CBD Dr. Azizah

of 27 /27
CBD ANAK USIA 9 TAHUN DENGAN DEMAM TIFOID Li’ainy Hastu Ambari 01.204.4820 1

Embed Size (px)

description

Refkelsi kasus yang berisi tentang Typoyd fever yang dipersentasikan di konsulen

Transcript of CBD Dr. Azizah

CBDANAK USIA 9 TAHUN DENGAN DEMAM TIFOID

Liainy Hastu Ambari01.204.4820

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANGDESEMBER 2012BAB IPENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANGDemam tifoid adalah suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang disebabkan oleh salmonella typhi. Penyakit ini ditandai panas berkepanjangan, ditopang dengan bakterimia tanpa keterlibatan struktur endhotelial atau endokardial dan invasi bakteri sekaligus multipikasi ke dalam sel fagosit mononuclear dari hati, limpa, kelenjar limfe usus dan peyers patch. Demam partifoid secara patologik maupun klinis adalah sama dengan demam tifoid namun biasanya lebih ringan, penyakit ini disebabkan oleh salmonella enteriditis. Terdapat 3 bioserotipe salmonella enteriditis yaitu bioserotif paratyphiA, paratyphi (Schotsmulleri) dan paratyphi C (S.Hirschfeldii) sedangkan demam enteric dipakai baik pada demam tifoid maupun demam paratifoid. Sinonim demam tifoid dan demam paratifoid adalah enteritic Fever, Thyphus dan Paratyphus Abdominalis.Demam tifoid masih menjadi problem utama di beberapa negara berkembang termasuk Indonesia (Soewandojo et al., 1998). Dari 16 juta kasus demam tifoid, terdapat kematian sebesar 600.000 jiwa. Namun insiden demam tifoid ini cenderung lebih konstan, dengan kasus yang tidak sebanyak kasus salmonellosis-non tifoid. Insiden salmonellosis-non tifoid terus meningkat di seluruh dunia. Kasus tersebut tercatat mencapai 1,3 miliar dari kasus gastroenteritis akut atau diare dengan 13 juta kematian (Poertillo, 2000). Di USA kira-kira sebanyak 5 juta kasus salmonellosis, 60-80% diantaranya terjadi secara sporadik, tetapi sebagian besar kasus terjadi berasal dari makanan yang tercemar. Di Massachusetts, 50% lebih S. enteritidis dan S.typihimurium dapat diisolasi dari kasus yang terjadi (CENTERS FOR DISEASE CONTROL AND PREVENTION (CDC), 2001). Kejadian demam tifoid di Amerika Selatan yaitu 1:650 per tahun, lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara di benua yang berbeda seperti Indonesia dan Papua New Guinea yaitu 1:100 per tahun (Portilli, 2000). Selama periode tahun 80-an, Indonesia merupakan salah satu negara dengan insiden demam tifoid tertinggi di dunia (Suandono et al, 2005). Hasil dari studi epidemiologi dan survei rumah tangga memperlihatkan bahwa angka morbiditas untuk daerah semi pedesaan adalah 358/100.000 penduduk untuk daerah perkotaan, disertai kecenderungan peningkatan karena program vaksinansi untuk penyakit ini telah dihentikan sejak tahun 1980. (Arsojo dan Simanjuntak, 1998; Punjabi, 1998; Sudarmono et al, 2001). Data dari rumah sakit yang menangani penyakit infeksius di Jakarta melaporkan bahwa kasus demam tifoid terus meningkat, dari 11,4% menjadi 18,9% selama tahun 1983 1990. Pada periode tahun 1991 1996 penyakit meningkat dari 22% sampai 36,5%. Insiden demam tifoid yang dilaporkan oleh Pusat Kesehatan dan Rumah Sakit di Jakarta menyebutkan bahwa penyakit terus meningkat dari 92% menjadi 125% per 100.000 penduduk per tahun selama tahun 1994 1996 (Sujudi, 1998). Angka mortalitas penyakit menurun dari 3,4% pada tahun 1981 menjadi 0,6% pada tahun 1996, angka ini telah menunjukkan adanya penurunan berkaitan dengan adanya perbaikan fasilitas kesehatan (Arjoso dan Simanjuntak, 1998; Sujudi, 1998). Diperkirakan demam tifoid terjadi sebanyak 60.000 hingga 1.300.000 kasus dengan sedikitnya 20.000 kematian per tahun (Suandono et al., 2005). Hampir 80% kasus demam tifoid ditemukan pada anak-anak atau dewasa, usia antara 5 sampai 29 tahun (Suandono et al., 2005). Arjoso dan Simanjuntak (1998) melaporkan bahwa kelompok yang mudah terpapar kasus tersebut sebagian besar terjadi pada umur 3 19 tahun. Demam tifoid merupakan penyakit yang serius di Jakarta Utara. Estimasi insiden demam tifoid di Jakarta Utara sangat tinggi (200/100.000 untuk semua umur) sedang pada anak-anak lebih tinggi. Insiden demam tifoid terus meningkat, pada tahun 2001 sebesar 680/100.000 penduduk dan pada tahun 2002 menjadi 1.426/100.000 penduduk. Insiden demam tifoid ini dianggap tinggi jika terjadi pada 100/100.000 penduduk atau lebih. (Suandono et al., 2005).

