Case II Mata
Transcript of Case II Mata
-
7/25/2019 Case II Mata
1/25
BAB I
PENDAHULUAN
Pertumbuhan jaringan fibrovaskular berbentuk segitiga yang tumbuh dari arah
konjungtiva menuju kornea pada daerah interpalpebra. Diduga bahwa paparan ultraviolet
merupakan salah satu faktor resiko terjadinya pterigium. Pterygium tumbuh berbentuk sayap
pada konjungtiva bulbi. Asal kata pterygium adalah dari bahasa Yunani, yaitu pteron yang
artinya sayap. Insiden pterigium cukup tinggi diindonesia yang terletak didaerah euator
adalah !",!#.Pterygium tersebar di seluruh dunia, tetapi lebih banyak di daerah iklim panas
dan kering. Prevalensi juga tinggi di daerah berdebu dan kering. $aktor yang sering
mempengaruhi adalah daerah dekat ekuator, yakni daerah yang terletak kurang "%& 'intang
(tara dan )elatan dari ekuator. Prevalensi tinggi sampai **# di daerah dekat ekuator dan
kurang dari *# pada daerah yang terletak di atas +&& 'intang. emuan patologik pada
konjungtiva, lapisan bowman karena digantikan oleh jaringan hialin atau elastik. Insiden
tertinggi pterigium terjadi pada pasien rentang usia *& - + tahun. Pasien dibawah umur !/
tahun jarang untuk terjadinya pterigium. 0ekuren lebih sering pada pasien yang usia lebih
muda dibandingkan pasien yang lebih tua. 1ejadian berulang 2rekuren3 lebih sering pada
umur muda daripada umur tua. 'aki4laki + kali lebih resiko dari perempuan dan berhubungan
dengan merokok, pendidikan rendah, riwayat terpapar lingkungan di luar rumah.!,*
5tilogi pterigium tidak diketahui dengan jelas. 1arena penyakit ini lebih sering pada
orang yang tinggal didaerah beriklim panas, maka gambarannya yang paling diterima tentang
hal tersebut adalah respon terhadap faktor - faktor lingkungan seperti paparan terhadap sinar
ultraviolet dari matahari, daerah kering, inflamasi, daerah angin kencan, debu, atau faktor
iritan lainnya. 1eadaan ini diduga merupakan suatu fenomena iritatif. 6ika pterigium
membesar dan meluas sampai daerah pupil, lesi harus diangkat secara bedah bersama
sebagian kecil kornea superfisial diluar daerah perluasannya.!,*
Pterygium lebih sering dijumpai pada laki4laki yang bekerja di luar rumah. 7isa
unilateral atau bilateral. 1ira4kira terletak di daerah nasal. Pterygium yang terletak di
nasal dan temporal dapat terjadi secara bersamaan walaupun pterygium di daerah temporal
jarang ditemukan. 1edua mata sering terlibat, tetapi jarang simetris. Perluasan pterygium
dapat sampai ke medial dan lateral limbus sehingga menutupi sumbu penglihatan,
menyebabkan penglihatan kabur.!,*
1
-
7/25/2019 Case II Mata
2/25
BAB II
LAPORAN KASUS
I Identitas Pasien
8ama 9 8y. 0
6enis 1elamin 9 Perempuan
(mur 9 /% ahun
Agama 9 Islam
Pekerjaan 9 Pedagang
7angsa 9 Indonesia
Alamat 9 6l. :ilendek imur rt;rw &*;&", 7ogor 7arat 6awa 7arat
II Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara Auto4anamnesis pada tanggal *< 6anuari *&!+ pukul &.*/
=I7 di Poliklinik >ata 0)>> 7ogor.
1eluhan (tama
erasa ada yang mengalangi penglihatan pada mata kanan.
1eluhan ambahan
Pasien merasa kedua mata sering berair, gatal, terasa terdapat benda asing dan kedua mata
terkadang merah.
0iwayat Penyakit )ekarang
Pasien datang kepoliklinik mata 0)>> 7ogor dengan keluhan terasa ada yang
menghalangi penglihatan pada mata kanan. 1eluhan tersebut timbul sejak ? bulan smrs.
