Chapter III-VI.pdf

42
BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS 3.1. Kerangka Konseptual Berdasarkan latar belakang penelitian, tinjauan pustaka dan pengembangan hipotesis, maka kerangka konseptual digambarkan sebagai berikut: Variabel Dependen Variabel Independen Variabel Moderating Gambar 3.1. Kerangka Konseptual Berdasarkan kerangka konseptual di atas menunjukkan pengujian variabel PAD, DAU dan DAK terhadap pertumbuhan ekonomi dan belanja modal sebagai sebagai variabel pemoderasi. Hubungan antara PAD, DAU dan DAK terhadap pertumbuhan ekonomi dan belanja modal sebagai pemoderasi adalah sebagai berikut: 1. Pengaruh PAD (X 1 ) terhadap pertumbuhan ekonomi (Y). Menurut Mardiasmo (2002:132), PAD adalah penerimaan daerah dari sektor PAD ( X 1 ) DAU ( X 2 ) DAK ( X 3 ) PERTUMBUHAN EKONOMI ( Y ) BELANJA MODAL ( X 4 ) Universitas Sumatera Utara

Transcript of Chapter III-VI.pdf

Page 1: Chapter III-VI.pdf

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1. Kerangka Konseptual

Berdasarkan latar belakang penelitian, tinjauan pustaka dan pengembangan

hipotesis, maka kerangka konseptual digambarkan sebagai berikut:

Variabel Dependen

Variabel Independen

Variabel Moderating

Gambar 3.1. Kerangka Konseptual

Berdasarkan kerangka konseptual di atas menunjukkan pengujian variabel

PAD, DAU dan DAK terhadap pertumbuhan ekonomi dan belanja modal sebagai

sebagai variabel pemoderasi. Hubungan antara PAD, DAU dan DAK terhadap

pertumbuhan ekonomi dan belanja modal sebagai pemoderasi adalah sebagai

berikut:

1. Pengaruh PAD (X1) terhadap pertumbuhan ekonomi (Y).

Menurut Mardiasmo (2002:132), PAD adalah penerimaan daerah dari sektor

PAD ( X1 )

DAU ( X2 )

DAK ( X3 )

PERTUMBUHAN EKONOMI

( Y )

BELANJA MODAL

( X4 )

Universitas Sumatera Utara

Page 2: Chapter III-VI.pdf

pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, hasil

pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain – lain Pendapatan Asli

Daerah yang sah. Peningkatan PAD sebenarnya merupakan akses dari

pertumbuhan ekonomi (Saragih,2003). Daerah yang pertumbuhan ekonominya

positif mempunyai kemungkinan mendapatkan kenaikan PAD. Pemerintah

daerah di dalam membiayai belanja daerahnya, selain dengan menggunakan

transfer dari pemerintah pusat, mereka juga menggunakan sumber dananya

sendiri yaitu PAD. Daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan PAD yang

positif mempunyai kemungkinan untuk memiliki pendapatan perkapita yang

lebih baik (Harianto dan Adi,2007). Apabila suatu daerah PAD-nya meningkat

maka dana yang dimiliki pemerintah akan meningkat pula. Peningkatan ini

akan menguntungkan pemerintah, karena dapat digunakan untuk memenuhi

kebutuhan daerahnya sehingga pertumbuhan ekonomi daerah tersebut

meningkat pula (Subchan dan Sudarman,2007). Menurut Subchan dan

Sudarman (2007), PAD berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan

ekonomi

2. Pengaruh DAU (X2) terhadap pertumbuhan ekonomi (Y).

Menurut Widjaja (2005:26), DAU dialokasikan dengan tujuan pemerataan

daerah dengan memperhatikan potensi daerah, luas daerah, keadaan geografis,

jumlah penduduk dan tingkat pendapatan masyarakat di daerah sehingga

perbedaan antar daerah yang maju dan daerah yang belum berkembang dapat

diperkecil. Adi (2006), membuktikan bahwa pertumbuhan ekonomi suatu

daerah memberikan dampak yang positif terhadap PAD. Hal ini membuktikan

bahwa PAD dan transfer pemerintah dalam bentuk DAU memiliki peran yang

Universitas Sumatera Utara

Page 3: Chapter III-VI.pdf

penting di dalam perekonomian suatu daerah. Menurut Subchan dan

Sudarman (2007), DAU berpengaruh signfikan terhadap pertumbuhan

ekonomi.

3. Pengaruh DAK (X3

4. Belanja modal (X

) terhadap pertumbuhan ekonomi (Y).

Menurut Situngkir (2009), DAK adalah total dana transfer yang bersifat

khusus. Kebutuhan khusus adalah kebutuhan yang sulit diperkirakan dengan

rumus alokasi umum, dan atau kebutuhan yang merupakan komitmen atau

prioritas nasional. Berdasarkan Undang-undang No. 33 Tahun 2004, DAK

merupakan dana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan kepada daerah

tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang

merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional. Menurut

Subchan dan Sudarman (2007), DAK berpengaruh positif terhadap

pertumbuhan ekonomi.

4

Menurut Halim (2004), belanja modal adalah belanja yang manfaatnya

melebihi satu tahun anggaran dan akan menambah aset atau kekayaan daerah

serta akan menimbulkan konsekuensi menambah belanja yang bersifat rutin

seperti biaya pemeliharaan. Belanja modal ini meliputi belanja tanah, belanja

gedung dan bangunan, belanja peralatan dan mesin, belanja jalan, irigasi dan

jaringan dan belanja aset tetap lainnya. Menurut Darwanto dan Yustikasari

(2007), pemanfaatan anggaran belanja seharusnya dialokasikan untuk hal-hal

produktif, misalnya untuk pembangunan. Penerimaan pemerintah daerah

seharusnya dialokasikan untuk program-program layanan publik. PAD, DAU

) memoderasi PAD, DAU dan DAK terhadap pertumbuhan

ekonomi (Y).

Universitas Sumatera Utara

Page 4: Chapter III-VI.pdf

dan DAK merupakan salah satu sumber pembiayaan untuk belanja modal

guna pengadaan sarana dan prasarana dalam rangka pemberian pelayanan

publik yang baik dari pemerintah daerah kepada masyarakat. Dengan adanya

sumber – sumber pembiayaan, pemerintah daerah harus mampu

mengalokasikan belanja modal dengan baik karena belanja modal merupakan

salah satu langkah bagi pemerintah daerah untuk memberikan pelayanan

kepada publik. Pemberian pelayanan kepada publik dapat berupa infrastruktur

dan sarana prasarana. Infrastruktur dan sarana prasarana yang ada di daerah

akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi daerah. Tingkat pertumbuhan

ekonomi menjadi salah satu tujuan penting pemerintah daerah maupun pusat.

Pertumbuhan ekonomi mendorong pemerintah daerah untuk melakukan

pembangunan ekonomi dengan mengelola sumber daya yang ada dan

membentuk suatu pola kemitraan dengan masyarakat untuk menciptakan

lapangan pekerjaan yang baru yang akan mempengaruhi perkembangan

kegiatan ekonomi dalam daerah tersebut (Kuncoro,2004). Pertumbuhan

ekonomi merupakan kemampuan suatu negara atau dalam menyediakan

kebutuhan akan barang dan jasa kepada masyarakat dalam jumlah yang

banyak sehingga memungkinkan untuk kenaikan standar hidup yang mana

berdampak pula bagi penurunan tingkat pengangguran dalam jangka panjang

(Subchan dan Sudarman,2007).

