Chapter II(8)

14
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karies Gigi Karies gigi merupakan suatu penyakit pada jaringan keras gigi yaitu email, dentin, dan sementum yang disebabkan aktivitas jasad renik/mikroba yang ada dalam suatu karbohidrat yang terfermentasi atau diragikan. Proses karies ditandai dengan terjadinya demineralisasi pada jaringan keras gigi, diikuti dengan kerusakan bahan organiknya. Hal ini akan menyebabkan terjadinya invasi bakteri dan menimbulkan rasa sakit. Plak memegang peranan penting dalam menyebabkan terjadinya karies. Plak merupakan deposit lunak yang membentuk biofilm yang menumpuk pada permukaan gigi atau permukaan keras lainnya di rongga mulut yang tidak dibersihkan. Diperkirakan bahwa 1 mm 16 3 plak gigi dengan berat 1 mg mengandung 200 juta sel mikroorganisme. 16 Lingkungan biofilm tersebut penting artinya karena sering merugikan bagi mikroorganisme dan dapat mempengaruhi sifat-sifat bakteri yang ada. Sebagai contoh, kerentanan bakteri terhadap bahan antimikroba bisa menurun karena struktur biofilmnya. Lokasi dan laju pembentukan plak bervariasi pada setiap individu. Faktor yang mempengaruhi laju pembentukan plak adalah oral higiene, dan faktor-faktor pejamu seperti diet, serta komposisi dan laju aliran saliva. 17 17 Faktor substrat atau diet dapat mempengaruhi pembentukan plak karena membantu perkembangbiakan dan kolonisasi mikroorganisme yang ada pada permukaan enamel. Penelitian Universitas Sumatera Utara

description

..

Transcript of Chapter II(8)

Page 1: Chapter II(8)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Karies Gigi

Karies gigi merupakan suatu penyakit pada jaringan keras gigi yaitu email,

dentin, dan sementum yang disebabkan aktivitas jasad renik/mikroba yang ada dalam

suatu karbohidrat yang terfermentasi atau diragikan. Proses karies ditandai dengan

terjadinya demineralisasi pada jaringan keras gigi, diikuti dengan kerusakan bahan

organiknya. Hal ini akan menyebabkan terjadinya invasi bakteri dan menimbulkan

rasa sakit.

Plak memegang peranan penting dalam menyebabkan terjadinya karies. Plak

merupakan deposit lunak yang membentuk biofilm yang menumpuk pada permukaan

gigi atau permukaan keras lainnya di rongga mulut yang tidak dibersihkan.

Diperkirakan bahwa 1 mm

16

3 plak gigi dengan berat 1 mg mengandung 200 juta sel

mikroorganisme.16 Lingkungan biofilm tersebut penting artinya karena sering

merugikan bagi mikroorganisme dan dapat mempengaruhi sifat-sifat bakteri yang

ada. Sebagai contoh, kerentanan bakteri terhadap bahan antimikroba bisa menurun

karena struktur biofilmnya.

Lokasi dan laju pembentukan plak bervariasi pada setiap individu. Faktor

yang mempengaruhi laju pembentukan plak adalah oral higiene, dan faktor-faktor

pejamu seperti diet, serta komposisi dan laju aliran saliva.

17

17 Faktor substrat atau diet

dapat mempengaruhi pembentukan plak karena membantu perkembangbiakan dan

kolonisasi mikroorganisme yang ada pada permukaan enamel. Penelitian

Universitas Sumatera Utara

Page 2: Chapter II(8)

menunjukkan bahwa orang yang banyak mengonsumsi karbohidrat terutama sukrosa

cenderung mengalami kerusakan gigi, sebaliknya orang yang dietnya banyak

mengandung lemak dan protein hanya sedikit atau sama sekali tidak mempunyai

karies.16 Sebagaimana diketahui, plak merupakan salah satu komponen dalam

pembentukan karies, sehingga insidens karies dapat dikurangi dengan meningkatkan

oral higiene, salah satunya dengan melakukan penyingkiran plak secara mekanis dari

permukaan gigi, baik yang hanya menggunakan sikat gigi maupun dikombinasi

dengan alat pembersih interdental, namun banyak pasien tidak melakukannya secara

efektif.

16

2.2 Penyakit Periodontal

Penyakit periodontal merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh

bakteri yang terakumulasi dalam plak yang menyebabkan gingiva mengalami

peradangan. Ada dua tipe penyakit periodontal yaitu gingivitis dan periodontitis.

