BAB II LANDASAN TEORI (PENDEKATAN HOLISTIK ......kekurangan gizi. E. Masalah mental yang menimbulkan...

27
BAB II LANDASAN TEORI (PENDEKATAN HOLISTIK DALAM KONSELING PASTORAL) 2.1. Pengantar Dalam bab II ini akan dideskripsikan landasan teoritis mengenai pendekatan holistik (menyeluruh) serta penerapannya dalam konteks pastoral bagi pengungsi Buru di Lembah Agro. Selain itu, akan disajikan pula landasan teologi dan landasan teori analisis permasalahan. 2.2. Pengertian Holistik Holistik adalah suatu pendekatan praktis dari konsep holism yang menjelaskan fenomena yang berkaitan dengan fungsi (maksud, kegiatan) dari keseluruhan (bentuk, totalitas, kesatuan) yang menjadi prinsip penuntu bagian-bagiannya. Menjelaskan kegiatan bagian-bagian dari suatu keseluruhan dalam kaitan dengan fungsi keseluruhan itu 1 . Fay dalam bukunya yang berjudul Contemporary Philosophy of Social Sciences, ia mendefinisikan holism sebagai paham-paham yang menjelaskan, bahwa pengalaman individu merupakan suatu bagian dari fungsi mereka didalam masyarakat atau suatu bagian dari beberapa sistem makna yang lebih luas. Dalam pandangan holism, identitas individu ditentukan oleh identitas keseluruhan keanggotaan kelompoknya, sebab identitas individu pada dasarnya dihasilkan oleh kekuatan sosial dan kebudayaan disekitar individu tersebut. Individu ada dan 1 Lorens Bagus, Kamus Filsafat (1996), 293

Transcript of BAB II LANDASAN TEORI (PENDEKATAN HOLISTIK ......kekurangan gizi. E. Masalah mental yang menimbulkan...

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI (PENDEKATAN HOLISTIK ......kekurangan gizi. E. Masalah mental yang menimbulkan masalah spiritual. Contoh : seseorang yang sakit jiwa akan sering mengungkapkan

BAB II

LANDASAN TEORI

(PENDEKATAN HOLISTIK DALAM KONSELING

PASTORAL)

2.1. Pengantar

Dalam bab II ini akan dideskripsikan landasan teoritis mengenai pendekatan

holistik (menyeluruh) serta penerapannya dalam konteks pastoral bagi pengungsi

Buru di Lembah Agro. Selain itu, akan disajikan pula landasan teologi dan

landasan teori analisis permasalahan.

2.2. Pengertian Holistik

Holistik adalah suatu pendekatan praktis dari konsep holism yang menjelaskan

fenomena yang berkaitan dengan fungsi (maksud, kegiatan) dari keseluruhan

(bentuk, totalitas, kesatuan) yang menjadi prinsip penuntu bagian-bagiannya.

Menjelaskan kegiatan bagian-bagian dari suatu keseluruhan dalam kaitan dengan

fungsi keseluruhan itu1.

Fay dalam bukunya yang berjudul Contemporary Philosophy of Social

Sciences, ia mendefinisikan holism sebagai paham-paham yang menjelaskan,

bahwa pengalaman individu merupakan suatu bagian dari fungsi mereka didalam

masyarakat atau suatu bagian dari beberapa sistem makna yang lebih luas. Dalam

pandangan holism, identitas individu ditentukan oleh identitas keseluruhan

keanggotaan kelompoknya, sebab identitas individu pada dasarnya dihasilkan oleh

kekuatan sosial dan kebudayaan disekitar individu tersebut. Individu ada dan

1 Lorens Bagus, Kamus Filsafat (1996), 293

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI (PENDEKATAN HOLISTIK ......kekurangan gizi. E. Masalah mental yang menimbulkan masalah spiritual. Contoh : seseorang yang sakit jiwa akan sering mengungkapkan

menjadi dirinya karena dibentuk oleh lingkungan sosialnya. Paham holism seperti

ini menekankan bahwa masyarakat dan kebudayaan menjadi sumber sekaligus

yang “membatasi” aktifitas individu. Dengan kata lain, dapat dijelaskan juga

bahwa kebudayaan dan masyarakatlah yang menentukan karakter atau hakekat

anggotanya.2

Metodologikal holism ini adalah mengutamakan mengamati fenomena sosial

sebagai dasar untuk mendapatkan teori atau penjelasan dasar tentang individu.

Alasannya adalah karena individu hanya dapat dimengerti atau dipahami dalam

konteks dan konstruksi lingkungan sosialnya.3 Masyarakat dan kebudayaan ini

merupakan elemen-elemen esensial yang memelihara seluruh sistem pendukung

kehidupan manusia. Oleh karena itu, untuk mendapatkan pengalaman menyeluruh

dan komprehensif tentang manusia, kita harus mempelajari lingkungan tempat

manusia itu hidup. Jadi pada dasarnya, pandangan holism, yang memahami dan

mempelajari manusia, alam dan lingkungannya secara interdependen merupakan

studi yang “berpusat pada manusia”.4

Holism adalah cara pandang yang juga melihat individu sebagai suatu system

organisme. Sebagai suatu organisme, maka individu dianggap lebih daripada

kumpulan dari bagian-bagiannya. Menurut prinsip ini, sebuah gangguan kecil

pada bagian tubuh manusia dapat mengganggu perkembangan dan tingkah laku.5

Holism memiliki daya tarik dalam ilmu-ilmu sosial karena fokusnya bukan

pada individu tetapi pada satu kelompok, dengan demikian, mendukung

2 Bryan Fay, Contemporary Philosophy of Social Sciences. ( Massachusetts : Blackwell

Publishers, 1997) , 50 3 Ibid. 4 Robert Gwinn (Ed), The New Encyclopedia Britanica. Vol17, (Chicago : The University of

Chicago, 1989) , 979 5 Robert Gwinn, Contemporary Philosophy of Social Sciences, 686

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI (PENDEKATAN HOLISTIK ......kekurangan gizi. E. Masalah mental yang menimbulkan masalah spiritual. Contoh : seseorang yang sakit jiwa akan sering mengungkapkan

pendekatan holistik dan bukan hanya fenomena individu semata. Sehingga

hasilnya, ilmu tidak hanya menggambarkan objek studinya tetapi menjelaskan

mengapa mereka berada atau berkelakuan seperti itu.

Selanjutnya, dalam bidang kebudayaan dan kemasyarakatan, paham ini

menyadarkan para ahli kebudayaan dan komunitas tempat manusia itu berada

memiliki kuasa untuk mengubah individu-individu yang diam didalamnya. Sebab

kebudayaan manusia pada dasarnya dibentuk atau disusun oleh system holistik

yakni teknologi, ekonomi, struktur sosial dan politik, agama, bahasa, nilai dan

lainnya yang saling berhubungan erat.