3.2. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah,tinjauan teoritis, dan

kerangka pemikiran, maka hipotesis penelitian adalah :

Universitas Sumatera Utara

Page 5: Chapter III-VI.pdf

1. PAD, DAU dan DAK secara parsial dan simultan berpengaruh terhadap

Pertumbuhan Ekonomi pada Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara .

2. Belanja Modal pemoderasi hubungan antara PAD, DAK, DAU dengan

Pertumbuhan Ekonomi pada Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara

Page 6: Chapter III-VI.pdf

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini dilakukan berdasarkan penelitian asosiatif. Menurut

Daulay (2012:10), penelitian asosiatif adalah penelitian yang bertujuan untuk

mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih.

Dalam penelitian ini, peneliti ingin menganalisis pengaruh variabel PAD,

DAU dan DAK terhadap pertumbuhan ekonomi dengan belanja modal sebagai

variabel moderating pada kabupaten dan kota di Propinsi Sumatera Utara.

4.2. Lokasi Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Propinsi Sumatera Utara dengan mengambil

sampel sebanyak 30 kabupaten dan kota. Penelitian ini dilaksanakan dengan

memusatkan pembahasan pengaruh PAD, DAU, DAK, dan terhadap pertumbuhan

ekonomi dengan variabel moderating belanja modal kabupaten dan kota di

Propinsi Sumatera Utara.

Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 2013 dan selesai pada

bulan Oktober 2013. Jadwal dan waktu penelitian dapat dilihat pada lampiran 1.

4.3. Populasi dan Sampel

Lubis (2012:122), menyatakan populasi adalah keseluruhan dari subjek

penelitian. Populasi penelitian ini adalah seluruh Pemerintahan kabupaten dan

Universitas Sumatera Utara

Page 7: Chapter III-VI.pdf

kota di Propinsi Sumatera Utara berjumlah 33 kabupaten/kota Propinsi Sumatera

Utara.

Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling. Menurut

Erlina (2011:87), purposive sampling adalah metode pengambilan sampel

berdasarkan suatu kriteria tertentu, kriteria yang digunakan dapat berdasarkan

perimbangan (judgement) atau kuota tertentu.

Pertimbangan yang dilakukan peneliti dalam pengambilan sampel dengan

kriteria sebagai berikut :

1. Daerah kabupaten/kota di Propinsi Sumatera Utara yang mempublikasikan

laporan keuangannya secara lengkap dan konsisten dari tahun 2009 –

2011.

2. Pemerintah daerah kabupaten/kota yang tidak dimekarkan pada kurun

waktu dari tahun 2009 – 2011.

Hasil kriteria di atas, kabupaten/kota yang memenuhi kriteria untuk

dijadikan sampel adalah 30 kabupaten/kota, dengan masa penelitian selama 3

tahun. Hasil dari kriteria sampel dan data sampel populasi dapat dilihat dalam

tabel 4.1.

Universitas Sumatera Utara

Page 8: Chapter III-VI.pdf

Tabel 4.1. Populasi dan Sampel Penelitian

No Kabupaten/Kota Kriteria Sampel 1 2

1 Nias Sampel 1 2 Mandailing Natal Sampel 2 3 Tapanuli Selatan Sampel 3 4 Tapanuli Tengah Sampel 4 5 Tapanuli Utara Sampel 5 6 Toba Samosir Sampel 6 7 Labuhan Batu Sampel 7 8 Asahan Sampel 8 9 Simalungun Sampel 9

10 Dairi Sampel 10 11 Karo Sampel 11 12 Deli Serdang Sampel 12 13 Langkat Sampel 13 14 Nias Selatan Sampel 14 15 Humbang Hasundutan Sampel 15 16 Pakpak Barat Sampel 16 17 Samosir Sampel 17 18 Serdang Bedagai Sampel 18 19 Batubara Sampel 19 20 Padang Lawas Sampel 20 21 Padang Lawas Utara Sampel 21 22 Labuhan Batu Selatan Sampel 22 23 Labuhan Batu Utara Sampel 23 24 Nias Utara - - - 25 Nias Barat - - - 26 Sibolga Sampel 24 27 Tanjung Balai Sampel 25 28 Pematangsiantar Sampel 26 29 Tebing Tinggi Sampel 27 30 Medan Sampel 28 31 Binjai Sampel 29 32 Padangsidimpuan Sampel 30 33 Gunung Sitoli - - -

Sumber : bps sumut

4.4. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini

adalah metode dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data dengan mengambil

realisasi APBD kabupaten/kota Propinsi Sumatera Utara dari BPK Perwakilan

Universitas Sumatera Utara

Page 9: Chapter III-VI.pdf

Propinsi Sumatera Utara dan Statistik Keuangan Pemerintah Daerah Propinsi

Sumatera Utara dari Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut.

Jenis data dalam penelitian adalah data kuantitatif yaitu data yang berbentuk

angka (Lubis,2012:107). Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari Badan

Pemeriksa Keuangan (BPK) Perwakilan Propinsi Sumatera Utara dan BPS

Sumut. Penelitian ini menggunakan pooling data yang terdiri cross section data

yaitu 30 kabupaten/kota dan time series data yaitu 3 tahun dari 2009 – 2011.

Dalam penelitian ini, objek penelitiannya adalah Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah (APBD) di Propinsi Sumatera Utara, sehingga jumlah jumlah data

amatannya sebanyak 90.

4.5. Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel

4.5.1. Defenisi Operasional

Variabel bebas (independent variabel) yang digunakan dalam penelitian ini

yaitu PAD, DAU dan DAK. Variabel terikat (dependent variabel) yang

merupakan perhatian utama dalam penelitian ini adalah pertumbuhan ekonomi,

sedangkan belanja modal sebagai variabel moderating. Untuk menghindari

kesimpangsiuran pemahaman (persepsi) pada penelitian ini, disusun defenisi dan

batasan operasional sebagai berikut :

1. Pertumbuhan Ekonomi, perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang

menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah

dan kemakmuran masyarakat meningkat . Pertumbuhan ekonomi diproksikan

dengan PDRB harga konstan dan menggunakan skala rasio.

Universitas Sumatera Utara

Page 10: Chapter III-VI.pdf

2. PAD, merupakan total realisasi penerimaan daerah yang berasal dari sumber

ekonomi asli daerah atau penerimaan daerah dari sektor pajak daerah, retribusi

daerah, hasil perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah

yang dipisahkan dan lain – lain pendapatan asli daerah yang sah dengan

menggunakan skala rasio.

3. DAU adalah total dana transfer yang bersifat umum (block grant) untuk

mengatasi masalah ketimpangan horizontal (antar daerah) dengan tujuan

utama pemerataan kemampuan keuangan antar daerah dengan menggunakan

skala rasio.

4. DAK adalah total dana transfer yang berasal dari APBN, yang dialokasikan

kepada daerah tertentu untuk membantu membiayai kegiatan khusus yang

merupakan urusan daerah sesuai dengan prioritas nasional. DAK

menggunakan skala rasio.

5. Belanja Modal, jumlah realisasi pengeluaran yang dilakukan dalam rangka

pembentukan modal yang sifatnya menambah aset tetap/inventaris yang

memberikan manfaat lebih dari satu periode akuntansi, termasuk untuk biaya

pemeliharaan yang sifatnya mempertahankan atau menambah masa manfaat,

meningkatkan kapasitas dan kualitas asset. Belanja modal meliputi belanja

tanah, gedung dan bangunan, belanja peralatan dan mesin, belanja jalan,

irigasi dan jaringan, dan belanja aset tetap lainnya. Skala pengukuran dengan

menggunakan skala rasio.

