengan merangsang aktivitas neuron pada daerah otak secara

langsung

2. dengan mengaktifkan sistem neurohormonal yang melepaskan

substasi neurotransmiter mnyerupai hormon, substansi ini

memberi pengaruh fasilitasi atau inhibisi spesifik ke dalam

daerah terpilih pada otak

Fungsi kognitif sesorang dipengaruhi oleh suatu sistem yang disebut

sistem limbik. Struktur limbik terdiri dari amigdala,hipotalamus, hipokamus,

nukleus talamik anterior, girus subkalosus, girus cinguli, girus parahipokampus,

formasio hipikampus dan korpus mammilare, alvevus, fimbria, forniks, traktus

mamilotalamikus dan striaer terminalis. Peran sentral sistem limbik meliputi

Blok XIV “Kedokteran Jiwa & Fungsi Luhur” 10

Page 11: DEMENSIA

Tugas Pengenalan Profesi “Gangguan Kognitif Pada Orang Tua (Panti Wreda) 3”

memori pembelajaran, motivasi, emosi, fungsi neuroendokrin dan fungsi

otonom.

1. Amigdala terlibat dalam pengaturan emosi, tampaknya juga amigdala

berproyeksi pada pada jalur sistim limbik seseorang dalam

hubungannya dengan alam sekitar dan alam pikiran

2. Hipokamus terlibat dalam pembentukan memori jangka panjang,

pemeliharaan fungsi kognitif yaitu proses belajar

3. Girus parahipokampus berperan dalam membentuk memori spasial

4. Girus cinguli mengatur fungsi otonom seperti denyut jantungm tekanan

darah dan kognitif yaitu atensi. Kortek cinguli anterior (ACC)

merupakan struktur limbik terluas berfungsi pada afektif, kognitif,

otonom, perilaku dan motorik

5. Forniks membawa sinyal dari hipokampus ke mammilary body

6. Hipotalamus merupakan pusat dari sistim limbik. Juga berperan dalam

pengaturan fungsi vegetatif

7. Talamus merupakan pusat hantaran rangsangan dari perifer ke kortek

cerebri

8. Mammilary body berperan dalam pembentukan memori dan

pembelajaran

9. Girus dentatus berperan dalam memori baru dan kebahagiaan

10. Kortek cerebral merupakan pusat dari pengaturan asosiasi.

(Guyton, 2012)

Blok XIV “Kedokteran Jiwa & Fungsi Luhur” 11

Page 12: DEMENSIA

Tugas Pengenalan Profesi “Gangguan Kognitif Pada Orang Tua (Panti Wreda) 3”

2.2. Definisi Kognitif

Kognitif merupakan istilah ilmiah untuk proses berpikir. Kognitif adalah

kepercayaan seseorang tentang sesuatu yang didapatkan dari proses berpikir

tentang seseorang atau sesuatu (Ramdhani, 2008). Kognitif merupakan

kepercayaan seseorang tentang sesuatu yang didapatkan dari proses berfikir dan

memperoleh pengetahuan melalui aktivitas mengingat, menganalisa, memahami,

menilai, membayangkan dan berbahasa (Johnson, 2005). Berdasarkan uraian

diatas dapat disimpulkan pengertian dari kognitif yaitu proses berfikir seseorang

untuk memperoleh pengetahuan dengan cara mengingat, memahami, menilai

sesuatu.

2.3. Fungsi Kognitif pada Lansia

Pada lanjut usia selain mengalami kemunduran fisik juga sering

mengalami kemunduran fungsi intelektual termasuk fungsi kognitif.

Kemunduran fungsi kognitif dapat berupa mudah lupa (forgetfulness) bentuk

gangguan kognitif yang paling ringan diperkirakan dikeluhkan oleh 39% lanjut

usia yang berusia 50-59 tahun, meningkat menjadi lebih dari 85% pada usia

lebih dari 80 tahun.. Mudah lupa ini bisa berlanjut menjadi gangguan kognitif

ringan (Mild Cognitive Impairment-MCI) sampai ke demensia sebagai bentuk

klinis yang paling berat (Ramdhani, 2008).

Blok XIV “Kedokteran Jiwa & Fungsi Luhur” 12

Page 13: DEMENSIA

Tugas Pengenalan Profesi “Gangguan Kognitif Pada Orang Tua (Panti Wreda) 3”

2.4. Gangguan Kognitif

2.3.1 Forgetfullness (Mudah Lupa)

Mudah lupa masih dianggap normal dan gangguan ini sering

dialami subyek usia lanjut. Frekuensinya meningkat sesuai peningkatan

umur. Lebih kurang 39% pada umur 50-60 tahun dan angka ini menjadi

85% pada umur di atas 80 tahun. Istilah yang sering digunakan dalam

kelompok ini adalah Benign Senescent Forgetfulness (BSF) atau Age

Associated Memory Impairment (AAMI). Ciri-ciri kognitifnya adalah

proses berfikir melambat; kurang menggunakan strategi memori yang

tepat; kesulitan memusatkan perhatian; mudah beralih pada hal yang

kurang perlu; memerlukan waktu yang lebih lama untuk belajar sesuatu

yang baru; memerlukan lebih banyak petunjuk/isyarat (cue) untuk

mengingat kembali (Kusumoputro, 2003).

2.3.1.1 Etiologi

Faktor resiko mudah lupa bisa terjadi pada orang-orang

yang sangat sibuk, selalu terburu- buru, kurang tidur, sehingga

sulit untuk berkonsentrasi. Banyak sekali penyebab mudah lupa

(forgetfulness). Mudah lupa atau gangguan memori dapat

disebabkan oleh banyak hal, misalnya:

1. Cedera kepala

2. Infeksi susunan saraf pusat

3. Gangguan metabolik, seperti gangguan hormonal dan

gangguan elektrolit

Blok XIV “Kedokteran Jiwa & Fungsi Luhur” 13

Page 14: DEMENSIA

Tugas Pengenalan Profesi “Gangguan Kognitif Pada Orang Tua (Panti Wreda) 3”

4. Gangguan suplai aliran darah ke otak yang

mengakibatkan kerusakan sel di otak.

(Kusumoputro, 2003)

2.3.1.2 Gejala Klinis Mudah Lupa

Gejala klinis mudah lupa, yaitu:

1. Mudah lupa nama benda, nama orang

2. Memanggil kembali memori (recall) terganggu

3. Mengingat kembali memori (retrieval) terganggu

4. Bila diberi petunjuk (cue) bisa mengenal kembali

5. Lebih sering menjabarkan fungsi atau bentuk daripada

menyebutkan namanya.

(Kusumoputro, 2003)

2.3.2 Mild Cognitive Impairment (MCI)

Mild Cognitive Impairment (MCI) merupakan stadium gangguan

kognitif yang melebihi perubahan normal yang terkait dengan

penambahan usia, akan tetapi aktivitas fungsional masih normal dan

belum memenuhi kriteria demensia. Mild Cognitive Impairment

merupakan suatu keadaan transisi antara kognisi pada proses penuaan

yang normal dengan demensia ringan. Istilah MCI secara luas dapat

diartikan sebagai stadium/tahapan intermediet penurunan kognitif,

terutama yang mengenai gangguan fungsi memori, yang diduga

merupakan prediktif demensia, terutama demensia Alzheimer.

Blok XIV “Kedokteran Jiwa & Fungsi Luhur” 14

Page 15: DEMENSIA

Tugas Pengenalan Profesi “Gangguan Kognitif Pada Orang Tua (Panti Wreda) 3”

Fenomena MCI terutama dipergunakan sebagai “peringatan” bahwa

penyandangnya mempunyai resiko tinggi untuk mengidap demensia

Alzheimer dan merupakan fase transisi antara gangguan memori

fisiologis dan patologis (Kusumoputro, 2003).

2.3.2.1 Epidemiologi

Pada penelitian Canadian Study of Health and Aging,

didapati angka prevalensi dari MCI sekitar 17%. Angka

prevalensi untuk gangguan memori yang berhubungan dengan

usia didapati berkisar antara 17% sampai 34%. Seseorang dengan

MCI mempunyai resiko untuk menjadi AD dengan kecepatan

setiap tahunnya 10-12%, dan semakin cepat progresifitasnya bila

MCI ini disertai dengan kelainan pada APOEє4 dan hasil MRI

hipokampus (Riyanto, 2014).

2.3.2.2 Etiologi

Para peneliti telah mengidentifikasi sejumlah factor yang

dapat menyebabkan penurunan kognitif, antara lain :

a) Diet

Dalam stdi prospektif, ± 500 demensia tanpa

gejala klinis berusai ≥ dievaluasi. Diet mereka dinilai

pada awal penelitian dan peserta di-scrining terhadap

demensia dalam 2 tahun berikutnya. Setelah

menyesuaikan dengan factor-faktor lain. Subjek dengan

Blok XIV “Kedokteran Jiwa & Fungsi Luhur” 15

Page 16: DEMENSIA

Tugas Pengenalan Profesi “Gangguan Kognitif Pada Orang Tua (Panti Wreda) 3”

diet lemak total tertinggi mimiliki factor risiko relatof

terhadap timbulnya demensia (Anderson, 2010).

b) Inflamasi

Sindrom metabolic dan tingkat inflamasi tinggi

secara bersamaan, akan mengalami kerusakan kognitif

lebih besar daripada yang tidak keduanya. Sindrom

metabolic merupakan kelompok kelainan meliputi

hipertensi, kadar insulin tinggi, obesitas dan kadar lemak

abnormal. Hal ini berkaitan erat dengan peningkatan

risiko serangan jantung dan stroke (Anderson, 2010).

c) Radikal bebas

Radikal bebas merupakan molekul sangat stabil

yang bereaksi dengan molekul lain dalam proses oksidasi.