Dengan interaksi komponen-komponen tersebut diatas, masyarakat akan

berubah melalui satu seri tahapan transformasi struktur dan fungsi dalam

masyarakat tersebut. Termasuk didalamnya produktifitas dan kesehatan sangat

ditentukan oleh ikatan sosial dalam masyarakat tersebut. Itu sebabnya, kerjasama

sosial cenderung dibentuk oleh kebutuhan-kebutuhan yang ada dalam tiap

individu. Artinya, tiap hubungan antar pribadi dalam masyarakat pada hakekatnya

diatur demi menunjang kebutuhan tiap orang.6

Pada abad 20, psikologi juga sudah diarahkan untuk berinteraksi langsung

dengan ilmu-ilmu lain untuk mengatasi berbagai persoalan manusia. Salah satu

tokoh pelopor psikologi yang berpikir secara holistik adalah William James

seperti yang dikutip oleh Crapps, ia berpendapat bahwa jalan menuju kesehatan

pribadi adalah jalan penyatuan unsur-unsur yang ada dalam pribadi manusia,

termasuk didalamnya unsur kepercayaan (agama).7 Itulah sebabnya, studi

6 David Sills (Ed), International Encyclopedia of The Social Sciences Vol3-4 (New York :

Macmillan Co & The Free Press, 1968), 340-341 7 Roberts W. Crapps, Dialog Psikologi dan Agama Sejak William James hingga Gordon W Allport

(Yogjakarta : Canisius, 1986-Terjemahan), 34

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI (PENDEKATAN HOLISTIK ......kekurangan gizi. E. Masalah mental yang menimbulkan masalah spiritual. Contoh : seseorang yang sakit jiwa akan sering mengungkapkan

psikologi agama menurut Crapps telah berkembang kepada studi yang melihat

manusia sebagai satu keutuhan. Crapps mengatakan :

Keutuhan kepribadian merupakan konsep penting dalam psikologi agama

yang tugas pokoknya adalah mengadakan analisis rasional. Bagaimana

sesuatu dapat diketahui dengan tepat tanpa memecahkan keseluruhan

menjadi bagian-bagian yang membentuknya? Psikologi agama harus terus

menerus menyadarkan diri bahwa keseluruhan pribadi manusia lebih

daripada kumpulan dari bagian-bagiannya.8

2.3. Pendekatan Holistik Dalam Layanan Pastoral

Bentuk penerapan konsep holism dalam studi layanan pastoral diawali dengan

kesadaran tentang pentingnya ilmu-ilmu sosial diintegrasikan dengan ilmu teologi

untuk mendapatkan pemahaman yang utuh tentang manusia. Joe dan Henriot

mengatakan bahwa untuk mendapatkan hasil pelayanan yang optimal terhadap

masalah sosial termasuk masalah jiwa yang dihadapi masyarakat dewasa ini,

gereja tidak cukup dengan ilmu teologi tetapi juga ilmu lainnya. Pendekatan ini

dikenal sebagai “lingkaran pastoral” yang menjelaskan bahwa mendekati masalah

manusia tidak hanya dengan analisa teologis (iman) tetapi juga analisa cultural,

analisa sosial analisa personal, analisa teologis dan perencanaan.9

Menyadari pentingnya pelayanan pastoral yang holistik, dewasa ini diseluruh

seminari teologi di Amerika dimasukkan mata kuliah Pastoral Care dan konseling

sebagai mata kuliah utama. Kuliah ini disatukan dengan training dan praktek di

Rumah Sakit dan bekerja sama dengan berbagai lembaga seperti CPE (Clinic

Pastoral Education).10

8 ibid, 35 9 Joe Holland dan P.Henriot, Analisis Sosial dan Refleksi Teologis : Kaitan Iman dan Keadilan

(Yogyakarta : Canisius, 1985), 9 10

Rotney J Hunter, Dictionary of Pastoral Care and Conseling ( Nashville : Abingdon Press,

1990), 499

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI (PENDEKATAN HOLISTIK ......kekurangan gizi. E. Masalah mental yang menimbulkan masalah spiritual. Contoh : seseorang yang sakit jiwa akan sering mengungkapkan

Pendekatan holistik ini mulai diterapkan di Amerika sejak Boisen ikut

mencetuskan CPE atau Clinical Pastoral Education (1923-1944). Boisen saat itu

mengkritik gereja yang tidak mampu melayani kebutuhan manusia secara utuh.

Gereja menutup mata terhadap kebutuhan para penderita gangguan jiwa. Ia

berkata :

If a man has a broken leg he cant in almost any part of the country be care for

in a church hospital, at church expense, and under church auspices; but if he

has a broken heart he is sent to estate institution, there to be forgotten by the

church.11

Biosen menegaskan bahwa tujuan dari pelayanan pastoral termasuk pada

mereka yang menderita sakit adalah membawa orang itu kembali pada relasi yang

benar dengan Allah. Untuk itu menurut boisen, yang bermasalah membutuhkan

pendampingan dari seorang konselor yang dapat mendengarkan dan memahami

keautentikan dari klien.12

Aar Martin Van Beek dalam bukunya yang berjudul Konseling Pasoral

membagi hidup manusia menjadi empat aspek yaitu fisik, sosial, mental dan

spiritual dimana dapat digambarkan sebagai berikut.

11 Ibid. 12 Charles Gerkin, Konseling Pastoral dalam Transisi (Canisius Yogjakarta dan BPK Jakarta,

1992), 48-49

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI (PENDEKATAN HOLISTIK ......kekurangan gizi. E. Masalah mental yang menimbulkan masalah spiritual. Contoh : seseorang yang sakit jiwa akan sering mengungkapkan

Gambar 1. Skema Holistik Umat. 13

Gambar di atas menunjukan bahwa setiap masalah manusia dapat sekaligus

merupakan masalah sosial dan fisik atau merupakan masalah mental dan rohani,

dan seterusnya. Di samping itu, suatu masalah yang pada dasarnya merupakan

masalah sosial dapat menimbulkan masalah psikis atau mental. Suatu masalah

yang jasmani dapat menimbulkan kesulitan psikis atau rohani. Kenyataan ini

dapat digambarkan dan dijelaskan sebagai berikut :

Gambar 2. Skema Hubungan Antar Aspek. 14

13 Aart Martin van Beek, Konseling Patoral (Semarang : Satya Wacana, 1987), 26

Persekutuan

Rasa syukur

Rasa aman

dstr.

SOSIAL

MENTAL

SPIRITUAL

FISIK

Harga diri

Emosi

Pola pemikiran

dstr.

Keluarga

teman

Uang

Pekerjaan

Olah raga

Makan Kesehatan Jasmani

Dstr

SOSIAL

MENTAL

SPIRITUAL

FISIK

Keluarga

teman

Uang

Pekerjaan

Harga diri

Emosi

Pola pemikiran

dstr.

