Chapter III-VI 8

download Chapter III-VI 8

of 39

Transcript of Chapter III-VI 8

  • 7/21/2019 Chapter III-VI 8

    1/39

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    3.1 Jenis Penelitian

    Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif untuk menggambarkan

    pengetahuan dan sikap suami tentang alat kontrasepsi pria di Desa Juhar Perangin

    Kecamatan Juhar Kabupaten Karo Tahun 2012.

    3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

    3.2.1. Lokasi

    Penelitian dilakukan di wilayah Desa Juhar Perangin Kecamatan Juhar

    Kabupaten Karo. Alasan pengambilan lokasi adalah karena tidak ditemukan suami di

    Desa Juhar Perangin Kecamatan Juhar Kabupaten Karo ini yang menggunakan alat

    kontrasepsi pria .

    3.2.2. Waktu Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2012 - Juli 2012.

    3.3. Populasi dan Sampel

    3.3.1.Populasi

    Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh suami dari pasangan usia subur di

    Desa Juhar Perangin Kecamatan Juhar Kabupaten Karo Tahun 2012 sebanyak 397

    orang (BPS Karo, 2011).

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/21/2019 Chapter III-VI 8

    2/39

    3.3.2.Sampel

    Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari jumlah suami di Desa Juhar

    Perangin Kecamatan Juhar Kabupaten Karo pada tahun 2011. Jumlah sampel yang

    akan diteliti dihitung dengan menggunakan rumus Lemeshow (1994), sebagai

    berikut:

    n = 58,00

    n = 58

    Keterangan :

    n = Besar Sampel

    N= Besar Populasi (397)

    d = Galat pendugaan (0,1)

    Z = Tingkat kepercayaan (90%=1,645)

    P = Proporsi populasi (0,5)

    Setelah dilakukan perhitungan menggunakan rumus di atas maka diketahui

    jumlah sampel dari populasi 397 orang didapat sampel penelitian sebanyak58 orang

    responden.

    )1(.)1.(

    ).1(.22

    2

    PPZNd

    NPPZn

    +

    =

    )5,01(5,0.645,1)396.(1,0

    397).5,01(5,0.645,122

    2

    +

    =n

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/21/2019 Chapter III-VI 8

    3/39

    Cara pengambilan sampel untuk penelitian ini adalah dengan teknik

    pengambilan sampel purposive sampling dengan menggunakan kriteria responden

    sebagai berikut:

    1. Sudah menetap minimal 1 tahun di Desa Juhar Perangin Kecamatan Juhar

    Kabupaten Karo .

    2. Suami merupakan Pasangan Usia Subur (PUS) .

    3. Suami yang memiliki istri yang masih hidup.

    3.4. Metode Pengumpulan Data

    Data primer diperoleh dengan hasil pengumpulan data terhadap responden

    melalui wawancara langsung dengan kuesioner penelitian yang sudah dipersiapkan

    untuk menjelaskan Gambaran pengetahuan dan sikap suami terhadap alat kontrasepsi

    pria di Desa Juhar Perangin Kecamatan Juhar Kabupaten Karo .

    Data sekunder yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh dari Desa Juhar

    Perangin Kecamatan Juhar Kabupaten Karo, instansi lain yang berkaitan dan hasil-

    hasil penelitian sebelumnya.

    3.5Definisi Operasional

    Sesuai fokus kajian dan tujuan penelitian, deskripsi fokus penelitian akan

    disusun berdasarkan faktor sosial budaya, pengetahuan dan sikap suami terhadap alat

    kontrasepsi pria di Desa Juhar Perangin Kecamatan Juhar Kabupaten Karo . Sebagai

    pedoman awal untuk pengumpulan informasi sesuai fokus penelitian, digunakan

    defenisi operasional yang dikembangkan seperti uraian di bawah ini.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/21/2019 Chapter III-VI 8

    4/39

    1. Karakteristik adalah faktor yang melekat dari dalam diri responden yang dapat

    mempengaruhi responden yang mencakup umur, pekerjaan, pendidikan dan

    jumlah anak responden.

    a. Umur adalah lama hidup suami yang dihitung sejak tahun dilahirkan sampai

    tahun pada saat penelitian dilakukan yang dikelompokkan menjadi kelompok

    umur 19 tahun, kelompok umur 20-30 tahun, kelompok umur 30-40 tahun

    dan kelompok umur 40 tahun

    b.

    Pekerjaan adalah aktifitas sehari-hari yang dilakukan oleh responden untuk

    mendapatkan nafkah yang dikelompokkan menjadi pegawai negeri sipil,

    pegawai swasta dan wirausaha .

    c. Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang pernah ditempuh suami

    sebagai responden sampai memperoleh surat tanda tamat (ijazah) yang

    dikelompokkan menjadi tidak tamat SD, tamat SD, tamat SMP, tamat SMA

    dan tamat D1/D3/ Sarjana .

    d. Jumlah anak adalah banyaknya anak yang lahir hidup yang dimiliki

    oleh responden yang dikelompokkan menjadi 1-2 orang dan 3 orang anak.

    2. Pengetahuan adalah kemampuan untuk mengungkapkan kembali segala apa yang

    diketahui responden tentang kontrasepsi pria yang dapat dikelompokkan menjadi

    baik dan buruk .

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/21/2019 Chapter III-VI 8

    5/39

    3. Sikap adalah kecenderungan respon atau reaksi dari responden terhadap

    kontrasepsi pria dapat dikelompokkan menjadi baik dan buruk .

    4.

    Alat kontrasepsi pria adalah alat yang digunakan pria untuk mencegah terjadinya

    kehamilan .

    3.6Aspek Pengukuran dan Instrumen

    3.6.1. Aspek Pengukuran

    Aspek pengukuran dalam penelitian ini didasarkan pada jawaban responden

    terhadap pertanyaan dari kuisioner yang disesuaikan dengan skor dan dikategorikan

    sebagai berikut (Azwar, 2005):

    a. Kategori baik, jika responden memperoleh skor mean.

    b. Kategori tidak baik, jika responden memperoleh skor < mean.

    1. Pengetahuan

    Pengetahuan dapat diukur dengan skoring terhadap kuesioner yang telah

    diberi bobot. Dengan jumlah pertanyaan 15. Setiap jawaban memiliki nilai

    tertinggi = 2 dan nilai terendah = 0. Total skor tertinggi adalah 30.

    2.Sikap

    Sikap dapat diukur dengan 15 pertanyaan. Untuk pertanyaan nomor 1, 2, 4, 5,

    7, 8, 9, 14 dan 15, maka setiap jawaban sangat setuju diberi nilai 4, setuju

    diberi nilai 3, tidak setuju diberi nilai 2 dan sangat tidak setuju diberi nilai 1.

    Pertanyaan 3, 6, 10, 11, 12 dan 13 adalah sebaliknya yaitu setiap jawaban

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/21/2019 Chapter III-VI 8

    6/39

    sangat setuju diberi nilai1, setuju diberi nilai 2,tidak setuju diberi nilai 3 dan

    sangat tidak setuju diberi nilai 4 Total skor tertinggi = 60 dan terendah = 15.

    3.6.2. Instrumen

    Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data menggunakan kuisioner

    dan ceklist yang berisi pertanyaan tentang hubungan sosial budaya dengan perilaku

    suami dalam menggunaan alat kontrasepsi laki-laki.

