Status Case Mata
-
Author
erwin-setiawan -
Category
Documents
-
view
39 -
download
13
Embed Size (px)
description
Transcript of Status Case Mata
I. Identitas PasienNama: Ny. IUmur: 46 tahunJenis Kelamin: PerempuanAlamat: Sidamulya RT. 03 Rw.02 Astana japura kabupaten Cirebon.Pekerjaan : PedagangStatus : MenikahAgama: IslamPendidikan Terakhir: SDTanggal Pemeriksaan : 5 Juni 2015No. Rekam Medis:
II. AnamnesisDilakukan secara autoanamnesis dan aloanamnesis pada tanggal 5 Juni 2015
Keluhan Utama : Mata BuramRiwayat penyakit sekarangPasien datang ke poli mata RSUD waled dengan keluhan mata kiri buram sejak 2 bulan yang lalu. Buram dirasakan secara perlahan, pasien mudah merasa silau. Keluhan tidak membaik dengan istirahat dan pengobatan. Pasien tidak mengeluhkan mual dan muntah. Mata pasien tidak merah. Pasien sudah berobat ke dokter sebelumnya namun keluhan dirasa tidak membaik. pasien menggunakan kacamata dan mengalami perbaikan.
Riwayat penyakit dahulu : Riwayat diabetes melitus disangkal Riwayat hipertensi disangkal Riwayat trauma di sangkal Pasien pernah mengalami keluhan yang sama sebalumnya Riwayat mata merah disangkal, namun pengelihatan kabur pernah pasien pertama datang 2 tahun yang lalu dengan keluhan dan dirasakan nyeri, silau dan pengeliihatan tidak jelas pada saat itu, agak buram namun tidak mengganggu aktifitas
Riyawat penyakit dikeluarga : Riwayat penyakit diabetes melitus dan hipertensi di sangkal
Riwayat pribadi dan sosial : Riwayat minum jamu di sangkalIII. Pemeriksaan FisikA. Status GeneralisKeadaan Umum : pasien tampak sakit sedangKesadaran : Komposmentis E4M6V5Tanda-tanda vital : TD: 130/70N : 88 x/menitRR : 20x /menit regulerS : 36,5 0 C
B. Status Lokalis (Pemeriksaan Oftalmologi)
Lensa OS Keruh
Okular DekstraPemeriksaanOkular Sinistra
Tanpa kacamata 0,25Pakai kacamata 0,5Pin Hole 0,6VisusTanpa Kacamata 0,25Pakai kacamata 0,4Pin Hole 0,5
Hiperemis (-), Edem (-), Nyeri tekan (-), Blefarospasme (-), Ekteropion (-), Enterpion (-), Lagoftalmos (-), Ptosis (-)PalpebraHiperemis (-), Edem (-), Nyeri tekan (-), Blefarospasme (-), Ekteropion (-), Enterpion (-), Lagoftalmos (-), Ptosis (-)
DBNSiliaDBN
Endoftalmus (-), Ekssoftalmus (-), Strabismus (-), OrthotropiaBulbus OkuliEndoftalmus (-), Ekssoftalmus (-), Strabismus (-), Orthotropia
Injeksi konjungtiva (-), Injeksi Silier (-), injeksi episklera (-), edema (-)KonjungtivaInjeksi konjungtiva (-), Injeksi Silier (-), injeksi episklera (-), edema (-)
Ikterik (-), Warna PutihSkleraIkterik (-), Warna Putih
Jernih, Arcus Senilis (+), sikatrik (-)KorneaJernih, Arcus Senilis (+), sikatrik (-)
SedangCamera Okuli AnteriorAgak dangkal
Reguler, warna coklatIrisReguler, warna coklat, sinekia posterior
Bulat, letak dipusat mata diameter 3 mm, RC +PupilBulat, letak dipusat mata diameter 2 mm, RC -
JernihLensaKeruh
Funduskopi
PositifRefleks FundusNegatif
-Corpus Vitreum-
DBN, nistagmus (-)Gerak Bola MataDBN, nistagmus (-)
Tidak dilakukanSistem LakrimalTidak dilakukan
Sesuai pemeriksaLapang pandangSesuai Pemeriksa
NormalPalpasi TIONormal
S + 2,00 C 0,50 Axis 90Add + 1,75 J2 (Koreksi Maksimal)KoreksiS + 1,50 C 0,50 Axis 90Add + 1,75 J2(Koreksi Maksimal)
S + 1,25 C 0,50 Axis 90Refraktometer S + 1,25 C 0,50 Axis 90
IV. ResumePasien Wanita usia 46 tahun datang ke poli mata dengan keluhan OS keluhan mata kiri buram sejak 2 bulan yang lalu. Buram dirasakan secara perlahan, Pasien mudah merasa silau. Keluhan tidak membaik dengan istirahat dan pengobatan. Pasien tidak mengeluhkan mual dan muntah. Mata pasien tidak merah. Pasien sudah berobat ke dokter sebelumnya namun keluhan dirasa tidak membaik. Riwayat pasien 2 tahun lalu datang dengan keluahan yang sama dan di ajurkan pakai kacamata dan rutin kontrol. Pada pemeriksaan didapatkan visus OD 0,25 D, OS 0,25 D tanpa kacamata. Pakai Kacamata COA OS agak dangkal, lensa ODS keruh, OS sinekia posterior.
