Case Report Mata Katarak Senilis ODS

51
CASE REPORT Katarak Senilis Mature ODS Disusun Oleh: Milka Anisya Norasiya 1102010166 Pembimbing: dr. Hj. Elfi Hendriati, SpM DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN BAGIAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI

description

Mata

Transcript of Case Report Mata Katarak Senilis ODS

Page 1: Case Report Mata Katarak Senilis ODS

CASE REPORTKatarak Senilis Mature ODS

Disusun Oleh:

Milka Anisya Norasiya1102010166

Pembimbing:

dr. Hj. Elfi Hendriati, SpM

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN BAGIAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

YARSIRSUD DR. SLAMET GARUT

Page 2: Case Report Mata Katarak Senilis ODS

BAB I

STATUS PASIEN

IDENTITAS PEMERIKSA

Identitas Penderita Nama: Milka Anisya Norasiya

No CM : 825968xx NPM: 1102010166

Tgl : 29-12-2015

Nama : Tn. A

Umur : 85 tahun

Alamat : Kp. Cimencek

Pekerjaan : Petani

ANAMNESA

Keluhan utama : Penglihatan kedua mata kabur

Anamnesa khusus : Pasien datang ke poliklinik mata RSU dr slamet garut dengan keluhan penglihatan kedua mata kabur seperti tertutup asap sejak ± 6 bulan yang lalu, awalnya pasien masih dapat melihat jauh namun lama kelamaan pasien hanya dapat melihat dekat dan memberat pada 2 bulan sebelum masuk rumah sakit. Pasien juga mengeluhkan sering merasa silau jika terpapar sinar terang atau sinar matahari di siang hari pada kedua mata sehingga pasien lebih nyaman ditempat yang sedikit cahaya. Sekarang pasien merasa tidak lagi dapat melihat dan buram pada kedua mata. Keluhan penglihatan ganda disangkal. Keluhan melihat ada pelangi atau halo disangkal, keluhan melihat bintik hitam disangkal, keluhan mata nyeri disangkal. Riwayat menggunakan kacamata sebelumnya disangkal. Riwayat trauma pada mata pasien disangkal.

Anamnesis Keluarga : Riwayat keluhan sama yaitu pandangan kabur seperti berasap di keluarga pasien disangkal pasien

Riwayat penyakit dahulu : Riwayat Hipertensi, DM, Jantung, dan penyakit lain disangkal pasien

Riwayat SOS-EK : Baik

2

Page 3: Case Report Mata Katarak Senilis ODS

Riwayat Gizi : Baik

Pemeriksaan Visus dan Refraksi

Visus OD OS

SC 1/~ 1/300

CC - -

STN - -

KOREKSI - -

ADD - -

GERAKAN BOLA MATA Baik ke segala arah Baik ke segala arah

Pemeriksaan Eksternal

OD OS

Palpebra superior Tidak Ada Kelainan Tidak Ada Kelainan

Palpebra inferior Tidak Ada Kelainan Tidak Ada Kelainan

Silia Tumbuh teratur Tumbuh teratur

Ap. Lakrimalis Tidak Ada Kelainan Tidak Ada Kelainan

Konj. Tarsalis superior Tenang Tenang

Konj. Tarsalis inferior Tenang Tenang

Konj. Bulbi Tenang Tenang

Kornea Jernih Jernih

COA Sedang Sedang

Pupil Bulat, ditengah Bulat, ditengah

Diameter pupil ± 4 mm ± 4 mm

Reflex cahaya

Direct + +

Indirect + +

Iris Coklat, Kripta + Coklat, Kripta +

Shadow test Negatif Negatif

Lensa Keruh seluruhnya Keruh seluruhnya

3

Page 4: Case Report Mata Katarak Senilis ODS

Pemeriksaan Slit Lamp dan Biomimcroscopy

OD OS

Silia Tumbuh teratur Tumbuh teratur

Konjungtiva superior Tidak ada Kelainan Tidak ada Kelainan

Konjungtiva inferior Tidak ada Kelainan Tidak ada Kelainan

Kornea Jernih Jernih

COA Sedang Sedang

Pupil Bulat, isokor, sentral Bulat, isokor, sentral

Iris Coklat, kripta jelas Coklat, kripta jelas

Lensa Keruh seluruhnya Keruh seluruhnya

Tonometri schiotz 6 / 5.5 = 14.6 mmHg 6 / 5.5 = 14.6 mmHg

Palpasi - -

Pemeriksaan Funduskopi

Funduskopi OD OS

Lensa Keruh seluruhnya Keruh seluruhnya

Vitreus Tidak dapat dinilai Tidak dapat dinilai

Fundus Reflex fundus (-) Reflex fundus (-)

4

Page 5: Case Report Mata Katarak Senilis ODS

RESUME

Laki-laki, 85 tahun datang dengan keluhan penglihatan kedua mata kabur seperti tertutup asap sejak ± 6 bulan yang lalu, awalnya pasien masih dapat melihat jauh namun lama kelamaan pasien hanya dapat melihat dekat dan memberat pada 2 bulan sebelum masuk rumah sakit. Sekarang pasien merasa tidak lagi dapat melihat dan buram pada kedua mata.

Visus OD OS

Visus 1/~ 1/300

GERAKAN BOLA MATA Baik ke segala arah Baik ke segala arah

COA Sedang Sedang

Pupil Bulat, ditengah Bulat, ditengah

Diameter pupil ± 4 mm ± 4 mm

Iris Coklat, Kripta + Coklat, Kripta +

Shadow test Negatif Negatif

Lensa Keruh seluruhnya Keruh seluruhnya

Tonometri schiotz 6 / 5.5 = 14.6 mmHg 6 / 5.5 = 14.6 mmHg

Funduskopi OD OS

Lensa Keruh seluruhnya Keruh seluruhnya

Vitreus Tidak dapat dinilai Tidak dapat dinilai

Fundus Reflex fundus (-) Reflex fundus (-)

5

Page 6: Case Report Mata Katarak Senilis ODS

Diferensial Diagnosa : -Katarak

-Glaukoma sudut terbuka

-Retinopati

-Kelainan refraksi

-Retinitis pigementosa

Diagnosa Kerja : Katarak Senilis Matur ODS

Rencana Pemeriksaan : Cek Laboratorium darah (Hb, Ht, BT, CT,GDS)

Cek Laboratorium urin (glukosa urin)

Rencana Terapi

Medikamentosa : 1. Cefadroxil 2x500mg p.o

2. Metil Prednisolon 8 mg 3x1 p.o

3. C. Xitrol 6x gtt 1 Ed ODS

Non-Medikamentosa : operasi katarak SICS + IOL ODS

Prognosa

Qou ed Vitam : ad bonam

Quo ed Functionam : dubia ad bonam

6

Page 7: Case Report Mata Katarak Senilis ODS

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. ANATOMI LENSA

Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna, dan hampir

transparan semua. Tebalnya sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm. Di belakang iris, lensa

terfiksasi pada serat zonula yang berasal dari badan siliar. Serat zonula tersebut

menempel dan menyatu dengan lensa pada bagian anterior dan posterior dari kapsul

lensa. Kapsul ini merupakan membran dasar yang melindungi nukleus, korteks, dan epitel

lensa. 65% lensa terdiri atas air, sekitar 35% protein (kandungan protein tertinggi diantara

jaringan-jaringan tubuh), dan sedikit mineral. Kandungan kalium lebih tinggi di lensa

daripada di kebanyakan jaringan lain.2

7

Page 8: Case Report Mata Katarak Senilis ODS

Bagian-bagian lensa :

