BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Saham 2.1.1 Arbitrage Pricing …digilib.unila.ac.id/16321/16/BAB...

31
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Saham 2.1.1 Arbitrage Pricing Theory (APT) APT merupakan sebuah model asset pricing yang didasarkan pada sebuah gagasan bahwa pengembalian sebuah aset dapat diprediksi dengan menggunakan hubungan yang terdapat diantara aset yang sama dan faktor-faktor resiko secara umum. Teori ini dibuat oleh Stephen Ross pada tahun 1976. Teori ini memprediksi hubungan tingkat pengembalian sebuah prorfolio dan pengembalian dari aset tunggal melalui kombinasi linear dari banyak variabel makro ekonomi yang mandiri. Teori APT ini menjelaskan harga dimana aset yang mispriced (salah dalam penentuan harga) memang diharapkan demikian. Hal ini sering dilihat sebagai sebuah alternatif untuk Capital Asset Pricing Model (CAPM), karena APT memiliki persyaratan asumsi yang lebih fleksibel. Sementara rumusan CAPM memerlukan tingkat pengembalian yang diharapkan oleh pasar, APT menggunakan tingkat pengembalian dari aset beresiko yang diharapkan dan resiko utama dari sejumlah faktor-faktor makro-ekonomi. Arbitrase menggunakan model APT untuk mendapatkan keuntungan dengan mengambil manfaat dari surat-surat berharga yang mispriced. Sebuah surat berharga yang mispriced akan

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Saham 2.1.1 Arbitrage Pricing …digilib.unila.ac.id/16321/16/BAB...

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Saham

2.1.1 Arbitrage Pricing Theory (APT)

APT merupakan sebuah model asset pricing yang didasarkan pada sebuah

gagasan bahwa pengembalian sebuah aset dapat diprediksi dengan menggunakan

hubungan yang terdapat diantara aset yang sama dan faktor-faktor resiko secara

umum. Teori ini dibuat oleh Stephen Ross pada tahun 1976. Teori ini memprediksi

hubungan tingkat pengembalian sebuah prorfolio dan pengembalian dari aset

tunggal melalui kombinasi linear dari banyak variabel makro ekonomi yang

mandiri.

Teori APT ini menjelaskan harga dimana aset yang mispriced (salah dalam

penentuan harga) memang diharapkan demikian. Hal ini sering dilihat sebagai

sebuah alternatif untuk Capital Asset Pricing Model (CAPM), karena APT

memiliki persyaratan asumsi yang lebih fleksibel. Sementara rumusan CAPM

memerlukan tingkat pengembalian yang diharapkan oleh pasar, APT

menggunakan tingkat pengembalian dari aset beresiko yang diharapkan dan resiko

utama dari sejumlah faktor-faktor makro-ekonomi. Arbitrase menggunakan

model APT untuk mendapatkan keuntungan dengan mengambil manfaat dari

surat-surat berharga yang mispriced. Sebuah surat berharga yang mispriced akan

9

memiliki harga yang berbeda dengan harga yang secara teori diprediksi oleh

model tersebut. Dengan mengambil posisi jual pada surat berharga yang over

priced (dinilai terlalu tinggi), sementara secara bersamaan mengambil posisi beli

pada portfolio yang menggunakan perhitungan APT, maka arbitrase berada dalam

posisi untuk mengambil keuntungan yang secara teori bebas-resiko.

Menurut Husnan (2005), “saham merupakan secarik kertas yang menunjukkan

hak pemodal (yaitu pihak yang memiliki kertas tersebut) untuk memperoleh

bagian dari prospek atau kekayaan organisasi yang menerbitkan sekuritas tersebut

dan berbagai kondisi yang memungkinkan pemodal tersebut menjalankan

haknya”. Saham merupakan salah satu dari beberapa alternatif yang dapat dipilih

untuk berinvestasi. Sedangkan menurut Jogiyanto (2000), Saham adalah tanda

kepemilikan dari perusahaan yang mewakilkan kepada manajemen untuk

menjalankan operasi perusahaan. Jadi saham merupakan surat berharga yang

merupakan tanda kepemilikan seseorang atau badan terhadap suatu perusahaan.

Dalam hal ini saham memiliki arti sebagai surat berharga yang dikeluarkan

perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas (PT) atau yang disebut emiten.

Saham sebagai salah satu alternatif media investasi memiliki potensi tingkat

keuntungan dan kerugian yang lebih besar dibandingkan media investasi lainnya

dalam jangka panjang. Untuk itu anda perlu mempelajari seluk-beluk investasi

saham ini terlebih dahulu, agar anda bisa terhindar dari kerugian yang tidak

seharusnya terjadi. Sebagai seorang calon investor tentu ingin mempunyai saham

dengan nilai jual yang tinggi, oleh sebab itu diperlukan ketelitian agar tidak

mengalami kerugian pada saat berinvestasi.

10

Sifat dasar investasi saham adalah memberikan peran bagi investor dalam

memperoleh laba perusahaan. Setiap pemegang saham merupakan sebagian

pemilik perusahaan, sehingga mereka berhak atas sebagian dari laba perusahaan.

Namun hak tersebut terbatas karena pemegang saham berhak atas bagian

penghasilan perusahaan hanya setelah seluruh kewajiban perusahaan dipenuhi.

Pada dasarnya saham dapat digunakan untuk mencapai tiga tujuan investasi utama

sebagaimana yang dikemukakan oleh Kertonegoro (2000) yaitu:

1. Sebagai gudang nilai, berarti investor mengutamakan keamanan prinsipal,

sehingga mereka akan mencari saham blue chips dan saham non-spekulatif

lainnya.

2. Untuk pemupukan modal, berarti investor mengutamakan investasi jangka

panjang, sehingga mereka akan mencari saham pertumbuhan untuk

memperoleh capital gain atau saham sumber penghasilan untuk mendapat

dividen.

3. Sebagai sumber penghasilan, berarti investor mengandalkan pada penerimaan

dividen sehingga mereka akan mencari saham penghasilan yang bermutu baik

dan hasil tinggi.

2.1.2 Harga Saham

Definisi harga saham menurut Jogiyanto (2010), adalah: “Harga saham yang

terjadi dipasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar dan

ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham yang bersangkutan dipasar

modal. Menurut Sawidji (2000), harga saham dapat dibedakan sebagai berikut:

11

1. Harga Nominal

Harga nominal merupakan harga yang tercantum dalam sertifikat saham yang

ditetapkan oleh emiten untuk menilai setiap lembar saham yang dikeluarkan.

