Case Molahidatidosa (Dr.dadan)

download Case Molahidatidosa (Dr.dadan)

of 29

Transcript of Case Molahidatidosa (Dr.dadan)

  • 7/29/2019 Case Molahidatidosa (Dr.dadan)

    1/29

    CASE REPORT

    MOLAHIDATIDOSA

    DISUSUN OLEH:

    ANISHA PUSPA MELATI

    1102009035

    PEMBIMBING:

    Dr.H. Dadan Susandi, Sp.OG

    DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIKSMF OBSETRI DAN GINEKOLOGI

    FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI

    RSUD DR. SLAMET GARUT

    PERIODE 1O JUNI 2013 17 AGUSTUS 2013

    1

  • 7/29/2019 Case Molahidatidosa (Dr.dadan)

    2/29

    IDENTIFIKASI KASUS

    1. IDENTITAS

    Pasien Suami

    Nama : Ny. S Tn. I

    Umur : 48 tahun 58 tahun

    Pendidikan : SD SD

    Pekerjaan : Ibu rumah tangga. Petani

    Agama : Islam Islam

    Suku : Sunda Sunda

    Alamat : Karang Pawitan Karang Pawitan

    No.CM : 0162120s

    Masuk RS : 5 Juli 2013

    Keluar RS : Juli 2013

    Ruangan : Kalimaya

    2. ANAMNESIS

    A. Keluhan utama :

    Perdarahan dari jalan lahir

    B. Anamnesa khusus :

    G7P6A0 merasa hamil 4 bulan, datang ke RSU dr.Slamet dengan keluhan keluar

    perdarahan dari jalan lahir sejak 11 hari SMRS. Perdarahan sedikit-sedikit dan tidak

    bergumpal yang membasahi 1 pembalut per hari. Keluhan disertai dengan perasaan perut

    yang bertambah besar dan mual-mual. Pasien juga merasa Keluar jaringan seperti daging

    belum dirasakan pasien. Keluar gelembung-gelembung seperti telur ikan juga belum

    dirasakan pasien. Keluhan mules-mules pada perut juga tidak dirasakan. Gerakan anak

    belum dirasakan oleh pasien. Keluhan tidak disertai dengan nyeri perut ataupun panas

    badan.Riwayat jatuh disangkal oleh pasien. Riwayat minum obat atau jamu-jamuan juga

    disangkal pasien. Gerak janin juga belum dirasakan.

    2

  • 7/29/2019 Case Molahidatidosa (Dr.dadan)

    3/29

    C. Riwayat Obstetri

    Hamil

    Ke-

    Tempat Penolong Cara

    Kehamilan

    Cara

    persalinan

    BB

    lahir

    JK Usia Keadaan

    1 Rumah Paraji Aterm Normal 3000 P M M2 Rumah Paraji Aterm Normal 3100 P 29 H3 Rumah Paraji Aterm Normal 2700 L 26 H4 Rumah Paraji Aterm Normal 3000 P 24 H5 Rumah Paraji Aterm Normal 3100 P 13 H6 Rumah Paraji Aterm Normal 2600 L M M7 --------- ------------ -------------

    -

    ------------ ------ ---- ------

    -

    Hamil ini

    D. Riwayat Perkawinan :

    Status : Menikah pertama kali

    Usia saat menikah : Perempuan : 14 tahun, SD, IRT

    Laki-laki : 20 tahun, SD, Wiraswasta

    E. Haid

    Siklus haid : Teratur

    Lama haid : 4 hari

    Banyaknya darah : biasa, 2-3 pembalut/hari

    Nyeri haid : tidak dirasakan

    Menarche usia : 13 tahun

    HPHT : 12 Maret 2013

    TP : 19 Oktober 2013

    F. Riwayat kontrasepsiKB terakhir : suntik 3 bulan

    Lama KB : 6 tahun

    Terakhir KB : 2008

    Berhenti KB : karena sudah merasa tua

    3

  • 7/29/2019 Case Molahidatidosa (Dr.dadan)

    4/29

    G. Prenatal Care :

    Datang untuk kontrol kehamilan ke Bidan dengan jumlah kunjungan 4 kali

    selama kehamilan, terakhir 1 minggu yang lalu.

    H. Keluhan selama kehamilan

    Perdarahan dari jalan lahir

    I. Riwayat Penyakit Dahulu

    Riwayat penyakit jantung, penyakit paru-paru, penyakit ginjal, penyakit liver,

    penyakit Diabetes militus, penyakit tiroid, penyakit epilepsi, riwayat asma bronchial

    disangkal pasien dan riwayat hipertensi sebelum kehamilan disangkal.

    3. PEMERIKSAAN FISIK

    A. Status Praesens

    Keadaan umum : Baik

    Kesadaran : Compos mentis

    Tensi : 140/90 mmHg

    Nadi : 80 x/menit

    Respirasi : 20 x/menit

    Suhu : 36,2 C

    Kepala : Konjungtiva Anemis : -/-

    Sklera ikterik : -/-

    Cor : Bunyi jantung I-II murni dan regular

    gallop (-), murmur (-)

    Pulmo : VBS kiri = kanan, Rhonki -/-, Wheezing -/-

    Abdomen : Cembung dan lembut

    Hepar dan Lien: Sulit dinilai

    Ekremitas : Akral hangat, capillary refill < 2, Edema tungkai +/+,

    Varises -/-

    4. STATUS GINEKOLOGI

    A. Pemeriksaan luar

    4

  • 7/29/2019 Case Molahidatidosa (Dr.dadan)

    5/29

    Inspeksi : Abdomen cembung, lembut

    Palpasi : Fundus Uteri : Sepusat

    Ballotemen Uteri : -

    Masa Tumor : -

    Ukuran (-) Permukaan (-)

    Mobilitas (-)

    Posisi (-)

    Konsistensi (-)

    Auskultasi : BJA (-)

    B. Inspekulo :

    Tidak dilakukan

    C. Pemeriksaan Dalam :

    Vulva : t.a.k

    Vagina : t.a.k

    Portio : Tebal lunak

    Ostium uteri ekst : 1 jari sempit

    Corpus uteri : teraba lunak

    Parametrium kiri : t.a.k

    Parametrium kanan : t.a.k

    Cavum Douglas : t.a.k

    D. Pemeriksaam Penunjang

    Laboratorium

    Tanggal : 1 Juli 2013

    Darah rutin

    Hemoglobin 10,2 gr %Hematokrit 29%Leukosit 9.100/mm3

    Trombosit 232.000/mm3

    Eritrosit 3.23 juta/mm3

    5

  • 7/29/2019 Case Molahidatidosa (Dr.dadan)

