cemas 1
-
Upload
intan-putri-prayitno -
Category
Documents
-
view
25 -
download
6
Transcript of cemas 1
GANGGUAN CEMAS MENYELURUH
A. Pengertian Gangguan Cemas Menyeluruh
Cemas dapat dikonseptualisasikan sebagai suatu hal yang normal
dan respon adaptasi terhadap ancaman yang mempersiapkan individu
tersebut untuk “flight or fight”. Seseorang yang cemas terhadap segala
sesuatu dapat dikatakan mengalami gangguan cemas menyeluruh.
Gangguan cemas menyeluruh (Generalized Anxiety Disorder, GAD)
merupakan kondisi gangguan yang ditandai dengan kecemasan dan
kekhawatiran yang berlebihan dan tidak rasional bahkan terkadang tidak
realistik terhadap berbagai peristiwa kehidupan sehari-hari. Kondisi ini
dialami hampir sepanjang hari, berlangsung sekurang-kurangnya selama
6 bulan. Kecemasan yang dirasakan sulit untuk dikendalikan dan
berhubungan dengan gejala-gejala somatik seperti ketegangan otot,
iritabilitas, kesulitan tidur, dan kegelisahan sehingga menyebabkan
penderitaan yang jelas dan gangguan yang bermakna dalam fungsi sosial
dan pekerjaan (Sadock,1997).
Download Full Doc
GAD ditandai dengan kecemasan yang berlebihan dan khawatir
yang berlebihan tentang peristiwa-peristiwa kehidupan sehari-harinya
tanpa alasan yang jelas untuk khawatir. Kecemasan ini tidak dapat
dikontrol sehingga dapat menyebabkan timbulnya stres dan mengganggu
aktivitas sehari-hari, pekerjaan dan kehidupan sosial (Sadock,1997).
B. Etiologi Gangguan Cemas Menyeluruh
Penyebab gangguan cemas menyeluruh ini belum diketahui secara
pasti. Hanya saja disebutkan bahwa faktor biologi dan psikologi memiliki
peran terhadap terjadinya gangguan cemas menyeluruh.
1. Faktor Biologi
Efikasi terapi obat benzodiazepin dan azaspiron (buspiron) terfokus pada
sistem neurotransmitter GABA dan serotonin. Benzodiazepin diketahui
dapat mengurangi kecemasan, sebaliknya flumazenil (reseptor antagonis
benzodiazepin) dapat memicu kecemasan. Walaupun tudak ada data yang
mebuktikan bahwa reseptor benzodiazepin pada pasien gangguan cemas
menyeluruh adalah abnormal, beberapa peneliti mengatakan bahwa
konsentrasi reseptor benzodiazepin tertinggi terdapat pada lobus
occipitalis. Area otak lain yang dicurigai berperan dalam terjadinya
gangguan cemas menyeluruh adalah basal ganglia, sistem limbik, dan
korteks lobus frontalis.
Dikarenakan buspiron merupakan agonis terhadap reseptor
serotonin, sehingga ada hipotesis yang menyebutkan bahwa terjadi
gangguan regulasi dari sistem serotonergik pada pasien dengan
gangguan cemas menyeluruh.
Neurotransmitter lain yang masih menjadi subjek penelitian pada
gangguan cemas menyeluruh adalah norepinephrine, glutamat, dan
sistem kolesistokinin.
Suatu studi dengan pemeriksaan Positron Emission Tomography
melaporkan bahwa laju metabolik pada basal ganglia dan white matter
pada pasien gangguan cemas menyeluruh lebih rendah dibanding pada
orang normal.
2. Faktor Psikososial
Faktor psikososial yang mengarah pada perkembangan gangguan cemas
menyeluruh adalah cognitive-behaviour dan psikoanalitik. Berdasarkan
pada cognitive-behaviour, pasien dengan gangguan cemas menyeluruh
merespon suatu ancaman secara kurang tepat dan benar. Ketidaktepatan
ini dihasilkan dari perhatian yang selektif terhadap suatu hal negatif di
lingkungannya dengan cara mendistorsi pemrosesan informasi dan
dengan cara memandang terlalu negatif terhadap kemampuan dirinya
dalam hal mengatasi suatu masalah.
Hipotesis psikoanalitik menyebutkan bahwa kecemasan merupakan
gejala dari konflik bawah sadar yang tidak terselesaikan.
C. Gejala dan Tanda Gangguan Cemas Menyeluruh
Gambaran umum penyakit ini adalah kekhawatiran yang tidak
sebanding dengan stressor yang sesungguhnya dalam kehidupan.
Gangguan cemas sendiri dibagi menjadi 2 yaitu gangguan anxietas
kontinyu dengan episodik. Gangguan cemas menyeluruh adalah bentuk
dari kecemasan kontinyu.
Gejala yang terjadi harus menunjukkan kecemasan sebagai gejala
primer yang berlangsung hampir setiap hari untuk beberapa minggu
sampai beberapa bulan,adapun keluhan lain meliputi kecemasan misalnya
khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di ujung tanduk, sulit
konsentrasi. Selain itu terdapat pula ketegangan motorik, misalnya
gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat santai. Overaktivitas
otonomik juga ditemukan misalnya adanya kepala terasa ringan,
berkeringat, jantung berdebar-debar, sesak nafas, keluhan lambung,
pusing, mulut kering.
Gejala gangguan cemas menyeluruh ada yang mengelompokan nya
menjadi sindroma anxietas, dimana adanya perasaan cemas atau
khawatir yang tidak realistik terhadap 2 hal atau lebih yang dipersepsikan
sebagai ancaman sehingga tidak mampu istirahat. Selain itu, ada paling
sedikit 6 dari 18 gejala-gejala berikut:
- ketegangan motorik misalnya:
1. Kedutan otot atau rasa gemetar
2. Otot tegang/kaku/ pegal linu
3. Tidak bisa diam
4. Mudah lelah
- hiperaktivitas otonomik misalnya :
5. Nafas pendek/ terasa berat
6. Jantung berdebar-debar
7. Telapak tangan basah
8. Mulut kering
9. Kepala pusing/ melayang
10. Mual, mencret, perut tidak enak
11. Muka panas/badan menggigil
12. Buang air kecil lebih sering
13. Sukar menelan/ rasa tersumbat
- kewaspadaan berlebihan dan penangkapan berkurang:
14. Perasaan jadi peka/ mudah ngilu
15. Mudah kaget/terkejut
16. Sulit konsentrasi
17. Sukar tidur
18. Mudah tersinggung
Hendaya dalam fungsi kehidupan sehari-hari, bermanifestasi dalam
gejala penurunan kemampuan bekerja, hubungan sosial dan melakukan
kegiatan rutin.
