Profil Obat Anti Anxietas

22
PROFIL OBAT ANTI ANXIETAS BAB 1 PENDAHULAUN Anxietas dicetuskan oleh adanya situasi atau objek yang yang jelas (dari luar individu itu sendiri), yang sebenarnya pada saat kejadian ini tidak membahayakan . Kondisi lain (dari diri individu itu sendiri) seperti perasaan akan adanya penyakit (nosofobia) dan ketakutan akan perubahan bentuk badan (dismorfobia) yang tak ealistik dimasukkan dalam klasifikasi F45.2 (gangguan hipokondrik). Sebagai akibatnya, objek atau situasi tersebut dihindari atau dihadapi dengan rasa terancam. 1 Gangguan Ansietas Menyeluruh adalah suatu kekhawatiran yang berlebihan dan dihayati tentang beberapa kejadian atau aktifitas dalam waktu beberapa hari sekurang – kurangnya dalam periode 6 bulan (DSM-IV yang dikutip dari Kaplan dan Sadock, 2007 ; 622 ). Pada gangguan ini terdapat hipotesa bahwa pasien mewujudkan respon secara tidak tepat dan tidak akurat terhadap bahaya yang dihadapinya. Pasien sulit untuk mengendalikan kecemasannya, sehingga dikhawatirkan pasien dapat melakukan hal yang membahayakan diri. Beberapa pasien dapat jatuh dalam Gangguan Panik dan Depresi Berat bila gangguan ini tidak teratasi. 2 1

description

Anti Anxietas

Transcript of Profil Obat Anti Anxietas

PROFIL OBAT ANTI ANXIETAS

BAB 1 PENDAHULAUNAnxietas dicetuskan oleh adanya situasi atau objek yang yang jelas (dari luar individu itu sendiri), yang sebenarnya pada saat kejadian ini tidak membahayakan . Kondisi lain (dari diri individu itu sendiri) seperti perasaan akan adanya penyakit (nosofobia) dan ketakutan akan perubahan bentuk badan (dismorfobia) yang tak ealistik dimasukkan dalam klasifikasi F45.2 (gangguan hipokondrik). Sebagai akibatnya, objek atau situasi tersebut dihindari atau dihadapi dengan rasa terancam.1 Gangguan Ansietas Menyeluruh adalah suatu kekhawatiran yang berlebihan dan dihayati tentang beberapa kejadian atau aktifitas dalam waktu beberapa hari sekurang kurangnya dalam periode 6 bulan (DSM-IV yang dikutip dari Kaplan dan Sadock, 2007 ; 622 ). Pada gangguan ini terdapat hipotesa bahwa pasien mewujudkan respon secara tidak tepat dan tidak akurat terhadap bahaya yang dihadapinya. Pasien sulit untuk mengendalikan kecemasannya, sehingga dikhawatirkan pasien dapat melakukan hal yang membahayakan diri. Beberapa pasien dapat jatuh dalam Gangguan Panik dan Depresi Berat bila gangguan ini tidak teratasi.2Terapi obat dan terapi organik terhadap gangguan mental dapat didefinisikan sebagai suatu usaha untuk memodifikasi atau mengkoreksi perilaku, pikiran, atau mood yang patologis dengan zat kimia atau cara fisik lainnya. Hubungan antara keadaan fisik dan otak sangat kompleks dan tidak dimengerti seluruhnya. Tetapi berbagai parameter perilaku normal dan abnormal seperti persepsi, afek dan kognisi mungkin dipengaruhi oleh perubahan fisik dalam sistem saraf pusat (seperti penyakit serebrovaskular, epilepsi, obat yang legal dan obat terlarang).3 Psikofarmaka atau obat psikotropik adalah obat yang bekerja secara selektif pada Sistem Saraf Pusat (SSP) dan mempunyai efek utama terhadap aktivitas mental dan perilaku, digunakan untuk terapi gangguan psikiatrik yang berpengaruh terhadap taraf kualitas hidup pasien.3Psikotropik adalah obat yang mempengaruhi fungsi perilaku, emosi, dan pikiran yang biasa digunakan dalam bidang psikiatri atau ilmu kedokteran jiwa. Sedangkan psikofarmakologi dalah ilmu yang mempelajari kimiawi, mekanisme kerja serta farmakologi klinik dari psikotropik. Psikofarmakologi berkembang dengan pesat sejak ditemukannya reserpin dan klorpromazin yang ternyata efektif untuk mengobati kelainan psikiatrik. Berbeda dengan antibiotik, pengobatan dengan psikotropik bersifat simtomatik dan lebih didasarkan atas pengetahuan empirik. Hal ini dapat dipahami, karena patofisiologi penyakit jiwa itu sendiri belum jelas. Psikotropik hanya mengubah keadaan jiwa pasien sehingga lebih kooperatif dan dapat menerima psikoterapi dengan baik. Berdasarkan penggunaan klinik, psikotropik dapat dibedakan menjadi 4 golongan yaitu antipsikosis, antiansietas, antidepresi, dan antimania.3Obat anti ansietas terutama berguna utnuk simtomatik penyakit psikoneurosis (neurosis, keluhan subjektif tanpa gangguan somatik yang nyata dengan fungsi mental-kognitif tidak terganggu) dan berguna untuk terapi tambahan penyakit somatic dengan ciri ansietas (perasaan cemas) dan ketegengan mental. Ansietas didefinisikan sebagai perasaan khawatir atau ketakutan yang ditandai dengan gejala fisik seperti palpitasi, berkeringat dan tanda-tanda stress lainnya.3Obat anti-ansietas mempunyai beberapa sinonim, antara lain psikoleptik, transquilizer minor, antiantxiety drugs dan anksioliktik .Obat antiansietas disebut anxiolitika yaitu obat yang dapat mengurang antiansietas dan patologik, ketegangan dan agitasi obat-obat ini tidak berpengaruh pada proses kognitif dan persepsi, efek otonomik dan ekstra piramidal tetapi menurunkan ambang kejang dan berpotensi untuk ketergantungan obat apabila digunakan dalam dosis tinggi dan jangka panjang.3

