Gangguan Anxietas Dan Depresi

21
PEMBAHASAN GANGGUAN ANXIETAS A. DEFINISI Anxietas merupakan suatu keadaan yang ditandai oleh rasa khawatir disertai dengan gejala somatik yang menandakan suatu kegiatan berlebihan dari Susunan Saraf Autonomik (SSA). Ansietas merupakan gejala yang umum tetapi non-spesifik yang sering merupakan satu fungsi emosi. Ansietas yang patologik biasanya merupakan kondisi yang melampaui batas normal terhadap suatu ancaman yang sungguh-sungguh dan maladaptive. 1 B. EPIDEMIOLOGI Gangguan ansietas merupak kelompok gangguan psikiatri yang paling sering ditemukan. National Comorbidity Study melaporkan bahawa satu diantara empat orang memenuhi kriteria untuk sedikitnya satu agangguan ansietas dan terdapat angka presvalensi 12 bulan sebesar 17,7 persen. Perempuan 1

description

Kedokteran

Transcript of Gangguan Anxietas Dan Depresi

PEMBAHASAN

GANGGUAN ANXIETASA. DEFINISIAnxietas merupakan suatu keadaan yang ditandai oleh rasa khawatir disertai dengan gejala somatik yang menandakan suatu kegiatan berlebihan dari Susunan Saraf Autonomik (SSA). Ansietas merupakan gejala yang umum tetapi non-spesifik yang sering merupakan satu fungsi emosi. Ansietas yang patologik biasanya merupakan kondisi yang melampaui batas normal terhadap suatu ancaman yang sungguh-sungguh dan maladaptive.1

B. EPIDEMIOLOGIGangguan ansietas merupak kelompok gangguan psikiatri yang paling sering ditemukan. National Comorbidity Study melaporkan bahawa satu diantara empat orang memenuhi kriteria untuk sedikitnya satu agangguan ansietas dan terdapat angka presvalensi 12 bulan sebesar 17,7 persen. Perempuan (prevalensinya seumur hidup 30,5 persen) lebih cenderung mengalami ansietas daripada laki-laki (prevalensi seumur hidup 19,2 persen). Prevalensi gangguan ansietas menurun dengan meningkatnya status sosioekonomik.6

C. ETIOLOGIPenyebab gangguan cemas multifaktoral : factor biologis, psikososial, dan sosial. Factor biologis kecemasan akibat dari reaksi syaraf otonom yang berlebihan dan terjadi pelepasan kathekolamin. Dilihat dari aspek psikoanalisis, kecemasan dapat terjadi akibat impuls-impuls bawah sadar yang masuk kealam sadar. Mekanisme pertahanan jiwa yang tidak sepenuhnya berhasil dapat menimbulkan kecemasan yang mengambang, displacement dapat mengakibatkan reaksi fobia, reaksi formasi, dan dapat mengakibatkan gangguan obsesi kompulsif. Dari pendekatan social, ansietas dapat disebabkan karena konflik, frustasi, krisis atau tekanan.4

D. GAMBARAN KLINIS DAN DIAGNOSISPengalaman ansietas memiliki dua komponen : kesadaran akan sensasi fisiologis (seperti palpitasi dan berkeringat) serta kesadaran bahwa ia gugup atau ketakutan. Selain pengaruh viseral dan motorik, ansietas mempengaruhi pikiran, persepsi dan pembelajaran. Ansietas cenderung menimbulkan kebingungan dan distorsi persepsi, tidak hanya persepsi waktu dan ruang tetapi juga orang dan arti peristiwa. Distorsi ini dapat mengganggu proses pembelajaran dengan menurunkan konsentrasi, mengurangi daya ingat, dan mengganggu kemampuan menghubungkan satu hal dengan hal yang lain yaitu membuat asosiasi.6

E. TERAPI OBATPengobatan primer untuk gangguan kecemasan umum karena kondisi medik umum adalah mengobati kondisi medik dasarnya. Jika pasien juga memiliki gangguan penggunaan alkohol atau zat lain, gangguan tersebut juga harus dipusatkan secara terapeutik untuk mencapai pengendalian gejala gangguan kecemasan. Jika menghilangkan kondisi medik primer tidak membalikkan gejala gangguan kecemasan, pengobatan gejala tersebut harus mengikuti pedoman umum untuk gangguan mental spesifik. Pada umumnya, tekhnik modifikasi perilaku, obat ansiolitik, dan antidepresan serotonergik adalah cara pengobatan yang paling efektif.4

GANGGUAN DEPRESIA. DEFINISIDepresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, temasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa dan tidak berdaya, serta gagasan bunuh diri.2

