Chapter Lll VI

24
BAB 3 KERANGKA PENELITIAN 1. Kerangka Konseptual Menurut Varney (2007) vasektomi adalah tindakan menghambat atau menutup jalan bagi sperma melalui upaya bedah untuk mencegah pembuahan. Kerangka konseptual ini bertujuan untuk menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya minat akseptor Vasektomi adalah umur, tingkat pendidikan, ekonomi, suku dan sosial budaya, agama, tingkat pengetahuan, tingkat pendidikan, sikap, dukungan petugas KB. Skema 3.1 Kerangka Konseptual Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Minat Akseptor Vasektomi Faktor-faktor yang mempengaruhi : - Umur - Tingkat Pendidikan - Ekonomi - Suku/Budaya - Agama - Tingkat Pengetahuan - Sikap - Dukungan petugas KB Penggunaan Kontrasepsi Vasektomi 20 Universitas Sumatera Utara

description

ec

Transcript of Chapter Lll VI

Page 1: Chapter Lll VI

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

1. Kerangka Konseptual

Menurut Varney (2007) vasektomi adalah tindakan menghambat atau menutup

jalan bagi sperma melalui upaya bedah untuk mencegah pembuahan. Kerangka

konseptual ini bertujuan untuk menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi

rendahnya minat akseptor Vasektomi adalah umur, tingkat pendidikan, ekonomi, suku

dan sosial budaya, agama, tingkat pengetahuan, tingkat pendidikan, sikap, dukungan

petugas KB.

Skema 3.1 Kerangka Konseptual Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Minat

Akseptor Vasektomi

Faktor-faktor yang mempengaruhi :

- Umur - Tingkat Pendidikan - Ekonomi - Suku/Budaya - Agama - Tingkat

Pengetahuan - Sikap - Dukungan petugas

KB

Penggunaan Kontrasepsi

Vasektomi

20 Universitas Sumatera Utara

Page 2: Chapter Lll VI

2. Defenisi Operasional

Faktor-faktor yang mempengaruhi adalah faktor-faktor yang terkait dengan

rendahnya minat akseptor Vasektomi meliputi: Umur, Tingkat Pendidikan, Agama,

Suku, Tingkat Pengetahuan, Ekonomi, Sikap, Dukungan Petugas KB.

Tabel 3.1 Defenisi Operasional

No. Variabel Defenisi

Operasional

Alat Ukur Hasil Ukur Skal

Ukur

1. Umur Usia suami yang terhitung sejak lahir hingga ulang tahun terakhir

1=<45tahun 2=>45 tahun

Interval

2. Tingkat Pendidikan

Jenjang pendidikan formal yang pernah diikuti berdasarkan ijazah terakhir yang dimiliki

1=SD 2=SMP 3=SMA 4=Diploma 5=Sarjana

Ordinal

3. Ekonomi Pendapatan responden dan keluarga selama sebulan

Kuesioner 1=<Rp.850.00,- /bulan 2=Rp.850.000,- s/d Rp.1.000.000,-/bulan 3=Rp.1.000.000,-s/d Rp. 1.500.000,-/bulan 4=>Rp.1.500.000,-/bulan

Nominal

4. Suku Nilai-nilai yang dimiliki seseorang dalam berprilaku dalam kelompok masyarakat

1= Batak Toba 2= Melayu 3= Minang 4= Jawa 5= Aceh

Ordinal

5. Agama Nilai-nilai keyakinan dan kepercayaan seseorang yang

1=Islam 2=Kristen Protestan

Ordinal

21 Universitas Sumatera Utara

Page 3: Chapter Lll VI

ditunjukkan dalam aktivitas agamanya

3=Kristen Katolik

6. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan suami mengenai kontrasepsi Vasektomi

Kuisioner dengan 8 pertanyaan no 1,2,3,4,5,6,7,dan 8

1=Baik (11-16) 2=Cukup (6-10) 3=Kurang (0-5)

Ordinal

7. Sikap Penilaian atau pandangan suami terhadap metode kontrasepsi Vasektomi

Terdiri dari 6 pernyataan no 9,10,11,12,13dan 14

Setuju = 1 Tidak Setuju =0

Ordinal

8. Dukungan Petugas KB

Penilaian atau persepsi suami tentang tindakan dan sikap petugas

Kuisioner dengan 6 pertanyaan no 15,16,17,18, 19 dan 20

Mendukung = 1 Tidak Mendukung = 0

Ordinal

22 Universitas Sumatera Utara

Page 4: Chapter Lll VI

BAB 4

METODE PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yang bertujuan

untuk menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya minat akseptor

Vasektomi di Kelurahan Sei Merbau Kecamatan Teluk Nibung.

