Case Depresi+Anxietas

48
BAB I PENDAHULUAN Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyerta. Pasien depresi memperlihatkan kehilangan energi dan minat, merasa bersalah, sulit berkonsentrasi, hilangnya nafsu makan, berpikir untuk mati dan bunuh diri. Tanda dan gejala lain termasuk perubahan dalam tingkat aktivitas, kemampuan kognitif, bicara dan fungsi vegetatif (termasuk tidur, aktivitas seksual dan ritme biologi yang lain). Gangguan ini hampir selalu menghasilkan hendaya interpersonal, sosial dan fungsi pekerjaan. 1 Kecemasan merupakan suatu keadaan yang ditandai oleh rasa khawatir disertai dengan gejala somatik yang menandakan suatu kegiatan yang berlebihan. Kecemasan merupakan gejala yang umum non spesifik yang sering merupakan suatu fungsi emosi. 2 Gangguan campuran kecemasan dan depresi melingkupi pasien yang memiliki gejala kecemasan dan depresi tetapi tidak memenuhi kriteria diagnostik untuk suatu gangguan mood. Kombinasi gejala depresi dan kecemasan menyebabkan gangguan fungsional yang bermakna pada orang yang terkena. Kondisi mungkin cukup menonjol pada praktek pelayanan primer dan klinik kesehatan mental rawat jalan. 2 1

description

case stase jiwa

Transcript of Case Depresi+Anxietas

Page 1: Case Depresi+Anxietas

BAB I

PENDAHULUAN

Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang

berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyerta. Pasien depresi

memperlihatkan kehilangan energi dan minat, merasa bersalah, sulit

berkonsentrasi, hilangnya nafsu makan, berpikir untuk mati dan bunuh diri. Tanda

dan gejala lain termasuk perubahan dalam tingkat aktivitas, kemampuan kognitif,

bicara dan fungsi vegetatif (termasuk tidur, aktivitas seksual dan ritme biologi

yang lain). Gangguan ini hampir selalu menghasilkan hendaya interpersonal,

sosial dan fungsi pekerjaan.1

Kecemasan merupakan suatu keadaan yang ditandai oleh rasa khawatir

disertai dengan gejala somatik yang menandakan suatu kegiatan yang berlebihan.

Kecemasan merupakan gejala yang umum non spesifik yang sering merupakan

suatu fungsi emosi.2

Gangguan campuran kecemasan dan depresi melingkupi pasien yang

memiliki gejala kecemasan dan depresi tetapi tidak memenuhi kriteria diagnostik

untuk suatu gangguan mood. Kombinasi gejala depresi dan kecemasan

menyebabkan gangguan fungsional yang bermakna pada orang yang terkena.

Kondisi mungkin cukup menonjol pada praktek pelayanan primer dan klinik

kesehatan mental rawat jalan.2

Gangguan depresi dan kecemasan merupakan gangguan yang banyak kita

jumpai dalam praktik sehari-hari dan dapat mengenai semua usia sehingga perlu

dibahas lebih lanjut tentang gangguan ini agar pasien depresi dan kecemasan

dapat diatasi secara adekuat sehingga kualitas hidup pasien dapat diperbaiki.

1

Page 2: Case Depresi+Anxietas

BAB II

STATUS PASIEN

I. IDENTIFIKASI PASIEN

Nama : Ny. IAP

Jenis kelamin : Perempuan

Umur : 21 tahun

Status perkawinan : Menikah

Agama : Islam

Tingkat pendidikan : Tamat SD

Warga negara : Indonesia

Alamat : Jl. Talang Kerangga, Palembang

2

Page 3: Case Depresi+Anxietas

II. ANAMNESIS

ALLOANAMNESIS (Dilakukan pada hari Jumat, Tanggal 23 Oktober

2015 di Bangsal Aster E pukul 10.20 WIB)

Diperoleh dari : Tn. AP

Jenis kelamin : Laki-laki

Umur : 25 tahun

Alamat : Jl. Talang Kerangga, Palembang

Pendidikan : Tamat SMA

Pekerjaan : Buruh

Hubungan dengan pasien : Suami pasien

a. Sebab utama : Gelisah

b. Keluhan utama : Sulit diajak berkomunikasi

c. Riwayat perjalanan penyakit

Sejak kurang lebih 8 bulan SMRS, setelah melahirkan anak pertama,

Os mengeluh sulit tidur. Os menjadi pendiam, sulit diajak

berkomunikasi, sering berbicara sendiri, dan bicara melantur. Os masih

bisa makan dan minum seperti biasa. Os masih dapat merawat diri

sendiri. Os mulai menarik diri dari lingkungannya. Os belum berobat.

