Referat Ablasio Retina

32
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Retina merupakan lapisan membran neurosensoris dan merupakan lapisan ketiga bola mata setelah sklera yang merupakan jaringan ikat dan jaringan uvea yang merupakan jaringan vaskuler yang terdiri dari iris, badan siliar, dan koroid. Retina berbatas dengan koroid dengan sel pigmen epitel retina. Antara retina dan koroid terdapat rongga yang potensial yang bisa mengakibatkan retina terlepas dari koroid. Hal ini yang disebut sebagai ablasio retina. Retina manusia merupakan suatu struktur yang sangat terorganisir, yang terdiri dari lapisan-lapisan badan sel dan prosesus sinaptik. Walaupun ukurannya kompak dan tampak sederhana apabila dibandingkan dengan struktur saraf misalnya korteks serebrum, retina memiliki daya pengolahan yang sangat canggih. Pengolahan visual retina diuraikan oleh otak, dan persepsi warna, kontras, kedalaman, dan bentuk berlangsung di korteks. Pengolahan informasi di retina berlangsung dari lapisan fotoreseptor melalui akson sel ganglion menuju ke saraf optikus dan otak. Istilah “ablasio retina” (retinal detachment) menandakan pemisahan retina yaitu fotoreseptor dan lapisan bagian dalam, dari epitel pigmen retina dibawahnya. Terdapat tiga jenis 0

description

ablasio retina

Transcript of Referat Ablasio Retina

Page 1: Referat Ablasio Retina

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Retina merupakan lapisan membran neurosensoris dan merupakan lapisan ketiga bola

mata setelah sklera yang merupakan jaringan ikat dan jaringan uvea yang merupakan

jaringan vaskuler yang terdiri dari iris, badan siliar, dan koroid. Retina berbatas dengan

koroid dengan sel pigmen epitel retina. Antara retina dan koroid terdapat rongga yang

potensial yang bisa mengakibatkan retina terlepas dari koroid. Hal ini yang disebut sebagai

ablasio retina.

Retina manusia merupakan suatu struktur yang sangat terorganisir, yang terdiri dari

lapisan-lapisan badan sel dan prosesus sinaptik. Walaupun ukurannya kompak dan tampak

sederhana apabila dibandingkan dengan struktur saraf misalnya korteks serebrum, retina

memiliki daya pengolahan yang sangat canggih. Pengolahan visual retina diuraikan oleh

otak, dan persepsi warna, kontras, kedalaman, dan bentuk berlangsung di korteks.

Pengolahan informasi di retina berlangsung dari lapisan fotoreseptor melalui akson sel

ganglion menuju ke saraf optikus dan otak.

Istilah “ablasio retina” (retinal detachment) menandakan pemisahan retina yaitu

fotoreseptor dan lapisan bagian dalam, dari epitel pigmen retina dibawahnya. Terdapat tiga jenis

utama : ablasio regmatogenosa, ablasio traksi dan ablasio serosa atau hemoragik.1

Bentuk tersering dari ketiga jenis ablasio retina adalah ablasio retina regmatogenosa.

Menurut penelitian, di Amerika Serikat insiden ablasio retina 1 dalam 15.000 populasi dengan

prevalensi 0,3%. Sedangkan insiden per tahun kira-kira 1 diantara 10.000 orang dan lebih sering

terjadi pada usia lanjut kira-kira umur 40-70 tahun. Pasien dengan miopia yang tinggi (>6D)

memiliki 5% kemungkinan resiko terjadinya ablasio retina, afakia sekitar 2%, komplikasi

ekstraksi katarak dengan hilangnya vitreus dapat meningkatkan angka kejadian ablasio hingga

10%.3

0

Page 2: Referat Ablasio Retina

1.2. Batasan masalah

Pembahasan referat ini dibatasi pada anatomi retina, fisiologi retina, klasifikasi ablasio

retina, diagnosis, penatalaksanaan dan prognosis ablasio retina.

1.3. Tujuan penulisan

Referat ini bertujuan untuk menambah pengetahuan dan memahami tentang ablasio

retina.

1.4 Metode penulisan

Referat ini merupakan tinjauan kepustakaan yang merujuk kepada berbagai literatur.

