Chapter III VI babababa

17
METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimental, yaitu pre and post test grup design. Dalam penelitian ini murid-murid dibagi atas dua kelompok yaitu kelompok yang diberi penyuluhan dengan metode ceramah menggunakan poster dan kelompok yang diberikan penyuluhan dengan metode bermain. 3.2 Populasi dan sampel Populasi terdiri atas murid-murid kelas VI SD Islam An-Nizam yang berjumlah 161 orang. Sampel dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan rumus : n = (Z α + Z β )σ đ 2 Keterangan: σ = Standard deviasi skor pengetahuan (dari penelitian Makuch A dan Rescke K 7,41) Z α = Batas atas nilai konversi pada tabel distribusi normal untuk batas kemaknaan (pada α 5% adalah 1,96) Z β = Batas bawah nilai konversi pada tabel distribusi normal untuk batas kemaknaan (pada β 95% adalah 1,64) đ = Derajat ketepatan (ditentukan oleh peneliti 5,0) Universitas Sumatera Utara

description

Chapter III VI babababa

Transcript of Chapter III VI babababa

Page 1: Chapter III VI babababa

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimental,

yaitu pre and post test grup design. Dalam penelitian ini murid-murid dibagi atas dua

kelompok yaitu kelompok yang diberi penyuluhan dengan metode ceramah

menggunakan poster dan kelompok yang diberikan penyuluhan dengan metode

bermain.

3.2 Populasi dan sampel

Populasi terdiri atas murid-murid kelas VI SD Islam An-Nizam yang

berjumlah 161 orang.

Sampel dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan rumus :

n = (Zα + Zβ)σ

đ

2

Keterangan:

σ = Standard deviasi skor pengetahuan (dari penelitian Makuch A dan Rescke K

7,41)

Zα = Batas atas nilai konversi pada tabel distribusi normal untuk batas kemaknaan

(pada α 5% adalah 1,96)

Zβ = Batas bawah nilai konversi pada tabel distribusi normal untuk batas kemaknaan

(pada β 95% adalah 1,64)

đ = Derajat ketepatan (ditentukan oleh peneliti 5,0)

Universitas Sumatera Utara

Page 2: Chapter III VI babababa

Maka:

n = (Zα + Zβ)σ

đ

2

= (1,96 + 1,64) 7,41

5,0

2

= 28 orang

Berdasarkan perhitungan, diperoleh jumlah sampel minimum adalah 28 orang.

Dalam penelitian ini besar sampel yang diambil peneliti adalah masing-masing 30

orang anak yang di berikan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dengan metode

ceramah dan 30 orang anak diberikan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dengan

metode bermain, sehingg total sampel menjadi 60 orang. Sampel berasal dari empat

kelas, yaitu: kelas 6A, 6B, 6C, dan 6D yang diambil secara random.

3.3 Variabel penelitian

1. Variabel Perlakuan : penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dengan metode

ceramah dan bermain.

2. Variabel tergantung : skor pengetahuan siswa.

3.4 Definisi Operasional

1. Penyuluhan kesehatan gigi dan mulut

A. Metode ceramah: menerangkan dan menjelaskan secara lisan tentang

kesehatan gigi dan mulut sesuai materi penyuluhan.

Universitas Sumatera Utara

Page 3: Chapter III VI babababa

Materi Penyuluhan:

1) Mulut dan gigi

a. Bagian mulut: gigi (seri, taring, geraham depan dan belakang),

lidah, gusi, palatum dan bibir.

b. Bagian gigi: mahkota, leher, akar, email, dentin dan pulpa.

c. Fungsi gigi.

2) Makanan yang baik bagi kesehatan gigi (makanan yang berserat dan berair)

dan makanan yang tidak baik bagi kesehatan gigi (makanan yang manis dan lengket)

3) Proses terjadinya karies

4) Pemeliharaan gigi

a. Menyikat gigi secara teratur 2 kali sehari.

b. Memakan makanan yang berserat dan berair dan mengurangi

makanan yang manis dan lengket.

c. Berkumur setelah makan makanan yang manis dan lengket.

d. Menggunakan pasta gigi yang mengandung flouride.

e. Memeriksakan gigi 6 bulan sekali ke dokter gigi.

f. Tidak menggunakan sikat gigi yang sama dengan orang lain.