Gingivitis adalah bentuk penyakit periodontal ringan yang mengenai gingiva, gingiva

berwarna merah, mengalami pembengkakan dan mudah berdarah. Gingivitis yang

tidak dirawat akan menyebabkan kerusakan tulang pendukung gigi atau disebut

periodontitis.16 Plak tidak termineralisasi pada permukaan kalkulus merupakan iritan

utama, tetapi bagian terkalsifikasi yang berada di bagian dalam bisa merupakan faktor

pendorong yang penting. Kalkulus tidak secara langsung mengiritasi gingiva, tetapi

merupakan tempat bagi penumpukan plak pada gigi.

Berdasarkan observasinya terhadap penyakit periodontal di Amerika Serikat,

Russel menyatakan bahwa penyakit gingiva dan periodontal jarang sekali terjadi bila

17

Universitas Sumatera Utara

Page 3: Chapter II(8)

tidak ada plak dan kalkulus. Beberapa ahli menyatakan bahwa penyakit periodontal

dihubungkan dengan oral higiene yang buruk. Loe, et al. melaporkan bahwa pada

individu dengan gingiva sehat akan mengalami gingivitis bila tidak melakukan

pemeliharaan rongga mulut selama 2-3 minggu, namun akan hilang bila dilakukan

pemeliharaan kebersihan kembali dalam waktu 1 minggu.16,17 Semua penelitian yang

dilakukan menunjukkan pentingnya pemeliharaan oral higiene melalui kontrol plak

untuk mencegah terjadinya kerusakan jaringan periodontal.

16

2.3 Oral Higiene

Rongga mulut manusia tidak pernah bebas dari plak. Plak memegang peranan

penting dalam pembentukan debris dan kalkulus. Perlekatan kalkulus dimulai dengan

pembentukan plak gigi dan permukaan kalkulus sendiri selalu diliputi oleh plak

gigi.18 Oleh karena itu, penting sekali dilakukan pemeliharaan kesehatan gigi dan

mulut dengan menyikat gigi, karena tujuan dari menyikat gigi itu sendiri adalah

menyingkirkan plak gigi dan mencegah terjadinya penumpukan plak, membersihkan

sisa-sisa makanan, debris atau stein, merangsang jaringan gingiva, dan melapisi

permukaan gigi dengan fluor.16

Debris makanan merupakan lapisan lunak yang terdapat di permukaan gigi

yang terdiri dari musin, bakteri, dan sisa makanan. Debris makanan dengan cepat

dilarutkan oleh enzim bakteri dan tersingkirkan dari rongga mulut dalam waktu 5

menit setelah makan, namun sebagian ada yang tertinggal pada gigi dan mukosa.

Pembersihan makanan dari rongga mulut dipengaruhi beberapa hal yaitu aliran saliva,

2.3.1 Debris Makanan

Universitas Sumatera Utara

Page 4: Chapter II(8)

aksi mekanis dari lidah, pipi, bibir, dan bentuk serta susunan gigi. Pembersihan akan

meningkat pada waktu mengunyah makanan dan pada saliva yang viskositasnya

rendah. Meskipun mengandung bakteri, debris makanan berbeda dari deposit lainnya

(plak dan materi alba). Debris makanan harus dibedakan dari sisa makanan fibrous

yang terperangkap di daerah interproksimal pada keadaan impaksi makanan (food

impaction).

Laju pembersihan debris makanan dari rongga mulut bervariasi antara jenis

makanan dan antar individu. Bahan makanan berbentuk cairan lebih mudah

dibersihkan dibandingkan bahan makanan berbentuk padat. Sebagai contoh, gula

yang ditelan dalam bentuk cairan akan tetap berada dalam saliva sekitar 15 menit,

sedangkan gula yang dikonsumsi dalam bentuk padat akan tetap berada dalam saliva

selama 30 menit setelah ditelan. Makanan yang melekat seperti permen, roti, gula-

gula, karamel, dan coklat akan melekat ke gigi selama lebih dari 1 jam, sebaliknya

makanan yang keras seperti wortel dan apel cepat dibersihkan. Mengunyah apel dan

makanan fibrous lainnya dapat secara efektif menyingkirkan debris makanan dari

rongga mulut, meskipun tidak terlalu berpengaruh terhadap pengurangan plak.