    6/29

    USG

    Kesan : Molahidatidosa

    5. DIAGNOSIS KERJA

    Molahidatidosa

    6. RENCANA PENGELOLAAN

    R/ Histerektomi intoto senin/selasa

    Lanjut cek PA

    Cek HCG

    Cek laboratorium lengkap

    FOLLOW UP

    6

  • 7/29/2019 Case Molahidatidosa (Dr.dadan)

    7/29

    7

    Tanggal Subjektif Objektif Analisis Perencanaan

    06-07-

    2013

    07-07-2013

    08-07-

    2013

    Nyeri perut

    -

    Nyeri perut

    KU : CM

    T : 170/100 mmHg

    N : 100 x/menit

    R : 20 x/menit

    S : 36,1 C

    Mata : Ca -/- SI -/-

    Abd: cembung

    lembut, TFU:

    sepusat

    Bak/Bab : +/+

    Perdarahan: -

    KU : CMT : 190/90 mmHg

    N : 92 x/menit

    R : 20 x/menit

    S : 36,3 C

    Mata : Ca -/- SI -/-

    Abd: cembung

    lembut, TFU:

    sepusat

    Bak/Bab : +/-

    Perdarahan: -

    KU : CM

    T : 190/90 mmHg

    N : 88 x/menit

    R : 20 x/menit

    S : 36,1 C

    Mata : Ca -/- SI -/-

    Abd: cembung

    lembut, TFU:

    sepusat

    Bak/Bab : +/+

    Perdarahan: -

    Molahidatidosa

    Molahidatidosa

    Molahidatidosa

    D/

    R/ HT senin/selasa

    Cek HCG

    Cek lab lengkap

    Konsul anastesi

    T/

    D/R/ HT selasa

    Konsul IPD

    Konsul Anastesi

    T/

    Captopril 3x25mg

    D/

    R/ HT

    Konsul IPD

    Konsul Anastesi

    T/

    Captopril 3x25mg

  • 7/29/2019 Case Molahidatidosa (Dr.dadan)

    8/29

    HASIL LABORATORIUM

    Tanggal : 6 Juli 2013

    Hematologi

    Hemoglobin 11,1 gr %Hematokrit 31 %Leukosit 9.500/mm3

    Trombosit 218.000/mm3

    Eritrosit 3.31 juta/mm3

    Kimia klinik

    AST (SGOT) 31 U/LALT (SGPT) 27 U/L

    Ureum 31 mg/dlKreatinin 0,71 mg/dlGlukosa Darah Puasa 70 mg/dl

    Tanggal : 9 Juli 2013

    Hematologi

    LED 42/95 mm/jamHemoglobin 11,1 gr %Hematokrit 31 %

    Leukosit 9.500/mm

    3

    Trombosit 218.000/mm3

    Eritrosit 3.31 juta/mm3

    Kimia klinik

    AST (SGOT) 21 U/LALT (SGPT) 23 U/LUreum 22 mg/dlKreatinin 0,74 mg/dlKolestrol tota; 134 mg/dl

    Trigliserida 239 mg/dlGlukosa Darah Puasa 70 mg/dl

    Elektrolit

    Natrium 143 mEq/LKalium 4.3 mEq/LKlorida 115 mEq/L

    8

  • 7/29/2019 Case Molahidatidosa (Dr.dadan)

    9/29

    Kalsium (Ca Bebas) 1.57 mg/dl

    Serologi

    HCG >300.000

    7. LAPORAN OPERASI

    Nama : Ny.S No.CM : 01621208 Mulai OP : 12.00

    Umur : 45th Ruang : Kalimaya Selesai OP : 12.20

    Lama : 20 menit

    OP : Terencana tanggal : 11 Juli 2013

    Operator: dr.Rizky Sp.OG

    Anastesi : dr. Hj. Hayati Sp.An/dr.Mariko Anastesi : NU

    Diagnosis pra-bedah : Molahidatidosa

    Indikasi operasi : Molahidatidosa

    Diagnosis pasca bedah : Post kuretase ai molahidatidosa

    Jenis Operasi : Kuretase

    Kategori operasi : Sedang

    Disinfeksi kulit dengan : Povidone Iodine 10%

    Jaringan kirim ke PA : YA

    Laporan operasi:

    - Pasien diletakan dalam posisi litotomi

    - Dilakukan tindakan a dan antiseptik di daerah vulva dan sekitarnya

    - Kandung kemih dikosongkan

    - Dipasang spekulum bawah dan dipegang oleh asisten

    - Dengan bantuan spekulum atas bibir portio diidentifikasi dan dijepit oleh fenokulum- Sonde masuk sedalam 7cm uterus antefleksi

    - Dilakukan pengeluaran dengan cunam Ab

    - Dilakukan kuretase secara hati-hati dan sistematis dengan sendok kuret no 10

    - Berhasil dikeluarkan jaringan molahidatidosa sebanyak 800 gram

    - Jumlah perdarahan 300 cc

    9

  • 7/29/2019 Case Molahidatidosa (Dr.dadan)

    10/29

    - Kesan : cavum uterus bersih

    Diagnosa : post kuretase ai molahidatidosa

    Terapi :

    - Cepadroxil 2x500mg

    - Metronidazol 3x500mg

    - Asam mefenamat 3x1 po

    PERMASALAHAN

    1. Bagaimanakah cara mendiagnosis mola hidatidosa ?

    2. Bagimanakah cara penatalaksanaan mola hidatidosa pada pasien ini?

    3. Bagaimanakah prognosis dari pasien dengan mola hidatidosa ?

    PEMBAHASAN

    1. Bagaimanakah cara mendiagnosis mola hidatidosa ?

    Definisi

    Molahidatidosa adalah suatu penyakit trofoblas gestational yang secara histologik ditandai

    dengan proliferasi sel trofoblas, vili korialis yang avaskular dan mengalami degenerasi

    hidrofi, , yang secara klinis tampak sebagai gelembung-gelembung. Proliferasi sel trofpblas

    pada molahidatidosa dapat berupa proliferasi sitotrofovlas, sinsiotrofoblas ataupun

    intramediate trofoblas dengan proporsi yang berbeda paqda tiap kasus.

