BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 4.1.1...

27
21 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan 4.1.1 Kondisi Sekolah SDN Banyubiru 05 berada di Desa Banyubiru Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang. SD ini terletak cukup dekat dengan rumah-rumah penduduk dan juga sawah. Letak SD seperti ini membuat kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan baik karena suasana di sekitar SD cukup tenang. SDN Banyubiru 05 memiliki 1 ruang guru, 1 ruang perpustakaan, 6 ruang kelas, 1 ruang UKS, 1 ruang kepala sekolah, 4 ruang WC siswa, 1 ruang WC guru, 1 ruang kesenian, 1 ruang gudang, dan lapangan upacara yang cukup luas. Jumlah peserta didik dari kelas 1 hingga kelas 6 sebanyak 162 siswa. Ruang kelas juga sudah cukup baik, dengan penerangan dan ventilasi yang cukup. Di setiap ruang kelas juga tersedia tempat hasil karya siswa dengan berbagai macam karya-karya siswa sehingga kelas terkesan menarik, tidak membosankan bagi siswa dan dapat memacu kreatifitas siswa dalam berkarya. Fasilitas yang ada di SDN Banyubiru 05 cukup lengkap. Terdapat 2 buah komputer yang digunakan untuk memfasilitasi guru dalam mengetik data-data administrasi yang diperlukan dan 1 komputer untuk mengelola data-data perpustakaan. Selain itu, sekolah ini juga memiliki telepon sekolah yang digunakan untuk keperluan sekolah. Alat peraga yang dimiliki sekolah ini juga cukup lengkap dengan adanya KIT alat peraga. Buku-buku yang ada di sekolah ini, khususnya di perpustakaan juga cukup lengkap dan banyak buku-buku yang baru. Jumlah tenaga pengajar dan karyawan di SDN Banyubiru 05 sebanyak 12 guru dengan rincian 1 kepala sekolah, 6 guru kelas, 1 guru agama Islam, 1 guru

Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 4.1.1...

21

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Pelaksanaan Tindakan

4.1.1 Kondisi Sekolah

SDN Banyubiru 05 berada di Desa Banyubiru Kecamatan Banyubiru

Kabupaten Semarang. SD ini terletak cukup dekat dengan rumah-rumah penduduk

dan juga sawah. Letak SD seperti ini membuat kegiatan belajar mengajar dapat

berjalan dengan baik karena suasana di sekitar SD cukup tenang.

SDN Banyubiru 05 memiliki 1 ruang guru, 1 ruang perpustakaan, 6 ruang

kelas, 1 ruang UKS, 1 ruang kepala sekolah, 4 ruang WC siswa, 1 ruang WC

guru, 1 ruang kesenian, 1 ruang gudang, dan lapangan upacara yang cukup luas.

Jumlah peserta didik dari kelas 1 hingga kelas 6 sebanyak 162 siswa.

Ruang kelas juga sudah cukup baik, dengan penerangan dan ventilasi yang cukup.

Di setiap ruang kelas juga tersedia tempat hasil karya siswa dengan berbagai

macam karya-karya siswa sehingga kelas terkesan menarik, tidak membosankan

bagi siswa dan dapat memacu kreatifitas siswa dalam berkarya.

Fasilitas yang ada di SDN Banyubiru 05 cukup lengkap. Terdapat 2 buah

komputer yang digunakan untuk memfasilitasi guru dalam mengetik data-data

administrasi yang diperlukan dan 1 komputer untuk mengelola data-data

perpustakaan. Selain itu, sekolah ini juga memiliki telepon sekolah yang

digunakan untuk keperluan sekolah. Alat peraga yang dimiliki sekolah ini juga

cukup lengkap dengan adanya KIT alat peraga. Buku-buku yang ada di sekolah

ini, khususnya di perpustakaan juga cukup lengkap dan banyak buku-buku yang

baru.

Jumlah tenaga pengajar dan karyawan di SDN Banyubiru 05 sebanyak 12

guru dengan rincian 1 kepala sekolah, 6 guru kelas, 1 guru agama Islam, 1 guru

22

olahraga, 1 guru wiyata bakti yang mengampu mata pelajaran SBK dan Bahasa

Inggris, 1 penjaga sekolah, dan 1 pengelola perpustakaan.

4.1.2 Kondisi Awal Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah siswa kelas V sebanyak 31 siswa yang terdiri dari

12 siswa perempuan dan 19 siswa laki-laki. Sebagian besar siswa kurang berani

dan tidak aktif selama pembelajaran berlangsung. Selain itu, berdasarkan data

yang diperoleh dari guru kelas V SDN Banyubiru 05, diketahui bahwa hasil

belajar Matematika pada pokok bahasan pecahan yang diraih siswa rendah. Ini

dapat dilihat di dalam tabel 4.1 berikut ini:

Tabel 4.1

Nilai Pra Siklus Matematika

Dengan melihat tabel 4.1, dapat diketahui bahwa masih banyak siswa yang

tidak tuntas dalam belajarnya yaitu di bawah KKM 60. Dari tabel di atas dapat

dilihat nilai terendah siswa adalah 30 yaitu sebanyak 5 siswa dengan persentase

16,1 % dan nilai tertinggi 100 sebanyak 2 siswa dengan persentase 6,5%

sedangkan rata-rata kelas yang diperoleh adalah 56,5. Dari data tabel 4.1 di atas,

maka dapat dibuat tabel ketuntasan Matematika pra siklus pada tabel 4.2 sebagai

berikut.

No. Nilai Frekuensi Persentase (%) Keterangan

1. 30 5 16,1 Tidak tuntas

2. 40 3 9,7 Tidak tuntas

3. 50 9 29,0 Tidak tuntas

4. 60 7 22,6 Tuntas

5. 80 4 12,9 Tuntas

6. 90 1 3,2 Tuntas

7. 100 2 6,5 Tuntas

Jumlah 31 100

Nilai Rata-rata 56,5

Nilai maks. 100

Nilai min. 30

23

Tabel 4.2

Tabel Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Pra Siklus

Skor Ketuntasan Jumlah Siswa Persentase (%)

≥ 60 (Tuntas) 14 45,2

<60 (Tidak Tuntas) 17 54,8

Jumlah 31 100

Berdasarkan Tabel 4.2 di atas, dapat diketahui bahwa jumlah siswa yang

tuntas mencapai 14 siswa atau sebanyak 45,2% dari jumlah siswa. sedangkan

jumlah siswa yang tidak tuntas adalah 17 siswa atau sebanyak 54,8%. Untuk

melihat perbandingan ketuntasan hasil belajar ini secara lebih jelas, maka data

pada tabel 4.2 dapat dilihat dalam diagram 4.1 di bawah ini.

Diagram 4.1

Diagram Batang Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Pra Siklus

4.1.3 VALIDITAS TES

Sebelum pelaksanaan tindakan siklus I dan siklus II, soal yang akan

diberikan kepada siswa kelas V SDN Banyubiru 05 diujikan kepada siswa kelas V

SDN Rapah 03. Hal ini dikarenakan soal yang akan diberikan haruslah diuji

terlebih dahulu untuk mengetahui tingkat validitasnya.