3

Page 4: Case Depresi+Anxietas

Kurang lebih 4 bulan SMRS, os menjadi gelisah. Os sulit tidur dan

sudah sulit merawat diri sendiri. Os bertambah sulit diajak komunikasi,

bicara melantur, berbicara sendiri, dan marah-marah. Os menyangkal

adanya suara-suara yang mengajak os untuk berkomunikasi atau

bayangan yang hanya dapat dilihat oleh Os. Os dikonsulkan oleh bagian

Penyakit Dalam RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang.

d. Riwayat penyakit dahulu

Kurang lebih 6 bulan SMRS, os mengeluh batuk yang tidak sembuh-

sembuh. Os mengalami penurunan berat badan, demam, dan sering

berkeringat malam hari. Os dibawa ke IGD RSUP Dr. Mohammad

Hoesin Palembang tanggal 16 Oktober 2015 lalu di rawat inap di Bangsal

Aster E.

e. Riwayat premorbid

- Lahir : lahir spontan, cukup bulan, ditolong oleh bidan

- Anak-anak : periang, banyak teman

- Remaja : periang, terbuka, banyak teman

- Dewasa : periang, terbuka, banyak teman

4

Page 5: Case Depresi+Anxietas

f. Riwayat perkembangan organobiologi

- Riwayat kejang (-)

- Riwayat demam tinggi yang lama (-)

- Riwayat trauma kepala (-)

g. Riwayat penggunaan alkohol dan obat-obatan terlarang

Riwayat mengonsumsi alkohol dan NAPZA disangkal.

h. Riwayat pendidikan

Tamat SD

i. Riwayat pekerjaan

5

Page 6: Case Depresi+Anxietas

Os adalah ibu rumah tangga

j. Riwayat perkawinan

Os sudah menikah dan memiliki satu orang anak berusia 8 bulan.

k. Keadaan sosial ekonomi

Os tinggal bersama suami. Pekerjaan suami os adalah buruh.

Kesan: sosial ekonomi menengah

l. Riwayat keluarga

Pedigree:

6

Page 7: Case Depresi+Anxietas

Os merupakan anak keempat dari

empat bersaudara. Riwayat keluarga

yang memiliki keluhan yang sama

disangkal.

AUTOANAMNESIS DAN OBSERVASI

Wawancara dan observasi dilakukan bersamaan dengan alloanamnesis

pada Jumat tanggal 23 Oktober 2015 pukul 10.20 WIB di Bangsal Aster E

RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang. Penampilan penderita cukup

rapi. Penderita memakai kaos lengan pendek berwarna abu dan celana

pendek. Penderita terbaring pada bed pasien. Posisi pemeriksa berada di

samping penderita. Selama wawancara dilakukan, Os tampak gelisah. Tidak

ada perhatian, kontak mata, kontak fisik, dan kontak verbal. Cara bicara dan

verbalisasi Os kurang jelas.