    Klasifikasi

    10

  • 7/29/2019 Case Molahidatidosa (Dr.dadan)

    11/29

    Molahidatidosa dapat diklasifikasikan menjadi 2, yaitu:

    a. Molahidatidosa komplit

    Merupakan kehamilan abnormal tanpa embrio yang seluruh vili korialisnya mengalami

    degenerasi hidropik yang menyerupai anggur hingga sama sekali tidak ditemukan unsur

    janin. Secara mikroskopik tampak edema stroma vili tanpa vaskularisasi disertai

    hyperplasia dari kedua lapisan trofoblas.

    Kadang kadang pembuahan terjadi oleh dua buah sperma 23 X dan 23 Y (dispermi)

    sehingga terjadi 46 XX atau 46 XY. Disini MHK bersifat heterozigot, tetapi tetap

    androgenetik dan bisa terjadi, walaupun sangat jarang terjadi hamil kembar dizigotik yang

    terdiri dari satu bayi normal dan satu lagi MHK.

    Secara makroskopis MHK mempunyai gambaran yang khas, yaitu berbentuk kista atau

    gelembung-gelembung dengan ukuran antara beberapa mm sampai 2-3cm, berdinding

    tipis, kenyal, berwarna putih jernih, berisi cairan seperti cairan asites atau edema. Kalau

    ukurannya kecil, tampak seperti kumpulan telur katak, tetapi kalau besar tampak seperti

    serangkaian buah anggur yang bertangkai. Oleh karena itu MHK disebut juga kehamilan

    anggur. Tangkai tersebut melekat pada endometerium.

    Umumnya seluruh endometerium dikenai, bila tangkainya putus terjadilah perdarahan.

    Kadang-kadang gelembung-gelembung tersebut diliputi oleh darah merah atau coklat tua

    yang sudah mengering. Sebelum ditemukan USG, MHK dapat mencapai ukuran besar

    sekali dengan jumlah gelembung melebihi 2.000 cc.

    11

  • 7/29/2019 Case Molahidatidosa (Dr.dadan)

    12/29

    Gambar: Molahidatidosa komplit

    2. Molahidatidosa parsialis

    MHP harus dipisahkan dari MHK, karena keduanya terdapat perbedaan yang

    mendasar, baik dilihat dari segi patogenesisnya (sitogenetik), klinis, prognosis, maupun

    gambaran PA-nya.

    Pada MHP hanya sebagian dari vili korialis yang mengalami degenerasi hidropik

    sehingga unsur janin selalu ada. Perkembangan janin akan tergantung kepada luasnya

    plasenta yang mengalami degenerasi, tetapi janin biasanya tidak dapat bertahan lama dan

    akan mati dalam rahim, walaupun dalam kepustakaan ada yang melaporkan tentang kasus

    MHP yang janinnya hidup sampai aterm.

    Secara epidemiologi klinis, MHP tidak sejelas MHK, kita tidak mengetahui dengan

    tepat berapa insidensinya, apa yang menjadi faktor resikonya dan bagaimana penyebaran

    penyakitnya.

    12

  • 7/29/2019 Case Molahidatidosa (Dr.dadan)

    13/29

    Gambaran Mola hidatidosa parsialis Mola hidatidosa komplitKariotipe Paling sering

    69, XXX, atau 69, XXY

    46, XX. Atau 46, XY

    Patologi

    Fetus

    Amnion, sel-sel darah fetal

    Edema vili

    Proliferasi trofoblast

    Sering ada

    Sering ada

    Fokal, bervariasi

    Fokal, bervariasi dari ringan

    sampai sedang

    Tidak ada

    Tidak ada

    Diffuse

    Bervariasi dari ringan sampai

    beratGambaran Klinis

    Diagnosa

    Ukuran uterus

    Kista theca-lutein

    Komplikasi medis

    Abortus tertunda

    Lebih kecil dari usia kehamilan

    Jarang

    Jarang

    Kehamilan mola

    50% lebih besar dari usia

    kehamilan

    25-30%

    Sering

    Etiologi dan Faktor resiko

    Walaupun molahidatidosa sudah dikenal sejak abad keenam, sampai

    sekarang masih belum diketahui apa yang menjadi penyebabnya.

    Molahidatidosa dapat terjadi pada semua wanita dalam masa reproduksi,

    13

  • 7/29/2019 Case Molahidatidosa (Dr.dadan)

    14/29

    pasien termuda yang pernah dilaporkan berusia 12 tahun (Bobrow) dan

    tertua 57 tahun (A Pearson). Di RSHS yang termuda 15 tahun dan yang

    tertua 53 tahun.

    Di samping umur, faktor gizi juga dianggap berpengaruh terhadap

    kejadian MH. Acosta Sison, menganggap bahwa MH adalah suatu

    kehamilan patologis, sedangkan faktor yang menyebabkan ovum patologis

    ini adalah defisiensi protein kualitas tinggi (highclass protein). Acosta

    Sison mengaitkan dengan kenyataan bahwa di Asia banyak sekali

    ditemukan MH, yang penduduknya sebagian termasuk golongan

    sosioekonomi rendah yang kurang mengkonsumsi protein.

    Reynold mengatakan bahwa, bila wanita hamil, terutama antara hari

    ke-13 dan ke-21, mengalami asam folat dan histidine akan mengalami

    gangguan pembentukan thymidine, yang merupakan bagian penting dari

    DNA. Akibat kekurangan gizi ini akan menyebabkan kematian embrio dan

    gangguan angiogenesis, yang pada gilirannya akan mengalami perubahan

    hidropik.

    WHO Scientific Group, 1983 berkesimpulan bahwa selain usia dan gizi,

    riwayat obstetri juga mempunyai pengaruh terhadap kejadian MH dan

    kehamilan kembar tetapi multiparitas tidak merupakan faktor resiko.

    Laporan dari Amerika Serikat (1970 1977) mengatakan bahwa

    insidensi MH pada kulit hitam hanya setengahnya dari wanita kulit lainnya.

    Menurut Teoh, di Singapura, insidensi MH pada wanita Euroasian, dua kali

    lebih tinggi dari China, Melayu dan India. Di Indonesia yang terdiri dari

    berpuluh-puluh etnis, sampai sekarang belum ada yang melaporkan

    adanya perbedaan insidensi antar suku bangsa. Yang ada hanya laporan

    dari pusat pendidikan.

    Faktor resiko lain yang mendapat perhatian adalah genetik. Hasil

    penelitian Kajii et al dan Lawler et al, menunjuakn bahwa pada kasus MH

    lebih banyak ditemukan kelainan Balance translocation dibandingkan

    dengan populasi normal (4,6% dan 0,6%). Ada kemungkinan pada wanita

    dengan kelainan sitogenetik seperti ini, lebih banyak mengalami

    14

  • 7/29/2019 Case Molahidatidosa (Dr.dadan)

    15/29

    gangguan proses meosis berupa nondysjunction, sehingga lebih banyak

    terjadi ovum yang kosong atau yang intinya tidak aktif.

