Chapter III-VI 8
-
Upload
aldan-rahmad-noer -
Category
Documents
-
view
221 -
download
0
Transcript of Chapter III-VI 8
-
7/21/2019 Chapter III-VI 8
1/39
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif untuk menggambarkan
pengetahuan dan sikap suami tentang alat kontrasepsi pria di Desa Juhar Perangin
Kecamatan Juhar Kabupaten Karo Tahun 2012.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1. Lokasi
Penelitian dilakukan di wilayah Desa Juhar Perangin Kecamatan Juhar
Kabupaten Karo. Alasan pengambilan lokasi adalah karena tidak ditemukan suami di
Desa Juhar Perangin Kecamatan Juhar Kabupaten Karo ini yang menggunakan alat
kontrasepsi pria .
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2012 - Juli 2012.
3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1.Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh suami dari pasangan usia subur di
Desa Juhar Perangin Kecamatan Juhar Kabupaten Karo Tahun 2012 sebanyak 397
orang (BPS Karo, 2011).
Universitas Sumatera Utara
-
7/21/2019 Chapter III-VI 8
2/39
3.3.2.Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari jumlah suami di Desa Juhar
Perangin Kecamatan Juhar Kabupaten Karo pada tahun 2011. Jumlah sampel yang
akan diteliti dihitung dengan menggunakan rumus Lemeshow (1994), sebagai
berikut:
n = 58,00
n = 58
Keterangan :
n = Besar Sampel
N= Besar Populasi (397)
d = Galat pendugaan (0,1)
Z = Tingkat kepercayaan (90%=1,645)
P = Proporsi populasi (0,5)
Setelah dilakukan perhitungan menggunakan rumus di atas maka diketahui
jumlah sampel dari populasi 397 orang didapat sampel penelitian sebanyak58 orang
responden.
)1(.)1.(
).1(.22
2
PPZNd
NPPZn
+
=
)5,01(5,0.645,1)396.(1,0
397).5,01(5,0.645,122
2
+
=n
Universitas Sumatera Utara
-
7/21/2019 Chapter III-VI 8
3/39
Cara pengambilan sampel untuk penelitian ini adalah dengan teknik
pengambilan sampel purposive sampling dengan menggunakan kriteria responden
sebagai berikut:
1. Sudah menetap minimal 1 tahun di Desa Juhar Perangin Kecamatan Juhar
Kabupaten Karo .
2. Suami merupakan Pasangan Usia Subur (PUS) .
3. Suami yang memiliki istri yang masih hidup.
3.4. Metode Pengumpulan Data
Data primer diperoleh dengan hasil pengumpulan data terhadap responden
melalui wawancara langsung dengan kuesioner penelitian yang sudah dipersiapkan
untuk menjelaskan Gambaran pengetahuan dan sikap suami terhadap alat kontrasepsi
pria di Desa Juhar Perangin Kecamatan Juhar Kabupaten Karo .
Data sekunder yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh dari Desa Juhar
Perangin Kecamatan Juhar Kabupaten Karo, instansi lain yang berkaitan dan hasil-
hasil penelitian sebelumnya.
3.5Definisi Operasional
Sesuai fokus kajian dan tujuan penelitian, deskripsi fokus penelitian akan
disusun berdasarkan faktor sosial budaya, pengetahuan dan sikap suami terhadap alat
kontrasepsi pria di Desa Juhar Perangin Kecamatan Juhar Kabupaten Karo . Sebagai
pedoman awal untuk pengumpulan informasi sesuai fokus penelitian, digunakan
defenisi operasional yang dikembangkan seperti uraian di bawah ini.
Universitas Sumatera Utara
-
7/21/2019 Chapter III-VI 8
4/39
1. Karakteristik adalah faktor yang melekat dari dalam diri responden yang dapat
mempengaruhi responden yang mencakup umur, pekerjaan, pendidikan dan
jumlah anak responden.
a. Umur adalah lama hidup suami yang dihitung sejak tahun dilahirkan sampai
tahun pada saat penelitian dilakukan yang dikelompokkan menjadi kelompok
umur 19 tahun, kelompok umur 20-30 tahun, kelompok umur 30-40 tahun
dan kelompok umur 40 tahun
b.
Pekerjaan adalah aktifitas sehari-hari yang dilakukan oleh responden untuk
mendapatkan nafkah yang dikelompokkan menjadi pegawai negeri sipil,
pegawai swasta dan wirausaha .
c. Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang pernah ditempuh suami
sebagai responden sampai memperoleh surat tanda tamat (ijazah) yang
dikelompokkan menjadi tidak tamat SD, tamat SD, tamat SMP, tamat SMA
dan tamat D1/D3/ Sarjana .
d. Jumlah anak adalah banyaknya anak yang lahir hidup yang dimiliki
oleh responden yang dikelompokkan menjadi 1-2 orang dan 3 orang anak.
2. Pengetahuan adalah kemampuan untuk mengungkapkan kembali segala apa yang
diketahui responden tentang kontrasepsi pria yang dapat dikelompokkan menjadi
baik dan buruk .
Universitas Sumatera Utara
-
7/21/2019 Chapter III-VI 8
5/39
3. Sikap adalah kecenderungan respon atau reaksi dari responden terhadap
kontrasepsi pria dapat dikelompokkan menjadi baik dan buruk .
4.
Alat kontrasepsi pria adalah alat yang digunakan pria untuk mencegah terjadinya
kehamilan .
3.6Aspek Pengukuran dan Instrumen
3.6.1. Aspek Pengukuran
Aspek pengukuran dalam penelitian ini didasarkan pada jawaban responden
terhadap pertanyaan dari kuisioner yang disesuaikan dengan skor dan dikategorikan
sebagai berikut (Azwar, 2005):
a. Kategori baik, jika responden memperoleh skor mean.
b. Kategori tidak baik, jika responden memperoleh skor < mean.
1. Pengetahuan
Pengetahuan dapat diukur dengan skoring terhadap kuesioner yang telah
diberi bobot. Dengan jumlah pertanyaan 15. Setiap jawaban memiliki nilai
tertinggi = 2 dan nilai terendah = 0. Total skor tertinggi adalah 30.
2.Sikap
Sikap dapat diukur dengan 15 pertanyaan. Untuk pertanyaan nomor 1, 2, 4, 5,
7, 8, 9, 14 dan 15, maka setiap jawaban sangat setuju diberi nilai 4, setuju
diberi nilai 3, tidak setuju diberi nilai 2 dan sangat tidak setuju diberi nilai 1.
Pertanyaan 3, 6, 10, 11, 12 dan 13 adalah sebaliknya yaitu setiap jawaban
Universitas Sumatera Utara
-
7/21/2019 Chapter III-VI 8
6/39
sangat setuju diberi nilai1, setuju diberi nilai 2,tidak setuju diberi nilai 3 dan
sangat tidak setuju diberi nilai 4 Total skor tertinggi = 60 dan terendah = 15.
3.6.2. Instrumen
Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data menggunakan kuisioner
dan ceklist yang berisi pertanyaan tentang hubungan sosial budaya dengan perilaku
suami dalam menggunaan alat kontrasepsi laki-laki.
3.7 Pengolahan dan Analisis Data
Data yang telah dikumpulkan ditabulasi, diolah dengan sistem komputerisasi
untuk kemudian dianalisa. Dan disajikan dalam bentuk data untuk mendapatkan suatu
keputusan yang efektif dari data yang telah di kumpulkan melalui kuesioner.