III. PEMERIKSAAN

7

Page 8: Case Depresi+Anxietas

A. STATUS INTERNUS

1) Keadaan Umum

Kesadaran : Kompos mentis terganggu

Tekanan darah : 120/90 mmHg

Denyut nadi : 90 x/menit

Laju pernafasan : 21 x/menit

Suhu : 36,5 C

8

Page 9: Case Depresi+Anxietas

B. STATUS NEUROLOGIKUS

1) Urat saraf kepala (panca indera) : belum dapat dinilai

2) Gejala rangsang meningeal : belum dapat dinilai

3) Gejala peningkatan tekanan intracranial : belum dapat dinilai

4) Mata

Gerakan : baik ke segala arah

Persepsi mata : baik, diplopia tidak ada, visus normal

Pupil : bentuk bulat, sentral, isokor, Ø 3mm/3mm

Refleks cahaya : +/+

Refleks kornea : +/+

Pemeriksaan oftalmoskopi : tidak dilakukan

9

Page 10: Case Depresi+Anxietas

5) Motorik

Fungsi Motorik

Lengan Tungkai

Kanan Kiri Kanan Kiri

Gerakan Luas luas Luas luas

Kekuatan 5 5 5 5

Tonus Eutoni eutoni Eutoni eutoni

Klonus - - - -

10

Page 11: Case Depresi+Anxietas

Refleks fisiologis N N N N

Refleks patologis - - - -

6) Sensibilitas : normal

7) Susunan saraf vegetatif : belum dapat dinilai

8) Fungsi luhur : belum dapat dinilai

9) Kelainan khusus : tidak ada

C. STATUS PSIKIATRIKUS

KEADAAN UMUM

11

Page 12: Case Depresi+Anxietas

a. Sensorium : Kompos mentis terganggu

b. Perhatian : Inatensi

c. Sikap : Apatik

d. Inisiatif : Tidak ada

e. Tingkah laku motorik : Gelisah

f. Ekspresi fasial : Cemas

g. Verbalisasi : Kurang jelas

h. Cara bicara : Lancar

i. Kontak psikis

Kontak fisik : minimal

Kontak mata : minimal

Kontak verbal : minimal

KEADAAN KHUSUS (SPESIFIK)

a. Keadaan afektif

Afek : Labil

12

Page 13: Case Depresi+Anxietas

Mood : Disforik

b. Hidup emosi

13

Page 14: Case Depresi+Anxietas

Stabilitas : labil

Dalam-dangkal : dangkal

Pengendalian : tidak

terkendali

Adekuat-Inadekuat : inadekuat

Echt-unecht : echt

Skala diferensiasi : normal

Einfuhlung :sukar dirabarasakan

Arus emosi : normal

Page 15: Case Depresi+Anxietas

c. Keadaan dan fungsi intelektual

Daya ingat : kurang

Daya konsentrasi : mudah beralih

Orientasi orang/waktu/tempat : baik

Luas pengetahuan umum : tidak sesuai

Discriminative judgement : kurang

Discriminative insight : kurang

Dugaan taraf intelegensi : belum dapat dinilai

Depersonalisasi dan derealisasi : belum dapat dinilai

d. Kelainan sensasi dan persepsi

Page 16: Case Depresi+Anxietas

Ilusi : sulit dinilai Halusinasi : sulit dinilai

Page 17: Case Depresi+Anxietas

e. Keadaan proses berpikir

Psikomotilitas : kurang

Mutu : buruk

Arus pikiran

Page 18: Case Depresi+Anxietas

- Flight of ideas : tidak ada

- Inkoherensi : tidak ada

- Sirkumstansial : tidak ada

- Tangensial : tidak ada

- Terhalang(blocking) : tidak ada

- Terhambat (inhibition): ada

- Perseverasi : tidak ada

- Verbigerasi :tidak ada

Page 19: Case Depresi+Anxietas

Isi pikiran

- Waham :