Pada anak-anak sering terlihat adanya kebutuhan berlebihan untuk
ditenangkan (reassurance) serta keluhan somatic berulang yang
menonjol.
D. Diagnosis Gangguan Cemas Menyeluruh
Gangguan cemas menyeluruh, menurut DSM-IV-TR, ditandai dengan
pola yang sering, kekhawatiran terus-menerus dan kegelisahan yang tidak
sesuai dengan dampak dari peristiwa atau keadaan yang merupakan
fokus dari rasa khawatir. Perbedaan antara gangguan cemas menyeluruh
dan kecemasan yang normal ditekankan dalam kriteria yang
menggunakan kata-kata yang berlebihan dan sulit dikendalikan; dan
gejala yang menyebabkan penurunan yang signifikan.
a. Kecemasan yang berlebihan dan khawatir dapat terjadi harian atau
minimal selama minimal 6 bulan, atau pada beberapa acara atau kegiatan
(seperti pekerjaan atau saat aktivitas sekolah).
b. Orang yang mengalami kesulitan untuk mengontrol rasa khawatir.
c. Kecemasan dan kekhawatiran berkaitan dengan tiga (atau lebih) dari
enam gejala berikut (dengan setidaknya beberapa gejala ada selama 6
bulan terakhir).
Catatan: Hanya satu gejala saja yang diperlukan pada anak.
1) Kegelisahan atau perasaan tegang saat mendekati hari yang
ditentukan.
2) Menjadi mudah lelah
3) Sulit berkonsentrasi atau pikiran akan kosong
4) Mudah marah
5) Ketegangan otot
6) Gangguan tidur (kesulitan untuk memulai tidur, atau tidur tidak
nyenyak)
d. Fokus dari kecemasan dan kekhawatiran tidak terbatas pada isi
daripada gangguan Axis I, misalnya, kecemasan atau kekhawatiran yang
bukan tentang serangan panik (seperti pada gangguan panik), menjadi
malu bila muncul di depan umum (seperti dalam fobia sosial), berada
jauh dari rumah atau kerabat dekat (seperti pada gangguan kecemasan
perpisahan), kenaikan berat badan (seperti dalam anoreksia nervosa),
memiliki beberapa keluhan fisik (seperti pada gangguan somatisasi), atau
memiliki penyakit yang serius (seperti dalam hypochondriasis), dan
kecemasan dan kekhawatiran tidak terjadi secara eksklusif selama
gangguan stres pasca trauma.
e. Kecemasan, khawatir, atau gejala fisik menyebabkan penderitaan
yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam social atau pekerjaan.
f. Gangguan itu bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat
(misalnya, penyalahgunaan obat, pengobatan) atau kondisi medis umum
(misalnya hipertiroidisme) dan tidak terjadi secara khusus selama
gangguan mood, gangguan psikotik, atau pervasive developmental
disorder.
Berdasarkan PPDGJ III, pedoman diagnosis untuk gangguan cemas
menyeluruh (F41.1) adalah:
o penderita harus menunjukkan anxietas sebagai gejala primer yang
berlangsung hampir setiap hari untuk beberapa minggu sampai beberapa
bulan, yang tidak terbatas atau hanya menonjol pada keadaan situasi
khusus tertentu saja (sifatnya “free floating” atau mengambang)
o gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur sebagai berikut:
· kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di ujung
tanduk, sulit konsentrasi, dsb)
· ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat
santai); dan
· overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung
berdebar-debar, sesak napas, keluhan lambung, pusing kepala, mulut
kering, dsb)
o pada anak-anak sering terlihat adanya kebutuhan berlebihan untuk
ditenangkan serta keluhan-keluhan somatik berulang yang menonjol.
o adanya gejala-gejala lain yang sifatnya sementara (untuk beberapa hari),
khususnya depresi, tidak membatalkan diagnosis utama gangguan
anxietas menyeluruh, selama hal tersebut tidak memenuhi kriteria
lengkap dari episode depresif, gangguan anxietas fobik, gangguan panik,
atau gangguan obsesif-kompulsif.
E. Prognosis
Baik tidaknya prognosis pada gangguan cemas menyeluruh
tergantung pada tingkat keparahan dari kondisi yang terjadi. Tanpa
terapi, gangguan cemas menyeluruh bisa terus berlanjut dan terus
muncul dalam kehidupan pasien. Prognosis semakin buruk pada orang
yang memiliki lebih dari satu jenis gangguan kecemasan. Terlebih, pada
pasien dengan gangguan cemas menyeluruh ini biasanya lebih sering
atau punya kecenderungan untuk menjadi perokok berat, minum alcohol,
dan menggunakan obat-obat tertentu dibandingkan orang normal yang
tidak menderita gangguan. Masing-masing dari hal tersebut di atas
membuat gejala cemas menjadi lebih mudah muncul dalam jangka waktu
yang pendek. Serta adiksi pada nikotin, alkohol, dan obat-obatan akan
memperburuk keadaan jangka panjang dan secara signifikan
memengaruhi kondisi kesehatan secara umum. Akan tetapi, sebagian
besar pasien menunjukkan perbaikan dengan kombinasi terapi medikasi
dan terapi kognitif perilaku (cognitive behavioural therapy). Statistik
menunjukkan dengan terapi yang adekuat, sekitar 50% pasien membaik
keadannya dalam 3 minggu semenjak terapi dimulai.