1

Page 3: Referat Ablasio Retina

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi Retina

Retina merupakan selembar tipis jaringan saraf yang semitransparan dan terdiri atas

beberapa lapis yang melapisi bagian dalam dua pertiga belakang bola mata. Retina membentang

ke depan hampir sama jauhnya dengan korpus siliare, dan berakhir di tepi ora serrata.1

Gambar 1. Anatomi retina

Lapisan-lapisan retina mulai dari sisi luar ke dalam adalah sebagai berikut:

1. Epitelium pigmen retina

Merupakan lapisan terluar dari retina. Epitel pigmen retina terdiri dari satu lapisan

sel mengandung pigmen dan terdiri atas sel-sel silindris dengan inti di basal. Daerah

basal sel melekat erat membran Bruch dari koroid. Fotoreseptor dipelihara oleh epitel

pigmen retina, yang berperan pada proses penglihatan. Epitel pigmen ini bertanggung

jawab untuk fagositosis segmen luar fotoreseptor, transportasi vitamin, mengurangi

hamburan sinar, serta membentuk sawar selektif antara koroid dan retina.3, 4, 5

2

Page 4: Referat Ablasio Retina

2. Lapisan fotoreseptor segmen dalam dan luar batang dan kerucut.

Sel-sel batang dan kerucut di laisan fotoreseptor mengubah rangsangan cahaya

menjadi suatu impuls saraf yang dihantarkan oleh jaras-jaras penglihatan ke korteks

penglihatan ocipital. Fotoreseptor tersusun sehingga kerapatan sel-sel kerucut

meningkat di di pusat makula (fovea), dan kerapatan sel batang lebih tinggi di

perifer. Pigmen fotosensitif di dalam sel batang disebut rodopsin. Sel kerucut

mengandung tiga pigmen yang belum dikenali sepenuhnya yang disebut iodopsin

yang kemungkinan menjadi dasar kimiawi bagi tiga warna (merah,hijau,biru) untuk

penglihatan warna. Sel kerucut berfungsi untuk penglihatan siang hari (fotopik).

Subgrup sel kerucut responsif terhadap panjang gelombang pendek, menengah, dan

panjang (biru, hijau merah). Sel batang berfungsi untuk penglihatan malam

(skotopik). Dengan bentuk penglihatan adaptasi gelap ini terlihat beragam corak abu-

abu, tetapi warnanya tidak dapat dibedakan. Waktu senja (mesopik) diperantarai oleh

kombinasi sel kerucut dan batang.2,4, 5

3. Membrana limitans externa

4. Lapisan inti luar sel fotoreseptor, Ini terdiri dari inti dari

batang dan kerucut.3,6

5. Lapisan pleksiformis luar, yang mengandung sambungan – sambungan sel bipolar

dan sel horizontal dengan fotoreseptor .3,6

6. Lapisan inti dalam badan sel bipolar, amakrin dan sel horizontal.

7. Lapisan pleksiformis dalam, yang mengandung sambungan – sambungan sel

ganglion dengan sel amakrin dan sel bipolar .3,6

8. Lapisan sel ganglion, Ini terutama mengandung sel badan sel ganglion

9. Lapisan serat saraf, yang mengandung akson – akson sel ganglion yang berjalan

menuju ke nervus optikus.3,6

10. Membrana limitans interna. Ini adalah lapisan paling dalam dan memisahkan retina

dari vitreous. Itu terbentuk oleh persatuan ekspansi terminal dari serat yang Muller, dan

pada dasarnya adalah dasar membran.. 3,6

3

Page 5: Referat Ablasio Retina

Gambar 2.

Lapisan retina

Gambar 3.

Gambaran retina normal

Retina mempunyai tebal 0,1 mm pada ora serrata dan 0,23 mm pada kutub posterior. Di

tengah – tengah retina posterior terdapat makula. Secara klinis makula dapat didefinisikan

sebagai daerah pigmentasi kekuningan yang disebabkan oleh pigmen luteal (xantofil) yang

berdiameter 1,5 mm. Secara histologis makula merupakan bagian retina yang lapisan

ganglionnya mempunyai lebih dari satu lapis sel. Secara klinis, makula adalah bagian yang

dibatasi oleh arkade – arkade pembuluh darah retina temporal. Di tengah makula sekitar 3,5

4

Page 6: Referat Ablasio Retina

mm di sebelah lateral diskus optikus terdapat fovea yang secara klinis jelas – jelas merupakan

suatu cekungan yang memberikan pantulan khusus bila dilihat dengan oftalmoskop.2

Fovea merupakan zona avaskular di retina pada angiografi fluoresens. Secara histologi,

fovea ditandai dengan menipisnya lapisan inti luar dan tidak adanya lapisan – lapisan parenkim

karena akson – akson sel fotorreceptor (lapisan serat Henle) berjalan oblik dan pergeseran

secara sentrifugal lapisan retina yang lebih dekat ke permukaan dalam retina. Foveola adalah

bagian paling tengah pada fovea, disini fotoreseptornya adalah sel kerucut dan bagian retina

yang paling tipis. Semua gambaran histologis ini memberikan diskriminasi visual yang halus.

Ruang ekstraseluler retina yang normalnya kosong potensial paling besar di makula dan

penyakit yang menyebabkan penumpukan bahan di ekstrasel dapat menyebabkan daerah ini

menjadi tebal sekali.2

Gambar 4.