BAB IIOBAT-OBAT ANTI ANXIETAS

Anti anxietas adalah obat obat yang digunakan untuk mengatasi kecemasan dan juga mempunyai efek sedative, relaksasi otot, amnestic, dan antiepileptic.4 Obat antiansietas dibagi menjadi 2 golongan, yaitu : 1. Golongan Benzodiazepine 2. Golongan Non-Benzodiazepin

Anti anxietas yang terutama adalah benzodiazepine. Banyak golongan obat yang mendepresi system saraf pusat (SSP) lain telah digunakan untuk sedasi siang hari pada pengobatan ansietas, namun penggunaannya saat ini telah ditinggalkan. Alasannya ialah antara lain golongan barbiturate dan meprobamat, lebih toksik pada takar lajak (overdoses). 4Dari golongan benzodiazepine, yang dianjurkan untuk antiansietas adalah klordiazepoksid, diazepam, oksazepam, klorazepat, lorazepam, prazepam, alprazolam, dan halozepam. Sedangkan klorazepam lebih dianjurkan untuk pengobatan panic disorder. 4

Indikasi Penggunaan Gejala sasaran (tergett syndrome): Sindrom anxietasButir butir diagnostik sindrom ansietas :4 Adanya perasaan cemas atau khawatir yang tidak realistik terhadap 2 atau lebih hal yang dipersepsi sebagai ancaman, perasaan ini menyebabkan individu tidak mampu istirahat dengan tenang (inability to relax). Hendaya dalam fungsi kehidupan sehari-hari, bermanifestasi dalam gejala : penurunan kemampuan kerja, hububngan sosial dan melakukan kegiatan rutin. Terdapat paling sedikit 6 dari 18 gejala gejala berikut : Ketegangan motorik : 1. Kedutan otot atau rasa gemetar 2. Otot tegang/kaku/pegal linu 3. tidak bisa diam 4. mudah menjadi lelah Hiperaktivitas otonomik : 5. Nafas pendek/terasa berat 6. jantung berdebar-debar 7. telapak tangan basah-dingin 8. mulut kering 9. kepala pusing/rasa melayang 10. mual, mencret, perut tidak enak 11. muka panas/badan menggigil 12. buang air kecil lebih sering 13. sukar menelan/rasa tersumbat Kewaspadaan berlebihan :14. Perasaan jadi peka/mudah ngilu Penangkapan berkurang 15. Mudah terkejut/kaget 16. sulit konsentrasi pikiran 17. sukar tidur 18. mudah tersinggung.