Universitas Sumatera Utara
-
7/21/2019 Chapter III-VI 8
7/39
BAB IV
HASIL
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Desa Juhar Perangin Kecamatan Juhar terletak di Kabupaten Karo yang
terletak di dataran tinggi pegunungan Bukit Barisan dan merupakan daerah hulu
sungai dengan ketinggian 710-800 m diatas permukaan laut. Memiliki luas 218,56
Km2
atau 10,27% dari total luas Kabupaten Karo dengan jumlah penduduk sebanyak
14.217 orang, yang berarti memiliki kepadatan penduduk 65,05 orang tiap Km2
dengan 4512 rumah tangga. Kecamatan Juhar memiliki 24 Desa di dalamnya dan
Desa Perangin merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Juhar, yang
memiliki luas 9,62 Km2 atau 4,36% rasio terhadap total kecamatan dengan tinggi
wilayah di atas permukaan laut 750 m dengan jumlah penduduk sebanyak 1231
orang dengan 631 orang laki-laki dan 600 orang perempuan dengan fasilitas
puskesmas, polindes, posyandu sebanyak 1 buah sedangkan tenaga kesehatan doter
ada 2 orang dan 1 orang bidan desa
Adapun batas wilayah Desa Juhar Perangin adalah
Sebelah Utara berbatasan dengan Gunung Juhar, Desa Pasar Baru, Desa
Mbetung.
Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Ketawaren, Desa Buluh Pancar,
Desa Lau Kidupen.
Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Sigenderang.
Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Jandi dan Desa Kidupen
(Profil Kecamatan Juhar, 2010).
Universitas Sumatera Utara
-
7/21/2019 Chapter III-VI 8
8/39
4.2. Karakteristik Responden
Responden dalam penelitian ini pasangan usia subur yang menetap di desa
Juhar selama kurun waktu minimal satu tahun terakhir berjumlah 58 orang. Hasil dari
penelitian dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik
Responden Di Desa Perangin Kecamatan Juhar Kabupaten Karo Tahun 2012
No Karakteristik Jumlah %
1 Umur
19 tahun
20-30 tahun
31-40 tahun
41 tahun
3
8
39
58
5.2
13.8
67.2
13.8
2 Jumlah anak
1-2 Orang
3 Orang
4
54
6,9
93,1
3 Pekerjaan
PNS
Pegawai Swasta
Wirausaha
6
20
32
10.3
34.5
55.2
4 Tingkat Pendidikan
Tidak Tamat sekolah dasar
Tamat sekolah dasar
Tamat SMP
Tamat SMA
Tamat D1/D3/S-1
7
10
16
14
11
12.1
17.2
27.6
24.1
19
Universitas Sumatera Utara
-
7/21/2019 Chapter III-VI 8
9/39
Berdasarkan usia responden diketahui bahwa sebagian besar umur responden
yaitu berusia 31- 40 tahun sebanyak 39 orang (67,2%) sedangkan sebagian kecil umur
responden yaitu berusia 20 tahunsebanyak 3 orang (5,2)
Berdasarkan Jumlah anak diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki
jumlah anak tiga atau lebih sebanyak 54 orang (93,1%) sedangkan sebagian kecil
responden memiliki jumlah 1-2 orang yaitu sebanyak 4 orang (6,9%).
Berdasarkan pekerjaan responden diketahui bahwa sebagian besar wirausaha
yaitu sebanyak 32 orang (55,2%) sedangkan sebagian kecil lagi bekerja sebagai
Pegawai Negeri Sipil (PNS) yaitu sebanyak 6 orang (10,3%).
Berdasarkan tingkat pendidikan diketahui bahwa sebagian besar responden
memiliki pendidikan terakhir tamat SMP yaitu sebanyak 16 orang (27,6%) sedangkan
sebagian kecil responden memiliki pendidikan terakhir tidak tamat sekolah dasar
yaitu sebanyak 7 orang (12,1%).
4.3. Pengetahuan Responden Tentang Penggunaan Alat Kontrasepsi Pria
4.3.1. Pengetahuan Responden Tentang Defenisi Alat Kontrasepsi
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Defenisi Alat
Kontrasepsi
No Defini Alat KontrasepsiJumlah %
1 Alat untuk mencegah penyakit menular seks 34 58,6
2 Alat yang dipakai untuk mencegah kehamilan 12 20,7
3 Alat yang dipakai wanita untuk memperbaiki
organ reproduksi12 20,7
Total 58 100,0
Universitas Sumatera Utara
-
7/21/2019 Chapter III-VI 8
10/39
Berdasarkan tabel 4.2. di atas diketahui mengenai pengetahuan responden
tentang defenisi Alat kontrasepsi bahwa sebagian besar responden menjawab alat
untuk mencegah penyakit menular seks sebanyak 34 orang (58,6%) sedangkan
sebagian lagi memberikan jawaban alat yang dipakai untuk mencegah kehamilan dan
alat yang dipakai wanita untuk memperbaiki organ reproduksi yaitu sebanyak 12
orang (20,7%)
4.3.2. Pengetahuan Responden Tentang Tujuan Penggunaan Kontrasepsi
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang TujuanPenggunaan Kontrasepsi
No Tujuan Penggunaan Kontrasepsi Jumlah %
1 Untuk mencegah / menghindari terjadinya
kehamilan18 31
2 Untuk mempermudah kehamilan 21 36,2
3 Untuk menurunkan angka kematian ibu dan anak 19 32,8
Total 58 100,0
Berdasarkan tabel 4.3. di atas diketahui mengenai pengetahuan responden
tentang tujuan penggunaan kontrasepsi bahwa sebagian besar responden menjawab
untuk mempermudah kehamilan sebanyak 21 orang (36,2%) sedangkan sebagian
kecil responden menjawab untuk mencegah / menghindari terjadinya kehamilan yaitu
sebanyak 18 orang (31%) dan yang lainnya menjawab untuk menurunkan angka
kematian ibu dan anak sebanyak 19 orang (32,8%).
Universitas Sumatera Utara
-
7/21/2019 Chapter III-VI 8
11/39
4.3.3. Pengetahuan Responden Tentang Jenis Alat Kontrasepsi Untuk Laki-Laki
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Jenis Alat
Kontrasepsi Untuk Laki-Laki
No Jenis Alat Kontrasepsi Untuk Laki-Laki Jumlah %1 Implant 25 43,1
2 Kondom 15 25,9
3 Pil KB 18 31
Total 58 100,0
Berdasarkan tabel 4.4. di atas dapat diketahui mengenai pengetahuan
responden tentang jenis alat kontrasepsi untuk laki-laki yaitu sebagian besar
responden menjawab implant sebanyak 25 orang (43,1%) sedangkan responden
lainnya menjawab kondom yaitu sebanyak 15 orang (25,9%) dan yang menjawab pil
KB sebanyak 18 orang (31%).
4.3.4. Pengetahuan Responden Tentang Waktu Responden Menggunakan Alat
Kontrasepsi
Tabel 4.5. Distribusi Frekunsi Responden Tentang Waktu Responden
Menggunakan Alat Kontrasepsi
No Waktu Responden Menggunakan
Alat KontrasepsiJumlah %
1 Apabila sebuah keluarga sudah memiliki anak laki-laki 25 43,1
2 Apabila sebuah keluarga sudah memiliki anak 2 orang 9 15,5
3 Apabila sebuah keluarga sudah memiliki anak 3 orang 24 41,4
Total 58 100,0
Berdasarkan tabel 4.5. di atas diketahui mengenai pengetahuan responden
tentang waktu responden menggunakan alat kontrasepsi bahwa sebagian besar
responden menjawab apabila sebuah keluarga sudah memiliki anak laki-laki sebanyak
25 orang (43,1%) sedangkan sebagian kecil responden menjawab apabila sebuah
keluarga sudah memiliki anak 2 orang yaitu sebanyak 9 orang (15,5%) dan yang
Universitas Sumatera Utara
-
7/21/2019 Chapter III-VI 8
12/39
lainnya menjawab apabila sebuah keluarga sudah memiliki anak 3 orang sebanyak
24 orang (41,4%).
