Katarak Senilis Matur

14
BAB I PENDAHULUAN Ketajaman penglihatan dipengaruhi oleh refraksi, kejernihan media refrakta dan saraf. Bila terdapat kelainan atau gangguan pada salah satu dari komponen tersebut, akan dapat mengakibatkan penurunan tajam penglihatan, salah satunya adalah katarak. Katarak adalah suatu keadaan kekeruhan pada lensa yang diakibatkan oleh metabolisme lensa yang terganggu sehingga terdapat agregat-agregat protein yang menghamburkan berkas cahaya dan mengurangi transparansinya. 1 Katarak dapat terjadi akibat proses penuaan, trauma fisik, radiasi, pengaruh zat kimia, penyakit intraokuler, penyakit sistemik ataupun kongenital. 2,3 Katarak senilis masih menjadi penyebab kebutaan utama diseluruh dunia. Seperti tercantum dalam Vision 2020 tahun 2006, 47% penyebab kebutaan di dunia adalah katarak, dimana angka rata-rata operasi katarak di Indonesia adalah 468 per juta penduduk per tahun. 2 Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2007, prevalensi nasional kebutaan di Indonesia yakni sebesar 0,9% dengan penyebab utama adalah

description

Katarak senilis stadium matur ODS

Transcript of Katarak Senilis Matur

BAB IPENDAHULUANKetajaman penglihatan dipengaruhi oleh refraksi, kejernihan media refrakta dan saraf. Bila terdapat kelainan atau gangguan pada salah satu dari komponen tersebut, akan dapat mengakibatkan penurunan tajam penglihatan, salah satunya adalah katarak. Katarak adalah suatu keadaan kekeruhan pada lensa yang diakibatkan oleh metabolisme lensa yang terganggu sehingga terdapat agregat-agregat protein yang menghamburkan berkas cahaya dan mengurangi transparansinya.1 Katarak dapat terjadi akibat proses penuaan, trauma fisik, radiasi, pengaruh zat kimia, penyakit intraokuler, penyakit sistemik ataupun kongenital.2,3Katarak senilis masih menjadi penyebab kebutaan utama diseluruh dunia. Seperti tercantum dalam Vision 2020 tahun 2006, 47% penyebab kebutaan di dunia adalah katarak, dimana angka rata-rata operasi katarak di Indonesia adalah 468 per juta penduduk per tahun.2 Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2007, prevalensi nasional kebutaan di Indonesia yakni sebesar 0,9% dengan penyebab utama adalah katarak, disusul glaukoma, gangguan refraksi, penyakit mata degeneratif, dan penyakit mata lainnya. Prevalensi kasus katarak di Indonesia pada tahun 2007 sebesar 1,8% mengalami peningkatan dibandingkan dengan data Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 2001, yaitu 1,2%. Dengan bertambahnya usia harapan hidup dan populasi usia lanjut, diperkirakan angka kejadian kasus katarak akan terus meningkat.4Pengobatan pada katarak adalah tidakan pembedahan. Setelah pembedahan, lensa diganti dengan kacamata afakia, lensa kontak atau lensa tanam intraocular. Dengan peningkatan pengetahuan mengenai katarak, penatalaksanaan sebelum, selama, dan post operasi, diharapkan penganganan katarak dapat lebih diperluas sehingga prevalensi kebutaan di Indonesia dapat diturunkan.5BAB IILAPORAN KASUS

IdentitasNama: Ny. Intan kamasihNomor RM: 00.44.78.13Usia: 66 tahunAgama: Kristen ProtestanAlamat: TemboanPekerjaan : Tidak bekerja