II.1 Golongan Benzodiazepin Benzodiazepin yang dianjurkan sebagai anti anxietas ialah: klordiazepoksid, diazepam, oksazepam, klorazepat, lorazepam, prazepam, alprazolam dan halozepam. Sedangkan klorazepam dianjurkan untuk pengobatan panic disorder.3

II.1.1 Mekanisme kerja Sindrom ansietas disebabkan hiperaktivitas dari system limbic SSP yang terdiri dari dopaminergic, noradrenergic, serotoninnergic neurons yang dikendalikan oleh GABA-ergic neurons. Mayoritas neurotransmitter yang melakukan inhibisi di otak adalah asam amino GABA (gamma-aminobutyric acid A). Secara selektif reseptor GABA akan membiarkan ion Chlorida masuk ke dalam sel, sehingga terjadi hiperpolarisasi neuron dam menghambat penglepasan transmisi neuronal. Efek farmako dinamikderivat benzodiazepine lebih luas dari pada efek mefprobamat dan barbiturate. Klordiazepoksid tidak saja bekerja pada sentral, tetapi juga perifer pada susunan saraf kolinergik, adrenergic dan triptaminergik.3-5Klordiazepoksid lebih berguna untuk mengatasi sifat agresif hewan coba (monyet) dari pada pentobarbital, meprobamat dan CPZ. Berbeda dengan CPZ, klordiazepksid dan diazepam bersifat non selektif dalam menghambat respons terkondisi. Setelah pemberian oral, klordiazepoksid mencapai kadar tertinggi dalam 8 jam dan tetap tinggi sampai 24 jam. Eksresi benzodiazepine melalui ginjal lambat, setelah pemberian satu dosis obat ini masih ditemukan dalam urin selama beberapa hari. Secara umum obat obat antiansietas ini bekerja di reseptor GABA. Benzodiazepine menghasilkan efek pengikatan terhadap reseptor GABA tersebut.3

II.1.2 Cara Penggunaan Pemilihan Obat.4 Benzodiazepine memiliki rasio terapetik yang tinggi sebagai anti ansietas dan kurang menimbulkan adiksi dengan toksisitas yang rendah dibandingkan dengan meprobamate atau fenobarbital. Benzodiazepine sebagai drug of choice karena memiliki spesifisitas, potensi dan keamanannya. Spectrum klinis benzodiazepine meliputi efek anti ansietas (lorazepam, clobazam, bromazepam), antikonvulsan, anti insomnia (nitrazepam/flurazepam), dan premedikasi tingkat operatif (midazolam). Pengaturan Dosis.4 Efek klinis terlihat bila kadar obat dalam darah telah mencapai steady state dimana dapat dicapai 5-7 hari dengan dosis 2-3 kali sehari. Onset of action cepat dan langsung memberikan efek. Mulai dengan dosis awal (dosis anjuran) kemudian dinaikkan dosis setiap 3-5 hari sampai mencapai dosis optimal. Dosis ini dipertahankan 2-3 minggu. Kemudian diturunkan 1/8 x dosis awal setiap 2-4 minggu sehingga tercapai dosis minimal yang masih efektif (maintenance dose). Bila kambuh dinaikkan an bila efektif dipertahankan 4-8 minggu kemudian tapering off. Lama Pemberian.4 Pada sindrom ansietas yang disebabkan faktor situasi eksternal, pemberian obat tidak lebih dari 1-3 bulan. Pemberian sewaktu-waktu dapat dilakukan apabila timbul sindrom anxietas. Penghentian selalu secara bertahap (stepwise) agar tidak menimbulkan gejala lepas obat (withdrawal symptoms)

II.1.3 Efek Samping Efek samping obat antiansietas dapat berupa :4, 5 Sedasi (rasa mengantuk, kewaspadaan berkurang, kinerja psikomotor menurun, kemampuan kognitif melemah) Relaksasi otot (rasa lemas, cepat lelah, )

