Chapter III VI babababa
-
Upload
claudianrj -
Category
Documents
-
view
13 -
download
0
description
Transcript of Chapter III VI babababa
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Rancangan penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimental,
yaitu pre and post test grup design. Dalam penelitian ini murid-murid dibagi atas dua
kelompok yaitu kelompok yang diberi penyuluhan dengan metode ceramah
menggunakan poster dan kelompok yang diberikan penyuluhan dengan metode
bermain.
3.2 Populasi dan sampel
Populasi terdiri atas murid-murid kelas VI SD Islam An-Nizam yang
berjumlah 161 orang.
Sampel dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan rumus :
n = (Zα + Zβ)σ
đ
2
Keterangan:
σ = Standard deviasi skor pengetahuan (dari penelitian Makuch A dan Rescke K
7,41)
Zα = Batas atas nilai konversi pada tabel distribusi normal untuk batas kemaknaan
(pada α 5% adalah 1,96)
Zβ = Batas bawah nilai konversi pada tabel distribusi normal untuk batas kemaknaan
(pada β 95% adalah 1,64)
đ = Derajat ketepatan (ditentukan oleh peneliti 5,0)
Universitas Sumatera Utara
Maka:
n = (Zα + Zβ)σ
đ
2
= (1,96 + 1,64) 7,41
5,0
2
= 28 orang
Berdasarkan perhitungan, diperoleh jumlah sampel minimum adalah 28 orang.
Dalam penelitian ini besar sampel yang diambil peneliti adalah masing-masing 30
orang anak yang di berikan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dengan metode
ceramah dan 30 orang anak diberikan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dengan
metode bermain, sehingg total sampel menjadi 60 orang. Sampel berasal dari empat
kelas, yaitu: kelas 6A, 6B, 6C, dan 6D yang diambil secara random.
3.3 Variabel penelitian
1. Variabel Perlakuan : penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dengan metode
ceramah dan bermain.
2. Variabel tergantung : skor pengetahuan siswa.
3.4 Definisi Operasional
1. Penyuluhan kesehatan gigi dan mulut
A. Metode ceramah: menerangkan dan menjelaskan secara lisan tentang
kesehatan gigi dan mulut sesuai materi penyuluhan.
Universitas Sumatera Utara
Materi Penyuluhan:
1) Mulut dan gigi
a. Bagian mulut: gigi (seri, taring, geraham depan dan belakang),
lidah, gusi, palatum dan bibir.
b. Bagian gigi: mahkota, leher, akar, email, dentin dan pulpa.
c. Fungsi gigi.
2) Makanan yang baik bagi kesehatan gigi (makanan yang berserat dan berair)
dan makanan yang tidak baik bagi kesehatan gigi (makanan yang manis dan lengket)
3) Proses terjadinya karies
4) Pemeliharaan gigi
a. Menyikat gigi secara teratur 2 kali sehari.
b. Memakan makanan yang berserat dan berair dan mengurangi
makanan yang manis dan lengket.
c. Berkumur setelah makan makanan yang manis dan lengket.
d. Menggunakan pasta gigi yang mengandung flouride.
e. Memeriksakan gigi 6 bulan sekali ke dokter gigi.
f. Tidak menggunakan sikat gigi yang sama dengan orang lain.
5) Cara menyikat gigi dengan benar
B. Metode bermain: melakukan permainan yang telah disesuaikan dengan
materi penyuluhan pada 5 pos yang disediakan tanpa diadakan latihan, dilakukan oleh
kelompok anak untuk dipakai sebagai bahan pemikiran oleh kelompok.
Universitas Sumatera Utara
3.5 Cara melakukan penelitian
1. Murid-murid SD Islam An-Nizam kelas VI dibagi secara random dari
daftar absen siswa menjadi dua kelompok dengan mengelompokkan bilangan ganjil
sebagai anggota kelompok I dan bilangan genap sebagai anggota kelompok II.
