Case Mata Iyak

54
Dakrioadenitis adalah keadaan dimana terjadi inflamasi atau radang pada kelenjar lakrimalis. [1] Kelenjar lakrimalis adalah kelenjar di mata yang mengeluarkan air mata.[2] Keadaan ini adalah keadaan langka yang dapat kronis maupun akut.[1] Keadaan ini dapat terjadi pada seseorang yang menderita penyakit gondongan.[1] Dakrioadenitis akut dapat menyebabkan kurangnya produksi air mata akut.[3] Dakrioadenitis atau radang kelenjar lakrima ini jarang terjadi pada anak-anak.[4] Radang ini mungkin terjadi pada parotitis yang biasanya pada kasus ini terjadi dakrioadenitis akut dan bilateral, menyurut dalam beberapa hari atau beberapa minggu.[4] Dapat pula terjadi pada mononukleosis infeksiosa.[4] Dakrioadenitis kronis terkait dengan penyakit sistemik tertentu, terutama sarkoidosis, tuberkulosis, dan sifilis. [4] Beberapa penyakit sistemik dapat menyebabkan pembengkakan kelanjar lakrima dan kelenjar ludah (sindrom Mickulicz).[4] Dakrioadenitis akut paling sering disebabkan oleh [[infeksi] virus atau bakteri.[5] Penyebab umum termasuk gondok, virus Epstein-Barr, staphylococcus, dan gonococcus.[5] Dakrioadenitis kronis biasanya disebabkan oleh gangguan inflamasi menular.[5] Contohnya termasuk sarkoidosis, penyakit mata tiroid, dan pseudotumor orbital.[5] Gejala yang timbul dapat berupa pembengkakan pada bagian terluar dari kelopak mata, kemungkinan terdapat kemerahan dan nyeri apabila ditekan, nyeri di daerah pembengkakan dan pembengkakan kelenjar getah bening di depan telinga.[5] Rujukan[sunting | sunting sumber] 1. ^ a b c Sue Hinchliff (1997). Kamus Keperawatan.

description

bvgcg

Transcript of Case Mata Iyak

Dakrioadenitis adalah keadaan dimana terjadi inflamasi atau radang pada kelenjar lakrimalis.[1] Kelenjar lakrimalis adalah kelenjar di mata yang mengeluarkan air mata.[2] Keadaan ini adalah keadaan langka yang dapat kronis maupun akut.[1] Keadaan ini dapat terjadi pada seseorang yang menderita penyakit gondongan.[1] Dakrioadenitis akut dapat menyebabkan kurangnya produksi air mata akut.[3] Dakrioadenitis atau radang kelenjar lakrima ini jarang terjadi pada anak-anak.[4] Radang ini mungkin terjadi pada parotitis yang biasanya pada kasus ini terjadi dakrioadenitis akut dan bilateral, menyurut dalam beberapa hari atau beberapa minggu.[4] Dapat pula terjadi pada mononukleosis infeksiosa.[4] Dakrioadenitis kronis terkait dengan penyakit sistemik tertentu, terutama sarkoidosis, tuberkulosis, dan sifilis.[4] Beberapa penyakit sistemik dapat menyebabkan pembengkakan kelanjar lakrima dan kelenjar ludah (sindrom Mickulicz).[4] Dakrioadenitis akut paling sering disebabkan oleh [[infeksi] virus atau bakteri.[5] Penyebab umum termasuk gondok, virus Epstein-Barr, staphylococcus, dan gonococcus.[5] Dakrioadenitis kronis biasanya disebabkan oleh gangguan inflamasi menular.[5] Contohnya termasuk sarkoidosis, penyakit mata tiroid, dan pseudotumor orbital.[5] Gejala yang timbul dapat berupa pembengkakan pada bagian terluar dari kelopak mata, kemungkinan terdapat kemerahan dan nyeri apabila ditekan, nyeri di daerah pembengkakan dan pembengkakan kelenjar getah bening di depan telinga.[5]

Rujukan[sunting | sunting sumber]1. ^ a b c Sue Hinchliff (1997). Kamus Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. ISBN979-448-443-1.2. ^ "Definisi:Kelenjar Lakrimalis". Diakses June 23 2014.3. ^ Mohlan H. Delp,Robert T. Manning,Moelia Radja Siregar (1986). Major Diagnosis Fisik. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. ISBN979-448-000-2.4. ^ a b c d e Benheman Kliegma Arvin (1996). Nelson Llmu Kesehatan Anak. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. ISBN979-448-464-9 Check |isbn= value (help).^ a b c d e Linda J. Vorvick (2012). "Dacryoadenitis". Diakses June 23 2014.

NAMA PENYAKITDakrioadenitis

BLOKNSS

SKDI3A

AUTHORAqmarina Rachmawati

KOMPONENPENJELASAN

DefinisiPeradangan kelenjar air mata yang jarang ditemukan dan biasanya unilateral

Etiologi1. Virus : parotitis, herpes zoster, virus ECHO, dan virus sitomegali. Padaanak dapat terlihat sebagai komplikasi infeksi kelenjar liur,campak,influenza.2. Bakteri : Staphylococcus aureous,streptokok gonokok. Dakrioadenitisdapat terjadi akibat infeksi retrograd konjungtivitis. 3. Trauma tembus dapat menimbulkan reaksi radang pada kelenjar lakrimal.4. Jamur : histoplasmosis, aktinomises, blastomikosis, nokardiosis dansporottrikosis.5. Sarkoid dan idiopati.

Dakrioadenitis menahun sekunder dapat terjadi akibat penyakit Hodgkin,tuberkolosis, mononukleosis infeksiosa, leukimia limfatik dan limfosarkoma

AnamnesisAkut nyeri dan pembengkakkan kelopak mata. Kronik terdapat pembengkakkan tanpa rasa nyeri

Pemeriksaan FisikAkut bila kelopak mata dibalik tampak pembengkakkan bewarna merah dibawah kelopka mata atas temporalKronik gambaran yang sama dengan akut, namun tanpa nyeri. Bila pembengkakkan cukup besar, bola mata terdorong ke bawah nasal tetapi jarang terjadi proptosis.

Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan histopatologi gambaran radang kelenjar tergantung etiologiya. Bisa muncul radang granulomatosa atau non-granulomatosa

Diagnosis BandingSelulitis orbita dibedakan dengan biopsi kelenjar lakrimal

Terapi Medikamentosae.c bakteri antibiotik yang tepat dengan bakterinyabila abses incisi untuk evakuasi absesbila kronik pengobatan ditujukan pada penyakit sistemiknya.

