BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilakudigilib.unimus.ac.id/files/disk1/6/jtptunimus-gdl-s1-2008... ·...

24
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku 1) Pengertian Perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. (Notoatmodjo, 2003). Sedangkan pengertian lain menyebutkan perilaku manusia berasal dari dorongan yang ada dalam diri manusia, sedang dorongan merupakan usaha untuk memenuhi kebutuhan yang ada dalam diri manusia (Purwanto, 2002). Perilaku yang muncul dari individu dapat dikatakan merupakan usaha individu untuk memenuhi kebutuhannya dan usaha tersebut dapat diamati. 2) Jenis Respon Skinner (1938) seorang ahli perilaku mengemukakan bahwa perilaku adalah merupakan hasil hubungan antara perangsang (stimulus) dan tanggapan (respon). Menurut Notoadmodjo (2003) untuk respon dibedakan menjadi dua : a. Respondent response atau reflexive respons, adalah respon yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan tertentu. Respon yang ditimbulkan relatif tetap. b. Operant response atau instrument reflexive, adalah respon yang timbul dan berkembang oleh perangsang tertentu. Perangsang ini

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilakudigilib.unimus.ac.id/files/disk1/6/jtptunimus-gdl-s1-2008... ·...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilakudigilib.unimus.ac.id/files/disk1/6/jtptunimus-gdl-s1-2008... · Adanya manifestasi klinis dari aterosklerosis baik berupa angina pectoris, bising

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Perilaku

1) Pengertian

Perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia,

baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh

pihak luar. (Notoatmodjo, 2003). Sedangkan pengertian lain menyebutkan

perilaku manusia berasal dari dorongan yang ada dalam diri manusia,

sedang dorongan merupakan usaha untuk memenuhi kebutuhan yang ada

dalam diri manusia (Purwanto, 2002). Perilaku yang muncul dari individu

dapat dikatakan merupakan usaha individu untuk memenuhi kebutuhannya

dan usaha tersebut dapat diamati.

2) Jenis Respon

Skinner (1938) seorang ahli perilaku mengemukakan bahwa perilaku

adalah merupakan hasil hubungan antara perangsang (stimulus) dan

tanggapan (respon). Menurut Notoadmodjo (2003) untuk respon

dibedakan menjadi dua :

a. Respondent response atau reflexive respons, adalah respon yang

ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan tertentu. Respon yang

ditimbulkan relatif tetap.

b. Operant response atau instrument reflexive, adalah respon yang

timbul dan berkembang oleh perangsang tertentu. Perangsang ini

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilakudigilib.unimus.ac.id/files/disk1/6/jtptunimus-gdl-s1-2008... · Adanya manifestasi klinis dari aterosklerosis baik berupa angina pectoris, bising

9

bersifat memperkuat respon yang telah dilakukan.

3) Bentuk Perilaku

Secara lebih operasional perilaku dapat diartikan suatu respon

organisme atau seseorang terhadap perangsangan (stimulus) dari luar

subjek tersebut. Menurut Notoatmodjo (2003) respon ini berbentuk dua

macam yaitu :

a. Bentuk pasif adalah respon internal yang terjadi di dalam diri

manusia dan tidak secara langsung dapat terlihat oleh orang lain.

Dalam hal ini perilaku masih terselubung atau covert behavior.

b. Bentuk aktif, yaitu apabila perilaku itu jelas dapat diobservasi

secara langsung. Perilaku ini sudah tampak dalam bentuk tindakan

nyata atau overt behavior.

4) Cakupan Perilaku

Menurut Notoatmodjo (2003) perilaku kesehatan pada dasarnya

adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus yang

berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan

serta lingkungan. Perilaku kesehatan mencakup :

a. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit. Perilaku ini sesuai

dengan tingkat-tingkat pencegahan penyakit, yaitu :

1) Perilaku sehubungan dengan peningkatan dan

pemeliharaan kesehatan (health promotion behavior),

misalnya makan makanan yang bergizi, olah raga dan

sebagainya.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilakudigilib.unimus.ac.id/files/disk1/6/jtptunimus-gdl-s1-2008... · Adanya manifestasi klinis dari aterosklerosis baik berupa angina pectoris, bising

2) Perilaku pencegahan penyakit (health prevention behavior)

adalah respon untuk melakukan pencegah penyakit.

Misalnya : tidak minum kopi, tidak minum beralkohol,

tidak makan berlemak, hentikan kebiasaan merokok dan

sebagainya.