4.3.5. Pengetahuan Responden Tentang Waktu Responden Menggunakan
Vasektomi
Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Waktu
Responden Menggunakan Vasektomi
No Waktu Responden Menggunakan Vasektomi Jumlah %
1 Apabila suami ingin merencanakan menundakehamilan dalam jangka waktu yang sebentar
11 19
2 Apabila suami ingin merencanakan menunda
kehamilan dalam jangka waktu yang lama 22 37,9
3 Tidak tahu 25 43,1
Total 58 100,0
Berdasarkan tabel 4.6. di atas dapat diketahui bahwa pengetahuan responden
tentang waktu responden menggunakan vasektomi yaitu sebagian besar responden
menjawab tidak tahu sebanyak 25 orang (43,1%) sedangkan sebagian kecil responden
menjawab apabila suami ingin merencanakan menunda kehamilan dalam jangka
waktu yang sebentar yaitu sebanyak 11 orang (19%) dan yang lainnya apabila suami
ingin merencanakan menunda kehamilan dalam jangka waktu yang lama sebanyak 22
orang (37,9%).
4.3.6. Pengetahuan Responden Tentang Manfaat Kondom Sebagai Alat
Kontrasepsi
Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang ManfaatKondom Sebagai Alat Kontrasepsi
No Manfaat kondom sebagai Alat Kontrasepsi Jumlah %
1 Mencegah terjadinya penyakit menular seks
(kencing nanah, HIV/Aids12 20,7
2 Mencegah terjadinya penyakit kencing manis 21 36,2
Universitas Sumatera Utara
-
7/21/2019 Chapter III-VI 8
13/39
3 Tidak tahu 25 43,1
Total 58 100,0
Berdasarkan tabel 4.7. di atas dapat diketahui bahwa pengetahuan responden
tentang manfaat kondom sebagai alat kontrasepsi yaitu sebagian besar responden
menjawab tidak tahu sebanyak 25 orang (43,1%) sedangkan sebagian kecil responden
menjawab mencegah terjadinya penyakit menular seks (kencing nanah, HIV/Aids
yaitu sebanyak 12 orang (20,7%) dan yang lainnya menjawab mencegah terjadinya
penyakit kencing manis sebanyak 21 orang (36,2%).
4.3.7. Kategori Tingkat Pengetahuan
Berdasarkan hasil kuesioner diketahui bahwa seluruh responden memiliki
kategori pengetahuan kurang yaitu sebanyak 58 orang (100%) dan tidak ada
responden yang memiliki kategori pengetahuan sedang dan kategori pengetahuan
baik.
4.4. Sikap Responden
Dalam sikap terdapat kalimat pernyataan dengan pilihan jawaban SS untuk
menggantikan kata Sangat Setuju menggantikan kata, S untuk menggantikan kata
Setuju, TS untuk menggantikan kata Tidak Setuju dan kata STS untuk menggantikan
kata kata Sangat Tidak Setuju .
Universitas Sumatera Utara
-
7/21/2019 Chapter III-VI 8
14/39
4.4.1. Sikap Responden Dalam Menggunakan Alat Kontrasepsi
Tabel 4.8. Distribusi Sikap Responden Terhadap Beberapa Pernyataan
Tentang Penggunaan Alat Kontrasepsi
NO Pernyataan Sikap Responden SS % S % TS
% ST
S
%
1 Saya bisa berpartisipasi aktif
dalam KB dengan menggunakan
alat kontrasepsi
6 10,3 8 13,8 25 43,1 19 32,8
2 Kondom hanya akan digunakan
oleh pria yang melakukanhubungan seksual diluar nikah
25 43,1 20 34,5 7 12,1 6 10,3
3 Agar bisa menghemat, kondombisa digunakan berulang- ulang
22 37,9 25 43,1 8 13,8 3 5,2
4 Salah satu manfaatpenggunaan kontrasepsiadalah meningkatka
keterlibatan suami dalam
keluarga berencana
2 3,4 11 19 25 43,1 20 34,5
5 Bila istri saya sangat berisiko
untuk hamil, dan dia tidakbisa menggunakan alat
kontrasepsi apapun, saya akan
menggunakan alat kontrasepsi
2 3,4 10 17,2 31 53,4 15 25,9
6 Saya tidak mau
menggunakan kontrasepsi,karena akan dilarang di dalam
keluarga, agama dan adat istiadat
saya
4 6,9 8 13,8 28 48,3 18 31
7 Menurut saya kondom sangat
baik digunakan untukMencegah kehamilan
6 10,3 6 10,3 33 56,9 13 22,4
8 Jika saya di tawarkan untuk
menggunakan alat kontrasepsimaka saya akan mengikutinya
1 1,7 7 12,1 32 55,2 18 31
9 Jika ada orang yang memberikan
informasi tentang penggunaanalat kontrasepsi maka saya akan
mendengarkannya
2 3,4 9 15,5 25 43,9 22 37,9
10 Walaupun sudah memiliki anak
lebih dari 2 orang maka sayatetap tidak akan menggunakan
alat kontrasepsi
23 39,7 25 43,1 8 13.8 2 3,4
Universitas Sumatera Utara
-
7/21/2019 Chapter III-VI 8
15/39
Berdasarkan tabel 4.8. di atas diketahui bahwa terdapat 58 orang responden
yang telah diberikan pertanyaan berupa sikap mereka dalam menggunakan alat
kontrasepsi pria yang dinilai dari sikap SS untuk Sangat Setuju, S untuk Setuju, TS
untuk tidak setuju dan STS untuk menyatakan sangat tidak setuju. Sebanyak 25
(43,1%) orang responden menyatakan tidak setuju bahwa saya bisa berpartisipasi
aktif dalam KB dengan menggunakan alat kontrasepsi sedangkan ada sebanyak 8
orang (13,8%) yang menyatakan tidak setuju dan 6 orang (10,3%) lagi menyatakan
sangat tidak setuju. Untuk pernyataan menurut saya kondom sangat baik
digunakan untuk mencegah kehamilan terdapat sebanyak 33 orang responden (
56,9%) tidak setuju dengan pernyataan tersebut sedangkan 6 orang responden
(10,3%) menyatakan setuju dan sangat setuju, untuk pernyataan jika saya di
tawarkan untuk menggunakan alat kontrasepsi maka saya akan mengikutinya
sebanyak 32 orang responden (55,2%) menyatakan tidak setuju dan 18 orang
11 Menggunakan alat kontrasepsi
akan mengurangi kepuasandalam berhubungan seksual pada
pasangan suami istri.
17 29,3 27 46,6 8 13,8 6 10,3
12 Hanya istri yang bolehmenggunakan alat kontrasepsi
18 31,0 25 43,1 9 15,5 6 10,3
13 Suami yang suka berganti-ganti pasangan seksual tidak
boleh menggunakan kondom
16 27,6 29 50 7 12,1 6 10,3
14 Saya hanya akan menggunakan
alat kontrasepsi jika tokoh
agama, tokoh adatmemperbolehkannya.
17 29,3 28 48,3 6 10,3 7 12,1
15 Penggunaan kontrasepsi
bertentangan dengan aturan di
agama, adat istiadat saya
15 25,9 28 48,3 10 17,2 5 8,6
Universitas Sumatera Utara
-
7/21/2019 Chapter III-VI 8
16/39
responden( 31%) menyatakan sangat tidak setuju sedangkan 7 orang responden
(12,1%) menyatakan setuju dan 1 orang (1,7%) menyatakan sangat setuju.