1. Kapsul

Kapsul lensa merupakan membran dasar yang elastis dan transparan tersusun dari

kolagen tipe IV yang berasal dari sel-sel epitel lensa. Kapsul ini mengandung isi

lensa serta mempertahankan bentuk lensa pada saat akomodasi. Bagian paling

tebal kapsul berada di bagian anterior dan posterior zona preekuator, dan bagian

paling tipis berada di bagian tengah kutub posterior.2,3

2. Serat Zonula

Lensa terfiksasi pada serat zonula yang berasal dari badan siliar. Serat zonula

tersebut menempel dan menyatu dengan lensa pada bagian anterior dan posterior

dari kapsul lensa.2,3

3. Epitel Lensa

Tepat dibelakang kapsul anterior lensa terdapat satu lapis sel-sel epitel. Sel-sel

epitel ini dapat melakukan aktivitas seperti yang dilakukan sel-sel lainnya, seperti

sintesis DNA, RNA, protein dan lipid. Sel-sel tersebut juga dapat membentuk

ATP untuk memenuhi kebutuhan energi lensa. Sel-sel epitel yang baru terbentuk

akan menuju equator lalu berdiferensiasi menjadi serat lensa.2,6

4. Lens fibers.

8

Page 9: Case Report Mata Katarak Senilis ODS

Sel epitel memanjang untuk membentuk serat-serat lensa yang mempunyai bentuk

yang complicated. Serat lensa yang sudah matur merupakan sel yang sudah tidak

mempunyai inti. Serat-serat lensa yang terbentuk selam kehidupan membentuk

nukleus dan korteks.2,3

Nukleus

Merupakan bagian tengah yang mengandung serat yang tertua. Nukleus

sendiri mempunyai bagian-bagian, dengan yang tertua ada di bagian paling

tengah.2,3

Korteks

Merupakan serat lensa di sekitar nukleus yang berusia muda.2,3

B. FISIOLOGI LENSA

Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina. Supaya hal

ini dapat dicapai, maka daya refraksinya harus diubah-ubah sesuai dengan sinar yang

datang sejajar atau divergen. Perubahan daya refraksi lensa disebut akomodasi. Hal ini

dapat dicapai dengan mengubah lengkungnya lensa terutama kurvatura anterior.5,1

Untuk memfokuskan cahaya yang datang dari jauh, otot-otot siliaris relaksasi,

menegangkan serat zonula dan memperkecil diameter anteroposterior lensa sampai

ukurannya yang terkecil; dalam posisi ini, daya refraksi lensa diperkecil sehingga berkas

cahaya pararel akan terfokus ke retina. Untuk memfokuskan cahaya dari benda dekat,

otot siliaris berkontraksi sehingga tegangan zonula berkurang. Kapsul lensa yang elastik

kemudian mempengaruhi lensa menjadi lebih sferis diiringi oleh daya biasnya.

Kerjasama fisiologik antara korpus siliaris, zonula dan lensa untuk memfokuskan benda

dekat ke retina dikenal sebagai akomodasi. Seiring dengan pertambahan usia,

kemampuan refraksi lensa perlahan-lahan akan berkurang.5,1

Secara fisiologis lensa mempunyai sifat tertentu, yaitu: kenyal atau lentur

karena memegang peranan terpenting dalam akomodasi untuk menjadi cembung; jernih

atau transparan karena diperlukan sebagai media penglihatan; terletak di tempatnya.

Lensa dapat merefraksikan cahaya karena indeks refraksinya, secara normal sekitar 1,4

pada bagian tengah dan 1,36 pada bagian perifer yang berbeda dari aqueous dan vitreous

humor yang mengelilinginya. Pada keadaan tidak berakomodasi, lensa memberikan

9

Page 10: Case Report Mata Katarak Senilis ODS

kontribusi 15-20 D dari sekitar 60 D seluruh kekuatan refraksi bola mata manusia.

Sisanya, sekitar 40 D kekuatan refraksi diberikan oleh udara dan kornea. 5,1

Pada fetus, bentuk lensa hampir sferis dan lemah. Pada orang dewasa lensanya

lebih padat dan bagian posterior lebih konveks. Proses sklerosis bagian sentral lensa,

dimulai pada masa kanak-kanak dan terus berlangsung secara perlahan-lahan sampai

dewasa dan setelah ini proses bertambah cepat dimana nukleus menjadi lebih besar dan

korteks bertambah tipis. Pada orang tua lensa menjadi lebih besar, lebih gepeng, warna

kekuning-kuningan, kurang jernih dan tampak sebagai “grey reflex” atau “ senile reflex”,

yang sering disangka katarak, padahal salah. Karena proses sklerosis ini, lensa menjadi

kurang elastis dan daya akomodasinya pun berkurang. Keadaan ini disebut presbiopia,

pada orang Indonesia dimulai pada umur 40 tahun.5,1

METABOLISME

Transparansi lensa dipertahankan oleh keseimbangan air dan kation (sodium

dan kalium). Kedua kation berasal dari humour aqueous dan vitreous. Kadar kalium di

bagian anterior lensa lebih tinggi di bandingkan posterior. Dan kadar natrium di bagian

posterior lebih besar. Ion K bergerak ke bagian posterior dan keluar ke aqueous humour,

dari luar Ion Na masuk secara difusi dan bergerak ke bagian anterior untuk menggantikan

ion K dan keluar melalui pompa aktif Na-K ATPase, sedangkan kadar kalsium tetap

dipertahankan di dalam oleh Ca-ATPase. Metabolisme lensa melalui glikolsis anaerob

(95%) dan HMP-shunt (5%). Jalur HMP shunt menghasilkan NADPH untuk biosintesis

asam lemak dan ribose, juga untuk aktivitas glutation reduktase dan aldose reduktase.

Aldose reduktse adalah enzim yang merubah glukosa menjadi sorbitol, dan sorbitol

dirubah menjadi fructose oleh enzim sorbitol dehidrogen.5

KATARAK

10

Page 11: Case Report Mata Katarak Senilis ODS

2.1 Definisi

Katarak merupakan kelainan mata tenang dengan gejala penurunan visus penglihatan

perlahan. Katarak berasal dari bahasa Yunani Katarrhakies yang berarti air terjun. Pandangan

pasien dengan katarak tampak seperti terhalang air terjun. Kesan tersebut terjadi akibat keruhnya

lensa akibat hidrasi lensa, denaturasi protein lensa atau keduanya. Biasanya kekeruhan mengenai

kedua mata dan berjalan progresif ataupun dapat tidak mengalami perubahan dalam waktu yang

lama.

Katarak umumnya merupakan penyakit pada usia lanjut, akan tetapi dapat juga akibat

kelainan kongenital, atau penyulit mata lokal menahun. Bermacam-macam penyakit mata dapat

mengakibatkan katarak seperti glaukoma, ablasi, uveitis, dan retinitis pigmentosa. Katarak dapat

berhubungan proses penyakit intraokuler lainnya. Penuaan/aging merupakan penyebab utama

katarak, namun dapat pula disebabkan faktor lain seperti trauma, toksin, penyakit sistemik

(seperti diabetes), merokok, dan faktor keturunan. Tanpa faktor pajanan, katarak dapat muncul

pada usia 70 tahun.1,3

2.2 Epidemiologi

Lebih dari 90% kejadian katarak merupakan katarak senilis. 20-40% orang usia 60 tahun

ke atas mengalami penurunan ketajaman penglihatan akibat kekeruhan lensa. Sedangkan pada

usia 80 tahun ketas insidensinya mencapai 60-80%. Prevalensi katarak kongenital pada negara

maju berkisar 2-4 setiap 10000 kelahiran. Frekuensi katarak laki-laki dan perempuan sama besar.

