Case Mata
-
Upload
hunied-kautsar -
Category
Documents
-
view
22 -
download
13
description
Transcript of Case Mata
LONG CASE
ABLASIO RETINA
Disusun oleh:
Hunied Kautsar, S.Ked
030.010.125
Pembimbing :
dr. Hariindra Pandji Soediro, Sp.M
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
RSUD BUDHI ASIH JAKARTA
KEPANITERAAN ILMU PENYAKIT MATA
PERIODE 5 JANUARI – 7 FEBRUARI 2015
LEMBAR PENGESAHAN
Nama Mahasiswa : Hunied Kautsar
NIM : 030.10.125
Bagian : Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata
Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti
Periode Kepaniteraan : 5 Januari 2015 – 7 Februari 2015
Judul Laporan kasus : Ablasio Retina
Pembimbing : dr. Hariindra Pandji Soediro, Sp.M
Jakarta, Januari 2015
Pembimbing,
dr. Hariindra Pandji Soediro, Sp.M
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
izin-Nya penyusun dapat menyelesaikan laporan kasus ini tepat pada waktunya. Laporan
kasus ini disusun guna memenuhi tugas kepaniteraan klinik Bagian Ilmu Penyakit Mata
RSUD Budhi Asih Jakarta.
Penyusun mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada
dr.Hariindra Pandji Soediro, Sp.M yang telah membimbing penyusun dalam mengerjakan
laporan kasus ini, serta kepada seluruh dokter yang telah membimbing penyusun selama di
kepaniteraan klinik Bagian Ilmu Penyakit Mata RSUD Budhi Asih Jakarta. Dan juga ucapan
terima kasih kepada teman-teman seperjuangan di kepaniteraan ini, serta kepada semua pihak
yang telah memberi dukungan dan bantuan kepada penyusun.
Dengan penuh kesadaran dari penyusun, meskipun telah berupaya semaksimal
mungkin untuk menyelesaikan laporan kasus ini, namun masih terdapat kelemahan dan
kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat penyusun harapkan.
Akhir kata, penyusun mengharapkan semoga laporan kasus ini dapat berguna dan
memberikan manfaat bagi kita semua.
Jakarta, Januari 2015
Hunied Kautsar
3
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................................... 2
KATA PENGANTAR ................................................................................................... 3
DAFTAR ISI .................................................................................................................. 4
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 5
BAB II LAPORAN KASUS........................................................................... 6
BAB III ANALISA KASUS ............................................................................. 14
BAB IV TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 17
BAB V TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 29
BAB VI TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 30
4
BAB I
PENDAHULUAN
Retina pada mata seperti lapisan film pada kamera tempat obyek yang dilihat oleh
mata, merupakan struktur yang sangat terorganisasi, dengan kemampuan untuk memulai
pengolahan informasi penglihatan sebelum informasi tersebut ditransmisikan melalui nervus
opticus ke korteks visual. Begitu pentingnya fungsi retina, sehingga jika terdapat gangguan
atau kelainan pada retina dapat terjadi gangguan penglihatan dimana pasien dapat mengalami
penurunan baik pada visus maupun lapang pandangnya.1
Penglihatan turun mendadak tanpa disertai adanya radang ekstraokular dapat
disebabkan oleh beberapa kelainan. Kelainan ini dapat ditemui pada neuritis optik, obstruksi
vena retina sentral, oklusi arteri retina sentral, perdarahan badan kaca, ambliopia toksik,
histeria, retinopati serosa sentral, amaurosis fugaks dan koroiditis. Di samping hal tersebut
perlu pula dipikirkan adanya ablasio retina.1,2,3
Ablasio retina merupakan suatu keadaan dimana sel kerucut dan sel batang retina dari
sel epitel pigmen retina terpisah. Pada keadaan ini sel epitel pigmen masih melekat erat
dengan membran Bruch. Sebenarnya, tidak terdapat perlekatan struktural antara sel kerucut
dan sel batang retina dengan koroid ataupun epitel pigmen retina, sehingga merupakan titik
lemah yang potensial untuk lepas secara embriologis.3
Lepasnya retina atau sel kerucut dan sel batang dari epitel pigmen retina akan
mengakibatkan gangguan nutrisi retina dari pembuluh darah koroid yang bila berlangsung
lama akan mengakibatkan gangguan fungsi yang menetap. Dikenal 3 bentuk ablasi retina,
antara lain1,2,3 :
1. Ablasi retina regmatogenosa
2. Ablasi retina eksudatif
3. Ablasi retina traksi
5
Pada ablasio retina ini bila tidak segera dilakukan tindakan akan mengakibatkan cacat
penglihatan atau kebutaan. Oleh karena itu, makalah ini membahas lebih lanjut mengenai
ablasio retina sehingga kelainan mata ini dapat dideteksi secara dini dan kecacatan maupun
kebutaan akibat penyakit ini dapat dihindarkan.
BAB II
LAPORAN KASUS
1. IDENTITAS PASIEN
Nama lengkap : Tn AK Jenis kelamin : Laki-laki
Usia : 54 tahun Suku bangsa : Betawi
Status perkawinan : Menikah Agama : Islam
Pekerjaan : Mantan sopir bus No RM :884005
Alamat : Matraman, Jakarta Pusat
Dilakukan autoanamnesis pada tanggal 22 Januari 2015 pk 10:08 di poliklinik mata
RSUD Budhi Asih.