Kepada masing-masing kelompok diberikan kuesioner sebanyak 3 kali yaitu sebelum,
sesudah dan setelah 10 hari dilakukan penyuluhan.
10 hari
Kelompok I : O1 (X1) O2 O3
Kelompok II : O4 (X2) O5 O6
10 hari
Keterangan:
O1 dan O4 : Kuesioner pertama (sebelum penyuluhan)
O2 dan O5 : Kuesioner kedua (setelah penyuluhan)
O3 dan O6 : Kuesioner ketiga (10 hari setelah penyuluhan)
(X1) : Penyuluhan dengan metode ceramah
(X2) : Penyuluhan dengan metode bermain
2. Kelompok I diberikan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dengan
metode ceramah menggunakan media presentasi berupa poster oleh penyuluh yaitu
peneliti sendiri di Aula SD Islam An-Nizam. Kelompok II diberikan penyuluhan
Universitas Sumatera Utara
kesehatan gigi dan mulut dengan metode bermain. Penyuluhan diberikan masing-
masing selama kurang lebih 30 menit.
Cara melakukan permainan:
Permainan dilakukan di dalam Aula SD Islam An-Nizam yang dibagi atas 5
pos. Kemudian 30 orang peserta diberikan pengarahan tentang permainan yang akan
dilakukan.
Pos I dan II
a) Setiap peserta diinstruksikan untuk mengambil satu kartu bergambar
makanan secara acak yang terdapat di dalam sebuah kotak berisi gambar berbagai
jenis makanan yang telah disediakan.
b) Penyuluh menginstruksikan peserta menuju pos I (makanan yang baik bagi
kesehatan gigi) dan pos II (makanan yang tidak baik bagi kesehatan gigi) sesuai
dengan kartu bergambar yang dimilikinya.
c) Pada masing-masing pos terdapat satu orang penjaga sebagai penuntun
peserta apakah peserta telah berada pada pos yang benar sesuai dengan kartunya atau
tidak.
d) Permainan dilakukan kurang lebih 5 menit.
Setelah peserta selesai melakukan permainan pada pos I dan II, peserta dibagi
menjadi 3 kelompok, tiap kelompok terdiri atas 10 orang dan harus melakukan
melakukan permainan pada pos III, IV dan V secara bergantian dengan kisaran waktu
± 8 menit untuk satu permainan.
Universitas Sumatera Utara
Pos III
a) Pada pos III, kelompok diberikan tugas untuk menjawab pertanyaan
(bagian mulut, bagian dan fungsi gigi) dengan alat tulis yang telah disediakan penjaga
pos.
b) Setiap anak mendapatkan satu kali kesempatan untuk melihat gambar
bagian mulut, bagian dan fungsi gigi yang terdapat di meja penyuluh.
c) Setiap anak harus menghapal dan mengingat gambar bagian mulut, bagian
dan fungsi gigi agar dapat menjawab pertanyaan.
Pos IV
a) Pada pos IV, kelompok diinstruksikan untuk menyusun puzzle tentang
proses terjadinya karies dan cara menyikat gigi yang benar.
b) Setelah selesai menyusun puzzle maka kelompok tersebut harus mengingat
dan menghapal pesan yang terdapat pada puzzle.
Pos V
a) Pada pos V, disediakan kotak berisi berbagai macam gambar cara
pemeliharaan gigi yaitu menyikat gigi yang teratur (setelah sarapan dan sebelum tidur
malam), memakan makanan yang berserat dan berair, mengurangi makan makanan
yang manis dan lengket, mengurangi minum minuman bersoda, menggunakan pasta
gigi berflouride, periksa ke dokter gigi 6 bulan sekali, tidak menukar sikat gigi
dengan milik orang lain dan mengganti sikat gigi 2-3 bulan sekali.
b) Kelompok diinstruksikan untuk mengambil dan menempelkan cara
pemeliharaan gigi pada kertas karton serta menyebutkannya kepada penjaga pos.