2. Populasi dan Sampel

2.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh suami di Kelurahan Sei Merbau

Kecamatan Teluk Nibung dan diketahui jumlah suami sebanyak 1394 orang di

Kelurahan Sei Merbau Kecamatan Teluk Nibung.

2.2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang dapat digunakan sebagai subjek

penelitian melalui sampling. Penentuan besar sampel dalam penelitian ini adalah dengan

cara pengambilan dari populasi 1394 -10% sehingga 10% dari 1394 orang adalah 139

orang (Arikunto, 2006). Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik

purposive sampling, yaitu cara pengambilan sampel untuk tujuan tertentu.

Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah bersedia menjadi responden,

dapat berbahasa Indonesia dengan baik, dapat membaca dan menulis, dan belum

menggunakan metode kontrasepsi Vasektomi di Kelurahan Sei Merbau Kecamatan

Teluk Nibung.

23 Universitas Sumatera Utara

Page 5: Chapter Lll VI

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Adapun pertimbangan pemilihan lokasi ini adalah karena hasil survey

menunjukkan tersedianya sampel yang memadai untuk penelitian dan belum pernah

dilakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya minat

akseptor Vasektomi.

4. Pertimbangan Etik penelitian

Penelitian ini akan dilakukan setelah mendapat izin penelitian dari Fakultas

Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan Kecamatan Teluk Nibung. Setelah

mendapat persetujuan tersebut, kemudian peneliti melakukan penelitian dengan

menjelaskan maksud dan tujuan penelitian yang dilakukan serta dampak yang mungkin

terjadi selama dan sesudah pengumpulan data. Jika suami yang dijadikan sampel

bersedia diteliti, maka peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati hak-haknya.

Untuk menjaga kerahasian responden tersebut, maka peneliti tidak

mencantumkan namanya pada lembar pengumpulan data, melainkan cukup dengan

memberikan nomor kode responden pada masing-masing lembar pengumpulan data

tersebut. Kerahasian informasi dari responden dijamin oleh peneliti, hanya kelompok

data tertentu yang akan dijadikan atau dilaporkan sebagai hasil riset (Nursalam, 2009).

5. Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh informasi dari responden, peneliti menggunakan alat

pengumpulan data berupa kuesioner yang disusun sendiri oleh peneliti dengan

berpedoman pada konsep dan tinjuan teoritis. Kuesioner penelitian terdiri dari dua

bagian yaitu kuesioner data demografi dan kuesioner faktor-faktor yang mempengaruhi

rendahnya minat akseptor Vasektomi

24 Universitas Sumatera Utara

Page 6: Chapter Lll VI

5.1. Kuesioner data demografi

Kuesioner data demografi meliputi umur, tingkat pendidikan, penghasilan,

suku, agama, dan jumlah anak, bertujuan untuk melihat distribusi demografi dari

responden.

5.2. Kuesioner faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya minat akseptor

Vasektomi

Kuesioner ini terdiri dari 20 pertanyaan. Faktor tingkat pengetahuan berisi 8

pertanyaan (pertanyaan no 1,2,3,4,5,6,7,8), faktor sikap berisi 6 pertanyaan (pertanyaan

no 9,10,11,12,13,14), dan faktor dukungan petugas KB berisi 6 pertanyaan (pertanyaan

no 15,16,17,18,19,20).

Pertanyaan untuk pengetahuan sebanyak 8 (Delapan) pertanyaan terdiri dari

pilihan jawaban : a, b, dan c. Jika jawaban benar maka diberi nilai satu (skor =2), jika

jawaban salah maka diberi nilai nol (skor = 0). Penilaian yang digunakan tersebut ialah

menurut skala guttman (Riduan, 2010). Berdasarkan rumus statistika

P = kelasBanyak(R)Rentang

1. Menentukan nilai rentang (R)

2. Rentang = skor tertinggi – skor terkecil

8 X 2 = 16

16 – 0 = 16

3. Menentukan panjang kelas ( i )

Panjang kelas ( i ) = kelasBanyak(R)Rentang

= 16/3 = 5.33

25 Universitas Sumatera Utara

Page 7: Chapter Lll VI

4. Untuk menentukan kategori pengetahuan adalah sebagai berikut :

- Kategori baik = 10.6+5.3 = 15.9 (jika responden menjawab 11-16

pertanyaan dengan benar)

- Kategori cukup = 5.3+5.3 = 10.6 (jika responden menjawab 6-10 pertanyaan

dengan benar)

- Kategori kurang = 0+5.3 = 5.3 (jika responden menjawab 0-5 pertanyaan

dengan benar )

Faktor sikap terdiri 6 pernyataan terdiri dari dua jawaban yaitu “Setuju” dan

“Tidak Setuju”. Setiap item yang dijawab dengan benar akan diberi nilai 1 sedangkan

untuk setiap item yang dijawab dengan salah akan diberi nilai 0. Faktor dukungan

petugas KB juga terdiri 6 pertanyaan terdiri dari dua jawaban yaitu “Ya” dan “Tidak”.

