Referat Ablasio Retina Ita

33
LAPORAN KASUS I. IDENTITAS PASIEN Nama : Ny. R Jenis kelamin : Perempuan Umur : 74 tahun Agama : Islam Suku / Bangsa : Bugis / Indonesia Pekerjaan : Tidak Bekerja Alamat : No. Register : 02 52 77 Tanggal pemeriksaan : 21 Januari 2014 II. ANAMNESIS KU : Penglihatan kabur pada mata kiri AT : Dialami sejak ± 4 bulan yang lalu. 3 hari yang lalu pasien sering melihat kilatan cahaya pada mata kiri. Rasa mengganjal pada mata kanan. Mata merah (-), kotoran mata berlebih (-), air mata berlebih (-), nyeri, gatal pada mata (-). Riwayat operasi katarak pada mata kiri pada tahun 2011, dan riwayat operasi katarak pada mata kanan pada tahun 1

Transcript of Referat Ablasio Retina Ita

Page 1: Referat Ablasio Retina Ita

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. R

Jenis kelamin : Perempuan

Umur : 74 tahun

Agama : Islam

Suku / Bangsa : Bugis / Indonesia

Pekerjaan : Tidak Bekerja

Alamat :

No. Register : 02 52 77

Tanggal pemeriksaan : 21 Januari 2014

II. ANAMNESIS

KU: Penglihatan kabur pada mata kiri

AT : Dialami sejak ± 4 bulan yang lalu. 3 hari yang lalu pasien

sering melihat kilatan cahaya pada mata kiri. Rasa mengganjal

pada mata kanan. Mata merah (-), kotoran mata berlebih (-), air

mata berlebih (-), nyeri, gatal pada mata (-). Riwayat operasi

katarak pada mata kiri pada tahun 2011, dan riwayat operasi

katarak pada mata kanan pada tahun 2013. Riwayat trauma (-).

Riwayat sakit kepala sebelah (-) . Riwayat diabetes melitus

disangkal. Riwayat hipertensi (-). Riwayat penyakit sama pada

keluarga (-). Riwayat berobat sebelumnya (-). Riwayat memakai

kacamata (-).

III. PEMERIKSAAN OFTALMOLOGI

1

Page 2: Referat Ablasio Retina Ita

A. Inspeksi

PEMERIKSAAN OD OS

Palpebra Edema (-) Edema (-)

Apparatus Lakrimalis Lakrimasi (-) Lakrimasi (-)

Silia Normal Normal

Konjungtiva Hiperemis (-) Hiperemis (-)

Bola mata Normal Normal

Mekanisme muscular

- ODS

- OD

- OS

Normal ke segala arah : Normal ke segala arah :

Kornea Jernih Jernih

Bilik Mata Depan Normal Normal

Iris Coklat, kripte (+) Coklat, kripte (+)

Pupil Bulat, sentral, RC (+) Bulat, sentral, RC (+)

Lensa Jernih Jernih

B. Palpasi

Pemeriksaan OD OS

Tensi okuler Tn Tn

Nyeri tekan (-) (-)

Massa tumor (-) (-)

Glandula preaurikuler Tidak ada pembesaran Tidak ada pembesaran

C. Tonometri

OD : 17 mmHg

OS : 16 mmHg

D. Slit Lamp

2

Page 3: Referat Ablasio Retina Ita

SLOD : konjungtiva hiperemis (-), kornea jernih, bilik mata depan kesan

normal, iris coklat, kripte (+), pupil bulat sentral, RC (+), lensa

jernih

SLOS : konjungtiva hiperemis (-), kornea jernih, bilik mata depan kesan

normal, iris coklat, kripte (+), pupil bulat sentral, RC (+), lensa

jernih.

E. Oftalmoskopi

FOD : Refleks fundus (+), papil N.II batas tegas, CDR 0,3, arteri : vena = 2 :

3, refleks fovea (+), retina perifer kesan normal

FOS : Refleks fundus (+), papil N.II batas tegas, CDR 0,3, arteri:vena = 2 :

3, refleks fovea (+), retina perifer tampak ablasio retina di

superotemporal

F. Visus

VOD = 5/15

VOS = 1/60

G. Penyinaran Oblik

Pemeriksaan OD OS

Konjungtiva Hiperemis (-) Hiperemis (-)

Kornea Jernih Jernih

BMD Normal Normal

Iris Coklat, kripte (+) Coklat, kripte (+)

Pupil Bulat, sentral, RC(+) Bulat, sentral, RC(+)