14

17

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

Skal

a

Tuntas Tidak Tuntas

Ketuntasan Hasil Belajar Pra Siklus

24

Setelah hasil uji coba soal dianalisis, maka didapatkan hasil validitas soal

yang diujicobakan. Hasil validitas soal tersebut dapat dilihat dalam tabel 4.3

berikut ini:

Tabel 4.3

Hasil Uji Validitas Soal

Item Soal Valid Tidak Valid

Siklus I 1, 2, 3, 4,5, 6, 7,

8, 9, 10, 11, 12,

13, 14, 15, 16,

17, 18, 19, 20,

21, 22, 23, 24,

25, 26, 27, 28,

29, dan 30.

1, 2, 3, 4, 5, 6, 7,

8, 9, 10, 11, 12,

13, 14, 15, 17, 18,

19, 20, 21, 22, 24,

25, 26, 28, 29, 30.

16, 23, 27.

Siklus II 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7,

8, 9, 10, 11, 12,

13, 14, 15, 16,

17, 18, 19, 20,

21, 22, 23, 24,

25, 26, 27, 28,

29, dan 30.

1, 3, 4, 5, 6, 7, 8,

9, 10, 11, 13, 14,

15, 16, 17, 18,19,

21, 22, 23, 25, 26,

27, 29,30.

2, 12, 20, 24, 28.

Dengan melihat tabel 4.3, dapat diketahui bahwa pada siklus I dari 30 soal

yang diujicobakan terdapat 27 soal yang valid dan 3 soal yang tidak valid.

Sedangkan pada siklus II dari 30 soal terdapat 25 soal yang valid dan 5 soal yang

tidak valid.

4.1.4 RELIABILITAS TES

Selain dilakukan uji validitas juga dilakukan uji reliabilitas soal tes.

Reliabilitas untuk soal siklus I dan II bisa ditunjukkan pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.4

Hasil Uji Reliabilitas Soal

Reliabilitas Cronbach’s

Alpha N of items

Siklus I .944 27

Siklus II .918 25

Berdasarkan tabel 4.4 di atas, dapat diketahui bahwa reliabilitas kedua soal

tersebut adalah baik karena diatas 0,8.

25

4.1.5 TINGKAT KESULITAN SOAL

Setelah dilakukan uji validitas dan reliabilitas, maka langkah selanjutnya

adalah memilih dan menyusun soal yang akan digunakan untuk tes formatif yang

akan dilaksanakan di kelas V SDN Banyubiru 05. Dalam menyusun soal tes

formatif ini, peneliti hanya memberikan 10 soal saja karena materi yang dipelajari

cukup sulit dan membutuhkan waktu yang lama untuk mengerjakannya. Soal yang

digunakan untuk siklus I yaitu soal nomor 4, 8, 11, 14, 15, 20, 22, 24, 28, dan 29.

Sedangkan untuk siklus II soal yang digunakan yaitu soal nomor 4, 7, 11, 13, 17,

19, 21, 26, 27, dan 30. Soal-soal yang telah dipilih tadi kemudian disusun dan

diurutkan menjadi soal bernomor 1 sampai 10. Dalam menentukan soal yang akan

digunakan tadi, peneliti memilih 2 soal mudah, 6 soal sedang, dan 2 soal sulit

untuk tiap siklus. Soal mudah terdapat pada nomor 1 dan 2, soal sedang terdapat

pada nomor 3, 4, 5, 6, 7, dan 8, sedangkan soal sulit terdapat pada nomor 9 dan

10. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel 4.5 sebagai berikut:

Tabel 4.5

Tingkat Kesulitan Soal

Analisis Soal Soal Mudah Soal Sedang Soal Sukar

Siklus I 1, 2 3, 4, 5, 6, 7, 8 9, 10

Siklus II 1, 2 3, 4, 5, 6, 7, 8 9, 10

4.1.6 SIKLUS I

4.1.6.1 Tahap Perencanaan

Praktik pembelajaran pada siklus I dilaksanakan pada tanggal 23, 27, dan

29 Februari 2012.

a. Pertemuan I

Setelah diperoleh informasi pada tahap observasi dan wawancara, maka

dilakukan diskusi dengan guru kelas V mengenai materi pembelajaran yang

akan disajikan serta alat penunjang lain yang perlu digunakan. Sebelum

pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan I, maka peneliti menyiapkan

segala sesuatu yang menunjang proses pembelajaran, diantaranya Rencana

26

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa, lembar tes individual

siswa, lembar observasi siswa, dan lembar observasi guru.

Peneliti merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

pertemuan I dengan Kompetensi Dasar menjumlahkan dan mengurangkan

berbagai bentuk pecahan yang menerapkan model pembelajaran kooperatif

tipe STAD. Kemudian peneliti menetapkan lamanya waktu proses

pembelajaran dan teknik pembelajaran yang meliputi: seluruh kegiatan awal,

presentasi guru dalam mengajarkan materi penjumlahan dan pengurangan

pecahan biasa dengan menggunakan alat peraga untuk menanamkan dan

membuktikan konsep dasar penjumlahan dan pengurangan pecahan, kegiatan

kerja kelompok siswa, tes individual siswa, penghitungan skor kemajuan

siswa, pemberian penghargaan, hingga pemantapan dan penutup.

b. Pertemuan II

Perencanaan pembelajaran pada pertemuan II sebagai tindak lanjut pada

pertemuan I dengan materi yang akan dipelajari yaitu tentang menjumlahkan

dan mengurangkan pecahan desimal. Sebelum pelaksanaan pembelajaran

pada pertemuan II, maka peneliti menyiapkan segala sesuatu yang menunjang

proses pembelajaran, di antaranya Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),

lembar kerja siswa, lembar tes individual, lembar observasi siswa, dan lembar

observasi guru.

Peneliti merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan

menentukan lamanya waktu proses pembelajaran dan teknik pembelajaran

yang meliputi: seluruh kegiatan awal, presentasi guru dalam mengajarkan

materi penjumlahan dan pengurangan pecahan desimal dengan menggunakan

konsep dasar penjumlahan dan pengurangan pecahan biasa, kegiatan kerja

kelompok siswa, tes individual siswa, penghitungan skor kemajuan siswa,

pemberian penghargaan, hingga pemantapan dan penutup.

c. Pertemuan III

Perencanaan pembelajaran pada siklus I pertemuan III sebagai tindak

lanjut dari pertemuan I dan II yang peneliti gunakan untuk mengadakan tes

evaluasi bagi siswa tentang materi yang telah dipelajari pada pertemuan I dan

27

pertemuan II. Sebelum pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan III, maka

peneliti menyiapkan segala sesuatu yang menunjang proses pembelajaran, di

antaranya Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), lembar kerja kelompok,

lembar soal tes formatif, lembar observasi siswa, lembar observasi guru.

