Word Case Mata 2 - Sandy

28
BAB I LAPORAN KASUS A. IDENTITAS PASIEN Nama Pasien : Ny. M Umur : 45 tahun Alamat : Gondang Manis 02/02, Baekudus Jenis Kelamin : Perempuan Suku / Agama : Jawa / Islam Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga No. CM : 713146 Tanggal pemeriksaan : 19 Januari 2016 B. ANAMNESIS Dilakukan pada hari Selasa, 19 Januari 2016 pukul 10.10 WIB di Poliklinik Mata RSUD Kudus. Keluhan utama Penurunan penglihatan pada kedua mata (buram) Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang dengan keluhan penurunan penglihatan (seperti buram)pada kedua mata sejak ±4 bulan lalu. Keluhan dirasakan bertambah buruk, tetapi tidak sampai membuat pasien tidak dapat melihat sama sekali. Pasien juga mengeluhkan adanya rasa ngganjel pada mata kanannya tersebut. Cairan bening yang keluar dari kedua mata Sandy Laveda FK UNIVERSITAS TARUMANAGARA 406151065 1

description

mata2

Transcript of Word Case Mata 2 - Sandy

Page 1: Word Case Mata 2 - Sandy

BAB I

LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN

Nama Pasien : Ny. M

Umur : 45 tahun

Alamat : Gondang Manis 02/02, Baekudus

Jenis Kelamin : Perempuan

Suku / Agama : Jawa / Islam

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

No. CM : 713146

Tanggal pemeriksaan : 19 Januari 2016

B. ANAMNESIS

Dilakukan pada hari Selasa, 19 Januari 2016 pukul 10.10 WIB di Poliklinik Mata

RSUD Kudus.

Keluhan utama

Penurunan penglihatan pada kedua mata (buram)

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang dengan keluhan penurunan penglihatan (seperti buram)pada kedua

mata sejak ±4 bulan lalu. Keluhan dirasakan bertambah buruk, tetapi tidak sampai

membuat pasien tidak dapat melihat sama sekali. Pasien juga mengeluhkan adanya

rasa ngganjel pada mata kanannya tersebut. Cairan bening yang keluar dari kedua

mata terutama saat bangun tidur juga dikeluhkan. Pasien juga merasa silau saat

keluar dari rumah atau saat terpapar sinar cahaya matahari langsung.

Keluhan lain seperti pandangan double, gatal, melihat pelangi di sekitar cahaya

tidak dikeluhkan pada pasien ini. Pasien mengaku mempunyai riwayat kencing

manis sejak ±5 tahun lalu dan tidak ada riwayat trauma pada mata atau riwayat

darah tinggi.

Sandy LavedaFK UNIVERSITAS TARUMANAGARA406151065

1

Page 2: Word Case Mata 2 - Sandy

Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat penggunaan kacamata (-)

Riwayat pernah mengalami keluhan yang sama (-)

Riwayat alergi (-)

Riwayat trauma pada kedua mata (-)

Riwayat penyakit mata (+)

Riwayat operasi mata (-)

Riwayat darah tinggi (-)

Riwayat kencing manis (+) GDS terakhir 147 mg/dL

Riwayat Penyakit Keluarga

Anggota keluarga yang pernah mengalami keluhan serupa (-)

Riwayat pemakaian kacamata pada keluarga (-)

Riwayat darah tinggi (-)

Riwayat kencing manis (-)

Riwayat Sosial Ekonomi

Pasien adalah seorang ibu rumah tangga

Suami bekerja sebagai pegawai toko

Biaya pengobatan ditanggung BPJS

Kesan ekonomi cukup

C. PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalisata

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

Tanda-tanda vital

Nadi : 80 x/menit

Tensi : 140/90 mmHg

RR : 20 x/menit

Suhu : 36,50C

Status Gizi : Cukup

Status Oftalmikus

Sandy LavedaFK UNIVERSITAS TARUMANAGARA406151065

2

Page 3: Word Case Mata 2 - Sandy

OD OS

Oculi Dextra (OD) Pemeriksaan Oculi Sinistra (OS)

6/60 Visus 6/120

- Koreksi -

Gerakan bola mata normal

Enoftalmus (-)

Eksotalmus (-)

Strabismus (-)

Bulbus okuli

Gerakan bola mata normal

Enoftalmus (-)

Eksotalmus (-)

Strabismus (-)

Edem (-)

Nyeri tekan (-)

Hematom (-)

Ptosis (-)

Blefarospasme (-)

Lagoftalmus(-)

Ektropion (-)

Entropion (-)