    3.7 Pengolahan dan Analisis Data

    Data yang telah dikumpulkan ditabulasi, diolah dengan sistem komputerisasi

    untuk kemudian dianalisa. Dan disajikan dalam bentuk data untuk mendapatkan suatu

    keputusan yang efektif dari data yang telah di kumpulkan melalui kuesioner.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/21/2019 Chapter III-VI 8

    7/39

    BAB IV

    HASIL

    4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

    Desa Juhar Perangin Kecamatan Juhar terletak di Kabupaten Karo yang

    terletak di dataran tinggi pegunungan Bukit Barisan dan merupakan daerah hulu

    sungai dengan ketinggian 710-800 m diatas permukaan laut. Memiliki luas 218,56

    Km2

    atau 10,27% dari total luas Kabupaten Karo dengan jumlah penduduk sebanyak

    14.217 orang, yang berarti memiliki kepadatan penduduk 65,05 orang tiap Km2

    dengan 4512 rumah tangga. Kecamatan Juhar memiliki 24 Desa di dalamnya dan

    Desa Perangin merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Juhar, yang

    memiliki luas 9,62 Km2 atau 4,36% rasio terhadap total kecamatan dengan tinggi

    wilayah di atas permukaan laut 750 m dengan jumlah penduduk sebanyak 1231

    orang dengan 631 orang laki-laki dan 600 orang perempuan dengan fasilitas

    puskesmas, polindes, posyandu sebanyak 1 buah sedangkan tenaga kesehatan doter

    ada 2 orang dan 1 orang bidan desa

    Adapun batas wilayah Desa Juhar Perangin adalah

    Sebelah Utara berbatasan dengan Gunung Juhar, Desa Pasar Baru, Desa

    Mbetung.

    Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Ketawaren, Desa Buluh Pancar,

    Desa Lau Kidupen.

    Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Sigenderang.

    Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Jandi dan Desa Kidupen

    (Profil Kecamatan Juhar, 2010).

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/21/2019 Chapter III-VI 8

    8/39

    4.2. Karakteristik Responden

    Responden dalam penelitian ini pasangan usia subur yang menetap di desa

    Juhar selama kurun waktu minimal satu tahun terakhir berjumlah 58 orang. Hasil dari

    penelitian dapat dilihat pada tabel berikut ini :

    Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik

    Responden Di Desa Perangin Kecamatan Juhar Kabupaten Karo Tahun 2012

    No Karakteristik Jumlah %

    1 Umur

    19 tahun

    20-30 tahun

    31-40 tahun

    41 tahun

    3

    8

    39

    58

    5.2

    13.8

    67.2

    13.8

    2 Jumlah anak

    1-2 Orang

    3 Orang

    4

    54

    6,9

    93,1

    3 Pekerjaan

    PNS

    Pegawai Swasta

    Wirausaha

    6

    20

    32

    10.3

    34.5

    55.2

    4 Tingkat Pendidikan

    Tidak Tamat sekolah dasar

    Tamat sekolah dasar

    Tamat SMP

    Tamat SMA

    Tamat D1/D3/S-1

    7

    10

    16

    14

    11

    12.1

    17.2

    27.6

    24.1

    19

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/21/2019 Chapter III-VI 8

    9/39

    Berdasarkan usia responden diketahui bahwa sebagian besar umur responden

    yaitu berusia 31- 40 tahun sebanyak 39 orang (67,2%) sedangkan sebagian kecil umur

    responden yaitu berusia 20 tahunsebanyak 3 orang (5,2)

    Berdasarkan Jumlah anak diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki

    jumlah anak tiga atau lebih sebanyak 54 orang (93,1%) sedangkan sebagian kecil

    responden memiliki jumlah 1-2 orang yaitu sebanyak 4 orang (6,9%).

    Berdasarkan pekerjaan responden diketahui bahwa sebagian besar wirausaha

    yaitu sebanyak 32 orang (55,2%) sedangkan sebagian kecil lagi bekerja sebagai

    Pegawai Negeri Sipil (PNS) yaitu sebanyak 6 orang (10,3%).

    Berdasarkan tingkat pendidikan diketahui bahwa sebagian besar responden

    memiliki pendidikan terakhir tamat SMP yaitu sebanyak 16 orang (27,6%) sedangkan

    sebagian kecil responden memiliki pendidikan terakhir tidak tamat sekolah dasar

    yaitu sebanyak 7 orang (12,1%).

    4.3. Pengetahuan Responden Tentang Penggunaan Alat Kontrasepsi Pria

    4.3.1. Pengetahuan Responden Tentang Defenisi Alat Kontrasepsi

    Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Defenisi Alat

    Kontrasepsi

    No Defini Alat KontrasepsiJumlah %

    1 Alat untuk mencegah penyakit menular seks 34 58,6

    2 Alat yang dipakai untuk mencegah kehamilan 12 20,7

    3 Alat yang dipakai wanita untuk memperbaiki

    organ reproduksi12 20,7

    Total 58 100,0

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/21/2019 Chapter III-VI 8

    10/39

    Berdasarkan tabel 4.2. di atas diketahui mengenai pengetahuan responden

    tentang defenisi Alat kontrasepsi bahwa sebagian besar responden menjawab alat

    untuk mencegah penyakit menular seks sebanyak 34 orang (58,6%) sedangkan

    sebagian lagi memberikan jawaban alat yang dipakai untuk mencegah kehamilan dan

    alat yang dipakai wanita untuk memperbaiki organ reproduksi yaitu sebanyak 12

    orang (20,7%)

    4.3.2. Pengetahuan Responden Tentang Tujuan Penggunaan Kontrasepsi

    Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang TujuanPenggunaan Kontrasepsi

    No Tujuan Penggunaan Kontrasepsi Jumlah %

    1 Untuk mencegah / menghindari terjadinya

    kehamilan18 31

    2 Untuk mempermudah kehamilan 21 36,2

    3 Untuk menurunkan angka kematian ibu dan anak 19 32,8

    Total 58 100,0

    Berdasarkan tabel 4.3. di atas diketahui mengenai pengetahuan responden

    tentang tujuan penggunaan kontrasepsi bahwa sebagian besar responden menjawab

    untuk mempermudah kehamilan sebanyak 21 orang (36,2%) sedangkan sebagian

    kecil responden menjawab untuk mencegah / menghindari terjadinya kehamilan yaitu

    sebanyak 18 orang (31%) dan yang lainnya menjawab untuk menurunkan angka

    kematian ibu dan anak sebanyak 19 orang (32,8%).

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/21/2019 Chapter III-VI 8

    11/39

    4.3.3. Pengetahuan Responden Tentang Jenis Alat Kontrasepsi Untuk Laki-Laki

    Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Jenis Alat

    Kontrasepsi Untuk Laki-Laki

    No Jenis Alat Kontrasepsi Untuk Laki-Laki Jumlah %1 Implant 25 43,1

    2 Kondom 15 25,9

    3 Pil KB 18 31

    Total 58 100,0

    Berdasarkan tabel 4.4. di atas dapat diketahui mengenai pengetahuan

    responden tentang jenis alat kontrasepsi untuk laki-laki yaitu sebagian besar

    responden menjawab implant sebanyak 25 orang (43,1%) sedangkan responden

    lainnya menjawab kondom yaitu sebanyak 15 orang (25,9%) dan yang menjawab pil

    KB sebanyak 18 orang (31%).

    4.3.4. Pengetahuan Responden Tentang Waktu Responden Menggunakan Alat

    Kontrasepsi

    Tabel 4.5. Distribusi Frekunsi Responden Tentang Waktu Responden

    Menggunakan Alat Kontrasepsi

    No Waktu Responden Menggunakan

    Alat KontrasepsiJumlah %

    1 Apabila sebuah keluarga sudah memiliki anak laki-laki 25 43,1

    2 Apabila sebuah keluarga sudah memiliki anak 2 orang 9 15,5

    3 Apabila sebuah keluarga sudah memiliki anak 3 orang 24 41,4

    Total 58 100,0

    Berdasarkan tabel 4.5. di atas diketahui mengenai pengetahuan responden

    tentang waktu responden menggunakan alat kontrasepsi bahwa sebagian besar

    responden menjawab apabila sebuah keluarga sudah memiliki anak laki-laki sebanyak

    25 orang (43,1%) sedangkan sebagian kecil responden menjawab apabila sebuah

    keluarga sudah memiliki anak 2 orang yaitu sebanyak 9 orang (15,5%) dan yang

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/21/2019 Chapter III-VI 8

    12/39

    lainnya menjawab apabila sebuah keluarga sudah memiliki anak 3 orang sebanyak

    24 orang (41,4%).