Lensa Jernih Jernih

H. CT-Scan kepala

Tidak dilakukan pemeriksaan

I. Pemeriksaan Laboratorium

3

Page 4: Referat Ablasio Retina Ita

Tidak dilakukan pemeriksaan

IV. DIAGNOSIS

OS Ablasio Retina Regmatogenosa

VI. ANJURAN TERAPI

Laser Fotokoagulasi + Skleral buckling

VII. PROGNOSIS

Quoad vitam : bonam Quoad sanationem : dubia Quoad visam : dubia Quoad cosmeticam : bonam

VI. RESUME

Seorang wanita datang ke poli mata dengan penglihatan kabur pada mata kiri,

dialami sejak ± 4 bulan yang lalu. 3 hari yang lalu pasien sering melihat

kilatan cahaya pada mata kiri. Rasa mengganjal pada mata kanan. Riwayat

operasi katarak pada mata kiri pada tahun 2011, dan riwayat operasi katarak

pada mata kanan pada tahun 2013. Pemeriksaan visus VOD = 5/15 , VOS =

1/60. Pada pemeriksaan tekanan bola mata normal, pemeriksaan tonometri

menunjukkan hasil TOD 17 mmHg dan TOS 16 mmHg. Pada pemeriksaan

funduskopi didapatkan FOS tampak refleks fundus (+) dan terdapat ablasio

retina di superiotemporal.

VII. DISKUSI

4

Page 5: Referat Ablasio Retina Ita

Berdasarkan hasil anamnesa didapatkan adanya keluhan pasien dengan

defek lapangan pandang mata kiri yang dialami sekitar kurang lebih 4 bulan

yang lalu. Riwayat seperti melihat kilatan cahaya (+). Gejala yang dirasakan

pasien merupakan gejala yang khas yang dapat dijumpai pada ablasio retina.

Dari pemeriksaan ophthalmology berupa pemeriksaan funduskopi

didapatkan kesan OS Ablasio retina (retinal detachment), yaitu suatu keadaan

terpisahnya sel kerucut dan sel batang retina dari sel epitel pigmen retina.

Pada keadaan ini sel epitel pigmen masih melekat erat dengan membran

Bruch.

Ablasio retina terdiri dari 3 yaitu regmatogenosa (primer), dan non

regmatogenosa (sekunder) yang terbagi menjadi 2 jenis, yaitu ablasio retina

traksi dan eksudatif. Bentuk tersering dari ketiga jenis ablasio ini adalah

ablasio retina regmatogenosa. Karakteristik dari ablasio retina ini adalah

adanya pemutusan total suatu rhegma di retina sensorik, traksi korpus vitreum

dengan derajat yang bervariasi dan mengalirnya korpus vitreum cair melalui

defek retina sensorik kedalam ruang subretina. Gejala yang sering dikeluhkan

penderita adalah adanya floaters (terlihatnya benda-benda yang melayang-

layang), yang terjadi karena adanya kekeruhan di vitreus oleh adanya darah,

pigmen retina yang lepas, atau degenerasi vitreus itu sendiri. Fotopsia atau

kilatan cahaya tanpa adanya sumber cahaya disekitarnya yang umumnya

terjadi sewaktu mata digerakkan dalam keremangan cahaya atau dalam

keadaan gelap. Penurunan tajam penglihatan, penderita mengeluh separuh

lapangan pandangnya terganggu.

Pasien ini dapat dianjurkan untuk vitrektomi dan sclera buckling serta

injeksi gas dengan tujuan untuk melekatkan kembali bagian retina yang lepas.

Dengan melekatnya retina pada koroid diharapkan dapat memperbaiki

prognosis pasien, yaitu terjadi peningkatan visus. Selain itu tindakan ini untuk

mencegah komplikasi lebih lanjut, yaitu peninggian tekanan bola mata bila

telah terjadi neovaskular glaukoma pada ablasi yang telah lama.

5

Page 6: Referat Ablasio Retina Ita

Prinsip bedah pada ablasio retina yaitu :

1. Menemukan semua bagian yang terlepas

2. Membuat iritasi korioretinal pada sepanjang masing-masing daerah

retina yang terlepas.

3. Menguhubungkan koroid dan retina dalam waktu yang cukup

untuk menghasilkan adhesi dinding korioretinal yang permanen

pada daerah subretinal.

Prognosis tergantung luasnya robekan retina, jarak waktu terjadinya

ablasio, diagnosisnya dan tindakan bedah yang dilakukan. Terapi yang cepat

prognosisnya lebih baik. Jika makula melekat dan pembedahan berhasil

melekatkan kembali retina perifer, maka hasil penglihatan sangat baik. Jika

makula lepas lebih dari 24 jam sebelum pembedahan, maka tajam penglihatan

sebelumnya mungkin tidak dapat pulih sepenuhnya.