Kesehatan Jasmani

Dstr

Olah raga

Makan

SOSIAL SPIRITUAL

FISIK MENTAL

C

E

A

D

B

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI (PENDEKATAN HOLISTIK ......kekurangan gizi. E. Masalah mental yang menimbulkan masalah spiritual. Contoh : seseorang yang sakit jiwa akan sering mengungkapkan

A. Masalah fisik menimbulkan masalah mental. Contoh : seorang yang sakit

terus akan lebih cepat depresi dan tersinggung.

B. Masalah mental menimbulkan masalah sosial. Contoh : orang yang tidak

bermotivasi kuat tidak akan berhasil dalam karirnya.

C. Masalah spiritual menimbulkan masalah sosial. Contoh : orang yang tidak

pernah ingin ke gereja tidak merasa diberkati dalam persekutuan yang kuat

D. Masalah sosial menimbulkan masalah fisik. Contoh : seseorang yang tidak

punya gaji yang cukup dan mempunyai keluarga besar akan menderita

kekurangan gizi.

E. Masalah mental yang menimbulkan masalah spiritual. Contoh : seseorang

yang sakit jiwa akan sering mengungkapkan pandangan theologies yang

tidak masuk akal dan seterusnya.

Kecenderungan dari masalah manusia untuk saling mempengaruhi, seringkali

dapat mengakibatkan suatu lingkaran dari persoalan yang menjadi suatu lingkaran

setan yang cukup kompleks. Contoh:

14 Ibid, 27

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI (PENDEKATAN HOLISTIK ......kekurangan gizi. E. Masalah mental yang menimbulkan masalah spiritual. Contoh : seseorang yang sakit jiwa akan sering mengungkapkan

Gambar 3. Skema Lingkaran Permasalahan. 15

Gambar diatas menunjukkan bahwa nampak sekali suatu persoalan dapat

menyebabkan timbulnya masalah baru yang bersifat sama ataupun yang bersifat

lain sehingga terbentuk suatu lingkaran penderitaan yang tidak dapat diretakkan.

Disamping itu, setiap kesulitan yang baru cenderung untuk memperkuat kesulitan

yang dulu (lihat garis-garis titik diatas). Seumpamanya masalah sosial-keluarga

mengakibatkan masalah rohani atau spiritual yang mengakibatkan masalah psikis.

Dalam situasi ini, kemungkinan besar bentrokan keluarga akan dipertajam.

Masalah bukan sesuatu yang begitu saja dapat dipotong dari keseluruhan

kehidupan kita. Kehidupan itu tidak bisa dianalisa lapisan demi lapisan. Tetapi

merupakan suatu proses yang berjalan terus. Aart Martin van Beek

mengungkapkan bahwa manusia, dalam hal ini individu, selalu berkembang dari

suatu fase kehidupan ke fase kehidupan yang lain. Hal itu juga harus dipahami

15 Ibid, 28

Masalah sosial : uang (Gaji tidak cukup)

masalah sosial : keluarga (bentrok soal ekonomi)

masalah Rohani/Spiritual (MAlu bergaul dengan

masyarakat lain)

masalah Psikis Mental (rasa minder)

masalah Jasmani : tidak bisa tidur

Masalah Sosial Ekonomi : Pekerjaan

(Hasil pekerjaan menurun)

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI (PENDEKATAN HOLISTIK ......kekurangan gizi. E. Masalah mental yang menimbulkan masalah spiritual. Contoh : seseorang yang sakit jiwa akan sering mengungkapkan

oleh konselor pastoral secara menyeluruh atau holistik. Manusia berkembang

dalam segi fisik, emosional, pandangan hidup (iman dan moral) dan seterusnya.16

Pendekatan pastoral di Barat didasarkan pada pandangan holisme dan

bertujuan untuk membawa manusia kepada pertumbuhan yang utuh. Sebab

pendekatan pastoral menyadari bahwa hambatan pada satu bidang atau aspek

dapat menimbulkan hambatan pada bidang atau aspek lainnya. Howard Clinebell

dalam bukunya Growth Conceling mengatakan bahwa pada dasarnya tujuan

layanan pastoral adalah membawa 6 aspek dalam hidup manusia dalam

pertumbuhan yang harmonis dalam interaksinya. Keenam aspek pertumbuhan itu

adalah pertumbuhan dalam pikiran, revitalisasi tubuh, relasi yang kaya dengan

orang lain, hubungan yang akrab dengan alam dan biosphere, bertumbuh dengan

lembaga yang bermakna bagi hidup kita dan dimensi hubungan dengan Allah.17

Tujuan konseling kristen adalah membawa keenam dimensi itu pada

pertumbuhannya yang utuh sehingga individu dapat menjadi agen rekonsiliasi dan

agen keutuhan ditengah keluarga, masyarakat dan gereja. Konsekuensi logis dari

pemahaman diatas menjelaskan bahwa layanan pastoral mau atau tidak mau harus

terbuka pada sumbangan ilmu lainnya. Ketidaksediaan untuk membuka diri

terhadap sumbangan ilmu-ilmu lainnya, maka keputusan dan layanan pastoral

yang dilakukan bagi mereka yang bermasalah tidak pernah akan cukup dalam

memberi solusi. Bahkan dalam banyak hal, ilmu-ilmu sosial lebih mampu

memberikan informasi lengkap tentang realita manusia kepada kita dari pada ilmu

teologi.18

16 Ibid, 29 17 Howard Clinebell, Growth Conceling : Hope-Centered Methods of Actualizing Human

wholeness (Nashville : Parthenon Press, 1982), 17 18 Mesach Krisetya, Teologia Pastoral (Salatiga : Fakultas Teologi UKSW, 1998), 55

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI (PENDEKATAN HOLISTIK ......kekurangan gizi. E. Masalah mental yang menimbulkan masalah spiritual. Contoh : seseorang yang sakit jiwa akan sering mengungkapkan

Dalam konteks keenam dimensi manusia diatas, Clinebell mengemukanan

bahwa keenam dimensi itu saling terkait satu dengan lainnya. Apabila satu aspek

belum terpenuhi maka akan berdampak pada laju pertumbuhan hidup seseorang.

Dengan demikian pendampingan pastoral yang dilakukan gereja harus membantu

seseorang untuk menemukan keutuhan dalam kehidupannya. Clinebell membuat

formulasi dalam bentuk diagram berkenan dengan pelayanan pendampingan

pastoral yang dilakukan gereja sebagai berikut:

Gambar 4: Diagram Holistik. 19

Dari gambar di atas, Clinebell menjadikan aspek spiritual sebagai kunci dari

pertumbuhan kehidupan manusia. Clinebell berpendapat bahwa “spiritual growth

is the key to all human growth. Because human beings are inherently

transpersonal and transcendent, there is no way to fulfill one self except in

relationship to lenger spiritual reality”.20

dalam konsep ini, Clinebell memberi

pemahaman bahwa agama bukan ditujukan pada lembaga, melainkan sebagai

19 C Howard Clinebell, Tipe-tipe Dasar Pendampingan dan Konseling Pastoral, (Jogjakarta:

Kanisius dan BPK, 2002), 50 20 Howard Clinebell, Growth Counseling, 101

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI (PENDEKATAN HOLISTIK ......kekurangan gizi. E. Masalah mental yang menimbulkan masalah spiritual. Contoh : seseorang yang sakit jiwa akan sering mengungkapkan

usaha menumbuh-kembangkan kehidupan spiritualitasnya. Lewat pengalaman

spiritual yang mendalam seseorang dapat menjadikan hidupnya sejahtera secara

utuh.