Besarnya harga nominal memberikan arti penting karena deviden yang

dibayarkan atas saham biasanya ditetapkan berdasarkan nilai nominal.

2. Harga Perdana

Harga perdana merupakan harga pada waktu saham tersebut dicatat di bursa

efek dalam rangka penawaran umum penjualan saham perdana yang disebut

dengan IPO (Initial Public Offering). Harga saham pada pasar perdana

biasanya ditetapkan oleh penjamin emisi (underwriter) dan emiten. Dengan

demikian akan diketahui berapa harga saham emiten itu akan dijual kepada

masyarakat.

3. Harga pasar

Harga pasar adalah harga jual dari investor yang satu dengan investor yang lain.

Harga ini terjadi setelah saham tersebut dicatatkan di bursa efek. Transaksi

disini tidak lagi melibatkan emiten dan penjamin emisi. Harga inilah yang

disebut sebagai harga di pasar sekunder dan merupakan harga yang benar-benar

mewakili harga perusahaan penerbitnya, karena pada transaksi di pasar

sekunder, kecil sekali terjadi negosiasi harga antara investor dengan perusahaan

penerbit. Harga yang setiap hari diumumkan di surat kabar atau media lain

adalah harga pasar yang tercatat pada waktu penutupan (closing price) aktivitas

di Bursa Efek Indonesia.

12

Harga saham yang berlaku di pasar modal biasanya ditentukan oleh para pelaku

pasar yang sedang melangsungkan perdagangan sahamnya. Dengan harga saham

yang ditentukan otomatis perdagangan saham di bursa efek akan berjalan.

Sementara saham sendiri adalah suatu kepemilikan aset seperti instrumen dari

kegiatan finansial suatu perusahaan yang biasa disebut juga dengan efek. Harga

saham dari suatu perusahaan tentu saja berbeda-beda tergantung bagaimana suatu

perusahaan tersebut nilai jualnya di bursa saham.

2.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Harga Saham

Harga saham yang terjadi di pasar modal selalu berfluktuasi dari waktu ke waktu.

Fluktuasi harga saham tersebut akan ditentukan oleh kekuatan penawaran dan

permintaan. Jika jumlah penawaran lebih besar dari jumlah permintaan, pada

umumnya kurs harga saham akan turun. Sebaliknya jika jumlah permintaan lebih

besar dari jumlah penawaran terhadap suatu efek maka harga saham cenderung

akan naik. Faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi harga saham dapat berasal

dari internal dan eksternal perusahaan. Menurut Alwi (2003), faktor-faktor yang

mempengaruhi pergerakan harga saham yaitu:

1. Faktor Internal

1) Pengumuman tentang pemasaran, produksi, penjualan seperti pengiklanan,

rincian kontrak, perubahan harga, penarikan produk baru, laporan

produksi, laporan keamanan produk, dan laporan penjualan.

2) Pengumuman pendanaan (financing announcements), seperti pengumuman

yang berhubungan dengan ekuitas dan hutang.

13

3) Pengumuman badan direksi manajemen (management board of director

announcements) seperti perubahan dan pergantian direktur, manajemen,

dan struktur organisasi.

4) Pengumuman pengambilalihan diversifikasi, seperti laporan merger,

investasi ekuitas, laporan take over oleh pengakuisisian dan diakuisisi.

5) Pengumuman investasi (investment announcements), seperti melakukan

ekspansi pabrik, pengembangan riset dan penutupan usaha lainnya.

6) Pengumuman ketenagakerjaan (labour announcements), seperti negoisasi

baru, kontrak baru, pemogokan dan lainnya.

7) Pengumuman laporan keuangan perusahaan, seperti peramalan laba

sebelum akhir tahun fiskal dan setelah akhir tahun fiskal, earning per

share (EPS), dividen per share (DPS), price earning ratio, net profit

margin, return on assets (ROA), dan lain-lain.

2. Faktor Eksternal

1) Pengumuman dari pemerintah seperti perubahan suku bunga tabungan

dan deposito, kurs valuta asing, inflasi, serta berbagai regulasi dan

deregulasi ekonomi yang dikeluarkan oleh pemerintah.

2) Pengumuman hukum (legal announcements), seperti tuntutan

karyawan terhadap perusahaan atau terhadap manajernya dan tuntutan

perusahaan terhadap manajernya.

3) Pengumuman industri sekuritas (securities announcements), seperti

laporan pertemuan tahunan, insider trading, volume atau harga saham

perdagangan, pembatasan/penundaaan trading.

14

4) Gejolak politik dalam negeri dan fluktuasi nilai tukar juga merupakan

faktor yang berpengaruh signifikan pada terjadinya pergerakan harga

saham di bursa efek suatu negara.

5) Berbagai isu baik dari dalam dan luar negeri.

2.1.4 Pendekatan Penilaian Harga Saham

Menurut Tandelilin (2001), seorang investor dalam membuat keputusan dalam

berinvestasi atau untuk membeli saham tertentu, terlebih dahulu menganalisis

saham tersebut. Pendekatan perhitungan harga saham yang seharusnya (nilai

intrinsik), yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal.

1. Analisis fundamental

Analisis fundamental merupakan teknik analisis saham dengan menggunakan

data historis, terutama data keuangan (misalnya laba, pembagian dividen,

penjualan, dan lain-lain) untuk menilai jenis saham tertentu. Pertimbangan

investor dalam membeli atau menjual saham adalah membandingkan nilai

intrinsik dengan nilai pasar saham yang bersangkutan. Apabila nilai pasar

saham lebih tinggi dari nilai intrinsiknya maka saham tersebut tergolong mahal

sehingga dalam situasi seperti ini investor sebaiknya menjual saham tersebut,

begitupun sebaliknya apabila nilai pasar saham lebih rendah dari nilai

intrinsiknya maka saham tersebut tergolong murah sehingga dalam situasi

seperti ini investor sebaiknya membeli saham tersebut.

2. Analisis teknikal

Pendekatan teknikal menyatakan bahwa pola-pola pergerakan harga saham di

masa mendatang didasarkan pada observasi pergerakan harga saham di masa

15

lalu. Keputusan investasi dalam analisis teknikal mendasarkan diri pada data-

data pasar di masa lalu (seperti data harga saham dan volume penjualan saham)

sebagai dasar untuk mengestimasi harga saham di masa datang. Informasi data

di masa lalu tersebut akan mendasari prediksi atas pola perilaku harga di masa

mendatang.

