DM fartoks1

download DM fartoks1

of 29

Transcript of DM fartoks1

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI TOKSIKOLOGI I PERCOBAAN SISTEM SARAF OTONOM

DISUSUN OLEH : KELOMPOK II GOLONGAN FARMASI A ASISTEN : A. DHIZA TENRI PADANG

LABORATORIUM FARMAKOLOGI TOKSIKOLOGI JURUSAN FARMASI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR SAMATA GOWA 2011

BAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang Istilah diabetes mellitus diperoleh dari bahasa latin dari kata yunanai yaitu diabetes yang berarti pancuran atau mengalir terus, dan Melitus yang berarti madu atau manis. Jadi istilah ini menunjukkan tentang keadaan tubuh penderita yaitu adanya cairan manis yang mengalir terus. Penyakit ini sudah dikenal sebelum masehi yang ditemukan oleh Paplius Ebere (1500 SM) yang mengungkapkan beberapa pengobatan terhadap suatu penyakit dengan gejala sering kencing. Akhirnya dari tahun ke tahun dikenal dengana nama penyakit kencing gula atau kencing manis karena kencing penderita sering dikerumuni semut karena tingginya kadar gula darah urine. Diabetes merupakan suatu grup sindrom heterogen yang semua

gejalanya ditandai dengan peningkatan gula darah yang disebabkan oleh defisiensi insulin relatif atau absolut. Pelepasan insulin yang tidak adekuat diperberat oleh glukagon yang berlebihan. Insulin merupakan protein kecil yang mengandung dua rantai polipeptida yang dihubungkan oleh ikatan disulfida. Insulin adalah protein, sehingga didegradasi pada saluran cerna jika diberikan per-oral. Karena itu pada umumnya diberikan secara subkutan. Adapun sekresi insulin diatur tidak hanya oleh kadar glukosa darah tetapi juga

oleh hormon lain dan mediator autonomik. Sekresi insulin umumnya dipacu oleh ambilan kadar glukosa yang tinggi dan difosforilasi dalam sel- pankreas. Adapun hubungan percobaan diabetes melitus ini dalam dunia farmasi yaitu kita dapat menghitung bagaimana kenaikan atau penurunan kadar

glukosa dalam darah baik pada mencit maupun probandus setelah pemberian obat-obat antidiabetes melitus yang mengandung glukosa. maupun setelah melakukan aktivitas makan

B. Maksud dan Tujuan 1. Maksud Percobaan Mengetahui dan memahami efek farmakologi yang ditimbulkan oleh obat antidiabetes mellitus yaitu glibenklamid dan glukopage (metformin) terhadap hewan coba. 2. Tujuan Percobaan Menentukan efek farmakologis yang ditimbulkan oleh obat antidiabetes mellitus seperti glibanklamid dan glukopage (metformin) terhadap hewan coba mencit (Mus musculus)

C. Prinsip Percobaan Penentuan efek farmakologi obat obat antidiabetik oral yaitu glibenklamid yang merupakan derivat biguanid dengan cara diukur terlebih dahulu kadar glukosa awalnya dengan glukometer kemudiaan diinduksi glukosa