II. ANAMNESIS
Keluhan Utama
Pengelihatan mata kiri turun mendadak sejak 1 tahun yang lalu, pengelihatan mata kanan
turun perlahan sejak 2 tahun yang lalu.
Keluhan Tambahan
Mata kanan OS sering terasa seperti ada benda yang melayang-layang menutupi
pengelihatan, dan terasa seperti ada selaput yang menutupi.
Riwayat Penyakit Sekarang
6
Pasien datang berobat ke Poliklinik Mata RSUD Budhi Asih dengan keluhan utama
mata kiri pengelihatan turun mendadak sejak 1 tahun yang lalu, dan mata kanan pengelihatan
turun perlahan sejak kurang lebih 2 tahun yang lalu. OS menjelaskan bahwa masalah ini
dimulai semenjak mata kiri OS terkena plat kopling mobil yang melayang ketika OS sedang
memperbaiki mobil pada tahun 1995. Saat itu, mata kiri OS berdarah, dan pengelihatan dirasa
turun mendadak hingga OS merasa hampir tidak bisa melihat apapun, atas keluhan ini OS
segera berobat ke RSUPN Cipto Mangunkusum Jakarta dan dilakukan operasi pada mata kiri
OS. Setelah dilakukan operasi, pengelihatan pada mata kiri OS dirasa membaik, sehingga OS
dapat kembali bekerja sebagai sopir bus. Namun, sejak sekitar 1 tahun yang lalu pengelihatan
mata kiri OS kembali terasa turun mendadak, sehingga OS sudah tidak mampu menyetir
mobil dan bekerja. Di sisi lain, OS menjelaskan saat kejadian tahun 1995 tersebut mata kanan
OS tidak bermasalah sama sekali, namun sejak sekitar tahun 2013 pengelihatan pada mata
kanan OS berangsur angsur memburuk. OS merasa seperti ada bercak berwarna keputihan
yang menyelubungi bagian tengah mata OS. Seiring berjalannya waktu, Bercak berwarna
putih tersebut berangsur membesar, Os berobat ke poliklinik mata RSUD Budhi asih pada
bulan Juli tahun 2013 dan diberikan obat tetes mata untuk mata kanan OS. Namun,
pengelihatan pada mata kanan OS terus memburuk hingga saat ini OS mengaku hampir tidak
bisa melihat apapun. Mata kanan OS juga terasa seperti melihat benda berwarna hitam yang
melayang-layang, dan fenomena ini kerap timbul tiba-tiba. Rasa kering, perih, nyeri, dan
berair pada kedua mata disangkal oleh OS. OS juga menyangkal adanya rasa pusing, mual,
dan muntah.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit Hipertensi, Diabetes Mellitus, dan Asma disangkal oleh OS.
Riwayat Alergi obat disangkal oleh pasien. Pasien menyangkal pernah memakai kacamata,
atau rabun pada kedua mata sebelumnya.
Riwayat Penyakit Keluarga
Di keluarga pasien tidak ada yang pernah mengalami sakit yang sama seperti pasien.
Riwayat Hidup dan Kebiasaan
Pasien merokok kurang lebih setengah bungkus setiap harinya.
7
Riwayat pengobatan
Pasien pernah mejalani operasi mata kiri pada tahun 1995 di RSUPN Cipto
Mangunkusumo. OS pernah berobat ke poliklinik mata RSUD Budhi Asih pada juli 2013 atas
keluhan mata kanan yang terasa buram dan diberika obat tetes mata dan diinstruksikan untuk
kontrol 2 bulan kemudian, namun OS tidak datang untuk kontrol.
III. PEMERIKSAAN FISIK
STATUS GENERALIS
Pemeriksaan Umum
Kesadaran : Compos mentis
Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Nadi : 85x/menit
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Suhu : Afebris
Pernapasan : 20 x/menit
STATUS OPTHALMOLOGIS
Visus:
VOD : 1/∞ PH (-)
VOS : 1/300 PH (-)
8
9
Occuli Dextra Bola Mata Occuli Sinistra
Ortophoria Kedudukan bola
mata
Ortophoria
Baik ke segala arah Pergerakan bola
mata
Baik ke segala arah
Hiperemis (-), oedem (-),
ektropion (-). Entropion
(-), trikiasis (-), distikiasis
(-), ptosis (-)
Palpebra Hiperemis (-), oedem (-),
ektropion (-). Entropion (-),
trikiasis (-), distikiasis (-),
ptosis (-)
Hiperemis (-), litiasis (-),
folikel (-), papil (-)
Konjungtiva
tarsalis superior
Hiperemis (-), litiasis (-),
folikel (-), papil (-)
Injeksi siliar (-), injeksi
episklera (-), perdarahan
subkonjungtiva (-),
pterigium (-)
Konjungtiva bulbi Injeksi siliar (-), injeksi
episklera (-), perdarahan
subkonjungtiva (-),
pterigium (-)
Hiperemis (-), litiasis (-),
folikel (-), papil (-)
Konjungtiva
tarsalis inferior
Hiperemis (-), litiasis (-),
folikel (-), papil (-)
Keruh Kornea Jernih
Tidak dapat dinilai Camera occuli
anterior
Dalam, sel (-), flare(-)
Tidak dapat dinilai Iris warna: coklat, kripti baik,
iris tremulans (-)
Tidak dapat dinilai Pupil iregular, RCL +, Marcus
Gunn's pupil -
Tidak dapat dinilai Lensa afakia
Tidak dapat dinilai Vitreous humor Keruh
Tidak dapat dinilai Funduskopi Refleksi fundus (+) warna
putih, papil sulit dinilai,
CDR sulit dinilai, pemb.