17

17

2.3.2 Kalkulus

Kalkulus disebut juga “tartar”, masyarakat banyak menyebutnya sebagai

“karang gigi” yaitu suatu endapan keras hasil mineralisasi/kalsifikasi plak, melekat

erat di sekeliling mahkota dan akar gigi dan hanya bisa hilang dengan tindakan

skeling.16,18

Universitas Sumatera Utara

Page 5: Chapter II(8)

Berdasarkan lokasi perlekatannya, kalkulus dibedakan atas kalkulus

supragingiva dan kalkulus subgingiva.

1. Kalkulus supragingiva

Lokasi perlekatan kalkulus supragingiva adalah koronal dari tepi gingiva, oleh

karena itu dapat dilihat di rongga mulut. Kalkulus ini biasanya berwarna putih atau

kuning keputih-putihan, konsistensinya biasanya keras seperti batu apung dan mudah

dilepas dari permukaan gigi. Pembentukannya kembali setelah disingkirkan cepat

sekali, terutama pada sisi oral insisivus mandibula. Warnanya dipengaruhi oleh

substansi yang berkontak dengannya, misalnya tembakau dan pigmen makanan.17

Kalkulus supragingiva lebih sering dan lebih banyak menumpuk pada permukaan

vestibular gigi molar maksila setentang dengan duktus Stensen dan permukaan oral

gigi anterior mandibula, terutama insisivus sentralis setentang dengan duktus

Wharton.

2. Kalkulus subgingiva

17

Kalkulus subgingiva berada apikal dari krista tepi gingiva sehingga tidak

terlihat secara langsung di rongga mulut. Penentuan lokasi dan perluasan kalkulus

subgingiva membutuhkan pemeriksaan yang teliti dengan sonde. Kalkukus ini

biasanya berwarna coklat tua atau hitam kehijau-hijauan dan memiliki konsistensi

keras seperti batu api dan melekat sangat erat pada permukaan gigi. Saliva merupakan

sumber mineral bagi kalkulus supragingiva dan cairan sulkus yang merupakan serum

merupakan sumber mineral bagi kalkulus subgingiva. Apabila gingiva mengalami

resesi (penyusutan) kalkulus subgingiva akan terpapar dan dengan demikian

diklasifikasikan sebagai kalkulus supragingiva.17,18

Universitas Sumatera Utara

Page 6: Chapter II(8)

2.4 Perilaku Kesehatan

Perilaku kesehatan merupakan respons seseorang terhadap stimulus yang

berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan,

minuman, dan lingkungan yang mempengaruhi. Respons stimulus yang sama dapat

berbeda-beda pada tiap-tiap orang yang berbeda tergantung karakteristik atau faktor-

faktor lain dari orang-orang yang bersangkutan.19 Perilaku umumnya dapat diamati

orang lain, namun ada juga perilaku yang tidak dapat diamati orang lain atau disebut

sebagai internal activities seperti persepsi, emosi, pikiran, dan motivasi.

Rogers menyatakan bahwa sebelum seseorang mengadopsi perilaku yang

baru, di dalam diri orang tersebut terjadi suatu proses, yaitu:

20

1. Tingkat kesadaran, yakni orang tersebut mengetahui terlebih dahulu

tentang suatu hal sebelum ia berbuat sesuatu untuk hal tersebut.

20

2. Tingkat perhatian, yakni setelah seseorang sadar, ia mempunyai keinginan

untuk mengetahui apa, bagaimana, dan keuntungan yang diperoleh dari gagasan

tersebut.

3. Tingkat evaluasi, yakni respons mulai menimbang-nimbang baik atau

tidaknya hal itu bagi dirinya.

4. Tingkat percobaan, orang mulai mencoba gagasan/perilaku baru tersebut.

5. Tingkat adopsi, subjek telah berperilaku baru.

Ada dua faktor yang dapat mempengaruhi perilaku dalam bidang kesehatan

yaitu faktor genetik atau keturunan dan faktor lingkungan. Faktor yang

mempengaruhi perubahan perilaku individu pada hakekatnya identik dengan faktor

yang mempengaruhi perkembangan individu. Faktor tersebut dapat berupa faktor

Universitas Sumatera Utara

Page 7: Chapter II(8)

bawaan (herediter) yang bersifat alamiah, faktor lingkungan yang memungkinkan

berlangsungnya proses perkembangan, dan faktor waktu yaitu saat tibanya masa

peka/kematangan.