F. Penatalaksanaan Gangguan Cemas Menyeluruh
1. Psikoterapi
a. Psikodinamik (Insight), ditujukan untuk mengungkap konflik masa lalu
yang mendasari dan merupakan sumber kecemasan yang sebenarnya
b. CBT (Cognitive-Behavioral Therapy), dengan cognitive restructuring,
yaitu mengidentifikasi pikiran-pikiran yang berhubungan dengan
kecemasan lalu menggantinya dengan respon ‘coping’ yang lebih positif
c. Relaxation Training, latihan untuk menurunkan bangkitan fisiologik
yang berlebihan
d. Suportif
2. Somatoterapi
a. Ansiolitik Benzodiazepin,
· Ansiolitik yang paling sering digunakan
· Tidak mengurangi kekhawatiran, namun mengatasi kecemasan
dengan menurunkan kewaspadaan dan dengan menghilagkan gejala
somatik seperti ketegangan otot
· Semua benzodiazepin memiliki efikasi yang sama, menyebabkan
sedasi, gangguan kosentrasi, dan amnesia anterograde. Spektrum klinis
benzodiazepin meliputi:
o Ansiolitik
o Antikonvulsan
o Antiinsomnia
o Premedikasi bedah
· Beberapa contoh benzodiazepin:
a) Diazepam dan Chlordiazepoxide, merupakan benzodiazepin
broadspectrum
b) Nitrazepam dan Flurazepam, lebih efektif sebagai antiinsomnia karena
dosis antiinsomnia berdekatan dengan dosis anticemas
c) Midazolam, onset cepat dan kerja singkat, cocok untuk premedikasi
bedah
d) Bromazepam, Lorazepam, dan Clobazam, lebih efektif sebagai
anticemas karena dosis antiinsomnia dan anticemas yang berjauhan
e) Clobazam, efek samping terhadap performa psikomotor paling kecil,
cocok untuk pasien dewasa atau pasien lansia yang ingin aktif
f) Lorazepam, benzodiazepin dengan waktu paruh pendek dan tidak ada
akumulasi obat yang signifikan pada dosis terapi, cocok untuk pasien
dengan kelainan fungsi hati dan ginjal
g) Alprazolam, efektif untuk ansietas antisipatorik, memiliki onset cepat
dan komponen anti depresi
b. Ansiolitik Non Benzodiazepin
a) Sulpiride, efektif untuk meredakan gejala somatik dari sindrom ansietas
dan resiko ketergantungan paling kecil
b) Buspirone, obat yang sering digunakan untuk pasien dengan
kecemasan kronik, pasien yang relaps setelah terapi dengan
benzodiazepin, dan pasien dengan riwayat penyalahgunaan zat. Tidak
seperti benzodiazepin, buspirone lebih mengurangi kecemasan daripada
gejala somatik pada Gangguan cemas menyelurh (Generalized Anxiety
Disorder, GAD). Buspirone sama efektifnya dengan benzodiazepin untuk
terapi pasien dengan GAD. Buspiron juga tidak menyebabkan
ketergantungan dan toleransi. Namun perlu diinformasikan pada pasien
bahwa, tidak seperti benzodiazepin yang dapat langsung menghilangkan
gejala kecemasan, onset Buspirone perlu 2-3 minggu.
c. Antidepresan Trisiklik, Imipramine, efektif dalam mengendalikan
kecemasan pada GAD, namun belum diteliti efektivitasnya jika
dibandingkan dengan Benzodiazepin atau Buspirone. Dapat juga
digunakan alternatif Desmipramine atau Nortriptiline dengan efek
samping antikolinergik dan antiadrenergik yang lebih ringan.
d. Antidepresan Atipikal, Trazodone, untuk pasien yang tidak
merespon pada agen yang lain, penggunaan dibatasi karena efek
samping sedasi dan priapismus yang tinggi. Nefazodone dapat digunakan
sebagai alternatif karena efek sampingnya lebih dapat ditoleransi
e. Antidepresan Atipikal, Venlafaxine, memiliki efek anticemas dan
antidepresi untuk pasien dengan GAM disertai Depresi Mayor
Gangguan Penyesuaian
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Stres merupakan suatu tekanan atau tuntutan yang dialami individu/organisme agar ia
beradaptasi atau menyesuaikan diri. Sumber stres disebut dengan stresor. Stresor menyangkut
faktor psikologis seperti ujian sekolah, masalah hubungan sosial, dan perubahan hidup seperti
kematian orang tercinta, perceraian, atau pemutusan hubungan kerja (PHK). Stresor
menyangkut pula masalah sehari-hari seperti kemacetan lalu lintas dan faktor lingkungan
fisik seperti kebisingan dan suhu udara terlalu panas/dingin. Dalam batas tertentu, stres sehat
untuk diri kita, stres membantu kita untuk aktif dan waspada. Akan tetapi stres yang sangat
kuat atau berlangsung lama dapat melebihi kemampuan kita untuk mengatasi (coping ability)
dan menyebabkan distres emosional seperti depresi atau kecemasan, atau keluhan fisik seperti
kelelahan dan sakit kepala (Nevid dkk, 2005).
Bentuk yang umum dari kesalahan adaptasi dari suatu stressful life events adalah
gangguan penyesuaian. Diagnosis gangguan penyesuaian sangat umum diberikan pada
pasien. Penelitian yang dilakukan oleh Rundell JR selama 6 bulan pada personel militer yang
akan menjalani operasi, 37% di antaranya mengalami gangguan penyesuaian (Carta et al,
2009). Prevalensi dalam populasi bervariasi dengan range 10 - 35 % dalam populasi (Casey,
2009). Kesulitan menentukan data epidemiologis pasien dengan gangguan penyesuaian
secara akurat lebih disebabkan karena keterbatasan alat penunjang diagnosis (Casey, 2009).
Namun kesulitan dan kurangnya penunjang diagnosis dalam gangguan penyesuaian bukan
alasan untuk mengabaikan gangguan ini.