Nilai untuk jawaban “Benar/Ya”= 1, “Salah/Tidak” = 0.

6. Validitas dan Reliabilitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau

kesasihan suatu instrument. Sebuah instrument dikatakan valid apabila mampu

mengukur apa yang diinginkan atau mampu mengungkap data dari variable yang diteliti

secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang

terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud (Arikunto,

2006). Uji validitas dilakukan oleh dosen Departemen Keperawatan Maternitas

Universitas Sumatera Utara.

Uji validitas dilakukan dengan menggunakan rumus Pearson product Moment

yaitu dengan membandingkan antara r hitung dengan r tabel dengan taraf signifikan 5%.

26 Universitas Sumatera Utara

Page 8: Chapter Lll VI

Pernyataan dikatakan valid jika r hitung lebih besar dari r tabel dan sebaliknya tidak

valid jika r hitung lebih kecil dari r tabel.

Reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat

pengukuran dapat dipercaya dan tetap konsisten bila dilakukan beberapa kali dengan

menggunakan alat ukur yang sama (Notoadmodjo, 2010). Suatu instrument dikatakan

reliable apabila koefisien nya bernilai lebih besar dari 0,7. Instrumen diujikan kepada 20

orang responden. Penghitungan uji reabilitas dilakukan dengan menggunakan

komputerisasi untuk analisa Cronbach’s Alpha. Suatu instrument dikatakan realibel bila

nilai alpa lebih besar dari kritis product moment (Hastono, 2007). Hasil uji reliabel pada

penelitian ini adalah 0,719.

7. Pengumpulan Data

Pada awal penelitian, peneliti mengajukan permohonan izin pelaksanaan peneliti

pada instansi pendidikan (Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara), kemudian

permohonan izin diperoleh dikirimkan ke tempat penelitian yaitu Kelurahan Sei Merbau,

peneliti melaksanakan pengumpulan data penelitian. Metode pengumpulan data pada

penelitian ini adalah dengan pembagian kesioner kepada responden. Setelah

mendapatkan calon responden, selanjutnya peneliti menjelaskan tujuan dan manfaat

penelitian serta proses pengisian kuesioner. Kemudian peneliti meminta kesedian calon

responden untuk berpartisipasi dalam penelitian. Setelah mendapat persetujuan

responden, pengumpulan data dimulai. Responden diminta untuk mengisi kuesioner

yang diberikan oleh peneliti selama 10 menit dan diberi kesempatan untuk bertanya

selama pengisian kuesioner bila ada yang tidak dimengerti sehubungan dengan

27 Universitas Sumatera Utara

Page 9: Chapter Lll VI

pertanyaan yang ada di dalam kuesioner. Setelah semua responden mengisi kuesioner

tersebut maka seluruh data dikumpulkan untuk dianalisa.

8. Analisa Data

Analisa data dilakukan melalui bebrapa langkah yang harus ditempuh, pertama

editing yaitu memeriksa kelengkapan identitas dan data responden serta memastikan

semua jawaban telah diisi sesuai petunjuk, kedua coding yaitu memberi kode atau angka

tertentu pada lembar kuesioner untuk mempermudah mengadakan tabulasi dan analisa

data, tahap ketiga processing yaitu memasukkan data dari lembar kuesioner kedalam

program computer, tahap keempat cleaning yaitu mengecek kembali data yang telah

dientry untuk mengetahui ada kesalahan atau tidak, tahap kelima tabulating yaitu

menganalisa data secara deskriptif.

Tabulasi dilakukan dengan tiga tahapan yaitu memberi skor pada item-item

pernyataan yang perlu diberi skor dan memberi kode terhadap item-item yang tidak

perlu diberi skor dan mentabulasi data untuk memperoleh hasil dalam bentuk angka dan

disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan presentase dengan menggunakan

teknik komputerisasi.

28 Universitas Sumatera Utara

Page 10: Chapter Lll VI

BAB 5

HASIL PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian

Dalam bab ini diuraikan hasil penelitian mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi rendahnya minat akseptor Vasektomi yang telah dilaksanakan pada bulan

September s/d Oktober 2012 sebanyak 139 responden di Kelurahan Sei Merbau

Kecamatan Teluk Nibung dengan menggunakan kuesioner penelitian yang telah diuji

reliabilitasnya terlebih dahulu dilakukan penelitian. Penyajian data hasil penelitian

meliputi data demografi dan beberapa faktor yang mempengaruhi rendahnya minat

akseptor vasektomi di Kelurahan Sei Merbau Kecamatan Teluk Nibung.