Palpebra

Edem (-)

Nyeri tekan (-)

Hematom (-)

Ptosis (-)

Blefarospasme (-)

Lagoftalmus(-)

Ektropion (-)

Entropion (-)

Injeksi konjungtiva (-)

Injeksi siliar (-)

Infiltrat (-)

Hiperemis (-)

Konjungtiva

Injeksi konjungtiva (-)

Injeksi siliar (-)

Infiltrat (-)

Hiperemis (-)

Putih Sklera Putih

Sandy LavedaFK UNIVERSITAS TARUMANAGARA406151065

3

Page 4: Word Case Mata 2 - Sandy

Bulat, jernih

Edema (-)

Infiltrat (-)

Sikatrik (-)

Kornea

Bulat, jernih

Edema (-)

Infiltrat (-)

Sikatrik (-)

Jernih

Kedalaman cukup

Hipopion (-)

Hifema(-)

COA

(Camera Oculi

Anterior)

Jernih

Kedalaman cukup

Hipopion (-)

Hifema (-)

Warna coklat (+)

Kripta (N)

Sinekia (-)

Edema (-)

Iris

Warna coklat (+)

Kripta (N)

Sinekia (-)

Edema (-)

Bentuk bulat, isokor

Diameter +3 mm

Refleks cahaya direct (+)

Refleks cahaya indirect (+)

Pupil

Bentuk bulat, isokor

Diameter +3 mm

Refleks cahaya direct (+)

Refleks cahaya indirect (+)

Sedikit keruh Lensa Sedikit keruh

(+) cemerlang Reflek fundus (+) cemerlang

Jernih Corpus Vitreoum Jernih

Papil N II bentuk bulat,

batas tegas, warna kuning

kemerahan,

C/D Ratio 0,4

Ekskavasio (-)

Ratio A/V 1/2

Mikroaneurisma (+)

Edema (-)

Perdarahan (+)

Hard eksudat (+)

Cotton wool spot (-)

Neovaskularisasi (-)

Retina

Papil N II bentuk bulat, batas

tegas, warna kuning

kemerahan,

C/D Ratio 0,4

Ekskavasio (-)

Ratio A/V 1/2

Mikroaneurisma (+)

Edema (-)

Perdarahan (+)

Hard eksudat (+)

Cotton wool spot (-)

Neovaskularisasi (-)

Sandy LavedaFK UNIVERSITAS TARUMANAGARA406151065

4

Page 5: Word Case Mata 2 - Sandy

Crossing sign (-) Crossing sign (-)

Normal TIO digital Normal

(-)

(+)

Sistem Lakrimasi

Epifora

Lakrimasi

(-)

(+)

D. RESUME

Pasien seorang perempuan 45 tahun dengan keluhan penurunan penglihatan

(seperti buram) pada kedua mata sejak ±4 bulan lalu. Rasa ngganjel pada mata kanan

juga dikeluhkan. Cairan bening keluar dari kedua mata. Fotofobia (+).

Keluhan lain seperti pandangan double, gatal, melihat pelangi di sekitar cahaya

tidak dikeluhkan pada pasien ini. Pasien mengaku mempunyai riwayat kencing manis

sejak ±5 tahun lalu (GDS terakhir 147 mg/dL) dan tidak ada riwayat trauma pada

mata atau riwayat darah tinggi.

Oculi Dextra (OD) Pemeriksaan Oculi Sinistra (OS)

6/60 Visus 6/120

Sedikit keruh Lensa Sedikit keruh

Papil N II bentuk bulat,

batas tegas, warna kuning

kemerahan,

C/D Ratio 0,4

Ratio A/V 1/2

Mikroaneurisma (+)

Perdarahan (+)

Hard eksudat (+)

Retina

Papil N II bentuk bulat, batas

tegas, warna kuning

kemerahan,

C/D Ratio 0,4

Ratio A/V 1/2

Mikroaneurisma (+)

Perdarahan (+)

Hard eksudat (+)

(+)

Sistem Lakrimasi

Lakrimasi (+)

E. DIAGNOSIS BANDING

Sandy LavedaFK UNIVERSITAS TARUMANAGARA406151065

5

Page 6: Word Case Mata 2 - Sandy

- ODS Katarak Senilis Insipien

- ODS Katarak Senilis Imatur

- Dry Eyes Syndrome

- ODS Retinopati Diabetika Non Proliferatif

- ODS Retinopati Diabetika Proliferatif

F. DIAGNOSA KERJA

- ODS Katarak Senilis Insipien

- Dry Eyes Syndrome

- ODS Retinopati Diabetika Non Proliferatif

G. DASAR DIAGNOSA

ODS Katarak Senilis Insipien

Anamnesa : Pada kedua mata dirasakan penglihatan buram yang progresif

Pemeriksaan Fisik :

