Mata - Case Ablasio Retina

38
LAPORAN KASUS I. IDENTITAS PASIEN Nama : Tn. IM Kelamin : Laki-laki Umur : 57 tahun Suku/Bangsa : Makassar/Indonesia Alamat : Jl. Pengayoman kompleks mawar blok A No. 29 Pekerjaan : Wiraswasta No.Reg : L.29 S 1948 Tempat pemeriksaan : Klinik Orbita Tanggal pemeriksaan : 23 November 2009 II. ANAMNESIS a. Keluhan utama : Penurunan penglihatan pada kedua mata b. Anamnesis terpimpin : Dialami sejak sekitar 2 bulan yang lalu secara tiba- tiba, diawali pada mata kiri lebih dahulu dan pada mata kanan beberapa hari kemudian. Penglihatan seperti berawan dan berkabut. Mata merah (-), nyeri pada mata (-), air mata berlebihan (-), kotoran mata berlebih (-), rasa berpasir pada mata (-), gatal pada mata (-), silau saat melihat cahaya (-), Riwayat keluar darah dari mata (-), riwayat keluar gel (-) Riwayat operasi katarak 5 tahun yang lalu, 1

Transcript of Mata - Case Ablasio Retina

Page 1: Mata - Case Ablasio Retina

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. IM

Kelamin : Laki-laki

Umur : 57 tahun

Suku/Bangsa : Makassar/Indonesia

Alamat : Jl. Pengayoman kompleks mawar blok A No. 29

Pekerjaan : Wiraswasta

No.Reg : L.29 S 1948

Tempat pemeriksaan : Klinik Orbita

Tanggal pemeriksaan : 23 November 2009

II. ANAMNESIS

a. Keluhan utama : Penurunan penglihatan pada kedua mata

b. Anamnesis terpimpin :

Dialami sejak sekitar 2 bulan yang lalu secara tiba-tiba, diawali pada mata

kiri lebih dahulu dan pada mata kanan beberapa hari kemudian. Penglihatan

seperti berawan dan berkabut. Mata merah (-), nyeri pada mata (-), air mata

berlebihan (-), kotoran mata berlebih (-), rasa berpasir pada mata (-), gatal

pada mata (-), silau saat melihat cahaya (-), Riwayat keluar darah dari mata

(-), riwayat keluar gel (-) Riwayat operasi katarak 5 tahun yang lalu, riwayat

menderita DM tidak diketahui, riwayat menderita tekanan darah tinggi tidak

diketahui, riwayat memakai kacamata (+) tapi ukuran tidak diketahui.

III. PEMERIKSAAN OFTALMOLOGI

A. Inspeksi

PEMERIKSAAN OD OS

Palpebra Edema (-) Edema (-)

Aparatus Lakrimalis Lakrimasi (-) Lakrimasi (-)

Silia Normal Normal

Konjungtiva Hiperemis (-) Hiperemis (-)

1

Page 2: Mata - Case Ablasio Retina

Kornea Jernih Jernih

BMD Kesan normal Kesan normal

Pupil Bulat, sentral, RC (+) Bulat, sentral, RC (+)

Iris Coklat, kripte (-) Coklat, kripte (+)

Lensa Jernih Jernih

Bola mata Normal Normal

Mekanisme muskular Ke segala arah Ke segala arah

B. Palpasi

No PEMERIKSAAN OD OS

1 Tensi Okuler Tn-1 Tn-1

2 Nyeri tekan (-) (-)

3 Massa tumor (-) (-)

4 Glandula Preaurikuler Pembesaran (-) Pembesaran (-)

C. Tonometri

TOD : 6 mmHg

TOS : 9 mmHg

D. Visus

VOD : 1/300

VOS : 1/~

E. Campus visual

Tidak Dilakukan Pemeriksaan

F. Color sense

Tidak Dilakukan Pemeriksaan

G. Light sense

Tidak Dilakukan Pemeriksaan

2

Page 3: Mata - Case Ablasio Retina

H. Penyinaran oblik

PENYINARAN

OBLIK

OD OS

Konjungtiva Hiperemis (-) Hiperemis (-)

Kornea Jernih Jernih

BMD Kesan normal Kesan normal

Pupil Bulat, sentral, RC (+) Bulat, sentral, RC (+)

Iris Coklat, kripte (+) Coklat, kripte (+)

Lensa Jernih Jernih

I. Diafanoskopi

Tidak Dilakukan pemeriksaan

J. Slit lamp

SLOD : Konjungtiva hiperemis (-), injeksi perikornea (-), kornea normal,

bilik mata depan kesan normal, iris coklat, kripte (+), pupil bulat, sentral, RC

(+), lensa jernih.

SLOS : Konjungtiva hiperemis (-), injeksi perikornea (-), kornea normal, bilik

mata depan kesan normal, iris coklat, kripte (+), pupil bulat, sentral, RC (+),

lensa jernih.

K. Oftalmoskopi

FOD :

Refleks fundus sulit dinilai, papil N.II sulit dinilai, retina berwarna pucat

dengan pembuluh darah di atasnya.