Untuk pernyataan walaupun sudah memiliki anak lebih dari 2 orang maka
saya tetap tidak akan menggunakan alat kontrasepsi diperoleh sebanyak 25 orang
responden (43,1%) menyatakan setuju dengan pernyataan dan sebanyak 23 orang
(39,7%) lainnya juga yang menyatakan sangat setuju sedangkan sebanyak 8 orang
(13,8%) dan 2 orang (3,4%) menyatakan tidak setuju dan sangat tidak setuju, untuk
pernyataan hanya istri yang boleh menggunakan alat kontrasepsi sebanyak 25 orang
responden (43,1%) menyatakan setuju yang di dukung oleh 18 orang responden
lainnya (31 %) menyatakan sangat setuju sedangkan 9 orang (15,5%) dan 6 orang
(10,3%) menyatakan tidak setuju dan sangat tidak setuju.
Sebanyak 28 orang (48,3%) responden menyatakan setuju dan 17 orang
(29,3%) responden lainnya sangat setuju dengan pernyataan saya hanya akan
menggunakan alat kontrasepsi jika tokoh agama, tokoh adat memperbolehkannya,
sedangkan 6 orang (10,3%) dan 7 orang (12,1%) lainnya menyatakan tidak setuju dan
sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut.Untuk pernyataan penggunaan
kontrasepsi bertentangan dengan aturan di agama, adat istiadat saya sebanyak 28
orang(48,3%) dan 15 orang (25,9%) menyatakan setuju dan sangat setuju akan tetapi
terdapat 10 orang (17,2%) dan 5 orang (8,6%) lainnya yang menyatakan tidak setuju
dengan pernyataan tersebut
Universitas Sumatera Utara
-
7/21/2019 Chapter III-VI 8
17/39
4.4.2. Kategori Tingkat Sikap
Tabel 4.9. Distribusi Kategori Sikap Responden Tentang Penggunaan Alat
Kontrasepsi
No Kategori Sikap Jumlah %
1 Sedang 48 82,2
2 Kurang 10 17,2
Total 58 100,0
Berdasarkan tabel 4.9. diketahui bahwa sebahagian besar responden atau
sebanyak 48 orang (82,2% ) responden memiliki sikap dengan kategori sedang
sedangkan sebanyak 10 orang responden (17,2%) memiliki kategori sikap kurang dan
tidak terdapat responden yang memiliki kategori sikap baik.
Universitas Sumatera Utara
-
7/21/2019 Chapter III-VI 8
18/39
BAB V
PEMBAHASAN
5.1. Karakteristik Responden
Karakteristik responden merupakan suatu adalah faktor yang melekat dari
dalam diri responden yang dapat mempengaruhi responden yang mencakup umur,
pekerjaan , pendidikan suku.
5.1.1. Umur
Berdasarkan hasil penelitian yang telah disajikan dalam tabel 4.1. dapat
diperoleh bahwa sebagian besar umur responden yaitu berusia 31- 40 tahun sebanyak
39 orang (67,2%) sedangkan sebagian kecil umur responden yaitu berusia 20 tahun
sebanyak 3 orang (5,2).
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Barus (2009) yang
menunjukkan bahwa terdapat variasi dalam umur responden dan yang paling banyak
adalah pada umur 36-40 tahun yaitu sebanyak 38,67%. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakuan oleh Kasmarita (2009) menunjukkan sebanyak 83,1%
responden tidak menggunaan kontrasepsi yang 37% diantaranya berusia 34-40 tahun.
Umur merupakan hal yang penting karena biasanya sasaran program
pelayanan kesehatan cenderung berkaitan dengan umur. Seperti diketahui bahwa
pada hakekatnya pelayanan kesehatan dapat dimanfaatkan oleh semua golongan
Universitas Sumatera Utara
-
7/21/2019 Chapter III-VI 8
19/39
umur, tetapi ada pelayanan kesehatan tertentu yang tidak dapat dimanfaatkan oleh
golongan umur tertentu.
Hasil pengamatan yang dilakukan peneliti menunjukkan umur dapat memberikan
pengaruh terhadap penggunaan kontrasepsi pria yang dikarenakan semakin tua umur
responden akan membuat dirinya semakin sulit untuk diberikan informasi yang baru
karena semakin tua seorang individu akan membuat dirinya merasa memiliki pengetahuan
tertentu dan semakin sulit untuk dirubah perilakunya dan hal ini juga termasuk
penggunaan alat kontrasepsi.
5.1.2.Jumlah anak
Berdasarkan hasil penelitian yang telah disajikan dalam tabel 4.1 diatas
diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki jumlah anak tiga atau lebih
sebanyak 54 orang (93,1%) sedangkan sebagian kecil responden memiliki jumlah 1-2
orang yaitu sebanyak 4 orang (6,9%).
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Barus (2009) menunjukkan
terdapat 61,3% keluarga yang memiliki anak 3 orang atau lebih, hal berbeda
didapatkan dari hasil penelitian Riski (2010) yang menunjukkan tidak adanya
pengaruh jumlah anak dengan partisipasi suami dalam ber-KB. Hal ini sejalan dengan
pendapat Ricardo (2007) bahwa jumlah anak tidak menjadi pertimbangan
responden dalam mengambil keputusan menerima atau menolak penggunaan
kontrasepsi.
Universitas Sumatera Utara
-
7/21/2019 Chapter III-VI 8
20/39
Sedangkan Penelitian Mardiani (2006), menyebutkan bahwa jumlah anak
memiliki hubungan yang bermakna dengan partisipasi pria dalam ber-KB di
Jawa Barat dan Jawa Timur. Hasil penelitian ini menyebutkan ada faktor-faktor
budaya setempat mengenai jumlah anak terhadap partisipasi suami dalam ber-KB.
Hal ini juga sesuai dengan pendapat Jennings (1970), yang menyebutkan bahwa
pengaruh budaya yang menempatkan jumlah anak sebagai simbol prestise dan
jaminan keamanan pada usia tua mengakibatkan tingginya angka kelahiran di Afrika
Menurut asumsi peneliti berdasarkan pengamatan selama penelitian bahwa
sebahagian besar masyarakat didesa Perangin menganggap sebuah keluarga tidak
lengkap apabila tidakada anak laki-laki dan tidak ada perempuan yang dikarenakan
terdapat kepercayaan bahwa setiap anak memiliki rejekinya masing-masing. Padahal
hal ini bertentangan dengan rekomendasi dari Badan Koordinasi Keluarga Berencana
yang ada di Indonesia yang memiliki program Keluarga Berencana (KB) yang cukup
memiliki 2 orang anak dimana anak laki-laki dan perempuan sama saja.
5.1.3. Pekerjaan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah disajikan dalam tabel 4.1. di atas
diketahui bahwa sebagian besar wirausaha yaitu sebanyak 32 orang (55,2%)
sedangkan sebagian kecil lagi bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) yaitu
sebanyak 6 orang (10,3%).
Menurut Bongaart dalam Riski (2010) yang menyatakan prevalensi
penggunaan kontrasepsi oleh mereka yang bekerja lebih tinggi daripada yang tidak
Universitas Sumatera Utara
-
7/21/2019 Chapter III-VI 8
21/39
bekerja. Penyebab utamanya adalah dorongan untuk menyelaraskan kedudukan
dalam keluarga dengan tuntutan pekerjaan sehingga menumbuhkan motivasi
untuk mengatur kelahiran dengan menggunakan kontrasepsi. Hasil studi lain
menunjukkan bahwa pasangan yang bekerja dan mempunyai penghasilan yang tinggi
akan lebih cenderung mempraktikkan metode KB modern daripada mereka yang
tidak bekerja dan memiliki penghasilan yang rendah (Samosir, 1994) .