B. EPIDEMIOLOGIa. Insiden dan prevalensiGangguan depresi berat, paling sering terjadi, dengan prevalensi seumur hidup sekitar 15 persen. Perempuan dapat mencapai 25 persen. Sekitar 10 persen di perawatan primer dan 15 persen di rawat rumah sakit. Pada anak sekolah didapatkan prevalensi sekitar 2 persen. Pada usia remaja didapatkan prevalensi 5 persen dari komunitas memiliki gangguan depresif berat.b. Jenis kelaminPerempuan dua kali lipat lebih besar dibandingkan laki-laki. Diduga adanya perbedaan hormon, pengaruh melahirkan, perbedaan stressor psikososial antara laki-laki dan perempuan, dan model perilaku yang dipelajari tentang ketidakberdayaan. c. UsiaRata-rata usia sekitar 40 tahunan. Hampir 50 persen wanita awitan diantara 20-50 tahun. Gangguan depresi berat dapat timbul pada masa anak atau lanjut usia. Data terakhir menunjukkan, gangguan depresi berat diusia kurang dari 20 tahun. Mungkin berhubungan dengan meningkatnya penggunaan alcohol dan penyalahgunaan zat dalam kelompok usia tersebut.d. Status perkawinanPaling sering terjadi pada orang yang tidak mempunyai hubungan interpersonal yang erat atau pada mereka yang bercerai atau berpisah, wanita yang tidak menikah memiliki kecenderungan yang lebih rendah untuk menderita depresi dibandingkan dengan yang menikah namun hal ini berbanding terbalik untuk laki-laki.e. Faktor sosioekonomi dan budayaTidak ditemukan korelasi antara status sosioekonomi dan gangguan depresi berat. Depresi lebih sering terjadi didaerah pedesaan dibanding daerah perkotaan.3

C. ETIOLOGIa. Faktor organobiologiDilaporkan terdapat metabolit amin biogenik-seperti asam 5-hydroxyindoleacetic (5-HIAA), asam homovanilic (HVA), dan 3 methoxy-4-hydroxyphenyl-glycol (MHPG) di dalam darah, urin, dan cairan serebrospinal (CSF) pasien dengan gangguan mood berhubungan dengan disregulasi heterogen pada amin biogenik.b. Fakto GenetikGenetik merupakan faktor penting dalam perkembangan gangguan mood, tetapi jalur penurunan sangat kompleks. Tidak hanya sulit untuk mengabaikan efek psikososial, tetapi juga factor non genetik kemungkinan juga berperan sebagai penyebab berkembangnya gangguan mood setidak-tidaknya pada beberapa orang.c. Faktor PsikososialPeristiwa kehidupan dengan stressful sering mendahului episode pertama, dibandingkan episode berikutnya. Ada teori yang mengemukakan adanya stress sebelum episode pertama menyebabkan perubahan berbagai neurotransmitter dan sistem sinyal intraneuron. Termasuk hilangnya beberapa neuron dan penurunan kontak synaps. Dampaknya, seorang indivisu beresiko tinggi mengalami episode berulang gangguan mood, sekalipun tanpa stressor dari luar.d. Faktor kepribadianSemua orang apapun pola kepribadiannya, dapat mengalami depresi sesuai dengan situasinya. Orang dengan gangguan kepribadian obsesi kompulsi, histrionik dan ambang, beresiko tinggi untuk mengalami depresi dibandingkan dengan gangguan kepribadian paranoid atau antisosial. Pasien dengan gangguan distimik dan siklotimik beresiko menjadi gangguan depresi berat.e. Faktor Psikodinamik pada depresiPemahaman psikodinamik depresi yang ditemukan oleh Sigmund Freud yang dilanjutkan dengan Karl Abraham dikenal sebagai pandangan klasik dari depresi. Teori tersebut termasuk empat hal utama : Hubungan Ibu-Anak selama fase oral menjadi faktor predisposisi untuk rentan terhadap episode depresi berulang. Depresi dapat dihubungkan dengan kenyataan atau bayangan kehilangan objek. Introjeksi merupakan terbangkitnya mekanisme pertahanan untuk mengatasi penderitaan yang berkaitan dengan kehilangan objek. Akibat kehilangan objek cinta, diperlihatkan dalam bentuk campuran antara benci dan cinta, perasaan marah yang diarahkan pada diri sendiri.f. Formulasi lain dari depresiTeori kognitif, depresi merupakan hasil penyimpangan kognitif spesifik yang menghasilkan kecenderungan seseorang menjadi depresi. Postulat Aaron Beck menyatakan trias kognitif dari depresi mencakup : Pandangan terhadap diri sendiri berupa persepsi negatif terhadap dirinya Tentang lingkungan yakni kecenderungan menganggap dunia bermusuhan terhadapnya Tentang masa depan yakni bayangan penderitaan dan kegagalan