Pasien dengan gangguan penyesuaian memiliki peningkatan risiko untuk melakukan
percobaan bunuh diri, dan tidak sedikit pula yang berujung pada bunuh diri. Risiko ini
meningkat pada pasien yang merupakan pengonsumsi alkohol. Penemuan terakhir
menyatakan bahwa jarak antara proses bunuh diri (mulai dari indikasi memiliki ide bunuh
diri sampai melakukan bunuh diri) sangat pendek dan cepat tanpa adanya masalah emosi atau
perilaku pada pasien yang didiagnosis dengan gangguan penyesuaian dibandingkan dengan
gangguan yang lain (Carta et al, 2009). Berdasarkan data-data tersebut, penulis menganggap
bahwa pasien dengan diagnosis gangguan penyesuaian perlu mendapat perhatian khusus oleh
sebab meskipun secara klinis tempak ringan, namun memiliki dampak yang besar dan dapat
berujung pada kematian. Karena itu, dalam makalah kasus ini akan dibahas mengenai
bagaimana cara mendiagnosis pasien dengan gangguan penyesuaian.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah pada
makalah kasus ini adalah sebaagai berikut:
Bagamanakah cara mendiagnosis pasien dengan gangguan penyesuaian?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
Mengetahui cara mendiagnosis pasien dengan gangguan penyesuaian
1.3.2 Tujuan khusus
Mengetahui cara mendiagnosis pasien dengan gangguan penyesuaian yang berkunjung ke
Puskesmas Banyu Urip Surabaya
Mengetahui intervensi berbasis kedokteran masyarakat yang dapat diterapakan pada pasien
dengan gangguan penyesuaian.
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Teoritis
Memberikan informasi ilmiah mengenai diagnosis gangguan penyesuaian.
1.4.2 Manfaat Praktis
Melalui tulisan ini dapat diketahui cara mendiagnosis gangguan penyesuian dan bagaimana
melakukan intervensi sederhana melalui pendekatan berbasis kedokteran masyarakat.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Gangguan penyesuaian (adjustment disorder) merupakan suatu reaksi maladaptif
terhadap suatu stresor yang dikenali dan berkembang beberapa bulan sejak munculnya
stresor, yang ditandai dengan adanya hendaya fungsi atau tanda-tanda distres emosional yang
lebih dari biasa (Nevid, dkk, 2005). Gangguan ini termasuk kelompok gangguan yang paling
ringan yang dapat terjadi pada semua usia. Orang awam menyebutnya sebagai nasib malang
pribadi, sedangkan ahli psikiatrik menyebut gangguan ini sebagai stresor psikososial (Kapita
Selekta, 2001).
Hendaya yang muncul dari reaksi maladaptif ini adalah hendaya yang bermakna
(signifikan) dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau akademis. Diagnosis gangguan penyesuaian
bisa ditegakkan bila reaksi terhadap stres tersebut tidak memenuhi kriteria diagnostik
sindrom klinis yang lain seperti gangguan mood atau gangguan kecemasan (Nevid dkk,
2005).
Reaksi maladaptif dalam bentuk gangguan penyesuaian ini mungkin teratasi bila
stresor dipindahkan atau individu belajar mengatasi stresor. Bila reaksi maladaptif ini masih
berlangsung lebih dari enam bulan setelah stresor dialihkan, diagnosis gangguan penyesuaian
perlu diubah (Nevid dkk, 2005).
2.2 Etiologi
Gangguan penyesuaian dicetuskan oleh satu atau lebih stresor. Beratnya stresor tidak
selalu meramalkan keparahan gangguan. Stresor pada masalah penyesuaian atau keadaan
stres ini dapat bersumber pada frustasi, tekanan, konflik, atau krisis (Maramis, 2005).
Frustasi timbul bila ada aral melintang antara kita dan maksud (tujuan kita),
misalanya bila kita mau berpiknik kemudian mendadak hujan turun atau mobil mogok.
Frustasi dapat datang dari luar atau pun dari dalam. Contoh frustasi yang datangnya dari luar
antara lain, bencana alam, kecelakaan, kematian seorang yang tercinta, peperangan, norma-
norma, adat-istiadat, kegoncangan ekonomi, diskriminasi rasial atau agama, pengagguran,
dan ketidakpastian sosial. Sedangkan frustasi yang datang dari dalam dapat berupa cacat
badaniah, kegagalan dalam usaha dan moral sehingga penilaian diri sendiri menjadi sangat
tidak enak dan merupakan frustasi yang berhubungan dengan kebutuhan rasa harga diri
(Maramis, 2005).
Konflik terjadi bila kita tidak dapat memilih antara dua atau lebih macam kebutuhan
atau tujuan. Memilih yang satu berarti frustasi terhadap yang lain. Umpamanya seorang
pemuda ingin menjadi dokter, tetapi sekaligus takut akan tanggung jawab kelak bila sudah
jadi dokter. Atau jika kita harus memilih antara sekolah terus atau menikah (mengurusi
rumah tangga). Contoh lain lagi berupa konflik yang terjadi bila kita harus memilih antara
beberapa hal yang semuanya tidak kita ingini, misalnya pekerjaan yang tidak menarik atau
menganggur (Maramis, 2005).
Tekanan sehari-hari biarpun kecil, tetapi bila bertumpuk-tumpuk dapat menjadi stres
yang hebat. Tekanan, seperti juga frustasi dapat berasal dari dalam ataupun dari luar. Tekanan
dari dalam datang dari cita-cita atau norma-norma kita yang kita gantungkan terlalu tinggi
dan kita mengejarnya tanpa ampun, sehingga kita terus menerus berada di bawah tekanan.
Contohnya adalah orang tua yang menuntut anaknya prestasi anaknya terlalu tinggi, istri yang
setiap hari mengeluh pada suaminya mengenai uang belanja, dan lain-lain (Maramis, 2005).
Krisis adalah suatu keadaan yang mendadak menimbulkan stres pada seorang individu
ataupun suatu kelompok, seperti suatu kecelakaan, penyakit yang memerlukan operasi, dan
masuk sekolah untuk pertama kali (Maramis, 2005).
2.3 Gejala dan Tanda
Gejala gangguan penyesuaian sangat bervariasi, dengan depresi, kecemasan, dan
gangguan campuran adalah yang paling sering pada orang dewasa (Kapita Selekta
Kedokteran, 2001). Manifestasi juga termasuk perilaku menyerang dan kebut-kebutan,
minum berlebihan, melarikan diri dari tanggung jawab hukum, dan menarik diri. Gangguan
penyesuaian memiliki beberapa suptipe dengan reaksi maladaptif yang bervariasi (dapat
dilihat pada Tabel 2.1).