Area tubuh dengan output energy tinggi, seperti otak,

sangat rentan terhadap radikal bebas. Tubuh memerlukan

antioksidan untuk menangkal radikal bebas yaitu

superoxide dismutase, vitamin C dan E.

d) Penyakit vascular

Aterosklerosis pada pembuluh darah otak dapat

menurunkan aliran darah otak dan meningkatkan risiko

stroke. Aliran darah yang berkurang dapat menyebabkan

Blok XIV “Kedokteran Jiwa & Fungsi Luhur” 16

Page 17: DEMENSIA

Tugas Pengenalan Profesi “Gangguan Kognitif Pada Orang Tua (Panti Wreda) 3”

sel saraf diotak akan hilang sebelum waktunya, sehingga

terjadi penurunan fungsi mental.

e) Stress

Laki-laki yang lebih tua dengan peningkatan kadar

epinefrin lebih mungkin untuk menderita gangguan

kognitif ringan. Hal ini juga membuktikan bahwa

peristiwa stress besar dapat memberikan suatu efek

kumulatif selama seumur hidup yang memperparah

penurunan kognitif (Anderson, 2010).

2.3.2.3 Gejala Klinis MCI

Kebanyakan pasien MCI dapat menjalani hidup normal.

Secara umum mereka tidak mengalami kesulitan berpikir dan

dapat bercakap normal, berpartisipasi dan hidup bermasyarakat

secara normal. Mereka cenderung untuk mudah lupa dan bila

mengerjakan sesuatu selalu berbelit-belit. Bila MCI berlanjut,

permasalahan memori menjadi lebih jelas. Kemungkinan

keluarga dan teman-teman akan menjumpai tanda-tanda sebagai

berikut:

a) Mengajukan pertanyaan yang sama berulang-ulang

b) Menceritakan, cerita yang sama atau memberikan informasi

berulang kali

c) Kurang inisiatif pada awal atau menyelesaikan aktivitas

Blok XIV “Kedokteran Jiwa & Fungsi Luhur” 17

Page 18: DEMENSIA

Tugas Pengenalan Profesi “Gangguan Kognitif Pada Orang Tua (Panti Wreda) 3”

d) Kesulitan dalam membayar pajak

e) Pada waktu melakukan percakapan dan aktivitas kurang

bermanfaat

f) Tidak mampu untuk mengikuti tugas yang rumit

MCI sulit untuk bisa langsung mendiagnosis karena :

Tidak ada spesifik test yang dapat digunakan untuk

mendiagnosa MCI

Tanda dan Gejala klinis sering tidak seluruhnya

dimiliki oleh pasien

Penurunan fungsi memori seringkali timbul secara

bertahap

Beberapa penyakit lain dapat menimbulkan gejala dan

tanda klinis yang serupa.

(Poerwadi, 2005)

2.3.2.4 Diagnosis

Diagnosis MCI dapat dibuat dengan kriteria menurut the

Quality Standards Subcommittee of the American Academy of

Neurology sebagai berikut:

a) Keluhan memori, terutama disampaikan oleh orang lain

b) Gangguan memori obyektif

c) Fungsi kognitif umum normal

d) Aktivitas kehidupan sehari-hari intak

e) Tidak ada demensia.

Blok XIV “Kedokteran Jiwa & Fungsi Luhur” 18

Page 19: DEMENSIA

Tugas Pengenalan Profesi “Gangguan Kognitif Pada Orang Tua (Panti Wreda) 3”

(Poerwadi, 2005)

Diagnosis MCI dapat dibagi atas 4 subtipe klinis;

a) Amnestic MCI - single domain: terdapat gangguan memori

dengan tidak adanya gangguan dari area fungsi kognitif yang

lain seperti atensi, orientasi, bahasa dan visuospatial.

b) Amnestic MCI - multiple domain: terdapat gangguan memori

ditambah satu atau lebih gangguan dari area fungsi kognitif

yang lainnya.

c) Non Amnestic MCI - single domain: terdapat gangguan pada

satu area fungsi kognitif tanpa adanya gangguan dari area

fungsi memori.

d) Non Amnestic MCI - multiple domain: terdapat gangguan

pada dua atau lebih area fungsi kognitif tanpa adanya

gangguan dari area fungsi memori.

Keempat subtipe klinis tersebut berbeda dalam hal

etiologi dan outcome nya. Amnestic MCI (single domain lebih

baik dari yang multiple domain) mempunyai kemungkinan yang

lebih besar mengalami progresifitas menjadi penyakit demensia

Alzheimer. Sedangkan subtipe non-Amnestic mempunyai

kemungkinan mengalami progresifitas menjadi penyakit

demensia non- Alzheimer (Fink, 2004).

Blok XIV “Kedokteran Jiwa & Fungsi Luhur” 19

Page 20: DEMENSIA

Tugas Pengenalan Profesi “Gangguan Kognitif Pada Orang Tua (Panti Wreda) 3”

Untuk evaluasi diagnosis dari MCI diperlukan wawancara

klinis terhadap pasien dan informan yang dapat dipercaya seperti

pengasuh, pasangan hidup ataupun rekan kerja. Selain itu

dilakukan pemeriksaan neurologi.

2.3.2.5 Tatalaksana

Tujuan penatalaksanaan pada Mild Cognitive Impairment

terbagi menjadi tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek,

yaitu:

1. Tujuan Jangka Pendek

Mengurangi gejala atau minimal mencegah menjadi

lebih buruk

Meningkatkan kemampuan pasien untuk

mengembalikan ke kehidupan yang normal

Mengembalikan kemandirian diri

2. Tujuan Jangka Panjang

Jika tidak memungkinkan mencegah demensia paling tidak

memperlambat onsetnya.

(Poerwadi, 2005)

Counseling dan Support

Penting dilakukan agar setiap anggota keluarga dapat

mengerti keadaan pasien dan mencegah terjadinya komplikasi

akibat gangguan memori maupun kognitif. Sehingga perwatan

Blok XIV “Kedokteran Jiwa & Fungsi Luhur” 20

Page 21: DEMENSIA

Tugas Pengenalan Profesi “Gangguan Kognitif Pada Orang Tua (Panti Wreda) 3”

dan pengobatan pasien dengan MCI dapat dilakukan secara

optimal (Paul, 2006).

Memory Training Program

Tujuan utama adalah meningkatkan fungsi memori, serta

mengurangi keluhan memori dan meningkatkan kualitas

kehidupan sehari-hari (Paul, 2006).

Obat-obatan

Pengobatan farmakologi terhadap MCI akan dianggap

berhasil jika dapat mencegah perkembangan defisit kognitif dan

fungsional dan pengembangan menjadi demensia. Namun,

sampai sekarang tidak ada pengobatan yang berhasil. Dalam uji

klinis secara acak, cholinesterase inhibitor, rofecoxib (obat anti-

inflamasi non-steroid), dan vitaminE telah gagal untuk mencegah

perubahan MCI menjadi demensia. Donepezil ditemukan dalam

percobaan klinis acak memiliki efek pencegahan sementara

selama 1 tahun, dengan efek yang lebih besar dan berkelanjutan

pada subyek yang memiliki setidaknya satu alel apoE4. Hasil ini

dapat mendorong beberapa dokter untuk menggunakan Donepezil

pada pasien MCI, namun bukti tersebut tidak cukup kuat untuk

dijadikan sebuah rekomendasi untuk penggunaan rutin (Paul,

2006).

Blok XIV “Kedokteran Jiwa & Fungsi Luhur” 21

Page 22: DEMENSIA

Tugas Pengenalan Profesi “Gangguan Kognitif Pada Orang Tua (Panti Wreda) 3”

Perubahan Gaya Hidup

Bukti dari studi epidemiologi longitudinal menunjukkan

bahwa latihan dan aktivitas fisik berhubungan dengan rendahnya

resiko menderita demensia. Kekuatan hubungan tersebut

tampaknya terkait tidak hanya dengan jumlah kalori yang

dikeluarkan pada latihan, tetapi juga dengan jumlah kegiatan

yang dilakukan, yang menunjukkan bahwa ada sinergi antara

latihan dan stimulasi kognitif (Paul, 2006).

Peran stimulasi kognitif kurang kuat. Penelitian telah

menemukan penurunan risiko demensia pada orang yang terlibat

dalam beragam kegiatan seperti teka-teki silang, menari, dan

pekerjaan sukarela. Ada tema-tema umum dalam temuan ini,

khususnya stimulasi kemampuan verbal dan bahasa, dan

beberapa asosiasi menarik. Misalnya menari, jelas melibatkan

koordinasi psikomotorik kompleks. Studi-studi observasional

hanya menawarkan bukti-bukti terbatas, tetapi pasien dengan

MCI tetap disarankan untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang

dapat meningkatkan stimulasi kognitif, terutama kegiatan yang

melibatkan bahasa dan koordinasi psikomotorik (Paul, 2006).

Blok XIV “Kedokteran Jiwa & Fungsi Luhur” 22

Page 23: DEMENSIA

Tugas Pengenalan Profesi “Gangguan Kognitif Pada Orang Tua (Panti Wreda) 3”

2.3.3 Demensia

Demensia (pikun) adalah kemunduran kognitif yang sedemikian

beratnya sehingga menggangu aktivitas sehari-hari dan aktivitas sosial.

Kemunduran kognitif pada demensia biasanya diawali dengan

kemunduran memori/daya ingat atau pelupa (Nugroho,2008). Demensia

atau pikun adalah penurunan fungsi intelektual dan daya ingat secara

perlahan-lahan akibat menurunya fungsi bagian luar jaringan otak,

sehingga memengaruhi aktivitas kehidupan sehari-hari seperti

menurunya kemampuan dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi

dalam kehidupan sehari- hari, kemampuan dalam berkomunikasi dan

berbahasa, serta dalam pengendalian emosi ( Atun 2010). Berdasarkan

pengertian tersebut dapat disimpulkan demensia adalah suatu keadaan

dimana terjadi penurunan kognitif yang diawali dengan kemunduran

daya ingat sehingga mempengaruhi aktivitas kehidupan sehari-hari.