Universitas Sumatera Utara

Page 11: Chapter III-VI.pdf

4.5.2. Metode Pengukuran Variabel

Adapun pengukuran variabel – variabel yang digunakan dalam penelitian

ini sebagai berikut :

Tabel 4.2. Operasional Variabel

Nama Variabel Defenisi Variabel Pengukuran Skala Pengukuran

Pertumbuhan Ekonomi

(Y)

Perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat.

PDRB Harga Konstan Tahun Dasar 2000 dari tahun 2010-2012

Rasio

PAD ( X1

Total Realisasi penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah atau penerimaan daerah dari sektor pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain – lain pendapatan asli daerah yang sah

) Realisasi PAD tahun 2009 - 2011

Rasio

DAU (X2

Total dana transfer yang bersifat umum (block grant) untuk mengatasi masalah ketimpangan horizontal (antar daerah) dengan tujuan utama pemerataan kemampuan keuangan antar daerah

) Realisasi DAU tahun 2009 - 2011

Rasio

DAK (X3

Total dana transfer yang berasal dari APBN, yang dialokasikan kepada daerah tertentu untuk membantu membiayai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah sesuai dengan prioritas nasional

) Realisasi DAK tahun 2009 – 2011

Rasio

Belanja Modal (X4

Jumlah realisasi pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembentukan modal yang sifatnya menambah aset tetap/inventaris yang memberikan manfaat lebih dari satu periode akuntansi, termasuk untuk biaya pemeliharaan yang sifatnya mempertahankan atau menambah masa manfaat, meningkatkan kapasitas dan kualitas asset.

) Realisasi Belanja Modal tahun 2009 – 2011

Rasio

Universitas Sumatera Utara

Page 12: Chapter III-VI.pdf

4.6. Metode Analisa Data

Metode analisis data yang digunakan adalah model analisis regresi linier

berganda dan uji residual sebagai pemoderasi dengan bantuan Software SPSS for

Windows.

4.6.1. Uji Asumsi Klasik

Analisa multivariate telah banyak digunakan untuk memecahkan masalah

penelitian. Hal ini disebabkan permasalahan bisnis dan lainnya mempunyai aspek

multidimensional. Dalam melaksanakan pengujian dengan analisis multivariate,

peneliti perlu melakukan pengujian atas data yang akan digunakan. Pengujian

tersebut dilakukan untuk menghindari atau mengurangi bias atas hasil penelitian

yang diperoleh. Ghozali (2006:86), asumsi klasik yang dianggap paling penting

adalah:

1. Memiliki distribusi normal

2. Tidak terjadi multikolonieritas antar variabel independen

3. Tidak terjadi heteroskedastisitas atau varian variabel pengganggu yang

konstan (homoskedastisitas)

4. Tidak terjadi autokorelasi antar residual setiap variabel independen

Pengujian asumsi klasik meliputi normalitas, multikolinearitas,

heteroskedastisitas dan autokorelasi, yang penjelasannya sebagai berikut :

1. Uji Normalitas

Tujuan uji normalitas adalah mengetahui apakah dalam model regresi variabel

pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali,2006:147). Data

yang baik dan layak digunakan dalam penelitian adalah data yang memiliki

Universitas Sumatera Utara

Page 13: Chapter III-VI.pdf

distribusi normal (Nugroho,2005). Ada dua cara untuk mendeteksi apakah

residual berdistribusi normal atau tidak adalah dengan analisis grafik dan uji

statistik. Uji normalitas data dilakukan dengan uji Kolmogorov Smirnov,

distribusi data dikatakan normal jika signifikan > 0,05.

2. Uji Multikolinieritas

Tujuan uji multikolinearitas menurut Ghozali (2006:95), adalah untuk menguji

apakah model regresi ditemukan dengan adanya korelasi diantara variabel

independen. Suatu model regresi yang baik tidak ditemukannya hubungan atau

korelasi di antara variabel independen. Pengujian multikolinieritas

menggunakan metode Variance Inflation Factor (VIF). Metode VIF ini

menjelaskan hubungan variabel independen yang mana menjelaskan variabel

independen yang lain. Multikolinieritas pada suatu model dapat dilihat jika

nilai VIF > 10 dan nilai tolerance tidak kurang dari 0,1. Maka model tersebut

dapat dikatakan terbebas dari multikolinieritas.

3. Uji Heteroskedastisitas

Tujuan uji heteroskedastisitas menurut Ghozali (2006:125), adalah untuk

menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance residual

satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah

model regresi yang memiliki variance residual suatu periode pengamatan

dengan pengamatan yang lain. Cara memprediksi ada tidaknya

heteroskedastisitas dapat dilihat dari pola gambar scatter plot model tersebut

dan melakukan uji Glesjer (Nugroho,2005)

Universitas Sumatera Utara

Page 14: Chapter III-VI.pdf

4. Uji Autokorelasi

Ghozali (2006:99),uji autokorelasi ini mempunyai tujuan untuk menguji

apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antara kesalahan

pengganggu pada periode t dengan kesalahan ada periode t – 1 atau

sebelumnya. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi.

Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu

berkaitan satu sama lainnya. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan uji

Durbin Watson (Durbin – Watson Test), yaitu untuk mengetahui dan menguji

apakah terjadi korelasi serial atau tidak dengan menghitung nilai d statistik.

Salah satu pengujian yang dilakukan untuk mengetahui adanya autokorelasi

dengan memakai uji statistik Durbin – Watson (DW test). Menurut Santoso

(2002) pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi adalah sebagai

berikut :

a. Angka D – W di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif.

b. Angka D – W di antara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi.

c. Angka D – W di atas + berarti ada autokorelasi negatif.

4.6.2. Model Pengujian Hipotesis

Setelah dilakukannya uji asumsi klasik, maka dilakukan pengujian hipotesis

pertama sebagai berikut :

4.6.2.1. Analisis Regresi Berganda

Menurut Erlina (2011:111,) untuk menjawab hipotesis pertama dengan

menggunakan analisis regresi linier berganda yang bertujuan untuk melihat secara

langsung pengaruh beberapa variabel terikat.

Universitas Sumatera Utara

Page 15: Chapter III-VI.pdf

Untuk menguji apakah hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak,

maka dilakukan pengujian terhadap variabel – variabel penelitian dengan cara

menguji secara simultan melalui signifikan simultan (uji statistik F), yang

bertujuan menjelaskan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.

Untuk menguji masing – masing variabel secara parsial, dilakukan dengan uji

signifikansi parameter individual (uji t statistik) bertujuan untuk mengetahui

apakah variabel independen berpengaruh atau tidak terhadap variabel dependen,

serta variabel mana yang dominan mempengaruhi variabel dependen. Model

regresi yang digunakan adalah :

Y = α + β₁logX₁ + β₂logX₂ + β3

Keterangan :

logX3 + ε

Y = Pertumbuhan Ekonomi

α = Konstanta

β₁ = Koefisien dari PAD

β₂ = Koefisien dari DAU

β3 =

X₁ = PAD

Koefisien dari DAK

X₂ = DAU

X3

ε = error

= DAK

Pengujian hipotesis ini bertujuan untuk menguji apakah terdapat pengaruh

variabel independen yaitu PAD, DAU, DAK secara simultan atau parsial terhadap

variabel dependen yaitu pertumbuhan ekonomi.