Di seluruh dunia, 20 juta orang mengalami kebutaan akibat katarak.7

2.3 Etiologi dan Faktor Risiko

Penyebab tersering dari katarak adalah proses degenerasi, yang menyebabkan lensa mata

menjadi keras dan keruh. Pengeruhan lensa dapat dipercepat oleh faktor risiko seperti merokok,

paparan sinar UV yang tinggi, alkohol, defisiensi vit E, radang menahun dalam bola mata, dan

polusi asap motor/pabrik yang mengandung timbal.1,3

Cedera pada mata seperti pukulan keras, tusukan benda, panas yang tinggi, dan trauma kimia

dapat merusak lensa sehingga menimbulkan gejala seperti katarak.1,3

11

Page 12: Case Report Mata Katarak Senilis ODS

Katarak juga dapat terjadi pada bayi dan anak-anak, disebut sebagai katarak kongenital. Katarak

kongenital terjadi akibat adanya peradangan/infeksi ketika hamil, atau penyebab lainnya. Katarak

juga dapat terjadi sebagai komplikasi penyakit infeksi dan metabolik lainnya seperti diabetes

melitus.1,3

Beberapa faktor lain yang mempengaruhi, diantaranya :

a. Faktor keturunan

b. Pengguanaan obat tertentu, khususnya steroid

c. Gangguan pertumbuhan

d. Operasi mata sebelumnya

e. Faktor-faktor lainnya yang belum diketahui.1,3

2.4 Patofisiologi

Patofisiologi katarak senilis sangat kompleks dan belum sepenuhnya dapat dipahami

diduga melibatkan interaksi kompleks antara berbagai proses fisiologis. Perubahan fisik dan

kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi. Perubahan dalam serabut halus

multipel (zonula) yang memanjang dari badan siliar ke sekitar daerah di luar lensa. Perubahan

kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengakibatkan pandangan

dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya

protein lensa normal disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa

yang tegang dan mengganggu transmisi sinar.

Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari

degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada

kebanyakan pasien yang menderita katarak.3,4

Terdapat 2 teori yang menyebabkan terjadinya katarak yaitu teori hidrasi dan sklerosis:

1. Teori hidrasi terjadi kegagalan mekanisme pompa aktif pada epitel lensa yang

berada di subkapsular anterior, sehingga air tidak dapat dikeluarkan dari lensa. Air

yang banyak ini akan menimbulkan bertambahnya tekanan osmotik yang

menyebabkan kekeruhan lensa.3,4

12

Page 13: Case Report Mata Katarak Senilis ODS

2. Teori sklerosis lebih banyak terjadi pada lensa manula dimana serabut kolagen terus

bertambah sehingga terjadi pemadatan serabut kolagen di tengah. Makin lama

serabut tersebut semakin bertambah banyak sehingga terjadilah sklerosis nukleus

lensa.3,4

Perubahan yang terjadi pada lensa usia lanjut:

1. Kapsula

a. Menebal dan kurang elastic (1/4 dibanding anak)

b. Mulai presbiopia

c. Bentuk lamel kapsul berkurang atau kabur

d. Terlihat bahan granular

2. Epitel-makin tipis

a. Sel epitel (germinatif pada ekuator bertambah besar dan berat)

b. Bengkak dan vakuolisasi mitokondria yang nyata

3. Serat lensa

a. Serat irregular

b. Pada korteks jelas kerusakan serat sel

c. Brown sclerotic nucleus, sinar UV lama kelamaan merubah protein nukelus

lensa, sedang warna coklat protein lensa nucleus mengandung histidin dan

triptofan dibanding normal

d. Korteks tidak berwarna karenai kadar asam askorbat tinggi dan menghalangi

foto oksidasi.2,3

13

Page 14: Case Report Mata Katarak Senilis ODS

Sinar tidak banyak mengubah protein pada serat muda. Perubahan fisik dan kimia dalam

lensa mengakibatkan hilangnya transparasi, akibat perubahan pada serabut halus multipel yang

memanjang dari badan siliar ke sekitar daerah di luar lensa, misalnya menyebabkan penglihatan

mengalami distorsi. Pada protein lensa menyebabkan koagulasi, sehingga mengakibatkan

pandangan dengan penghambatan jalannya cahaya ke retina.3,4

2.5 Klasifikasi

Berdasarkan usia katarak dibagi menjadi 3, yaitu;

1. Katarak senil

Katarak yang terjadi pada usia lanjut, umumnya terjadi pada usia diatas 50 tahun.

Biasanya disebabkan karena proses penuaan.

2. Katarak juvenil

Katarak yang terjadi pada anak-anak.

3. Katarak kongenital

14

Page 15: Case Report Mata Katarak Senilis ODS

Katarak yang terjadi sebelum atau segera setelah lahir.2

Berdasarkan morfologinya katarak dapat diklasifikasikan menjadi:

1. Katarak Nuklear

Pada katarak Nuklear terjadi sklerosis pada nukleus lensa dan menjadikan nukleus lensa

menjadi berwarna kuning dan opak. Katarak yang lokasinya terletak pada bagian tengah

lensa atau nukleus. Nukleus cenderung menjadi gelap dan keras (sklerosis), berubah dari

jernih menjadi kuning sampai coklat. Progresivitasnya lambat. Bentuk ini merupakan bentuk

yang paling banyak terjadi. Pandangan jauhlebih dipengaruhi daripada pandangan dekat

(pandangan baca), bahkan pandangan baca dapat menjadi lebih baik.2,3,4

2. Katarak Kortikal

Pada katarak kortikal terjadi perubahan komposisi ion dari korteks lensa serta komposisi air

dari serat-serat pembentuk lensa. Katarak menyerang lapisan yang mengelilingi nukleus atau

korteks. Biasanya mulai timbulsekitar usia 40-60 tahun dan progresivitasnya lambat, tetapi

lebih cepat dibandingkan katarak nuklear. Terdapat wedge-shape opacities/cortical spokes

atau gambaran seperti ruji. Keluhan yang biasa terjadi yaitu penglihatan jauh dan dekat

terganggu, penglihatan merasa silau.2,3,4

3. Katarak Subkapsular Posterior

Pada katarak subkapsular posterior terjadi peningkatan opasitas pada bagian lensa belakang

secara perlahan. Biasanya mulai timbul sekitar usia 40-60 tahun dan progresivitasnya lebih

cepat. Bentuk ini lebih sering menyerang orang dengan diabetes, obesitas atau pemakaian

steroid jangka panjang. Katarak ini menyebabkan kesulitan membaca, silau, pandangan

kabur pada kondisi cahaya terang.2,3,4

Berdasarkan stadium :

1. Katarak Insipien

Pada stadium ini kekeruhan lensa tidak teratur, tampak seperti bercak-bercak yang

membentuk gerigi dangan dasar di perifer dan daerah jernih di antaranya. Kekeruhan

biasanya terletak di korteks anterior dan posterior. Kekeruhan ini pada awalnya hanya

nampak jika pupil dilebarkan. Pada stadium ini terdapat keluhan poliopia yang disebabkan

15

Page 16: Case Report Mata Katarak Senilis ODS

oleh indeks refraksi yang tidak sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini kadang menetap

untuk waktu yang lama.2,4

2. Katarak Imatur

Pada katarak imatur terjadi kekeruhan yang lebih tebal, tetapi belum mengenai seluruh

lapisan lensa sehingga masih terdapat bagian-bagian yang jernih pada lensa. Terjadi

penambahan volume lensa akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa yang

degeneratif. Pada keadaan lensa yang mencembung akan dapat menimbulkan hambatan

pupil, mendorong iris ke depan, mengakibatkan bilik mata dangkal sehingga terjadi

glaukoma sekunder. Pada pemeriksaan uji bayangan iris atau shadow test, maka akan terlihat

bayangan iris pada lensa, sehingga hasil uji shadow test (+).2,4

3. Katarak Matur

Pada katarak matur kekeruhan telah mengenai seluruh lensa. Proses degenerasi yang

berjalan terus maka akan terjadi pengeluaran air bersama hasil disintegrasi melalui kapsul,

sehingga lensa kembali ke ukuran normal. Bilik mata depan akan berukuran kedalaman

normal kembali. Tidak terdapat bayangan iris pada lensayang keruh, sehingga uji bayangan

iris negatif.2,4

4. Katarak Hipermatur

Merupakan proses degenerasi lanjut lensa, sehingga masa lensa yang mengalami

degenerasi akan mencair dan keluar melalui kapsul lensa. Lensa menjadi mengecil dan

berwarna kuning. Bila proses katarak berjalan lanjut disertai kapsul yang tebal, maka korteks

yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka korteks akan memperlihatkan

sekantong susu dengan nukleus yang terbenam di korteks lensa. Keadaan ini disebut sebagai

katarak Morgagni.