Anatomi makula

Pembuluh darah di dalam retina merupakan cabang arteri oftalmika, arteri retina sentral

masuk retina melalui papil saraf optic yang akan memberikan nutrisi dalam retina. Lapisan luar

retina atau sel kerucut dan batang mendapat nutrisi dari koroid. Retina menerima darah dari dua

sumber yaitu khoriokapilaria yang berada tepat diluar membrana Bruch, yang mendarahi

sepertiga luar retina termasuk lapisan pleksiformis luar dan lapisan inti luar, fotoreceptor, dan

lapisan epitel pigmen retina serta cabang – cabang dari arteri sentralis retinae yang mendarahi

dua pertiga sebelah dalam. Fovea sepenuhnya diperdarahi oleh khoriokapilaria dan mudah

terkena kerusakan yang tak dapat diperbaiki kalau retina mengalami ablasi. Pembuluh darah

5

Page 7: Referat Ablasio Retina

retina mempunyai lapisan endotel yang tidak berlubang yang membentuk sawar darah retina.

Lapisan endotel pembuluh khoroid dapat ditembus. Sawar darah retina sebelah luar terletak

setinggi lapisan epitel pigmen retina.2,3

2.2. Fisiologi Retina

Retina adalah jaringan paling kompleks di mata. Untuk melihat, mata harus berfungsi

sebagai suatu alat optis, sebagai suatu reseptor kompleks, dan sebagai suatu transducer yang

efektif. Sel-sel batang dan kerucut di lapisan fotoreseptor mampu mengubah rangsangan cahaya

menjadi suatu impuls saraf yang dihantarkan oleh lapisan serat saraf retina melalui saraf optikus

dan akhirnya ke korteks penglihatan. Makula bertanggung jawab untuk ketajaman penglihatan

yang terbaik dan untuk penglihatan warna, dan sebagian besar selnya adalah sel kerucut. Di

fovea sentralis, terdapat hubungan hampir 1:1 antara fotoreseptor kerucut, sel ganglionnya, dan

serat saraf keluar, dan hal ini menjamin penglihatan yang paling tajam. Macula terutama

digunakan untuk penglihatan sentral dan warna (penglihatan fotopik) sedangkan bagian retina

lainnya, yang sebagian besar terdiri dari fotoreseptor batang, digunakan terutama untuk

penglihatan perifer dan malam (skotopik).

Fotoreseptor kerucut dan batang terletak di lapisan terluar yang avaskuler pada retina

sensorik dan merupakan tempat berlangsungnya reaksi kimia yang mencetuskan proses

penglihatan. Setiap sel fotoreseptor kerucut mengandung rodopsin, yang merupakan suatu

pigmen penglihatan fotosensitif yang terbentuk sewaktu molekul protein opsin bergabung

dengan 11-sis-retinal. Sewaktu foton cahaya diserap oleh rodopsin, 11-sis-retinal segera

mengalami isomerisasi menjadi bentuk all-trans. Rodopsin adalah suatu glikolipid membran

yang separuhnya terbenam di lempeng membran lapis ganda pada segmen paling luar

fotoreseptor.

Penglihatan skotopik seluruhnya diperantarai oleh fotoreseptor sel batang. Pada bentuk

penglihatan adaptasi gelap ini, terlihat bermacam-macam nuansa abu-abu, tetapi warna tidak

dapat dibedakan. Penglihatan siang hari terutama diperantarai oleh fotoreseptor kerucut, jika

senja hari diperantarai oleh kombinasi sel kerucut dan batang, dan penglihatan malam oleh

fotoreseptor batang.

6

Page 8: Referat Ablasio Retina

2.3. Ablasio Retina

2.3.1. Definisi

Ablasio retina (retinal detachment) adalah pemisahan retina sensorik, yakni

lapisan fotoreseptor (sel kerucut dan batang) dan jaringan bagian dalam, epitel pigmen

retina dibawahnya. Pada keadaan ini sel epitel pigmen masih melekat erat dengan

membran Bruch. Sesungguhnya antara sel kerucut dan sel batang retina tidak terdapat

suatu perlekatan struktural dengan koroid atau pigmen epitel, sehingga merupakan titik

lemah yang potensial untuk lepas secara embriologis. 1,3,7

Gambar 5

2.3.2. Epidemiologi

. Menurut penelitian, di Amerika Serikat insiden ablasio retina 1 dalam 15.000 populasi

dengan prevalensi 0,3%. Sedangkan insiden per tahun kira-kira 1 diantara 10.000 orang dan lebih

sering terjadi pada usia lanjut kira-kira umur 40-70 tahun. Pasien dengan miopia yang tinggi

(>6D) memiliki 5% kemungkinan resiko terjadinya ablasio retina, afakia sekitar 2%, komplikasi

ekstraksi katarak dengan hilangnya vitreus dapat meningkatkan angka kejadian ablasio hingga

10%.3

7

Page 9: Referat Ablasio Retina

2.3.3. Etiologi

1. Terjadi robekan pada retina, sehingga vitreus yang mengalami likuifikasi dapat

memasuki ruangan subretina.

