Demensia Jadi
-
Upload
shukri-mohd-sirat -
Category
Documents
-
view
79 -
download
2
Transcript of Demensia Jadi
Referat Dementia
Pembimbing :
dr. Rudy Hartanto, M.Fils
Disusun oleh :
Yuriko Feris 030.07.281
Moh. Shukri 030.07.307
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
PERIODE 6 MEI 2013 – 8 JUNI 2013
JAKARTA 2013
1
PENDAHULUAN
Demensia merupakan sindrom yang ditandai oleh berbagai gangguan fungsi kognitif
tanpa gangguan kesadaran. Fungsi kognitif yang dapat dipengaruhi pada demensia adalah
inteligensia umum, belajar dan ingatan, bahasa, memecahkan masalah, orientasi, persepsi,
perhatian, dan konsentrasi, pertimbangan, dan kemampuan sosial. Kepribadian pasien juga
terpengaruhi. Jika pasien mempunyai suatu gangguan kesadaran, maka pasien kemungkinan
memenuhi kriteria diagnosis untuk delirium. Disamping itu, suatu diagnosis demensia
menurut Diagnositic and Statistical Manual of Mental Disorder edisi empat (DSM IV)
mengharuskan bahwa gejala menyebakan gangguan fungsi sosial atau pekerjaan yang berat
dan merupakan suatu penurunan dari tingkat fungsi sebelumnya.1
Dimensia bukanlah penyakit tertentu. Ini adalah istilah deskriptif untuk kumpulan
gejala yang dapat disebabkan oleh beberapa gangguan yang mempengaruhi otak. Orang
dengan Dimensia memiliki fungsi intelektual yang terganggu secara signifikan yang
mengganggu aktivitas normal dan hubungan. Mereka juga kehilangan kemampuan mereka
untuk memecahkan masalah dan mempertahankan kontrol emosional, dan mereka mungkin
mengalami perubahan kepribadian dan masalah perilaku seperti agitasi, delusi, dan
halusinasi. Meskipun kehilangan ingatan adalah gejala umum dari Dimensia, kehilangan
memori dengan sendirinya tidak berarti bahwa seseorang telah Dimensia. Dokter
mendiagnosa Dimensia hanya jika fungsi otak dua atau lebih seperti memori, kemampuan
bahasa, persepsi, atau keterampilan kognitif termasuk penalaran dan pertimbangan terganggu
secara signifikan tanpa kehilangan kesadaran. 2
Demensia merupakan suatu sindrom akibat penyakit otak, biasanya bersifat kronik
atau progresif serta terdapat gangguan fungsi luhur (fungsi kortikal yang multipel), termasuk
daya ingat, daya pikir, daya orientasi, daya pemahaman, berhitung, kemampuan belajar,
berbahasa, dan daya kemampuan menilai. Kesadaran tidak berkabut, dan biasanya disertai
hendaya fungsi kognitif, ada kalanya diawali oleh kemerosotan (deterioration) dalam
pengendalian emosi, perilaku sosial atau motivasi.3
Butir klinis penting dari demensia adalah identifikasi sindrom dan pemeriksaan klinis
tentang penyebabnya. Gangguan mungkin progresif atau statis, permanen atau reversibel.
Suatu penyebab dasar selalu diasumsikan, walaupun pada kasus yang jarang adalah tidak
mungkin untuk menentukan penyebab spesifik. Kemungkinan pemulihan (reversibilitas)
demensia adalah berhubungan dengan patologi dasar dan ketersediaan serta penerapan
2
pengobatan yang efektif. Diperkirakan 15 persen orang dengan demensia mempunyai
penyakit-penyakit yang reversibel jika dokter memulai pengobatan tepat pada waktunya,
sebelum terjadi kerusakan yang irreversibel.1
A. DEFINISI
Demensia ialah kondisi keruntuhan kemampuan intelek yang progresif setelah
mencapai pertumbuhan & perkembangan tertinggi (umur 15 tahun) karena gangguan otak
organik, diikuti keruntuhan perilaku dan kepribadian, dimanifestasikan dalam bentuk
gangguan fungsi kognitif seperti memori, orientasi, rasa hati dan pembentukan pikiran
konseptual. Biasanya kondisi ini tidak reversibel, sebaliknya progresif.3
Demensia merupakan kerusakan progresif fungsi-fungsi kognitif tanpa disertai
gangguan kesadaran. Demensia adalah Sindrom penyakit akibat kelainan otak bersifat
kronik / progresif serta terdapat gangguan fungsi luhur (Kortikal yang multiple) yaitu ; daya
ingat , daya fikir , daya orientasi , daya pemahaman , berhitung , kemampuan belajar,
berbahasa , kemampuan menilai. Kesadaran tidak berkabut , Biasanya disertai hendaya fungsi
kognitif , dan ada kalanya diawali oleh kemerosotan (detetioration) dalam pengendalian
emosi, perilaku sosial atau motivasi sindrom ini terjadi pada penyakit Alzheimer, pada
penyakit kardiovaskular, dan pada kondisi lain yang secara primer atau sekunder mengenai
otak.3
B. EPIDEMIOLOGI
Demensia merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering terjadi pada lanjut
usia. 4 Demensia sebenarnya adalah penyakit penuaan. Diantara orang Amerika yang berusia
65 tahun, kira-kira 5 persen menderita demensia berat, dan 15 persen menderita demensia
ringan. Di antara orang Amerika yang berusia 80 tahun, kira-kira 20 persen menderita
demensia berat. Dari semua pasien dengan demensia, 50 sampai 60 persen menderita
demensia tipe Alzheimer, yang merupakan tipe demensia yang paling sering. Kira-kira 5
persen dari semua orang yang mencapai usia 65 tahun menderita demensia tipe Alzheimer,
dibandingkan dengan 15 sampai 25 persen dari semua orang yang berusia 85 atau lebih.
Pasien dengan demensia tipe Alzheimer memenuhi lebih dari 50 persen tempat tidur di rumah
perawatan. Faktor risiko untuk perkembangan demensia tipe Alzheimer adalah wanita,
mempunyai sanak saudara tingkat pertama dengan gangguan tersebut, dan mempunyai
3
riwayat cedera kepala. Sindrom Down juga secara karakteristik berhubungan dengan
perkembangan demensia tipe Alzheimer.1
Tipe demensia yang paling sering kedua adalah demensia vaskular yaitu, demensia
yang secara kausatif berhubungan dengan penyakit serebrovaskular. Tetapi karena DVa
merupakan tipe demensia yang terbanyak pada beberapa negara Asia dengan populasi
penduduk yang besar maka kemungkinan demensia vaskular ini merupakan tipe demensia
yang terbanyak di dunia. demensia vaskular juga merupakan bentuk demensia yang dapat
dicegah sehingga mempunyai peranan yang besar dalam menurunkan angka kejadian
demensia dan perbaikan kualitas hidup usia lanjut.4 Demensia vaskular berjumlah 15 sampai
30 persen dari semua kasus demensia. Demensia vaskular paling sering ditemukan pada
orang yang berusia antara 60 dan 70 tahun dan lebih sering pada laki-laki dibanding wanita.
Hipertensi merupakan predisposisi seseorang terhadap penyakit. Kira-kira 10 sampai 15
persen pasien menderita demensia vaskular dan demensia tipe Alzheimer yang terjadi
bersama-sama.1
C. FAKTOR RESIKO
Para peneliti telah mengidentifikasi beberapa faktor risiko yang mempengaruhi
kemungkinan untuk mengembangkan satu atau lebih jenis Dimensia. Beberapa faktor-faktor
ini dimodifikasi, sementara yang lain tidak.2
4
D. KLASIFIKASI3
Demensia dapat diklasifikasikan berdasarkan umur, perjalanan penyakit, kerusakan struktur
otak,sifat klinisnya dan menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di
Indonesia III (PPDGJ III).