Pasien juga mengaku mengeluh kedua mata sering berair dan gatal, terkadang merah dan
timbul adanya lapisan seperti selaput pada kedua matanya sejak + tahun smrs. Pasien
mengaku keluhan mata merah dan gatal serta berair timbul terutama saat pasien berada
diluar rumah. )elaput yang rasa pasien sedikit mengganjal timbul semakin lama semakin
membesar dalam waktu + tahun, dan menghalangi penglihatan pada mata kanan. >enurut
pasien jika ia membaca kadang terdapat bayangan yang mengahalangi penglihatan dalammelihat jauh maupun dekat, keluhan itulah yang sangat mengganggu pasien. Pasien sering
berpergian keluar rumah saat terik matahari untuk berjualan dipasar tanpa menggunakan
kaca mata. Pasien menyangkal adanya keluhan nyeri pada kedua mata atau terkadang sakit
kepala.
0iwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengaku belum pernah mengalami hal yang sama sebelumnya, keluhan ini
dirasakan pasien pertama kalinya. Pasien belum pernah memakai kaca mata sebelumnya.
Pasien mengaku mempunyai riwayat @ipertensi 23, Diabetes >elitus 243.
2
-
7/25/2019 Case II Mata
3/25
0iwayat Pengobatan
Pasien mengaku belum pernah melakukan pengobatan untuk keluhannya kedokter, pasien
pertama kalinya datang ke dokter mata. Pasien mengaku ! bulan ini memakai obat tetes
mata insto yang dibelinya diwarung, " tetes;hari, tetapi tidak membaikm dengan
pengobatan.
0iwayat Penyakit 1eluarga
idak ada dikeluarga pasien yang mengalami hal yang sama seperti pasien. Dan riwayat
kelainan mata lainnya disangkal. 0iwayat @ipertensi 23, Diabetes >elitus 243.
III Pemeriksaan Fisik
1eadaan (mum 9 idak tanpak sakit
1esadaran 9 :omposmentis
anda Bitalekanan Darah 9 !?&;!!& mm@g
8adi 9
-
7/25/2019 Case II Mata
4/25
1edudukan 7ola >ata
Posisi Frthoforia Frthoforia
5ksoftalmus 4 4
5noftalmus 4 4
Pergerakan 7ola >ata
)upersilia
Alopesia 4 4
Palpebra )uperior
5dema 4 4
)pasme 4 4
@iperemis 4 4
7enjolan 4 4
(lkus 4 4
$istel 4 4
@ordeolum 4 4
1halaEion 4 4
Ptosis 4 4
Palpebra Inferior
5dema 4 4
@iperemis 4 4
7enjolan 4 4
(lkus 4 4
$istel 4 4
@ordeolum 4 4
1halaEion 4 4
>argo Palpebra )uperior et )ilia
5dema 4 4
@iperemis 4 4
5ktropion 4 4
4
-
7/25/2019 Case II Mata
5/25
5ntropion 4 4
)ekret 4 4
7enjolan 4 4
rikiasis 4 4
>adarosis 4 4
(lkus 4 4$istel 4 4
>argo Palpebra Inferior et )ilia
5dema 4 4
@iperemis 4 4
5ktropion 4 4
5ntropion 4 4
)ekret 4 47enjolan 4 4
rikiasis 4 4
>adarosis 4 4
(lkus 4 4
$istel 4 4
Area 1elenjar 'akrimalis
5dema 4 4@iperemis 4 4
$istel 4 4
7enjolan 4 4
Punctum 'akrimalis
5dema 4 4
@iperemis 4 4
)ekret 4 45pikantus 4 4
1onjungtiva arsalis )uperior
1emosis 4 4
@iperemis 4 4
Anemis 4 4
$olikel 4 4
Papil 4 4'ithiasis 4 4
5
-
7/25/2019 Case II Mata
6/25
)imblefaron 4 4
1onjungtiva arsalis Inferior
1emosis 4 4
@iperemis 4 4
Anemis 4 4
$olikel 4 4
Papil 4 4
'ithiasis 4 4
)imblefaron 4 4
1onjungtiva $orniks )uperior et Inferior
1emosis 4 4
@iperemis 4 4
$olikel 4 4
)imblefaron 4 4
1onjungtiva 7ulbi
1emosis 4 4
Pterigium
Pinguekula 4 4
$likten 4 4
)limbafaron 4 4
Injeksi 1onjungtiva
Injeksi )iliar 4 4
Injeksi 5pisklera
Perdarahan )ubkonjungtiva 4 4
1ornea
1ejernihan
5dema 4 4
(lkus 4 4
$likten 4 4
>acula 4 4
'eukoma 4 4
'eukoma Adherens 4 4
)fatiloma 4 4
8eovaskularisasi 4 4Pigmen Iris 4 4
6
-
7/25/2019 Case II Mata
7/25
7ekas 6ahitan 4 4
es $luoresensi 4 4
es )ensibilitas
es Placido idak dilakukan idak dilakukan
'imbus 1ornea
Arkus )enilis 4 4
7ekas 6ahitan 4 4
)klera
)klera 7iru 4 4
5piskleritis 4 4
)kleritis 4 4
:FA
1ejernihan 6ernih 6ernih
Iris
=arna :oklat :oklat
1ripta 8ormal 8ormal
Pupil
7entuk 7ulat 7ulat
(kuran " mm " mm
Isokoria Isokor Isokor 0:'
0:'
'ensa
1ejernihan idak dapat dinilai 6ernih
Bitreus @umour
7
-
7/25/2019 Case II Mata
8/25
1ejernihan 6ernih 6ernih
$unduskopi
$unduskopi idak ada kelainan idak ada kelainan
ekanan Intraokuler
Palpasi 8ormal 8ormal
onometer )chiotE idak dilakukan idak dilakukan
V Pemeriksaan Penun!anDengan menggunakan )nellen :hart, ditemukan 9
BFD 9 !;?&
BF) 9 &,edikamentosa
Pasien disarankan hindari kedua mata dari debu dan sinar mata hari dengan bantuan
kaca mata pelindung
>edikamentosa
Operatif
5ksisi Pterigium
Non-Operatif
PolydeC eye drop +C!