2. Retina tertarik oleh serabut jaringan kontraktil pada permukaan retina

3. Akumulasi cairan dalam ruangan subretina akibat proses eksudasi.

2.3.4 Patogenesis

Ruangan potensial antara neuroretina dan epitel pigmennya sesuai dengan rongga vesikel

optik embriogenik. Kedua jaringan ini melekat longgar, pada mata yang matur dapat berpisah :

1.       Jika terjadi robekan pada retina, sehingga vitreus yang mengalami likuifikasi dapat

memasuki ruangan subretina dan menyebabkan ablasio progresif (ablasio regmatogenosa).

2.       Jika retina tertarik oleh serabut jaringan kontraktil pada permukaan retina, misalnya seperti

pada retinopati proliferatif pada diabetes mellitus (ablasio retina traksional).

3.       Walaupun jarang terjadi, bila cairan berakumulasi dalam ruangan subretina akibat proses

eksudasi, yang dapat terjadi selama toksemia pada kehamilan (ablasio retina eksudatif)

 

Ablasio retina idiopatik (regmatogen) terjadinya selalu karena adanya robekan retina atau

lubang retina. Sering terjadi pada miopia, pada usia lanjut, dan pada mata afakia. Perubahan yang

merupakan faktor prediposisi adalah degenerasi retina perifer (degenerasi kisi-kisi/lattice

degeration), pencairan sebagian badan kaca yang tetap melekat pada daerah retina tertentu,

cedera, dan sebagainya.12 Perubahan degeneratif retina pada miopia dan usia lanjut juga terjadi di

koroid. Sklerosis dan sumbatan pembuluh darah koroid senil akan menyebabkan berkurangnya

perdarahan ke retina. Hal semacam ini juga bisa terjadi pada miopia karena teregangnya dan

menipisnya pembuluh darah retina.

Perubahan ini terutama terjadi di daerah ekuator, yaitu tempat terjadinya 90% robekan retina.

Terjadinya degenerasi retina pada mata miopia 10 sampai 15 tahun lebih awal daripada mata

emetropia. Ablasi retina delapan kali lebih sering terjadi pada mata miopia daripada mata

emetropia atau hiperopia. Ablasi retina terjadi sampai 4% dari semua mata afakia, yang berarti

100 kali lebih sering daripada mata fakia.12 Terjadinya sineresis dan pencairan badan kaca pada

mata miopia satu dasawarsa lebih awal daripada mata normal.

Depolimerisasi menyebabkan penurunan daya ikat air dari asam hialuron sehingga kerangka

badan kaca mengalami disintegrasi. Akan terjadi pencairan sebagian dan ablasi badan kaca

posterior. Oleh karenanya badan kaca kehilangan konsistensi dan struktur yang mirip agar-agar,

sehingga badan kaca tidak menekan retina pada epitel pigmen lagi. Dengan gerakan mata yang

8

Page 10: Referat Ablasio Retina

cepat, badan kaca menarik perlekatan vireoretina. Perlekatan badan kaca yang kuat biasanya

terdapat di daerah sekeliling radang atau daerah sklerosis degeneratif. Sesudah ekstraksi katarak

intrakapsular, gerakan badan kaca pada gerakan mata bahkan akan lebih kuat lagi. Sekali terjadi

robekan retina, cairan akan menyusup di bawah retina sehingga neuroepitel akan terlepas dari

epitel pigmen dan koroid

2.3.5 Klasifikasi1,2

Berdasakan penyebabnya ablasio retina dibagi menjadi:

1. Ablasio Retina Primer (Ablasio Retina Regmatogenosa)

Ablasio regmatogenosa berasal dara kata Yunani rhegma, yang berarti diskontuinitas

atau istirahat . Pada ablasio retina regmatogenosa dimana ablasi terjadi adanya robekan pada

retina sehingga cairan masuk ke belakang antara sel pigmen epitel dengan retina. Terjadi

pendorongan retina oleh badan kaca cair (fluid vitreus) yang masuk melalui robekan atau

lubang pada retina ke rongga subretina sehingga mengapungkan retina dan terlepas dari lapis

epitel pigmen koroid. Ablasio regmantogenosa spontan biasanya didahului atau disertai oleh

pelepasan korpus vitreum posterior.1,2,8

Faktor predisposisi terjadinya ablasio retina regmatogenosa antara lain: 2,3

a. Usia. Kondisi ini paling sering terjadi pada umur 40 – 60 tahun. Namun usia tidak

menjamin secara pasti karena masih banyak faktor yang mempengaruhi.

b. Jenis kelamin. Keadaan ini paling sering terjadi pada laki – laki dengan perbandingan laki

: perempuan adalah 3 : 2

c. Miopi. Sekitar 40 persen kasus ablasio retina regmatogenosa terjadi karena seseorang

mengalami miop.

