bahan DM

26
BAB I LAPORAN KASUS I. IDENTITAS PASIEN Nama : Tn. A. S Jenis Kelamin : Laki-laki Umur : 50 tahun Alamat : Semarang Agama : Kristen Pekerjaan : Wiraswasta No RM : 214201 Tanggal masuk RS : 16 November 2011 Tanggal Operasi : 23 November 2011 Jam : 12.00 WIB II. ANAMNESA A. Keluhan utama : Lemas sejak ± 4 bulan yang lalu. B. Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang ke RS PKU Muhammadiyah dengan keluhan lemas sejak ± 4 bulan yang lalu. Pasien merasa nafsu makannya berkurang dan badannya lemas. Pasien menceritakan ± 8 bulan yang lalu pernah berobat di RS Elisabeth Semarang. Hasil pemeriksaanya dari dokternya pasien hanya mengalami gangguan pada enzim pencernaannya

Transcript of bahan DM

Page 1: bahan DM

BAB I

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. A. S

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 50 tahun

Alamat : Semarang

Agama : Kristen

Pekerjaan : Wiraswasta

No RM : 214201

Tanggal masuk RS : 16 November 2011

Tanggal Operasi : 23 November 2011 Jam : 12.00 WIB

II. ANAMNESA

A. Keluhan utama :

Lemas sejak ± 4 bulan yang lalu.

B. Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang ke RS PKU Muhammadiyah dengan keluhan lemas

sejak ± 4 bulan yang lalu. Pasien merasa nafsu makannya berkurang

dan badannya lemas. Pasien menceritakan ± 8 bulan yang lalu pernah

berobat di RS Elisabeth Semarang. Hasil pemeriksaanya dari dokternya

pasien hanya mengalami gangguan pada enzim pencernaannya saja.

Setelah berobat pasien tetap aktif bekerja. ± 1 bulan yang lalu pasien

disuruh istrinya untuk berobat karena kelihatan sangat pucat, namun

pasien tetap tidak mau karena dirinya merasa sehat.

Pasien menceritakan mengalami diare sejak ± 1 tahun yang lalu

sampai saat ini. Sejak saat itu pasien tetap bekerja sebagai wiraswasta

usaha pisang dan tidak menghiraukan diarenya. Pasien menceritakan

diarenya selalu lembek dan tidak pernah mencapai padat, tidak disertai

darah dan lendir . Pasien juga mengatakan kalau warna fesesnya normal

Page 2: bahan DM

sesuai dengan makanan yang dimakan oleh pasien. Pasien juga

mengatakan frekuensi BAB nya tidak menentu, kadang 1 kali sehari,

kadang 2 kali sehari, dan kadang juga 3 kali sehari, tergantung

banyaknya makanan yang dimakan oleh pasien. Setiap kali selesai BAB

perut pasien merasa sakit, pasien beranggapan selesai BAB seharusnya

perutnya jadi plong, tapi justru merasa sakit. Pasien juga menceritakan

kalau berat badannya turun 20 kg sejak setengah tahun belakangan ini

dari berat badan 73 kg, dan sekarang berat badannya menjadi 53 kg.

Seminggu yang lalu pasien datang ke Solo dari Semarang untuk

berkunjung ke tempat Saudaranya. Setiba di tempat Saudaranya pasien

disuruh berobat karena kelihatan sangat pucat. Kemudian pasien

langsung dibawa oleh keluarganya ke RS PKU Muhammdiyah

Surakarta. Setelah dilakukan observasi ternyata Hb pasien 3,4 gr/dL.

Pada saat Hb pasien 3,4 gr/dL pasien masih bisa jalan dengan baik dan

bercanda dengan keluarganya. Kemudian pasien dilakukan pemeriksaan

USG dan CT scan, hasil yang didapatkan ternyata ditemukan massa/

benjolan di perut kanan bawah namun pasien tetap tidak merasa sakit

hanya lemas saja. Kemudian pasien disarankan oleh dokter untuk

dilakukan operasi dan sebelum operasi pasien diberi transfusi darah

dahulu untuk meningkatkan kadar hemoglobinnya (Hb). Seiring kadar

Hb pasien perlahan meningkat, pasien mulai merasakan nyeri di perut

kanan bawahnya sampai sebelum dilakukan operasi. Selain keluhan

tersebut, tidak didapatkan keluhan lainnya seperti nyeri kepala, mual,

muntah, maupun demam.

C. Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat Hipertensi : disangkal

Riwayat Diabetes Mellitus : disangkal

Riwayat Asma : disangkal

Riwayat Alergi : disangkal

Riwayat penyakit jantung/ paru : disangkal

2

Page 3: bahan DM

Riwayat sakit maag : disangkal

Riwayat sakit ginjal/ liver : disangkal

Riwayat operasi sebelumnya : disangkal

Riwayat penyakit serupa sebelumnya : disangkal

D. Riwayat Kebiasaan

Merokok : diakui, berhenti sejak ± 25 tahun yang lalu.

Alkohol : diakui, berhenti sejak 1 tahun yang lalu. Sebelum

pasien beralih bekerja sebagai wiraswasta, pasien pernah bekerja

sebagai General Manager di tempat hiburan malam.

E. Obat-obatan yang diminum saat ini:

-          Kortikosteroid :          disangkal

-          Antibiotik :          Amoxicilin

-          Antihipertensi :          disangkal

-          Antidiabetik :          disangkal

- Analgetik : Novalgin

F. Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat Hipertensi dlm keluarga : disangkal

Riwayat Diabetes dlm keluarga : disangkal

Riwayat Alergi dlm keluarga : disangkal

Riwayat Asma dlm keluarga : disangkal

G. Anamnesis Sistem

Sistem serebrospinal : Tidak pusing, tidak demam

Sistem respirasi                    : batuk (-), pilek (-), sulit bernafas (-)

Sistem kardiovaskuler          : Tidak nyeri dada, pucat (+)

Sistem digestivus                  : Tidak mual, tidak muntah, BAB

lancar (lembek selama ± 1 tahun belakangan) tidak berdarah dan

tidak berlendir, warna kuning, tidak ada keluhan sakit pinggang.

3

Page 4: bahan DM

Sistem urogenital                 : BAK lancar, jernih kekuningan, tidak

nyeri saat berkemih.

Sistem muskuloskeletal       : Tidak ada hambatan dalam bergerak

Sistem integumentum          : Suhu raba hangat, tidak ada kelainan

III. PEMERIKSAAN FISIK (23 November 2011 / pre-op)

A. Status Generalis

Keadaan Umum : Baik

Gizi : Cukup

Kesadaran : Compos mentis

BB : 53 kg

Vital Sign :

TD : 130/80 mmHg

N : 84 x/menit

RR : 24 x/menit

Suhu : 36,5 oC

B. Status Lokalis

a) Kepala

Bentuk : normocephal

Rambut : hitam sedikit beruban, distribusi merata

Mata

o Palpebra : edema - / -

o Konjungtiva : anemis + / +

o Sklera : ikterus - / -

o Pupil : bulat, isokor

o Refleks cahaya : + / +

Hidung : septum deviasi (-)

4

Page 5: bahan DM

Mulut : Gigi keropos (+)

Trismus (-)

Rahang bawah maju (-)

Lidah kotor

Mallampati : mallampati 1

b) Leher

KGB : tidak ada pembesaran

Kelenjar thyroid : tidak ada pembesaran

Sikatrik : tidak ditemukan

c) Thoraks

Paru

- Inspeksi : simetris, ketinggalan gerak(-),deformitas(-)

- Palpasi : fremitus taktil kanan dan kiri

- Perkusi : sonor diseluruh lapang paru

- Auskultasi : suara dasar vesikuler, rhonki (-/-),

wheezing (-/-)