Oculi Dextra (OD) Pemeriksaan Oculi Sinistra (OS)

6/60 Visus 6/120

Sedikit keruh Lensa Sedikit keruh

Dry Eyes Syndrome

Anamnesa : Mata kemeng, ngganjel, cairang bening keluar dari mata, fotofobia,

penglihatan buram

Pemeriksaan Fisik :

Oculi Dextra (OD) Pemeriksaan Oculi Sinistra (OS)

6/60 Visus 6/120

(+)

Sistem Lakrimasi

Lakrimasi (+)

ODS Retinopati Diabetika Non Proliferatif

Anamnesa : Penglihatan kedua mata menurun (buram) secara progresif

Sandy LavedaFK UNIVERSITAS TARUMANAGARA406151065

6

Page 7: Word Case Mata 2 - Sandy

RPD: DM (+) GDS terakhir 147 mg/dL, HT (-)

Pemeriksaan Fisik :

Oculi Dextra (OD) Pemeriksaan Oculi Sinistra (OS)

6/60 Visus 6/120

Papil N II bentuk bulat,

batas tegas, warna kuning

kemerahan,

C/D Ratio 0,4

Ratio A/V 1/2

Mikroaneurisma (+)

Perdarahan (+)

Hard eksudat (+)

Retina

Papil N II bentuk bulat, batas

tegas, warna kuning

kemerahan,

C/D Ratio 0,4

Ratio A/V 1/2

Mikroaneurisma (+)

Perdarahan (+)

Hard eksudat (+)

H. TERAPI

ODS Katarak Senilis Insipien

EKEK (Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsular) + Penanaman IOL (Intra Okular

Lensa)

Dry Eyes Syndrome

Cendo Lyteers (ion Natrium & Kalium dengan Benzalkonium Cl)

ODS Retinopati Diabetika Non Proliferatif

Fotokoagulasi laser

I. PROGNOSIS

OCULI DEXTRA (OD)

OCULI SINISTRA (OS)

Quo ad vitam Dubia ad bonam Dubia ad bonamQuo ad sanam Dubia ad malam Dubia ad malamQuo ad kosmetikam Dubia ad bonam Dubia ad bonamQuo ad functionam Dubia ad bonam Dubia ad bonam

J. USUL DAN SARAN

Usul:- Kontrol kadar gula darah rutinSandy LavedaFK UNIVERSITAS TARUMANAGARA406151065

7

Page 8: Word Case Mata 2 - Sandy

- Kontrol tekanan darah rutin

- Kontrol terhadap lipid plasma

- Kontrol mata rutin (funduskopi) setiap 6-12 bulan

Saran:- Gunakan tetes mata dengan teratur

- Gunakan pelindung mata seperti kacamata

- Menjaga higiene mata

- Rawat bersama dokter penyakit dalam untuk DM

- Kontrol rutin ke dokter spesialis mata minimal 1x/tahun

Sandy LavedaFK UNIVERSITAS TARUMANAGARA406151065

8

Page 9: Word Case Mata 2 - Sandy

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

KATARAKDEFINISI

Katarak berasal dari Yunani katarrhakies, Inggris cataract, dan Latin cataracta

yang berarti air terjun.Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana penglihatan seperti

tertutup air terjun.katarak adalah kekeruhan lensa yang mengarah kepada penurunan

ketajaman visual dan/atau cacat fungsional yang dirasakan oleh pasien.

GEJALA

Keluhan atau gejala katarak disebabkan oleh proses kekeruhan yang terjadi pada

lensa mata. Proses ini tidak terjadi dalam waktu singkat, sehingga gejalanya tidak muncul

secara mendadak. Katarak terdiri dari 4 stadium, yaitu : stadium awal (insipien), stadium

imatur, stadium matur, dan stadium hipermatur. Pada stadium awal (katarak insipien)

kekeruhan lensa mata masih sangat minimal, bahkan tidak terlihat tanpa menggunakan

alat periksa. Pada saat ini seringkali penderitanya tidak merasakan keluhan atau

gangguan pada penglihatannya, sehingga cenderung diabaikan. Pada stadium selanjutnya

proses kekeruhan lensa terus berlangsung dan bertambah, sehingga keluhan yang sering

disampaikan oleh penderita katarak pada saat ini adalah kesulitan saat membaca,

penglihatan menjadi kabur, dan kesulitan melakukan aktifitas sehari-hari. Selain keluhan

tesebut ada beberapa gejala yang dialami oleh penderita katarak, seperti :

- Penglihatan berkabut atau justru terlalu silau saat melihat cahaya.