d. Afakia. Keadaan ini lebih sering terjadi pada orang yang afakia daripada seseorang yang

fakia. Pasien bedah katarak diduga akibat vitreus ke anterior selama atau setelah

pembedahan. Lebih sering terjadi setelah ruptur kapsul, kehilangan vitreus dan vitrektomi

anterior. Ruptur kapsul saat bedah katarak dapat mengakibatkan pergeseran materi lensa

atau sesekali, seluruh lensa ke dalam vitreus.

e. Trauma. Mungkin juga bertindak sebagai faktor predisposisi

9

Page 11: Referat Ablasio Retina

f. Fenile Posterior Vitreous Detachment (PVD). Hal ini terkait dengan ablasio retina dalam

kasus banyak.

g. Pasca sindrom nekrosis akut retina dan sitomegalovirus (CMV) retinitis pada pasien

AIDS berupa nekrosis retina dengan formasi istirahat retina terjadi, kemudian, cairan dari

rongga vitreous dapat mengalir melalui istirahat dan melepas retina tanpa ada hadir traksi

vitreoretinal terbuka. This commonly occurs in acute retinal necrosis syndrome and in

cytomegalovirus (CMV) retinitis in AIDS patients.

h. Retina yang memperlihatkan degenerasi di bagian perifer seperti Lattice degeneration,

Snail track degeneration, White-with-pressure and white-without or occult pressure,

acquired retinoschisis

Ablasio retina akan memberikan gejala prodromal terdapatnya gangguan penglihatan

yang kadang – kadang terlihat sebagai tabir yang menutupi (floaters) akibat dari vitreous

cepat degenerasi dan terdapat riwayat adanya pijaran api (fotopsia) pada lapangan

penglihatan akibat sensasi berkedip cahaya karena iritasi retina oleh gerakan vitreous.1,3

Ablasi retina yang berlokalisasi di daerah superotemporal sangat berbahaya karena dapat

mengangkat macula. Penglihatan akan turun secara akut bila lepasnya retina mengenai

macula lutea. Pada pemeriksaan funduskopi akan terlihat retina yang terangkat berwarna

pucat dengan pembuluh darah diatasnya dan terlihat adanya robekan retina berwarna merah.

Bila bola mata bergerak akan terlihat retina yang lepas (ablasi) bergoyang. Kadang – kadang

terdapat pigmen didalam badan kaca. Pada pupil terdapat adanya defek aferen pupil akibat

penglihatan menurun. Tekanan bola mata rendah dan dapat meninggi bila telah terjadi

neovaskuler glaucoma pada ablasi yang telah lama.1

Gambar 6.

10

Page 12: Referat Ablasio Retina

Ablasio retina tipe regmatogenosa, arah panah menunjukkan horseshoe tear .

2. Ablasio Retina Sekunder (Non regmatogenosa)

i. Ablasio Retina Eksudatif

Ablasio retina eksudatif terjadi akibat adanya penimbunan cairan eksudat di bawah

retina (subretina) dan mengangkat retina. Penimbunan cairan subretina terjadi akibat

ekstravasasi cairan dari pembuluh retina dan koroid. Penyebab Ablasio retina eksudatif

dibagi menjadi dua yaitu penyakit sistemik yang meliputi Toksemia gravidarum,

hipertensi renalis, poliartritis nodosa. Sedangkan penyakit mata meliputi akibat inflamasi

(skleritis posterior, selulitis orbita), akibat penyakit vascular (central serous retinophaty,

and axudative retinophaty of coats, akibat neoplasma (malignant neoplasma koroid dan

retinoblastoma), akibat perforasi bola mata pada operasi intraokuler.1,2,3

Gejala klinis ablasio retina eksudatif antara lain:3

a. Tidak adanya photopsia, lubang / air mata, lipatan dan undulations.

b. Ablasio retina eksudatif halus dan cembung. Pada puncak tumor itu biasanya

bulat dan tetap dan bisa menunjukkan gangguan pigmen.

c. Kadang-kadang, pola pembuluh retina mungkin terganggu akibat adanya

neovaskularisasi di puncak tumor.

d. Pergeseran cairan ditandai dengan mengubah posisi daerah terpisah dengan

gravitasi adalah ciri khas yang dari detasemen retina eksudatif.

e. Pada tes transillumination satu ablasio sederhana muncul transparan

sedangkan ablasio padat.

Gambar 7.