Terapi Non-medikamentosa

DAKRIOADENITIS

DEFINISIPeradangan kelenjar lakrimal merupakan penyakit yang jarang ditemukan dan dapat bersifat unilateral atau bilateralDakrioadenitis ialah suatu proses inflamasi pada kelenjar air mata pars sekretorik. Dibagi menjadi dua yaitu dakrioadenitis akut dan kronik, keduanya dapat disebabkan oleh suatu proses infeksi ataupun dari penyakit sistemik lainnya.PATOFISIOLOGIPatofisiologinya masih belum jelas, namun beberapa ahli mengemukakan bahwa proses infeksinya dapat terjadi melalui penyebaran kuman yang berawal di konjungtiva yang menuju ke ductus lakrimalis dan menuju ke kelenjar lakrimalis. Beberapa penyebab utama dari proses infeksi terbagi menjadi 3 , yaitu :1. Viral (penyebab utama)Mumps (penyebab tersering, terutama pada anak-anak), Epstein-Barr virus, Herpes zoster, Mononucleosis, Cytomegalovirus, Echoviruses, Coxsackievirus APada anak dapat terlihat sebagai komplikasi dari kelenjar air liur, campah, influenza.2. BacterialStaphylococcus aureus and Streptococcus, Neisseria gonorrhoeae, Treponema pallidum, Chlamydia trachomatis, Mycobacterium leprae, Mycobacterium tuberculosis, Borrelia burgdorferi.Dapat terjadi juga akibat infeksi retrograd konjungtivitis. Trauma tembus dapat menimbulkan reakso radang pada kelenjar lakrimal ini. 3. Fungal (jarang)Histoplasmosis, Blastomycosis, aktinomises, nokardiosissporotrikosis4. Sarkoid dan idiopatiPada penyakit sistemik yang memungkinkan terjadinya dakrioadenitis adalah :1.Sarcoidosis2.Graves disease3.Sjogren syndrome4.Orbital inflammatory syndrome5.Benign lymphoepithelial lesionI. DAKRIOADENITIS AKUTPada dakrioadenitis akut sering ditemukan pembesaran kelenjar air mata di dalam palpebra superior , hal ini dapat ditemukan apabila kelopak mata atas dieversi , maka akan kelihatan tonjolan dari kelenjar air mata yang mengalami proses inflamasi . Gejala Klinis :Pada perabaan karena ini merupakan suatu proses yang akut maka biasanya akan ditemukan skit di daerah glandula lakrimal yaitu di bagian depan temporall atas rongga orbita disertai dengan kelopak ata yang bengkak, konjungtiva kemotik dengan belek. Pada infeksi akan terlihat bila mata bergerak akan memberikan sakit dengan pembesaran kelenjar preaurikel.Bila kelopak mata dibalik tampak pembengkakan berwarna merahDiagnosis Banding :1. Hordeolum internum biasanya lebih kecil dan melingkar2. Abses kelopak mata terdapat fluktuasi3. Selulitis orbita biasanya berkaitan dengan penurunan pergerakan mata. Dapat dibedakan dengan melakukan biopsy kelenjar lakrimal

II. DAKRIOADENITIS KRONIKPada kronis darkrioadenitis gejala klinisnya lebih baik daripada yang akut. Gejala hamper sama dengan fase akut hanya pada fase ini tidak didapatkan nyeri. Umumnya tidak ditemukan nyeri , ada pembesaran kelenjar namun mobil, tanda-tanda ocular minimal, ptosis bisa ditemukan, dapat ditemukan sindroma mata kering .Diagnosis bandingnya :1. Periostitis dari kelopak mata atas sangat jarang terjadi2. Lipodermoid tidak ada tanda-tanda inflamasi

Keterangan gambar : Tampak eritema dan odema pada kedua mata

Keterangan gambar : Tampak kel. Lakrimalis yang odema pada eversiPENGOBATANBiasanya dimulai dengan kompres hanagat, antibiotic sistemik dan bila terlihat abses maka dilakukan insisi. Bila disebabkan oleh radang menahun maka diberikan pengobatan yang sesuai.PENYULITDakrioadenitis akut dapat menyebabkan fistula pada kelenjar lakrimal.

The lacrimal gland is located in the supratemporal orbit. Two lobes exist, the orbital and the palpebral. The palpebral lobe is visualized easily by upper lid eversion. This eccrine secretory gland is responsible for the formation of the aqueous layer of the tear film.By definition, dacryoadenitis is an inflammatory enlargement of the lacrimal gland. Dacryoadenitis may be separated into acute and chronic syndromes with infectious or systemic etiology.The pathophysiology is not understood completely. Yet, infectious dacryoadenitis is thought to be caused by ascension of an inciting agent from the conjunctiva through the lacrimal ductules into the lacrimal gland.EpidemiologyFrequencyUnited StatesDacryoadenitis is uncommon; therefore, data about its prevalence are sparse. One in 10,000 ophthalmic patients has dacryoadenitis according to one report. Inflammatory enlargement of the lacrimal gland is much more common than lacrimal gland tumors.Mortality/MorbidityNo data are available. Acute dacryoadenitis tends to be a self-limiting condition. Patients with chronic dacryoadenitis need management of their systemic condition.RaceNo racial predilection is noted.SexNo sexual predilection is noted.AgeNo age predilection is noted.HistoryAcute dacryoadenitis is characterized by the following:5. Unilateral, severe pain, redness, and pressure in the supratemporal region of the orbit6. Rapid onset (hours to days)Chronic dacryoadenitis is characterized by the following: Can be bilateral, painless enlargement of the lacrimal gland present for more than a monthMore common than acute dacryoadenitis

PhysicalAcute dacryoadenitisThe palpebral lobe of the lacrimal gland is often involved and is easily seen by everting the upper lid. It is noted to be prolapsed and enlarged. The palpebral lobe tends to be firm and tender upon palpation through the lid.Other associated ophthalmic physical signs of acute dacryoadenitis include the following:7. Chemosis (conjunctival swelling)8. Conjunctival injection9. Mucopurulent discharge10. Erythema of eyelids11. Lymphadenopathy (submandibular)12. Swelling of the lateral third of the upper lid (S-shaped lid)13. Proptosis14. Ocular motility restriction15. Globe displacement inferiorly and medially16. Increased severity of signs and symptoms with orbital lobe involvement17. Acanthamoeba keratitis associated (rarely)Systemic physical signs of acute dacryoadenitis include the following: Parotid gland enlargement Fever Upper respiratory infection MalaiseChronic dacryoadenitisFindings of chronic dacryoadenitis may include the following: Less severe presentation than acute dacryoadenitis No pain (usually) Enlarged gland but mobile Minimal ocular signs Mild ptosis secondary to enlargement of the gland (possible)Mild-to-severe dry eyes