V. Diagnosis BandingOS. suspect Uveitis anteriorIridoksiklitis OSkatarak komplikata senil imaturAstigmatisma compositus ODS
VI. Diagnosis KerjaUveitis sanata dengan katarak komplikata senil imatur
VII. Tatalaksana yang di BerikanTropicamide (Cicloplegic agent) 3 kali tetes perhariCendo Lyteers 3-4 kali sehari 1-2 tetesCatarlent 3 kali sehari 1-2 tetes
VIII. PrognosisQuo ad Vitam : Ad bonamQuo ad Functionam : Ad MalamQuo ad Sanasionam : Ad Bonam
IX. Edukasi Hindari Mengucek mata Hindari memebaca atau melihat dekat Gunakan kacamata untuk melindungi dari paparan sinar matahari
PEMBAHASAN TEORI
1. I. Definisi UveitisUveitis merupakan peradangan atau inflamasi yang terjadi pada lapisan traktus uvealis yang meliputi peradangan pada iris, korpus siliaris, dan koroid. Yang disebabkan oleh infeksi, trauma, neoplasma, atau proses autoimun. (ilyas, 2008)
II. KlasifikasiPeradangan pada uvea(uveitis) dapat dikalsifikasikan berdasarkan beberapa parameter. Adapun parameter yang digunakan menururt Standardization of Uveitis Nomenclature (SUN) pada tahun 2005. Klasifikasi berdasarkan letek anatomis yaitu :A. Uveitis anteriorUveitis anterior merupakan peradangan iris dan bagaian depan badan siliar (pars plicata) biasanya unilateral dengan onset akut. Pada uveitis anterior dapat di jumpai dari keadaan mata tenang yang menunjukan proses inflamasi ringan, mata merah dan nyeri pada inflamasi sedang sampai berat. (jayne, 2011)Gelaja yang khas yang timbul meliputi nyeri, fotophobia, dan pengelihatan kabur dan mata merah. Pada pemeriksaan ditemukan kemerahan sirkumkorneal dengan injeksi konjungtiva dan sekret yang minimal. Pupil dapat ditemukan dalam keadaan miosis atau irregular karena terdapat sinekia posterior. Peradangan yang terbatas pada bilik mata depan disebut iritis, peradangan pada bilik mata depandan vitreus anterior disebut dengan iridosiklitis. Sensasi kornea dan tekanan intraokular harus diperiksa pada setiap pasien uveitis. Penurunan sensasi (reflek kornea) sering terjadi pada kasus uveitis yang disebabkan oleh infeksi herpes simplek atau zooster atau M. Leprae. Sedangkan peningkatan tekanan intra okuler dapat terjadi pada iridosiklitis, herpes simplek, herpes zoster, toksoplasmosis, sifilis. (Vaughan, 2009)
Klasifikasi Uveitis Berdasarkan SUN(Standardization Of Uveitis NomenclatureTipeLetak peradanganKelainan
Uveitis AnteriorRuang anteriorIritis
Iridosiklitis
Anterior siklitis
Uveitis intermediateVitreusPars planitis
Posterior siklitis
Hyalitis
Uveitis PosteriorRetina dan KoroidFocal, multifokal atau difuse koroiditis
Korioretinitis
Retinokoroiditis
Retinitis
Neuroretinitis
PanuveitisRuang anterior, vireus, dan retina atau koroid
Pada pemeriksaan slit lamp didapatkan kelompok sel putih dan debris inflamatorik (keratic precipitate) biasanya tampak jelas pada endotel kornea pada pasien dengan peradangan aktif. Keratic precipitate granulomatosa atau non-granulomatosa biasa ya terdapat disebelah inferior, di daerah segitiga arlt.nodul-nodul iris dapat terlihat opada tepi iris (noduli koeppe) atau pada susdut mata bilik depan (nodul busacca).
Gambar 1. Keratic Precipitates (KP)
Peradangan pada ruang anterior yang sangat berat mengakibatkan timbulnya tumpukan sel-sel radang disudut inferior (hipopion). Adanya sinekia anterior atau poterior merupakan faktor predisposisi terjadinya glaukoma. (Vaughan, 2009)
Gambar 2.Sinekia Posterior
B. Uveitis IntermediateUveitis intermediate mengenai bagian tengah yaitu corpus cilliaris, pars plana, retina perifer dan vitreus. Tanda yang paling penting pada uveitis intermediate adanya peradangan pada vitreus. Uveitis intermediate khas bilateral dan cenderung megenai pasien pada remaja akhir atau dewasa muda. Gejala khas meliputi floaters dan pengelihatan kabur. Nyeri, fotophobia damn mata merah kadang di jumpai. Pemeriksaan korpus ciliaris , pars plana dan retina perifer yang adekuat menggunakasn oftalmoskop indirek dengan tekhnik penekan sklera, yang sering menunjukan kondesat vitreus berbentuk bola salju (snowballs) atau gumpalan salju (snowbanking). Vaskulitis retina sering kali ada didekatnya peradangan pada bilik mata depan hampir selalu ringan dan sinekia posterior jarang terjadi. Penyebab uveitis intermediet tidak diketahui pada sebaian besar pasien, tetapi sarkoidosis dan sklerosis multipel berperan pada 10-20% kasus. Sifilis dan tuberkulosis (walaupun jarang) harus disingkirkan dulu kemungkinannya pada setiap pasien. Komplikasi uveitis intermediet yang tersering meliputi edem makula kistoid, vaskulitis retina, dan neovaskularisasi pada diskus optikus (Vaughan, 2009).