ABLASIO RETINA

6

Page 7: Referat Ablasio Retina Ita

A. PENDAHULUAN

Retina adalah jaringan neurosensoris yang tipis, semitransparan dan berlapis-

lapis yang terletak pada dua per tiga dinding sebelah dalam bola mata. Retina

manusia merupakan suatu struktur yang sangat terorganisir, yang terdiri dari lapisan-

lapisan badan sel dan prosesus sinaptik. Walaupun ukurannya kompak dan tampak

sederhana apabila dibandingkan dengan struktur saraf misalnya korteks serebrum,

retina memiliki daya pengolahan yang sangat canggih. Pengolahan visual retina

diuraikan oleh otak, dan persepsi warna, kontras, kedalaman, dan bentuk berlangsung

di korteks. Pengolahan informasi di retina berlangsung dari lapisan fotoreseptor

melalui akson sel ganglion menuju ke saraf optikus dan otak.1

Retina merupakan lapisan membran neurosensoris dan merupakan lapisan

ketiga bola mata setelah sklera yang merupakan jaringan ikat dan jaringan uvea yang

merupakan jaringan vaskuler yang terdiri dari iris, badan siliar, dan koroid. Retina

berbatas dengan koroid dengan sel pigmen epitel retina. Antara retina dan epitel

pigmen retina terdapat rongga potensial yang bisa mengakibatkan retina terlepas dari

epitel pigmen retina. Hal ini yang disebut sebagai ablasio retina.2

B. ANATOMI DAN FISIOLOGI RETINA

Retina adalah selembar tipis jaringan saraf yang semitransparan, berlapis-lapis

yang melapisi bagian dalam dua per tiga posterior dinding bola mata. Retina

membentang ke depan hampir sama jauhnya dengan korpus siliaris, dan berakhir di

tepi ora serrata. Pada orang dewasa, ora serrata berada sekitar 6,5 mm di belakang

garis Schwalbe pada sisi temporal dan 5,7 mm di belakang garis ini pada sisi nasal.

Permukaan luar retina sensorik bertumpuk dengan lapisan epitel berpigmen retina

sehingga juga bertumbuk dengan membrane Bruch, koroid dan sklera. Retina dan

epitelium pigmen retina mudah terpisah sehingga cairan vitreous masuk ke ruang

subretina, seperti yang terjadi pada ablasio retina. Tetapi pada diskus optikus dan ora

serrata, retina dan epitelium pigmen retina saling melekat kuat sehingga membatasi

7

Page 8: Referat Ablasio Retina Ita

perluasan cairan subretina pada ablasio retina. Hal ini berlawanan dengan ruang

subkhoroid yang dapat terbentuk antara khoroid dan sklera yang meluas ke taji sklera.

Dengan demikian ablasi koroid meluas melewati ora serrata, dibawah pars plana dan

pars plikata. Lapisan - lapisan epitel permukaan dalam korpus siliare dan permukaan

posterior iris merupakan perluasan ke anterior retina dan epitelium pigmen retina.

Permukaan dalam retina menghadap ke vitreous.1

Lapisan-lapisan retina mulai dari sisi luar ke dalam adalah sebagai berikut: 1, 3-5

1. Epitelium pigmen retina

Merupakan lapisan terluar dari retina. Epitel pigmen retina terdiri dari satu

lapisan sel mengandung pigmen dan terdiri atas sel-sel silindris dengan inti di

basal. Daerah basal sel melekat erat membran Bruch dari koroid.

Fotoreseptor dipelihara oleh epitel pigmen retina, yang berperan pada proses

penglihatan. Epitel pigmen ini bertanggung jawab untuk fagositosis segmen

luar fotoreseptor, transportasi vitamin, mengurangi hamburan sinar, serta

membentuk sawar selektif antara koroid dan retina.

2. Lapisan fotoreseptor segmen dalam dan luar batang dan kerucut.

Sel-sel batang dan kerucut di lapisan fotoreseptor mengubah rangsangan

cahaya menjadi suatu impuls saraf yang dihantarkan oleh jaras-jaras

penglihatan ke korteks penglihatan occipital. Fotoreseptor tersusun sehingga

kerapatan sel-sel kerucut meningkat di di pusat makula (fovea), dan kerapatan

sel batang lebih tinggi di perifer. Pigmen fotosensitif di dalam sel batang

disebut rodopsin. Sel kerucut mengandung tiga pigmen yang belum dikenali

sepenuhnya yang disebut iodopsin yang kemungkinan menjadi dasar kimiawi

bagi tiga warna (merah,hijau,biru) untuk penglihatan warna. Sel kerucut

berfungsi untuk penglihatan siang hari (fotopik). Subgrup sel kerucut

responsif terhadap panjang gelombang pendek, menengah, dan panjang (biru,

hijau merah). Sel batang berfungsi untuk penglihatan malam (skotopik).