2.3.3.1 Epidemiologi

Demensia pada dasarnya adalah penyakit kaum lansia.

Menurut practice guideline for the treatment of patients with

alzheimer’s disease and other dementians of late life dari The

Americans Psychiatric Association (APA), awitan penyakit ini

umumnya kerap terjadi pada usia 60-an, 70-an,dan 80-an keatas.

Namun pada kasus yang jarang gangguan ini muncul pada usia

40-an dan 50-an (disebut sebagai demensia awitan dini) (Sadock,

2010).

Blok XIV “Kedokteran Jiwa & Fungsi Luhur” 23

Page 24: DEMENSIA

Tugas Pengenalan Profesi “Gangguan Kognitif Pada Orang Tua (Panti Wreda) 3”

Tipe demensia tersering kedua adalah demensia vaskuler.

Demensia vaskuler mencangkup 15 sampai 30 persen seluruh

kasus demensia. Demensia vaskuler paling sering terjadi pada

orang berusia antara 60 sampai 70 tahun dan lebih sering terjadi

pada pria dibandingkan wanita (Sadock, 2010).

2.3.3.2 Etiologi Demensia

Beberapa penyebab demensia antara lain adanya tumor

pada jaringan otak atau metastasis tumor dari luar jaringan otak,

mengalami trauma atau benturan yang mengakibatkan perdarahan

dan terjadinya infeksi kronis kelainan jantung dan pembuluh

darah. Demensia juga disebabkan oleh kelainan kongenital seperti

penyakit Huntington, dan penyakit Metachromatic

leukodystrophy (kelainan dari bagian putih jaringan otak) (Atun

2010).

2.3.3.3 Klasifikasi Demensia

Demensia terbagi atas 2 dimensi menurut umur dan

menurut level kortikal. Demensia menurut umur terbagi atas,

Demensia senilis lansia yang berumur > 65 tahun dan demensia

presenilis lansia yang berumur < 65 tahun. Sedangkan demensia

menurut level kortikal terbagi atas, demensia kortikal terjadi

karena adanya gangguan fungsi luhur; afasia, agnosia, apraksia

Blok XIV “Kedokteran Jiwa & Fungsi Luhur” 24

Page 25: DEMENSIA

Tugas Pengenalan Profesi “Gangguan Kognitif Pada Orang Tua (Panti Wreda) 3”

sedangkan demensia subkortikal terjadi gangguan yaitu apatis,

forgetful, lamban, adanya gangguan gerak (Sjahrir 2004).

Demensia dapat diklasifikasikan berdasarkan umur,

perjalanan penyakit, kerusakan struktur otak, sifat klinisnya dan

menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa

di Indonesia III (PPDGJ III) (Maslim, 2014).

1. Menurut Umur:

a) Demensia senilis (>65th)

b) Demensia prasenilis (<65th)

2. Menurut perjalanan penyakit:

a) Reversibel

b) Ireversibel (Normal pressure hydrocephalus, subdural

hematoma, defisiensi vitamin B, hipotiroidism, intoksikasi

Pb)

3. Menurut kerusakan struktur otak

a) Tipe Alzheimer

b) Tipe non-Alzheimer

c) Demensia vascular

d) Demensia Jisim Lewy (Lewy Body dementia)

e) Demensia Lobus frontal-temporal

f) Demensia terkait dengan HIV-AIDS

g) Morbus Parkinson

Blok XIV “Kedokteran Jiwa & Fungsi Luhur” 25

Page 26: DEMENSIA

Tugas Pengenalan Profesi “Gangguan Kognitif Pada Orang Tua (Panti Wreda) 3”

h) Morbus Huntington

i) Morbus Pick

j) Morbus Jakob-Creutzfeldt

k) Sindrom Gerstmann-Sträussler-Scheinker

l) Prion disease

m) Palsi Supranuklear progresif

n) Multiple sklerosis

o) Neurosifilis

p) Tipe campuran

4. Menurut sifat klinis:

a) Demensia proprius

b) Pseudo-demensia

2.3.3.4 Stadium Demensia

Blok XIV “Kedokteran Jiwa & Fungsi Luhur” 26

Page 27: DEMENSIA

Tugas Pengenalan Profesi “Gangguan Kognitif Pada Orang Tua (Panti Wreda) 3”

Blok XIV “Kedokteran Jiwa & Fungsi Luhur” 27

Stadium demensia di bagi menjadi 3 yaitu stadium awal,

stadium menengah, stadium akhir.

Stadium awal

Gejala stadium awal yang dialami lansia menunjukan

gejala sebagai yaitu kesulitan dalam berbahasa dan komunikasi

mengalami kemunduran daya ingat serta disorientasi waktu dan

tempat.

Stadium menengah

Pada stadium menengah, demensia ditandai dengan mulai

mengalami kesulitan melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari

dan menunjukan gejala seperti mudah lupa, terutama untuk

peristiwa yang baru dan nama orang. Tanda lainnya adalah

sangat bergantung dengan orang lain dalam melakukan sesuatu

misalnya ke toilet, mandi dan berpakaian.

Stadium lanjut

Pada stadium lanjut, lansia mengalami ketidakmandirian

dan in aktif yang total serta tidak mengenali lagi anggota

keluarga (disorientasi personal). Lansia juga sukar memahami

dan menilai peristiwayang telah dialaminya (Nugroho 2008).

Page 28: DEMENSIA

Tugas Pengenalan Profesi “Gangguan Kognitif Pada Orang Tua (Panti Wreda) 3”

2.3.3.5 Gejala Klinis Demensia

Ciri kepribadian yang telah ada sebelumnya dapat

semakin menojol selama perkembangan demensia. Pasien

demensia mungkin juga menjadi introvert dan tampak kurang

peduli dibandingkan sebelumnya akan efek prilaku mereka

terhadap orang lain. Penderita demensia yang memiliki waham

paranoid biasanya bermusuhan dengan anggota keluarga dan

perawatnya. Pasien dengan keterlibatan frontal dan temporal

cendrung mengalami perubahan kepribadian yang nyata dan

mungkin menjadi irritable serta eksplosif (Sadock, 2010).

Diperkirakan sekitar 20 sampai 30 persen pasien

demensia, terutama pasien demensia tipe alzheimer, mengalami

halusinasi, dan 30 sampai 40 mengalami waham, terutama yang

bersifat paranoid atau persekutorik dan nonsistematis, meski

waham yang kompleks menetap dan sistematis juga dilaporkan

oleh pasien ini. Agresi fisik dan bentuk kekerasan lain lazim

dijumpai pada pasien demensia yang juga mengalami gejala

psikotik (Sadock, 2010).

2.3.3.6 Diagnosis

Blok XIV “Kedokteran Jiwa & Fungsi Luhur” 28

Page 29: DEMENSIA

Tugas Pengenalan Profesi “Gangguan Kognitif Pada Orang Tua (Panti Wreda) 3”

Untuk pemeriksaan pada lansia yang mengalami dimensia

dibagi atas pemeriksaan elektrofisiologis, neuro imaging.

Beberapa langkah praktis yang dapat dilakukan antara lain :

1. Riwayat medik umum

Perlu ditanyakan apakah penyandang mengalami

gangguan medik yang dapat menyebabkan demensia seperti

hipotiroidism, neoplasma, infeksi kronik. Penyakit jantung

koroner, gangguan katup jantung, hipertensi, hiperlipidemia,

diabetes dan arteriosklerosis perifer mengarah ke demensia

vaskular. Pada saat wawancara biasanya pada lansia demensia

sering menoleh yang disebut head turning sign.

2. Riwayat neurologi umum

Gejala penyerta demensia seperti gangguan motorik,

sensorik, gangguan berjalan, nyeri kepala saat awitan demesia

lebih mengindikasikan kelainan struktural dari pada sebab

degeneratif.

3. Riwayat neurobehavioral

Anamnesa kelainan neurobehavioral penting untuk

diagnosis demensia atau tidaknya seseorang. Hal ini meliputi

komponen memori (memori jangka pendek dan memori

jangka panjang) orientasi ruang dan waktu, kesulitan bahasa,

fungsi eksekutif, kemampuan mengenal wajah orang,

Blok XIV “Kedokteran Jiwa & Fungsi Luhur” 29

Page 30: DEMENSIA

Tugas Pengenalan Profesi “Gangguan Kognitif Pada Orang Tua (Panti Wreda) 3”

bepergian, mengurus uang dan membuat keputusan (Asosiasi

Alzheimer Indonesia, 2003).

2.3.3.7 Tatalaksana

Langkah pertama adalah verifikasi diagnosis. Tindakan

preventif penting dilakukan, terutama pada demensia vaskular.

Tindakan tersebut meliputi diet, olahraga, serta pengendalian

diabetes dan hipertensi. Obat farmakologis dapat mencakup obat

antihipertensi, antikoagulan, antiplatelet. Pengendalian tekanan

darah harus bertujuan mencapai batas yang lebih tinggi dari

kisaran normal. Pilihan obat antihipertensi dapat sangat

signifikan mengingan agen penyekat-ᵝ dikaitkan dengan hendaya

kognitif yang lebih besar. Penghambat enzim pengubah

angiotensin (ACEI) dan diuretik tidak dikaitkan dengan hendaya

kognitif yang lebih berat dan dianggap dapat menurunkan

tekanan darah tanpa mempengaruhi aliran darah cerebral.

Pendekatan pengobatan pada pasien demensia secara umum

adalah memberikan pelayanan medis suportif, dukungan

emosional untuk pasien dan keluarga, serta terapi farmakologis

untuk gejala spesifik, termasuk perilaku yang menganggu

(Sadock, 2010).