2.4. Landasan Teologis

Secara teologis dimensi Holistik nampak pada kata syalom yang dikisahkan

dalam kitab Perjanjian Lama. Kata syalom sebenarnya menunjuk pada suatu

keadaan yang sejahtra pada diri seseorang. Dalam buku-buku literature

kebanyakan menjelaskan bahwa syalom memiliki arti sehat, aman, damai dan

sejahtra. Sedangkat menurut kata Ibrani, syalom secara etimologi berasal dari ”

Sh-l-m”. menurut Evans, ada tiga konsep yang terkandung dalam kata syalom

yaitu “totality the adjective syalom istranlated ‘whole’), well –being and

harmony”.21

Konsep ini merupakan cakupan dari kata syalom, dimana mencakup

keseluruhan aspek kehidupan manusia.

Aspek Holistik lain dalam cerita Alkitab, nampak pada cerita penciptaan. Kej

pasal 2 ayat 7 memberi kesaksian yang berkaitan dengan subtansi dari manusia.

Kesatuan dari manusia itu sendiri dari pneuma-psikologi-somatis. Menurut Eka

Darma Putera,, susunan kesatuan manusia itu adalah sebagai berikut:

1. Manusia adalah debu (adama), mengarah pada aspek fisik. Artinya

bahwa manusia mempunyai tubuh, materi. Allah membuat itu! Dan

Allah juga memperhatikan kebutuhan fisik dari manusia (kej 2:9)

2. Manusia memiliki jiwa (psyche), mengarah pada aspek mental. Manusia

diciptakan Allah dengan kebutuhan kejiwaannya. Allah mengerti dan

tidak membiarkan manusia kesepian (Kej 2:18). Manusia diberi

kebebasan (Kej 2:16), manusia diberikan tanggung jawab dan

kepercayaan (Kej 2:15).

3. Manusia memiliki Roh, mengarah pada aspek spiritual. Artinya bahwa

Allah memberikan “nafas hidup”, bahkan menghembuskannya dari

“nafas hidup” Allah sendiri (Kej 2:7). Dengan demikian ada relasi yang

sangat sakral antara Allah dan manusia. Dalam Maz 8:6 dituliskan

21 Evans, C. F. “Peace”, A Theologycal Word Book Of The Bible, 1950), 165

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI (PENDEKATAN HOLISTIK ......kekurangan gizi. E. Masalah mental yang menimbulkan masalah spiritual. Contoh : seseorang yang sakit jiwa akan sering mengungkapkan

bahwa “Engkau telah membuat hampir sama seperti Allah, dan telah

memahkotanya dengan kemuliaan dan hormat. Manusia pun diciptakan

serupa dan segambar dengan Allah (Kej 1:26,27). Artinya bahwa

manusia adalah representasi dari Allah itu sendiri.

Richard M. Gula, S.S dalam buku yang berjudul Etika Pastoral

mengemukakan berapa pandangan teologisnya berkaitan dengan studi konseling

pastoral. Richard berpendapat bahwa pelayanan pastoral sesungguhnya

merupakan suatu panggilan dan profesi. Dikatakan panggilan karena perayanan

pastoral adalah tanggapan bebas terhadap panggilan Tuhan di dalam dan melalui

komunitas untuk mengabdikan diri dalam cinta demi pelayanan kepada sesama. 22

Selanjutnya Richard juga menjadikan tiga hal penting dalam etika teologis

sebagai akses memahami maksud Tuhan, yaitu Perjanjian, citra Allah, dan

Kemuridan.

1. Perjanjian

Kesaksian alkitab tentang perjanjian membentuk model hubungan-

hubungan pelayanan. Dalam alkitab, konteks perjanjian menyingkapkan

apa yang dikehendaki oleh Tuhan dan apa yang seharusnya dilakukan oleh

anggota-anggota yang setia dalam hubungan-hubungan perjanjian. Cirri-

ciri dasariah perjanjian adalah cara perjanjian itu dibentuk, yaitu rahmat

adalah langkah pertama. Allah yang memulainya dari cinta kasih

(Keluaran 6:7; 19:4-5). Kita lebih banya dicari daripada mencari. Israel

mengakui bahwa perjanjian adalah suatu anugrah, suatu kehormatan atas

diri mereka (Im 26:9-12; Yer 32:38-41). Citra kita tentang gereja sebagai

umat Allah dikaitkan dengan panggilan Tuhan untuk suatu hubungan

perjanjian (2 Kor 6: 16; Ibr 8: 10; Why 21: 3). Cara untuk memahami

22

Richard M. Gula, S.S, Etika Pastoral, (Yogjakarta: Kanisius, 2009), 25-27

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI (PENDEKATAN HOLISTIK ......kekurangan gizi. E. Masalah mental yang menimbulkan masalah spiritual. Contoh : seseorang yang sakit jiwa akan sering mengungkapkan

gereja ini mengajarkan kita untuk memahami dan menghargai kodrat

perjanjian pelayanan pastoral berhubungan dengan pelayan bukan hanya

dengan seorang yang mencari pelayanan pastoral, tetapi juga dengan

Tuhan dan seluruh komunitas. Konteks Eklesial pelayanan pastoral akan

selalu mencakup hubungan-hubungan perjanjian ini.

Ciri-ciri lain dari perjanjian adalah bahwa kelayakan dan keluhuran

datang pertama-tama dari cinta Tuhan atas diri manusia dan bukan dari

hasil prestasi pribadi manusia atau peran-peran sosial mereka. Dalam kitab

Ulangan misalnya, pemilihan Allah atas Israel pertama-tama karena

kesetiaan penuh cinta, dan bukan karena kebesaran Israel (Ul 7:7-8).

Dalam kitab Yesaya, dilukiskan tentang Allah yang mencintai umat

perjanjian bagi kepentingan mereka sendiri dan bukan demi keberadaan

mereka yang berguna (Yes 43:1 ;4 ; 41:8-16). Hosea melukiskan cinta

Allah bagi umat yang memberontak melalui wajah orangtua yang lembut

bagi anaknya (Hos 11:1-9). Dalam perjanjian baru, salah satu wajah Yesus

yang disukai oleh mereka yang hidupnya berdasarkan cinta Tuhan, yang

tak bersyarat adalah sang anak (Mat 18:1-5). Apa yang membuat wajah

sang anak begitu cocok adalah keamanan si anak yang berakar dalam

keinginan akan cinta itu dan bukan dalam sesuatu yang dicapai sang anak.