Possop eye drop +C!
8
-
7/25/2019 Case II Mata
9/25
I" Pronosis
Ad Bitam 9 Ad 7onam
Ad $ungtionam 9 Ad 7onam
Ad )anationam 9 Dubia Ad 7onam
OD EKSISI P#ERI$IU%
9
-
7/25/2019 Case II Mata
10/25
BAB III
ANALISIS KASUS
I.Diagnosis
Pada pasien ini diteggakan diagnosis FD Pterigium grade IB dan F) Pterigium grade II
atas dasar 9a. Anamnesis dan Pemeriksaan $isik
Pasien mengeluh terdapat yang mengalangi pandangannya pada mata kanan yang
semakin memburuk ? bulan smrs. Pasien juga mengaku terdapat selaput pada kedua
matanya yang timbul sejak + tahun smrs, pasien juga mengeluh mata terkadang berair
dan gatal serta merah yang timbul terutama saat berada di luar dan terkena sinar
matahari. Pasien bekerja sebagai pedagang dipasar, sehingga sering sekali terpapar
debu dan sinar matahari dalam kesehariannya.
Pterigium merupakan suatu kelainan patologis yang disebabkan pertumbuhanfibrovaskular konjungtiva yang bersivat degeneratif dan invasif, dan biasanya terletak
didaerah nasal dari pada temporal konjungtiva. Pterigium berbentuk segitika dengan
puncak mencapai kornea. Pada pasien ini sangat jelas sekali adanya pterigium,
berkaitan dengan pekerjaan pasien sebagai pedagang dipasar berkaitan dengan etiologi
dari pterigium. 5tiologi pterigium disebutkan radiasi (B 7, pada pasien ini aktifitas
sehari harinya adalah diluar rumah yang menyebabkan lebih sering terpapar sinar
matahari yang memungkiinkan pasien terkena pterigium. )elain itu etiologi dari
pterigium juga disebutkan mikrotrauma oleh pasir, debu, angin yang berkaitan dengan
aktifitas pasien memungkinkan terjadinya pterigium.
(ntuk keluhan mata berair merah dan gatal, lebih sering terjadi saat pasien berada
diluar rumah yang disebabkan karena terkenanya debu atau pasir pada mata sehingga
terjadi peningkatan ekskresi air mata yang bertujuan menghilangkan debu atau pasir
yang dianggap sebagai corpus alineum mata. Pada saat didalam rumahpun, selaput
pterigium bukanlah pertumbuhan selaput atau jaringan yang normal pada mata.
)ehingga mata berusaha memberikan kompensasi dengan cara meningkatkan ekskresi
10
-
7/25/2019 Case II Mata
11/25
air mata yang bertujuan menghilangkankan sesuatu yang dianggap bukan bagian
normal dari mata 2pterigium3. Pada mata kanan pasien pterigium terus tumbuh pada
kornea sampai melewati pupil oleh karena itu diagnosis untuk mata kanan pasien
mencapai grade IB, sedangkan untuk mata kiri pasien melewati limbus tetapi belum
mencapai pupil maka diagnosisnya pterigium grade II. Pada mata kanan, selaput
tersebut menghalangi pupil sehingga penglihatan tidak sempurna. )emakin luas
pterigium tersebut berkembang kearah temporal yang bisa menutupi seluruh kornea
maka penglihatan 243.