sulit dinilai

- Pola Sentral : tidak ada

- Fobia : tidak ada

- Konfabulasi : tidak ada

- Perasaan inferior : tidak ada

- Kecurigaan : tidak ada

- Rasa permusuhan/dendam :tidak ada

- Perasaan berdosa/salah : tidak ada

- Hipokondria : tidak ada

- Ide bunuh diri : tidak ada

- Ide melukai diri : tidak ada

Page 20: Case Depresi+Anxietas

Pemilikan pikiran

- Obsesi : tidak ada

- Aliensi : tidak ada

Bentuk pikiran

Page 21: Case Depresi+Anxietas

- Autistik : tidak ada

- Konversi : tidak ada

- Simbolik : tidak ada

- Dereistik : tidak ada

- Simetrik : tidak ada

- Paralogik : tidak ada

- Konkritisasi : tidak ada

- Overinklusif : tidak ada

f. Keadaan dorongan instinktual dan

perbuatan

- Hipobulia : tidak ada

- Vagabondage : tidak ada

- Stupor : tidak ada

- Pyromania : tidak ada

21

Page 22: Case Depresi+Anxietas

- Raptus/Impulsivitas : belum dapat

dinilai

- Mannerisme : tidak ada

- Kegaduhan umum : tidak ada

- Autisme : tidak ada

- Deviasi seksual : tidak ada

- Logore : tidak ada

- Ekopraksi : tidak ada

- Mutisme : tidak ada

- Ekolalia : tidak ada

g. Kecemasan : ada

h. Dekorum

- Kebersihan : baik

- Cara berpakaian : baik

- Sopan santun : kurang baik

22

Page 23: Case Depresi+Anxietas

i. Reality testing ability

RTA ; terganggu

23

Page 24: Case Depresi+Anxietas

24

Page 25: Case Depresi+Anxietas

25

Page 26: Case Depresi+Anxietas

D. PEMERIKSAAN LAIN

‒ Pemeriksaan elektroensefalogram : belum dilakukan

‒ Pemeriksaan radiologi/ CT scan : dilakukan, kesan TB paru

‒ Pemeriksaan laboratorium : dilakukan, BTA S-P-S (+)

E. DIAGNOSIS BANDING

- Gangguan cemas menyeluruh

- Episode depresif

F. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL

Aksis I : F 41.2 Gangguan campuran anxietas dan depresi

Aksis II : Tidak ada diagnosis

Aksis III : Kasus Baru TB Paru

Aksis IV : Stressor belum diketahui

Aksis V : GAF scale 50-41

1

Page 27: Case Depresi+Anxietas

G. TERAPI

a. Psikofarmaka

Risperidon 1 mg 1 x 1/2

Sandepril 5 mg 1 x 1/2

Diazepam 5 mg 2 x 1/2

b. Psikoterapi

Suportif

- Memberi dukungan dan perhatian kepada pasien dalam menghadapi

masalah.

- Menganjurkan pasien untuk meningkatkan kualitas gizi dengan banyak

makan dan minum.

- Memotivasi pasien agar meminum obat secara teratur.

27

Page 28: Case Depresi+Anxietas

Kognitif

Menerangkan tentang gejala penyakit pasien yang timbul akibat cara

berpikir yang salah, mengatasi perasaan, dan sikapnya terhadap masalah

yang dihadapi.

Keluarga

Memberikan penyuluhan bersama dengan pasien yang diharapkan

keluarga dapat membantu dan mendukung kesembuhan pasien.

Religius

28

Page 29: Case Depresi+Anxietas

Bimbingan keagamaan agar pasien selalu menjalankan ibadah sesuai

ajaran agama yang dianutnya.