11

Page 13: Referat Ablasio Retina

Ablasio retina tipe eksudatif akibat dari hasil metastase karsinoma payu dara .

ii. Ablasio retina traksi

Pada ablasio ini lepasnya jaringan retina terjadi akibat tarikan jaringan parut pada

korpus vitreus (badan kaca). Pada badan kaca terdapat jaringan fibrosis yang dapat

disebabkan diabetes melitus proliferative, trauma, dan perdarahan badan kaca akibat bedah

atau infeksi. Tipe ini juga dapat terjadi sebagai komplikasi dari ablasio retina

regmatogensa.1,2,3

Ablasio retina tipe regmatogenosa yang berlangsung lama akan membuat retina semakin

halis dan tipis sehingga dapat menyebabkan terbentuknya proliferatif vitreotinopathy (PVR)

yang sering ditenukan pada tipe Regmetogenosa yang lama. PVR juga dapat terjadi kegagalan

dalam penatalaksanaan ablasio retina regmatogenosa. Pada PVR, epitel pigmen retina, sel

glia, dan sel lainya yang berada di dalam maupun di luar retina pada badan vitreus akan

membentuk membrane. Kontraksi dari membrane tersebut akan menyebabkan retina tertarik

ataupun menyusut, sehingga dapat mengakibatkan terdapatnya robekan baru atau brkembang

menjadi ablasio retina traksi.1,2,3,6

Gambar 8.

Ablasio retina traksi

12

Page 14: Referat Ablasio Retina

2.3.6. Diagnosis

Tabel 1. Gambaran Diagnosis Dari Tiga Tipe Ablasio Retina

Regmatogenus Traksi Eksudatif

Riwayat penyakit Afakia, myopia,

trauma tumpul,

photopsia, floaters,

gangguan lapangan

pandang yang

progresif, dengan

keadaan umum baik.

Diabetes,

premature,trauma

tembus, penyakit sel

sabit, oklusi vena.

Factor-faktor sistemik

seperti hipertensi

maligna, eklampsia,

gagal ginjal.

Kerusakan retina Terjadi pada 90-95 %

kasus

Kerusakan primer

tidak ada

Tidak ada

Perluasan ablasi Meluas dari oral ke

discus, batas dan

permukaan cembung

tergantung gravitasi

Tidak meluas menuju

ora, dapat sentral atau

perifer

Tergantung volume

dan gravitasi,

perluasan menuju oral

bervariasi, dapat

sentral atau perifer

Pergerakan retina Bergelombang atau

terlipat

Retina tegang, batas

dan permukaan

cekung, Meningkat

pada titik tarikan

Smoothly elevated

bullae, biasanya tanpa

lipatan

Bukti kronis Terdapat garis

pembatas, makrosis

intra retinal, atropik

retina

Garis pembatas Tidak ada

Pigmen pada vitreous Terlihat pada 70 % Terlihat pada kasus Tidak ada

13

Page 15: Referat Ablasio Retina

kasus trauma

Perubahan vitreous Sineretik, PVD,

tarikan pada lapisan

yang robek

Penarikan

vitreoretinal

Tidak ada, kecuali

pada uveitis

Cairan sub retinal Jernih Jernih atau tidak ada

perpindahan

Dapat keruh dan

berpindah secara

cepat tergantung pada

perubahan posisi

kepala.

Massa koroid Tidak ada Tidak ada Bisa ada

Tekanan intraocular Rendah Normal Bervariasi

Transluminasi Normal Normal Transluminasi terblok

apabila ditemukan lesi

pigmen koroid

Keaadan yang

menyebabkan ablasio

Robeknya retina Retinopati diabetikum

proliferative, post

traumatis vitreous

traction

Uveitis, metastasis

tumor, melanoma

maligna,

retinoblastoma,

hemangioma koroid,

makulopati eksudatif

senilis, ablasi

eksudatif post

cryotherapi atau

dyathermi.

14

Page 16: Referat Ablasio Retina

Pemeriksaan:

1. Pemeriksaan tajam penglihatan

2. Pemeriksaan lapangan pandang

3. Memeriksa apakah ada tanda-tanda trauma

4. Periksa reaksi pupil. Dilatasi pupil yang menetap mengindikasikan adanya trauma.

5. Pemeriksaan slit lamp; anterior segmen biasanya normal, pemeriksaan vitreous untuk

mencari tanda pigmen atau “tobacco dust”, ini merupakan patognomonis dari ablasio

retina pada 75 % kasus.

6. Periksa tekanan bola mata.

7. Pemeriksaan fundus dengan oftalmoskop (pupil harus dalam keadaan berdilatasi)

Pemeriksaan Penunjang :

1) Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mengetahui adanya penyakit penyerta

seperti diabetes melitus.

2) Pemeriksaan ultrasonografi dilakukan bila retina tidak dapat tervisualisasi oleh karena

perubahan kornea, katarak, atau perdarahan.

3) Teknik pencitraan seperti foto orbita, CT scan, atau MRI tidak diindikasikan untuk

membantu diagnosis ablasio retina tetapi dapat dibutuhkan untuk mendeteksi benda

asing intraokuli dan tumor.