Jantung

- Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat

- Palpasi : iktus kordis teraba

- Perkusi : batas jantung dalam batas normal

- Auskultasi : bunyi jantung I – II regular, murmur (-)

d) Abdomen

Inspeksi : tampak rata, sama rata dengan dada,

simetris

Auskultasi : bising usus (+) normal

Palpasi : teraba masa, supel, elastis, hepar

dan lien tidak teraba

Perkusi : timpani

e) Ekstremitas

Akral : hangat

Sianosis : (-)

5

Page 6: bahan DM

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

A. Pemeriksaan Darah ( 16 November 2011)

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal

Hb 3,4 gr/dL 14,0-18,0 gr/dL

Eritrosit 2,29 106 Ul 4,5 – 5,9 jt/ul

Hematokrit 12 % 40-52

Lekosit 8,200 103 uL 4,000-12,000

Trombosit 925,000 103 uL 150,000-400,000

Gol darah B

SGOT 28 < 35

SGPT 10 < 41

Ureum 25,8 mg/dl 10-50

Creatinin 1,0 mg/dl 0,9-1,3

GDS 98,5 70-115

Indeks Eritrosit

MCV

MCH

MCHC

53,7

14,6

27,6

Pf

Pg

%

82 – 92

27 – 31

32 – 36

B. Pemeriksaan Darah ( 18 November 2011)

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal

HEMATOLOGI

Hb 7,4 gr/dL 14,0-18,0 gr/dL

Eritrosit 3,54 106 Ul 4,5 – 5,9 jt/ul

Hematokrit 24 % 40-52

Lekosit 7,300 103 uL 4,000-12,000

Trombosit 692,000 103 uL 150,000-400,000

KIMIA DARAH

Total protein 7,2 gr/dL 6,2 s.d 8,2

Albumin 3,2 Gr/dL 3,5-5,5

ELEKTROLIT

Natrium 136,6 mmol/L 135-148

Kalium 3,08 mmol/L 3,5-5,3

Klorida 105,3 Mmol/L 98-107

6

Page 7: bahan DM

C. Pemeriksaan Darah ( 22 November 2011)

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal

Hb 9,8 gr/dL 14,0-18,0 gr/dL

Waktu perdarahan 1’ 30’’ Menit 1-5

Waktu pembekuan 3’ 30’’ Menit 1-6

HbSAg Negatif Negatif

D. Pemeriksaan Radiologi

Hasil CT scan abdomen dengan potongan tegak lurus sumbu tubuh:

1. Hepar, VT, pancreas, lien kedua ren dalam batas normal.

2. Tampak lesi densitas campuran hipo dan isoechoic, bentuk

membulat, batas tegas, tepi lobulated di daerah lumbal dextra, post

kontras tampak enhancemen (+).

3. Daerah para aorta tak tampak massa/ pembesaran KGB

Kesan :

a. Massa daerah lumbal dextra, sangat mungkin berasal dari

sistema usus.

Organ lain dalam batas normal.

V. DIAGNOSA KERJA

Tumor colon ascenden

VI. KESIMPULAN

Berdasarkan status fisik, diklasifikasikan dalam ASA II (pasien dengan

penyakit sistemik ringan sehingga menyebabkan aktifitas rutin terbatas).

ACC operasi dengan general anestesi dengan intubasi.

VII. PENATALAKSANAAN

Terapi operatif : Laparatomi dengan General Anesthesia dengan

intubasi pada pasien ASA II.

7

Page 8: bahan DM

VIII. TINDAKAN ANESTESI PADA PERI-OPERASI

Macam : Laparotomi

Jenis AN : General Anestesi

Teknik AN : intubasi/ Circle

- ET oral ukuran 7.5

- Guedel ukuran 4

- NGT 16

Anestesi mulai : 12.15 WIB Operasi mulai

:12.20 WIB

Anestesi selesai : 15.00 WIB Operasi selesai :14.15 WIB

A. Pre-operatif

Pasien puasa 8 jam pre-operatif.