50% lalu diukur lagi kadar glukosanya setelah 1 jam (K1) dan kemudian diberikan obat antidiabetik oral yaitu metformin dan setelah 1 jam diukur lagi kadar glukosanya (KGa) yang dibandingkan dengan kontrol NaCMC, lalu dihitung % kadar penurunan glukosanya terhadap hewan uji mencit (Mus musculus). Penentuan persen kenaikan kadar gula darah pada probandus yang berpuasa dan tidak berpuasa, dimana darah probandus diukur kadar glukosa darahnya sebelum makan dan sesudah makan menggunakan alat glukometer. Prinsip kerja alat yang dipakai pada percobaan ini (glukometer secara elektrokimia), yaitu berdasarkan pada pengukuran potensial (daya listrik) yang disebabkan oleh reaksi dari glukosa dengan bahan pereaksi glukosa pada elektroda strip. Sampel darah diserap masuk ke dalam ujung strip uji berdasarkan reaksi kapiler. Apabila darah mengisi ruang reaksi pada uji strip, Kalium Ferisianida diuraikan dan glukosa sampel dioksidasi oleh enzim glukosa oksidase menyebabkan penurunan bilangan oksidasi. Aplikasi jumlah voltase yang konstan dari melerasi mengoksidasi Kalium Heksasianoferat (II) kembali pada Kalium Heksasianoferat (III) dan memberikan elektron. Elektron ini yang dihasilkan untuk menimbulkan arus sebanding dengan kadar glukosa pada sampel. Setelah waktu 60 detik, konsentrasi glukosa dalam sampel ditayangkan pada layar monitor.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Umum Diabetes melitus adalah suatu keadaan yang timbul karena defisiensi insulin relatif maupun absolut. Hiperglikemia timbul karena penyerapan glukosa ke dalam sel terhambat serta metabolismenya diganggu. Dalam keadaan normal, kira-kira 50% glukosa yang dimakan mengalami metabolisme sempurna menjadi CO2 dan air 5% diubah menjadi glikogen dan kira-kira 30-40% diubah menjadi lemak. Pada diabetes melitus semua proses tersebut terganggu. Glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel, sehingga energi utama diperoleh dari metabolisme protein dan lemak. Sebenarnya hiperglikemia sendiri relatif tidak berbahaya, kecuali bila hebat sekali hingga darah menjadi hiperosmotik terhadap cairan intrasel. Yang nyata berbahaya ialah glikosuria yang timbul karena glukosa bersifat diuretik osmotik sehingga diuresis meningkat disertai hilangnya berbagai elektrolit. (Handayani, G.M. 2011 : 35) Diabetes dapat dibagi menjadi dua grup berdasarkan kebutuhan atas insulin yaitu diabetes melitus tergantung insulin (tipe I) dan diabetes melitus tidak tergantung insulin (tipe II). Diabetes tergantung insulin umumnya menyerang anak-anak tetapi dapat juga terjadi diantara orang dewasa. Penyakit ini ditandai dengan defisiensi insulin absolut yang disebabkan oleh lesi atau nekrosis sel-

berat. Hilangnya fungsi sel- mungkin disebabkan oleh invasi virus, kerja toksin kimia, atau umumnya melalui kerja antibodi autoimun yang ditujukan untuk melawan sel-. Akibat dari dekstruksi sel- pankreas gagal berespons terhadap masukan glukosa dan diabetes tipe I menunjukkan gejala klasik defisiensi insulin. Diabetes tipe I memerlukan insulin eksogen untuk menghindari hiperglikemia dan ketoasidosis yang mengancam kehidupan. Pada diabetes tipe II, pankreas masih mempunyai beberapa fungsi sel- yang menyebabkan kadar insulin bervariasi yang tidak cukup untuk memelihara homeostatis glukosa. Pasien dengan diabetes tipe II seringkali gemuk. Diabetes tipe II sering dihubungkan dengan resistensi organ target yang membatasi respon insulin endogen dan eksogen. (Mycek, Mary J. 2001 : 259-261) Adapun penggolongan obat antidiabetik oral yaitu sebagai berikut: a. Golongan sulfonilurea Golongan obat ini bekerja merangsang sekresi insulin dari granul sel-sel langerhan pankreas. Rangsangannya melalui interaksinya dengan ATPsensitif K channel pada membran sel-sel yang insulin yakni menimbulkan depolarisasi membran dan keadaan ini akan membuka kanal Ca. Dengan terbukanya kanal Ca maka ion Ca++ akan masuk sel, merangsang granula yang berisi insulin dan akan terjadi sekresi insulin dengan jumlah yang ekuivalen dengan peptida-C kecuali itu sulfonilurea dapat mengurangi klirens insulin di hepar. Contoh obatnya : glibenklamid

b. Golongan biguanid Biguanid sebenarnya bukan obat hipoglikemik tetapi suatu

antihiperglikemik, tidak menyebabkan sekresi insulin dan umumnya menyebabkan hipoglikemia. Contoh obatnya : metformin c. Golongan meglitinid Mekanisme kerjanya sama dengan sulfonilurea tetapi struktur kimianya sangat berbeda. Golongan ADO ini merangsang insulin dengan menutup kanal K yang ATP-molepenolent di sel -pankreas. d. Tiazolidinedion Insulin merangsang pembentukan dan translokasi GLUT ke membran sel di organ perifer. Ini terjadi karena insulin merangsang pexoxisome