Uji bayangan iris memberikan gambaran pseudopositif. Cairan/protein lensa yang keluar

dari lensa tersebut menimbulkan reaksi inflamasi dalam bola mata karena di anggap sebagai

benda asing. Akibatnya dapat timbul komplikasi uveitis dan glaukoma karena aliran melalui

COA kembali terhambat akibat terdapatnya sel-sel radang dan cairan/protein lensa itu

sendiri yang menghalangi aliran cairan bola mata.2,4

16

Page 17: Case Report Mata Katarak Senilis ODS

Klasifikasi katarak menurut etiologi;

1. Katarak Primer

Katarak primer merupakan katarak yang terjadi karena proses penuaan atau degenerasi,

bukan karena penyebab yang lain, seperti penyakit sistemik atau metabolik, traumatik,

toksik, radiasi dan kelainan kongenital.3,4

2. Katarak Sekunder

a. Katarak Metabolik

Katarak metabolik atau disebut juga katarak akibat penyakit sistemik, terjadi bilateral

karena berbagai gangguan sistemik berikut ini : diabetes melitus, hipokalsemia (oleh

sebab apapun), defisiensi gizi, distrofi miotonik, dermatitis atopik, galaktosemia, dan

sindrom Lowe, Werner, serta Down. 3,4

b. Katarak Traumatik

17

Page 18: Case Report Mata Katarak Senilis ODS

Katarak traumatik paling sering disebabkan oleh trauma benda asing pada lensa atau

trauma tumpul pada bola mata. Peluru senapan angin dan petasan merupakan penyebab

yang sering; penyebab lain yang lebih jarang adalah anak panah, batu, kontusio, pajanan

berlebih terhadap panas (glassblower’s cataract), dan radiasi pengion. Di dunia industri,

tindakan pengamanan terbaik adalah sepasang kacamata pelindung yang bermutu baik.

Lensa menjadi putih segera setelah masuknya benda asing karena lubang pada kapsul

lensa menyebabkan humor aqueous dan kadang-kadang vitreus masuk ke dalam struktur

lensa. Pasien sering kali adalah pekerja industri yang pekerjaannya memukulkan baja ke

baja lain. Sebagai contoh, potongan kecil palu baja dapat menembus kornea dan lensa

dengan kecepatan yang sangat tinggi lalu tersangkut di vitreus atau retina.3,4

c. Katarak Komplikata

Penyakit intraokular atau penyakit di bagian tubuh yang lain dapat menimbulkan

katarak komplikata. Penyakit intraokular yang sering menyebabkan kekeruhan pada

lensa ialah iridosiklitis, glukoma, ablasi retina, miopia tinggi dan lain-lain. Katarak-

katarak ini biasanya unilateral. Pada uveitis, katarak timbul pada subkapsul posterior

akibat gangguan metabolisme lensa bagian belakang. Kekeruhan juga dapat terjadi pada

tempat iris melekat dengan lensa (sinekia posterior) yang dapat berkembang mengenai

seluruh lensa. Glaukoma pada saat serangan akut dapat mengakibatkan gangguan

keseimbangan cairan lensa subkapsul anterior. Bentuk kekeruhan ini berupa titik-titik

yang tersebar sehingga dinamakan katarak pungtata subkapsular diseminata anterior atau

dapat disebut menurut penemunya katarak Vogt. Katarak ini bersifat reversibel dan dapat

hilang bila tekanan bola mata sudah terkontrol. Ablasio dan miopia tinggi juga dapat

menimbulkan katarak komplikata.

Pada katarak komplikata yang mengenai satu mata dilakukan tindakan bedah bila

kekeruhannya sudah mengenai seluruh bagian lensa atau bila penderita memerlukan

penglihatan binokular atau kosmetik. Jenis tindakan yang dilakukan ekstraksi linear atau

ekstraksi lensa ekstrakapsular. Iridektomi total lebih baik dilakukan dari pada iridektomi

perifer.

Katarak yang berhubungan dengan penyakit umum mengenai kedua mata,

walaupun kadang-kadang tidak bersamaan. Katrak ini biasanya btimbul pada usia yang

lebih muda. Kelainan umum yang dapat menimbulkan katarak adalah diabetes melitus,

18

Page 19: Case Report Mata Katarak Senilis ODS

hipoparatiroid, miotonia distrofia, tetani infantil dan lain-lain. Diabetes melitus

menimbulkan katarak yang memberikan gambaran khas yaitu kekeruhan yang tersebar

halus seperti tebaran kapas di dalam masa lensa.

Pada hipoparatiroid akan terlihat kekeruhan yang mulai pada dataran belakang

lensa, sedang pada penyakit umum lain akan terlihat tanda degenerasi pada lensa yang

mengenai seluruh lapis lensa.1,2

d. Katarak Toksik

Katarak toksik atau disebut juga katarak terinduksi obat, seperti obat kortikosteroid

sistemik ataupun topikal yang diberikan dalam waktu lama, ergot, naftalein, dinitrofenol,

triparanol, antikolinesterase, klorpromazin, miotik, busulfan. Obat-obat tersebut dapat

menyebabkan terjadinya kekeruhan lensa.1

e. Katarak Ikutan (membran sekunder) / After-cataract

Katarak ikutan merupakan kekeruhan kapsul posterior yang terjadi setelah

ekstraksi katarak ekstrakapsular akibat terbentuknya jaringan fibrosis pada sisa lensa

yang tertinggal, paling cepat keadaan ini terlihat sesudah 2 hari pasca ekstraksi

ektrakapsular. Epitel lensa subkapsular yang tersisa mungkin menginduksi regenerasi

serat-serat lensa, memberikan gambaran telur ikan pada kapsul posterior (mutiara

Elschnig).

Lapisan epitel berproliferasi tersebut dapat membentuk banyak lapisan dan

menimbulkan kekeruhan yang jelas. Sel-sel ini mungkin juga mengalami diferensiasi

miofibroblastik. Kontraksi serat-serat tersebut menimbulkan banyak kerutan kecil di

kapsulposterior, yang menimbulkan distorsi penglihatan. Semua faktor ini dapat

menyebabkan penurunan ketajaman penglihatan setelah ekstraksi katarak ekstrakapsular.

Katarak ikutan merupakan suatu masalah besar pada hampir semua pasien

pediatrik, kecuali bila kapsul posterior dan vitreus anterior diangkat pada saat operasi.

Dulu, hingga setengah dari semua pasien dewasa mengalami kekeruhan kapsul posterior

setelah mengalami ekstraksi katarak ekstrakapsular. Namun, tehnik bedah yang semakin

berkembang dan materi lensa intraokular yang baru mampu mengurangi insiden

kekeruhan kapsul posterior secara nyata.

19

Page 20: Case Report Mata Katarak Senilis ODS

2.6 Manifestasi Klinis

Katarak berkembang secara perlahan dan tidak menimbulkan nyeri disertai gangguan

penglihatan yang muncul secara bertahap.