3

Page 4: Mata - Case Ablasio Retina

FOS :

Refleks fundus sulit dinilai, papil N.II sulit dinilai, tampak membran abu-abu

merah muda yang menutupi gambaran vaskuler koroid

L. Gonioskopi

Tidak dilakukan pemeriksaan

M. USG B-SCAN

OD OS

USG OD : vitreus jernih, retina inferior kesan detach, N.II kesan intak

USG OS : vitreus jernih, retina kesan detach, N.II kesan intak

IV. RESUME

Seorang pria umur 57 tahun datang ke klinik ORBITA dengan keluhan utama

penglihatan berkurang yang dialami sejak 2 bulan yang lalu secara tiba-tiba,

diawali pada mata kiri lebih dahulu dan pada mata kanan beberapa hari

kemudian. Penglihatan seperti berawan dan berkabut. Riwayat operasi

katarak 5 tahun yang lalu, riwayat menderita DM tidak diketahui, riwayat

menderita tekanan darah tinggi tidak diketahui, riwayat memakai kacamata

(+) tapi ukuran tidak diketahui. Pada pemeriksaan palpasi, tekanan bola mata

4

Page 5: Mata - Case Ablasio Retina

pada OD dan OS adalah Tn-1, pemeriksaan tonometri menunjukkan hasil

TOD : 6 mmHg dan TOS : 9 mmHg. Visus : VOD=1/300, VOS = 1/~. Pada

pemeriksaan oftalmoskopi FOD : Refleks fundus sulit dinilai, papil N.II sulit

dinilai, retina berwarna pucat dengan pembuluh darah di atasnya. FOS :

Refleks fundus sulit dinilai, papil N.II sulit dinilai, tampak membran abu-abu

merah muda yang menutupi gambaran vaskuler koroid. Pada hasil

pemeriksaan USG B-Scan didapatkan OD : vitreus jernih, retina inferior

kesan detach, nervus II kesan intak, pada OS : vitreus jernih, retina kesan

detach, N.II kesan intak.

V. DIAGNOSIS

ODS Ablasio Retina.

VI. TERAPI

Rencana operasi vitrektomi OD

VII. DISKUSI

Dari anamnesis, ditemukan pasien mengeluh penglihatan berkurang sejak

2 bulan yang secara tiba-tiba, diawali pada mata kiri lebih dahulu dan pada mata

kanan beberapa hari kemudian. Berkurangnya penglihatan tersebut seperti

terdapat kabut di depan mata pasien yang menghalangi pandangan pasien. Pada

pemeriksaan inspeksi tidak ditemukan adanya kelainan pada kedua mata.

Pada pemeriksaan palpasi ditemukan tekanan bola mata pada kedua mata

berkurang yakni Tn-1, diperkuat dengan pemeriksaan tonometri yang

menunjukkan TOD : 6 mmHg dan TOS : 9 mmHg, pada pemeriksaan visus,

didapatkan mata kanan hanya dapat melihat lambaian tangan pemeriksa

sehingga mempunyai visus 1/300, sedangkan mata kiri hanya dapat melihat

perbedaan ada atau tidak adanya cahaya sehingga visusnya adalah 1/~. Pada

pemeriksaan oftalmoskopi FOD : Refleks fundus sulit dinilai, papil N.II sulit

dinilai, retina berwarna pucat dengan pembuluh darah di atasnya. FOS : Refleks

fundus sulit dinilai, papil N.II sulit dinilai, tampak membran abu-abu merah

muda yang menutupi gambaran vaskuler koroid. Pada hasil pemeriksaan USG

5

Page 6: Mata - Case Ablasio Retina

B-Scan didapatkan OD : vitreus jernih, retina inferior kesan detach, nervus II

kesan intak, pada OS : vitreus jernih, retina kesan detach, N.II kesan intak.

Berdasarkan serangkaian pemeriksaan di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa pasien tersebut datang dengan keluhan penglihatan menurun pada kedua

mata. Hal ini ditunjang dengan pemeriksaan visus OD sebesar 1/300 dan OS

sebesar 1/~. Pada pemeriksaan dengan sinar oblik dan slit lamp didapatkan hasil

yang normal sehingga menunjukkan bahwa kelainan bukan berada pada bilik

mata depan. Pada pemeriksaan oftalmoskopi memperlihatkan FOD : Refleks

fundus sulit dinilai, papil N.II sulit dinilai, retina berwarna pucat dengan

pembuluh darah di atasnya. FOS : Refleks fundus sulit dinilai, papil N.II sulit

dinilai, tampak membran abu-abu merah muda yang menutupi gambaran

vaskuler koroid. Pada hasil pemeriksaan USG B-Scan OD didapatkan vitreus

jernih, retina inferior kesan detach, N.II kesan intak, pada OS didapatkan vitreus

jernih, retina kesan detach, N.II kesan intak. Dari hasil pemeriksaan ini dapat

mengarahkan kita ke diagnosis ablasio retina. Selain itu, adanya riwayat

penggunaan kaca mata sebelumnya serta operasi katarak dan faktor usia semakin

mengarahkan kita ke diagnosis ablasio retina.

Penanganan yang dilakukan pada pasien ini yakni operasi vitrektomi

pada mata kanan, yakni operasi untuk melakukan retach pada retina sehingga

retina yang tadinya terlepas dapat kembali menempel yang pada akhirnya akan

memperbaiki daya penglihatan pasien. Pada pasien ini dilakukan operasi

vitrektomi hanya pada mata kanan. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan

biaya yang cukup besar dalam melakukan operasi tersebut sehingga lebih

diutamakan untuk menyelamatkan bagian mata yang memiliki kemungkinan

sembuh lebih besar yakni mata kanan pasien.

6

Page 7: Mata - Case Ablasio Retina

ABLASIO RETINA

Pendahuluan

Ablasio retina merupakan suatu keadaan dimana terpisahnya sel kerucut dan

sel batang retina dari sel epitel pigmen retina. Pada keadaan ini sel epitel pigmen

masih melekat erat dengan membrana Bruch. Sesungguhnya antara sel kerucut dan

sel batang retina tidak terdapat suatu perlekatan structural dengan koroid atau pigmen

epitel, sehingga merupakan titik lemah yang potensial untuk lepas secara

embriologis.