3) Perilaku sehubungan dengan pencarian bantuan

pengobatan (health seeking behavior), yaitu perilaku untuk

melakukan atau mencari pengobatan. Misalnya : usaha-

usaha mengobati sendiri penyakitnya, atau mencari

pengobatan ke fasilitas-fasilitas kesehatan modern

(puskesmas, mantri, dokter praktek dan sebagainya),

maupun ke fasilitas kesehatan tradisional (dukun, sinshe,

dan sebagainya).

4) Perilaku sehubungan dengan pemulihan kesehatan (health

rehabilitation behavior) yaitu perilaku yang berhubungan

dengan usaha-usaha pemulihan kesehatan setelah sembuh

dari suatu penyakit. Misalnya melakukan diet (rendah

lemak, rendah garam), mematuhi anjuran-anjuran dokter

dalam rangka pemulihan kesehatannya.

b. Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan adalah respon

seseorang terhadap sistem pelayanan kesehatan baik sistem

pelayanan kesehatan modern ataupun tradisional.

c. Perilaku terhadap makanan (nutrition behavior), yaitu respon

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilakudigilib.unimus.ac.id/files/disk1/6/jtptunimus-gdl-s1-2008... · Adanya manifestasi klinis dari aterosklerosis baik berupa angina pectoris, bising

11

seseorang terhadap makanan sebagai kebutuhan vital bagi

kehidupan.

d. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan (environmental health

behavior) adalah respon seseorang terhadap lingkungan sebagai

determinan kesehatan manusia.

5) Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku

Menurut teori Lawrence Green (1980) yang dikutip dari Notoatmojo

(2003), menyatakan bahwa perilaku kesehatan dipengaruhi oleh tiga

faktor, yaitu :

a. Faktor Predisposisi

Termasuk didalamnya adalah pengetahuan, sikap, kepercayaan,

keyakinan dan nilai-nilai.

1) Pengetahuan

Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang

lain. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam

membentuk tindakan seseorang. Pada umumnya klien yang

hipertensi atau tidak hipertensi menganggap bahwa perilaku

pencegahan stroke selama tidak dilakukan atau tidak boleh

dilakukan.

2) Sikap

Mempengaruhi perilaku karena sikap merupakan kesiapan

berespon atau bertindak. Bila klien bersikap kurang baik

sehubungan dengan perilaku pencegahan stroke, maka hal tersebut

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilakudigilib.unimus.ac.id/files/disk1/6/jtptunimus-gdl-s1-2008... · Adanya manifestasi klinis dari aterosklerosis baik berupa angina pectoris, bising

dapat berpengaruh terhadap perilaku yang muncul, untuk itu klien

sehubungan dengan perilaku pencegahan stroke harus diperhatikan

oleh petugas kesehatan.

3) Kepercayaan

Kepercayaan sering atau diperoleh dari orang tua, kakek,

nenek. Seseorang menerima kepercayaan itu berdasarkan

keyakinan dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu.

Masyarakat yang mempercayai suatu keyakinan tertentu, maka

dalam menghadapi suatu perilaku kesehatan akan berpengaruh

terhadap status kesehatannya.

4) Keyakinan

Suatu hal yang dianggap benar dan dianut sebagai aturan

yang dilakukan oleh masyarakat.

5) Nilai-nilai

Didalam suatu masyarakat apapun selalu berlaku nilai-nilai

yang menjadi pegangan sikap orang dalam menyelenggarakan

hidup bermasyarakat.

b. Faktor pendukung (Enabling factors)

Faktor pendukung disini adalah ketersediaan sumber-sumber dan

fasilitas yang memadai. Sumber-sumber dan fasilitas tersebut sebagian

harus digali dan dikembangkan dari masyarakat itu sendiri. Faktor

pendukung ada dua macam, yaitu : fasilitas fisik dan fasilitas umum.

Fasilitas fisik yaitu fasilitas-fasilitas atau sarana kesehatan, misalnya

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilakudigilib.unimus.ac.id/files/disk1/6/jtptunimus-gdl-s1-2008... · Adanya manifestasi klinis dari aterosklerosis baik berupa angina pectoris, bising

13

puskesmas, obat-obatan, alat kontrasepsi, jamban dan sebagainya.

Sedangkan fasilitas umum yaitu media informasi, misalnya TV, koran,

majalah.

c. Faktor penguat

Meliputi sikap dan perilaku petugas. Semua petugas kesehatan,

baik dilihat dari jenis dan tingkatnya pada dasarnya adalah pendidikan

kesehatan. Petugas kesehatan harus memiliki sikap dan perilaku

petugas kesehatan, tokoh masyarakat, teman sebaya dan orang tua.