    4.3.5. Pengetahuan Responden Tentang Waktu Responden Menggunakan

    Vasektomi

    Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Waktu

    Responden Menggunakan Vasektomi

    No Waktu Responden Menggunakan Vasektomi Jumlah %

    1 Apabila suami ingin merencanakan menundakehamilan dalam jangka waktu yang sebentar

    11 19

    2 Apabila suami ingin merencanakan menunda

    kehamilan dalam jangka waktu yang lama 22 37,9

    3 Tidak tahu 25 43,1

    Total 58 100,0

    Berdasarkan tabel 4.6. di atas dapat diketahui bahwa pengetahuan responden

    tentang waktu responden menggunakan vasektomi yaitu sebagian besar responden

    menjawab tidak tahu sebanyak 25 orang (43,1%) sedangkan sebagian kecil responden

    menjawab apabila suami ingin merencanakan menunda kehamilan dalam jangka

    waktu yang sebentar yaitu sebanyak 11 orang (19%) dan yang lainnya apabila suami

    ingin merencanakan menunda kehamilan dalam jangka waktu yang lama sebanyak 22

    orang (37,9%).

    4.3.6. Pengetahuan Responden Tentang Manfaat Kondom Sebagai Alat

    Kontrasepsi

    Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang ManfaatKondom Sebagai Alat Kontrasepsi

    No Manfaat kondom sebagai Alat Kontrasepsi Jumlah %

    1 Mencegah terjadinya penyakit menular seks

    (kencing nanah, HIV/Aids12 20,7

    2 Mencegah terjadinya penyakit kencing manis 21 36,2

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/21/2019 Chapter III-VI 8

    13/39

    3 Tidak tahu 25 43,1

    Total 58 100,0

    Berdasarkan tabel 4.7. di atas dapat diketahui bahwa pengetahuan responden

    tentang manfaat kondom sebagai alat kontrasepsi yaitu sebagian besar responden

    menjawab tidak tahu sebanyak 25 orang (43,1%) sedangkan sebagian kecil responden

    menjawab mencegah terjadinya penyakit menular seks (kencing nanah, HIV/Aids

    yaitu sebanyak 12 orang (20,7%) dan yang lainnya menjawab mencegah terjadinya

    penyakit kencing manis sebanyak 21 orang (36,2%).

    4.3.7. Kategori Tingkat Pengetahuan

    Berdasarkan hasil kuesioner diketahui bahwa seluruh responden memiliki

    kategori pengetahuan kurang yaitu sebanyak 58 orang (100%) dan tidak ada

    responden yang memiliki kategori pengetahuan sedang dan kategori pengetahuan

    baik.

    4.4. Sikap Responden

    Dalam sikap terdapat kalimat pernyataan dengan pilihan jawaban SS untuk

    menggantikan kata Sangat Setuju menggantikan kata, S untuk menggantikan kata

    Setuju, TS untuk menggantikan kata Tidak Setuju dan kata STS untuk menggantikan

    kata kata Sangat Tidak Setuju .

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/21/2019 Chapter III-VI 8

    14/39

    4.4.1. Sikap Responden Dalam Menggunakan Alat Kontrasepsi

    Tabel 4.8. Distribusi Sikap Responden Terhadap Beberapa Pernyataan

    Tentang Penggunaan Alat Kontrasepsi

    NO Pernyataan Sikap Responden SS % S % TS

    % ST

    S

    %

    1 Saya bisa berpartisipasi aktif

    dalam KB dengan menggunakan

    alat kontrasepsi

    6 10,3 8 13,8 25 43,1 19 32,8

    2 Kondom hanya akan digunakan

    oleh pria yang melakukanhubungan seksual diluar nikah

    25 43,1 20 34,5 7 12,1 6 10,3

    3 Agar bisa menghemat, kondombisa digunakan berulang- ulang

    22 37,9 25 43,1 8 13,8 3 5,2

    4 Salah satu manfaatpenggunaan kontrasepsiadalah meningkatka

    keterlibatan suami dalam

    keluarga berencana

    2 3,4 11 19 25 43,1 20 34,5

    5 Bila istri saya sangat berisiko

    untuk hamil, dan dia tidakbisa menggunakan alat

    kontrasepsi apapun, saya akan

    menggunakan alat kontrasepsi

    2 3,4 10 17,2 31 53,4 15 25,9

    6 Saya tidak mau

    menggunakan kontrasepsi,karena akan dilarang di dalam

    keluarga, agama dan adat istiadat

    saya

    4 6,9 8 13,8 28 48,3 18 31

    7 Menurut saya kondom sangat

    baik digunakan untukMencegah kehamilan

    6 10,3 6 10,3 33 56,9 13 22,4

    8 Jika saya di tawarkan untuk

    menggunakan alat kontrasepsimaka saya akan mengikutinya

    1 1,7 7 12,1 32 55,2 18 31

    9 Jika ada orang yang memberikan

    informasi tentang penggunaanalat kontrasepsi maka saya akan

    mendengarkannya

    2 3,4 9 15,5 25 43,9 22 37,9

    10 Walaupun sudah memiliki anak

    lebih dari 2 orang maka sayatetap tidak akan menggunakan

    alat kontrasepsi

    23 39,7 25 43,1 8 13.8 2 3,4

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/21/2019 Chapter III-VI 8

    15/39

    Berdasarkan tabel 4.8. di atas diketahui bahwa terdapat 58 orang responden

    yang telah diberikan pertanyaan berupa sikap mereka dalam menggunakan alat

    kontrasepsi pria yang dinilai dari sikap SS untuk Sangat Setuju, S untuk Setuju, TS

    untuk tidak setuju dan STS untuk menyatakan sangat tidak setuju. Sebanyak 25

    (43,1%) orang responden menyatakan tidak setuju bahwa saya bisa berpartisipasi

    aktif dalam KB dengan menggunakan alat kontrasepsi sedangkan ada sebanyak 8

    orang (13,8%) yang menyatakan tidak setuju dan 6 orang (10,3%) lagi menyatakan

    sangat tidak setuju. Untuk pernyataan menurut saya kondom sangat baik

    digunakan untuk mencegah kehamilan terdapat sebanyak 33 orang responden (

    56,9%) tidak setuju dengan pernyataan tersebut sedangkan 6 orang responden

    (10,3%) menyatakan setuju dan sangat setuju, untuk pernyataan jika saya di

    tawarkan untuk menggunakan alat kontrasepsi maka saya akan mengikutinya

    sebanyak 32 orang responden (55,2%) menyatakan tidak setuju dan 18 orang

    11 Menggunakan alat kontrasepsi

    akan mengurangi kepuasandalam berhubungan seksual pada

    pasangan suami istri.

    17 29,3 27 46,6 8 13,8 6 10,3

    12 Hanya istri yang bolehmenggunakan alat kontrasepsi

    18 31,0 25 43,1 9 15,5 6 10,3

    13 Suami yang suka berganti-ganti pasangan seksual tidak

    boleh menggunakan kondom

    16 27,6 29 50 7 12,1 6 10,3

    14 Saya hanya akan menggunakan

    alat kontrasepsi jika tokoh

    agama, tokoh adatmemperbolehkannya.

    17 29,3 28 48,3 6 10,3 7 12,1

    15 Penggunaan kontrasepsi

    bertentangan dengan aturan di

    agama, adat istiadat saya

    15 25,9 28 48,3 10 17,2 5 8,6

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/21/2019 Chapter III-VI 8

    16/39

    responden( 31%) menyatakan sangat tidak setuju sedangkan 7 orang responden

    (12,1%) menyatakan setuju dan 1 orang (1,7%) menyatakan sangat setuju.

