case long

30
LONG CASE REFRAKSI DISUSUN OLEH KELLY KHESYA 030.10.150 PEMBIMBING Dr. HERU MAHENDRATA, Sp.M KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI 1

description

mata

Transcript of case long

LONG CASE

REFRAKSI

DISUSUN OLEHKELLY KHESYA

030.10.150PEMBIMBING

Dr. HERU MAHENDRATA, Sp.M

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATAFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BUDHI ASIHBAB I

PENDAHULUAN

Kelainan refraksi atau ametropia merupakan kelainan pembiasan sinar pada mata sehingga sinar tidak difokuskan pada retina atau bintik kuning, tetapi dapat di depan atau di belakang bintik kuning dan mungkin tidak terletak pada satu titik yang fokus. Kelainan refraksi dikenal dalam bentuk miopia, hipermetropia dan astigmatisma.1 Hampir setiap saat kita menjumpai kasus kelainan refraksi di lingkungan kita dan angka ini secara teoritis meningkat terus tiap tahunnya. Peningkatan angka kejadian kelainan refraksi ini dipicu oleh deteksi dini kelainan refraksi seiring berkembangnya teknologi kedokteran sehingga kasus yang dulu tidak terdeteksi dapat ditemukan, makin canggihnya teknologi visual yang merangsang penggunaan indera penglihatan terus menerus dan gaya hidup masyarakat yang menuntut penggunaan penglihatan secara terus menerus. Ada pula faktor-faktor medis yang dapat mempengaruhi kemampuan penglihatan seperti penyakit-penyakit sistemik, trauma yang menyebabkan lepasnya lensa mata dari penggantungnya atau laserasi kornea dan kelainan-kelainan kongenital.

Undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan menyatakan bahwa upaya pembangunan nasional diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajad kesehatan optimal. Kesehatan indera penglihatan merupakan saraf penting untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat, dalam rangka mewujudkan manusia Indonesia yang cerdas, produktif, maju, mandiri dan sejahtera lahir dan batin.

WHO memperkirakan terdapat 45 juta penderita kebutaan di dunia, di mana sepertiganya berasal dari Asia Tenggara. Diperkirakan 12 orang menjadi buta tiap menit di dunia, dan 4 diantaranya berasal dari Asia tenggara., sedangkan di indonesia di perkirakan setiap 1 menit orang menjadi buta. Hasil survey Kesehatan Indera Penglihatan dan Pendengaran tahun 1993-1996, menunjukkan angka kebutaan 1,5%. Penyebab utama adalah katarak (0,79%), glaukoma (0,20%), kelainan refraksi (0,14%), dan penyakit lain yang berhubungan dengan lanjut usia (0,38%). 2 Hasil Survei Kesehatan Indera Penglihatan dan Pendengaran yang dilakukan oleh Depkes di 8 Propinsi (Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara Barat) berturut-turut pada tahun anggaran 1993/1994, 1994/1995, 1995/1996, 1996/1997, ditemukan kelainan refraksi sebesar 22,1% dan menempati urutan pertama dalam 10 penyakit mata terbesar di Indonesia. Gangguan penglihatan akibat kelainan refraksi dengan prevalensi sebesar 22,1% menjadi masalah serius, 10% dari 66 juta anak usia sekolah (5-19 tahun) menderita kelainan refraksi. Sampai saat ini pemakaian kacamata koreksi masih rendah yaitu 12,5% dari prevalensi. Jika keadaan ini tidak ditangani secara sungguh, maka akan berpengaruh pada perkembangan kecerdasan anak dan proses pembelajarannya yang juga akan mempengaruhi mutu, kreativitas dan produktivitas angkatan kerja (15-55 tahun), yang diperkirakan berjumlah 95 juta orang (BPS, tahun 2000). Pada gilirannya akan mengganggu laju pembangunan ekonomi nasional yang kini dititikberatkan pada pengembangan da penguatan usaha kecil menengah untuk mengentaskan golongan ekonomi lemah.

BAB IILAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIENNama

: An. IHJenis Kelamin

: Laki-lakiUsia

: 11 tahun

Alamat

: KP Pengasingan No. 63, Rt/Rw : 07/02

Kelurahan Pengasinan, Rawa LumbuPekerjaan

: PelajarStatus Pernikahan: Belum menikahPendidikan

: SDAgama

: Islam

Nomor RM

: 971860II. ANAMNESIS

Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada hari Kamis, 9 April 2015 pada pukul 12.00 WIB di Poli Mata RSUD Budhi Asih.