Universitas Sumatera Utara
3.6 Pengolahan data
Semua isian dalam kuesioner diedit dan diperiksa kembali apakah isian telah
dijawab semua. Pengolahan dilakukan dengan cara manual dan ditabulasikan dengan
menggunakan kartu kode menurut tujuan penelitian. Penilaian yang diberikan sesuai
dengan jumlah jawaban yang benar. Jumlah pertanyaan yang diberikan adalah 18
pertanyaan sehingga nilai tertinggi adalah 100 apabila semua pertanyaan dijawab
dengan benar dan nilai terendah adalah 0 apabila tidak ada pertanyaan yang dapat
dijawab dengan benar. Skor pengetahuan yang diperoleh dihitung sebagai berikut:
Jumlah jawaban yang benar
Skor Pengetahuan = x 100
Jumlah soal
3.7 Analisis data
a. Menghitung rata-rata skor pengetahuan sebelum, sesudah dan setelah 10
hari diberikan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dengan metode ceramah dan
bermain.
b. Analisis Uji T
1. Uji T berpasangan
a) Rata-rata skor pengetahuan murid sebelum dan sesudah dilakukan
penyuluhan dengan metode ceramah dan bermain.
b) Rata-rata skor pengetahuan murid sesudah dan setelah 10 hari dilakukan
penyuluhan dengan metode ceramah dan bermain.
Universitas Sumatera Utara
2. Uji T tidak berpasangan
a) Rata-rata skor pengetahuan murid sebelum dilakukan penyuluhan dengan
metode ceramah dan bermain.
b) Rata-rata skor pengetahuan murid sesudah dilakukan penyuluhan dengan
metode ceramah dan bermain.
c) Rata-rata skor pengetahuan murid setelah 10 hari dilakukan penyuluhan
dengan metode ceramah dan bermain.
Universitas Sumatera Utara
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1. Nilai rata-rata skor pengetahuan siswa sebelum dan sesudah
penyuluhan
Nilai rata-rata skor pengetahuan sebelum penyuluhan pada kelompok ceramah
adalah 51,11±5,94 dan kelompok bermain adalah 49,99±5,86. Secara statistik tidak
ada perbedaan yang bermakna (p>0,05)(Tabel 1).
Tabel 1. Hasil uji rata-rata skor pengetahuan sebelum penyuluhan dengan metode ceramah dan bermain
Nilai rata-rata skor pengetahuan pada kelompok ceramah dan bermain bila
dibandingkan sebelum dan sesudah penyuluhan secara statistik ada perbedaan yang
bermakna (p<0,001)( Tabel 2).
Kelompok
N
Skor rata-rata pengetahuan
Hasil uji statistik
X ± SD t df p
Ceramah 30 51,11 ± 5,94
0,745
58
0,511 Bermain 30 49,99 ± 5,86
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2. Hasil uji rata-rata skor pengetahuan sebelum dan sesudah penyuluhan dengan metode ceramah dan bermain
Waktu Penyuluhan
N
Skor rata-rata pengetahuan
Hasil uji statistik
X ± SD t df p
Kelompok Ceramah
Sebelum penyuluhan
Sesudah penyuluhan
30
30
51,11 ± 5,94
66,67 ± 9,77
4,978
29
0,000
Kelompok Bermain
Sebelum penyuluhan
Sesudah penyuluhan
30
30
49,99 ± 5,86
76,85 ± 7,29
5,733
29
0,000
Pengetahuan sesudah penyuluhan pada kelompok ceramah mengalami
peningkatan sebesar 15,56 dan kelompok bermain sebesar 26,86. Hasil ini
menunjukkan ada peningkatan pengetahuan yang bermakna antara sebelum dan
sesudah penyuluhan dengan metode ceramah dan bermain (p<0,001)(Tabel 3).