AnamnesisKeluhan Utama : Penglihatan kedua mata kaburRiwayat Penyakit Sekarang : Pasien mengeluh penglihatan kedua mata kabur + 1 tahun yang lalu seperti berkabut, perlahan-lahan, semakin lama dirasakan semakin kabur. Penglihatan kabur dimulai dari kesulitan membaca, sehingga mata dirasa lelah setelah membaca. Penglihatan kabur dirasakan terus menerus sepanjang hari, saat melihat dekat maupun jauh. Pasien tidak mengeluh silau jika melihat cahaya, mata merah (-), nyeri (-), , mata berair (-), gatal (-), keluar kotoran air mata (-), melihat ganda (-), melihat pelangi disekitar sumber cahaya (-).Keluhan dirasa semakin memberat hingga pasien merasa terganggu untuk beraktivitas. Pasien Kemudian datang berobat ke poliklinik Mata RSUP Prof. Dr. R. D. KandouRiwayat Penyakit Dahulu : Pasien menggunakan kacamata baca Riwayat trauma pada mata disangkal Riwayat operasi mata sebelumnya disangkal Riwayat penyakit mata lain sebelumnya disangkal Riwayat tekanan darah tinggi disangkal Riwayat penyakit kencing manis disangkal Riwayat menggunakan obat-obatan dalam jangka waktu lama disangkal

Pemeriksaan Fisik Status PraesensKeadaan umum: BaikKesadaran: Komposmentis GCS=15Tanda vital: TD : 120/80 mmHgSuhu : 360C Nadi : 80 x/menitRR : 18x/menitPemeriksaan fisik: Kepala : Mesosefal Thoraks : Cor : tidak ada kelainan Paru : tidak ada kelainan Abdomen : tidak ada kelainan Ekstremitas : tidak ada kelainan

Status OftalmologisPemeriksaanOD (Okulus Dextra)OS (Okulus Sinistra)

Visus4/601/300

TIO10,28,5

Segmen Anterior

PalpebraNormalNormal

KonjungtivaNormalNormal

KorneaJernihJernih

COAKedalaman cukupKedalaman cukup

Iris/PupilBulat, regularBulat, regular

LensaKeruh (+)Keruh (+)

Gambaran Fisik

RESUMESeorang wanita, 66 tahun mengeluh penglihatan kedua mata kabur + 1 tahun yang lalu seperti berkabut, perlahan-lahan, semakin lama dirasakan semakin kabur. Penglihatan kabur dimulai dari kesulitan membaca, sehingga mata dirasa lelah setelah membaca. Penglihatan kabur dirasakan terus menerus sepanjang hari, saat melihat dekat maupun jauhStatus Genaralisata: dalam batas normalStatus Ofthalmologis:PemeriksaanOD (Okulus Dextra)OS (Okulus Sinistra)

Visus4/601/300

TIO10,28,5

LensaKeruh (+)Keruh (+)

Diagnosis: Katarak Senilis Stadium Matur ODSAnjuran: - Pemeriksaan darah - EKGTata Laksana: Rencana OD ekstraksi katarak ekstra kapsular + pemasangan Intra Ocular Lens (IOL) Hyolus 4 gtt ODS Cendo lyters 1 gtt ODS

PrognosisODOS

Quo ad visamDubia ad bonamDubia ad bonam

Quo ad sanamDubia ad bonamDubia ad bonam

Quo ad vitamAd bonam

Quo ad cosmeticamAd bonam

BAB IIIPEMBAHASANKatarak adalah suatu keadaan kekeruhan lensa. Penuaan adalah sebab paling umum dari katarak, namun beberapa faktor lain dapat terlibat, termasuk trauma, toksin, penyakit sistemik (diabetes mellitus), merokok, dan keturunan. Katarak dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa terjadi akibat kedua-duanya. Sebagian besar kasus bersifat bilateral, walaupun kecepatan perkembangan masing-masing jarang sama. Kekeruhan lensa tersebut dapat menyebabkan lensa menjadi tidak transparan sehingga pupil akan berwarna putih atau abu-abu. Kekeruhan ini dapat ditemukan pada berbagai lokalisasi di lensa seperti pada korteks, nucleus, dan subkapsular. Pemeriksaan yang dilakukan pada pasien katarak meliputi pemeriksaan tajam pengelihatan, slit lamp, funduskopi, serta tonometri bila memungkinkan. Berdasarkan usia katarak dapat diklasifikasikan dalam: 1,21. Katarak kongenital (usia 1 tahun)3. Katarak senile (usia >50 tahun)Tabel 1. Perbedaan stadium katarak senilisGejala InsipienImaturMaturHipermatur

Kekeruhan lensaRingan SebagianSeluruhMasif

Cairan lensaNormalBertambah (air masuk)NormalBerkurang(air+masa lensa keluar)