D. TANDA DAN GEJALAa. Episode Depresi Mood terdepresi, kehilangan minat dan berkurangnya energi adalah gejala utama dari depresi. Pasien mungkin mengatakan perasaannya sedih, tidak mempunyai harapan, dicampakkan, atau tidak berharga. Emosi pada mood depresi kualitasnya berbeda dengan emosi duka cita atau kesedihan yang normal.Pikiran untuk melakukan bunuh diri dapat timbul pada sekitar dua pertiga pasien depresi, dan 10 sampai 15 persen diantaranya melakukan bunuh diri. Mereka yang dirawat di rumah sakit dengan percobaan bunuh diri dan ide bunuh diri mempunyai umur hidup lebih panjang dibanding yang tidak dirawat. Beberapa pasien depresi terkadang tidak menyadari ia mengalami depresi dan tidak mengeluh tentang gangguan mood meskipun mereka menarik didi dari keluarga, teman dan aktivitas yang sebelumnya menarik baginya. Hampir semua pasien depresi mengeluh tentang penurunan energi dimana mereka mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas dan menurunnya motivasi untuk terlibat dalam kegiatan baru. Sekitar 80 % pasien mengeluh masalah tidur, khusunya terjaga dini hari (terminal insomnia) dan sering terbangun di malam hari karena masalah yang dihadapi. Kebanyakan pasien menunjukkan peningkatan atau penurunan nafsu makan.Kecemasan adalah tersering dari depresi dan menyerang 90% pasien depresi. Berbagai perubahan asupan makanan dan istirahat dapat menyebabkan timbulnya penyakit lai secara bersamaan, seperti diabetes, hipertensi, penyakit paru obstruksi kronik dan penyakit jantung. Gejala lain termasuk haid yang tidak normal dan menurunnya minat dan aktivitas seksual. b. Depresi pada orang tua berbagai penelitian melaporkan angka prevalensi berkisar antara 20-50 persen. Beberapa penelitian menunjukkan depresi pada orang tua dapat dihubungkan dengan status ekonomi yang rendah, kehilangan pasangan, bersamaan dengan penyakit fisik, dan isolasi sosial. Gangguan depresi pada orang tua seringkali tidak terdiagnosis oleh karena gejala sebagai keluhan somatik.3 E. PENATALAKSANAANPenatalaksanaan pasien gangguan mood harus diarahkan kepada beberapa tujuan. Pertama, keselamatan pasien harus terjamin. Kedua, kelengkapan evaluasi diagnostik pasien harus dilaksanakan. Ketiga, rencana terapi bukan hanya untuk gejala, tetapi kesehatan jiwa pasien kedepan juga harus diperhatikan.Rawat inapIndikasi yang jelas untuk rawat inap adalah kebutuhan untuk prosedur diagnostik, resiko untuk bunuh diri dan melakukan peembunuhan, dan berkurangnya kemampuan pasien secara menyeluruh untuk asupan makanan dan tempat perlindungan. Riwayat gejala berulang dan hilangnya sistem dukungan terhadap pasien juga merupakan indikasi rawat inap.Terapi keluargaTerapi keluarga tidak umum digunakan sebagai primer untuk gangguan depresi berat, tetapi meningkatkan bukti klinis dapat membantu pasien dengan gangguan mood untuk mengurangi dan menghadapi stress dan mengurangi adanya kekambuhan.Terapi keluarga diindikasikan untuk gangguan yang membahayakan perkawinan pasien atau fungsi keluarga atau jika gangguan mood didasari atau dapat ditangani oleh situasi keluarga.FarmakoterapiPada gangguan depresi berat, penanganan efektif dan spesifik, seperti obat trisiklik untuk gangguan depresi berat telah digunakan selama 40 tahun. Antidepresan membutuhkan waktu 3-4 minggu untuk memberikan efek terapi yang signifikan, menunjukkan efek terapi lebih awal, dan secara relatif semua antidepresan yang tersedia menjadi toksik pada dosis yang kelebihan dan menunjukkan efek samping.Antidepresan lainnya adalah serotonine inhibitor, seperti fluoxetine, paroxetine (Paxil), dan Sertraline (Zoloft). Antidepressant golongan lain misalnya bupropion, venlafaxine, nefazodone (serzone), dan mirtazapine (Remeron) menunjukkan secara klinis hasil yang sama efektif dengan obat terdahulu tetapi lebih aman dan toleransinya lebih baik. Prinsip indikasi untuk antidepresi adalah episode depresi berat. Edukasi pasien yang adekuat tentang kegunaan antidepresan sebagai hal penting untuk kesuksesan terapi termasuk pemilihan obat dan dosis yang paling sesuai.3