Dengan bentuk penglihatan adaptasi gelap ini terlihat beragam corak abu-abu,

8

Page 9: Referat Ablasio Retina Ita

tetapi warnanya tidak dapat dibedakan. Waktu senja (mesopik) diperantarai

oleh kombinasi sel kerucut dan batang.

3. Membran limitans eksterna

4. Lapisan inti luar sel fotoreseptor, Ini terdiri dari inti dari batang dan kerucut.

5. Lapisan pleksiformis luar, yang mengandung sambungan – sambungan sel

bipolar dan sel horisontal dengan fotoreseptor.

6. Lapisan inti dalam badan sel bipolar, amakrin dan sel horisontal

7. Lapisan pleksiformis dalam, yang mengandung sambungan–sambungan sel

ganglion dengan sel amakrin dan sel bipolar.

8. Lapisan sel ganglion

9. Lapisan serat saraf, yang mengandung akson – akson sel ganglion yang

berjalan menuju ke nervus optikus.

10. Membrana limitans interna. Ini adalah lapisan paling dalam dan memisahkan

retina dari vitreous. Membran ini terbentuk oleh persatuan ekspansi terminal

dari serat yang Muller, dan pada dasarnya adalah dasar membran.

Gambar 1. Lapisan retina dari luar ke dalam3

Retina mempunyai tebal 0,1 mm pada ora serrata dan 0,23 mm pada kutub

posterior. Di tengah – tengah retina posterior terdapat makula. Secara klinis makula

dapat didefinisikan sebagai daerah pigmentasi kekuningan yang disebabkan oleh

9

Page 10: Referat Ablasio Retina Ita

pigmen luteal (xantofil) yang berdiameter 5-6 mm. Secara histologis makula

merupakan bagian retina yang lapisan ganglionnya mempunyai lebih dari satu lapis

sel. Secara klinis, makula adalah bagian yang dibatasi oleh arkade – arkade pembuluh

darah retina temporal. Di tengah makula sekitar 3,5 mm di sebelah lateral diskus

optikus terdapat fovea yang secara klinis jelas – jelas merupakan suatu cekungan

yang memberikan pantulan khusus bila dilihat dengan oftalmoskop. Fovea

merupakan zona avaskular di retina pada angiografi fluoresens. Secara histologi,

fovea ditandai dengan menipisnya lapisan inti luar dan tidak adanya lapisan – lapisan

parenkim karena akson – akson sel fotoreseptor (lapisan serat Henle) berjalan oblik

dan pergeseran secara sentrifugal lapisan retina yang lebih dekat ke permukaan dalam

retina. Foveola adalah bagian paling tengah pada fovea, disini fotoreseptornya adalah

sel kerucut dan bagian retina yang paling tipis. Semua gambaran histologis ini

memberikan diskriminasi visual yang halus. Ruang ekstraseluler retina yang

normalnya kosong potensial paling besar di makula dan penyakit yang menyebabkan

penumpukan bahan di ekstrasel dapat menyebabkan daerah ini menjadi tebal sekali. 1,4,6

Gambar 2. Anatomi makula3

Retina menerima darah dari dua sumber yaitu khoriokapilaria yang berada

tepat diluar membrana Bruch, yang mendarahi sepertiga luar retina termasuk lapisan

10

Page 11: Referat Ablasio Retina Ita

pleksiformis luar dan lapisan inti luar, fotoreseptor, dan lapisan epitel pigmen retina

serta cabang – cabang dari arteri sentralis retinae yang mendarahi dua pertiga sebelah

dalam. Fovea sepenuhnya diperdarahi oleh khoriokapilaria dan mudah terkena

kerusakan yang tak dapat diperbaiki kalau retina mengalami ablasi. Pembuluh darah

retina mempunyai lapisan endotel yang tidak berlubang yang membentuk sawar darah

retina. Lapisan endotel pembuluh khoroid dapat ditembus. Sawar darah retina sebelah

luar terletak setinggi lapisan epitel pigmen retina. 1,3

C. DEFINISI

Ablasio retina (retinal detachment) adalah suatu keadaan terpisahnya sel

kerucut dan sel batang retina dengan dari sel epitel pigmen retina. Pada keadaan ini

sel epitel pigmen masih melekat erat dengan membran Bruch. Sesungguhnya antara

sel kerucut dan sel batang retina tidak terdapat suatu perlekatan struktural dengan

koroid atau pigmen epitel, sehingga merupakan titik lemah yang potensial untuk

lepas secara embriologis. Pada mata normal, retina sensorik yang utuh tertahan

melekat ke epitel pigmen oleh adanya tarika oleh epitel terhadap ruang kedap air

diantara keduanya. Apabila terdapat robekan retina, gerakan bola mata yang cepat

dan rotasi bola mata mendadak dapat menimbulkan gaya inersi yang cukup besar

untuk menimbulkan pelepasan retina.1,2,7

D. EPIDEMIOLOGI

Angka kejadian ablasio retina adalah 1 dari 15.000 orang. paling umum di

seluruh dunia yang terkait dengan ablasio retina adalah miop, afakia, pseudofakia,

dan trauma. Sekitar 40-50% dari semua pasien dengan ablasio memiliki miop tinggi

(> 6 dioptri), 30-35% pernah menjalani operasi pengangkatan katarak, dan 10-20%

pernah mengalami trauma okuli. ablasio retina yang terjadi akibat trauma lebih

sering terjadi pada orang muda, dan miop terjadi paling sering pada usia 25-45 tahun.