H. PROGNOSIS

Dubia ad bonam

29

Page 30: Case Depresi+Anxietas

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 DEFINISI

Gangguan campuran ansietas dan depresi merupakan gejala kecemasan

dan depresi yang bermakna secara klinis tetapi tidak memenuhi kriteria untuk

gangguan mood spesifik atau gangguan kecemasan spesifik.2

Kecemasan (ansietas / anxiety) adalah gangguan alam perasaan

(affective) yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang

mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai

realitas (Reality Testing Ability / RTA, masih baik), kepribadian masih tetap

utuh, perilaku dapat terganggu tetapi masih dalam batas normal.3

Depresi adalah gangguan alam perasaan (mood) yang ditandai dengan

kemurungan dan kesedihan yang mendalam dan berkelanjutan sehingga

hilangnya kegairahan hidup, tidak mengalami gangguan dalam menilai

realitas (Reality Testing Ability / RTA, masih baik), kepribadian tetap utuh,

perilaku dapat terganggu tetapi dalam batas-batas normal.3

3.2 EPIDEMIOLOGI

Keberadaan ganggguan depresif berat dan gangguan panik secara

bersamaan lazim ditemukan. Dua pertiga pasien dengan gejala depresif

memiliki gejala ansietas yang menonjol, dan dua pertiganya dapat memenuhi

kriteria diagnostik ganguan panik. Peneliti telah melaporkan bahwa 20

sampai 90 persen pasien dengan ganggguan panik memiliki episode

gangguan depresif berat. Data ini mengesankan bahwa keberadaan gejala

30

Page 31: Case Depresi+Anxietas

depresif dan anxietas secara bersamaan, tidak ada di antaranya yang

memenuhi kriteria diagnostik gangguan depresif atau ansietas lain dapat

lazim ditemukan. Meskipun demikian, sejumlah klinisi dan peneliti

memperkirakan bahwa pravelensi gangguan ini pada populasi umum adalah

10 persen dan di klinik pelayanan primer sampai tertinggi 50 persen,

walaupun perkiraan konservatif mengesankan pravelensi sekitar 1 persen

pada populasi umum.2

3.3 STESSOR PSIKOSOSIAL

Stressor psikososial adalah setiap keadaan atau peristiwa yang

menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang; sehingga orang itu

terpaksa mengadakan adaptasi atau penyesuaian diri untuk

menanggulanginya. Namun, tidak semua orang mampu melakukan adaptasi

dan mengatasi stressor tersebut, sehingga timbullah keluhankeluhan antara

lain berupa cemas dan depresi.3 Dari sekian banyak jenis stressor psikososial

yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, para pakar memberikan beberapa

contoh antara lain sebagai berikut3:

‒ Perkawinan

Terjadinya ketidaksetiaan berupa perselingkuhan.

‒ Orang Tua

Masalah orang tua yakni kondisi tatanan sosial dan ekonomi, masalah

anak yakni kenakalan remaja, pergaulan bebas, kehamilan di luar nikah,

aborsi, atau penyalahgunaan NAZA (Narkotika, Alkohol, dan Zat Adiktif).

‒ Hubungan Interpersonal (Antar Pribadi)

Hubungan antar sesama (perorangan/individual) yang tidak baik dapat

merupakan sumber stres. Misalnya hubungan yang tidak serasi, tidak baik

atau buruk dengan kawan dekat atau kekasih, antara sesama rekan, antara

atasan dan bawahan, pengkhianatan, dan sebagainya.

‒ Pekerjaan

Kehilangan pekerjaan pada pengangguran akan berdampak pada gangguan

kesehatan bahkan bisa sampai pada kematian. Sebaliknya dengan

pengangguran, maka terlalu banyak beban pekerjaan sementara waktu

31

Page 32: Case Depresi+Anxietas

yang tersedia sangat sempit dapat menyebabkan stres pula. Tekanan dalam

pekerjaan yang banyak dan persaingan yang ketat juga dapat

menyebabkan stres.

‒ Keuangan

Masalah keuangan dalam kehidupan sehari-hari ternyata merupakan salah

satu stressor utama. Misalnya, pendapatan lebih kecil dari pengeluaran,

terlibat hutang, kebangkrutan usaha, soal warisan dan lain-lain.

‒ Hukum

Keterlibatan seseorang dalam masalah hukum dapat merupakan sumber

stres. Misalnya, tuntutan hukum, pengadilan, penjara dan lain sebagainya.

‒ Perkembangan

Yang dimaksudkan disini adalah tahapan perkembangan fisik maupun

mental seseorang. Misalnya masalah remaja, masa dewasa, menopause,

usia lanjut dan lain sebagainya.

‒ Penyakit Fisik

Berbagai penyakit fisik terutama yang kronis dan atau cidera yang

mengakibatkan invaliditas dapat menyebabkan stres pada diri seseorang.

‒ Faktor Keluarga

Anak dan remaja dapat pula mengalami stres yang disebabkan karena

kondisi keluarga yang tidak harmonis. Sikap orang tua terhadap anak yang

dapat menimbulkan stres antara lain: hubungan kedua orangtua yang tidak

harmonis, kedua orang tua jarang dirumah dan tidak ada waktu untuk

bersama dengan anak-anak, komunikasi antara orang tua dan anak tidak

serasi, kedua orang tua bercerai atau berpisah, salah satu orang tua

menderita gangguan jiwa atau kelainan kepribadian, orang tua dalam

mendidik anak kurang sabar, pemarah, keras, otoriter dan lain sebagainya.