- Warna terlihat pudar.

- Sulit melihat saat malam hari.

- Penglihatan ganda saat melihat satu benda dengan satu mata. Gejala ini terjadi saat

katarak bertambah luas.

STADIUM

Katarak ini dibagai ke dalam 4 stadium, yaitu:

1. Katarak insipien, kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeruji menuju korteks

anterior dan posterior (katarak kortikal). Katarak subkapsular psoterior, kekeruhan mulai

Sandy LavedaFK UNIVERSITAS TARUMANAGARA406151065

9

Page 10: Word Case Mata 2 - Sandy

terlihat di anterior subkapsular posterior, celah terbentuk, antara serat lensa dan korteks

berisi jaringan degeneratif (beda morgagni) pada katarak insipient.

Katarak intumesen.Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa

yang degeneratif menyerap air. Pada keadaan ini dapat terjadi hidrasi korteks hingga

lensa akan mencembung dan daya biasnya bertambah, yang akan memberikan miopisasi.

2. Katarak imatur, sebagian lensa keruh atau katarak. Merupakan katarak yang belum

mengenai seluruh lapis lensa.Volume lensa bertambah akibat meningkatnya tekanan

osmotik bahan degeneratif lensa. Pada keadaan lensa mencembung akan dapat

menimbulkan hambatan pupil, sehingga terjadi glaukoma sekunder.

3. Katarak matur, pada katarak matur, kekeruhan telah mengenai seluruh lensa.

Kekeruhan ini bisa terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila katarak imatur

tidak dikeluarkan, maka cairan lensa akan keluar sehingga lensa kembali pada ukuran

normal dan terjadi kekeruhan lensa yang lama kelamaan akan mengakibatkan kalsifikasi

lensa pada katarak matur. Bilik mata depan berukuran dengan kedalaman normal

kembali, tidak terdapat bayangan iris pada shadow test, atau disebut negatif.

4. Katarak hipermatur, merupakan katarak yang telah mengalami proses degenerasi

lanjut, dapat menjadi keras, lembek dan mencair. Massa lensa yang berdegenerasi keluar

dari kapsul lensa, sehingga lensa menjadi kecil, berwarna kuning dan kering.Pada

pemeriksaan terlihat bilik mata dalam dan terlihat lipatan kapsul lensa.Kadang

pengkerutan berjalan terus sehingga hubungan dengan zonula zinn menjadi kendur. Bila

proses katarak berlajut disertai dengan penebalan kapsul, maka korteks yang

berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka korteks akan memperlihatkan bentuk

sebagai sekantong susu disertai dengan nukleus yang terbenam didalam korteks lensa

karena lebih berat, keadaan tersebut dinamakan katarak morgagni.

DIAGNOSIS

Katarak biasanya didiagnosis melalui pemeriksaan rutin mata.Sebagian besar

katarak tidak dapat dilihat oleh pengamat awam sampai menjadi cukup padat (matur atau

hipermatur) dan menimbulkan kebutaan.Namun, katarak, pada stadium

perkembangannya yang paling dini, dapat diketahui melalui pupil yang didilatasi

maksimum dengan ophtalmoskop, kaca pembesar, atau slitlamp.

Sandy LavedaFK UNIVERSITAS TARUMANAGARA406151065

10

Page 11: Word Case Mata 2 - Sandy

Fundus okuli menjadi semakin sulit dilihat seiring dengan semakin padatnya kekeruhan

lensa, sampai reaksi fundus sama sekali hilang. Pada stadium ini katarak biasanya telah

matang dan pupil mungkin tampak putih.

Pemeriksaan yang dilakukan pada pasien katarak adalah pemeriksaan sinar celah

(slit-lamp), funduskopi pada kedua mata bila mungkin, tonometer selain daripada

pemeriksaan prabedah yang diperlukan lainnya seperti adanya infeksi pada kelopak mata,

konjungtiva, karena dapat penyulit yang berat berupa panoftalmitis pasca bedah dan fisik

umum.