proliferators-aktiveted reseptor- (PDAR-) di inti sel dan mengaktivasi insulin. e. Penghambat enzim glukosidase Obat golongan ini dapat memperlambat absorpsi polisakarida, destrin, dan disakarida di intestine, dapat mencegah peningkatan glukosa plasma pada orang normal dan pasien diabetes melitus. (Tim Penyusun Farmakologi dan Terapi. 2007 : 490-493) Teori pengobatan pada diabetes melitus didasarkan atas pemberian insulin dalam jumlah cukup sehingga memungkinkan metabolisme karbohidrat penderita normal. Terapi optimum dapat mencegah bagian terbesar efek akut diabetes dan

sangat memperlambat timbulnya efek-efek kroniknya. Insulin meningkatkan penggunaan karbohidrat untuk energi dan menekan penggunaan lemak. Akibatnya, kekurangan insulin menyebabkan penggunaan lemak terutama untuk menyingkirkan penggunaan glukosa kecuali oleh jaringan otak. Selanjutnya, isyarat yang mengatur mekanisme pengalihan ini terutama oleh konsentrasi glukosa darah. Bila konsentrasi glukosa darah rendah, sekresi insulin ditekan dan lemak digunakan hampir seluruhnya untuk energi di setiap tempat kecuali di dalam otak. Bila konsentrasi glukosa tinggi, sekresi insulin dirangsang dan karbohidrat digunakan menggantikan lemak sampai glukosa darah yang kelebihan disimpan. (Guyton. 1987 : 702-708) Sekresi insulin dapat diatur secara ketat untuk mendapatkan kadar glukosa darah yang stabil baik sesudah makan atau waktu puasa. Hal ini dapat dicapai karena adanya koordinasi peran sebagai nutrient, hormone saluran cerna, hormone pangkreas, dan neurotransmitter otonom. Glukosa, asam amino, asam lemak, dan benda keton akan meransang sekeresi insulin. Sel-sel langerhans dipesarafi saraf adrenergic dan kolinergik. Stimulasi reseptor 2 adrenergik menghambat sekresi insulin sedang 2 adrenergik agonis dan stimulasi saraf vagus akan meransang sekresi ( Malole, dkk ;481)

B. Uraian Bahan 1. Alkohol ( F1 edisi III.1979 : 65 ) Nama Resmi Nama Lain RM / BM Pemerian : AETHANOLUM : Etanol : C2H6O / 46,07 : Cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap dan mudah terbakar dengan memberikan nyala biru yang tidak berasap Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P, dalam eter P. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya ditempat sejuk, jauh dari nyala api. Kegunaan : Sebagai pembilas / antiseptik

2. Air Suling ( FI edisi III.1979 : 96 ) Nama Resmi Nama Lain RM / BM Pemerian : AQUA DESTILLATA : Air suling : H2O / 18,02 : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa Penyimpanan Keguanaan : Dalam wadah tertutup baik : Pelarut / pembilas

3. Na-CMC ( FI edisi III.1979 : 401 ) Nama Resmi Nama Lain Pemerian : NATRII CARBOXYMETHYL CELLULOSUM : Natrium Karboksimetil Sellulosa : Serbuk atau butiran, putih atau putih kuning gading, tidak berbau atau hampir tidak berbau, higroskopis. Kelarutan : Mudah mendispersi dalam air, membentuk suspensi kolodial tidak larut dalam etanol (95%) P dalam Eter dan dalam pelarut organik lain Penyimpanan Kegunaan : Dalam wadah tertutup rapat : Zat Pembawa / Pengontrol

4. Glukosa ( FI edisi III.1979 : 268 ) Nama Resmi Nama Lain RM / BM Pemerian : DEXTROSUM : Glukosa, dekstrosa : C6H12O6 H2O / 198,17 : Hablur tidak berwarna, serbuk hablur atau butiran putih tidak berbau, rasa manis Kelarutan : mudah larut dalam air, sangat mudah larut dalam air mendidih, agak sukar larut dalam etanol (95%) P Penyimpanan Kegunaan : Dalam wadah tertutup baik : Kalorigenikum, Penginduk