5) Cara menyikat gigi dengan benar

B. Metode bermain: melakukan permainan yang telah disesuaikan dengan

materi penyuluhan pada 5 pos yang disediakan tanpa diadakan latihan, dilakukan oleh

kelompok anak untuk dipakai sebagai bahan pemikiran oleh kelompok.

Universitas Sumatera Utara

Page 4: Chapter III VI babababa

3.5 Cara melakukan penelitian

1. Murid-murid SD Islam An-Nizam kelas VI dibagi secara random dari

daftar absen siswa menjadi dua kelompok dengan mengelompokkan bilangan ganjil

sebagai anggota kelompok I dan bilangan genap sebagai anggota kelompok II.

Kepada masing-masing kelompok diberikan kuesioner sebanyak 3 kali yaitu sebelum,

sesudah dan setelah 10 hari dilakukan penyuluhan.

10 hari

Kelompok I : O1 (X1) O2 O3

Kelompok II : O4 (X2) O5 O6

10 hari

Keterangan:

O1 dan O4 : Kuesioner pertama (sebelum penyuluhan)

O2 dan O5 : Kuesioner kedua (setelah penyuluhan)

O3 dan O6 : Kuesioner ketiga (10 hari setelah penyuluhan)

(X1) : Penyuluhan dengan metode ceramah

(X2) : Penyuluhan dengan metode bermain

2. Kelompok I diberikan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dengan

metode ceramah menggunakan media presentasi berupa poster oleh penyuluh yaitu

peneliti sendiri di Aula SD Islam An-Nizam. Kelompok II diberikan penyuluhan

Universitas Sumatera Utara

Page 5: Chapter III VI babababa

kesehatan gigi dan mulut dengan metode bermain. Penyuluhan diberikan masing-

masing selama kurang lebih 30 menit.

Cara melakukan permainan:

Permainan dilakukan di dalam Aula SD Islam An-Nizam yang dibagi atas 5

pos. Kemudian 30 orang peserta diberikan pengarahan tentang permainan yang akan

dilakukan.

Pos I dan II

a) Setiap peserta diinstruksikan untuk mengambil satu kartu bergambar

makanan secara acak yang terdapat di dalam sebuah kotak berisi gambar berbagai

jenis makanan yang telah disediakan.

b) Penyuluh menginstruksikan peserta menuju pos I (makanan yang baik bagi

kesehatan gigi) dan pos II (makanan yang tidak baik bagi kesehatan gigi) sesuai

dengan kartu bergambar yang dimilikinya.

c) Pada masing-masing pos terdapat satu orang penjaga sebagai penuntun

peserta apakah peserta telah berada pada pos yang benar sesuai dengan kartunya atau

tidak.

d) Permainan dilakukan kurang lebih 5 menit.

Setelah peserta selesai melakukan permainan pada pos I dan II, peserta dibagi

menjadi 3 kelompok, tiap kelompok terdiri atas 10 orang dan harus melakukan

melakukan permainan pada pos III, IV dan V secara bergantian dengan kisaran waktu

± 8 menit untuk satu permainan.

Universitas Sumatera Utara

Page 6: Chapter III VI babababa

Pos III

a) Pada pos III, kelompok diberikan tugas untuk menjawab pertanyaan

(bagian mulut, bagian dan fungsi gigi) dengan alat tulis yang telah disediakan penjaga

pos.

b) Setiap anak mendapatkan satu kali kesempatan untuk melihat gambar

bagian mulut, bagian dan fungsi gigi yang terdapat di meja penyuluh.

c) Setiap anak harus menghapal dan mengingat gambar bagian mulut, bagian

dan fungsi gigi agar dapat menjawab pertanyaan.

Pos IV

a) Pada pos IV, kelompok diinstruksikan untuk menyusun puzzle tentang

proses terjadinya karies dan cara menyikat gigi yang benar.

b) Setelah selesai menyusun puzzle maka kelompok tersebut harus mengingat

dan menghapal pesan yang terdapat pada puzzle.