CausesInfectious dacryoadenitisCauses of viral dacryoadenitis (most common) include the following:18. Mumps (most common, especially in childhood)19. Epstein-Barr virus20. Herpes zoster21. Mononucleosis22. Cytomegalovirus23. Echoviruses24. Coxsackievirus ACauses of bacterial dacryoadenitis include the following: Staphylococcus aureus[1] and Streptococcus Neisseria gonorrhoeae Treponema pallidum Chlamydia trachomatis Mycobacterium leprae Mycobacterium tuberculosis Borrelia burgdorferi[2] Causes of fungal dacryoadenitis (rare) include the following: Histoplasmosis Blastomycosis Parasite (rare) Schistosoma haematobium Protozoa (rare) Acanthamoeba keratitis associatedInflammatory dacryoadenitisCauses of inflammatory dacryoadenitis include the following: Sarcoidosis Graves disease Sjgren syndrome[3] Orbital inflammatory syndromeBenign lymphoepithelial lesion

Differential Diagnoses25. Cellulitis, Orbital26. Cellulitis, Preseptal27. Chalazion28. Dermoid, Orbital29. Dry Eye Syndrome30. Exophthalmos31. Hordeolum32. Lacrimal Gland TumorsPtosis, Adult

Laboratory StudiesAcute dacryoadenitisThe following laboratory studies may be used in the workup of acute dacryoadenitis (dependent on clinical presentation):33. Smear and culture if purulent discharge is noted.34. Blood cultures to rule out N gonorrhoeae infections35. Immunoglobulin titers to specific virus; not usually indicated (see Causes) Chronic dacryoadenitisChronic dacryoadenitis is usually seen with chronic systemic conditions (eg, sarcoidosis, Sjgren syndrome, Graves disease). Seek advice from the patient's internist. Lacrimal gland biopsy may provide helpful information.Rule out infectious causes (rare). They include syphilis, leprosy, tuberculosis, and trachoma.

Imaging StudiesAcute dacryoadenitisCT scan of the orbits with contrast can be helpful. The affected lacrimal gland shows diffuse enlargement, oblong shape, and marked enhancement with contrast.No compressive changes in the contiguous bone or globe are noted.Chronic dacryoadenitisCT scan of the orbits with contrast show similar findings when compared to acute dacryoadenitis, except that chronic lesions show no marked enhancement with contrast. In addition, the lacrimal gland changes may be bilateral in contrast to acute dacryoadenitis.Again, no compressive changes in the contiguous bone or globe are noted. If these changes are noted, then consider lacrimal gland tumors.Histologic FindingsLacrimal gland biopsy results vary depending upon the etiology. Biopsy is not indicated in acute dacryoadenitis.Sarcoidosis - Noncaseating granulomatous tubercles, lymphocytic infiltration, and replacement of secretory acini by fibrous tissueGraves disease - Lymphocytic infiltrate with edematous fibrous tissue and glandular degenerationSjgren syndrome - Lymphocytes and plasma cells infiltration

Medical CareThe treatment of dacryoadenitis varies with onset and etiology.Acute dacryoadenitisTreatment varies by etiology, as follows:36. Viral (most common) - Self-limiting, supportive measures (eg, warm compresses, oral nonsteroidal anti-inflammatories)37. Bacterial - Initiate with first-generation cephalosporins (eg, Keflex 500 mg qid) until culture results are obtained.38. Protozoan or fungal related - Treat the underlying infection accordingly with specific antiamoebic or antifungal agents.39. Inflammatory (noninfectious) - Investigate for systemic etiology, and treat accordingly.Chronic dacryoadenitisIn most cases, treat the underlying systemic condition.If the enlargement does not subside after 2 weeks, consider lacrimal gland biopsy.Medication SummaryGram-positive organisms are the most common cause of acute bacterial dacryoadenitis. Therefore, initiating coverage for these organisms is important prior to obtaining culture results. Cephalexin (Keflex) is an excellent choice. If the patient needs to be hospitalized because of the severity of illness, then use IV cefazolin (Ancef).AntibioticsClass SummaryUsed for suspected bacterial infections.View full drug informationCephalexin (Keflex)Provides excellent broad-spectrum coverage for both gram-positive and gram-negative organisms associated with dacryoadenitis.View full drug informationCefazolin (Ancef)First choice in IV medication for dacryoadenitis. Provides excellent broad-spectrum coverage for both gram-positive and gram-negative organisms associated with dacryoadenitis.

Dacryoadenitis is inflammation of a lacrimal gland(s). Lacrimal glands are small organs in the eyes that release tears.

WHAT CAUSES DACRYOADENITIS?

Acute (sudden onset) dacryoadenitis is caused by an infection of bacteria (e.g., staphylococcus, gonococcus) or a virus such as the flu or Epstein virus (one of the most common viruses in humans). Other examples of a viral infectious cause are the mumps and parainfluenza. Mumps is a type of virus that occurs suddenly, mainly in children, and usually causes the appearance of swelling in the face. Parainfluenza is a group of viruses that lead to upper and lower respiratory infections. The infectious agent moves upwards from the conjunctiva through small lacrimal ducts (tube-shaped structures) and into the lacrimal gland. The conjunctiva is a layer that covers and protects the inside of the eyelids and the front part of the sclera (the white part of the eyes).

Dacryoadenitis

When dacryoadenitis is a chronic (long-term) condition, it is usually not caused by an infection but by an inflammatory condition. An example is sarcoidosis. Sarcoidosis is a condition in which small, rounded bumps form on tissues. Another example is eye disease caused by an overactive thyroid gland. The thyroid gland is a butterfly-shaped organ located in front of the neck that produces a natural chemical known as hormones that affect virtually every cell in the body and many functions. Another example of a cause of chronic dacryoadenitis is orbital pseudotumor, which is a swelling of tissue behind the eye in an area known as the orbit (the bony opening in the skull where the eye is located). Autoimmune disorders can cause dacryoadenitis. An autoimmune disorder is one in which a person's organs or tissues are mistakenly attacked by his/her immune system (defense system). An example is Sjogren syndrome, in which the eyes and mouth become excessively dry.

WHAT ARE SIGNS AND SYMPTOMS OF DACRYOADENITIS?

Signs and symptoms of dacryoadenitis includes swelling of the outer portion of the upper eyelid (sometimes with tenderness, pain, redness), excess tearing, or discharge. If the swelling is severe enough it can cause distorted vision. Sometimes, there can be swelling of the lymph node in front of the ear. Lymph nodes are small egg shaped structures in the body that help fight against infection.

HOW IS DACRYOADENITIS DIAGNOSED?