2.4 Instrumen Penilaian Fungsi Kognitif                               

2.4.1 Aktivitas hidup sehari-hari (Activity Daily Living) pada Lansia

Blok XIV “Kedokteran Jiwa & Fungsi Luhur” 30

Page 31: DEMENSIA

Tugas Pengenalan Profesi “Gangguan Kognitif Pada Orang Tua (Panti Wreda) 3”

Salah satu tanda kesehatan adalah adanya kemampuan seseorang

melakukan aktivitas, seperti berdiri, berjalan dan bekerja. Kemampuan

aktivitas seseorang tidak terlepas dari keadekuatan sistem persyarafan

dan muskuloskeletal diantaranya dalam sistem saraf, lansia mengalami

penurunan koordinasi dan kemampuan dalam melakukan aktivitas

sehari-hari (Agung, 2006).

Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak dimana

manusia memerlukan hal tersebut agar dapat memenuhi kebutuhan

hidup. Aktivitas kegiatan sehari-hari adalah hal –hal yang dilakukan

seseorang dengan dirinya sendiri dalam mempertahankan hidup,

kesehatan, dan kesejahteraan. Aktivitas ini meliputi kebersihan diri,

mandi, berpakaian, makan, buang air kecil dan air besar serta berpindah

(Agung, 2006).

Kemampuan dan ketidakmampuan dalam melakukan aktivitas

sehari-hari dapat diukur dengan menggunakan indekz Barthel. Indeks

Barthel adalah suatu alat yang cukup sederhana untuk menilai

perawatan diri, dan mengukur harian seseorang berfungsi secara khusus

dalam aktivitas sehari-hari dan mobilitas. Menurut penelitian Agung

(2006), Aktivitas Hidup Sehari-hari Barthel merupakan instrumen ukur

yang andal dan shahih serta dapat digunakan untuk mengukur status

fungsional dasar usia lanjut di Indonesia.

Berdasarkan Indeks Aktivitas Hidup Sehari-hari (Activity Daily

Living) Barthel, tingkat ketergantungan klien terdiri dari mandiri,

ketergantungan ringan, ketergantungan sedang, ketergantungan berat,

Blok XIV “Kedokteran Jiwa & Fungsi Luhur” 31

Page 32: DEMENSIA

Tugas Pengenalan Profesi “Gangguan Kognitif Pada Orang Tua (Panti Wreda) 3”

dan ketergantungan total. Indeks Barthel terdiri dari sepuluh aktivitas

yaitu meliputi pengendalian rangsang BAB, BAK, membersihkan diri

(sikat gigi, memasang gigi palsu, sisir rambut, bercukur, cuci muka),

penggunaan jamban/toilet, masuk dan keluar WC (melepas, memakai

celana, membersihkan/menyeka, menyiram), makan, berpindah posisi

dari tempat tidur ke kursi dan sebaliknya, mobilitas/berjalan, memakai

baju, naik turun tangga dan mandi. Penilaian indeks Barthel

berdasarkan pada pengamatan, wawancara penilai terhadap aktivitas

yang benar-benar dikerjakan oleh responden. Kemudian nilai dari setiap

item akan di jumlahkan untuk mendapatkan skor total dengan skor

maksimum adalah 20 (Agung, 2006).

Tabel 1. Instrumen Pengkajian Aktivitas Hidup Sehari-hari dengan Indeks Barthel

No. Aktivitas Kemampuan Skor

1. Mengendalikan rangsang

buang air besar (BAB)

Tidak terkendali / tidak teratur 0

Kadang kala tidak terkendali 1

Terkendali teratur 2

2. Mengendalikan rangsang

buang air kecil (BAK)

Tidak terkendali 0

Kadang kala tidak terkendali 1

Terkendali teratur 2

3. Membersihkan diri

(menyikat gigi, memasang

gigi palsu, menyisir

rambut, bercukur, cuci

Membutuhkan bantuan orang

lain

0

Mandiri 1

Blok XIV “Kedokteran Jiwa & Fungsi Luhur” 32

Page 33: DEMENSIA

Tugas Pengenalan Profesi “Gangguan Kognitif Pada Orang Tua (Panti Wreda) 3”

muka)

4. Penggunaan jamban /

toilet, masuk dan keluar

wc (melepas, memakai

celana,

membersihkan/menyeka,

menyiram)

Tergantung pertolongan orang

lain

0

Perlu bantuan pada beberapa

aktivitas

1

Mandiri 2

5. Makan Tidak mampu 0

Perlu dibantu memotong

makanan

1

Mandiri 2

6. Berpindah posisi dari

tempat tidur ke kursi dan

sebaliknya

Tidak mampu 0

Perlu banyak bantuan untuk

bisa duduk

1

Perlu sedikit bantuan saja 2

Mandiri 3

7. Mobilitas / berjalan Tidak mampu (imobilitas) 0

Bisa pindah / mobilitas

dengan kursi roda

1

Berjalan dengan bantuan 1

orang

2

Mandiri 3

8. Memakai baju/ berpakaian Tergantung bantuan orang lain 0

Sebagian dibantu orang lain

(misal mengancing baju,

1

Blok XIV “Kedokteran Jiwa & Fungsi Luhur” 33

Page 34: DEMENSIA

Tugas Pengenalan Profesi “Gangguan Kognitif Pada Orang Tua (Panti Wreda) 3”

resleting)

Mandiri 2

9. Naik turun tangga Tidak mampu 0

Butuh bantuan orang lain 1

Mandiri 2

10. Mandi Tergantung orang lain 0

Mandiri 1

(Modifikasi Indeks Barthel menurut Collin C Wade DT dalam Agung, 2006)

Nilai Aktivitas Hidup Sehari-hari = 20 : Mandiri

12– 19 : Ketergantungan Ringan

9– 11 : Ketergantungan Sedang

5– 8 : Ketergantungan Berat

0– 4 : Ketergantungan Total

2.4.2 Mini Mental Status Examination (MMSE)

Mini Mental Status Examination merupakan pemeriksaan status

mental singkat dan mudah diaplikasikan yang telah dibuktikan sebagai

instrumen yang dapat dipercaya serta valid untuk mendeteksi dan

mengikuti perkembangan gangguan kognitif yang berkaitan dengan

penyakit neurodegeneratif. Mini Mental Status Examination menjadi

Blok XIV “Kedokteran Jiwa & Fungsi Luhur” 34

Page 35: DEMENSIA

Tugas Pengenalan Profesi “Gangguan Kognitif Pada Orang Tua (Panti Wreda) 3”

suatu metode pemeriksaan status mental yang digunakan paling banyak

di dunia. Tes ini telah diterjemahkan ke beberapa bahasa dan telah

digunakan sebagai instrumen skrining kognitif primer pada beberapa

studi epidemiologi skala besar demensia (Zulsita, 2010).

Mini Mental Status Examination (MMSE) merupakan suatu skala

terstruktur yang terdiri dari 30 poin yang dikelompokkan menjadi 7

kategori terdiri dari orientasi terhadap tempat (negara, provinsi, kota,

gedung dan lantai), orientasi terhadap waktu (tahun, musim, bulan, hari

dan tanggal), registrasi (mengulang dengan cepat 3 kata), atensi dan

konsentrasi (secara berurutan mengurangi 7, dimulai dari angka 100, atau

mengeja kata WAHYU secara terbalik), mengingat kembali (mengingat

kembali 3 kata yang telah diulang sebelumnya), bahasa (memberi nama 2

benda, mengulang kalimat, membaca dengan keras dan memahami suatu

kalimat, menulis kalimat dan mengikuti perintah 3 langkah), dan

kontruksi visual (menyalin gambar) (Asosiasi Alzheimer Indonesia,

2003).

Skor Mini Mental Status Examination (MMSE) diberikan

berdasarkan jumlah item yang benar sempurna; skor yang makin rendah

mengindikasikan gangguan kognitif yang makin parah. Skor total berkisar

antara 0-30, untuk skor 27-30 menggambarkan kemampuan kognitif

sempurna. Skor MMSE 22-26 dicurigai mempunyai kerusakan fungsi

kognitif ringan. Selanjutnya untuk skor MMSE ≤ 21 terdapat kerusakan

aspek fungsi kognitif berat dan nilai yang rendah ini mengidentifikasikan

resiko untuk demensia (Asosiasi Alzheimer Indonesia, 2003).

Blok XIV “Kedokteran Jiwa & Fungsi Luhur” 35

Page 36: DEMENSIA

Tugas Pengenalan Profesi “Gangguan Kognitif Pada Orang Tua (Panti Wreda) 3”

Tabel 2. Mini Mental Status Examination (MMSE)

Item Tes Nilai

maksimal

Nilai

ORIENTASI

1. Sekarang (tahun), (musim), (bulan),

(tanggal), hari apa?

5 ---

2. Kita berada dimana? (negara), (propinsi),

(kota), (rumah sakit), (lantai/kamar)

5 ---

REGISTRASI

3. Sebutkan 3 buah nama benda ( Apel,

Meja, Koin), tiap benda 1 detik, pasien

disuruh mengulangi ketiga nama benda

tadi. Nilai 1 untuk tiap nama benda yang

benar. Ulangi sampai pasien dapat

menyebutkan dengan benar dan catat

jumlah pengulangan

3 ---

ATENSI DAN KALKULASI

4. Kurangi 100 dengan 7. Nilai 1 untuk tiap

jawaban yang benar. Hentikan setelah 5

jawaban. Atau disuruh mengeja terbalik

kata “ WAHYU” (nilai diberi pada huruf

yang benar sebelum kesalahan; misalnya

uyahw=2 nilai)

5 ---

Blok XIV “Kedokteran Jiwa & Fungsi Luhur” 36

Page 37: DEMENSIA

Tugas Pengenalan Profesi “Gangguan Kognitif Pada Orang Tua (Panti Wreda) 3”

MENGINGAT KEMBALI (RECALL)

5. Pasien disuruh menyebut kembali 3 nama

benda di atas

3 ---

BAHASA

6. Pasien disuruh menyebutkan nama benda

yang ditunjukkan ( pensil, buku)

2 ---

7. Pasien disuruh mengulang kata-kata:”

namun”, “ tanpa”, “ bila”

1 ---

8. Pasien disuruh melakukan perintah: “

Ambil kertas ini dengan tangan anda,

lipatlah menjadi dua dan letakkan di

lantai”.