‒ Trauma

Seseorang yang mengalami bencana alam, kecelakaan transportasi,

kebakaran, kerusuhan, peperangan, kekerasan, penculikan, perampokan,

perkosaan dan lain sebagainya, merupakan pengalaman yang traumatis

32

Page 33: Case Depresi+Anxietas

yang pada gilirannya yang bersangkutan dapat mengalami stres (stres

pasca trauma).

3.4 DIAGNOSIS

Kriteria DSM-IV-TR mengharuskan adanya gejala subsindrom ansietas dan

depresi serta adanya beberapa gejala somatik, seperti tremor, palpitasi, mulut

kering, dan rasa perut yang bergejolak. Sejumlah studi pendahuluan

menunjukkan bahwa sensitivitas dokter umum untuk sindrom gangguan

campuran ansietas - depresi masih rendah walaupun kurangnya pengenalan

ini dapat mencerminkan kurangnya label diagnostik yang sesuai bagi pasien.2

Kriteria DSM-IV-TR Gangguan Campuran Ansietas Depresif5

Mood disforik yang berulang atau menetap dan bertahan sedikitnya 1 bulanMood disforik disertai empat (atau lebih) gejala berikut selama sedikitnya 1 bulan :1. Kesulitan berkonsentrasi atau pikiran kosong 2. Gangguan tidur (sulit untuk jatuh tertidur atau tetap tidur atau gelisah, tidur tidak puas) 3. Lelah atau energi rendah 4. Iritabilitas 5. Khawatir 6. Mudah nangis 7. Hipervigilance 8. Antisipasi hal terburuk 9. Tidak ada harapan (pesimis yang menetap akan masa depan) 10. Harga diri yang rendah atau rasa tidak berhargaGejala menimbulkan penderitaan yang secara klinis bermakna atau hendaknya dalam area fungsi sosial, pekerjaan atau area fungsi penting lain.Gejala tidak disebabkan efek fisiologis langsung suatu zat (cth. Penyalahgunaan obat atau pengobatan) atau keadaan medis umumSemua hal berikut ini :

1. Kriteria tidak pernah memenuhi gangguan depresif berat,gangguan distimik; gangguan panik, atau gangguan

33

Page 34: Case Depresi+Anxietas

ansietas menyeluruh 2. Kriteria saat ini tidak memenuhi gangguan mood atau

ansietas lain (termasuk gangguan ansietas atau gangguan mood, dalam remisi parsial)

3. Gejala tidak lebih mungkin disebabkan gangguan jiwa lain.

Pedoman diagnostik menurut PPDGJ-III:

1. Terdapat gejala-gejala anxietas maupun depresi, dimana masing-masing

tidak menunjukkan rangkaian gejala yang cukup berat untuk menegakkan

diagnosis tersendiri. Untuk anxietas, beberapa gejala otonomik harus

ditemukan walaupun tidak terus-menerus, disamping rasa cemas atau

kekhawatiran berlebihan.

2. Bila ditemukan anxietas berat disertai depresi yang lebih ringan, harus

dipertimbangkan kategori gangguan anxietas lainnya atau gangguan

anxietas fobik.

3. Bila ditemukan sindrom depresi dan anxietas yang cukup berat untuk

menegakkan masing-masing diagnosis, maka kedua diagnosis tersebut

dikemukakan, dan diagnosis gangguan campuran tidak dapat digunakan.

Jika karena sesuatu hal hanya dapat dikemukakan satu diagnosis maka

gangguan depresif harus diutamakan.