2.4 Diagnosis
Dalam PPDGJ-III, gangguan penyesuaian termasuk dalam kriteria diagnosis F.43
F.43 Reaksi Terhadap Stres Berat dan Gangguan Penyesuaian
Karekteristik dari kategori ini adalah tidak hanya di atas identifikasi dasar simtomatologi dan
perjalanan penyakit, akan tetapi juga atas dasar salah satu dari
dua faktor pencetus:
Tabel 2.1: Subtipe gangguan penyesuaian
Gangguan Ciri-ciri utama
Gangguan Penyesuaian dengan Mood
Depresi
Kesedihan, menangis, merasa tidak
punya harapan.
Gangguan Penyesuaian dengan
Kecemasan
Khawatir, gelisah, dan gugup (atau
pada anak takut berpisah dari figur
utama).
Gangguan Penyesuaian dengan Gejala
Campuran antara Kecemasan dan
Mood Depresi
Kombinasi dari kecemasan dan depresi.
Gangguan Penyesuaian dengan
Gangguan Tingkah Laku
Melanggar hak orang lain atau
melanggar norma sosial yang sesuai
usianya. Contoh perilaku meliputi
vandalisme, membolos, berkelahi,
mengebut, dan melalaikan kewajiban
hukum (misalnya menghentikan
pembayaran tunjangan).
Gangguan Penyesuaian dengan Gejala
Campuran antara Gangguan Emosi
dan Tingkah Laku
Gabungan dari gangguan emosi, seperti
depresi atau kecemasan, dan gangguan
tingkah laku (seperti yang dijelaskan di
atas).
Gangguan Penyesuaian Tak
Tergolongkan
Kategori residual yang dapat diterapkan
pada kasus-kasus yang tidak dapat
digolongkan dalam salah satu dari
subtipe lainnya.
Sumber: diadaptasi dari DSM-IV-TR (Nevid dkk, 2005)
1. Suatu stres kehidupan yang luar biasa, yang menyebabkan reaksi stres akut. Atau
2. Suatu perubahan penting dalam kehidupan, yang menimbulkan situasi tidak nyaman yang
berkelanjutan. Stres yang terjadi atau keadaan tidak nyaman yang berkelanjutan merupakan
faktor penyebab utama, dan tanpa hal itu gangguan tersebut tidak akan terjadi.
Gangguan-gangguan ini dapat dianggap sebagai respons maladaptif terhadap stres berat atau
stres berkelanjutan. Dimana mekanisme penyesuaian (coping mechanism) tidak berhasil
mengatasi sehingga menimbulkan masalah dalam fungsi sosial-nya.
F.43.2 Gangguan Penyesuaian
1. Diagnosis tergantung pada suatu evaluasi yang teliti terhadap hubungan antara:
a. Bentuk, isi, dan keparahan gejala
b. Riwayat dan kepribadian sebelumnya, dan
c. Kejadian atau situasi yang penuh stres atau krisis kehidupan
2. Adanya ketiga faktor ini harus ditetapkan dengan jelas dan harus mempunyai bukti yang kuat
bahwa gangguan tersebut tidak akan terjadi bila tidak mengalami gangguan tersebut.
3. Manifestasi dari gangguan bervariasi, dan mencakup afek depresif, ansietas, campuran
ansietas-depresif, gangguan tingkah laku, disertai adanya disabilitas dalam kegiatan rutin
sehari-hari. Tidak ada satu pun dari gejala tersebut yang spesifik untuk mendukung diagnosis.
4. Onset biasanya terjadi dalam satu bulan setelah terjadinya kejadian yang “stresful” dan gejala
biasanya tidak bertahan melebihi 6 bulan, kecuali dalam hal reaksi depresif berkepanjangan
(F.43.21) (PPDGJ III,
Berdasarkan DSM-IV TR (APA 2000), Gangguan Penyesuaian memiliki kriteria diagnosis
sebagai berikut:
A. Perkembangan emosional atau perilakuk
2.5 Penatalaksanaan
2.5.1 Terapi Non-Farmakologis
Psikoterapi merupakan pengobatan terpilih untuk sebagai terapi gangguan
penyesuaian. Terapi kelompok merupakan cara yang sangat bermanfaat. Terapi ini bertujuan
untuk membantu orang dengan gg penyesuaian memecahkan situasi dengan cepat dengan
teknik suportif, sugesti, penentraman, modifikasi lingkungan, dan bahkan perawatan di rumah
sakit (Kapita Selekta Kedokteran, 2001).
2.5.2 Terapi Farmakologis
Pasien dengan gangguan penyesuaian dapat diterapi dengan obat antiasietas atau
antidepresan, tergantung jenis gangguan. Jika pasien mengalami kecemasan yang berat, dapat
diberikan obat antipsikosi dosis kecil. Jika pasien memiliki gejala menarik diri, dapat
diberikan obat psikostimulan singkat (Kapita Selekta, 2001).
2.6 Prognosis
Gangguan penyesuaian termasuk kelompok gangguan yang paling ringan sehingga
prognosisnya baik dengan pengobatan yang sesuai. Sebagaian besar pasien kembali ke
tingkat fungsi sebelumnya dalam waktu tiga bulan. Akan tetapi, remaja biasanya memerlukan
waktu lebih lama untuk pulih dibandingkan orang dewasa (Kapita Selekta Kedokteran, 2001).
Namun tidak boleh juga mengabaikan hasil penelitian terkini yang menyatakan
peningkatan kecenderungan melakukan percobaan bunuh diri pada pasien dengan gangguan
penyesuaian (Carta et al, 2009).
Bila reaksi maladaptif ini masih berlangsung lebih dari enam bulan setelah stresor
dialihkan, diagnosis gangguan penyesuaian perlu diubah (Nevid dkk, 2005).