Peneliti merancang pertemuan III seperti pertemuan I dan II namun tes

individual siswa untuk pertemuan III dinamakan tes formatif. Hal ini

dikarenakan materi untuk tes di pertemuan III adalah seluruh materi dari

siklus I. Sementara itu materi belajar siswa untuk pertemuan III adalah

menjumlahkan dan mengurangkan berbagai bentuk pecahan. Tentu saja

materi ini masih mengandung materi pada pertemuan I dan II karena materi

ini hanya pengembangan dari materi I dan II sehingga secara tidak langsung

siswa juga diajak untuk mengingat materi yang telah diajarkan sebelumnya.

Peneliti merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan

menentukan lamanya waktu proses pembelajaran dan teknik pembelajaran

yang meliputi: seluruh kegiatan awal, presentasi guru dalam mengajarkan

materi penjumlahan dan pengurangan berbagai bentuk pecahan dengan

menggunakan konsep dasar pada pertemuan sebelumnya, kegiatan kerja

kelompok siswa, tes formatif siswa, penghitungan skor kemajuan siswa,

pemberian penghargaan, hingga pemantapan dan penutup.

4.1.6.2 Pelaksanaan Tindakan

a. Pertemuan I

Pada awal pembelajaran guru mengajak siswa untuk berdoa, salam

kemudian memeriksa kesiapan siswa, menyampaikan informasi tentang apa

yang akan mereka pelajari dan apa yang mereka lakukan. Setelah itu, guru

memberikan motivasi agar siswa mau memperhatikan penjelasan dan mau

bekerjasama di dalam kelompok, serta dilanjutkan dengan pemberian

apersepsi berupa cerita singkat yang berisi permasalahan penjumlahan

pecahan.

Setelah kegiatan awal disampaikan, kemudian guru menyampaikan

kegiatan inti. Dengan menggunakan alat peraga berupa skala pecahan dan

mika, guru mengajak siswa menyelesaikan permasalahan yang sudah

28

disampaikan dalam apersepsi. Kemudian guru mengajak siswa menyelesaikan

contoh lain dengan menggunakan alat peraga yang sama. Setelah

mendapatkan hasil, siswa diajak untuk menyimpulkan cara menyelesaikan

soal penjumlahan pecahan biasa. Sedangkan untuk pengurangan pecahan

biasa juga melalui cara yang sama. Setelah mendapatkan kesimpulan tentang

penjumlahan dan pengurangan pecahan biasa, siswa diajak untuk

membandingkan cara untuk menjumlahkan dan mengurangkan pecahan biasa.

Setelah mendapatkan konsep dasar tentang penjumlahan dan

pengurangan pecahan biasa, guru membentuk kelompok siswa. Di dalam

kelompok, siswa berdiskusi tentang cara mengerjakan penjumlahan dan

pengurangan pecahan biasa sambil bersama-sama mengerjakan lembar kerja

kelompok yang diberikan. Setelah itu, siswa membacakan hasil diskusi dan

kerja kelompok mereka, lalu guru membahas hasil kerja kelompok. Setelah

melakukan kerja kelompok, siswa kembali ke tempat duduk masing-masing,

kemudian melaksanakan kuis individual. Setelah penilaian kuis individual,

guru menghitung skor kemajuan siswa dan dilanjutkan dengan memberikan

penghargaan kepada tim.

Di dalam kegiatan akhir guru mengajak siswa mengingat-ingat kembali

tentang apa yang telah dipelajari sambil meluruskan tentang pemahaman

siswa yang salah. Pembelajaran diakhiri dengan meminta siswa mempelajari

lagi materi yang sudah dipelajari, lalu guru menutup pelajaran.

b. Pertemuan II

Pelaksanaan tindakan pertemuan II sebagai tindak lanjut pada

pertemuan I, maka pada awal pembelajaran guru mengajak siswa untuk

berdoa, salam, memeriksa kesiapan siswa, menyampaikan informasi tentang

apa yang akan dipelajari dan dilakukan pada pembelajaran ini serta

dilanjutkan dengan pemberian apersepsi dengan mengingat kembali materi

pada pertemuan sebelumnya.

Langkah-langkah pembelajaran dalam kegiatan inti meliputi guru

menyampaikan konsep tentang menjumlahkan dan mengurangkan pecahan

desimal dengan cara mengubah pecahan desimal ke pecahan biasa. Setelah

29

menjadi pecahan biasa, kemudian dikerjakan dengan cara seperti pada

pertemuan 1 dan hasilnya diubah ke bentuk desimal. Setelah memberikan

beberapa contoh, barulah disimpulkan tentang cara mengerjakan penjumlahan

dan pengurangan pecahan desimal.

Setelah mendapatkan konsep penjumlahan dan pengurangan desimal,

siswa bekerja di dalam kelompok seperti pada pertemuan 1. Langkah

selanjutnya siswa mengerjakan kuis individual, lalu nilai kuis individual

tersebut diambil sebagai skor kemajuan siswa. Kemudian guru memberikan

piagam penghargaan kepada tim yang mencapai kriteria yang ada.

Di dalam kegiatan akhir guru mengajak siswa mengingat-ingat kembali

tentang apa yang telah dipelajari sambil meluruskan tentang pemahaman

siswa yang salah. Pembelajaran diakhiri dengan meminta siswa mempelajari

lagi materi yang sudah dipelajari dan mengingatkan siswa bahwa pertemuan

berikutnya akan diadakan tes formatif, lalu guru menutup pelajaran.

c. Pertemuan III

Pembelajaran pada pertemuan III sebagai tindak lanjut dari pertemuan I

dan II dan digunakan untuk mengadakan tes formatif bagi siswa tentang

materi yang telah dipelajari.

Kegiatan pembelajaran diawali dengan guru mengajak siswa untuk

berdoa, salam, memeriksa kesiapan siswa, menyampaikan informasi tentang

apa yang akan dipelajari dan dilakukan pada pembelajaran ini serta

dilanjutkan dengan pemberian apersepsi dengan mengingat kembali materi

pada pertemuan sebelumnya.

Pada kegiatan inti guru memberikan materi operasi hitung campuran

penjumlahan dan pengurangan dalam berbagai bentuk pecahan. Materi yang

diberikan pada pertemuan ini cukup singkat karena masih merupakan

pengembangan sederhana dari 2 pertemuan sebelumnya. Langkah selanjutnya

juga masih sama seperti 2 pertemuan sebelumnya yaitu siswa bekerja secara

berkelompok, siswa mengerjakan kuis individual, penghitungan skor

kemajuan siswa, dan pemberian piagam penghargaan. Namun, pada

pertemuan ini materi yang dijadikan soal kuis individual adalah materi

30

keseluruhan pada Siklus I sehingga kuis individual ini bisa disebut juga

sebagai tes formatif.

Di dalam kegiatan akhir guru mengajak siswa mengingat-ingat kembali

tentang apa yang telah dipelajari sambil meluruskan tentang pemahaman

siswa yang salah. Pembelajaran diakhiri dengan meminta siswa mempelajari

lagi materi yang sudah dipelajari, lalu guru menutup pelajaran.