Perilaku erat hubungannya dengan kesehatan. Tingkat

kesehatan, keselamatan, serta kehidupan seseorang banyak ditentukan

oleh faktor perilaku. Perilaku mempunyai andil nomer dua setelah

lingkungan terhadap status kesehatan. Perilaku pencegahan stroke

adalah salah satu bagian penting yang harus klien perhatikan, sebagai

persiapan untuk pencegahan nantinya dilakukan dengan menjauhi

semua hal yang kurang baik dan menjauhi kebiasaan yang kurang baik

seperti : minum kopi, merokok, olahraga tidak teratur, minum alcohol

dan makan makanan yang mengandung lemak.

Selain itu perilaku pencegahan dapat pula dipengaruhi oleh

tingkat pengetahuan individu. Semakin baik tingkat pendidikan

seseorang maka semakin baik pula perilaku pencegahan individu

terhadap penyakit.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilakudigilib.unimus.ac.id/files/disk1/6/jtptunimus-gdl-s1-2008... · Adanya manifestasi klinis dari aterosklerosis baik berupa angina pectoris, bising

B. Pengetahuan

1. Pengertian

Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah

orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan

terjadi setelah orang melalui panca indera manusia, yakni : indra

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo,

2003). Sebelum seseorang mengadopsi perilaku baru, ia harus tahu terlebih

dahulu apa arti atau manfaat perilaku bagi dirinya atau keluarganya.

Misalnya : klien akan melakukan perilaku pencegahan stroke, apabila ia

tahu apa tujuan dan apa akibatnya bila tidak melakukan perilaku

pencegahan stroke.

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya perilaku terbuka (overt behavior). Perilaku yang didasari

pengetahuan umumnya bersifat langgeng.

2. Proses Adopsi Perilaku Baru

Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang

mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), didalam diri orang tersebut

terjadi proses yang berurutan, yaitu :

a. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam

arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek)

b. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut.

Disini sikap subjek sudah mulai timbul.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilakudigilib.unimus.ac.id/files/disk1/6/jtptunimus-gdl-s1-2008... · Adanya manifestasi klinis dari aterosklerosis baik berupa angina pectoris, bising

15

c. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya

stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden

sudah lebih baik lagi.

d. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai

dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.

e. Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

Perubahan perilaku pada seseorang tidak selalu melewati tahap-tahap

di atas, sehingga umumnya perilaku baru tersebut tidak langgeng. Apabila

perubahan perilaku baru pada seseorang melalui tahap-tahap di atas, dan

didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka

perilaku baru tersebut akan bersifat langgeng. Sebaliknya apabila perilaku

itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran, maka tidak akan

berlangsung lama. Contoh : klien melakukan perilaku pencegahan stroke

sebelum diperintah oleh petugas kesehatan tanpa mengetahui makna dan

tujuan dari perilaku pencegahan stroke, sehingga mereka tidak akan

melakukan hal tersebut lagi setelah beberapa saat perintah tersebut

diterima.

3. Tingkatan-tingkatan Pengetahuan

Menurut Sunaryo (2004) tingkatan pengetahuan didalam domain

kognitif mencakup 6 tingkatan, yaitu :

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilakudigilib.unimus.ac.id/files/disk1/6/jtptunimus-gdl-s1-2008... · Adanya manifestasi klinis dari aterosklerosis baik berupa angina pectoris, bising

a. Tahu (Know)

Tahu merupakan tingkat pengetahuan paling rendah. Tahu

artinya dapat mengingat atau mengingat kembali suatu materi yang

telah dipelajari sebelumnya. Ukuran bahwa seseorang itu tahu, adalah

ia dapat menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan dan menyatakan.

Contoh : dapat mendefinisikan arti penyakit stroke, mampu

menyebutkan tanda dan gejala penyakit stroke, mampu menyebutkan

etiologi penyakit stroke.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami artinya kemampuan untuk menjelaskan dan

menginterprestasikan dengan benar tentang objek yang diketahui.

Seseorang yang telah paham tentang sesuatu harus dapat menjelaskan,

memberikan contoh, dan menyimpulkan.

Contoh : jelaskan manfaat perilaku pencegahan stroke dengan benar,

berikan contoh-contoh perilaku pencegahan stroke, klien dapat

menyimpulkan hasil pendidikan kesehatan tentang perilaku

pencegahan stroke.

c. Penerapan (Application)

Penerapan yaitu kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi dan kondisi nyata dan dapat menggunakan

hukum-hukum, rumus, metode dalam situasi nyata.