GANGGUAN ANXIETAS MENYELURUH ( F41.1)PendahuluanDari studi kepustakaan yang dibuat oleh Lewis pada tahun 1970, ditemukan bahwa istilah anxietas mulai diperbincangkan pada permulaan abad ke-20. Kata dasaranxietas dalam bahasa Indo Jerman adalah ‘’angh’’ yang dalam bahasa latin berhubungan dengan kata ‘’angustus, ango, angor, anxius, anxietas, angina”. Kesemuanya mengandung arti ‘’sempit” atau ‘’konstriksi”. Pada tahun 1894, Freud menciptakan istilah ‘’anxiety neurosis’’. Kata anxiety diambil dari kata ‘’angst” yang berarti ‘’ketakutan yang tidak–perlu’’ . Pada mulanya Freud mengartikan anxietas inu sebagai transformasi lepasnya ketegangan seksual yang menumpuk melalui system saraf otonom dengan menggunakan saluran pernafasan. Kemudian anxietas ini diartikan sebagai perasaan takut atau khawatir yang berasal dari pikiran atau keinginan yang direpresi. Akhirnya nxietas diartikan sebagi suatu respon terhadap situasi yang berbahaya. 1Anxietas merupakan pengalaman yang bersifat subjektif,tidak menyenangkan. tidak menentu, menakutkan dan mengkhawatirkan akan adanya kemungkuna bahaya atau ancaman bahaya, dan seringkali disertai oleh gejala-gejala atau reaksi fisik tertentu akibat peningkatan aktifitas otonomik. 1,2Menurut DSM-IV yang dimaksud gangguan cemas menyeluruh adalah suatu keadaan ketakutan atau kecemasan yang berlebih-lebihan, dan menetap sekurang kurangnya selama enam bulan mengenai sejumlah kejadian atau aktivitas disertai oleh berbagai gejala somatik yang menyebabkan gangguan bermakna pada fungsi sosial, pekerjaan, dan fungsi - fungsi lainnya Sedangkan menurut ICD-10 gangguan ini merupakan bentuk kecemasan yang sifatnya menyeluruh dan menatap selama beberapa minggu atau bulan yang ditandai oleh adanya kecemasan tentang masa depan, ketegangan motorik, dan aktivitas otonomik yang berlebihan. 1,3
EpidemiologiGangguan cemas menyeluruh merupakan gangguan anxietas yang paling sering dijumpai, diklinik, diperkirakan 12 % dari seluruh gangguan anxietas. Prevalensinya di masyarakat diperkirakan 3 %, dan prevelansi seumur hidup (life time) rata-rata 5 %. Di Indonesia prevalensinya secara pasti belum diketahui, namun diperkirakan 2% -5%. Gangguan ini lebih sering dijumpai pada wanita dengan ratio 2 : 1, namun yang datang meminta pengobatan rationya kurang lebih sama atau 1 :1 antara laki-laki dan wanita. 1
Etiologi Etiologi dari gangguan ini belum diketahui secara pasti, namun diduga dua faktor yang berperan terjadi di dalam gangguan ini yaitu, factor biologic dan psikologik. Faktor biologik yang berperan pada gangguan ini adalah ‘’neurotransmitter’’.Ada tiga neurotransmitter utama yang berperan pada gangguan ini yaitu, norepinefrin ,serotonin, dan gamma amino butiric acid atau GABA . Namun menurut Iskandar neurotransmitter yang memegang peranan utama pada gangguan cemas menyeluruh adalah serotonin, sedangkan norepinefrin terutama berperan pada gangguan panik. 1,2Dugaan akan peranan norepinefrin pada gangguan cemas didasarkan percobaan pada hewan primata yang menunjukkan respon kecemasan pada perangsangan locus sereleus yang ditunjukan pada pemberian obat-obatan yang meningkatkan kadar norepinefrin dapat menimbulkan tanda-tanda kecemasan, sedangkan obat-obatan menurunkan kadar norepinefrin akan menyebabkan depresi. 1Peranan Gamma Amino Butiric Acid pada gangguan ini berbeda dengan norepinefrin. Norepinefrin bersifat merangsang timbulnya anxietas, sedangkan Gamma Amino Butiric Acid atau GABA bersifat menghambat terjadinya anxietas ini.Pengaruh dari neutronstransmitter ini pada gangguan anxietas didapatkan dari peranan benzodiazepin pada gangguan
tersebut. Benzodiazepin dan GABA membentuk “GABABenzodiazepin complex”yang akan menurunkan anxietas atau kecemasan. Penelitian pada hewan primata yang diberikan suatu agonist inverse benzodiazepine Beta- Carboline-Carboxylic-Acid (BCCA) menunjukkan gejala-gejala otonomik gangguan anxietas. 1,3Mengenai peranan serotonin dalam gangguan anxietas ini didapatkan dari hasil pengamatan efektivitas obat-obatan golongan serotonergik terhadap anxietas seperti buspiron atau buspar yang merupakan agonist reseptor serotorgenik tipe 1A (5-HT 1A).Diduga serotonin mempengaruhi reseptor GABA-Benzodiazepin complex sehingga ia dapat berperan sebagai anti cemas. Kemungkinan lain adalah interaksi antara serotonin dan norepinefrin dalam mekanisme anxietas sebagai anti cemas. 1,2Sehubungan dengan faktor-faktor psikolgik yang berperan dalam terjadinya anxietas ada tiga teori yang berhubungan dengan hal ini, yaitu : teori psikoanalitik, teori behavorial, dan teori eksistensial. Menurut teori psiko-analitik terjadinya anxietas ini adalah akibat dari konflik unconscious yang tidak terselesaikan. Teori behavior beranggapan bahwa terjadinya anxietas ini adalah akibat tanggapan yang salah dan tidak teliti terhadap bahaya. Ketidaktelitian ini sebagai akibat dari perhatian mereka yang selektif pada detil-detil negative dalam kehidupan, penyimpangan dalam proses informasi, dan pandangan yang negative terhadap kemampuan pengendalian dirinya . Teori eksistensial bependapat bahwa terjadinya anxietas adalah akibat tidakadanya rangsang yang dapat diidentifikasi secara spesifik. Ketiadaan ini membuat orang menjadi sadar akan kehampaannya di dalam kehidupan ini . 1,4
Gambaran klinik :Gejala utama dari ganguan anxietas adalah rasa cemas, ketegangan motorik, hiperaktivitas otonomik, dan
kewaspadaan kognitif. Kecemasan berlebihan dan mengganggu aspek lain kehidupan pasienGejala klinis Gangguan Cemas Menyeluruh meliputi: 5,6• Penderita menunjukkan anxietas sebagai gejala primer yang berlangsung hampir setiap hari untuk beberapa minggu sampai bulan, yang tidak terbatas atau hanya menonjol pada keadaan situasi khusus tertentu saja (free floating atau mengambang)• Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur berikut:o Kecemasan (khawatir akan nasib buruk seperti berada di ujung tanduk, sulit berkonsentrasi, dll)o Ketegangan motorik (gelisah, gemetaran, sakit kepala, tidak dapat santai, dsb)o Overaktivitas otonomik (terasa ringan, berkeringat, takikardi, takipnea, jantung berdebar-debar, sesak napas, epigastrik, pusing kepala, mulut kering, dan gangguan lainnya)• Pada anak-anak sering terlihat adanya kebutuhan berlebihan untuk ditenangkan serta keluhan somatik berulang yang menonjol• Adanya gejala-gejala lain yang sifatnya sementara (untuk beberapa hari), khususnya depresi, tidak membetalkan diagnosis utama Gangguan anxietas menyeluruh, selema hal tersebut tidak memenuhi kriteria lengkap dari episode depresi, gangguan anxietas fobik, gangguan panik atau gangguan obsesif kompulsif.