4.1.6.3 Hasil Tindakan

a. Penilaian Praktik Pembelajaran

Untuk mengukur keberhasilan penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD dalam kegiatan pembelajaran, digunakanlah lembar

observasi praktik pembelajaran. Peneliti meminta bantuan bapak Fx. Andoko,

S.Pd sebagai observer. Adapun hal-hal yang diobservasi adalah praktik

pembelajaran yang dilakukan oleh guru serta aktivitas siswa secara klasikal

selama pembelajaran dilaksanakan.

Hal-hal yang diamati dalam observasi praktik pembelajaran yang

dilakukan guru adalah seluruh kegiatan pembelajaran yaitu kegiatan awal,

kegiatan inti dan kegiatan akhir yang meliputi langkah-langkah dalam model

pembelajaran kooperatif tipe STAD. Sedangkan untuk penilaian berupa skor

1 hingga 4 dimana skor 1 adalah jika guru tidak melakukan tindakan dalam

pernyataan di lembar observasi, skor 2 jika guru kurang baik dalam

melaksanakan pernyataan tersebut, skor 3 jika guru cukup baik dalam

melaksanakan pernyataan tersebut, dan skor 4 jika guru sangat baik dalam

melaksanakan pernyataan tersebut.

Setelah melakukan observasi praktik pembelajaran pada siklus I maka

didapatkan hasil pada siklus I pertemuan I terdapat skor 2 sejumlah 4. Ini

menunjukkan bahwa masih terdapat beberapa hal yang kurang baik dalam

penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Kemudian untuk pertemuan II

dan III jumlah skor 2 dalam penilaian praktik pembelajaran sudah berkurang.

Hal ini menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD

yang dilakukan sudah membaik dan mengalami kemajuan. Namun, meski

telah mengalami kemajuan, masih ada beberapa aspek yang kurang baik.

31

Aspek-aspek yang mendapatkan kriteria kurang baik adalah membimbing

siswa dalam meneliti hasil tes individu siswa dan proses penghitungan skor

kemajuan siswa yang dianggap kurang efisien dalam menggunakan waktu.

Kedua aspek yang mendapat penilaian kurang baik di atas, merupakan

kelemahan yang terjadi pada siklus I. selanjutnya, hal ini akan dijadikan

bahan kajian untuk refleksi dan revisi yang akan dilakukan pada siklus II.

Sementara itu, untuk observasi siswa, hal-hal yang diamati adalah

aktivitas siswa secara klasikal selama pembelajaran berlangsung. Skor

penilaian yang digunakan adalah skor 1 hingga 4 dimana skor 1 berarti tidak

ada atau hanya ada sebagian kecil siswa saja yang melakukan pernyataan

dalam lembar observasi, kemudian skor 2 jika setengah dari seluruh siswa

melakukan pernyataan tersebut, skor 3 jika sebagian besar siswa melakukan

pernyataan tersebut, dan skor 4 jika seluruh siswa melakukan pernyataan

tersebut.

Setelah melakukan observasi aktivitas siswa pada siklus I maka

didapatkan hasil pada siklus I pertemuan I terdapat skor 2 sejumlah 3. Ini

menunjukkan bahwa masih terdapat beberapa aspek aktivitas siswa yang

kurang baik. Kemudian untuk pertemuan II dan III jumlah skor 2 dalam

penilaian praktik pembelajaran sudah berkurang. Hal ini menunjukkan bahwa

aktivitas siswa sudah membaik dan mengalami kemajuan. Namun, meski

telah mengalami kemajuan, masih ada aspek yang kurang baik. Aspek yang

mendapatkan kriteria kurang baik adalah dalam hal memperhatikan presentasi

kelompok lain.

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan (terlampir), maka

dapat dikatakan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam

siklus I adalah cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya skor 3 pada

lembar observasi praktik pembelajaran dan aktivitas siswa. Namun,

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam Siklus I ini

masih terdapat beberapa kekurangan. Kekurangan-kekurangan ini akan

dibahas bersama guru kelas untuk mencari solusi terhadap kekurangan-

kekurangan yang ada.

32

b. Hasil Belajar Matematika

Hasil belajar Matematika siswa kelas V SDN Banyubiru 05 didapat

dengan mengadakan tes formatif diakhir siklus yaitu pada pertemuan ketiga.

Dari hasil tes tersebut diketahui terjadi peningkatan hasil belajar Matematika,

namun masih terdapat siswa yang tidak tuntas atau mendapatkan nilai di

bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

Hasil belajar Matematika siswa kelas V SDN Banyubiru 05 pada Siklus

I dapat dilihat pada tabel 4.6 sebagai berikut.

Tabel 4.6

Nilai Matematika Siklus I

No. Nilai Frekuensi Persentase (%) Keterangan

1. 30 1 3,2 Tidak tuntas

2. 40 5 16,1 Tidak tuntas

3. 50 5 16,1 Tidak tuntas

4. 60 7 22,6 Tuntas

5. 70 4 12,9 Tuntas

6. 80 5 16,1 Tuntas

7. 90 1 3,2 Tuntas

8. 100 3 9,7 Tuntas

Jumlah 31 100

Nilai Rata-rata 63,6

Nilai maks. 100

Nilai min. 30

Dari tabel 4.6 di atas, dapat diketahui bahwa nilai terendah siswa adalah

30 yang didapatkan oleh 1 siswa sedangkan nilai tertinggi adalah 100 yang

didapatkan oleh 3 siswa. Sementara itu, nilai rata-rata pada siklus I adalah

63,6. Dari data tabel 4.6 di atas, dapat dibuat tabel ketuntasan hasil belajar

Matematika siklus I pada tabel 4.7 sebagai berikut.

Tabel 4.7

Tabel Ketuntasan Belajar Matematika Siklus I

Skor Ketuntasan Jumlah Siswa Persentase (%)

≥ 60 ( Tuntas) 20 64,5

<60 (Tidak Tuntas) 11 35,5

Jumlah 31 100

33

Berdasarkan tabel 4.7 di atas, diketahui jumlah siswa yang tuntas

sebanyak 20 siswa atau sebesar 64,5% dari jumlah siswa. sedangkan siswa

yang tidak tuntas sebanyak 11 siswa atau sebesar 35,5%. Dari hasil tersebut

dapat diketahui bahwa jumlah siswa yang mengalami ketuntasan di atas

KKM lebih banyak daripada jumlah siswa yang tidak tuntas, namun indikator

kinerja hasil belajar Matematika yang peneliti tentukan belum tercapai

sehingga perlu diadakan perbaikan pembelajaran siklus selanjutnya yaitu

siklus II dengan memperhatikan hasil refleksi pada siklus I. Selanjutnya, tabel

4.7 di atas dapat dinyatakan dalam diagram 4.2 sebagai berikut:

Diagram 4.2

Diagram Batang Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Siklus I

4.1.6.4 Refleksi

Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran pada siklus I dari pertemuan I,

II dan III maka selanjutnya diadakan refleksi atas segala kegiatan dalam proses

pembelajaran. Hasil refleksi diambil dari hasil observasi dan tes formatifyang

dilaksanakan pada siklus I. Refleksi ini digunakan sebagai bahan perbaikan

dengan membandingkan hasil tindakan dalam proses pembelajaran sudah sesuai

dengan indikator kinerja. Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh pada

siklus I maka penjelasan sebagai berikut:

20

11

0

5

10

15

20

25

Tuntas Tidak Tuntas

Skal

a

Ketuntasan Hasil Belajar Siklus I

34

a. Penilaian Praktik Pembelajaran

Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh dari lembar hasil

observasi, dapat dilihat bahwa masihterdapat beberapa kekurangan.