1. Hasil

1.1 Karakteristik Demografi

Responden pada penelitian ini adalah seluruh suami yang bertempat tinggal

di Kelurahan Sei Merbau Kecamatan Teluk Nibung. Jumlah seluruh responden

dalam penelitian ini adalah 139 orang. Adapun karakteristik responden dalam

penelitian ini meliputi Umur, Tingkat Pendidikan, Ekonomi, Suku, danAgama.

Menurut data yang diperoleh, responden terbanyak berada pada usia di

bawah 45 tahun (102 orang/73,4%), berpendidikan SMA (89 orang/64,0%), ekonomi

keluarga per bulannya Rp.850.000-1.000.000,- (90 orang/64,7%), bersuku Batak (90

orang/64,7%) dan beragama Islam (126 orang/90,6%). Berikut tabel distribusi

frekuensi dan persentase karakteristik responden.

29 Universitas Sumatera Utara

Page 11: Chapter Lll VI

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Responden (n = 139) Karakteristik Responden Frekuensi Persentase (%) Umur <45 Tahun >45 Tahun Tingkat Pendidikan SD SMP SMA Diploma Sarjana Ekonomi <850.000 850.000-1.000.000 1.000.000-1.500.000 >1.500.000 Suku Batak Melayu Minang Jawa Agama Islam Kristen Protestan Kristen Katolik

102 37 4 17 89 13 16 23 90 10 16 90 28 8 13 126 10 3

73,4% 26,6% 2,9% 12,2% 64,0% 9,4% 11,5% 16,5% 64,7% 7,2% 11,5% 64,7% 20,1%% 5,8%% 9,4% 90,6% 7,2% 2,2%

30 Universitas Sumatera Utara

Page 12: Chapter Lll VI

1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya minat akseptor Vasektomi

Hasil penelitian menggambarkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi

rendahnya minat akseptor Vasektomi ada tiga yaitu faktor tingkat pengetahuan,

faktor sikap, dan faktor dukungan petugas KB.

a. Tingkat Pengetahuan

Tabel ini menggambarkan bahwa mayoritas suami memiliki tingkat

pengetahuan yang cukup tentang Vasektomi (60 orang/43,2%), seperti terlihat pada

Tabel 5.2.

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Faktor Tingkat

Pengetahuan (n = 139)

Pengetahuan Frekuensi Persentase (%) Baik Cukup Kurang

55 60 24

39,6 43,2 17,3

b. Sikap

Tabel ini menggambarkan bahwa mayoritas suami bersikap positif terhadap

Vasektomi (109 orang/78,4%), seperti terlihat pada Tabel 5.4

Tabel 5.3 Disribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Faktor Sikap (n = 139)

Sikap Frekuensi Persentase (%) Positif Negatif

109 30

78,4 21,6

c. Dukungan Petugas KB

Tabel ini menggambarkan bahwa petugas KB tidak mendukung untuk

menggunakan Vasektomi (76 orang/54,7%), seperti terlihat pada Tabel 5.5

31 Universitas Sumatera Utara

Page 13: Chapter Lll VI

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Faktor Dukungan

Petugas KB (n = 139)

Dukungan Petugas KB Frekuensi Persentase (%) Mendukung Tidak Mendukung

63 76

45,3 54,7

2. Pembahasan

a. Karakteristik Demografi

a. Umur

Faktor umur sangat mempengaruhi kecocokan dan akseptabilitas metode-

metode kontrasepsi tertentu. Umur juga merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi perilaku seseorang termasuk dalam pemakaian alat kontrasepsi.

Maka dari itu umur merupakan salah satu faktor seseorang untuk menjadi akseptor

kontrasepsi Vasektomi, karena umur berhubungan dengan potensi reproduksi dan

juga untuk menentukan perlu tidaknya seseorang melakukan vasektomi sebagai cara

kontrasepsi (Wulansari & Hartanto, 2006).

Menurut Pinem (2009), kontrasepsi Vasektomi dianjurkan bagi suami yang

berumur >45 tahun dan mempunyai anak minimal 2 orang. Semakin cukup umur,

tingkat kematangan dan kekuasaan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan

bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat, seseorang yang lebih dewasa akan lebih

dipercaya dari orang yang belum cukup tinggi kedewasaannya.