DiagnosisBerdasarkan PPDGJ-III kriteria diagnostik untuk gangguan campuran anxietas menyeluruh adalah sebagai berikut: 5,61. Penderita harus menunjukkan anxietas sebagai gejala primer yang berlangsung hampir setiap hari untuk beberapa minggu sampai beberapa bulan, yang tidak terbatas atau hanya menonjolkan pada keadaan situasi khusus tertentu saja.2. Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur berikut:
a) kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti diujung tanduk , sulit konsentrasi dan dsb.)b) ketegangan motorik (gelisah,sakit,kepala,gemetaran tidak dapat santai)c) overaktifitas otonomik (kepala terasa ringan , berkeringat, jantung berdebar-debar,sesak napas, keluhan lambung, pusing kepala, mulut kering dsb)d) pada anak-anak sering terlihat adanya kebutuhan berlebihan untuk ditenangkan (reassurance) serta keluhan-keluhan somatik berulang yang menonjol.e) adanya gejala-gejala lain yang bersifat sementara (untuk beberapa hari), khususnya depresi, tidak membatalkan diagnosis utama gangguan anxietas menyeluruh, selama hal tersebut tidak memenuhi kriteria lengkap dari episode depresi (F32.), gangguan anxietas fobik (F40) gangguan panik (F41,0) atau gangguan obsesif-kompulsif (F42).
Diagnosis BandingDiagnosis banding gangguan kecemasan menyeluruh adalah semua kondisi medis yang menyebabkan kecemasan. Pemeriksaan medis harus termasuk tes kimia darah standar, elektrokardiogram, dan tes fungsi tiroid. Klinisi harus menyingkirkan intoksikasi kafein, penyalahgunaan stimulan, putus alkohol dan putus sedatif atau hipnotik. 2
TerapiPengobatan yang paling efektif untuk pasien dengan kecemasan menyeluruh adalah pengobatan yang mengkombinasikan psikoterapi dan farmakoterapi. Pengobatan mungkin memerlukan cukup banyak waktu bagi klinisi yang terlibat. 2,6,71. PsikoterapiPendekatan psikoterapi untuk gangguan kecemasan menyeluruh meliputi : 2,6a) Terapi kognitif perilaku, terapi ini memiliki keunggulan
jangka panjang dan jangka pendek. Pendekatan kognitif secara langsung menjawab distorsi kognitif pasien dan pendekatan perilaku menjawab keluhan somatik secara langsung.b) Terapi suportif, terapi yang menawarkan ketentraman dan kenyamanan bagi pasien.c) Terapi berorientasi tilikan, memusatkan untuk mengungkapkan konflik bawah sadar dan mengenali keuatan ego pasien. 2. Farmakoterapi 6,7Golongan benzodiazepine sebagai “drug of choice” dari semua obat yang mempunyai efek anti-anxietas, disebabkan spesifitas, potensi dan keamanannya. Spektrum klinis benzodiazepine meliputi efek antianxietas, anti konvulsan, anti insomnia, premdikasi tindakan operatif.a. Diazepam : ” broadspektrum”b. Nitrazepam : dosis anti-anxietas dan anti insomnia berdekatan lebih efektif sebagai anti insomniac. Clobazam : ”psychomotor performance” paling kurang terpengaruh, untuk pasien dewasa dan usia lanjut yang ingin tetap aktifd. Lorazepam : ” short half life benzodiazepine ” , untuk pasien-pasien dengan kelainan fungsi hati dan ginjal.e. Alprazolam : efektif untuk anxietas antisipatorik ” onset of action lebih cepat dan mempunyai komponen efek anti depresi.
PrognosisPerlangsungan dari gangguan ini bersifat kronis residif dan prognosisnya sukar diramalkan. Sebanyak 25 % dari penderita gangguan ini mengalami gangguan panik.1
DAFTAR PUSTAKA1. Idrus F. Anxietas dan Hipertensi. [online]. 2006 Mar 1 [cited 2008 Mar 16] ; Vol.27 No.1, Available from URL : http://www.j_med_nus.com2. Kaplan HI, Saddock BJ, Grebb JA. Sinopsis Psikiatri. Jakarta:
Binarupa Aksara; 1997. p. 1-62.3. Wibisono S. Simposium Anxietas Konsep Diagnosis dan Terapi Mutakhir. Jakarta; 19904. Maramis W.F. Nerosa. Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University Press; 2004. p.250-625. Maslim R. Diagnosis Gangguan Jiwa / PPDGJ-III. Jakarta: PT Nuh Jaya; 2001. p. 74.6. Mansjoer A, dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius FKUI; 2001.7. Maslim R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis obat Psikotropika ed. Ketiga. Jakarta : Bagian ilmu kedokteran Jiwa FK-UNIKA Atmajaya; 2001
REAKSI TERHADAP STRES BERAT DAN GANGGUAN PENYESUAIAN
F43 Reaksi Terhadap Stress Berat Dan Gangguan
Penyesuaian
Karakteristik dari kategori ini adalah tidak hanya di atas identifikasi
dasar simtomatologi dan perjalanan penyakit, akan tetapi juga atas
dasar salah satu dari dua faktor pencetus:
1. suatu stres kehidupan yang luar biasa, yang menyebabkan
reaksi stres akut. Atau
2. suatu perubahan penting dalam kehidupan, yang
menimbulkan situasi tidak nyaman yang berkelanjutan,
dengan akibat terjadi suatu gangguan penyesuaian.