Tabel 3. Hail uji statistik selisih rata-rata skor pengetahuan sebelum dan sesudah penyuluhan dengan metode ceramah dan bermain
4.2. Nilai rata-rata skor pengetahuan siswa sesudah dan setelah 10 hari
penyuluhan
Nilai rata-rata skor pengetahuan sesudah dan setelah 10 hari penyuluhan pada
kelompok ceramah masing-masing adalah 66,67±9,77 dan 67,78±10,24. Secara
statistik tidak ada perbedaan yang bermakna (p>0,05). Nilai rata-rata skor
Kelompok N Selisih rata-rata skor pengetahuan sebelum dan sesudah penyuluhan
Hasil uji statistik
df p Ceramah 30 15,56
58
0,000 Bermain 30 26,86
Universitas Sumatera Utara
pengetahuan sesudah dan setelah 10 hari penyuluhan pada kelompok bermain adalah
76,85±7,29 dan 80,18±6,78. Secara statistik ada perbedaan yang bermakna
(p<0,001)(Tabel 4).
Tabel 4. Hasil uji nilai rata-rata skor pengetahuan sesudah dan setelah 10 hari penyuluhan dengan metode ceramah dan bermain
Waktu Penyuluhan
N
Skor rata-rata pengetahuan
Hasil uji statistik
X ± SD t df p
Kelompok ceramah
Sesudah penyuluhan
Setelah 10 hari penyuluhan
30
30
66,67 ± 9,77
67,78 ± 10,24
1,643
29
0,056
Kelompok bermain
Sesudah penyuluhan
Setelah 10 hari penyuluhan
30
30
76,85±7,29
80,18±6,78
3,236
29
0,000
Pengetahuan setelah 10 hari penyuluhan pada kelompok ceramah mengalami
peningkatan sebesar 1,11 dan kelompok bermain sebesar 3,33. Bila dibandingkan
nilai selisih rata-rata skor pengetahuan setelah 10 hari penyuluhan dengan metode
ceramah dan bermain secara statistik terlihat ada perbedaan yang bermakna
(p<0,001)(Tabel 5).
Tabel 5. Hasil uji statistik selisih rata-rata skor pengetahuan sesudah dan setelah 10 hari penyuluhan dengan metode ceramah dan bermain
Kelompok
N
Selisih rata-rata sesudah dan setelah 10 hari penyuluhan
Hasil uji statistik
df p
Ceramah 30 1,11
58
0,000 Bermain 30 3,33
Universitas Sumatera Utara
4.3 Sumber informasi pengetahuan kesehatan gigi dan mulut kelompok
penyuluhan dengan metode ceramah dan bermain
Umumnya sumber informasi tentang kesehatan gigi dan mulut sebelum siswa
baik pada kelompok ceramah dan bermain berasal dari televisi (83,33%, 90%) dan
guru (80%,76,67%), sedangkan dari orang tua mendapatkan persentase yang sama
(76,67%). Sumber informasi dari dokter gigi hanya sedikit yaitu 13,33% pada
kelompok ceramah dan 16,67% pada kelompok bermain (Tabel 6).
Tabel 6. Sumber informasi pengetahuan kesehatan gigi dan mulut kelompok penyuluhan dengan metode ceramah dan bermain.