Meskipun tidak ada penelitian yang menunjukkan untuk terjadinya ablasio retina

yang berhubungan dengan olahraga tertentu (misalnya, tinju dan bungee jumping)

tetapi olahraga tersebut meningkatkan resiko terjadinya ablasio retina.9,10

11

Page 12: Referat Ablasio Retina Ita

Kejadian ini tidak berubah ketika dikoreksi, meningkat pada pria dengan

trauma okuli.Ablasio retina pada usia kurang dari 45 tahun, 60% laki-laki dan 40%

perempuan.9,10

Ablasio retina biasanya terjadi pada orang berusia 40-70 tahun. Namun,

cedera paintball pada anak-anak dan remaja merupakan penyebab umum dari cedera

mata, yang termasuk ablasio retina traumatik.9,10

E. KLASIFIKASI

Berdasakan penyebabnya ablasio retina dibagi menjadi:

1. ABLASIO RETINA REGMATOGENOSA

Ablasio regmatogenosa berasal dari kata Yunani rhegma, yang berarti

diskontuinitas atau istirahat. Pada ablasi retina regmatogenosa dimana ablasi

terjadi adanya robekan pada retina sehingga cairan masuk ke belakang antara

sel pigmen epitel dengan retina. Terjadi pendorongan retina oleh badan kaca

cair (fluid vitreus) yang masuk melalui robekan atau lubang pada retina ke

rongga subretina sehingga mengapungkan retina dan terlepas dari lapis epitel

pigmen koroid. Ablasio regmantogenosa spontan biasanya didahului atau

disertai oleh pelepasan korpus vitreum posterior. 1,3,11

Faktor predisposisi terjadinya ablasio retina regmantosa antara lain: 1,3

1. Usia. Kondisi ini paling sering terjadi pada umur 40 – 60 tahun. Namun,

usia tidak menjamin secara pasti karena masih banyak faktor yang

mempengaruhi

2. Jenis kelamin. Keadaan ini paling sering terjadi pada laki – laki dengan

perbandingan laki : perempuan adalah 3 : 2.

3. Miopia. Sekitar 40 persen kasus ablasio retina regmatogenosa adalah

seseorang yang menderita rabun jauh.

4. Afakia. Keadaan ini lebih sering terjadi pada orang yang afakia daripada

yang fakia.

5. Trauma. Mungkin juga bertindak sebagai faktor predisposisi

12

Page 13: Referat Ablasio Retina Ita

6. Senile posterior vitreous detachment (PVD). Hal ini terkait dengan ablasio

retina dalam banyak kasus.

7. Retina yang memperlihatkan degenerasi di bagian perifer seperti Lattice

degeneration, Snail track degeneration, White-with-pressure and white-

without or occult pressure, acquired retinoschisis

Berbagai factor resiko akan menyebabkan terjadinya robekan pada retina,

yang menyebabkan cairan vitreous dapat masuk ke ruang subretina melalui

robekan tersebut dan akan memisahkan retina dari epitel pigmen retina.3

Ablasi retina akan memberikan gejala prodromal berupa gangguan

penglihatan yang kadang–kadang terlihat sebagai adanya tabir yang menutupi

di depan mata (floaters) akibat dari degenerasi vitreous secara cepat dan

terdapat riwayat fotopsia (seperti melihat kilasan cahaya) pada lapangan

penglihatan karena iritasi retina oleh pergerakan vitreous.3,10

Ablasi retina yang berlokalisasi di daerah superotemporal sangat

berbahaya karena dapat mengangkat makula. Penglihatan akan turun secara

akut bila lepasnya retina mengenai makula lutea. Pada pemeriksaan

funduskopi akan terlihat retina yang terangkat berwarna pucat dengan

pembuluh darah diatasnya dan terlihat adanya robekan retina berwarna merah.

Bila bola mata bergerak akan terlihat retina yang lepas (ablasi) bergoyang.