darah retina sulit dinilai,
refleks makula sulit dinilai
,
Tidak dapat dinilai Tekanan intra
okuler
15.0 mmHg
Oculi dextra
Oculi sinistra
Oculi sinistra
10
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tonometri
Foto fundus
V. RESUME
Pasien datang berobat ke Poliklinik Mata RSUD Budhi Asih dengan keluhan utama mata
kiri pengelihatan turun mendadak sejak 1 tahun yang lalu, dan mata kanan pengelihatan turun
perlahan sejak kurang lebih 2 tahun yang lalu. OS menjelaskan bahwa masalah ini dimulai
semenjak mata kiri OS terkena plat kopling mobil yang melayang ketika OS sedang
memperbaiki mobil pada tahun 1995. Saat itu, mata kiri OS berdarah, dan pengelihatan dirasa
turun mendadak hingga OS merasa hampir tidak bisa melihat apapun, atas keluhan ini OS
segera berobat ke RSUPN Cipto Mangunkusum Jakarta dan dilakukan operasi pada mata kiri
OS. Setelah dilakukan operasi, pengelihatan pada mata kiri OS dirasa membaik, sehingga OS
dapat kembali bekerja sebagai sopir bus. Namun, sejak sekitar 1 tahun yang lalu pengelihatan
mata kiri OS kembali terasa turun mendadak, sehingga OS sudah tidak mampu menyetir
mobil dan bekerja. Di sisi lain, OS menjelaskan saat kejadian tahun 1995 tersebut mata kanan
OS tidak bermasalah sama sekali, namun sejak sekitar tahun 2013 pengelihatan pada mata
kanan OS berangsur angsur memburuk. OS merasa seperti ada bercak berwarna keputihan
yang menyelubungi bagian tengah mata OS. Seiring berjalannya waktu, Bercak berwarna
putih tersebut berangsur membesar, Os berobat ke poliklinik mata RSUD Budhi asih pada
11
bulan Juli tahun 2013 dan diberikan obat tetes mata untuk mata kanan OS. Namun,
pengelihatan pada mata kanan OS terus memburuk hingga saat ini OS mengaku hampir tidak
bisa melihat apapun. Mata kanan OS juga terasa seperti melihat benda berwarna hitam yang
melayang-layang, dan fenomena ini kerap timbul tiba-tiba. Rasa kering, perih, nyeri, dan
berair pada kedua mata disangkal oleh OS. OS juga menyangkal adanya rasa pusing, mual,
dan muntah. Riwayat Hipertensi, diabetes mellius, asma, serta alergi obat disangkal oleh OS.
VII. DIAGNOSIS KERJA
Ablasio retina OS
Afakia OS
keratopati OD
Floaters OD
IX. PENATALAKSANAAN
Non medikamentosa
Konsul ke spesialis mata bagian retina,
Pasien banyak istirahat, tidak banyak bergerak dan mengejan
Mata tidak dikucek-kucek, dan ditekan tekan
Medikamentosa
Retivit 1x1 tablet
Vitrulent A 4 dd Gtt 1 Ods
X. PROGNOSIS
12
Ad vitam :Bonam
OD
Ad fungsionam : Ad malam
Ad sanationam :Ad malam
OS
Ad fungsionam :Dubia ad malam
Ad sanationam :Ad malam
BAB III
ANALISA KASUS
13
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan data medis pasien diatas, ditemukan beberapa permasalahan. Adapun
permasalahan medis yang terdapat pada pasien adalah:
a. Penglihatan mata kiri kembali turun mendadak,
b. pengelihatan mata kanan turun perlahan dan tampak selaput putih di mata,
c. tampak benda berwarna hitam yang melayang layang menutupi pengelihatan mata
kanan
2. Analisis kasus
Pada kasus ini, pasien pria berusia 54 tahun datang dengan keluhan utama penglihatan
mata kiri yang tiba-tiba buram kembali sejak kurang lebih 1 tahun sebelum masuk rumah
sakit, dan mata kanan yang perlahan buram sejak 2 tahun sebelum masuk rumah sakit. Dari
hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
kelainan mata pada pasien ini berjalan masing-masing antara mata kanan dan mata kiri,
dalam kata lain, keratopati yang terjadi pada mata kanan pasien bukan diakibatkan oleh
underlying disease yang terjadi pada mata kiri pasien. Dari keluhan utama mata kiri pasien
dapat dikategorikan bahwa keluhan mata pasien ini termasuk dalam kategori keluhan mata
tenang visus turun mendadak. Sedangkan dari keluhan utama mata kanan pasien dapat
digolongkan dalam mata merah/mata tenang visus turun. Keterangan mengenai kondisi mata
tenang atau mata merah pada mata kanan pasien tidak dapat dikonfirmasi dengan pasti karena
kelainan pada mata kanan pasien terjadi sejak 2 tahun sebelum pasien datang kerumah sakit,
namun dari hasil pemeriksaan yang dilakukan saat ini, keratopati pada mata kanan pasien
kemungkinan diawali oleh suatu kelainan kornea yang daoat disebabkan juga oleh trauma
atau infeksi, yang dalam hal ini dapat digolongkan dalam mata merah visus turun.