Menurut peneliti dari hasil penelitian yang dilakukan bahwa pekerjaan dapat
memberikan dorongan responden dalam menggunakan alat kontrasepsi,hal ini
dikarenakan dengan suatu pekerjaan tertentu akan dapat mempengaruhi informasi
yang diterima responden khusunya mengenai penggunaan alat kontrasepsi yang akan
berhubungan dengan pola pemikiran mengenai kebutuhan dan kecukupan didalam
keluarga mereka.
5.1.4. Pendidikan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah disajikan dalam tabel 4.1. di atas
diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki pendidikan terakhir tammat
SMP yaitu sebanyak 16 orang (27,6%) sedangkan sebagian kecil responden memiliki
pendidikan terakhir tidak tammat sekolah dasar yaitu sebanyak 7 orang (12,1%).
Menurut UU No 20 tahun 2003 disimpulkan tingkat pendidikan orang tua
dapat dikatagorikan menjadi pendidikan dasar dan pendidikan menengah ke atas.
Bahkan Liliweri lebih memberikan pendapat yang lebih spesifik terhadap pendidikan,
dimana menurut Liliweri (2007), bahwa cakupan pengetahuan atas keluasan wawasan
Universitas Sumatera Utara
-
7/21/2019 Chapter III-VI 8
22/39
seseorang sangat ditentukan oleh tingkat pendidikan. Semakin tinggi pendidikan
seseorang maka semakin mudah diberikan pengertian mengenai suatu informasi.
Hasi penelitian Riski (2010) menunjukkan bahwa suami yang berpartisipasi
dalam ber-KB lebih tinggi pada tingkat pendidikan rendah sebanyak 7 orang
(41,2%), tingkat pendidikan sedang 6 orang (35,3%), dan tingkat pendidikan tinggi
sebanyak 4 orang (23,5%), akan tetapi tingginya penggunaan alat kontrasepsi ini
karena permintaan istri dan rasa kasihan terhadap istri bukan karena adanya
pengetahuan yang tinggi tentang kesehatan.
Hal ini sejalan menurut Hary A dalam Apriadi (2011) yang menyebutkan
bahwa tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang
menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh, pada umumnya
semakin tinggi pendidikan seseorang semakin baik pula pengetahuannya.
Keterbatasan pendidikan suami akan berpengaruh pada kemudahan seseorang untuk
menyerap informasi dan mengimplementasikan dalam perilaku dan gaya hidup
sehari-hari, khususnya dalam hal kesehatan .
Menurut peneliti, mayoritas pendidikan responden yang Tammat dapat
membuat responden cenderung lebih susah mendapatkan dan menerima informasi
yang baru, hal ini dikarenakan dengan pendidikan yang masih rendah akan membuat
pengetahuan yang dimilikinya tentang suatu hal masih belum banyak dan ini dapat
terjadi dalam hal penggunaan alat kontrasepsi pria.
Universitas Sumatera Utara
-
7/21/2019 Chapter III-VI 8
23/39
5.2. Pengetahuan Responden Tentang Penggunaan Alat Kontrasepsi Pria
5.2.1. Pengetahuan Responden Tentang Defenisi Alat Kontrasepsi
Hasil penelitian yang berada dalam tabel 4.2. mengenai definisi alat
kontrasepsi menunjukkan bahwa sebagian besar responden menjawab alat untuk
mencegah penyakit menular seks sebanyak 34 orang (58,6%) sedangkan sebagian lagi
memberikan jawaban alat yang dipakai untuk mencegah kehamilan dan alat yang
dipakai wanita untuk memperbaiki organ reproduksi yaitu sebanyak 12 orang
(20,7%).
Menurut BKKBN (2007) bahwa kontrasepsi secara harfiah diartikan sebagai
suatu alat atau metode yang digunakan untuk mencegah terjadinya kehamilan
(BKKBN, 2007). Sedangkan menurut Prawirohardjo (2002), kontrasepsi adalah
upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan.
Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa hanya sebagian kecil responden
yang memberikan jawaban kontrasepsi sebagai alat yang dipakai untuk mencegah
kehamilan yaitu sebanyak 12 orang (20,7%). Hal memperlihatkan bahwa mayoritas
responden belum memiliki pengetahuan dalam tingkatan tahu mengenai defeinisi
alat kontrasepsi secara baik dan benar. Hal ini sesuai menurut Notoadmodjo (2003)
bahwa apabila seseorang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain : menyebutkan,
mendefenisikan, mengatakan maka dapat dikategorikan dalam tingkatan pengetahuan
yang pertama yaitu kategori tahu.
Menurut peneliti hal ini dapat terjadi karena memang responden kurang
mendapatkan informasi mengenai defenisi kontrasepsi secara baik dan benar,
walaupun sebenarnya peneliti melihat sudah banyak media yang memberikan
Universitas Sumatera Utara
-
7/21/2019 Chapter III-VI 8
24/39
informasi mengenai alat kontrasepsi yang berupa poster, spanduk dan baliho tetapi
tetap saja tidak memuat tentang defenisi alat kontrasepsi,
5.2.2. Pengetahuan Responden Tentang Tujuan Penggunaan Kontrasepsi
Hasil penelitian yang berada dalam tabel 4.3. mengenai tujuan penggunaan
kontrasepsi yaitu sebagian besar responden menjawab untuk mempermudah
kehamilan sebanyak 21 orang (36,2%) sedangkan sebagian kecil responden
menjawab untuk mencegah / menghindari terjadinya kehamilan yaitu sebanyak 18
orang (31%) dan yang lainnya menjawab untuk menurunkan angka kematian ibu dan
anak sebanyak 19 orang (32,8%) sebagai jawaban untuk pertanyaan tujuan
penggunaan kontrasepsi .
Menurut Barus (2009), kontrasepsi memiliki tujuan untuk mencegah /
menghindari terjadinya kehamilan, pernyataan ini juga dinyatakan oleh Arma (2010),
tujuan kontrasepsi yaitu untuk mencegah terjadinya kehamilan dengan
menghambat masuknya sperma kedalam kemaluan wanita.
Hasil penelitian ini membuat peneliti memiliki pemikiran bahwa mayoritas
responden kurang tahu mengenai tujuan kontrasepsi, hal ini dapat dibuktikan dari
mayoritas responden yang menyatakan tujuan kontrasepsi yaitu untuk mempermudah
kehamilan sebanyak 21 orang (36,2%). Mayoritas pengetahuan responden yang masih
rendah ini akan dapat mempengaruhi tindakan responden dalam menggunakan alat
kontrasepsi pria.
Universitas Sumatera Utara
-
7/21/2019 Chapter III-VI 8
25/39
5.2.3. Pengetahuan Responden Tentang Jenis Alat Kontrasepsi Untuk Laki-Laki
Hasil penelitian yang berada dalam tabel 4.4. menunjukkan bahwa sebagian
besar responden menjawab implant sebanyak 25 orang (43,1%) sedangkan responden
lainnya menjawab kondom yaitu sebanyak 15 orang (25,9%) dan yang menjawab pil
KB sebanyak 18 orang (31%) untuk pengetahuan responden tentang waktu responden
menggunakan vasektomi sebagai jawaban untuk pertanyaan jenis alat kontrasepsi
untuk laki-aki .