IrisNormalTerdorongNormalTremulans

Iris shadowNegativePositifNegatifPseudopositif

COANormalDangkalNormalDalam

Sudut bilik mataNormalSempitNormalTerbuka

PenyulitGlaukomaGlaukoma, uveitis

Tatalaksana katarakTidak ada terapi medis untuk katarak. Ekstraksi lensa diindikasikan apabila penurunan penglihatan mengganggu aktivitas normal penderita. Indikasi pembedahan pada katarak senilis : Bila katarak menimbulkan penyulit seperti uveitis atau glukoma, meskipun visus masih baik untuk bekerja, dilakukan operasi juga setelah keadaan menjadi tenang. Bila sudah masuk dalam stadium matur karena dapat meninmbulkan penyulit Bila visus meskipun sudah dikoreksi, tidak cukup untuk melakukan pekerjaan sehari-hari atau visus < 6/12.

Terapi pembedahan :1. EKIK (Ekstraksi Katarak Intra Kapsuler)Teknik ini sudah jarang digunakan setelah adanya teknik EKEK. Pada EKIK dilakukan pengangkatan seluruh lensa, termasuk kapsul lensa. Pada teknik ini dilakukan sayatan 12-14 mm, lebih besar dibandingkan dengan teknik EKEK. Dapat dilakukan pada zonula zinn yang telah rapuh/ berdegenerasi/ mudah diputus.2a. Keuntungan : Tidak timbul katarak sekunder Diperlukan instrumen yang tidak terlalu canggih (lup operasi, cryoprobe, forsep kapsul)b. Kerugian : Insisi yang lebih besar dapat mengakibatkan : Penyembuhan dan rehabilitasi visual tertunda Astigmatisma yang signifikan Inkarserasi iris dan vitreus Lebih sering menimbulkan penyulit seperti glaukoma, uveitis, endolftalmitis.

2. EKEK (Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsuler)Dilakukan dengan merobek kapsul anterior, mengeluarkan nukleus dan korteks. Sebagian kapsul anterior dan seluruh kapsul posterior ditinggal. Cara ini umumnya dilakukan pada katarak dengan lensa mata yang sangat keruh sehingga sulit dihancurkan dengan teknik fakoemulsifikasi. Selain itu, juga dilakukan pada tempat-tempat di mana teknologi fakoemulsifikasi tidak tersedia. Teknik ini membutuhkan sayatan yang lebar, karena lensa harus dikeluarkan dalam keadaan utuh. Setelah lensa dikeluarkan, lensa buatan/ Intra Ocular Lens (IOL) dipasang untuk menggantikan lensa asli, tepat di posisi semula. Lalu dilakukan penjahitan untuk menutup luka. Teknik ini dihindari pada penderita dengan zonulla zinii yang rapuh.2a. Keuntungan :1. Luka insisi lebih kecil (8-12 mm) dibanding EKIK2. Karena kapsul posterior utuh maka : Mengurangi resiko hilangnya vitreus durante operasi Posisi anatomis yang lebih baik untuk pemasangan IOL Mengurangi insidensi ablasio retina, edema kornea, perlengketan vitreus dengan iris dan kornea Menyediakan barier yang menahan pertukaran beberapa molekul antara aqueous dan vitreus Menurunkan akses bakteri ke kavitas vitreus yang dapat menyebabkan endofthalmitis.b. Kerugian : Dapat timbul katarak sekunder.

3. Fakoemulsifikasi Fakoemulsifikasi adalah teknik ekstrakapsular yang menggunakan getaran-getaran ultrasonik untuk mengangkat nucleus dan korteks melalui insisi limbus yang kecil (2-5 mm), sehingga mempermudah penyembuhan luka pasca-operasi, disamping perbaikan penglihatan juga lebih baik. Teknik ini bermanfaat pada katarak kongenital, traumatik dan kebanyakan katarak senilis. Teknik ini kurang efektif pada katarak senilis yang padat, dan keuntungan insisi limbus yang kecil agak berkurang kalau akan dimasukkan lensa intraokuler. Kerugiannya kurve pembelajaran lebih lama, biaya tinggi, dan komplikasi saat operasi bisa lebih serius.1,4Teknik ini menghasilkan insidensi komplikasi luka yang lebih rendah, proses penyembuhan dan rehabilitasi visual lebih cepat. Teknik ini membuat sistem yang relatif tertutup sepanjang fakoemulsifikasi dan aspirasi, oleh karenanya mengontrol kedalaman COA sehingga meminimalkan risiko prolaps vitreus.6Persiapan operasi :1. Status oftalmologik Tidak dijumpai tanda-tanda infeksi TIO normal Saluran air mata lancer