No Sumber Informasi Pengetahuan Kesehatan Gigi
dan Mulut
Kelompok ceramah Kelompok bermain
Jumlah
(%)
Jumlah
(%) 1 Orang tua 23 76,67 23 76,67
2 Guru 24 80 23 76,67
3 Buku pelajaran 20 66,67 20 66,67
4 Majalah 16 53,33 16 53,33
5 Televisi 25 83,33 27 90
6 Radio 15 50 11 36,67
7 Dokter gigi 4 13,33 5 16,67
8 Dokter umum 1 3,33 2 6,67
Universitas Sumatera Utara
BAB 5
PEMBAHASAN
Pada siswa kelas VI SD Islam An-Nizam menunjukkan rata-rata skor
pengetahuan sebelum dilakukan penyuluhan dengan metode ceramah dan bermain
adalah 51,11±5,94 dan 49,99±5,86, secara statistik tidak ada perbedaan yang
bermakna (p>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa siswa mempunyai tingkat
pengetahuan yang sama. 5
Nilai rata-rata skor pengetahuan sesudah penyuluhan dengan metode ceramah
naik sebesar 15,56 menjadi 66,67±9,77 dan bermain naik sebesar 26,86 menjadi
76,85±7,29. Secara statistik ada perbedaan yang bermakna (p<0,001). Hal ini
membuktikan bahwa penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dengan metode ceramah
maupun bermain memberikan efek meningkatkan pengetahuan siswa. Penelitian
Rusli pada murid-murid SD St. Paulus kelas III dan V Jakarta Barat menunjukkan
bahwa penyuluhan dengan metode bermain lebih baik dari metode ceramah
(p=0,0001).2
Nilai rata-rata skor pengetahuan sesudah dan setelah 10 hari penyuluhan pada
kelompok ceramah adalah 66,67±9,77 dan 67,78±10,24, dan secara statistik tidak ada
perbedaan yang bermakna (p>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa penyuluhan dengan
metode ceramah tidak memiliki retensi yang kuat terhadap ingatan siswa.18
Sedangkan nilai rata-rata skor pengetahuan sesudah dan setelah 10 hari penyuluhan
pada kelompok bermain adalah 76,85±7,29 dan 80,18±6,78, dan secara statistik ada
perbedaan yang bermakna (p<0,001). Hal ini menunjukkan bahwa penyuluhan
Universitas Sumatera Utara
dengan metode bermain memiliki retensi yang kuat terhadap ingatan siswa. Menurut
Sudono, dengan bermain keterampilan baru yang diperoleh melalui praktek tidak
akan segera hilang dan akan selalu diingatnya.9
Rata-rata skor pengetahuan setelah 10 hari penyuluhan dengan metode
ceramah dan bermain secara statistik menunjukkan ada perbedaan yang bermakna
(p<0,001). Hal ini disebabkan karena terdapat gangguan-gangguan validitas dalam
dan luar. 19 Gangguan validitas dalam meliputi faktor maturasi (makin lelah, lapar,
makin trampil dan sebagainya), faktor (pre dan post test), faktor instrumentasi
(kuesioner). Sedangkan gangguan validitas luar meliputi Interaksi uji awal (kenaikan
kepekaan atau kesiapan subjek terhadap perlakuan yang diberikan kepadanya), dan
faktor perlakuan ganda (subjek diberikan perlakuan berulang-ulang, sehingga sisa
pengaruh perlakuan terdahulu masih ada dan mempengaruhi perlakuan berikutnya).
Selain gangguan-gangguan validitas di atas perbedaan yang bermakna terjadi
karena pada saat penyuluhan dengan metode ceramah terjadi komunikasi satu arah
saja sehingga materi yang disampaikan tidak begitu dipahami oleh siswa, cenderung
membosankan sehingga perhatian siswa berkurang dan siswa lebih bersikap pasif
sehingga pembicara kurang mengetahui dengan pasti sejauh mana siswa menguasai
bahan ceramah.20 Sedangkan pada penyuluhan dengan bermain suasana terlihat lebih
aktif dan menyenangkan sehingga materi yang disampaikan lebih mengena diingatan
siswa.12
Sumber informasi kelompok penyuluhan dengan metode ceramah dan
bermain paling banyak berasal dari televisi yaitu 83,33% dan 90%. Hal ini
menunjukkan bahwa televisi memiliki peranan yang besar terhadap ingatan siswa.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Mimpsy, kehadiran televisi dapat memberikan pengetahuan namun
sekaligus berdampak negatif dalam proses perkembangan anak, baik fisik, psikis,
maupun sosial.21
Sumber informasi terbanyak selanjutnya berasal dari guru 80% pada
kelompok ceramah dan 76,67% pada kelompok bermain. Menurut Suryosubroto
bahwa efektifitas guru mengajar nyata dari keberhasilan siswa menguasai apa yang
diajarkan guru itu, dengan kata lain dapat dikatakan bahwa keberhasilan proses
belajar mengajar sangat ditentukan oleh kemampuan guru dalam mengelola proses
belajar mengajar. Oleh karena itu, guru memiliki peran yang besar dalam membantu
siswa memperoleh informasi tentang kesehatan gigi dan mulut. 5
Peran orang tua bagi anak-anaknya adalah membantu anak berhasil dalam
hidupnya kelak, mengajari anak membentuk konsep diri dimana konsep diri
mempengaruhi prestasi akademik anak.22 Peran tersebut terlihat dari persentase
sumber informasi dari orang tua sebesar 76,67% pada kelompok ceramah dan
bermain.