3 ---

9. Pasien disuruh membaca dan melakukan

perintah “Pejamkanlah mata anda”

1 ---

10. Pasien disuruh menulis dengan spontan 1 ---

11. Pasien disuruh menggambar bentuk di

bawah ini

1 ---

Total 30 ---

Interpretasi hasil:

Metode Skor Interpretasi

Penilaian cepat < 24 Abnormal

Blok XIV “Kedokteran Jiwa & Fungsi Luhur” 37

Page 38: DEMENSIA

Tugas Pengenalan Profesi “Gangguan Kognitif Pada Orang Tua (Panti Wreda) 3”

Range < 21 Increased odds of

dementia

< 25 Decreased odds of

dementia

Pendidikan 21 Abnormal untuk tingkat

pendidikan SMP ke

bawah

< 23 Abnormal untuk tingkat

pendidikan SMA

< 24 Abnormal untuk tingkat

pendidikan tinggi

(D3/S1/S2/S3)

Tingkat keparahan 24-30 Tidak ada gangguan

kognitif

18-23 Gangguan kognitif

ringan

0-17 Gangguan kognitif

berat

2.4.3 Montreal Cognitive Assessment (MoCA)

Salah satu tes skrining gangguan fungsi kognitif adalah dengan

menggunakan Montreal Cognitive Assesment (MoCA) yang mulai

dikembangkan pada awal tahun 2000. Tes MoCA dapat menilai fungsi

berbagai domain dalamwaktu sekitar 10 menit (Husein, 2010).

Blok XIV “Kedokteran Jiwa & Fungsi Luhur” 38

Page 39: DEMENSIA

Tugas Pengenalan Profesi “Gangguan Kognitif Pada Orang Tua (Panti Wreda) 3”

Untuk mendeteksi penderita Mild Cognitive Impairment (MCI)

dan Early Alzheimer’s disease dengan mengunakan tes MoCA dan

MMSE (Mini Mental State Examination). Dari penelitian tersebut

dengan mengunakan nilai cutt of point 26 didapatkan hasil untuk

mendeteksi MCI dengan MoCA mempunyai sensitivitas90% dan

spesifisitas 87% dengan subjek 94 orang, sedangkan MMSE

mempunyai sensitivitas 18% dan spesifisitas 100%. Pada tes MoCA

jika subjek mendapat nilai 26 maka dianggap normal (Husein, 2010).

MoCA terdiri dari 30 poin yang dapat dikerjakan kurang lebih

selama 10 menit dan menilai beberapa domain kognitif (Husein 2010):

a) Memori: menyebutkan 5 kata benda (5poin) dan

menyebutkan kembali setelah 5 menit (5 poin).

b) Visuospasial: dinilai dengan clock drawing task (3 poin) dan

mengambar kubus tiga dimensi (1 poin).

c) Fungsi eksekutif: dinilai dengan trail-making B(1 poin),

phonemic fluencytask (1 poin), dan two item verbal

abstraction (2 poin).

d) Atensi: penilaian kewaspadaan (1 poin), pengurangan

berurutan (3 poin), digits forward and backward (1 poin

masing-masing).

e) Bahasa: menyebut 3 nama binatang (singa, unta, badak; 3

poin), mengulang dua kalimat (2 poin) dan kelancaran

berbahasa (1 poin).

Blok XIV “Kedokteran Jiwa & Fungsi Luhur” 39

Page 40: DEMENSIA

Tugas Pengenalan Profesi “Gangguan Kognitif Pada Orang Tua (Panti Wreda) 3”

Tabel 3. Kuesioner MoCA-Ina

Jumlahkan semua skor sesuai daftar yang ada di sebelah kanan.

Tambahkan 1 poin untuk individu yang memiliki riwayat pendidikan

sampai berumur 12 tahun, poin maksimal berjumlah 30. Jika skor total

berjumlah lebih besar atau sama dengan 26 maka interpretasinya adalah

normal (Husein 2010).

Blok XIV “Kedokteran Jiwa & Fungsi Luhur” 40

Page 41: DEMENSIA

Tugas Pengenalan Profesi “Gangguan Kognitif Pada Orang Tua (Panti Wreda) 3”

BAB III

METODE PELAKSANAAN

3.1 Lokasi Pelaksanaan

Tugas Pengenalan Profesi dilaksanakan di Panti Wreda.

3.2 Waktu Pelaksanaan

Tugas Pengenalan Profesi dilaksanakan pada :

Blok XIV “Kedokteran Jiwa & Fungsi Luhur” 41

Page 42: DEMENSIA

Tugas Pengenalan Profesi “Gangguan Kognitif Pada Orang Tua (Panti Wreda) 3”

Hari : Disesuaikan

Tanggal : Disesuaikan

Pukul : Disesuaikan

3.3 Subyek Tugas Mandiri

Subjek tugas mandiri pada pelaksanaan TPP ini adalah adalah penderita

gangguan kognitif di Panti Wreda

3.4 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada Tugas Pengenalan profesi kali ini

adalah panduan observasi/ check list, alat tulis, dan alat perekam.

3.5 Langkah-Langkah Kerja

Langkah kerja yang dilakukan adalah:

1. Membuat proposal Tugas Pengenalan Profesi.

2. Menyiapkan daftar tilikan dalam melakukan observasi.

3. Konsultasi kepada pembimbing.

4. Menyiapkan surat permohonan izin melakukan kegiatan Tugas Pengenalan

Profesi.

5. Membuat janji dengan pihak pengelola/ narasumber.

6. Melakukan observasi .

7. Mencatat kembali hasil observasi.

8. Membuat laporan hasil Tugas Pengenalan Profesi.

9. Membuat kesimpulan hasil observasi.

Blok XIV “Kedokteran Jiwa & Fungsi Luhur” 42

Page 43: DEMENSIA

Tugas Pengenalan Profesi “Gangguan Kognitif Pada Orang Tua (Panti Wreda) 3”

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

1. Nama : Tn. T

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 62 tahun

Alamat Asal : Jawa

Pendidikan : SMA

Tanggal Masuk : 07 Desember 2013

Blok XIV “Kedokteran Jiwa & Fungsi Luhur” 43

Page 44: DEMENSIA

Tugas Pengenalan Profesi “Gangguan Kognitif Pada Orang Tua (Panti Wreda) 3”

Berdasarkan hasil pengkajian aktivitas hidup sehari-hari dengan Indeks

Barthel yang dilakukan terhadap Tn. T, diperoleh jumlah skor 20. Nilai tersebut

menunjukkaan bahwa responden tergolong mandiri atau belum terjadi gangguan

pada aktivitas hidup sehari-hari.

Pada pemeriksaan Mini Mental Status Examination (MMSE) diperoleh

skor 24, yaitu tidak terdapat gangguan kognitif. Nilai < 25 menunjukkan kecil

kemungkinan terjadinya demensia. Responden mengalami gangguan pada aspek

mengingat kembali (recall), dan kemampuan bahasa. Responden mengalami

kendala pada penglihatan karena menderita katarak, sehingga tidak mampu untuk

membaca, menulis, dan menggambar sesuai dengan perintah pada aspek tes

bahasa.

Salah satu tes skrining gangguan fungsi kognitif adalah dengan

menggunakan Montreal Cognitive Assesment (MoCA) – Ina. Berdasarkan tes

tersebut, diperoleh skor 10 (ditambah 1 poin, karena pendidikan terakhir SMA)

yang berarti abnormal. Responden mengalami gangguan pada komponen

visuospasial/eksekutif, penamaan, dan atensi karena mengalami kendala

penglihatan. Responden juga mengalami gangguan pada memori, abstraksi, dan

delayed recall.

2. Nama : Ny. MR

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 65 tahun

Alamat Asal : Jawa Barat

Pendidikan : SD

Tanggal Masuk :10 Mei 2008

Berdasarkan hasil pengkajian aktivitas hidup sehari-hari dengan Indeks

Barthel yang dilakukan terhadap Ny. MR, diperoleh jumlah skor 20. Nilai tersebut

menunjukkaan bahwa responden tergolong mandiri atau belum terjadi gangguan

pada aktivitas hidup sehari-hari.

Blok XIV “Kedokteran Jiwa & Fungsi Luhur” 44

Page 45: DEMENSIA

Tugas Pengenalan Profesi “Gangguan Kognitif Pada Orang Tua (Panti Wreda) 3”

Pada pemeriksaan Mini Mental Status Examination (MMSE) diperoleh

skor 14, yaitu terdapat gangguan kognitif berat. Nilai yang diperoleh responden

merupakan abnormal untuk metode penilaian cepat dan abnormal untuk tingkat

pendidikan SMP ke bawah. Selain itu, nilai < 21 menunjukkan kemungkinan

terjadinya demensia. Responden mengalami gangguan orientasi waktu, atensi dan

kalkulasi, mengingat kembali (recall), dan kemampuan bahasa. Responden

mengalami kendala pada penglihatan karena menderita katarak, sehingga tidak

mampu untuk membaca, menulis, dan menggambar sesuai dengan perintah pada

aspek tes bahasa.