Universitas Sumatera Utara

Page 16: Chapter III-VI.pdf

4.6.2.1.1. Uji Signifikan Parsial (Uji – t)

Uji statistik disebut juga sebagai uji signifikan individual. Uji ini

menunjukkan seberapa jauh pengaruh variabel independen yaitu PAD,

DAU, DAK secara parsial terhadap variabel dependen yaitu pertumbuhan

ekonomi.

a. Bentuk pengujiannya

Ho : b1, b2, b3

Ha : b

= O, artinya PAD, DAU dan DAK secara parsial tidak

berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.

1, b2, b3

b. Kriteria pengambilan keputusan

≠ O, artinya PAD, DAU dan DAK secara parsial

berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi

Jika probabilitas < 0.05, maka Ho diterima dan Ha ditolak.

Jika probabilitas > 0.05, maka Ho ditolak dan Ha diterima.

4.6.2.1.2.Uji Signifikan Simultan (Uji – F)

Uji ini pada dasarnya menunjukkan apakah semua independen

yang dimasukkan dalam model ini mempunyai pengaruh secara simultan

terhadap variabel dependen.

a. Bentuk pengujiannya

Ho : b1 = b2 = b3

Ha : b

= O, artinya PAD, DAU dan DAK secara simultan tidak

berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.

1 ≠ b2 ≠ b3

≠ O,artinya PAD, DAU dan DAK secara simultan

berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.

Universitas Sumatera Utara

Page 17: Chapter III-VI.pdf

b. Kriteria pengambilan keputusan

Jika probabilitas < 0.05, maka Ha diterima dan Ho ditolak.

Jika probabilitas > 0.05, maka Ha ditolak dan Ho diterima.

4.6.2.1.3. Koefisien Determinasi ( R2

Pengujian koefisien determinasi ( R

)

2 ) digunakan untuk mengukur

proporsi atau persentase sumbangan variabel independen yang diteliti

terhadap variasi naik turunnya variabel dependen atau dengan kata lain untuk

menguji goodness-fit dari model regresi. Nilai R2 koefisien determinasi

berkisar antara 0 sampai 1 (0 ≤ R 2 ≤ 1). Nilai R2 dikatakan baik jika di atas

0,5 karena nilai R2 berkisar antara 0 sampai 1. Nilai R2 sama dengan nol

(R2=0) menunjukkan tidak adanya pengaruh antara variabel independen

terhadap variabel dependen. Bila R2 semakin besar mendekati 1

menunjukkan semakin kuat pengaruh variabel independen terhadap variabel

dependen dan bila R2

semakin kecil mendekati nol menunjukkan semakin

kecil pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.

4.6.2.2. Model Pengujian Moderating

Untuk menjawab hipotesis kedua, menggunakan uji moderating. Menurut

Ghozali (2006:200), ada tiga metode yang digunakan untuk melakukan uji regresi

dengan variabel moderasi yaitu uji interaksi, uji nilai selisih mutlak absolut dan

uji residual. Pengujian variabel moderating dengan uji interaksi maupun uji nilai

selisih mutlak absolut mempunyai kecenderungan akan terjadi multikolinearitas

yang tinggi antar variabel independen dan hal ini akan menyalahi asumsi klasik.

Universitas Sumatera Utara

Page 18: Chapter III-VI.pdf

Untuk mengatasi multikolinearitas ini, maka dikembangkan metode lain yang

disebut uji residual (Ghozali,2006:207). Penelitian ini memakai metode variabel

moderating dengan metode uji residual. Maka rumusnya sebagai berikut :

M = α+ β₁X₁ + β₂X₂ + β3X3

│e │= α + β

+ ε…………………………………………( 1 )

4X4

Keterangan :

………………………………………………………… ( 2 )

X₁ = PAD

X₂ = DAU

X3

X

= DAK

4

β₁ = Koefisien regresi untuk PAD

= Belanja Modal

β₂ = Koefisien regresi untuk DAU

β3

β

= Koefisien regresi untuk DAK

4

M = Pemoderasi Belanja Modal

= Koefisien regresi untuk Belanja Modal

α = Konstanta

ε = error

a. Bentuk pengujiannya :

Ho : b4

Ha : b

= 0 ,artinya belanja modal tidak memoderasi hubungan PAD, DAU

dan DAK terhadap pertumbuhan ekonomi .

4

≠ 0,artinya belanja modal memoderasi hubungan PAD, DAU dan

DAK terhadap pertumbuhan ekonomi.

Universitas Sumatera Utara

Page 19: Chapter III-VI.pdf

b. Kriteria pengambilan keputusan :

Jika probabilitas < 0.05, maka Ha diterima dan Ho ditolak.

Jika probabilitas > 0.05, maka Ha ditolak dan Ho diterima.

Universitas Sumatera Utara

Page 20: Chapter III-VI.pdf

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Statistik Deskriptif

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis apakah PAD,

DAU, DAK serta belanja modal mempengaruhi pertumbuhan ekonomi pada

kabupaten/kota di Propinsi Sumatera Utara tahun 2009 – 2011. Variabel

independen pada penelitian ini adalah PAD, DAU, DAK. Variabel pemoderasi

adalah belanja modal dan variabel dependen adalah pertumbuhan ekonomi.

Analisis statistik deskriptif masing – masing variabel dapat dilihat pada

tabel 5.1.

Tabel 5.1. Hasil Deskripsi Variabel Penelitian

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

PAD 90 2.39E9 9.95E11 4.5401E10 1.25581E11

DAU 90 1.44E11 1.07E12 3.6783E11 1.81983E11

DAK 90 1.11E9 9.12E10 4.4930E10 1.86207E10

B_MODAL 90 2.79E10 1.93E14 2.2714E12 2.03815E13

PDRB 90 1.65E11 4.15E13 4.1659E12 7.13868E12

Valid N (listwise) 90

Sumber : Diolah dari Data Sekunder,2013

• Bahwa jumlah N sampel sebanyak 90. Nilai PAD (X1) yang diterima pada

kabupaten/kota di Propinsi Sumatera Utara (Sumut) yang paling kecil adalah

yaitu sebesar 2.3, sedangkan nilai tertinggi PAD sebesar 9.95, sedangkan nilai

rata – rata daerah menerima PAD sebesar 4.5401, dan standar deviasi sebesar

1.25581. Kota Medan merupakan daerah yang memperoleh PAD yang

Universitas Sumatera Utara

Page 21: Chapter III-VI.pdf

terbesar dan Kabupaten Pakpak Barat daerah yang memperoleh PAD yang

terkecil bila dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya.

• Nilai DAU (X2

• Nilai DAK (X

) yang diterima pada kabupaten/kota di Propinsi Sumatera

Utara (Sumut) yang paling kecil adalah yaitu sebesar 1.44, sedangkan nilai

tertinggi DAU sebesar 1.07, sedangkan nilai rata – rata sebesar 3.6783 dengan

standar deviasi DAU sebesar 1.8198. Kota Medan juga merupakan daerah

yang memperoleh DAU yang terbesar dan Kabupaten Pakpak Barat daerah

yang memperoleh DAU yang terkecil bila dibandingkan dengan

kabupaten/kota lainnya.

