Askep Ablasio Retina

24
BAB I PENDAHULUAN A.LATAR BELAKANG Ablasio retina terjadi bila ada pemisahan retina neurosensori dari lapisan epitel berpigmen retina dibawahnya karena retina neurosensori, bagian retina yang mengandung batang dan kerucut, terkelupas dari epitel berpigmen pemberi nutrisi, maka sel fotosensitif ini tak mampu melakukan aktivitas fungsi visualnya dan berakibat hilangnya penglihatan (C. Smelzer, Suzanne, 2002). Lepasnya retina dapat menyerang satu dari 10.000 orang setiap tahun di Amerika Serikat. Kejadian ini merupakan masalah mata yang serius dan dapat terjadi pada usia berapapun, walaupun biasanya terjadi pada orang usia setengah baya atau lebih tua. Kejadian ini lebih besar kemungkinannya terjadi pada orang yang menderita rabun jauh (miopia) atau berkacamata minus dan pada orang-orang yang anggota keluarganya ada yang pernah mengalami lepas retina. Lepasnya retina dapat pula terjadi akibat pukulan yang keras. Selain itu, walaupun agak jarang, kondisi ini dapat merupakan penyakit keturunan yang bahkan dapat terjadi pada bayi dan anak-anak. Bila tidak segera dilakukan tindakan, lepasnya retina akan mengakibatkan cacat penglihatan atau kebutaan.

Transcript of Askep Ablasio Retina

Page 1: Askep Ablasio Retina

BAB I

PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG

Ablasio retina terjadi bila ada pemisahan retina neurosensori dari lapisan

epitel berpigmen retina dibawahnya karena retina neurosensori, bagian retina

yang mengandung batang dan kerucut, terkelupas dari epitel berpigmen

pemberi nutrisi, maka sel fotosensitif ini tak mampu melakukan aktivitas fungsi

visualnya dan berakibat hilangnya penglihatan (C. Smelzer, Suzanne, 2002).

Lepasnya retina dapat menyerang satu dari 10.000 orang setiap tahun di

Amerika Serikat. Kejadian ini merupakan masalah mata yang serius dan dapat

terjadi pada usia berapapun, walaupun biasanya terjadi pada orang usia

setengah baya atau lebih tua. Kejadian ini lebih besar kemungkinannya terjadi

pada orang yang menderita rabun jauh (miopia) atau berkacamata minus dan

pada orang-orang yang anggota keluarganya ada yang pernah mengalami lepas

retina. Lepasnya retina dapat pula terjadi akibat pukulan yang keras. Selain itu,

walaupun agak jarang, kondisi ini dapat merupakan penyakit keturunan yang

bahkan dapat terjadi pada bayi dan anak-anak. Bila tidak segera dilakukan

tindakan, lepasnya retina akan mengakibatkan cacat penglihatan atau

kebutaan.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian ablasio Retina?

2. Apa etiologi ablasio Retina?

3. Apa manifestasi ablasio Retina?

4. Bagaimana patofisiologi Retina?

5. Bagaimana pemeriksaan penunjang ablasio Retina?

6. Bagaimana penatalaksanaan ablasio Retina?

7. Bagaimana askep ablasio Retina?

Page 2: Askep Ablasio Retina

C. TUJUAN PENULISAN

1. Untuk mengetahui pengertian ablasio Retina?

2. Untuk mengetahui etiologi ablasio Retina?

3. Untuk mengetahui manifestasi ablasio Retina?

4. Untuk mengetahui patofisiologi Retina?

5. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang ablasio Retina?

6. Untuk mengetahui penatalaksanaan ablasio Retina?

7. Untuk mengetahui askep ablasio Retina?

Page 3: Askep Ablasio Retina

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Ablasio Retina adalah pelepasan retina dari lapisan epitelium

neurosensoris retina dan lapisan epitelia pigmen retina (Donna D. Ignativicius,

1991) Ablatio Retina juga diartikan sebagai terpisahnya khoroid di daerah

posterior mata yang disebabkan oleh lubang pada retina, sehingga

mengakibatkan kebocoran cairan, sehingga antara koroid dan retina

kekurangan cairan (Barbara L. Christensen 1991).