1. Penglihatan kabur dan berkabut

2. Fotofobia

3. Penglihatan ganda

4. Kesulitan melihat di waktu malam

5. Sering berganti kacamata

6. Perlu penerangan lebih terang untuk membaca

7. Seperti ada titik gelap didepan mata3,4

2.7 Diagnosa

Diagnosa katarak senilis dapat dibuat dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik.

Pemeriksaan laboratorium preoperasi dilakukan untuk mendeteksi adanya penyakit-penyakit

yang menyertai, seperti DM, hipertensi, dan kelainan jantung.1

Pada pasien katarak sebaiknya dilakukan pemeriksaan visus untuk mengetahui

kemampuan melihat pasien. Visus pasien dengan katarak subcapsuler posterior dapat membaik

dengan dilatasi pupil. Pemeriksaan adneksa okuler dan struktur intraokuler dapat memberikan

petunjuk terhadap penyakit pasien dan prognosis penglihatannya.1

Pemeriksaan slit lamp tidak hanya difokuskan untuk evaluasi opasitas lensa tetapi dapat

juga struktur okuler lain, misalnya konjungtiva, kornea, iris, bilik mata depan. Ketebalan kornea

harus diperiksa dengan hati-hati, gambaran lensa harus dicatat dengan teliti sebelum dan sesudah

pemberian dilator pupil, posisi lensa dan intergritas dari serat zonular juga dapat diperiksa sebab

subluksasi lensa dapat mengidentifikasi adanya trauma mata sebelumnya, kelainan metabolik,

atau katarak hipermatur. Pemeriksaan shadow test dilakukan untuk menentukan stadium pada

katarak senilis. Selain itu, pemeriksaan ofthalmoskopi direk dan indirek dalam evaluasi dari

intergritas bagian belakang harus dinilai.1

20

Page 21: Case Report Mata Katarak Senilis ODS

2.8 Diagnosis Banding

Katarak kongenital yang bermanifestasi sebagai leukokoria perlu dibedakan dengan kondisi lain

yang menyebabkan leukokoria, seperti retinoblastoma, retinopathy of prematurity, atau persistent

hyperplastic primary vitreus (PHPV).7

2.9 Tatalaksana

Indikasi penatalaksanaan bedah pada kasus katarak mencakup indikasi visus, medis, dan

kosmetik.

1. Indikasi visus; merupakan indikasi paling sering. Indikasi ini berbeda pada tiap individu,

tergantung dari gangguan yang ditimbulkan oleh katarak terhadap aktivitas sehari-

harinya.7

2. Indikasi medis; pasien bisa saja merasa tidak terganggu dengan kekeruhan pada lensa

matanya, namun beberapa indikasi medis dilakukan operasi katarak seperti glaukoma

imbas lensa (lens-induced glaucoma), endoftalmitis fakoanafilaktik, dan kelainan pada

retina misalnya retiopati diabetik atau ablasio retina.7

3. Indikasi kosmetik; kadang-kadang pasien dengan katarak matur meminta ekstraksi

katarak (meskipun kecil harapan untuk mengembalikan visus) untuk memperoleh pupil

yang hitam.7

Persiapan yang dilakukan sebelum melakukan operasi katarak adalah :

1. Biometri : Pengukuran panjang mata dengan memakai pemeriksaan ultrasound dan

keratometri untuk mengukur kurvatur kornea sehingga kita dapat menghitung kekuatan

implant yang akan dimasukkan ke mata pada saat operasi.3,4

21

Page 22: Case Report Mata Katarak Senilis ODS

2. Konfirmasikan bahwa tidak terdapat masalah kesehatan yang lain, terutama hipertensi,

penyakit traktus respirasi dan diabetes.4

3. Beberapa obat dapat meningkatkan insiden perdarahan. Warfarin tidak perlu dihentikan

hanya dikurangi dosisnya. Aspirin harus dihentikan 1 minggu sebelum operasi.3,4

4. Beritahukan pada pasien perkiraan hasil operasi dan komplikasi dari proses operasi yang

mungkin terjadi.2

Prosedur operasi pada ekstraksi katarak yang sering digunakan yaitu ICCE, ECCE, dan

phacoemulsifikasi, SICS.

1. Intra Capsular Cataract Extraction (ICCE)

Tindakan pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul. Seluruh lensa

dibekukan di dalam kapsulnya dengan cryophake dan depindahkan dari mata melalui

incisi korneal superior yang lebar. Sekarang metode ini hanya dilakukan hanya pada

keadaan lensa subluksatio dan dislokasi. Pada ICCE tidak akan terjadi katarak sekunder

dan merupakan tindakan pembedahan yang sangat lama populer. ICCE tidak boleh

dilakukan pada pasien berusia kurang dari 40 tahun yang masih mempunyai ligamen

hialoidea kapsular. Penyulit yang dapat terjadi pada pembedahan ini astigmatisme,

glukoma, uveitis, endoftalmitis, dan perdarahan.8

2. Extra Capsular Cataract Extraction ( ECCE )

Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran isi lensa dengan

memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga massa lensa dan kortek lensa dapat

keluar melalui

robekan. Pembedahan

ini dilakukan

pada pasien katarak

muda, pasien dengan

22

Page 23: Case Report Mata Katarak Senilis ODS

kelainan endotel, implantasi lensa intra ocular posterior, perencanaan implantasi sekunder

lensa intra ocular, kemungkinan akan dilakukan bedah glukoma, mata dengan prediposisi

untuk terjadinya prolaps badan kaca, mata sebelahnya telah mengalami prolap badan

kaca, ada riwayat mengalami ablasi retina, mata dengan sitoid macular edema, pasca

bedah ablasi, untuk mencegah penyulit pada saat melakukan pembedahan katarak seperti

prolaps badan kaca. Penyulit yang dapat timbul pada pembedahan ini yaitu dapat

terjadinya katarak sekunder.8

3. Phacoemulsification

Phakoemulsifikasi (phaco) maksudnya adalah untuk membongkar dan

memindahkan kristal lensa. Pada teknik ini diperlukan irisan yang sangat kecil (sekitar 2-

3mm) di kornea. Getaran ultrasonic akan digunakan untuk menghancurkan katarak,

selanjutnya mesin PHACO akan menyedot massa katarak yang telah hancur sampai

bersih. Sebuah lensa Intra Okular yang dapat dilipat dimasukkan melalui irisan tersebut.

Karena incisi yang kecil maka tidak diperlukan jahitan, akan pulih dengan sendirinya,

yang memungkinkan pasien dapat dengan cepat kembali melakukan aktivitas sehari-

hari.Tehnik ini bermanfaat pada katarak kongenital, traumatik, dan kebanyakan katarak

senilis.8

Tehnik ini kurang efektif pada katarak senilis padat, dan keuntungan incisi limbus

yang kecil agak kurang kalau akan dimasukkan lensa intraokuler, meskipun sekarang

lebih sering digunakan lensa intra okular fleksibel yang dapat dimasukkan melalui incisi

kecil seperti itu.

Dalam phakoemulsifikasi, ahli bedah menggunakan probe ultra-sound

dimasukkan melalui sayatan untuk memecah nukleus lensa menjadi potongan-potongan

yang lebih kecil. Teknik baru menawarkan keuntungan insisi yang lebih kecil dari standar

EKEK, jahitan sedikit atau tidak ada untuk menutup sayatan, dan waktu pemulihan lebih

pendek untuk pasien. Kelemahan adalah kebutuhan untuk peralatan khusus dan kurva

belajar yang curam untuk ahli bedah. Satu studi menemukan bahwa ahli bedah yang

23

Page 24: Case Report Mata Katarak Senilis ODS

diperlukan untuk melakukan sekitar 150 katarak ekstraksi menggunakan

phakoemulsifikasi sebelum tingkat komplikasi mereka jatuh ke tingkat dasar7.