1. Menurut Umur:
o Demensia senilis (>65th)
o Demensia prasenilis (<65th)
2. Menurut perjalanan penyakit:
o Reversibel
o Ireversibel (Normal pressure hydrocephalus, subdural hematoma, Defisiensi vitamin B,
Hipotiroidism, intoksikasi Pb)
3. Menurut kerusakan struktur otak
o Tipe Alzheimer
o Tipe non-Alzheimer
o Demensia vaskular
o Demensia Jisim Lewy (Lewy Body dementia)
o Demensia Lobus frontal-temporal
o Demensia terkait dengan HIV-AIDS
o Morbus Parkinson
o Morbus Huntington
o Morbus Pick
o Morbus Jakob-Creutzfeldt
o Sindrom Gerstmann-Sträussler-Scheinker
o Prion disease
o Palsi Supranuklear progresif
o Multiple sklerosis
o Neurosifilis
o Tipe campuran
4. Menurut sifat klinis:
o Demensia proprius
o Pseudo-demensia
5
Berdasarkan PPDGJ III demensia termasuk dalam F00-F03 yang merupakan
gangguan mental organik dengan klasifikasinya sebagai berikut ;
F 00 Demensia pada penyakit Alzheimer
F00.0 Demensia pada penyakit Alzheimer dengan onset dini
F00.1 Demensia pada penyakit Alzheimer dengan Onset Lambat
F00.2 Demensia pada penyakit Alzheimer dengan, tipe tidak khas atau tipe campuran
F00.9 Demensia pada penyakit Alzheimer YTT (Yang Tidak Tergolongkan)
F 01 Demensia Vaskular
F01.0 Demensia Vaskular Onset akut
F01.1 Demensia Vaskular Multi-Infark
F01.2 Demensia Vaskular Sub Kortikal
F01.3 Demensia Vaskular campuran kortikal dan subkortikal
F01.8 Demensia Vaskular lainnya
F01.9 Demensia Vaskular YTT
F02 Demensia pada penyakit lain
F02.0 Demensia pada penyakit PICK
F02.1 Demensia pada penyakit Creutzfeldt-Jakob
F02.2 Demensia pada penyakit Huntington
F02.3 Demensia pada penyakit parkinson
F02.4 Demensia pada penyakit HIV
F02.8 Demensia pada penyakit lain YDT –YDK (Yang Di-Tentukan-Yang Di- Klasifikasikan
ditempat lain)
F03 Demensia YTT
Karakter kelima dapat digunakan untuk menentukan demensia pada F00-F03 sebagai
berikut :
1. .X0 Tanpa gejala tambahan
2. .X1 Gejala lain, terutama waham
3. .X2 Halusinasi
4. .X3 Depresi
5. .X4 Campuran lain
6
E. Etiologi
Demensia mempunyai banyak penyebab (tabel 10.3-1),tetapi demensia tipe Alzheimer
dan demensia vaskular secara bersama-sama berjumlah sebanyak 75 persen dari semua kasus.
Penyebab demensia lainnya yang disebutkan dalam DSM-IV adalah penyakit Pick, Penyakit
Creutz-feldt-Jakob, penyakit Huntington, penyakit Parkinson, human immunodeficiency
virus (HIV), dan trauma kepala.1
Gangguan dimensia dapat diklasifikasikan dengan berbagai cara. Salah satunya pada
tabel di bawah ini :2
Semua bentuk Dimensia hasil dari kematian sel saraf dan / atau hilangnya komunikasi
antar sel-sel. Otak manusia adalah mesin yang sangat kompleks dan rumit dan banyak faktor
yang dapat mengganggu fungsi-nya. Para peneliti telah menemukan banyak faktor, tetapi
mereka belum dapat masuk ini potongan-potongan teka-teki bersama dalam rangka untuk
membentuk gambaran lengkap tentang bagaimana mengembangkan dementias. Banyak jenis
Dimensia, termasuk penyakit Alzheimer, Dimensia Lewy body, Dimensia Parkinson, dan
penyakit Pick's, dicirikan oleh struktur abnormal disebut inklusi di otak. Karena inklusi, yang
mengandung protein abnormal, sangat umum pada orang dengan Dimensia, peneliti menduga
bahwa hal itu berperan dalam perkembangan gejala. Namun, peran yang tidak diketahui, dan
dalam beberapa kasus, inklusi mungkin hanya merupakan efek samping dari proses penyakit
yang mengarah pada Dimensia tersebut. Gen jelas berperan dalam pembangunan beberapa
7
jenis Dimensia. Namun, dalam penyakit Alzheimer dan gangguan lainnya, Dimensia
biasanya tidak dapat dikaitkan dengan sebuah gen abnormal tunggal. Sebaliknya, bentuk-
bentuk Dimensia muncul hasil dari interaksi kompleks gen, faktor gaya hidup, dan pengaruh
lingkungan lainnya.2
Berikut ini dapat dilihat kemungkinan penyebab demensia :3
8
Perbadingan persentase etiologi dari demensia
TIPE ALZHEIMER
Alois Alzheimer pertama kali menggambarakan suatu kondisi yang selanjutnya diberi
nama dengan namanya dalam tahun 1907, saat ia menggambarkan seorang wanita berusia 51
tahun dengan perjalanan demensia progresif selama 4 ½ tahun. Diagnosis akhir penyakit
Alzhaimer didasarkan pada pemeriksaan neuropatologi otak; namun demikian demensia tipe
Alzheimer biasanya didiagnosis dalam lingkungan klinis setelah penyebab demensia lainnya
telah disingkirkan dari pertimbangan diagnostik.1
Walaupun penyebab demensia tipe Alzheimer masih tidak diketahui, telah terjadi
kemajuan dalam mengerti dasar molekular dari deposit amiloid yang merupakan tanda utama
neuropatologi gangguan. Beberapa penelitian telah meyatakan bahwa sebanyak 40 persen
9
pasien mempunyai riwayat keluarga menderita demensia tipe Alzheimer, jadi faktor genetik
di anggap berperan sebagai dalam perkembangan gangguan dalam sekuranganya beberapa
kasus. Dukungan tambahan tentang peranan genetik adalah bahwa angka persesuaian untuk
kembar monozigotik adalah lebih tinggi dari angka kembar dizigotik. Dan dalam beberapa
kasus yang telah tercatat baik gangguan telah ditransmisikan dalam keluarga melalui suatu
gen autosomal dominan, walaupun transmisi tersebut adalah jarang.1
Penyakit Alzheimer. Tampak secara jelas plak senilis disebelah kiri. Beberapa serabut neuron tampak kusut
disebelah kanan. Menjadi catatan tentang adanya kekacauan hantaran listrik pada sistem kortikal.
Neuropatologi. Observasi makroskopis neuroanatomik klasik pada otak dari seorang
pasien dengan penyakit Alzheimer adalah atrofi difus dengan pendataran sulkus kortikal dan
pembesaran ventrikel serebral. Temuan mikroskopis klasik dan patognomonik adalah bercak-
bercak senilis, kekusutan neurofibriler, hilangnya neuronal dan degenerasi granulovaskular
pada neuron. Kekusutan neurofibriler bercampur dengan elemen sitoskeletal, terutama
protein tau berfosforilasi, walaupun protein sitoskeletal lainnya juga ditemukan. Kekusutan
neurofibriler adalah tidak unik pada penyakit Alzheimer, karena keadaan tersebut juga
ditemukan pada sindrom down, demensia pugilistik (punch-drunk syndrome), kompleks
demensia-parkinson dari Guam, penyakit Hallervorden-Spatz, dan otak orang lanjut usia yang
normal. Kekacauan neurofibriler biasanya ditemukan di korteks, hipokampus, substansia
nigra, dan lokus sereleus.1
Plak senilis, juga dikenal sebagai plak amiloid, adalah jauh lebih indikatif untuk
penyakit Alzheimer, walaupun keadaan tersebut juga ditemukan pada sindrom Down dan
sampai derajat tertentu pada penuaan normal. Plak senilis terdiri dari protein tertentu, beta/A4
dan astrosit, prosesus neuronal distrofik dan mikroglia. Jumlah dan kepadatan plak senilis
10
yang terdapat pada otak orang yang telah meninggal (postmortem) telah dihubungkan dengan
bertanya penyakit pada orang yang terkena tersebut.1
Sel otak pada Penyakit Alzheimer dibandingkan dengan sel otak normal.