Dacryoadenitis can be diagnosed with a physical examination of the eye by a doctor or related health care provider. The cause of the condition may be explored with a CT scan. CT (computerized tomography) scanning is an advanced imaging technique that uses x-rays and computer technology to produce more clear and detailed pictures than a traditional x-ray. Sometimes, a biopsy may be used to make sure that a tumor of the lacrimal gland is not present and causing the inflammation, although this is a rare cause. A biopsy is the process of removing living tissue or cells from organs or other body parts of patients for examination under a microscope or in a culture to help make a diagnosis, follow the course of a disease, or estimate a prognosis. Tumors are abnormal masses of tissue that form when cells in a certain area of the body reproduce at an increased rate.

HOW COMMON IS DACRYOADENITIS?

Dacryoadenitis is not a common condition, particularly in African-Americans and children. One study showed that only one in 10,000 ophthalmology patients had the condition. When the condition does occur, it is usually on the left side in women over between 41 to 70.

HOW IS DACRYOADENITIS TREATED?

For viral causes of dacryoadenitis, applying warm compresses to the eyelids along with rest may be all that is needed. Pain medications may sometimes be used. Otherwise, treating the underlying cause will treat the condition. Antibiotics (e.g., Anoxicillin, Kephlex) may be used in cases of suspected bacterial infection.

WHAT IS THE PROGNOSIS FOR DACRYOADENITIS?

Most patients will be completely cured of dacryoadenitis. In acute cases, it often resolves without treatment. However, for the most serious causes of dacryoadenitis the prognosis depends on the success of treatment of the underlying condition.

CAN DACRYOADENITIS BE PREVENTED?

Most cases of dacryoadenitis cannot be prevented. Some causes can be prevented, such as the vaccine to prevent mumps or taking steps to prevent certain types of bacterial spread.WHAT ELSE IS DACRYOADENITIS KNOWN AS?

Dacryoadenitis is also known as dacryadenitis.

WHAT IS THE ORIGIN OF THE TERM, DACRYOADENITIS?

Dacry- comes from the Greek word "dakryon" meaning "tear," the Greek word aden meaning gland, and the word it is meaning inflammation. Put the words together and you get tear gland inflammatio

Dacryoadenitis is inflammation of the lacrimal glands (the tear-producing glands).

Causes, incidence, and risk factors[edit]Acute dacryoadenitis is most commonly due to viral or bacterial infection. Common causes include mumps, Epstein-Barr virus, staphylococcus, and gonococcus.Chronic dacryoadenitis is usually due to noninfectious inflammatory disorders. Examples include sarcoidosis, thyroid eye disease, and orbital pseudotumor.Symptoms[edit] Swelling of the outer portion of the upper lid, with possible redness and tenderness Pain in the area of swelling Excess tearing or discharge Swelling of lymph nodes in front of the earSigns and tests[edit]Dacryoadenitis can be diagnosed by examination of the eyes and lids. Special tests such as a CT scan may be required to search for the cause. Sometimes biopsy will be needed to be sure that a tumor of the lacrimal gland is not present.Treatment[edit]If the cause of dacryoadenitis is a viral condition such as mumps, simple rest and warm compresses may be all that is needed. For other causes, the treatment is specific to the causative disease.Prognosis[edit]Most patients will fully recover from dacryoadenitis. For conditions with more serious causes, such as sarcoidosis, the prognosis is that of the underlying condition.Complications[edit]Swelling may be severe enough to put pressure on the eye and distort vision. Some patients first thought to have dacryoadenitis may turn out to have a malignancy of the lacrimal gland.Prevention[edit]Mumps can be prevented by immunization. Gonococcus, bacteria can be avoided by the use of condoms. Most other causes cannot be prevented.

2.1. Sistem LakrimasiBAB II TINJAUAN PUSTAKAAir mata melewati empat proses yaitu produksi dari aparatus atau sistem sekretori lakrimalis, distribusi oleh berkedip, evaporasi dari permukaan okular, dan drainase melalui aparatus atau sistem ekskretori lakrimalis. Abnormalitas salah satu saja dari keempat proses ini dapat menyebabkan mata kering (Kanski et al, 2011).2.1.1. Aparatus LakrimalisAparatus atau sistem lakrimalis terdiri dari aparatus sekretori dan aparatus ekskretori (Kanski et al, 2011; Sullivan et al, 2004; AAO, 2007), yaitu :40. Aparatus Sekretorius Lakrimalis.Aparatus sekretorius lakrimalis terdiri dari kelenjar lakrimal utama, kelenjar lakrimal assesoris (kelenjar Krausse dan Wolfring), glandula sebasea palpebra (kelenjar Meibom), dan sel-sel goblet dari konjungtiva (musin). Sistem sekresi terdiri dari sekresi basal dan refleks sekresi. Sekresi basal adalah sekresi air mata tanpa ada stimulus dari luar sedangkan refleks sekresi terjadi hanya bila ada rangsangan eksternal (Kanski et al, 2011; Sullivan et al, 2004; AAO, 2007). 41. Aparatus Ekskretorius Lakrimalis.Dalam keadaan normal, air mata dihasilkan sesuai dengan kecepatan penguapannya sehingga hanya sedikit yang sampai ke sistem ekskresi (Sullivan, 2004). Dari punkta, ekskresi air mata akan masuk ke kanalikulus kemudian bermuara di sakus lakrimalis melalui ampula. Pada 90% orang, kanalikulus superior dan inferior akan bergabung menjadi kanalikulus komunis sebeum ditampung dalam sakus lakrimalis. Di kanalikulus, terdapat katup Rosenmuller yang berfungsi untuk mencegah aliran balik air mata. Setelah ditampung di sakus lakrimalis, air mata akan diekskresikan melalui duktus nasolakrimalis sepanjang 12-18 mm ke bagian akhir di meatus inferior. Disini juga Universitas Sumatera Utaraterdapat katup Hasner untuk mencegah aliran balik (Sullivan et al, 2004; AOA, 2007).Gambar 2.1. Anatomi Sistem Lakrimalis (Wagner et al, 2006)2.1.2. Dinamika Sekresi Air MataLaju pengeluaran air mata dengan fluorofotometri sekitar 3,4 L/menit pada orang normal dan 2,8 L/menit pada penderita mata kering (Eter et al, 2002). Sedangkan menurut Nichols (2004), laju pengeluaran air mata adalah 3,8 L/menit dengan interferometri. Antara dua interval berkedip, terjadi 1-2 % evaporasi, menyebabkan penipisan 0,1 m PTF dan 20% pertambahan osmolaritas (On et al, 2006).Distribusi volume air mata pada permukaan okular umumnya sekitar 6-7 L yang terbagi menjadi tiga bagian, yakni (Sullivan, 2002) : Mengisi sakus konjungtiva sebanyak 3-4 L. Melalui proses berkedip sebanyak 1 L akan membentuk TF dengan tebal 6-10 m dan luas 260 mm2. Sisanya sebanyak 2-3 L akan membentuk tear meniscus seluas 29 mm2 dengan jari-jari 0,24 mm (Yokoi et al, 2004). Menurut Wang et al (2006), TF digabungkan dari tear meniscus atas dan bawah saat berkedip.