Cirri-ciri lain dari perjanjian adalah kebebasan, bukan hanya

kebebasan Allah untuk mencintai manusia tetapi juga kebebasan manusia

untuk menerima atau menolak cinta itu. Cinta ilahi yang mendukung

manusia tidak menghancurkan kebebasannya. Tawaran cinta Tuhan

menantikan penerimaan dari setiap orang. Berperan serta dalam perjanjian

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI (PENDEKATAN HOLISTIK ......kekurangan gizi. E. Masalah mental yang menimbulkan masalah spiritual. Contoh : seseorang yang sakit jiwa akan sering mengungkapkan

itu bersifat sukarela. Bagaimanapun juga, sekali kita menerima tawaran

cinta, kita membuktikan diri hidup sesuai tawaran perjanjian.

2. Citra Allah

Manusia pada dasarnya diciptakan menurut citra Allah. Pandangan

teologis tentang “menjadi manusia” merupakan pusat dari tradisi etis

kekristenan. dalam perjanjian, terdapat dasar teologis untuk memahami

posisi Allah dalam hidup moral dan manusia sebagai panutann wajah

Allah. Inisiatif Allah untuk mengadakan perjanjian dengan manusia

mendukung keluhuran martabat manusia dan kodrat sosial manusia yang

merupakan kriteria kunci untuk menilai semua aspek moral. Tindakan-

tindakan yang benar adalah tindakan yang mendukung dan

mengembangkan kemajuan pribadi-pribadi manusia dalam komunitas.

Memahami pribadi manusia dalam kaitan dengan Allah menggaris

bawahi dua dimensi manusia, yaitu suci dan sosial.

Melalui tema citra Allah (Maz 8:5; 1 Kor 11:7; Yak 3:9), dengan

tegas kitab suci menegaskan kesucian atau keluhuran tiap pribadi. Tiap

pribadi adalah suci berarti mengatakan bahwa Allah telah menjalin

hubungan dengan manusia dan bahwa manusia tidak bisa memahami

pribadinya terlepas dari keberadaannya dalam Allah.

Kisah penciptaan memberitahukan bahwa puncak penciptaan adalah

pria dan wanita dan diciptakan sesuai dengan citra Allah (Kej :26-27).

Secara implist, kisah penciptaan itu mengungkapkan bahwa setiap pribadi

manusia mempunyai keluhuran yang tak terpisahkan dari berkat cinta

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI (PENDEKATAN HOLISTIK ......kekurangan gizi. E. Masalah mental yang menimbulkan masalah spiritual. Contoh : seseorang yang sakit jiwa akan sering mengungkapkan

Allah. Keluhuran manusia itu terdapat didalam dirinya bahkan sebelum dia

mampu meraih prestasi atau kedudukan sosial (Kej 4-11).

3. Kemuridan

Pengertian pemuridan diarahkan pada suatu wujud penerimaan

terhadap Yesus Kristus sebagai norma pelayanan dan hidup moral.

Kehidupan seperti ini adalah kehidupan yang memasuki jalan kemuridan.

Hal ini bertujuan untuk menanggapi undangan Yesus : “Datang, ikutilah

Aku” (Mat 19:21). Mengikuti Yesus berarti hidup dalam semangat Yesus,

ambil bagian dalam hidup dan nasibnya, berbagi pengalaman dalam

ketaatan-Nya yang bebas dan cinta kasihnya kepada kehendak Bapa.

Menjadi seoran pengikut Yesus berarti menyesuaikan diri dengan-Nya

yang menjadi seorang hamba dan bahkan memberikan diri-Nya pada salib

(Fil 2:5-8).

Tantangan panggilan kemuridan bagi hubungan manusia dengan

pelayanan pastoral adalah untuk menjadikan cara hidup Yesus sebagai

patokan. Setiap orang yang percaya pada Yesus dipanggil untuk

mencerminkan apa yang dilakukan-Nya, dibentuk oleh sabda dan

perbuatan-Nya untuk tetap setia kepada Tuhan dan hadir ditengah-tengah

orang lain dalam zaman sekarang seperti Yesus berada pada zaman-Nya.23

2.5.Fungsionalisasi Layanan Pastoral.

Agar layanan pastoral dapat berfungsi dengan baik, maka pengertian tentang

layanan pastoral perlu diperhatian dengan baik. Clebsch dan Jaekle

mengemukakan defenisi layanan Pastoral sebagai berikut:

23 Richard M Gulo, S.S, Etika Pastoral, 31-54

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI (PENDEKATAN HOLISTIK ......kekurangan gizi. E. Masalah mental yang menimbulkan masalah spiritual. Contoh : seseorang yang sakit jiwa akan sering mengungkapkan

“ The ministry of the cure of soul, or pastoral care, consist of helping acts,

done by representative Christian persons. Directed toward the healing,

sustaining, guiding, and reconciling of traubled persons whose troubles

arise in the context of ultimate meanings and concerns.”24

Hal-hal yang penting untuk diperhatikan dari defenisi di atas adalah:

1. Pekerjaan pelayanan pastoral gereja dilakukan oleh orang-orang yang disebut

representatif (Pendeta, Presbyters, Diaken, Para Tua-tua, dll). Pendekatan

yang seperti itu memberi peluang yang sangat besar bagi peran aktif orang-

orang tertentu dalam suatu komunitas gereja dan mengabaikan peran aktif dari

komponen yang lain dalam pelayanan gereja. Dengan demikian pendekatan

seperti ini sudah harus ditinjau, dalam rangka memberikan peran kepada

semua komponen dalam persekutuan jemaat untuk melakukan tanggung jawab

bersama.

2. Pelayanan Pastoral ditujukan kepada orang-orang yang bermasalah. Konsepsi

ini mengandung pengertian bahwa layanan pastoral hanya akan dilakukan jika

seseorang mengalami masalah dalam kehidupannya. Itu artinya jika seseorang

tidak bermasalah maka sudah barang tentu ia tidak memerlukan pelayanan

pastoral. Layanan Pastoral yang seperti ini tidak mencakup aktifitas kepada

orang-orang yang sekalipun tidak bermasalah tetapi membutuhkan

pendampingan dalam rangka pertumbuhan. Jadi seharusnya suatu layanan

pastoral tidak terbatas bagi orang-orang yang mengalami masalah saja.

3. Pelayanan Pastoral berorientasi induvidualistik. Dengan demikian fokus utama

pelayanan pastoral adalah masalah pribadi saja. Kelemahannya adalah

masalah-masalah pastoral tidak hanya bersifat pribadi saja tetapi juga bersifat

komunal (kelompok).

24

William A. Clebsch,Charles R. Jaekle, Pastoral Care In Historical Peerspective,( USA: Harper

dan Row,1967),p.4-10.

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI (PENDEKATAN HOLISTIK ......kekurangan gizi. E. Masalah mental yang menimbulkan masalah spiritual. Contoh : seseorang yang sakit jiwa akan sering mengungkapkan

4. Layanan Pastoral mengabaikan aktivitas menolong yang lain di dalam gereja.

Artinya orang-orang yang melakukan pekerjaan memberi pertolongan di

dalam layanan pastoral tidak harus terbatas pada masalah-masalah yang ultima

saja.