Penyakit Alzheimer adalah ditandai oleh dua kelainan di otak: plak amiloid dan
neurofibrillary yang kusut. Plak amiloid, yang ditemukan dalam jaringan antara selsel saraf,
adalah bagian yang tidak biasa dari protein yang disebut beta amiloid yang menghancurkan
bit neuron dan sel lainnya. Neurofibrillary adalah kumpulan filamen twisted ditemukan
dalam neuron. Kumpulan filamen ini terbentuk dari dari protein yang disebut tau. Dalam
neuron sehat, protein tau membantu fungs mikrotubulus, yang merupakan bagian dari
dukungan struktural sel dan memberikan zat seluruh sel saraf. Namun, dalam penyakit
Alzheimer, tau akan berubah dengan cara yang menyebabkannya merubahnya menjadi
pasangan filamen heliks yang mengumpulkan menjadi kusut. Ketika ini terjadi, mikrotubulus
tidak dapat berfungsi dengan benar dan mereka hancur. Ini runtuhnya sistem transportasi
neuron yang dapat mengganggu komunikasi antara sel-sel saraf dan menyebabkan mereka
mati. 2
11
Protein prekursoe amiloid. Gen untuk protein prekursor amiloid adalah pada lengan
panjang dari kromosom 21. Melalui proses penyambungan diferensial, sesungguhnya
terdapat empat bentuk protein prekursor amiloid. Protein Beta/A4, yang merupakan
kandungan utama dari plak senilis, adalah suatu peptida dengan 42 asam amino yang
merupakan produk penghacuran protein prekursor amiloid. Pada sindrom Down (trisomi 21)
terdapat tiga cetakan protein prekursor amiloid, dan pada penyakit di mana terjadi mutasi
pada kodon 717 dalam gen protein prekursor amiloid, suatu proses patologis menghasilkan
deposisi protein Beta/A4 yang berlebihan. Pertanyaan apakah proses pada protein prekursor
amiloid yang abnormal adalah penyebab utama yang penting pada penyakit Alzheimer masih
belum terjawab; tetapi, banyak kelompok peneliti secara aktif mempelajari proses metabolik
normal dari protein prekursor amiloid dan prosesnya pada pasien dengan demensia tipe
Alzheimer dalam usaha untuk menjawab pertanyaan tersebut.1
Kelainan neurotransmiter. Neurotransmiter yang paling berperan dalam
patofisiologis adalah asetilkolin dan norepinefrin, keduanya dihipotesiskan menjadi hipoaktif
pada penyakit Alzheimer. Beberapa penelitian telah melaporkan data yang konsisten dengan
hipotesis bahwa suatu degenerasi spesifik pada neuron kolinergik ditemukan pada nukleus
basalis Meynerti pada pasien dengan penyakit Alzheimer. Data lain yang mendukung adanya
defisit kolinergik pada penyakit Alzheimer adalah penurunan konsentrasi asetilkolin dan
kolin asetiltransferase di dalam otak. Kolin asetiltransferase adalah enzim kunci untuk
sintesis asetilkolin, dan penurunan konsentrasi kolin asetiltransferase menyatakan penurunan
jumlah neuron kolinergik yang ada. Dukungan tambahan untuk hipotesis defisit kolinergik
berasal dari observasi bahwa antagonis kolinergik seperti scopolamine dan atropine
12
mengganggu kemampuan kognnitif, sedangkan agonis kolinergik seperti physostigmine dan
arecholine telah dilaporkan meningkatkan kemapuan kognitif. Penurunan aktifitas
norepinefrin pada penyakit Alzheimer diperkirakan dari penurunan neuron yang megandung
norepinefrin didalam lokus sereleus yang telah ditemukan pada beberapa pemeriksaan
patologi otak dari pasien dengan penyakit Alzheimer. Dua neurotransmiter lain yang berperan
dalam patofisiologi penyakit Alzheimer adalah dua peptida neuroaktif, somatostatin dan
kortikotropin, keduanya telah dilaporkan menurun pada penyakit Alzheimer.1
Penyebab potensial lainnya. Teori kausatif lainnya telah diajukan untuk menjelaskan
perkembangan penyakit Alzheimer. Satu teori adalah bahwa kelainan dalam pengaturan
metabolisme fosfolipid membran menyebabkan membran yang kekurangan cairan yaitu lebih
kaku dibandingkan normal. Beberapa penelitian telah menggunakan pencitraan spektroskopik
resonansi molekular (molekular resonance spectroscopic, MRS) untuk memeriksa hipotesis
tersebut pada pasien dengan demensia tipe Alzheimer. Toksisitas alumunium juga telah
dihipotesiskan sebagai faktor kausatif, karena kadar alumunium yang tinggi telah ditemukan
dalam otak beberapa pasien dengan penyakit Alzheimer.1
Suatu gen (E4) telah dihubungkan dalam teori etiologi penyakit Alzheimer. Orang
dengan satu salinan gen menderita penyakit Alzheimer tiga kali lebih sering daripada orang
tanpa gen E4. Orang dengan dua gen E4 mempunyai kemungkinan menderita penyakit
delapan kali lebih sering darpada orang tanpa gen E4.1
Pada tahap awal penyakit Alzheimer, pasien mungkin mengalami gangguan memori,
penyimpangan penilaian, dan perubahan halus dalam kepribadian. Selama gangguan
berlangsung, memori dan masalah bahasa memburuk dan pasien mulai mengalami kesulitan
melakukan aktivitas hidup sehari-hari. Mereka mungkin menjadi bingung tentang tempat dan
waktu, mungkin menderita delusi (seperti gagasan bahwa seseorang mencuri dari mereka atau
bahwa pasangan mereka tidak setia), dan dapat menjadi cepat marah dan bermusuhan.
Selama tahap akhir penyakit, pasien mulai kehilangan kemampuan untuk mengontrol fungsi
motorik seperti menelan, atau kehilangan kontrol usus dan kandung kemih. Mereka akhirnya
kehilangan kemampuan untuk mengenali anggota keluarga dan untuk berbicara. Sebagai
penyakit berlangsung itu mulai mempengaruhi emosi dan perilaku seseorang dan mereka
mengembangkan gejala seperti agresi, agitasi, depresi, sulit tidur, atau delusi. 2
13
Diagnosis demensia berdasarkan pemeriksaan klinis, termasuk pemeriksaan status
mental, dan melalui informasi dari pasien, keluarga, teman dan teman sekerja. Keluhan
terhadap perubahan sifat pasien dengan usia lebih tua dari 40 tahun membuat kita harus
mempertimbangan dengan cermat untuk mendiagnosis dimensia.3
DEMENSIA VASKULAR
Semua demensia yang diakibatkan oleh penyakit pembuluh darah serebral dapat
disebut sebagai demensia vaskular.4 Penyebab utama dari demensia vaskular dianggap adalah
penyakit vaskular serebral yang multipel, yang menyebabkan suatu pola gejala demensia.1
Saat ini istilah demensia vaskular digunakan untuk sindrom demensia yang terjadi sebagai
konsekuensi dari lesi hipoksia, iskemia atau perdarahan otak.4
Dalam arti kata luas, semua demensia yang diakibatkan oleh penyakit pembuluh darah
serebral dapat disebut sebagai demensia vaskular. Istilah demensia vaskular menggantikan
istilah demensia multi infark karena infark multipel bukan satu-satunya penyebab demensia
tipe ini. Infark tunggal di lokasi tertentu, episode hipotensi, leukoaraiosis, infark inkomplit
dan perdarahan juga dapat menyebabkan kelainan kognitif. Saat ini istilah demensia vaskular
digunakan untuk sindrom demensia yang terjadi sebagai konsekuensi dari lesi hipoksia,
iskemia atau perdarahan di otak.1 Demensia vaskular dapat terjadi dengan mekanisme
bermacam-macam seperti infark multipel lakunar, infark tunggal di daerah strategis, sindrom
Binswanger, angiopati amiloid serebral, hipoperfusi, dan mekanisme lain termasuk kelainan
pembuluh darah inflamasi maupun non inflamasi. Gambaran klinik demensia vaskular
menunjukkan kombinasi dari gejala fokal neurologik, gangguan fungsi luhur dan gejala
neuropsikiatri. Demensia vaskular merupakan bentuk demensia yang dapat dicegah.4
14
Demensia vaskular paling sering pada laki-laki, khusunya pada mereka dengan
hipertensi yang telah ada sebelumnya atau faktor resiko kardiovaskular lainnya. Gangguan
terutama mengenai pembuluh darah seebral berukuran kecil dan sedang, yang mengalami
infark dan menghasilkan lesi parenkim multipel yang menyebar pada daerah otak yang
meluas. Penyebab infark mungkin termasuk oklusi pembuluh darah oleh plak arterosklerotik
atau tromboemboli dari tempat asal yang jauh. Suatu pemeriksaan pasien dapat menemukan
bruit karotis, kelainan funduskopi, atau pembesaran kamar jantung.1
Demensia vaskular dapat terjadi dengan mekanisme bermacam-macam seperti infark
multipel lakunar, infark tunggal di daerah strategis, sindrom Binswanger, angiopati amiloid
serebral, hipoperfusi, dan mekanisme lain termasuk kelainan pembuluh darah inflamasi
maupun non inflamasi. Gambaran klinik demensia vaskular menunjukkan kombinasi dari
gejala fokal neurologik, gangguan fungsi luhur dan gejala neuropsikiatri. Demensia vaskular
merupakan bentuk demensia yang dapat dicegah.4
DSMIV mempunyai sensitivitas yang tinggi tetapi spesifitasnya rendah. ADDTC
penggunaannya lebih terbatas pada DVa jenis iskemik sedangkan NINDSAIREN dapat
digunakan untuk semua mekanismeDVa (hipoksia, iskemia atau perdarahan). Kriteria
ADDTC dan NINDS AIREN mempunyai 3 tingkat kepastian (probable, possible, definite),
memerlukan hubungan waktu antara stroke dan demensia serta bukti morfologi adanya
stroke.4
Makroskopis korteks serebral pada potongan koronal dari suatu kasus demensia vascular. Infark lakunar
bilateral multipel mengenai thalamus, kapsula interna dan globus palidus
15
Gambaran Demensia Vaskular
Penyakit Binswanger. Penyakit Binswanger juga dikenal sebagai enselopati
arterioskleortik subkortikal. Penyakit ini ditandai dengan adanya banyak infark-infrak kecil
pada substansia alba, jadi menyerang daerah kortikal. Walaupun penyakit Binswanger
sebelumnya dianggap sebagai kondisi yang jarang, kemajuan tehnik pencitraan yang canggih
dan kuat seperti pencitraan rensonasi magnetik (MRI) telah menemukan bahwa kondisi
tersebut sering terjadi daripada sebelumnya dipikirkan.1
Penyakit Binswanger. Potongan melintang menunjukkan gambaran infark pada bagian putih subkortikal.dengan
pengurangan subtansia grisea.