Teknik ini memiliki sejumlah keunggulan dibandingkan EKEK konvensional,

terutama karena diperlukan insisi lebih kecil. Hal ini diyakini dapat mengurangi

surgically induced astigmatism dan memungkinkan refraksi stabil dan rehabilitasi visi

dan kegiatan sehari-hari. Selain itu, operasi phakoemulsifikasi menunjukkan inflamasi

dan kerusakan sawar darah-aqueus humor yang lebih rendah daripada yang diamati

dengan operasi EKEK7.

4. Small Incision Cataract Surgery (SICS)

Insisi dilakukan pada sklera dengan ukuran insisi bervariasi dari 5-8 mm. Namun

tetap dikatakan SICS sejak design arsiteknya tanpa jahitan, Penutupan luka insisi terjadi

dengan sendirinya (self-sealing). Teknik operasi ini dapat dilakukan pada stadium katarak

immature, mature, dan hypermature. Teknik ini juga telah dilakukan pada kasus

glaukoma fakolitik dan dapat dikombinasikan dengan operasi trabekulektomi.8

Teknik ini dipandang lebih menguntungkan karena lebih cepat sembuh, jahitan

lebih sedikit atau tidak ada, kauterisasi minimal sampai tidak ada daripada ECCE, dan

lebih murah, tidak butuh latihan lama dibanding phaco. Operasi ini menggunakan teknik

insisi supero oblik (arah jam 9-12)pada perbatasan sklera-konjungtiva selebar 5-6 mm,

lalu membuat terowongan (tunnel) untuk capsulorhexis, pengeluaran korteks lensa,

sampai pemasukkan IOL yang dapat dilipat. 8,9

24

Page 25: Case Report Mata Katarak Senilis ODS

Tabel 1.

Keuntungan dan kerugian ICCE, ECCE, phaco, SICS

Metode Indikasi Keuntungan Kerugian

ICCE Zonula lemah Tidak ada resiko katarak

sekunder.

Peralatan yang dibutuhkan

sedikit.

Resiko tinggi kebocoran vitreous

(20%).

Astigmatisme.

Rehabilitasi visual terhambat.

IOL di COA atau dijahit di posterior.

ECCE Lensa sangat

keras.

Endotel kornea

kurang bagus.

Peralatan yang dibutuhkan

paling sedikit.

Baik untuk endotel kornea.

IOL di COP.

Astigmatisme.

Rehabilitasi visual terhambat.

Phaco Sebagian besar

katarak kecuali

katarak Morgagni

dan trauma.

Rehabilitasi visual cepat. Peralatan / instrumen mahal.

Pelatihan lama.

Ultrasound dapat mempengaruhi

endotel kornea.

SICS Hampir semua

katarak.

Rehabilitasi visual cukup

cepat.

Peralatan yang dibutuhkan

sedikit dan tidak mahal.

Pelatihan tidak begitu lama.

IOL di COP.

Tergantung keahlian ahli bedah.

Apabila lensa mata penderita katarak telah diangkat maka penderita memerlukan

lensa pengganti untuk memfokuskan penglihatannya dengan cara sebagai berikut:1,5

1. Kacamata afakia yang tebal lensanya

25

Page 26: Case Report Mata Katarak Senilis ODS

2. Lensa kontak

3. Lensa intra okular, yaitu lensa permanen yang ditanamkan di dalam mata pada

saat pembedahan untuk mengganti lensa mata asli yang telah diangkat.

EKEK hampir selalu operasi elektif. Setelah operasi telah dijadwalkan, pasien

akan perlu memiliki pemeriksaan khusus yang dikenal sebagai keratometry jika IOL

yang akan ditanamkan. Pengujian, yang tidak menimbulkan rasa sakit, dilakukan untuk

menentukan kekuatan IOL yang dibutuhkan. Dokter spesialis mata mengukur panjang

bola mata pasien dengan USG dan kelengkungan kornea dengan alat yang disebut

Keratometer. Pengukuran yang diperoleh dari keratometer dimasukkan ke dalam

computer untuk menghitung kekuatan lensa IOL.

IOL adalah pengganti lensa mata pasien, bukan untuk lensa korektif. Jika pasien

mengenakan kacamata atau lensa kontak sebelum katarak berkembang, ia akan terus

membutuhkannya setelah IOL ditanam. Koreksi lensa harus dilakukan setelah operasi,

karena mungkin membutuhkan penyesuaian.

Gambar 10. Lensa Intra Okuler / Intra Ocular Lens (IOL)

Pasien dapat menggunakan mata mereka setelah operasi. Pasien dapat pergi

bekerja keesokan harinya, meskipun mata yang dioperasi akan memakan waktu antara

tiga minggu sampai tiga bulan untuk sembuh sepenuhnya. Pada periode ini, mereka

harus memeriksa tajam penglihatan untuk melihat apakah kekuatan lensa mereka harus

26

Page 27: Case Report Mata Katarak Senilis ODS

diubah. Pasien dapat melakukan kegiatan normal mereka dalam satu atau dua hari

operasi, dengan pengecualian mengangkat barang berat atau membungkuk dengan

ekstrim. Kebanyakan dokter mata menyarankan pasien memakai kacamata mereka

selama hari dan tape perisai mata pada mata yang dioperasi pada malam hari. Mereka

harus memakai kacamata hitam pada hari-hari cerah dan hindari menggosok mata yang

dioperasi. Selain itu, dokter mata akan memberikan obat tetes mata selama satu sampai

dua minggu untuk mencegah infeksi, mengatasi rasa sakit, dan mengurangi

pembengkakan. Hal ini penting bagi pasien untuk menggunakan tetes mata persis

seperti yang diarahkan.

Pasca operasi, pasien diberikan tetes mata steroid dan antibiotik jangka pendek.

Kacamata baru dapat diresepkan setelah beberapa minggu, ketika bekas insisi telah

sembuh. Rehabilitasi visual dan peresepan kacamata baru dapat dilakukan lebih cepat

dengan metode phacoemulsification. Karena pasien tidak dapat berakomodasi maka

pasien membutuhkan kacamata untuk pekerjaan jarak dekat meski tidak dibutuhkan

kacamata untuk jarak jauh. Saat ini digunakan lensa intraokuler multifokal, lensa

intraokuler yang dapat berakomodasi sedang dalam tahap pengembangan.

Perawatan pasca bedah

Jika digunakan tehnik insisi kecil, maka penyembuhan pasca operasi biasanya

lebih pendek. Pasien dapat bebas rawat jalan pada hari itu juga, tetapi dianjurkan untuk

bergerak dengan hati-hati dan menghindari peregangan atau mengangkat benda berat

selama sekitar satu bulan, olahraga berat jangan dilakukan selama 2 bulan. Matanya

dapat dibalut selama beberapa hari pertama pasca operasi atau jika nyaman, balutan

dapat dibuang pada hari pertama pasca operasi dan matanya dilindungi pakai kacamata

atau dengan pelindung seharian. Kacamata sementara dapat digunakan beberapa hari

setelah operasi, tetapi biasanya pasien dapat melihat dengan baik melui lensa intraokuler

sambil menantikan kacamata permanen ( Biasanya 6-8 minggu setelah operasi ). Selain

itu juga akan diberikan obat untuk :

1. Mengurangi rasa sakit, karena operasi mata adalah tindakan yang menyayat

maka diperlukan obat untuk mengurangi rasa sakit yang mungkin timbul

benerapa jam setelah hilangnya kerja bius yang digunakan saat pembedahan.

27

Page 28: Case Report Mata Katarak Senilis ODS

2. Antibiotik mencegah infeksi, pemberian antibiotik masih dianggap rutin dan

perlu diberikan atas dasar kemungkinan terjadinya infeksi karena kebersihan

yang tidak sempurna.