Universitas Sumatera UtaraKetebalan TF bersifat iregular pada permukaan okular sehingga tidak ada ketebalan yang tepat untuk ukuran TF (Wang et al, 2006). Menurut Smith et al (2000) ketebalan berkisar antara 7-10 m sedangkan Pyrdal et al (1992) menyatakan TF seharusnya memiliki ketebalan 35-40 m dan mayoritas terdiri dari gel musin.Menurut Palakuru et al (2007), TF berada dalam keadaan paling tebal saat segera setelah mengedip dan berada dalam keadaan paling tipis saat kelopak mata terbuka. Dalam penelitian mereka, angka perubahan ketebalan ini menunjukkan nilai yang sama dengan kelompok yang disuruh melambatkan kedipan matanya. Mereka menyimpulkan hal ini disebabkan oleh refleks berair yang segera.2.1.3. Mekanisme Distribusi Air MataMengedip berperan dalam produksi, distribusi dan drainase air mata (Palakuru et al, 2007). Berbagai macam teori mengenai mekanisme distribusi air mata (AAO, 2007). Menurut teori Doane (1980), setiap berkedip, palpebra menutup mirip retsleting dan menyebarkan air mata mulai dari lateral. Air mata yang berlebih memenuhi sakus konjungtiva kemudian bergerak ke medial untuk memasuki sistem ekskresi (Kanski et al, 2011; Sullivan et al, 2004). Sewaktu kelopak mata mulai membuka, aparatus ekskretori sudah terisi air mata dari kedipan mata sebelumnya. Saat kelopak mata atas turun, punkta akan ikut menyempit dan oklusi punkta akan terjadi setelah kelopak mata atas telah turun setengah bagian . Kontraksi otot orbikularis okuli untuk menutup sempurna kelopak mata akan menimbulkan tekanan menekan dan mendorong seluruh air mata melewati kanalikuli, sakus lakrimalis, duktus nasolakrimalis dan meatus inferior. Kanalikuli akan memendek dan menyempit serta sakus lakrimalis dan duktus nasolakrimalis akan tampak seperti memeras. Kemudian setelah dua per tiga bagian kelopak mata akan berangsur-angsur terbuka, punkta yang teroklusi akan melebar. Fase pengisian akan berlangsung sampai kelopak mata terbuka seluruhnya dan siklus terulang kembali (Doane, 1980). TF dibentuk kembali dari kedipan mata setiap 3-6 detik. Saat kelopak mata terbuka, lapisan lemak ikut terangkat.Universitas Sumatera Utara2.1.4. Mekanisme Ekskresi Air MataAda tiga mekanisme yang dapat menyebabkan penipisan PTF yaitu absorbsi ke kornea (inward flow), pergerakan paralel air mata sepanjang permukaan kornea (tangential flow) dan evaporasi (Nichols et al, 2005). Lain halnya dengan Tsubota et al (1992), Mathers et al (1996), dan Goto et al (2003). Mereka berpendapat bahwa evaporasi hanya berperan minimal menyebabkan penipisan penipisan TF. Akan tetapi, Rolando et al (1983) menunjukkan bahwa evaporasi berperan penting menyebabkan penipisan TF. Smith et al (2008) menyebutkan bahwa hal ini bervariasi sesuai keadaan dan melibatkan kombinasi berbagai mekanisme.Laju evaporasi pada orang normal adalah 0,004 (Craig, 2000), 0,25 (Goto et al, 2003), 0,89 (Mathers, 1996), 0,94 (Shimazaki, 1995), 1,2 (Tomlinson, 1991), 1,61 (Hamano, 1980), 1,94 (Yamada, 1990). Perlu waktu 3-5 menit untuk ruptur PTF (Kimball, 2009).2.1.5. Kedipan MataDelapan puluh persen dari mata berkedip secara sempurna, delapan belas persen berkedip secara inkomplit dan dua persen twitch. Bila ditinjau berdasarkan rangsang berkedip, berkedip terdiri dari tiga kategori, yaitu (Acosta et al, 1999; Pepose et al, 1992; Delgado et al, 2003) : Berkedip involunter yaitu berkedip secara spontan, tanpa stimulus dengan generator kedipan di otak yang belum diketahui secara jelas. Berkedip volunter yaitu secara sadar membuka dan menutup kelopak mata. Refleks berkedip adalah berkedip yang dirangang bila ada stimulus eksternal melalui nervus trigeminus dan nervus fasialis.Berkedip melibatkan dua otot yaitu muskulus levator palpebra superior dan muskulus orbikularis okuli (AAO, 2007). Aktivitas berkedip melibatkan nukleus kaudatus (Mazzone et al, 2010) dan girus presentralis media (Kato et al, 2003), dan inhibisi berkedip melibatkan korteks frontal (Stuss et al, 1999; Mazzone et al, 2010).Universitas Sumatera Utara2.2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi PenglihatanFaktor-faktor yang dapat mempengaruhi penglihatan menurut Corwin (2001) adalah sebagai berikut : Usia, bertambahnya usia maka lensa mata berangsur-angsur kehilangan elastisitasnya dan melihat ada jarak dekat akan semakin sulit. Hal ini akan menyebabkan ketidaknyamanan penglihatan ketika mengerjakan sesuatu pada jarak dekat, demikian pula penglihatan jauh. Penerangan, pengaruh intensitas penerangan dengan penglihatan sangat penting karena mata dapat melihat objek melalui cahaya yang dipantulkan oleh permukaan objek tersebut. Luminasi adalah banyaknya cahaya yang dipantulkan oleh permukaan objek. Jumlah sumber cahaya yang tersedia juga mempengaruhi kemampuan mata melihat objek. Pada usia tua diperlukan intensitas penerangan yang lebih besar untuk melihat objek. Tingkat luminasi juga mempengaruhi kemampuan membaca teks. Semakin besar luminasi sebuah objek maka semakin besar juga rincian objek yang dapat dilihat oleh mata. Bertambahnya luminasi sebuah objek akan menyebabkan mata bertambah sensitif terhadap kedipan (flicker). Faktor penerangan berpengaruh pada kualitas penerangan yang ditentukan oleh kualitas dan kuantitas penerangan. Sifat penerangan juga ditentukan oleh rasio kecerahan yaitu antara objek dan latar belakang. Penerangan bisa bersumber dari penerangan langsung, misalnya dari penerangan buatan (bola lampu), penerangan yang bersumber dari pantulan tembok, langit-langit ruangan dan bagian permukaan meja kerja (Kroemer et al, 2000). Silau (glare), adalah proses adaptasi berlebihan pada mata sebagai akibat dari retina mata terpapar sinar yang berlebihan (Grandjean, 2000). Ukuran pupil, supaya jumlah sinar yang diterima retina sesuai maka otot iris akan mengatur ukuran pupil. Lubang pupil juga dipengaruhi oleh memfokusnya lensa mata, mengecil ketika mata memfokus pada objek yang dekat. Sudut dan ketajaman penglihatan, sudut penglihatan (visual angle) sebagai sudut yang berhadapan dengan objek pada mata. Universitas Sumatera Utara2.3. KomputerKomputer adalah suatu alat elektronik yang mampu melakukan tugas menerima input, mengolahnya, dan menyediakan output berupa hasil komputasi. Hasil komputasi akan dikonversi menjadi data visual yang dapat dilihat dengan menggunakan monitor atau Visual Display Terminal (Humaidi, 2005). Visual Display Terminal (VDT) atau yang biasanya disebut dengan monitor adalah bagian yang biasanya ditatap dan menimbulkan gangguan kesehatan mata pada penggunaannya (Fauzia, 2004).Penggunaan komputer baik desktop maupun laptop dalam bekerja sangat membantu manusia dalam menyelesaikan pekerjaannya. Penggunaan komputer dewasa ini sudah merambah semua lapisan masyarakat. Akhir-akhir ini penggunaan laptop lebih diminati dibandingkan dengan desktop (Hendra et al, 2009).Sekitar 90 % pelajar usia 5-17 tahun di Washington dan sekitar 60 % yang berusia diatas 18 tahun menggunakan komputer setiap hari dengan mayoritas menggunakan komputer untuk bekerja, belajar dan mengakses internet (De Bell et al, 2006). Sekitar 100 juta penduduk Amerika Serikat menggunakan komputer untuk pekerjaannya sehari-hari (Izquierdo, 2010).Menurut Gartner (2002) dan Yates (2007) terdapat hampir 1 milyar komputer yang digunakan di dunia. Di Indonesia, menurut Hoesin et al (2007), sekitar 2500 orang di 16 kota menggunakan komputer untuk bekerja.Hal ini jelas menunjukkan bahwa penggunaan komputer telah menjadi primadona untuk memudahkan pekerjaan di segala bidang karena sekitar 75 % pekerjaan di dunia bergantung pada komputer (Kanitkar et al, 2005).Universitas Sumatera UtaraPenggunaan Komputer Mata dipaksa fokusMata lelah Kelopak mata berkedip Frekuensi berkedip Hipofungsi lakrimal Sementara Akous Hiperosmolaritas MAP, NFKbFriksi permukaan okularPermukaan okular rusakEvaporasi air mata Akous , Musin , LipidPTF tidak stabil Break up time Rupture PTF Ruptur semakin luas Evaporasi semakin Dialami berulang-ulang IL-1, TNF-, MMP-9 Kompensasi berkedip Kompensasi gagal Frekuensi berkedip Gambar 2.2. Patofisiologi Terjadinya Kekeringan Mata Pengguna Komputer2.4. Computer Vision SyndromeSurvei yang dilakukan oleh American Optometrist Association (AOA) tahun 2004 menunjukkan bahwa 61 % masyarakat Amerika Serikat mengalami permasalahan yang sangat serius pada penglihatan yang disebabkan olehUniversitas Sumatera Utarapenggunaan komputer dalam waktu lama (Sheedy, 2004; AOA, 2007). Banyak penelitian menunjukkan timbulnya CVS pada pengguna komputer (Clayton et al, 2005, Khan et ql, 2005; Biljana et al, 2007). Sekitar 88-90% pengguna komputer mengalami CVS (Sirikul et al, 2009; Chu et al, 2011). AOA dan Federal Occupational Safety and Health Administration meyakini bahwa CVS di masa mendatang akan sangat banyak dikeluhkan para pekerja (Sheedy, 2004).Kumpulan gejala akibat bekerja dengan menggunakan komputer dalam jangka waktu lama dikenal dengan istilah Computer Vision Syndrome (AOA, 2003; Miller, 2004; Wimalasundera, 2006; Madhan, 2009).Gejala CVS dibedakan menjadi tiga bagian yaitu gejala pada mata, gejala muskuloskeletal dan gejala umum (AOA, 2007). Sekitar 75-90 % pengguna komputer mengeluhkan gejala oftalmikus (Anshel, 2007). Di Indonesia, menurut Amalia (2010), pengguna komputer yang mengeluhkan gejala oftalmikus sebanyak 92,9 %.Jenis-jenis gejala oftalmikus yang dapat dialami adalah mata lelah (asthenopia), mata kering, merah, kabur, tegang, mata terasa terbakar dan berair (Sitzman, 2005; Blehm et al, 2005; Barar et al, 2007, Bali et al, 2007; Chu et al, Megwas et al, 2009).Berbagai gejala yang timbul pada pekerja komputer yang bekerja dalam waktu yang lama selain diakibatkan oleh cahaya yang masuk ke bola mata, juga dikarenakan mata seorang pekerja ketika menatap komputer maka kedipan mata berkurang sebesar 2/3 kali lebih sedikit dibandingkan normal. Berkurangnya kedipan menyebabkan mata menjadi kering, teriritasi, tegang, lelah dan terasa terbakar (Wardhana, 1996; Sitzman, 2005).Menurut Sheedy (2003), gejala oftalmikus pada CVS dibagi menjadi dua yakni gejala internal meliputi sakit dan tegang pada bola mata serta gejala eksternal yaitu mata seperti terbakar, iritasi, kering disertai refleks pengeluaran airmata.Zunjic (2004) menunjukkan 80 % pengguna komputer mengeluhkan gejala umum terutama nyeri kepala.Universitas Sumatera Utara2.5. Visual StrainKetegangan mata yang berlebihan dapat menimbulkan efek yaitu kelelahan mata dan kelelahan umum. Kelelahan visual terdiri dari semua gejala yang muncul setelah stress yang berlebihan. Menurut Pearce (2007), kelelahan visual terbentuk karena :1. Iritasi yang membakar diiringi dengan lakrimasi. 2. Pandangan ganda. 3. Sakit kepala. 4. Daya akomodasi dan konvergensi berkurang. 