Contoh : klien dapat melakukan perilaku pencegahan stroke dengan

baik dan benar.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilakudigilib.unimus.ac.id/files/disk1/6/jtptunimus-gdl-s1-2008... · Adanya manifestasi klinis dari aterosklerosis baik berupa angina pectoris, bising

17

d. Analisis (Analysis)

Analisis artinya adalah kemampuan untuk menguraikan objek

kedalam bagian-bagian lebih kecil, tetapi masih didalam suatu struktur

objek tersebut dan masih terkait satu sama lain. Ukuran kemampuan

adalah ia dapat menggambarkan, membuat bagan, membedakan,

memisahkan, membuat bagan proses adopsi perilaku dan dapat

membedakan pengertian psikologi dengan fisiologi.

e. Sintesis (Syntesis)

Sintesis, yaitu suatu kemampuan untuk menghubungkan bagian-

bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru atau kemampuan

untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

Ukuran kemampuan adalah ia dapat menyusun, meringkaskan,

merencanakan dan menyesuaikan suatu teori atau rumusan yang telah

ada.

Contoh : klien dapat merencanakan perilaku pencegahan stroke.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi yaitu kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap

suatu objek. Evaluasi dapat menggunakan kriteria yang telah ada atau

disusun sendiri.

Contoh : klien dapat membedakan perilaku pencegahan stroke yang

baik dan benar.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilakudigilib.unimus.ac.id/files/disk1/6/jtptunimus-gdl-s1-2008... · Adanya manifestasi klinis dari aterosklerosis baik berupa angina pectoris, bising

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara

langsung atau dengan angket yang menanyakan tentang isi materi yang

ingin diukur dari responden atau subjek penelitian. Kedalaman

pengetahuan responden yang ingin kita ketahui atau kita ukur, dapat kita

sesuaikan dengan tingkatan pengetahuan di atas.

Menurut Waridjan (1991) pengukuran tingkat pengetahuan dapat

dibagi menjadi 3 macam yaitu:

Kategori baik (80 – 100%) dari total nilai jawaban yang benar.

Kategori cukup (65 – 75%) dari total nilai jawaban yang benar.

Kategori kurang (< 65%) dari total nilai jawaban yang benar.

C. Stroke

1. Pengertian

Menurut WHO (1965) dan Karya (1988) dalam Harsono (1993)

stroke adalah manifestasi klinik dari gangguan fungsi serebral, baik lokal

maupun menyeluruh (global), yang berlangsung dengan cepat,

berlangsung lebih dari 24 jam, atau berakhir dengan maut, tanpa

ditemukan penyebab selain daripada gangguan vascular. Gangguan

peredaran darah otak dapat mengakibatkan fungsi otak terganggu dan bila

gangguan yang terjadi cukup besar akan mengakibatkan kematian

sebagian otak (infark). Gejala-gejala yang terjadi tergantung pada daerah

otak yang dipengaruhinya.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilakudigilib.unimus.ac.id/files/disk1/6/jtptunimus-gdl-s1-2008... · Adanya manifestasi klinis dari aterosklerosis baik berupa angina pectoris, bising

19

2. Patofisiologi

Tekanan darah yang terlalu tinggi pada hipertensi dapat

menyebabkan pembuluh darah yang sudah lemah menjadi pecah bila hal

ini terjadi pada pembuluh darah di otak maka terjadi perdarahan otak yang

dapat menyebabkan kematian. Stroke juga dapat terjadi akibat sumbatan

dari gumpalan darah yang macet dan pembuluh darah yang menyempit

(Sustrani, 2004).

3. Tanda dan Gejala

Menurut Soeharto (2002) menyebutkan bahwa tanda dan gejala dari

stroke adalah sebagai berikut :

a. Hilangnya kekuatan (atau timbulnya gerakan canggung) di salah

satu bagian tubuh, terutama di satu sisi, termasuk wajah, lengan

atau tungkai.

b. Rasa baal (hilangnya sensasi) atau sensasi tak lazim di suatu

bagian tubuh, terutama jika hanya salah satu sisi.

c. Hilangnya penglihatan total atau parsial di salah sisi.

d. Tidak mampu berbicara dengan benar atau memahami bahasa.

e. Hilangnya keseimbangan, berdiri tak mantap atau jatuh tanpa

sebab.

f. Serangan sementara jenis lain, seperti vertigo, pusing bergoyang,

kesulitan menelan, kebingungan akut atau gangguan daya ingat.

g. Nyeri kepala yang terlalu parah, muncul mendadak atau memiliki

karakter tidak lazim, termasuk perubahan pola nyeri kepala yang

tidak dapat diterangkan.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilakudigilib.unimus.ac.id/files/disk1/6/jtptunimus-gdl-s1-2008... · Adanya manifestasi klinis dari aterosklerosis baik berupa angina pectoris, bising

h. Perubahan kesadaran yang tidak dapat dijelaskan atau kejang.