    Dapat disimpulkan:

    a. Umur : < 20 tahun dan > 35 tahun

    b. Etnik : mongoloid > kaukasus

    c. Genetik

    d. Malnutrisi : intake karoten yang rendah, defisiensi vitamin A, kekurangan protein

    e. Riwayat mola hidatidosa sebelumnya

    f. Riwayat sosialekonomi

    g. Paritas

    Patogenesis

    Ada beberapa teori yang diajukan untuk menerangkan patogenesis dari penyakit trofoblast :

    a. Teori missed abortion

    Mudigah mati pada kehamilan 3 5 minggu karena itu terjadi gangguan peredarah darah

    sehingga terjadi penimbunan cairan masenkim dari villi dan akhirnya terbentuklah

    gelembung-gelembung.

    b. Teori neoplasma dari Park

    Sel-sel trofoblast adalah abnormal dan memiliki fungsi yang abnormal dimana terjadireabsorbsi cairan yang berlebihan ke dalam villi sehigga timbul gelembung.

    c. Studi dari Hertig

    Studi dari Hertig lebih menegaskan lagi bahwa mola hidatidosa semata-mata akibat

    akumulasi cairan yang menyertai degenerasi awal atau tiak adanya embrio komplit pada

    minggu ke tiga dan ke lima. Adanya sirkulasi maternal yang terus menerus dan tidak

    adanya fetus menyebabkan trofoblast berproliferasi dan melakukan fungsinya selama

    pembentukan cairan.

    Teori yang sekarang dianut adalah teori sitogenetik. Secara sitogenetik umumnya

    kehamilan MHK terjadi karena sebuah ovum yang tidak berinti (kosong) atau yang intinya

    tidak berfungsi, dibuahi oleh sperma yang mengandung haploid 23 X, terjadilah hasil

    konsepsi dengan kromosom 23 X, yang kemudian mengadakan duplikasi menjadi 46 XX.

    Jadi umumnya MHK bersifat homozigot, wanita dan berasal dari ayah - tidak ada unsur ibu

    15

  • 7/29/2019 Case Molahidatidosa (Dr.dadan)

    16/29

    (Diploid Androgenetik). Kadang-kadang pembuahan terjadi oleh 2 sperma 23 X atau 23 Y

    (dispermi) sehingga menjadi 46 XX atay 46 XY. Disini MHK bersifat heterozigot, tetapi

    tetap androgenetik.

    Sementara MHP biasanya bersifat triploid sebagai hasil pembuahan satu ovum normal

    dan dua sperma/dispermia (Diandrogenetik). Bisa berupa 69 XXX, 69 XXY, atau 69 XYY.

    Embrio biasanya mati pada semester pertama

    Manifestasi klinis

    Molahidatidosa komplit adalah suatu kehamilan, walaupun bentuknya patologis. Oleh

    karena itu, pada bulan-bulan pertama, tanda-tandanya tidak berbeda dengan kehamilan biasa,

    yaitu dimulai dengan amenorea, mual dan muntah. Ada beberapa laporan yang mengatakan

    16

  • 7/29/2019 Case Molahidatidosa (Dr.dadan)

    17/29

    bahwa MHK, lebih sering terjadi hiperemesis, dan keluhannya lebih hebat dari kehamilan

    biasa. Kemudian perkembangannya mulai berbeda. Pada kehamilan biasa pembesaran uterus

    terdai melalui dua fase, yaitu fase aktif, sebagia akibat pengaruh hormonal, dan fase pasif,

    akibat hasil pembesaran kehamilan. Pada MHK tidak demikian, vili korialis yang mengalami

    degenerasi hidropik, berkembang dengan cepat mengisi kavum uteri. Akibatnya uterus ikut

    membesar pula, sehingga ukuran uterus lebih besar dari tuanya kehamilan atau lamanya

    amenorea.

    Pada kehamilan biasa , segmen bawah rahim (SBR baru terbentuk pada kehamilan yang

    sudah besar (semester tiga). Pada MHK, karena pengisian kavum uteri oleh gelembung mola

    berlangsung cepat, maka pembentukan SBR, sudah terjadi pada kehamilan yang lebih muda

    (24 minggu). Kemudian karena kehamilan ini abnormal badan akan berusaha untuk

    mengeluarkannya, terjadilah perdarahan pervaginam. Bedanya dengan abortus biasa adalah

    pada abortus biasa besarnya uterus sama dengan lamanya amenorea. Perdarahan pada MHK

    dapat berupa bercak bercak sedikit intermiten atau sekaligus banyak, sehingga dapat

    menyebabkan syok hipovolemik. Adakalanya perdarahan disertai dengan gelembung mola

    sehingga mempermudah diagnosis

    Di samping uterus yang lebih besar, pada MHK ditemukan peningkatan kadar hCG

    (human choriogonadotrophin). Pada kehamilan biasa kadarnya naik terus sampai usia

    17

  • 7/29/2019 Case Molahidatidosa (Dr.dadan)

    18/29

    kehamilan 60-80 hari, kemudian turun lagi setelah mencapai umur 85 hari. Pada MHK

    seluruh kavum uteri diisi oleh jaringan trofoblas. Oleh karena itu, berbeda dengan kehamilan

    biasa, pada MHK tidak ada penurunan kadar hCG. Selama ada pertumbuhan trofoblas atau

    sebelum gelembung mola keluar atau dikeluarkan, hCG akan terus meningkat, sampai bisa

    mencapai di atas 5.000.000 mIU/ml

    Sudah lama diketahui bahwa MHK kadang-kadang ditemukan perubahan pada kelenjar

    tiroid, baik anatomis maupun fungsional. Walaupun ada peningkatan kadar plasma tiroksin,

    tetapi gejala klinik yang ditimbulkan tidak selalu disertai dengan tiroktosikosis.

    Pada kehamilan normal, plasenta membentuk Thyroid Stimulating Peptide yang disebut

    Human Chorionic Thyrotropin (hCT). Pada trimester pertama, T4 meningkat antara 7 12

    ng/100 ml, sedangkan T3 peningkatannya tidak terlalu banyak. Karena pengaruh estrogen,

    terjadi peningkatan kadar TBG sehingga tidak terjadi tirotoksikosis.