Terkait dengan itu maka Perintah melayani dalam bentuk penggembalaan

memiliki fungsi penyembuhan (healing), penopangan (sustaining),

pembimbingan (guiding), dan pendamaian (reconciling).

1. Penyembuhan (healing) : merupakan suatu fungsi pastoral yang bertujuan

untuk mengatasi beberapa kerusakan dengan cara mengembalikan orang itu

pada suatu keutuhan dan menuntun dia kearah yang lebih baik dari kondisi

sebelumnya.

2. Penopangan (sustaining) berarti, menolong orang yang terluka untuk bertahan

dan melewati suatu keadaan yang di dalamnya pemulihan kepada kondisi

semula atau penyembuhan dari penyakitnya tidak mungkin atau tipis

kemungkinannya.

3. Pembimbingan (guiding), berarti membantu orang-orang yang kebingungan

untuk menentukan pilihan-pilihan yang pasti di antara berbagai pikiran dan

tindakan alternatif, jika pilihan-pilihan demikian dipandang sebagai yang

mempengaruhi keadaan jiwanya sekarang dan akan datang.

4. Pendamaian (reconciling), berupaya membangun ulang relasi manusia dengan

sesamanya, dan antara manusia dengan Allah. Secara tradisi gereja,

pendamaian menggunakan dua bentuk yaitu pengampunan dan disiplin.

Tentunya dengan didahului dengan pengakuan.25

25

William A. Clebsch, Charles R. Jaekle, Pastoral Care in Historical Perspekttif, 33-66

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI (PENDEKATAN HOLISTIK ......kekurangan gizi. E. Masalah mental yang menimbulkan masalah spiritual. Contoh : seseorang yang sakit jiwa akan sering mengungkapkan

Dalam buku Sang Terluka yang Menyembuhkan, stres adalah ketegangan

beban yang menarik kita dari segala penjuru, tekanan yang kita rasakan pada saat

menghadapi tuntutan atau harapan yang menantang kemampuan kita untuk

mengatasi dan mengelola hidup. Stres bisa dipahami dan dilihat dalam dua

bentuk yaitu stres biasa dan stres traumatik. Tidak semua stres bersifat traumatik.

Malahan pada kenyataannya sebagian besar stres merupakan stres biasa yang

akibatkan oleh berbagai tekanan hidup sehari-hari. 26

Ciri-ciri umum kedua jenis

stres ini berbeda. Perbedaannya yaitu:

Table 1. Ciri-ciri Umum Stres Biasa dan Stres Traumatik

Stres Biasa Stres Traumatik

Bertahap

Menjadi rapuh bagaikan baju yang

dipakai dan dicuci serta digilas keras-

keras untuk waktu yang lama,

Menumpuk semakin lama semakin

berat, bagaikan tumpukan jerami yang

membebani punggung unta

Dampak pada setiap orang berlainan

Mendadak, tiba-tiba

Menusuk tajam (menyakitkan sekali)

bagaikan kain tipis yang dikoyak

sebilah pisau

Kejadiannya mendadak namun bisa

mendatangkan efek jangka panjang

Menakutkan hampir bagi siapa saja.

Namun tidak semua orang mengalami stres dengan cara yang sama. Orang

mengalami stres tergantung kepada beberapa hal yaitu

1. Faktor Biologis / Genetik:

Usia dan kematangan.

Warisan genetik yang mereka miliki

2. Pemicu Stres:

Tekanan dan harapan orang lain atas diri mereka.

26

Karl dan B Evelin., Sang Terluka Yang Menyembuhkan (Stres & Trauma Healing), Pustaka

Muria, Semarang, 2005), 6-22

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI (PENDEKATAN HOLISTIK ......kekurangan gizi. E. Masalah mental yang menimbulkan masalah spiritual. Contoh : seseorang yang sakit jiwa akan sering mengungkapkan

Seberapa banyak dukungan ataupun kritik yang mereka dapatkan dari

keluarga atau teman.

3. Kapasitas Menangani Stres

Kemampuan untuk mengatasi berdasarkan pada pengalaman masa lalu

mereka. Harkat diri Iman dan harapan mereka kepada Tuhan.

Menurut Norman Wright, ada 10 hal yang bisa menimbulkan stres, yaitu :

1. Rasa bosan atau merasa semua hal yang dilakukan tidak berarti.

2. Tekanan-tekanan waktu dan batas waktu yang harus dipenuhi

3. Beban kerja yang berlebihan dapat menciptakan tekanan pada hidup seseorang

dan sekali lagi hal ini sering ditimbulkan oleh diri sendiri.

4. Harapan-harapan yang tidak realistis terhadap diri sendiri atau terhadap orang

lain.

5. Konflik dalam peranan kita dapat menyebabkan ketegangan.

6. Masalah keuangan dan ketidakpastian pekerjaan.

7. Terhalangnya pengungkapan emosi dan macetnya komunikasi yang terbuka

dalam suatu hubungan.

8. Orang-orang yang membangun rasa jati diri dan rasa harga diri mereka atas

dasar yang tidak mantap, misalnya dalam pekerjaan, akan mengalami stres.

9. Kurangnya pengertian tentang tahap-tahap perkembangan orang dewasa yang

normal dapat menyebabkan tekanan pribadi maupun tekanan dalam

pernikahan.

10. Kepribadian Tipe-A yaitu kerpibadian yang didominasi oleh rasa tidak aman

dalam batin mengenai status dan oleh sifat hiperagresif.27

27

Norman Wright, konseling Krisis,,(Malang: Gandum Mas, 2006), 257-258

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI (PENDEKATAN HOLISTIK ......kekurangan gizi. E. Masalah mental yang menimbulkan masalah spiritual. Contoh : seseorang yang sakit jiwa akan sering mengungkapkan

Untuk mengatasi setiap stres, maka patutlah diperhitungkan apa yang jadi

pemicu stres tersebut. 28

Stres pada seseorang akan tampak lewat berbagai gejala tubuh dan

penampilan fisik. Dalam bukunya, Karl dan Evelin Barth mengatakan ada

berbagai dampak stres yang bisa diamati pada diri orang yang mengalami stres.