Kadang – kadang terdapat pigmen didalam badan kaca. Pada pupil terdapat

adanya defek aferen pupil akibat penglihatan menurun. Tekanan bola mata

rendah dan dapat meninggi bila telah terjadi neovaskuler glaucoma pada

ablasi yang telah lama.3,6,7

13

Page 14: Referat Ablasio Retina Ita

Gambar 3. Ablasio retina tipe regmatogenosa, arah panah menunjukkan horseshoe

tear7

2. ABLASIO RETINA NON REGMATOGENOSA

A. ABLASIO RETINA EKSUDATIF

Ablasio retina eksudatif terjadi akibat adanya penimbunan cairan eksudat

di bawah retina (subretina) dan mengangkat retina hingga terlepas.

Penimbunan cairan subretina terjadi akibat ekstravasasi cairan dari pembuluh

retina dan koroid. Penyebab ablasio retina eksudatif yaitu penyakit sistemik

yang meliputi Toksemia gravidarum, hipertensi renalis, poliartritis nodos dan

karena penyakit mata yang meliputi inflamasi (skleritis posterior, selulitis

orbita), penyakit vaskular (central serous retinophaty, and exudative

retinophaty of coats), neoplasma (melanoma maligna pada koroid dan

retinoblastoma), perforasi bola mata pada operasi intraokuler.1-3

Ablasio retina eksudatif dapat dibedakan dengan ablasio retina regmatogenosa

dengan:3

a. Tidak adanya photopsia, lubang/sobekan, lipatan dan undulasi

b. Ablasio retina eksudatif halus dan konveks. Bagian atasnya biasa

bulat dan bisa menunjukkan gangguan pigmentari

c. Kadang-kadang, pola pembuluh darah retina mungkin terganggu

akibat adanya neovaskularisasi.

d. Pergeseran cairan ditandai dengan perubahan posisi daerah

terpisah karena pengaruh gravitasi merupakan ciri khas yang dari

ablasio retina eksudatif.

e. Pada tes transilluminasi, ablasio retina regmatogenosa nampak

transparan sedangkan ablasio retina eksudatif lebih opak.

14

Page 15: Referat Ablasio Retina Ita

Gambar 4. Ablasio retina eksudatif3

B. ABLASIO RETINA TRAKSI

Pada ablasio ini lepasnya jaringan retina terjadi akibat tarikan jaringan

parut. Pada badan kaca terdapat jaringan fibrosis yang dapat disebabkan

diabetes mellitus proliferative, trauma, dan perdarahan badan kaca akibat

bedah atau infeksi.1

Ablasio retina traksi dihubungkan dengan kondisi-kondisi seperti,

retraksi jaringan parut post trauma terutama akibat trauma penetrasi,

retinopati diabetik proliferatif, retinitis proliferans post hemoragik,

retinopati prematuritas, retinopati sel sabit.3

Tipe ini juga dapat terjadi sebagai komplikasi dari ablasio retina

regmatogensa. Ablasio retina tipe regmatogenosa yang berlangsung lama

akan membuat retina semakin halus dan tipis sehingga dapat menyebabkan

terbentuknya proliferatif vitreotinopathy (PVR). Pada PVR juga dapat

terjadi kegagalan dalam penatalaksanaan ablasio retina regmatogenosa. Pada

PVR, epitel pigmen retina, sel glia, dan sel lainya yang berada di dalam

maupun di luar retina pada badan vitreus akan membentuk membran.

Kontraksi dari membran tersebut akan menyebabkan retina tertarik ataupun

menyusut, sehingga dapat mengakibatkan terdapatnya robekan baru atau

berkembang menjadi ablasio retina traksi.1,3,7

15

Page 16: Referat Ablasio Retina Ita

Gambar 5. Ablasio retina traksi3

C. DIAGNOSIS

Ablasio retina ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan oftalmologi

dan pemeriksaan penunjang.

Anamnesis

Gejala umum pada ablasio retina yang sering dikeluhkan penderita adalah: 9,10,11

- Floaters (terlihatnya benda melayang – laying) yang terjadi karena adanya

kekeruhan di vitreus oleh adanya darah, pigmen retina yang lepas atau degenerasi

vitreous.

- Fotopsi (kilatan cahaya), tanpa adanya sumber cahaya di sekitarnya, yang

umumnya terjadi sewaktu mata digerakkan dalam keremangan cahaya atau dalam

keadaan gelap.

- Penurunan tajam penglihatan, penderita mengeluh penglihatannya sebagian

seperti tertutup tirai yang semakin lama semakian luas. Pada keadaan yang telah

lanjut, dapat terjadi penurunan tajam penglihatan yang berat.

Pada ablasio regmatogenosa, pada tahap awal masih relatif terlokalisir, tetapi

jika hal tersebut tidak diperhatikan oleh penderita maka akan berkembang menjadi

lebih berat jika berlangsung sedikit sedikit demi sedikit menuju ke arah makula.