2.2 Ekonomi Makro

Pasang surut perekonomian suatu negara pasti dirasakan langsung oleh

masyarakat. Kestabilan perekonomian akan mempengaruhi kondisi ekonomi

secara makro maupun mikro, hal inilah yang membuat ekonomi makro sangat

penting dan selalu menjadi perhatian para pelaku ekonomi. Kondisi pasar untuk

seluruh barang dan jasa sebenarnya secara signifikan dipengaruhi oleh kondisi

ekonomi makro. Menurut Zakaria (2006) ekonomi makro adalah cabang dari ilmu

ekonomi yang mempelajari perekonomian sebagai suatu keseluruhan (agregat)

terutama membahas masalah-masalah: inflasi, pengangguran, produk nasional

bruto, ketimpangan neraca pembayaran, pertumbuhan ekonomi, kurs, dll.

Sehingga ekonomi makro dapat diartikan sebagai faktor eksternal perusahaan

yang mempunyai pengaruh besar terhadap kelangsungan hidup sebuah

perusahaan.

2.3 Inflasi

2.3.1 Pengertian Inflasi

Menurut Eachern (2000) menyatakan bahwa inflasi kenaikkan terus-menerus

dalam rata-rata tingkat harga. Jika tingkat harga berfluktuasi, bulan ini naik dan

16

bulan depan turun, setiap adanya kenaikkan kerja tidak berarti sebagai inflasi.

Menurut Winardi (2007) inflasi adalah suatu periode dimana kekuatan membeli

kesatuan moneter turun. Inflasi dapat timbul bila jumlah uang atau uang deposito

(deposit currency) dalam peredaran lebih banyak dbandingkan dengan jumlah

uang atau jasa yang ditawarkan. Sedangkan menurut Sukirno (2004) memberikan

definisi bahwa inflasi merupakan suatu proses kenaikkan harga-harga yang

berlaku dalam suatu perekonomian. Jadi inflasi merupakan suatu fenomena

ekonomi dimana daya beli masyarakat cenderung menurun yang disebabkan oleh

kenaikkan harga barang di berbagai komoditas.

2.3.2 Jenis Inflasi

Menurut Nanga (2001) berdasarkan sifatnya inflasi dibagi menjadi tiga tingaktan

yaitu:

1. Inflasi Sedang (Moderate Inflation)

Kondisi ini ditandai dengan kenaikkan laju inflasi yang lambat dan waktu yang

relatif lama.

2. Inflasi Menengah (Galloping Inflation)

Kondisi ini ditandai dengan kenaikkan harga yang cukup besar (biasanya

double digit atau bahkan triple digit) dan kadang kala berjalan dalam waktu

yang relatif pendek serta memiliki sifat akselerasi. Artinya, harga-harga minggu

ini atau bulan ini lebih tinggi dari minggu atau bulan yang lalu dan seterusnya.

Efeknya terhadap perekonomian lebih berat daripada inflasi yang merayap.

3. Inflasi Tinggi (Hyper Inflation)

17

Merupakan inflasi yang paling parah akibatnya. Harga-harga naik sampai lima

atau enam kali. Masyarakat tidak memiliki keinginan untuk menyimpan uang

karena nilai uang merosot dengan tajam sehingga ingin ditukar dengan barang.

Sedangkan menurut Eachern (2000) inflasi berdasarkan sumbernya meliputi:

Demand Full Inflation yaitu terjadinya kenaikkan harga secara berkelanjutan

disebabkan oleh kenaikkan permintaan agregat. Cost Push Inflatioan yaitu harga

terus menerus mengalami kenaikkan yang disebabkan oleh penurunan tingkat

penawaran ageregat.

2.3.3 Teori Inflasi

Menurut Iskandar (2009) teori yang membahas inflasi adalah sebagai berikut:

1) Teori Kuantitas

Teori ini dikenal dengan teori kaum monetaris (monetaris models) yang

menekankan kepada peranan jumlah uang yang beredar dan harapan

masyarakat mengenai kenaikan harga terhadap timbulnya inflasi.

2) Teori Keynes

Teori ini menyatakan bahwa inflasi terjadi karena masyarakat hidup diluar

batas kemampuan ekonominya

3) Teori Struktural

Teori ini mengatakan bahwa inflasi bukan semata-mata dikarenakan fenomena

moneter, tetapi juga oleh fenomena struktural. Hal ini terjadi umumnya di

Negara-negara berkembang yang umumnya masih bercorak agrans ataupun

mengenai hal yang berhubungan dengan luar negeri, misalnya lerm of fraoe,

18

utang luar negeri dan kurs valuta asing dapat menimbulkan fluktuasi harga di

pasar domestik.

2.3.4 Dampak Inflasi

Inflasi di Indonesia dapat berdampak positif dan dampak negatif terhadap

perekonomian masyarakat, tergantung tinggi rendahnya tingkat inflasi. Jika inflasi

itu ringan, justru dapat berdampak positif bagi kegiatan ekonomi masyarakat.

Dampak positif inflasi yang rendah dapat meningkatkan pendapatan nasional dan

membuat minat orang untuk menabung lebih tinggi. Menurut Nanga (2005)

terdapat beberapa dampak baik positif ataupun negatif dari inflasi diantaranya

sebagai berikut:

1. Inflasi dapat mendorong terjadinya retribusi pendapatan diantara anggota

masyarakat, dan inilah yang disebut efek retribusi dari inflasi (redistribution

effect of inflation). Hal ini akan mempengaruhi kesejahteraan ekonomi dari

anggota masyarakat, sebab retribusi penedapatan yang terjadi akan

menyebabkan pendapatan riil satu orang meningkat, tetapi pendapatan riil

orang lainnya jatuh.

2. Inflasi dapat menyebabkan penurunan dalam efesiensi ekonomi (economic

efficiency). Hal ini dapat terjadi karena inflasi dapat mengalihkan sumber daya

dari investasi yang produktif (productive investment) ke investasi yang tidak

produktif (unproductive investment) sehingga mengurangi kapasitas ekonomi

produktif. Ini disebut "efficiency effect of inflation".