Kekurangan-kekurangan ini disebabkan guru dan siswa belum terbiasa

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Guru masih

kesulitan dalam menghitung skor kemajuan sehingga menghabiskan banyak

waktu. Sedangkan siswa masih kurang memperhatikan pembelajaran yang

dilakukan serta kurang terbiasa dalam bekerja secara kelompok. Secara

keseluruhan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang diterapkan oleh

guru kelas V sudah cukup baik.Selanjutnya, sebagai perbaikan siklus I akan

dilanjutkan pada siklus II.

b. Hasil Belajar Matematika

Dari tabel 4.6 dan 4.7, dapat dikatakan bahwa pada siklus I hasil belajar

Matematika siswa kelas V mengalami peningkatan dari hasil belajar pra

siklus, ditandai dengan nilai rata-rata yang meningkat menjadi 63,6

sedangkan persentase ketuntasan juga meningkat menjadi 64,5% yang

didapat oleh 20 siswa. Siswa yang mendapat nilai di bawah KKM atau

dikatakan tidak tuntas mengalami penurunan yaitu menjadi 35,5% yang

didapat oleh 11 siswa.

Secara keseluruhan hasil refleksi yang diperoleh pada proses

pembelajaran siklus I mengalami beberapa hambatan, yaitu sebagai berikut:

1) Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD belum biasa

dilaksanakan oleh siswa dalam kegiatan pembelajaran sehingga ada

beberapa siswa yang masih canggung dalam kerja kelompok dan tidak

memanfaatkan kesempatan untuk bertanya kepada teman sehingga

belum mengalami kenaikan.

2) Penerapan alokasi waktu yang tidak sesuai. Hal ini dikarenakan dalam

proses berkelompok, siswa cenderung kurang disiplin. Selain itu, guru

juga belum terbiasa menghitung skor kemajuan siswa sehingga

memerlukan lebih banyak waktu untuk melakukan aktivitas tersebut.

35

3) Cara siswa mempresentasikan hasil kerja kelompok kurang efisien

karena banyak jawaban yang sama sehingga hanya menjadi

pengulangan dan menghabiskan waktu.

Dari hambatan-hambatan tersebut, maka peneliti mengadakan analisis

dan konsultasi dengan guru Matematika kelas V tentang kondisi siswa serta

pembelajaran yang telah berlangsung hingga didapatkan penyelesaian

hambatan-hambatan sebagai berikut:

1) Dalam proses pembelajaran memerlukan pengarahan yang maksimal

dalam setiap kegiatan yang dilaksanakan siswa. Guru harus lebih sering

memberikan motivasi siswa agar bisa bekerja dalam kelompok dan

memanfaatkan kesempatan yang ada untuk bertanya kepada temannya.

2) Tempat duduk siswa diatur sejak awal agar berdekatan sehingga dalam

proses berkelompok menjadi lebih efisien. Selain itu guru harus

mempelajari lebih dalam tentang pemberian skor dan berlatih agar lebih

menghemat waktu.

3) Dalam membacakan hasil kerja kelompok, guru menunjuk salah satu

kelompok secara acak lalu bertanya apakah ada jawaban yang berbeda

dari kelompok lain sebelum membahas hasil kerja kelompok tersebut.

4.1.7 SIKLUS II

4.1.7.1 Tahap Perencanaan

Praktik pembelajaran pada siklus II dilaksanakan pada tanggal 5, 7, dan 8

Maret 2012.

a. Pertemuan I

Materi pelajaran yang disampaikan adalah materi pelajaran pada

Kompetensi Dasar mengalikan dan membagi berbagai bentuk pecahan.

Pelaksanaan pembelajaran siklus II merupakan tindak lanjut dan hasil refleksi

pembelajaran pada siklus I.

Sebelum pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan I, maka peneliti

menyiapkan segala sesuatu yang menunjang proses pembelajaran, di

antaranya Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa,

36

lembar tes individual siswa, lembar observasi siswa, dan lembar observasi

guru.

Peneliti merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

pertemuan I dengan Kompetensi Dasar mengalikan dan membagi berbagai

bentuk pecahan yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

Kemudian peneliti menetapkan lamanya waktu proses pembelajaran dan

teknik pembelajaran yang meliputi: seluruh kegiatan awal, presentasi guru

dalam mengajarkan materi perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan

menggunakan alat peraga untuk menanamkan dan membuktikan konsep dasar

perkalian dan pembagian pecahan, kegiatan kerja kelompok siswa, tes

individual siswa, penghitungan skor kemajuan siswa, pemberian

penghargaan, hingga pemantapan dan penutup.

b. Pertemuan II

Perencanaan pembelajaran pada siklus I pertemuan II sebagai tindak

lanjut pada pertemuan I maka pada perencanaan pertemuan II masih sama

dengan dengan pertemuan I tapi yang membedakan adalah materi yang akan

dipelajari yaitu tentang perkalian dan pembagian pecahan desimal.

Sebelum pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan II, peneliti

menyiapkan segala sesuatu yang menunjang proses pembelajaran, di

antaranya Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa,

lembar kuis individual, lembar observasi siswa, dan lembar observasi guru.

Peneliti merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan

menentukan lamanya waktu proses pembelajaran dan teknik pembelajaran

yang meliputi: seluruh kegiatan awal, presentasi guru dalam mengajarkan

materi perkalian dan pembagian pecahan desimal dengan menggunakan

konsep dasar perkalian dan pembagian pecahan biasa, kegiatan kerja

kelompok siswa, kuis individual siswa, penghitungan skor kemajuan siswa,

pemberian penghargaan, hingga pemantapan dan penutup.

c. Pertemuan III

Perencanaan pembelajaran pada siklus I pertemuan III sebagai tindak

lanjut dari pertemuan I dan II yang digunakan untuk mengadakan tes formatif

37

bagi siswa tentang materi yang telah dipelajari pada pertemuan I dan

pertemuan II.

Sebelum pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan III, maka peneliti

menyiapkan segala sesuatu yang menunjang proses pembelajaran, di

antaranya Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), lembar kerja kelompok,

lembar soal tes formatif, lembar observasi siswa, lembar observasi guru.