PENATALAKSANAAN

Katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur operasi.Akan tetapi jika gejala

katarak tidak mengganggu, tindakan operasi tidak diperlukan. Kadang kala cukup dengan

mengganti kacamata.Sejauh ini tidak ada obat-obatan yang dapat menjernihkan lensa

yang keruh. Namun, aldose reductase inhibitor, diketahui dapat menghambat konversi

glukosa menjadi sorbitol, sudah memperlihatkan hasil yang menjanjikan dalam

pencegahan katarak gula pada hewan. Obat anti katarak lainnya sedang diteliti termasuk

diantaranya agen yang menurunkan kadar sorbitol, aspirin, agen glutathione-raising, dan

antioksidan vitamin C dan E.

Penatalaksanaan definitif untuk katarak senilis adalah ekstraksi lensa. Lebih dari

bertahun-tahun, tehnik bedah yang bervariasi sudah berkembang dari metode yang kuno

hingga tehnik hari ini phacoemulsifikasi.Hampir bersamaan dengan evolusi IOL yang

digunakan, yang bervariasi dengan lokasi, material, dan bahan implantasi. Bergantung

pada integritas kapsul lensa posterior, ada 2 tipe bedah lensa yaitu intra capsuler cataract

ekstraksi (ICCE) dan ekstra capsuler cataract ekstraksi (ECCE). Berikut ini akan

dideskripsikan secara umum tentang tiga prosedur operasi pada ekstraksi katarak yang

sering digunakan yaitu ICCE, ECCE, dan phacoemulsifikasi.

1. Intra Capsuler Cataract Ekstraksi (ICCE)

Tindakan pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama

kapsul.Seluruh lensa dibekukan di dalam kapsulnya dengan cryophake dan dipindahkan

dari mata melalui incisi korneal superior yang lebar.Sekarang metode ini hanya

dilakukan hanya pada keadaan lensa subluksatio dan dislokasi. Pada ICCE tidak akan

terjadi katarak sekunder dan merupakan tindakan pembedahan yang sangat lama populer.

Sandy LavedaFK UNIVERSITAS TARUMANAGARA406151065

11

Page 12: Word Case Mata 2 - Sandy

ICCE tidak boleh dilakukan atau kontraindikasi pada pasien berusia kurang dari 40 tahun

yang masih mempunyai ligamen hialoidea kapsular.

Penyulit yang dapat terjadi pada pembedahan ini astigmatisme, glukoma, uveitis,

endoftalmitis, dan perdarahan.

2. Extra Capsular Cataract Extraction (ECCE)

Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran isi lensa

dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga massa lensa dan kortek

lensa dapat keluar melalui robekan.

Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak muda, pasien dengan kelainan

endotel, bersama-sama keratoplasti, implantasi lensa intra ocular posterior, perencanaan

implantasi sekunder lensa intra ocular, kemungkinan akan dilakukan bedah glukoma,

mata dengan prediposisi untuk terjadinya prolaps badan kaca, mata sebelahnya telah

mengalami prolap badan kaca, sebelumnya mata mengalami ablasi retina, mata dengan

sitoid macular edema, pasca bedah ablasi, untuk mencegah penyulit pada saat melakukan

pembedahan katarak seperti prolaps badan kaca. Penyulit yang dapat timbul pada

pembedahan ini yaitu dapat terjadinya katarak sekunder.

3. Phakoemulsifikasi

Phakoemulsifikasi (phaco) maksudnya membongkar dan memindahkan kristal

lensa. Pada tehnik ini diperlukan irisan yang sangat kecil (sekitar 2-3mm) di kornea.

Getaran ultrasonic akan digunakan untuk menghancurkan katarak, selanjutnya mesin

PHACO akan menyedot massa katarak yang telah hancur sampai bersih. Sebuah lensa

Intra Okular yang dapat dilipat dimasukkan melalui irisan tersebut. Karena incisi yang

kecil maka tidak diperlukan jahitan, akan pulih dengan sendirinya, yang memungkinkan

pasien dapat dengan cepat kembali melakukan aktivitas sehari-hari.

Tehnik ini bermanfaat pada katarak kongenital, traumatik, dan kebanyakan

katarak senilis. Tehnik ini kurang efektif pada katarak senilis padat, dan keuntungan

incisi limbus yang kecil agak kurang kalau akan dimasukkan lensa intraokuler, meskipun

sekarang lebih sering digunakan lensa intra okular fleksibel yang dapat dimasukkan

melalui incisi kecil seperti itu.

Sandy LavedaFK UNIVERSITAS TARUMANAGARA406151065

12

Page 13: Word Case Mata 2 - Sandy

4. SICS

Teknik operasi Small Incision Cataract Surgery (SICS) yang merupakan teknik

pembedahan kecil.teknik ini dipandang lebih menguntungkan karena lebih cepat sembuh

dan murah .