3. Inflasi juga dapat menyebabkan perubahan-perubahan didalam output dan

kesempatan kerja (employment), dengan cara lebih langsung yaitu dengan

19

memotivasi perusahaan untuk memproduksi lebih atau kurang dari yamg telah

dilakukan, dan juga memotivasi orang untuk bekerja lebih atau kurang dari

yang telah dilakukan selam ini. Ini disebut "output and employment effect of

inflation".

4. Inflasi dapat menciptakan suatu lingkungan yang tidak stabil bagi keputusan

ekonomi. Jika sekiranya konsumen memperkirakan bahwa tingkat inflasi di

masa mendatang akan naik, maka akan mendorong mereka untuk melakukan

pembelian barang-barang dan jasa secara besar-besaran pada saat sekarang

ketimbang mereka menunggu dimana tingkat harga meningkat lagi.

2.4 Pertumbuhan Ekonomi

2.4.1 Pengertian Pertumbuhan Ekonomi

Menurut Nanga (2005) mendefinisikan pertumbuhan ekonomi sebagai

peningkatan dalam kemampuan dari suatu perekonomian dalam memproduksi

barang dan jasa. Dengan perkataan lain, pertumbuhan ekonomi lebih menunjuk

pada perubahan yang bersifat kuantitatif dan biasanya diukur dengan

menggunakan data produk domestik bruto (PDB) atau pendapatan output per

kapita. Menurut Sukirno (1996), pertumbuhan ekonomi ialah kenaikan output

perkapita yang terus-menerus dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi

tersebut merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan. Dengan

demikian makin tingginya pertumbuhan ekonomi biasanya makin tinggi pula

kesejahteraan masyarakat, meskipun terdapat indikator lain yaitu distribusi

pendapatan. Jadi Pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses perubahan kondisi

perekonomian suatu negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih

20

baik selama periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai

proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam

bentuk kenaikan pendapatan nasional. Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan

indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi.

Istilah pertumbuhan ekonomi sering digunakan untuk menyatakan perkembangan

ekonomi, kesejahteraan ekonomi, kemajuan ekonomi dan perubahan fundamental

ekonomi jangka panjang suatu Negara. Pertumbuhan ekonomi atau economic

growth adalah pertambahan pendapatan nasional agregatif atau pertambahan

output dalam periode tertentu, misal satu tahun. Atau dengan kata lain,

pertumbuhan ekonomi menunjukkan peningkatan kapasitas produksi barang dan

jasa secara fisik dalam kurun waktu tertentu. Dalam kegiatan perekonomian yang

sebenarnya, pertumbuhan ekonomi menunjukkan peningkatan secara fisik

terhadap produksi barang dan jasa yang berlaku di suatu Negara. Peningkatan ini

dapat dilihat dari bertambahnya produksi barang industri, berkembangnya

infrastruktur, bertambahnya jumlah sekolah, bertambahnya produksi barang

modal dan bertambahnya sektor jasa.

2.4.2 Konsep Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat dilihat dari pendapatan nasional negara

tersebut. Menurut Nanga (2001) konsep pendapatan nasional saah satunya adalah

menggunakan Produk Domestik Bruto (PDB). Produk domestik bruto atau GDP

(Gross Domestic Product) merupakan nilai barang-barang dan jasa-jasa yang

diperbolehkan di dalam negara tersebut dalam satu tahun tertentu. Dalam

perhitungan GDP ini, termasuk juga hasil produksi barang dan jasa yang

21

dihasilkan oleh perusahaan/orang asing yang beroprasi diwilayah negara yang

bersangkutan. GDP merupakan salah satu ukuran atau indikator yang secara luas

digunakan untuk mengukur kinerja ekonomi atau kegiatan makroekonomi dari

suatu negara. GDP dapat dihitung dengan menggunakan dua pendekatan, yaitu:

1. Pendekatan pengeluaran

GDP = C + I + G + (X – M) ................................. (2.1)

Keterangan :

C : konsumsi rumah tangga

I : investasi oleh sektor usaha

G : pengeluaran pemerintah

X – M : ekspor impor

2. Pendekatan pendapatan

GDP = sewa + upah + bunga + laba .........................(2.2)

Keterangan:

Sewa : pendapatan pemilik faktor produksi tetap seperti tanah

Upah : untuk tenaga kerja

Bunga : untuk pemilik modal

Laba : untuk pengusaha

Secara teori, GDP dengan pendekatan pengeluaran dan pendapatan harus

menghasilkan angka yang sama. Namun karena praktek menghitung GDP dengan

pendapatan sulit dilakukan, maka yang sering digunakan adalah dengan

pendekatan pengeluaran saja.

22

2.4.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi

Menurut Rahardja dan Manurung (2004) ada beberapa faktor yang mempengaruhi

pertumbuhan ekonomi, meliputi:

1. Sumber Daya Manusia. Sama halmya dengan proses pembangunan,

pertumbuhan ekonomi juga dipengaruhi oleh SDM. Sumber daya manusia

merupakan faktor terpenting dalam proses pembangunan, cepat lambatnya

proses pembangunan tergantung pada sejauh mana sumber daya manusianya

selaku subyek pembangunan memiliki kompetensi yang memadai untuk

melaksanakan proses pembangunan.

2. Sumber Daya Alam. Sebagian besar Negara berkembang bertumpu pada

sumber daya alam dalam melaksanakan proses pembangunannya. Namun

demikian, sumber daya alam saja tidak menjamin keberhasilan proses

pembangunan ekonomi, apabila tidak didukung oleh sumber daya manusianya

dalam megelola sumber daya alam yang tersedia. Sumber daya alam yang

dimaksud diantaranya kesuburan tanah, kekayaan mineral, tambang, kekayaan

hasil hutan dan kekayaan laut.

3. Faktor Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi yang semakin pesat mendorong adanya percepatan proses

pembangunan, pergantian pola kerja yang semula menggunakan tangan

manusia digantikan oleh mesin-mesin canggih berdampak pada aspek efisiensi,

kualitas dan kuantitas serangkaian aktivitas pembangunan ekonomi yang

dilakukan dan pada akhirnya berakibat pada laju percepatan pertumbuhan

ekonomi.

23

4. Sumber Daya Modal. Sumber daya modal dibutuhkan manusia untuk mengolah

SDA dan meningkatkan kualitas IPTEK. Sumber daya modal berupa barang-

barang modal sangat penting bagi perkembangan dan kelancaran pembangunan

ekonomi karena barang-barang modal juga dapat meningkatkan produktivitas.