2. Keadaan umum/sistemik Hasil pemeriksaan laboratorium darah rutin, waktu pembekuan, waktu perdarahan, kadar gula darah dalam batas normal Tidak dijumpai batuk produktif Pada penderita DM atau hipertensi, keadaan penyakit tersebut harus terkontrol.Perawatan pasca operasi :1. Mata dibebat 2. Diberikan tetes antibiotika dengan kombinasi antiinflamasi3. Tidak boleh mengangkat benda berat, menggosok mata, berbaring di sisi mata yang baru dioperasi, dan mengejan keras.4. Kontrol teratur untuk evaluasi luka operasi dan komplikasi setelah operasi.5. Bila tanpa pemasangan IOL, maka mata yang tidak mempunyai lensa lagi (afakia) visusnya 1/60, sehingga perlu dikoreksi dengan lensa S+10D untuk melihat jauh. Koreksi ini diberikan 3 bulan pasca operasi. Sedangkan untuk melihat dekat perlu diberikan kacamata S+3D.

Komplikasi operasi katarak bervariasi berdasarkan waktu dan luasnya. Komplikasi dapat terjadi intra operasi atau segera sesudahnya atau periode pasca operasi lambat. Oleh karenanya penting untuk mengobservasi pasien katarak paska operasi dengan interval waktu tertentu yaitu pada 1 hari, 1 minggu, 1 bulan, dan 3 bulan setelah operasi katarak. Angka komplikasi katarak adalah rendah. Komplikasi yang sering terjadi endoftalmitis, ablasio retina, dislokasi atau malposisi IOL, peningkatan TIO, dan edema macula sistoid.6

Pasien ini didiagnosis sebagai ODS katarak senilis matur dengan dasar pemikiran sebagai berikut:1. Anamnesis:- Pasien berusia 66 tahun katarak senilis, Penglihatan kedua mata kabur seperti tertutup kabut, perlahan-lahan semakin kabur dengan kondisi mata tenang.2. Pemeriksaan oftalmologis:- Visus OD 4/60 LPB dan OS 1/300- Pada pemeriksaan lensa didapatkan kekeruhan pada ODS ODS katarak senilis maturDalam kasus ini, pasien disarankan untuk dilakukan operasi katarak untuk mencegah terjadinya komplikasi yang dapat terjadi yaitu glaucoma sekunder, uveitis, dan endoftalmitis. Operasi katarak yang dianjurkan untuk dipilih adalah EKEK (Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsuler) dan pemasangan Intra Ocular Lens (IOL) pada OS dengan pertimbangan bahwa derajat kekeruhan lensa pasien sudah merata sehingga nukleus lentis tergolong keras. Apabila dilakukan teknik Fakoemulsifikasi, beresiko lebih besar untuk terjadinya robekan pada kapsula posterior. Untuk operasi katarak mata kiri dilakukan setelah luka post operasi mata kanan sembuh terlebih dahulu.

Daftar Pustaka1. Vaughan DG, Taylor A, Paul R. Oftalmologi umum edisi 14. Jakarta : Widya Medika, 20002. Ilyas S. Penglihatan Turun Perlahan Tanpa Mata Merah. Dalam : Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Balai penerbit FK UI, 19983. Rumah Sakit Mata Bersayap Hinggap di Indonesia. Faculty of Medicine Airlangga University [serial online] 2010. Avalaible from: www.fk.unair.ac.id/news/focus/rumah-sakit-mata-bersayap-hinggap-di-indonesia4. Suhardjo, Hartono. Ilmu Kesehatan Mata. Jogjakarta: Universitas Gajah Mada. 2007.5. Setiohadji, B., Community Opthalmology., Cicendo Eye Hospital/Dept of Ophthalmology Medical Faculty of,Padjadjaran University. 2006. 6. Bobrow JC, Mark HB, David B et al. Section 11: Lens and Cataract. Singapore : American Academy of Ophthalmology, 2008.