Pada kasus ini, pasien mengaku pernah mengalami trauma yang mengenai mata kiri
dan segera setelah kejadian, pandangan mata kiri pasien turun mendadak. Gejala klinis yang
dialami oleh pasien mengarah kepada ablasio retina berulang,. Keluhan ini sebenarnya sudah
dialami oleh pasien sejak 1 tahun lalu, namun kelainan ini semakin meningkat seiring dengan
berjalannya waktu. Jadi dapat disimpulkan bahwa sebenarnya proses recurrent retinal break
14
sudah dari sejak 1 tahun lalu Adanya robekan pada retina ini dapat menyebabkan vitreus
masuk di antara epitel dan 9 lapisan retina, sehingga memungkinkan terjadinya ablasio.
Pasien yang dinyatakan mengalami ablasio retina apabila terdapat beberapa tanda dari
pemeriksaan mata, antara lain:
Tajam penglihatan sangat turun sampai mencapai 1/300. Pada pemeriksaan didapatkan
visus pasien 1/300.
Relatif afferent papillary defect pada mata yang tidak normal
Terlihat retina berwarna abu-abu dan terangkat dari sekitarnya, gambaran ini terlihat pada
hasil foto fundus pasien.
Ablasio retina pada pasien ini terjadi akibat trauma tumpul parah yang terjadi pada
tahun 1995, yang kemudian telah dilakukan tatalaksana pembedahan di RSUPNCM. Trauma
tumpul berat menyebabkan kompresi diameter antero-posterior dari bola mata, serta diikuti
dengan ekspansi dari equatorial plane bola mata, sehingga retina dapat robek dan terlepas.
Seperti di ilustrasikan oleh gambar berikut:
.
Pada hasil foto fundus juga didapatkan gambaran ablasio retina OS, Pemeriksaan foto
fundus juga menyingkirkan diagnosis banding oklusi arteri retina sentralis, oklusi cabang
retina sentralis, oklusi vena retina sentralis, dan gangguan saraf optik.
Tatalaksana pada ablasio adalah dengan operasi melepaskan traksi vitreoretina serta
dapat menutup robekan retina yang ada, melalui adhesi korioretinal di sekitar robekan
melalui diatermi, krioterapi, atau fotokoagulasi laser. Pembedahan yang sering dilakukan
adalah scleral buckling, pneumatic retinopexy dan intraocular silicone oil tamponade yang
15
kemungkinan besar telah dikerjakan pada pasien ini. Kebanyakan praktisi lebih sering
melakukan prosedur scleral buckling.
Prognosis ad vitam pada kasus ini bonam karena tidak mengancam nyawa. Prognosis
ad functionam adalah dubia ad malam karena dapat menyebabkan kebutaan. Prognosis ad
sanationam adalah dubia ad malam, karena berpotensial untuk kambuh kembali lagi.
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
16
3.1. Ablasio Retina
3.1.1. Definisi
Ablasio retina adalah suatu keadaan terpisahnya sel kerucut dan batang retina dari sel
epitel pigmen retina. Pada keadaan ini sel epitel pigmen masih melekat erat dengan
membrane Bruch. 2 Karena antara sel kerucut dan sel batang retina tidak terdapat suatu
perlekatan struktural dengan koroid atau epitel pigmen, maka daerah ini merupakan
titik lemah yang potensial untuk lepas secara embriologis. Lepasnya retina atau sel
kerucut dan batang dari koroid atau sel epitel pigmen retina akan mengakibatkan
terjadinya gangguan nutrisi retina dari pembuluh darah koroid yang bila berlangsung
lama akan mengakibatkan gangguan fungsi yang menetap.
Gambar 4. Ablasio retina
3.1.2. Patogenesis
Ruangan potensial antara neuroretina dan epitel pigmennya sesuai dengan rongga
vesikel optik embriogenik. Kedua jaringan ini melekat longgar pada mata yang matur dan
dapat terpisah : 6
1. Jika terjadi robekan pada retina, sehingga vitreus yang mengalami likuifikasi dapat
memasuki ruangan subretina dan menyebabkan ablasio progresif (ablasio
regmatogenosa).
2. Jika retina tertarik oleh serabut jaringan kontraktil pada permukaan retina (misalnya
seperti pada retinopati proliferatif pada diabetes mellitus (ablasio retina traksional).
17
3. Walaupun jarang terjadi, bila cairan berakumulasi dalam ruangan subretina akibat
proses eksudasi, yang dapat terjadi selama toksemia pada kehamilan (ablasio retina
eksudatif)
Ablasio retina idiopatik (regmatogen) terjadinya selalu karena adanya robekan retina
atau lubang retina. Sering terjadi pada miopia, pada usia lanjut, dan pada mata afakia.
Perubahan yang merupakan faktor prediposisi adalah degenerasi retina perifer (degenerasi
kisi-kisi/lattice degeration), pencairan sebagian badan kaca yang tetap melekat pada daerah
retina tertentu, cedera, dan sebagainya.9
Perubahan degeneratif retina pada miopia dan usia lanjut juga terjadi di koroid.