16
PENYAKIT PICK
Berbeda dengan dsitribusi patologi parietal temporal pada penyakit Alzheimer,
penyakit pick ditandain dengan atrofi yang lebih banyak dalam daerah frontotemporal. Titik
daerah tersebut juga mengalami kehilangan neuronal, gliosis, dan adanya badan pick
neuronal yang merupakan masa elemen sitoskeletal. Badan pick ditemukan pada beberapa
spesimen postmortem tetapi tidak diperlukan untuk diagnosis. Penyebab penyakitt pick tidak
diketahui. Penyakit pickberjumlah kira-kira 5 persen dari semua demensia yang irreversibel.
Penyakit ini paling sering pada laki-laki khususnya pada mereka yang mempunyai sanak
saudara derajat pertama dengan kondisi tersebut. Penyakit pick sulit dibedakan dari demensia
tipe Alzheimer, walaupun stadium awal penyakit pick lebih sering ditandai oleh perubahan
kepribadian dan perilaku, dengan fungsi kognitif lain yang relatif bertahan. Gambaran
sindrom kluver-bucy (hiperseksualitas, plasiditas, hiperoralitas) adalah jauh lebih sering pada
penyakit pick dibandingkan dengan penyakit Alzheimer.1
Penyakit Pick dengan kelainan patologi yang luas . Gambaran menunjukkan atrofi yang paling luas pada lobus
frontalis serta pada lobus temporalis dan parietalis
17
Pemeriksaan PET pada penyakit PICK
PENYAKIT CREUTZFELDT-JAKOB
Penyakit creutzfeldt-jakob adalah penyakit degeneratif otak yang jarang yang
disebabkan oleh agen yang progresif yang lambat, dan dapat ditransmisikan (yaitu agen
infektif), paling mungkin suatu prion, yang merupakan agen proteinaseus yang tidak
menggandung DNA dan RNA. Penyakit-penyakit yang berhubungan dengan prion adalah
scrapie (penyakit pada domba), kuru (gangguan degeneratif sistem saraf pusat yang fatal pada
suku didataran tinggi guinea) dimana prion ditransmisikan melalui kanibalisme ritual, dan
sindrom gesrtman-straussler (suatu demensia progresif familial dan sangat jarang). Semua
gangguan yang berhubungan dengan prion menyebabkan degenerasi berbentuk spongiosa
pada otak, yang ditandai dengan tidak adanya respon imun inflamasi.1
Bukti-bukti menunjukan bahwa pada manusia penyakit itu dapat ditransmisikan
secara iatrogenik, melalui transplantasi kornea atau instrumen bedah yang terinfeksi. Tetapi
sebagian besar penyakit tanpaknya sporadif mengenai individual dalam usia 50an, terdapat
bukti bahwa periode inkubasi mungkin relatif singkat. (1-2 tahun ) atau relatif lama (8-16
tahun). Onset penyakit ditandai oleh perkembangan tremor, ataksia gaya berjalan, mioklonus,
dan demensia. Penyakit biasanya secara cepat progresif menyebabkan demensia yang berat
dan kematian dalam 6-12 tahun. Pemeriksaan cairan serebrospinal tidak mengungkapkan
kelainan, koma, dan pemeriksaan tomografi komputer dan MRI mungkin normal sampai
perjalanan gangguan yang lanjut. Penyakit di tandai olah adanya elektroencefalogram (EEG)
yang tidak biasa, yang terdiri dari lonjakan gelombang lambat dengan teganggan tinggi.1
PENYAKIT HUNTINGTON
Penyakit huntington biasanya disertai dengan perkembangan demensia. Demensia
yang terlihat pada penyakit huntington adalah tipe demensia subkortikal, yang ditandai oleh
kalainan motorik yang lebih banyak dan kelainan bicara yang lebih sedikit dibandingkan tipe
demensia kortikal. Demensia penyakit huntington ditandai oleh perlambatan psikomotor dan
kesulitan melakukan tugas yang kompleks, tetapi ingatan, bahasa, dan tilikan tetap relatif
utuh, pada stadium awal dan menengah dari penyakit.Tetapi saat penyakit berkembang,
demensia menjadi lengkap, dan ciri yang membedakan penyakit ini dari demensia tipe
alzheimer adalah tinggi insiden depresi dan psikosis disamping gangguan pergerakan
koreoatetoid yang klasik.1
18
PENYAKIT PARKINSON
Seperti penyakit huntington, parkinsonisme adalah suatu penyakit pada ganglia
basalis yang sering disertai dengan demensia dan depresif. Diperkirakan 20-30% pasien
dengan penyakit parkinson menderita penyakit demensia dan tambahan 30-40% mempunyai
gangguan kemampuan kognitif yang dapat diukur.pergerakan yang lambat pada pasien
dengan penyakit parkinson adalah disertai dengan berpikir yang lambat yang pada beberapa
pasien terkena, suatu cici yang disebut oleh bebebrapa dokter sebagi bradifenia
(bradiphenia).1
DEMENSIA BERHUBUNGAN DENGAN HIV
Infeksi dengan human immunodeficiency virus (HIV) sering kali menyebabkan
demensia dan gejala psikiatri lainnya.pasien yang terinfeksi dengan HIV mengalami
demensia dengan angka tahunan kira-kira 14 persen. Diperkirakan 75% pasien dengan
sindrom imunodefisiensi didapat AIDS) mempunyai keterlibatan sistem saraf pusat saat
autopsi.perkembangan demensia pada pasien tang terinfeksi HIV sering sering HIV sering
kali disertai oleh tampaknya kelainan parenkimal pada pemeriksaan MRI.1
DEMENSIA YANG BERHUBUNGAN DENGAN TRAUMA KEPALA
Demensia dapat merupakan suatu sekual dari trauma kepala, demikian juga berbagai
sindrom neuropsikiatrik.1
F. Diagnosis
DSM-IV telah menghilangkan sindrom umum demensia yang dimasukkan di dalam
DSM III-R. Diagnosis demensia dalam DSM-IV adalah demensia tipe alzeimer (DAT;
dementia of the Alzheimer’s type), demensia vaskular, demensia karena kondisi medis
lainnya, demensia menetap akibat zat, demensia karena penyebab multipel, dan demensia
yang tidak ditentukan (NOS; not otherwise specified).1
Demensia tipe alzheimer. Kriteria diagnostik DSM_IV untuk demensia tipe
alzheimer menekankan adanya gangguan ingatan dan disertai terdapatnya sekurang-
kurangnya satu gejala lain dari penurunan kognitif (afasia,apraksia,agnosia, atau fungsi
eksekutif yang abnormal). Kriteria diagnostik juga memerlukan suatu penurunan yang terus-
menerus dan bertahap pada fungsi, gangguan fungsi sosial atau pekerjaan, dan
19
menyingkirkan penyebab demensia lainnya.DSM-IV menyatakan bahwa usia dari onset dapat
digolongkan sebagai awal (pada usia 65 tahun atau kurang) atau lambat (setelah usia 65
tahun) dan gejala perilaku yang predominan dapat diberi kode dengan diagnosis, jika sesuai.