Menurut Everret dalam Arma (2010) bahwa jenis kontrasepsi pria dapat
dilakukan pembagian menjadi 2 yaitu kondom dan vasektomi sedangkan menurut
Manuaba (1998), jenis-jenis alat kontrasepsi yang dapat digunakan oleh laki-laki
ada 4 yaitu kondom, vasektomi, pantang berkala, dan senggama terputus, untuk
kontrasepsi wanita menurut Sari (2010) bahwa pil ( tablet) KB dan implant termasuk
kedalam kontrasepsi wanita bersama dengan susuk dan kontrasepsi mantap.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti ini menunjukkan terdapat
kurangnya pengetahuan mayoritas responden mengenai jenis kontrasepsi untuk laki-
laki, hal ini dapat terjadi karena memang informasi mengenai penggunaan alat
kontrasepsi laki-laki sangat jarang bahkan tidak dilakukan terhadap laki-laki di Desa
Perangin Kecamatan Juhar ini dan hal ini berbeda dengan promosi alat kontrasepsi
yang diakukan kepada wanita yang lebih gencar diberikan.
5.2.4. Pengetahuan Responden Tentang Waktu Responden Menggunakan Alat
Kontrasepsi
Universitas Sumatera Utara
-
7/21/2019 Chapter III-VI 8
26/39
Hasil penelitian yang berada dalam tabel 4.5. menunjukkan sebagian besar
responden menjawab apabila sebuah keluarga sudah memiliki anak laki-laki sebanyak
25 orang (43,1%) sedangkan sebagian kecil responden menjawab apabila sebuah
keluarga sudah memiliki anak 2 orang yaitu sebanyak 9 orang (15,5%) dan yang
lainnya menjawab apabila sebuah keluarga sudah memiliki anak 3 orang sebanyak
24 orang (41,4%) sebagai jawaban untuk pertanyaan waktu responden menggunakan
alat kontrasepsi.
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian Barus (2009) yang
menunjukkan sebanyak 37,3% responden menyatakan anak laki-laki memiliki nilai
lebih tinggi daripada anak perempuan. Padahal BKKBN telah mempromosikan
bahwa semua anak itu sama kedudukannya baik perempuan dan laki-laki, tetapi hal
ini tidak berlaku di Desa Perangin Kecamatan Juhar yang masih menganggap anak
laki-laki sebagai kebanggaan dan kehormatan sebuah keluarga yang dapat
meneruskan marga sebagai garis keturunan.
Menurut peneliti bahwa fenomena ini menunjukkan masih kuatnya
kepercayaan masyarakat terhadap tradisi dan adat istiadat yang ada di Desa Perangin
Kecamatan Juhar membuat pengetahuan dan informasi yang datang menjadi hal yang
masih belum menyambut segala informasi yang telah diberikan kepada mereka
walaupun informasi yang diberikan masih kurang begitu banyak.
5.2.5. Pengetahuan Responden Tentang Manfaat Kondom Sebagai Alat
Kontrasepsi
Universitas Sumatera Utara
-
7/21/2019 Chapter III-VI 8
27/39
Hasil penelitian yang berada dalam tabel 4.5. mengenai manfaat kondom
sebagai alat kontrasepsi menunjukkan sebagian besar responden menjawab tidak
tahu sebanyak 25 orang (43,1%) sedangkan sebagian kecil responden menjawab
mencegah terjadinya penyakit menular seks (kencing nanah, HIV/Aids yaitu
sebanyak 12 orang (20,7%) dan yang lainnya menjawab mencegah terjadinya
penyakit kencing manis sebanyak 21 orang (36,2%).
Menurut Kasmarita (2009) bahwa penggunaan kondom memiliki manfaat
yaitu dapat bertindak efektif sebagai alat kontrasepsi, murah dan mudah didapatkan,
tidak memerlukan pengawasan medis, dapat mencegah PMS dan hepatitis B, serta
sebagai penghambat orgasme bagi pria yang mengalami kelemahan ejakulasi dini.
Hal ini sejalan dengan pendapat Barus (2009 ),kondom dapat mencegah penularan
mikroorganisme IMS dan HIV/AIDS dari satu pasangan kepada pasanganlainnya.
Hasil penelitian ini memperlihatkan masih banyaknya responden yang masih
belum mengetahui manfaat dan kegunaan kondom sehingga tidak membingungkan
jika memang penggunaan kondom masih sangat minim. Hal ini dapat dilihat dari
Data BKKBN Provinsi Sumatera Utara tahun 2008 dalam Barus (2009) yang
menunjukkan pengguna kondom di Sumatera Utara hanya sebanya 4,58%, hasil ini
semakin memperlihatkan bagaimana penggunaan kondom yang masih sangat jarang
digunakan masyarakat sebagai alat kontrasepsi.
Menurut peneliti yang melihat hasil penelitian ini memiliki asumsi bahwa
responden masih memiliki persepsi dan pengetahuan yang sangat buruk terhadap
kondom karena masih minimnya sosialisasi yang didapatkan responden mengani
Universitas Sumatera Utara
-
7/21/2019 Chapter III-VI 8
28/39
kondom dan manfaatnya kepada mereka dan ditambah dengan masih ada
kejanggalan yang terdapat di masyarakat di Indonesia dalam mensosialisasikan
kondom sebagai alat kontrasepsi yang baik.
5.2.6. Kategori Tingkatan Pengetahuan
Berdasarkan hasil kuesioner diketahui bahwa seluruh responden memiliki
kategori pengetahuan kurang yaitu sebanyak 58 orang (100%) dan tidak ada
responden yang memiliki kategori pengetahuan sedang dan kategori pengetahuan
baik.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sari (2003) dalam
Arma (2010) tentang pengetahuan dan motivasi suami terhadap kontrasepsi pria di
Sumatera Barat , dimana pengetahuan suami tentang kontrasepsi pria cenderung
pada kategori kurang (48,5%), hal ini dapat dikarenakan masih rendahnya informasi
yang didapatkan mengenai kontrasepsi pria yang dikarenakan kurang adanya
komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) yang dilakukan kepada para pria. KIE lebih
banyak dilakukan dengan sasaran wanita selain itu masih minimnya penggunaan
media massa seperti spanduk, baliho atau koran merupakan media yang paling
mudah diakses masyarakat.
Selain itu kurangnya pengetahuan tentang kontrasepsi pria juga disebabkan
karena pekerjaan mereka yang menyita waktu. Sebagian besar responden bekerja
sebagai wirausaha yang membuat mereka bekerja dari pagi sampai sore hari
Universitas Sumatera Utara
-
7/21/2019 Chapter III-VI 8
29/39
sehingga membuat mereka tidak mempunyai waktu untuk mendapatkan informasi
tentang kontrasepsi pria.
Padahal menurut Brunner dalam Apriadi (2012) bahwa pengetahuan yang
baik diperoleh dari proses pembelajaran yang baik, dengan demikian penyebab
tingginya angka responden yang memiliki pengetahuan kurang baik salah satunya
yaitu kurangnya informasi yang bisa diterima responden saat mendapatkan informasi
kesehatan. Hal ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2000) bahwa pengetahuan
merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan
terhadap suatu objek tertentu seperti mengikuti pendidikan kesehatan. Pengetahuan
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.
Padahal pengetahuan seseorang erat kaitannya dengan perilaku yang akan
diambilnya, karena dengan pengetahuan tersebut ia memiliki alasan dan landasan
untuk menentukan suatu pilihan, sehingga dengan pengetahuan yang masuk dalam
kategori kurang ini dapat membuat responden cenderung tidak akan menggunakan
alat kontrasepsi pria.