b. Penatalaksanaan
Pada pasien dilakukan rencana tindakan operasi yaitu eksisi pterigium. 5ksisi pada
pterigium pada penglihatan dan kosmetik adalah baik. Pterigium post eksisi pterigium
bisa dilakukan mengulangi tindakan pembedahan eksisi dan pencangkokan, kedua4duanya dengan konjungtival limbal autografts atau selaput amnion dengan teknik
pterigoplasty. Pasien yang memiliki resiko tinggi pengembangan pterigium atau
dikarenakan diperluas ekspose radiasi sinar ultraviolet, perlu untuk dididik penggunaan
kaca mata dan mengurangi ekspose mata dengan (B.
BAB IV
#IN&AUAN PUS#AKA
11
-
7/25/2019 Case II Mata
12/25
Kon!unti'a
() Anatomi
1onjungtiva merupakan membran yang menutupi sklera dan kelopak mata bagian
belakang. )ecara anatomis konjungtiva adalah membran mukosa yang transparan dan tipis
yang membungkus permukaan posterior kelopak mata 2konjungtiva palpebralis3 dan
permukaan anterior sklera 2konjungtiva bulbaris3. 1onjungtiva palpebralis melapisi
permukaan posterior kelopak mata dan melekat erat ke tarsus. Di tepi superior dan inferior
tarsus, konjungtiva melipat ke posterior 2pada forniks superior dan inferior3 dan membungkus
jaringan episklera menjadi konjungtiva bulbaris. 1onjungtiva bulbaris melekat longgar ke
septum orbital di forniks dan melipat berkali4kali. Adanya lipatan4lipatan ini memungkinkan
bola mata bergerak dan memperbesar permukaan konjungtiva sekretorik.",+,/
ambar. Anatomi konjungtiva
*) Histoloi
)ecara histologis, lapisan sel konjungtiva terdiri atas dua hingga lima lapisan sel epitel
silindris bertingkat, superfisial dan basal. )el4sel epitel superfisial mengandung sel4sel goblet
bulat atau oval yang mensekresi mukus yang diperlukan untuk dispersi air mata. )el4sel epitel
basal berwarna lebih pekat dibandingkan sel4sel superfisial dan dapat mengandung pigmen.
)troma konjungtiva dibagi menjadi satu lapisan adenoid 2superfisialis3 dan satu lapisan
fibrosa 2profundus3. 'apisan adenoid mengandung jaringan limfoid dan tidak berkembang
sampai setelah bayi berumur * atau " bulan. 'apisan fibrosa tersusun dari jaringan
penyambung yang melekat pada lempeng tarsus dan tersusun longgar pada mata.+
12
-
7/25/2019 Case II Mata
13/25
+) Perdara,an dan Persarafan
Arteri4arteri konjungtiva berasal dari arteria siliaris anterior dan arteria palpebralis. 1edua
arteri ini beranastomosis dengan bebas dan bersama dengan banyak vena konjungtiva
membentuk jaringan vaskular konjungtiva yang sangat banyak. 1onjungtiva juga menerima
persarafan dari percabangan pertama nervus B dengan serabut nyeri yang relatif sedikit./
Kornea
() Anatomi
1ornea merupakan jaringan yang avaskular, bersifat transparan, berukuran !! 4 !* mm
horiEontal dan !&4!! mm vertikal, serta memiliki indeks refraksi !,"%. 1ornea memberikan
kontribusi %+ # atau setara dengan +",*/ dioptri 2D3 dari total /ata
*) Histoloi
)ecara histologis, lapisan sel kornea terdiri dari lima lapisan, yaitu lapisan epitel, lapisan
7owman, stroma, membran Descemet, dan lapisan endotel.
13
-
7/25/2019 Case II Mata
14/25
ambar. @istologi 1ornea
Permukaan anterior kornea ditutupi epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk dan tanpa
papil. Di bawah epitel kornea terdapat membran limitans anterior 2membran 7owman3 yang
berasal dari stroma kornea 2substansi propia3. )troma kornea terdiri atas berkas serat kolagen
paralel yang membentuk lamella tipis dan lapisan4lapisan fibroblas gepeng dan bercabang.
Permukaan posterior kornea ditutupi epitel kuboid rendah dan epitel posterior yang juga
merupakan endotel kornea. >embran Descemet merupakan membran basal epitel kornea dan
memiliki resistensi yang tinggi, tipis tetapi lentur sekali.+
+) Perdara,an dan Persarafan
1ornea mendapat nutrisi dari pembuluh4pembuluh darah limbus, humor aqueous, dan air
mata. )araf4saraf sensorik kornea didapat dari cabang pertama 2ophthalmichus3 dan nervus
kranialis trigeminus. )araf trigeminus ini memberikan sensitivitas tinggi terhadap nyeri bila
kornea disentuh."