5. Ketajaman visual, sensitivitas terhadap kontras dan kecepatan persepsi berkurang. Gejala yang menyakitkan secara komparatif ini terjadi khususnya karena hal-hal yang berat seperti membaca teks yang tidak tercetak dengan baik, cahaya yang tidak cukup, pencahayaan dengan lampu yang berkedip-kedip atau penyimpangan optik seperti hipermetropia. Orang tua tentunya rentan terhadap kelelahan visual.Apabila kondisi seperti diatas dibiarkan berlarut maka akan timbul efek :1. Berakibat kelelahan visual yaitu keadaan mata yang ditandai dengan adanya perubahan psikofisiologi berupa kelambatan aktifitas motoris, respirasi, perasaan sakit dan berat pada bola mata. 2. Terjadi banyak kesalahan kerja. 3. Kualitas kerja menjadi berkurang. 4. Menyebabkan terjadinya penurunan produktivitas. 5. Meningkatkan kecelakaan kerja. 2.6. Kelelahan MataKelelahan mata adalah suatu keadaan mata yang ditandai dengan adanya perubahan psikofisiologi berupa kelambatan aktifitas motoris, respirasi, perasaan sakit dan berat pada bola mata, sehingga mempengaruhi kerja fisik maupun kerja mental (Grandjean, 2000). Kelelahan dapat menyebabkan seseorang kurang waspada dalam menghadapi sesuatu. Dalam keadaan lelah, sinyal-sinyal yangUniversitas Sumatera Utaraberjalan maju mundur diantara talamus dan korteks serebri tidak berfungsi secara optimal yang menyebabkan kesiapsiagaan menurun (Sutajaya, 2004).Kelelahan mata dikenal sebagai asthenopia yaitu ketegangan okular atau ketegangan pada organ visual dimana terjadi gangguan pada mata dan sakit kepala sehubungan dengan penggunaan mata secara intensif. Terdapat tiga jenis asthenopia yaitu asthenopia akomodatif, asthenopia muskuler dan asthenopia neurastenik. Pada pengguna komputer termasuk ke dalam asthenopia akomodatif dimana hal ini disebabkan oleh kelelahan otot siliaris (Ilyas, 2003).Menurut Corwin (2001) upaya mata yang melelahkan menjadi penyebab kelelahan mental. Gejala meliputi sakit kepala, penurunan intelektual, daya konsentrasi dan kecepatan berpikir. Lebih dari itu, bila mata pengguna komputer mencoba mendekatkan objek untuk memperbesar ukuran benda, maka akomodasi dipaksa dan mungkin terjadi pandangan rangkap atau kabur. Hal ini menimbulkan sakit kepala di sekitar daerah atas mata.Susila (2001) juga menyatakan, apabila melihat obyek pada jarak dekat maka mata akan mengalami konvergensi. Konvergensi mata ini berusaha menempatkan bayangan pada daerah retina yang sama di kedua bola mata. Bila usaha ini gagal mempertahankan konvergensi maka bayangan akan jatuh pada dua tempat yang berbeda pada retina. Bila diteruskan ke otak maka orang akan melihat dua obyek. Penglihatan tersebut menyebabkan rasa tidak nyaman.Ketajaman penglihatan juga dapat turun sewaktu-waktu terutama pada saat daya tahan tubuh menurun atau mengalami kelelahan. Gejala umum lainnya yang sering dikeluhkan akibat kelelahan mata adalah sakit punggung, sakit pinggang dan vertigo (Mangunkusumo, 2002).Disamping itu, menurut Mangunkusumo (2002), kelelahan mata juga dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dikelompokkan atas faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor-faktor tersebut yaitu :A. Faktor Intrinsik : merupakan faktor yang berasal dari tubuh yang terdiri atas :a. Faktor Okular yaitu kelainan mata berupa ametropia dan heteroforia. Ametropia adalah kelainan refraksi pada mata kiri dan mata kanan tetapi tidak dikoreksi. Heteroforia adalah kelainan dimana sumbuUniversitas Sumatera Utara2.7.penglihatan dua mata tidak sejajar sehingga kontraksi otot mata untuk mempertahankan koordinasi bayangan yang diterima dua mata menjadi satu bayangan lebih sulit. Apabila hal ini berlangsung lama maka akan menyebabkan kelelahan mata.b. Faktor Konstitusi yaitu faktor yang disebabkan oleh keadaan umum seperti tidak sehat atau kurang tidur.B. FaktorEkstrinsik:terdiriatasempathalyaitu:a. Kuantitas Iluminasi ; cahaya yang berlebihan dapat menimbukan silau, pandangan terganggu dan menurunnya sensitivtas retina. b. Kualitas Iluminasi ; meliputi kontras, sifat cahaya (flicker) dan warna. Kontras berlebihan atau kurang, cahaya berkedip atau menimbukan flicker dan warna-warna terang akan menyebabkan mata menjadi cepat lelah. c. Ukuran obyek yang dilihat ; obyek yang berukuran kecil memerlukan penglihatan dekat sehingga membutuhkan kemampuan akomodasi yang lebih besar. Jika hal ini terjadi terus-menerus, mata menjadi cepat lelah. d. Waktu kerja ; waktu kerja yang lama untuk melihat secara terus- menerus pada suatu obyek dapat menimbulkan kelelahan. Lingkungan KerjaLingkungan kerja adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kelelahan, keluhan subjektif dan produktivitas. Lingkungan yang nyaman dibutuhkan oleh para pekerja untuk dapat bekerja secara optimal dan produktif.Kemampuan manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor intern (dalam diri sendiri) dan ekstern (luar). Salah satu faktor dari luar adalah faktor lingkungan kerja yaitu semua keadaan yang terdapat di tempat kerja seperti temperatur, kelembaban udara, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan, getaran mekanis, bau-bauan, warna dan lain-lain (Wignjosoebroto, 2000).Temperatur 49o C, temperatur yang dapat ditahan sekitar 1 jam, tetapi jauh dari kemampuan fisik dan mental menyebabkan aktivitas dan daya tanggap mulaiUniversitas Sumatera Utaramenurun, dapat mengurangi kelelahan fisik. Temperatur 30o C menyebabkan daya tanggap mulai menurun dan cenderung membuat kesalahan dalam pekerjaan dan menimbulkan kelelahan fisik. Temperatur 24o C adalah kondisi optimum dan temperatur 10o C kelakuan fisik sudah mulai muncul. Dari penyelidikan juga dapat diperoleh hasil bahwa produktivitas manusia akan mencapai tingkat paling tinggi pada temperatur 24 oC 27o C (Wignjosoebroto, 2000).Penerangan adalah merupakan faktor penting dalam sebuah ruangan terutama pada pekerjaan membaca atau