    Untuk pernyataan walaupun sudah memiliki anak lebih dari 2 orang maka

    saya tetap tidak akan menggunakan alat kontrasepsi diperoleh sebanyak 25 orang

    responden (43,1%) menyatakan setuju dengan pernyataan dan sebanyak 23 orang

    (39,7%) lainnya juga yang menyatakan sangat setuju sedangkan sebanyak 8 orang

    (13,8%) dan 2 orang (3,4%) menyatakan tidak setuju dan sangat tidak setuju, untuk

    pernyataan hanya istri yang boleh menggunakan alat kontrasepsi sebanyak 25 orang

    responden (43,1%) menyatakan setuju yang di dukung oleh 18 orang responden

    lainnya (31 %) menyatakan sangat setuju sedangkan 9 orang (15,5%) dan 6 orang

    (10,3%) menyatakan tidak setuju dan sangat tidak setuju.

    Sebanyak 28 orang (48,3%) responden menyatakan setuju dan 17 orang

    (29,3%) responden lainnya sangat setuju dengan pernyataan saya hanya akan

    menggunakan alat kontrasepsi jika tokoh agama, tokoh adat memperbolehkannya,

    sedangkan 6 orang (10,3%) dan 7 orang (12,1%) lainnya menyatakan tidak setuju dan

    sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut.Untuk pernyataan penggunaan

    kontrasepsi bertentangan dengan aturan di agama, adat istiadat saya sebanyak 28

    orang(48,3%) dan 15 orang (25,9%) menyatakan setuju dan sangat setuju akan tetapi

    terdapat 10 orang (17,2%) dan 5 orang (8,6%) lainnya yang menyatakan tidak setuju

    dengan pernyataan tersebut

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/21/2019 Chapter III-VI 8

    17/39

    4.4.2. Kategori Tingkat Sikap

    Tabel 4.9. Distribusi Kategori Sikap Responden Tentang Penggunaan Alat

    Kontrasepsi

    No Kategori Sikap Jumlah %

    1 Sedang 48 82,2

    2 Kurang 10 17,2

    Total 58 100,0

    Berdasarkan tabel 4.9. diketahui bahwa sebahagian besar responden atau

    sebanyak 48 orang (82,2% ) responden memiliki sikap dengan kategori sedang

    sedangkan sebanyak 10 orang responden (17,2%) memiliki kategori sikap kurang dan

    tidak terdapat responden yang memiliki kategori sikap baik.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/21/2019 Chapter III-VI 8

    18/39

    BAB V

    PEMBAHASAN

    5.1. Karakteristik Responden

    Karakteristik responden merupakan suatu adalah faktor yang melekat dari

    dalam diri responden yang dapat mempengaruhi responden yang mencakup umur,

    pekerjaan , pendidikan suku.

    5.1.1. Umur

    Berdasarkan hasil penelitian yang telah disajikan dalam tabel 4.1. dapat

    diperoleh bahwa sebagian besar umur responden yaitu berusia 31- 40 tahun sebanyak

    39 orang (67,2%) sedangkan sebagian kecil umur responden yaitu berusia 20 tahun

    sebanyak 3 orang (5,2).

    Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Barus (2009) yang

    menunjukkan bahwa terdapat variasi dalam umur responden dan yang paling banyak

    adalah pada umur 36-40 tahun yaitu sebanyak 38,67%. Hal ini sejalan dengan

    penelitian yang dilakuan oleh Kasmarita (2009) menunjukkan sebanyak 83,1%

    responden tidak menggunaan kontrasepsi yang 37% diantaranya berusia 34-40 tahun.

    Umur merupakan hal yang penting karena biasanya sasaran program

    pelayanan kesehatan cenderung berkaitan dengan umur. Seperti diketahui bahwa

    pada hakekatnya pelayanan kesehatan dapat dimanfaatkan oleh semua golongan

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/21/2019 Chapter III-VI 8

    19/39

    umur, tetapi ada pelayanan kesehatan tertentu yang tidak dapat dimanfaatkan oleh

    golongan umur tertentu.

    Hasil pengamatan yang dilakukan peneliti menunjukkan umur dapat memberikan

    pengaruh terhadap penggunaan kontrasepsi pria yang dikarenakan semakin tua umur

    responden akan membuat dirinya semakin sulit untuk diberikan informasi yang baru

    karena semakin tua seorang individu akan membuat dirinya merasa memiliki pengetahuan

    tertentu dan semakin sulit untuk dirubah perilakunya dan hal ini juga termasuk

    penggunaan alat kontrasepsi.

    5.1.2.Jumlah anak

    Berdasarkan hasil penelitian yang telah disajikan dalam tabel 4.1 diatas

    diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki jumlah anak tiga atau lebih

    sebanyak 54 orang (93,1%) sedangkan sebagian kecil responden memiliki jumlah 1-2

    orang yaitu sebanyak 4 orang (6,9%).

    Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Barus (2009) menunjukkan

    terdapat 61,3% keluarga yang memiliki anak 3 orang atau lebih, hal berbeda

    didapatkan dari hasil penelitian Riski (2010) yang menunjukkan tidak adanya

    pengaruh jumlah anak dengan partisipasi suami dalam ber-KB. Hal ini sejalan dengan

    pendapat Ricardo (2007) bahwa jumlah anak tidak menjadi pertimbangan

    responden dalam mengambil keputusan menerima atau menolak penggunaan

    kontrasepsi.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/21/2019 Chapter III-VI 8

    20/39

    Sedangkan Penelitian Mardiani (2006), menyebutkan bahwa jumlah anak

    memiliki hubungan yang bermakna dengan partisipasi pria dalam ber-KB di

    Jawa Barat dan Jawa Timur. Hasil penelitian ini menyebutkan ada faktor-faktor

    budaya setempat mengenai jumlah anak terhadap partisipasi suami dalam ber-KB.

    Hal ini juga sesuai dengan pendapat Jennings (1970), yang menyebutkan bahwa

    pengaruh budaya yang menempatkan jumlah anak sebagai simbol prestise dan

    jaminan keamanan pada usia tua mengakibatkan tingginya angka kelahiran di Afrika

    Menurut asumsi peneliti berdasarkan pengamatan selama penelitian bahwa

    sebahagian besar masyarakat didesa Perangin menganggap sebuah keluarga tidak

    lengkap apabila tidakada anak laki-laki dan tidak ada perempuan yang dikarenakan

    terdapat kepercayaan bahwa setiap anak memiliki rejekinya masing-masing. Padahal

    hal ini bertentangan dengan rekomendasi dari Badan Koordinasi Keluarga Berencana

    yang ada di Indonesia yang memiliki program Keluarga Berencana (KB) yang cukup

    memiliki 2 orang anak dimana anak laki-laki dan perempuan sama saja.

    5.1.3. Pekerjaan

    Berdasarkan hasil penelitian yang telah disajikan dalam tabel 4.1. di atas

    diketahui bahwa sebagian besar wirausaha yaitu sebanyak 32 orang (55,2%)

    sedangkan sebagian kecil lagi bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) yaitu

    sebanyak 6 orang (10,3%).

    Menurut Bongaart dalam Riski (2010) yang menyatakan prevalensi

    penggunaan kontrasepsi oleh mereka yang bekerja lebih tinggi daripada yang tidak

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/21/2019 Chapter III-VI 8

    21/39

    bekerja. Penyebab utamanya adalah dorongan untuk menyelaraskan kedudukan

    dalam keluarga dengan tuntutan pekerjaan sehingga menumbuhkan motivasi

    untuk mengatur kelahiran dengan menggunakan kontrasepsi. Hasil studi lain

    menunjukkan bahwa pasangan yang bekerja dan mempunyai penghasilan yang tinggi

    akan lebih cenderung mempraktikkan metode KB modern daripada mereka yang

    tidak bekerja dan memiliki penghasilan yang rendah (Samosir, 1994) .