Lepasnya retina atau sel kerucut dan batang dari koroid atau sel pigmen epitel

akan mengakibatkan gangguan nutrisi retina dari pembuluh darah koroid yang bila

berlangsung lama akan mengakibatkan gangguan fungsi yang menetap.

Ablasio retina terbagi menjadi dua tipe yaitu tipe regmatogenosa dan tipe non

regmatogenosa, dimana tipe non regmatogenosa ini terbagi lagi menjadi tipe traksi

dan tipe eksudatif.1,5,9,11,12

Epidemiologi

Pada beberapa negara di dunia, jumlah kasus ablasio retina regmatogenosa ini

per 100.000 penduduknya antara lain di Amerika Serikat sekitar 12 kasus, di

Skandinavia sekitar 7-10 kasus, di jepang sekitar 10 kasus, di china sekitar 10 kasus,

di Malaysia sekitar 7 kasus, di India sekitar 4 kasus. Di Indonesia sendiri sekitar 1

dari 10.000 populasi normal akan mengalami ablasio retina regmatogenosa.

Kemungkinan ini akan meningkat pada pasien yang memiliki myopia tinggi atau

telah menjalani operasi katarak, terutama jika operasi katarak ini mengalami

komplikasi kehilangan vitreous.2,12

Pada ablasio retina tipe traksi, di Amerika serikat terdapat sekitar 1600 kasus

tiap tahunnya. Dan 500 kasus diantaranya telah mengalami kebutaan.3

Pada ablasio retina eksudatif tidak didapatkan laporan tentang banyaknya

penderita yang mengalaminya, tetapi diperkirakan bahwa ablasio retina tipe ini lebih

banyak disebabkan oleh karena efek dari beberapa penyakit sistemik yang tersering

yaitu rheumatoid arthritis dan skleritis sekunder.4

7

Page 8: Mata - Case Ablasio Retina

Embriologi

Mata berkembang dari 3 lapis embrional primitif yaitu ektoderm permukaan,

ektoderm neural dan mesoderm. Ektoderm permukaan membentuk lensa, glandula

lakrimalis, epitel kornea, konjungtiva dan glandula adneksa serta epidermis palpebra.

Ektoderm neural menghasilkan vesikel optik dan mangkuk optik dan karenanya

berfungsi untuk pembentukan retina dan epitel pigmen retina, lapis-lapis berpigmen

dan tidak berpigmen dari epitel siliaris, epitel posterior, muskulus dilatator dan

sfingter pupil pada iris, dan serat-serat nervus optikus dan glia. Mesoderm kini

diduga hanya terlibat pada pembentukan muskulus ekstraokular dan endotel vaskuler

orbita dan okular.5

Tahap-tahap vesikula optikum

Diskus embrional adalah tahap paling awal dalam perkembangan fetal saat

struktur-struktur mata dapat dikenali. Pada tahap kurang lebih dua minggu, tepian

sulkus neuralis menebal membentuk plika neuralis. Lipatan ini kemudian menyatu

membentuk tuba neuralis, yang tenggelam ke dalam mesoderm di bawahnya dan

melepaskan diri dari epitel permukaan. Tempat sulkus optikus adalah di dalam plika

neuralis sefalika pada kedua sisi dan parallel terhadap sulkus neuralis. Hal ini terjadi

saat plika neuralis mulai menutup pada minggu ketiga.5

Pada minggu keempat sesaat sebelum bagian anterior tuba neuralis menutup

seluruhnya, ektoderm neural bertumbuh keluar dan kearah permukaan ektoderm pada

kedua sisi untuk membentuk vesikel optik bulat. Vesikel optik berhubungan dengan

otak depan melalui tangkai optik. Pada tahap ini pun terjadi penebalan ektoderm

permukaan (lempeng lensa) berhadapan ujung-ujung vesikel optik.5

Tahap mangkuk optik

Saat vesikel berinvaginasi membentuk mangkuk optik dinding luar vesikel

mendekati dinding dalamnya. Invaginasi permukaan sentral dari tangkai optik dan

dari vesikel optik terjadi bersamaan dan menghasilkan alur yaitu fisura optikum

(embrional). Tepian mangkuk optik kemudian tumbuh mengitari fisura optik.

Bersamaan dengan itu, lempeng lensa berinvaginasi pertama-tama membentuk

mangkuk, kemudian membentuk bola berongga yang dikenal sebagai vesikel lensa.

Pada tahap 4 minggu, vesikel lensa melepaskan diri dari ektoderm permukaan dan

terdapat bebas dekat tepian mangkuk optik.5

8

Page 9: Mata - Case Ablasio Retina

Fisura optikum memungkinkan ektoderm vaskular memasuki tangkai optik

dan akhirnya membentuk sistem hyaloid dari rongga vitreus. Setelah invaginasi

selesai, fisura optikum menyempit dan menutup pada umur kurang lebih 6 minggu,

menyisakan lubang permanen yang kecil di ujung anterior dari tangkai optik, yang

dilalui arteria hyaloidea. Pada tahap 4 bulan arteri dan vena retina melalui lubang ini.