20
Demensia vaskular. Gejala umum dari demensia vaskular adalah sama dengan gejala
untuk demensia tipe alzheimer, tetapi diagnosis demensia vaskular memerlukan adanya bukti
klinis maupun laboratoris yang mendukung penyebab vaskular dari demensia.1
Gangguan dulu disebut sebagai demensia multi-infark dalam Diagnostic and
Statistical Manual of Mental Disorders edisi ke tiga yang direvisi (DSM-III-R). Diagnosis
demensia ditegakkan melalui dua tahap, pertama menegakkan diagnosis demensia, kedua
mencari proses vaskular yang mendasari. Terdapat beberapa kriteria diagnostik untuk
menegakkan diagnosis demensia vaskular, yaitu: (i) diagnostic and statictical manual of
mental disorders edisi ke empat (DSM-IV), (ii) pedoman penggolongan dan diagnosis
gangguan jiwa (PPDGJ) III, (iii) international clasification of diseases (ICD-10), (iv) the
state of California Alzheimer’s disease diagnostic and treatment centers (ADDTC), dan (v)
national institute ofneurological disorders and stroke and theassociation internationale pour
la recherche et l’enseignement en neurosciences (NINDSAIREN). Dianostik DSM – IV
menggunakan kriteria:4
a) Adanya defisit kognitif multipleks yang dicirikan oleh gangguan memori dan satu atau
lebih dari gangguan kognitif berikut ini:
21
(i) afasia (gangguan berbahasa)
(ii) apraksia (gangguan kemampuan untuk mengerjakan aktivitas motorik, sementara
fungsi motorik normal)
(iii) agnosia (tidak dapat mengenal atau mengidentifikasikan benda walaupaun fungsi
sensoriknya normal)
(iv) gangguan dalam fungsi eksekutif (merancang, mengorganisasikan, daya
abstraksi, membuat urutan).
b) Defisit kognitif pada kriteria (a) yang menyebabkan gangguan fungsi sosial dan
okupasional yang jelas.
c) Tanda dan gejala neurologik fokal (refleks fisiologik meningkat, refleks patologik positif,
paralisis pseudobulbar, gangguan langkah, kelumpuhan anggota gerak) atau bukti
laboratorium dan radiologik yang membuktikan adanya gangguan peredaran darah otak
(GPDO), misal infark multipleks yang melibatkan korteks dan subkorteks, yang dapat
menjelaskan kaitannya dengan munculnya gangguan.
d) Defisit yang ada tidak terjadi selama berlangsungnya delirium.
Demensia karena kondisi medis lainnya. DSM-IV menuliskan enam penyebab
spesifik demensia yang dapat diberi kode secara langsung:penyakit HIV, trauma kepala,
penyakit parkinson, penyakit huntington, penyakit pick, dan penyakit creutzfeldt-jakob.suatu
kategori ketujuh memungkinkan dokter menspesifikasi kondisi medis nonpsikiatrik lainnya
yang berhungungan dengan demensia.1
22
Demensia menetap akibat zat .alasan utama bahwa kategori DSM-IV ini dituliskan
dengan demensia dan gangguan yang berhubungan dengan zat adalah mempermudah dokter
berpikir tentang diagnosis banding. Zat spesifik yang merupakan referensi silang DSM-IV
adalah alkohol; ihalan; sedatif, hipnotik, atau ansiolitik;dan zat lain atau yang tidak
diketahui.1
23
24
DIAGNOSIS KLINIS
Diagnosis demensia didasarkan pada pemeriksaan klinis pasien, termasuk
pemeriksaan status mental, dan pada informasi dari anggota keluarga, teman-teman, dan
perusahaan. Keluhan perubahan kepribadian pada seorang pasien yang berusia lebih dari 40
tahun menyatakan bahwa suatu diagnosis demensia harus dipertimbangkan dengan cermat.1
Keluhan dari pasien tentang gangguan intelektual dan menjadi pelupa harus
diperhatikan, demikian juga tiap bukti pengelakan, penyangkalan, atau rasionalisasi yang
ditujukan untuk menyembunyikan defisit kognitif. Keteraturan yang berlebihan, penarikan
sosial, atau kecenderungan untuk menghubungkan peristiwa-peristiwa dalam perincian yang
kecil-kecil dapat merupakan karakteristik.ledakan kemarahan yang tiba-tiba atau sarkasme
dapat terjadi.penampilan dan perilaku pasien harus diperhatikan.labilitas emosional,
dandanan yang kotor, ucapan yang tidak tertahan , gurauan yang bodoh, apatik, atau kosong
menyatakan adanya demensia, terutama jika disertai dengan gangguan ingatan.1
Dokter menggunakan beberapa strategi untuk mendiagnosa Dimensia. Adalah penting
bahwa mereka melihat dari kondisi yang masih bisa diobati, seperti depresi, tekanan normal
hidrosefalus, atau kekurangan vitamin B12, yang dapat menyebabkan gejala yang sama.
Sekarang, diagnosis akurat dari Dimensia adalah penting bagi pasien dan keluarga mereka
karena memungkinkan pengobatan gejala awal. Untuk orang dengan penyakit Alzheimer atau
dimensia progresif lain, diagnosis dini dapat memungkinkan mereka untuk merencanakan
masa depan sementara mereka masih bisa membantu untuk membuat keputusan. Orang-orang
ini juga dapat memperoleh manfaat dari terapi obat. Dokter telah merancang beberapa teknik
untuk membantu mengidentifikasi Dimensia dengan tingkat akurasi yang memadai seperti
menanyakan pertanyaan tentang sejarah pasien, pemeriksaan fisik, evaluasi neurologis
(keseimbangan, fungsi sensorik, refleks, dll), tes dan neuropsikologi kognitif (memori,
keterampilan bahasa, keterampilan matematika, pemecahan masalah, dll), scan otak (dihitung
tomografi (CT) scan dan Magnetic Resonance Imaging (MRI), dll), tes laboratorium (tes
darah, urine, layar toksikologi, tes tiroid, dll), psikiatri evaluasi, dan pengujian
presymptomatic (tes genetik).2
G. Manifestasi klinis
Pada stadium awal demensia, pasien menunjukan kesulitan untuk mempertahankan
kinerja mental, fatique, dan kecenderungan untuk gagal jika suatu tugas adalah baru atau
kompleks atau memerlukan penggeseran strategi pemecahan masalah. Ketidakmampuan
25
melakukan tugas menjadi semakin berat dan dan menyebar ke tugas-tugas harian, seperti
berbelanja, saat demensia berkembang. Akhirnya, pasien demensia mungkin memerlukan
pengawasan dan bantuan yang terus menerus untuk melakukan bahkan tugas yang paling
dasar dalam kehidupan sehari-hari. Defek utama dalam demensia melibatkan orientasi,
ingatan ingatan, persepsi, fungsi intelektual, dan pemikiran dan semua fungsi tersebut
menjadi secara progresif terkena saat proses penyakit berlanjut. Perubahan afektif dan
perilaku, seperti kontrol impulsyang defektif dan labilitas emosional, sering ditemukan,
seperti juga penonjolan dan perubahan sifat kepribadian premorbid.1
1. Gangguan daya ingat1
Gangguan ingatan merupakan ciri yang awal dan menonjol pada demensia, khususnya
pada demensia yang mengenai korteks, seperti demensia tipe alzheimer. Pada awal perjalanan
demensia, gangguan daya ingat adalah ringan dan biasanya paling jelas untuk peristiwa yang
baru terjadi, seperti melupakan nomor telepon, percakapan, dan peristiwa hari tersebut.saat
perjalanan demensia berkembang, gangguan emosional menjadi parah, dan hanya informasi
yang dipelajaripaling baik (sebagai contoh, tempat kelahiran) dipertahankan.
2. Orientasi1
Karena daya ingat adalah penting untuk orientasi terhadap orang, tempat, dan waktu,
orientasi dapat terganggu secara progresif selama perjalanan penyakit demensia. mungkin
lupa bagaimana kembali ke ruangannya setelah pergi ke kamar mandi. Tetapi, tidak masalah
bagaimana beratnya disorientasi, pasien tidak menunjukan gangguan pada tingkat kesadaran.
3. Bahasa1
Proses demensia yang mengenai korteks, terutama demensia tipe alzheimer dan
demensia vaskular, dapat mempengaruhi kemampuan berbahasa pasien.pada kenyataan nya,
DSM-IV memasukan afasia sebagai salah satu kriteria diagnostik. Kesulitan berbahasa
mungkin ditandai oleh cara berkata yang samar-samar, stereotipik, tidak tepat, atau berputar-
putar. Pasien mungkin juga memiliki kesulitan dalam menyebutkan nama suatu benda.
4. Perubahan Kepribadian1
Perubahan kepribadian pasien demensia merupakan gambaran yang paling
mengganggu bagi keluarga pasien yang terkena. Sifat kepribadian sebelumnya mungkin
26
diperkuat selama perkembangan demensia. Pasien dengan demensia juga mungkin menjadi
introvert dan tampaknya kurang memperhatikan tentang efek perilaku mereka terhadap orang
lain. Pasien demensia yang mempunyai waham paranoid biasanya bersikap bermusuhan
terhadapan anggota keluarga dan pengasuhannya. Pasien dengan gangguan frontal dan
temporal kemungkinan mengalami perubahan kepribadian yang jelas dan mungkin mudah
marah dan meledak-ledak.