3. Obat tetes mata steroid. Obat yang mengandung steroid ini berguna untuk

mengurangi reaksi radang akibat tindakan bedah.

4. Obat tetes yang mengandung antibiotik untuk mencegah infeksi pasca bedah.

Hal yang boleh dilakukan antara lain :

1. Memakai dan meneteskan obat seperti yang dianjurkan

2. Melakukan pekerjaan yang tidak berat

3. Bila memakai sepatu jangan membungkuk tetapi dengan mengangkat kaki

keatas.

Yang tidak boleh dilakukan antara lain :

1. Jangan menggosok mata

2. Jangan menggendong yang berat

3. Jangan membaca yang berlebihan dari biasanya

4. Jangan mengedan keras sewaktu buang air besar

5. Jangan berbaring ke sisi mata yang baru dibedah------

Penanganan dapat dilakukan terapi non farmakologis dan medikamentosa dengan tujuan untuk

menjaga elemen mata yang masih baik. Tindakan pada terapi non farmakologis misalnya dengan

menjaga asupan nutrisi yang diperlukan bagi elemen-elemen mata yang berfungsi langsung

terhadap tajam penglihatan (seperti pembuluh darah dan persyarafan) ataupun asupan nutrisi

yang diperlukan bagi ketahanan tubuh pasien. Contoh: mengkonsumsi makanan seperti makanan

berdaun hijau, buah-buahan, kacang-kacangan dan wortel yang banyak mengandung antioksidan,

vitamin A, B, C dan E.

Seperti halnya terapi nonfarmakologis, terapi medika mentosa tidak dapat menghilangkan

katarak pada kedua mata, namun diharapkan pasien dapat lebih lama menikmati tajam

28

Page 29: Case Report Mata Katarak Senilis ODS

penglihatan sebelum proses opasitas memburuk. Adapun karena kekeruhan lensa pada katarak

disebabkan oleh rusaknya protein dan lemak lensa akibat multifaktorial, maka prinsip

medikamentosa dalam penanganan katarak adalah menggunakan obat yang mampu mencegah

rusaknya protein dan lemak pada lensa, misalnya dengan menstabilkan molekul protein dari

denaturasi. Tujuan terapi medikamentosa antara lain:

1. Untuk memperlambat kecepatan progresifitas kekeruhan (mencegah rusaknya protein dan

lemak penyusun lensa, misalnya dengan menstabilkan molekul protein dari denaturasi)

sehingga pasien dapat lebih lama menikmati tajam penglihatan sebelum proses opasitas

memburuk. Contoh: obat iodine yang memiliki efek antioksidan seperti potassium iodine,

natrium iodine, dll

2. Untuk menjaga kondisi elemen mata misalnya pembuluh darah dan persyarafan mata.

Contoh:

a. suplemen vitamin A (berfungsi penting dalam penjagaan kondisi retina), contoh:

vitamin A 6000 IU, beta carotene (pro-vitamin A) 12.000 IU,

b. suplemen vitamin B (berfungsi penting dalam penjagaan kondisi syaraf), contoh

vitamin B-2 (riboflavin) 20 mg, vitamin B-6 (pyridoxine hydrochloride) 11 mg,

vitamin B complex, dll

c. Vitamin C (berfungsi penting dalam penjagaan kondisi pembuluh darah), contoh

ascorbic acid 600 mg

d. Vitamin E.

3. Untuk menjaga kondisi imunitas tubuh, contoh: suplemen vitamin.

2.10 Komplikasi

Komplikasi operasi dapat berupa komplikasi preoperatif, intraoperatif, postoperatif awal,

postoperatif lanjut, dan komplikasi yang berkaitan dengan lensa intra okular (intra ocular lens,

IOL).8

1. Komplikasi preoperatif

a. Ansietas; beberapa pasien dapat mengalami kecemasan (ansietas) akibat ketakutan

akan operasi. Agen anxiolytic seperti diazepam 2-5 mg dapat memperbaiki keadaan.

29

Page 30: Case Report Mata Katarak Senilis ODS

b. Nausea dan gastritis; akibat efek obat preoperasi seperti asetazolamid dan/atau

gliserol. Kasus ini dapat ditangani dengan pemberian antasida oral untuk mengurangi

gejala.

c. Konjungtivitis iritatif atau alergi; disebabkan oleh tetes antibiotik topical preoperatif,

ditangani dengan penundaan operasi selama 2 hari.

d. Abrasi kornea; akibat cedera saat pemeriksaan tekanan bola mata dengan

menggunakan tonometer Schiotz. Penanganannya berupa pemberian salep antibiotik

selama satu hari dan diperlukan penundaan operasi selama 2 hari.8

2. Komplikasi intraoperatif

a. Laserasi m. rectus superior; dapat terjadi selama proses penjahitan.

b. Perdarahan hebat; dapat terjadi selama persiapan conjunctival flap atau selama insisi

ke bilik mata depan.

c. Cedera pada kornea (robekan membrane Descemet), iris, dan lensa; dapat terjadi

akibat instrumen operasi yang tajam seperti keratom.

d. Cedera iris dan iridodialisis (terlepasnya iris dari akarnya)

e. Lepas/ hilangnya vitreous; merupakan komplikasi serius yang dapat terjadi akibat

ruptur kapsul posterior (accidental rupture) selama teknik ECCE. 8

3. Komplikasi postoperatif awal

Komplikasi yang dapat terjadi segera setelah operasi termasuk hifema, prolaps iris,

keratopati striata, uveitis anterior postoperatif, dan endoftalmitis bakterial.

4. Komplikasi postoperatif lanjut

Cystoid Macular Edema (CME), delayed chronic postoperative endophtalmitis,

Pseudophakic Bullous Keratopathy (PBK), ablasio retina, dan katarak sekunder

merupakan komplikasi yang dapat terjadi setelah beberapa waktu post operasi.

5. Komplikasi yang berkaitan dengan IOL

Implantasi IOL dapat menyebabkan komplikasi seperti uveitis-glaucoma-hyphema

syndrome (UGH syndrome), malposisi IOL, dan sindrom lensa toksik (toxic lens

syndrome).8

Komplikasi katarak yang tersering adalah glaukoma yang dapat terjadi karena proses

fakolitik, fakotopik, fakotoksik

30

Page 31: Case Report Mata Katarak Senilis ODS

1.      Fakolitik

Pada lensa yang keruh terdapat kerusakan maka substansi lensa akan keluar yang

akan menumpuk di sudut kamera okuli anterior terutama bagian kapsul lensa. Dengan

keluarnya substansi lensa maka pada kamera okuli anterior akan bertumpuk pula

serbukan fagosit atau makrofag yang berfungsi merabsorbsi substansi lensa tersebut.

Tumpukan akan menutup sudut kamera okuli anterior sehingga timbul glaukoma.

2.      Fakotopik

Berdasarkan posisi lensa Oleh karena proses intumesensi, iris, terdorong ke depan

sudut kamera okuli anterior menjadi sempit sehingga aliran humor aqueaous tidak lancar

sedangkan produksi berjalan terus, akibatnya tekanan intraokuler akan meningkat dan

timbul glaukoma.

3.      Fakotoksik

Substansi lensa di kamera okuli anterior merupakan zat toksik bagi mata sendiri

(auto toksik). Terjadi reaksi antigen-antibodi sehingga timbul uveitis, yang kemudian

akan menjadi glaukoma

2.11 Preventif Dan Promotif

Katarak senilis tidak dapat dicegah karena penyebab terjadinya katarak senilis ialah oleh karena

faktor usia, namun dapat dilakukan pencegahan terhadap hal-hal yang memperberat seperti

mengontrol penyakit metabolik, mencegah paparan langsung terhatap sinar ultraviolet dengan

menggunakan kaca mata gelap dan sebagainya. Pemberian intake antioksidan (seperti asam

vitamin A, C dan E) secara teori bermanfaat.