PROGNOSIS

Dengan tehnik bedah yang mutakhir, komplikasi atau penyulit menjadi sangat

jarang. Hasil pembedahan yang baik dapat mencapai 95%. Pada bedah katarak resiko ini

kecil dan jarang terjadi. Keberhasilan tanpa komplikasi pada pembedahan dengan ECCE

atau fakoemulsifikasi menjanjikan prognosis dalam penglihatan dapat meningkat hingga

2 garis pada pemeriksaan dengan menggunakan snellen chart.

DRY EYE SYNDROME

Anatomi lapisan air mata dan anatomi sistem lakrimal

Pada dasarnya lapisan air mata terdiri dari 3 lapisan :

a. Lapisan tipis superficial diproduksi oleh kelenjar meibom dan fungsinya menahan

evaporasi air mata dan mempertahankan penyebaran air mata.

b. Lapisan tengah, lapisan aqueous diproduksi oleh kelenjar lakrimalis utama ( untuk

refleks menangis)

c. Lapisan terdalam, lapisan musin hidrofilik diproduksi oleh sel-sel goblet konjungtiva

dan epitel permukaan okuler. Adanya musin yang bersifat hidrofilik membuat

lapisan aqueous menyebar ke epitek kornea.

Komponen lapisan aqueous diproduksi oleh kelenjar lakrimalis. Komponen ini

meliputi sekitar 60% protein, elektrolit dan air. Jumlah lisosim cukup banyak (20-40%

dari total protein) dan juga merupakan protein basa di dalam air mata. Enzim ini bersifat

glikolitik yang mampu memecahkan dinding sel bakteri. Laktoferin berperan sebagai

antibacterial dan antioksidan dan epidermal growth faktor yang berperan dalam

mempertahankan permukaan okuler normal dan mencetuskan proses penyembuhan

Sandy LavedaFK UNIVERSITAS TARUMANAGARA406151065

13

Page 14: Word Case Mata 2 - Sandy

kornea. Selain itu pada lapisan air mata juga ditemukan adanya komponen albumin,

transferin, IgA, IgM dan IgG.

Defisiensi lapisan aqueous merupakan penyebab utama dari dry eye syndrome

dan inin disebabkan karena insufisiensi produksi air mata. Sekresi kelenjar lakrimal

dikontrol oleh refleks neuralis dengan lengkung refleks saraf aferen (serat saraf sensoris

trigeminal) di kornea dan konjungtiva yang kemudian melewati pons (nucleus

salivatorius superior) kemudian dari pons keluar jalur serat eferen, saraf intermedius

yang akan menuju ganglion pterigopalatina dan post ganglionik simpatetik dan

parasimpatetik yang kemudian berakhir di kelenjar lakrimalis.

Anatomi sistem lakrimal

Sistem lakrimal terdiri atas 2 bagian, yaitu :

Sistem produksi atau glandula lakrimal yang terletak di tempro antero superior

rongga orbita.

Sistem ekskresi yang terdiri atas pungtum lakrimal, kanalikuli lakrimal, sakus

lakrimal dan duktus nasolakrimal. Sakus lakrimal terletak di bagian depan rongga

orbita. Air mata dari duktus lakrimal akan mengalir ke dalam rongga hidung di

dalam meatus inferior.

Komponen aqueous air mata disekresi oleh kelenjar utama, kelenjar Krause dan

wolfring. Mekanisme sekresi aqueous dipersarafi oleh saraf cranial V. Stimulasi reseptor

saraf V yang terdapat di kornea dan mukosa nasal memacu sekresi air mata oleh kelenjar

lakrimalis. Kurangnya sekresi air mata oleh kelenjar lakrimal dan dry eye syndrome

dapat disebabkan oleh penyakit maupun obat-obatan yang berefek pada sistem otonom.

Definisi Dry Eyes Syndrome

Dry eye syndrome adalah suatu gangguan pada permukaan mata yang ditandai

dengan ketidakstabilan produksi dan fungsi dari lapisan air mata. Dry eye syndrome

sering disertai dengan peningkatan osmolaritas dari air mata dan peradangan dari

permukaan okuler.