Pada tahap ini pula bentuk umum air mata telah ditetapkan.5

Perkembangan mata selanjutnya berupa perkembangan struktur optik masing-

masing. Pada umumnya, perkembangan struktur optik lebih cepat di segmen

posterior dari pada di segmen anterior mata selama tahap-tahap awal dan lebih cepat

di segmen anterior pada tahap akhir kehamilan.5

Gambar 1. Embriologi mata

Dikutip dari kepustakaan 6

9

Page 10: Mata - Case Ablasio Retina

Embriologi struktur spesifik retina

Lapis luar mangkuk optik menetap sebagai lapis tunggal dan menjadi epitel

pigmen dari retina. Pigmen mulai ada pada umur 5 minggu. Sekresi lapis dalam dari

membran Brunch terjadi pada usia 6 minggu. Lapis dalam mangkuk optic mengalami

perkembangan rumit membentuk kesembilan lapis lain dari retina. Hal ini

berlangsung perlahan selama kehamilan. Menjelang bulan ke tujuh lapis sel paling

luar (terdiri atas intikoni dan basili) sudah ada, selain sel-sel bipolar, amakrin, dan sel

ganglion dan serat-serat saraf. Daerah macula lebih tebal dari bagian lain retina

sampai bulan ke delapan, saat depresi macula mulai terjadi. Perkembangan macula

belumlah rampung secara anatomi sampai bulan keenam sesudah lahir.5

Anatomi dan Fisiologi

Bola mata terdiri atas 3 lapisan. Lapisan terluar adalah lapisan fibrosa kuat

berupa sclera. Di dalamnya terdapat koroid yang kaya akan vaskularisasi dan lapisan

dalamnya lagi terdapat bagian sensoris mata yakni retina. Di sebelah anterior, sclera

digantikan oleh kornea yang transparan, yang tidak mengandung pembuluh darah

atau limfatik sehingga bisa ditransplantasikan. Pada limbus kornea terdapat struktur

vena penting, sinus venosus sklerae (canalis Schlemm). Di belakang kornea, koroid

digantikan oleh korpus siliaris dan iris. Korpus siliaris terdiri atas otot polos sirkular

dan radial dari m.siliaris, yang dipersarafi oleh serabutParasimpatis dari ganglion

siliaris melalui n. okulomotorius. Otot ini bila berkontraksi, merelaksasikan kapsula

lensa dan memungkinkan lensa mata mengembang sehingga berfngsi saat melihat

dekat. Iris mengandung serabut otot polos dari m. dilator pupilae dan sfingter

pupilae, yang masing-masing dipersarafi oleh system simpatis (dari ganglion

servikalis superior) dan system para simpatis (dari n. okulomotorius melalui ganglion

siliaris). Lensa terletak di belakang pupil dan terlapisi dalam kapsula yang rapuh

menggantung dari prosessus siliaris melalui zonula zinnii.7,12

Korpus siliaris mensekresi humor aqueus ke kamera okuli posterior mata (di

belakang pupil). Aqueus kemudian berjalan melalui pupil ke kamera okuli anterior

dan direabsorpsi ke sinus venosus sklerae. Di belakang lensa mata bola mata

mengandung hmor vitreus yang kental.7

10

Page 11: Mata - Case Ablasio Retina

Retina terdiri atas lapisan saraf dalam dan lapisan berpigmen di atasnya.

Lapisan saraf memiliki lapisan sel ganglion terdalam yang aksonnya berjalan ke

belakang membentuk n. optikus. Di luarnya terdapat lapisan neuron bipolar dan

kemudian lapisan reseptor batang dan kerucut. Dekat kutub posterior mata terdapat

macula lutea yang berwarna kekuningan yang berfungsi sebagai daerah reseptor

untuk penglihatan sentral. Diskus optikus adalah daerah sirkular berwarna pucat pada

ujung n. optikus dan merupakan tempat masuknya a. sentralis retina. Arteri ini

terbagi menjadi cabang atas dan bawah, masing-maisng memiliki cabang temporalis

dan nasalis.8

Gambar 2. Bagian-bagian retina

Dikutip dari kepustakaan 9

Fungsi utama mata adalah untuk memfokuskan berkas cahaya dari

lingkungan ke sel-sel batang dan kerucut (sel fotoreseptor retina). Fotoreseptor

kemudian mengubah energy cahaya menjadi sinyal listrik untuk disalurkan ke SSP.

Bagian retina yang mengandung fotoreseptor sebenarnya adalah perluasan dari SSP

dan bukan merupakan organ yang terpisah. Cahaya harus melewati lapisan ganglion

dan bipolar sebelum mencapai daerah fotoreseptor di semua daerah retina kecuali

fovea. Di fovea, yaitu cekungan sebesar pangkal jarum pentul dan terletak tepat di

tengah retina, lapisan bipolar dan ganglion tertarik ke samping sehingga cahaya

secara langsung mengenai fotoreseptor. Sifat ini, ditambah dengan kenyataan bahwa

hanya sel kerucut (yang memiliki ketajaman atau kemampuan deskriminatif lebih

besar daripada sel batang) yang dijumpai di tempat ini, menyebabkan fovea menjadi

titik untuk penglihatan tajam. Sehingga kita harus memutar mata kita sehingga

bayangan benda yang kita lihat jatuh tepat di fovea. Daerah tepat di sekitar fovea

yaitu macula lutea juga memiliki konsentrasi sel kerucut yang tinggi dan memiliki

11

Page 12: Mata - Case Ablasio Retina

ketajaman yang cukup besar. Namun, ketajaman macula lutea lebih rendah daripada

ketajaman fovea karena adanya sel-sel ganglion dan bipolar di atas macula.8

Gambar 3. Tampakan retina normal pada pemeriksaan funduskopi

Dikutp dari kepustakaan 9

Struktur mikroskopik retina terdiri dari 3 jenis sel dan sinapsis mereka diatur

(dari luar ke dalam) dalam sepuluh lapisan berikut:1,9

1. Epitel pigmen, merupakan lapisan terluar retina yang terdiri dari satu lapisan sel

yang mengandung pigmen. Lapisan ini melekat ke lamina basal (Bruch's

membran) dari koroid.