Salah satu tes skrining gangguan fungsi kognitif adalah dengan

menggunakan Montreal Cognitive Assesment (MoCA) – Ina. Berdasarkan tes

tersebut, diperoleh skor 1 (ditambah 1 poin, karena pendidikan kurang dari 12

tahun) yang berarti abnormal. Responden mengalami gangguan pada setiap

komponen, yakni visuospasial/eksekutif, penamaan, memori, atensi, bahasa,

abstraksi, delayed recall dan orientasi.

3. Nama : Tn. A

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 62 tahun

Alamat Asal : Palembang

Pendidikan : SD

Tanggal Masuk : 29 Desember 2012

Berdasarkan hasil pengkajian aktivitas hidup sehari-hari dengan Indeks

Barthel yang dilakukan terhadap Tn. A , diperoleh nilai 20. Nilai tersebut

menunjukkaan bahwa responden tergolong mandiri atau belum terjadi gangguan

pada aktivitas hidup sehari-hari.

Pada pemeriksaan Mini Mental Status Examination (MMSE) diperoleh

skor 15, yaitu terdapat gangguan kognitif berat. Nilai yang diperoleh responden

merupakan abnormal untuk metode penilaian cepat dan abnormal untuk tingkat

pendidikan SMP ke bawah. Selain itu, nilai < 21 menunjukkan kemungkinan

terjadinya demensia. Responden mengalami gangguan orientasi waktu dan

Blok XIV “Kedokteran Jiwa & Fungsi Luhur” 45

Page 46: DEMENSIA

Tugas Pengenalan Profesi “Gangguan Kognitif Pada Orang Tua (Panti Wreda) 3”

tempat, atensi dan kalkulasi, mengingat kembali (recall), serta bahasa dalam hal

menulis spontan dan menggambar.

Salah satu tes skrining gangguan fungsi kognitif adalah dengan

menggunakan Montreal Cognitive Assesment (MoCA) – Ina. Berdasarkan tes

tersebut, diperoleh skor 13 (ditambah 1 poin, karena pendidikan kurang dari 12

tahun) yang berarti abnormal. Responden mengalami gangguan pada beberapa

komponen, yaitu visuospasial/eksekutif, penamaan, memori, atensi, bahasa,

abstraksi, dan delayed recall.

4. Nama : Ny. M

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 73 tahun

Alamat Asal : Palembang

Pendidikan : SD

Tanggal Masuk : 11 Juli 2007

Berdasarkan hasil pengkajian aktivitas hidup sehari-hari dengan Indeks

Barthel yang dilakukan terhadap Ny. M , diperoleh nilai 18. Nilai tersebut

menunjukkaan bahwa adanya ketergantungan ringan. Hal ini dikarenakan

responden tidak mampu naik turun tangga. Stroke yang diderita responden sejak

beberapa tahun lalu mengakibatkan anggota gerak bagian kirinya tak berfungsi

lagi.

Pada pemeriksaan Mini Mental Status Examination (MMSE) diperoleh

skor 27, yaitu tidak terdapat gangguan kognitif. Nilai yang diperoleh responden

merupakan nilai normal untuk metode penilaian cepat dan untuk tingkat

pendidikan SMP ke bawah. Responden tidak mampu menulis dan menggambar

dikarenakan penyakit yang diderita.

Salah satu tes skrining gangguan fungsi kognitif adalah dengan

menggunakan Montreal Cognitive Assesment (MoCA) – Ina. Berdasarkan tes

tersebut, diperoleh skor 18 (ditambah 1 poin, karena pendidikan kurang dari 12

tahun) yang berarti abnormal. Responden mengalami gangguan pada beberapa

Blok XIV “Kedokteran Jiwa & Fungsi Luhur” 46

Page 47: DEMENSIA

Tugas Pengenalan Profesi “Gangguan Kognitif Pada Orang Tua (Panti Wreda) 3”

komponen, yaitu visuospasial/eksekutif, atensi, bahasa, abstraksi, dan delayed

recall.

5. Nama : Tn. I

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 78 tahun

Alamat Asal : Palembang

Pendidikan : SD

Tanggal Masuk : 22 November 2014

Berdasarkan hasil pengkajian aktivitas hidup sehari-hari dengan Indeks

Barthel yang dilakukan terhadap Tn. I , diperoleh nilai 10. Nilai tersebut

menunjukkaan bahwa adanya ketergantungan sedang. Hal ini dikarenakan pada

beberapa aktivitas responden membutuhkan bantuan orang lain.

Pada pemeriksaan Mini Mental Status Examination (MMSE) diperoleh

skor 11, yaitu terdapat gangguan kognitif berat. Nilai yang diperoleh responden

merupakan abnormal untuk metode penilaian cepat ( <24 ) dan abnormal untuk

tingkat pendidikan SMP ke bawah. Selain itu, nilai < 21 menunjukkan

peningkatan kemungkinan terjadinya demensia. Responden mengalami gangguan

orientasi waktu dan tempat, registrasi, atensi dan kalkulasi, mengingat kembali

(recall), dan kemampuan bahasa.

Salah satu tes skrining gangguan fungsi kognitif adalah dengan

menggunakan Montreal Cognitive Assesment (MoCA) – Ina. Berdasarkan tes

tersebut, diperoleh skor 14 (ditambah 1 poin, karena pendidikan kurang dari 12

tahun) yang berarti abnormal. Responden mengalami gangguan pada beberapa

komponen, yaitu visuospasial/eksekutif, memori, atensi, abstraksi, delayed recall

dan orientasi.

4.2 Pembahasan

Dari hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan pada salah

satu responden, yaitu Tn. T dengan menggunakan Indeks Barthel, MMSE

Blok XIV “Kedokteran Jiwa & Fungsi Luhur” 47

Page 48: DEMENSIA

Tugas Pengenalan Profesi “Gangguan Kognitif Pada Orang Tua (Panti Wreda) 3”

didapatkan bahwa responden mengalami Forgetfullness (Mudah Lupa). Hal ini

terlihat jelas dari adanya gangguan dalam aspek mengingat kembali (recall)

pada hasil tes MMSE. Sesuai dengan teori yang ada, bahwa salah satu dari

gejala klinis mudah lupa adalah memanggil kembali memori (recall)

terganggu. Mudah lupa masih dianggap normal dan gangguan ini sering

dialami subyek usia lanjut. Frekuensinya meningkat sesuai peningkatan umur

(Kusumoputro, 2003).

Ciri-ciri kognitif yang dimiliki oleh Tn. T merupakan ciri-ciri kognitif

dari mudah lupa. Ciri-ciri kognitif tersebut adalah kesulitan memusatkan

perhatian, mudah beralih pada hal yang kurang perlu, dan memerlukan lebih

banyak petunjuk/isyarat untuk mengingat kembali (Kusumoputro, 2003). Pada

saat dilakukan wawancara, responden sangat mudah beralih pada hal yang

kurang perlu, seperti menceritakan hal-hal lain diluar komponen tes yang

sedang dilakukan.

Dari hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan pada dua

orang responden, yaitu Ny. MR dan Tn. A dengan menggunakan Indeks

Barthel, MMSE, dan MoCA-Ina didapatkan bahwa responden menderita Mild

Cognitive Impairment (MCI). Mild Cognitive Impairment (MCI) merupakan

stadium gangguan kognitif yang melebihi perubahan normal yang terkait

dengan penambahan usia, akan tetapi aktivitas fungsional masih normal dan

belum memenuhi kriteria demensia (Kusumoputro, 2003).

MMSE, tes kognitif yang paling banyak digunakan untuk

mendefinisikan MCI (Ghetu MV et al, 2010). Skor 18 - 23 dari 30 pada MMSE

telah dapat digunakan untuk mendefinisikan MCI, sedangkan kedua responden

Blok XIV “Kedokteran Jiwa & Fungsi Luhur” 48

Page 49: DEMENSIA

Tugas Pengenalan Profesi “Gangguan Kognitif Pada Orang Tua (Panti Wreda) 3”

memiliki skor 14 dan 15 yang menunjukkan adanya gangguan kognitif berat.

Jumlah skor pada kedua responden dipengaruhi oleh keterbatasan penglihatan

dan riwayat pendidikan yang dimiliki. Hal ini mempengaruhi hasil tes MMSE

dan MoCA-Ina khususnya pada komponen atensi dan kalkulasi, bahasa dalam

hal menulis spontan dan menggambar, visuospasial/eksekutif, penamaan, dan

abstraksi.

Berdasarkan hasil tes MocA-Ina didapatkan hasil abnormal pada kedua

responden. Menurut Poerwadi, salah satu kriteria diagnosis MCI adalah tidak

mampu untuk mengikuti tugas yang rumit (Poerwadi, 2005). Hal ini terlihat

jelas pada kedua responden saat melakukan tes pada aspek abstraksi.

Responden tidak mampu menjelaskan kemiripan antara kedua benda yang

diajukan sebagai pertanyaan.

Pihak panti telah melakukan beberapa hal untuk menjaga kesehatan

para penghuni panti, seperti memberikan bimbingan yang bersifat kreatif,

memberikan makanan yang bergizi 3 kali sehari, dan memberikan bimbingan

mental spiritual berupa pengajian, ceramah agama, dan olahraga. Hal ini telah

sesuai dengan teori untuk melakukan tatalaksana bagi penderita MCI. Pada

dasarnya penatalaksanaan dari MCI ditujukan untuk memperlambat timbulnya

dementia.

Aktivitas fisik, sosial, dan mental sering direkomendasikan untuk

pasien dengan MCI, banyak ahli menganjurkan bahwa kegiatan yang

merangsang fungsi kognitif, seperti teka-teki silang, permainan asah otak dan

diskusi mungkin berguna untuk pasien dengan MCI (Anderson, 2010).