4. Faktor Resiko Stroke

Stroke dapat dicegah dengan memanipulasi faktor resiko baik

individu maupun komunitas seperti yang diungkapkan oleh Murni Indrasti

(2004), faktor resiko stroke antara lain :

a. Hipertensi

Hipertensi merupakan faktor resiko mayor, baik stroke iskemik,

perdarahan subarachnoid. Hipertensi akan mempercepat aterosklerosis

sehingga mudah terjadi kolusi emboli pada pembuluh darah besar.

b. Penyakit Jantung

Penyakit jantung koroner, penyakit jantung kongestif, hipertrofi

ventrikel kiri, aritmia jantung dan terutama atrium fibrilasi merupakan

faktor resiko dari stroke, karena terdapat gangguan pemompaan atau

irama jantung, sehingga jantung, sehingga emboli yang berasal dari

bilik jantung atau vena pulmoner dapat menyebabkan terjadinya infark

serebri yang mendadak.

c. Diabetes Mellitus

Merupakan faktor resiko terhadap stroke iskemik dan bila

disertai dengan hipertensi resikonya akan menjadi lebih besar.

Diabetes mempunyai keseimbangan internal ke arah trombogenik.

Suatu abnormalis sistem hemostatik pada diabetes mellitus adalah

hiperaktivitas trombosit.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilakudigilib.unimus.ac.id/files/disk1/6/jtptunimus-gdl-s1-2008... · Adanya manifestasi klinis dari aterosklerosis baik berupa angina pectoris, bising

21

d. Aterosklerosis

Adanya manifestasi klinis dari aterosklerosis baik berupa angina

pectoris, bising arterikarotis, klaudikasio, intermitten merupakan

faktor resiko dari stroke.

e. Viskositas Darah

Meningkatnya viskositas atau kekentalan darah baik disebabkan

oleh karena meningkatnya hematokrit dan fibrinogen akan

meningkatkan hematokrit dan fibrinogen akan meningkatkan resiko

stroke.

f. Pernah stroke sebelumnya atau TIA (Transient Iscemia Attack)

Dari semua penderita stroke 50% diantaranya pernah TIA.

Beberapa laporan menyatakan bahwa penderita dengan TIA

kemungkinan 1/3 nya akan mengalami TIA 1/3 tanpa gejala dan 1/3

akan mengalami stroke.

g. Peningkatan Kadar Darah Lemak

Ada hubungan positif antara aterosklerosis serebrovaskular. Ada

hubungan positif antara kadar kolesterol total dan kadar trigliserida

dengan resiko stroke dan ada hubungan negatif antara meningkatnya

HDL dengan resiko stroke.

h. Merokok

Merupakan faktor resiko stroke, resiko meningkat dengan

banyaknya jumlah rokok yang dihisap sehari. Dengan berhenti

merokok resiko stroke akan menurun setelah 2 tahun dan kemudian

akan terus menurun setelah 2 tahun dan kemudian akan terus

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilakudigilib.unimus.ac.id/files/disk1/6/jtptunimus-gdl-s1-2008... · Adanya manifestasi klinis dari aterosklerosis baik berupa angina pectoris, bising

menurun, setelah 5 tahun resiko akan sama dengan bukan perokok.

i. Obesitas

Obesitas sering dihubungkan dengan hipertensi dan gangguan

toleransi glukosa dan akan meningkatkan resiko stroke. Obesitas tanpa

disertai hipertensi dan DM bukan merupakan faktor resiko stroke yang

bermakna.

j. Alkohol

Minum alkohol yang berlebihan merupakan faktor resiko untuk

stroke iskemik dan mungkin stroke hemoragik. Peminum alkohol yang

berlebihan akan meninggikan tekanan darah, kadar trigliserida,

fibrilasi atrium, paroksimal dan kardiomiopati.

k. Faktor resiko lainnya

Masih banyak lagi faktor resiko yang telah diteliti usia lanjut dan

jenis kelamin pria juga merupakan faktor resiko yang independent.

Yang juga mungkin termasuk sebagai faktor resiko ialah : migren,

status ekonomi, kenaikan hematokrit, fibrinogen, diet tinggi natrium,

diet rendah kalium dan inaktifitas (kurang olahraga).