Histopatologi

Sandy LavedaFK UNIVERSITAS TARUMANAGARA406151065

14

Page 15: Word Case Mata 2 - Sandy

Bintik-bintik kering pada kornea dan epitel konjungtiva

Pembentukan filamen

Hilangnya sel goblet konjungtiva

Pembesaran abnormal sel epitel non goblet

Peningkatan stratifikasi sel

Penambahan keratinisasi

Etiologi dan Klasifikasi

Klasifikasi menurut International Dry Eye Workshop (DEWS) berdasarkan

etiopatogenesis :

1. Defisiensi produksi aqueous

Dry eye dengan sindroma sjogren primer (tidak berkaitan dengan penyakit

jaringan ikat) dan sekunder (berkaitan dengan penyakit jaringan ikat misalnya

arthritis rheumatoid, SLE, sirosis biliaris primer, dan lain-lain)

Dry eye tanpa sindroma sjogren

- Defisiensi kelenjar lakrimalis

- Obstruksi duktus kelenjar lakrimalis

- Refleks hiposekresi

- Obat-obatan sistemik (antihistamin, beta blocker, dan lain-lain)

2. Evaporasi

Penyebab intrinsik

- Disfungsi kelenjar meibom

- Kelainan lengkungan kelopak mata

Penyebab ekstrinsik

- Defisiensi vitamin A

- Obat-obatan topical

- Pemakaian kontak lensa

Pemeriksaan klinis

a. Anamnesis

- Iritasi okuler dengan gejala seperti rasa kering, rasa terbakar, gatal, nyeri,

rasa adanya benda asing pada mata, fotofobia, pandangan berkabut. Biasanya Sandy LavedaFK UNIVERSITAS TARUMANAGARA406151065

15

Page 16: Word Case Mata 2 - Sandy

gejala tersebut dicetuskan pada lingkungan berasap atau kering, aktivitas

panas indoor, membaca lama, pemakaian computer jangka panjang.

- Pada keratokonjungtivitis gejala-gejala akan semakin memburuk setiap

harinya dengan penggunaan mata yang lebih memanjang dan paparan

lingkungan. Pasien dengan disfungsi meibomian kadang mengeluh mata

merah pada kelopak mata dan konjungtiva tetapi pasien-pasien tersebut

memperlihatkan perburukan gejala terutama pada pagi hari.

- Terkadang pasien mengeluh secret air mata yang berlebihan, hal ini

disebabkan oleh refleks menangis mata yang meningkat karena permukaan

kornea yang mongering.

- Pemakaian obat-obatan sistemik karena dapat menurunkan produksi air mata

seperti antihistamin, beta blocker dan kontrasepsi oral.

- Riwayat penyakit dahulu seperti kelainan jaringan ikat atau abnormalitas

tiroid.

b. Pemeriksaan fisik

- Dilatasi vaskuler konjungtiva bulbi

- Penurunan meniscus air mata

- Permukaan kornea yang irregular

- Penurunan absorbs air mata

- Keratopati epitel kornea punctata

- Kornea berfilamen

- Peningkatan debris pada lapisan air mata

- Keratitis punctata superfisialis

- Secret mucus

c. Pemeriksaan diagnostik

Tes schirmer

Tes ini dilakukan dengan mengeringkan lapisan air mata dan memasukkan

strip Schimer ke dalam cul de sac konjungtiva inferior pada batas sepertiga

tengah dan temporal dari palpebra inferior. Bagian basah yang terpapar

diukur lima menit setelah dimasukkan. Panjang bagian basah kurang dari 10

mm tanpa anestesi dianggap abnormal.

Tes break up time

Sandy LavedaFK UNIVERSITAS TARUMANAGARA406151065

16

Page 17: Word Case Mata 2 - Sandy

Tes ini berguna untuk menilai stabilitas air mata dan komponen lipid dalam

cairan air mata.

Tes ferning mata

Untuk meneliti komponen musin air mata yaitu dengan mengeringkan

kerokan air mata di atas objek bersih

Sitologi

Untuk menghitung densitas sel goblet pada permukaan nasal

Pemulasan fluorescein

Melihat derajat basahnya air mata dan melihat meniscus air mata dengan

kertas kering flluorescein.

Pemulasan rose Bengal

Pewarna ini akan memulas semua sel epitel yang tidak tertutup oleh lapisan

musin yang mongering dari kornea dan konjungtiva.

Pengujian kadar lisosim air mata

Air mata ditampung pada kertas schirmer dan diuji kadarnya dengan cara

spektrofotometri.

Osmolalitas air mata

Hiperosmalalitas adalah tes yang paling spesifik bagi keratokonjuntivitis

sicca karena dapat ditemukan pada pasien dengan tes schirmer normal dan

pemulasan rose Bengal normal.

Penatalaksanaan

- Air mata buatan sebagai pelumas air mata

- Salep sebagai pelumas jangka panjang terutama saat tidur

- Memakai pelembab, kacamata pelembab atau kacamata berenang sebagai terapi

tambahan

- Punctal plug untuk menjaga agar air mata tidak terdrainase dengan cepat

- Obat restasis memiliki efek dalam memproduksi cairan air mata sehingga mata dapat

menghasilkan air mata alami yang mengurangi kekeringan pada mata.