Keluhan Utama: benjolan pada kelopak mata kanan atas Keluhan Tambahan: buram saat melihat jauh Riwayat Penyakit Sekarang

An. I datang ke Poli Mata RSUD Budhi Asih dengan keluhan benjolan pada kelopak mata kanan bagian atas. Benjolan muncul sejak sekitar 6 bulan lalu, benjolan dirasakan membesar hingga sekarang diameter sekitar 0,5-1 cm. Os menyangkal rasa nyeri atau kemerahan pada benjolan tersebut. Mata merah disangkal, namun os mengeluhkan adanya rasa mengganjal pada mata kanan. Mata berair (-), gatal (-), perih (-).

Selain itu, os juga mengeluhkan penglihatannya buram sejak kelas 3 SD (sekitar 2 tahun lalu, sekarang os kelas 5 SD). Buram dirasaka semakin bertambah. Os mengeluhkan buram saat melihat jauh, os masih mampu melihat atau membaca dekat. Mata lelah jika terlalu lama melihat jauh (+). Os menyangkal riwayat mata merah, sekret (-), silau (-), mata berair (-) , penglihatan double (-) atau perih (-). Riwayat trauma disangkal. Riwayat Penyakit Dahulu

Os tidak pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya. Os tidak ada riwayat memakai kacamata. Tidak ada riwayat peyakit yang membuat os harus dirawat. Tidak ada riwayat alergi. Riwayat kehamilan dan tumbuh kembang

Pada waktu di dalam kandungan, keluarga menyangkal adanya riwayat penyakit infeksi atau masalah pada kehamilan. Tumbuh kembang os pun dinyatakan baik. Riwayat imunisasi lengkap. Riwayat Penyakit Keluarga

Os menyangkal adanya anggota keluarga yang mengalami keluhan yang sama dengan os. Ayah, ibu maupun kedua kakak pasien tidak ada riwayat keluhan serupa atau riwayat penggunaan kacamata. Riwayat PengobatanTidak ada. Riwayat Kebiasaan

Os suka membaca buku dengan posisi tengkurap dengan jarak baca kurang lebih 30 cm. Os mengkonsumsi buah dan sayuran (+). III. PEMERIKSAAN FISIK

A. Keadaan Umum

Kesan Sakit: Tampak sakit ringan

Kesadaran: Compos mentis

Status gizi: Baik

Tanda-tanda vital

Tekanan Darah: - mmHg

Nadi: 84 x/menit

Suhu: Afebris

Pernapasan: 20 x/menitB. Status Ophtalmologis

Oculi Dextra (OD)PemeriksaanOculi Sinistra (OS)

6/120 S -5,50 = 6/9 PH (-)Visus6/120 S -5,50 C-1,00 X165 = 6/9 PH (-)

OrtoforiaKedudukan Bola MataOrtoforia

Pergerakan BolaMata

Edema (-), Entropion (-), Ektropion (-), Trikiasis (-), Distikiasis (-), Ptosis (-), Lagoftalmus (-), sebuah benjolan 0,5-1 cm (+), nyeri tekan (-), hiperemis (-), teraba hangat (-)Palpebra SuperiorEdema (-), Hiperemis (-). Entropion (-), Ektropion (-), Trikiasis (-), Distikiasis (-), Ptosis (-), Lagoftalmus (-), Nyeri Tekan (-), Benjolan (-)

Edema (-), Hiperemis (-). Entropion (-), Ektropion (-), Trikiasis (-), Distikiasis (-), Nyeri Tekan (-), Benjolan (-)Palpebra InferiorEdema (-), Hiperemis (-). Entropion (-), Ektropion (-), Trikiasis (-), Distikiasis (-), Nyeri Tekan (-), Benjolan (-)

Hiperemis (-), Folikel (-), Papil (-), Lithiasis (-), Benjolan (-)Konjungtiva TarsalisHiperemis (-), Folikel (-), Papil (-), Lithiasis (-), Benjolan (-)

Injeksi Konjungtiva (-), Injeksi Siliar (-), Pterigium (-), Pinguekula (-), Subkonjungtiva Bleeding (-), Kemosis (-), Flikten (-)Konjungtiva BulbiInjeksi Konjungtiva (-), Injeksi Siliar (-), Pterigium (-), Pinguekula (-), Subkonjungtiva Bleeding (-), Kemosis (-), Flikten (-)

Jernih (+), Infiltrat (-), Edema (-), Sikatriks (-)KorneaJernih (+), Infiltrat (-), Edema (-), Sikatriks (-)

dalam (+), Jernih (+), Hipopion (-), Hifema (-), Sel (-), Flare (-)COADalam (+), Jernih (+), Hipopion (-), Hifema (-), Sel (-), Flare (-)

Warna: Cokelat, Kripta: Normal, Rubeosis Iridis (-), Sinekia (-)IrisWarna: Cokelat, Kripta: Normal, Rubeosis Iridis (-), Sinekia (-)

Bulat (+), Isokor (+), Ireguler (-), RCL (+), RCTL (+)PupilBulat (+), Isokor (+), Ireguler (-), RCL (+), RCTL (+)

Keruh (-)LensaKeruh (-)

III. RESUMEAn. I datang ke Poli Mata RSUD Budhi Asih dengan keluhan benjolan pada kelopak mata kanan bagian atas. Benjolan muncul sejak sekitar 6 bulan lalu, benjolan dirasakan membesar hingga sekarang diameter sekitar 0,5-1 cm. Rasa mengganjal (+), nyeri atau kemerahan pada benjolan (-). Mata merah (-) , mata berair (-), gatal (-), perih (-).