5. Klasifikasi Stroke

Stroke dapat terjadi akibat iskemia karena aliran darah berkurang

atau berhenti pada sebagian pembuluh darah otak. Bila darah pasien kental

dan alirannya lambat, maka akan terbentuk bekuan. Trombosis atau

bekuan darah ini dapat membendung atau menghalangi aliran darah otak.

Jika ada bercak kerusakan pada dinding pembuluh darah atau

atelosklerosis, maka bekuan akan terbentuk pada bercak tersebut (Brunner

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilakudigilib.unimus.ac.id/files/disk1/6/jtptunimus-gdl-s1-2008... · Adanya manifestasi klinis dari aterosklerosis baik berupa angina pectoris, bising

23

dan Suddarth, 2002). Stroke dapat terjadi akibat pecahnya suatu dinding

pembuluh darah akibat tekanan. Darah akan menyembur ke dalam otak

dan menyebabkan meningkatnya tekanan di dalam tengkorak yang dapat

merusak otak.

Menurut Listiono (1998), berdasarkan perjalanan klinisnya stroke

dapat dibagi menjadi 4 yaitu :

a. TIA (Trancient Ischemic Attack)

TIA didefiinisikan sebagai suatu gangguan yang akut dari fungsi

local serebral yang disebabknan karena emboli atau trombosit. TIA

merupakan stroke yang ringan, berupa serangan iskemik sepintas.

Gejala neurologis yang timbul akan dengan cepat menghilang.

Lamanya serangan juga sangat bervariasi, ada yang hanya berlangsung

selama 5 menit, ada yang 5 menit tetapi ada pula yang berlangsung

selama sehari penuh, sebanyak 50% dari TIA dapat sembuh dalam

waktu 1 jam dan 90% sembuh dalam waktu 4 jam.

Otak mendapat darah dari dua system, yaitu system karotis dan

system vertebrobasilaris. TIA yang disebabkan oleh gangguan dari

system karotis menampakkan gejala-gejala antara lain : gangguan

penglihatan, kelumpuhan lengan atau tungkai kedua-duanya pada sisi

yang sama, deficit sensorik atau motorik dari wajah saja, wajah dan

lengan atau tungkai saja secara unilateral. Gejala yang lain adalah

kesulitan untuk mengerti bahasa dan atau berbicara, dapat juga

pemakaian yang salah satu dari kata-kata atau diubah-ubah.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilakudigilib.unimus.ac.id/files/disk1/6/jtptunimus-gdl-s1-2008... · Adanya manifestasi klinis dari aterosklerosis baik berupa angina pectoris, bising

Gejala dari TIA yang disebabkan oleh gangguan dari system

vertebrosilaris dapat berupa : vertigo dengan atau tanpa disertai

muntah terutama bila disertai dengan atau tanpa disertai muntah

terutama bila disertai dengan diplopia, dysphagia atau dysarthia.

Mendadak tidak stabil sampai drop attack, yaitu keadaan dimana

kekuatan kedua tungkai tiba-tiba menghilang sehingga penderita jetuh.

Gejala lain ialah gangguan visual, motorik atau sensorik yang

unilateral atau bilateral satu sisi kemudian diikuti oleh sisi yang lain.

b. RIND (Reversible Ischemic Neurologic Deficit)

Seperti halnya pada TIA gejala neurologist yang ada pada RIND

juga akan menghilang, hanya saja waktunya lebih dari 24 jam, namun

kurang dari 21 hari.

c. Progressing Stroke

Pada bentuk ini kelainan yang ada masih terus berkembang

kearah yang lebih berat. Misalnya awal gejala hanya berupa deficit

sensorik wajah kiri, namun terus berkembang menjadi lemah lengan

kiri, kemudian menyusul lemah tungkai kiri sehingga akhirnya

lumpuh total lengan dan tungkai kiri.

d. Completed Stroke

Dengan completed stroke diartikan bahwa kelainan neurologis

yang ada sifatnya sudah lengkap.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilakudigilib.unimus.ac.id/files/disk1/6/jtptunimus-gdl-s1-2008... · Adanya manifestasi klinis dari aterosklerosis baik berupa angina pectoris, bising

25

D. Penatalaksanaan Perilaku Pencegahan Stroke Pada Pasien Hipertensi

Pencegahan primer adalah usaha pencegahan serangan stroke yang

pertama kali, sedangkan pencegahan sekunder adalah usaha pencegahan

sekunder adalah usaha pencegahan pada penderita yang pernah mengalami

serangan stroke dan ingin menghindari serangan berikutnya (Thomas. D.J,

1995).