Potensi menimbulkan ketergantungan lebih rendah dari narkotika, oleh karena at therapeutic dose they have low re-inforcing properties. Potensi menimbulkan ketergantungan obat disebabkan oleh efek obat yang masih dapat dipertahankan setelah dosis terakhir, berlangsung sangat singkat.4Penghentian obat secara mendadak akan menimbulkan gejala putus obat (rebound phenomena) : pasien menjadi irritable, bingung, gelisah, insomnia, tremor, palpitasi, keringat dingin, konvulsi.4Hal ini berkaitan dengan penurunan kadar Benzodiazepine dalam plasma. Untuk obat benzodiazepine dengan paruh waktu pendek lebih cepat dan hebat gejala putus obatnya dibandingkan dengan obat Benzodiazepine dengan waktu paruh panjang (misalnya, Clobazam sangat minimal dalam menimbulkan gejala putus obat). 4Ketergantungan relatif lebih sering terjadi pada individu dengan riwayat peminum alkohol (alkoholics), penyalahgunaan obat (drug-abus-ers), atau unstable personalities. Oleh karena itu obat Benzodiazepine tidak dianjurkan diberikan pada pasien-pasien tersebut. 4Untuk mengurangi risiko ketergantungan obat, maksimum lama pemberian 3 bulan (100 hari) dalam rentang dosis terapeutik.4II.1.4 Kontraindikasi Pasien dengan hipersensitif terhadap benzodiazepine, glaucoma, myasthenia gravis, chronic pulmonary insufficiency, chronic renal or hepatic disease.3 Derivat benzodiazepine sebaiknya jangan diberikan bersama alkohol, barbiturat atau fenotiazin karena berpotensi menghasilkan efek sedasi dan penekanan pusat pernapasan, sehingga berisiko timbulnya respiratory failure dan depresi yang berlebihan. Pada pasien gangguan pernafasan benzodiazepine dapat memperberat gejala sesak napas.3II.1.5 Indikasi dan Sediaan Derivat benzodiazepine digunakan untuk menimbulkan sedasi, menghilangkan rasa cemas, dan keaadaanpsikomatik yang ada hubungan dengan rasa cemas. Selain sebagai anxietas , derivate benzodiazepine digunakan juga sebgaia hipnotik, antikunvulsi, pelemas otot, dan induksi anastesi umum. Sebagai antiansietas, klordiazepoksid dapat diberikan secara oral atau bila sangat diperlukan, suntikan dapat diulang 2-4 jam dengan dosis 25-100 mg sehari dalam 2 atau 4 jam pemberian. Dosis diazepam adalah 20-20mg sehari, pemberian suntikan dapat diulang tiap 3-4 jam.3 Klorazepat diberikan secara oral 30 mg sehari dalam dosis terbagi. Klordiazepoksid tersedia sebbagi tablet 5 dan 10 mg.3Diazepam berbentuk tablet 2 dan 5 mg. Diazepam tersedia sebagai larutan untuk pemberian rectal pada anak dengan kejang demam.3II.1.6 Toleransi dan Ketergantungan fisikKeadaan ini dapat terjadi bila benzodiazepine diberikan dalam dosis tinggi dan dalam jangka waktu lama. Jadi pemebrian golongan obat ini lebih dari 3 minggu sebaiknya dihindari. Habituasi dapat terjadi akibat benzodiazepine, namun, karena waktu paruhnya panjang dan terjadi perubahan menjadi metabolic aktif, gejala putus obat mungkin tidak akan Nampak selama 1 minggu sesudah penghentian obat pada pemakainan kronik. Umumnya dengan pemeberian dosis biasanya tidak terjadi gejala putus obat.3