Gangguan dalam kategori ini selalu merupakan konsekuensi
langsung (direct consequence) dari stres akut yang berat atau
trauma yang berkelanjutan. Stres yang terjadi atau keadaan tidak
nyaman yang berkelanjutan merupakan faktor penyebab utama,
dan tanpa hal itu gangguan tersebut yang tidak akan terjadi.
Gangguan-gangguan ini dapat dianggap sebagai respons maladaptif
terhadap stres berat atau stres berkelanjutan. Dimana mekanisme
penyesuaian (coping mechanism) tidak berhasil mengatasi sehingga
menimbulkan masalah dalam fungsi sosial-nya.
F43.0 Reaksi Stres Akut
Pedoman Diagnostiki
1. Harus ada kaitan waktu kejadian yang jelas antara terjadinya
pengalaman stressor luar biasa (fisik atau mental) dengan
onset dan gejala, biasanya setelah beberapa menit atau
segera setelah kejadian.
2. Selain itu ditemukan gejala-gelaja:
terdapat gambaran gejala campuran yang biasanya
berubah-ubah; selain gelaja permulaan berupa
keadaan “terpaku” (daze), semua hal berikut dapat
terlihat depresi, anxietas, kemarahan, kecewa,
overaktif dan penarikan diri. Akan tetapi tidak
satupun dari gelaja tersebut yang mendominasi
gambaran klinisnya untuk waktu yang lama.
pada kasus-kasus yang dapat dialihkan dari lingkup
stressor-nyaGangguan dalam kategori ini selalu
merupakan konsekuensi langsung (direct
consequence) dari stres akut yang berat atau
trauma yang berkelanjutan. Stres yang terjadi atau
keadaan tidak nyaman yang berkelanjutan
merupakan faktor penyebab utama, dan tanpa hal
itu gangguan tersebut yang tidak akan terjadi.
Gangguan-gangguan ini dapat dianggap sebagai
respons maladaptif terhadap stres berat atau stres
berkelanjutan. Dimana mekanisme penyesuaian
(coping mechanism) tidak berhasil mengatasi
sehingga menimbulkan masalah dalam fungsi
sosial-nya., gelaja-gelaja dapat menghilang dengan
cepat (dalam beberapa jam); dalam hal di mana
stres menjadi berkelanjutan atau tidak dapat
dialihkan, gejala-gelaja biasanya baru mereda
setelah 24-48 jam dan biasanya hampir menghilang
setelah 3 hari.
3. Diagnosis ini boleh digunakan untuk keadaan kambuhan
mendadak dari gejala-gejala pada individu yang sudah
menujukkan gangguan psikiatrik lainnya.
4. Keretanan individual dan kemampuan menyesuaikan diri
memegang peranan dalam terjadinya atau beratnya suatu
reaksi stres akut.
F43.1 Gangguan Stres Pasca-trauma
Pedoman Diagnostik
1. Diagnosis baru ditegakkan bilamana gangguan ini timbul
dalam kurun waktu 6 bulan setelah kejadian traumatik berat
(massa laten yang berkisar antara beberapa minggu beberapa
bulan, jarangg sampai melampaui 6 bulan). Kemungkinan
diagnisis masih dapat ditegakkan apabila tertundanya waktu
mulai saat kejadian dan onset gangguan melebihi waktu 6
bulan asal saja manifestasi klinisnya adalah khas dan tidak
didapat alternatif kategori gangguan lainnya.
2. Sebagai buku tambahan selain trauma barus didapatkan
bayang-bayang atau mimpi-mimpi dari kejadian traumatik
tersebut secara berulang-ulang kembali (flashbacks).
3. Gangguan otonomik, gangguan efek dan kelainan tingkah laku
semuanya dapat mewarnai diagnosis tetapi tidak khas.
4. Suatu “sequelae” menahun yang terjadi lambat setelah stres
yang luar biasa. Misalnya saja beberapa puluh tahun setelah
trauma diklasifikasi dalam kategori F62.0 (perubahan
kepribadian yang berlangsung lama setelah mengalami
katastrofa).
F43.2 Gangguan Penyesuaian
Pedoman Diagnostik
1. Diagnosis tergantung pada evaluasi terhadap hubungan
antara:
bentuk, isi, dan beratnya gejala.
riwayat sebelumnya dan corak kepribadian.
kejadian, situasi yang stressful atau krisis
kehidupan.
2. Adanya faktor ketiga diatas (3) harus jelas dan bukti yang kuat
bahwa gengguan tersebut tidak akan terjadi seandainya tidak
mengalami hal tersebut.
3. Menifestasi dari gangguan bervariasi, dan mencakupafek
depresi, anxietas, campuran axietas-depresi. Gangguan
tingkah laku , disertai adanya disabilitas dalam kegiatan rutin
sehari-hari. Tidak ada satupun dari gejala tersebut yang
spesifik untuk mendukung diagnosis
4. Onset biasanya terjadi dalam 1 bulan setelah terjadinya
kejadian yang “stressful” dan gejala-gejala biasanya tidak
bertahan melebihi 6 bulan. Kecuali dalam hal reaksi depresif
berkepanjangan (F43.21)
Karakter kelima:
F43-.20 = Reaksi depersi singkat
F43.21 = Reaksi depresi berkepanjangan.
F43.22 = Reaksi campuran anxietas dan depresi.
F43.23 = Dengan predominan gangguan emosi lain.
F43.24 = Dengan predominan gangguan perilaku.
F43.25 = Dengan gangguan campuran emosi dan perilaku.
F43.28 = Dengan gejala predominan lainnya YDT
F43.8 Reaksi Stres Berat Lainnya
F43.9 Reaksi Stres Berat YTT