Ablasio retina terjadi ketika retina terlepas dari tempat perlekatannya.

Kejadian ini serupa dengan wallpaper yang terkelupas dari dinding. Hal ini

diawali oleh robeknya retina yang diikuti menyusupnya cairan pada robekan

tersebut. Cairan tersebut akan menyusup terus di antara retina dan dinding

bola mata yang berakibat terlepasnya retina. Retina yang terlepas ini dapat

menyebabkan hilangnya penglihatan secara permanen. (Www.

Klinikmatanusantara.com)

Ablasio retina adalah terlepasnya retina dari perlekatan dengan lapisan

dibawahnya, sebagian atau seluruhnya, sehingga mengakibatkan terputusnya

proses penglihatan. Kondisi ini dapat menyebabkan cacat penglihatan atau

kebutaan. ( www.bandungeyecenter.com )

Ablasio retina adalah lepasnya retina dari tempatnya. Kejadian ini

merupakan masalah mata yang serius dan dapat terjadi pada berbagai usia.

Kejadian ini lebih besar kemungkinannya pada penderita yang memakai

kacamata minus (miopia) tinggi. Juga dapat tejadi akibat pukulan yang keras.

(Www.indo.net.id)

Ablasio retina adalah terpisahnya / terlepasnya retina dari jaringan

pendukung di bawahnya. ( www.medicastore.com )

Page 4: Askep Ablasio Retina

Ablasio retina terjadi bila ada pemisahan retina neurosensori dari lapisan

epitel berpigmen retina dibawahnya karena retina neurosensori, bagian retina

yang mengandung batang dan kerucut, terkelupas dari epitel berpigmen

pemberi nutrisi, maka sel fotosensitif ini tak mampu melakukan aktivitas fungsi

visualnya dan berakibat hilangnya penglihatan (C. Smelzer, Suzanne, 2002).

B. Etiologi

Lepasnya retina dapat menyerang satu dari 10.000 orang setiap tahun di

Amerika Serikat. Kejadian ini merupakan masalah mata yang serius dan dapat

terjadi pada usia berapapun, walaupun biasanya terjadi pada orang usia

setengah baya atau lebih tua. Kejadian ini lebih besar kemungkinannya terjadi

pada orang yang menderita rabun jauh (miopia) atau berkacamata minus dan

pada orang-orang yang anggota keluarganya ada yang pernah mengalami lepas

retina. Lepasnya retina dapat pula terjadi akibat pukulan yang keras. Selain itu,

walaupun agak jarang, kondisi ini dapat merupakan penyakit keturunan yang

bahkan dapat terjadi pada bayi dan anak-anak. Bila tidak segera dilakukan

tindakan, lepasnya retina akan mengakibatkan cacat penglihatan atau

kebutaan. Penyebab lain ablasio retina seperti trauma mata, abalisio retina

pada mata yang lain, pernah mengalami operasi mata, ada daerah retina yang

tipis / lemah yang dilihat oleh dokter mata, robekan retina, komplikasi,

diabetus melitus paradangan, pada usia lanjut (perubahan degeneratif dalam

vitreus atau retina), malformasi kongenital, kelainan metabolisme, penyakit

vaskuler, dan inflanmasi intraokuler neoplasma.

C. Manifestasi Klinis

Gejala pertama penderita ini melihat kilatan - kilatan bintik hitam

mengapung dan cahaya. Pada beberapa penderita lepasnya retina mungkin

terjadi tanpa didahului oleh terlihatnya bintik bintik hitam (floaters) ataupun

kilatan cahaya yang nyata. Dalam hal ini penderita mungkin menyadari

penglihatannya seolah - olah pinggir. Perkembangan lepasnya retina yang lebih

lanjut akan mengaburkan penglihatan sentral dan menimbulkan kemunduran

Page 5: Askep Ablasio Retina

penglihatan. Penglihatan seperti ada lapisan hitam yang menutupi sebagian

atau seluruh pandangan seperti terhalang tirai / bergelombang.