Keadaan umum dan vital sign baik (TD=130/80, N=84x/’,

RR=24x/’, S=36,50C)

Kebutuhan cairan (BB = 53 kg) :

Cairan yang digunakan : Ringer Laktat melalui infus line

- Cairan rumatan (maintenance):

2cc/kgBB/jam

2x53= 106cc/jam

- Defisit cairan karena puasa:

Rumatan x lama puasa: 106 cc/jam x 8 jam = 848 cc/jam

- Stress intra operasi

8 x 53 kg = 424 cc/jam

Total yang harus diberikan = 106cc +848cc + 424cc

= 1378 cc/jam

Pemberin:

1 jam I, ½ bagian pengganti puasa + maintenance + stress

intra operasi ½ x 848 = 424 cc + 106 + 424 cc = 954 cc

1 jam II dan III, ¼ bagian pengganti puasa + maintenance +

stress intra operasi ¼ x 848 cc + 106 cc + 424 cc = 742 cc

8

Page 9: bahan DM

Pemasangan kateter urine

Membina hubungan baik dengan pasien dapat membangun

kepercayaan dan menentramkan hati pasien sehingga dapat

mengurangi kecemasan pasien menjelang operasi.

B. Intra operatif

Pasien masuk ke ruang OK, diposisikan di atas meja operasi,

pasang alat monitoring: EKG, monitor tensi, Heart Rate, SpO2,

untuk monitoring ulang vital sign pasien.

(TD : 160/101 mmHg, N : 84x/menit, Saturasi O2 98%)

Pasien diminta untuk tetap berbaring dimeja operasi kemudian

diberi injeksi obat premedikasi fenthanyl 100 µg IV untuk

memberi efek analgesi dan atracurium besilate 25 mg IV sebagai

muscle relaxan. Induksi anestesi dilakukan dengan injeksi Propofol

100 mg IV. Setelah reflek bulu mata menghilang, sungkup muka

ditempatkan pada muka dan oksigen 4-6 liter/menit, untuk

memberikan efek hiperventilasi pada paru. Pertama-tama pasien

dipasangai nasogastric tube untuk dekompresi usus. Kemudian

pasien diintubasi dengan Endotrakeal air way Tube (ET),

kemudian balon pipa ET dikembangkan sampai tidak ada

kebocoran pada waktu melakukan nafas buatan dengan balon

nafas. Meyakinkan bahwa pipa ET benar-benar didalam trakea dan

tidak masuk terlalu dalam di salah satu bronkus atau esofagus,

dengan cara memeriksa dengan stetoskop dan mendengarkan suara

nafas yang harus sama di paru kiri dan kanan, dinding dada juga

harus bergerak sama (simetris) pada setiap inspirasi buatan.

Kemudian ET difiksasi agar tidak bergeser dan lepas. Selanjutnya

memasukkan orofaringeal tube pada mulut supaya jalan nafas

lebih leluasa. Kemudian pipa ET dihubungkan dengan konektor

kepada sirkuit nafas alat anestesi. Selanjutnya melakukan tahap

9

Page 10: bahan DM

pemeliharaan anestesi (maintenance) dengan N2O dibuka 3 liter/

menit dan O2 3 liter/ menit (50%:50%), kemudian isoflurane 2 vol

% dibuka. Nafas pasien dikendalikan dengan menekan balon nafas

(12-16 x/menit) setelah ada tanda-tanda nafas spontan kemudian

dicoba membantu nafas sedikit-sedikit sampai pernafasan normal

kuat kembali. Nafas dapat dibiarkan spontan kalau usaha nafas

ternyata cukup kuat, ini dapat dilihat dari besarnya kembang

kempis balon nafas.

Selama tindakan anestesi berlangsung, tekanan darah dan nadi

senantiasa dikontrol setiap 10 menit, sebagai berikut :

Menit ke- Sistole Diastole Heart rate Sp O2

1 160 101 84 98 %

10 173 90 88 98 %

20 158 92 70 98 %

30 110 80 65 98 %

Kemudian didukung dengan pemberian drip cairan (Ringer Laktat)

yang diberikan selama operasi berlangsung. Ketika operasi hampir

selesai, pasien diberikan injeksi Ketolorac 30 mg/ IM dan pethidin

50 mg/ IM untuk mengurangi rasa nyeri luka operasi atau pada

post operasi nanti. Selanjutnya pasien diberikan ondansentron 8 mg

untuk mencegah terjadinya mual dan muntah. Ketika operasi

selesai, N2O mulai diturunkan volumenya dan O2 dinaikkan

volumenya 6 L/menit, isoflurane juga perlahan dikurangi dan

dihentikan setelah operasi selesai.