-) Fisioloi Kornea
1ornea berfungsi sebagai membran pelindung dan Hjendela yang dilalui berkas cahaya
menuju retina. )ifat tembus cahayanya disebabkan oleh strukturnya yang uniform, avaskuler
dan deturgesensi. Deturgesensi atau keadaan dehidrasi relatif jaringan kornea, dipertahankan
oleh Hpompa bikarbonat aktif pada endotel dan oleh fungsi sawar epitel dan endotel. Dalam
mekanisme dehidrasi ini, endotel jauh lebih penting daripada epitel. 1erusakan kimiawi atau
fisis pada endotel berdampak jauh lebih parah daripada kerusakan pada epitel. 1erusakan sel4
sel endotel menyebabkan edema kornea dan hilangnya sifat transparan. )ebaliknya,
14
-
7/25/2019 Case II Mata
15/25
kerusakan pada epitel hanya menyebabkan edema stroma kornea lokal sesaat yang kan
meghilang bila sel4sel epitel telah beregenerasi. Penguapan air dari lapisan air mata
prekorneal menghasilkan hipertonisitas ringan pada lapisan air mata tersebut. @al ini
mungkin merupakan faktor lain dalam menarik air dari stroma kornea superfisial dan
membantu mempertahankan keadaan dehidrasi. Penetrasi kornea utuh oleh obat bersifat
bifasik. )ubstansi larut4lemak dapat melalui epitel utuh dan substansi larut4air dapat melalui
stroma yang utuh. Agar dapat melalui kornea, obat harus larut4lemak dan larut4air sekaligus.
5pitel adalah sawar yang efisien terhadap masuknya mikroorganisme kedalam kornea.
8amun sekali kornea ini cedera, stroma yang avaskular dan membran 7owman mudah
terkena infeksi oleh berbagai macam organisme, seperti bakteri, virus, amuba, dan jamur.",+,/
15
-
7/25/2019 Case II Mata
16/25
P#ERI$IU%
() Definisi
Pterygium adalah pertumbuhan jaringan fibrovaskular berbentuk segitiga yang tumbuh
dari arah konjungtiva menuju kornea pada daerah interpalpebra.Pterygium tumbuh berbentuk
sayap pada konjungtiva bulbi. Asal katapterygium adalah dari bahasa Yunani, yaitu pteron
yang artinya sayap.!,*,?
*) E.idemiolo/
Pterygium tersebar di seluruh dunia, tetapi lebih banyak di daerah iklim panas dan
kering. Prevalensi juga tinggi di daerah berdebu dan kering. $aktor yang sering
mempengaruhi adalah daerah dekat ekuator, yakni daerah yang terletak kurang "%& 'intang
(tara dan )elatan dari ekuator. Prevalensi tinggi sampai **# di daerah dekat ekuator dan
kurang dari *# pada daerah yang terletak di atas +&& 'intang. Insiden pterygium cukup
tinggi di Indonesia yang terletak di daerah ekuator, yaitu !",!#. Pasien di bawah umur !/
tahun jarang terjadi pterygium. Prevalensi pterygium meningkat dengan umur, terutama
dekade ke4* dan ke4" dari kehidupan. Insiden tinggi pada umur antara *& dan +. 1ejadian
berulang 2rekuren3 lebih sering pada umur muda daripada umur tua. 'aki4laki + kali lebih
resiko dari perempuan dan berhubungan dengan merokok, pendidikan rendah, riwayat
terpapar lingkungan di luar rumah.!,?
+) Etioloi
5tiology pterigium tidak diketahui dengan jelas. 1aren penyakit ini lebih sering pada
orang yang tinggal diiklim panas, maka gambaran yang paling diterima tentang hal tersebut
adalah respon terhadap sinar ultraviolet dari matahari, daerah kering, inflamasi, daerah angin
kencang dan debu atau faktor iritan lainnya. Diduga berbagai faktor resiko tersebut
menyebabkan terjadinya degenerasi elastis jaringan kolagen dan proliferasi fibrovaskular.
Dan progresivitasnya diduga merupakan hasil dari kelainan lapisan bowman kornea.
7eberapa studi menunjukan adanya predisposisi genetik untuk kondisi ini.!