Sklerosis dan sumbatan pembuluh darah koroid senil akan menyebabkan berkurangnya
perdarahan ke retina. Hal semacam ini juga bisa terjadi pada miopia karena teregangnya dan
menipisnya pembuluh darah retina. Perubahan ini terutama terjadi di daerah ekuator, yaitu
tempat terjadinya 90% robekan retina. Terjadinya degenerasi retina pada mata miopia 10
sampai 15 tahun lebih awal daripada mata emetropia. Ablasi retina delapan kali lebih sering
terjadi pada mata miopia daripada mata emetropia atau hiperopia. Ablasi retina terjadi sampai
4% dari semua mata afakia, yang berarti 100 kali lebih sering daripada mata fakia.9
Terjadinya sineresis dan pencairan badan kaca pada mata miopia satu dasawarsa lebih
awal daripada mata normal. Depolimerisasi menyebabkan penurunan daya ikat air dari asam
hialuron sehingga kerangka badan kaca mengalami disintegrasi. Akan terjadi pencairan
sebagian dan ablasi badan kaca posterior. Oleh karenanya badan kaca kehilangan konsistensi
dan struktur yang mirip agar-agar, sehingga badan kaca tidak menekan retina pada epitel
pigmen lagi. Dengan gerakan mata yang cepat, badan kaca menarik perlekatan vireoretina.
Perlekatan badan kaca yang kuat biasanya terdapat di daerah sekeliling radang atau daerah
sklerosis degeneratif. Sesudah ekstraksi katarak intrakapsular, gerakan badan kaca pada
gerkan mata bahkan akan lebih kuat lagi.Sekali terjadi robekan retina, cairan akan menyusup
di bawah retina sehingga neuroepitel akan terlepas dari epitel pigmen dan koroid.9
3.1.3. Etiologi4
1. Robekan retina
2. Tarikan dari jaringan di badan kaca
3. Desakan tumor, cairan, nanah ataupun darah.
3.1.4. Klasifikasi1,2
18
Terdapat tiga jenis utama : ablasio regmatogenosa, ablasio traksi dan ablasio serosa
atau hemoragik.
1. Ablasio Retina Regmatogenosa
Merupakan bentuk tersering dari ablasio retina. Pada ablasio retina regmatogenosa
dimana ablasi terjadi akibat adanya robekan di retina sehingga cairan masuk ke belakang
antara sel pigmen epitel dengan retina. Terjadi pendorongan retina oleh badan kaca cair (fluid
vitreous) yang masuk melalui robekan atau lubang pada retina ke rongga subretina sehingga
mengapungkan retina dan terlepas dari lapis epitel pigmen koroid.
Karakteristik ablasio regmatogenosa adalah pemutusan total (full-thickness) di retina
sensorik, traksi korpus vitreum dengan derajat bervariasi, dan mengalirnya korpus vitreum
cair melalui defek retina sensorik ke dalam ruang subretina. Ablasio retina regmatogenosa
spontan biasanya didahului atau disertai oleh pelepasan korpus vitreum. Miopia, afakia,
degenerasi lattice, dan trauma mata biasanya berkaitan dengan ablasio retina jenis ini.2
Ablasio retina akan memberikan gejala terdapatnya gangguan penglihatan yang
kadang-kadang terlihat sebagai tabir yang menutup. Terdapatnya riwayat adanya pijaran api
(fotopsia) pada lapangan penglihatan.3,11
Ablasio retina yang berlokalisasi di daerah supratemporal sangat berbahaya karena
dapat mengangkat makula. Penglihatan akan turun secara akut pada ablasio retina bila
dilepasnya retina mengenai makula lutea.3
Bila bola mata bergerak akan terlihat retina yang lepas (ablasio) bergoyang. Kadang-
kadang terdapat pigmen di dalam badan kaca. Pada pupil terlihat adanya defek aferen pupil
akaibat penglihatan menurun. Tekanan bola mata rendah dan dapat meninggi bila telah terjadi
neovaskular glaukoma pada ablasio yang telah lama.3Mata yang berisiko untuk terjadinya
ablasi retina adalah mata dengan myopia tinggi, pasca retinitis, dan retina yang
memperlihatkan degenerasi di bagian perifer, 50% ablasi yang timbul pada afakia.
Pada pemeriksaan funduskopi akan terlihat retina yang terangkat berwarna pucat
dengan pembuluh darah di atasnya dan terlihat adanya robekan retina berwarna merah.
19
Gambar 5. robekan retina berwarna merah.
Pemeriksaan yang teliti biasanya memperlihatkan satu atau lebih pemutusan retina
total misalnya robekan berbentuk tapal kuda, lubang atrofik bundar, atau robekan
sirkumferensial anterior (dialisis retina). Letak pemutusan retina bervariasi sesuai dengan
jenis; robekan tapal kuda paling sering terjadi di kuadran superotemporal, lubang atrofik di
kuadran temporal, dan dialisis retina di kuadran inferotemporal. Apabila terdapat robekan
retina multipel, maka defek biasanya terletak dalam 90 derajat satu sama lain.2,3
Gambar 5. Robekan tapal kuda
2. Ablasio Retina Traksi
Merupakan jenis tersering kedua, ablasio retina traksional terjadi akibat adanya
tarikan (traksi) oleh jaringan parut pada badan kaca menyebabkan retina terangkat dari
epitel pigmennya. Jaringan fibrosis pada badan kaca dapat disebabkan oleh retinopati
diabetic proliferatif, vitreoretinopati proliferatif, retinopati pada prematuritas, trauma
20
mata, dan perdarahan badan kaca akibat pembedahan atau infeksi terutama disebabkan
oleh retinopati diabetes proliferatif, vitreoretinopati proliferatif,
Ablasio retina karena traksi khas memiliki permukaan yang lebih konkaf dan
cenderung lebih lokal, biasanya tidak meluas ke ora seratta. Pada ablasi ini lepasnya jaringan
retina akibat tarikan jaringan parut pada badan kaca yang akan mengakibatkan ablasi retina,
dan penglihatan turun tanpa rasa sakit.