Yaitu:

Table 2. Gejala-gejala Stres

Gejala Fisik Emosi

Jantung berdebar

Meningkatnya tekanan darah

Nafas memburu

Otot-otot menegang

Sakit kepala

Pening

Sakit ditulang punggung

Infeksi kronis

Gangguan kesehatan kulit

Gangguan menstruasi

Maag

Gemetar

Mimpi buruk

Marah

Cepat gusar

Tindak kekerasan

Takut kepada orang

Serangan rasa panik

Mati rasa

Tegang

Mudah curiga

Tidak berdaya

Depresi

Rasa bersalah berlebihan

Gejolak perasaan

Kehilangan minat

28

Karl dan B Evelin., Sang Terluka Yang Menyembuhkan (Stres & Trauma Healing) 6-22

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI (PENDEKATAN HOLISTIK ......kekurangan gizi. E. Masalah mental yang menimbulkan masalah spiritual. Contoh : seseorang yang sakit jiwa akan sering mengungkapkan

Table 3. gejala-gejala Stres. 29

Tindakan Hubungan-hubungan

Leah, kekurangan tenaga, terus

menerus merasa lelah

Jorok

Menurunnya disiplin diri

Minum alcohol dan obat

berlebihan

makan terlalu banyak atau

terlalu sedikit

Tidak bisa tidur atau sebaliknya

Kurang bisa mengendalikan

dorongan sesaat

Menarik diri dari teman,

keluarga dan lingkunan sekitar

Kesulitan berhubungan intim

dalam konteks seksual dan sosial

sulit menjalankan peranan sosial

dalam pernikahan keluarga

maupun pekerjaan sosial dalam pernikahan keluarga

Percakapan Pastoral merupakan pelayanan yang dilakukan oleh gereja dan

melalui gereja oleh Yesus kristus. Di mana para pelayan sebagai utusan Allah

bertindak sebagai pelaksananya.30

Perlu untuk memahami bahwa penggembalaan selalu bersifat holistik,

artinya bahwa memandang pribadi yang bermasalah itu tidak secara terpecah-

pecah, tetapi harus didekati sebagai kesatuan, keutuhan yaitu secara fisik, mental,

sosial, spiritual.31

Gereja lebih dari pada hanya lembaga manusia atau lembaga sosial saja; ia

adalah suatu “gamaiden atau gemeinschaften” yang artinya komunitas itu adalah

“persatuan antara orang-orang (umat) yang dihasilkan dari dan dikonstitusikan

oleh yang menjadikan mereka rohani dan pribadi-pribadi yang merdeka”.32

Jadi

gereja adalah persekutuan rohani yang terjadi dengan suatu kesadaran bersama

sebagai milik Allah. Gereja terdiri dari persekutuan orang-orang yang telah 29

Ibid. 30 Ch. J. L Abineno. Percakapan Pastoral dalam Praktik, (Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 2004), 5 31

Mesach Krisetya, Clinical Pastoral Education in Java ; theological and Cultural Consideration.

Thesis 1990), 15-20 32

Karl Rahner , Theology and Pastoral Action, (Neo York:Herder dan Herder, 1968), 26

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI (PENDEKATAN HOLISTIK ......kekurangan gizi. E. Masalah mental yang menimbulkan masalah spiritual. Contoh : seseorang yang sakit jiwa akan sering mengungkapkan

diperbarui oleh Kristus atau tepatnya, telah mengalami trasformasi. Basis

persekutuan mereka adalah spiritual dan tidak ada yang lain kecuali Kristus

sendiri. Konsep tentang gereja sebagai suatu komunitas rohani didukung oleh

beberapa gambaran alkitabiah. Tetapi gambaran yang paling dalam adalah gereja

sebagai Tubuh Kristus. Gambaran gereja sebagai tubuh Kristus yang terdapat di

dalam I Korintus 12:12-31 adalah organis, dari pada sosiologis atau organisasi.

Gereja dianalogikan dengan tubuh manusia yang dilengkapi dengan berbagai

macam organ tubuh. Dan tubuh Kristus yang berbeda dengan organisme biasa

apapun, memiliki suatu prinsip kehidupan Ilahi-roh Kudus.33

Gambaran ini

mempunyai tujuan utama yaitu untuk menjelaskan persatuan mutualitas, perhatian

timbal balik, solidaritas dan yang lebih penting dari semuanya adalah

interdependensi dari semua anggota tubuh, satu kepada yang lain.

Dalam paparannya tentang proses memberikan pertolongan kepada orang

yang mengalami masalah, Wright34

mengemukakan delapan langkah.

Langkah yang pertama adalah intervensi segera. Langkah ini ditempuh

dengan cara menciptakan suatu keseimbangan, -menggunakan teknik memberi

dukungan, -menghindari hal-hal yang dapat mengakibatkan malapetaka.

Langkah kedua adalah Aksi. Langkah ini ditempuh dengan cara sebagai

berikut: - melihat ke masa depan, -mengeksplorasi kekuatan dan kelemahan

orang tersebut, - menetapkan kebutuhan-kebutuhan yang mendesak, -

melakukan klarifikasi, - memfasilitasi atau memberi petunjuk, -

mempertimbangkan alternatif-alternatif baru.

33

Every Dulles. Models Of the Church (New York: Image Book, 1978), 46 34

H. Norman Wright, Konseling Krisis , 75-99.

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI (PENDEKATAN HOLISTIK ......kekurangan gizi. E. Masalah mental yang menimbulkan masalah spiritual. Contoh : seseorang yang sakit jiwa akan sering mengungkapkan

Langkah ketiga adalah menghindari katastrophe. Langkah ini ditempuh

dengan menetapkan tujuan konseling dan merestorasi orang yang mengalami

krisis serta menciptakan keseimbangan.

Langkah keempat adalah membantu menciptakan harapan bagi orang yang

mengalami krisis. Upaya ini ditempuh dengan memberikan informasi dan

interaksi.

Langkah kelima adalah memberikan dukungan. Langkah ini dapat dilakukan

dengan cara-cara sebagai berikut: jika karena adanya suatu situasi yang

mendesak, klien dapat menghubungi konselor melalui telepon. Selain itu

diperlukan juga sistim dukungan yang diperluas. Hal lain yang diperlukan

adalah menjadikan konseling sebagai sesuatu yang bernilai.

Langkah keenam adalah fokus pada pemecahan masalah. Untuk maksud ini

diperlukan adanya tawaran akan hal-hal yang nyata, fokus pada kenyataan,

mengembangkan teknik mendengarkan, mendeteksi level kegelisahan klien,

mengeksplorasi perasaan klien.

Langkah ketujuh adalah membangun rasa menghargai diri sendiri. Hal

pertama yang diperlukan dalam langkah ini adalah konsistensi dan kemudian

menanamkan kepercayaan terhadap proses konseling. Langkah kedelapan

adalah menanamkan kepercayaan diri sendiri. Dalam tahapan ini upaya yang

perlu dilakukan adalah: - membangun mekanisme kelompok, -mendorong

keyakinan pada diri klien bahwa ia dapat menolong dirinya sendiri.

Page 24: BAB II LANDASAN TEORI (PENDEKATAN HOLISTIK ......kekurangan gizi. E. Masalah mental yang menimbulkan masalah spiritual. Contoh : seseorang yang sakit jiwa akan sering mengungkapkan

2.6. Model Developmental

Gerard Egan35

dengan model Developmental mengemukakan langkah-

langkah yang akan ditempuh dalam upaya melaksanakan layanan konseling

pastoral. Model Developmental mengagas tiga langkah / stage dalam upaya

memberi pertolongan itu sendiri.

Stage I : Helper response and client self-exploration.