Perubahan gaya hidup juga dapat mengurangi risiko. Kepatuhan

Blok XIV “Kedokteran Jiwa & Fungsi Luhur” 49

Page 50: DEMENSIA

Tugas Pengenalan Profesi “Gangguan Kognitif Pada Orang Tua (Panti Wreda) 3”

terhadap diet ketat rendah lemak dikaitkan dengan kejadian MCI yang lebih

rendah dan dengan insiden lebih rendah terhadap pengembangan demensia.

Diet tersebut seperti mengkonsumsi buah dan sayuran,minyak zaitun, biji-

bijian, ikan dan unggas, makanan kaya akan antioksidan dan omega 3 (Mila,

2010).

Dari hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan pada Ny. M

dengan menggunakan MMSE didapatkan bahwa responden belum menderita

gangguan kognitif. Namun, berdasarkan Indeks Barthel responden memiliki

ketergantungan sedang yang terjadi akibat stroke yang ia derita. Responden

tidak mampu naik turun tangga sendiri, tetapi aktivitas hidup sehari-hari

lainnya masih dapat ia lakukan sendiri. Hal ini belum dapat menegakkan

diagnosis adanya gangguan ADL (Activity Daily Living) yang berkaitan dengan

adanya gangguan kognitif.

Hasil tes MoCA-Ina terhadap Ny. M menunjukkan hasil yang abnormal.

Responden mengalami gangguan pada beberapa komponen, yaitu

visuospasial/eksekutif, penamaan, atensi, bahasa, abstraksi, dan delayed recall.

Namun, beberapa gangguan seperti visuspasial/eksekutif tidak mampu ia

lakukan diakibatkan anggota gerak atasnya yang tidak mampu lagi bergerak/

kaku.

Dari hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan pada Tn. I

dengan menggunakan Indeks Barthel, MMSE, dan MoCA-Ina diduga

responden menderita demensia stadium menengah. Pada stadium ini, penderita

mengalami kesulitan melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari dan

menunjukkan gejala seperti mudah lupa, terutama untuk peristiwa baru dan

Blok XIV “Kedokteran Jiwa & Fungsi Luhur” 50

Page 51: DEMENSIA

Tugas Pengenalan Profesi “Gangguan Kognitif Pada Orang Tua (Panti Wreda) 3”

nama orang. Tanda lainnya adalah sangat bergantung dengan orang lain dalam

melakukan sesuatu misalnya ke toilet, mandi, dan berpakaian (Nugroho, 2008).

Teori tersebut terbukti pada hasil tes ADL yang dilakukan terhadap Tn.

I, diperoleh nilai 10. Nilai tersebut menunjukkaan bahwa adanya

ketergantungan sedang. Hal ini dikarenakan pada beberapa aktivitas responden

membutuhkan bantuan orang lain. Pada pemeriksaan Mini Mental Status

Examination (MMSE) diperoleh skor 11, yaitu terdapat gangguan kognitif

berat. Selain itu, nilai < 21 menunjukkan peningkatan kemungkinan terjadinya

demensia. Responden mengalami gangguan orientasi waktu dan tempat,

registrasi, atensi dan kalkulasi, mengingat kembali (recall), dan kemampuan

bahasa.

Untuk pemeriksaan pada lansia yang mengalami dimensia dibagi atas

pemeriksaan elektrofisiologis dan neuro imaging (Asosiasi Alzheimer

Indonesia, 2003). Pada observasi kali ini, pemeriksa hanya melakukan

beberapa langkah praktis yakni riwayat medik umum, riwayat neurologi umum,

dan riwayat neurobehavioral. Namun, hanya didapatkan hasil pada

pemeriksaan riwayat behavioral. Hal ini meliputi komponen memori (memori

jangka pendek dan memori jangka panjang) orientasi ruang dan waktu,

kesulitan bahasa, dan fungsi eksekutif (Asosiasi Alzheimer Indonesia, 2003).

Tatalaksana yang telah diterima oleh responden adalah bimbingan yang

bersifat kreatif, makanan yang bergizi 3 kali sehari, dan bimbingan mental

spiritual berupa pengajian, ceramah agama, dan olahraga tanpa tatalaksana

farmakologi seperti yang tercantum pada landasan teori (BAB II).

Pada saat dilakukan pemeriksaan MoCA- Ina hampir seluruh responden

Blok XIV “Kedokteran Jiwa & Fungsi Luhur” 51

Page 52: DEMENSIA

Tugas Pengenalan Profesi “Gangguan Kognitif Pada Orang Tua (Panti Wreda) 3”

menunjukkan hasil yang lebih buruk dibanding tes ADL dan MMSE. Beberapa

responden tidak mampu menyelesaikan hingga komponen tes terakhir karena

mengaku lelah dan komponen tes yang diajukan sangat sulit sehingga

pemeriksa menegakkan diagnosis lebih mengacu pada hasil tes ADL dan

MMSE.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan observasi dan wawancara yang telah dilakukan di Panti Werdha

diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Gangguan kognitif pada orang tua di Panti Werdha terdiri dari forgetfullness

(mudah lupa), MCI (Mild Cognitive Impairment), dan salah satu reponden

diduga demensia stadium menengah.

2. Faktor risiko terjadinya gangguan kognitif pada orang tua di Panti Werdha

Blok XIV “Kedokteran Jiwa & Fungsi Luhur” 52

Page 53: DEMENSIA

Tugas Pengenalan Profesi “Gangguan Kognitif Pada Orang Tua (Panti Wreda) 3”

adalah faktor usia, dikarenakan adanya penurunan fungsi kognitif pada lansia

yang menjadi responden.

3. Gejala dari gangguan kognitif pada orang tua di Panti Werdha meliputi proses

berfikir melambat, kesulitan memusatkan perhatian, mudah beralih pada hal

yang kurang perlu, memerlukan waktu yang lebih lama untuk belajar sesuatu

yang baru, memerlukan lebih banyak petunjuk/isyarat (clue) untuk mengingat

kembali, bahkan adanya kemampuan daya pikir yang mengganggu kegiatan

harian.

4. Instrumen Pengkajian Aktivitas Hidup Sehari-hari (Activity Daily Living)

dengan Indeks Barthel, MMSE (Mini Mental Status Examination), dan MoCA-

Ina dapat digunakan untuk membantu melakukan observasi gangguan fungsi

kognitif. Namun, MoCA-Ina dikeluhkan oleh beberapa responden karena

dianggap sulit sehingga beberapa responden tidak dapat menyelesaikan setiap

komponen tes.

5. Tatalaksana gangguan kognitif yang telah diperoleh di Panti Werdha, yakni

bimbingan yang bersifat kreatif, makanan yang bergizi 3 kali sehari, dan

bimbingan mental spiritual berupa pengajian, ceramah agama, dan olahraga.

6. Berdasarkan hasil observasi ADL (Activity Daily Living) pada penderita

gangguan kognitif di Panti Werdha masih tergolong baik, tiga dari lima

responden tidak tergantung dengan orang lain (mandiri), salah satu responden

memiliki tingkat ketergantungan sedang, dan seorang responden memiliki

tingkat ketergantungan ringan karena menderita stroke.

5.2 Saran

Adapun saran pada pelaksanaan Tugas Pengenalan Profesi adalah:

1. Diharapkan kepada pengurus panti untuk melakukan pemeriksaan

lebih lanjut pada penghuni panti untuk mencegah terjadinya

perburukan gejala.

2. Pemerintah hendaknya memberi perhatian lebih terhadap seluruh

penghuni panti dan melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin.

Blok XIV “Kedokteran Jiwa & Fungsi Luhur” 53

Page 54: DEMENSIA

Tugas Pengenalan Profesi “Gangguan Kognitif Pada Orang Tua (Panti Wreda) 3”

3. Diharapkan kepada pihak universitas agar memberitahu jadwal

pelaksanaan TPP minimal dua hari sebelum tanggal pelaksanaan,

sehingga penulis dapat mempersiapkan segala sesuatu yang diluar

dugaan.

DAFTAR PUSTAKA

Agung, Purnomo. 2010. Penilaian Status Kognitif Pada Lanjut Usia. Surabaya :

Universitas Airlangga.

Anderson, Heather. 2010. Mild Cognitive Impairment. Department of Neurology.

University of Kansas Medical Center. Dalam: Panji, Sastra Wira., Reza

Kurniawan. 2013. Referat Mild Cognitive Impairment. Jember: FK Universitas

Jember.

Asosiasi Alzheimer Indonesia, 2003, Konsensus Nasional Pengenalan dan

Penatalaksanaan Demensia Alzheimer dan Demensia Lainnya, Edisi 1, 39-47.

Atun. M. 2010. Lansia Sehat Dan Bugar. Yogyakarta: Kreasi Wacana.

Blok XIV “Kedokteran Jiwa & Fungsi Luhur” 54

Page 55: DEMENSIA

Tugas Pengenalan Profesi “Gangguan Kognitif Pada Orang Tua (Panti Wreda) 3”

Fink, V. 2004. Mild Cognitive Impairment Pre Alzheimer’s Disease Provides

Opportunity for Early Detection and Possible Treatment. Health Patners The

Institute for Medical Education Bulletin. Vol.6. p.1-12.

Guyton, 2012. Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta: EGC.

Husein, N., Lumempouw S.,&Ramli, Y.H. 2010. Uji validitas dan reliabilitas montreal

cognitive assesment versi Indonesia (MoCA-Ina)untuk skrining gangguan fungsi

kognitif. Neurona. Vol. 27(4):15-22. Dalam: Taufik, Edwin Sugondo. 2014.

Pengaruh Hipertensi terhadap Fungsi Kognitif pada Lanjut Usia. Semarang: FK

Universitas Diponegoro.

Johnson, M.H. 2005. Developmental cognitive neuroscience, Edisi 2. Oxford : Blacwell

publishing.

Kusumoputro, Sidiarto. 2003. Mild Cognitive Impairment (MCI). Jakarta: PERDOSSI.