-) Faktor Resiko(01
$aktor resiko yang mempengaruhi pterygium adalah lingkungan yakni radiasi
ultraviolet sinar matahari, iritasi kronik dari bahan tertentu di udara dan faktor herediter.
!. 0adiasi (ltraviolet
16
-
7/25/2019 Case II Mata
17/25
$aktor resiko lingkungan yang utama sebagai penyebab timbulnya pterygium adalah
terpapar sinar matahari. )inar ultraviolet diabsorbsi kornea dan konjungtiva
menghasilkan kerusakan sel dan proliferasi sel. 'etak lintang, waktu di luar rumah,
penggunaan kacamata dan topi juga merupakan faktor penting.
*. $aktor enetik
7eberapa kasus dilaporkan sekelompok anggota keluarga dengan pterygium dan
berdasarkan penelitian case control menunjukkan riwayat keluarga dengan pterygium,
kemungkinan diturunkan autosom dominan.
". $aktor 'ain
Iritasi kronik atau inflamasi terjadi pada area limbus atau perifer kornea merupakan
pendukung terjadinya teori keratitis kronik dan terjadinya limbal defisiensi, dan saat ini
merupakan teori baru patogenesis dari pterygium. =ong juga menunjukkan adanya
pterygium angiogenesis factor dan penggunaan pharmacotherapy antiangiogenesis
sebagai terapi. Debu, kelembaban yang rendah, dan trauma kecil dari bahan partikel
tertentu, dry eye dan virus papilloma juga penyebab daripterygium.
2) Patoenesis3
5tiologipterygium tidak diketahui dengan jelas. etapi penyakit ini lebih sering pada
orang yang tinggal di daerah iklim panas. Fleh karena itu gambaran yang paling diterima
tentang hal tersebut adalah respon terhadap faktor4faktor lingkungan seperti paparan terhadap
matahari 2ultraviolet3, daerah kering, inflamasi, daerah angin kencang dan debu atau faktor
iritan lainnya. Pengeringan lokal dari kornea dan konjungtiva yang disebabkan kelainan tear
film menimbulkan pertumbuhan fibroplastik baru merupakan salah satu teori. ingginya
insidenpterygiumpada daerah dingin, iklim kering mendukung teori ini.
(ltraviolet adalah mutagen untuk p/" tumor supresor genepada limbal basal stem cell.
anpa apoptosis, transforming growth factor-beta diproduksi dalam jumlah berlebihan dan
menimbulkan proses kolagenase meningkat. )el4sel bermigrasi dan angiogenesis. Akibatnya
terjadi perubahan degenerasi kolagen dan terlihat jaringan subepitelial fibrovaskular. 6aringan
subkonjungtiva terjadi degenerasi elastoik proliferasi jaringan vaskular bawah epithelium dan
kemudian menembus kornea. 1erusakan pada kornea terdapat pada lapisan membran
17
-
7/25/2019 Case II Mata
18/25
bowman oleh pertumbuhan jaringan fibrovaskular, sering disertai dengan inflamasi ringan.
5pitel dapat normal, tebal atau tipis dan kadang terjadi displasia.
Limbal stem cell adalah sumber regenerasi epitel kornea. Pada keadaan defisiensi
limbal stem cell, terjadi pembentukan jaringan konjungtiva pada permukaan kornea. ejala
dari defisiensi limbal adalah pertumbuhan konjungtiva ke kornea, vaskularisasi, inflamasi
kronis, kerusakan membran basement dan pertumbuhan jaringan fibrotik. anda ini juga
ditemukan pada pterygium dan karena itu banyak penelitian menunjukkan bahwapterygium
merupakan manifestasi dari defisiensi atau disfungsi limbal stem cell. 1emungkinan akibat
sinar ultraviolet terjadi kerusakan limbal stem cell di daerah interpalpebra.
Pemisahan fibroblast dari jaringan pterygium menunjukkan perubahan phenotype,
pertumbuhan banyak lebih baik pada media mengandung serum dengan konsentrasi rendah
dibanding dengan fibroblast konjungtiva normal. 'apisan fibroblast pada bagian pterygiun
menunjukkan proliferasi sel yang berlebihan. Pada fibroblastpterygium menunjukkan matriC
metalloproteinase, dimana matriks ekstraselluler berfungsi untuk jaringan yang rusak,
penyembuhan luka, mengubah bentuk. @al ini menjelaskan kenapa pterygium cenderung
terus tumbuh, invasi ke stroma kornea dan terjadi reaksi fibrovaskular dan inflamasi.