Pos V

a) Pada pos V, disediakan kotak berisi berbagai macam gambar cara

pemeliharaan gigi yaitu menyikat gigi yang teratur (setelah sarapan dan sebelum tidur

malam), memakan makanan yang berserat dan berair, mengurangi makan makanan

yang manis dan lengket, mengurangi minum minuman bersoda, menggunakan pasta

gigi berflouride, periksa ke dokter gigi 6 bulan sekali, tidak menukar sikat gigi

dengan milik orang lain dan mengganti sikat gigi 2-3 bulan sekali.

b) Kelompok diinstruksikan untuk mengambil dan menempelkan cara

pemeliharaan gigi pada kertas karton serta menyebutkannya kepada penjaga pos.

Universitas Sumatera Utara

Page 7: Chapter III VI babababa

3.6 Pengolahan data

Semua isian dalam kuesioner diedit dan diperiksa kembali apakah isian telah

dijawab semua. Pengolahan dilakukan dengan cara manual dan ditabulasikan dengan

menggunakan kartu kode menurut tujuan penelitian. Penilaian yang diberikan sesuai

dengan jumlah jawaban yang benar. Jumlah pertanyaan yang diberikan adalah 18

pertanyaan sehingga nilai tertinggi adalah 100 apabila semua pertanyaan dijawab

dengan benar dan nilai terendah adalah 0 apabila tidak ada pertanyaan yang dapat

dijawab dengan benar. Skor pengetahuan yang diperoleh dihitung sebagai berikut:

Jumlah jawaban yang benar

Skor Pengetahuan = x 100

Jumlah soal

3.7 Analisis data

a. Menghitung rata-rata skor pengetahuan sebelum, sesudah dan setelah 10

hari diberikan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dengan metode ceramah dan

bermain.

b. Analisis Uji T

1. Uji T berpasangan

a) Rata-rata skor pengetahuan murid sebelum dan sesudah dilakukan

penyuluhan dengan metode ceramah dan bermain.

b) Rata-rata skor pengetahuan murid sesudah dan setelah 10 hari dilakukan

penyuluhan dengan metode ceramah dan bermain.

Universitas Sumatera Utara

Page 8: Chapter III VI babababa

2. Uji T tidak berpasangan

a) Rata-rata skor pengetahuan murid sebelum dilakukan penyuluhan dengan

metode ceramah dan bermain.

b) Rata-rata skor pengetahuan murid sesudah dilakukan penyuluhan dengan

metode ceramah dan bermain.

c) Rata-rata skor pengetahuan murid setelah 10 hari dilakukan penyuluhan

dengan metode ceramah dan bermain.

Universitas Sumatera Utara

Page 9: Chapter III VI babababa

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1. Nilai rata-rata skor pengetahuan siswa sebelum dan sesudah

penyuluhan

Nilai rata-rata skor pengetahuan sebelum penyuluhan pada kelompok ceramah

adalah 51,11±5,94 dan kelompok bermain adalah 49,99±5,86. Secara statistik tidak

ada perbedaan yang bermakna (p>0,05)(Tabel 1).

Tabel 1. Hasil uji rata-rata skor pengetahuan sebelum penyuluhan dengan metode ceramah dan bermain

Nilai rata-rata skor pengetahuan pada kelompok ceramah dan bermain bila

dibandingkan sebelum dan sesudah penyuluhan secara statistik ada perbedaan yang

bermakna (p<0,001)( Tabel 2).

Kelompok

N

Skor rata-rata pengetahuan

Hasil uji statistik

X ± SD t df p

Ceramah 30 51,11 ± 5,94

0,745

58

0,511 Bermain 30 49,99 ± 5,86

Universitas Sumatera Utara

Page 10: Chapter III VI babababa

Tabel 2. Hasil uji rata-rata skor pengetahuan sebelum dan sesudah penyuluhan dengan metode ceramah dan bermain

Waktu Penyuluhan

N

Skor rata-rata pengetahuan

Hasil uji statistik

X ± SD t df p

Kelompok Ceramah

Sebelum penyuluhan

Sesudah penyuluhan

30

30

51,11 ± 5,94

66,67 ± 9,77

4,978

29

0,000

Kelompok Bermain

Sebelum penyuluhan

Sesudah penyuluhan

30

30

49,99 ± 5,86

76,85 ± 7,29

5,733

29

0,000

Pengetahuan sesudah penyuluhan pada kelompok ceramah mengalami

peningkatan sebesar 15,56 dan kelompok bermain sebesar 26,86. Hasil ini

menunjukkan ada peningkatan pengetahuan yang bermakna antara sebelum dan

sesudah penyuluhan dengan metode ceramah dan bermain (p<0,001)(Tabel 3).