20

2.5 Pendidikan Kesehatan Gigi

Pentingnya pendidikan kesehatan gigi pada anak didasarkan adanya perilaku

kebersihan mulut yang salah dan dapat menjadi faktor risiko untuk terjadinya karies

dan penyakit periodontal yaitu:

1. Perilaku mengonsumsi makanan mengandung sukrosa di antara jam

makan.

Setelah memakan makanan padat atau makanan ringan berisi gula/sukrosa,

bakteri dalam mulut memetabolisme karbohidrat/gula tersebut menghasilkan asam

melalui proses fermentasi, akibatnya pH mulut menjadi turun. Selama beberapa

waktu, pH kembali normal melalui kapasitas buffer saliva dan melepaskan mineral

pada permukaan gigi. Selama terpapar lingkungan yang asam, kandungan mineral

anorganik terurai dan tetap terurai selama dua jam. Selama periode ini gigi rentan

terhadap karies tetapi akan kembali normal karena fungsi saliva. Namun bila

gula/karbohidrat dikonsumsi secara teratur sepanjang hari, maka gigi lebih rentan

terkena karies karena pH saliva dan permukaan gigi tidak pernah kembali pada

keadaan normal dan permukaan gigi tidak dapat mengalami remineralisasi atau

mengembalikan kandungan mineral yang hilang.21 Lamanya waktu yang diperlukan

suatu karies menjadi kavitas bervariasi yaitu sekitar 6-48 bulan.

16

Universitas Sumatera Utara

Page 8: Chapter II(8)

2. Perilaku mengonsumsi minuman ringan atau minuman yang bersifat asam.

Minuman ringan (kecuali susu dan air) dapat menyebabkan kerusakan gigi

oleh karena:

a) pH yang rendah dan keasaman minuman ringan dan keasaman minuman

ringan menyebabkan permukaan enamel gigi mengalami erosi.

16

b) Gula yang terkandung di dalam minuman ringan akan dimetabolisme oleh

mikroorganisme plak untuk menghasilkan asam penyebab demineralisasi sehingga

mengakibatkan terbentuknya kavitas.

3. Perilaku menyikat gigi yang tidak tepat

American Dental Association (ADA) menyatakan sikat gigi minimal

dilakukan dua kali sehari, setelah sarapan pagi dan malam sebelum tidur.13

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Zhu, et al. hampir setengah dari

responden usia 12 tahun di daerah urban dan daerah rural menyikat gigi dua kali

sehari tetapi hanya 13,6% dan 1,4% anak yang menyikat gigi setelah makan.10

Walaupun hampir setengah menyatakan menyikat gigi dua kali sehari, tetapi hanya

sedikit yang menyikat gigi setelah makan.10

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mempengaruhi dan mengajak

orang lain, baik individu, kelompok, atau masyarakat, agar melaksanakan perilaku

hidup sehat adalah melalui pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan gigi

merupakan proses pendidikan terencana, terarah, dan berkesinambungan untuk

mengubah perilaku meliputi perubahan pengetahuan, sikap, dan tindakan yang

Universitas Sumatera Utara

Page 9: Chapter II(8)

mengarah kepada upaya hidup sehat yang diharapkan dapat bertambah baik sehingga

diperoleh derajat kesehatan gigi dan mulut yang optimal.

Tujuan pendidikan kesehatan gigi adalah memperkenalkan kepada anak usaha

kesehatan gigi melalui kegiatan preventif dan promotif untuk meningkatkan dan

mengusahakan timbulnya kesadaran serta keyakinan dalam meningkatkan kesehatan

gigi dan mulut, menjelaskan akibat yang timbul dari kelalaian menjaga kebersihan

gigi dan mulut, menanamkan perilaku sehat sejak dini melalui kunjungan ke sekolah,

dan menjalin kerjasama dengan masyarakat dalam memberikan penyuluhan

langsung.

20

Komponen yang harus ada dalam melaksanakan pendidikan kesehatan gigi

meliputi :

20

a) Sasaran didik yaitu murid sekolah dasar (SD) atau kelompok langsung

yang dikenai program pendidikan, orang tua murid, dan guru (kelompok antara yang

dapat mempengaruhi perilaku siswa).

20,22

b) Tujuan pendidikan sebagai target yang ingin dicapai.

c) Kurikulum meliput i cara, materi, alat, dan bahan yang sesuai program.

d) Pelaksana pendidikan yaitu semua petugas kesehatan.

e) Lingkungan didik.