2. Lapisan batang dan kerucut, lapisan batang dan kerucut ini adalah organ akhir

visi dan juga dikenal sebagai fotoreseptor. Lapisan batang dan kerucut hanya

berisi segmen luar sel fotoreseptor yang disusun seperti pagar kayu runcing. Ada

sekitar 120 juta sel batang dan 6,5 juta sel kerucut. Sel batang mengandung zat

fotosensitif visual ungu (rhodopsin) dan berperan pada penglihatan perifer dan

pencahayaan rendah (scotopic visi). Sedangkan sel kerucut juga mengandung zat

fotosensitif dan terutama bertanggung jawab untuk penglihatan sentral yang

sangat diskriminatif (photopic visi) dan penglihatan warna.

3. Membran limitan eksterna, merupakan membrane ilusi yang terletak di bawah

sel-sel batang dan kerucut.

4. Lapisan nucleus luar, terdiri dari inti dari sel batang dan sel kerucut.

5. Lapisan pleksiform luar, terdiri dari penghubung dari sel batang dan sel kerucut

spherules pedikel dengan dendrit sel bipolar dan sel horizontal.

12

Page 13: Mata - Case Ablasio Retina

Gambar 4. Lapisan-lapisan retina

Dikutip dari kepustakaan 9

6. Lapisan nucleus dalam, terutama terdiri dari tubuh sel bipolar. Juga mengandung

tubuh sel horizontal dan sel Muller dan kapiler dari arteri retina sentral. Sel

bipolar merupakan urutan pertama neuron.

7. Lapisan pleksiform dalam. Lapisan ini pada dasarnya terdiri dari hubungan

antara akson sel-sel bipolar dendrit dari sel-sel ganglion. Lapisan ini merupakan

lapisan aselular.

8. Lapisan sel ganglion. Lapisan ini terutama berisi badan sel ganglion (neuron

urutan kedua). Ada dua jenis sel ganglion. Midget ganglion cells yang terdapat

pada daerah makula dan dendrit dari masing-masing sel sinaps tersebut

berhubungan dengan akson sel bipolar tunggal. Polysynaptic ganglion cells

terutama di perifer retina dan masing-masing sel sinaps tersebut dapat

berhubungan dengan sel bipolar sampai seratus sel.

9. Lapisan serabut saraf (strata opticum) terdiri dari akson dari sel-sel ganglion,

yang melewati lamina cribrosa untuk membentuk saraf optik.

10. Membran limitan interna. Ini adalah lapisan terdalam dan memisahkan retina

dari korpus vitreus. Membran ini dibentuk oleh penyatuan terminal ekspansi dari

serat Muller, dan pada dasarnya adalah membran hialin.

13

Page 14: Mata - Case Ablasio Retina

Suplai darah retina

Empat lapisan retina mendapatkan nutrisi dari pembuluh koroidal sedangkan

enam enam lapisan lainnya mendapatkan pasokan dari arteri retina sentralis, yang

merupakan cabang dari arteri oftalmikus. Arteri retina sentralis muncul dari pusat

cakram optik dan terbagi menjadi empat cabang, yaitu nasal superior, temporal

superior, nasal inferior dan temporal inferior. Arteri yang terakhir ini tidak

beranastomosis dengan satu sama lain. Vena retinal mengikuti pola arteri retina.

Vena retina sentral mengalir ke sinus kavernosus secara langsung atau melalui vena

oftalmikus superior. Satu-satunya tempat di mana sistem retina anastomosis dengan

sistem siliar adalah di wilayah lamina kribrosa.9

Etiologi dan Patogenesis

Sebagian besar ablasio retina terjadi akibat adanya satu atau lebih robekan-

robekan atau lubang-lubang di retina, dikenal sebagai ablasio retina regmatogenosa

(Rhegmatogenous Retinal Detachment). Kadang-kadang proses penuaan yang

normal pun dapat menyebabkan retina menjadi tipis dan kurang sehat, tetapi yang

lebih sering mengakibatkan kerusakan dan robekan pada retina adalah menyusutnya

korpus vitreum, bahan jernih seperti agar-agar yang mengisi bagian tengah bola

mata. Korpus vitreum melekat erat pada beberapa lokasi. Bila korpus vitreum

menyusut, maka dapat menarik sebagian retina ditempatnya melekat, sehingga

menimbulkan robekan atau lubang pada retina. Beberapa jenis penyusutan korpus

vitreum merupakan hal yang normal terjadi pada lanjut usia dan biasanya tidak

menimbulkan kerusakan pada retina. Korpus vitreum dapat pula menyusut pada bola

mata yang tumbuh menjadi besar sekali (kadang-kadang ini merupakan akibat dari

rabun jauh), oleh peradangan, atau karena trauma. Pada sebagian besar kasus retina

baru lepas setelah terjadi perubahan besar struktur korpus vitreum. Bila sudah ada

robekan-robekan retina, cairan dari korpus vitreum dapat masuk ke lubang di retina

dan dapat mengalir di antara lapisan sensoris retina dan epitel pigmen retina. Cairan

ini akan mengisi celah potensial antara dua lapisan tersebut di atas sehingga

mengakibatkan retina lepas. Bagian retina yang terlepas tidak akan berfungsi dengan

baik dan di daerah itu timbul penglihatan kabur atau daerah buta. Bentuk ablasio

retina yang lain yaitu ablasio retina traksi (Traction Retinal Detachment) dan ablasio