II.1.7 Sediaan Obat Anti Anxietas Gol. Benzodiazepine :4, 51. Diazepam a. Nama dagang : Diazepam Sediaan : Tab. 2-5 mg Dosis anjuran : - b. Nama dagang : Lovium Sediaan : Tab. 2-5 mg Dosis anjuran : oral 2-3 x 2-5 mg/hari Injeksi 5-10 mg (im/iv) c. Nama dagang : Mentalium Sediaan : Tab. 2-5-10 mg Dosis anjuran : oral 2-3 x 2-5 mg/hari Injeksi 5-10 mg (im/iv) d. Nama dagang : Stesolid Sediaan : Tab. 2-5 mg Ampul 10 mg/2 cc Rectal tube 5 mg/2,5 cc ,10 mg/2,5 cc Dosis anjuran : Rectal tube anak 10 kg/bb = 10 mg e. Nama dagang : Valdimex Sediaan : Tab. 5 mg Ampul 10 mg/2 cc Dosis anjuran : - f. Nama dagang : Trazep Sediaan : Rectal tube 5 mg/2 cc Dosis anjuran : - g. Nama dagang : Valium Sediaan : Tab. 2-5 mg Ampul 10 mg/ 2 cc Dosis anjuran : - 2. Chlordiazepoxide a. Nama dagang : Cetabrium Sediaan : Tab. 5-10 mg Dosis anjuran : 2-3 x 5-10 mg/hari b. Nama dagang : Tensinyl Sediaan : Cap. 5 mgDosis anjuran : - c. Nama dagang : Librium Sediaan : Tab. 5-10 mg Dosis anjuran : - 3. Lorazepam a. Nama dagang : Ativan Sediaan : Tab. 0,5 1 - 2 mg Dosis anjuran : 2-3 x 5-10 mg/hari b. Nama dagang : Renaquil Sediaan : Tab. 1 mg Dosis anjuran : - c. Nama dagang : Merlopam Sediaan : Tab. 0,5 - 2 mg Dosis anjuran : - 4. Clobazam a . Nama dagang : Frisium Sediaan : Tab. 10 mg Dosis anjuran : 2-3 x 10 mg/hari b. Nama dagang : Clobazam Sediaan : Tab. 10 mg Dosis anjuran : - c. Nama dagang : Asabium Sediaan : Tab. 10 mg Dosis anjuran : - d. Nama dagang : Clobium Sediaan : Tab. 10 mg Dosis anjuran : - e. Nama dagang : Proclozam Sediaan : Tab. 10 mg Dosis anjuran : - 5. Bromazepam a. Nama dagang : Lexotan Sediaan : Tab. 1,5 3 6 mg Dosis anjuran : 3 x 1,5 mg/hari

6. Alprazolam a. Nama dagang : Alprazolam Sediaan : Tab. 0,25 0,5 - 1 mg Dosis anjuran : 3 x 0,25 - 0,5 mg/hari b. Nama dagang : Xanax XR Sediaan : Tab. 0,25 - 1 mg Dosis anjuran : 1 x 0,5 - 1 mg/hari c. Nama dagang : Alganax Sediaan : Tab. 0,25 0,5 - 1 mg Dosis anjuran : 3 x 0,25 - 0,5 mg/hari d. Nama dagang : Calmlet Sediaan : Tab. 0,25 0,5 1 2 mg Dosis anjuran : - e. Nama dagang : Feprax Sediaan : Tab. 0,25 0,5 - 1 mg Dosis anjuran : - f. Nama dagang : Atarax Sediaan : Tab. 0,5 mg Dosis anjuran : - g. Nama dagang : Alviz Sediaan : Tab. 0,5 - 1 mg Dosis anjuran : - h. Nama dagang : Zyprax Sediaan : Tab. 0,25 0,5 1 mg Dosis anjuran : 3 x 0,25 - 0,5 mg/hari

II.2 Golongan Non-Benzodiazepine II.2.1 BUSPIRONE Buspiron (BuSpar) diindikasi utnuk terapi gangguan ansietas, tidak seperti benzodiazepine dan barbiturat, buspirone tidak memiliki efek sedatif, hipnotik, relaksan otot, atau antikonvulsan. Buspiron memiliki potensi yang rendah untuk disalahgunakan dan tidak disertai fenomena purus zat atau hendaya kognitif.5, 6 II.2.1.1 Mekanisme Buspirone diabsorbsi dengan baik dari saluran gastrointestinal dan tidak dipengaruhi asupan makanan. Obat ini mencapai kadar puncak plasma dalam 60 hingga 90 menit setelah pemberian oral. Waktu paruh yang pendek (2 hingga 11 jam) memerlukan dosis 3 kali sehari. Berlawanan dengan benzodiazepine dan barbiturat yang bekerja pada saluran ion klorida terkaitaminobutyric acid (GABA), buspirone tidak memiliki efek pada mekanisme reseptor ini. Buspirone lebih bekerja sebagai agonis atau agonis parsial pada reseptor serotonin 5-HTIA. Buspirone juga memiliki aktivitas pada reseptor 5-HT2 dan reseptor dopamine tipe 2 (D2), meskipun makna efek pada reseptor ini tidak diketahui. Pada reseptor D2, obat ini memilikisifat agonis dan antagonis. Fakta bahwa buspirone memerlukan 2 hingga 3 minggu untuk menghasilkan efek terapeutik mengesankan bahwa apapun efek awalnya, efek terapeutik buspirone dapat meliputi modulasi beberapa neurotransmitter dan mekanisme intraneuronal.5,6