Tabel 3. Hail uji statistik selisih rata-rata skor pengetahuan sebelum dan sesudah penyuluhan dengan metode ceramah dan bermain

4.2. Nilai rata-rata skor pengetahuan siswa sesudah dan setelah 10 hari

penyuluhan

Nilai rata-rata skor pengetahuan sesudah dan setelah 10 hari penyuluhan pada

kelompok ceramah masing-masing adalah 66,67±9,77 dan 67,78±10,24. Secara

statistik tidak ada perbedaan yang bermakna (p>0,05). Nilai rata-rata skor

Kelompok N Selisih rata-rata skor pengetahuan sebelum dan sesudah penyuluhan

Hasil uji statistik

df p Ceramah 30 15,56

58

0,000 Bermain 30 26,86

Universitas Sumatera Utara

Page 11: Chapter III VI babababa

pengetahuan sesudah dan setelah 10 hari penyuluhan pada kelompok bermain adalah

76,85±7,29 dan 80,18±6,78. Secara statistik ada perbedaan yang bermakna

(p<0,001)(Tabel 4).

Tabel 4. Hasil uji nilai rata-rata skor pengetahuan sesudah dan setelah 10 hari penyuluhan dengan metode ceramah dan bermain

Waktu Penyuluhan

N

Skor rata-rata pengetahuan

Hasil uji statistik

X ± SD t df p

Kelompok ceramah

Sesudah penyuluhan

Setelah 10 hari penyuluhan

30

30

66,67 ± 9,77

67,78 ± 10,24

1,643

29

0,056

Kelompok bermain

Sesudah penyuluhan

Setelah 10 hari penyuluhan

30

30

76,85±7,29

80,18±6,78

3,236

29

0,000

Pengetahuan setelah 10 hari penyuluhan pada kelompok ceramah mengalami

peningkatan sebesar 1,11 dan kelompok bermain sebesar 3,33. Bila dibandingkan

nilai selisih rata-rata skor pengetahuan setelah 10 hari penyuluhan dengan metode

ceramah dan bermain secara statistik terlihat ada perbedaan yang bermakna

(p<0,001)(Tabel 5).

Tabel 5. Hasil uji statistik selisih rata-rata skor pengetahuan sesudah dan setelah 10 hari penyuluhan dengan metode ceramah dan bermain

Kelompok

N

Selisih rata-rata sesudah dan setelah 10 hari penyuluhan

Hasil uji statistik

df p

Ceramah 30 1,11

58

0,000 Bermain 30 3,33

Universitas Sumatera Utara

Page 12: Chapter III VI babababa

4.3 Sumber informasi pengetahuan kesehatan gigi dan mulut kelompok

penyuluhan dengan metode ceramah dan bermain

Umumnya sumber informasi tentang kesehatan gigi dan mulut sebelum siswa

baik pada kelompok ceramah dan bermain berasal dari televisi (83,33%, 90%) dan

guru (80%,76,67%), sedangkan dari orang tua mendapatkan persentase yang sama

(76,67%). Sumber informasi dari dokter gigi hanya sedikit yaitu 13,33% pada

kelompok ceramah dan 16,67% pada kelompok bermain (Tabel 6).

Tabel 6. Sumber informasi pengetahuan kesehatan gigi dan mulut kelompok penyuluhan dengan metode ceramah dan bermain.

No Sumber Informasi Pengetahuan Kesehatan Gigi

dan Mulut

Kelompok ceramah Kelompok bermain

Jumlah

(%)