    Menurut peneliti dari hasil penelitian yang dilakukan bahwa pekerjaan dapat

    memberikan dorongan responden dalam menggunakan alat kontrasepsi,hal ini

    dikarenakan dengan suatu pekerjaan tertentu akan dapat mempengaruhi informasi

    yang diterima responden khusunya mengenai penggunaan alat kontrasepsi yang akan

    berhubungan dengan pola pemikiran mengenai kebutuhan dan kecukupan didalam

    keluarga mereka.

    5.1.4. Pendidikan

    Berdasarkan hasil penelitian yang telah disajikan dalam tabel 4.1. di atas

    diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki pendidikan terakhir tammat

    SMP yaitu sebanyak 16 orang (27,6%) sedangkan sebagian kecil responden memiliki

    pendidikan terakhir tidak tammat sekolah dasar yaitu sebanyak 7 orang (12,1%).

    Menurut UU No 20 tahun 2003 disimpulkan tingkat pendidikan orang tua

    dapat dikatagorikan menjadi pendidikan dasar dan pendidikan menengah ke atas.

    Bahkan Liliweri lebih memberikan pendapat yang lebih spesifik terhadap pendidikan,

    dimana menurut Liliweri (2007), bahwa cakupan pengetahuan atas keluasan wawasan

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/21/2019 Chapter III-VI 8

    22/39

    seseorang sangat ditentukan oleh tingkat pendidikan. Semakin tinggi pendidikan

    seseorang maka semakin mudah diberikan pengertian mengenai suatu informasi.

    Hasi penelitian Riski (2010) menunjukkan bahwa suami yang berpartisipasi

    dalam ber-KB lebih tinggi pada tingkat pendidikan rendah sebanyak 7 orang

    (41,2%), tingkat pendidikan sedang 6 orang (35,3%), dan tingkat pendidikan tinggi

    sebanyak 4 orang (23,5%), akan tetapi tingginya penggunaan alat kontrasepsi ini

    karena permintaan istri dan rasa kasihan terhadap istri bukan karena adanya

    pengetahuan yang tinggi tentang kesehatan.

    Hal ini sejalan menurut Hary A dalam Apriadi (2011) yang menyebutkan

    bahwa tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang

    menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh, pada umumnya

    semakin tinggi pendidikan seseorang semakin baik pula pengetahuannya.

    Keterbatasan pendidikan suami akan berpengaruh pada kemudahan seseorang untuk

    menyerap informasi dan mengimplementasikan dalam perilaku dan gaya hidup

    sehari-hari, khususnya dalam hal kesehatan .

    Menurut peneliti, mayoritas pendidikan responden yang Tammat dapat

    membuat responden cenderung lebih susah mendapatkan dan menerima informasi

    yang baru, hal ini dikarenakan dengan pendidikan yang masih rendah akan membuat

    pengetahuan yang dimilikinya tentang suatu hal masih belum banyak dan ini dapat

    terjadi dalam hal penggunaan alat kontrasepsi pria.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/21/2019 Chapter III-VI 8

    23/39

    5.2. Pengetahuan Responden Tentang Penggunaan Alat Kontrasepsi Pria

    5.2.1. Pengetahuan Responden Tentang Defenisi Alat Kontrasepsi

    Hasil penelitian yang berada dalam tabel 4.2. mengenai definisi alat

    kontrasepsi menunjukkan bahwa sebagian besar responden menjawab alat untuk

    mencegah penyakit menular seks sebanyak 34 orang (58,6%) sedangkan sebagian lagi

    memberikan jawaban alat yang dipakai untuk mencegah kehamilan dan alat yang

    dipakai wanita untuk memperbaiki organ reproduksi yaitu sebanyak 12 orang

    (20,7%).

    Menurut BKKBN (2007) bahwa kontrasepsi secara harfiah diartikan sebagai

    suatu alat atau metode yang digunakan untuk mencegah terjadinya kehamilan

    (BKKBN, 2007). Sedangkan menurut Prawirohardjo (2002), kontrasepsi adalah

    upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan.

    Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa hanya sebagian kecil responden

    yang memberikan jawaban kontrasepsi sebagai alat yang dipakai untuk mencegah

    kehamilan yaitu sebanyak 12 orang (20,7%). Hal memperlihatkan bahwa mayoritas

    responden belum memiliki pengetahuan dalam tingkatan tahu mengenai defeinisi

    alat kontrasepsi secara baik dan benar. Hal ini sesuai menurut Notoadmodjo (2003)

    bahwa apabila seseorang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain : menyebutkan,

    mendefenisikan, mengatakan maka dapat dikategorikan dalam tingkatan pengetahuan

    yang pertama yaitu kategori tahu.

    Menurut peneliti hal ini dapat terjadi karena memang responden kurang

    mendapatkan informasi mengenai defenisi kontrasepsi secara baik dan benar,

    walaupun sebenarnya peneliti melihat sudah banyak media yang memberikan

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/21/2019 Chapter III-VI 8

    24/39

    informasi mengenai alat kontrasepsi yang berupa poster, spanduk dan baliho tetapi

    tetap saja tidak memuat tentang defenisi alat kontrasepsi,

    5.2.2. Pengetahuan Responden Tentang Tujuan Penggunaan Kontrasepsi

    Hasil penelitian yang berada dalam tabel 4.3. mengenai tujuan penggunaan

    kontrasepsi yaitu sebagian besar responden menjawab untuk mempermudah

    kehamilan sebanyak 21 orang (36,2%) sedangkan sebagian kecil responden

    menjawab untuk mencegah / menghindari terjadinya kehamilan yaitu sebanyak 18

    orang (31%) dan yang lainnya menjawab untuk menurunkan angka kematian ibu dan

    anak sebanyak 19 orang (32,8%) sebagai jawaban untuk pertanyaan tujuan

    penggunaan kontrasepsi .

    Menurut Barus (2009), kontrasepsi memiliki tujuan untuk mencegah /

    menghindari terjadinya kehamilan, pernyataan ini juga dinyatakan oleh Arma (2010),

    tujuan kontrasepsi yaitu untuk mencegah terjadinya kehamilan dengan

    menghambat masuknya sperma kedalam kemaluan wanita.

    Hasil penelitian ini membuat peneliti memiliki pemikiran bahwa mayoritas

    responden kurang tahu mengenai tujuan kontrasepsi, hal ini dapat dibuktikan dari

    mayoritas responden yang menyatakan tujuan kontrasepsi yaitu untuk mempermudah

    kehamilan sebanyak 21 orang (36,2%). Mayoritas pengetahuan responden yang masih

    rendah ini akan dapat mempengaruhi tindakan responden dalam menggunakan alat

    kontrasepsi pria.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/21/2019 Chapter III-VI 8

    25/39

    5.2.3. Pengetahuan Responden Tentang Jenis Alat Kontrasepsi Untuk Laki-Laki

    Hasil penelitian yang berada dalam tabel 4.4. menunjukkan bahwa sebagian

    besar responden menjawab implant sebanyak 25 orang (43,1%) sedangkan responden

    lainnya menjawab kondom yaitu sebanyak 15 orang (25,9%) dan yang menjawab pil

    KB sebanyak 18 orang (31%) untuk pengetahuan responden tentang waktu responden

    menggunakan vasektomi sebagai jawaban untuk pertanyaan jenis alat kontrasepsi

    untuk laki-aki .