D. Patofisiologi

Retina adalah jaringan tipis dan transparan yang peka terhadap cahaya,

yang terdiri dari sel-sel dan serabut saraf. Retina melapisi dinding mata bagian

dalam seperti kertas dinding melapisi dinding rumah. Retina berfungsi seperti

lapisan film pada kamera foto: cahaya yang melalui lensa akan difokuskan ke

retina. Sel-sel retina yang peka terhadap cahaya inilah yang menangkap

"gambar" dan menyalurkannya ke otak melalui saraf optik. Sebab dan Gejala

Lepasnya Retina Sebagian besar lepasnya retina terjadi akibat adanya satu atau

lebih robekan-robekan kecil atau lubang-lubang di retina. Kadang-kadang

proses penuaan yang normal pun dapat menyebabkan retina menjadi tipis dan

kurang sehat, tetapi yang lebih sering mengakibatkan kerusakan dan robekan

pada retina adalah menyusutnya korpus vitreum, bahan jernih seperti agar-agar

yang mengisi bagian tengah mata. Korpus vitreum erat melekat ke retina pada

beberapa lokasi di sekeliling dinding mata bagian belakang. Bila korpus vitreum

menyusut, ia dapat menarik sebagian retina bersamanya, sehingga

menimbulkan robekan atau lubang pada retina. Meskipun beberapa jenis

penyusutan korpus vitreum merupakan hal yang normal terjadi pada

peningkatan usia dan biasanya tidak menimbulkan kerusakan pada retina,

korpus viterum dapat pula, menyusut pada bola mata yang tumbuh menjadi

besar sekali (kadang-kadang ini merupakan akibat dari rabun jauh), oleh

peradangan , atau karena trauma. Pada sebagian besar kasus retina baru lepas

setelah terjadi perubahan besar struktur korpus vitreum.

Bila sudah ada robekan-robekan retina, cairan encer seperti air dapat

masuk dari korpus vitreum ke lubang di retina dan dapat mengalir di antara

retina dan dinding mata bagian belakang. Cairan ini akan memisahkan retina

dari dinding mata bagian belakang dan mengakibatkan retina lepas. Bagian

retina yang terlepas tidak akan berfungsi dengan baik dan di daerah itu timbul

Page 6: Askep Ablasio Retina

penglihatan kabur atau daerah buta. Perlu diketahui bahwa ada beberapa jenis

lepasnya retina yang disebabkan oleh penyakit mata lain, seperti tumor,

peradangan hebat, atau sebagai komplikasi dari diabetes. Ini disebut ablasio

retina sekunder. Dalam hal ini tidak ditemukan robekan ataupun lubang-lubang

di retina, dan retina hanya bisa kembali ke posisinya yang normal dengan

mengobati penyakit yang menyebabkan lepasnya retina.

E. Pemeriksaan Penunjang

Karena itu bila ada keluhan seperti di atas, pasien harus segera

memeriksakan diri ke dokter spesialis mata. Dokter akan memeriksa dengan

teliti retina dan bagian dalam dengan alat yang disebut oftalmoskop. Dengan

cahaya yang terang dan pembesaran dari alat tersebut, dokter dapat

menentukan lokasi daerah retina robek atau daerah yang lemah yang perlu

diperbaiki dalam pengobatan. Alat-alat diagnostik khuhsus lainnya yang

mungkin perlu digunakan adalah lensa-lensa khusus, mikroskop, dan

pemeriksaan ultrasonografi (USG). Terapi bila retina robek tetapi belum lepas,

maka lepasnya retina itu dapat dicegah dengan tindakan segera.