5. Psikosis1
Diperkirakan 20 sampai 30% pasien demensia, terutama pasien dengan demensia tipe
alzheimer, memiliki halusinasi, dan 30 sampai 40% pasien memiliki waham , terutama
dengan sifat paranoid atau persekutorik dan tidak sistematik, walaupun waham yang
kompleks, menetap, tersistematik dengan baik juga dilaporkan pada pasien demensia. Agresi
fisik dan bentuk kekerasan lainnya adalah sering pada pasien demensia yang juga
mempunyai gejala psikotik.
GANGGUAN LAIN1
Psikiatrik. Disamping psikosis dan perubahan kepribadian, depresi dan kecemasan
adalah gejala utamapada kira-kira 40 sampai 50 % pasien demensia, walaupun sindrom
gangguan depresif yang sepenuhnya mungkin hanya ditemukan pada 10 sampai 20 % pasien
demensia.Pasien dengan demensia juga menunjukan tertawa atau menangis yang patologis
yaitu, emosi yang ekstrem tanpa provokasi yang terlihat.
Neurologis. Disamping afasia pada pasien demensia , apraksia dan agnosis adalah
sering , dan keberadaannya dimasukkan sebagai kriteria diagnostik potensial dalam DSM-
IV.Tanda neurologi lain yang dapat berhungunan dengan demensia adalah kejang, yang
terlihat pada kira-kira 10% pasien dengan demensia vaskular, dan presentasi neurologis yang
atipikal, seperti sindrom lobus parietalis nondominan. Refleks primitif seperti refleks
menggenggam, moncong, menghisap, katatonik, dan palmomental, mungkin ditemukan pada
pemeriksaan neurologis, dan jerks mioklonik ditemukan pada 5 sampai 10% pasien.
Pasien dengan demensia vaskular mungkin mempunyai gejala neurologis tambahan
sepertinyeri kepala, pusing, pingsan, kelemahan, tanda neurologis fokal, dan gangguan tidur ,
mungkin menunjukan lokasi penyakit serebrovaskular. Palsi serebrobulbar, disartia, dan
disfagia juga lebih sering pada demensia vaskular dibandingkan demensia lain.
27
Reaksi katastropik. Pasien demensia juga menunjukkan penurunan kemampuan
untuk menerapkan apa yang disebut oleh Kurt Goldstein sebagai perilaku abstrak. Pasien
mempunyai kesulitan dalam generalisasi dari suatu contoh tunggal, dalam membentuk
konsep, dan dalam mengambil perbedaan dan persamaan diantara konsep-konsep.
Selanjutnya, kemampuan untuk memecahkan masalah, untuk memberikan alasan secara logis
dan untuk membuat pertimbangan yang sehat adalah terganggu. Goldstein juga
menggambarkan suatu reaksi katastropik, yaitu ditandai oleh agitasi sekunder karena
kesadaran subjektif tentang defisit intelektual dibawah keadaan yang menegangkan. Pasien
biasanya berusaha untuk mengkompensasi defek tersebut dengan menggunakan strategi
untuk mengkompensasi defek tersebut dengan menggunakan strategi untuk menghindari
terlihatnya kegagalan dalam daya intelektual, seperti mengubah subjek, membuat lelucon,
atau mengalihkan pewawancara dengan cara lain. Tidak adanya pertimbangan atau kontrol
implus yang buruk sering ditemukan, khususnya pada demensia yang terutama
mempengaruhi lobus frontalis. Contoh dari gangguan tersebut adalah bahasa yang kasar,
humor yang tidak sesuai, pengabaian penampilan dan hiegene pribadi, dan mengabaikan
aturan konvensional tingkah laku sosial.
Sindrom “sundowner”. Sindrom sundowner ditandai oleh mengantuk, konfusi,
ataksia, dan terjatuh secara tidak sengaja. Keadaan ini terjadi pada pasien lanjut usia yang
mengalami sedasi berat dan pada pasien demensia yang bereaksi secara menyimpang bahkan
terhadap dosis kecil obat psikoaktif. Sindrom juga terjadi pada pasien demensia jika stimuli
eksternal, seperti cahaya dan isyarat yang menyatakan interpesonal, adalah menghilang.
H. Diagnosis Banding1
Pemeriksaan laboratorium ulang lengkap harus dilakukan jika memeriksa pasien
dengan demensia. Tujuan pemeriksaan adalah untuk mendeteksi penyebab reversibel dari
demensia dan untuk memberikan pasien dan keluarga suatu diagnosis definitif.
Perbaikan yang terus-menerus dalam tehnik pencitraan otak, khususnya MRI, telah
membuat pembedaan antara demensia tipe Alzheimer dan demensia vaskular agak lebih cepat
dibandingkan di masa lalu pada beberapa kasus. Suatu bidang penelitian yang sedang giat
dilakukan adalah menggunakan tomografi komputer emisi foton tunggal (single photon
emission computed tomography, SPECT) untuk mendeteksi pola metabolisme otak dalam
berbagai jenis demensia; dan tidak lama lagi, penggunaan pencitraan SPECT dapat
membantu dalam diagnosis banding klinis penyakit demensia.
28
DEMENSIA TIPE ALZHEIMER DIBANDINGKAN DENGAN DEMENSIA VASKULAR1
Biasanya, demensia vaskular telah dibedakan dari demensia tipe Alzheimer dengan
perburuan yang mungkin menyertai penyakit serebrovaskular selama suatu periode waktu.
Walaupun perburukan yang jelas dan berharap mungkin tidak ditemukan pada semua kasus,
gejala neurologis fokal adalah lebih sering pada demensia vaskular dibandingkan pada
demensia tipe Alzheimer, demikian juga faktor risiko standar untuk penyakit serebrovaskular.
Membedakan kedua jenis demensia ini tidak selalu mudah. Looi et al. mendapatkan
bahwa pasien demensia vaskular relatif memiliki memori verbal jangka panjang yang lebih
baik tetapi fungsi eksekutif lobus frontal lebih buruk dibandingkan pasien dengan demensia
Alzheimer. Dapat pula digunakan sistem skor misalnya skor iskemik Hachinski dan skor
demensia oleh Loeb dan Gondolfo. Diakui bahwa sistem skor ini belum memadai, masih
mungkin terjadi kesalahan dan cara ini tidak dapat menentukan adanya demensia campuran
(vaskular dan Alzheimer).4
Penderita dengan demensia vaskular atau demensia multi infark mempunyai skor
lebih dari 7, sedang yang skornya kurang dari 4 mungkin menderita Alzheimer.4
Bila skornya 0-2 kemungkinan ialah penyakit Alzheimer, bila skornya 5-10 demensia
vaskular.4
29
DEMENSIA VASKULAR DIBANDINGKAN DENGAN TRANSIENT ISCHEMIC
ATTACKS1
Transient ischemic attacks adalah episode singkat disfungsi neurologis fokal yang
berlangsung kurang dari 24 jam (biasanya 5 sampai 15 menit). Walaupun terdapat berbagai
mekanisme yang mungkin bertanggung jawab, episode sering kali disebabkan oleh
mikroemboli dari suatu lesi intrakranial proksimal yang menyebabkan iskemia otak transient,
dan episode biasanya menghilang tanpa perubahan patologis yang bermakna pada jaringan
parenkim. Kira-kira sepertiga pasien dengan serangan iskemik transient yang tidak diobati
selanjutnya mengalami suatu infark otak; dengan demikian, pengenalan serangan iskemia
transient adalah suatu strategi klinis yang penting untuk mencegah infrak otak.
Dokter harus membedakan episode yang mengenai sistem vetebrobasilar dari yang
mengenai sistem arteri karotis. Pada umumnya, gejala penyakitvetebrobasiler mencerminkan
suatu gangguan fungsional transient pada batang otak atau lobus osipital; gejala distribusi
karotis mencerminkan kelainan retina atau hemisferik unilateral. Terapi antikoagulan, obat
anti-aglutinasi trombosit seperti acetylsalicylic acid (aspirin), dan pembedahan rekonstruktif
pembuluh darah ekstrakranial dan intrakranial telah dilaporkan efektif dalam menurunkan
risiko infrak pada pasien dengan serangan iskemik transien.
DELIRIUM1
Perbedaan antara delirium dan demensia mungkin lebih sulit dibandingkan yang
dinyatakan oleh DSM-IV. Tetapi, pada umumnya, delirium dibedakan oleh adanya onset
yang cepat, durasi singkat, fluktuasi gangguan kognitif selama perjalanan hari, eksaserbasi
nokturnal dari gejala, gangguan jelas pada siklus bangun-tidur dan gangguan perhatian dan
persepsi yang menonjol.
DEPRESI1
Beberapa pasien dengan depresi mempunyai gejala gangguan kognitif yang sulit
dibedakan dari gejala demensia. Gambaran klinis ini sering disebut sebagai pseudodemensia,
walaupun istilah disfungsi kognitif yang berhubungan dengan depresi adalah istilah yang
lebih sukai da lebih deskriptif. Pada umumnya, pasien dengan disfungsi kognitif yang
berhubungan dengan depresi mempunyai gejala depresif yang menonjol, mempunyai lebih
30
banyak tilikan terhadap gejalanya dibandingkan pasien demensia, dan sering kali mempunyai
riwayat episode depresif di masa lalu.