Peneliti memiliki asumsi rendahnya pengetahuan responden dikarenakan juga
akses informasi mengenai penggunaan alat kontrasepsi pria yang masih sangat
kurang, petugas kesehatan yang tidak memberikan informasi dan peyuluhan tentang
penggunaan alat kontrasepsi pria dan ditambah dengan latar belakang pendidikan
responden yang mayoritas berada di tingkat pendidikan tamat SMP mempengaruhi
tingkatan pengetahuan responden dalam memahami penggunaan alat kontrasepsi
pria,
Universitas Sumatera Utara
-
7/21/2019 Chapter III-VI 8
30/39
5.3. Sikap Responden Dalam Penggunaan Alat Kontrasepsi Pria
5.3.1.Sikap Responden Dalam Berpartisipasi Aktif KB Dengan Menggunakan
Alat Kontrasepsi
Menurut hasil penelitian pada tabel 4.8 didapatkan sebanyak 25 (43,1%)
orang responden menyatakan tidak setuju bahwa saya bisa berpartisipasi aktif dalam
KB dengan menggunakan alat kontrasepsi sedangkan ada sebanyak 8 orang (13,8%)
yang menyatakan tidak setuju dan 6 orang (10,3%) lagi menyatakan sangat tidak
setuju dengan pernyataan saya bisa berpartisipasi aktif dalam KB dengan
menggunakan alat kontrasepsi.
Hal ini juga terdapat dalam hasil penelitian Arma (2010) yang menunjukkan
bahwa 86,4% responden memiliki sikap yang negative dalam penggunaan alat
kontrasepsi pria sedangkan hal berbeda didapatkan dari hasil penelitian Kasmarita
(2009) yang menunjukkan sebanyak 50,8 % responden menyatakan tidak setuju
dengan pernyataan suami tidak perlu berpartisipasi dalam menggunakan alat
kontrasepsi.
Hal dapat terjadi karena menurut Notoadmodjo (2003) dalam Apriadi (2012)
bahwa sikap sesorang dapat berubah dengan diperolehnya tambahan informasi
tentang objek tersebut melalui persuasi serta tekanan dari kelompok sosialnya. Oleh
karena itu, informasi yang didapatkan seseorang tentang sesuatu hal akan dapat
mempengaruhi sikapnya.
Menurut asumsi peneliti, hal ini dapat terjado karena responden yang masih
memiliki pendidikan rendah, informasi yang kurang ditambah lagi dengan sosial
budaya yang masih berlawanan dengan penggunaan alat kontrasepsi yang membuat
Universitas Sumatera Utara
-
7/21/2019 Chapter III-VI 8
31/39
responden dalam penelitian ini cenderung memiliki respon yang kurang baik terhadap
penggunaan alat kontrasepsi.
5.3.2.Sikap Responden Tentang Tawaran Penggunaan Alat Kontrasepsi.
Menurut hasil penelitian pada tabel 4.8 terdapat sebanyak 32 orang
responden (55,2%) menyatakan tidak setuju dan 18 orang responden ( 31%)
menyatakan sangat tidak setuju sedangkan 7 orang responden (12,1%) menyatakan
setuju dan 1 orang (1,7%) menyatakan sangat setuju untuk pernyataan jika saya di
tawarkan untuk menggunakan alat kontrasepsi maka saya akan mengikutinya.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden cenderung memberikan
respon negative terhadap tawaran yang datang untuk menggunakan alat kontrasepsi
yang memperlihatkan bahwa responden memiliki sikap yang tidak baik terhadap alat
kontrasepsi. Hal ini juga terdapat pada penelitian Barus (2009) dimana 4 orang
informannya menyatakan tidak mau menggunakan walaupun lingkungan disekitar
telah menganjurkan untuk menggunakan alat kontrasepsi. Hal berbeda didapatkan
dari hasil penelitian Ginting (2010) yang menunjukkan bahwa 76,2 % responden
tidak mendapatkan dukungan dalam menggunakan alat kontrasepsi yang membuat
responden cenderung tidak menggunakan alat kontrasepsi.
Hasil penelitia ini menunjukkan bahwa responden memiliki sikap yang
negative yang dapat dilihat dari responden yang memiliki kecenderungan untuk
bertindak untuk menolak tawaran untuk menggunakan alat kontrasepsi. Hal ini sesuai
menurut Allport dalam Notoadmodjo(2007) yang menjelaskan tiga komponen sikap
Universitas Sumatera Utara
-
7/21/2019 Chapter III-VI 8
32/39
yang salah satunya adalah kecenderungan untuk bertindak (tend to behave). Hal yang
berbeda menurut Notoadmodjo (2003) yang menyatakan sikap responden ini
termasuk kedalam tingkatan tidak menerima (receiving) yang dapat diartikan bahwa
responden tidak mau dan memperlihatkan stimulus negatif yang diberikan (objek)
Hasil penelitian yang didapatkan membuat peneliti memiliki asumsi bahwa
responden sudah memiliki kepercayaan tertentu terhadap penggunaan alat kontrasepsi
sehingga membuat responden memiliki kecenderungan untuk bertindak dan tidak
menerima respon yang diberikan sebagai bentuk sikapnya terhadap stimulus yang
diberikan.
5.3.3. Sikap Responden Tentang Penggunaan Alat Kontrasepsi Setelah memiliki
2 anak
Menurut hasil penelitian pada tabel 4.8 terdapat sebanyak 25 orang
responden (43,1%) menyatakan setuju dengan pernyataan walaupun sudah memiliki
anak lebih dari 2 orang maka saya tetap tidak akan menggunakan alat kontrasepsi
dan sebanyak 23 orang (39,7%) lainnya juga yang menyatakan sangat setuju
sedangkan sebanyak 8 orang (13,8%) menyatakan tidak setuju terhadap pernyataan
walaupun sudah memiliki anak lebih dari 2 orang maka saya tetap tidak akan
menggunakan alat kontrasepsi.
Menurut BKKBN (2006) dalam Riski (2010) bahwa alat kontrasepsi
merupakan salah satu metode untuk mewujudkan program KB yaitu untuk
membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga
Universitas Sumatera Utara
-
7/21/2019 Chapter III-VI 8
33/39
yang dapat diwujudkan dengan memiliki 2 orang anak sebagai wujud membentuk
keluarga bahagia dan sejahtera. Oleh karena itu, BKKBN merekomendasikan setiap
keluarga untuk memiliki 2 orang anak dengan cara menunda kehamilan dengan
menggunakan alat kontrasepsi.
Akan tetapi hasil penelitian penelitian Ginting (2010) menunjukkan hasil
yang berbeda yaitu penggunaan alat kontrasepsi responden yang punya anak 3
orang jauh lebih banyak daripada responden yang menggunakan alat kontrasepsi yang
punya anak 1-2 orang yang memberikan arti bahwa penerimaan terhadap norma
keluarga kecil bahagia sejahtera yang dipromosikan BKKBN belum berjalan secara
baik dalam masyarakat.
Hasil penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa
responden memiliki sikap yang negatif terhadap penggunaan alat kontrasepsi dan
juga terhadap Keluarga Berencana, hal dapat dilihat dari respon yang diberikan oleh
responden yang cenderung tidak sesuai dengan perwujudan Keluarga Berencana (KB)
yang menganjurkan memiliki 2 orang anak saja dan juga menggunakan alat
kontrasepsi .
5.3.4. Sikap Responden Tentang Alat Kontrasepsi Bertentangan Dengan Aturan
di Agama, Adat Istiadat
Menurut hasil penelitian pada tabel 4.8 didapatkan sebanyak 28 orang(48,3%)
dan 15 orang (25,9%) menyatakan setuju dan sangat setuju akan tetapi terdapat 10
orang (17,2%) dan 5 orang (8,6%) lainnya yang menyatakan tidak setuju dengan
Universitas Sumatera Utara
-
7/21/2019 Chapter III-VI 8
34/39
pernyataan penggunaan kontrasepsi bertentangan dengan aturan di agama, adat
istiadat saya
Alat kontrasepsi merupakan suatu program dari BKKBN yang memiliki
tujuan untuk mencegah / menghindari terjadinya kehamilan, pernyataan ini juga
dinyatakan oleh Arma (2010), tujuan kontrasepsi yaitu untuk mencegah terjadinya
kehamilan dengan menghambat masuknya sperma kedalam kemaluan wanita, akan
tetapi penggunaan alat kontrasepsi ini menurut beberapa kelompok masyarakat
bertentangan dengan adat istiadat dan ajaran agama mereka.