Dari penelitian yang telah dilakukan, didapatkan data bahwa usia responden

terbanyak berada pada di bawah 45 tahun(102 orang/73,4%). Menurut hasil

penelitian Wati (2012), responden yang umurnya di bawah 45 tahun cenderung

32 Universitas Sumatera Utara

Page 14: Chapter Lll VI

memilih metode alamiah karena menurut mereka lebih aman dan tanpa efek

samping.

b. Tingkat Pendidikan

Pendidikan adalah suatu proses belajar, yang berarti dalam pendidikan itu

terjadi proses pertumbuhan, perkembangan, atau perubahan ke arah yang lebih

dewasa, lebih baik, dan lebih matang pada diri individu, kelompok atau masyarakat

yang diperoleh dari jenjang pendidikan formal. Konsep ini berangkat dari asumsi

bahwa manusia sebagai makhluk sosial dalam kehidupannya untuk mencapai nilai-

nilai hidup dalam masyarakat selalu memerlukan bantuan orang lain yang

mempunyai kelebihan. Dalam mencapai tujuan tersebut, seorang individu, kelompok

atau masyarakat tidak terlepas dari proses belajar (Notoatmodjo, 2007).

Tingkat pendidikan tidak saja mempengaruhi kerelaan menggunakan

keluarga berencana, tetapi juga pemilihan suatu metode kontrasepsi. Semakin tinggi

tingkat pendidikan pasangan yang ikut KB, semakin besar pasangan suami istri

memandang anaknya sebahagi alas an penting untuk melakukan KB, sehingga

semakin meningkatnya pendidikan semakin tinggi proporsi mereka yang mengetahui

dan menggunakan kontrasepsi untuk membatasi jumlah anaknya. Sebaliknya,

semakin rendah tingkat pendidikan maka akses terhadap informasi tentang KB

khususnya kontrasepsi Vasektomi akan berkurang sehingga pasangan suami istri

akan kesulitan untuk mengambil keputusan secara efektif, alat kontrasepsi mana

yang akan dipilih (Winarni dkk, 2007).

Dari penelitian yang telah dilakukan, didapatkan data bahwa mayoritas suami

yang tidak menggunakan Vasektomi berpendidikan SMA (89 orang/64,0%). Hasil

33 Universitas Sumatera Utara

Page 15: Chapter Lll VI

penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Ismah (2008), yang menyatakan bahwa

mayoritas suami yang tidak menggunakan Vasektomi adalah berpendidikan sekolah

menengah (SMA).

2.3.Ekonomi

Variabel demografi dan sosial ekonomi yang meliputi pekerjaan, tempat

tinggal, penghasilan, kebiasaan dan ciri lingkungan dimana pasangan suami istri

menetap mempengaruhi adanya penggunaan alat kontrasepsi. Seseorang dengan

pekerjaan yang tidak menetap ditambah lagi dengan penghasilan yang kurang

memadai lebih memungkinkan untuk tidak ikut sebagai pengguna kontrasepsi. Hal

ini dinilai karena penggunaan kontrasepsi Vasektomi membutuhkan pembiayaan dan

perawatan yg besar.

Kondisi ekonomi keluarga dikatakan baik apabila mempunyai pendapatan

keluarga yang tinggi, pendapatan cukup dapat dikatakan dengan memiliki keluarga

yang hanya sedikit (1 anak). Maka untuk melihat keadaan ekonomi keluarga dapat

dilihat dari pendapatannya. Namun disadari, bahwa informasi pendapatan ini tidak

seperti yang diharapkan. Dari penelitian yang telah dilakukan, bahwa hasil

karakteristik suami berpenghasilan Rp.850.000-1.000.000 (90 orang/64,7%). Hal ini

disebabkan oleh pendapatan suami tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan

keluarga, sehingga faktor ekonomi berpengaruh pada suami untuk melakukan

vasektomi karena biayanya kurang dari pendapatan.

2.4.Suku/Budaya

Kebudayaan atau peradaban mengandung pengertian yang luas meliputi

pemahaman, perasaan suatu bangsa yang kompleksmeliputi pengetahuan,

34 Universitas Sumatera Utara

Page 16: Chapter Lll VI

kepercayaan, seni, moral, hokum, adat-istiadat (kebiasaan) dan pembawaan lainnya

yang diperoleh dari anggota masyrakat. Pada budaya tertentu sangat

menyakini/menjunjung anak dengan jenis kelamin tertentu. Jika seorang pria belum

mendapatkan keturunan dengan jenis kelamin yang diharapkan maka pasangan

tersebut berusaha untuk memiliki keturunan lagi agar terpenuhi tuntutan kebudayaan

dan nilai kepercayaan (Soemardjan, 2004).

Namun demikian masih ada juga yang berpendapat KB pria itu haram

hukumnya bagi kaum muslim . Golongan yang masih menganut pendapat ini

biasanya dari golongan muslim yang sangat kuat atau radikal. Selain itu masih

adanya ketidakadilan dan kesetaraan gender. Hal ini terlihat dari kepercayaan suku

Batak bahwa nilai anak laki-laki lebih tinggi dari anak perempuan. Ini karena

adanya kepercayaan bahwa anak laki-laki sebagai penerus garis keturunan .