GANGGUAN BUATAN (FACTITIOUS DISORDER)1
Orang yang berusaha menstimulasi kehilangan ingatan, seperti pada gangguan buatan,
melakukan hal tersebut dalam cara yang aneh dan tidak konsisten. Pada demensia yang
sesungguhnya, ingatan akan tempat dan waktu hilang sebelum ingatan terhadap orang, dan
ingatan yang belum lama hilang sebelum ingatan yang lama.
SKIZOFRENIA1
Walaupun skizofren mungkin disertai dengan suatu derajat gangguan intelektual
didapat, gejalanya jauh kurang berat dibandingkan gejala yang berhubungan dengan psikosis
dan gangguan pikiran yang ditemukan pada demensia.
PENUAAN NORMAL1
Ketuaan tidak selalu disertai dengan adanya penurunan kognitif yang bermakna, tetapi
suatu derajat ringan masalah ingatan dapat terjadi sebagai bagian dari proses penuaan normal.
Kejadian normal tersebut sering kali disebut sebagai kelainan akibat penuaan yang ringan
(benign senescent forgetfulness) atau gangguan daya ingat yang berhubungan dengan
penuaan (age-associated memory impairment). Keadaan tersebut dapat dibedakan dari
demensia oleh keparahannya yang ringan dan oleh kenyataan bahwa keadaan tersebut tidak
mengganggu secara bermakna pada kehidupan sosial atau pekerjaan.
I. Perjalanan penyakit dan Prognosis1
Perjalanan klasik dari demensia adalah onsetnya pada pasien yang berusia 50-an dan
60-an, dengan perburukan bertahap selama 5 sampai 10 tahun, yang akhirnya menyebakan
kematian. Usia saat onset dan kecepatan perburukannya adalah bervariasi di antara tipe
demensia yang berbeda dan dalam katagori diagnostik individual. Sebagai contoh, rata-rata
bertahan hidup untuk pasien dengan demensia tipe Alzheimer adalah kira-kira 8 tahun,
dengan rentang 1 sampai 10 tahun. Data menyatakan bahwa pasien dengan onset demensia
yang dini kemungkinan memiliki perjalanan penyakit cepat. Jika demensia didiagnosis,
pasien harus menjalani pemeriksaan medis dan neurologis yang lengkap, karena 10 sampai
31
15 persen dari semua pasien dengan demensia mempunyai kondisi yang kemungkinan
reversibel jika pengobatan dimulai sebelum terjadi kerusakan otak yang permanen.
Perjalanan demensia yang paling sering dimulai dengan sejumlah tanda yang samar-
samar yang pada awalnya, mungkin diketahui oleh pasien dan orang yang paling dekat
dengan pasien. Onset gejala yang bertahap adalah paling sering berhubungan dengan
demensia tipe Alzheimer, demensia vaskular, endokrinopati, tumor otak, dan gangguan
metabolis. Sebaliknya, onset demensia yang disebabkan oleh trauma kepala, henti jantung
dengan hipoksia serebral, atau enselopati mungkin terjadi secara tiba-tiba. Walaupun gejala
fase awal demensia samar-samar, gejala menjadi jelas saat demensia berkembang, dan
anggota keluarga selanjutnya membawa pasien untuk meminta pertolongan dokter. Pasien
demensia mungkin peka terhadap penggunaan benzodiazepin atau alkohol, yang dapat
mencetuskan perilaku yang teragitasi, agresif, atau psikotik. Didalam stadium terminal
demensia, pasien ibarat menjadi “kulit kosong” dari diri mereka sebelumnya –sangat
terdisorientasi, inkoheren, amnestik, dan inkontinen urine dan feses.
Dengan pengobatan psikologis dan farmakologis dan kemungkinan karena sifat otak
yang dapat menyembuhkan diri sendiri, gejala demensia dapat berkembang hanya lambat
untuk suatu waktu atau bahkan mundur sesaat. Regresi gejala tersebut jelas merupakan suatu
kemungkinan pada demensia yang reversibel (sebagai contoh demensia yang disebabkan oleh
hipotiroidisme, hidrosefalus tekanan normal, dan tumor otak) jika pengobatan dimulai.
Perjalanan demensia bervariasi dari kemajuan yang tetap (sering ditemukan pada demensia
tipe Alzheimer) sampai pemburukan demensia yang bertambah ( sering terlihat pada
demensia vaskular) sampai suatu demensia yang suatu demensia yang stabil ( seperti yang
dapatterlihat pada demensia yang berhubungan dengan trauma kepala)
Perjalanan penyakit yang paling umum diawali dengan beberapa tanda yang samar
yang mungkin diabaikan baik oleh pasien sendiri maupun oleh orang-orang yang paling dekat
dengan pasien. Awitan yang bertahap biasanya merupakan gejala-gejala yang paling sering
dikaitkan dengan demensia tipe Alzheimer, demensia vaskuler, endokrinopati, tumor otak,
dan gangguan metabolisme. Sebaliknya, awitan pada demensia akibat trauma, serangan
jantung dengan hipoksia serebri, atau ensefalitis dapat terjadi secara mendadak. Meskipun
gejala-gejala pada fase awal tidak jelas, akan tetapi dalam perkembangannya dapat menjadi
nyata dan keluarga pasien biasanya akan membawa pasien untuk pergi berobat. Individu
dengan demensia dapat menjadi sensitif terhadap penggunaan benzodiazepin atau alkohol,
dimana penggunaan zat-zat tersebut dapat memicu agitasi, sifat agresif, atau perilaku
32
psikotik. Pada stadium terminal dari demensia pasien dapat menjadi ibarat “cangkang
kosong” dalam diri mereka sendiri, pasien mengalami disorientasi, inkoheren, amnestik, dan
inkontinensia urin dan inkontinensia alvi. Dengan terapi psikososial dan farmakologis dan
mungkin juga oleh karena perbaikan bagian-bagian otak (self healing), gejala-gejala pada
demensia dapat berlangsung lambat untuk beberapa waktu atau dapat juga berkurang sedikit.
Regresi gejala dapat terjadi pada demensia yang reversibel (misalnya demensia akibat
hipotiroidisme, hidrosefalus tekanan normal, dan tumor otak) setelah dilakukan terapi.
Perjalanan penyakit pada demensia bervariasi dari progresi yang stabil (biasanya terlihat pada
demensia tipe Alzheimer) hingga demensia dengan perburukan (biasanya terlihat pada
demensia vaskuler) menjadi demensia yang stabil (seperti terlihat pada demensia yang terkait
dengan trauma kepala).3
FAKTOR PSIKOSOSIAL1
Keparahan dan perjalanan demensia dapat dipengaruhi oleh faktor psikososial.
Sebagai contoh, semakin tinggi inteligensia dan pendidikan premorbid pasien, semakin baik
kemampuan pasien untuk mengkompensasi defisit intelektual. Pasien yng mempunyai onset
demensia yang cepat menggunakan lebih sedikit pertahanan dibandingkan dengan pasien
yang mengalami onset yang bertahap. Kecemasan dan depresi mungkin memperkuat dan
memperburuk gejala. Pseudodemensia terjadi pada pasien depresi yang mengekuh gangguan
daya ingat, tetapi kenyataannya, menderita dari suatu gangguan depresif. Jika depresif
diobati, defek kognitif menghilang.
J. Pengobatan1
Beberapa kasus demensia dianggap dapat diobati karena jaringan otak dapat
disfungsional dapat menahan kemampuan untuk pemulihan jika pengobatan dilakukan tepat
pada waktunya. Riwayat medis yang lengkap, pemeriksaan fisik, dan tes laboratorium,
termasuk pencitraan otak yang tepat, harus dilakukan segera setelah diagnosis dicurigai. Jika
pasien menderita akibat suatu penyebab demensia yang dapat diobati, terapi diarahkan untuk
mengobati gangguan dasar.
Pendekatan pengobatan umum pada pasien demensia adalah untuk memberikan
perawatan medis suportif, bantuan emosional untuk pasien dan keluarganya, dan pengobatan
farmakologis untuk gejala spesifik, termasuk gejala perilaku yang mengganggu.
Pemeliharaan kesehatan fisik pasien, lingkungan yang mendukung, dan pengobatan
33
farmakologis untuk gejala spesifik, termasuk gejala perilaku yang mengganggu.
Pemeliharaan kesehatan fisik pasien, lingkungan yang mendukung, dan pengobatan
farmakologis simptomatik diindikasikan dalam pengobatan sebagian besar jenis demensia.