Gambar 7.Ablasio retina traksi
Berbeda dengan penampakan konveks pada ablasio regmatogenosa, ablasio retina
akibat traksi yang khas memiliki permukaan yang lebih konkaf dan cenderung lebih lokal,
biasanya tidak meluas ke ora serata. Gaya traksi yang secara aktif menarik retina sensorik
menjauhi epitel pigmen di bawahnya disebabkan oleh adanya membran vitreosa, epiretina,
atau subretina yang terdiri dari fibroblas dan sel glia atau sel epitel pigmen retina. Pada
ablasio retina akibat traksi pada diabetes, kontraksi korpus vitreum menarik jaringan
fibrovaskular dan retina di bawahnya ke arah anterior menuju dasar korpus vitreum. Pada
awalnya pelepasan mungkin terbatas di sepanjang arkade-arkade vaskular, tetapi dapat terjadi
perkembangan sehingga kelainan melibatkan retina midperifer dan makula.
21
Gambar 8. pasien dengan diabetes retinopati proliferatif disertai ablasio retina traksional dibagian
supratemporal.
Proses patologik dasar pada mata yang mengalami vitreoretinopati proliferatif adalah
pertumbuhan dan kontraksi membran selular di kedua sisi retina dan di permukaan korpus
vitreum posterior. Traksi fokal dari membran selular dapat menyebabkan robekan retina dan
menimbulkan kombinasi ablasio retina regmatogenosa-traksional.2.
3. Ablasio Retina Eksudatif
Ablasio retina eksudatif adalah ablasio yang terjadi akibat tertimbunnya eksudat di
bawah retina dan mengangkat retina. Penimbunan cairan subretina sebagai akibat keluarnya
cairan dari pembuluh darah retina dan koroid (ekstravasasi), Kelainan ini dapat terjadi pada
skleritis, koroiditis, tumor retrobulbar, radang uvea, idiopati, toksemia gravidarum. Pada
ablasio tipe ini penglihatan dapat berkurang dari ringan sampai berat. Ablasio ini dapat hilang
atau menetap bertahun-tahun setelah penyebabnya berkurang atau hilang.
Ablasio ini adalah hasil dari penimbunan cairan dibawah retina sensorik, dan terutama
disebabkan oleh penyakit epitel pigmen retina dan koroid. Penyakit degenerative, inflamasi,
dan infeksi yang terbatas pada macula termasuk neovaskularisasi subretina yang disebabkan
oleh berbagai macam hal, mungkin berkaitan dengan ablasio retina jenis ini.
3.1.5. Diagnosis
Diagnosis ablasio retina ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan oftalmologi, dan
pemeriksaan penunjang.
Gambar 10. Perhatikan eksudat di makula
Gambar 9. Ablasio retina serosa
22
a) Anamnesis
Gejala yang sering dikeluhkan penderita adalah:
1) Floater: penderita merasakan adanya tabir atau bayangan yang datang dari perifer
(biasanya dari sisi nasal) meluas dalam lapangan pandang. Tabir ini bergerak
bersamasama dengan gerakan mata.
2) Fotopsia: penderita melihat kilatan cahaya.
3) Penurunan tajam penglihatan. Pasien mengeluh penglihatannya sebagian seperti
tertutup tirai yang semakin lama semakin luas. Selain itu, dari anamnesis perlu
ditanyakan adanya riwayat trauma, riwayat pembedahan sebelumnya (seperti
ekstraksi katarak, pengangkatan corpus alienum intraokuli), riwayat penyakit mata
sebelumnya (uveitis, perdarahan vitreus, ambliopa, glaukoma dan retinopati diabetik),
riwayat keluarga dengan penyakit mata serta penyakit sistemik yang berhubungan
dengan ablasio retina, misalnya diabetes, tumor, leukemia, eklamsia dan prematuritas.
b) Pemeriksaan Oftalmologi
1) Pemeriksaan visus. Tajam penglihatan akan sangat terganggu bila makula lutea
ikut terangkat.
2) Pemeriksaan lapangan pandang. Akan terjadi defek lapangan pandang seperti
tertutup tabir dan dapat terlihat skotoma relatif sesuai dengan kedudukan ablasio
retina.
3) Pemeriksaan slit lamp; anterior segmen biasanya normal, pemeriksaan vitreous
untuk mencari tanda pigmen atau “tobacco dust”, ini merupakan patognomonis
dari ablasio retina pada 75 % kasus.
4) Pemeriksaan funduskopi. Retina yang mengalami ablasio tampak sebagai
membran abu-abu merah muda yang menutupi gambaran vaskuler koroid dan
terlihat adanya robekan retina berwarna merah.