II.2.1.2 Efek Samping Efek samping buspirone yang paling lazim terjadi adalah sakit kepala, mual, pusing, dan insomnia (jarang). Buspirone tidak disertai dengan sedasi. Beberapa orang dapat melaporkan adanya perasaan gelisah ringan, meskipun gejala ini dapat mencerminkan gangguan ansietas yang tidak diterapi secara utuh. Tidak ada kematian dialporkan akibat over dosis buspirone, dan dosis letal median (LD50) diperkirakan 160 hingga 550 kali dengan dosis harian yang dianjurkan. Buspirone harus digunakan dengan hati-hati pada orang dengan gangguan hati dan ginjal, perempuan hamil, dan ibu yang menyusui. Obat ini dapat digunakan dengan aman oleh lansia.5

II.2.2.3 Interaksi Obat Pemberian buspirone dan haloperidol (haldol) bersamaan mengakibatkan meningkatnya konsentrasi haloperidol di dalam darah. Buspirone sebaiknya tidak digunakan dengan monoamine oxidase inhibitor (MAOI) utnuk menghindari episode hipertensif, dan diantara penghentian penggunaan MAOI dengan dimulainya terapi buspirone harus terdapat periode pembersihan selama 2 minggu. Erythromycin, itraconazole, nefazodone dan jus anggur dapat meningkatkan konsentrasi buspirone di dalam plasma.5

II.2.2 HYDROXYZINE Hydroxyzine adalah antihistamin tua, awalnya disetujui untuk penggunaan klinis oleh FDA pada tahun 1956. Obat ini memiliki sifat anxiolytic di samping sifat antihistamin dan juga berlisensi untuk pengobatan kecemasan dan ketegangan. Obat juga digunakan sebagai obat penenang sebelum anestesi atau untuk menginduksi sedasi setelah anestesi. Obat ini telah terbukti sama efektifnya dengan benzodiazepin dalam pengobatan gangguan kecemasan umum, sedangkan memiliki sedikit efek samping.6,7

II.2.3 Sediaan Obat Anti Ansietas Gol. Non-Benzodiazepine:4,61. Sulpiride a. Nama dagang : Dogmatil Sediaan : Cap. 50 mg 2. Buspirone a. Nama dagang : Buspar Sediaan : Cap. 10 mg Dosis anjuran : 2-3 x 10 mg/hari b. Nama dagang : Tran-Q Sediaan : Cap. 10 mg Dosis anjuran : - c. Nama dagang : Xiety Sediaan : Cap. 10 mg Dosis anjuran : - 3. Hydroxyzine a. Nama dagang : Iterax Sediaan : Caplet 25 mg Dosis anjuran : 3 x 25 mg/hari

DAFTAR PUSTAKA1.DR. Rusdi Maslim S, MKes. Gangguan Neurotik, Gangguan Somatoform dan Gangguan Terkait Stress. In: Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkasan PPDGJ-III dan DSM-5. PT Nuh Jaya: Jakarta; 2013. p. 72.2.Hermawan, Triyoga A. Dukungan sosial keluarga pada pasien gangguan ansietas menyeluruh di instalasi rawat jalan rumah sakit baptis kediri. STIKES RS. Baptis Kediri 2011;4.3.Arozal W, Gan S. Psikotropik. In: Gunawan SG, Setiabudy R, Nafrialdi, editors. Farmakologi dan Terapi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 5 ed; 2007. p. 161,169-171.4.Dr. Rusdi Maslim S. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik ( psyhotropic Medication). PT Nuh Jaya-Jakarta; 2007.5.MD LJA, Rhoda K Hahn M, Christopher Reist M. Anxiety. In: Handbook Of Psychiatric Drugs. USA; 2005.6.Stube, Dorothy. Princip of Treatment Planning. In: Stubbe D, editor. Child and Adolescent Psychiatry. 1 ed. Lippincott Williams; 2007.7.Solanki G. Anti-Anxiety Drugs. Internasional Jurnal of Biomedical Research 2013.

7