Peneliti merancang pertemuan III seperti pertemuan I dan II namun kuis

individual siswa untuk pertemuan III dinamakan tes formatif. Hal ini

dikarenakan materi untuk tes di pertemuan III adalah seluruh materi dari

siklus I. Sementara itu materi belajar siswa untuk pertemuan III adalah

mengalikan dan membagi berbagai bentuk pecahan. Tentu saja materi ini

masih mengandung materi pada pertemuan I dan II karena materi ini hanya

pengembangan dari materi I dan II sehingga secara tidak langsung siswa juga

diajak untuk mengingat materi yang telah diajarkan sebelumnya.

Peneliti merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan

menentukan lamanya waktu proses pembelajaran dan teknik pembelajaran

yang meliputi: seluruh kegiatan awal, presentasi guru dalam mengajarkan

materi perkalian dan pembagian berbagai bentuk pecahan dengan

menggunakan konsep dasar pada pertemuan sebelumnya, kegiatan kerja

kelompok siswa, tes formatif siswa, penghitungan skor kemajuan siswa,

pemberian penghargaan, hingga pemantapan dan penutup.

4.1.7.2 Pelaksanaan Tindakan

a. Pertemuan I

Pada awal pembelajaran guru mengajak siswa untuk berdoa, salam

kemudian memeriksa kesiapan siswa, menyampaikan informasi tentang apa

yang akan mereka pelajari dan apa yang mereka lakukan. Setelah itu, guru

memberikan motivasi agar siswa mau memperhatikan penjelasan dan mau

bekerjasama di dalam kelompok, serta dilanjutkan dengan pemberian

apersepsi berupa cerita singkat yang berisi permasalahan perkalian pecahan.

Setelah kegiatan awal disampaikan, kemudian guru menyampaikan

kegiatan inti. Dengan menggunakan alat peraga, guru mengajak siswa

38

menyelesaikan permasalahan yang sudah disampaikan dalam apersepsi.

Kemudian guru mengajak siswa menyelesaikan contoh lain dengan

menggunakan alat peraga yang sama. Setelah mendapatkan hasil, siswa diajak

untuk menyimpulkan cara menyelesaikan soal perkalian pecahan biasa.

Sedangkan untuk pembagian pecahan biasa menggunakan alat peraga yang

berbeda. Setelah mendapatkan kesimpulan tentang perkalian dan pembagian

pecahan biasa, siswa diajak untuk membandingkan cara untuk mengalikan

dan membagi pecahan biasa.

Setelah mendapatkan konsep dasar tentang perkalian dan pembagian

pecahan biasa, guru membentuk kelompok siswa. Di dalam kelompok, siswa

berdiskusi tentang cara mengerjakan perkalian dan pembagian pecahan biasa

sambil bersama-sama mengerjakan lembar kerja kelompok yang diberikan.

Setelah itu, siswa membacakan hasil diskusi dan kerja kelompok mereka, lalu

guru membahas hasil kerja kelompok. Setelah melakukan kerja kelompok,

siswa kembali ke tempat duduk masing-masing, kemudian melaksanakan kuis

individual. Setelah penilaian kuis individual, guru menghitung skor kemajuan

siswa dan dilanjutkan dengan memberikan penghargaan kepada tim.

Di dalam kegiatan akhir guru mengajak siswa mengingat-ingat kembali

tentang apa yang telah dipelajari sambil meluruskan tentang pemahaman

siswa yang salah. Pembelajaran diakhiri dengan meminta siswa mempelajari

lagi materi yang sudah dipelajari, lalu guru menutup pelajaran.

b. Pertemuan II

Pelaksanaan tindakan siklus I pada pertemuan II sebagai tindak lanjut

pada pertemuan I. Pada awal pembelajaran guru mengajak siswa untuk

berdoa, salam, memeriksa kesiapan siswa, menyampaikan informasi tentang

apa yang akan dipelajari dan dilakukan pada pembelajaran ini serta

dilanjutkan dengan pemberian apersepsi dengan mengingat kembali materi

pada pertemuan sebelumnya.

Langkah-langkah pembelajaran dalam kegiatan inti meliputi guru

menyampaikan konsep tentang mengalikan dan membagi pecahan desimal

dengan cara mengubah pecahan desimal ke pecahan biasa. Setelah menjadi

39

pecahan biasa, kemudian dikerjakan dengan cara seperti pada pertemuan I

dan hasilnya diubah ke bentuk desimal. Setelah memberikan beberapa contoh,

barulah disimpulkan tentang cara mengerjakan perkalian dan pembagian

pecahan desimal.

Setelah mendapatkan konsep perkalian dan pembagian desimal, siswa

bekerja di dalam kelompok seperti pada pertemuan I. Langkah selanjutnya

siswa mengerjakan kuis individual, lalu nilai kuis individual tersebut diambil

sebagai skor kemajuan siswa. Kemudian guru memberikan piagam

penghargaan kepada kelompok yang mencapai kriteria yang ada.

Di dalam kegiatan akhir guru mengajak siswa mengingat-ingat kembali

tentang apa yang telah dipelajari sambil meluruskan tentang pemahaman

siswa yang salah. Pembelajaran diakhiri dengan meminta siswa mempelajari

lagi materi yang sudah dipelajari dan mengingatkan siswa bahwa pertemuan

berikutnya akan diadakan tes formatif, lalu guru menutup pelajaran.

c. Pertemuan III

Pembelajaran pada pertemuan III sebagai tindak lanjut dari pertemuan I

dan II dan peneliti gunakan untuk mengadakan tes formatif bagi siswa

tentang materi yang telah dipelajari.

Kegiatan pembelajaran diawali dengan guru mengajak siswa untuk

berdoa, salam, memeriksa kesiapan siswa, menyampaikan informasi tentang

apa yang akan dipelajari dan dilakukan pada pembelajaran iniserta

dilanjutkan dengan pemberian apersepsi dengan mengingat kembali materi

pada pertemuan sebelumnya.

Pada kegiatan inti guru memberikan materi operasi hitung campuran

perkalian dan pembagian dalam berbagai bentuk pecahan. Materi yang

diberikan pada pertemuan ini cukup singkat karena masih merupakan

pengembangan sederhana dari 2 pertemuan sebelumnya. Langkah selanjutnya

juga masih sama seperti 2 pertemuan sebelumnya yaitu siswa bekerja secara

berkelompok, siswa mengerjakan kuis individual, penghitungan skor

kemajuan siswa, dan pemberian piagam penghargaan. Namun, pada

pertemuan ini materi yang dijadikan soal kuis individual adalah materi

40

keseluruhan pada siklus I sehingga kuis individual ini bisa disebut juga

sebagai tes formatif.

Di dalam kegiatan akhir guru mengajak siswa mengingat-ingat kembali

tentang apa yang telah dipelajari sambil meluruskan tentang pemahaman

siswa yang salah. Pembelajaran diakhiri dengan meminta siswa mempelajari

lagi materi yang sudah dipelajari, lalu guru menutup pelajaran.