menulis. Sesuai dengan rekomendasi intensitas penerangan untuk membaca dan menulis adalah 350-700 lux (Wignjosoebroto, 2000). Menurut Grandjean (1993), penerangan yang tidak didesain dengan baik akan menimbulkan gangguan atau kelelahan penglihatan selama bekerja. Pengaruh dari penerangan yang kurang memenuhi syarat akan mengakibatkan kelelahan mata, kelelahan mental, keluhan pegal di daerah mata dan sakit kepala di sekitar mata, kerusakan organ mata, dan gangguan mata lainnya.Faktor lainnya adalah kelembaban yaitu banyaknya air dalam udara, kelembaban ini berhubungan dan dipengaruhi oleh temperatur udaranya. Suatu keberadaan dimana kelembaban udara tinggi dan udara panas akan menimbulkan pengurangan panas tubuh secara besar-besaran. Pengaruh lainnya adalah semakin cepatnya denyut jantung karena makin aktifnya peredaran darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen (Wignjosoebroto, 2000).2.8. Lamanya Penggunaan Komputer Dengan Gejala Computer Vision SyndromePeningkatan jumlah keluhan oftalmikus dan lamanya waktu bekerja ditemukan berkaitan erat (Nakazawa et al, 2002; Sen et al, 2007).Penelitian di University of South Carolina mengkategorikan penggunaan komputer menjadi tiga kategori yaitu ringan (kurang dari 2 jam), sedang (2-4 jam), dan berat (lebih dari 4 jam) per hari. Penelitian Taylor (2007), di 16 negara di dunia menunjukkan rata-rata lama penggunaan komputer per harinya adalah sekitar 5 jam. Penelitian Sen et al (2007) menunjukkan hampir setengah dariUniversitas Sumatera Utarapengguna komputer menggunakan komputer secara terus-menerus tanpa istirahat lebih dari 2 jam per harinya. Penelitian Hoesin et al (2007) di 16 kota di Indonesia menunjukkan rata-rata penggunaan komputer di Indonesia kurang dari 5 janm per hari. Di Bantul, 7 % pengguna komputer menggunakan komputer dalam intensitas yang rendah, 3 % dengan intensitas sedang, 83 % dengan intensitas tinggi (Indriawati et al, 2008). Penelitian Dewi et al (2009) di kantor Samsat Palembang menunjukkan 75 % pekerja menggunakan komputer lebih dari 4 jam.Parwati (2004) menyatakan gejala oftalmikus timbul setelah 2 jam penggunaan komputer secara terus-menerus. Penelitian Hiroko (2007) menunjukkan variasi 1-4 jam penggunaan komputer atas kejadian CVS. Broumand et al (2008) menunjukkan perburukan gejala pada pengguna komputer lebih dari 2 jam per hari. Penelitian Kanitkar et al (2005) dan Amalia et al (2010) menunjukkan CVS dialami pengguna komputer lebih dari 3 jam per hari. Penelitian Fenga et al (2007) menunjukkan mata kering mayoritas dialami pengguna komputer lebih dari 4 jam per hari. Penelitian Nakazawa et al (2002) menunjukkan peningkatan bermakna keluhan CVS pada pekerja pengguna komputer lebih dari 5 jam per hari. Penelitian Hanne et al (1994) dan Shigenori et al (2002) menunjukkan gejala CVS baru akan timbul pada pengguna komputer lebih dari 6 jam. Penelitian Sen et al (2007) menunjukkan gejala CVS umumnya dikeluhkan setelah 3 jam penggunaan komputer secara terus-menerus atau setelah 6 jam penggunaan komputer tidak terus-menerus.GEJALA KELUHAN(%)Mata terasa kering 4756 Hiroko, 200766 Dehghani et al, 2008 85 Murtopo et al, 2005Mata lelah 46,451 Fenga et al, 200765 Dehghani et al, 2008 69,7 Hiroko, 2007SUMBERJamaliah et al 2002Bhanderi et al, 2008Universitas Sumatera UtaraMata terasa terbakarMata terasa perih Mata terasa gatal Mata merahMata berairPenglihatan kabur sesaatFotofobiaSeperti ada benda asing76,8 Amalia et al, 2010 90,4 Shofwati et al, 2010 97,8 Bali et al, 200728,1 Edema et al, 2010 79 Dehghani et al, 2008 31,51 Megwas et al, 2009 5,48 Megwas et al, 2009 40,6 Edema et al, 2010 61,2 Bali et al, 2007 19,68 Megwas et al, 2009 56,8 Edema et al, 2010 66,4 Bali et al, 20075,1 Broumand et al, 2008 10,3 Megwas et al, 2009 10,96 Mocci, 200150 Edema et al, 201052 Sirikul et al, 2009 34,8 Bali et al, 20070 Megwas et al, 2009Tabel 2.1. Proporsi Setiap Gejala CVS Yang Dialami Pengguna Komputer2.9. Jarak Monitor Dengan Gejala Computer Vision SyndromePostur tubuh pada saat bekerja dengan komputer umumnya dalam posisi duduk. Pengguna komputer harus mempertahankan postur tubuh dengan posisi kepala, tangan dan telapak tangan pada keadaan yang tetap. Saat duduk, lutut akan menekuk membentuk sudut 90o, begitupun pada paha dan batang tubuh. Sebagianberat ditopang oleh ischial tuberosities.Sejumlah keluhan dari gangguan sistem muskuloskeletal berhubungandengan postur tubuh. Daerah lumbal, leher, bahu dan lengan bawah meruupakan bagian tubuh yang paling sering terkena gangguan berhubungan dengan posturUniversitas Sumatera Utaratubuh. Rasa sakit tersebut dirasakan baik setelah pajanan dalam waktu singkat ataupun lama. Biasanya rasa sakit pada daerah tersebut setelah meningkatnya periode postural stress dan kurangnya istirahat pada daerah tersebut (Pheasant, 1991).Untuk meminimalisasi timbulnya gejala CVS pada para pengguna komputer adalah pengaturan jarak monitor dengan mata dan hal ini tidak lepas dari ukuran huruf juga. Jarak ideal monitor komputer dengan mata pengguna komputer adalah 50 cm. Agar sebuah tulisan dapat dibaca dengan nyaman serta memperhatikan kemampuan mata orang yang akan membacanya, maka tulisan harus tersusun oleh huruf-huruf yang sesuai. Besar kecilnya ukuran huruf tergantung pada jarak pembaca yang kita inginkan. Huruf besar pada awal yang diikuti oleh huruf kecil lebih mudah dibaca daripada huruf besar semua (Kroemer, 2000; Grandjean, 2000). Adapun rekomendasi tinggi huruf yang disarankan adalah sebagai berikut:Jarak dari mata (mm)