5. Glibenklamid ( FI edisi III.1979 : 410 ), (Martindale.1989 : 440) Nama Resmi Nama Lain RM / BM Rumus Bangun : GLIBENCLAMIDUM : Glibenklamid : C23H20ClN3O5S / 494 :

Pemerian

: Serbuk hablur, putih atau hampir putih, berbau atau hampir berbau

Kelarutan

: Praktis tidak larut dalam air dan dalam eter, sukar larut dalam etanol dan metanol, larut dalam sebagian kloroform

Penyimpanan Kegunaan Dosis Farmakokinetik

: Dalam wadah tertutup rapat : Sebagai sampel, obat antidiabetik / hiperglikemia : 1-2 x 2,5 mg sesudah makan : Bila digunakan pelarut organik, diabsorbsi sebagian secara cepat dan tersebar keseluruh cairan ekstrasel, sebagian besar terikat dengan plasma protein.

Diekskresikan bersama feses dan metabolit bersama urine. Waktu paruhnya 6 jam

Farmakodinamik

: Merupakan hipoglikemia oral derivat sulfonylurea yang bekerja menurunkan kadar gula darah.

Efek Samping

: Kadang-kadang terjadi gangguan saluran pencernaan seperti mual, muntah dan nyeri

Nama Paten

: Daonil, Euglucon

6. Metformin ( FI edisi IV.1995 : 254 ) Nama Resmi Nama Lain RM / BM Rumus Bangun : METFORMINI HYDROCHLORIDUM : Metformin : C4H11N5 HCl / 165,6 :

Pemerian

: Serbuk hablur putih berbau atau hampir tidak berbau higroskopik

Kelarutan

: Mudah larut dalam air, praktis tidak larut dalam eter, dan kloroform, sukar larut dalam etanol

Penyimpanan Kegunaan Dosis

: Dalam wadah tertutup rapat : Hiperglikemia : Oral 2-3 x 0,5 mg atau bila perlu dinaikkan sampai 3 g per hari

Farmakokinetik

: Tidak lengkap reabsorbsinya dari usus, PP-nya rendah dan tidak dimetabolisme dihati, ekskresi berlangsung utuh dengan kemih

Farmakodinamik

: Metformin menstimulasi aktivitas fibrinalitik dari daerah, seringkali digunakan untuk memperkuat efek suatu sulfonylurea bila efeknya kurang memuaskan

Waktu Paruh Indikasi

: 1 3 jam : Tidak dapat menggantikan fungsi insulin endogen dan digunakan pada terapi diabetes dewasa

Kontra Indikasi

: Tidak boleh digunakan pada penderita dengan penyakit hati besar, penyakit ginjal dengan uremia dan penyakit jantung kongestif

Efek Samping

: Agar sering terjadi dan berupa gangguan lambung, usus antara lain aurexia

Nama Paten

: Gluchopage. Diabex

C. Uraian Bahan Coba 1. Klasifikasi Hewan Coba ( http://wikipedia.org/klasifikasi-mencit) Mencit (Mus musculus) Kingdom Phylum Sub Phylum Class Ordo Family Genus Spesies : Animalia : Cordata : Vertebrata : Mamalia : Rodentia : Muridae : Mus : Mus musculus

2. Karakteristik Hewan Coba (Rauf, Afrisusnawati. 2011 : 1-2) Mencit (Mus musculus) - Berat badan dewasa - jantan - betina - Mulai dikawinkan - jantan - betina - Siklus birahi - Produksi anak - Lama kehamilan - Jumlah pernapasan - Tidal volume : 20-40 g : 25-40 g : 50 hari : 50-60 hari : 4-5 hari : 8/bulan : 19-21 hari : 94-163/menit : 0,09-0,23

- Detak jantung - Volume darah - Tekanan darah - Glukosa dalam darah - Cholesterol - Kalsium dalam serum - Phosfat dalam serum- Hemoglobin