2.3.7. Penatalaksanaan

Tujuan utama bedah ablasi adalah untuk menemukan dan memeperbaiki semua

robekan retina, digunakan krioterapi atau laser untuk menimbulkan adhesi antara epitel

pigmen dan retina sensorik sehingga mencegah influks cairan lebih lanjut kedalam ruang

subretina, mengalirkan cairan subretina ke dalam ke luar, dan meredakan traksi

vitreoretina.2,3

15

Page 17: Referat Ablasio Retina

Penatalaksanaan pada ablasio retina adalah pembedahan. Prinsip bedah pada

ablasio retina yaitu :6

1. Menemukan semua bagian yang terlepas

2. Membuat iritasi korioretinal pada sepanjang masing-masing daerah retina yang

terlepas.

3. Menguhubungkan koroid dan retina dalam waktu yang cukup untuk menghasilkan

adhesi dinding korioretinal yang permanen pada daerah subretinal.

Pada pembedahan ablasio retina dapat dilakukan dengan cara :

1. Scleral buckling :

Metode ini paling banyak digunakan pada ablasio retina rematogenosa terutama

tanpa disertai komplikasi lainnya. Prosedur meliputi lokalisasi posisi robekan retina,

menangani robekan dengan cryoprobe, dan selanjutnya dengan scleral buckle (sabuk). Sabuk

ini biasanya terbuat dari spons silikon atau silikon padat. Ukuran dan bentuk sabuk yang

digunakan tergantung posisi lokasi dan jumlah robekan retina. Pertama – tama dilakukan

cryoprobe atau laser untuk memperkuat perlengketan antara retina sekitar dan epitel pigmen

retina. Sabuk dijahit mengelilingi sklera sehingga terjadi tekanan pada robekan retina

sehingga terjadi penutupan pada robekan tersebut. Penutupan retina ini akan menyebabkan

cairan subretinal menghilang secara spontan dalam waktu 1-2 hari. 2,3,

Keuntungan dari tehnik ini adalah menggunakan peralatan dasar, waktu rehabilitasi

pendek,resiko iatrogenic yang menyebabkan kekeruhan lensa rendah, mencegah

komplikasi intraocular seperti perdarahan dan inflamasi.

16

Page 18: Referat Ablasio Retina

Gambar 9.

Spons silikon dijahit pada bola mata untuk menekan sklera di atas robekan retina setelah drainase

cairan sub retina dan dilakukan crioterapi .

Gambar 10.

Penekanan yang didapatkan dari spons silikon, retina sekarang melekat kembali dan traksi pada

robekan retina oleh vitreus dihilangkan .

2. Retinopeksi pneumatic :

Retinopeksi pneumatik merupakan metode yang juga sering digunakan pada ablasio

retina regmatogenosa terutama jika terdapat robekan tunggal pada bagian superior retina.

Teknik pelaksanaan prosedur ini adalah dengan menyuntikkan gelembung gas ke dalam

rongga vitreus. Gelembung gas ini akan menutupi robekan retina dan mencegah pasase cairan

lebih lanjut melalui robekan. Jika robekan dapat ditutupi oleh gelembung gas, cairan

subretinal biasanya akan hilang dalam 1-2 hari. Robekan retina dapat juga dilekatkan dengan

kriopeksi atau laser sebelum gelembung disuntikkan. Pasien harus mempertahankan posisi

17

Page 19: Referat Ablasio Retina

kepala tertentu selama beberapa hari untuk meyakinkan gelembung terus menutupi robekan

retina.3,6

Gambar 11.

Setelah pengangkatan gel vitreus pada drainase cairan sub retina, gas fluorokarbon inert

disuntikan ke dalam rongga vitreus .

3.Pars Plana Vitrektomy :

Merupakan cara yang paling banyak digunakan pada ablasio akibat diabetes, dan juga

pada ablasio regmatogenosa yang disertai traksi vitreus atau perdarahan vitreus. Cara

pelaksanaannya yaitu dengan membuat insisi kecil pada dinding bola mata kemudian

memasukkan instruyen ingá cavum vitreous melalui pars plana. Setelah itu dilakukan vitrektomi

dengan vitreus cutre untuk menghilangkan berkas badan kaca (viteuos stands), membran, dan

perleketan – perleketan. Teknik dan instruyen yang digunakan tergantung tipe dan penyebab

ablasio. Lebih dari 90% lepasnya retina dapat direkatkan kembali dengan teknik-teknik bedah

mata modern, meskipun kadang- kadang diperlukan lebih dari satu kali operasi.3,6

Keuntungan PPV:

1. Dapat menentukan lokasi defek secara tepat

2. Dapat mengeliminasi media yang mengalami kekeruhan karena teknik ini dapat

dikombinasikan dengan ekstraksi katarak.