F. Penatalaksanaan

Setelah dilakukan pemeriksaan penunjang ditemukan terjadi robekan

retina maka harus dilakukan pembedahan. Ada beberapa prosedur yang dapat

digunakan. Prosedur yang dipilih tergantung pada beratnya lepas retina dan

pertimbangan dokter. Fotokoagulasi Laser Bila ditemukan robekan-robekan

kecil di retina dengan sedikit atau tanpa lepasnya retina, maka robekan ini

dapat direkatkan lagi dengan sinar laser. Laser akan menempatkan luka bakar-

luka bakar kecil di sekeliling pinggir robekan. Luka bakar ini akan menimbulkan

jaringan parut yang mengikat pinggiran robekan dan mencegah cairan lewat

dan berkumpul di bawah retina. Bedah laser oftalmologi sekarang biasanya

dilakukan sebagai tindakan pada pasien berobat jalan dan tidak memerlukan

sayatan bedah. Pembekuan (Kriopeksi) membekukan dinding bagian belakang

mata yang terletak di belakang robekan retina, dapat merangsang

Page 7: Askep Ablasio Retina

pembentukan jaringan parut dan merekatkan pinggir robekan retina dengan

dinding belakang bola mata. Pembekuan biasanya dilakukan dengan prosedur

pasien berobat jalan tetapi membutuhkan pembiusan lokal pada mata.

Tindakan bedah bila cukup banyak cairan telah terkumpul di bawah retina

dan memisahkan retina dengan mata bagian belakang, maka diperlukan operasi

yang lebih rumit untuk mengobati lepas retina itu. Teknik operasinya

bermacam-macam, tergantung pada luasnya lapisan retina yang lepas dan

kerusakan yang terjadi, tetapi semuanya dirancang untuk menekan dinding

mata ke lubang retina, menahan agar kedua jaringan itu tetap menempel

sampai jaringan parut melekatkan bagian robekan. Kadang-kadang cairan harus

dikeluarkan dari bawah retina untuk memungkinkan retina menempel kembali

ke dinding belakang mata. Seringkali sebuah pita silikon atau bantalan penekan

ditempatkan di luar mata untuk dengan lembut menekan dinding belakang

mata ke retina. Dalam operasi ini dilakukan pula tindakan untuk menciptakan

jaringan parut yang akan merekatkan robekan retina, misalnya dengan

pembekuan, dengan laser atau dengan panas diatermi (aliran listrik dimasukkan

dengan sebuah jarum).

Jenis operasi ablasio retina:

a. Pneumoretinopeksi: operasi singkat untuk melekatkan kembali retina

yang lepas (ablasio retina).

b. Scleral Buckling: Operasi untuk melekatkan kembali retina yang lepas.

c. Vitrektomi: Operasi ini memerlukan alat khusus, ahli bedah akan

melakukan operasi didalam rongga bola mata untuk membersihkan

vitreus yang keruh, melekatkan kembali vitreus yang mengalami ablasio,

mengupas jaringan ikat dari permukaan retina, dan tindakan-tindakan

lain yang diperlukan

Page 8: Askep Ablasio Retina

Untuk memperbaiki Ablatio Retina dilakukan prosedur operasi scleral

bucking yaitu pengikatan kembali retina yang lepas.

1. Pengelolaan penderita sebelum operasi

a. Mengatasi kecemasan

b. Membatasi aktivitas

c. Penutup mata harus selalu dipakai untuk mencegah atau

membatasi pergerakan bola mata

d. Pengobatan dengan obat tetes mata jenis midriaticum untuk

mencegah akomodasi dan kontriksi.

2. Pengelolaan penderita setelah operasi

a. Istirahatkan pasien (bad rest total) minimal dalam 24 jam

pertama.

b. Ukur vital sign tiap jam dalam 24 jam pertama.

c. Evaluasi penutup mata

d. Bantu semua kebutuhan ADL

e. Perawatan dan pengobatan sesuai program

G. Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi setelah operasi vitreoretinal:

1. Infeksi

2. Perdarahan

3. Ablasio retina kembali, sebagai komplikasi operasi

4. Penglihatan yang menurun

5. Peningkatan tekanan bola mata

6. Glaukoma

7. Katarak akan timbulnya lebih awal pada lebih dari 50% pasien yang

telah menjalani operasi vitrektomi. Selanjutnya, pasien ini akan

menjalani operasi katarak beberapa tahun kemudian.

8. Komplikasi akibat pembiusan dapat saja terjadi. Pembiusan lokal

kadang-kadang menimbulkan perdarahan di sekeliling mata tapi jarang

Page 9: Askep Ablasio Retina

berakibat langsung pada mata. Pembiusan umum berpotensi mengalami

resiko serius. Kapan Anda akan mendapatkan pembiusan umum, Anda

akan ditangani oleh spesialis anestesiologi sebelum operasi.