GANGGUAN CAMPURAN ANXIETAS DAN DEPRESI1. DEFINISIGangguan ini mencakup pasien yang memiliki gejala kecemasan dan depresi, tetapi tidak memenuhi kriteria diagnostik untuk suatu gangguan kecemasan maupun suatu gangguan mood. Kombinasi gejala depresi dan kecemasan menyebabkan gangguan fungsional yang bermakna pada orang yang terkena.2

2. ETIOLOGIEmpat bukti utama yang menyatakan bahwa gejala kecemasan dan gejala depresi berhubungan sebab akibat pada beberapa pasien yang terkena, yaitu :a. Ditemukannya neuroendokrin yang sama pada gangguan depresi dan gangguan kecemasan, khusunya gangguan panik.b. Hiperaktivitas sistem noradrenergic relevan sebab menyebab pada beberapa pasien dengan gangguan depresi dan pada beberapa pasien dengan gangguan panik.c. Obat serotonergik berguna dalam mengobati gangguan depresi maupun kecemasan.2d. Gejala kecemasan dan depresi berhubungan secara genetik pada beberapa keluarga.5

3. MANIFESTASI KLINIKKombinasi beberapa gejala gangguan kecemasan dan beberapa gejala gangguan depresi. Disamping itu, gejala hiperaktivitas sistem saraf otonom, seperti keluhan gastrointestinal, sering ditemukan.

4. PERJALANAN PENYAKIT DAN PROGNOSISSelama perjalanan penyakit, gejala kecemasan atau depresi mungkin berganti muncul. Prognosis tidak diketahui saat ini.2

5. DIAGNOSISKriteria untuk diagnosis pasti adalah :a. Terdapat gejala-gejala ansietas maupun depresi, dimana masing-masing tidak menunjukkan rangkaian gejala yang cukup berat untuk menegakkan diagnosis tersendiri. Untuk ansietas, beberapa gejala otonom harus ditemukan walaupun tidak terus menerus, disamping rasa cemas atau kekawatiran berlebihan.b. Bila ditemukan ansietas berat disertai depresi yang lebih ringan, maka harus dipertimbangkan kategori gangguan ansietas lainnya atau gangguan ansietas fobik. Bila ditemukan sindrom depresi dan ansietas yang cukup berat untuk menegakkan masing-masing diagnosis, maka kedua diagnosis tersebut harus dikemukakan dan diagnosis gangguan campuran tidak dapat digunakan. Jika hanya dapat dikemukakan satu diagnosis, maka gangguan depresi harus diutamakan.c. Bila gejala-gejala tersebut berkaitan erat dengan stress kehidupan yang jelas, maka harus digunakan kategori gangguan penyesuaian.2,5

6. PENATALAKSANAANPendekatan psikoterapi dapat berupa terapi kognitif atau modifikasi perilaku. Farmakoterapi dapat termasuk obat antiansietas atau obat antidepresan atau keduanya. Diantara obat ansiolitik, penggunaan triazolobenzodiazepin mungkin diindikasikan karena efektifitas obat tersebut dalam mengobati depresi yang disertai kecemasan. Suatu obat yang mempengaruhi reseptor serotonin tipe-1A (5-HT 1A), seperti buspiron. Diantara antidepresan, antidepresan serotonergik mungkin yang paling efektif.2

KESIMPULANGangguan campuran anxietas dan depresi ini mencakup pasien yang memiliki gejala kecemasan dan depresi, tetapi tidak memenuhi kriteria diagnostic untuk suatu gangguan kecemasan maupun suatu gangguan mood. Kombinasi gejala depresi dan kecemasan menyebabkan gangguan fungsional yang bermakna pada orang yang terkena.2

DAFTAR PUSTAKA

1. Kaplan HI, Sadock BJ: Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat (Edisi Bahasa Indonesia), Edisi I, Jakarta: Widia Medika; 1998; 145-154.2. Mansjoer, Arif. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid Pertama. Jakarta: Media Aesculapius FKUI; 2001; 210-211.3. Elvira, D, Sylvia. Buku Ajar Psikiatri. Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 209-222.4. Kaplan, Sadock. Sinopsis Psikiatri, Jilid II, Edisi Ketujuh. Jakarta: Binarupa Aksara; 1997; 17-31.5. Pedoman Penggolongan Diagnostik Gangguan Jiwa (PPDGJ, Direktorat Jenderal Pelayan Medik Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995; 181-182.6. Kaplan HI, Sadock BJ. 2010. Gangguan Ansietas. Dalam : Kapal HI, Sadock BJ. Psikiatri Klinis Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta: 230-233.

14