3

• Nilai belanja modal (X

) yang diterima pada kabupaten/kota di Propinsi Sumatera

Utara (Sumut) yang paling kecil adalah yaitu sebesar 1.11, sedangkan nilai

tertinggi DAK sebesar 9.12. Nilai rata – rata DAK 4.4930 dengan nilai

standar deviasi pada kabupaten/kota di Propinsi Sumatera Utara sebesar

1.86207 . Daerah yang memperoleh DAK tertinggi adalah Kabupaten Deli

Serdang. Daerah yang memperoleh DAK terendah adalah Kabupaten Labuhan

Batu Utara.

4) yang diterima pada kabupaten/kota di Propinsi

Sumatera Utara (Sumut) yang paling kecil adalah yaitu sebesar 2.79,

sedangkan nilai tertinggi belanja modal sebesar 1.93, sedangkan nilai rata –

rata belanja modal sebesar 2.2714. Standar deviasi pada kabupaten/kota di

Propinsi Sumatera Utara sebesar 2.03815 . Daerah yang belanja modalnya

lebih besar adalah Kabupaten Nias Selatan dan Kota Padangsidempuan adalah

daerah yang belanja modalnya terendah.

Universitas Sumatera Utara

Page 22: Chapter III-VI.pdf

• Nilai pertumbuhan ekonomi (Y) yang diterima pada kabupaten/kota di

Propinsi Sumatera Utara (Sumut) yang paling kecil adalah yaitu sebesar 1.65,

sedangkan nilai tertinggi belanja modal sebesar 4.15, dengan nilai rata – rata

sebesar 4.1659. Standar deviasi pertumbuhan ekonomi pada kabupaten/kota di

Propinsi Sumatera Utara sebesar 7.13868. Kota Medan merupakan kota yang

memperoleh pertumbuhan ekonomi tertinggi, sedangkan Kabupaten Pakpak

Barat memperoleh pertumbuhan ekonomi terendah.

5.2. Uji Asumsi Klasik

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada pelanggaran terhadap

asumsi-asumsi klasik yang menjadi dasar dalam model regresi linier berganda.

5.2.1. Uji Normalitas

Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah dengan

melihat grafik histogram yang membandingkan antara data observasi dengan

distribusi yang mendekati distribusi normal (Ghozali, 2005:111). Hasil dari uji

normalitas data dapat dilihat dari grafik pada gambar 5.1.

Gambar 5.1. Grafik Normal P-Plot

Sumber : Diolah dari Data Sekunder,2013

Universitas Sumatera Utara

Page 23: Chapter III-VI.pdf

Gambar 5.1 menunjukkan bahwa data menyebar disekitar garis diagonal dan

mengikuti arah garis diagonal grafik P-Plot, pola ini menunjukkan bahwa masing-

masing variabel berdistribusi secara normal, maka model regresi memenuhi

asumsi normalitas.

Pola normalitas juga dapat dilihat pada grafik histogram pada gambar 5.2

yang menunjukkan bahwa grafik histogram memberikan pola distribusi yang

normal tidak melenceng ke kiri maupun ke kanan.

Gambar 5.2. Grafik Histogram

Sumber : Diolah dari Data Sekunder,2013

Menurut Ghozali (2006:149) dasar pengambilan keputusan normalitas

adalah jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis

diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka

Universitas Sumatera Utara

Page 24: Chapter III-VI.pdf

model regresi memenuhi asumsi normalitas dan jika data menyebar jauh dari

digonal dan tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak

memenuhi pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi

normalitas.

Uji normalitas dengan grafik dapat menyesatkan kalau tidak hati-hati secara

visual kelihatan normal, pada hal secara statistik bisa sebaliknya (Ghozali,

2006:149). Oleh karena itu selain melihat grafik, peneliti menggunakan uji

statistik non parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S) yang dapat dilihat pada tabel

5.2.

Tabel 5.2. Hasil Uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 90

Normal Parameters Mean a,b .0000000

Std. Deviation .23587454

Most Extreme Differences Absolute .082

Positive .059

Negative -.082

Kolmogorov-Smirnov Z .775

Asymp. Sig. (2-tailed) .586

Sumber : Diolah dari Data Sekunder,2013

Hasil uji statistik dengan menggunakan uji non parametrik Kolmogorov-

Smirnov menunjukkan bahwa variabel diuji secara keseluruhan dengan nilai

Kolmogrov-Smirnov adalah 0.775 dan signifikansinya pada 0.586 dan nilainya

jauh diatas 0.05, berarti nilai residual variabel tersebut berdistribusi secara

normal.

Universitas Sumatera Utara

Page 25: Chapter III-VI.pdf

5.2.2. Uji Multikolonieritas

Tujuan uji multikolonieritas menurut Ghozali (2005:111) bertujuan untuk

menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas

(independen). Pengujian multikolonieritas dilakukan dengan melihat nilai

toleransi dan variance inflation factor (VIP). Multikolonieritas terjadi apabila

nilai tolerance 0,10 dan nilai VIP 10. Tabel 5.3 memperlihatkan bahwa tidak

terjadi multikolonieritas dimana nilai VIP untuk variabel PAD, DAU dan DAK <

10 sedangkan nilai tolerance lebih besar dari 0,10. Hal ini menunjukkan bahwa

indikator variabel PAD, DAU dan DAK dalam penelitian ini tidak saling

berkolerasi.

Tabel 5.3. Hasil Uji Multikolonieritas

Coefficientsa

Model

Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 (Constant)

PAD .345 2.900

DAU .292 3.427

DAK .645 1.550

Sumber : Diolah dari Data Sekunder,2013

5.2.3. Uji Heteroskedastisitas

Pengujian heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke

pengamatan yang lain (Nugroho,2005). Jika variance dari residual satu

Universitas Sumatera Utara

Page 26: Chapter III-VI.pdf

pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika

berbeda disebut heteroskedastisitas (Ghozali,2006:125).

Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat

ada tidaknya pola tertentu (bergelombang, melebar kemudian menyempit) pada

grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED. Berdasarkan gambar 5.3 terlihat

bahwa titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y dan tidak

membentuk suatu pola tertentu sehingga penelitian ini terbebas dari masalah

heteroskedastisitas.

Gambar 5.3. Grafik Scatterplot Heteroskedastisitas

Sumber : Diolah dari Data Sekunder,2013

Model regresi yang baik adalah model regresi yang memiliki variance

residual suatu periode pengamatan dengan pengamatan yang lain. Cara

memprediksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilihat dari pola gambar

scatter plot model tersebut dan melakukan uji Glesjer (Nugroho,2005). Hasil Uji

Glesjer terdapat pada tabel 5.4 sebagai berikut

Universitas Sumatera Utara

Page 27: Chapter III-VI.pdf

Tabel 5.4. Hasil Uji Glesjer

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) .875 1.322 .662 .510

PAD -.051 .069 -.134 -.741 .461 .345 2.900

DAU -.061 .173 -.070 -.354 .724 .292 3.427

DAK .050 .070 .095 .715 .476 .645 1.550

Sumber : Diolah dari Data Sekunder,2013

Hasil yang terlihat pada Tabel 5.4 menunjukkan bahwa tidak ada satupun

variabel PAD, DAU dan DAK yang signifikan mempengaruhi variabel

pertumbuhan ekonomi, dimana nilai signifikansi untuk setiap variabel independen

lebih besar dari 0.05. Nilai signifikansi variabel PAD sebesar 0.461. DAU dengan

tingkat signifikansi 0.724 sedangkan DAK dengan tingkat signifikansinya 0.476.