4.1.7.3 Hasil Tindakan

a. Penilaian Praktik Pembelajaran

Untuk mengukur keberhasilan penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD dalam kegiatan pembelajaran siklus II, digunakanlah

lembar observasi praktik pembelajaran. Peneliti masih meminta bantuan

bapak Fx. Andoko, S.Pd sebagai observer. Adapun hal-hal yang diobservasi

juga masih terhadap praktik pembelajaran yang dilakukan oleh guru serta

aktivitas siswa secara klasikal selama pembelajaran dilaksanakan.

Hal-hal yang diamati dalam observasi praktik pembelajaran yang

dilakukan guru adalah seluruh kegiatan pembelajaran yaitu kegiatan awal,

kegiatan inti dan kegiatan akhir yang meliputi langkah-langkah dalam model

pembelajaran kooperatif tipe STAD. Sedangkan untuk penilaian berupa skor

1 hingga 4 dimana skor 1 adalah jika guru tidak melakukan tindakan dalam

pernyataan di lembar observasi, skor 2 jika guru kurang baik dalam

melaksanakan pernyataan tersebut, skor 3 jika guru cukup baik dalam

melaksanakan pernyataan tersebut, dan skor 4 jika guru sangat baik dalam

melaksanakan pernyataan tersebut.

Setelah melakukan observasi praktik pembelajaran pada siklus II maka

didapatkan hasil pada siklus II pertemuan I tidak terdapat skor 2. Sedangkan

untuk skor 4 terdapat dalam 8 aspek namun secara keseluruhan masih

didominasi oleh skor 3. Ini menunjukkan bahwa dalam penerapan

pembelajaran kooperatif tipe STAD sudah mengalami kemajuan dan dapat

dikatakan cukup baik karena terdapat 8 aspek yang mendapat skor 4 dan

sebagian besar aspek yang dinilai mendapatkan skor 3. Kemudian untuk

pertemuan II dan III jumlah skor 4 dalam penilaian praktik pembelajaran

41

semakin bertambah. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran

kooperatif tipe STAD yang dilakukan semakin membaik dan mengalami

kemajuan.

Sementara itu, untuk observasi siswa, hal-hal yang diamati adalah

aktivitas siswa secara klasikal selama pembelajaran berlangsung. Skor

penilaian yang digunakan adalah skor 1 hingga 4 dimana skor 1 berarti tidak

ada atau hanya ada sebagian kecil siswa saja yang melakukan pernyataan

dalam lembar observasi, kemudian skor 2 jika setengah dari seluruh siswa

melakukan pernyataan tersebut, skor 3 jika sebagian besar siswa melakukan

pernyataan tersebut, dan skor 4 jika seluruh siswa melakukan pernyataan

tersebut.

Setelah melakukan observasi aktivitas siswa pada siklus II maka

didapatkan hasil pada siklus II pertemuan I tidak terdapat skor 2. Meski

terdapat skor 4 pada 2 aspek, namun skor yang mendominasi adalah skor 3.

Ini menunjukkan bahwa aspek-aspek yang mendapatkan kriteria kurang baik

pada siklus I telah mengalami kemajuan pada siklus II dan berdasarkan skor

yang diperoleh dapat dikatakan aktivitas siswa sudah cukup baik.

Selanjutnya, untuk pertemuan II dan III jumlah skor 4 dalam penilaian praktik

pembelajaran semakin bertambah. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas

siswa semakin membaik dan mengalami kemajuan.

Berdasarkan hasil pengamatan tersebut (terlampir), dapat kita ketahui

bahwa secara umum penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

dalam siklus II adalah baik. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya skor 4 pada

lembar observasi praktik pembelajaran dan aktivitas siswa, sehingga dari

keseluruhan kegiatan pembelajaran yang diterapkan oleh guru kelas V sudah

baik.

b. Hasil Belajar Matematika

Hasil belajar Matematika siswa kelas V SDN Banyubiru 05 diperoleh

dengan mengadakan tes formatif diakhir siklus yaitu pada pertemuan ketiga.

Dari hasil tes tersebut diketahui terjadi peningkatan hasil belajar Matematika,

42

namun masih terdapat siswa yang tidak tuntas atau mendapatkan nilai di

bawah KKM. Hasil tersebut dapat dilihat dalam tabel 4.8 sebagai berikut.

Tabel 4.8

Nilai Matematika Siklus II

No. Nilai Frekuensi Persentase (%) Keterangan

1. 40 1 3,2 Tidak tuntas

2. 50 1 3,2 Tidak tuntas

3. 60 5 16,1 Tuntas

4. 70 8 25,8 Tuntas

5. 80 7 22,6 Tuntas

6. 90 5 16,1 Tuntas

7. 100 4 12,9 Tuntas

Jumlah 31 100

Nilai Rata-rata 76,1

Nilai maks. 100

Nilai min. 40

Dari tabel 4.8 di atas, dapat diketahui bahwa nilai terendah siswa

menjadi 40 yang didapatkan oleh 1 siswa sedangkan nilai tertinggi adalah 100

yang didapatkan oleh 4 siswa. Sementara itu, nilai rata-rata pada siklus II

adalah 76,1. Dari data tabel 4.8 di atas, dapat dibuat tabel ketuntasan hasil

belajar Matematika siklus II pada tabel 4.9 berikut ini.

Tabel 4.9

Tabel Ketuntasan Belajar Matematika Siklus II

Skor Ketuntasan Jumlah Siswa Persentase (%)

≥ 60 ( Tuntas) 29 93,5

<60 (Tidak Tuntas) 2 6,5

Jumlah 31 100

Berdasarkan tabel 4.9 di atas, diketahui jumlah siswa yang tuntas

sebanyak 29 siswa atau sebesar 93,5% dari jumlah siswa. sedangkan siswa

yang tidak tuntas sebanyak 2 siswa atau sebesar 6,5%. Selanjutnya, tabel 4.9

di atas dapat dinyatakan dalam diagram 4.3 sebagai berikut.

43

Diagram 4.3

Diagram Batang Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Siklus II

4.1.7.4 Refleksi

Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran pada siklus II dari pertemuan

I, II dan III maka selanjutnya diadakan refleksi atas segala kegiatan dalam proses

pembelajaran. Hasil refleksi diambil dari hasil observasi dan tes formatif yang

dilaksanakan pada siklus II. Refleksi ini digunakan sebagai bahan perbaikan

dengan membandingkan hasil tindakan dalam proses pembelajaran sudah sesuai

dengan indikator kinerja. Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh

berdasarkan observasi pada siklus II maka penjelasan sebagai berikut:

a. Penilaian Praktik Pembelajaran

Hasil analisis data yang diperoleh dari lembar hasil observasi dari

keseluruhan kegiatan pembelajaran menunjukkan bahwa guru mengalami

kemajuan dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Hal

ini terlihat dari rata-rata yang meningkat dan semakin mendekati angka 4.

Seluruh item telah dterapkan dengan baik oleh kolaborator ditandai dengan

tidak terdapatnya skor 2 pada penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

STAD pada pembelajaran Matematika, sehingga dari keseluruhan kegiatan

pembelajaran yang diterapkan oleh guru kelas V sudah baik.