Jumlah

(%) 1 Orang tua 23 76,67 23 76,67

2 Guru 24 80 23 76,67

3 Buku pelajaran 20 66,67 20 66,67

4 Majalah 16 53,33 16 53,33

5 Televisi 25 83,33 27 90

6 Radio 15 50 11 36,67

7 Dokter gigi 4 13,33 5 16,67

8 Dokter umum 1 3,33 2 6,67

Universitas Sumatera Utara

Page 13: Chapter III VI babababa

BAB 5

PEMBAHASAN

Pada siswa kelas VI SD Islam An-Nizam menunjukkan rata-rata skor

pengetahuan sebelum dilakukan penyuluhan dengan metode ceramah dan bermain

adalah 51,11±5,94 dan 49,99±5,86, secara statistik tidak ada perbedaan yang

bermakna (p>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa siswa mempunyai tingkat

pengetahuan yang sama. 5

Nilai rata-rata skor pengetahuan sesudah penyuluhan dengan metode ceramah

naik sebesar 15,56 menjadi 66,67±9,77 dan bermain naik sebesar 26,86 menjadi

76,85±7,29. Secara statistik ada perbedaan yang bermakna (p<0,001). Hal ini

membuktikan bahwa penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dengan metode ceramah

maupun bermain memberikan efek meningkatkan pengetahuan siswa. Penelitian

Rusli pada murid-murid SD St. Paulus kelas III dan V Jakarta Barat menunjukkan

bahwa penyuluhan dengan metode bermain lebih baik dari metode ceramah

(p=0,0001).2

Nilai rata-rata skor pengetahuan sesudah dan setelah 10 hari penyuluhan pada

kelompok ceramah adalah 66,67±9,77 dan 67,78±10,24, dan secara statistik tidak ada

perbedaan yang bermakna (p>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa penyuluhan dengan

metode ceramah tidak memiliki retensi yang kuat terhadap ingatan siswa.18

Sedangkan nilai rata-rata skor pengetahuan sesudah dan setelah 10 hari penyuluhan

pada kelompok bermain adalah 76,85±7,29 dan 80,18±6,78, dan secara statistik ada

perbedaan yang bermakna (p<0,001). Hal ini menunjukkan bahwa penyuluhan

Universitas Sumatera Utara

Page 14: Chapter III VI babababa

dengan metode bermain memiliki retensi yang kuat terhadap ingatan siswa. Menurut

Sudono, dengan bermain keterampilan baru yang diperoleh melalui praktek tidak

akan segera hilang dan akan selalu diingatnya.9

Rata-rata skor pengetahuan setelah 10 hari penyuluhan dengan metode

ceramah dan bermain secara statistik menunjukkan ada perbedaan yang bermakna

(p<0,001). Hal ini disebabkan karena terdapat gangguan-gangguan validitas dalam

dan luar. 19 Gangguan validitas dalam meliputi faktor maturasi (makin lelah, lapar,

makin trampil dan sebagainya), faktor (pre dan post test), faktor instrumentasi

(kuesioner). Sedangkan gangguan validitas luar meliputi Interaksi uji awal (kenaikan

kepekaan atau kesiapan subjek terhadap perlakuan yang diberikan kepadanya), dan

faktor perlakuan ganda (subjek diberikan perlakuan berulang-ulang, sehingga sisa

pengaruh perlakuan terdahulu masih ada dan mempengaruhi perlakuan berikutnya).

Selain gangguan-gangguan validitas di atas perbedaan yang bermakna terjadi

karena pada saat penyuluhan dengan metode ceramah terjadi komunikasi satu arah

saja sehingga materi yang disampaikan tidak begitu dipahami oleh siswa, cenderung

membosankan sehingga perhatian siswa berkurang dan siswa lebih bersikap pasif

sehingga pembicara kurang mengetahui dengan pasti sejauh mana siswa menguasai

bahan ceramah.20 Sedangkan pada penyuluhan dengan bermain suasana terlihat lebih

aktif dan menyenangkan sehingga materi yang disampaikan lebih mengena diingatan

siswa.12

Sumber informasi kelompok penyuluhan dengan metode ceramah dan

bermain paling banyak berasal dari televisi yaitu 83,33% dan 90%. Hal ini

menunjukkan bahwa televisi memiliki peranan yang besar terhadap ingatan siswa.