    Pada mola hidatidosa terjadi perubahan kadar hormon tiroid. Kadar T4 dalam serum

    biasanya melebihi 12 ng/100 ml, tetapi TBG sendiri rendah, akibatnya T4 dan T3 bebas lebih

    tinggi. Karena itu pada mola terjadi tirotoksikosis.

    Pada mola, kadar hCG (human chorionic gonadotropin) dalam darah sangat tinggi yang

    dan ini mempunyai efek stimulasi terhadap tiroid. Pada kehamilan biasa puncak hCG

    biasanya tidak melebihi 100.000 mUI/ml yang tercapai antara minggu 8-12 dan kemudian

    menurun kembali dan bertahan sekitar 10.000-20.000 mIU/ml sampai waktu melahirkan. Pada

    mola hidatidosa kadar hCG, sebagian besar diatas 300.000mIU/ml bahkan dapat mencapai

    kadar diatas 12.000.000 mIU/ml. Berbagai penelitian menunjukkan adanya korelasi positif

    antar kadar hCG dan tingginya fungsi tiroid.

    Dalam suatu penelitian dikatakan bahwa terjadinya hiperfungsi tiroid terjadi akibat

    adanya stimulator yang dibentuk dalam jaringan trofoblas. Hershman menyebutnya sebagai

    molar thyrotropin. Yang masih kontroversial adalah substansi zat tersebut. Yang jelas ada

    korelasi positif antara tingginya kadar hCG dengan meningkatnya kadar T3 dan T4. Setelah

    jaringan mola dievakuasi, kadar hCG akan menurun secara drastis. Hali ini diikuti dengan

    turunnya T4 dan T3 sampai kembali ke kadar normal.

    Sehubungan dengan fenomena ini banyak pakar yang menganggap bahwa stimulator itu

    adalah hCG sendiri. Molar thyrotropin secara imunologis berbeda dari TSH, hCT dan LATSS.

    Adanya Aktivitas Stimulasi Tiroid (AST) dari hCG serta ciri-ciri stimulatornya telah

    18

  • 7/29/2019 Case Molahidatidosa (Dr.dadan)

    19/29

    dibuktikan melalui penelitian invitro maupun in vivo. Dikatakan bahwa struktur dan reseptor

    hCG dan TSH adalah homolog, sedangkan derajat AST-nya dipengaruhi metabolisme hCG

    sendiri. Yang lebih poten adalah hCG varian yang kehilangan gugusan beta CTP-nya yang

    merupakan hasil proses deglikosiasi atau desialisasi.

    Hasil penelitian di atas dapat menerangkan mengapa pada kehamilan biasa tidak terjadi

    tirotoksikosis. Pada kehamilan biasa kadar hCG yang rendah akan meningkatkan sedikit T4

    dan menekan TSH, tetapi tidak cukup untuk menyebabkan tirotoksikosis.

    Diagnosis tiroktosikosis pada MHK dipersulit karena sering disertai adanya penyuli-

    penyulit, seperti preeklamsi, payah jantung, emboli paru dan anemia yang masing-masing

    dapat memberikan gejala seperti tiroktosikosi. Untuk membantu masalah ini Sri Hartini

    Kariadi (1992) mengajukan rumus fungsi diskriminan diagnosa tirotoksikosis pada mola

    hidatidosa sebagai berikut:

    a. D = - 8,376128 + 0,52505870 FU 0,01926897 Nadi

    FU = fundus uteri dalam minggu

    Nadi = dalam kali/menit

    Bila D< 0 atau kalau D hasilnya negatif, berapapun nilai angkanya menunjukkan

    tirotoksikosis. Derajat ketepatannya 87,5%

    b. D = +3552928 0,4749675 FU + 0,003115562 Nadi + 0,01638073 Khol

    Khol = Kholesterol darah dalam mg%

    Bila D< 0 atau kalau hasilnya negatif, berapapun nilai angkanya, menunjukkan

    tirotoksikosis. Derajat ketepatan 90,63%

    Diagnosis

    a. Anamnesis

    Wanita mengeluh :

    - terlambat haid (amenorea)

    - mual dan muntah yang berlebihan

    - adanya perdarahan pervaginam

    - perut merasa lebih besar dari lamanya amenorea

    - walaupun perut besar, tidak merasa adanya pergerakan anak

    b. Klinis Ginekologi

    19

  • 7/29/2019 Case Molahidatidosa (Dr.dadan)

    20/29

    - uterus lebih besar dari tuanya kehamilan

    - tidak ditemukan tanda pasti kehamilan, seperti detak jantung anak, balotemen atau

    gerakan anak

    c. Laboratorium

    Kadar B-hCG lebih tinggi dari kehamilan normal. Pada penyakit trofoblas

    gestasional kadar hCG serum berlipat ganda lebih tinggi dari pada kadar hCG pada

    kehamilan normal. Pemeriksaan hCG merupakan cara yang paling bermanfaat baik untuk

    diagnosis maupun untuk melakukan pemantauan pada penderita penyakit trofoblas.

    Human chosionic gonadotropin adalah hormon glycoprotein yang dihasilkan oleh

    placenta yang mempunyai aktifitas biologis yang mirip LH. Sebagian besar hCG di

    produksi di plasenta namun sintesanya juga terjadi pada ginjal janin. Molekul Human

    chorionic gonadotropin memiliki 2 rantai asam amino yakni rantai hCG terdiri atas 92

    asam amino dan rantai hCG terdiri atas 145 asam amino yang satu sama lain berikatan

    secara nonkovalen.

    Rantai hCG mirip dengan rantai dari FSH , LH dan TSH yang merupakan

    hormon hormon glycoprotein yang dihasilkan oleh lobus anterior hypophysis. Pada

    kehamilan normal pemeriksaan terhadap hCG dengan pereaksi yang menggunakan

    antibodi monoklonal terhadap hCG cukup dilakukan secara kualitatif dengan

    menggunakan urine sebagai spesimen. Pemeriksaan hCG serum secara kuantitatif pada

    kehamilan normal menunjukkan bahwa kadar hCG mencapai puncaknya pada trimester

    pertama kehamilan, yakni pada hari ke 60-70 kehamilan sebesar 100.000 mIU/ml. Pada

    mola hidatidosa dan pada tumor trofoblas gestasional umumnya kadar hCG jauh lebih

    tinggi dari pada`kadar puncak hCG pada kehamilan normal..