Pendidikan kesehatan gigi pada prinsipnya tidak dapat diberikan pada anak

dalam satu kali kunjungan saja sehingga diperlukan tahapan yang diulang secara

periodik yang nantinya akan dievaluasi atas keberhasilan pendidikan kesehatan gigi

yang selama ini telah diberikan.

22

Universitas Sumatera Utara

Page 10: Chapter II(8)

Tahapannya adalah sebagai berikut:

1. Pasien diminta agar membawa sikat giginya dan kemudian disuruh

menggosok gigi dengan cara yang biasa dilakukan di rumah.

22

2. Disclosing agent dioleskan dan kepada pasien ditunjukkan daerah–daerah

yang masih kotor.

3. Penyuluhan kesehatan gigi dilakukan dengan bahasa yang dimengerti

pasien dan disesuaikan dengan usia serta penerimaan pasien yaitu dengan

menjelaskan cara menyikat gigi yang baik pada sebuah model gigi dan sikat gigi yang

sesuai.

4. Setelah pasien mengerti, pasien diminta untuk melakukan hal yang telah

diajarkan sebelumnya. Bila perlu dioleskan kembali disclosing agent.

5. Instruksi diberikan kepada orang tua untuk bekerja sama dengan melatih

pasien (anak) untuk menggosok gigi dengan baik dan benar.

6. Kontrol dilakukan pada kunjungan berikutnya untuk mengevaluasi

kemajuan anak dalam menggosok gigi, diharapkan anak dapat memperbaiki teknik

menggosok giginya secara bertahap. Kemudian dilakukan penilaian kebersihan gigi

dan teknik menggosok gigi seperti sebelumnya.

7. Kontrol secara periodik dilakukan setiap enam bulan untuk mengetahui

kerusakan gigi secara dini.

Manfaat dilakukannya pendidikan kesehatan gigi secara dini pada anak yaitu

memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang kesehatan gigi dan mulut,

diharapkan adanya perubahan pada perilaku anak setelah munculnya kesadaran dalam

meningkatkan kesehatan gigi dan mulut. Keikutsertaan orang tua memotivasi anak

Universitas Sumatera Utara

Page 11: Chapter II(8)

sejak dini tentang kesehatan gigi dan mulut dapat menurunkan tingkat penyakit gigi.22

Kontrol plak merupakan hal dasar dan merupakan salah satu cara yang dapat

dilakukan seseorang dengan sendirinya untuk pemeliharaan jaringan periodonsium,

karena plak merupakan suatu agen penyebab penyakit periodontal dan karies gigi.

Untuk meningkatkan kesehatan gigi dan mulut murid, petugas kesehatan juga harus

mengajarkan dan menginstruksikan murid untuk melakukan kontrol plak secara tepat

dan teratur.

18

1. Penyingkiran plak secara mekanik

Kontrol plak dapat dilakukan dengan cara :

Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk penyingkiran plak secara mekanik

yaitu:

a. Menyikat gigi

Sikat gigi sudah diterima secara luas sebagai pembersih gigi. Menyikat gigi

dapat mencegah tertimbunnya sisa-sisa makanan pada sela-sela gigi dan permukaan

gigi. Penimbunan sisa-sisa makanan merupakan media yang baik untuk pertumbuhan

mikroorganisme sehingga dapat menyebabkan terjadi peradangan pada jaringan

periodonsium.

Dalam menyikat gigi penting artinya mengetahui waktu dan frekuensi

menyikat gigi yang benar. Waktu dan frekuensi menyikat gigi yang benar menurut

American Dental Asssociation (ADA) adalah pasien harus menyikat gigi secara

teratur, minimal 2 kali sehari yaitu pagi hari setelah sarapan dan sebelum tidur malam

dengan rata-rata lamanya waktu menyikat gigi kira-kira 1 menit, ada juga yang

mengatakan 2-2,5 menit.