C. Uveitis PosteriorUveitis posterior adalah peradangan yang mengenai uvea bagian posterior yang meliputi retinitis, koroiditis, vaskulitis retina dan papilitis yang bisa terjadi sendiri-sendiri atau secara bersamaan. Gejala yang timbul adalah floaters, kehilangan lapang pandang atau scotoma, penurunan tajam penglihatan. Sedangkan pada koroiditis aktif pada makula atau papillomacular bundle menyebabkan kehilangan penglihatan sentral dan dapat terjadi ablasio retina. Pada umumnya segmen anterior bola mata tidak menunjukan tanda-tanda peradangan sehingga seringkali proses uveitis posterior tidak disadari oleh penderita sampai penglihatan kabur (Vaughan, 2009). Patofisiologi dari uveitis posterior yaitu pada stadium awal terjadi kongestif dan infiltrasi dari sel-sel radang seperti limfosit dan fibrin pada koroid dan retina yang terkena. Pada uveitis granulomatosa kronis tampak sel mononuclear, sel epiteloid, dan giant cell sebagai nodul granulomatosa yang tipikal. Kemudian eksudat menghilang dengan disertai atrofi dan melekatnya lapisan koroid dan retina yang terkena. Eksudat dapat menjadi jaringan parut. Keluarnya granula pigmen akibat nekrosis atau atrofi dari kromatofor dan sel epitelia pigmen akan difagositosis oleh makrofag dan akan terkonsentrasi pada tepi lesi (Vaughan, 2009) .
Gambar 3. Uveitis PosteriorSel-sel radang pada humor vitreus, lesi berwarna putih atau putih kekuningan pada retina dan atau koriod, eksudat pada retina, vaskulitis retina dan edema nervus optikus dapat ditemukan pada uveitis posterior.D. Uveitis Difus atau Panuveitis Uveitis difus merupakan kondisi terdapat infiltratnya sel kurang lebih merata dari semua unsur di traktus uvealis atau dengan kata lain pada uveitis difus tidak memiliki tempat peradangan yang predominan dimana peradangan merata pada kamera okuli anterior, vitreous, retina dan koroid seperti retinitis, koroiditis, dan vaskulitis retinal). Keadaan ini seringnya disebabkan karena infeksi yang berkembang pada toxocariasis infantil, endoftalmitis bakterial postoprasi, atau toksoplasmosis yang berat, ciri morfologis khas seperti infiltrat geografik secara khas tidak ada (Ilyas, 2008).
III. Gejala KlinisGejala klinis yang muncul bergantung pada daerah yang mengalami inflamasi yang dapat terjadi secara cepat dan mendadak, dapat bersifat sementara maupun menetap. Pada uveitis anterior akut di temukan nyeri, fotophobia, kemerahan dan pandangan buram. Nyeri menunjukan suatu inflamasi yang bersifat akut pada bagian iris sebagai iritis atau akibat dari glaukoma sekunder. Nyeri tersebut berhubungan dengan spasme ciliaris akbat iritis dan dapat menjalar sesuai dengan persyarafan nervus V. Epiphora, kemerahan , fotophobia selalu meunjukan letak dari daerah inflamasi yang meliputi iris, kornea, iris sampai badan ciliaris. ( jayne, 2011)Gejala Uveitis
Kemerahan
Nyeri
Fotophobia
Epiphora
Gangguan pengelihatan
Pandangan buram, disebabkan :MiopiSel inflamasiKatarak
Scotoma (central or perifer)
Floaters
IV. Pemeriksaan PenunjangPasien uveitis difus, posterior atau intermediet, dengan kelainan granulomatosa bilateral, berat, dan rekuren harus diperika sebagaimana setiap pasien uveitis yang tidak cepat merespons pengobatan standar. Pemeriksaan sifilis harus mencakup uji Venereal Disease Research Laboratory (VDRL) atau rapid plasma reagin (RPR), dan uji antibiodi anti-Treponema yang lebih spesifik, seperti FTA-ABS atau MHA-TP assays. Kemungkinan tuberkulosis dan sarkoidosis harus disingkirkan dengan pemeriksaan sinar-X dada dan uji kulit-menggunakan purified protein derivative (PPD) dan kontrol untuk energi, seperti campak dan candida. Riwayat vaksinasi BCG dimasa lampau tidak boleh mencegah dilakukannya uji PPD karena hasil uji akan negatif (indurasi