    Pemantauan kadar hCG pada penderita penyakit trofoblas gestasional dianjurkan

    dengan cara RIA/IRMA sedangkan bila menggunakan EIA/ ELISA harus dipilih dengan

    hati-hati karena pada penyakit trofoblas gestasional molekul hCG yang utuh ( intact

    hCG ) dapat terurai menjadi fragmen-fragmen yang lebih kecil seperti free - hCG

    ,nicked -hCG , nicked - hCG without CTP dan core hCG, sehingga bila pereaksi

    yang dipakai hanya dapat mendeteksi rantai hCG saja maka kadar hCG yang terukur

    lebih rendah dari kadar total hCG yang sebenarnya akibat adanya hook effect

    d. USG

    20

  • 7/29/2019 Case Molahidatidosa (Dr.dadan)

    21/29

    - Molahidatidosa komplit: tidak tampak kantung janin maupun bagian dari janin.

    Seluruh cavum uteri berisi gambaran vesikuler.

    - Molahidatidosa parsial: tampak gambaran vesikuler di plasenta dengan IUFD

    e. Patologi Anatomi

    Diagnosis pasti ditentukan oleh hasil pemeriksaan patologi anatomi

    - Molahidatidosa komplit: villi chorialis besar, bulat, hidropik, avaskuler, sisterna (+),

    proliferasi sel sito- dan sinsitio trofoblas dengan inti atipik.

    - Molahidatidosa parsial: villi chorialis hidropik avaskuler, ukuran bervariasi, masih

    ditemukan villi normal, sel trofoblas terutama sinsitio.

    Pembahasan

    Pada pasien ini di diagnosis molahidatisosa karena ditemukan:

    a. Faktor resiko molahidatidosa

    - Umur Ny.S 48 tahun. Pada usia < 20 tahun dan > 35 tahun memiliki resiko lebih tinggi

    21

  • 7/29/2019 Case Molahidatidosa (Dr.dadan)

    22/29

    untu terjadinya molahidatidosa

    - Malnutrisi : intake karoten yang rendah, defisiensi vitamin A, kekurangan protein. Hal

    ini berkaitan dengan riwayat sosialekonomi dari Ny.S

    - Riwayat sosialekonomi. Ny.S sesorang ibu rumah tangga dan suami Ny.S seorang

    petani.

    b. Anamnesis

    - Merasa hamil 4 bulan

    - Keluar perdarahan sedikit-sedikit dan tidak bergumpal

    - Mual-mual berlebih

    - Gerakan janij belum dirasakan

    c. Pemeriksaan luar

    - Besar uterus tidak sesuai usia kehamilan . Ny. S merasa hamil 16 minggu tetapi tinggu

    uterus sudah setinggi pusat atau sesuai dengan kehamila 20 minggu.

    - Pada pemeriksaan balotement uteri -, berarti tidak terdapat

    - Pada pemeriksaan palpasi juga tidak dirasakan bagian-bagian janin

    - Pada auskultasi tidak didapat bunyi jantung bayi

    d. Laboratorium

    - Hasil pemeriksaan HCG > 300.000. Pada kehamilan biasa puncak hCG biasanya

    tidak melebihi 100.000 mUI/ml yang tercapai antara minggu 8-12 dan kemudian

    menurun kembali dan bertahan sekitar 10.000-20.000 mIU/ml sampai waktu

    melahirkan. Pada mola hidatidosa kadar hCG, sebagian besar diatas 300.000mIU/ml

    bahkan dapat mencapai kadardiatas 12.000.000 mIU/ml.

    e. USG

    - tidak tampak kantung janin maupun bagian dari janin. Seluruh cavum uteri berisi

    gambaran vesikuler.. terdapat gambaran snow strom. Kesan: molahidatidosa.

    f. PA

    - Belum di dapatkan hasil laporan patologi anatomi. Harusnya ditemukan hasil villi

    chorialis besar, bulat, hidropik, avaskuler, sisterna (+), proliferasi sel sito- dan sinsitio

    trofoblas dengan inti atipik

    2. Bagimanakah cara penatalaksanaan mola hidatidosa pada pasien ini?

    Penatalaksanaan

    22

  • 7/29/2019 Case Molahidatidosa (Dr.dadan)

    23/29

    a. Perbaikan keadaan umum:

    - Transfusi darah

    - Pengobatan gestosis

    - Pengelolaan pada penyulit

    o Preeklamsia

    Preeklamsia pada mola hidatidosa berbeda dengan pada kehamilan non

    mola , preeklamsia pada mola hidatidosa sudah terjadi pada trimester pertama

    kehamilan.Menurut beberapa peneliti preeklamsia ditemukan pada penderita

    mola yang ukuran uterusnya lebih dari 24 minggu.

    o Tirotoksikosis (dilakukan bersama bagian SMF Ilmu Penyakit Dalam)

    Pemicu Tirotoksikosis atau hipertiroidisme pada mola adalah tingginya

    kadar hCG, pada kadar hCG < 100.000 mIU/ml stimulasi tiroid HCG tidak

    nampak ; namun pada kadar yang sangat tinggi hal ini sangat nyata. Gambaran

    klinis tirotoksikosis pada mola tidak selalu jelas dan terdapat beberapa tingkat

    tirotoksikosis.

    1. Overt thyrotoxicosis kadar hormon tiroid bebas sangat tinggi namun kadar

    TSH sangat rendah.

    2. Tirotoksikosis klinis : keadaan seperti butir 1 diatas yang disertai gambaran

    klinis .3. Bila tidak disertai gambaran klinis disebut tirotoksikosis biokimiawi

    4. Bila TSH < 0,10 mIU/ml dan hormon tiroid normal disebut tirotoksikosis

    subklinis

    Diagnosis tirotoksikosis pada mola sangat penting dan perlu

    ditanggulangi dahulu sebelum dilakukan upaya evakuasi jaringan molanya

    karena bila tidak dilakukan maka upaya evakuasi jaringan mola dapat

    menimbulkan kematian penderita akibat krisis tiroid atau payah jantung akut.

    Adanya tirotoksikosis pada penderita mola dapat diduga bila terdapat gejala-

    gejala :

    1. Nadi istirahat > 100/menit tanpa ada sebab-sebab lain yang jelas seperti Hb

    < 7 gr % , demam dll.