4. Bila gejala-gejala tersebut berkaitan erat dengan stres kehidupan yang

jelas, maka harus digunakan kategori F43.2 gangguan penyesuaian.4

3.5 DIAGNOSIS BANDING

Diagnosis banding mencakup gangguan ansietas dan depresif lainnya serta

gangguan kepribadian. Diantara gangguan kecemasan, gangguan kecemasan

umum adalah salah satu yang paling sering bertumpang tindih dengan

gangguan kecemasan – depresif campuran. Diantara gangguan mood,

gangguan distimik dan gangguan depresif ringan adalah yang paling sering

bertumpang tindih dengan gangguan kecemasan-depresif campuran. Diantara

gangguan kepribadian, gangguan kepribadian menghindar, tergantung, dan

34

Page 35: Case Depresi+Anxietas

obsesif-kompulsif mungkin memiliki gejala yang terlihat pada gangguan

kecemasan-depresif campuran. Hanya suatu riwayat psikiatrik, pemeriksaan

status mental dan pengetahuan tentang kriteria DSM-IV spesifik dapat

membantu klinisi membedakan kondisi – kondisi tersebut.2

3.6 PROGNOSIS

Berdasarkan data klinis sampai saat ini, pasien tampak sama besar

kemungkinannya untuk memiliki gejala ansietas yang menonjol, gejala

depresif yang menonjol, atau campuran dua gejala dengan besar yang sama

saat awitan. Selama perjalanan penyakit, dominasi gejala ansietas dan

depresif dapat bergantian. Prognosis nya tidak diketahui.5

3.7 PENATALAKSANAAN

Karena penelitian yang adekuat yang membandingkan cara

pengobatan untuk gangguan kecemasan-depresif campuran sekarang ini

belum tersedia, klinisi kemungkinan besar mengobati pasien atas dasar gejala

yang tampak, keparahannya dan tingkat kesenangan dan pengalaman klinisi

sendir terhadap berbagai modalitas pengobatan.2

Pendekatan psikoterapeutik mungkin melibatkan pendekatan yang

terbatas waktu, seperti terapi kognitif atau modifikasi perilaku, walaupun

beberapa klinisi menggunakan pendekatan psikoterapeutik yang kurang

terstruktur, seperti psikoterapi berorientasi-tilikan.2

Farmakoterapi untuk gangguan kecemasan-depresif campuran

mungkin termasuk obat antiansietas atau obat antidepresan atau keduanya. Di

antara obat ansiolitik, beberapa data menyatakan bahwa penggunaan

triazolobenzodiazepines (seperti contoh alprazolam) mungkin diindikasikan

karena efektivitas obat tersebut dalam mengobati depresi yang disertai

dengan kecemasan. Suatu obat yang mempengaruhi reseptor serotonin tipe-

1A (5-HT1A), seperti buspirone, mungkin juga diindikasikan. Diantara

antidepresan, walaupun teori noradrenergik menghubungkan gangguan

kecemasan dan gangguan depresif, antidepresan serotonergik (sebagai

contoh, fluoxetine) mungkin yang paling efektif di dalam mengobati

35

Page 36: Case Depresi+Anxietas

gangguan kecemasan-depresif campuran, walaupun data yang mendukung

anggapan tersebut tidak ada.2

BAB IVANALISIS KASUS

Ny IAP, perempuan, usia 21 tahun, menikah, pendidikan tamat SD,

perkerjaan ibu rumah tangga, dikonsulkan oleh bagian penyakit dalam RSUP Dr.

Mohammad Hoesin dengan keluhan gelisah sejak awal masuk RS. Dari

pemeriksaan alloanamnesis dengan suami pasien, diketahui sejak kurang lebih 8

bulan SMRS, setelah melahirkan anak pertama, Os mengeluh sulit tidur. Os

menjadi pendiam, sulit diajak berkomunikasi, sering berbicara sendiri, dan bicara

melantur. Os masih bisa makan dan minum seperti biasa. Os masih dapat merawat

diri sendiri. Os mulai menarik diri dari lingkungannya. Os belum berobat.

Kurang lebih 4 bulan SMRS, os menjadi gelisah. Os sulit tidur dan sudah

sulit merawat diri sendiri. Os bertambah pendiam, sulit diajak komunikasi, bicara

melantur, berbicara sendiri, dan marah-marah. Kurang lebih 6 bulan SMRS, os

mengeluh batuk yang tidak sembuh-sembuh. Os mengalami penurunan berat

badan, demam, dan sering berkeringat malam hari. Os dibawa ke IGD RSUP Dr.

Mohammad Hoesin Palembang tanggal 16 Oktober 2015 lalu di rawat inap di

Bangsal Aster E. Os didiagnosis kasus baru TB Paru.