1. Pencegahan Primer

a. Pengobatan tekanan darah

Pada pasien yang memiliki tekanan darah tinggi (tekanan sistolik lebih

dari 150 mmHg) harus memperoleh pengobatan tekanan darah tinggi

untuk mencegah serangan stroke. Pengobatan dilakukan dengan hati-

hati memakai preparat antagonis kalsium (seperti nifedipin) serta

selanjutnya salah satu anggota kelompok obat yang disebut

penghambat beta (misal etanol).

b. Kadar lemak darah

Penderita hipertensi usia pertengahan dan usia lanjut mempunyai

permasalahan yang berhubungan dengan lemak. Penderita yang

usianya lebih muda harus memperoleh nasehat diet rendah lemak

jenuh dan rendah, hidrat arang (kalori seimbang). Kadang-kadang

diperlukan juga obat untuk menurunkan kadar lemak yang berbahaya

(seperti klofibrat). Beberapa preparat minyak ikan ternyata juga

berkhasiat. Minyak ikan terbukti memiliki khasiat antiplatelet. Ini

menunjukkan bahwa diet rendah lemak sangat penting sebagai bentuk

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilakudigilib.unimus.ac.id/files/disk1/6/jtptunimus-gdl-s1-2008... · Adanya manifestasi klinis dari aterosklerosis baik berupa angina pectoris, bising

pencegahan terhadap hipertensi.

c. Problem pembuluh darah

Penderita yang pernah mengalami serangan iskemik sepintas atau

penyempitan pembuluh arteri karotis harus menjalani pemeriksaan

antara lain pemeriksaan gelombang suara ultra untuk mengetahui

keadaan arteri karotis juga dijumpai kelainan dilakukan pemeriksaan.

Perilaku yang dapat diterapkan untuk mencegah terjadi iskemik yaitu

berolahraga secara teratur dan diet yang sehat.

2. Pencegahan sekunder

a. Tekanan darah

Pada pasien yang mempunyai tekanan darah tinggi harus diobati

dengan tekanan darah tinggi harus diobati dengan hati-hati. Obat yang

diberikan harus dalam tekanan kecil dahulu dan selanjutnya dinaikkan

secara bertahap.

b. Pengobatan yang tepat

Penderita terlebih dahulu mengetahui apakah serangan stroke yang

pertama kali terjadi disebabkan oleh perdarahan ataukah infark

serebral.

c. Sebutir aspirin sehari

Penderita yang serangan strokenya disebabkan oleh trombosis harus

mendapatkan aspirin sebagai tindakan pencegahan. Sebagian

penderita juga dapat tergolong dengan pemberian apiridamol, tetapi

obat ini mengakibatkan nyeri kepala, khususnya pada penderita

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilakudigilib.unimus.ac.id/files/disk1/6/jtptunimus-gdl-s1-2008... · Adanya manifestasi klinis dari aterosklerosis baik berupa angina pectoris, bising

27

migren.

d. Warfarin

Penderita kelainan jantung yang dapat menimbulkan trombosis bisa

dilindungi dengan pemberian antikoagulan warfarin. Penderita yang

terus mendapatkan serangan iskemik sepintas sekalipun sudah minum

aspirin dapat menggunakan warfarin.

Upaya-upaya lain yang dapat dilakukan untuk mengurangi serangan

stroke pada penderita hipertensi menurut Arcole Margattan (1995) antara lain

dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut, yaitu :

a. Olah raga yang teratur

Yaitu olah raga yang tidak mengeluarkan banyak tenaga misalnya jalan

kaki dengan cepat, jogging dan bersepeda. Dengan melakukan olah raga

yang teratur dan dinamis dapat memperbaiki aliran darah ke otot-otot dan

memperbaiki metabolisme otot itu sendiri. Hal ini akan membantu

terjadinya pelebaran pembuluh darah sehingga tensi menjadi turun.