Stage II : Intergrative Understanding / dynamic self – understanding.

Stage III: Action Programs.

Ide yang terkandung dalam langkah-langkah yang dikemukakan Egan adalah

bahwa keberhasilan sangat ditentukan secara timbal balik. Peran aktif harus

dimainkan bukan saja oleh penolong tetapi juga oleh orang yang ditolong. Orang

yang memberi pertolongan harus dapat menciptakan atmosfir sedemikian rupa

agar orang yang sedang ditolong dapat mengeksplorasi dirinya sendiri. Dengan

mengeksplorasi dirinya sendiri, maka klien kemudian akan ditolong untuk

menemukan “pemahaman diri yang dinamis”. Pada akhirnya harus dirumuskan

program-program aksi. 36

Beberapa unsur dari pemikiran Egan yang perlu dikemukakan selanjutnya:

(1). Attending - hadir-. Konseling adalah sebuah aktifitas pertolongan yang

bertujuan agar orang yang ditolong dapat menolong dirinya sendiri dan

kemudian dapat pula menolong orang lain. Dalam upaya memberi

pertolongan itulah aspek human Relation sangat menentukan. Suatu

konseling yang konstruktif tidak akan tercipta tanpa adanya suatu relasi baik.

Relasi yang baik memerlukan keterbukaan dan saling mempercayai. Relasi

35

Gerard Egan, The Skilled Helper – A Model for Systematic Helping and Interpersonal Relating-,

(California : Brooks/Cole,1975), 2-7, 28-54. 36 Ibid.

Page 25: BAB II LANDASAN TEORI (PENDEKATAN HOLISTIK ......kekurangan gizi. E. Masalah mental yang menimbulkan masalah spiritual. Contoh : seseorang yang sakit jiwa akan sering mengungkapkan

dalam konseling Pastoral diawali dengan kehadiran orang yang akan

memberi pertolongan (konselor/helper). Kehadiran seorang penolong harus

diwujudkan baik secara fisik maupun Psykologis. Kehadiran adalah wujud

keprihatinan dan kesediaan penolong untuk memberikan pertolongannya.

Dengan kehadiran A Shared Compassion telah dimulai. Hadir secara fisik

menunjuk pada pengertian bahwa penolong melalui fosturnya menunjukkan

kepada klein bahwa ia “ada dengan dan siap sedia” bagi klien. Dengan

kehadiran penolong menciptakan kehangatan agar sekalipun dalam situasi

yang “kritis” dimana klien “sulit untuk diajak bicara” tetap tercipta peluang

bagi klien untuk mengeksplorasi pengalamannya.

(2). Empaty. Empaty mununjuk kepada kemampuan untuk mengerti klien dan

dunianya dari dalam diri klien (seolah-olah helper berada dalam diri orang

yang ditolong) dan kemampuan untuk melihat seolah-olah menggunakan

mata klien untuk melihat dunianya dan dirinya seperti apa adanya supaya

dapat melihat apa yang “diperjuangkan” klien dan apa yang “dituntut” untuk

dapat “bertumbuh”. Empaty membantu helper untuk melihat dunia dalam

klien dengan perspektif klien dan bukan dengan perspektif helper. Empaty

memungkinkan sebuah masalah dapat dibedakan apakah masalah klien atau

masalah orang lain. Dalam hal ini helper akan membantu klien untuk melihat

dan menanggapi masalahnya (masalah klien) dari perspektif yang berbeda.

Selain itu helper akan mengkomunikasikan pengertiannya bahwa ia mengerti

“perasaan, pikiran, tingkah laku serta pengalaman” klien. Dalam proses

konseling aspek “perasaan dan tingkah laku” sangat penting untuk

diperhatiakn jika klien sedang mengungkapkan pengalamannya. Dalam

Page 26: BAB II LANDASAN TEORI (PENDEKATAN HOLISTIK ......kekurangan gizi. E. Masalah mental yang menimbulkan masalah spiritual. Contoh : seseorang yang sakit jiwa akan sering mengungkapkan

konseling pastoral masalah bukanlah yang menjadi prioritas melainkan

orangnya, tetapi menolong orang untuk mengeksplorasi dirinya sendiri

supaya dapat menolong diri sendiri - Helped for self help-.37

Selain hal diatas, konseling pastoral perlu juga memperhatiakn apa yang

disebut dengan istilah trialog. Kalau dalam dialog komunikasi berlangsung dua

arah yakni antara helper dan klien, maka dalam Trialog komunikasi komunikasi

berlangsung tiga arah, yakni antara Allah, klien dan helper. Dengan Trialog klien

ditempatkan dalam relasi dengan Allah agar ia dapat merasakan kehadiran Allah

yang memperhatikan dan peduli dengan persoalan yang sedang dihadapinya.

Dalam konseling yang demikian, maka Allah akan dapat disadari sebagai realita

(yang realita bukan saja yang dapat diindrawi). Konsepsi ini menunjuk pada

pemahaman bahwa wilayah kerja dan kompetensi konselor pastoral adalah

pertumbuhan spiritual.

Di atas telah dikemukakan bahwa konseling Pastoral merupakan aktifitas

memberi pertolongan yang berlangsung di atas Realisme kasih Allah yang telah

dinyatakan di dalam Yesus Kristus. Sama seperti Allah di dalam Yesus Kristus

telah hadir di tengah realisme keberadaan dunia dan manusia, maka konseling

sebagai aktifitas memberikan pertolongan harus dimulai dengan “kehadiran” itu

sendiri (baik secara fisik maupun psyke). Orang-orang yang berada di dalam krisis

memerlukan kehadiran seorang penolong untuk “mendengarkan” apa yang

dialami dalam situasi keprihatinan itu. Dalam konseling, seorang penolong akan

mendengarkan seluruh pengalaman klien baik yang diungkapkan secara verbal,

non verbal maupun paralinguistik. Upaya mengeksplorasi pengalaman klien

37 Ibid.

Page 27: BAB II LANDASAN TEORI (PENDEKATAN HOLISTIK ......kekurangan gizi. E. Masalah mental yang menimbulkan masalah spiritual. Contoh : seseorang yang sakit jiwa akan sering mengungkapkan

memerlukan bantuan penolong dan untuk maksud itu diperlukan Empaty. Empaty

memungkinkan penolong dapat mengenal klien dari “dunia” klien dan kemudian

memberikan respons secara konstruktif. Dengan mekanisme seperti ini, maka

konseling telah berlangsung dalam suasana dialogis. Bukan saja dialogis, tetapi

konseling krisis memerlukan juga mekanisme trialogis, sebab kesadaran akan

kehadiran Allah oleh klien akan memungkinkan klien memaknai realisme

pergumulannya.

Dengan mekanisme seperti ini dimungkinkanlah pencapaian tahap-tahap

dalam model Developmental. Tahap-tahap itu adalah klien dibantu untuk

mengeksplorasi pengalamannya dan kemudian memahaminya secara dinamis

serta dapat merumuskan program aksi.