Os juga mengeluhkan penglihatannya buram sejak kelas 3 SD (sekitar 2 tahun lalu). Buram dirasakan semakin bertambah. Os mengeluhkan buram saat melihat jauh, os masih mampu melihat atau membaca dekat. Mata lelah jika terlalu lama melihat jauh (+). Mata merah (-), sekret (-), silau (-), mata berair (-) , penglihatan double (-) atau perih (-). Riwayat trauma disangkal.

Os memiliki kebiasaan membaca sambil tengkurap dengan jarak baca sekitar 30 cm.

Pada pemeriksaan oftalmologi ditemukan:

Oculi Dextra (OD)PemeriksaanOculi Sinistra (OS)

6/120 S -5,50 = 6/9 PH (-)Visus6/120 S -5,50 C-1,00 X165 = 6/9 PH (-)

OrtoforiaKedudukan Bola MataOrtoforia

Pergerakan Bola

Mata

Entropion (-), Ektropion (-), Trikiasis (-), Distikiasis (-), Ptosis (-), Lagoftalmus (-), sebuah benjolan 0,5-1 cm (+), nyeri tekan (-), hiperemis (-), teraba hangat (-)Palpebra SuperiorEdema (-), Hiperemis (-). Entropion (-), Ektropion (-), Trikiasis (-), Distikiasis (-), Ptosis (-), Lagoftalmus (-), Nyeri Tekan (-), Benjolan (-)

Dalam batas normalPalpebra InferiorDalam batas normal

Dalam batas normalKonjungtiva TarsalisDalam batas normal

Dalam batas normalKonjungtiva BulbiDalam batas normal

Dalam batas normalKorneaDalam batas normal

Dalam (+), Jernih (+), Hipopion (-), Hifema (-), Sel (-), Flare (-)COADalam (+), Jernih (+), Hipopion (-), Hifema (-),

Sel (-), Flare (-)

Dalam batas normalIrisDalam batas normal

Dalam batas normalPupilDalam batas normal

Dalam batas normalLensaDalam batas normal

IV. DIAGNOSIS KERJA Miopia OD

Ambliopia refraktif Astigmatisme Miopia Compositus OS Kalazion ODV. PENATALAKSANAAN Kacamata: OD : S -5,50OS : S -5,50 C-1,00 X165 Ekskokleasi kalazion.VI. PROGNOSIS Ad Vitam

: Ad bonam Ad Functionam: Dubia Ad bonamVII. ANALISIS

Pada kasus ini, pasien datang dengan keluhan benjolan pada palpebra superior dextra atas yang tidak nyeri namun cukup dirasa mengganjal, yang muncul sejak 6 bulan lalu, tidak nyeri maupun kemerahan. Selain itu pasien juga mengeluhkan penglihatannya buram sejak kurang kebih 2 tahun lalu. Os mengeluhkan buram saat melihat jauh, os masih mampu melihat atau membaca dekat. Mata lelah jika terlalu lama melihat jauh (+). Mata merah (-), sekret (-), silau (-), mata berair (-) , penglihatan double (-) atau perih (-). Riwayat trauma disangkal. Os memiliki kebiasaan membaca sambil tengkurap dengan jarak baca sekitar 30 cm.

Mata buram pada pasien terjadi dapat disebabkan oleh kelainan refraksi atau media penglihatan.Pemeriksaan Oftalmologi

1. Visus menurun (OD: 6/120 OS: 6/120)Penurunan visus dapat disebabkan oleh kelainan refraksi atau organik dari media penglihatan. Pemeriksaan status lokalis oftalmologi menunjukkan hasil normal pada bilik mata depan atau lensa, sehingga kemudian dilakukan koreksi untuk kelainan refraksi. Visus maju dengan pemberian lensa cekung (S-5,50) pada OD. Pada OS, visus maju dengan pemberian lensa S-5,50 C -1,00 X165. Visus 6/120 menjadi 6/9, kemudian dilakukan test pinhole. Hasil pinhole dapat berupa perbaikan visus (total dan sebagian) atau tidak maju sama sekali. Pada perbaikan visus total (hingga 6/6) menunjukkan kelainan refraksi. Jika visus tidak maju sama sekali artinya kelainan ada pada media refraksi atau saraf mata. Bila visus maju sebagian , kelainan dapat terjadi pada proses pembiasan, media refraksi, atau saraf mata. Pada kasus ini menunjukkan tidak ada perbaikan visus, hal ini menyatakan bahwa visus terbaik setelah koreksi pada pasien ini adalah 6/9 yang disimpulkan sebagai ambliopia refraktif, mengingat pasien sudah mengeluhkan melihat buram sejak 2 tahun (diperkirakan kelainan sudah berjalan lebih dari dua tahun lalu) dan tidak ada koreksi. PemeriksaanODOS