Hasil di atas dapat disimpulkan tidak terdapat heteroskedastisitas.

5.2.4. Uji Auto Korelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada

korelasi antara kesalahan penggangu pada periode t dengan kesalahan

pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya), jika terjadi korelasi, maka dinamakan

ada problem autokorelasi (Ghozali, 2006:99). Cara yang digunakan untuk

mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi adalah dilakukannya uji Durbin-

Watson (DW).

Universitas Sumatera Utara

Page 28: Chapter III-VI.pdf

Menurut Santoso (2002) pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi

adalah sebagai berikut :

d. Angka D – W di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif.

e. Angka D – W di antara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi.

f. Angka D – W di atas + berarti ada autokorelasi negatif.

Berdasarkan tabel 5.5 menunjukkan bahwa nilai Durbin-Watson (DW)

sebesar 1.470, yang artinya tidak terjadi auto korelasi baik positif maupun negatif

( masih dalam kisaran angka D-W -2 dan +2).

Tabel 5.5. Hasil Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .855 .732 a .722 .23995 1.470

Sumber : Diolah dari Data Sekunder,2013

5.3. Pengujian Hipotesis Pertama

5.3.1. Uji Parsial (Uji-t)

Uji parsial (Uji-t) dilakukan untuk melihat pengaruh masing-masing

variabel independen (PAD, DAU, DAK) terhadap variabel dependen

(pertumbuhan ekonomi). Hasil uji parsial (Uji-t) dapat dilihat pada tabel 5.6

sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara

Page 29: Chapter III-VI.pdf

Tabel 5.6. Hasil Uji-t

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) -8.575 1.974 -4.343 .000

PAD .229 .104 .210 2.208 .030

DAU 2.080 .258 .834 8.062 .000

DAK -.512 .105 -.339 -4.871 .000

Sumber : Diolah dari Data Sekunder,2013

Berdasarkan pengujian pada Tabel 5.6, maka secara parsial pengaruh

masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen dapat diuraikan

sebagai berikut :

1. Variabel PAD mempunyai nilai signifikasi sebesar 0.030 < 0.05, sehingga

dapat disimpulkan bahwa secara parsial variabel PAD berpengaruh signifikan

dan positif terhadap pertumbuhan ekonomi pada Kabupaten/Kota di Propinsi

Sumatera Utara. Kondisi ini berarti Ho

2. Variabel DAU mempunyai nilai signifikasi sebesar 0.000 < 0.05, sehingga

dapat disimpulkan bahwa variabel DAU berpengaruh signifikan dan positif

terhadap pertumbuhan ekonomi pada Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera

Utara. Kondisi ini berarti H

ditolak dan Ha diterima.

o

3. Variabel DAK mempunyai nilai tingkat signifikansi sebesar 0.000 < 0.05,

maka dapat disimpulkan bahwa variabel DAK berpengaruh dan negatif

ditolak dan Ha diterima.

Universitas Sumatera Utara

Page 30: Chapter III-VI.pdf

terhadap pertumbuhan ekonomi pada Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera

Utara. Kondisi ini berarti Ho

Berdasarkan hasil pengolahan data pada tabel 5.6 diatas,dapat disusun

model persamaan regresi sebagai berikut :

ditolak dan Ha diterima.

P_EKONOMI = -8.575+ 0.229PAD + 2.080DAU – 0.512DAK + e

5.3.2. Uji simultan (Uji–F)

Uji simultan (Uji-F) dilakukan untuk melihat pengaruh variabel independen

(PAD, DAU, DAK) terhadap variabel dependen (pertumbuhan ekonomi) secara

bersama-sama. Berdasarkan hasil pengolahan data, diperoleh hasil statistik

analisis secara simultan tercantum pada tabel 5.7.

Tabel 5.7. Hasil Uji-F

ANOVA

Model

b

Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 13.502 3 4.501 78.165 .000a

Residual 4.952 86 .058

Total 18.453 89

Sumber : Diolah dari Data Sekunder,2013

Berdasarkan tabel 5.7 diatas, dapat dilihat hasil uji F menunjukkan semua

variabel PAD, DAU dan DAK secara simultan berpengaruh signifikan terhadap

pertumbuhan ekonom di Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara, dengan

nilai signifikansi 0.00, dimana pengujian menggunakan tingkat signifikasi 0.05.

Hal ini berarti Ho ditolak dan Ha diterima.

Universitas Sumatera Utara

Page 31: Chapter III-VI.pdf

5.5.3. Uji Koefisien Determinasi ( )

Pengujian kesesuian dilakukan untuk menentukan kelayakan suatu model

regresi, karena variabel penelitian lebih dari dua variabel, maka kelayakan

tersebut dapat dilihat dari nilai Adjusted R Square. Berdasarkan tabel 5.8

menghasilkan nilai Adjusted R Square sebesar 0.722 atau sebesar 72.2%, artinya

72.2% variabel pertumbuhan ekonomi dapat dijelaskan oleh variabel independen

yaitu PAD, DAU dan DAK, sedangkan sisanya 27.8% dipengaruhi dan dijelaskan

oleh variabel lain yang tidak masuk dalam model penelitian ini.

Tabel 5.8 Hasil Koefisien Determinasi

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 .855 .732 a .722 .23995

Sumber : Diolah dari Data Sekunder,2013

5.4. Pengujian Hipotesis Kedua

Pengujian ini dilakukan setelah dilakukannya pengujian regresi berganda.

Pengujian hipotesis kedua menggunakan analisis regresi linier berganda dengan

uji residual. Variabel pemoderasi pada penelitian ini adalah belanja modal

Penggunaan variabel pemoderasi ini dimaksud untuk membuktikan hipotesis

bahwa variabel belanja modal selaku variabel pemoderasi yang mempengaruhi

(memperkuat atau memperlemah) hubungan antara variabel independen (PAD,

DAU dan DAK) dan variabel dependen (belanja modal). Hasil persamaan uji

residual dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 5.9.

Universitas Sumatera Utara

Page 32: Chapter III-VI.pdf

Tabel 5.9. Hasil Analisis Regresi Hipotesis Kedua

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 6.320 3.065 2.062 .042

PAD .279 .161 .285 1.735 .086

DAU -.253 .401 -.113 -.631 .530

DAK .451 .163 .332 2.766 .007

Sumber : Diolah dari Data Sekunder,2013

Berdasarkan tabel 5.9 persamaan regresi linier berganda antar variabel

independen (PAD, DAU dan DAK) terhadap variabel pemoderasi (belanja modal)

menghasilkan persamaan model sebagai berikut :

B_MODAL = 6.320 + 0.279PAD - 0.253DAU + 0.451DAK + e

Persamaan regresi linier berganda diatas, menunjukkan bahwa :

1. Variabel PAD signifikansi sebesar 0.086 > 0,05 dengan nilai koefisien positif,

menunjukkan PAD tidak berpengaruh dan positif terhadap belanja modal

2. Variabel DAU yang signifikansinya sebesar 0.530 > 0.05 dengan nilai

koefisien negatif, menunjukkan DAU tidak berpengaruh dan negatif terhadap

belanja modal.

3. Variabel DAK signifikansinya sebesar 0.007 < 0.05 dengan nilai koefisien

positif , menunjukkan DAK berpengaruh dan positif terhadap belanja modal.