Bagi perokok, diusahakan berhenti merokok, karena rokok memproduksi radikal bebas yang

meningkatkan risiko katarak. Selanjutnya, juga dapat mengkonsumsi makanan bergizi yang

seimbang. Memperbanyak porsi buah dan sayuran. Lindungilah mata dari sinar ultraviolet.

Selalu menggunakan kaca mata gelap ketika berada di bawah sinar matahari. Lindungi juga diri

dari penyakit seperti diabetes.

31

Page 32: Case Report Mata Katarak Senilis ODS

2.12 Prognosis

Prognosis pasien khususnya prognosis visus/tajam penglihatan dapat diprediksi dengan

melihat kondisi preoperasi dari pasien. Adapun yang dapat dijadikan pertimbangan dalam

menentukan prognosis yaitu kondisi penyulit seperti uveitis, glaucoma atau lainnya; dan kondisi

elemen mata yang lain khususnya syaraf dan retina (dilihat dari hasil pemeriksaan proyeksi sinar

dan warna/PSW). Selain itu karena katarak bukan suatu penyakit yang mengancam jiwa maka

prognosis untuk kesembuhan dan kosmetika baik. Pengobatan katarak adalah tindakan

pembedahan dengan mengeluarkan lensa. Setelah pembedahan lensa diganti dengan kacamata

afakia, lensa kontak, atau lensa tanam okuler.2,3

BAB III

PEMBAHASAN

Pembahasan di dalam kasus ini antara lain mencakup :

1. Mengapa pada pasien ini didiagnosa sebagai pasien dengan Katarak senilis mature?

2. Bagaimanakah penatalaksanaan pasien ini ?

3. Bagaimana prognosis pada pasien ini ?

1. Mengapa pada pasien ini didiagnosa sebagai pasien Katarak senilis mature?

Anamnesis :

Laki-laki, 85 tahun datang dengan keluhan penglihatan kedua mata kabur seperti tertutup asap sejak ± 6 bulan yang lalu, awalnya pasien masih dapat melihat jauh namun lama kelamaan pasien hanya dapat melihat dekat dan memberat pada 2 bulan sebelum masuk rumah sakit. Sekarang pasien merasa tidak lagi dapat melihat dan buram pada kedua mata.

32

Page 33: Case Report Mata Katarak Senilis ODS

Pada pemeriksaan Oftalmologi didapatkan hasil :

Visus OD OS

Visus 1/~ 1/300

GERAKAN BOLA MATA Baik ke segala arah Baik ke segala arah

COA Sedang Sedang

Pupil Bulat, ditengah Bulat, ditengah

Diameter pupil ± 4 mm ± 4 mm

Iris Coklat, Kripta + Coklat, Kripta +

Shadow test Negatif Negatif

Lensa Keruh seluruhnya Keruh seluruhnya

Tonometri schiotz 6 / 5.5 = 14.6 mmHg 6 / 5.5 = 14.6 mmHg

Funduskopi OD OS

Lensa Keruh seluruhnya Keruh seluruhnya

Vitreus Tidak dapat dinilai Tidak dapat dinilai

Fundus Reflex fundus (-) Reflex fundus (-)

Pada pemeriksaan eksternal didapatkan shadow test negatif dengan kekeruhan lensa

seluruhnya sehingga funduskopi sulit dilakukan.

2. Bagaimakah penatalaksanaan pada pasien ini?

Untuk Penatalaksanaan pada pasien dengan diagnosis Katarak senilis matur dapat

dilakukan dengan 2 cara, yaitu:

a. Medikamentosa

b. Pembedahan : ECCE, ICCE, SICS, Fakoemulsifikasi

Pada pasien ini dilakukan :

a.Non-Medikamentosa : operasi katarak SICS + IOL ODS

b. Medikamentosa :

1. Cefadroxil 2x500mg p.o2. Metil Prednisolon 8 mg 3x1 p.o3. C. Xitrol 6x gtt 1 Ed ODS

33

Page 34: Case Report Mata Katarak Senilis ODS

3. Bagaimanakah prognosis pada pasien ini?

Quo ad vitam : ad bonam

Karena pada pasien tidak ditemukannya peyakit sistemik yang menyertai dan pasien masih

dapat melakukan aktivitasnya seperti biasa.

Quo ad functionam : dubia ad bonam

Karena setelah dilakukan operasi dan pemberian lensa dapat memperbaiki tajam

penglihatan pada pasien ini. Fungsi organ penglihatan tidak seperti orang normal karena

pasien sangat bergantung pada penggunaan kacamata. Ada kemungkinan-kemungkinan

pada saat operasi dan setelah dilakukan operasi pasien mengalami komplikasi

34

Page 35: Case Report Mata Katarak Senilis ODS

BAB IV

KESIMPULAN

Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yangdapat terjadi akibat hidrasi

(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau terjadi akibat kedua-duanya.1Katarak

umumnya merupakan penyakit pada usia lanjut, akan tetapi dapat juga akibat kelainan

kongenital, atau penyulit mata lokal menahun.

Penyebab tersering dari katarak adalah proses degenerasi, yang menyebabkan lensa mata

menjadi keras dan keruh. Pengeruhan lensa dapat dipercepat oleh faktor risiko seperti merokok,

paparan sinar UV yang tinggi, alkohol, defisiensi vit E, radang menahun dalam bola mata, dan

polusi asap motor/pabrik yang mengandung timbal.1,3Cedera pada mata seperti pukulan keras,

tusukan benda, dan panas yang tinggi dapat merusak lensa sehingga menimbulkan gejala seperti

katarak.1,3Katarak juga dapat terjadi pada bayi dan anak-anak, disebut sebagai katarak kongenital.

Katarak juga dapat terjadi sebagai komplikasi penyakit infeksi dan metabolik lainnya seperti

diabetes melitus.1,3

Katarak berkembang secara perlahan dan tidak menimbulkan nyeri disertai gangguan

penglihatan yang muncul secara bertahap. Keluhan dapat penglihatan kabur dan berkabut,

fotofobia, Penglihatan ganda, seperti ada titik gelap didepan mata3,4

Pengobatan pada katarak adalah operasi. Untuk menentukan kapan katarak dapat dibedah

ditentukan oleh keadaan tajam penglihatan. Apabila dibiarkan, katarak akan menimbulkan

gangguan penglihatan dan komplikasi seperti glaukoma, uveitis, dan kerusakan retina.

35

Page 36: Case Report Mata Katarak Senilis ODS

DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas S. Penglihatan turun perlahan tanpa mata merah. Ilmu penyakit mata. Edisi ketiga.

Jakarta: balai penerbit FKUI; 2007. Hal 200-11.

2. Artini W, Hutauruk JA, Yudisianil. Pemeriksaan Dasar Mata. Jakarta : Departemen Ilmu

Kesehatan Mata FKUI-RSCM. 2011.

3. Vaughan DG, Asbury T, Riordan Eva P. Oftalmologi Umum. Edisi 14. Jakarta: Widya

Medika, 2000.

4. Kanski JJ, Bowling B. Clinical Ophthalmology : A Systemic Approach. 7th ed. China: Elsevier : 2011. (e-

book)

5. Guyton AC, Hall EH. Textbook of Medical Physiology. 11th ed. Philadelphia : W.B. Saunders

Company ; 2006.

6. Scanlon VC, Sanders T. Indra. In. : Komalasari R, Subekti NB, Hani A, editors. Buku Ajar Anatomi dan

Fisiologi. 3rd ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2007.

7. Ocampo VVD, Roy H. Senile Cataract. Available at: http://emedicine.medscape.com/article/1210914-

overview. Updated on: 22 January 2013. Accessed on: 13 Maret 2015

36