Keadaan ini juga tidak menimbulkan rasa sakit. Kehilangan penglihatan dapat tiba-

tiba terjadi ketika kerusakannya sudah parah. Pasien biasanya mengeluhkan adanya

awan gelap atau tirai di depan mata.1,3

16

Page 17: Referat Ablasio Retina Ita

Selain itu perlu dianamnesa adanya faktor predisposisi yang menyebabkan

terjadinya ablasio retina seperti adanya riwayat trauma, riwayat pembedahan

sebelumnya seperti ekstraksi katarak, pengangkatan corpus alienum intraokuler,

riwayat penyakit mata sebelumnya (uveitis, perdarahan vitreus, ambliopia, glaukoma,

dan retinopati diabetik). Riwayat keluarga dengan sakit mata yang sama serta riwayat

penyakit yang berhubungan dengan ablasio retina (diabetes mellitus, tumor, sickle

cell leukimia, eklamsia, dan prematuritas.1,3

Pemeriksaan Oftalmologi

Adapun tanda – tanda yang dapat ditemukan pada keadaan ini antara lain:1,3,7

1. Pemeriksaan visus. Dapat terjadi penurunan tajam penglihatan akibat

terlibatnya makula lutea atau kekeruhan media refrakta atau badan kaca yang

menghambat sinar masuk. Tajam penglihatan akan sangat terganggu bila makula

lutea ikut terangkat.

2. Tekanan intraokuler biasanya sedikit lebih tinggi, normal, atau rendah

3. Pemeriksaan funduskopi. Merupakan salah satu cara terbaik untuk

mendiagnosa ablasio retina dengan menggunakan oftalmoskop inderek binokuler.

Pada pemeriksaan ini retina yang mengalami ablasio tampak sebagai membran

abu – abu merah muda yang menutupi gambaran vaskuler koroid. Jika terdapat

akumulasi cairan pada ruang subretina, didapatkan pergerakan undulasi retina

ketika mata bergerak. Pembuluh darah retina yang terlepas dari dasarnya

berwarna gelap, berkelok – kelok dan membengkok di tepi ablasio. Pada retina

yang terjadi ablasio telihat lipatan – lipatan halus. Satu robekan pada retina

terlihat agak merah muda karena terdapat pembuluh koroid dibawahnya.

4. Electroretinography (ERG) adalah dibawah normal atau tidak ada

5. Ultrasonography mengkonfirmasikan diagnosis.

D. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan pada ablasio retina adalah pembedahan. Pada pembedahan

ablasio retina dapat dilakukan dengan cara :

17

Page 18: Referat Ablasio Retina Ita

Scleral buckle

Metode ini paling banyak digunakan pada ablasio retina rematogenosa terutama

tanpa disertai komplikasi lainnya. Tujuan skleral buckling adalah untuk

melepaskan tarikan vitreous pada robekan retina, mengubah arus cairan

intraokuler, dan melekatkan kembali retina ke epitel pigmen retina. Prosedur

meliputi lokalisasi posisi robekan retina, menangani robekan dengan cryoprobe,

dan selanjutnya dengan skleral buckle (sabuk). Sabuk ini biasanya terbuat dari

spons silikon atau silikon padat. Ukuran dan bentuk sabuk yang digunakan

tergantung posisi lokasi dan jumlah robekan retina. Pertama – tama dilakukan

cryoprobe atau laser untuk memperkuat perlengketan antara retina sekitar dan

epitel pigmen retina. Sabuk dijahit mengelilingi sklera dengan jahitan tipe

matras pada sklera, sehingga terjadi tekanan pada robekan retina sehingga

terjadi penutupan pada robekan tersebut. Penutupan retina ini akan

menyebabkan cairan subretinal menghilang secara spontan dalam waktu 1-2

hari. Komplikasi dari skleral buckling meliputi myopia, iskemia okuler anterior,

diplopia, ptosis, ulitis sel orbital, perdarahan subretina, inkarserasi retina.3,5