1) $am4aran Klinis1
Pterygium lebih sering dijumpai pada laki4laki yang bekerja di luar rumah. 7isa
unilateral atau bilateral. 1ira4kira terletak di daerah nasal. Pterygium yang terletak di
nasal dan temporal dapat terjadi secara bersamaan walaupun pterygium di daerah temporal
jarang ditemukan. 1edua mata sering terlibat, tetapi jarang simetris. Perluasan pterygium
dapat sampai ke medial dan lateral limbus sehingga menutupi sumbu penglihatan,
menyebabkan penglihatan kabur.
)ecara klinis pterygium muncul sebagai lipatan berbentuk segitiga pada konjungtiva
yang meluas ke kornea pada daerah fissura interpalpebra. 7iasanya pada bagian nasal tetapi
dapat juga terjadi pada bagian temporal. Deposit besi dapat dijumpai pada bagian epitel
kornea anterior dari kepalapterygium 2stoker's line3.
3) Klasifikasi Pteriium(01
18
-
7/25/2019 Case II Mata
19/25
Pterygium dibagi menjadi tiga bagian yaitu 9 body, apex head! dan cap. 7agian
segitiga yang meninggi pada pterygium dengan dasarnya kearah kantus disebut body,
sedangkan bagian atasnya disebut apeC dan ke belakang disebut cap." subepithelial cap atau
halo timbul pada tengah apeC dan membentuk batas pinggirpterygium.
Pembagianpterygiumberdasarkan perjalanan penyakit dibagi atas * tipe, yaitu 9
- Progresif pterygium 9 tebal dan vaskular dengan beberapa infiltrat di depan kepala
pterygium 2disebut cap pterygium3.
- #egresif pterygium 9 tipis, atrofi, sedikit vaskular. Akhirnya menjadi membentuk
membran tetapi tidak pernah hilang.
Pada fase awal pterygium tanpa gejala, hanya keluhan kosmetik. angguan terjadi ketika
pterygium mencapai daerah pupil atau menyebabkan astigatisme karena pertumbuhan fibrosis
pada tahap regresi. 1adang terjadi diplopia sehingga menyebabkan terbatasnya pergerakan
mata.
Pembagian lainpterygium yaitu 9
!. ipe I 9 meluas kurang * mm dari kornea. $toker's line atau deposit besi dapat
dijumpai pada epitel kornea dan kepala pterygium. 'esi sering asimptomatis
meskipun sering mengalami inflamasi ringan. Pasien dengan pemakaian lensa
kontak dapat mengalami keluhan lebih cepat.
*. ype II 9 menutupi kornea sampai + mm, bias primer atau rekuren setelah operasi,
berpengaruh dengan tear film dan menimbulkan astigmatisma.
". ype III 9 mengenai kornea lebih + mm dan mengganggu aksis visual. 'esi yang
luas terutama yang rekuren dapat berhubungan dengan fibrosis subkonjungtiva
yang meluas ke fornik dan biasanya menyebabkan gangguan pergerakan bola
mata.!&
Pterygiumjuga dapat dibagi ke dalam + derajat yaitu 9
!. Derajat ! 9 jikapterygium hanya terbatas pada limbus kornea.
*. Derajat * 9 jika sudah melewati limbus kornea tetapi tidak lebih dari * mm
melewati kornea.
19
-
7/25/2019 Case II Mata
20/25
". Derajat " 9 sudah melebihi derajat * tetapi tidak melebihi pinggiran pupil mata
dalam keadaan cahaya normal 2pupil dalam keadaan normal sekitar " - + mm3
+. Derajat + 9 pertumbuhan pterygium melewati pupil sehingga mengganggu
penglihatan.
ambar. Pterygium rade " ambar. Pterygium rade *
5) $am4aran Klinis(01
Pterygium lebih )ecara klinis pterygium dapat dibedakan dengan dua keadaan yang
sama yaitu pinguekula danpseudopterygium. 7entuknya kecil, meninggi, masa kekuningan
berbatasan dengan limbus pada konjungtiva bulbi di fissura interpalpebra dan kadang4kadang
mengalami inflamasi. indakan eksisi tidak diindikasikan. Prevalensi dan insiden meningkat
dengan meningkatnya umur. Pinguekula sering pada iklim sedang dan iklim tropis dan angka
kejadian sama pada laki4laki dan perempuan. Paparan sinar ultraviolet bukan faktor resiko
penyebab pinguekula.