5) Pemeriksaan tekanan bola mata. Pada ablasio retina tekanan intraokuli
kemungkinan menurun.
c) Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mengetahui adanya penyakit penyerta
antara lain glaukoma, diabetes melitus, maupun kelainan darah.
2) Pemeriksaan ultrasonografi dilakukan bila retina tidak dapat tervisualisasi oleh
karena perubahan kornea, katarak, atau perdarahan.
23
3) Teknik pencitraan seperti foto orbita, CT scan, atau MRI tidak diindikasikan
untuk membantu diagnosis ablasio retina tetapi dapat dibutuhkan untuk
mendeteksi benda asing intraokuli dan tumor.
Tabel 1. Gambaran Diagnosis Dari Tiga Tipe Ablasio Retina
Regmatogenus Traksi Eksudatif
Riwayat penyakit Afakia, myopia, trauma tumpul, photopsia, floaters, gangguan lapangan pandang yang progresif, dengan keadaan umum baik.
Diabetes, premature,trauma tembus, penyakit sel sabit, oklusi vena.
Factor-faktor sistemik seperti hipertensi maligna, eklampsia, gagal ginjal.
Kerusakan retina Terjadi pada 90-95 % kasus
Kerusakan primer tidak ada
Tidak ada
Perluasan ablasi Meluas dari oral ke discus, batas dan permukaan cembung tergantung gravitasi
Tidak meluas menuju ora, dapat sentral atau perifer
Tergantung volume dan gravitasi, perluasan menuju oral bervariasi, dapat sentral atau perifer
Pergerakan retina Bergelombang atau terlipat
Retina tegang, batas dan permukaan cekung, Meningkat pada titik tarikan
Smoothly elevated bullae, biasanya tanpa lipatan
Bukti kronis Terdapat garis pembatas, makrosis intra retinal, atropik retina
Garis pembatas Tidak ada
Pigmen pada vitreous
Terlihat pada 70 % kasus
Terlihat pada kasus trauma
Tidak ada
Perubahan vitreous Sineretik, PVD, tarikan pada lapisan yang robek
Penarikan vitreoretinal
Tidak ada, kecuali pada uveitis
Cairan sub retinal Jernih Jernih atau tidak ada Dapat keruh dan
24
perpindahan berpindah secara cepat tergantung pada perubahan posisi kepala.
Massa koroid Tidak ada Tidak ada Bisa ada
Tekanan intraocular Rendah Normal Bervariasi
Transluminasi Normal Normal Transluminasi terblok apabila ditemukan lesi pigmen koroid
Keaadan yang menyebabkan ablasio
Robeknya retina Retinopati diabetikum proliferative, post traumatis vitreous traction
Uveitis, metastasis tumor, melanoma maligna, retinoblastoma, hemangioma koroid, makulopati eksudatif senilis, ablasi eksudatif post cryotherapi atau dyathermi.
3.1.6. Penatalaksanaan6
1. Scleral buckling
setelah defek pada retina ditandai pada luar sclera, cryosurgery dilakukan
disekitar lesi. Dilanjutkan dengan memperkirakan bagian dari dinding bola mata
yang retinanya terlepas, lalu dilakukan fiksasi dengan buckle segmental atau circular
band (terlingkari >360 derajat) pada sclera. Keuntungan dari tehnik ini adalah
menggunakan peralatan dasar, waktu rehabilitasi pendek,resiko iatrogenic yang
menyebabkan kekeruhan lensa rendah, mencegah komplikasi intraocular seperti
perdarahan dan inflamasi.
Metode ini paling banyak digunakan pada ablasio retina regmatogenosa
terutama tanpa disertai komplikasi lainnya. Prosedur meliputi lokalisasi posisi
robekan retina, menangani robekan dengan cryoprobe, dan selanjutnya dengan
scleral buckle (sabuk). Sabuk ini biasanya terbuat dari spons silikon atau silikon
25
padat. Ukuran dan bentuk sabuk yang digunakan tergantung lokasi dan jumlah
robekan retina. Pertama-tama dilakukan cryoprobe atau laser untuk memperkuat
perlengketan antara retina sekitar dan epitel pigmen retina. Sabuk dijahit
mengelilingi sklera sehingga terjadi tekanan pada robekan retina sehingga terjadi
penutupan pada robekan tersebut. Penutupan retina ini akan menyebabkan cairan
subretinal menghilang secara spontan dalam waktu 1-2 hari.
Gambar 11. Skleral buckling
1. Retinopeksi pneumatic
Retinopati pneumatik merupakan metode yang juga sering digunakan pada
ablasio retina regmatogenosa terutama jika terdapat robekan tunggal pada bagian
superior retina.
Udara dimasukkan ke dalam viterus. Dengan cara ini retina dapat dilekatkan
kembali. Cryosurgery dilakukan sebelum atau sesudah penyuntikan gas atau koagulasi
dengan laser yang dilakukan di sekitar defek retina setelah perlekatan retina.
Pelepasan dengan robekan tunggal pada retina di tepi atas fundus (arah jam 10- jam
2) adalah kondisi yang paling bagus untuk prosedur ini.