VisusSine Correctio6/1206/120

Cum correctio(S -5,50) 6/9(S -5,50 C-1,00 X165) 6/9

Pin hole(-)(-)

Kelainan refraksi atau ametropia merupakan kelainan pembiasan sinar pada mata sehingga sinar tidak difokuskan pada retina atau bintik kuning, tetapi dapat di depan atau di belakang bintik kuning dan mungkin tidak terletak pada satu titik yang fokus. Kelainan refraksi dikenal dalam bentuk miopia, hipermetropia dan astigmatisma serta pada presbiopi dimana proses penuaan menyebabkan berkurangnya kemampuan lensa untuk melakukan akomodasi.

Pada mata kanan pasien, visus awal 6/120 dengan pemberian lensa sferis -5,50 memberi perbaikan visus (6/9). Tatalaksana yang diberikan untuk pasien ini adalah kacamata dengan lensa sferis negatif (konkaf) terkecil yang dapat memberikan koreksi maksimal, yaitu S -5,50. Lensa konkaf berfungsi mendivergensikan cahaya yang masuk sehingga fokus bayangan akan mundur ke retina.

Pada mata kiri, lensa S -5,50 C-1,00 X165 memberikan perbaikan penglihatan menjadi 6/9 pada pasien, sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami astigmatisme miopia compositus yang dikoreksi dengan pemberian lensa silinder negatif (S -5,50 C-1,00 X165). Dari hasil pemeriksaan tersebut dapat disimpulkan pasien sudah mengalami ambliopia, yaitu ambliopia refraktif . Kelainan refraktif yang tidak terkoreksi (dapat bersifat anisometrop (tidak sama) atau isoametropik (tinggi dan sama)), pada akhirnya menyebabkan hambatan perkembangan neurofisiologi jalur penglihatan sehingga pasien mengalami ambliopia refraktif.2. Benjolan (massa) pada palpebra superior dextraMassa pada daerah palpebra dapat disebabkan oleh kista kalenjar sebasea, Ca meibom gland, hordeolum, kalazion atau proses radang pada palpebra. Pada kasus ini massa yang nampak kemungkinan besar adalah kalazion karena pada pemeriksaan massa tersebut tidak menunjukkan tanda peradangan akut seperti nyeri atau hiperemis. Pada pasien ini direncanakan tindakan ekskokleasi, yaitu dengan melakukan insisi tegak lurus palpebra dan mengkuret bersih isi kalazion. Tindakan ini dipilih karena mengingat kalazion sudah berlangsung selama 6 bulan dan tidak menunjukkan tanda perbaikan, os-pun telah mengeluhkan bahwa kalazion ini mulai menimbulkan rasa mengganjal.PrognosisAd vitam : AD BONAM. Kelainan refraksi tidak menyebabkan kematian, melainkan morbiditas.

Ad Functionam : DUBIA AD BONAM. Prognosis tajam penglihatan ditentukan oleh tajam penglihatan terakhir yang ditemukan setelah koreksi dan kondisi dari saraf mata pasien. Faktor resiko untuk prognosis penglihatan yang buruk adalah apabila kelainan refraksi lama tidak dikoreksi sehingga dapat menyebabkan ambliopia, strabismus atau retinal detachment. Pada kasus ini sudah terjadi ambliopia, yaitu ambliopia refraktif akibat kelainan refraksi yang tidak dikoreksi. Terapi pada kasus ini diberikan kacamata koreksi dan di ikuti perkembangan visusnya pada 3 bulan berikutnya. Ambliopia refraktif berespon pada treatment dengan koreksi kacamata atau lensa kontak pada 6-22 minggu setelah pemberian.BAB IIITINJAUAN PUSTAKA AMBLIOPIA

A. DEFINISI DAN KLASIFIKASI3Ambliopia atau mata malas (lazy eye), merupakan keadaan dimana koreksi terbaik 2,50 D

Hypermetropia >5,00 D

Myopia >8,00 D

ANISOMETROPIA

Astigmatisme>1,50 D

Hypermetropia >1,00 D

Myopia >3,00 D

3. Ambliopia Strabismus Ambliopia yang paling sering ditemui ini berkaitan dengan onset awal (