- Tindakan pembedahan dilakukan jika terdapat kelainan anatomis dari bulu mata

RETINOPATISandy LavedaFK UNIVERSITAS TARUMANAGARA406151065

17

Page 18: Word Case Mata 2 - Sandy

Pendahuluan

Retinopati adalah kelainan pada retina yang tidak disebabkan karena radang. Cotton wool

patches merupakan gambaran eksudat pada retina akibat penyumbatan arteri prepapil

sehingga terjadi daerah nonperfusi di dalam retina.

Klasifikasi

Retinopati Diabetik

Retinopati Hipertensi

Retinopati Leukemia

Retinopati Anemia

Retinopati Diabetes Mellitus

Merupakan salah satu komplikasi Diabetes Melitus (DM) pada mata yang paling banyak

menyebabkan kebutaan menetap.

Retinopati akibat DM lama berupa aneurisma, melebarnya vena, perdarahan dan

eksudat lemak

Ditemukan pada retina:

Mikroaneurisma

Perdarahan bentuk titik, garis dan bercak yg terletak dekat mikroaneurismata di polus

posterior

Dilatasi pembuluh darah balik dengan lumennya irreguler & berkelok-kelok

Hard eksudate merupakan infiltrasi lipid ke dalam retina

Soft eksudate disebut cotton wool patches

Pembuluh darah baru pada retina

Edema retina dengan tanda hilangnya gambaran retina

Hiperlipidemia (jarang)

Retinopati DM biasanya ditemukan bilateral, simetris,dan progresif dengan 3 bentuk :

Background: mikroaneurismata, perdarahna bercak & titik, dan edema sirsinata

Makulopati : edema retina & gangguan fungsi makula

Proliferasi : vaskularisasi retina & badan kaca

Sandy LavedaFK UNIVERSITAS TARUMANAGARA406151065

18

Page 19: Word Case Mata 2 - Sandy

Keadaan yg memperberat :

Diabetes Juvenilis insulin dependent dan kehamilan -> merangsang timbulnya

perdarahan dan proliferasi

Arterosklerosis dan proses menua

Hiperlipoproteinemi

Hipertensi arteri

Hipoglikemia atau trauma

Klasifikasi retinopati Diabetes menurut Bagian Mata FKUI/RSCM

Derajat I : terdapat mikroaneurisma dengan atau tanpa eksudat lemak pada fundus

okuli

Derajat II : terdapat mikroaneurisma, perdarahan bintik & bercak dengan atau tanpa

eksudat lemak pada fundus okuli

Derajat III : terdapat mikroaneurisma, perdarahan bintik dan bercak, neovaskularisasi

dan proliferasi pada fundus okuli

Jika gambaran fundus mata kiri tidak sama beratnya dengan mata kanan maka

digolongkan pada derajat yang lebih berat.

RETINOPATI DIABETIK PROLIFERATIF

50% pasien biasanya buta sesudah 5 tahun. Regresi spontan dapat pula terjadi

Gejala bergantung pada luas, tempat kelainan dan beratnya kelainan. (umumnya berupa

penurunan tajam penglihatan yg berlangsung perlahan-lahan)

Fundus dapat ditemui kelainan2 berupa:

Mikroaneurisma

Perdarahan retina

Exudate

Neovaskularisasi retina

Jaringan proliferasi di retina atau badan kaca

PENGOBATAN

Dengan mengontrol DM dengan diet dan obat2 antidiabetes

Foto koagulasi dilakukan pada daerah retina iskemia dengan laser dan xenon

Sandy LavedaFK UNIVERSITAS TARUMANAGARA406151065

19

Page 20: Word Case Mata 2 - Sandy

Penyulit dapat timbul adalah ablasi retina traksi dan perdarahan badan kaca

Sandy LavedaFK UNIVERSITAS TARUMANAGARA406151065

20

Page 21: Word Case Mata 2 - Sandy

DAFTAR PUSTAKA

1. Vaughan DG. Oftalmologi Umum. Edisi 17. EGC. Jakarta.

2. Ilyas DSM, Sidarta,. Ilmu Penyakit Mata. Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia. Jakarta. 1998.

3. Radjiman T. Ilmu Penyakit Mata. Surabaya: Penerbit Airlangga,1984. h:1-8

Sandy LavedaFK UNIVERSITAS TARUMANAGARA406151065

21