2.4.4 Kebijakan Untuk Mempercepat Pertumbuhan Ekonomi

Menurut Sukirno (2005) pertumbuhan ekonomi akan menjadi lebih pesat melalui

kebijakan-kebijakan berikut:

1. Mengurangi tingkat pertambahan penduduk

2. Mengembangkan teknologi

3. Meningkatkan tabungan

4. Meningkatkan tingkat efisiensi penanaman modal

2.5 Nilai Tukar (Kurs)

2.5.1 Pengertian Kurs

Nilai tukar Rupiah atau disebut juga Kurs Rupiah adalah perbandingan nilai atau

harga mata uang Rupiah dengan mata uang lain. Perdagangan antar negara dimana

masing-masing negara mempunyai alat tukar sendiri mengharuskan adanya angka

perbandingan nilai suatu mata uang dengan mata uang lainnya, yang disebut kurs

valuta asing atau kurs (Salvatore, 2008). Menurut Sukirno (2005) kurs valuta

asing dapat didefinisikan nilai seunit valuta (mata uang) asing apabila ditukarkan

dengan mata uang dalam negeri. Sedangkan menurut Sawaldjo Puspopranoto

(2004) definisi kurs adalah harga dimana mata uang suatu negara dipertukarkan

dengan mata uang negara lain. Sehingga kurs dapat diartikan sebagai nilai dari

24

mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lainnya yang dapat berubah

tergantung pada kondisi perekonomian negara tersebut.

Dalam pembayaran antar negara ada suatu kekhususan yang tidak terdapat dalam

lalu-lintas pembayaran luar negeri. Sebab semua negara mempunyai mata uang

atau valutanya sendiri, yang berlaku sebagai alat pembayaran yang sah di dalam

batas-batas daerah kekuasaan itu sendiri, tetapi belum tentu mau diterima luar

negeri. Jadi pembayaran antar negara harus menyangkut lebih dari satu macam

mata uang, yang harus dipertukarkan satu sama lain dengan harga atau kurs

tertentu. Hal inilah yang membuat perdagangan dan pembayaran Internasional

menjadi perkara yang rumit, maka dari itu dibuatlah alat pembayaran yang bisa

digunakan oleh banyak negara (antar negara) atau disebut dengan alat pembayaran

Internasional, yakni valuta asing.

2.5.2 Sistem-Sistem Kurs

Untuk mempermudah transaksi anatr Negara diperlukan kurs valuta asing. Hampir

disetiap negara mempunyai sistem kurs yang berbeda. Menurut Kelana (1996)

sistem nilai tukar (kurs) yang berlaku antara lain:

1. Kurs tetap

Pada sistem kurs yang tetap, bank sentral menetapkan harga valuta asing dan tetap

bersedia membeli dan menjual valuta asing pada harga ini. Jika sekarang terjadi

perubahan permintaan pada salah satu mata uang, maka pemerintah (dalam hal ini

bank sentral) akan langsung melakukan intervensi dengan cara menambah

penawaran dari mata uang yang permintaannya meningkat sehingga

25

keseimbangan dapat tetap terpelihara. Atau pemerintah secara resmi mengubah

nilai tukar lama menjadi nilai tukar baru.

2. Kurs fleksibel

Jika dalam kurs tetap, bank sentral memerlukan intervensi mata uang secara

langsung untuk menyeimbangkan permintaan dan penawaran suatu mata uang

maka dalam kurs yang mengambang bank sentral akan membiarkan kurs untuk

menyesuaikan nilai tukarnya sehingga kurs dapat menyeimbangkan permintaan

dan penawaran suatu mata uang. Mekanisme penyesuaian ini dibiarkan secara

alami, atau kita kenal dengan mekanisme pasar. Untuk ilustrasi diatas jika

permintaan US$ naik maka kurs akan menyesuaikan dengan sendirinya sehingga

kelebihan permintaan US$ dapat dieliminasi.

2.5.3 Penentuan Kurs

Menurut Salvatore (2008) penentuan nilai tukar atau kurs yang diterjemahkan

oleh Drs.Haris Munandar, ada dua pendekatan yang digunakan dalam penentuan

nilai tukar mata uang asing yaitu:

1. Pendekatan Tradisional

Pendekatan berdasarkan pada arus perdagangan dan paritas daya beli yang

kedudukannya sangat penting untuk menjelaskan pergerakan kurs jangka

panjang.

2. Pendekatan Keuangan

Pendekatan yang memusatkan perhatiannya pada pasar modal dan arus

permodalan internasional dan berusaha menjelaskan gejolak kurs jangka

pendek yang kecenderungannya mengalami lonjakan-lonjakan tak terduga.

26

2.5.4 Jenis Kurs

Nilai tukar atau lazim disebut kurs valuta dalam berbagai transaksi ataupun jual

beli valuta asing, dikenal ada 4 jenis (Donburch dan Fischer, 1992)

1. Kurs Beli (bid price) adalah besar satuan mata uang negara lain yang harus

diserahkan untuk membeli tiap unit uang asing kepada Bank atau money

changer.

2. Kurs Jual (selling price) adalah besaran satuan mata uang negara lain yang

akan diterima dari bank atau money changer jika kita membeli mata uang

asing.

3. Kurs Tengah (middle rate), yaitu kurs tengah antara kurs jual dan kurs beli

valuta asing terhadap mata uang nasonal yang ditetapkan oleh Bank Sentral

suatu Negara.

4. Kurs Flat (flat kurs), yaitu kurs yang berlaku dalam transaksi jual beli bank

notes dan traveler cheque, dalam kurs tersebut sudah diperhitungkan promosi

dan biaya-biaya lainnya.

2.6 Tingkat Suku Bunga SBI

2.6.1 Pengertian Tingkat Suku Bunga

Menurut Karl dan Fair (2001), suku bunga adalah pembayaran bunga tahunan dari

suatu pinjaman, dalam bentuk persentase dari pinjaman yang diperoleh dari

jumlah bunga yang diterima tiap tahun dibagi dengan jumlah pinjaman. Menurut

Sukirno (2002) menyatakan penentuan tingkat bunga selalu menanggap bahwa

perekonomian hanya terdapat satu tingkat bunga namun dalam kenyatannya

berbeda, tingkat bunga pinjaman yang dibayarkan kepada konsumen. Perbedaan

27

tersebut disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: perbedaan risiko, waktu

jangka peminjaman, dan biaya administrasi pinjaman. Menurut Laksmono (2001)

menganggap suku bunga merupakan sebuah harga dan sebagaimana harga lainnya

makan tingkat suku bunga ditentukan oleh interaksi antara permintaan dan

penawaran. Suku bunga mempengaruhi keputusan individu terhadap pilihan

membelanjakan uang lebih banyak atau menyimpan uangnya dalam bentuk

laporan. Jadi tingkat suku bunga merupakan bunga yang ditetapkan oleh Bank

Sentral untuk menekan laju inflasi.