Sumber informasi dari dokter gigi sedikit sekali berperan, pada kelompok
cermah 13,33% dan bermain 16,67%. Peran dokter gigi sangat diharapkan dalam
meningkatkan pendidikan kesehatan gigi dan mulut pada anak, sehingga anak mampu
memelihara kesehatan giginya sendiri.21
Sumber informasi yang diperoleh siswa juga berperan besar dalam
meningkatkan pengetahuan. Semakin banyak informasi tentang kesehatan gigi yang
diperoleh siswa maka semakin baik tingkat pengetahuannya.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Rata-rata skor pengetahuan sebelum (51,11±5,94) dan sesudah
(66,67±9,77) dengan menggunakan metode ceramah dan sebelum (49,99±5,86) dan
sesudah (76,85±7,29) dengan menggunakan metode bermain menunjukkan ada
perbedaan yang bermakna (p<0,001). Hal ini membuktikan bahwa metode ceramah
ataupun bermain dapat memberikan efek meningkatkan pengetahuan siswa.
2. Selisih rata-rata skor pengetahuan sebelum dan sesudah penyuluhan
dengan metode ceramah adalah 15,56 dan bermain adalah 26,86. Hal ini
menunjukkan ada perbedaan yang bermakna (p<0,001).
3. Rata-rata skor pengetahuan sesudah (66,67±9,77) dan setelah 10 hari
(67,78±10,24) penyuluhan dengan metode ceramah menunjukkan tidak ada
perbedaan yang bermakna (p>0,05). Hal ini membuktikan bahwa penyuluhan dengan
metode ceramah tidak memiliki retensi yang kuat terhadap ingatan siswa. Sedangkan
rata-rata skor pengetahuan sesudah (76,85±7,29) dan setelah 10 hari (80,18±6,78)
penyuluhan pada kelompok bermain menunjukkan ada perbedaan yang bermakna
(p<0,001). Hal ini menunjukkan bahwa penyuluhan dengan metode bermain memiliki
retensi yang kuat terhadap ingatan siswa.
Universitas Sumatera Utara
4. Selisih rata-rata skor pengetahuan sesudah dan setelah 10 hari penyuluhan
dengan metode ceramah adalah 1,11 dan bermain 3,33. Hal ini menunjukkan ada
perbedaan yang bermakna (p<0,001).
5. Sumber informasi siswa yang diberikan penyuluhan dengan metode
ceramah dan bermain umumnya banyak berasal dari televisi sedangkan sumber
informasi dari dokter gigi sangat sedikit. Hal ini menunjukkan bahwa peran dokter
gigi masih sedikit sehingga diharapkan lebih ditingkatkan penyampaian informasi
tentang kesehatan gigi dan mulut pada masyarakat umumnya dan anak-anak
khususnya.
6.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh maka disarankan agar penyuluhan
pada anak-anak lebih baik dilakukan dengan metode bermain daripada metode
ceramah karena dengan bermain proses belajar lebih aktif, dan lebih menyenangkan
sehingga cocok digunakan pada anak-anak. Selain itu diharapkan adanya dukungan
dari pihak sekolah dengan membuat program penyuluhan Usaha Kesehatan Gigi
Sekolah sehingga dokter gigi dapat berperan aktif dalam mengedukasi dan
mengontrol kesehatan gigi dan mulut para siswa dan akhirnya menimbulkan
kebiasaan yang baik dalam merawat kesehatan gigi dan mulutnya.
Universitas Sumatera Utara