Universitas Sumatera Utara

Page 15: Chapter III VI babababa

Menurut Mimpsy, kehadiran televisi dapat memberikan pengetahuan namun

sekaligus berdampak negatif dalam proses perkembangan anak, baik fisik, psikis,

maupun sosial.21

Sumber informasi terbanyak selanjutnya berasal dari guru 80% pada

kelompok ceramah dan 76,67% pada kelompok bermain. Menurut Suryosubroto

bahwa efektifitas guru mengajar nyata dari keberhasilan siswa menguasai apa yang

diajarkan guru itu, dengan kata lain dapat dikatakan bahwa keberhasilan proses

belajar mengajar sangat ditentukan oleh kemampuan guru dalam mengelola proses

belajar mengajar. Oleh karena itu, guru memiliki peran yang besar dalam membantu

siswa memperoleh informasi tentang kesehatan gigi dan mulut. 5

Peran orang tua bagi anak-anaknya adalah membantu anak berhasil dalam

hidupnya kelak, mengajari anak membentuk konsep diri dimana konsep diri

mempengaruhi prestasi akademik anak.22 Peran tersebut terlihat dari persentase

sumber informasi dari orang tua sebesar 76,67% pada kelompok ceramah dan

bermain.

Sumber informasi dari dokter gigi sedikit sekali berperan, pada kelompok

cermah 13,33% dan bermain 16,67%. Peran dokter gigi sangat diharapkan dalam

meningkatkan pendidikan kesehatan gigi dan mulut pada anak, sehingga anak mampu

memelihara kesehatan giginya sendiri.21

Sumber informasi yang diperoleh siswa juga berperan besar dalam

meningkatkan pengetahuan. Semakin banyak informasi tentang kesehatan gigi yang

diperoleh siswa maka semakin baik tingkat pengetahuannya.

Universitas Sumatera Utara

Page 16: Chapter III VI babababa

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Rata-rata skor pengetahuan sebelum (51,11±5,94) dan sesudah

(66,67±9,77) dengan menggunakan metode ceramah dan sebelum (49,99±5,86) dan

sesudah (76,85±7,29) dengan menggunakan metode bermain menunjukkan ada

perbedaan yang bermakna (p<0,001). Hal ini membuktikan bahwa metode ceramah

ataupun bermain dapat memberikan efek meningkatkan pengetahuan siswa.

2. Selisih rata-rata skor pengetahuan sebelum dan sesudah penyuluhan

dengan metode ceramah adalah 15,56 dan bermain adalah 26,86. Hal ini

menunjukkan ada perbedaan yang bermakna (p<0,001).

3. Rata-rata skor pengetahuan sesudah (66,67±9,77) dan setelah 10 hari

(67,78±10,24) penyuluhan dengan metode ceramah menunjukkan tidak ada

perbedaan yang bermakna (p>0,05). Hal ini membuktikan bahwa penyuluhan dengan

metode ceramah tidak memiliki retensi yang kuat terhadap ingatan siswa. Sedangkan

rata-rata skor pengetahuan sesudah (76,85±7,29) dan setelah 10 hari (80,18±6,78)

penyuluhan pada kelompok bermain menunjukkan ada perbedaan yang bermakna

(p<0,001). Hal ini menunjukkan bahwa penyuluhan dengan metode bermain memiliki

retensi yang kuat terhadap ingatan siswa.

Universitas Sumatera Utara

Page 17: Chapter III VI babababa

4. Selisih rata-rata skor pengetahuan sesudah dan setelah 10 hari penyuluhan

dengan metode ceramah adalah 1,11 dan bermain 3,33. Hal ini menunjukkan ada

perbedaan yang bermakna (p<0,001).

5. Sumber informasi siswa yang diberikan penyuluhan dengan metode

ceramah dan bermain umumnya banyak berasal dari televisi sedangkan sumber

informasi dari dokter gigi sangat sedikit. Hal ini menunjukkan bahwa peran dokter

gigi masih sedikit sehingga diharapkan lebih ditingkatkan penyampaian informasi

tentang kesehatan gigi dan mulut pada masyarakat umumnya dan anak-anak

khususnya.

6.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh maka disarankan agar penyuluhan

pada anak-anak lebih baik dilakukan dengan metode bermain daripada metode

ceramah karena dengan bermain proses belajar lebih aktif, dan lebih menyenangkan

sehingga cocok digunakan pada anak-anak. Selain itu diharapkan adanya dukungan

dari pihak sekolah dengan membuat program penyuluhan Usaha Kesehatan Gigi

Sekolah sehingga dokter gigi dapat berperan aktif dalam mengedukasi dan

mengontrol kesehatan gigi dan mulut para siswa dan akhirnya menimbulkan

kebiasaan yang baik dalam merawat kesehatan gigi dan mulutnya.

Universitas Sumatera Utara