14

Page 15: Mata - Case Ablasio Retina

retina eksudatif (Exudative Retinal Detachment) umumnya terjadi sekunder dari

penyakit lain. Ablasio retina traksi disebabkan adanya jaringan parut (fibrosis) yang

melekat pada retina. Kontraksi jaringan parut tersebut dapat menarik retina sehingga

terjadi ablasio retina. Ablasio retina eksudatif dapat terjadi karena adanya kerusakan

epitel pigmen retina (pada keadaan normal berfungsi sebagai outer barrier), karena

peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah oleh berbagai sebab atau

penimbunan cairan yang terjadi pada proses peradangan.10,11,12

Adapun faktor-faktor predisposisi pada ablasio retina regmatogenosa antara

lain.9

a. Usia. Kondisi ini paling sering terjadi pada 40-60 tahun. Namun, usia tidak

menjamin secara pasti karena masih banyak factor-faktor lain yang

mempengaruhi

b. Jenis kelamin. Keadaan ini lebih sering terjadi pada laki-laki dengan

perbandingan laki-laki : perempuan adalah 3 : 2

c. Miopia. Sekitar 40 persen kasus ablasio retinam regmatogenosaadalah seseorang

yang menderita rabun jauh

d. Afakia. Keadaan ini lebih sering terjadi pada orang yang afakia dari pada

seseorang yang fakia

e. Trauma. Mungkin juga bertindak sebagai faktor predisposisi.

f. Senile posterior vitreous detachment (PVD). Hal ini terkait dengan ablasio retina

dalam banyak kasus.

15

Page 16: Mata - Case Ablasio Retina

Pada ablasio retina traksi, dapat diakibatkan oleh beberapa kondisi berikut,

antara lain :

Post-trauma yang meninggalkan jaringan parut

Retinopati diabetik proliferasi.

Post-hemoragik retinitis proliferans.

Retinopati sel sabit

Proliferatif retinopati pada penyakit Eales

Pada ablasio retina eksudatif dapat disebabkan oleh penyakit sistemik maupun

penyakit pada mata itu sendiri. Penyakit sistemik yang dapat menyebabkan ablasio

retina eksudatif antara lain hipertensi renalis dan poliarteritis nodosa. Penyakit mata

yang dapat menjadi penyebab antara lain inflamasi (skleritis posterior, selulitis

orbita), penyakit vascular (central serous retinopathy), neoplasma (retinoblastoma,

melanoma malignan pada koroid), perforasi bola mata pada operasi intraokuler.3,9

Klasifikasi

Berdasarkan etiologinya, ablasio retina dapat dibedakan menjadi 2 tipe, yaitu

tipe regmatogenosa dan non regmatogenosa:1,9,11,12

Ablasio retina regmatogenosa, yang merupakan ablasio retina primer. Tipe ini

adalah tipe yang paling umum terjadi. Pada ablasio retina regmatogenosa ini

terjadi akibat adanya robekan pada retina sehingga cairan vitreus masuk ke

belakang antara sel pigmen epitel dengan lapisan sensoris retina. Sehingga

terjadi pendorongan retina oleh badan kaca cair (fluid vitreous) yang masuk

melalui robekan atau lubang pada retina ke rongga subretina yang

mengakibatkan terlepasnya lapisan dari lapis epitel pigmen koroid.

Ablasio retina non regmatogenosa merupakan ablasio retina yang terjadi akibat

dari penyakit lain. Ablasio tipe ini terbagi menjadi dua yaitu ablasio retina traksi

dan eksudatif.

Ablasio retina traksi, pada ablasio ini lepasnya jaringan retina terjadi akibat

tarikan jaringan parut pada badan kaca. Pada badan kaca terdapat jaringan

fibrosis yang dapat disebabkan diabetes mellitus proliferative, trauma, dan

perdarahan badan kaca akibat bedah atau infeksi. Tipe ini juga dapat terjadi

sebagai komplikasi dari ablasio retina regmatogenosa. Ablasio retina tipe

regmatogenosa yang berlangsung lama akan membuat retina menjadi

16

Page 17: Mata - Case Ablasio Retina

semakin halus dan tipis, sehingga dapat menyebabkan terbentuknya

proliferative vitreoretinophaty (PVR) yang sering ditemukan pada tipe

regmatogenosa yang lama. PVR juga dapat terjadi akibat kegagalan dalam

penatalaksanaan ablasio retina regmatogenosa. Pada PVR, epitel pigmen

retina, sel glia, dan sel lainnya yang berada di dalam maupun di luar retina

serta pada badan vitreus akan membentuk membrane. Kontraksi dari

membrane tersebut akan menyebabkan retina tertarik ataupun menyusut,

sehingga dapat mengakibatkan terdapatnya robekan baru atau berkembang

menjadi ablasio retina traksi.

Ablasio retina eksudatif, terjadi akibat tertimbunnya eksudat di bawah retina

dan mengangkat retina. Penimbunan cairan subretina sebagai akibat

keluarnya cairan dari pembuluh darah retina dan koroid. Hal ini disebabkan

penyakit koroid atau retina. Tetapi, walaupun letaknya yang penuh dengan

vaskularisasi, tipe ini jarang meluas, tidak seperti tipe regmatogenosa atau

tipe traksi. Kelainan ini dapat terjadi pada skleritis, koroiditis, tumor

retrobulbar, radang uvea, idiopati dan toksemia gravidarum.

Tabel 1. klasifikasi ablasio retina

Dikutip dari kepustakaan 11

17

Page 18: Mata - Case Ablasio Retina

Diagnosis

Diagnosis ablasio retina ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan

oftalmologi dan pemeriksaan penunjang.12

Anamnesis

Gejala umum pada ablasio retina yang sering dikeluhkan penderita adalah :

Floaters (terlihatnya benda melayang-layang) yang terjadi karena adanya

kekeruhan di vitreus oleh adanya darah, pigmen retina yang lepas atau

degenerasi vitreus itu sendiri.