C. Post operatif

Operasi berakhir pukul 14.19 WIB.

Selesai operasi pasien belum sadar kemudian pasien dipindahkan

ke Ruang Pemulihan (Recovery Room), pasien segera diberi

bantuan oksigenasi melalui Canul O2 2 lt/menit, melanjutkan

10

Page 11: bahan DM

pemberian cairan, dan diobservasi terus dipantau setiap 10 menit

dinilai pernafasan, tekanan darah, dan nadi. Saturasi O2 : 98 %

TD : 110/80 mmHg, N : 65 x/menit

Pasien dibawa ke ICU

Instruksi Post Operasi :

- Awasi tekanan darah, nadi, suhu, nafas dan kesadaran setiap

¼ jam

- Puasa sampai 5 hari

- Infus Ring-Asering ~ D5 ~ Kabivento

- Obat : - Terfacef 1 g/12 jam,

- Ranitidin 1 mg/8 jam

- Novalgin 1 mg/8 jam

- Trichodazol 500 mg/8 jam

11

Page 12: bahan DM

BAB II

PEMBAHASAN KASUS

Beberapa etiologi dan faktor predisposisi yang dapat meningkatkan

insiden tumor kolon adalah pola makan yang kurang serat, polip kolon, radang

kronik kolon (kolitis ulserosa atau kolitis amuba kronik) dan faktor genetik.

Tumor kolon yang terletak pada daerah caecum dan colon ascendens akan

jarang memberikan gejala, karena feces yang melewati daerah tersebut masih

berada dalam bentuk cair.  Selain itu, luas daerah caecum adalah yang terluas

dibandingkan dengan daerah pada colon kiri (sigmoid), hal ini menyebabkan

tumor dapat tumbuh terus sampai besar dan tidak memberikan tanda dan gejala

apapun, juga tidak ada perubahan pada pola buang air besar serta pada penampilan

fisik dari feces. Tumor colon yang berada di sebelah kiri biasanya akan cepat

menimbulkan keluhan karena desakan tumor dan juga daerah colon kiri yang

relatif sempit dibandingkan dengan colon kanan, gejala yang muncul adalah

adanya kram abdomen, sumbatan, dan bahkan perforasi.

Pada tumor colon yang terletak pada daerah kanan (caecum) ini akan

disertai kehilangan darah secara kronik dan sedikit-sedikit, darah tidak akan

terlihat dengan mata biasa tetapi dapat dapat dilihat dengan percobaan tertentu

seperti Benzidin test, hal demikian dinamakan occult blood loss. Gejala yang

mungkin dapat dilihat pada pasien ini adalah kelelahan, palpitasi dan bahkan

dapat terdapat angina pectoris. Pada pemeriksaan darah tepi didapatkan eritrosit

yang hipokrom mikrositik karena kekurangan zat besi (Fe).

Tempat yang dirasakan sakit berbeda karena asal embriogenik yang

berlainan, yaitu dari usus tengah dan belakang. Kolon yang berasal dari usus

tengah akan menimbulkan nyeri di daerah ulu hati dan daerah kranial umbilikus.

Kolon yang berasal dari usus belakang akan menimbulkan keluhan bermula di

bawah umbilicus.

Obat premedikasi Fentanyl 100 µg IV untuk memberi efek analgesi dan

Atracurium Besylate 25 mg IV sebagai muscle relaxan. Induksi anestesi

12

Page 13: bahan DM

dilakukan dengan injeksi Propofol 100 mg IV. Induksi anestesi adalah tindakan

untuk membuat pasien dari sadar menjadi tidak sadar, sehingga memungkinkan

dimulainya anestesi. Obat-obatan untuk induksi anestesi diantaranya adalah

Fentanyl, Atracurium Besylate, dan Propofol. Pada pasien ini pilihan induksi

anestesi adalah Propofol dan Atracurium Brsylate sebagai relaksan ototnya.