: 325-780/menit : 76-80 mg/kg : 113-147/81-106 mmHg : 62-175 mg/dL : 26-82 mg/dL : 3,2-9,2 mg/IL : 2,3-9,2 mg/IL: 10,2-16,6 mg/dL

BAB III METODE KERJA

A. Alat dan Bahan 1. Alat alat yang digunakan Beker gelas 200 ml, erlenmeyer 250 ml, gelas ukur 5 dan 10 ml, glukometer dan glukostrip, gunting, kompor listrik, labu ukur 50 dan 100 ml, lumping dan alu, pipet tetes, pipet volume, rak tabung, sendok tanduk, kanula 1 ml, serta timbangan. 2. Bahan bahan yang digunakan Aquadest, alkohol, glibenklamid, glukosa, kertas timbang,

metformin, NaCMC, tissue, dan strip glukosa.

B. Cara Kerja 1. Probandus Diseleksi probandus setelah itu diukur kadar glukosa darah probandus setelah puasa 12 jam. Kemudian probandus melakukan

aktivitas makan yang makanannya mengandung glukosa. Ditunggu 1 jam kemudian diukur kadar gula lalu amati perubahan kadar glukosa dan dihitung % kenaikannya

2. Hewan Uji Dipilih mencit yang sehat dan ditimbang berat badannya dan dipuasakan selama 12 jam lalu ukur kadar glukosa awal. Diinduksi mencit dengan glukosa 50 % secara peroral. Setelah itu diukur kadar glukosa setelah 60 menit. Mencit I diberi Na-CMC secara peroral, mencit II diberi glibenklamid secara peroral dan Mencit III diberi metformin secara peroral. Setelah 60 menit, diukur kadar glukosa pada mencit. Dicatat kadar glukosa dan dihitung % penurunannya.

BAB 1V HASIL PENGAMATAN

A. Tabel Pengamatan Perlakuan pada mencit Glukosa 50% + NaCMC Glukosa 50% + Glibenklamid Glukosa 50% + Metformin 119 490 96 Ko (mg/dl) 145 184 Ki (mg/dl) 283 294 Kt (mg/dl) 157 115

Probandus Risna Endar Fina Ade Ricky 1. K Rian

Ko (mg/dl) 113 100 95 95 117 104

Ki (mg/dl) 116 119 109 113 140 108

B. Perhitungan Kadar penurunan glukosa darah pada mencit %K = x 100 %

a. Pemberian glukosa 50% + NaCMC %K = = 86,89% b. Pemberian glukosa 50% + Glibenklamid %K = = 97,28% c. Pemberian glukosa 50% + Metformin %K = x 100% x 100% x 100%

= 331,09% 2. Kadar kenaikan glukosa darah pada probandus %K = a. Risna %K = = 2,65% b. Endar %K = x 100% x 100% x 100%

= 19% c. Fina %K = = 14,73% d. Ade %K = = 18,98% e. Rian %K= = 3,84% f. Riqky %K= = 19,66% x 100% x 100% x 100%

BAB V PEMBAHASANDiabetes mellitus (Diabetes = penerusan, mellitus = manis madu) disebut juga dengan penyakit gula atau kencing manis adalah gangguan kronis yang bercirikan hiperglikemia (glukosa darah terlampau meningkat). Penyakit ini disebabkan dikarenakan kurangnya hormone insulin dalam tubuh, yang berfungsi memungkinkan glukosa masuk dalam sel untuk dimetabolisir (dibakar) dan dimanfaatkan sebagai sumber energi, mengakibatkan glukosa bertumpuk didalam darah (hiperglikemia) dan akhirnya diekskresikan lewat kemih tanpa digunakan (glycosuria). Penyebab lain adalah menurunnya kepekaan reseptor sel bagi insulin (resistensi insulin) yang diakibatkan makan terlalu banyak dan kegemukan. Rata-rata 1,5-2% dari seluruh penduduk dunia menderita diabetes yang bersifat menurun (familial). Harapan hidup penderita diabetes rata-rata 5-10 tahun. Jenis-Jenis Diabetes Mellitus : 1. Tipe I, Jenis remaja (Juvenile, DM1) Pada tipe ini terdapat dekstruksi dari sel beta pancreas, sehingga tidak memproduksi insulin lagidengan akibat sel-sel tidak bisa menyerap glukosa dari darah. Karena itu kadar glukosa meningkat diatas 10 mmol/l, yakni nilai ambang-ginjal, sehingga glukosa berlebihan dikeluarkan lewat urine bersama banyak air (glycosuria). Dibawah tersebut, glukosa ditahan oleh tubuli ginjal. Karena penderita senantiasa