BAB IISTATUS PASIEN

IDENTITAS PENDERITANama penderita : An. F.HUmur/tgl lahir: 9 th 1 bulan / 17 September 2003Jenis kelamin: Laki-lakipendidikan: SDAlamat: Ngablak indah, Muktiharjo LorNama ayah: Tn. SUmur: 35thPendidikan: SmuAgama : IslamPekerjaan: SwastaAlamat: Ngablak indah, Muktiharjo LorNama ibu: Ny.AUmur: 30thPendidikan: SMAAgama : IslamPekerjaan: SwastaAlamat: Ngablak indah, Muktiharjo LorA. DATA DASAR1. Anamnesis ( Alloanamnesis )Alloanamnesis dengan Ibu penderita dilakukan pada tanggal 8 Desember 2012 pukul 16.45 WIB di ruang B.Izzah dan didukung dengan catatan medis.

Keluhan utama : Panas

2. Riwayat Penyakit Sekarang : Panas sejak 8 hari yang lalu. Panas muncul tidak mendadak, awalnya hanya panas semlenget kemudian malam harinya panas tinggi. Panas dirasakan naik turun, naik waktu malam hari tetapi turun waktu pagi dan siang hari namun tidak mencapai suhu normal. Panas dirasakan meningkat tiap harinya. Selain itu pasien juga mengeluh perutnya sakit, mual, tetapi tidak muntah, pusing (+), nafsu makan turun semenjak sakit, Kadang waktu tidur pasien mengigau. Batuk (-), pilek (-), menggigil (-), nyeri tulang (-) BAB (+), BAK (+) seperti biasa, warna kuning, jernih, tidak sakit waktu kencing, tidak anyang-anyangen waktu kencing. Riwayat bepergian ke daerah endemis malaria disangkal.

3. Riwayat Penyakit Dahulu : Faringitis: Disangkal Enteritis: Disangkal

Bronchitis: Disangkal Disentri Basilar: Disangkal

Pneumonia: Disangkal Disentri Amoeba: Disangkal

Morbili: Disangkal Thip.Abdominalis: Disangkal

Pertusis: Disangkal Cacingan: Disangkal

Varicella: Disangkal Operasi: Disangkal

Difteri : Disangkal Trauma: Disangkal

Malaria: Disangkal ReaksiObat/Alergi : Disangkal

Polio : Disangkal

4. Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada keluarga yaang menderita penyakit ini sebelumnya

5. Riwayat Sosial EkonomiPasien tinggal bersama bapak, ibu, dan 1 adiknya. Pasien menggunakan jamkesmas Kesan ekonomi : kurang.

B. DATA KHUSUS1. Riwayat PerinatalAnak laki-laki lahir dari ibuP2 A0 hamil 38 minggu, lahir secara spontan ditolong oleh bidan, anak lahirlangsung menangis, berat badan lahir 2900 gram, panjang badan 49cm. Saat mengandung ibu rajin kontrol ke bidan.

2. Riwayat Makan dan Minum Anak :Sejak lahir sampai pasien umur 6 bulan pasien diberikan ASI eksklusif. Setelah umur 6 bulan pasien mulai mendapat makanan pendamping berupa bubur susu. Umur 1 tahun hingga sekarang pasien mulai mendapat makanan seperti orang dewasa (nasi, lauk, sayur dan buah). Pola makan pasien saat ini biasa mengkonsumsi nasi dengan lauk tempe, tahu, ikan laut, telur, daging, sayuran. Frekuensi makan 3-4x/hari. Pasien hampir setiap hari jajan makanan ringan disekolah.Kesan : Kualitas makanan kurang, kuantitas makanan baik.3. Riwayat Imunisasi :NoImunisasiBerapa KaliUmur

1. BCG1x1 bulan

2. DPT3x2,4,6 bulan

3. Polio4x0,2,4,6 bulan

4. Hepatitis B3x0,1,6 bulan

5. Campak1x9 bulan

6. MMR--

7. HIB--

8. TifusAbdominalis--

9. Cacar Air--

Kesan : Imunisasi dasar lengkap

3. Riwayat Perkembangan dan Pertumbuhan Anak Senyum : 1bulanMiring : 2 bulanTengkurap : 4 bulanDuduk : 6 bulanGigi keluar : 4 bulanBerdiri : 9 bulan Berjalan : 13 bulanSekarang pasien sekolah di SD kelas 4 dan tidak pernah tinggal kelas.

Kesan : Pertumbuhan dan perkembangan anak sesuai dengan umur.

a. Riwayat Keluarga Berencana :Ibu penderita menggunakan KB suntik 3 bulan

6. PemeriksaanFisikTanggal 8 Desember 2012, pukul 16.45 WIBAnak laki-laki, berat badan 22 kg, panjang badan 126 cm

Kesan umum: Compos Mentis.