Page 10: Askep Ablasio Retina

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ABLASIO RETINA

A. PENGKAJIAN

a. Data subyektif

· Pasien mengeluh tiba-tiba melihat kilatan cahaya terang dan bintik-bintik

hitam yang beterbangan di ruang pan dang.

· Pasien mengeluh melihat tirai yang menutupi lapang pandang.

· Pasien menyatkan takut dan cemas karena kehilangan fungsi penglihatan

secara tiba-tiba.

b. Data Obyektif

· Dengan pemeriksaan ophtalmoskop indirek terlihat gambaran gelembung

abu-abu atau lipatan-lipatan pada retina yang bergetar dan bergerak

· Aktifitas pasien terbatas

· Mata pasien tertutup dengan gaas

· Pasien mendapat obat tetes mata midryatil

· Wajah pasien tampak tegang dan cemas

· Pada pemeriksaan visus: OD 1/4 Os 2/60

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa Keperawatan yang mungkin ditemukan pada pasien Ablatio Retina

Pre operatif

1. Gangguan persepsi sensori penglihatan

Page 11: Askep Ablasio Retina

2. Cemas

3. Kurang perawatan diri

Post operatif

1. Nyeri akut

2. Resiko infeksi

3. Kurang perawatan diri

C. Intervensi KEPERAWATAN

PRE OP

1. Gangguan persepsi sensori penglihatan bd lepasnya retina

Kriteria Hasil:

Kooperatif dalam tindakan

Menyadari hilangnya pengelihatan secara permanen

Intervensi:

Kaji dan catat ketajaman pengelihatan Rasional: menentukan kemampuan visual

Kaji deskripsi fungsional apa yang dapat dilihat / tidak. Rasional: Memberikan

keakuratan thd pengelihatan dan perawatan.

Sesuaikan lingkungan dengan kemampuan pengelihatan. Rasional: Meningkatkan

self care dan mengurangi ketergantungan.

Kaji jumlah dan tipe rangsangan yang dapat diterima klien. Rasional:

Meningkatkan rangsangan pada waktu kemampuan pengelihatan menurun.

Page 12: Askep Ablasio Retina

2. Cemas bd kurang pengetahuan

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pengetahuan klien

bertambah

KH:

1. Kien tidak gelisah

2. Klien tenang

3. Klien dapat mengatakan tentang proses penyakit, metode pencegahan

dan instruksi perawatan di rumah

Intervensi:

1. Kaji tingkat kecemasan

Rasional: Untuk mengetahui berat ringannya kecemasan klien

2. Berikan kesampatan Klien untuk mengungkapkan perasaannya

Rasional: Agar klien memiliki semangat dan mau empati terhadap perawatan dan

pengobatan

3. Beri Support pada klien

Rasional: Agar klien memiliki semangat

4. Berikan dorongan spiritual

Rasional: Agar klien kembali menyerahkan sepenuhnya kepada Tuhan Yang

Maha Esa.

5. Berikan penkes

Page 13: Askep Ablasio Retina

Rasional: Agar klien mengerti sepenuhnya tentang penyakit yang dialaminya

6. Memberikan kepada pasien untuk menanyakan apa yang tidak diketahui

tentang penyakitnya.

Rasional: Mengetahui sejauh mana ketidaktahuan pasien tentang penyakitnya

7. Kaji ulang proses penyakit dan harapan yang akan datang

Rasional: Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat menbuat pilihan

berdasarkan informasi.

3. Kurang Perawatan diri bd ketidak berdayaan

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan perawatan diri

pasien terpenuhi

KH :

1. Kien tidak kotor

2. Klien tenang

3. klien merasa nyaman

Intervensi:

Bantu klien melakukan hygiene

Rasional: memenuhi perawatan diri klien

Beri program perawatan dir pada klien

Rasional: agar perawatan diri klien teratur

Kontrol hygiene klien dua kali sehari

Page 14: Askep Ablasio Retina

Rasional: mengetahui perawatan diri klien

Berikan HE tentang personal hygiene

Rasional: agar klien memahami pentingnya perawatan diri.