Dari penelitian yang telah dilakukan, didapatkan data bahwa mayoritas suami

yang tidak menggunakan Vasektomi bersuku Batak (90 orang/64,7%). Hasil

penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Cristina (2007), yang menyatakan bahwa

mayoritas suami yang tidak menggunakan Vasektomi adalah bersuku Batak bahwa

nilai anak laki-laki lebih tinggi dari anak perempuan.

2.5.Agama

Beberapa agama memberikan batasan untuk memiliki keturunan. bahkan

beberapa aliran agama tertentu tidak menyarankan adanya pembatasan untuk

memiliki keturunan. Di dalam agama Islam menurut sabda Nabi Muhammad SAW

bahwasanya laki-laki dan perempuan menikah agar mendapat keturunan yang

35 Universitas Sumatera Utara

Page 17: Chapter Lll VI

banyak, namun islam memperbolehkan dalam kondisi tertentu untuk mengatur jarak

kelahiran, tetapi banyak masyarakat yang membuat salah arti tentang sabda ini.

Islam juga memberikan kewenangan kepada laki-laki untuk memiliki

pasangan lebih dari satu, hal ini juga akan memperbesar peluang untuk menambah

keturunan. Maka dari itu vasektomi dilarang oleh agama karena penggunaan metode

ini dipersepsikan sama halnya dengan menolak rejeki/ anugerah dari Tuhan sehingga

melanggar norma agama (BKKBN, 2007).

Dari penelitian yang telah dilakukan, didapatkan data bahwa mayoritas suami

yang tidak menggunakan Vasektomi beragama Islam (126 orang/90,6%). Hasil

penelitian lain yang mendukung penelitian yang dilakukan oleh Cristina (2007)

bahwa beberapa orang yang memiliki pandangan KB tidak boleh dilakukan dengan

alasan Al-Qur’an tidak membolehkan pemakaian alat kontrasepsi yang dianggap

sebagai membunuh bayi atau agama Islam menginginkan agar Islam mempunyai

umat yang besar dan kuat. Ditinjau dari sudut keadaan agama, masyarakat yang

menganggap bahwa partisipasi laki-laki dalam ber KB belum atau tidak penting

dilakukan. Hal ini terjadi karena munculnya pandangan yang cenderung

menyerahkan tanggung jawab pelaksanaan KB dan kesehatan reproduksi

sepenuhnya kepada istri. Selain itu suami juga beranggapan bahwa KB adalah

urusan perempuan sehingga pria tidak perlu berperan secara aktif.

2.1. Faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya minat akseptor Vasektomi

a. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan (kognitif) merupakan faktor yang sangat penting dalam

membentuk persepsi, sikap, dan perilaku seseorang, karena perilaku yang didasari

36 Universitas Sumatera Utara

Page 18: Chapter Lll VI

oleh pengetahuan akan lebih lama (long lasting) daripada perilaku yang tidak

didasari oleh pengetahuan (Gerungan, 2004). Menurut Notoatmodjo (2003),

pengetahuan dibagi menjadi enam tingkatan yang tercakup dalam domain kognitif,

yaitu tahu (know), memahami (comprehensive), aplikasi (application), analisis

(analysis), sintesis (synthesis), dan evaluasi (evaluation).

Dalam hasil penelitian ini didapat pengetahuan reponden yang paling tinggi

yaitu berpengetahuan cukup sebanyak 60 responden (43,2%) dan pengetahuan

responden terendah yaitu berpengetahuan baik sebanyak 24 responden (17.3%).

Dimana peneliti membuktikan bahwa pengetahuan dipengaruhi oleh tingkat

pendidikan responden, karena dari data krateristik pendidikan responden sebagaian

besar tingkat pendidikan responden adalah SMA sebanyak 63 orang (45,3%) dan

berpendidikan terendah yaitu berpendidikan SD sebanyak 10 orang (7,20%).

Sesuai dengan pernyataan dari Soebroto, dkk (2001) bahwa dengan

meningkatnya pendidikan seseorang maka tingka pengetahuannya juga akan

meningkat. Hal ini dapat terjadi karena dengan meingkatnya pendidikan seseorang

maka lebih banyak informasi serta lebih berusaha untuk mencari hal baru yang

belum mereka ketahui guna mensejajarkannya dengan tingkat pendidikannya, maka

dari itu semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin tinggi

pengetahuan yang dimiliki.

Menurut Nursalam (2004) faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat

pengetahuan yaitu usia, pendidikan, pekerjaan, sosial ekonomi, sosial budaya,

informasi dan pengalaman. Dimana umur seseorang terhitung mulai saat dilahirkan

hingga dewasa, semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang

37 Universitas Sumatera Utara

Page 19: Chapter Lll VI

akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dalam penelitian ini responden berada

pada usia 31-45 tahun sebanyak 100 responden (71.9%). Semakin bertambahnya

umur semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang.