Pertumbuhan yang mirip denganpterygium, pertumbuhannya membentuk sudut miring
seperti pseudopterygium atau %errien's marginal degeneration. Pseudopterygium mirip
denganpterygium, dimana adanya jaringan parut fibrovaskular yang timbul pada konjungtiva
bulbi menuju kornea. 7erbeda dengan pterygium, pseudopterygium adalah akibat inflamasi
permukaan okular sebelumnya seperti trauma, trauma kimia, konjungtivitis sikatrikal, trauma
bedah atau ulkus perifer kornea. (ntuk mengidentifikasi pseudopterygium, cirinya tidak
melekat pada limbus kornea. Probing dengan muscle hook dapat dengan mudah melewati
bagian bawah pseudopterygium pada limbus, dimana hal ini tidak dapat dilakukan pada
pterygium. Pada pseudopterygium tidak dapat dibedakan antara head, cap dan body dan
pseudopterygium cenderung keluar dari ruang fissura interpalpebra yang berbeda dengan true
pterygium.
6) Penatalaksanaan
5
20
-
7/25/2019 Case II Mata
21/25
Pterygium lebih 1eluhan fotofobia dan mata merah dari pterygium ringan sering
ditangani dengan menghindari asap dan debu. 7eberapa obat topikal seperti lubrikans,
vasokonstriktor dan kortikosteroid digunakan untuk menghilangkan gejala terutama pada
derajat ! dan derajat *. (ntuk mencegah progresifitas, beberapa peneliti menganjurkan
penggunaan kacamata pelindung ultraviolet Indikasi eksisi pterygium sangat bervariasi.
5ksisi dilakukan pada kondisi adanya ketidaknyamanan yang menetap, gangguan penglihatan
bila ukuran "4+ mm dan pertumbuhan yang progresif ke tengah kornea atau aksis visual,
adanya gangguan pergerakan bola mata.
5ksisi pterygium bertujuan untuk mencapai gambaran permukaan mata yang licin.
)uatu tehnik yang sering digunakan untuk mengangkat pterygium dengan menggunakan
pisau yang datar untuk mendiseksi pterygium kearah limbus. >emisahkanpterygium kearah
bawah pada limbus lebih disukai, kadang4kadang dapat timbul perdarahan oleh karena trauma
jaringan sekitar otot. )etelah eksisi, kauter sering digunakan untuk mengontrol perdarahan.
7eberapa tehnik operasi yang dapat menjadi pilihan yaitu 9
!. &are sclera 9 tidak ada jahitan atau jahitan, benang absorbable digunakan untuk
melekatkan konjungtiva ke sklera di depan insersi tendon rektus. >eninggalkan suatu
daerah sklera yang terbuka.
*. $imple closure 9 tepi konjungtiva yang bebas dijahit bersama 2efektif jika hanya defek
konjungtiva sangat kecil3.
". $liding flaps 9 suatu insisi bentuk ' dibuat sekitar luka kemudian flap konjungtiva digeser
untuk menutupi defek.
+. #otational flap 9 insisi bentuk ( dibuat sekitar luka untuk membentuk lidah konjungtiva
yang dirotasi pada tempatnya.
/. on(uncti)al graft 9 suatu free graft biasanya dari konjungtiva superior, dieksisi sesuai
dengan besar luka dan kemudian dipindahkan dan dijahit.
?. "mnion membrane transplantation 9 mengurangi frekuensi rekuren pterygium,
mengurangi fibrosis atau skar pada permukaan bola mata dan penelitian baru
mengungkapkan menekan $4J pada konjungtiva dan fibroblastpterygium. Pemberian
mytomicin : dan beta irradiation dapat diberikan untuk mengurangi rekuren tetapi jarang
digunakan.
21
-
7/25/2019 Case II Mata
22/25
%. Lamellar keratoplasty, excimer laser phototherapeutic keratectomy dan terapi baru
dengan menggunakan gabungan angiostatik dan steroid.
(7) Kom.likasi
1omplikasi pterygium termasuk K merah, iritasi, skar kronis pada konjungtiva dan
kornea, pada pasien yang belum eksisi, distorsi dan penglihatan sentral berkurang, skar pada
otot rektus medial yang dapat menyebabkan diplopia. 1omplikasi yang jarang adalah
malignan degenerasi pada jaringan epitel di ataspterygium yang ada. 1omplikasi sewaktu
operasi antara lain perforasi korneosklera, graft oedem, graft hemorrhage, graft retraksi,
jahitan longgar, korneoskleral dellen, granuloma konjungtiva, epithelial inclusion cysts, skar
konjungtiva, skar kornea dan astigmatisma, disinsersi otot rektus. 1omplikasi yang terbanyak
adalah rekurenpterygiumpost operasi.!,?,