    2. Besar uterus > 20 minggu

    23

  • 7/29/2019 Case Molahidatidosa (Dr.dadan)

    24/29

    o Emboli paru (dilakukan bersama bagian SMF Ilmu Penyakit Dalam)

    b. Evakuasi

    Evakuasi jaringan mola dapat dilakukan dengan berbagai cara :

    - Kuret tajam

    Di RSHS pada era 1970 kuretase dilakukan 2 kali dengan interval 2 minggu,

    mula mula dilakukan kuretase vakum dengan pemberian tranfusi darah yang telah

    diberi Pitosin 10 IU. Kuretase ke 2 dilakukan dengan menggunakan sendok kuret 2

    minggu setelah kuretase vakum dan jaringannya dikirimkan untuk pemeriksaan

    Patologi Anatomi. Dewasa ini karena ukuran uterus pada kasus kasus mola hidatidosa

    tidak terlalu besar di RSHS kuretase dengan sendok kuret dilakukan segera setelah

    pengosongan uterus dilakukan dengan kuret vakum.

    - Kuretase vakum

    Penggunaan kuret vakum untuk mengosongkan isi uterus juga dianjurkan oleh

    WHO. Tujuan penggunaan sendok kuret adalah agar jaringan myometrium yang

    ditumbuhi jaringan mola ikut terbawa ,sehingga pemeriksaan PA dsamping dapat

    mengetahui ada tidaknya prolifersai trofoblas yang berlebihan sekaligus juga dapat

    mengetahui ada tidaknya infiltasri jaringan mola ke Myiometrium.

    - Hysterektomi

    Histerektomi sebagai cara evakuasi jaringan mola di RSHS dilakukan pada kasusmola risiko tinggi yang sudah mempunyai anak cukup ; tujuannyadisamping sebagai

    upaya untuk mengurangi kemungkin- an timbulnya keganasan sekaligus juga bila

    kemudian timbul koriokarsinoma maka derajat skor pada skor prognostik akan lebih

    rendah sehingga sitostatika yang diperlukan akan lebih sederhana dan kurang toksis

    serta biayanya menjadi lebih ringan

    c. Terapi profilaksis

    - Kemoterapi

    Pemberian kemoterapi profilaksis merupakan kebijakan yang masih diperlukan

    dinegara-negara yang sedang berkembang. Di RSHS dianut pemberian kemoterapi

    profilaksis pada Mola Risiko Tinggi dengan pemberian kemoterapi tunggal

    berupa:

    24

  • 7/29/2019 Case Molahidatidosa (Dr.dadan)

    25/29

    o MTX 20 mg/hari I.M dan Folic Acid 5 mg/ hari I.M yang diberikan 12 jam

    setelah pemberian Methotrexate kedua-duanya diberikan 5 hari berturut-turut.

    o Actinomycin D 0,5 mg / hari IV diberikan selama 5 hari berturut-turut

    Kemoterapi profilaksis hanya diberikan 1 rangkaian, selanjutnya penderita dipantau

    dengan tata cara follow up yang berlaku bagi mola risiko rendah pasca evakuasi,

    Keberatan dari pemberian sitostatika profilaktik adalah efek samping obat dan

    kemungkinan terjadinya resistensi bila kelak diperlukan pemberian sitostatika untuk

    terapi TTG.

    Namun untuk negara kita yang sebagian besar masyarakatnya golongan sosio

    ekonomis rendah dan ketaatan penderita untuk mengikuti follow up secara ketat sulit

    diharapkan, sehingga kebijakan diatas sebagai upaya untuk mengurangi kejadian

    koriokarsinoma pasca mola dapat dipertanggung jawabkan apalagi bila penderita

    masih membutuhkan fungsi reproduksinya dan menderita mola risiko tinggi dengan

    kriteria :

    o Kadar hCG turun sangat lambat

    o Kadar hCG mula-mula menunjukkan penurunan namun kemudian naik lagi.

    o Kadar hCG mula-mula menurun namun kemudian mendatar dan tidak turun

    lagi

    - Histerektomi

    Dilakukan terutama pada pasien yang telah cukup umur dan cukup mempunyai anak.

    Alasan untuk melakukan histerektomi ialah karena umur tua dan paritas yang tinggi

    merupakan faktor predisposisi untuk terjadi keganasan. Batasan yang dipakai adalah

    umur 35 tahun dengan anak hidup 3. Tidak jarang bahwa pada sedian histerektomi bila

    dilakukan pemeriksaan histopatologik sudah tampak adanya keganasan berupa mola

    invasif atau koriokarsinoma.

    d. Pengawasan lanjutBertujuan untuk mengetahui sedini mungkin adanya perubahan ke arah keganasan.

    Lama pengawasan :1 tahun. Pasien dianjurkan jangan hamil dulu. Tidak dianjurkan

    memakai IUD atau suntikan. Akhir pengawasan : bila setelah pengawasan 1 tahun, kadar

    -HCG dalam batas normal atau bila telah hamil lagi.

    - Mulai minggu ke 2 sampai dengan minggu ke-12 pasca evakuasi jaringan

    25

  • 7/29/2019 Case Molahidatidosa (Dr.dadan)

    26/29

    molahidatidosa; penderita dianjurkan untuk melakukan follow up setiap 2 minggu :

    Pemeriksaan pemeriksaan yang dilakukan adalah :

    o Pemeriksaan HCG

    o Pemeriksaan klinis meliputi pemeriksan pemeriksaan

    1. Besar dan involusi uterus

    2. Ada tidaknya perdarahan

    3. Ada tidaknya tanda-tanda metastasis ( vagina , paru-paru dll )

    Bila pada setiap kali follow up kadar HCG menurun dan kurvanya mengikuti pola

    kurva regresi HCG yang sama dengan pola kurva regresi HCG normal dan

    secara klinis tidak ada tanda-tanda atau gejala-gejala pertumbuhan baru jaringan

    trofoblas; maka follow up dilakukan dengan pola yang sama sampai minggu ke 12

    pasca evakuasi jaringan molanya dan bila pada minggu ke 12 kadar HCG < 5 mIU/ml

    dilanjutkan dengan follow tahap berikutnya.

    Diagnosis adanya pertumbuhan baru jaringan trofoblas dengan pemeriksaa

    HCG ditetapkan dengan kriteria yang dianjurkan oleh Mozisuki dkk( 27 ) yakni :

    o Kadar CG > 1000 mIU/ml pada minggu ke 4

    o Kadar HCG > 100 mIU/ml pada minggu ke 6

    o Kadar HCG > 30 mIU/ml pada minggu ke 8

    26

  • 7/29/2019 Case Molahidatidosa (Dr.dadan)

    27/29

    Bila HCG melebihi batas-batas diatas dan atau secara klinis ada tanda-tanda

    pertumbuhan baru jaringan trofoblas maka selanjutnya pederita dikelola sebagai Tumor

    Trofoblas Gestasional. Pemeriksaan CT SCAN juga dilakukan bila ada kecurigaan

    atau tanda tanda metastasis ke Otak.