Hal ini juga sesuai dengan hasil penelitian Wijayanti (2001) yang
memperlihatkan bahwa terdapat hubungan antara adat istiadat dan agama dengan
penggunaan alat kontrasepsi. Hasil penelitan Justicia (2008) juga menunjukkan
bahwa terdapat pengaruh antara suku terhadap penerimaan dan penolakan
penggunaan alat kontrasepsi sedangkan untuk agama tidak terdapat pengaruh agama
terhadap penerimaan dan penolakan penggunaan alat kontrasepsi.
Menurut hasil penelitian Kasmarita (2009) menunjukkan 83,1% responden
tidak menggunakan alat kontrasepsi yang dapat disebabkan latar belakang budaya
yang masih beranggapan bahwa memiliki anak dalam jumlah yang banyak
merupakan suatu rezeki yang harus disyukuri dan tidak ada leluhur mereka yang
meyakini bahwa perlu membatasi jumlah anak, serta pandangan agama yang tidak
melarang seseorang memiliki anak yang banyak dan tidak membatasi seorang
memiliki anak yang banyak.
Universitas Sumatera Utara
-
7/21/2019 Chapter III-VI 8
35/39
Sikap yang ditunjukkan oleh responden dalam penelitian ini merupakan sikap
yang negative terhadap penggunaan alat kontrasepsi yang dikarenakan pembatasan
adat istiadat dan agama, hal ini sesuai dengan pendapat Notoadomodjo (2007) yang
menyatakan sikap dapat dirumuskan sebagai kecenderungan untuk merespon (secara
positif atau negatif) terhadap orang, objek atau situasi tertentu. Oleh karena itu,
peneliti mengangap responden memiliki kecenderungan untuk merespon negatif
terhadap penggunaan alat kontrasepsi.
5.3.5. Kategori Sikap
Menurut hasil penelitian pada tabel 4.9. diketahui bahwa sebahagian besar
responden atau sebanyak 48 orang (82,2% ) responden memiliki sikap dengan
kategori sedang sedangkan sebanyak 10 orang responden (17,2%) memiliki kategori
sikap kurang dan tidak terdapat responden yang memiliki kategori sikap baik.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hastuti dalam Arma
(2010) tentang sikap suami terhadap kontrasepsi pria di Kecamatan Coblong
Bandung dimana sikap suami terhadap kontrasepsi pria cenderung pada kategori
negatif (34,4%). Hasil penelitian yang menunjukkan sebahagian responden yang
memiliki sikap sedang dan kurang dapat disebabkan karena tingkat pendidikan yang
masih rendah dan kurang optimalnya informasi yang didapat melalui penyuluhan
kesehatan sehingga membuat responen bingung dalam menentukan sikap.
Universitas Sumatera Utara
-
7/21/2019 Chapter III-VI 8
36/39
Hal ini sejalan dengan menurut Notoatmodjo (2003) menyatakan
pengetahuan dan sikap mengenai kesehatan akan berpengaruh terhadap perilaku
sebagai hasil jangka panjang dari pendidikan kesehatan hal itu dikarenakan dari
pengetahuan dan sikap itulah akan tercipta upaya untuk penggunaan alat kontrasepsi.
Menurut Maulana (2009), sikap merupakan respon yang masih tertutup dari
seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap tidak dapat langsung dilihat dan
merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu
sebagai suatu penghayatan terhadap objek sehingga diketahui adanya responden
yang bersikap negates bias disebabkan karena kecenderungan dan kebiasaan dari diri
mereka sendiri yaitu tidak mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam
situasi dan kondisi yang sebenarnya mereka tahu tentang kontrasepsi pria.
Sedangkan menurut Kreech (2004) bahwa individu akan membentuk sikap
positif terhadap hal-hal yang dirasakannya akan mendatangkan keuntungan dan
membentuk sikap negatif terhadap hal-hal yang dirasakan akan merugikan
dirinya. Ini dapat diartikan bahwa semakin seseorang mengerti dan memiliki
pengetahuan yang baik tentang manfaat dan keuntungan dari pemakaian kontrasepsi
pria, maka orang tesebut cenderung bersikap lebih positif .
Menurtut peneliti tidak selamanya orang yang mempunyai pengetahuan baik
akan memiliki sikap yang positif, atau sebaliknya yang mempunyai pengetahuan
kurang akan memiliki sikap yang negatif. Hal ini mengidikasikan bahwa kesadaran
akan pentingnya peran suami dalam kontrasepsi pria masih kurang. Selain itu faktor
lingkungan setempat yang masih menganggap keluarga berencana adalah urusan
Universitas Sumatera Utara
-
7/21/2019 Chapter III-VI 8
37/39
perempuan saja, sehingga bila responden yang menggunakan kontrasepsi dianggap
tidak lazim yang dapat mempengaruhi responden dalam menyikapi penggunaan alat
kontrasepsi.
Universitas Sumatera Utara
-
7/21/2019 Chapter III-VI 8
38/39
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
1. Karakteristik umur responden berusia 31- 40 tahun sebanyak 67,2%
responden, suami dalam menggunakan alat kontrasepsi pria memiliki jumlah
anak tiga atau lebih sebanyak 93,1% responden, sebahagian besar suami
dalam penggunaan alat kontrasepsi pria memiliki pekerjaan wirausaha
sebanyak 55,2%, sebahagian besar suami dalam penggunaan alat kontrasepsi
adalah pria yang memiliki pendidikan tamat SMP sebanyak 27, 6%.
2. Gambaran pengetahuan suami dalam penggunaan alat kontrasepsi pria
termasuk dalam kategori tingkat pengetahuan kurang sebanyak 100%.
3. Sikap suami dalam penggunaan alat kontrasepsi termasuk dalam kategori
tingkat sikap sedang sebanyak 82,2% dan sebahagian kecil responden
termasuk dalam kategori tingkat sikap baik sebanyak 17,2%
6.2. Saran
1. Untuk petugas BKKBN Kabupaten Karo agar terus melaksanakan promosi
program KB dan meningkatkan kemudahan akses untuk mendapatkan
informasi dan keinginan untuk berpartisipasi dalam penggunaan kontrasepsi
bagi suami.
2. Untuk tenaga kesehatan Puskesmas Juhar agar terus meningkatkan
pengetahuan suami mengenai keluarga berencana dan kontrasepsi pada pria
Universitas Sumatera Utara
-
7/21/2019 Chapter III-VI 8
39/39
dengan memberikan penyuluhan kepada masyarakat baik dari rumah ke
rumah, pendekatan secara keagamaan baik itu setelah kebaktian di gereja
maupun ceramah di masjid yang dilakukan bersama tokoh agama, berbagai
kegiatan adat bersama tokoh adat dan juga dalan musyawarah desa bersama
tokoh masyarakat.
3. Untuk tokoh agama, tokoh adat dan tokoh masyarakat yang ada di Desa Juhar
juga memberikan himbauan kepada masyarakat untuk ikut mendukung
program KB dengan menggunakan alat kontrasepsi pria dan juga mendukung
program hanya memiliki 2 orang anak baik laki-laki dan perempuan sama
saja, mengingat masih banyaknya masyarakat Desa Juhar yang masih merasa
kurang lengkap jika sebuah keluarga tidak memiliki anak laki-laki dan
perempuan.