Persamaan regresi tersebut menunjukkan adanya ketidak cocokkan (lack of

fit) hubungan antara Pendapatan Asli Daerah, DAU dan DAK. Hasil regresi

tersebut kemudian dilakukan uji residual untuk mengetahui apakah belanja modal

merupakan variabel pemoderasi. Sebuah variabel dikatakan sebagai variabel

Universitas Sumatera Utara

Page 33: Chapter III-VI.pdf

pemoderasi jika hasilnya signifikan dan memiliki nilai koefisien parameternya

negatif (Ghozali, 2006:209). Hasil uji residual dalam penelitian ini dapat dilihat

pada tabel 5.10.

Tabel 5.10. Hasil Analisis Uji Residual Variabel Pemoderasi

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) .560 .955 .587 .559

PDRB -.033 .077 -.045 -.423 .673

Sumber : Diolah dari Data Sekunder,2013

Berdasarkan tabel di atas persamaan residual antara variabel dependen

(pertumbuhan ekonomi) terhadap nilai absolut residual dari variabel pemoderasi

yaitu belanja modal menghasilkan persamaan model uji residual sebagai berikut :

= 0,560 - 0.033PDRB

Berdasarkan hasil uji residual diatas diketahui nilai variabel pertumbuhan

ekonomi dengan signifikan 0.673 > 0.05 dan nilai koefisien parameternya

bernilai negatif sebesar -0.033. Sebuah variabel dikatakan memoderasi jika

memiliki koefisien parameter negatif dan berpengaruh signifikan. Kesimpulan

dari pengujian residual ini bahwa variabel belanja modal bukan merupakan

variabel pemoderasi yang memperkuat atau memperlemah hubungan antara PAD,

DAU dan DAK terhadap pertumbuhan ekonomi (Ha ditolak dan Ho diterima).

Universitas Sumatera Utara

Page 34: Chapter III-VI.pdf

5.5. Pembahasan Hasil Penelitian

5.5.1. Pengaruh PAD, DAU dan DAK terhadap Pertumbuhan Ekonomi

PAD, DAU dan DAK secara simultan berpengaruh signifikan terhadap

pertumbuhan ekonomi yang diproksikan oleh PDRB harga konstan pada

Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara tahun 2009 – 2011. Sumber – sumber

pokok keuangan daerah didukung oleh PAD dan dana perimbangan yang terdiri

dari DAU dan DAK. PAD harus selalu terus menerus di pacu pertumbuhannya

sedangkan DAU dan DAK sebagai bagian dari dana perimbangan merupakan

pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan

kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi

kepada daerah (Widjaja,2005:33).

Menurut Aramana (2011), dari semua sumber pendapatan daerah (PAD,

Dana Perimbangan, dan Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah), Dana

Perimbangan (DAU dan DAK) yang paling dominan berpengaruh terhadap

PDRB, hal ini menunjukkan bahwa pemerintah daerah masih bergantung dengan

dana transfer dari pemerintah pusat. PAD yang di peroleh pemerintah daerah dari

daerahnya sendiri masih rendah jika dibandingkan dengan dana perimbangan dari

Pemerintah Pusat, hal ini menunjukkan pemerintah daerah masih belum mandiri

dalam meningkatkan PAD. Temuan ini memberikan indikasi bahwa besarnya

PDRB sangat ditentukan oleh PAD.

Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Maryati dan Endrawati

(2010), yaitu PAD berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di

Propinsi Sumatera Barat. Penelitian Subchan dan Sudarman (2007) juga

mendukung hasil penelitian ini. Penelitian Subchan dan Sudarman (2007)

Universitas Sumatera Utara

Page 35: Chapter III-VI.pdf

menyatakan PAD, DAU dan DAK berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan

ekonomi di Propinsi Jawa Tengah.

5.5.2. Pengaruh PAD terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Hasil penelitian ini menyatakan PAD berpengaruh signifikan terhadap

pertumbuhan ekonomi yang diproksikan oleh PDRB harga konstan. Menurut

Halim (2004), PAD merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari

sumber ekonomi asli daerah. Peningkatan PAD sebenarnya merupakan akses dari

pertumbuhan ekonomi (Saragih,2003). Hal ini berarti semakin tinggi PAD yang

dihasilkan oleh pemerintah daerah maka sernakin meningkat nilai PDRB

pemerintah daerah tersebut. Ini disebabkan karena tingkat PAD yang tinggi maka

pemerintah daerah lebih bisa untuk mengoptimalkan potensi PAD tersebut, karena

PAD merupakan salah satu sumber pembelanjaan daerah, Jika PAD meningkat

maka dana yang dimiliki daerah akan meningkat pula, sehingga pemerintah

daerah akan berinisiatif untuk lebih menggali potensi-potensi daerah daerah yang

dimiliki (Maryati dan Endrawati,2010).

Menurut Setiyawati dan Hamzah (2007), semakin tinggi PAD, maka

semakin meningkat laju pertumbuhan ekonominya. Hal ini dikarenakan pajak dan

retribusi daerah dikembalikan kepada masyarakat untuk mengembangkan dan

menumbuhkan perekonomian daerah. Menurut Darwanto (2007), kemandirian

dalam APBD sangat terkait dengan kemandirian PAD, sebab semakin besar

sumber pendapatan yang berasal dari potensi daerah, bukan sumber pendapatan

dari bantuan, maka daerah akan semakin leluasa untuk mengakomodasikan

Universitas Sumatera Utara

Page 36: Chapter III-VI.pdf

kepentingan masyarakatnya tanpa muatan kepentingan pemerintah pusat yang

tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat di daerah.

Penelitian Saragih (2006), konsisten dengan hasil penelitian ini yaitu PAD

berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini juga

sejalan dengan penelitian Setiyawati dan Hamzah (2007), hasil penelitiannya

adalah PAD mempunyai pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi.

5.5.3. Pengaruh DAU terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Pengujian secara parsial variabel DAU berpengaruh signifikan terhadap

pertumbuhan ekonomi yang diproksikan oleh PDRB harga konstan. Hal ini

menyatakan semakin tinggi DAU yang diterima oleh pemerintah daerah maka

semakin meningkat nilai PDRB pemerintah daerah kabupaten/kota. Ini

disebabkan karena peran DAU sangat signifikan, karena belanja daerah lebih di

dominasi dari jumlah DAU. Setiap DAU yang diterima pemerintah daerah akan

ditunjukkan untuk belanja pemerintah daerah, salah satunya adalah untuk belanja

modal (Maryati dan Endrawati,2010).

Menurut UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang “Perimbangan Keuangan

Pemerintah Pusat dan Daerah” menyebutkan bahwa DAU merupakan dana yang

bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemeratan

kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam

rangka pelaksanaan desentralisasi. Menurut Widjaja (2005:33), DAU bertujuan

untuk pemerataan kemampuan daerah termasuk jaminan kesinambungan

penyelenggaraan pemerintah daerah dalam rangka penyediaan pelayanan dasar

kepada masyarakat dan merupakan satu kesatuan dengan penerimaan umum

Universitas Sumatera Utara

Page 37: Chapter III-VI.pdf

APBD. DAU dialokasikan dengan memperhatikan potensi daerah, luas daerah,

keadaan geografi, jumlah penduduk dan tingkat pendapatan masyarakat daerah

sehingga perbedaan daerah maju dengan daerah yang belum berkembang dapat

diperkecil.

Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Saragih (2006), DAU

berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten

Simalungun. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Maryati dan

Endrawati (2010), DAU secara parsial mempunyai berpengaruh terhadap

pertumbuhan ekonomi di Propinsi Sumatera Barat

5.5.4. Pengaruh DAK terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Hasil penelitian ini menyatakan DAK secara parsial berpengaruh signifikan

terhadap pertumbuhan ekonomi yang diproksikan oleh PDRB harga konstan . Hal

ini berarti semakin tinggi DAK yang diterima suatu pemerintah daerah, akan

semakin meningkat nilai PDRB pemerintah daerah tersebut. Berdasarkan Undang-

undang No. 33 Tahun 2004, DAK merupakan dana yang bersumber dari APBN

yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu

mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan

prioritas nasional. Pengalokasian DAK memperhatikan ketersediaan dana dalam

APBD, yang berarti besaran DAK tidak dapat dipastikan setiap tahunnya.

Menurut Aswadi dalam Halim (2001), tujuan penggunaan DAK dapat diarahkan

pada upaya untuk meningkatkan Indeks Pembangunan Nasional (IPM) yang

merupakan isu nasional yang harus dituntaskan.

Universitas Sumatera Utara

Page 38: Chapter III-VI.pdf

Menurut penelitian Aramana (2011), Dana Perimbangan (DAU dan DAK)

yang paling dominan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi, hal ini

menunjukkan bahwa pemerintah daerah masih bergantung dengan dana transfer

dari pemerintah pusat. Harapan masyarakat sesuai dengan tujuan otonomi daerah

adalah lebih meningkatkan pelayanan dalam aspek kehidupan sosial dan ekonomi.

Bagi masyarakat keberhasilan otonomi daerah adalah terwujudnya kehidupan

yang lebih baik, lebih adil serta lebih terlindung dari kriminalitas dan lingkungan

hidup yang lebih nyaman (Widjaja,2005:35).

Penelitian Subchan dan Sudarman (2007) juga mendukung hasil penelitian

ini. Penelitian Subchan dan Sudarman (2007) menyatakan PAD, DAU dan DAK

berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Propinsi Jawa Tengah.

5.5.5. Belanja Modal memoderasi hubungan PAD, DAU dan DAK dengan

pertumbuhan ekonomi

Setelah dilaksanakan pengujian hipotesis pertama, maka pengujian kembali

dilakukan menggunakan variabel pemoderasi yaitu belanja modal. Menurut

Ghozali (2006:209), yang dianggap variabel moderating apabila koefisien

parameternya negatif dan signifikan. Berdasarkan pengujian hipotesis kedua yang

menggunakan uji residual menunjukkan nilai koefisien parameternya negatif dan

tidak signifikan, sehingga dapat diartikan belanja modal (X4

Sidik (2002), menyatakan ciri utama yang menunjukkan suatu daerah

otonom mampu berotonomi terletak pada kemampuan keuangan daerah. Hal ini

) merupakan bukan

variabel pemoderasi (memperkuat atau memperlemah) hubungan antara PAD,

DAU dan DAK terhadap pertumbuhan ekonomi.

Universitas Sumatera Utara

Page 39: Chapter III-VI.pdf

berarti, daerah otonom harus memiliki kewenangan dan kemampuan untuk

menggali sumber-sumber keuangan sendiri, mengelola dan menggunakan

keuangan sendiri yang cukup memadai untuk membiayai penyelenggaraan

pemerintahan daerahnya. Ketergantungan kepada bantuan pusat harus seminimal

mungkin, sehingga PAD khususnya pajak dan retribusi daerah harus menjadi

bagian sumber keuangan terbesar, yang didukung oleh kebijakan perimbangan

keuangan pusat dan daerah sebagai prasyarat mendasar dalam sistem

pemerintahan negara. Hal ini berarti tercermin di dalam pertumbuhan PDRB dan

diharapkan dengan adanya otonomi daerah dapat lebih memeratakan

pembangunan sesuai dengan keinginan daerah untuk mengembangkan wilayah

menurut potensi masing-masing. Hasil penelitian ini tidak dapat dibandingkan

dengan penelitian sebelumnya karena penelitian sebelumnya tidak

mempergunakan belanja modal sebagai variabel moderating.

Universitas Sumatera Utara

Page 40: Chapter III-VI.pdf

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan berbagai uraian dan pengkajian analisis dapat disimpulkan

beberapa hal sebagai berikut :

1. Secara simultan PAD, DAU dan DAK PAD, DAU dan DAK secara

simultan berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi pada

Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara tahun 2009 – 2011. Hasil

penelitian ini konsisten dengan penelitian Maryati dan Endrawati (2010),

yang menyatakan PAD, DAU dan DAK berpengaruh signifikan terhadap

pertumbuhan ekonomi di Propinsi Sumatera Barat.

2. Secara parsial PAD berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

Hasil pengujian variabel ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan

oleh Saragih (2006) yang menyatakan bahwa PAD berpengaruh signifikan

terhadap pertumbuhan ekonomi. Variabel DAU secara parsial berpengaruh

signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Hasil pengujian variabel ini

sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Saragih (2006) menunjukkan

bahwa DAU berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

Sedangkan variabel DAK secara parsial berpengaruh signifikan terhadap

pertumbuhan ekonomi. Penelitian Subchan dan Sudarman (2007) juga

mendukung hasil penelitian ini. Penelitian Subchan dan Sudarman (2007)

menyatakan DAK berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi

di Propinsi Jawa Tengah.

Universitas Sumatera Utara

Page 41: Chapter III-VI.pdf

3. Variabel belanja modal bukan merupakan variabel pemoderasi yang

mempengaruhi atau memperlemah hubungan antara PAD, DAU, DAK

terhadap pertumbuhan ekonomi.

6.2. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, antara lain:

1. Sampel dalam penelitian ini dibatasi pada kabupaten/kota tertentu yang

mempunyai keterbatasan data yaitu 30 kabupaten/kota di Propinsi Sumatera

Utara. Hal ini menyebabkan hasil penelitian hanya berlaku untuk

kabupaten/kota yang menjadi sampel penelitian, sehingga belum dapat di

generalisasi untuk seluruh kabupaten/kota di Indonesia. Diharapkan untuk

penelitian mendatang dapat memperluas atau menambah sampel penelitian.

2. Penelitian ini tidak memberikan secara terinci penggunaan PAD, DAU dan

DAK manakah yang memberikan memberikan kontribusi terbesar terhadap

pertumbuhan ekonomi.

3. Keterbatasan dalam tahun penelitian yaitu tahun 2009 – 2011, sehingga

tidak dapat memberikan gambaran yang komprehensif yang berkaitan

dengan pertumbuhan ekonomi.

4. Keterbatasan data dalam penelitian ini, sehingga peneliti hanya

menggunakan variabel PAD, DAU, DAK, belanja modal dan pertumbuhan

ekonomi.

Universitas Sumatera Utara

Page 42: Chapter III-VI.pdf

6.3. Saran

Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di kabupaten/kota di Propinsi

Sumatera Utara, maka peneliti memberikan beberapa saran sebagai berikut:

1. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambah variabel yang

mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.

2. Bagi penelitian selanjutnya di masa mendatang dapat memperluas sampel

penelitian seperti kabupaten/kota di luar Sumaterat Utara dan menambah

tahun pengamatan.

3. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan variabel pemoderasi

atau intervening yang belum dianalisis dalam penelitian ini, seperti inflasi.

Atau peneliti selanjutnya menggunakan belanja daerah sebagai variabel

pemoderasi.

Universitas Sumatera Utara