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin mudah menerima

informasi sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Dengan

pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi,

baik dari orang lain maupun dari media massa.

Menurut Nursalam (2004) sesseorang yang mempunyai pekerjaan akan

mempunyai lebih banyak informasi dan pengalaman. Dengan adanya pekerjaan

seseorang mempunyai banyak waktu untuk mendapat informasi yang diperoleh baik

dari media maupun dari temannya, sehingga informasi yang diperoleh semakin

banyak dan pengetahuan yang dimiliki lebih tinggi. Apabila status sosial baik,

tingkat pendidikan akan tinggi diiringi dengan tingkat pengetahuannya. Status

ekonomi seseorang juga menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan

untuk kegiatan tertentu, sehingga status social ekonomi ini akan mempengaruhi

pengetahuan seseoranag. Dimana faktor pengetahuan eksternal juga berpengaruh

terhadap pengetahuan vasektomi, faktor eksternal yang berpengaruh terhadap

pengatahuan adalah hasil data dari karakteristik suku batak dimana suku batak sangat

mempengaruhi pengetahuan terhadap vasektomi bagi suku batak tidak akan

melakukan KB vasektomi sebelum mereka memiliki anak laki-laki penerus marga.

Peneliti mengetahui adanya karakteristik suku yang terbanyak adalah suku batak

sebanyak 55 responden (39,6%). dimana suku responden juga akan mempengaruhi

pengetahuan dalam penelitian ini dalam suku batak diketahui bahwa kebudayaannya

38 Universitas Sumatera Utara

Page 20: Chapter Lll VI

sangat berdominan terhadap pengetahuan terutama pada pengaruh pengetahuan

social budaya terhadap vasektomi.

Penelitian yang dilakukan oleh Wati (2012) yang menyatakan bahwa

pengetahuan suami vasektomi yaitu berpengetahuan baik sebanyak 7 orang

(13,46%), yang berpengetahuan cukup yaitu 40 orang (76,92%) dan sisanya

berpengetahuan kurang yaitu sebanyak 5 orang (9,62%). Peneliti berasumsi bahwa

pengetahuan responden juga dipengaruhi oleh pendidikan karena dalam penelitian

mayoritas responden berlatar belakang pendidikan adalah SMA/sederajat.

b. Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang

terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap mencerminkan kesenangan atau

ketidaksenangan seseorang terhadap sesuatu. Sikap berasal dari pengalaman atau

dari orang dekat dengan kita ( BKKBN, 2002).

Sikap dapat dirumuskan sebagai kecenderungan untuk berespon secara

positif maupun negatif terhadap orang, objek, ataupun situasi tertentu. Sikap

mengandung suatu penilaian emosional (senang, benci, sedih, dan lain-lain), dan

memiliki tingkat kedalaman yang berbeda. Sikap dan keyakinan merupakan kunci

penerimaan KB. Banyak sikap yang dapat menghalangi KB dan penggunaan suatu

alat kontrasepsi (Sarwono, 2007). Dari penelitian yang telah dilakukan, didapatkan

data bahwa responden memiliki sikap yang positif tentang Vasektomi sebanyak 109

orang (78,4%) dan responden memiliki sikap yang negative tentang Vasektomi

sebanyak 30 orang (21,6%).

39 Universitas Sumatera Utara

Page 21: Chapter Lll VI

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Cristina (2007) yang menyatakan

bahwa sikap suami tentang vasektomi yaitu bersikap positif sebanyak 33 orang

(63,5%) terhadap penggunaan alat kontrasepsi vasektomi. Menurut teori WHO

(Notoatmodjo 2003) menyatakan bahwa sikap positif seseorang tidak otomatis

terwujud dalam suatu tindakan nyata. Hal ini disebabkan oleh beberapa alasan, sikap

akan terwujud dalam suatu tindakan tergantung pada situasi saat itu. Sikap juga akan

diikuti atau tidak diikuti oleh tindakan berdasarkan pada banyak atau sedikitnya

pengalaman dimiliki oleh seseorang. Sikap juga dipengaruhi oleh nilai-nilai yang

menjadi pengangan setiap orang dalam masyarakat.

c. Dukungan Petugas Kesehatan

Pelayanan KB yang berkualitas harus mencakup pemberian pelayanan

(KIP/K) yang dapat melindungi klien dari resiko efek samping dan komplikasi serta

meminimalkan kemungkinan terjadinya kegagalan. Walaupun telah dilakukan upaya

untuk meningkatkan pelayanan KB, masih terdapat beberapa hambatan dalam

penggunaan kontrasepsi, untuk itu diperlukan upaya, antara lain dengan memberikan

Komunikasi Interpersonal/Konseling (KIP/K) pada saat sebelum pelaksanaan, saat

pelaksanaan dan pasca pelaksanaan (BKKBN, 2003).