2.6.2 Jenis Suku Bunga

Menurut Krugman (1994) suku bunga dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Suku bunga nominal adalah suku bunga dalam nilai uang. Suku bunga ini

merupakan nilai yang dapat dibaca secara umum. Suku bunga ini

menunjukkan sejumlah rupiah untuk setiap satu rupiah yang diinvestasikan.

2. Suku bunga rill adalah suku bunga yang telah mengalami koreksi akibat inflasi

dan didefinisikan sebagai suku bunga nominal dikurangi laju inflasi.

2.6.3 Sertifikat Bank Indonesia (SBI)

Berdasarkan surat edaran Bank Indonesia No.8/13/DPM tentang Penerbitan

Sertifikat Bank Indonesia Melalui Lelang, Sertifikat Bank Indonesia yang

selanjutnya disebut SBI adalah surat berharga dalam mata uang rupiah yang

diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu

pendek. (Octavia 2007)

28

2.6.4 Tingkat Suku Bunga SBI

Menurut Ardian (2010) tingkat suku bunga yang berlaku pada setiap penjualan

SBI ditentukan oleh mekanisme pasar berdasarkan sistem lelang. sejak awal Juli

2005, BI menggunakan mekanisme “BI rate” (suku bunga BI), yaitu BI

mengumumkan target suku bunga SBI yang diinginkan BI untuk pelanggan pada

masa periode tertentu. Suku bunga Sertifikat Bank Indonesia merupakan suku

bunga yang dikeluarkan oleh bank sentral untuk mengontrol peredaran uang di

masyarakat, dengan kata lain pemerintah melakukan kebijakan moneter.

Adanya bunga yang tinggi dalam SBI membuat bank dan lembaga keuangan

menikmatinya, hal ini akan otomatis memberikan tingkat bunga yang tinggi untuk

produknya. Bunga yang tinggi akan berdampak pada alokasi dana investasi para

investor, investasi pada peoduk bank seperti deposito/tabungan jelas lebih kecil

risikonya atau dapat dikatakan investasi bebas risiko. Oleh karena itu investor

akan menjual saham dan dananya serentak akan berdampak pada penurunan harga

saham. Selain itu dampak dari suku bunga bank yang tinggi juga berdampak pada

bunga pinjaman modal kerja perusahaan. Ini artinya pertambahan pengeluaran

perusahaan jika ini terjadi maka kondisi fundamental perusahaan akan terganggu.

Salah satu sifat tingkat bunga adalah mudah berubah-ubah yang terjadi dalam

kurun waktu yang relatif singkat berjangka waktu pendek. Tingkat bunga jangka

panjang relatif kurang berfluktuatif.

29

2.7 Cadangan Devisa

2.7.1 Pengertian Cadangan Devisa

Menurut Lipsey (1990) Cadangan Devisa atau Foreign Reserve Currencies adalah

mata uang asing, misalnya dolar Amerika yang dipegang oleh pemerintah atau

bank sentral setiap negara yang pada umumnya digunakan sebagai cadangan

Internasional. Menurut Nilawati (2000) Cadangan Devisa yaitu stok emas dan

mata uang asing yang dimiliki yang sewaktu-waku digunakan untuk transaksi atau

pembayaran Internasional. Jadi cadangan devisa adalah jumlah stok mata uang

asing terutama Dollar Amerika yang dimiliki suatu negara yang digunakan untuk

melakukan transaksi yang bersifat Universal.

Posisi cadangan devisa suatu negara biasanya dinyatakan aman apabila

mencukupi kebutuhan impor untuk jangka waktu setidak-tidaknya tiga bulan. Jika

cadangan devisa yang dimiliki tidak mencukupi kebutuhan untuk tiga bulan

impor, maka hal itu dianggap rawan. Tipisnya persediaan valuta asing suatu

negara dapat menimbulkan kesulitan ekonomi bagi negara yang bersangkutan.

Bukan saja negara tersebut akan kesulitan mengimpor barang-barang yang

dibutuhkannya dari luar negeri, tetapi juga memerosotkan kredibilitas mata

uangnya. Kurs mata uangnya di pasar valuta asing akan mengalami depresiasi.

Apabila posisi cadangan devisa itu terus menipis dan semakin menipis, maka

dapat terjadi rush terhadap valuta asing di dalam negeri. Apabila telah demikian

keadaannya, sering terjadi pemerintah negara yang bersangkutan akhirnya

terpaksa melakukan devaluasi (Dumairy, 1996).

30

2.7.2 Teori Cadangan Devisa

Cadangan devisa bertambah atau berkurang akan tampak dalam neraca lalu lintas

moneter. Jika tandanya negatif (-) berarti cadangan devisa bertambah dan bila

positif (+) berarti cadangan devisa berkurang. Seperti yang sudah dijelaskan

bahwa devisa mengambil peranan penting dalam perdagangan internasional suatu

negara maka tanpa ditopang cadangan devisa yang kuat, perekonomian suatu

negara dapat runtuh dalam seketika. Seperti masa krisis yang dialami Indonesia.

Karena pengaruh pembiayaan cadangan devisa guna keperluan impor,

pembayaran utang serta serangan dari para spekulan mampu mengoncang

perekonomian negara kita. Hal ini berarti bahwa pertumbuhan cadangan devisa

yang tinggi dalam kaitannya dengan krisis bersifat positif (Tjahjono, 1998).