Retinopeksi pneumatik

Retinopati pneumatik merupakan metode yang sering digunakan pada ablasio

retina regmatogenosa terutama jika terdapat robekan tunggal pada bagian

superior retina.Tujuan dari retinopeksi pneumatik adalah untuk menutup

kerusakan pada retina dengan gelembung gas intraokular dalam jangka waktu

yang cukup lama hingga cairan subretina direabsorbsi. Teknik pelaksanaan

prosedur ini adalah dengan menyuntikkan gelembung gas (SF6 atau C3F8) ke

dalam rongga vitreus. Gelembung gas ini akan menutupi robekan retina dan

mencegah pasase cairan lebih lanjut melalui robekan. Jika robekan dapat

ditutupi oleh gelembung gas, cairan subretinal biasanya akan hilang dalam 1-2

hari. Robekan retina dapat juga dilekatkan dengan kriopeksi atau laser sebelum

gelembung disuntikkan. Parasentesis ruang anterior bisanya dibutuhkan untuk

menurunkan tekanan intraokuler yang dihasilkan oleh injeksi gas. Pasien harus

mempertahankan posisi kepala tertentu selama beberapa hari untuk meyakinkan

18

Page 19: Referat Ablasio Retina Ita

gelembung terus menutupi robekan retina. Untuk pasien ablasio retina dengan

durasi < 14 hari yang melibatkan makula, prosedur retinopeksi traumatic lebih

baik daripada skleral buckling. Komplikasi dari prosedur ini meliputi migrasi

gas ke subretina, migrasi gas ke ruang anterior, endoftalmitis, katarak, dan

ablasio retina rekurens dengan terbentuknya kerusakan retina yang baru 3,5

Gambar 6. Retinopeksi traumatik5

Vitrektomi

Merupakan cara yang paling banyak digunakan pada ablasio akibat diabetes,

dan juga pada ablasio regmatogenosa yang disertai traksi vitreus atau

perdarahan vitreus. Cara pelaksanaannya yaitu dengan membuat insisi kecil

pada dinding bola mata kemudian memasukkan instrumen pada ruang vitreous

melalui pars plana. Setelah itu dilakukan vitrektomi dengan vitreus cutre untuk

menghilangkan berkas badan kaca (vitreuos stands), membran, dan

perlengketan – perlengketan. Teknik dan instrumen yang digunakan tergantung

tipe dan penyebab ablasio. Lebih dari 90% lepasnya retina dapat direkatkan

kembali dengan teknik-teknik bedah mata modern, meskipun kadang- kadang

diperlukan lebih dari satu kali operasi.3,5,6

E. PROGNOSIS

Penatalaksanaan bedah berhasil pada 80% pasien ablasio retina. Hasil akhir

perbaikan pada penglihatan tergantung dari beberapa factor, misalnya keterlibatan

macula. Dalam keadaan di mana ablasio telah melibatkan makula, ketajaman

19

Page 20: Referat Ablasio Retina Ita

penglihatan jarang kembali normal. Lubang, robekan, atau tarikan baru mungkin

terjadi dan menyebabkan ablasio retina yang baru. Suatu penelitian telah melaporkan

bahkan setelah pemberian terapi preventif pada robekan retina, 5% - 9% pasien dapat

mengalami robekan baru pada retina

DAFTAR PUSTAKA

1. Hardy RA, Shetlar DJ. Retina. In: Riordan P, Whitcher JP. editors. Vaughan

and Asbury’s General Ophthalmology. 16th ed. New York: McGraw-

Hill.2004. p. 190, 200-201

2. Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Masa edisi ketiga. 2010. Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia: Jakarta. p.1-10, 183-6

20

Page 21: Referat Ablasio Retina Ita

3. Khurana AK. Diseases of The Retina. In: Comprehensive Ophthalmology. 4th

edition. New Age International Limited Publisher: India. 2007. p. 250-2, 275-

9.

4. Carneiro J, Junqueira LC. Histologi Dasar Teks & Atlas. Edisi 10. Jakarta:

EGC. 2007. Hal. 470-475

5. American Academy of Ophthalmology. Retina and Vitreous: Section 12

2011-2012. Singapore: LEO. 2011. p. 360-4

6. Cassidy L, Olver, J. Ophthalmology at a Glance. 2005. Blackwell Science:

USA. 2005. p. 84-6.

7. Lang, GK. Ophtalmology, A Pocket Textbook Atlas. 2nd Edition.

2006.Stuttgart: Thieme. 2007. p. 305-322, 339- 344.

8. James, Bruce, dkk. Oftalmologi Lecture Notes. 2003. Erlangga: Jakarta. p.

117-22

9. Larkin, L. Gregory. Retinal Detachment. 2010. [cited 14th April 2013].

Available from : http//emedicine.medscape.com/article/1226426

10. Swierzewski SJ. Retinal Detachment. 2011. [cited 14th April 2013]. Available

from : http://www.healthcommunities.com/retinal-detachment/retinal-

detachment-overview.shtml

11. Dahl AA. Retinal Detachment. 2010. [cited 14th April 2013]. Available from :

http://www.medicinenet.com/retinal_detachment/article.htm

12. Sidarta I. Penglihatan Turun Perlahan Tanpa Mata Merah. Ilmu Penyakit Mata

Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2007.p.200-11

13. Khurana, AK. Diseases of the Lens In: Comprehensive Ophthalmology.

Fourth edition. New Age International: New Delhi; 2007.p.167-202

14. Holmes J. Phacoemulsification. 2011. [cited 15th April 2013]. Available from: http://www.medisurg.com/Pages/BlogDetail.aspx?PageID=17&BlogID=5

21