18

16

Universitas Sumatera Utara

Page 12: Chapter II(8)

b. Menggunakan pembersih interdental

Menyikat gigi baik secara manual maupun elektrik, merupakan pencegahan

yang paling baik dilakukan. Namun sebenarnya, penyikatan gigi hanya dapat

membersihkan permukaan bukal, lingual, dan oklusal (termasuk pit dan fisur)

sedangkan daerah proksimal dan interdental hampir tidak tersentuh, padahal daerah

tersebut cenderung mudah mengalami karies dan sering dijumpai lesi gingiva dan

periodontal. Oleh karena itu, program pencegahan sekarang juga harus ditujukan pada

pembersihan daerah interdental atau proksimal.16,18

1) Benang gigi/dental floss

Ada berbagai jenis alat pembersih

interdental di antaranya:

Benang gigi dapat membersihkan daerah interproksimal hingga sulkus gingiva

sering sampai daerah epitel penyatu, namun tidak dapat membersihkan plak gigi yang

terdapat pada permukaan akar atau yang terdapat pada furkasi.

2) Floss Threaders

18

Suatu alat yang penggunaannya seperti benang gigi untuk membersihkan

daerah di bawah pontik gigi tiruan cekat seperti jembatan dan gigi yang digunakan

sebagai penyangganya pada waktu digunakan di daerah pertemuan antara gigi asli

dengan gigi tiruan tersebut.

3) Brus interdental

18

Brus interdental digunakan di daerah proksimal permukaan akar gigi untuk

memperbaiki jalan masuk ke furkasi pada pasien dengan keadaan jaringan

periodonsium dimana terjadi kehilangan perlekatan dan permukaan akar sudah

terpapar.18

Universitas Sumatera Utara

Page 13: Chapter II(8)

4) Tusuk gigi

Tusuk gigi merupakan pembersih interdental yang paling popular

dibandingkan pembersih interdental lainnya. Banyak digunakan untuk membersihkan

partikel besar seperti sisa makanan yang tersangkut pada interdental. Pemakaian

tusuk gigi kurang efektif dibandingkan dengan benang gigi karena tusuk gigi sulit

membersihkan bagian lingual gigi. Tusuk gigi harus dipergunakan dengan sudut yang

tepat dan sesuai kontur normal. Tusuk gigi digerakkan ke dalam dan ke luar dengan

menggosokkan permukaan interdental gigi ±8-12 gerakan sehingga gusi mendapat

tekanan dan pemijatan ruangan dan sisi interdental gigi menjadi bersih.

5) Plastic picks atau tusuk gigi plastik

18

Seperti tusuk gigi, hanya terbuat dari bahan pastik, memiliki banyak macam

dan lebih nyaman untuk dibawa-bawa.

6) Interdental stimulator

18

Alat ini biasa disebut sebagai pemijat gingiva karena dapat meningkatkan

keratinisasi, menstimulasi aliran darah, dan merangsang/menekan keluar cairan

sulkus gingiva dan juga dapat digunakan untuk membersihkan daerah interdental.

2. Berkumur

18

Sisa partikel makanan setelah makan, setelah sikat gigi dan pemakaian benang

gigi dapat dibersihkan dengan kumur-kumur yang kuat yaitu dengan cara

menggoncangkan cairan tersebut di antara gigi dan rongga mulut dengan kekuatan

otot bibir, lidah dan pipi dimana gigi dalam keadaan tertutup selama ± 30 detik.

16

Universitas Sumatera Utara

Page 14: Chapter II(8)

3. Melakukan kontrol plak secara kimiawi

Kontrol plak secara kimiawi dapat digunakan dalam pembersihan gigi, tetapi

tidak dapat menghilangkan sisa makanan sebaik kontrol plak yang dilakukan secara

mekanis.

Beberapa macam bahan yang dapat digunakan untuk melakukan kontrol plak

secara kimiawi.

1. Klorheksidin

Klorheksidin dapat mengurangi risiko terjadinya gingivitis. Pemakaian

dilakukan dengan pencampuran dengan air dengan perbandingan 1:1 atau (0,06%) ,

digunakan sekali sehari. Bahan ini juga dapat digunakan untuk irigasi subgingiva.

Efek samping pemakaian klorheksidin dalam jangka waktu yang lama berupa stain

ektrinsik.

2. Obat kumur yang mengandung minyak esensial

18

Obat kumur ini mengandung minyak esensial, thymol, eucalyptol, mentol,

metil-salisilat dan dapat mengurangi plak dan gingivitis sampai 30%.

3. Stannous fluoride

18

Stannous fluoride digunakan dalam kedokteran gigi karena dapat mencegah

terjadinya karies gigi. Stannous fluoride berbentuk jel dan memiliki efek

antigingivitis pada jaringan sekitar gigi yang telah dipasang protesa dan pesawat

ortodonti.

18

Universitas Sumatera Utara