Pada pasien ini menggunakan Fentanyl 100 µg IV untuk obat medikasi

preoperasi yang digunakan dalam anestesi sebagai anti nyeri sebelum operasi,

penanganan nyeri pada tumor, untuk mencegah atau menghilangkan takipnea dan

delirium pasca operasi emergensi. Depresi pernapasan lebih kecil

kemungkinannya. Dosis Fentanyl yang diberikan pada pasien ini yaitu 1-3

µg/kgBB. Mekanisme kerja Fentanyl bekerja lebih cepat dibandingkan Morfin.

Atracurium Besylate merupakan obat pelumpuh otot non depolarisasi

yang relatif baru, sifatnya tidak mempunyai efek kumulasi pada pemberian

berulang, dan tidak menyebabkan perubahan fungsi kardiovaskular yang

bermakna dan pemulihan fungsi saraf otot dapat terjadi secara spontan, dosis 0,5

mg/kg BB, durasi 15-30 menit. Atracurium Besylate 25 mg IV diberikan untuk

memfasilitasi intubasi endotrakheal dan untuk memberikan relaksai otot skeletal

selama pembedahan atau ventilasi mekanikal.

Propofol merupakan suatu obat hipnotik intravena diisopropilfenol yang

menimbulkan induksi anestesi yang cepat dengan aktivitas eksitasi minimal

(contohnya mioklonus) dan menginduksi secara cepat seperti tiopental. Rasa nyeri

kadang terjadi ditempat suntikan, tetapi jarang disertai dengan thrombosis.

Propofol menurunkan tekanan arteri sistemik kira-kira 80% tetapi efek ini lebih

disebabkan karena vasodilatasi perifer daripada penurunan curah jantung.

Tekanan sistemik kembali normal dengan intubasi trakea. Propofol tidak merusak

fungsi hati dan ginjal. Aliran darah ke otak, metabolisem otak, dan tekanan

intrakranial akan menurun sehingga lebih aman untuk diberikan pada pasien kasus

ini. Pada pemberian propofol ini akan diikuti oleh timbulnya apneu sehingga perlu

diantisipasi dengan pemasangan sungkup muka untuk membantu pernafasan

pasien. Propofol diberikan dengan dosis 2-2,5 mg/kgBB (200 mg/20cc) dengan

awitan aksi 40 detik, dengan efek puncak 1 menit dan lama aksi 5-10 menit. 

13

Page 14: bahan DM

Rumatan anestesi biasanya mengacu pada trias anestesi yaitu tidur (sedasi),

analgesia cukup, dan relaksasi otot lurik yang cukup. Pada pasien ini diberikan

maintenance Oksigen, N2O dan Isoflurane. Oksigen (O2) diberikan untuk

mencukupi oksigenasi jaringan. N2O sebagai analgetik dan isoflurane untuk efek

hipnotik. N2O dalam ruangan berbentuk gas tak berwarna, bau manis, tak iritasi,

tak terbakar, dan beratnya 1,5 kali berat udara. Pemberian anestesi dengan N2O

harus disertai  O2 minimal 25 %. Gas ini bersifat anestesik lemah, tetapi

analgesinya kuat. Pada anestesi inhalasi jarang digunakan sendirian, tetapi

dikombinasi dengan salah satu anestesi lain seperti halotan dan sebagainya.

Penggunaan dalam anestesi umumnya dipakai dalam kombinasi N2O : O2 yaitu

60% : 40%, 70% : 30%. Dosis untuk mendapatkan efek analgesik digunakan

dengan perbandingan 20% : 80%, untuk induksi 80% : 20%, dan pemeliharaan

70% : 30%. N2O sangat berbahaya bila digunakan pada pasien pneumothorak,

pneumomediastinum, obstruksi, emboli udara dan timpanoplasti. Hentikan

pemberian 10 menit sebelum operasi selesai namun naikkan volume O2.