Photopsia/Light flashes (kilatan cahaya), tanpa adanya sumber cahaya di

sekitarnya, yang umumnya terjadi sewaktu mata digerakkan dalam keremangan

cahaya atau dalam keadaan gelap.

Penurunan tajam penglihatan, penderita mengeluh penglihatannya sebagian

seperti tertutup tirai yang semakin lama semakin luas. Pada keadaan yang telah

lanjut, dapat terjadi penurunan tajam penglihatan yang berat.

Pada ablasio retina regmatogenosa, pada tahap awal masih relative

terlokalisir, tetapi jika hal tersebut tidak di perhatikan oleh penderita maka akan

berkembang menjadi yang lebih berat jika berlangsung sedikit demi sedikit

menuju kearah makula. Keadaan ini juga tidak menimbulkan rasa sakit tiba-tiba

kehilangan penglihatan terjadi ketika kerusakannya sudah parah. Pasien seperti

biasanya mengeluhkan kemunculan tiba-tiba awan gelap atau kerudung di depan

mata.12

Selain itu, dari anamnesis perlu ditanyakan adanya riwayat trauma, riwayat

pembedahan sebelumnya (seperti ekstraksi katarak, pengangkatan corpus alienum

intraokuler), riwayat penyakit mata sebelumnya (uveitis, perdarahan vitreus,

ambliopa, glaucoma dan retinopati diabetic), riwayat keluarga dengan penyakit mata

serta penyakit sistemik yang berhubungan dengan ablasio retina (diabetes, tumor,

sikle cell disease, leukemia, eklamsia dan prematuritas).11,12

Pemeriksaan oftalmologi

Adapun tanda-tanda yang dapat ditemukan pada keadaan seperti ini antara

lain

Pemeriksaan visus. Dapat terjadi penurunan tajam penglihatan akibat terlibatnya

macula lutea atau kekeruhan media refrakta atau badan kaca yang menghambat

18

Page 19: Mata - Case Ablasio Retina

sinar masuk. Tajam penglihatan akan sangat terganggu bila macula lutea ikut

terangkat.

Tekanan intraokular biasanya sedikit lebih rendah atau mungkin normal.

Pemeriksaan funduskopi. Merupakan salah satu cara terbaik untuk mendiagnosis

ablasio retina dengan menggunakan oftalmoskopi indirek binokuler. Pada

pemeriksaan ini retina yang mengalami ablasio tampak sebagai membran abu-

abu merah muda yang menutupi gambaran vaskuler koroid. Jika terdapat

akumulasi cairan bermakna pada ruang dubretina, didapatkan pergerakan

undulasi retina ketika mata bergerak. Pembuluh darah retina yang terlepas dari

dasarnya berwarna gelap, berkelok-kelok dan membengkok di tepi ablasio. Pada

retina yang terjadi ablasio terlihat lipatan-lipatan halus. Satu robekan pada retina

terlihat agak merah muda karena terdapat pembuluh koroid di bawahnya.13

Gambar 5. Gambaran fundoskopi ablasio retina regmatogenosa

Dikutip dari kepustakaan 9

Gambar 6. Gambaran funduskopi ablasio retina traksi

Dikutip dari kepustakaan 11

19

Page 20: Mata - Case Ablasio Retina

Gambar 7. Gambaran fundoskopi ablasio retina eksudatif

Dikutip dari kepustakaan 9

Electroretinography (ERG) adalah di bawah normal atau tidak ada.

Ultrasonography mengkonfirmasikan diagnosis. Ini adalah nilai khusus pada

pasien dengan media berkabut terutama di hadapan padat katarak.9,11,12

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada ablasio retina adalah pembedahan Pada pembedahan

ablasio retina dapat dilakukan dengan cara:11,12,13

Scleral buckle

Metode ini paling banyak digunakan pada ablasio retina regmatogenosa

terutama tanpa disertai komplikasi lainnya. Prosedur meliputi lokalisasi posisi

robekan retina, menangani robekan dengan cryoprobe, dan selanjutnya dengan

scleral buckle (sabuk). Sabuk ini biasanya terbuat dari spons silikon atau silikon

padat. Ukuran dan bentuk sabuk yang digunakan tergantung lokasi dan jumlah

robekan retina. Pertama-tama dilakukan cryoprobe atau laser untuk memperkuat

perlengketan antara retina sekitar dan epitel pigmen retina. Sabuk dijahit

mengelilingi sklera sehingga terjadi tekanan pada robekan retina sehingga terjadi

penutupan pada robekan tersebut. Penutupan retina ini akan menyebabkan cairan

subretinal menghilang secara spontan dalam waktu 1-2 hari.

20

Page 21: Mata - Case Ablasio Retina

Gambar 8. Scleral Buckle

Dikutip dari kepustakaan 12

Retinopeksi pneumatik

Retinopati pneumatik merupakan metode yang juga sering digunakan

pada ablasio retina regmatogenosa terutama jika terdapat robekan tunggal pada

bagian superior retina. Teknik pelaksanaan prosedur ini adalah dengan

menyuntikkan gelembung gas ke dalam rongga vitreus. Gelembung gas ini akan

menutupi robekan retina dan mencegah pasase cairan lebih lanjut melalui

robekan. Jika robekan dapat ditutupi oleh gelembung gas, cairan subretinal

biasanya akan hilang dalam 1-2 hari. Robekan retina dapat juga dilekatkan

dengan kriopeksi atau laser sebelum gelembung disuntikkan. Pasien harus

mempertahankan posisi kepala tertentu selama beberapa hari untuk meyakinkan

gelembung terus menutupi robekan retina.