Menurut Tjahnono (1998) cadangan devisa suatu negara dipengaruhi oleh

transaksi berjalan ekspor. Perkembangan transaksi berjalan suatu negara perlu

diwaspadai dengan cermat, karena defisit transaksi berjalan yang berlangsung

dalam jangka panjang dapat menekan cadangan devisa. Oleh karena itu defisit

transaksi berjalan sering kali dipandang sebagai signal ketidakseimbangan makro

ekonomi yang memerlukan penyesuaian nilai tukar atau kebijakan makro ekonomi

yang lebih ketat. Laju ekspor yang tinggi akan menghasilkan hard currency yang

dapat memperkuat kemudian menambah jumlah uang beredar melalui NFA (Net

foreign asset) pada akhirnya dapat mendorong inflasi. Ini merupakan suatu siklus

ekonomi yang berkesinambungan dan erat kaitannya dalam proses pertahanan

pengolahan cadangan devisa.

31

Dalam rumus cadangan devisa dapat dilihat sebagai berikut:

Cdvt = (Cdvt 1 + Tbt + Tmt)

Keterangan:

Cdvt 1 = Cadangan devisa sebelumnya

Tbt = Transaksi berjalan

Tmt = Transaksi modal

2.7.3 Sumber Devisa Negara

Menurut Amir (2003) sumber devisa Negara dapat dibedakan menjadi dua, yaitu

dalam dan luar negeri. Sumber tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Dalam negeri

1) Hasil penjualan ekspor barang maupun jasa, seperti hasil ekspor karet,

kopi, minyak, timah, tekstil, kayu lapis, ikan, udang dan lai sebagainya.

Begitu pula hasil ekspor jasa seperti seperti uang tambang (freight),

angkutan, provisi dan komisi jasa perbankan, premi asuransi, perhotelan

dan industry pariwisata lainnya.

2) Laba dari penanaman modal luar negeri, seperti laba yang ditransfer dari

perusahaan milik pemerintah dan warga negara Indonesia yang berdomisili

di luar negeri.

3) Hasil dari pariwisata internasional, seperti uang tambang, angkutan, sewa

hotel, dan pandu wisata.

2. Luar negeri

1) Pinjaman yang diperoleh dari negara asing, badan-badan Internasional,

serta swasta asing, seperti pinjaman dari IGGI (Inter Gouvernmental of

32

Indonesia), kredit dari World Bank dan Asia Development Bank and

Supllier’s Credit dari perusahaan swasta asing.

2) Hadiah atau grant dan bantuan dari badan-badan PBB seperti UNDP,

UNESCO, dan pemerinah asing.

2.8 Penelitian Terdahulu

Berikut beberapa penelitian terdahulu yang digunakan peneliti adalah:

1.. Nugroho (2008) melakukan penelitian yang bertujuan untuk menganalisis

pengaruh inflasi, suku bunga kurs, dan jumlah uang beredar terhadap indeks

LQ45 pada tahun 2002-2007. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hanya

variabel inflasi saja yang tidak berpengaruh terhadap kinerja saham indeks

LQ45. Suku bunga dan jumlah uang beradar berpengaruh negatif, sedangkan

kurs US$ berpengaruh secara positif.

2. Amansyah (2014) tentang pengaruh Nilai Tukar, Cadangan Devisa, dan

Produk Domestik Bruto terhadap IHSG, menyimpulkan bahwa Cadangan

Devisa dan Produk Domestik Bruto berpengaruh positif dan signifikan

terhadap IHSG di Indonesia sedangkan Nilai Tukar berpengarh negatif dan

signifikan terhadap IHSG.

3. Fitriana (2011) melakukan penelitian tentang Pengaruh Faktor-Faktor

Ekonomi Makro Terhadap IHSG, menyimpulkan bahwa secara simultan kurs,

inflasi, harga emas dunia, pertumbuhan ekonomi, dan harga minyak dunia

berpengaruh signifikan terhadap IHSG namun secara parsial pertumbuhan

ekonomi dan harga minyak dunia tidak berpengaruh signifikan terhadap

IHSG.

33

4. aPrasetiyono (2009) malakukan penelitian tentang Analisis Pengaruh Faktor

Fundamental Ekonomi Makro dan Harga Minyak Terhadap Harga Saham

LQ45 Dalam Jangka Pendek Dan Jangka Panjang, penelitian ini menghasilkan

pertumbuhan ekonomi mempunyai pengaruh siginifikan positif dalam jangka

pendek namun negatif dalam jangka panjang, sedangkan suku bunga SBI dan

negatif dalam jangka panjang, sedangkan suku bunga SBI dan Kurs

mendapatkan hasil yang tidak signifikan

Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu

No Nama

Peneliti

Judul Penelitian Variabel X Variabel Y Hasil Penelitian

1. Nugroho

(2008)

Analisis Pengaruh

Inflasi, Suku Bunga,

Kurs dan Jumlah Uang

Beredar Terhadap

Indeks LQ45 (Studi

Kasus Pada BEI

Periode 2002 - 2007

Inflasi, kurs,

jumlah uang

beredar, suku

bunga.

Indeks LQ45 Hasil penelitian ini

menunjukkan hasil

bahwa hanya variabel

inflasi saja yang tidak

berpengaruh terhadap

kinerja saham indeks

LQ45. Suku bunga

dan jumlah uang

beradar berpengaruh

negative, sedangkan

kurs US$

berpengaruh secara

positif

2. Amansyah

(2014)

Analisis Pengaruh

Nilai Tukar, Cadangan

Devisa, Produk

Domestik Bruto

Terhadap Indeks Harga

Saham Gabungan di

Indonesia Tahun 2001-

2011

Nilai tukar,

cadangan

devisa, Produk

Domestik

Bruto

Indeks

Harga

Saham

Gabungan

(IHSG)

Cadangan Devisa dan

Produk Domestik

Bruto berpengaruh

positif dan signifikan

terhadap IHSG di

Indonesia sedangkan

Nilai Tukar

berpengarh negatif

dan signifikan

terhadap IHSG.

34

3. Fitriana

(2011)

Pengaruh Faktor-faktor

Ekonomi Makro

terhadap Indeks Harga

Saham Gabunga yang

Terdaftar di Bursa

Efek Indonesia Periode

2006-2010.

Kurs, inflasi,

Harga Emas

Dunia, Harga

Minyak

Dunia,

Pertumbuhan

Ekonomi,

Tingkat Suku

Bunga,

Serifikat Bank

Indonesia.

IHSG Penelitian

menunjukkan kurs,

inflasi, dan harga

minyak dunia

signifikan positif

terhadap IHSG,

sedangkan harga

emas dunia memiliki

hubungan signifikan

negatif dan

pertumbuhan

ekonomi tidak

signifikan terhadap

IHSG.