26
Gambar 12. Retinopeksi pneumatic
3 Pars Plana Vitrektomi
Vitrektomi merupakan cara yang paling banyak digunakan pada ablasio akibat
diabetes, dan juga digunakan pada ablasio regmatogenosa yang disertai traksi vitreus
atau perdarahan vitreus. Cara pelaksanaannya yaitu dengan membuat insisi kecil pada
dinding bola mata kemudian memasukkan instrumen hingga ke cavum vitreous
melalui pars plana. Setelah itu dilakukan vitrektomi dengan vitreus cutter untuk
menghilangkan berkas badan kaca (vitreous strands), membran, dan perlekatan-
perlekatan. Teknik dan instrumen yang digunakan tergantung tipe dan penyebab
ablasio.
Dibawah mikroskop, badan vitreus dan semua komponen penarikan epiretinal
dan subretinal dikeluarkan. Lalu retina dilekatkan kembali dengan cairan
perfluorocarbon. Defek pada retina ditutup dengan endolaser atau aplikasi eksokrio.
Keuntungan PPV:
1. Dapat menentukan lokasi defek secara tepat
2. Dapat mengeliminasi media yang mengalami kekeruhan karena teknik ini dapat
dikombinasikan dengan ekstraksi katarak.
3. Dapat langsung menghilangkan penarikan dari vitreous.
Kerugian PPV:
1. Membutuhkan tim yang berpengalaman dan peralatan yang mahal.
2. Dapat menyebabkan katarak.
3. Kemungkinan diperlukan operasi kedua untuk mengeluarkan silicon oil
27
4. Perlu follow up segera (terjadinya reaksi fibrin pada kamera okuli anterior yang
dapat meningkatkan tekanan intraokuler.
Gambar 13. Vitrektomi
3.1.7. Prognosis
Prognosis tergantung luasnya robekan retina, jarak waktu terjadinya ablasio,
diagnosisnya dan tindakan bedah yang dilakukan. Terapi yang cepat memberikan
prognosis yang lebih baik. Prognosis lebih buruk bila mengenai makula atau jika telah
berlangsung lama. Jika macula melekat dan pembedahan berhasil melekatkan kembali
retina perifer, maka hasil penglihatan sangat baik dan robekan yang lebih luas pada
vitreus dapat dicegah. Jika makula lepas lebih dari 24 jam sebelum pembedahan, maka
tajam penglihatan sebelumnya mungkin tidak dapat pulih sepenuhnya. Namun, bagian
penting dari penglihatan dapat kembali pulih dalam beberapa bulan
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Ablasio retina (retinal detachment) adalah suatu keadaan terpisahnya sel kerucut dan
sel batang retina dari sel epitel pigmen retina. Ablasio retina lebih banyak terjadi pada usia
28
40-70 tahun. Faktor penyebab ablasio retina terbanyak adalah miopia, operasi katarak
(afakia, pseudofakia), dan trauma okuler. Gejala dari ablasio retina adalah adanya floater,
fotopsia, dan penurunan tajam penglihatan. Pada pemeriksaan funduskopi diperoleh retina
yang mengalami ablasio tampak sebagai membran abu-abu merah muda yang menutupi
gambaran vaskuler koroid dan terlihat adanya robekan retina berwarna merah.
Prinsip penatalaksanaan pada ablasio retina adalah untuk melekatkan kembali lapisan
neurosensorik ke lapisan epitel pigmen retina, yaitu dengan pembedahan. Namun, pada
ablasio retina eksudatif juga diberikan terapi medikamentosa sesuai dengan etiologinya.
Prognosis tergantung luasnya robekan retina, jarak waktu terjadinya ablasio, diagnosisnya
dan tindakan bedah yang dilakukan. Pada miopia tinggi, karena ada degenerasi retina, maka
prognosis buruk.
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
1. Basic and Clinical Science Course, Retinal and Vitreous, saection 12, American-Academy of Ophtalmology, United State, 1997.
2. Elkington AR, Khaw PT, Petunjuk Penting Kelainan Mata, Buku Kedokteran EGC, Jakarta,1995.
29
3. Freeman WR, Practical Atlas of Retinal Disease and Therapy. Edition 2, Lippincott-Raven, Hongkong,1998
4. Vaughan DG, Asbury T, Eva PR, Oftalmologi Umum, Edisi 14, Widya Medika, Jakarta, 2000
5. Nema HV, Text Book of Ophtalmology, Edition 4, Medical publishers, New Delhi, 2002
6. Langston D, Manual of Ocular Diagnosis and Therapy, Edition 4, Deborah Pavan-Langston, United State, 1996.
7. Ilyas S, dkk. Ablasio Retina. Dalam: Sari Ilmu Penyakit Mata. Cetakan ke-4. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2004: 9,10,183-6.
8. Anonim. Anatomi mata dan retina. [online] 2007 [cited 2015 Jan 25]: [2 screens].
Available from: URL :http//www.google.com/picture/anatomi mata_retina.
9. Lihteh Wu. Retinal Detachment, Exudative. [online]. 2015 Jan 25 : available from:
URL: http://emedicine.medscape.com/article/1224509-overview
10. The Northwest Kansas Eye Clinic, located in Hays, Kansas, [online]. available from: URL:
http://www.nwkec.org/005rd010.htm
11. The Eye MD. Association, Retina and Vitreus. In: Basic and Clinical Science Cource
2003-2004 on CD-ROM, section 12. America Academy of Ophthalmology: 2003-
2004.
12. Kanski JJ. Retinal Detachment. In: Clinical Ophthalmology. 5th ed. Butterworth
Heinemann. Philadelphia; 2003: 349-89.
30