Tanda vital Tensi : 100/70 mmHgNadi : 96x / menit, isi dan tegangan cukupLaju nafas : 28x / menitSuhu : 37,7 C ( axilla )

Status InternusKepala : MesocephaleRambut : Hitam, tumbuh merata, tidak mudah dicabut.Kulit : Tidak sianosis, ptechie (-)Mata : Oedem palpebra (-/-)konjungtiva anemis (-/-) sklera ikterik (-/-) Hidung : Epistaksis( -), nafascupinghidung (-/-)Telinga : Discharge ( -) Mulut : Gusi berdarah (-), bibir kering (+), bibir pucat (+), lidah kotor (+)Leher : Simetris, tidak ada pembesaran kelenjar limfeTenggorok : Faring hiperemis (-)

Thorak : Paru Inspeksi : retraksi (-)Statis: Hemithorax dextra dan sinistra simetrisDinamis: Hemithorax dextra dan sinistra simetrisPalpasi: Sterm fremitus dextra sama dengan sinistraPerkusi: Sonor di seluruh lapangan paruAuskultasi: Suara dasar: VesikulerSuara tambahan : ronkhi basah halus nyaring ( - ), wheezing (-)

Jantung Inspeksi: ictus cordis tidak tampakPalpasi : ictus cordis tidak kuat angkatPerkusi : Batas atas : SIC II linea parasternalis sinistraBatas pinggang : SIC III linea parasternal sinistraBatas kanan bawah : SIC V linea sternalis dextraBatas kiri bawah : SIC V 2 cm medial linea mid clavicula sinistraKesan : konfigurasi jantung dalam batas normal Auskultasi: BJ I-II regular, bising (-)

Abdomen Inspeksi : Datar, simetrisAuskultasi : Peristaltik (+) Perkusi : Timpani(+), pekak alih(-), pekak sisi(-)Palpasi : Supel, nyeri tekan abdomen(+), defance muskular (-)

Genital: laki-laki, dalam batas normal

Ekstremitas : Superior InferiorAkraldingin -/- -/-Akral sianosis -/- -/-Oedem -/- -/-Capillary refill < 2 < 2

7. Pemeriksaan PenunjangHasil laboratorium Tanggal 8 Desember 2012Darah rutin :Hemoglobin : 11,9 g/dlHematokrit: 35,2 %Leukosit: 9,42 ribu/uLEritrosit: 4,80 juta/uLTrombosit: 227 ribu/uLEusinofil: 0,0%Basofil: 0,2 %Neutrofil: 44,4 %Limfosit: 47,3 %Monosit: 8,1 % MCV: 73,3 fl MCH: 24,8 pgMCHC: 33,8 g/dl (H)LED I : 73 mm/jamLED II : 91 mm/jam

TES WIDAL :Salmonella thipy O: (+) 1/160Salmonella parathipy AO: (+) 1/320Salmonella parathipy BO: (+) 1/320Salmonella parathipy CO: (+) 1/160Salmonella thipy H: (+) 1/160Salmonella parathipy AH: (+) 1/160Salmonella parathipy BH : (-) Salmonella parathipy CH : (-)

8. Pemeriksaan KhususData Antropometri :Anak laki-laki, usia 9 tahun 1bulan= 109 bulanBerat badan : 22 kgPanjang badan : 126 cmPemeriksaan status gizi ( Z score ) :WAZ=2228,1=-1,605 (N)

3,8

HAZ=126-140,3=-2,23 (pendek)

6,4

WHZ=22 24,8=-1,4 (N)

2

Kesan Status Gizi :Baik

ASSESMENT : Observasi Febris Gizi Baik

INITIAL PLAN :Assesment : Observasi febris DD : Demam reumatik Malaria ISK Demam thypoid IPDx :S : -O : pemeriksaan mikrobiologi (kultur kuman). IP Tx : Infuse RL 20 tpm Kloramfenikol 4 x 250 mg Parasetamol syr 3x1 cth (bila perlu) Antasid syr 3x1 cth IP Mx : Tanda-tanda vital, Keadaan umumIP Ex :- Istirahat cukup- Minum obat secara teratur dan tepat waktu- Tidak mengkonsumsi makanan di sembarang tempat- Menjaga lingkungan dan kebersihan diri- Meningkatkan makan dan minum yang bergizi

Assesment :Gizi baikDD : Gizi burukGizi baik IpDx :S : -O: -IpRx :IpMx : KU, Tanda Vital, penambahan BB dan TBIpEx : Asupan makanan yang bergizi seimbang Jangan mengkonsumsi makanan di sembarang tempat Menjaga kebersihan diri dan lingkungan Olahraga teratur Menimbang berat badan secara rutin

PERJALANAN PERAWATANWaktuHari ke-1 perawatanHari ke-2 perawatanHari ke-3 perawatanHari ke-4 perawatan

Tanggal9-12-201210-12-201211-12-201212-12-2012

KeluhanPanas(+),batuk(-), pilek(-), mual(+), muntah(-), lidah kotor (+), akral dingin (-), makan (+)