    Menurut Everret dalam Arma (2010) bahwa jenis kontrasepsi pria dapat

    dilakukan pembagian menjadi 2 yaitu kondom dan vasektomi sedangkan menurut

    Manuaba (1998), jenis-jenis alat kontrasepsi yang dapat digunakan oleh laki-laki

    ada 4 yaitu kondom, vasektomi, pantang berkala, dan senggama terputus, untuk

    kontrasepsi wanita menurut Sari (2010) bahwa pil ( tablet) KB dan implant termasuk

    kedalam kontrasepsi wanita bersama dengan susuk dan kontrasepsi mantap.

    Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti ini menunjukkan terdapat

    kurangnya pengetahuan mayoritas responden mengenai jenis kontrasepsi untuk laki-

    laki, hal ini dapat terjadi karena memang informasi mengenai penggunaan alat

    kontrasepsi laki-laki sangat jarang bahkan tidak dilakukan terhadap laki-laki di Desa

    Perangin Kecamatan Juhar ini dan hal ini berbeda dengan promosi alat kontrasepsi

    yang diakukan kepada wanita yang lebih gencar diberikan.

    5.2.4. Pengetahuan Responden Tentang Waktu Responden Menggunakan Alat

    Kontrasepsi

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/21/2019 Chapter III-VI 8

    26/39

    Hasil penelitian yang berada dalam tabel 4.5. menunjukkan sebagian besar

    responden menjawab apabila sebuah keluarga sudah memiliki anak laki-laki sebanyak

    25 orang (43,1%) sedangkan sebagian kecil responden menjawab apabila sebuah

    keluarga sudah memiliki anak 2 orang yaitu sebanyak 9 orang (15,5%) dan yang

    lainnya menjawab apabila sebuah keluarga sudah memiliki anak 3 orang sebanyak

    24 orang (41,4%) sebagai jawaban untuk pertanyaan waktu responden menggunakan

    alat kontrasepsi.

    Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian Barus (2009) yang

    menunjukkan sebanyak 37,3% responden menyatakan anak laki-laki memiliki nilai

    lebih tinggi daripada anak perempuan. Padahal BKKBN telah mempromosikan

    bahwa semua anak itu sama kedudukannya baik perempuan dan laki-laki, tetapi hal

    ini tidak berlaku di Desa Perangin Kecamatan Juhar yang masih menganggap anak

    laki-laki sebagai kebanggaan dan kehormatan sebuah keluarga yang dapat

    meneruskan marga sebagai garis keturunan.

    Menurut peneliti bahwa fenomena ini menunjukkan masih kuatnya

    kepercayaan masyarakat terhadap tradisi dan adat istiadat yang ada di Desa Perangin

    Kecamatan Juhar membuat pengetahuan dan informasi yang datang menjadi hal yang

    masih belum menyambut segala informasi yang telah diberikan kepada mereka

    walaupun informasi yang diberikan masih kurang begitu banyak.

    5.2.5. Pengetahuan Responden Tentang Manfaat Kondom Sebagai Alat

    Kontrasepsi

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/21/2019 Chapter III-VI 8

    27/39

    Hasil penelitian yang berada dalam tabel 4.5. mengenai manfaat kondom

    sebagai alat kontrasepsi menunjukkan sebagian besar responden menjawab tidak

    tahu sebanyak 25 orang (43,1%) sedangkan sebagian kecil responden menjawab

    mencegah terjadinya penyakit menular seks (kencing nanah, HIV/Aids yaitu

    sebanyak 12 orang (20,7%) dan yang lainnya menjawab mencegah terjadinya

    penyakit kencing manis sebanyak 21 orang (36,2%).

    Menurut Kasmarita (2009) bahwa penggunaan kondom memiliki manfaat

    yaitu dapat bertindak efektif sebagai alat kontrasepsi, murah dan mudah didapatkan,

    tidak memerlukan pengawasan medis, dapat mencegah PMS dan hepatitis B, serta

    sebagai penghambat orgasme bagi pria yang mengalami kelemahan ejakulasi dini.

    Hal ini sejalan dengan pendapat Barus (2009 ),kondom dapat mencegah penularan

    mikroorganisme IMS dan HIV/AIDS dari satu pasangan kepada pasanganlainnya.

    Hasil penelitian ini memperlihatkan masih banyaknya responden yang masih

    belum mengetahui manfaat dan kegunaan kondom sehingga tidak membingungkan

    jika memang penggunaan kondom masih sangat minim. Hal ini dapat dilihat dari

    Data BKKBN Provinsi Sumatera Utara tahun 2008 dalam Barus (2009) yang

    menunjukkan pengguna kondom di Sumatera Utara hanya sebanya 4,58%, hasil ini

    semakin memperlihatkan bagaimana penggunaan kondom yang masih sangat jarang

    digunakan masyarakat sebagai alat kontrasepsi.

    Menurut peneliti yang melihat hasil penelitian ini memiliki asumsi bahwa

    responden masih memiliki persepsi dan pengetahuan yang sangat buruk terhadap

    kondom karena masih minimnya sosialisasi yang didapatkan responden mengani

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/21/2019 Chapter III-VI 8

    28/39

    kondom dan manfaatnya kepada mereka dan ditambah dengan masih ada

    kejanggalan yang terdapat di masyarakat di Indonesia dalam mensosialisasikan

    kondom sebagai alat kontrasepsi yang baik.

    5.2.6. Kategori Tingkatan Pengetahuan

    Berdasarkan hasil kuesioner diketahui bahwa seluruh responden memiliki

    kategori pengetahuan kurang yaitu sebanyak 58 orang (100%) dan tidak ada

    responden yang memiliki kategori pengetahuan sedang dan kategori pengetahuan

    baik.

    Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sari (2003) dalam

    Arma (2010) tentang pengetahuan dan motivasi suami terhadap kontrasepsi pria di

    Sumatera Barat , dimana pengetahuan suami tentang kontrasepsi pria cenderung

    pada kategori kurang (48,5%), hal ini dapat dikarenakan masih rendahnya informasi

    yang didapatkan mengenai kontrasepsi pria yang dikarenakan kurang adanya

    komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) yang dilakukan kepada para pria. KIE lebih

    banyak dilakukan dengan sasaran wanita selain itu masih minimnya penggunaan

    media massa seperti spanduk, baliho atau koran merupakan media yang paling

    mudah diakses masyarakat.

    Selain itu kurangnya pengetahuan tentang kontrasepsi pria juga disebabkan

    karena pekerjaan mereka yang menyita waktu. Sebagian besar responden bekerja

    sebagai wirausaha yang membuat mereka bekerja dari pagi sampai sore hari

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/21/2019 Chapter III-VI 8

    29/39

    sehingga membuat mereka tidak mempunyai waktu untuk mendapatkan informasi

    tentang kontrasepsi pria.

    Padahal menurut Brunner dalam Apriadi (2012) bahwa pengetahuan yang

    baik diperoleh dari proses pembelajaran yang baik, dengan demikian penyebab

    tingginya angka responden yang memiliki pengetahuan kurang baik salah satunya

    yaitu kurangnya informasi yang bisa diterima responden saat mendapatkan informasi

    kesehatan. Hal ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2000) bahwa pengetahuan

    merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan

    terhadap suatu objek tertentu seperti mengikuti pendidikan kesehatan. Pengetahuan

    merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.

    Padahal pengetahuan seseorang erat kaitannya dengan perilaku yang akan

    diambilnya, karena dengan pengetahuan tersebut ia memiliki alasan dan landasan

    untuk menentukan suatu pilihan, sehingga dengan pengetahuan yang masuk dalam

    kategori kurang ini dapat membuat responden cenderung tidak akan menggunakan

    alat kontrasepsi pria.