3. Dapat langsung menghilangkan penarikan dari vitreous.

Kerugian PPV:

1. Membutuhkan tim yang berpengalaman dan peralatan yang mahal.

18

Page 20: Referat Ablasio Retina

2. Dapat menyebabkan katarak.

3. Kemungkinan diperlukan operasi kedua untuk mengeluarkan silicon oil

4. Perlu follow up segera (terjadinya reaksi fibrin pada kamera okuli anterior yang

dapat meningkatkan tekanan intraokuler.

Gambar 12. Vitrektomi

2.3.8. Prognosis

Prognosis dari penyakit ini berdasarkan pada keadaan makula sebelum dan sesudah

operasi serta ketajaman visualnya. Jika, keadaannya sudah melibatkan makula maka akan sulit

menghasilkan hasil operasi yang baik, tetapi dari data yang ada sekitar 87 % dari operasi yang

melibatkan makula dapat mengembalikan fungsi visual sekitar 20/50 lebih kasus diman makula

yang terlibat hanya sepertiga atau setengah dari makula tersebut.6

Pasien dengan ablasio retina yang melibatkan makula dan perlangsungannya kurang dari

1 minggu, memiliki kemungkinan sembuh post operasi sekitar 75 % sedangkan yang

perlangsungannya 1-8 minggu memiliki kemungkinan 50 %.3

Dalam 10-15 % kasus yang dilakukan pembedahan dengan ablasio retina yang

melibatkan makula, kemampuan visualnya tidak akan kembali sampai level sebelumnya

dilakukannya operasi. Hal ini disebabkan adanya beberpa faktor seperti irreguler astigmat akibat

pergeseran pada saat operasi, katarak progresif, dan edema makula. Komplikasi dari pembedahan

misalnya adanya perdarahan dapat menyebabkan kemampuan visual lebih menurun.6

19

Page 21: Referat Ablasio Retina

BAB III

KESIMPULAN

Ablasio retina (retinal detachment) adalah suatu keadaan terpisahnya sel kerucut dan sel

batang retina dari sel epitel pigmen retina. Ablasio retina lebih banyak terjadi pada usia 40-70

tahun. Faktor penyebab ablasio retina terbanyak adalah miopia, operasi katarak (afakia,

pseudofakia), dan trauma okuler.

Gejala dari ablasio retina adalah adanya floater, fotopsia, dan penurunan tajam

penglihatan. Pada pemeriksaan funduskopi diperoleh retina yang mengalami ablasio tampak

sebagai membran abu-abu merah muda yang menutupi gambaran vaskuler koroid dan terlihat

adanya robekan retina berwarna merah.

Prinsip penatalaksanaan pada ablasio retina adalah untuk melekatkan kembali lapisan

neurosensorik ke lapisan epitel pigmen retina, yaitu dengan pembedahan. Namun, pada ablasio

retina eksudatif juga diberikan terapi medikamentosa sesuai dengan etiologinya.

Prognosis tergantung luasnya robekan retina, jarak waktu terjadinya ablasio, diagnosisnya

dan tindakan bedah yang dilakukan. Pada miopia tinggi, karena ada degenerasi retina, maka

prognosis buruk.

20

Page 22: Referat Ablasio Retina

DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata edisi ketiga. 2010. Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia: Jakarta. p.1-10, 183-6

2. DR.Dr.Widya Artini, SpM, Pemeriksaan Dasar Mata, Edisi pertama, Jakarta: Badan

Penerbit FKUI, 2011.

3. Bruce James, Chris Chew,Anthony Bron, Lecture Notes On Oftalmology , edisi

kesembilan ,Blackwell Science Ltd :Penerbit Erlangga

4. Ilyas, Sidarta. Kedaruratan dalam Ilmu Penyakit Mata ,edisi keempat. 2009.. Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta. p.107-10.

5. Vaughan, Daniel G. Asbury, Taylor. 2000. Oftalmologi umum (General ophthalmology)

edisi 17. EGC: Jakarta. p. 12-199

6. Khurana. Diseases of retina in comprehensive ophthalmology 4th edition. New Age

International Limited Publisher: India. p. 249- 279.

7. Junqueira LC, Jose C. Histologi Dasar Teks & Atlas. Edisi 10. Jakarta: EGC; 2007. Hal.

470-464

8. Reynolds,J. Olitsky,S. Anatomy and Physiology of Retina In : Pediatric retina. 2011.

Springer-verlag : Berlin Heidelberg. Page 39-50.

9. American Academy Ophtalmology. Retina and Vitreous: Section 12 2007-2008.

Singapore: LEO; 2008. p. 9-299

10. Lang, GK. Ophtalmology, A Pocket Textbook Atlas. 2nd Edition.

2006.Thieme. Germany. p. 305-344.

11. Sundaram venki. Training in Ophthalmology. 2009. Oxford university press: New York.

P.118-119

12. Larkin, L. Gregory. Retinal Detachment.[serial online] 8th septembe 2010 [cited 19th June

2012]. Available from : http//emedicine.medscape.com/article/1226426

21