4. Prasetiyono

(2009)

Analisis Pengaruh

Faktor Fundamental

Ekonomi Makro dan

Harga Minyak

Terhadap Harga Saham

LQ45 Dalam Jangka

Pendek Dan Jangka

Panjang

Variabel

Makro

Ekonomi dan

Harga Minyak

Harga

Saham

LQ45

Pertumbuhan

ekonomi mempunyai

pengaruh siginifikan

positif dalam jangka

pendek namun

negatif dalam jangka

panjang, sedangkan

suku bunga SBI dan

Kurs mendapatkan

hasil yang tidak

signifikan

2.9 Kerangka Pemikiran

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan 5 (lima) variabel yang diduga

berpengaruh terhadap indeks harga saham LQ45 di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Adapun variabel ekonomi makro yang diprediksi yaitu Inflasi, Pertumbuhan

Ekonomi, Kurs, Tingkat Suku Bunga SBI, dan Cadangan Devisa. Perkembangan

saham sangat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor baik internal ataupun

eksternal. Begitu juga dengan ekonomi makro yang merupakan faktor eksternal

yang dapat mempengaruhi dalam pembentukan harga saham. Pengaruh ekonomi

makro sangatlah besar. Faktor ini dapat mempengaruhi peekonomian negara

hingga urusan dapur rumah tangga.

35

Salah satu faktor yang mempengaruhi harga saham khususnya yang terdaftar

dalam LQ45 adalah inflasi. Inflasi yang terjadi di suatu negara mempengaruhi

return suatu saham, ketika inflasi naik maka terjadi akibat kenaikkan biaya,

sehingga akan menyebabkan harga barang-barang yang diproduksi perusahaan

akan mengalami peningkatan. Dengan harga barang yang meningkat, sedangkan

daya beli masyarakat yang tetap atau menurun, akan menyebabkan keuntungan

yang diperoleh perusahaan menurun, maka perlahan-lahan kinerja perusahaan

akan menurun. Akibatnya minat investor terhadap saham persahaan tersebut akan

menurun pula, jika minat investor turun maka secara perlahan-lahan harga saham

perusahaan tersebut juga akan menurun.

Pertumbuhan ekonomi menggambarkan kenaikan taraf hidup diukur dengan

output riil per orang. Salah satu indikator dari pertumbuhan ekonomi suatu negara

adalah Gross Domestic Product (GDP). Jika pertumbuhan ekonomi membaik,

maka daya beli masyarakat akan meningkat pula dan hal ini memberikan

kesempatan pada perusahaan untuk meningkatkan penjualannya. Dengan

meningkatnya penjualan maka kesempatan memperoleh laba juga akan

mengalami peningkatan sehingga dengan sendirinya akan mengangkat harga

saham suatu perusahaan. Perubahan kurs rupiah atas dolar AS berdampak berbeda

terhadap setiap jenis saham, artinya suatu saham terkena dampak positif

sedangkan saham lainnya terkena dampak negatif. Contoh kenaikan tajam kurs

USD terhadap rupiah akan berdampak negatif terhadap emiten yang memiliki

hutang dolar sementara produk emiten tersebut dijual lokal, sedangkan emiten

yang berorientasi pada kegiatan ekspor akan menerima dampak positif dari

kenaikan kurs USD tersebut sehingga mengakibatkan kenaikan pada harga saham.

36

Tingkat suku bunga SBI sangat berpengaruh terhadap ekonomi bangsa Indonesia.

Hal ini merupakan salah satu penentu apakah investor akan berinvestasi atau

tidak, sebab tingkat suku bunga mencerminkan keadaan ekonomi suatu negara.

Tingkat suku bunga SBI cenderung mempunyai dampak negatif terhadap harga

saham, jika tingkat suku bunga tinggi maka akan menyebabkan harga saham

mengalami penurunan, sebab para investor cenderung mengalihkan dananya

kepasar uang atau tabungan maupun deposito sehingga mengurangi permintaan

saham, dengan demikian harga saham juga akan menurun.

Cadangan devisa merupakan ukuran yang dapat dilihat untuk mengukur tingkat

pendapatan suatu negara. Jika cadangan devisa suatu negara tinggi, pendapatan

yang diterima negara tersebut juga tinggi. Cadangan devisa akan berkaitan erat

dengan neraca pembayaran (surplus). Surplus neraca pembayaran ini akan

membuat investor tertarik untuk berinvestasi di Indonesia dan akan meningkatkan

perdagangan saham di pasar modal dalam negeri.

37

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

2.10 Hipotesis

Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

Ho1 : Inflasi berpengaruh tidak signifikan terhadap indeks harga saham LQ45.

Ha1 : Inflasi berpengaruh signifikan terhadap indeks harga saham LQ45.

Ho2 : Pertumbuhan Ekonomi berpengaruh tidak signifikan terhadap aindeks

aaaaaaaaharga saham LQ45

Ha2 : Pertumbuhan Ekonomi berpengaruh signifikan terhadap harga indeks

saham LQ45.

Ho3 : Kurs berpengaruh tidak signifikan terhadap indeks harga saham LQ45

Ha3 : Kurs berpengaruh signifikan terhadap indeks harga saham LQ45.

Makro Ekonomi

Inflasi Kurs US$ Pertumbuhan

Ekonomi

Tingkat

Suku Bunga

SBI

Cadangan

Devisa

Indeks Harga

Saham LQ45

Perusahaan

LQ45

38

Ho4 : Tingkat Suku Bunga SBI berpengaruh tidak signifikan terhadap indeks

aaaaaaaaaharga saham LQ45.

Ha4 : Tingkat Suku Bunga SBI berpengaruh signifikan terhadap indeks harga

saham LQ45

Ho5 : Cadangan Devisa berpengaruh tidak signifikan terhadap indeks harga

saham LQ45

Ha5 : Cadangan Devisa berpengaruh signifikan terhadap indeks harga saham

LQ45.

Ho6 : Inflasi, Pertumbuha Ekonomi, Kurs, Tingkat Suku Bunga SBI, aidan

Cadangan Devisa secara simultan berpengaruh tidak aisignifikan

terhadap indeks harga saham LQ45.

Ha6 : Inflasi, Pertumbuha Ekonomi, Kurs, Tingkat Suku Bunga SBI,

aidan Cadangan Devisa secara simultan berpengaruh signifikan

aiterhadap indeks harga saham LQ45.