Kecuali itu olah raga juga menambah kesegaran dan kebugaran jasmani

yang pada gilirannya nanti akan meningkatkan daya tahan tubuh penderita

menghadapi serangan komplikasi penyakit hipertensi antara lain stroke.

b. Diet yang rendah garam

Kemungkinan terjadi stroke pada penderita hipertensi sangat tinggi bila

penderita mengkonsumsi garam dapur terlalu banyak. Orang yang normal

biasanya mengkonsumsi garam dapur antara lain 5-15 gram perhari. Pada

penderita hipertensi dianjurkan makan garam seminimal mungkin sekitar

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilakudigilib.unimus.ac.id/files/disk1/6/jtptunimus-gdl-s1-2008... · Adanya manifestasi klinis dari aterosklerosis baik berupa angina pectoris, bising

2-3 gram perhari mengurangi penggunaan garam baik dari garam dapur

maupun bahan adiptif seperti monosodium glutamat, natrium benzoat dan

natrium bikarbonat dapat mengurangi terjadinya serangan stroke karena

bahan-bahan tersebut dapat menyebabkan terganggunya aliran darah

dalam otak dan dapat mengakibatkan stroke.

c. Perubahan pola hidup

1) Mengurangi kegemukan

Orang yang gemuk yang banyak mengkonsumsi kalori tinggi

mempunyai resiko besar terjadi hipertensi dan akhirnya biasanya

terjadi stroke. Dengan mengurangi berat badan dapat menurunkan

tekanan darah dengan jalan mengurangi asupan kalori dengan makan-

makanan yang kandungan lemaknya rendah, gunakan susu krim untuk

menambah kandungan protein dalam sereal dan sup. Jangan gunakan

santan sebagai bahan untuk menggurihkan makanan.

2) Authoterapi hipertensi

Menanggulangi stroke pada pasien hipertensi bisa dilakukan dengan

cara meditasi syaratnya harus dilakukan secara rutin, tanpa mengenal

rasa bosan dan dalam waktu kurang lebih 3-4 bulan, meditasi ini

dilakukan setiap hari kurang lebih 20 menit, boleh dilakukan pada

pagi hari atau waktu luang.

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilakudigilib.unimus.ac.id/files/disk1/6/jtptunimus-gdl-s1-2008... · Adanya manifestasi klinis dari aterosklerosis baik berupa angina pectoris, bising

29

3) Hentikan kebiasaan merokok

Pengapuran atau pengerasan pembuluh darah yang disebut

aterosklerosis merupakan akibat pertama kali dari merokok, dan juga

terjadi kurangnya volume pasca darah, rokok dapat menyebabkan

kenaikan tekanan darah 2-10 menit setelah dihisap. Karena

merangsang saraf mengeluarkan hormon yang bisa menyebabkan

pengerutan pembuluh darah sehingga tensi menjadi naik dan

menyebabkan faktor resiko terjadi stroke.

4) Menghindari stress

Perubahan pola hidup yang serba otomatis menyebabkan tubuh

kurang gerak dan perubahan yang meliputi lingkungan, fisik dan sosial

mempengaruhi manusia menimbulkan stress dengan berbagai

manifestasi diantaranya hipertensi dan dapat menyebabkan stroke. Hal

ini dapat dicegah dengan cara berusaha relaksasi dalam menghadapi

masalah, melakukan refresing dan dapat juga dengan mendalami

agama dan berusaha menciptakan keluarga yang bahagia.

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilakudigilib.unimus.ac.id/files/disk1/6/jtptunimus-gdl-s1-2008... · Adanya manifestasi klinis dari aterosklerosis baik berupa angina pectoris, bising

E. Kerangka Teori

Gambar Kerangka Teori

Sumber : Green (1980) dalam Notoatmodjo (2003)

F. Kerangka Konsep

Faktor Predisposisi 1. Pengetahuan

2. Sikap 3. Kepercayaan

4. Keyakinan 5. Nilai-nilai

Faktor Pendukung 1. Ketersediaan fasilitas

pelayanan kesehatan

Faktor Pendorong 1. Sikap dan perilaku

petugas kesehatan 2. Tokoh masyarakat 3. Teman sebaya 4. Orang tua

Perilaku

Variabel bebas (Independent) Variabel terikat (Dependent)

Tingkat pengetahuan Perilaku pencegahan stroke

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilakudigilib.unimus.ac.id/files/disk1/6/jtptunimus-gdl-s1-2008... · Adanya manifestasi klinis dari aterosklerosis baik berupa angina pectoris, bising

31

G. Variabel Penelitian

Variabel penelitian dibagi menjadi 2 yaitu :

1. Variabel independent (bebas)

Dalam penelitian ini, variabel independent adalah tingkat pengetahuan

dengan perilaku pencegahan stroke pada penderita hipertensi.

2. Variabel dependent (terikat)

Dalam penelitian ini, variabel dependentnya adalah perilaku

pencegahan stroke pada tingkat pengetahuan.

H. Hipotesis

Ada hubungan antara tingkat pengetahuan pada penderita hipertensi dengan

perilaku pencegahan stroke.