Berdasarkan pengamatan pemeriksa, sensorium pasien saat dinilai adalah

kompos mentis, terdapat kontak mata yang tidak adekuat, inatensi, apatik, gelisah,

36

Page 37: Case Depresi+Anxietas

cemas, verbalisasi dan cara bicara yang kurang jelas. Afek terlihat labil dan mood

distimik. Gangguan persepsi seperti halusinasi sulit dinilai. Gangguan isi pikiran

seperti waham sulit dinilai.

Pada pasien ini, ditemukan gejala-gejala depresi seperti tidur terganggu,

nafsu makan menurun, dan konsentrasi dan perhatian berkurang. Penegakan

diagnosis episode depresi sedang belum dapat ditegakan karena gejala utama sulit

dinilai. Selain gejala depresi, pada pasien juga ditemukan adanya gejala

kecemasan. Pasien tampak gelisah dan terdapat overaktivitas otonom seperti

berkeringat.

Berdasarkan DSM-V maupun PPDGJ-III, gejala klinis yang ditemukan

pada pasien ini mengarah ke gangguan campuran anxietas dan depresi, dimana

terdapat gejala-gejala anxietas maupun depresi, namun masing-masing tidak

menunjukan rangkaian gejala yang cukup berat untuk menegakkan diagnosis

sendiri. Aksis I berupa gangguan campuran anxietas dan depresi (F 41.2).

Diagnosis aksis II tidak ada diagnosis. Hal ini berdasarkan tidak adanya gangguan

pada riwayat premorbid dan pasien dapat bersosialisai dengan baik. Diagnosis

aksis III adalah kasus baru TB Paru. Stresor untuk menegakan diagnosis aksis IV

belum jelas karena belum dilakukan autoanamnesis yang adekuat. GAF scale pada

pasien ini adalah 50-41.

Diagnosis banding pada kasus ini adalah gangguan cemas menyeluruh dan

episode depresif. Bila pasien menunjukan gejala primer anxietas seperti

kecemasan tentang masa depan, ketegangan motorik, overaktivitas otonom, maka

diagnosis gangguan cemas menyeluruh dapat ditegakan. Namun pada pasien

hanya gejala overaktivitas otonom berupa berkeringat yang ditemukan. Pasien

tidak menunjukan gejala utama depresi sehingga diagnosis episode depresi belum

dapat ditegakan.

Terapi yang diberikan berupa psikofarmaka dan psikoterapi. Psikofarmaka

yang diberikan berupa Risperidon 1 mg 1 x ½ sebagai antipsikosis, sandepril 5 mg

37

Page 38: Case Depresi+Anxietas

1 x ½ untuk mengurangi gejala depresi, dan, diazepam 5 mg 2 x 1/2 untuk

mengurangi kecemasan. Psikoterapi pada pasien ini lebih ditekankan kepada

psikoterapi keluarga, dimana keluarga dapat membantu dan mendukung

kesembuhan pasien. Selain itu, psikoterapi suportif ditujukan untuk memberi

dukungan dan perhatian kepada pasien dalam menghadapi masalah, serta

memotivasi pasien agar meminum obat secara teratur, meningkatkan kualitas gizi

dengan banyak makan dan minum, dan rutin kontrol setelah pulang dari

perawatan di rumah sakit.

DAFTAR PUSTAKA

1. Kaplan, Harold I., Sadock, Benyamin J. 1998. Anxietas dan Depresi dalam Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat. Jakarta : Widya Medika. Hal. 145-154 dan 227-232.

2. Kaplan, H., Sadock, Benjamin. 1997. Gangguan Kecemasan dalam Sinopsis Psikiatri: Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis Edisi ke-7 Jilid 2. Jakarta: Bina Rupa Aksara. Hal. 29-32.

3. Hawari, Dadang. 2011. Manajemen Stres, Cemas, dan Depresi. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal. 3-11 dan 17-22.

4. Maslim Rusdi. 2001. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ – III. Jakarta: PT Nuh Jaya. Hal. 64 dan 75.

38

Page 39: Case Depresi+Anxietas

5. Kaplan, Harold I., Sadock, Benyamin J. 2010. Gangguan Anxietas Yang Tidak Tergolongkan dalam Buku Ajar Psikiatri Klinis. Jakarta : EGC. Hal. 266-267.

39

Page 40: Case Depresi+Anxietas

40