membutuhkan insulin, maka tipe I dahulu juga disebut IDDM (Insulin Dependent Diabetes Mellitus). 2. Tipe II, jenis dewasa (Maturity Onset, DM2) Lazimnya mulai diatas 40 tahun dengan insidensi lebih besar pada orang gemuk dan pada usia lebih lanjut. Mereka yang hidupnya makmur, makan terlampau banyak dan kurang gerak badan lebih besar lagi resikonya. DM tipe ini terjadi karena insulin yag diproduksi sudah tidak bisa lagi mengubah glukosa menjadi glukagon ( insulinnya sudah resisten) 3. Diabetes Kehamilan (GDM) Pada wanita hamil dengan penyakit gula regulasi glukosa yang ketat adalah penting sekali untuk menurunkan risiko akan keguguran spontan, cacat dan overweight bayi atau kematian perinatal Insulin adalah hormone yang dilepaskan oleh pancreas, merupakan zat utama yang bertanggung jawab dalam mempertahankan kadar gula darah yang tepat. Insulin menyebabkan gula darah berpindah ke dalam sel sehingga bisa menghasilkan energy atau disimpan sebagai cadangan makanan. Pada praktikum ini, dilakukan percobaan untuk memahami efek farmakologi obat anti diabetes, sehingga dilakukan pengujian glukosa darah pada mencit dan probandus dengan menggunakan alat glukometer. Pada percobaan ini dilakukan 2 pengujian yaitu pengukuran glukosa darah pada hewan coba (mencit) dan probandus.

Pada pengujian mencit, pertama-tama mencit ditimbang berat badannya untuk menentukan dosisi pemberian obat. Setelah itu mencit diinduksi dengan glukosa 50 % yang fungsinya unuk menaikkan kadar glukosa darah pada mencit. Lakukan

pegukuran darah mencit menggunakan darah yang diambil pada ekor mencit. Setelah ditunggu 30 menit, maka mencit diberikan antidiabetes secara peroral. Mencit I diberikan Na-CMC sebagai control. Sedangkan mencit ke-2 dan ke-3 diberikan masing-masing glibenklamid dan metformin, dan setelah 30 menit, glukosa darah mencit diukur kembali menggunakan glukometer yang darahnya juga diambil dari ekor mencit. Pengujian yang kedua yaitu untuk mengetahui kenaikan glukosa darah pada beberapa orang (probandus) sebelum dan sesudah makan. Mula-mula probandus puasa 12 jam, kemudian diukur kadar awal glukosa darahnya . Setelah itu probandus melakukan aktivitas makan yang mengandung glukosa . Ditunggu 1 jam dan ukur lagi kadar glukosa darahnya. Prinsip kerja dari alat glukometer secara elektrokimia yaitu berdasarkan pada pengukuran potensial (daya listrik) yang disebabkan oleh reaksi dari glukosa dengan bahan pereaksi glukosa pada elektroda strip. Sampel darah diserap masuk ke dalam ujung strip uji berdasarkan reaksi kapiler. Apabila darah mengisi ruang reaksi pada uji strip, Kalium Ferisianida diuraikan dan glukosa sampel dioksidasi oleh enzim glukosa oksidase menyebabkan penurunan bilangan oksidasi. Aplikasi jumlah voltase yang konstan dari melerasi mengoksidasi Kalium Heksasianoferat (II) kembali pada Kalium Heksasianoferat (III) dan memberikan elektron. Elektron ini yang dihasilkan