Dari penelitian yang telah dilakukan, didapatkan data bahwa petugas KB

tidak mendukung suami untuk menggunakan Vasektomi 76 orang (54,7%).

Mayoritas suami menyatakan bahwa tempat pelayanan KB vasektomi tidak mudah

di jangkau, petugas KB tidak menjelaskan tentang Vasektomi dan tidak

menyarankan untuk menggunakan Vasektomi. Hal ini berarti bahwa penyampaian

40 Universitas Sumatera Utara

Page 22: Chapter Lll VI

konseling yang diberikan oleh petugas kesehatan kepada responden belum dilakukan

secara optimal.

Menurut hasil penelitian Saptono Iman Budisantoso (2008), petugas

kesehatan sering tidak menjelaskan tentang Vasektomi selama konseling dan

walaupun hal tersebut dilakukan, mereka tidak memberikan informasi secara

lengkap tentang Vasektomi. Hal inilah yang menjadi salah satu penyebab rendahnya

penggunaan Vasektomi. Hingga saat ini pelayanan KB seperti komunikasi informasi

dan edukasi masih kurang berkualitas terbukti dari peserta KB yang berhenti

menggunakan alat kontrasepsi dengan alasan efek samping dan kesehatan. Dengan

memberikan pelayanan yang berkualitas khususnya informasi tentang Vasektomi

dapat memengaruhi seseorang untuk menggunakan KB tersebut (Pendit, 2007).

41 Universitas Sumatera Utara

Page 23: Chapter Lll VI

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan dapat diambil kesimpulan dan

rekomendasi faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya minat akseptor vasektomi

di Kelurahan Sei Merbau Kecamatan Teluk Nibung. Dalam penelitian ini memiliki

139 orang responden dengan cara pengambilan purposive sampling dan penelitian

ini bersifat deskriptif.

1. Kesimpulan

Dari penelitian yang dilakukan terhadap 139 orang responden di Kelurahan

Sei Merbau Kecamatan teluk Nibung tentang faktor-faktor yang mempengaruhi

rendahnya minat akseptor vasektomi dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

Pada distribusi frekuensi karakteristik umur responden yang paling banyak

yaitu umur dibawah 45 tahun sebanyak 102 orang responden (73,4%), berpendidikan

SMA 89 orang (64,0%), ekonomi 90 orang (64,7%), bersuku Batak sebanyak 90

orang (64,7%), beragama islam sebanyak 126 orang responden (90,6%),

pengetahuan responden yang tertinggi yaitu pengetahuan cukup sebanyak 60 orang

responden (43,3%). Sikap yang tertinggi yaitu bersikap positif sebanyak 109 orang

responden (78,4%), dan dukungan petugas KB yang tidak mendukung yaitu

sebanyak 76 orang responden (54,7%).Dari hasil penelitian dilakukan dengan cara

mencari sejauhmana tingkat pengetahuan, sikap dan dukungan petugas KB

responden dalam rendahnya minat vasektomi, sehingga peneliti melakukan

pengolahan data dengan cara mencari frekuensi deskritip pengetahuan, sikap dan

dukungan petugas KB responden dengan cara mengolah keseluruhan data yang telah

42 Universitas Sumatera Utara

Page 24: Chapter Lll VI

diisi oleh responden dan diolah dalam melakukan teknik pencarian deskriptif

frekuensi pengetahuan responden, sikap dan dukukangan petugas KB. .

2. Saran 2.1. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai informasi tambahan terkait dengan faktor-faktor yang

mempengaruhi rendahnya minat akseptor vasektomi yang berkontribusi terhadap

mata kuliah maternitas.

2.2. Bagi Petugas Kesehatan

Diharapkan petugas kesehatan dapat memberikan informasi yang lengkap

tentang vasektomi termasuk rumor atau mitos negatif tentang vasektomi kepada

peserta KB sehingga mereka memiliki pengetahuan dan sikap yang baik terhadap

vasektomi

2.3. Bagi Penelitian Selanjutnya

Dalam penelitian ini, peneliti hanya menggambarkan faktor-faktor yang

mempengaruhi rendahnya minat akseptor vasektomi sehingga disarankan kepada

peneliti selanjutnya agar melakukan penelitian lebih lanjut mengenai analisa faktor-

faktor yang mempengaruhi rendahnya minat akseptor Vasektomi dan perlu

mempertimbangkan penggunaan teknik wawancara dalam pengumpulan data agar

data yang diperoleh lebih akurat.

43 Universitas Sumatera Utara