Pengobatan simptomatik termasuk pemeliharaan diet gizi, latihan ynag tepat terapi rekreasi
dan aktivitas, perhatian terhadap masalah visual dan auditoris, dan pengobatan masalah medis
yang menyertai seperti infeksi saluran kemih, ulkus dekubitus, dan disfungsi kardiopulmonal.
Perhatian khusus harus diberikan pada pengasuh atau anggota keluarga yang meghadapi
frustasi, kesedihan, dan masalah psikologis saat mereka merawat pasien selama periode
waktu yang lama.
Saat perawatan untuk mengembalikan atau menghentikan perkembangan penyakit
tidak tersedia untuk sebagian besar Dimensia, pasien masih dapat menjalani dari pengobatan
dengan obat yang tersedia dan tindakan lain, seperti pelatihan kognitif. Obat untuk secara
khusus mengobati penyakit Alzheimer dan beberapa dimensia progresif lain yang sekarang
tersedia dan diresepkan untuk banyak pasien. Meskipun obat ini tidak menghentikan penyakit
ini atau memperbaiki kerusakan otak yang ada, namun dapat memperbaiki gejala dan
memperlambat perkembangan penyakit. Hal ini dapat meningkatkan kualitas hidup pasien,
meringankan beban pengasuh, dan / atau pengakuan penundaan ke panti jompo. Banyak
peneliti juga menguji apakah obat ini mungkin berguna untuk mengobati Dimensia jenis lain.
Banyak orang dengan Dimensia, terutama yang pada tahap awal, mungkin manfaat dari
berlatih tugas dirancang untuk meningkatkan kinerja dalam aspek-aspek khusus dari fungsi
kognitif. Misalnya, orang kadang-kadang dapat diajarkan menggunakan alat bantu memori,
seperti ilmu tentang cara menghafal, mengingat perangkat komputer, atau pencatatan.
Modifikasi Perilaku - perilaku yang tepat atau positif bermanfaat dan mengabaikan perilaku
yang tidak pantas - juga dapat membantu mengendalikan tidak dapat diterima atau perilaku
berbahaya.2
PENGOBATAN FARMAKOLOGIS
Terapi untuk demensia vaskular ditujukan kepada penyebabnya, mengendalikan
faktor risiko (pencegahan sekunder) serta terapi untuk gejala neuropsikiatrik dengan
memperhatikan interaksi obat. Selain itu diperlukan terapi multimodalitas sesuai gangguan
kognitif dan gejala perilakunya. Banyak obat sudah diteliti untuk mengobati demensia
vaskular, tetapi belum banyak yang berhasil dan tidak satupun obat dapat direkomendasikan
secara positif. Vasodilator seperti hidergine mempunyai efek yang positif dan pemberian
34
secara oral active haemorheological agent seperti pentoxiylline mampu memperbaik fungsi
kognitif penderita. Pemberian acetylcholineesretarse inhibito seperti donepezil, rivastigmine
and galantiamin mampu meperbaiki fungsi kognitif penderita.4
Pengobatan yang tersedia sekarang ini. Dokter dapat meresepkan benzodiazepin untuk
insomia dan kecemasan, antidepresan untuk depresi, dan obat antipsikotik untuk waham dan
halusinasi; tetapi, dokter harus menyadari kemungkinan efek idiosinkratik dari obat pada usia
lanjut (seperti perangsangan yang paradoksikal, konfusi, dan peningkatan sedasi). Pada
umumnya, obat dengan aktivitas antikolinergik yang tinggi harus dihindari, walaupun
beberapa data meyatakan bahwa thioridazine (Mellaril), yang mempunyai aktifitas
antikolonergik yang tinggi, mungkin merupakan obat yang efektif dalam mengontrol perilaku
pasien demensia jika diberikan dalam dosis kecil. Bensodiazepin kerja singkat dalam dosis
kecil adalah medikasi ansiolitik dan sedatif yang lebih disukai untuk pasien demensia.
Disamping itu, zolpidem (Ambien) dapat juga digunakan untuk tujuan sedatif. 1
Tetrahydroaminoacridine (Tacrine) telah dianjurkan oleh the Food and Drug
Administration (FDA) sebagai suatu pengobatan untuk penyakit Alzheimer. Obat ini
merupakan inhibitor aktivitas antikolinesterase dengan lama kerja yang agak panjang, dan
percobaan yang terkontrol baik telah menunjukkan suatu perbaikan yang bermakna secara
klinis pada 20 sampai 25 persen pasien yang menggunakan obat tersebut. Karena aktivitas
kolinometik dari obat,beberapa pasien tidak mampu untuk mentoleransi obat karena efek
sampingnya. Beberapa pasien juga telah menghentikan obat karena peninggian kadar enzim
hati. 1
K. Pencegahan 2
Penelitian telah mengungkapkan sejumlah faktor yang mungkin dapat mencegah atau
menunda timbulnya Dimensia pada beberapa orang. Sebagai contoh, penelitian telah
menunjukkan bahwa orang yang mempertahankan kontrol yang ketat terhadap kadar glukosa
mereka cenderung memiliki skor lebih baik pada tes fungsi kognitif dibandingkan dengan
orang yang diabetesnya tidak terkontrol. Beberapa studi juga telah menunjukkan bahwa
orang-orang yang terlibat dalam kegiatan merangsang intelektual, seperti interaksi sosial,
catur, teka-teki silang, dan memainkan alat musik, secara signifikan lebih rendah resiko
mereka terserang penyakit Alzheimer dan bentuk lain dari Dimensia. tindakan preventif
lainnya yg termasuk adalah menurunkan homocysteine (asam amino), menurunkan kadar
kolesterol, menurunkan tekanan darah, olahraga, pendidikan, mengendalikan peradangan, dan
35
penggunaan jangka panjang obat anti-inflammatory (NSAIDs) seperti ibuprofen, naproxen,
dan obat-obatan serupa.
PERAWATAN DEMENSIA2
Orang dgn Dimensia sedang dan parah biasanya membutuhkan perawatan siang-
malam dan pengawasan untuk mencegah mereka dari melukai dirinya sendiri atau orang lain.
Mereka juga mungkin perlu bantuan dengan kegiatan sehari-hari seperti makan, mandi, dan
berpakaian. Memenuhi kebutuhan-kebutuhan itu membutuhkan kesabaran, pemahaman, dan
pemikiran yang mendalam untuk pengasuh orang tersebut. Sebuah lingkungan rumah biasa
dapat menghadirkan banyak bahaya dan hambatan untuk orang dengan Dimensia seperti
pisau tajam, bahan kimia berbahaya, peralatan, dan bahaya lain yang harus dihapus atau
dikunci. langkah-langkah Keselamatan meliputi instalasi tempat tidur dan kamar mandi rel
keselamatan, menyingkirkan kuncian dari kamar tidur dan pintu kamar mandi, dan
menurunkan suhu air panas sampai 120 ° F (48,9° C) atau kurang untuk mengurangi risiko
terkena air panas.
Orang dengan Dimensia sering mengalami masalah perilaku karena frustrasi dengan
situasi tertentu. Memahami danmemodifikasi atau mencegah situasi yang memicu perilaku
ini dapat membantu untuk membuat hidup lebih menyenangkan bagi orang dengan Dimensia
serta pengasuh-nya. Misalnya, orang tersebut bisa jadi bingung atau frustrasi dengan tingkat
kegiatan atau kebisingan di lingkungan sekitarnya. Mengurangi kegiatan
yang tidak perlu dan kebisingan (seperti membatasi jumlah pengunjung dan mematikan
televisi saat itu tidak digunakan) mungkin akan memudahkan bagi orang untuk mengerti
permintaan dan melakukan tugas-tugas sederhana. Kebingungan juga dapat dikurangi dengan
menyederhanakan dekorasi rumah, menghapus kekacauan, menjaga benda asing di dekatnya,
dan mengikuti rutinitas diprediksi sepanjang hari. Kalender dan jam juga dapat membantu
pasien mengorientasikan diri mereka sendiri. kegiatan di waktu luang Normal selama mereka
aman dan tidak menyebabkan frustrasi seperti kerajinan, permainan, musik dan olahraga, dan
lain intelektual merangsang kegiatan dapat memperlambat penurunan fungsi kognitif pada
beberapa orang.
36
DAFTAR PUSTAKA
1. Kaplan, Harold. Sinopsis psikiatri Kaplan-Sadock (jilid satu). Binarupa Aksara.
Jakarta : 2010
2. Indiyarti, Riani . Diagnosis dan pengobatan terkini demensia vaskular. Bagian
Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti. Jakarta : 2004
3. Julianti, Riri. Demensia. Faculty of Medicine – University of Riau. Pekanbaru : 2008
4. http://www.medicinenet.com/dementia_pictures_slideshow/article.htm
37