    Peneliti memiliki asumsi rendahnya pengetahuan responden dikarenakan juga

    akses informasi mengenai penggunaan alat kontrasepsi pria yang masih sangat

    kurang, petugas kesehatan yang tidak memberikan informasi dan peyuluhan tentang

    penggunaan alat kontrasepsi pria dan ditambah dengan latar belakang pendidikan

    responden yang mayoritas berada di tingkat pendidikan tamat SMP mempengaruhi

    tingkatan pengetahuan responden dalam memahami penggunaan alat kontrasepsi

    pria,

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/21/2019 Chapter III-VI 8

    30/39

    5.3. Sikap Responden Dalam Penggunaan Alat Kontrasepsi Pria

    5.3.1.Sikap Responden Dalam Berpartisipasi Aktif KB Dengan Menggunakan

    Alat Kontrasepsi

    Menurut hasil penelitian pada tabel 4.8 didapatkan sebanyak 25 (43,1%)

    orang responden menyatakan tidak setuju bahwa saya bisa berpartisipasi aktif dalam

    KB dengan menggunakan alat kontrasepsi sedangkan ada sebanyak 8 orang (13,8%)

    yang menyatakan tidak setuju dan 6 orang (10,3%) lagi menyatakan sangat tidak

    setuju dengan pernyataan saya bisa berpartisipasi aktif dalam KB dengan

    menggunakan alat kontrasepsi.

    Hal ini juga terdapat dalam hasil penelitian Arma (2010) yang menunjukkan

    bahwa 86,4% responden memiliki sikap yang negative dalam penggunaan alat

    kontrasepsi pria sedangkan hal berbeda didapatkan dari hasil penelitian Kasmarita

    (2009) yang menunjukkan sebanyak 50,8 % responden menyatakan tidak setuju

    dengan pernyataan suami tidak perlu berpartisipasi dalam menggunakan alat

    kontrasepsi.

    Hal dapat terjadi karena menurut Notoadmodjo (2003) dalam Apriadi (2012)

    bahwa sikap sesorang dapat berubah dengan diperolehnya tambahan informasi

    tentang objek tersebut melalui persuasi serta tekanan dari kelompok sosialnya. Oleh

    karena itu, informasi yang didapatkan seseorang tentang sesuatu hal akan dapat

    mempengaruhi sikapnya.

    Menurut asumsi peneliti, hal ini dapat terjado karena responden yang masih

    memiliki pendidikan rendah, informasi yang kurang ditambah lagi dengan sosial

    budaya yang masih berlawanan dengan penggunaan alat kontrasepsi yang membuat

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/21/2019 Chapter III-VI 8

    31/39

    responden dalam penelitian ini cenderung memiliki respon yang kurang baik terhadap

    penggunaan alat kontrasepsi.

    5.3.2.Sikap Responden Tentang Tawaran Penggunaan Alat Kontrasepsi.

    Menurut hasil penelitian pada tabel 4.8 terdapat sebanyak 32 orang

    responden (55,2%) menyatakan tidak setuju dan 18 orang responden ( 31%)

    menyatakan sangat tidak setuju sedangkan 7 orang responden (12,1%) menyatakan

    setuju dan 1 orang (1,7%) menyatakan sangat setuju untuk pernyataan jika saya di

    tawarkan untuk menggunakan alat kontrasepsi maka saya akan mengikutinya.

    Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden cenderung memberikan

    respon negative terhadap tawaran yang datang untuk menggunakan alat kontrasepsi

    yang memperlihatkan bahwa responden memiliki sikap yang tidak baik terhadap alat

    kontrasepsi. Hal ini juga terdapat pada penelitian Barus (2009) dimana 4 orang

    informannya menyatakan tidak mau menggunakan walaupun lingkungan disekitar

    telah menganjurkan untuk menggunakan alat kontrasepsi. Hal berbeda didapatkan

    dari hasil penelitian Ginting (2010) yang menunjukkan bahwa 76,2 % responden

    tidak mendapatkan dukungan dalam menggunakan alat kontrasepsi yang membuat

    responden cenderung tidak menggunakan alat kontrasepsi.

    Hasil penelitia ini menunjukkan bahwa responden memiliki sikap yang

    negative yang dapat dilihat dari responden yang memiliki kecenderungan untuk

    bertindak untuk menolak tawaran untuk menggunakan alat kontrasepsi. Hal ini sesuai

    menurut Allport dalam Notoadmodjo(2007) yang menjelaskan tiga komponen sikap

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/21/2019 Chapter III-VI 8

    32/39

    yang salah satunya adalah kecenderungan untuk bertindak (tend to behave). Hal yang

    berbeda menurut Notoadmodjo (2003) yang menyatakan sikap responden ini

    termasuk kedalam tingkatan tidak menerima (receiving) yang dapat diartikan bahwa

    responden tidak mau dan memperlihatkan stimulus negatif yang diberikan (objek)

    Hasil penelitian yang didapatkan membuat peneliti memiliki asumsi bahwa

    responden sudah memiliki kepercayaan tertentu terhadap penggunaan alat kontrasepsi

    sehingga membuat responden memiliki kecenderungan untuk bertindak dan tidak

    menerima respon yang diberikan sebagai bentuk sikapnya terhadap stimulus yang

    diberikan.

    5.3.3. Sikap Responden Tentang Penggunaan Alat Kontrasepsi Setelah memiliki

    2 anak

    Menurut hasil penelitian pada tabel 4.8 terdapat sebanyak 25 orang

    responden (43,1%) menyatakan setuju dengan pernyataan walaupun sudah memiliki

    anak lebih dari 2 orang maka saya tetap tidak akan menggunakan alat kontrasepsi

    dan sebanyak 23 orang (39,7%) lainnya juga yang menyatakan sangat setuju

    sedangkan sebanyak 8 orang (13,8%) menyatakan tidak setuju terhadap pernyataan

    walaupun sudah memiliki anak lebih dari 2 orang maka saya tetap tidak akan

    menggunakan alat kontrasepsi.

    Menurut BKKBN (2006) dalam Riski (2010) bahwa alat kontrasepsi

    merupakan salah satu metode untuk mewujudkan program KB yaitu untuk

    membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/21/2019 Chapter III-VI 8

    33/39

    yang dapat diwujudkan dengan memiliki 2 orang anak sebagai wujud membentuk

    keluarga bahagia dan sejahtera. Oleh karena itu, BKKBN merekomendasikan setiap

    keluarga untuk memiliki 2 orang anak dengan cara menunda kehamilan dengan

    menggunakan alat kontrasepsi.

    Akan tetapi hasil penelitian penelitian Ginting (2010) menunjukkan hasil

    yang berbeda yaitu penggunaan alat kontrasepsi responden yang punya anak 3

    orang jauh lebih banyak daripada responden yang menggunakan alat kontrasepsi yang

    punya anak 1-2 orang yang memberikan arti bahwa penerimaan terhadap norma

    keluarga kecil bahagia sejahtera yang dipromosikan BKKBN belum berjalan secara

    baik dalam masyarakat.

    Hasil penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa

    responden memiliki sikap yang negatif terhadap penggunaan alat kontrasepsi dan

    juga terhadap Keluarga Berencana, hal dapat dilihat dari respon yang diberikan oleh

    responden yang cenderung tidak sesuai dengan perwujudan Keluarga Berencana (KB)

    yang menganjurkan memiliki 2 orang anak saja dan juga menggunakan alat

    kontrasepsi .

    5.3.4. Sikap Responden Tentang Alat Kontrasepsi Bertentangan Dengan Aturan

    di Agama, Adat Istiadat

    Menurut hasil penelitian pada tabel 4.8 didapatkan sebanyak 28 orang(48,3%)

    dan 15 orang (25,9%) menyatakan setuju dan sangat setuju akan tetapi terdapat 10

    orang (17,2%) dan 5 orang (8,6%) lainnya yang menyatakan tidak setuju dengan

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/21/2019 Chapter III-VI 8

    34/39

    pernyataan penggunaan kontrasepsi bertentangan dengan aturan di agama, adat

    istiadat saya

    Alat kontrasepsi merupakan suatu program dari BKKBN yang memiliki

    tujuan untuk mencegah / menghindari terjadinya kehamilan, pernyataan ini juga

    dinyatakan oleh Arma (2010), tujuan kontrasepsi yaitu untuk mencegah terjadinya

    kehamilan dengan menghambat masuknya sperma kedalam kemaluan wanita, akan

    tetapi penggunaan alat kontrasepsi ini menurut beberapa kelompok masyarakat

    bertentangan dengan adat istiadat dan ajaran agama mereka.