Dalam: Panji, Sastra Wira., Reza Kurniawan. 2013. Referat Mild Cognitive

Impairment. Jember: FK Universitas Jember.

Kusumoputro. 2003. Gangguan fungsi luhur pada cedera kranioserebral. Jakarta :

Neurona.

Lautenschlager NT, Cox KL, Flicker L, Foster JK, van Bockxmeer FM, Xiao J et al.

2008. Eff ect of physical activity on cognitive function in older adults at risk for

Alzheimer disease: a randomized trial. Dalam: Riyanto, Budi. 2013. Perbedaan

Karakteristik Lanjt Usia yang Tinggal di Keluarga dengan yang Tinggal di Panti

di Jakarta Barat. Vol. 40(10). Jakarta: Bagian Neurologi, FK Universitas

Atmajaya.

Maslim,Rusdi, 2014. Diagnosis gangguan jiwa Rujukan Ringkas PPDGJ-III.

Jakarta:Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya.

Blok XIV “Kedokteran Jiwa & Fungsi Luhur” 55

Page 56: DEMENSIA

Tugas Pengenalan Profesi “Gangguan Kognitif Pada Orang Tua (Panti Wreda) 3”

Martina, Wiwie S. Nasrun. 2013. Demensia dalam Buku Ajar Psikiatri Edisi II. Jakarta:

FKUI.

Nugroho. W, 2008, Gerontik Dan Geratrik, EGC, Jakarta.

Paul, Rosenberg et al. 2006. A Clinical Approach to Mild Cognitive Impairment. The

American Journal of Psychiatry. Dalam: Panji, Sastra Wira., Reza Kurniawan.

2013. Referat Mild Cognitive Impairment. Jember: FK Universitas Jember.

Poerwadi, Troebos. 2005. Mudah Lupa: Kapan Kita Harus Waspada. Surabaya:

Department of Neurology, Medical Faculty of Airlangga. Dalam: Panji, Sastra

Wira., Reza Kurniawan. 2013. Referat Mild Cognitive Impairment. Jember: FK

Universitas Jember.

Ramdhani, N. 2008. Sikap dan beberapa definisi untuk memahaminya. Dalam: Utomo,

Raditya. 2009. Gangguan Kognitif Lansia. Jakarta: FK Universitas Trisakti.

Riyanto, Budi. 2014. Beberapa Kondisi Fisik Dan Penyakit Yang Merupakan Faktor

Risiko Gangguan Fungsi Kognitif. Vol 41(1). Jakarta : Universitas Atmajaya.

Sadock,Benjamin. 2010. Kaplan & Sadock Buku Ajar Psikiatri Kklinis, Ed.2, Jakarta:

Penerbit EGC.

Snell, Richard. 2012. Anatomi klinis berdasarkan system. Jakarta: EGC.

Blok XIV “Kedokteran Jiwa & Fungsi Luhur” 56

Page 57: DEMENSIA

Tugas Pengenalan Profesi “Gangguan Kognitif Pada Orang Tua (Panti Wreda) 3”

LAMPIRAN

1. PEDOMAN OBSERVASI

Tabel 1. Instrumen Pengkajian Aktivitas Hidup Sehari-hari dengan Indeks Barthel

No. Aktivitas Kemampuan Skor

1. Mengendalikan rangsang Tidak terkendali / tidak teratur 0

Blok XIV “Kedokteran Jiwa & Fungsi Luhur” 57

Page 58: DEMENSIA

Tugas Pengenalan Profesi “Gangguan Kognitif Pada Orang Tua (Panti Wreda) 3”

buang air besar (BAB) Kadang kala tidak terkendali 1

Terkendali teratur 2

2. Mengendalikan rangsang

buang air kecil (BAK)

Tidak terkendali 0

Kadang kala tidak terkendali 1

Terkendali teratur 2

3. Membersihkan diri

(menyikat gigi, memasang

gigi palsu, menyisir

rambut, bercukur, cuci

muka)

Membutuhkan bantuan orang

lain

0

Mandiri 1

4. Penggunaan jamban /

toilet, masuk dan keluar

wc (melepas, memakai

celana,

membersihkan/menyeka,

menyiram)

Tergantung pertolongan orang

lain

0

Perlu bantuan pada beberapa

aktivitas

1

Mandiri 2

5. Makan Tidak mampu 0

Perlu dibantu memotong

makanan

1

Mandiri 2

6. Berpindah posisi dari

tempat tidur ke kursi dan

sebaliknya

Tidak mampu 0

Perlu banyak bantuan untuk

bisa duduk

1

Perlu sedikit bantuan saja 2

Mandiri 3

Blok XIV “Kedokteran Jiwa & Fungsi Luhur” 58

Page 59: DEMENSIA

Tugas Pengenalan Profesi “Gangguan Kognitif Pada Orang Tua (Panti Wreda) 3”

7. Mobilitas / berjalan Tidak mampu (imobilitas) 0

Bisa pindah / mobilitas

dengan kursi roda

1

Berjalan dengan bantuan 1

orang

2

Mandiri 3

8. Memakai baju/ berpakaian Tergantung bantuan orang lain 0

Sebagian dibantu orang lain

(misal mengancing baju,

resleting)

1

Mandiri 2

9. Naik turun tangga Tidak mampu 0

Butuh bantuan orang lain 1

Mandiri 2

10. Mandi Tergantung orang lain 0

Mandiri 1

(Modifikasi Indeks Barthel menurut Collin C Wade DT dalam Agung, 2006)

Nilai Aktivitas Hidup Sehari-hari = 20 : Mandiri

12– 19 : Ketergantungan Ringan

9– 11 : Ketergantungan Sedang

5– 8 : Ketergantungan Berat

0– 4 : Ketergantungan Total

Blok XIV “Kedokteran Jiwa & Fungsi Luhur” 59

Page 60: DEMENSIA

Tugas Pengenalan Profesi “Gangguan Kognitif Pada Orang Tua (Panti Wreda) 3”

Tabel 2. Mini Mental Status Examination (MMSE)

Item Tes Nilai

maksimal

Nilai

ORIENTASI

1. Sekarang (tahun), (musim), (bulan),

(tanggal), hari apa?

5 ---

2. Kita berada dimana? (negara), (propinsi),

(kota), (rumah sakit), (lantai/kamar)

5 ---

Blok XIV “Kedokteran Jiwa & Fungsi Luhur” 60

Page 61: DEMENSIA

Tugas Pengenalan Profesi “Gangguan Kognitif Pada Orang Tua (Panti Wreda) 3”

REGISTRASI

3. Sebutkan 3 buah nama benda ( Apel,

Meja, Koin), tiap benda 1 detik, pasien

disuruh mengulangi ketiga nama benda

tadi. Nilai 1 untuk tiap nama benda yang

benar. Ulangi sampai pasien dapat

menyebutkan dengan benar dan catat

jumlah pengulangan

3 ---

ATENSI DAN KALKULASI

4. Kurangi 100 dengan 7. Nilai 1 untuk tiap

jawaban yang benar. Hentikan setelah 5

jawaban. Atau disuruh mengeja terbalik

kata “ WAHYU” (nilai diberi pada huruf

yang benar sebelum kesalahan; misalnya

uyahw=2 nilai)

5 ---

MENGINGAT KEMBALI (RECALL)

5. Pasien disuruh menyebut kembali 3 nama

benda di atas

3 ---

BAHASA

6. Pasien disuruh menyebutkan nama benda

yang ditunjukkan ( pensil, buku)

2 ---

7. Pasien disuruh mengulang kata-kata:”

namun”, “ tanpa”, “ bila”

1 ---

8. Pasien disuruh melakukan perintah: “ 3 ---

Blok XIV “Kedokteran Jiwa & Fungsi Luhur” 61

Page 62: DEMENSIA

Tugas Pengenalan Profesi “Gangguan Kognitif Pada Orang Tua (Panti Wreda) 3”

Ambil kertas ini dengan tangan anda,

lipatlah menjadi dua dan letakkan di

lantai”.

9. Pasien disuruh membaca dan melakukan

perintah “Pejamkanlah mata anda”

1 ---

10. Pasien disuruh menulis dengan spontan 1 ---

11. Pasien disuruh menggambar bentuk di

bawah ini

1 ---

Total 30 ---

Interpretasi hasil:

Metode Skor Interpretasi

Penilaian cepat < 24 Abnormal

Range < 21 Increased odds of

dementia

< 25 Decreased odds of

dementia

Pendidikan 21 Abnormal untuk tingkat

pendidikan SMP ke

bawah

< 23 Abnormal untuk tingkat

pendidikan SMA

< 24 Abnormal untuk tingkat

Blok XIV “Kedokteran Jiwa & Fungsi Luhur” 62

Page 63: DEMENSIA

Tugas Pengenalan Profesi “Gangguan Kognitif Pada Orang Tua (Panti Wreda) 3”

pendidikan tinggi

(D3/S1/S2/S3)

Tingkat keparahan 24-30 Tidak ada gangguan

kognitif

18-23 Gangguan kognitif

ringan

0-17 Gangguan kognitif

berat

Tabel 3. Kuesioner MoCA-Ina

Blok XIV “Kedokteran Jiwa & Fungsi Luhur” 63

Page 64: DEMENSIA

Tugas Pengenalan Profesi “Gangguan Kognitif Pada Orang Tua (Panti Wreda) 3”

Jumlahkan semua skor sesuai daftar yang ada di sebelah kanan.

Tambahkan 1 poin untuk individu yang memiliki riwayat pendidikan

sampai berumur 12 tahun, poin maksimal berjumlah 30. Jika skor total

berjumlah lebih besar atau sama dengan 26 maka interpretasinya adalah

normal.

Blok XIV “Kedokteran Jiwa & Fungsi Luhur” 64