Rumatan (maintenance) anestesinya menggunakan isoflurane yang

merupakan isomer dari enfluran dengan efek-efek samping yang

minimal. Induksi dan masa pulih anestesia dengan isoflurane cepat. Sifat fisis:

titik didih 58,5, koefisien partisi darah/gas 1.4, MAC 1.15%. Farmakologi: Efek

terhadap depresi jantung dan curah jantung minimal, sehingga digemari untuk

anestesa teknik hipotensi dan banyak digunakan pada pasien

dengangangguan koroner. Dosis isoflurane untuk induksi adalah 3-4 vol%

sedangkan pada pasien ini digunakan sebagai rumatan (maintenance) sehingga

dosisnya adalah 1-2 vol%. Setelah operasi selesai, diberikan Ketorolac 50

mg/IM dan Pethidin HCl 50 mg/ IM untuk mengurangi rasa nyeri luka operasi

pada post operasi. Ketorolac diindikasikan untuk penatalaksanaan jangka pendek

terhadap nyeri akut sedang sampai berat setelah prosedur bedah. Durasi total

Ketorolac tidak boleh lebih dari lima hari. Ketorolac secara parenteral dianjurkan

diberikan segera setelah operasi. Dosis awal Ketorolac yang dianjurkan adalah 10

mg diikuti dengan 10–30 mg tiap 4 sampai 6 jam bila diperlukan. Harus diberikan

dosis efektif terendah. Dosis harian total tidak boleh lebih dari 90 mg. Efek

14

Page 15: bahan DM

sampingnya terhadap saluran cerna: diare, dispepsia, nyeri gastrointestinal,

nausea, sedangkan terhadap susunan saraf pusat : sakit kepala, pusing, mengantuk,

berkeringat.

Pethidin HCl adalah analgetik golongan narkotik rata-rata 1,0 mg/menit (60

mg/jam). Terjadinya analgesi lebih cepat dicapai dan berlangsung dalam 15 – 20

jam. Pethidin HCl mempunyai efek lokal anestesi, dengan akibat menghambat

atau blok saraf simpatik, sensorik, motorik. Efek analgetiknya terutama untuk

spasme otot, kecuali untuk kolik bilier, spasme spincter oddi. Obat ini dapat

mendepresi pusat pernafasan, menyebabkan mual dan muntah dan hipotensi

Sedangkan Ondansetron 8 mg iv diberikan untuk mencegah mual dan

muntah yang disebabkan kemoterapi kanker atau setelah operasi. Ondansetron

bekerja dengan memblokade hormon serotonin yang menyebabkan muntah.

Selain itu Ondansentron digunakan untuk mengobati kecanduan alkohol.

15

Page 16: bahan DM

BAB III

KESIMPULAN

Pada kasus ini, pasien terdiagnosa memiliki tumor colon ascenden.

Berdasarkan jenis operasi pada pasien ini yaitu laparotomi maka dipilih tehnik

terbaik untuk tindakan anestesi adalah anestesi general dengan intubasi

endotracheal tube ukuran 7.5 dengan obat-obatan anestesi intravena maupun

inhalasi yang sesuai. Premedikasi yang diberikan pada pasien ini adalah Fentanyl

100 µg IV. General Anestesi diinduksi dengan Propofol 100 mg IV dengan

muscle relaxan Atracurium besylate 26,5 mg IV, kemudian diberi rumatan

anestesi dengan N2O, O2, dan Isoflurane.

16

Page 17: bahan DM

CASE REPORT

GENERAL ANESTESI DENGAN INTUBASI

PADA TUMOR COLON ASCENDEN

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Pendidikan Profesi Dokter

Dokter Pembimbing: dr. Bambang Sutanto, Sp. An dan dr. Ricka Lesmana, Sp. An

Disusun Oleh :

Dinar Mayangsari J 500 060 019

Fajri Azizah J 500 060 066

Susi Indriastuti J 500 070 055

Yogo Pardi Wibowo J 500 070 065

Primanda Faridayah J 500 070 067

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2011

17