29

2 0

5

10

15

20

25

30

35

Tuntas Tidak Tuntas

Skal

a

Ketuntasan Hasil Belajar Siklus II

44

b. Hasil Belajar Matematika

Sesuai pada tabel 4.8dan 4.9, maka dapat diketahui bahwa hasil belajar

Matematika siswa kelas V mengalami peningkatan dari hasil belajar siklus I,

ditandai dengan nilai rata-rata yang meningkat menjadi 76,1 sedangkan

persentase ketuntasan juga meningkat menjadi 93,5% yang didapat oleh 29

siswa. Siswa yang mendapat nilai di bawah KKM atau dikatakan tidak tuntas

mengalami penurunan yaitu menjadi 6,5% yang didapat oleh 2 siswa, untuk

nilai tertinggi menjadi 100 sedangkan untuk nilai terendah menjadi 40.

Dari hasil tersebut baik nilai rata-rata maupun persentase ketuntasan

telah mencapai indikator kinerja yang peneliti tentukan. Dengan kata lain

tujuan penelitian ini telah tercapai.

Sedangkan hambatan-hambatan yang dialami pada siklus I telah

berhasil diselesaikan. Hal ini dapat dibuktikan dengan pemakaian alokasi

waktu yang optimal dan efisien serta semakin banyaknya siswa yang mampu

bekerjasama di dalam kelompok dengan baik.

4.2 Hasil Analisis Data

Pada bagian hasil analisis data, peneliti membandingkan data yang

diperoleh pada pra siklus, siklus I, dan Siklus II yang didapat melalui tes formatif.

Hasil belajar Matematika siswa kelas V disajikan pada tabel 4.10 berikut ini.

Tabel 4.10

Perbandingan Frekuensi Nilai Tiap Siklus

Nilai Pra Siklus Siklus I Siklus II

Keterangan F P F P F P

30 5 16,1 1 3,2 0 0 Tidak tuntas

40 3 9,7 5 16,1 1 3,2 Tidak tuntas

50 9 29,0 5 16,1 1 3,2 Tidak tuntas

60 7 22,6 7 22,6 5 16,1 Tuntas

70 0 0 4 12,9 5 16,1 Tuntas

80 4 12,9 5 16,1 11 35,6 Tuntas

90 1 3,2 1 3,2 4 12,9 Tuntas

100 2 6,5 3 9,7 4 12,9 Tuntas

45

Keterangan:

F = Frekuensi

P = Persentase (%)

Dari tabel 4.10 di atas, dapat dilihat bahwa jumlah siswa yang mendapat

nilai dari 70 hingga 100 mengalami peningkatan. Selain itu, nilai rata-rata dari

tiap siklus juga mengalami peningkatan. Hal ini dilihat dari sebelum dilaksanakan

tindakan, nilai rata-rata kelas adalah 56,5. Lalu, setelah dilaksanakan tindakan

pada siklus I nilai rata-rata menjadi 63,6 dan pada siklus II nilai rata-rata menjadi

76,1. Hal ini menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD

sangat membantu untuk meningkatkan nilai siswa. Sementara itu, untuk melihat

tingkat ketuntasan yang lebih jelas lagi kita dapat melihat pada tabel 4.11 berikut

ini.

Tabel 4.11

Ketuntasan Hasil Belajar Tiap Siklus

Kriteria

Pra Siklus Siklus I Siklus II

F P F P F P

Tuntas 14 45,2 20 64,5 29 93,5

Tidak

Tuntas 17 54,8 11 35,5 2 6,5

Keterangan

F = Frekuensi

P = Persentase (%)

Dari tabel 4.11 dapat dilihat adanya peningkatan jumlah siswa yang tuntas

di atas KKM dalam mata pelajaran Matematika.Hal ini terbukti dari sebelum

diadakan tindakan, jumlah siswa yang tuntas sebanyak 14 siswa, dan yang tidak

tuntas 17 siswa. Sedangkan hasil tes pada siklus I menunjukkan jumlah siswa

yang tuntas mengalami peningkatan menjadi 20 siswa dan yang tidak tuntas 11

siswa. Selanjutnya untuk siklus II jumlah siswa yang tuntas juga mengalami

peningkatan menjadi 29 siswa yang tidak tuntas hanya 2 siswa saja.

46

Sementara itu, persentase ketuntasan juga mengalami peningkatan. Pada

sebelum tindakan, persentase ketuntasan adalah sebesar 45,2%. Kemudian pada

siklus I menjadi 64,5% dan meningkat lagi pada siklus II yaitu sebesar 93,5% Hal

ini menunjukkan nilai rata-rata dan persentase ketuntasan telah mencapai

indikator kinerja yang peneliti tentukan. Ini membuktikan bahwa penerapan

model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar

Matematika siswa kelas V SDN Banyubiru 05. Peningkatan hasil belajar

Matematika tiap siklus dapat disajikan pada diagram 4.4 berikut:

Diagram4.4

Diagram Batang Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar

Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II

4.3 Pembahasan

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pembelajaran

Matematika mampu meningkatkan hasil belajar Matematika siswa kelas V

Semester II SDN Banyubiru 05 Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang

Tahun Pelajaran 2011/2012.

Peningkatan tersebut dapat dilihat baik dari lembar observasi siswa

maupun hasil belajar siswa baik pada siklus I maupun siklus II setelah model

14

20

29

17

11

2

0

5

10

15

20

25

30

35

pra siklus siklus 1 siklus 2

Skal

a

Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar

tuntas

tidak tuntas

47

pembelajaran kooperatif tipe STAD diterapkan pada pembelajaran Matematika

yang dilakukan.

Indikator kinerja hasil belajar yang peneliti tentukan telah tercapai pada

pembelajaran siklus II, yaitu nilai rata-rata hasil tes Matematika mencapai 76,1

sementara indikator kinerja yang ditentukan sebesar 70. Selanjutnya, untuk

persentase ketuntasan juga telah tercapai yaitu sebesar 93,5% dengan jumlah

siswa yang tuntas di atas KKM sebanyak 29 siswa, sementara indikator kinerja

untuk tingkat ketuntasan adalah sebesar 85% atau sebanyak 27 siswa telah

mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dari 31 siswa kelas V SDN

Banyubiru 05.

Adapun hambatan utama yang dihadapi dalam penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah pada awalnya siswa belum terbiasa

bekerjasama dalam kelompok dan menggunakan model pembelajaran kooperatif

tipe STAD dalam pembelajaran Matematika. Namun, hal tersebut dapat

diselesaikan dengan pengarahan dan bimbingan yang maksimal dalam setiap

kegiatan yang dilaksanakan siswa oleh guru, sehingga akhirnya siswa bisa

bekerjasama dan saling membantu dalam belajar. Selain itu, hambatan lainnya

adalah pemakaian alokasi waktu yang kurang sesuai. Namun hal itu juga telah

dapat diselesaikan dalam siklus II.