untuk menimbulkan arus sebanding dengan kadar glukosa pada sampel. Setelah waktu 60 detik, konsentrasi glukosa dalam sampel ditayangkan pada layar monitor. Dari hasil percobaan pertama yaitu pada mencit, diketahui bahwa metformin dapat menurunkan kadar gula dalam darah lebih baik daripada glibenklamid. Karena obat metformin yang merupakan golongan dari biguanid, dimana obat-obat tersebut kerjanya tidak melalui perangsangan sekresi insulin. Golonagn biguanida bekerja dengan mekanisme mengurangi pengeluaran glukosa hati. Sebagian besar dengan menghambat glukoneogenesis. Efek yang sangat penting adalah kemampuannya untuk mengurangi hiperlidemia (kosentrasi kolesterol LDL dan VLDL menurun dan kolesterol HDL meningkat). Sedangkan mekanisme obat golongan sulfonylurea ( termasuk glibenklamid) yaitu bekerja dengan meransang pengeluaran insulin di pancreas. Obat obat ini hanya cocok untuk pasien DM dewasa yang pankreasnya masih bisa menghasilkan insulin dan tidak dapat diberikan pada pasien yang mengalami kerusakan sel-sel beta di pankreasnya. Pada percobaan kedua yaitu perlakuan pada probandus, diperoleh bahwa probandus yang mengkonsumsi karbohidrat (makanan), kadar gula darahnya lebih cepat meningkat daripada yang mengkonsumsi buah dan teh. Hasil ini dilihat dari persen kenaikan gula darah probandus bernama Ricky, yang diberikan perlakuan makanan, ternyata lebih tinggi daripada probandus lain yang hanya diberikan perlakuan minum teh dan buah. Hal ini terjadi karena didalam makanan yang

mengandung karbohidrat lebih banyak terdapat jumlah glukosanya daripada teh dan buah. Hasil yang didapatkan ada yang tidak sesuai dengan literature. Hal ini karena banyak kesalahan-kesalahan yang terjadi selama praktikum antara lain : ketidaktelitian praktikan dalam pengukuran glukosa darah, alat glukometer yang kurang akurat, ketidaktelitian dalam penimbangan mencit, dan probandus yang sebelumnya tidak berpuasa sehingga mempengaruhi kadar glukosanya

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan Dari hasil percobaan diatas maka dapat disimpulkan yaitu: 1. Obat antidiabetik yaitu metformin dapat menurunkan kadar gula dalam darah lebih baik dibandingkan dengan glibenklamid. 2. probandus yang mengkonsumsi karbohidrat maka kadar gula darahnya lebih cepat meningkat daripada yang mengkonsumsi buah dan the

B. Saran Untuk laboratorium Alat dan bahan yang kurang segara dilengkapi Untuk asisten Diadakan diskusi yang lebih efektif lagi

DAFTAR PUSTAKADirjen, POM. 1979. Farmakope Indonesia edisi III. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia Dirjen, POM. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia Guyton. 1987. Fisiologi Manusia. Jakarta : EGC Kedokteran Handayani, G.M. 2011. Penuntun Praktikum Farmakologi dan Toksikologi. Makassar : UIN Alauddin Http://wikipedia.org/klasifikasi-mencit Martindale. 1989. The Extra Pharmacopeia. London : The Pharmaceutical Press Mycek, Mary J dkk. 2001. Farmakologi Ulasan Bergambar. Jakarta : Widya Medika Rauf, Afrisusnawati. 2011. Penuntun Praktikum Anatomi Fisiologi Manusia. Makassar : UIN Alauddin Tim Penyusun Farmakologi dan Terapi. 2007. Farmakologi dan Terapi. Jakarta : UI Press

SKEMA KERJA1. MencitDitimbang 3 ekor mencit

Diukur masing-masing kadar glukosa awalnya

Diinduksi masing-masing mencit dengan glukosa 50% secara peroral

Diiukur kadar glukosa setelah 60 menit

mencit I diberi NaCMC , mencit II diberi glibenklamid, dan mencit III diberi metformin secara peroral

Diiukur kadar glukosa setelah 60 menit

2. Pengukuran Tekanan Darah pada Probandus

Diukur tekanan darah awal setelah probandus puasa 12 jam

Ditunggu 1 jam probandus melakukan aktivitas makan

Diukur lagi tekanan darahnya