Gambar 9. Retinopeksi pneumatic

Dikutip dari kepustakaan 12

Vitrektomi

21

Page 22: Mata - Case Ablasio Retina

Vitrektomi merupakan cara yang paling banyak digunakan pada ablasio

akibat diabetes, dan juga digunakan pada ablasio regmatogenosa yang disertai

traksi vitreus atau perdarahan vitreus. Cara pelaksanaannya yaitu dengan

membuat insisi kecil pada dinding bola mata kemudian memasukkan

instrumen hingga ke cavum vitreous melalui pars plana. Setelah itu dilakukan

vitrektomi dengan vitreus cutter untuk menghilangkan berkas badan kaca

(vitreous strands), membran, dan perlekatan-perlekatan. Teknik dan

instrumen yang digunakan tergantung tipe dan penyebab ablasio.

.

Gambar 10. Vitrektomi

Dikutip dari kepustakaan 12

Lebih dari 90% lepasnya retina dapat direkatkan kembali dengan teknik-

teknik bedah mata modern, meskipun kadang-kadang diperlukan lebih dan satu

kali operasi. 12

Diagnosis banding

Retinoschisis degeneratif

Retinoschisis degenerative yaitu degenerasi peripheral tipikal sering ditemukan

pada orang dewasa, berlanjut dan meninggi 2-3 mm posterior ke ora serrata. Daerah

yang degenerasi tampak adanya gelembung dan paling mudah diamati adanya

depresi skleral. Kavitas kistoid pada lapisan pleksiform luar mengandung

hyalorinidase-mukopolisakarida sensitif. Komplikasi yang diketahui dari degenerasi

kistoid yang tipikal adalah koalesensi dan ekstensi kavitas dan peningkatan kearah

retinoskisis degenerasi tipikal. Gejala fotopsia dan floaters tidak ada karena tidak ada

traksi vitreoretinal. Defek lapangan pandang jarang. 11

22

Page 23: Mata - Case Ablasio Retina

Gambar 10. Gambaran funduskopi retinoschisis

Dikutip dari kepustakaan 11

Tabel 2. Perbedaan retinal detachment dan retinoschisis

Dikutip dari kepustakaan 11

Prognosis

Prognosis dari penyakit ini berdasarkan pada keadaan macula sebelum dan

sesudah operasi serta ketajaman visualnya. Jika keadaannya sudah melibatkan

macula maka akan sulit untuk menghasilkan hasil operasi yang baik, tetapi dari data

yang ada sekitar 87% dari operasi yang melibatkan macula dapat mengembalikan

fungsi visual sekitar 20/50 lebih kasus dimana macula yang terlibat hanya sepertiga

atau setengah dari macula tersebut.

Pasien dengan ablasio retina yang melibatkan macula dan perlangsungannya

kurang dari 1 minggu, memiliki kemungkinan sembuh post oprasi sekitar 75%

sedangkan yang perlangsungannya 1-8 minggu memiliki kemungkinan 50%.

Dalam 10%-15% kasus yang dilakukan pembedahan dengan ablasio retina

yang melibatkan macula, kemampuan visualnya tidak akan kembali sampai level

sebelum dilakukannya operasi. Hal ini disebabkan adanya beberapa factor seperti

irregular astigmat akibat pergeseran pada saat operasi, katarak progressif, dan edema

23

Page 24: Mata - Case Ablasio Retina

macula. Komplikasi dari pembedahan misalnya adanya perdarahan dapat

menyebabkan kemampuan visual lebih menurun.11

DAFTAR PUSTAKA

24

Page 25: Mata - Case Ablasio Retina

1. Ilyas S. Ilmu penyakit mata Edisi 3. Fakultas kedokteran universitas indonesia.

Jakarta. 2004. Hal.183-185.

2. Theodoro, Evan, MD. Retinal Detachment, Rhegmatogenous. [online] 2007

August, 02. [cited] 2009 Nov 24. Available from http://www.emedicine.com

3. Wu, Lihteh, MD. Retinal Detachment, Tractional. [online] 2007 August, 02.

[cited] 2009 Nov 24. Available from http://www.emedicine.com

4. Wu, Lihteh, MD. Retinal Detachment, exudative. [online] 2007 August, 02.

[cited] 2009 Nov 24. Available from http://www.emedicine.com

5. Sanitato JJ. 2000. oftalmology umum Edisi 14. Jakarta : Penerbit widya medika.

6. O’connor Patrick Ph.D. 2008. Embryology of the Eye and Visual Pathways,

Anatomy and General Organization. Ohio : University collage of Osteophatic

medicine.

7. Faiz Omar, Moffat David. 2004. Anantomi at a Glance. Jakarta : Erlangga. Hal.

151.

8. Sherwood Lauralee, 2001. Fisiologi Manusia dari sel ke system Edisi 2. Jakarta :

Penerbit Buku Kedokteran ECG. Hal. 165-169

9. Khurana A K. 2007. Comprehensive Ophthalmology Fourth Edition. New Delhi:

New age international (p) Limidted, publisher. Page. 249-252, 275-279.

10. Anonim. Ablasio. [online] 2009 Oktober, 07. [cited] 2009 November, 26.

Available from http://www.wikipedia.org

11. Regiello C, Chang TS. Johnson MW. Retinal Detachment. In : Retinal and

Vitreus. Chapter 11 Section 12. American Academy of Opthalmology 2008-

2009. Singapore. P.292-302.

12. Fathulrahman. Ablasio Retina. [online] 2009 Oktober, 06. [cited] 2009

November, 26. Available from http://ayhks/2009/ablasio-retina.html

13. Larkin GL. Retinal Detachment. [online]. 2009 November 23 [cited] 2009

November 26. Available from: http//www.emedecine.com/Retinal_ detachment

25