    Hal ini juga sesuai dengan hasil penelitian Wijayanti (2001) yang

    memperlihatkan bahwa terdapat hubungan antara adat istiadat dan agama dengan

    penggunaan alat kontrasepsi. Hasil penelitan Justicia (2008) juga menunjukkan

    bahwa terdapat pengaruh antara suku terhadap penerimaan dan penolakan

    penggunaan alat kontrasepsi sedangkan untuk agama tidak terdapat pengaruh agama

    terhadap penerimaan dan penolakan penggunaan alat kontrasepsi.

    Menurut hasil penelitian Kasmarita (2009) menunjukkan 83,1% responden

    tidak menggunakan alat kontrasepsi yang dapat disebabkan latar belakang budaya

    yang masih beranggapan bahwa memiliki anak dalam jumlah yang banyak

    merupakan suatu rezeki yang harus disyukuri dan tidak ada leluhur mereka yang

    meyakini bahwa perlu membatasi jumlah anak, serta pandangan agama yang tidak

    melarang seseorang memiliki anak yang banyak dan tidak membatasi seorang

    memiliki anak yang banyak.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/21/2019 Chapter III-VI 8

    35/39

    Sikap yang ditunjukkan oleh responden dalam penelitian ini merupakan sikap

    yang negative terhadap penggunaan alat kontrasepsi yang dikarenakan pembatasan

    adat istiadat dan agama, hal ini sesuai dengan pendapat Notoadomodjo (2007) yang

    menyatakan sikap dapat dirumuskan sebagai kecenderungan untuk merespon (secara

    positif atau negatif) terhadap orang, objek atau situasi tertentu. Oleh karena itu,

    peneliti mengangap responden memiliki kecenderungan untuk merespon negatif

    terhadap penggunaan alat kontrasepsi.

    5.3.5. Kategori Sikap

    Menurut hasil penelitian pada tabel 4.9. diketahui bahwa sebahagian besar

    responden atau sebanyak 48 orang (82,2% ) responden memiliki sikap dengan

    kategori sedang sedangkan sebanyak 10 orang responden (17,2%) memiliki kategori

    sikap kurang dan tidak terdapat responden yang memiliki kategori sikap baik.

    Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hastuti dalam Arma

    (2010) tentang sikap suami terhadap kontrasepsi pria di Kecamatan Coblong

    Bandung dimana sikap suami terhadap kontrasepsi pria cenderung pada kategori

    negatif (34,4%). Hasil penelitian yang menunjukkan sebahagian responden yang

    memiliki sikap sedang dan kurang dapat disebabkan karena tingkat pendidikan yang

    masih rendah dan kurang optimalnya informasi yang didapat melalui penyuluhan

    kesehatan sehingga membuat responen bingung dalam menentukan sikap.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/21/2019 Chapter III-VI 8

    36/39

    Hal ini sejalan dengan menurut Notoatmodjo (2003) menyatakan

    pengetahuan dan sikap mengenai kesehatan akan berpengaruh terhadap perilaku

    sebagai hasil jangka panjang dari pendidikan kesehatan hal itu dikarenakan dari

    pengetahuan dan sikap itulah akan tercipta upaya untuk penggunaan alat kontrasepsi.

    Menurut Maulana (2009), sikap merupakan respon yang masih tertutup dari

    seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap tidak dapat langsung dilihat dan

    merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu

    sebagai suatu penghayatan terhadap objek sehingga diketahui adanya responden

    yang bersikap negates bias disebabkan karena kecenderungan dan kebiasaan dari diri

    mereka sendiri yaitu tidak mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam

    situasi dan kondisi yang sebenarnya mereka tahu tentang kontrasepsi pria.

    Sedangkan menurut Kreech (2004) bahwa individu akan membentuk sikap

    positif terhadap hal-hal yang dirasakannya akan mendatangkan keuntungan dan

    membentuk sikap negatif terhadap hal-hal yang dirasakan akan merugikan

    dirinya. Ini dapat diartikan bahwa semakin seseorang mengerti dan memiliki

    pengetahuan yang baik tentang manfaat dan keuntungan dari pemakaian kontrasepsi

    pria, maka orang tesebut cenderung bersikap lebih positif .

    Menurtut peneliti tidak selamanya orang yang mempunyai pengetahuan baik

    akan memiliki sikap yang positif, atau sebaliknya yang mempunyai pengetahuan

    kurang akan memiliki sikap yang negatif. Hal ini mengidikasikan bahwa kesadaran

    akan pentingnya peran suami dalam kontrasepsi pria masih kurang. Selain itu faktor

    lingkungan setempat yang masih menganggap keluarga berencana adalah urusan

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/21/2019 Chapter III-VI 8

    37/39

    perempuan saja, sehingga bila responden yang menggunakan kontrasepsi dianggap

    tidak lazim yang dapat mempengaruhi responden dalam menyikapi penggunaan alat

    kontrasepsi.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/21/2019 Chapter III-VI 8

    38/39

    BAB VI

    KESIMPULAN DAN SARAN

    6.1. Kesimpulan

    1. Karakteristik umur responden berusia 31- 40 tahun sebanyak 67,2%

    responden, suami dalam menggunakan alat kontrasepsi pria memiliki jumlah

    anak tiga atau lebih sebanyak 93,1% responden, sebahagian besar suami

    dalam penggunaan alat kontrasepsi pria memiliki pekerjaan wirausaha

    sebanyak 55,2%, sebahagian besar suami dalam penggunaan alat kontrasepsi

    adalah pria yang memiliki pendidikan tamat SMP sebanyak 27, 6%.

    2. Gambaran pengetahuan suami dalam penggunaan alat kontrasepsi pria

    termasuk dalam kategori tingkat pengetahuan kurang sebanyak 100%.

    3. Sikap suami dalam penggunaan alat kontrasepsi termasuk dalam kategori

    tingkat sikap sedang sebanyak 82,2% dan sebahagian kecil responden

    termasuk dalam kategori tingkat sikap baik sebanyak 17,2%

    6.2. Saran

    1. Untuk petugas BKKBN Kabupaten Karo agar terus melaksanakan promosi

    program KB dan meningkatkan kemudahan akses untuk mendapatkan

    informasi dan keinginan untuk berpartisipasi dalam penggunaan kontrasepsi

    bagi suami.

    2. Untuk tenaga kesehatan Puskesmas Juhar agar terus meningkatkan

    pengetahuan suami mengenai keluarga berencana dan kontrasepsi pada pria

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/21/2019 Chapter III-VI 8

    39/39

    dengan memberikan penyuluhan kepada masyarakat baik dari rumah ke

    rumah, pendekatan secara keagamaan baik itu setelah kebaktian di gereja

    maupun ceramah di masjid yang dilakukan bersama tokoh agama, berbagai

    kegiatan adat bersama tokoh adat dan juga dalan musyawarah desa bersama

    tokoh masyarakat.

    3. Untuk tokoh agama, tokoh adat dan tokoh masyarakat yang ada di Desa Juhar

    juga memberikan himbauan kepada masyarakat untuk ikut mendukung

    program KB dengan menggunakan alat kontrasepsi pria dan juga mendukung

    program hanya memiliki 2 orang anak baik laki-laki dan perempuan sama

    saja, mengingat masih banyaknya masyarakat Desa Juhar yang masih merasa

    kurang lengkap jika sebuah keluarga tidak memiliki anak laki-laki dan

    perempuan.