POST OP

1. Nyeri akut bd luka post op

Tujuan : setelah di lakukan tidakan keperawatan selama 3X24 jam diharapkan

nyeri berkurang atau hilang.

KH :

1. klien mengatakan nyeri berkurang / hilang

2. skala nyeri menurun

3. klien tampak rileks

Intervensi:

1. Kaji skala nyeri

Rasional: mengetahui seberapa nyeri yang di alami klien

2. Berikan posisi relaks pada pasien.

Rasional: agar klien merasa nyaman

3. Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi.

Rasional: menurunkan nyeri klien

4. Kolaborasi pemberian analgesic.

Raional: analgesic menghilangkan nyeri

Page 15: Askep Ablasio Retina

2. Resiko infeksi bd insisi post op

Tujuan : setelah di lakukan tidakan keperawatan selama 3X24 jam diharapkan

infeksi tidak terjadi.

KH :

1. tidak ada tanda-tanda infeksi

2. leukosit stabil

Intervensi:

1. Pantau tanda-tanda infeksi

Rasional: mengetahui tanda awal infeksi

2. Lakukan rawat luka secara steril

Rasional: mencegah terjadinya infeksi

3. Oleskan alkohol di sekitar luka post op

Rasional: mencegah terjadinya infeksi

4. Berikan antibiotik sesuai advis dokter

Rasional: antibiotik mencegah infeksi

3. Kurang Perawatan diri bd ketidak berdayaan

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan perawatan diri

pasien terpenuhi

KH :

Page 16: Askep Ablasio Retina

1. Kien tidak kotor

2. Klien tenang

3. klien merasa nyaman

Intervensi:

1. Bantu klien melakukan hygiene

Rasional: memenuhi perawatan diri klien

2. Berikan program perawatan dir pada klien

Rasional: agar perawatan diri klien teratur

3. Kontrol hygiene klien dua kali sehari

Rasional: mengetahui perawatan diri klien

4. Berikan HE tentang personal hygiene

Rasional: agar klien memahami pentingnya perawatan diri.

Page 17: Askep Ablasio Retina

BAB III

PENUTUP

A. KESIPULAN

Ablasio Retina adalah pelepasan retina dari lapisan epitelium neurosensoris

retina dan lap isan epitelia pigmen retina (Donna D. Ignativicius, 1991) Ablatio

Retina juga diartikan sebagai terpisahnya khoroid di daerah posterior mata yang

disebabkan oleh lubang pada retina, sehingga mengakibatkan kebocoran cairan,

sehingga antara koroid dan retina kekurangan cairan (Barbara L. Christensen

1991).

Kejadian ini merupakan masalah mata yang serius dan dapat terjadi pada usia

berapapun, walaupun biasanya terjadi pada orang usia setengah baya atau lebih

tua.

Gejala pertama penderita ini melihat kilatan - kilatan bintik hitam mengapung

dan cahaya. Pada beberapa penderita lepasnya retina mungkin terjadi tanpa

didahului oleh terlihatnya bintik bintik hitam (floaters) ataupun kilatan cahaya

yang nyata.

Page 18: Askep Ablasio Retina

B. SARAN

Penulis mengetahui bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna sehingga penulis

mengharapkan saran atau kritik yang membangun dari pembaca sehingga

makalah ini bisa mendekati kata sempurna. Opini dari para pembaca sangat

berarti bagi kami guna evaluasi untuk menyelesaikan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Bare, BG & Smeltzer, SC 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jarkarta: EGC.

Corwin, Elizabeth. J. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.

Doenges. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta : EGC.

Hamzah, Mochtar. 2005. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi 4. Jakarta: Balai

Penerbit FKUI.

Price dan Wilson. 1991. Patofisiologi Konsep Klinik Proses-Proses Penyakit Edisi 2.

Jakarta: EGC.

Tim Penyusun. 1982. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta: Media

Aesculapius.

Tim Penyusun. 2000. Kapita Selekta Kedokteran 2. Jakarta: Media Aesculapius.