    Sebaliknya bila kadar HCG mengikuti pola kurva regresi yang normal dan tidak

    terdapat tanda-tanda pertumbuhan baru jaringan trofoblas secara klinik , maka follow up

    selanjutnya

    - Mulai bulan ke 4 sampai dengan bulan ke 6 , follow up dilakukan setiap bulan , dengan

    tata cara follow up yang sama dengan yang sebelumnya.Pada bulan ke -6 dilakukan

    thorax foto AP untuk menyingkirkan kemungkinan adanya metastasis di paru-paru.

    Bila perkembangan menunjukkan kearah yang baik maka dilanjutkan

    - Mulai bulan ke 8 sampai dengan bulan ke 12 dianjurkan follow up setiap 2 bulan

    sekali. Bulan ke -12 dilakukan lagi thorax foto AP untuk maksud yang sama dengan

    diatas.

    Kriteria penghentian follow up:

    - Penderita dianjurkan utuk tidak hamil sampai 12 bulan pasca evakuasi mola.

    - Penderita dianggap sembuh bila sampai dengan follow up 12 bulan tidak ada tanda

    tanda pertumbuhan baru jaringan trofoblas atau bila penderita ternyata sudah hamil

    normal lagi kurang dari 12 bulan setelah evakuasi mola. Adanya kehamilan normaldibuktikan dengan berbagai cara pemeriksaan termasuk USG.

    - Pengertian sembuh tidak berarti bahwa tidak mungkin terjadi TTG dimasa yang

    akan datang karena sifat sel trofoblas yang dormant .

    Cara kontrasepsi yang dianjurkan

    DI RSHS selama follow up ampai dengan 12 bulan pasca mola hidatidosa penderita

    dianjurkan menggunakan KB Kondom. Tidak dianjurkan memakai IUD karena efek

    samping perdarahan pada akseptor IUD akan menyulitkan diagnosis adanya pertumbuhan

    baru jaringan trofoblas sedangkan penggunaan KB hormonal tidak dianjurkan karena

    dampaknya terhadap timbulnya TTG pasca mola masih controversil ,sehingga dianggap

    lebih aman menggunakan KB kondom.

    Pembahasan

    Pengelolaan pada pasien ini:

    27

  • 7/29/2019 Case Molahidatidosa (Dr.dadan)

    28/29

    1. R/awal evakuasi adalah histerektomi intoto karena Ny.S memiliki resiko tinggi tumor

    trofoblas ganas, yitu umur ny.S 45 tahun (umur > 35 tahun), tinggi fundus uterus ny.S

    sepusat sesuai kehamila 20 minggu (TFU 20 minggu), dan kadar HCG > 300.000

    mIU/ml dan tingkat sosialekonomi ny.S yang kemungkinan besar memiliki kesadaran yg

    rendah untuk melakukan kontrol kadar hCG selama 12 bulan.

    2. Evakuasi pada ny.S dilakukan kuretase vakum karena keadaan umum ny.S akibat

    tiroitoksikosis yang tidk memungkinkan ny.S melakukan histerektomi intoto. Diharapkan

    setalah pengeluaran masa mola akan memperbaiki keadaan umum ny.s.

    3. Bagaimanakah prognosis dari pasien dengan mola hidatidosa ?

    PROGNOSIS

    Remisi dilaporkan terjadi pada 45-65% kasus. Faktor yang bertanggung jawab terhadap

    peningkatan mortalitas:

    1. Choriocarcinoma ekstensif pada diagnosis awal.

    2. Ketidaktepatan penanganan awal

    3. Kegagalan kemoterapi

    Kemoterapi yang diberikan tidak berpengaruh terhadap fertilitas dan apabila terjadi

    kehamilan, tidak meningkatkan resiko anomali pada janin. Umumnya yang menjadi ganas

    adalah mereka yang termasuk golongan resiko tinggi, seperti :

    1. Ukuran uterus > 20 minggu

    2. Umur penderita > 35 tahun

    3. Hasil PA ( Kuretase ) menunjukkan gambaran proliferasi trofoblas berlebihan

    4. HCG pra evakuasi > 100.000 mIU/ml

    Pembahasan

    Prognosis pada pasien ini:

    Ny.S memiliki resiko tinggi tumor trofoblas ganas, yitu:

    1. Umur ny.S 45 tahun (umur > 35 tahun),

    2. Tinggi fundus uterus ny.S sepusat sesuai kehamila 20 minggu (TFU 20 minggu)

    3. Kadar HCG > 300.000 mIU/ml

    28

  • 7/29/2019 Case Molahidatidosa (Dr.dadan)

    29/29

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Setiawan, et al.Kamus Kedokteran Dorland Ed 29. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta:

    2002. Hal 1051.

    2. Cuningham, Gary et al. Williams Obstetric 21st edition: Gestational Thropoblastic Disease.

    Mc Graw Hill: New York. 76:454-460. 2003

    3. Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran UNPAD. Obstetri Patologi Edisi 2:

    Kelainan telur, plasenta, air ketuban, cacat dan gangguan janin. Penerbit buku kedokteran

    EGC: Bandung, 3: 28-33. 2005

    4. William W. Beck,jr. Obstrics and Gynecology 2nd edition. Gestational Trophoblastic Disease.

    John Wiley & Sons: USA.19: 193-196

    5. Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran UNPAD. Pedoman Diagnosis dan

    Terapi Obstetri dan Ginekologi RS. DR. Hasan Sadikin. Bagian Obstetri dan Ginekologi

    Fakultas Kedokteran UNPAD: Bandung. 2: 241-245.2005

    6. Keith LG, Lopez-Zeno JA, Luke B. Twin Gestation In : Sciarra JJ ed, Gynecology and

    Obstetri, vol 2, rev ed, Philadelphia, JB. Lippincott Company. 1995; 75:1-14

    7. Martaadisoebrata D,Penyakit trofoblas`ganas dan hipertiroidisme,Kongres Nasional Perkeni

    I,Jakarta,1986.

    8. Bratakoesoema D.S ,Perkembangan diagnosis , Klasifikasi dan Pengelolaan Penyakit

    Trofoblas Gestasional Masa Kini,PIT POGI XI,Semarang, 11 14 Juli l999.

    9. WHO ,Gestational trophoblastic diseases,Report of a WHO Scientific Group,World Health

    Organization Technical Series 692 ,WHO Geneve 1983